TINJAUAN PUSTAKA. kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Pembudidayaan Stroberi Stroberi merupakan tanaman buah berupa herbal yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa, dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia. Klasifikasi botani tanaman stroberi adalah sebagai berikut (BAPPENAS dalam Prihatman, 2000). Kingdom Divisi Subdivisi Kelas : Plantae (Tumbuh-tumbuhan) : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji) : Angiospermae (Berbiji tertutup) : Dicotyledonae (Biji berkeping dua) Ordo (bangsa) : Rosales Famili (suku) : Rosaideae Subfamili Genus Spesies : Rosaceae : Fragaria : Fragaria spp. Stroberi yang dapat temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan F. chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu menghasilkan hibrida yang merupakan stroberi modern (komersil) Fragaria x annanassa var Duchesne. Adapun 10

2 11 syarat pertumbuhan tanaman stroberi sebagai berikut (BAPPENAS dalam Prihatman, 2000). 1. Iklim (1) Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600 s.d. 700 mm/tahun. (2) Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8 s.d. 10 jam setiap harinya. (3) Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17 s.d. 20 o C. (4) Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi yaitu antara 80 s.d. 90%. 2. Media Tanam (1) Apabila ditanam di kebun, tanah yang dibutuhkan adalah tanah liat berpasir, subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air, dan udara baik. (2) Derajat keasaman tanah (ph tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di kebun adalah 5,4 s.d. 7,0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6,5 s.d. 7,0. 3. Ketinggian tempat Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah m dpl s.d m dpl. Pasar stroberi juga semakin luas karena buah subtropis itu tidak hanya dikonsumsi segar, namun buah stroberi dapat juga diolah menjadi berbagai macam olahan yang bermanfaat dan digemari masyarakat seperti selai, sirup, dodol, manisan, jus, es krim, dan jelly. Buah stroberi dapat juga bermanfaat bagi kesehatan

3 12 seperti anti kanker, mengencangkan kulit, mengatasi panas dalam, mencegah leukemia, menunda proses penuaan, anti tumor, pembersihaan sistem pencernaan, dan memutihkan gigi. Akibat dari banyaknya industri pengolahan yang memanfaatkan stroberi sebagai bahan baku dan mempunyai daya tarik yang sangat diminati oleh masyarakat (Prayoga, 2011). Stroberi merupakan buah daerah subtropic, maka dari itu stroberi yang dibudidayakan di Indonesia merupakan hasil introduksi. Adapun varietas introduksi yang dapat ditanam di Indonesia antara lain sebagai berikut (Balitjestro, 2010). 1. Sweet Charlie (asal Amerika Serikat) Varietas ini ditanam secara luas di dunia karena cepat berbuah, buah besar dengan warna jingga sampai merah, aroma tergolong kuat, sangat produktif, dan tahan terhadap serangan Colletotrichum. 2. Oso Grande (asal California) Varietas ini sekarang digunakan secara luas di dunia. Ukuran buah sangat besar, buahnya padat, tengahnya bertekstur seperti busa, dan hasil panen tinggi. 3. Tristar (asal Amerika Barat) Varietas ini memerlukan panjang hari netral. Ukuran buah medium sampai kecil, buah cocok untuk pengolahan makanan, dan tahan terhadap serangan penyakit red stele dan embun tepung. 4. Nyoho (asal Jepang Selatan dan Korea) Secara umum, varietas ini memiliki penampilan buah sangat menarik, mengkilap, buah padat, sangat manis, dan sangat cocok untuk bahan baku kue.

4 13 5. Hokowaze (asal Jepang Utara) Varietas ini memiliki hasil panen tinggi, aroma tajam, sedikit lunak, sangat rentan terhadap serangan Verticillium dan antraknosa serta tahan terhadap serangan penyakit embun tepung. 6. Rosa Linda (asal Florida) Varietas ini memiliki hasil panen tinggi dengan aroma buah yang kuat. Varietas ini digunakan sebagai buah meja dan olahan. 7. Chandler (asal California) Varietas ini telah ditanam secara luas di dunia. Ukuran buah besar, hasil panen tinggi, dan tahan terhadap serangan virus. Varietas-varietas tersebut telah banyak dibudidayakan, khususnya di daerah dataran tinggi seperti Lembang, Cianjur, Cipanas dan Sukabumi (Jawa Barat), Batu dan Situbondo (Jawa Timur), Magelang dan Purbalingga (Jawa Tengah), Bedugul (Bali), dan Berastagi (Sumatera Utara) (Balitjestro, 2010). 2.2 Teknik Budidaya Stroberi Teknik dalam budidaya stroberi melalui beberapa tahapan yaitu pembibitan, pengolahan media tanam, teknik penanaman, pemeliharaan tanaman, mengenai hama dan penyakit serta gejala dan pengendaliannya, selanjutnya cara panen stroberi dan penanganan pascapanen stroberi, supaya mengetahui lebih jelasnya mengenai teknik budidaya stroberi akan dibahas pada anak subbab berikut ini (BAPPENAS dalam Prihatman, 2000).

5 Pembibitan Pembibitan stroberi diperbanyak dengan biji dan bibit vegetatif (anakan dan stolon atau akar sulur). Adapun kebutuhan bibit per hektar yaitu antara s.d bibit stroberi. 1. Perbanyakan dengan biji terdapat pada cara sebagai berikut. (1) Benih dibeli dari toko pertanian, rendam benih didalam air selama 15 menit kemudian dikeringanginkan. (2) Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media berupa campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang (kompos) halus yang bersih (1:1:1). Benih disemaikan merata di atas media dan tutup dengan tanah tipis. Kotak semai ditutup dengan plastik atau kaca bening dan disimpan pada temperatur 18 s.d. 20 o C. (3) Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap dipindah tanam ke bedeng dengan jarak antar bibit 2 cm s.d. 3 cm. Media tanam bedeng sapih sama dengan media persemaian. Setelah itu, bedengan dinaungi dengan plastik bening selama di dalam bedengan, bibit diberi pupuk daun. Setelah berukuran 10 cm dan tanaman telah merumpun maka bibit dipindahkan pada media yang ada di kebun. 2. Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebun Tanaman induk yang dipilih harus berumur satu s.d. dua tahun yang sehat dan produktif. Adapun cara penyiapan bibit anakan dan stolon adalah sebagai berikut.

