BAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi
|
|
- Leony Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nutrisi adalah ikatan kimia yang yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi merupakan kebutuhan utama pasien kritis dan nutrisi enteral lebih baik dari parenteral karena lebih mudah, murah, aman, fisiologis dan penggunaan nutrien oleh tubuh lebih efisien. Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004). Nutrisi adalah suatu proses organism menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan (Supariasa, 2001). Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastric tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin (Setiati, 2000). Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernakan (Wiryana, 1
2 2007). Nutrisi parenteral diberikan apabila usus tidak dipakai karena sesuatu hal, misalnya: Malformasi Kongenital Intestinal, Enterokolitis Nekrotikans, dan Distres Respirasi Berat.Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan (Setiati, 2000). Status nutrisi merupakan fenomena multidimensional yang melakukan beberapa metode penilaian, termasuk indikator-indikator yang berhubungan dengan nutrisi, asupan nutrisi dan pemakaian energi, seperti Body Mass Index (BMI), serum albumin, hemoglobin, magnesium dan fosfor. Pengukuran antropometrik termasuk pemeriksaan berat badan dan panjang badan. Ketebalan lapisan kulit (skin fold), permukaan daerah trisep (trisepa skin fold) dan pengukuran lingkar otot lengan atas (midarm muscle circumference, MAMC) tidak berguna banyak pada pasien sakit kritis karena ukuran berat badan cenderung berubah. Jenis protein yang paling sering diukur, adalah albumin serum. Level albumin yang rendah merefleksikan status nutrisi penderita yang dihubungkan dengan proses penyakit dan atau proses pemulihan (Wiryana, 2007). Malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekuranga atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2001). Malnutrisi sering terjadi pada bayi sakit kritis yang dirawat di Neonatus Intensif Care Unit, dan dapat memperburuk keadaan. Tunjangan nutrisi sangat penting pada pengelolaan anak sakit kritis dan dapat diberikan secara enteral, parenteral atau bersama-sama enteral dan parenteral. Apabila usus berfungsi baik, gunakanlah untuk nutrisi enteral dengan memakai konsep nutrisi enteral dini. Pada keadaan 2
3 dimana usus tidak berfungsi, segera diberikan nutrisi parenteral atau nutrisi enteral dan parenteral bersama-sama sehingga kebutuhan akan kalori, cairan, mineral, trase elemen dapat dipenuhi (Setiati, 2000). Wiryana (2007) juga berpendapat, pasien kritis yang dirawat di Intensif Care Unit sering kali menerima nutrisi yang tidak adekuat akibat dokter salah memperkirakan kebutuhan nutrisi dari pasien dan juga akibat keterlambatan memulai pemberian nutrisi. Malnutrisi sering dikaitkan dengan peningkatan morbiditas, mortalitas akibat perburukan pertahanan tubuh, ketergantungan dengan ventilator, tingginya angka infeksi dan penyembuhan luka yang lama, sehingga menyebabkan lama rawat pasien memanjang dan peningkatan biaya perawatan. Pentingnya nutrisi terutama pada perawatan pasien-pasien kritis mengharuskan para klinisi mengetahui informasi yang benar tentang faktor-faktor yang mempengaruhi menegemen pemberian nutrisi dan pengaruh pemberian nutrisi yang adekuat terhadap outcome penderita kritis yang dirawat di Neonatus Intensif Care Unit (NICU). Pasien gawat atau kritis merupakan pasien yang secara fisiologis tidak stabil artinya sedikit saja terjadi perubahan salah satu organnya akan membawa dampak perubahan yang menyeluruh (sistemik) dan memungkinkan terjadi gagal organ multipel. Pada hampir semua pasien sedikit kritis juga mengalami anoreksia atau tidak mampu makan karena penurunan kesadaran, pemberian sedasi atau terintubasi melalui saluran nafas bagian atas. Jika diberikan secara tepat, bantuan nutrisi memberikan energi, protein dan nutrisi-nutrisi yang diperlukan untuk mengoptimalkan sistem imun, meningkatkan penyembuhan luka, mencegah pemecahan masa lemak tubuh (Soenarjo, 2000). 3
4 Pengetahuan perawat tentang pemberian nutrisi pasien kritis dapat mempengaruhi kemampuan perawat dengan status nutrisi yang dinilai secara antropometri pada pasien yang dirawat di Neonatus Intensif Care Unit (NICU) dan Bangsal Bayi Resiko Tinggi ( BBRT). Hasil survey yang dilakukan penulis pada bulan Desember 2009, pada 5 perawat NICU, hasil wawancara didapatkan tidak mengetahui prosedur yang benar cara pemberian nutrisi dan evaluasinya. Hasil observasi juga didapatkan beberapa pasien yang dirawat di NICU banyak mengalami kekurangan nutrisi. Perawat tampak di dalam memberikan nutrisi,tidak memperhatikan apakah nutrisi bisa masuk atau tidak. Sebagian besar perawat juga tidak melakukan konfirmasi ke dokter bila nutrisi enteral tidak masuk. Pengetahuan perawat dalam pemberian nutrisi enteral maupun pareteral sangat dibutuhkan pasien, terutama yang terpasang ventilator mekanik dan dalam kondisi kritis sangat membutuhkan support nutrisi yang adekuat untuk mempercepat kesembuhan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan hal di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut Apakah ada hubungan pengetahuan perawat dengan status nutrisi yang dinilai secara antropometri pada bayi yang dirawat di NICU dan BBRT Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang. 4
