BAB II KAJIAN TEORI. atau tidak. Guza (2008: 8) mengemukakan bahwa Ujian Nasional pada hakekatnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. atau tidak. Guza (2008: 8) mengemukakan bahwa Ujian Nasional pada hakekatnya"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Ujian Nasional Ujian Nasional (UN) merupakan suatu penilaian untuk mengetahui apakah rumusan tujuan pendidikan yang diterjemahkan ke dalam kurikulum dapat dicapai atau tidak. Guza (2008: 8) mengemukakan bahwa Ujian Nasional pada hakekatnya berbasis hasil (output-based) dan hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan standar nasional yang mengacu pada kurikulum nasional pula sehingga Ujian Nasional pada hakikatnya merupakan bentuk ujian berdasarkan patokan (criterion reference test). Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 153 Tahun 2003 tujuan Ujian Nasional adalah untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik melalui pemberian tes pada sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, dan sekolah lanjutan tingkat atas. Selain itu Ujian Nasional bertujuan untuk mengukur mutu pendidikan dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten, sampai tingkat sekolah (Subagiyo, 2008: 248). Perlu dipahami oleh semua pihak bahwa Ujian Nasional adalah penilaian hasil belajar oleh pemerintah yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu pada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu program atau satuan pendidikan, sebagai dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan siswa dari

2 program dan atau satuan pendidikan tertentu serta sebagai dasar pemberian bantuan pada satuan pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Persoalan sebenarnya bukan Ujian Nasional itu sendiri, tetapi perlu kajian dari berbagai sudut pandang diantaranya, adalah: (1) ketidaksiapan siswa, guru ataupun sekolah menghadapi kenyataan dari cermin prestasi diri yang disebut ujian nasional tersebut, (2) proses pendidikan yang selama ini berlangsung banyak memberi kemudahan, termasuk dalam pembelajaran, yang menyebabkan banyak pihak baik siswa, guru maupun orang tua yang terbuai oleh keberhasilan semu yang berupa angka-angka yang bisa dibuat oleh siapa saja, (3) adanya kecenderungan umum bahwa evaluasi yang kehilangan makna, karena evaluasi yang seharusnya menjadi sarana atau cermin kemampuan diri, selama ini bukan lagi menjadi sarana tetapi menjadi tujuan. 2.2 Kesulitan Belajar Menurut Sudrajat (2007:2-8) bahwa kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas yaitu: 1) learning disorder, 2) learning disfunction, 3) underachiever, 4) slow learning, 5) learning disabilities. Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. Dimana belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respon-respon dari luar yang bertentangan sehingga hasil belajar menjadi rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh: siswa yang sudah terbiasa belajar dengan suasanya hening atau tenang,

3 mungkin akan mengalami kesulitan belajar jika suasana ramai. Learning disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indera, atau gangguan psikologi lainnya. Underachiever spesifik pada siswa yang memiliki potensi intelektual tergolong tinggi namun prestasi dan hasil belajarnya rendah. Slow learner atau lambat belajar yaitu siswa yang lambat dalam menerima penjelasan guru dalam proses belajar sehingga dia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan kelompok yang memiliki intelektual yang sama. Learning disabilities atau ketidak mampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektual. Dengan demikian siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah siswa yang mengalami kegagalan dalam penguasaan mata pelajaran yang disampaikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Namun selain itu, prestasi atau hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. 2.3 Diagnosis Kesulitan Belajar Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar, juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin.

4 Perlunya diadakan diagnosis belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal. Kedua, adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan keempat, untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta Badan Penyuluhan (BP) lebih intensif dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa. Ada beberapa gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar (Ahmadi, dalam Azizah dan Nasroh : 2011): 1) Menunjukkan prestasi belajar yang rendah (di bawah rata rata nilai yang dicapai oleh kelompok siswa di kelas). 2) Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha belajar yang dilakukan. 3) Siswa lambat dalam melakukan tugas tugas kegiatan belajar. Hendriono (dalam Azizah dan Nasroh : 2011) bahwa sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai hasil belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari. Kelompok yang lain, adalah sekelompok siswa

5 yang belum mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasai. Bisa pula ketuntasan belajar tidak bisa dicapai karena proses belajar yang sudah ditempuh tidak sesuai dengan karakteristik siswa yang bersangkutan. Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa tidak sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari secara menyeluruh. Sasaran dari kegiatan diagnosis pada dasarnya ditujukan untuk memahami karakteristik dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan serta upaya mengatasi kesulitan. Dari ketiga pola indikator di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pokok diagnosis kesulitan belajar adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Adapun langkah-langkah mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu : a. Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar baik bersifat umum maupun khusus dalam bidang studi. b. Melakukan tes diagnosis dengan membagikan permasalahan yang terkait dengan materi c. Menganalisis hasil diagnosis dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat. 2) Mengalokasikan letak kesulitan atau permasalahannya, dengan cara mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu. Dengan membandingkan angka nilai prestasi siswa yang bersangkutan dari bidang studi yang diikuti atau dengan

6 angka nilai rata-rataa dari setiap bidang studi. Atau dengan melakukan analisis terhadap catatan mengenai proses belajar. 3) Melokalisasikan jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mengalami berbagai kesulitan. 4) Memperkirakan alternatif pertolongan. Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya baik yang bersifat mencegah (preventif) maupun penyembuhan (kuratif). Wijayanti (dalam Azizah dan Nasroh : 2011). 2.4 Pewarisan Sifat Mendel diakui sebagai Bapak Genetika karena dianggap sebagai penemu prinsip dasar penurunann sifat (hereditas) yang sering dikenal dengan hukum Mendel. Pada percobaan persilangan satu sifat beda, J.G Mendel menyilangkan tanaman ercis biji bulat dengan ercis biji keriput. Seluruh turunan pertama (F1) yang muncul adalah biji bulat. Nampak F1 ciri bentuk biji keriput tertutup oleh ciri biji bulat (biji bulat menang terhadap biji keriput). Semua ciri yang nampak pada F1 disebut dominan, sedangkan yang tidak nampak disebut resesif (Nusantari, 2011). Gambar : 2.1 Sebuah Penyilangan Genetik

7 Sumber : (Campbell, 2002) Mendel melanjutkan percobaan persilangan hingga munculnya turunan kedua (F2). Hasil persilangan F1, diteruskan percobaan persilangan hingga munculnya F2. Seluruh keturunan pertaman (F1) yang telah tumbuh dari biji, ditumbuhkan terus dan dibiarkan melakukan pembuahan sendiri. Biji yang dihasilkan ternyata bulat dan keriput, dan letaknya pada tiap polong berhadap-hadapan. Jumlah biji bulat adalah sebanyak buah, sedangkan yang keriput buah. Rasio biji bulat dan keriput adalah 2,96:1 atau mendekati 3:1 (Nusantari, 2011). Bukti-bukti persilangan Mendel yaitu: 1) ciri polong hijau dominan, polong kuning resesif, 2) ciri polong mengembung dominan, polong tidak mengembung resesif, 3) ciri batang tinggi dominan, batang pendek resesif, 4) ciri kulit biji abu-abu dominan, kulit biji putih resesif, 5) ciri biji kuning dominan, biji hijau resesif. J.G Mendel ingin menguji apakah biji bulat dan keriput sudah merupakan galur murni. Dengan demikian biji bulat maupun keriput ditanam, setelah tumbuh dan berkembang dibiarkan melakukan pembuahan sendiri. Biji-biji yang dihasilkan dari pembuahan itu selanjutnya diperiksa. Ternyata biji keriput tumbuh, berkembang, dan menghasilkan tanaman ercis yang berbiji bulat dan keriput. Rinciannya adalah sekitar 1/3 biji bulat tumbuh berkembang menghasilkan tanaman ercis yang seluruh bijinya bulat, sedangkan sekitar 2/3 biji bulat tumbuh, berkembang, dan menghasilkan ¾ tanaman ercis biji bulat serta 1/4 biji keriput. Dari hasil itu selanjutnya terbukti bahwa