6 15 (1) Bibit anakan Rumpun dibongkar dengan cangkul, tanaman induk dibagi menjadi beberapa bagian yang sedikitnya mengandung satu anakan. Setiap anakan ditanam dalam polibag berukuran 18 cm x 15 cm yang telah berisi campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang halus (1:1:1). Setelah itu, simpan di bedeng persemaian beratapkan dengan plastik. (2) Bibit stolon Rumpun yang dipilih telah memiliki akar sulur pertama dan kedua. Kedua akar sulur ini dipotong, kemudian bibit ditanam di dalam polibag berukuran 18 cm x 15 cm yang telah berisi campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang (1:1:1). Setelah tingginya 10 cm dan berdaun rimbun, bibit siap dipindahkan ke kebun. (3) Bibit untuk budidaya stroberi di polibag Pembibitan dari benih atau anakan atau stolon dilakukan dengan cara yang sama, tetapi media tanam berupa campuran gabah padi dan pupuk kandang (2:1). Setelah bibit di persemaian berdaun dua atau bibit dari anakan atau stolon di polibag kecil berukuran 18 cm x 15 cm siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag besar ukuran 30 cm x 20 cm berisi media yang sama, setelah di polibag bibit dipelihara sampai menghasilkan Pengolahan media tanam Pengolahan media tanam pada tanaman stroberi dapat dilakukan dengan beberapa teknik budidaya yaitu sebagai berikut.

7 16 1. Budidaya di kebun tanpa mulsa plastik (1) Saat awal musim hujan, lahan diolah dengan baik sedalam 30 cm s.d. 40 cm, kemudian dikeringanginkan selama 15 s.d. 30 hari. (2) Buat bedengan dengan lebar 80 cm x 100 cm, tinggi 30 cm s.d. 40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 40 cm x 60 cm atau guludan dengan lebar 40 cm x 60 cm, tinggi 30 cm s.d. 40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar guludan 40 cm x 60 cm. (3) Taburkan 20 s.d. 30 ton/ha pupuk kandang atau kompos secara merata di permukaan bedengan atau guludan dan biarkan bedengan selama 15 hari, kemudian buat lubang tanam dengan jarak 40 cm x 30 cm, 50 cm x 50 cm, atau 50 cm x 40 cm pada media tanah. 2. Budidaya di kebun dengan mulsa plastik. (1) Saat awal musim hujan, lahan diolah dengan baik dan kering dengan dianginkan 15 s.d. 30 hari. Setelah itu, buatlah bedengan dengan lebar 80 cm x 120 cm, tinggi 30 cm s.d. 40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm, atau guludan dengan lebar bawah 60 cm, lebar atas 40 cm, tinggi 30 cm s.d. 40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm dan kemudian dikeringanginkan selama 15 hari. (2) Taburkan dan campurkan dengan tanah bedengan atau guludan 200 kg urea, 250 kg SP-36, dan 100 kg/ha KCl setelah itu siram hingga lembab, kemudian pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi bedengan atau guludan dan kuatkan ujung-ujungnya dengan bantuan bambu berbentuk U.

8 17 (3) Buat lubang di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental manis. Jarak antar lubang dalam barisan 30 cm, 40 cm, atau 50 cm, sehingga jarak tanam menjadi berukuran 40 cm x 30 cm, 50 cm x 50 cm, atau 50 cm x 40 cm. Kemudian buat lubang tanam di atas lubang mulsa tadi. 3. Pengapuran Bila tanah masam, 2 s.d. 4 ton/ha kapur kalsit atau dolomit ditebarkan di atas bedengan atau guludan lalu dicampur merata. Pengapuran dilakukan segera setelah bedengan atau guludan selesai dibuat Teknik penanaman Siram polibag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya dengan hati-hati, kemudian tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal batang. Pada tanaman tanpa mulsa, diberi pupuk dasar sebanyak 1/3 dari dosis pupuk anjuran (dosis anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36, dan 150 kg/ha KCl). Pupuk diberikan di dalam lubang sejauh 15 cm di bagian kiri sampai bagian kanan tanaman, kemudian sirami tanah di sekitar pangkal batang hingga menjadi lembab Pemeliharaan tanaman 1. Penyulaman Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah tanam, untuk tanaman yang disulam adalah yang mati atau tumbuh abnormal. 2. Penyiangan Penyiangan dilakukan pada pertanaman stroberi tanpa ataupun dengan mulsa plastik. Mulsa yang berada di antara barisan atau bedengan dicabut dan

9 18 dibenamkan ke dalam tanah. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan gulma, biasanya dilakukan bersama pemupukan susulan. 3. Perempelan atau pemangkasan Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus dipangkas. Pemangkasan dilakukan teratur terutama membuang daun-daun tua atau rusak dan juga tanaman stroberi diremajakan setiap dua tahun. 4. Pemupukan (1) Pertanaman tanpa mulsa yaitu dengan cara pupuk susulan diberikan 1,5 s.d. 2 bulan setelah tanam sebanyak 2/3 dosis anjuran. Pemberian dengan cara ditabur dalam larikan dangkal diantara barisan, setelah itu ditutup dengan tanah. (2) Pertanaman menggunakan mulsa yaitu dengan cara pupuk susulan ditambahkan jika pertumbuhan kurang baik, maka campurkan urea, SP-36, dan KCl (1:2:1,5) sebanyak 5 kg yang dilarutkan dalam 200 ltr air, kemudian setiap tanaman disiram dengan 350 s.d. 500 cc larutan pupuk. 5. Pengairan dan penyiraman Sampai tanaman berumur 2 minggu, penyiraman dilakukan 2 kali sehari, kemudian penyiraman dikurangi berangsur-angsur dengan syarat tanah tidak mengering. Pengairan bisa dengan disiram atau menjauhi parit antar bedengan dengan air. 6. Pemasangan mulsa kering Mulsa kering dipasang seawal mungkin setelah tanam pada bedengan atau guludan yang tidak memakai mulsa plastik. Jerami atau rumput kering setebal

10 19 3 cm s.d. 5 cm dihamparkan di permukaan bedengan atau guludan dan antara barisan tanaman Hama dan penyakit 1. Hama (1) Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii) Kutu berwarna kuning-kuning kemerahan, kecil (1 mm s.d. 2 mm), hidup bergerombol di permukaan bawah daun. Gejalanya yaitu pucuk atau daun keriput, keriting, pembentukan bunga atau buah terhambat. Pengendalian dapat dengan insektisida Fastac 15 EC dan Confidor 200 LC. (2) Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.) Tungau berukuran sangat kecil, betina berbentuk oval, jantan berbentuk agak segitiga, dan telur kemerah-merahan. Gejalanya yaitu daun berbercak kuning sampai coklat, keriting, mengering, dan gugur. Pengendalian dapat dengan insektisida Omite 570 EC, Mitac 200 EC, atau Agrimec 18 EC. (3) Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi) Kumbang penggerek akar (Otiorhynchus rugosostriatus) dan kumbang penggerek batang (O. sulcatus). Gejalanya yaitu, di bagian tanaman yang digerek terdapat tepung. Pengendalian dapat dengan insektisida Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 EC, atau Curacron 500 EC disaat menjelang fase berbunga. (4) Kutu putih (Pseudococcus sp.) Gejalanya yaitu bagian tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi abnormal. Pengendalian kimia dapat dengan insektisida Perfekthion 400 EC atau dengan Decis 2,5 EC.