5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan status nutrisi yang dinilai secara antropometri pada bayi yang dirawat di NICU dan BBRT Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang 2. Tujuan Khusus: a. Untuk mendiskripsikan tingkat pengetahuan perawat terhadap nutrisi di NICU dan BBRT RS Dr Kariadi Semarang. b. Untuk mendiskripsikan status nutrisi yang dinilai secara antropometri pada bayi di ruang NICU dan BBRT Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang. c. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan perawat dengan status nutrisi yang dinilai secara antropometri pada bayi di ruang NICU dan BBRT RS Dr Kariadi Semarang D. Manfaat Penelitian: 1. Bagi Rumah Sakit Dapat masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan mutu pelayanan perawatan pasien rawat inap khususnya dalam upaya membantu pasien untuk mendapatkan nutrisi enteral dan parenteral. 5
6 1. Bagi Perawat Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tentang pengetahuan perawat dalam pemberian nutrisi enteral maupun parenteral pada pasien kritis. 2. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pedoman atau gambaran awal untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan pemberian nutrisi di RS terutama hubungan pengetahuan perawat dengan status nutrisi yang dinilai secara antropometri pada bayi di ruang NICU dan BBRT Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang 6
7 E. Orisinalitas Penelitian Tabel I.1 Pengaruh Pemberian Nutrisi Enteral Dini (NED) Terhadap terjadinya perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berulang pada pasien serosis hati. Nama/Tahun Sampel Hasil Sunardi/ pasien(14 pasien kelompok perlakuan I dan 14 pasien kelompok perlakuan II) Tidak ada perbedaan pengaruh pemberian Nutrisi Enteral Dini setelah satu kali bilas lambung jernih dan setelah dua kali hasil bilas lambung jernih terhadap terjadinya perdarahan saluran cerna bagian atas Orisinalitas pada penelitian ini ada di desain penelitian yaitu cross sectional 7
BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami pasien sebelum maupun setelah masuk rumah sakit. Salah satu malnutrisi yang sering dijumpai adalah
Lebih terperinciOLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI
OLEH : KELOMPOK 5 HAPPY SAHARA BETTY MANURUNG WASLIFOUR GLORYA DAELI DEWI RAHMADANI LUBIS SRI DEWI SIREGAR 061101090 071101025 071101026 071101027 071101028 Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pasien yang berobat ke rumah sakit memiliki status gizi berbeda-beda, ada yang sangat kurus, kurus, normal hingga pasien yang berbadan gemuk. Pada umumnya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diet paska bedah merupakan makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan
Lebih terperinciCRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc
CRITICAL ILLNESS Dr. Syafri Guricci, M.Sc Respon Metabolik pada Penyakit Infeksi dan Luka Tiga komponen utama, Yaitu : Hipermetabolisme Proteolisis dengan kehilangan nitrogen Percepatan Utilisasi Glukosa
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Albumin adalah protein serum yang disintesa di hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan 75% tekanan onkotik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya malnutrisi pada pasien dan meningkatkan angka infeksi, atrofi otot,
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status nutrisi pasien sakit kritis merupakan faktor utama untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Rendahnya terapi nutrisi akan menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malnutrisi semakin diketahui sebagai faktor. prosnosis penting yang dapat mempengaruhi keluaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malnutrisi semakin diketahui sebagai faktor prosnosis penting yang dapat mempengaruhi keluaran klinis pasien penderita penyakit hati tahap akhir. Meskipun faktanya malnutrisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total plasma protein, dengan nilai normal 3,5 5,5 g/dl. Albumin juga didapatkan pada ruang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pelayanan gizi Rumah Sakit sebagai salah satu dari pelayanan penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan kesehatan paripurna Rumah Sakit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nutrisi 1. Pengertian Nutrisi Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya peningkatan berat badan yang sesuai dalam masa kehamilan sangat penting untuk mengetahui berat badan janin yang dilahirkan. Peningkatan berat badan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan kreatinin yang sangat
Lebih terperinciOleh : Fery Lusviana Widiany
PENGARUH DUKUNGAN GIZI PUDING TEPUNG TEMPE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PASIEN BEDAH DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Oleh : Fery Lusviana Widiany 01/12/2014 1 Latar Belakang RS SARMILLA 2,89% pasien menurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berbagai macam jenis penyakit yang diderita oleh pasien yang dirawat di rumah sakit membutuhkan makanan dengan diet khusus. Diet khusus adalah pengaturan makanan
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.