8 biji-biji ercis yang keriput pada F2 (1/4 bagian) sudah merupakan galur murni, sedangkan biji bulat (3/4 bagian) bukan merupakan galur murni. Demikian pula sekitar 1/3 biji bulat sudah merupakan galur murni, sedangkan sekitar 2/3 bagian bukan merupakan galur murni karena selanjutnya masih akan tumbuh, berkembang, dan menghasilkan tanaman ercis biji bulat dan keriput (rasio 3:1). J.G Mendel berpendapat bahwa galur murni ciri biji bulat pada tanaman ercis ditentukan oleh dua factor yang satu sama lain identik (ciri homozigot), demikian pula galur murni ciri biji keriput. Akan tetapi 2/3 biji bulat pada F2 tumbuh mejadi tanaman ercis biji bulat dan keriput (rasio 3:1), bukan tergolong galur murni, dan ditentukan oleh dua factor yang satu sama lain tidak identik (ciri heterozigot) (Nusantari, 2011). J.G Mendel menyimpulkan bahwa pada individu-individu heterozigot, satu alel dominan sedangkan yang lain resesif. Dari kenyataan bahwa ciri-ciri induk muncul kembali pada turunan tanaman ercis yang tumbuh dari biji heterozigot, J.G Mendel menyimpulkan bahwa kedua factor untuk tiap ciri tidak bergabung (tidak bercampur), kedua factor itu tetap berdiri sendiri selama hidupnya individu dan masih pada waktu pembentukan gamet. Separuh gamet membawahi satu factor, sedangkan separuh yang lain membawahi factor lainnya, biasah diartikan sebagai Hukum Pemisahan Mendel. J.G Mendel melakukan percobaan persilangan dihibrid pada satu percobaannya, tanaman ercis berbiji bulat dan kuning disilangkan dengan yang berbiji

9 keriput dan hijau. Ciri biji hasil persilangan (F1) seluruhnya bulat dan hijau, tapi pada F2 muncul hasil yang menarik. Berkenaan dengan ciri biji hasil persilangan pada F2, J.G Mendel mempertimbangkan dua kemungkinan yaitu: a) ciri yang berasal dari satu induk akan diwariskan bersama-sama, b) ciri yang berasal dari satu induk akan diwariskan secara bebas satu sama lain. Apabila kemungkinan a benar, maka pada F2 hanya dijumpai dua macam ciri biji (bulat kuning dan keriput hijau) dalam rasio 3:1 sesuai dengan hukum pemisahan Mendel akan tetapi jika yang benar kemungkinan b, maka pada F2 akan dijumpai empat macam ciri biji dalam rasio 9:3:3:1. Keempat ciri biji itu adalah bulat kuning, bulat hijau, keriput kuning, keriput hijau. Hasil pada F2 sebanyak empat macam, yaitu: bulat kuning sebanyak 315 butir, bulat hijau sebanyak 108 butir, keriput kuning sebanyak 101 butir, keriput hijau sebanyak 32 butir dengan rasio mendekati 9:3:3:1 (Nusantari, 2011). J.G Mendel juga mempunyai pandangan tentang kerja atau tanggung jawab dari factor. Sebuah factor atau unit karakter menentukan atau mengontrol sebuah karakter. Berkenaan dengan hal ini Gardner dkk. (1991) menyatakan Mendel berpendapat bahwa satu gen (tunggal) bertanggungjawab terhadap satu sifat. Dengan demikian hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan bebas Mendel mula-mula adalah tiap factor atau pasangan factor bebas berdiri sendiri satu sama lain.

10 Hukum Mendel I dan II disebut sebagai hukum Mendel klasik. Apa yang berpisah dan berkombinasi bebas pada hukum Mendel. Gen bekerja sepasang atau sealel seperti yang menjadi konsep mendel hanya berlaku pada makhluk hidup eukariot. Mendel I dan II hanya berlaku pada makhluk hidup eukariot yang berkembang biak secara seksual. Waktu dan tempat Hukum Mendel. Hubungan konsep Hukum Mendel I dan II dengan pembelahan meiosis. Hubungan mendel dengan fertilisasi. Hubugan hukum Mendel dengan pewarisan sifat pada manusia, tumbuhan dan hewan (Nusantari, 2011). Berikut ini konsep Mendel masa kini sebagai temuan sesudah Mendel: 1. Peristiwa yang berlangsung mengikuti Hukum Mendel Hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan bebas Mendel masa kini sudah tidak tepat sama lagi dengan hukum-hukum itu dalam bentuknya yang mula-mula. Perilaku kromosom dalam pembentukan gamet setara dengan teori yang dinyatakan Mendel. Ada kesetaraan antara hukum Mendel I pada proses meiosis yakni kesetaraan alel dan pasangan kromosom yang mengalami segregasi atau proses pemisahan kromosom homolog pada meiosis I anaphase I. Ada kesetaraan hukum mendel II dengan berbagai kemungkinan kombinasi kromosom pada meiosis I. 2. Makhluk hidup yang mengalami Hukum Mendel Peristiwa hukum pemisahan dan pilihan bebas Mendel berlangsung dalam proses pembelahan meiosis. Peristiwa hukum pemisahan dan pilihan bebas Mendel terjadi dikalangan makhluk hidup haploid (seluler prokariotik) tidak pernah mengalami peristiwa pemisahan dan pilihan bebas Mendel, sekalipun berbiak secara

11 seksual. Pada makhluk hidup seluler triploid, tetaploid atau poliploid umumnya yang berbiak secara seksual tidak berlangsung tepat sebagaimana hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan bebas Mendel. Dengan demikina makhluk hidup diploid yang berkembangbiak secara seksual akan mengalami peristiwa pemisahan Mendel dan pilihan bebas Mendel. Tempat berlangsungnya hukum Mendel I dan II dari tubuh makhluk hidiup diploid yang berkembangbiak secara seksual adalah organ reproduksi jantan dan betina. Berbagai organ reproduksi pada makhluk hidup lainnya. Peristiwa hukum pemisahan dan pilihan bebas Mendel ada jamur berlangsung di sporangium. Sel yang mengalami adalah zigospora. Zigospora mengalami meiosis. Hukum pemisahan dan pilihan bebas Mendel pada ganggang Clamydomonas dan Spirogyra berlangsung pada zigot yang sedang mengalami pematangan. Ganggang perang mengalami Mendel I dan II di dalam sporangium, sel yang mengalami peristiwa itu adalah zoospore diploid. Hukum pemisahan dan pilihan bebas Mendel pada berbagai jenis lumut peristiwa berlangsung di dalam sporangium. Tempat berlangsungnya sel induk spora. Hukum I dan II pada paku-pakuan berlangsung di dalam sporangium, tempat berlangsungnya di sel induk spora yakni mikrospora dan megaspora. Hukum pemisahan dan pilihan bebas Mendel pada tumbuhan berbiji terbuka dan tertutup peristiwa berlangsung di mikrosporangia dan megasporangia. Pada tumbuhan berbiji terbuka mikrosporangia terdapat pada strobilus jantan, megasporangia (ovum) terdapat pada strobilus betina. Pada tumbuhan berbiji tertutup