11 20 (5) Nematoda (Aphelenchoides fragariae atau A. ritzemabosi) Hidup di pangkal batang bahkan sampai pucuk tanaman. Gejalanya yaitu tanaman tumbuh kerdil, tangkai daun kurus, dan kurang berbulu. Pengendaliannya dapat dengan nematisida Trimaton 370 AS, Rugby 10 G, atau dengan Nemacur 10 G. 2. Penyakit (1) Kapang kelabu (Botrytis cinerea) Gejalanya yaitu pada bagian buah membusuk dan berwarna coklat lalu mengering. Pengendalian dapat dengan fungisida Benlate atau Grosid 50 SD. (2) Busuk buah matang (Colletotrichum fragariae Brooks) Gejalanya yaitu buah masak menjadi kebasah-basahan berwarna coklat muda dan buah dipenuhi massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian dapat dengan fungisida berbahan aktif tembaga seperti Kocide 80 AS, Funguran 82 WP, dan juga dengan Cupravit OB 21. (3) Busuk rizopus (Rhizopus stolonifer) Beberapa gejalanya yaitu, pertama buah busuk, berair, berwarna coklat muda, dan bila ditekan akan mengeluarkan cairan keruh. Kedua di tempat penyimpanan, buah yang terinfeksi akan tertutup miselium jamur berwarna putih dan spora hitam. Pengendalian dapat dengan membuang buah yang sakit, pascapanen yang baik, dan budidaya dengan mulsa plastik. (4) Empulur merah (Phytophthora fragariae hickman) Gejalanya yaitu jamur menyerang akar sehingga tanaman tumbuh kerdil, daun tidak segar, kadang-kadang layu terutama siang hari.

12 21 (5) Embun tepung (Sphaetotheca mascularis atau Uncinula necator) Gejalanya yaitu, pada bagian yang terserang, terutama daun, tertutup lapisan putih tipis seperti tepung, bunga akan mengering dan gugur. Pengendalian dapat dengan fungisida Benlate atau Rubigan 120 EC. (6) Daun gosong (Diplocarpon earliana atau Marssonina fragariae) Gejalanya yaitu, daun berbercak bulat telur sampai bersudut tidak teratur, berwarna ungu tua. Pengendalian kimia dengan fungisida Dithane M-45 atau dengan Antracol 70 WP. (7) Bercak daun Beberapa penyebab dari penyakit bercak daun, yaitu sebagai berikut. a. Ramularia tulasnii (Mycosphaerella fragariae) Gejalanya yaitu, bercak kecil ungu tua pada daun. Pusat bercak berwarna coklat yang akan berubah menjadi putih. b. Pestalotiopsis disseminata Gejalanya yaitu, bercak bulat pada daun. Pusat bercak berwarna coklat tua dikelilingi bagian tepi berwarna coklat kemerahan atau kekuningan, menyebabkan daun mudah gugur. c. Rhizoctonia solani Gejalanya yaitu, bercak coklat kehitaman besar pada daun. Pengendalian kimia dengan fungisida bahan aktif tembaga seperti Funguran 82 WP, Kocide 77 WP, atau Cupravit OB 21.

13 22 (8) Busuk daun (Phomopsis obscurans) Gejalanya yaitu, noda bulat berwarna abu-abu dikelilingi warna merah ungu, kemudian noda membentuk luka mirip huruf V. Pengendalian dapat dengan Dithane M-45, Antracol 70 WP, atau Daconil 75 WP. (9) Layu vertisillium (Verticillium dahliae) Gejalanya yaitu, daun terinfeksi berwarna kekuning-kuningan hingga coklat, layu, dan tanaman mati. Pengendalian dapat melalui fumigasi gas dengan menggunakan Basamid-G. (10) Virus Ditularkan melalui serangga aphids atau tungau. Gejalanya yaitu, terjadi perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning (khlorosis) sepanjang tulang daun, daun jadi keriput, kaku, tanaman kerdil. Pengendalian dapat menggunakan bibit bebas virus, menghancurkan tanaman terserang, menyemprot pestisida untuk mengendalikan serangga pembawa virus. Pencegahan hama dan penyakit umumnya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun atau tanaman, menanam secara serempak (untuk memutus siklus hidup), menanam bibit yang sehat, memberikan pupuk sesuai anjuran sehingga tanaman tumbuh sehat, melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan keluarga Rosaceae dan memangkas bagian tanaman atau mencabut tanaman yang sakit. Membudidayakan stroberi dengan mulsa plastik juga akan menekan pertumbuhan hama atau penyakit. Khusus untuk penyakit, perbaikan drainase biasanya dapat menurunkan serangan.

14 Panen dan produksi Tanaman asal stolon dan anakan mulai berbunga ketika berumur dua bulan setelah tanam. Bunga pertama sebaiknya dibuang, dan setelah tanaman berumur empat bulan maka bunga dibiarkan tumbuh menjadi buah. Periode pembungaan dan pembuahan dapat berlangsung selama dua tahun tanpa henti. 1. Ciri dan umur panen (1) Buah sudah agak kenyal dan agak empuk. (2) Kulit buah didominasi warna merah, hijau kemerahan hingga kuning kemerahan. (3) Buah berumur dua minggu sejak pembungaan atau 10 hari setelah awal pembentukan buah. 2. Cara panen Panen dilakukan dengan menggunting bagian tangkai bunga dengan kelopaknya, dan panen dilakukan biasanya dua kali dalam seminggu. Perkiraan produktivitas tanaman stroberi bergantung dari varietas dan teknik budidaya, untuk varietas Osogrande mencapai 1,2 kg/tanaman/tahun, varietas pajero 0,8 kg/tanaman/tahun, dan varietas selva 0,6 kg/tanaman/tahun s.d. 0,7 kg/tanaman/tahun. Teknik budidaya stroberi dengan naungan UV memberikan hasil 1 kg/tanaman/tahun s.d. 1,25 kg/tanaman/tahun (Prayoga, 2011). Adapun data mengenai hasil produksi stroberi berdasarkan provinsi di Indonesia tahun 2011 s.d dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

15 24 Tabel 2.1 Produksi Stroberi Berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2011 s.d No Provinsi Produksi per Tahun (ton) Sumatera Utara Sumatera Barat Jambi Bengkulu Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Bali NTB Sulawesi Utara Sulawesi Selatan TOTAL Sumber : Kementrian Pertanian (2014) Penanganan pascapanen 1. Pengumpulan Buah disimpan dalam suatu wadah dengan hati-hati supaya tidak memar, simpan di tempat teduh atau dibawa langsung ke tempat penampungan hasil. Hamparkan buah di atas lantai beralas terpal atau plastik. Cuci buah dengan air mengalir dan tiriskan di atas rak-rak penyimpanan. 2. Penyortiran dan penggolongan Pisahkan buah yang rusak dari buah yang baik. Penyortiran buah berdasarkan pada varietas, warna, ukuran, dan bentuk buah. Terdapat tiga kelas kualitas buah yaitu sebagai berikut. (1) Kelas Ekstra: buah berukuran 20 mm s.d. 30 mm atau tergantung spesies, serta warna dan kematangan buah seragam.