1 PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS Susilowati, SKM, MKM. 2 Masih ingat pebasket internasional Earvin Johnson? Pemain NBA tersohor itu membuat berita mengejutkan dalam karier bermain basketnya. Bukan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS. 1. Berat Badan Pasien Schizofrenia dengan Gizi Kurang
BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teori 1. Berat Badan Pasien Schizofrenia dengan Gizi Kurang 1.1.Berat Badan Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari atau satu bulan,dimana pada masa ini terjadi proses pematangan organ, penyesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kanker serviks semakin hari menjadi salah satu penyakit yang semakin meresahkan manusia. Kanker diperkirakan menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN
HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASAR KADAR ALBUMIN SERUM DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI PASCA APENDEKTOMI PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN
HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan didapat terutama di paru atau berbagai organ tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada usus yang diperantarai proses aktivasi imun yang patofisiologinya kompleks
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inflamatory bowel disease (IBD) adalah suatu kondisi penyakit kronik pada usus yang diperantarai proses aktivasi imun yang patofisiologinya kompleks dan multifaktorial.
Lebih terperinciKekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan
F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pola hidup menyebabkan berubahnya pola penyakit infeksi dan penyakit rawan gizi ke penyakit degeneratif kronik seperti penyakit jantung yang prevalensinya
Lebih terperinciHubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi
Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi (Body Mass Index And Hemoglobin Level Related To Wound Healing Of Patients Undergoing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. angka kelahiran, penurunan kematian bayi dan peningkatan usia harapan hidup
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keberhasilan bidang kesehatan di Indonesia berdampak pada penurunan angka kelahiran, penurunan kematian bayi dan peningkatan usia harapan hidup (Nati, 2013). Suyono
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering mengganggu pertukaran gas. Bronkopneumonia melibatkan jalan nafas distal dan alveoli, pneumonia lobular
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk
I. PENDAHULUAN Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh organisme secara normal melaui berbagai tahapan yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gizi merupakan serangkaian proses penggunaan makanan yang dikonsumsi oleh organisme secara normal melaui berbagai tahapan yaitu pencernaan, penyerapan, transportasi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan penyayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam abdomen yang mengalami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengukuran Antropometri Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian
Lebih terperinciPengukuran Status Gizi pada Lanjut Usia
Pengukuran Status Gizi pada Lanjut Usia Menilai status gizi pada lansia memerlukan metode pengukuran yang sesuai dengan perubahan yang terjadi pada struktur tubuh, komposisi tubuh serta penurunan fungsi
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk
Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella thypi. Demam Thypoid dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Intensif Care Unit berkembang cepat sejak intensif care unit (Intensive Terapy
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intensif Care Unit berkembang cepat sejak intensif care unit (Intensive Terapy Unit) ditemukan pada tahun 1950 di daratan Eropa sebanyak 80%, saat terjadi epidemic Poliomyelitis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin
Lebih terperinciFeeding Practice in Small for Gestational Age Born Infant
Feeding Practice in Small for Gestational Age Born Infant DR. dr. Aryono Hendarto, SpA (K) Small for gestational age (SGA) adalah bayi baru lahir yang mempunyai berat badan dan/atau panjang badan kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat. normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling
Lebih terperinciBAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap
BAB Ι PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap wanita, menurut Depkes RI kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting. Pada masa ini ibu harus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi
Lebih terperinciKOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN II.
KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN Lansia merupakan salah satu bagian dari siklus hidup manusia yang menjadi tahap akhir dari kehidupan. Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan
BAB I KONSEP DASAR A. Konsep Medis Kurang Energi Protein (KEP) 1. Pengertian Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atua lebih. Di Indonesia dengan masih tinggi angka kejadian
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan Terapi Intensif.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan Terapi Intensif. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 4.2.1 Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan malnutrisi masih banyak ditemukan pada pasien rawat inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah Sakit Pendidikan, yakni Perjan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang atau tumor ganas adalah pertumbuhan sel/jaringan yang tidak terkendali, terus bertumbuh/bertambah, immortal (tidak dapat mati). Sel kanker dapat menyusup ke jaringan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin melalui insisi di
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.
BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada subyek berumur 1-5 tahun. Pemilihan subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk pencegahan utama keracunan botulismus pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi sangat penting bagi kesehatan manusia dan diperlukan untuk menentukan kualitas fisik, biologis, kognitif dan psikososial sepanjang hayat manusia. Komposisi zat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. seseorang saat ini. Menurut Depkes untuk memudahkan penyelenggaraan terapi diet
BAB V PEMBAHASAN A. Perubahan Berat Badan Pasien Berat badan dalam adalah salah satu parameter yang memberikan status gizi seseorang saat ini. Menurut Depkes untuk memudahkan penyelenggaraan terapi diet
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Lebih terperinciNutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati
Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM sudah banyak dicapai dalam kemajuan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan konsistensi tinja cair
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan konsistensi tinja cair dan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Secara etiologi diare disebabkan oleh infeksi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit akibat infeksi dan sisi yang lain banyak ditemukan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diet Pasca-Bedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan
Lebih terperinciPEDOMAN PELAYANAN GIZI KLINIK
PEDOMAN PELAYANAN GIZI KLINIK RS HERMINA SOLO TAHUN 2015 1 PANDUAN PELAYANAN GIZI KLINIK I. Definisi Pelayanan gizi di rumah sakit adalah merupakan bagian dari pelayanan medik di rumah sakit untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca
BAB VI PEMBAHASAN Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca suplementasi seng. Kejadian diare berulang dapat merupakan suatu infeksi menetap dimana proses penyembuhan tidak berlangsung
Lebih terperinciFungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit
P e n g e r t i a n D i e t DASAR DIETETIK M u s l i m, M P H l m u D i e t I Cabang ilmu gizi yang mengatur pemberian makan pada kelompok/perorangan dalam keadaan sehat/sakit dengan memperhatikan syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana saja baik dirumah, tempat kerja, maupun dijalan atau ditempattempat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat kerja, maupun dijalan atau ditempattempat lain. Penyebab luka bakarpun bermacam-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4 terbesar jumlah penduduk usia lanjut sesudah Cina, India dan Amerika Serikat. Meningkatnya populasi usia
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP dr. Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Status gizi mempunyai efek penting terhadap kesehatan. Status gizi kurang
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Status gizi mempunyai efek penting terhadap kesehatan. Status gizi kurang berhubungan dengan kelesuan, depresi, kelelahan, kekuatan otot menghilang sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembuluh darah yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang yang paling sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi. permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis malnutrisi dengan prevalensi tertinggi di dunia sehingga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup bulan (Reading et al., 1990). Definisi hipoalbuminemia pada neonatus berbeda
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada periode neonatus, kadar albumin serum meningkat seiring dengan umur kehamilan mulai dari 1,9 g/dl di bawah umur 30 minggu menjadi 3,1g/dL pada bayi cukup bulan
Lebih terperinciPedoman umum mengacu pada prinsip gizi seimbang: tumpeng gizi seimbang (TGS) Gizi seimbang bertujuan mencegah permasalahan gizi ganda Bentuk pedoman