12 mikrosporangia disebut sebagai antena (kepala sari) sebagai bagian dari benang sari, megaspore (ovulus atau bakal biji) merupakan bagian dari pistil (putik). Hukum I dan II pada jalur hewan, paramecium berlangsung di sel paramecium yakni mikronukleolus. Hewan multiseluler (bersel banyak) berbagai jenis avertebrata maupun vertebrata peristiwa berlangsung di dam gonad jantan dan gonad betina. Hewan multiseluler termasuk manusia gonad jantan disebut testis dan gonad betina disebut ovarium. Waktu peristiwa Mendel I dan II adalah pada makhluk hidup (tumbuhan maupun hewan) yang berkembangbiak secara seksual memasuki periode perkembangan dewasa kelamin yakni terjadi selama berlangsungnya proses tertentu yakni meiosis yang menghasilkan gamet. 3. Yang berpisah dan berkombinasi bebas Hukum Mendel I dan hukum pemisahan gen yang terangkai dalam kromosom saat meiosis. Jadi yang berpisah adalah gen yang terangkai dalam kromosom. Mendel II adalah hukum kombinasi bebas adalah gen-gen yang terangkai dalam kromosom yang sehomolog selama meiosis. Jadi yang berkombinasi bebas adalah adalah gen yang terangkai dalam kromosom, bukan gen yang terpisah dalam bentuk sendirisendiri. Factor factor (gen) adalah pasangan kromosom yang berbeda, dan factorfactor (gen) pada percobaan persilangan J.G Mendel berperan sebagai penanda kromosom tempat terpautnya yang melakukan pemisahan dan pilihan bebas adalah pasangan kromosom.

13 Sekalipun pandangan dasar J.G Mendel tentang keberadaan factor atau gen tidak benar, tetapi hukum Mendel I dan II masih bisa dipertahankan. Dalam hal ini yang mengalami pemisahan bebas dan penggabungan kembali secara bebas adalah kromosom dan bukan factor atau gen, sebagaiman dugaan Mendel mula-mula factor atau gen yang ikut memisah dan bergabung kembali bersama dengan kromosom. Inilah hukum Mendel I dan II versi kedua. 4. Konsep dominan dan resesif Mendel bukan sebagai hukum utama Pewarisan pada makhluk hidup Sebagai contoh tipe golongan darah, pada multiple alel ini tidak ada dominansi. Seiring perkembangan pewarisan sifat, ternyata hanya sedikit karakter yang ditentukan oleh satu gen. Kebanyakan karakter dipengaruhi oleh rangkaian gengen seperti karakter warna rambut dan warna mata. Gen juga bisa mempengaruhi lebih dari satu karakter. Perluasan pola pewarisan sifat Mendel seperti bentuk pewarisan sifat kodominan, terpaut kromosom X, Polygen (sifat dihasilkan lebih dari satu gen) dan pewarisan multifactor. 5. Hukum mendel terjadi pada persilangan Monohybrid, Dihibrid dan Polihibrid Pada persilangan monohybrid terjadi mendel I dan II. Pada persilangan dihibrid terjadi persilangn Mendel I dan II. Demikian juga pada persilangan trihibrid dan polihibrid terjadi Mendel I dan II. Karena hukum ini terjadi pada saat meiosis. Semua makhluk hidup diploid berbiak scara seksual akan mengalaminya. P1 : UU x uu (Ungu) (Putih) G : U x u F1 : Uu (Ungu)

14 Gambar: 2.2 Persilangan Monohibrid Sumber : (Suryo, 2008) Hukum Mendel I adalah hukum pemisahan gen yang terangkai pada kromosom yang kejadiannya pada meiosis I tahap anaphase. Hukum Mendel II adalah hukum pilihan bebas dari gen yang terangkai pada kromosom yang kejadiannya pada meiosis I fase metaphase. Hukum Mendel II terjadi lebih dulu kemudian dilanjutkan Mendel I. Jelaslah bahwa disebut sebagai hukum Mendel I karena hukum Mendel I ditemukan lebih dulu melalui persilangan monohybrid dan Mendel II ditemukan sesudahnya melalui persilangan dihibrid. P1: BBKK x bbkk (Biji bulat berwarna kuning) (Biji keriput hijau) G1: BK x bk F1: BbKk P2: BbKk x BbKk G2: BK, Bk, bk,bk BK, Bk, bk,bk Gambar: 2.3 Persilangan Dihibrid Sumber : (Suryo, 2008) 6. Hukum Mendel, meiosis, dan fertilisasi Hukum Mendel pertama kali pada persilangan tanaman ercis. Rasio turunan yang dihasilkan dapat diketahui melalui hasil persilangan. Temuan Mendel I dapat

15 terdeteksi melalui penanda kacanag ercis dengan fenotif bulat dan keriput. Penanda tersebut terlihat dari hasil persilangan. Jadi jelas bahwa rasio fenotif yang dihasilkan melalui rasio keturunan adalah hasil fertilisasi gamet jantan dan betina. Fertilisasi terjadi setelah pembentukan gamet jantan dan betina melalui meiosis. 7. Kerja gen berpasangan hanya berlaku pada makhluk hidup diploid yang berbiak secara seksual. Pada makhluk hidup eukariotik yang berbiak secara seksual (diploid) kemunculan tiap karakter ditentukan oleh dua factor berpasangan. Pada makhluk hidup seluler eukariotik ada yang tergolong haploid karena parthenogenesis, triploid, tetraploid, bahkan polyploidy. Pada makhluk hidup seluler eukariotik diploid juga dibatasi pada gen yang berada di dalam inti bukan di luar inti sel yakni materi genetic DNA. Pada masa Mendel dinyatakan bahwa sebuah factor atau unit karakter (gen) mengontrol sebuah karakter. Menurut Goodenough karakter dikontrol oleh satu lokus gen. berdasarkan pandangan ini ada orang yang dapat membenarkan bahwa memang ada karakter yang dikontrol oleh satu gen. Walaupun juga dapat lebih dari satu gen dan ada juga satu gen yang mengontrol dari satu karakter. 8. Bentuk - bentuk yang dianggap sebagai penyimpangan Mendel akibat penempatan hukum Mendel Mendel I akan menghasilkan F2 dengan rasio 3:1. Mendel II akan menghasilkan F2 dengan rasio 9:3:3:1. Banyak bentuk persilangan yang dianggap

16 sebagai bentuk penyimpangan semu hukum Mendel. Banyak peristiwa lainnya yang berpengaruh pada rasio keturunan. Selama ini peristiwa non disjunction, pindah silang, pautan dianggap peristiwa yang menyebabkan rasio Mendel menyimpang dari rasio 3:1 ataupun 9:3:3:1. Non disjunction dan pindah silang dianggap merupakan penyimpangan Mendel karena mengubah rasio Mendel. Pindah silang adalah fenomena alamiah yang wajar dan memperkaya variabilitas genetic suatu populasi. Pautan yang dianggap sebagai salah satu bentuk penyimpangan dari mendel. Sebenarnya pautan adalah suatu fenomena alam yang normal. Hal ini karena Mendel peristiwa pemisahan dan kombinasi bebas yang terjadi pada kacang ercis kebetulan mengguanakan gen yang terletak pada kromosom berbeda. Pautan terkait dengan letak gen yang terpaut pada satu kromosom. Apabila 2 gen berada pada kromosom yang sama maka disebut terpaut. Adanya 2 gen pada kromosom yang sama menyebabkan 2 gen tersebut tidak akan mengalami pemisahan dan pilihan bebas. Bila persilangan yang mengguanakan penanda 2 gen tetapi berada pada kromosom yang sama maka rasio Mendel II tidak akan terlihat sebagai 9:3:3:1. Epistasis hipotasis adalah fenomena alamiah yang ada selain fenomena Mendel. Epistasis hipostasis berakibat pada perbandingan yang tidak sama dengan Mendel sebagai hukum genetika yang utama, sehingga bila tidak sesuai dengan hukum Mendel dimasukkan sebagai penyimpangan. Hukum Mendel I dan II terjadi pada anaphase I dan metaphase I. Sebelum terjadi Mendel I dan II gen-gen dapat mengalami non disjunction yang terjadi pada anaphase I maupun II. Individu yang mengalami non disjunction juga mengalami