16 25 (2) Kelas I: buah berukuran 15 mm s.d. 25 mm atau tergantung spesies, serta bentuk, dan warna buah bervariasi. (3) Kelas II: tidak ada batasan ukuran buah dan juga sisa seleksi kelas ekstra dan kelas I yang masih dalam keadaan baik. 3. Pengemasan dan penyimpanan Buah dikemas di dalam wadah plastik transparan atau putih kapasitas 0,25 kg s.d. 0,5 kg dan ditutup dengan plastik lembar polietilen. Penyimpanan dilakukan di rak dalam lemari pendingin 0 s.d. 1 o C. 2.3 Konsep dan Definisi Risiko Ahli statistik sudah sejak lama mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan suatu nilai di sekitar suatu posisi sentral atau sekitar titik rata-rata. Variasi lain dari konsep risiko sebagai suatu penyimpangan yaitu risiko merupakan probabilitas obyektif bahwa outcome yang aktual dari suatu kejadian akan berbeda dari outcome yang diharapkan. Kunci dalam definisi ini adalah risiko bukan probabilitas dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilitas dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan (Darmawi, 2004). Salvatore (2003) menyatakan risiko mengacu kepada situasi di mana terdapat lebih dari satu hasil yang mungkin terjadi dari suatu keputusan dan probabilitas dari setiap hasil tersebut diketahui, sedangkan menurut Wijaya (2012) risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut.

17 Sumber-sumber risiko Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya risiko pada umumnya berasal dari dua sumber yakni sumber internal dan eksternal. Sumber internal umumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Sumber eksternal umumnya jauh diluar kendali pembuat keputusan, antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya, kondisi pemasok, kondisi geografi dan kependudukan, dan perubahan lingkungan dimana perusahaan itu didirikan (Darmawi, 2004). Menurut Harwood et al., (1999 dalam Sari, 2012) beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi petani sebagai berikut. 1. Risiko produksi Sumber risiko dari produksi dapat disebabkan oleh hama dan penyakit, cuaca, musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja yang dapat menyebabkan gagal panen, produktivitas yang rendah, dan kualitas yang buruk. 2. Risiko pasar dan harga Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya barang tidak dapat dijual yang disebabkan oleh adanya ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli, persaingan ketat, banyak pesaing masuk, banyak produksi subtitusi, daya tawar pembeli, dan strategi pemasaran yang tidak baik. Namun, risiko yang ditimbulkan oleh harga yang naik karena adanya inflasi dan dipengaruhi oleh perubahan harga produksi atau input yang digunakan.

18 27 3. Risiko kelembagaan atau institusi Risiko yang ditimbulkan adalah adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu oganisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksi yang dapat disebabkan oleh institusi mempengaruhi hasil pertanian melalui kebijakan dan peraturan. Kebijakan pemerintah dalam menjaga kestabilan proses produksi, distribusi, dan harga dari input s.d. output dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan produksi petani. Fluktuasi harga input maupun output pertanian dapat mempengaruhi biaya produksi. 4. Risiko keuangan Risiko keuangan merupakan dampak yang ditimbulkan oleh cara petani dalam mengelola keuangannya. Risiko yang ditimbulkan antara lain perputaran barang rendah, laba yang menurun disebabkan oleh adanya piutang tak tertagih, dan likuiditas yang rendah. 5. Risiko manusia atau orang Risiko ini disebabkan oleh tingkah laku manusia dalam melakukan proses produksi. Sumberdaya manusia perlu diperhatikan untuk menghasilkan output optimal. Moral manusia dapat menimbulkan kerugian seperti adanya kelalaian sehingga menimbulkan kebakaran, pencurian, dan rusaknya fasilitas produksi Tipe-tipe risiko Hanafi (2009) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengelompokkan risiko adalah dengan melihat tipe-tipe risiko. Bagian berikut ini menunjukan bahwa risiko dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe risiko yaitu, risiko murni dan risiko spekulatif.sebagai berikut.

19 28 1. Risiko murni (pure risks) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Contoh risiko tipe ini adalah risiko kecelakaan, kebakaran, dan semacamnya. 2. Risiko spekulatif adalah risiko dimana mengharapkan terjadinya kerugian dan juga keuntungan. Contoh risiko tipe ini adalah usaha bisnis. Dalam kegiatan bisnis mengharapkan keuntungan, meskipun ada potensi kerugian. 2.4 Hubungan Karakteristik dengan Risk and Return Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan, maka ada faktor yang turut mempengaruhinya yaitu karakteristik sang pengambil keputusan. Latar belakang karakter ini menjadi bagian yang dominan untuk dikaji sebagai bahan analisis pendukung tentunya. Karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut (Fahmi, 2013). 1. Takut pada risiko atau risk avoider Karakteristik seperti ini adalah dimana decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang diambilnya, bahkan dia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya menghindari risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Secara umum pebisnis yang berkarakter seperti ini cenderung melakukan tindakan yang biasanya disebut dengan safety player. Mereka penganut risk avoider cenderung sulit menjadi pemimpin dan lebih banyak menjadi follower bukan innovator. Namun, yang harus kita pahami bahwa hampir semua investor bertipe penghindar risiko, dalam artian mereka tidak ingin menanggung risiko yang akan timbul dalam bentuk kerugian yang akan timbul di kemudian hari.

20 29 Bagaimanapun investasi selalu dilihat sebagai bentuk usaha mencari keuntungan dalam bentuk finansial di kemudian hari terhadap sejumlah dana yang telah ditanamkan pada saat ini. 2. Hati-hati pada risiko atau risk indifference Karakteristik seperti ini adalah dimana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan tersebut dilakukan. Namun, bagi mereka yang menganut karakter seperti ini dengan kecenderuangan kehati-hatian yang begitu tinggi maka biasanya setelah keputusan tersebut diambil maka dia tidak akan mengubahnya begitu saja. 3. Suka pada risiko atau risk seeker atau risk lover Karakteristik seperti ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko, karena bagi tipe ini semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Prinsip seperti ini cenderung begitu menonjol dan mempengaruhi besar terhadap setiap keputusan yang di ambil, mereka terbiasa dengan spekulasi dini dan itu pula yang membuat mereka penganut karakteristik ini selalu saja ingin menjadi pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja dan kalupun berada pada posisi pekerja maka itupun tidak akan berlangsung lama. Mental risk seeker atau juga disebut dengan risk lover adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar, karakter ini juga pada umumnya dimiliki oleh para pemberontak dimana mereka mau bersusah payah dengan keyakinan akan memperoleh kenikmatan setelah itu yaitu berupa kemenangan.