Siti Sulastri SST TERAPI? Sama dengan Pengobatan : Remediasi masalah kesehatan. Suatu cara / proses kegiatan yang berkaitan untuk menanggulangi masalah kesehatan tubuh Terapi Gizi : usaha untuk memulihkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protein Energi Malnutrisi (PEM) sering dijumpai dibangsal-bangsal bedah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah kadar albumin pada pasien bedah Protein Energi Malnutrisi (PEM) sering dijumpai dibangsal-bangsal bedah (Bistrian, 1974). Satu survai populasi pasien bedah disebuah rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persentase populasi ADB di Indonesia sekitar %. Prevalensi ADB di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia paling umum ditemukan di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah Anemia Defisiensi Besi (ADB). Data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh terhadap suatu infeksi. 1 Ini terjadi ketika tubuh kita memberi respon imun yang berlebihan untuk infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebababkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan. secara bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan secara bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan kehilangan massa otot tubuh
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. yang semakin tinggi diantara rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk tetap
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini menuntut adanya persaingan pelayanan kesehatan yang semakin tinggi diantara rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk tetap mampu meningkatkan
Lebih terperinciGIZI DAN KANKER. Triawanti Bag. Biokimia/Gizi FK UNLAM
GIZI DAN KANKER Triawanti Bag. Biokimia/Gizi FK UNLAM Pendahuluan Kanker : penyakit menakutkan, blm ada terapi baku Ciri khas sel kanker : pengendalian pertumbuhan yg menurun / tidak terbatas Invasi pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. infeksi yang didapat pada pasien di Pediatric Intensive Care Unit (PICU).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Infeksi merupakan penyebab utama dari kesakitan dan kematian pasien termasuk pada anak. Infeksi melalui aliran darah merupakan penyebab utama infeksi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami hipoksemia dan hiperkapnia. Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan ventilasi mekanik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua yang menginfeksi manusia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan menyebabkan angka kematian
Lebih terperincidr.yarman Mazni, SpBKBD Divisi Bedah Digestif, Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
dr.yarman Mazni, SpBKBD Divisi Bedah Digestif, Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Nutrisi mempunyai peran penting dalam penatalaksanaan pasien
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR ALBUMIN PLASMA PADA PASIEN SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI RAWAT INAP DI RSUD PROF. DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.
PERBEDAAN KADAR ALBUMIN PLASMA PADA PASIEN SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI RAWAT INAP DI RSUD PROF. DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO. Saryono 1, Agus Prastowo 2, Mekar Dwi Anggraeni 3 1 Program sarjana Keperawatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Balita Balita didefinisikan sebagai anak dibawah lima tahun dan merupakan periode usia setelah bayi dengan rentang 0-5 tahun (Gibney, 2009). Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010),
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan permasalahan bidang nefrologi dengan angka kejadian masih cukup tinggi, etiologi luas dan komplek, sering diawali tanpa keluhan maupun
Lebih terperinciRute Pemberian Obat. Indah Solihah
Rute Pemberian Obat Indah Solihah Rute Pemberian Jalur Enteral Jalur Parenteral Enteral Oral Sublingual Bukal Rektal Oral Merupakan rute pemberian obat yg paling umum. Obat melalui rute yg paling kompleks
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit infeksi menular kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering terjadi di daerah padat penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi berat lahir rendah (BBLR) saat ini merupakan masalah di seluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Prevalensi Bayi Berat
Lebih terperinciPENGERTIAN DAN JENIS MAKANAN. Rizqie Auliana
PENGERTIAN DAN JENIS MAKANAN Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Pedoman diet Tujuan pedoman adl memelihara status gizi yang baik. Pedoman ada 2, yaitu: pedoman umum dan pedoman rumah sakit. Pedoman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peran penting pada angka kesakitan dan kematian di ruang perawatan intensif. ii
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Disfungsi hati (liver disfunction) pada pasien-pasien kritis dengan gagal organ multipel (MOF), sering tertutupi atau tidak dikenali. Pada penderita yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (PGK) tahap akhir yang menjalani dialisis masih sangat tinggi, kira-kira 15 -
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka morbiditas dan mortalitas pasien penyakit ginjal kronik (PGK) tahap akhir yang menjalani dialisis masih sangat tinggi, kira-kira 15-20 persen per tahun, meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara berkembang yang masih terus melakukan pembangunan dalam segala aspek kehidupan masyarakatnya. Banyak indikator yang menentukan keberhasilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diawali dari proses konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan calon bayi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkiraan tindakan pembedahan di dunia adalah 234 juta tindakan setiap tahunnya bahkan melebihi jumlah kelahiran. Pada tahun 2002, bank dunia melaporkan bahwa dari
Lebih terperinci