17 Mendel I dan II. Fenotif pada non disjunction ini dapat dilihat pada fenotif keturunannya. Hubungan antara hukum Mendel I dan pindah silang adalah hukum Mendel I dan II terjadi pada anaphase I dan metaphase I. Sebelum terjadi Mendel I dan II gengen dalam satu kromosom dapat mengalami pindah silang yang terjadi pada profase I. Gen rekombinan juag mengalami Mendel I dan II karena gen-gennya mengalami metaphase I dan anaphase I. Fenotip rekombinan dapat dilihat dari fenotip yang muncul pada keturunannya. Hubungan pautan dengan pindah silang. Pindah silang dapat terjadi pada kromosom autosom maupun gonosom. Pindah silang dapat dilihat dari dua gen yang terpaut pada kromosom autosom, demikian juga pindah silang dapat terlihat pada dua gen yang terpaut kromosom kelamin. Pindah silang dapat terlihat pada pengamatan tipe rekombinan dari keturunannya.

KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA

KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA Genetika merupakan salah satu bidang ilmu biologi yang mempelajari tentang pewarisan sifat atau karakter dari orang tua kepada anaknya. Ilmu genetika modern meliputi beberapa

Lebih terperinci

Hukum Pewarisan Sifat Mendel. Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih,S.Pt.,MP

Hukum Pewarisan Sifat Mendel. Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih,S.Pt.,MP Hukum Pewarisan Sifat Mendel Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih,S.Pt.,MP Hukum pewarisan Mendel adalah hukum pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan

Lebih terperinci

PENGANTAR GENETIKA DASAR HUKUM MENDEL ISTILAH DALAM GENETIKA. OLEH Dr. Hasnar Hasjim

PENGANTAR GENETIKA DASAR HUKUM MENDEL ISTILAH DALAM GENETIKA. OLEH Dr. Hasnar Hasjim PENGANTAR GENETIKA DASAR HUKUM MENDEL ISTILAH DALAM GENETIKA OLEH Dr. Hasnar Hasjim 1.PENGANTAR GENETIKA Genetika adalah ilmu yang mempelajari sifat keturunan yang diwariskan kepada anak cucu dan variasi

Lebih terperinci

SIMBOL SILSILAH KELUARGA

SIMBOL SILSILAH KELUARGA SIMBOL SILSILAH KELUARGA Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan teori tentang pewarisan sifat perolehan 2. Menjelaskan Hukum Mendel I 3. Menjelaskan Hukum Mendel II GENETIKA Genetika

Lebih terperinci

BAB IV PEWARISAN SIFAT

BAB IV PEWARISAN SIFAT BAB IV PEWARISAN SIFAT Apa yang akan dipelajari? Apakah gen dan kromosom itu? Bagaimanakah bunyi Hukum Mendel? Apa yang dimaksud dengan sifat resesif, dominan, dan intermediat? Faktor-faktor apakah yang

Lebih terperinci

HEREDITAS PERTEMUAN PERTAMA

HEREDITAS PERTEMUAN PERTAMA HEREDITAS PERTEMUAN PERTAMA SUPARMUJI MOEJIE01@GMAIL.COM TUJUAN PEMBELAJARAN Menemukan hipotesa yang diajukan Mendel tentang pewarisan sifat. Menceritakan usaha Mendel menemukan prinsip-prinsip dasar pewarisan

Lebih terperinci

LAPORAN GENETIKA SIMULASI PERSILANGAN MONOHIBRIDA

LAPORAN GENETIKA SIMULASI PERSILANGAN MONOHIBRIDA LAPORAN GENETIKA SIMULASI PERSILANGAN MONOHIBRIDA KELOMPOK DIHIBRID 1. AGUSTINA ADHI SURYANI 4401412055 2. AMALIA TRISTIANA 4401412063 3. DINULLAH ALHAQ 4401412126 ROMBEL 01 PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID

Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID TERMINOLOGI P individu tetua F1 keturunan pertama F2 keturunan kedua Gen D gen atau alel dominan Gen d gen atau alel resesif Alel bentuk alternatif suatu gen yang terdapat

Lebih terperinci

SIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL. Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1

SIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL. Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1 SIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1 - Mempelajari penggabungan acak gamet jantan dan betina dari F1 pada saat pembuahan Pendahuluan Teori

Lebih terperinci

JURNAL GENETIKA PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL

JURNAL GENETIKA PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL JURNAL GENETIKA PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL A. DASAR-DASAR PEWARISAN MENDEL Seorang biarawan dari Austria, bernama Gregor Johann Mendel, menjelang akhir abad ke-19 melakukan serangkaian percobaan persilangan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA ACARA 2 SIMULASI HUKUM MENDEL NAMA : HEPSIE O. S. NAUK NIM : KELOMPOK : III ( TIGA )

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA ACARA 2 SIMULASI HUKUM MENDEL NAMA : HEPSIE O. S. NAUK NIM : KELOMPOK : III ( TIGA ) LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA ACARA 2 SIMULASI HUKUM MENDEL NAMA : HEPSIE O. S. NAUK NIM : 1506050090 KELOMPOK : III ( TIGA ) JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2017

Lebih terperinci

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Pewarisan Sifat. meliputi

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Pewarisan Sifat. meliputi Bab 5 Pewarisan Sifat Banyak sifat yang dimiliki makhluk hidup yang menurun dari induk kepada keturunannya, sehingga sifat orang tua dapat muncul pada anaknya atau bahkan sifat-sifat tersebut muncul pada

Lebih terperinci

- - PEWARISAN SIFAT - - sbl5gen

- - PEWARISAN SIFAT - - sbl5gen - - PEWARISAN SIFAT - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl5gen Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara downloadnya.

Lebih terperinci

Mengatur perkembangan dan metabolisme individu. (pada peristiwa apa peran ini dapat dilihat/terjadi? ).

Mengatur perkembangan dan metabolisme individu. (pada peristiwa apa peran ini dapat dilihat/terjadi? ). HEREDITAS Hubungan antara gen, DNA, Kromosom & Hereditas Pengertian hereditas? Melalui apa sifat diturunkan? Apa itu gen? Bagaimana hubungan antara gen dengan DNA? Bagaimana hubungan antara gen dengan

Lebih terperinci

Gambar 1. 7 sifat kontras yang terdapat pada tanaman ercis

Gambar 1. 7 sifat kontras yang terdapat pada tanaman ercis 2. PEWARISAN SIFAT A. SEJARAH PEWARISAN SIFAT Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822 di Cekoslovakia adalah orang yang pertama kali melakukan mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas.