21 Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis, serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu perlu terlebih dahulu memahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut (Darmawi, 2004). Manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau mungkin saja mengoptimalkan risiko. Risiko ada dimana-mana, bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari. Apabila risiko tersebut menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugian yang signifikan. Beberapa situasi risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut, karena itu risiko penting untuk dikelola. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini (Hanafi 2009). 1. Identifikasi risiko Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi. Beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, misalkan dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. 2. Evaluasi dan pengukuran risiko Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Apabila memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih

22 31 mudah dikendalikan. Beberapa teknik untuk mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut. Sebagai contoh bisa memperkirakan probabilitas (kemungkinan) risiko atau suatu kejadian jelek terjadi. 3. Pengelolaan risiko Apabila organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misalkan kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, yaitu seperti penghindaran, ditahan (rentention), diversifikasi, transfer risiko (asuransi), pengendalian risiko (risk control), dan pendanaan risiko (risk financing). Darmawi (2004) menyatakan dengan menerapkan manajemen risiko dapat memberikan sumbangan terhadap perusahaan yaitu sebagai berikut. 1. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan. Sebagian kerugian seperti hancurnya fasilitas produksi mungkin bisa menyebabkan perusahaan harus ditutup, jika sebelumnya tidak ada kesiapsediaan menghadapi musibah tersebut. 2. Laba dapat ditingkatkan dengan jalan mengurangi pengeluaran, maka manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba. Misalnya, manajemen risiko dapat mengurangi pengeluaran dengan jalan mencegah atau mengurangi risiko kerugian. 3. Manajemen risiko dapat menyumbang secara tidak langsung laba setidaknya dengan cara-cara sebagai berikut.

23 32 (1) Apabila sebuah perusahaan memanajeri risiko murninya dengan berhasil, maka manajer akan bersikap tenang dan percaya diri, serta membuka pikiran untuk menyelidiki risiko spekulatif. (2) Membebaskan manajer umum dari memikirkan aspek risiko murni dari proyek yang bersifat spekulatif, maka manajemen risiko dalam hal ini menunjang peningkatan kualitas keputusan yang diambil. (3) Apabila keputusan telah diambil untuk menerima proyek yang bersifat spekulatif, maka penanganan risiko spekulatif lebih efisien. (4) Manajemen risiko dapat mengurangi fluktuasi laba tahunan dan aliran kas. (5) Melalui persiapan sebelumnya, manajemen risiko dalam banyak hal dapat membuat perusahaan melanjutkan kegiatannya walaupun telah mengalami suatu kerugian, jadi dengan demikian mencegah langganan pindah kepada saingan. 4. Menyebabkan ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi perusahaan itu. 5. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi, maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image. 2.6 Identifikasi Risiko Sebelum memanajemen risiko, maka harus dapat diketahui adanya risiko itu, berarti membangun pengertian tentang sifat risiko yang dihadapi dan dampaknya terhadap aktivitas perusahaan. Pengidentifikasian itu merupakan proses

24 33 penganalisisan untuk menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan risiko yang menantang perusahaan. Proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi (Darmawi, 2004). Menurut Hery (2015) dalam pelaksanaannya, teknik pencarian informasi untuk mengidentifikasi risiko dapat dilakukan dengan beberapa teknik berikut. 1. Kuesioner 2. Brainstorming 3. Teknik Delphi 4. Wawancara 5. Root Cause Analysis Setelah proses identifikasi semua risiko risiko yang terjadi pada suatu usaha dilakukan, diperlukan suatu tindak lanjut untuk menganalisis risiko risiko tersebut. Al Bahar dan Crandall, (1990 dalam Bria, 2012) mengemukakan bahwa yang dibutuhkan adalah menentukan signifikansi atau dampak dari risiko tersebut, melalui suatu analisis probabilitas, sebelum risiko risiko tersebut dibawa memasuki tahapan respon manajemen. Langkah pertama dalam mengidentifikasi risiko yaitu dengan menghitung probabilitas. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya (probabilitas) yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko yang akan terjadi. Dengan mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko dapat diketahui risiko apa saja yang tergolong besar dan kecil, sehingga dalam penanganan risiko dapat diketahui risiko mana yang perlu diperhatikan.

25 34 Metode aproksimasi adalah cara yang digunakan untuk mengetahui probabilitas dan dampak risiko, metode ini dilakukan dengan cara menanyakan kirakira berapa dampak dan kemungkinan (probabilitas) dari suatu risiko kepada orang lain (Kountur, 2008 dalam Dewiana, 2011). Pemilihan metode ini digunakan apabila perusahaan tidak memiliki data historis mengenai kemungkinan (probabilitas) dan dampak risiko yang ada. Pengumpulan informasi pada metode aproksimasi ini dilakukan dengan cara expert opinion. Cara ini merupakan salah satu cara pengumpulan informasi dimana seseorang dianggap ahli diwawancarai untuk mendapatkan informasi tentang berapa besar kemungkinan (probabilitas) dan dampak yang terjadi dari suatu risiko. Beberapa sumber risiko yang dijelaskan diberikan kepada para ahli yang kemudian ahli tersebut memberikan pendapatnya terhadap perkiraan dampak dan probabilitas risiko. Kountur, (2008 dalam Dewiana, 2011) mengemukakan bahwa salah satu cara untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko yaitu dengan meminta pendapat sekurang-kurangnya dari tiga orang yang dapat merepresentasikan pendapat optimis (O), most likely (M), dan pesimis (P). Pendapat yang menyatakan dengan optimis terhadap suatu kejadian pada umumnya memberikan penilaian lebih kecil karena beranggapan bahwa kejadian tersebut tidak akan terjadi dan dapat diantisipasi. Kriteria penentuan para ahli tersebut berdasarkan pada tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki selama bekerja. Setelah ketiga orang ini diwawancarai, kemudian dirata-ratakan nilainya. Rata-rata yang dimaksud adalah rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut.