Lebih terperinci

Dasar Selular Reproduksi dan Pewarisan Sifat

Dasar Selular Reproduksi dan Pewarisan Sifat Dasar Selular Reproduksi dan Pewarisan Sifat A. Siklus sel dan siklus hidup organisme B. Prinsip dasar reproduksi dan pewarisan material genetik: mitosis, meiosis dan fertilisasi C.Pola pewarisan sifat:

Lebih terperinci

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Mata Kuliah : Biologi Umum Kode MK : Bio 612101 Tahun Ajaran : 2014/2015 Pokok Bahasan : Genetika Jani Master, M.Si.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR 1 PERKAWINAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID BESERTA RASIO FILALNYA

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR 1 PERKAWINAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID BESERTA RASIO FILALNYA LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR 1 PERKAWINAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID BESERTA RASIO FILALNYA OLEH: KELOMPOK I 1. FANENI INTAN HARTIKA 11312241001 2. NOVIASTRI HERDINAWATI 11312241002 3. OKAFANI SARI MULIAWATI

Lebih terperinci

HUKUM MENDEL DAN PENYIMPANGANNYA

HUKUM MENDEL DAN PENYIMPANGANNYA HUKUM MENDEL DAN PENYIMPANGANNYA Standar Kompetensi : Menerapkan Prinsip prinsip Genetika Tanaman dan Hewan Kompetensi Dasar : Menerapkan Hukum Mendel dan Penyimpangannya dalam Pewarisan Sifat TujuanPembelajaran

Lebih terperinci

MENDELISME. Luisa Diana Handoyo, M.Si.

MENDELISME. Luisa Diana Handoyo, M.Si. MENDELISME Luisa Diana Handoyo, M.Si. MENDEL Bapak GENETIKA Pastor Austria yang melakukan percobaan perkawinan silang pertama kali pd tahun 1857 Percobaan pada tanaman ercis/kapri (Pisum sativum), dengan

Lebih terperinci

GENETIKA DAN HUKUM MENDEL

GENETIKA DAN HUKUM MENDEL GENETIKA DAN HUKUM MENDEL Pengertian Gen Pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Hunt Morgan, ahli Genetika dan Embriologi Amerika Serikat (1911), yang mengatakan bahwa substansi hereditas yang dinamakan

Lebih terperinci

Persilangan Monohibrid Dan Dihibrd

Persilangan Monohibrid Dan Dihibrd Persilangan Monohibrid Dan Dihibrd 1. Contoh Persilangan Monohibrid dengan Satu Sifat Beda Mendel menyilangkan tanaman kacang ercis berbunga merah galur murni (MM) dengan kacang ercis berbunga putih galur

Lebih terperinci

MODUL E-LEARNING PEWARISAN SIFAT. IPA SMP/MTs KELAS IX ISTIQOMAH

MODUL E-LEARNING PEWARISAN SIFAT. IPA SMP/MTs KELAS IX ISTIQOMAH MODUL E-LEARNING PEWARISAN SIFAT IPA SMP/MTs KELAS IX ISTIQOMAH KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya, sehingga dapat menyusun bahan ajar modul

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA IMITASI PERBANDINGAN GENETIS PERCOBAAN MENDEL O L E H. Yulia (F ) Kelompok : Brown

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA IMITASI PERBANDINGAN GENETIS PERCOBAAN MENDEL O L E H. Yulia (F ) Kelompok : Brown LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA IMITASI PERBANDINGAN GENETIS PERCOBAAN MENDEL O L E H Yulia (F05109031) Kelompok : Brown PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN ACARA III PERSILANGAN MONOHIBRID Semester : Ganjil 2015 Oleh : Sungging Birawata A1L114097 / Rombongan 14 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Pewarisan sifat untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

XII biologi. Kelas PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL I. Kurikulum 2006/2013. A. Pola-Pola Hereditas. Tujuan Pembelajaran

XII biologi. Kelas PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL I. Kurikulum 2006/2013. A. Pola-Pola Hereditas. Tujuan Pembelajaran Kurikulum 2006/2013 Kelas XII biologi PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Mengetahui jenis-jenis penyimpangan

Lebih terperinci

Bab PEWARISAN SIFAT. Bab 5 Pewarisan Sifat 93. (Sumber: i31.photobucket)

Bab PEWARISAN SIFAT. Bab 5 Pewarisan Sifat 93. (Sumber: i31.photobucket) Bab 5 PEWARISAN SIFAT (Sumber: i31.photobucket) Perkembangbiakan generatif akan menghasilkan keturunan yang memiliki sifat-sifat dari induknya. Misalnya pada manusia ditemukan adanya perbedaan dan persamaan

Lebih terperinci

Definisi Genetika. Genetika Sebelum Mendel. GENETIKA DASAR Pendahuluan dan Genetika Mendel

Definisi Genetika. Genetika Sebelum Mendel. GENETIKA DASAR Pendahuluan dan Genetika Mendel Definisi Genetika GENETIKA DASAR Pendahuluan dan Genetika Mendel Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 081 385 065 359 e-mail: dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari

Lebih terperinci

Hukum Mendel dan Pewarisan Sifat

Hukum Mendel dan Pewarisan Sifat Modul 1 Hukum Mendel dan Pewarisan Sifat Drs. Koesmadji Wirjosoemarto, M.Sc. P PENDAHULUAN engetahuan genetika telah berkembang pesat selama 60 tahun terakhir dalam usaha mengetahui peranan pewarisan sifat

Lebih terperinci

laporan genetika IMITASI PERBANDINGAN GENETIS

laporan genetika IMITASI PERBANDINGAN GENETIS laporan genetika IMITASI PERBANDINGAN GENETIS LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA PERCOBAAN I IMITASI PERBANDINGAN GENETIS NAMA : ENDANG SRI WATI MATARRU NIM : H41112006 KELOMPOK : I (SATU) A HARI/TANGGAL : SELASA/5

Lebih terperinci

PELUANG DAN CHI SQUARE

PELUANG DAN CHI SQUARE PELUANG DAN CHI SQUARE Peluang digunakan untuk menjelaskan terjadinya suatu peristiwa yang tidak dapat dipastikan. Peluang merupakan perbandingan antara peristiwa yang diharapkan dengan semua peristiwa

Lebih terperinci

BIOLOGI SET 07 POLA HEREDITAS 2 DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA A. TAUTAN/LINKAGE

BIOLOGI SET 07 POLA HEREDITAS 2 DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA A. TAUTAN/LINKAGE 07 MATERI DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA BIOLOGI SET 07 POLA HEREDITAS 2 A. TAUTAN/LINKAGE Tautan gen merupakan salah satu penyimpangan terhadap hukum Mendel. Pada peristiwa ini, dua gen atau lebih

Lebih terperinci

Pola Hereditas. Reproduksi Sel Hukum Mendel Penyimpangan Semu. Intermediet gen berpautan Pindah Silang Gen Terpaut Seks. Gen Letal

Pola Hereditas. Reproduksi Sel Hukum Mendel Penyimpangan Semu. Intermediet gen berpautan Pindah Silang Gen Terpaut Seks. Gen Letal POLA-POLA HEREDITAS Pola Hereditas Reproduksi Sel Hukum Mendel Penyimpangan Semu Hukum Mendel Intermediet gen berpautan Pindah Silang Gen Terpaut Seks Penentuan Jenis Kelamin Gen Letal Monohibrid Dihibrid

Lebih terperinci

Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi

Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan mitosis dan meiosis pada tanaman Sub Pokok Bahasan :

Lebih terperinci

Penerapan Peluang Diskrit, Pohon, dan Graf dalam Pewarisan Sifat Ilmu Genetika

Penerapan Peluang Diskrit, Pohon, dan Graf dalam Pewarisan Sifat Ilmu Genetika Penerapan Peluang Diskrit, Pohon, dan Graf dalam Pewarisan Sifat Ilmu Genetika Imam Prabowo Karno Hartomo NIM : 13507123 Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung,

Lebih terperinci

ILMU GENETIKA PENGERTIAN GENETIKA

ILMU GENETIKA PENGERTIAN GENETIKA ILMU GENETIKA PENGERTIAN GENETIKA Genetika disebut juga ilmu keturunan. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat, bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan dari generasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN FRM/FMIPA/062-01 18 Februari 2011 1. Fakulltas/Program Studi : MIPA / Prodi Pendidikan Biologi Prodi Biologi 2. Mata Kuliah/Kode

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pendahuluan. GENETIKA DASAR Teori Kromosom tentang Pewarisan

Pendahuluan. Pendahuluan. GENETIKA DASAR Teori Kromosom tentang Pewarisan GENETIKA DASAR Teori Kromosom tentang Pewarisan Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 08 385 065 359 e-mail: dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari Dipublikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Mendel II menyatakan adanya pengelompokkan gen secara bebas. Seperti telah diketahui, persilangan antara dua individu dengan satu sifat beda ( monohibrid)

Lebih terperinci

Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi

Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi Apabila kita mengawinkan sapi Bali, maka anaknya yang diharapkan adalah sapi Bali bukan sapi madura. Demikian

Lebih terperinci

Topik 3 Analisis Genetik Hk. Mendel

Topik 3 Analisis Genetik Hk. Mendel Topik 3 Analisis Genetik Hk. Mendel Hukum Mendel yang sering dikonotasikan dengan hukum pewarisan didasarkan pada prinsip-prinsip segregasi (Hk.Mendel I) dan penggabungan kembali (Hk. Mendel II) gen-gen

Lebih terperinci

TINJAUAN GENETIKA. BY Setyo Utomo

TINJAUAN GENETIKA. BY Setyo Utomo TINJAUAN GENETIKA BY Setyo Utomo PENGERTIAN : GENETIKA BERASAL DARI BAHASA YUNANI KUNO :GENETIKOS ATAU GENETIS YANG BERARTI ASLI MERUPAKAN DISIPLIN ILMU BAGIAN BIOLOGI YANG MEMPELAJARI TENTANG SIFAT- SIFAT

Lebih terperinci

A. Judul: Alel Ganda. B. Tujuan 1. Mengenal salah satu sifat manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda. dan menentukan genotipnya sendiri.

A. Judul: Alel Ganda. B. Tujuan 1. Mengenal salah satu sifat manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda. dan menentukan genotipnya sendiri. A. Judul: Alel Ganda B. Tujuan 1. Mengenal salah satu sifat manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda C. Latar belakang dan menentukan genotipnya sendiri. Sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah

Lebih terperinci

DASAR FISIOLOGI PEWARISAN SIFAT. Suhardi, S.Pt.,MP

DASAR FISIOLOGI PEWARISAN SIFAT. Suhardi, S.Pt.,MP DASAR FISIOLOGI PEWARISAN SIFAT Suhardi, S.Pt.,MP Gene-tika Genetika: cabang biologi yg berurusan dgn hereditas dan vareasi. Hereditas adalah pewarisan watak dari induk ke keturunannya baik secara biologis

Lebih terperinci

Beberapa pola: AKAN MENJELASKAN... Alel Ganda Gen letal Linkage Crossing over Determinasi Sex

Beberapa pola: AKAN MENJELASKAN... Alel Ganda Gen letal Linkage Crossing over Determinasi Sex Beberapa pola: AKAN MENJELASKAN... Alel Ganda Gen letal Linkage Crossing over Determinasi Sex *Alel Ganda *Sebuah gen memiliki alel lebih dari satu *Golongan darah : *gen I A, I B, I O *Warna Kelinci :

Lebih terperinci

EMBRIOLOGI DAN GENETIKA PERKEMBANGAN : POLA PEWARISAN SIFAT. Kelompok 1. Anggota Kelompok : Intan Anindita Suseno

EMBRIOLOGI DAN GENETIKA PERKEMBANGAN : POLA PEWARISAN SIFAT. Kelompok 1. Anggota Kelompok : Intan Anindita Suseno EMBRIOLOGI DAN GENETIKA PERKEMBANGAN : POLA PEWARISAN SIFAT Kelompok 1 Anggota Kelompok : Muhammad Andhika Nur B04120146 Desi Purwanti B04120108 Intan Anindita Suseno B04120114 Andi Ibrahim Risyad B04120177

Lebih terperinci

Kata Kunci. 58 Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas IX. Pewarisan Sifat. Persilangan/ perkawinan. Hereditas pada manusia.

Kata Kunci. 58 Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas IX. Pewarisan Sifat. Persilangan/ perkawinan. Hereditas pada manusia. III Pewarisan Sifat Coba perhatikan wajahmu. Mungkin wajahmu ada kemiripan dengan wajah kedua orang tuamu. Perhatikan pula dengan wajah saudaramu. Apakah mereka juga mirip dengan orang tuamu? Apa yang

Lebih terperinci

PERKAWINAN. HEREDITAS PADA MANUSIA

PERKAWINAN. HEREDITAS PADA MANUSIA PERKAWINAN. HEREDITAS PADA MANUSIA III Pewarisan Sifat Coba perhatikan wajahmu. Mungkin wajahmu ada kemiripan dengan wajah kedua orang tuamu. Perhatikan pula dengan wajah saudaramu. Apakah mereka juga

Lebih terperinci

DUNIA TUMBUHAN. Plant 1. 1/24

DUNIA TUMBUHAN. Plant 1. 1/24 DUNIA TUMBUHAN CIRI-CIRI TUMBUHAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN A.TUMBUHAN TIDAK BERPEMBULUH B.TUMBUHAN BERPEMBULUH B.1.TIDAK BERBIJI B.2.BERBIJI B.2.1.GYMNOSPERMAE B.2.2.ANGIOSPERMAE Plant 1. 1/24 CIRI-CIRI

Lebih terperinci

Suhardi, S.Pt.,MP. Genetika DALAM PEMULIAAN TERNAK

Suhardi, S.Pt.,MP. Genetika DALAM PEMULIAAN TERNAK Suhardi, S.Pt.,MP Genetika DALAM PEMULIAAN TERNAK Arti Penting Pemuliaan Ternak BIBIT KESEHATAN LINGKUNGAN P A K A N PRODUKTIVITAS TERNAK M A N A J E M E N Problem Utama di Indonesia???? Produktivitas

Lebih terperinci

SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan

SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan 05 MATERI DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA BIOLOGI SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan

Lebih terperinci

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA DIKTAT 3 GENETIKA volume 3 PEWARISAN SIFAT (HEREDITAS) A. Pendahuluan Pernahkah kalian terpikir mirip dengan siapakah wajah kalian? Orang tua kita pasti jawabannya. Setiap makhluk hidup pasti memiliki

Lebih terperinci

GEN GEN YANG DIPENGARUHI JENIS KELAMIN

GEN GEN YANG DIPENGARUHI JENIS KELAMIN GEN GEN YANG DIPENGARUHI JENIS KELAMIN Tanggal Praktikum : 26 Maret 2012 Judul Praktikum : Gen Gen yang Dipengaruhi Jenis kelamin Tujuan Praktikum : Membuktikan adanya pola ekspresi gen yang dipengaruhi

Lebih terperinci

Hukum Mendel. Dr. Pratika Yuhyi Hernanda

Hukum Mendel. Dr. Pratika Yuhyi Hernanda Hukum Mendel Dr. Pratika Yuhyi Hernanda Gregory Mendel The father of genetics Mengajar di Brunn Modern School, Vienna, Austria Bagaimana pewarisan sifat itu bekerja? Apa yang sebenarnya diturunkan dari

Lebih terperinci

PEWARISAN DAN PRINSIP-PRINSIP MENDEL

PEWARISAN DAN PRINSIP-PRINSIP MENDEL FOOD PEWARISAN DAN PRINSIP-PRINSIP MENDEL GREGOR MENDEL (1822-1884) 1884) Tanaman ercis yang digunakan untuk percobaan Mendel Bapak Genetika Melakukan penelitian genetika pada tanaman kapri selama + 8

Lebih terperinci

Pola Pewarisan Sifat. Pola Pewarisan Sifat

Pola Pewarisan Sifat. Pola Pewarisan Sifat Pola Pewarisan Sifat Pola Pewarisan Sifat Setiap makhluk hidup/organisme menurunkan/mewariskan sifat-sifat khas kepada keturunannya Di mana terletak informasi pewarisan sifat? Bagaimana cara makhluk hidup

Lebih terperinci

6. TAUTAN, PINDAH SILANG, DAN PEMETAAN KROMOSOM

6. TAUTAN, PINDAH SILANG, DAN PEMETAAN KROMOSOM 6. TAUTAN, PINDAH SILANG, DAN PEMETAAN KROMOSOM Tautan adalah peristiwa beberapa gen bukan alel yang terdapat pada satu kromosom yang sama dan tidak memisah secara bebas saat pembentukan gamet. Gen-gen

Lebih terperinci

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II.