26 35 Probabilitas = Dampak (D) =.. (1) Keterangan : Probabilitas = Peluang terjadinya akibat sumber-sumber risiko (%) Dampak (D) = Dampak yang ditimbulkan akibat sumber-sumber risiko (%) (O) = Pendapat Optimis (%) (M) = Pendapat Most likely (%) (P) = Pendapat Pesimis (%) Penggunaan rumus di atas dilakukan agar data yang didapat tidak bias. Nilai most likely dikalikan empat karena nilai tersebut diasumsikan sebagai nilai yang dapat dipercaya dan nilai ini adalah nilai dari orang yang dianggap ahli dari kebanyakan kejadian secara umum. Penetapan dampak risiko tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan apakah risiko tersebut akan berdampak pada penurunan penerimaan yang sangat signifikan atau tidak. Besarnya dampak risiko dapat diketahui melalui perhitungan sebagai berikut (Dewiana, 2011) Dampak (Rp) = Persentase kehilangan x rata-rata produksi x harga jual.. (2) Keterangan : Dampak (Rp) = Biaya yang ditimbulkan dari sumber-sumber risiko (Rp) Persentase kehilangan = Pendapat ahli (%) Rata-rata produksi = Rata-rata produksi selama periode (kg) Harga jual = Rata-rata harga jual produk (Rp/kg) Persentase kehilangan yang dimaksud merupakan kehilangan produksi yang diberikan berdasarkan perkiraan para ahli, sedangkan rata-rata produksi diperoleh dari jumlah produksi per minggunya, sehingga didapatkan rata-rata produksi. Harga jual yang digunakan merupakan harga jual rata-rata. Status risiko digunakan untuk mengetahui mana risiko yang besar dan kecil, serta status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko

27 36 sampai dengan yang tidak berisiko. Secara matematis status risiko dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Kountur, 2008 dalam Dewiana, 2011). Status Risiko = Probabilitas x Dampak (Rp)... (3) Keterangan : Status Risiko = Urutan risiko dari yang paling berisiko (Rp) Probabilitas = Peluang terjadinya akibat sumber-sumber risiko (%) Dampak (Rp) = Biaya yang ditimbulkan dari sumber-sumber risiko (Rp) 2.7 Analisis Tingkat Risiko Sesudah manajer risiko mengidentifikasi berbagai jenis risiko yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya risiko itu harus dianalisis seberapa besar tingkat risikonya supaya dapat menentukan relatif pentingnya risiko tersebut dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong dalam penetapan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya (Darmawi, 2004). Langkah pertama dalam menganalisis tingkat risiko yaitu dengan menghitung probabilitas. Metode yang digunakan untuk mengukur probabilitas pada penelitian ini adalah metode nilai standar (z-score). Menurut Kountur, (2008 dalam Amelia, 2012) terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menghitung tingkat probabilitas dengan menggunakan metode z-score, sebagai berikut. 1. Menghitung nilai rata-rata produksi Nilai rata-rata produksi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. n i i n... (4) Keterangan: = Nilai rata-rata dari hasil produksi (kg/tahun) Q i = Data setiap hasil produksi (kg/minggu) n = Jumlah data

28 37 2. Menghitung nilai standar deviasi (s) Nilai standar deviasi diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut. n i i - n... 5) Keterangan: s = Nilai standar deviasi dari hasil produksi (kg/tahun) = Nilai rata-rata dari hasil produksi (kg/tahun) Q i = Data setiap hasil produksi (kg/minggu) n = Jumlah data 3. Menghitung z-score Nilai standar (z-score) diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut. i -... (6) Keterangan: z = Nilai standar (z-score) yang dilihat dari tabel distribusi normal Q i = Data setiap hasil produksi (kg/minggu) = Nilai rata-rata dari hasil produksi (kg/tahun) s = Nilai standar deviasi dari hasil produksi (kg/tahun) Apabila kurva normal standar berbentuk simetris pada titik nol (mean) hasilnya akan sama meski memiliki tanda negatif, maka nilai z akan tetap sama walaupun bernilai positif ataupun negatif, dan begitu juga dengan luas areanya (probabilitas) (Salvatore, 2003). 4. Mencari nilai probabilitas (Pi) Langkah terakhir yang dilakukan dengan menyamakan atau memetakan kedalam tabel distribusi normal (tabel distribusi Z) nilai z-score yang telah diperoleh hasil dengan rumus 3. Konsep distribusi probabilitas sangat dibutuhkan untuk mengevaluasi dan membandingkan hasil suatu produksi. Secara umum, hasil atau produksi dari

29 38 berusahatani akan paling tinggi pada saat kondisi yang optimal dan akan paling rendah selama produksi tidak optimal atau resesi. Apabila mengalikan tiap hasil atau produksi yang mungkin terjadi dari suatu usaha dengan probabilitasnya masingmasing dan kemudian menambahkan semua hasil perkalian, maka akan mendapatkan produksi yang diharapkan dari usaha yaitu sebagai berikut (Salvatore, 2003). Ekspektasi produksi ( ) n i i. i (7) Keterangan: E(Q) Q i Pi = Nilai yang diharapkan dari hasil produksi (kg/tahun) = Data setiap hasil produksi (kg) = Probabilitas dari masing-masing hasil produksi Menurut Salvatore (2003) nilai yang diharapkan dari hasil produksi (expected production) merupakan rata-rata tertimbang dari semua tingkat produksi yang mungkin terjadi dalam berbagai periode dalam produksi, dimana probabilitas dari tingkat produksi digunakan sebagai bobot Ukuran risiko absolut Menurut Salvatore (2003) menyatakan semakin rapat distribusi probabilitas semakin berisiko dari suatu keputusan atau strategi. Alasannya, semakin kecil nilai probabilitas bahwa hasil aktual yang akan terjadi akan menyimpang secara signifikan dari nilai yang diharapkan atau rata-rata. Hal tersebut dapat mengukur kerapatan atau derajat penyebaran probabilitas dengan memakai simpangan baku (standard deviation), yang diindikasikan oleh imbol igma σ. Simpangan baku (standard deviation) mengukur tingkat penyebaran hasil-hasil yang mungkin dari nilai yang diharapkan atau rata-rata produk i. Semakin kecil nilai tandar devia i σ, emakin rapat distribusi dan semakin kecil risiko.

30 39 Menghitung nilai tandar devia i σ dari uatu di tribu i probabilita tertentu, maka dapat memakai proses tiga langkah berikut (Salvatore, 2003). 1. Tiap hasil aktual (Q i ) dikurangi sebesar nilai yang diharapkan E(Q) dari distribusi untuk mendapatkan serangkaian deviasi (d i ) dari nilai yang diharapkan, yaitu sebagai berikut. d i = Q i E(Q)... (8) Keterangan: Q i = Hasil setiap produksi (kg) E(Q) = Expected production (kg/tahun) 2. Kudratkan tiap deviasi, kemudian kalikan dengan probabilitas dari setiap nilai yang diharapkan atau rata-rata, dan jumlahkan semuanya. Rata-rata tertimbang dari deviasi-deviasi yang telah dikuadratkan dinamakan dengan ragam (variance) dari di tribu i σ 2 ), yaitu sebagai berikut. σ ( ( ). i... (9) Keterangan: = Ragam (variance) dari hasil produksi (kg/tahun) P i = Probabilitas (Tabel distribusi Z) Q i = Data per periode hasil produksi (kg/periode) E(Q) = Expected production (kg/tahun) Nilai variance juga dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai ragam maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut (Elton dan Gruber, 1995 dalam Situmeang, 2011). 3. Hitung akar kuadrat dari ragam untuk mendapatkan simpangan baku (σ), yaitu sebagai berikut.