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II. REPRODUKSI SEL AMITOSIS REPRODUKSI SEL Pembelahan I Profase I Metafase I Anafase I Proleptotene Leptotene Zygotene Pachytene Diplotene Diakinesis MEIOSIS Interfase Telofase I Pembelahan II Profase II Metafse

Lebih terperinci

Pewarisan Sifat pada Makhluk Hidup

Pewarisan Sifat pada Makhluk Hidup Bab 5 Sumber: chromosome6.com Pewarisan Sifat pada Makhluk Hidup Hasil yang harus kamu capai: memahami kelangsungan hidup makhluk hidup. Setelah mempelajari bab ini, kamu harus mampu: mendeskripsikan konsep

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN MATERI INTERAKSI GEN

MODUL PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN MATERI INTERAKSI GEN MODUL PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN 2015 3. MATERI INTERAKSI GEN Setiap gen memiliki pekerjaan sendiri-sendiri untuk menumbuhkan karakter tapi ada beberapa gen yang berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen

Lebih terperinci

PERBEDAAN MITOSIS DAN MEIOSIS Sel yang aktif membelah melewati suatu siklus yang berlangsung secara teratur dikenal sebagai siklus sel. Siklus sel dibedakan atas dua stadia, yaitu stadium istirahat (interfase)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

Sejak kapan manusia mengenal pengetahuan GENETIKA?

Sejak kapan manusia mengenal pengetahuan GENETIKA? GENETIKA Sejak kapan manusia mengenal pengetahuan GENETIKA? Bapak Burik, anaknya tentu Burik Pepatah yang kita jumpai di seluruh dunia. Secara tak sadar mengekspresikan penyebaran pengetahuan genetika

Lebih terperinci

Pada keadaan demikian, kromosom lebih mudah menyerap zat warna, misalnya sudan III, hematoksilin, methylen blue, dan kalium iodida.

Pada keadaan demikian, kromosom lebih mudah menyerap zat warna, misalnya sudan III, hematoksilin, methylen blue, dan kalium iodida. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gen yang menentukan sifat suatu makhluk hidup dibawa oleh struktur pembawa gen yang mirip benang dan terdapat di dalam inti sel (nukleus). Kromosom hanya dapat diamati

Lebih terperinci

Kombinatorial dan Peluang Membantu Penyelesaian Permasalahan Genetik Sederhana

Kombinatorial dan Peluang Membantu Penyelesaian Permasalahan Genetik Sederhana Kombinatorial dan Peluang Membantu Penyelesaian Permasalahan Genetik Sederhana Kevin Alfianto Jangtjik / 13510043 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA

BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA OLEH: IR. SUPRIYANTA, MP. JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2004 Topik 1 Pendahuluan Dalam bidang biologi, kita mengenal suatu organisme

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam Uraian Materi Variasi Genetik Terdapat variasi di antara individu-individu di dalam suatu populasi. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan genetis. Mutasi dapat meningkatkan frekuensi alel pada individu

Lebih terperinci

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA DIKTAT 6 GENETIKA volume 4 PENYIMPANGAN HUKUM MENDELL A. Pendahuluan Kadang kala kita melihat bahwa hasil persilangan yang terjadi tidak lah seperti yang kita harapkan atau tidak seperti apa yang diperkirakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN. MATERI Keanekaragaman tingkat gen, spesies, ekosistem. Ciri-ciri makhluk hidup dan perannya dalam kehidupan

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN. MATERI Keanekaragaman tingkat gen, spesies, ekosistem. Ciri-ciri makhluk hidup dan perannya dalam kehidupan KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA Mata Pelajaran : BIOLOGI Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah Soal : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 3.2 Menganalisis berbagai tingkat keanekaragaman

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN Kompetensi Guru Mata pelajaran (Kompetensi Dasar)

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN Kompetensi Guru Mata pelajaran (Kompetensi Dasar) KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012 MATA PELAJARAN JENJANG : BIOLOGI : SMA/ MA I. KOMPETENSI PEDAGOGI Kompetensi Inti Guru 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek

Lebih terperinci

II. Bagaimana sifat diwariskan

II. Bagaimana sifat diwariskan II. Bagaimana sifat diwariskan Gen-gen letaknya pada kromosom ( inti sel). Kromosom dan gen-gennya gennya diwariskan saat fertilisasi. Pada gonad pembentukan sel kelamin ( meiosis) Contoh; Kromosom dalam

Lebih terperinci

Please prepare your mind and ASSALAMUALAIKUM. spirit, because now, we will learn about.

Please prepare your mind and ASSALAMUALAIKUM. spirit, because now, we will learn about. Please prepare your mind and ASSALAMUALAIKUM. spirit, because now, we will learn about. Prinsip-Prinsip Hereditas By Ida Rosiana Ketika Kau bercrmin dan memperhatikan wajahmu dengan seksama, dipastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku baik perorangan maupun kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Lebih terperinci

KOMBINATORIAL DALAM HUKUM PEWARISAN MENDEL

KOMBINATORIAL DALAM HUKUM PEWARISAN MENDEL KOMBINATORIAL DALAM HUKUM PEWARISAN MENDEL Fransisca Cahyono (13509011) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

EPISTASI DAN HIPOSTASI Luisa Diana Handoyo, M.Si.

EPISTASI DAN HIPOSTASI Luisa Diana Handoyo, M.Si. EPISTASI DAN HIPOSTASI Luisa Diana Handoyo, M.Si. Selain mengalami berbagai modifikasi fenotipe karena adanya peristiwa aksi gen tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak

Lebih terperinci

Teknologi Rek e a k y a a y s a a s a G e G n e e n t e i t k i a

Teknologi Rek e a k y a a y s a a s a G e G n e e n t e i t k i a Teknologi Rekayasa Genetika Pokok Bahasan: Teknologi Rekayasa Genetik Sub Pokok Bahasan: Hukum Mendel Pemuliaan Mutasi Teknologi DNA Rekombinan TIK: Mahasiswa dapat menjelaskan teknologi rekayasa genetik

Lebih terperinci

Genetika dan Evolusi. Oleh : Victoria Henuhili, MSi Jurdik Biologi

Genetika dan Evolusi. Oleh : Victoria Henuhili, MSi Jurdik Biologi Genetika dan Evolusi Oleh : Victoria Henuhili, MSi Jurdik Biologi victoria@uny.ac.id FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 1 GENETIKA dan EVOLUSI Victoria Henuhili

Lebih terperinci

SIKLUS & PEMBELAHAN SEL. Suhardi S.Pt.,MP

SIKLUS & PEMBELAHAN SEL. Suhardi S.Pt.,MP SIKLUS & PEMBELAHAN SEL Suhardi S.Pt.,MP Proses reproduksi aseksual dimulai setelah sperma membuahi telur. PEMBELAHAN SEL Amitosis (Pembelahan biner) Pada umumnya bakteri berkembang biak dengan pembelahan

Lebih terperinci

Luisa Diana Handoyo, M.Si.

Luisa Diana Handoyo, M.Si. Luisa Diana Handoyo, M.Si. Cabang ilmu genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi dan menguraikan secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Populasi adalah suatu kelompok individu

Lebih terperinci

Aplikasi Kombinatorial dan Peluang Diskrit Untuk Menyelesaikan Masalah-Masalah dalam Hukum Pewarisan Mendel

Aplikasi Kombinatorial dan Peluang Diskrit Untuk Menyelesaikan Masalah-Masalah dalam Hukum Pewarisan Mendel Aplikasi Kombinatorial dan Peluang Diskrit Untuk Menyelesaikan Masalah-Masalah dalam Hukum Pewarisan Mendel Andri Rizki Aminulloh 13506033 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

a. Hukum Mendel I (Hukum Segregasi)

a. Hukum Mendel I (Hukum Segregasi) PENDAHULUAN Genotip diwariskan dari orang tua kepada keturunannya. Tetapi, genotip tidak akan tampak tanpa lingkungan yang mendukung. Genotip adalah sifat yang ditentukan oleh gen. Sifat yang tampak dari

Lebih terperinci

GENETIKA. Agus Joko Sungkono, S.Pd SMPN 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN. ajs

GENETIKA. Agus Joko Sungkono, S.Pd SMPN 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN. ajs GENETIKA Agus Joko Sungkono, S.Pd SMPN 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN BAGAIMANA DENGAN GOLONGAN TUMBUHAN? Indikator : 1. Mesdeskripsikan materi genetis yang bertanggungjawab dalam pewarisan sifat 2. Membedakan

Lebih terperinci

BAB VIII PEWARISAN SIFAT (GENETIKA)

BAB VIII PEWARISAN SIFAT (GENETIKA) BAB VIII PEWARISAN SIFAT (GENETIKA) A. KOMPETENSI DASAR Setelah selesai membahas bab ini diharapkan mahasiwa untuk dapat memahami manfaat genetika, hukum-hukum dasar genetika dan mekanisme pewarisan sifat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu bahan pangan penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat dominan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dengan harga terjangkau. Di Indonesia, kedelai banyak

Lebih terperinci

Simbol untuk suatu gen

Simbol untuk suatu gen P F Fenotip Genotip Istilah Simbol untuk suatu gen Homozigot Heterozigot Pengertian Singkatan dari kata Parental, yang artinya induk Singkatan dari kata Filial, yang artinya keturunan Karakter atau sifat

Lebih terperinci

TEST χ 2 (CHI SQUARE)

TEST χ 2 (CHI SQUARE) TEST χ 2 (CHI SQUARE) Hukum Mendel telah menjelaskan bagaimana suatu keturunan memiliki perbandingan-perbandingan tertentu. Dalam perkawinan monohibrid, dihibrid maupun polihibrid dapat dijelaskan perbandingan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PEMAHAMAN AWAL TENTANG KONSEP GENETIKA PADA SISWA, MAHASISWA, GURU-DOSEN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMAHAMAN GENETIKA

PERBEDAAN PEMAHAMAN AWAL TENTANG KONSEP GENETIKA PADA SISWA, MAHASISWA, GURU-DOSEN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMAHAMAN GENETIKA 1 PERBEDAAN PEMAHAMAN AWAL TENTANG KONSEP GENETIKA PADA SISWA, MAHASISWA, GURU-DOSEN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMAHAMAN GENETIKA Elya Nusantari Jurusan Biologi Universitas Negeri Gorontalo Jl. Jendral

Lebih terperinci

SILABUS. Deskripsi Mata Kuliah:

SILABUS. Deskripsi Mata Kuliah: SILABUS Silabus Perkuliahan : Genetika dan Evolusi Prodi : Pendidikan Biologi Jenjang : Kompetensi Ganda DEPAG Semester : 3 Jumlah SKS : 3 Dosen Pengampu : Diah Kusumawaty, S.Si,M.Si Drs. Riandi,M.Si Any

Lebih terperinci

GENETIKA (BIG100) Tempat : R122 Waktu Jam : 7 8 Pukul : Pengajar : Bambang Irawan Hari Supriandono

GENETIKA (BIG100) Tempat : R122 Waktu Jam : 7 8 Pukul : Pengajar : Bambang Irawan Hari Supriandono GENETIKA (BIG100) Tempat : R122 Waktu Jam : 7 8 Pukul : 12.30 14.20 Pengajar : Bambang Irawan Hari Supriandono ISI KONTRAK PERKULIAHAN DESKRIPSI TUJUAN STRATEGI MENGAJAR TUJUAN KOMPETENSI JUMLAH TATAP

Lebih terperinci

ALEL GANDA DAN PEWARISAN GOLONGAN DARAH

ALEL GANDA DAN PEWARISAN GOLONGAN DARAH ALEL GANDA DAN PEWARISAN GOLONGAN DARAH ALEL GANDA DAN PEWARISAN GOLONGAN DARAH Alel merupakan bentuk alternatif sebuah gen yang terdapat pada lokus (tempat tertentu) atau bisa dikatakan alel adalah gen-gen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. RASIO PERBANDINGAN F 1 DAN F 2 PADA PERSILANGAN STARIN N x b, DAN STRAIN N x tx SERTA RESIPROKNYA

ABSTRAK. RASIO PERBANDINGAN F 1 DAN F 2 PADA PERSILANGAN STARIN N x b, DAN STRAIN N x tx SERTA RESIPROKNYA ABSTRAK RASIO PERBANDINGAN F 1 DAN F 2 PADA PERSILANGAN STARIN N x b, DAN STRAIN N x tx SERTA RESIPROKNYA Nirmala Fitria Firdauzi, Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Lebih terperinci

MAKALAH BIOLOGI KROMOSOM

MAKALAH BIOLOGI KROMOSOM MAKALAH BIOLOGI KROMOSOM OLEH: Annisa Tria Apriliani 1413100004 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR...iii DAFTAR TABEL... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 1

Lebih terperinci

Aplikasi Teori Kombinatorial dalam Analisis Genetika Mendelian

Aplikasi Teori Kombinatorial dalam Analisis Genetika Mendelian Aplikasi Teori Kombinatorial dalam Analisis Genetika Mendelian ga ioni Putri NIM : 13506095 e-mail : if16095@students.if.itb.ac.id Jurusan Teknik Informatika, Sekolah Teknik lektro dan Informatika, Institut

Lebih terperinci

Keterpautan (Linkage) Penemuan Keterpautan Gen. Penemuan Keterpautan Gen KETERPAUTAN DAN PEMETAAN KROMOSOM

Keterpautan (Linkage) Penemuan Keterpautan Gen. Penemuan Keterpautan Gen KETERPAUTAN DAN PEMETAAN KROMOSOM Keterpautan (Linkage) KETERPAUTAN DAN PEMETAAN KROMOSOM Oleh: Dr. Dirvamena Boer 081 385 065 359 Universitas Haluoleo, Kendari dirvamenaboer@yahoo.com http://dirvamenaboer.tripod.com AaBb x AaBb 9:3:3:1

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMULIAAN OLEH ADI RINALDI FIRMAN

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMULIAAN OLEH ADI RINALDI FIRMAN ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMULIAAN OLEH ADI RINALDI FIRMAN 1. ANALISIS KORELASI Mempelajari hubungan antara dua sifat yang diamati atau mengukur keeratan (derajat)hubungan antara dua peubah. 2. ANALISIS REGRESI

Lebih terperinci