31 40 ( - ( ))..... (10) Keterangan: σ = Simpangan baku dari hasil produksi (kg/tahun) P i = Probabilitas (Tabel distribusi Z) Q i = Data per periode hasil produksi (kg/periode) E(Q) = Expected production (kg/tahun) Ukuran risiko relatif Standar deviasi bukan merupakan ukuran yang baik untuk membandingkan tingkat sebaran (risiko relatif) yang berhubungan dengan dua distribusi probabilitas atau lebih yang memiliki nilai yang diharapkan yang berbeda. Distribusi yang mengandung nilai yang diharapkan terbesar sangat mungkin memiliki standar deviasi yang lebih besar (ukuran sebaran absolut) tetapi tidak selalu memiliki dispersi relatif terbesar. Mengukur dispersi relatif, dapat menggunakan koefisien variasi (coefficient of variation). Koefisien variasi sama dengan simpangan baku dari suatu distribusi dibagi dengan nilai yang diharapkan dengan rumus perhitungannya sebagai berikut (Salvatore, 2003). oefi ien varia i σ... (11) Keterangan: CV σ E(Q) = Coefficient variation produksi = Standard deviation produksi (kg/tahun) = Expected production (kg/tahun) Koefisien variasi merupakan ukuran yang bebas dimensi, atau angka murni yang dapat digunakan untuk membandingkan risiko relatif dari dua proyek atau usaha maupun yang lebih dari dua proyek atau usaha. Proyek atau suatu usaha yang

32 41 memiliki koefisien variasi paling tinggi adalah proyek atau suatu usaha yang paling berisiko (Salvatore, 2003). Menurut Fahmi (2013) pengukuran risiko operasional dapat dilakukan dengan menempatkan tingkatan dari setiap bentuk risiko yang terjadi. Semakin tinggi risiko maka semakin tinggi kemungkinan untuk memperoleh produksi yang diharapkan, dengan asumsi risiko dan production (produksi) bersifat linear, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut. E(Q) IV I M III II 0 σ Gambar 2.1 Hubungan Expected Production dan Standar Deviasi dalam Perspektif Risiko Operasional Keterangan: E(Q) = Expected production atau hasil produksi yang diharapkan. σ Standar deviasi atau simpangan baku. Simpangan baku di sini sering diartikan dengan tingkat risiko yaitu semakin besar simpangan bakunya maka semakin besar tingkat risiko yang akan terjadi. Pada Gambar 2.1 dapat dipahami bahwa terdapat suatu hubungan kuat antara E dan σ. Setiap titik-titik dan wilayah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

33 42 1. Posisi I adalah dimana E berada di po i i yang tertinggi dan σ juga berada di posisi yang tertinggi dalam artian semakin tinggi pengharapan pada E(Q) maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya σ, atau dengan kata lain di sini kondisi maksimalitas expected production bersifat searah (linier) dengan risiko yang akan diterima. Contohnya pada saat suatu perusahaan merencanakan untuk menambah kapasitas produksi maka kemungkinan untuk meningkatkan penjualan pasti akan terjadi atau profit perusahaan akan mengalami peningkatan, namun ini juga berakibat pada terjadinya peningkatan pada proses produksi untuk mampu meningkatkan jumlah produksi per unitnya yaitu jika sebelumnya perusahaan bisa memproduksi unit maka sekarang harus ditingkatkan menjadi unit. Kondisi ini akan menimbulkan beberapa dampak pada risiko operasional perusahaan sebagai berikut. (1) Mesin produksi akan mengalami masa penyusutan dengan cepat karena dipakai dalam waktu lebih lama dan bersifat mengejar target produksi. (2) Kebutuhan bahan baku yang diperlukan akan mengalami peningkatan yang tinggi dan tidak boleh terhenti karena akan mempengaruhi pada kelancaran produksi secara tepat waktu. (3) Ketersediaan barang hasil produksi harus selalu tersedia di gudang karena menyangkut dengan kelancaran order pesanan dari para distributor atau para pembeli, karena jika hal ini mengalami kemacetan maka kepuasan konsumen akan terganggu. 2. Posisi II adalah dimana E berada di po i i rendah σ berada dipo i i yang tinggi atau dengan kata lain E dan σ ber ifat tidak earah atau (non linier).

34 43 Posisi ini mengharuskan suatu perusahaan melakukan antisipasi dan menerapkan strategi yang maksimal guna menghindari semakin terjadinya pergerakan kenaikan risiko secara lebih tinggi, karena semakin tingginya risiko yang terjadi akan menyebabkan beberapa hal pada perusahaan seperti berikut. (1) Peningkatan kerugian perusahaan akan terus bertambah dan lebih jauh dana cadangan banyak terkuras. (2) Apabila risiko kerugian ini tetap dibiarkan secara terus menerus maka akan menyebabkan perusahaan tersebut berada dalam kondisi financial distress (kesulitan keuangan). (3) Kredibilitas dan reputasi perusahaan akan semakin menurun karena berbagai pihak mulai dari rekanan bisnis atau (business partner) hingga para konsumen terutama konsumen aktual akan semakin kecewa. (4) Lebih jauh mampu menimbulkan risiko kebangkrutan (bankrupt). 3. Posisi III adalah dimana E berada pada po i i rendah dan σ juga berada pada posisi yang rendah, atau dengan kata lain E dan σ ber ifat earah linier). 4. Posisi IV adalah dimana E berada pada po i i tinggi dan σ berada po i i rendah atau dengan kata lain E dan σ ber ifat tidak earah non linier). Pada kondisi ini ada beberapa kondisi dan situasi yang perlu dicermati sebagai berikut. (1) Risiko sangat sulit diprediksi tapi jika terjadi mampu menempatkan perusahaan berada titik atau posisi II. (2) Kondisi dan situasi ini terjadi pada saat kontrol risiko alias (risk control) menjadi lemah karena perusahaan selama ini telah terbuai oleh profit dari hasil produksi yang terus mengalami kenaikan.

35 44 (3) Semangat kerja atau under pressure (dibawah tekanan) yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan tidak lagi seperti berada pada posisi II dan ini bisa berdampak pada penurunan kedisiplinan kerja serta target dari pekerjaan yang harus dikerjakan. 5. Posisi M adalah posisi yang dianggap sebagai titik yang paling optimal untuk kondisi E dan σ. Apabila pihak manajemen dan para komisaris perusahaan (para pemegang saham) menginginkan kondisi yang stabil dalam artian safety position maka sebaiknya memilih posisi atau titik M saja. 2.8 Penanganan risiko Penanganan risiko merupakan langkah lanjutan dari proses identifikasi dan menganalisis tingkat risiko. Penanganan risiko berbentuk langkah-langkah yang ditujukan untuk mengurangi tingkat kerugian dari suatu kondisi yang dianggap berisiko bagi perusahaan. Menurut Kountur, (2008 dalam Sari, 2012) menyatakan terdapat dua cara penanganan risiko yaitu sebagai berikut. 1. Preventif Preventif adalah cara yang dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Cara ini cocok dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Preventif dapat dilakukan dengan berbagai cara membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), dan memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

36 45 2. Mitigasi Mitigasi adalah cara penanganan risiko yang dimaksud untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Cara mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk dalam mitigasi sebagai berikut. (1) Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta dibeberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. (2) Penggabungan Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. (3) Pengalihan risiko Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan, maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, diantaranya dengan melalui asuransi, leasing, dan hedging. Petani dapat melakukan beberapa cara untuk menangani risiko yang dihadapi serta meminimalisir kerugian usahataninya. Menurut Harwood et al., (1999 dalam Cher, 2011) beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.

37 46 1. Diversifikasi usaha (enterprise diversification) Diversifikasi adalah suatu cara pengelolaan risiko yang sering digunakan yang melibatkan partisipasi lebih dari satu aktivitas. Cara diversifikasi ini dilakukan dengan alasan bahwa apabila satu unit usaha memiliki hasil yang rendah maka unit-unit usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi. 2. Integrasi vertikal (vertical integration) Integrasi vertikal merupakan salah satu cara dalam payung koordinasi vertikal yang meliputi seluruh cara yang mana output dari satu tahapan produksi dan distribusi ditransfer ke tahapan produksi lain. Pada sisi petani, keputusan untuk melakukan integrasi vertikal tergantung pada banyak faktor, antara lain perubahan keuntungan dengan adanya integrasi vertikal, risiko pada kuantitas dan kualitas pasokan input atau output sebelum dan sesudah integrasi vertikal, dan faktor-faktor lainnya. 3. Kontrak produksi (production contract) Kontrak produksi ini biasanya menetapkan dengan rinci suplai input produksi oleh pembeli, kualitas dan kuantitas komoditas tertentu yang akan diproduksi, dan kompensasi yang akan dibayarkan kepada petani. 4. Kontrak pemasaran (marketing contract) Kontrak pemasaran berisikan perjanjian, baik secara tertulis maupun lisan, antara pedagang dengan produsen tentang penetapan harga dan penjualan suatu komoditas sebelum panen atau sebelum komoditas siap dipasarkan. Kepemilikan komoditas saat diproduksi adalah milik petani, termasuk keputusan manajemen, seperti menentukan varietas benih, penggunaan input, dan kapan waktunya.

STROBERI ( Fragaria chiloensis L. / F. vesca L. )

STROBERI ( Fragaria chiloensis L. / F. vesca L. ) STROBERI ( Fragaria chiloensis L. / F. vesca L. ) 1. SEJARAH SINGKAT Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu

Lebih terperinci

STROBERI ( Fragaria chiloensis L. / F. vesca L. )

STROBERI ( Fragaria chiloensis L. / F. vesca L. ) STROBERI ( Fragaria chiloensis L. / F. vesca L. ) 1. SEJARAH SINGKAT Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Stroberi merupakan tanaman buah herba dan ditemukan pertama kali di Chili, Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah menyebar ke berbagai

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Stroberi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Stroberi TINJAUAN PUSTAKA Botani Stroberi Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Dalam klasifikasi tanaman, stroberi termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB 1/7 Pepaya merupakan tanaman buah-buahan yang dapat tumbuh di berbagai belahan dunia dan merupakan kelompok tanaman hortikultura

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko VI. PEMBAHASAN Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada keberhasilan produksi. Risiko ini berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil produksi yang dihasilkan. risiko

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI 6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi tanaman hias adenium tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Adanya risiko dalam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk pertanian ini diharapkan

Lebih terperinci

2) Mengembangkan kelembagaan pangan yangmenjamin peningkatan produksi serta konsumsi pangan yang lebih beragam,

2) Mengembangkan kelembagaan pangan yangmenjamin peningkatan produksi serta konsumsi pangan yang lebih beragam, I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Paduan rasa manis dan asam, rupanya sudah jadi ciri buah mungil ini. Tentunya Anda juga sepakat untuk mengkategorikan salah satu holtikultura ini sebagai tanaman yang memiliki

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT

PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT Ir.. SISWANI DWI DALIANI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2012 PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.18/011/A/JUKLAK/2012 1. JUDUL RDHP :

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Stroberi. Tanaman stroberi dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Stroberi. Tanaman stroberi dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Botani Stroberi Tanaman stroberi dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut ( BAPPENAS, 2000) : Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Bawang putih (allium sativum) termasuk genus afflum dan termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berumpun

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH I. PENDAHULUAN Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah

Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah NAMA : HERRY WICOYO NIM : 11.12.5939 KELAS : 11-SI-SI-08 STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING Oleh:Heri Suyitno THL-TBPP BP3K Wonotirto 1. Pendahuluan Bawang Merah (Allium Ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 10 MODULE PELATIHAN PENANAMAN DURIAN Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F)

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Rajabasa dari bulan Januari 2011 sampai dengan Juni Permata yang diproduksi PT East West Seed Indonesia, gula aren, dedak

III. BAHAN DAN METODE. Rajabasa dari bulan Januari 2011 sampai dengan Juni Permata yang diproduksi PT East West Seed Indonesia, gula aren, dedak III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Sukamarga Rajabasa Induk Kecamatan Rajabasa dari bulan Januari 2011 sampai dengan Juni 2011. 3.2. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Hama Penting Semangka Hama penting pada semangka: 1. Thrips (Thrips parvispinus Karny) 2. Ulat perusak daun

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Dalam menjalankan kehidupan, risiko merupakan bagian yang tidak dapat dihindari. Menurut Kountur (2004), risiko didefinisikan

Lebih terperinci

Pengembangan Pertanian Dengan Berbisnis. Tanaman Cabe untuk di Pasarkan dan meningkatkan Kualitas

Pengembangan Pertanian Dengan Berbisnis. Tanaman Cabe untuk di Pasarkan dan meningkatkan Kualitas Lingkungan Bisnis Peluang Usaha Pengembangan Pertanian Dengan Berbisnis Tanaman Cabe untuk di Pasarkan dan meningkatkan Kualitas Nama : Januareza Satria Nim : 10.11.3800 Kelas Study : S1 - TI 2 D : Lingkungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Benih cabai hibrida sebenarnya dapat saja disemaikan dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Pendahuluan Kabupaten Probolinggo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU 1. Pemilihan Lokasi Tanah gembur, rata dan subur. Bukan endemik hama atau penyakit. Aman dari gangguan ternak dan pencurian. Bukan merupakan lahan bekas pertanaman ubi kayu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci