BAB 2 TINJAUAN TEORI INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DAN KARAKTERISTIK PERGERAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN TEORI INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DAN KARAKTERISTIK PERGERAKAN"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN TEORI INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DAN KARAKTERISTIK PERGERAKAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Teori-teori tersebut meliputi teori mengenai transportasi, pergerakan dan karakteristik pergerakan yang dilakukan manusia 2.1 Infrastruktur Dalam berkehidupan manusia akan melakukan berbagai aktivitas yang dapat mendukung mereka untuk tetap dapat bertahan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Untuk dapat melakukan aktivitasnya tersebut, masyarakat membutuhkan suatu pelayanan-pelayanan atau fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung mereka dalam beraktivitas. Berbagai pelayanan yang dapat memfasilitasi masyarakat dalam beraktivitas ini disebut juga dengan infrastruktur Definisi Infrastruktur Berdasarkan American Public Works Association (Stone, 1974), infrastruktur dedefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi, dan pelayananpelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. Sedangkan definisi lain infrastruktur merupakan suatu sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988). Dengan kata lain infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga memberikan pelayanan publik yang penting. Sedangkan fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat disebut sebagai sistem infrastruktur. Sistem infrastruktur juga merupakan proses dengan 19

2 20 keterlibatan berbagai aspek, interdisiplin, dan multi sektoral. Salah satu tantangan dalam perancangan sistem infrastruktur adalah mempertimbangkan bagaimana semua memberikan pengaruh pada lainnya, keterikatan satu sama lain dan dampak-dampaknya (Grigg, 1988). GAMBAR 2-1 HUBUNGAN ANTARA SISTEM SOSIAL, EKONOMI, INFRASTRUKTUR, DAN LINGKUNGAN ALAM Sumber : Grigg, 1988 Sistem Sosial Sistem Ekonomi Infrastruktur Fisik Lingkungan Alam Berdasarkan gambar 2.1 dapat dilihat bahwa lingkungan alam merupakan pendukung dasar dari semua sistem yang ada. Peran infrastruktur sebagai mediator antara sistem ekonomi dam sosial dalam kehidupan dengan tetap didukung oleh lingkungan alam. Infrastruktur yang kurang berfungsi akan memberikan dampak terhadap kehidupan manusia dan sebaliknya infrastruktur yang berlebihan yang tidak memperhitungkan daya dukung lingkungan akan merusak alam yang pada akhirnya akan merugikan manusia dan mahluk hidup lainnya. Selain itu berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa infrastruktur merupakan pendukung dari sistem sosial dan ekonomi, dimana sistem ekonomi didukung oleh sistem infrastruktur dan sistem sosial sebagai obyek dan sasaran didukung oleh sistem ekonomi. Oleh karena itu setiap perancangan dan perencanaannya harus dilakukan secara terpadu dan menyeluruh Kategori-Kategori Infrastruktur Berdasarkan definisi infrastruktur oleh Grigg (1988), maka infrastruktur dapat dibagi menjadi 13 kategori yang meliputi : 1. Sistem penyediaan air : waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi, fasilitas pengolahan air

3 21 2. Sistem pengelolaan limbah : pengumpul, pengolahan, pembuangan daur ulang 3. Fasilitas pengelolaan limbah (padat) 4. Fasilitas pengendalian banjir, drainase, dan irigasi 5. Fasilitas lintas air dan navigasi 6. Fasilitas transportasi : jalan, rel, bandar udara. Termasuk didalamnya adalah tanda-tanda lalu lintas, fasilitas pengontrol 7. Sistem transit publik 8. Sistem kelistrikan : produksi dan distribusi 9. Fasilitas gas alam 10. Gedung publik : sekolah, rumah sakit 11. Fasilitas perumahan publik 12. Taman kota sebagai daerah resapan, tempat bermain termasuk stadion 13. Komunikasi Yang kemudian dikelompokkan menjadi tujuh grup, yaitu : 1. Grup transportasi (jalan, jalan raya, jembatan) 2. Grup pelayanan transportasi (transit, bandara, pelabuhan) 3. Grup komunikasi 4. Grup keairan (air, air buangan, sistem keairan, termasuk jalan air yaitu sungai, saluran terbuka, pipa) 5. Grup pengelolaan limbah (sistem pengelolaan limbah padat) 6. Grup Bangunan 7. Grup distribusi dan produksi energi 2.2 Transportasi Salah satu infrastruktur yang memiliki peran penting dalam mendukung manusia untuk dapat melakukan aktivitasnya adalah infrastruktur transportasi. Infrastruktur transportasi merupakan suatu bentuk pelayanan penyediaan fasilitas transportasi, baik sarana (moda) maupun prasarana (jalan) yang akan

4 22 memudahkan manusia untuk melakukan pergerakan dalam melakukan aktivitasnya Definisi Transportasi Terdapat beberapa definisi dari transportasi yang berkembang saat ini. Steenbrink (1974) mendefinisikan transportasi sebagai perpindahan orang atau barang menggunakan kendaraan atau lainnya, di antara tempat-tempat yang terpisah secara geografis. Morlok (1978) mendefinisikan transportasi sebagai pemindahan atau pengangkutan sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain. Bowersox (1981) mendefinisikan sebagai perpindahan barang atau penumpang dari suatu lokasi ke lokasi lain, dimana produk yang digerakkan atau dipindahkan tersebut dibutuhkan atau diinginkan oleh lokasi yang lain tersebut. Sedangkan Papacostas (1987) mendefinisikan transportasi sebagai suatu sistem yang terdiri dari fasilitas tetap (fixed facilities)/prasarana, besaran arus (flow entities)/sarana dan sistem pengendalian (control sistem) yang memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain secara efisien setiap waktu untuk mendukung aktivitas manusia. Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa transportasi merupakan suatu kegiatan untuk memindahkan orang ataupun barang dari suatu tempat ke tempat lain yang terpisah secara spasial, baik dengan atau tanpa sarana, dimana perpindahan yang dilakukan melalui suatu jalur yaitu prasarana (jalan). Sedangkan definisi dari transportasi kota menurut Meyer dan Miller (1984) adalah pergerakan orang dan barang yang berada diantara lokasi asal dan lokasi tujuan pada suatu wilayah perkotaan. Pada pembahasan kota, transportasi menjadi keseluruhan dari ratusan atau akumulasi jutaan keputusan individu dari pembuat pelaku perjalanan. Keputusan ini menghasilkan perjalanan penumpang dan kendaraan yang menggunakan fasilitas transportasi yang tersedia pada suatu kota, selama selang waktu tertentu. Oleh karena itu dibutuhkan sistem transportasi yang baik agar aliran perjalanan dapat tetap berjalan dengan efektif dan efisien.

5 Sistem Transportasi Menurut Morlok (1991), terdapat beberapa yang merupakan komponen utama dari transportasi, yaitu : 1. Manusia dan barang (yang diangkut) 2. Kendaraan dan peti kemas (alat angkut) 3. Jalan (tempat alat angkut bergerak) 4. Terminal (tempat memasukkan dan mengeluarkan yang diangkut ke dalam dan dari alat angkut) 5. Sistem pengoperasian (yang mengatur 4 komponen menusia/barang, kendaraan/peti kemas, jalan dan terminal). Sedangkan menurut Manheim (1979) komponen utama dari transportasi hanya meliputi : 1. Jalan dan terminal 2. Kendaraan, dan 3. Sistem pengelolaan Pada intinya adalah ketiga komponen diatas merupakan komponen sarana dan prasarana transportasi yang saling terkait dalam memenuhi permintaan akan transportasi. Dengan komponen-komponen diatas, maka yang dapat diartikan dari sistem transportasi adalah gabungan elemen jalan dan terminal, kendaraan dan sistem pengoperasian yang saling berkait dan bekerja sama dalam mengantisipasi permintaan dari manusia dan barang. Transportasi sebagai sistem mencakup sistem prasarana yaitu jalur dan simpul terjadinya pergerakan, sistem sarana yaitu moda atau alat untuk melakukan pergerakan, dan sistem pengendalian atau pengaturan yang memungkinkan pergerakan tersebut dapat berjalan dengan efisien, lancar, aman dan teratur. Bagan yang menggambarkan sistem transportasi dapat dilihat pada gambar 2.2.

6 24 GAMBAR 2-2 BAGAN ALIR SISTEM TRANSPORTASI KOMPONEN UTAMA : JALAN DAN TERMINAL KENDARAAN DA N PETI KEMAS SISTEM PENGEOPERASIAN SISTEM TRANSPORTASI ASAL MELAYANI : DALAM KOTA ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI PEDESAAN ANTAR NEGARA TUJUAN PERMINTAAN TRANSPORTASI MANUSIA DAN BARANG Sumber : Miro, 1997 Dengan melihat pada gambar 2.2 maka dapat kita ketahui bahwa sistem transportasi terdiri dari komponen-komponen utama dari transportasi. Dengan sistem transportasi yang dirancang dengan baik kita dapat memberikan pelayanan transportasi sesuai dengan permintaan akan transportasi tersebut. Sistem transportasi pada suatu wilayah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sistem aktivitas sosial dan ekonomi manusia (Manheim, 1979), dimana sistem tramsportasi dari waktu ke waktu akan berkembang sejalan dengan perkembangan dan perubahan sistem aktivitas sosial dan ekonomi manusia. Sebaliknya perubahan yang terjadi pada sistem aktivitas sosial dan ekonomi

7 25 manusia akan menuntut perubahan dalam sistem transportasi. Sehingga perubahan dari kedua sistem tersebut harus seimbang agar tidak menimbulkan persoalanpersoalan Kebijakan Transportasi Kebijakan transportasi merupakan salah satu tindakan-tindakan yang diambil pemerintah dalam menangani dan memecahkan segala persoalan yang terjadi di sektor transportasi, namun dengan memperhatikan segala aspeknya (Miro, 1997). Pengembangan di bidang transportasi harus direncanakan agar dapat mendukung tujuan pembangunan secara umum dari suatu Negara yaitu pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan juga dapat membuka kesempatan kerja. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam merumuskan suatu kebijakan transportasi dibutuhkan berbagai disiplin ilmu, lembaga, dan unsur lain yang terkait dengan pengembangan transportasi tersebut. Didalam perencanaannya kita tidak hanya memperhatikan dari teknis pelaksanaanya saja, namun juga memerlukan pertimbangan dampak sosial, ekonomi,politik budaya, keamanan, maupun pengembangan wilayah. Dengan melihat gambar 2.3 dapat kita ketahui bahwa tujuan dari transportasi akan selalu mengacu pada tujuan pembangunan nasional. Selain itu tujuan-tujuan nasional yang lain dapat terpenuhi melalui dukungan pengembangan transportasi yang baik dan menyeluruh. Kepentingan kebijakan pengembangan transportasi secara langsung akan mengacu pada tujuan transportasi yang fokus pada penyerapan tenaga kerja, dengan kata lain kebijakan transportasi yang dikeluarkan akan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan kepentingan kebijakan yang tidak langsung akan mengacu pada tujuan transportasi yang fokus pada pemerataan pelayanan transportasi. Sehingga pengembangan sistem jaringan transportasi di masa yang akan datang harus direncanakan agar dapat mendukung tujuan pembangunan secara umum dari suatu Negara, termasuk pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan membuka kesempatan kerja.

8 26 GAMBAR 2-3 MODEL KEBIJAKAN TRANSPORTASI Sumber : Jotin & Khristy, Prasarana Transportasi (Jaringan Jalan) Salah satu infrastruktur transportasi yang memiliki peran penting agar transportasi dapat berjalan adalah prasarana jalan. Jalan merupakan suatu jalur dimana terjadinya perpindahan atau pergerakan dari manusia ataupun barang dari suatu tempat menuju tempat lain sesuai dengan tujuannya. Struktur jalan pada suatu kota dipengaruhi oleh pola jaringan transportasi pada kota tersebut dan pola jaringan transportasi kota tersebut akan sangat ditentukan oleh bentuk morfologi kota. Secara umum jaringan jalan dapat dikelompokkan berdasarkan struktur jaringannya atas enam kelompok (Bambang I.S., 1992 dan UU No.3 Tahun 1980 tentang Jalan) yaitu : a. Jaringan jalan berdasarkan pelayanan penghubung, terbagi atas : Sistem jaringan jalan primer, adalah jaringan jalan yang menghubungkan kota/wilayah di tingkat nasional.

9 27 Sistem jaringan jalan sekunder, adalah jaringan jalan yang menghubungkan kawasan-kawasan si dalam kota. b. Jaringan jalan berdasarkan peranan (fungsi), terbagi atas : Jalan arteri, merupakan jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Jalan kolektor, merupakan jalan yang melayani angkutan jarak sedang (angkutan pengumpul/pembagi) dengan kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk masih dibatasi. Jalan lokal, merupakan jalan yang melayani angkutan jarak dekat (angkutan setempat) dengan kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. c. Jaringan jalan berdasarkan peruntukkan dibedakan menjadi jenis jalan, yaitu : Jalan umum, adalah jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas umum. Jalan khusus, adalah jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas selain dari jalan umum atau jalan yang tidak diperuntukkan bagi lalu lintas umum seperti jalan di komplek-komplek perkebunan, kehutanan, pertambangan, kompleks hankam, jalan pipa, jalan inspeksi (irigasi dan gas). d. Jaringan jalan berdasarkan klasifikasi teknis, merupakan pembedaan jalan yang dihubungkan dengan kemampuan teknis jalan dalam mendukung beban lalu lintas (berat kendaraan) yang lewat di atasnya. Jaringan jalan berdasarkan klasifikasi teknis dibagi menjadi enam kelas jalan. e. Jaringan jalan berdasarkan status dan wewenang pembinaan, dibedakan atas : Jalan nasional, adalah jaringan jalan primer, arteri dan kelas I pembinaannya dilakukan oleh pemerintah pusat.

10 28 Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor primer dan kelas I yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah pusat dan juga oleh Pemda Tingkat I. Jalan Kabupaten (Kotamadya), untuk jalan kabupaten terdiri dari jalan kolektor dan primer dimana kelas jalannya mayoritas merupakan jalan kelas III dan dibina oleh Pemda Tingkat II. Sedangkan untuk jalan kotamadya secara mutlak merupakan jaringan jalan sekunder dan kelas jalannya dari kelas I hingga kelas IV dan pembinaannya dilakukan oleh Pemda Kotamadya. Jalan desa, umumnya merupakan jalan lokal dan akses untuk mencapai perkarangan rumah merupakan jalan lokal primer dan lokal sekunder serta pembinaannya dilakukan oleh pemerintahan desa setempat. f. Jaringan jalan berdasarkan kualitas permukaan, dibedakan atas : Jalan aspal dan campuran aspal beton, umumnya jalan aspal merupakan jalan Negara, provinsi, kabupaten/kotamadya Jalan kerikil, umumnya merupakan jalan kabupaten dan desa Jalan tanah 2.4 Pergerakan Penduduk Setiap suatu kegiatan pergerakan mempunyai zona asal dan tujuan, dimana asal merupakan zona yang menghasilkan perilaku pergerakan, sedangkan tujuan adalah zona yang menarik pelaku kelakukan kegiatan. Jadi terdapat dua pembangkit pergerakan, yaitu : 1. Trip Production = jumlah pergerakan yang dihasilkan suatu zona 2. Trip Attraction = jumlah pergerakan yang ditarik oleh suatu zona Trip production digunakan untuk menyatakan bangkitan pergerakan zona perumahan, dan trip production digunakan untuk menyatakan bangkitan pergerakan pada saat sekarang, sehingga dapat digunakan untuk melakukan prediksi di masa mendatang.

11 29 Beberapa definisi yang dapat membantu dalam menjelaskan jenis-jenis pergerakan adalah (Willumsen, 1990 : 114) : Perjalanan didefinisikan sebagai suatu perjalanan satu arah dari titik asal ke titik tujuan. Biasanya diprioritaskan pada perjalanan yang menggunakan moda kendaraan bermotor. Perjalanan Home-Based, yaitu perjalanan yang menunjukkan bahwa rumah dan pembuat perjalanan merupakan asal dan tujuan dari perjalanan. Perjalanan Non Home-Based, yaitu suatu perjalanan yang menunjukkan bahwa salah satu tujuan dari perjalanan bukanlah rumah pelaku perjalanan. Produksi perjalanan (Trip Production), merupakan perjalanan yang didefinisikan sebagai awal dan akhir dari sebuah perjalanan Home-Based atau sebagai awal dari sebuah perjalanan Non Home-Based. Tarikan perjalanan (Trip Attraction), perjalanan ini didefinisikan sebagai perjalanan yang tidak berakhir di rumah bagi perjalanan yang bersifat Home-Based atau sebagai tujuan dari suatu perjalanan Non Home-Based. Bangkitan perjalanan (Trip Generation), didefinisikan sebagai total jumlah perjalanan yang ditimbulkan oleh rumah tangga dalam suatu zona, baik Home Based maupun Non Home-Based Klasifikasi dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan Pergerakan juga dapat diklasifikasikan menjadi (Willumsen, 1990 : 114) : a. Maksud Perjalanan Dalam kasus perjalanan Home-Based, terdapat lima kategori tujuan pergerakan, yatiu pergerakan kerja, pergerakan sekolah, pergerakan belanja, pergerakan sosial dan rekreasi, serta pergerakan lainnya b. Karakteristik Orang Klasifikasi lainnya adalah prilaku perjalanan individu. Prilaku ini dipengaruhi oleh karakteristik sosial dan ekonomi. Kategori yang digunakan adalah tingkat pendapatan, pemilikan mobil, ukuran rumah tangga (jumlah anggota keluarga).

12 30 Faktor faktor yang mempengaruhi jumlah pergerakan menurut beberapa literatur adalah : a. Faktor-faktor yang biasanya diusulkan untuk pertimbangan dalam beberapa studi perjalanan rumah tangga adalah pendapatan, pemilikan mobil, struktur rumah tangga, ukuran rumah tangga (Willumsen, 1990:116). b. Faktor yang mempengaruhi produksi pergerakan adalah kondisi sosial ekonomi, seperti banyaknya anggota keluarga yang bekerja dan penghasilan keluarga, pola guna lahan dan pembangunan, serta daya hubung (Daniel & Warners, 1980 : ). c. Faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan adalah tipe rumah, luas perumahan, jumlah unit rumah, dan ketersediaan fasilitas sosial di dalam perumahan. d. Berdasarkan analisa perjalanan penduduk pada beberapa lingkungan perumahan di Kotamadya Bandung adalah pemilikan kendaraan, jumlah jiwa yang berusia di atas 5 tahun, serta jarak dari lintas angkutan umum. 2.5 Aktivitas Penduduk Kota, Karakteristik Pergerakan Penduduk Kota dan Klasifikasi Potensial Pengguna Sistem Transportasi Aktivitas penduduk kota sangat beragam dan setiap aktivitas memiliki tujuan masing-masing. Dengan banyaknya aktvitas ini akan mempengaruhi pola pergerakan yang dilakukan penduduk pada suatu kota, karena setiap aktivitas yang berbeda akan melakukan pergerakan kearah yang berbeda pula Aktivitas Penduduk Kota Menurut Nasution (1990 dalam Miro, 1997), aktivitas penduduk perkotaan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu : a) Aktivitas Penduduk yang Berhubungan dengan Tata Guna Lahan (Tata Ruang Kota) Aktivitas ini merupakan aktivitas umum dan dianggap penduduk kota masih terkumpul dalam satu ruang wilayah kota atau belum terbagi-bagi

13 31 tempatnya sesuai dengan kegiatannya masing-masing. Aktivitas penduduk yang masih bersifat umum ini dapat berupa: 1. Pertambahan Penduduk, merupakan salah satu unsur dari proses penduduk (kelahiran, arus penduduk ke kota, kematian, dan lainlain). 2. Urbanisasi, adalah salah satu bentuk unsure proses penduduk berupa arus penduduk ke kota. 3. Tata guna lahan (Zoning), pengaturan penggunaan lahan sesuai dengan bentuk-bentuk kegiatan penduduk yang berbeda-beda. 4. Perkembangan wilayah, merupakan dampak dari aktivitas urbanisasi dan pertambahan penduduk berupa perubahan luas kota (pemekaran kota) dan perubahan fisik kota (pembangunan). b) Aktivitas Penduduk yang Berhubungan dengan Ekonomi Merupakan aktivitas penduduk dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya secara material seperti sumber daya dan kebutuhan yang berupa : 1. Usaha produksi, merupakan bentuk kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan yang belum ada atau merubah bentuk fisik suatu benda materi sehingga benda itu bernilai ekonomis dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. 2. Cara berkonsumsi, merupakan kegiatan penduduk untuk menghabiskan nilai ekonomis suatu benda atau proses penggunaan suatu benda agar tingkat kesejahteraan hidupnya dapat tercapai secara optimal. 3. Distribusi, merupakan bentuk kegiatan penduduk untuk menyebarluaskan suatu benda atau jasa yang telah dihasilkan kepada para pemakainya atau penyaluran barang dari sektor produksi ke sektor pasar. c) Aktivitas Penduduk yang Berhubungan dengan Sosial Aktivitas ini meliputi :

14 32 1. Hubungan keluarga (masyarakat), merupakan aktivitas yang berbentuk saling mengunjungi, bersilaturahmi, pertemuanpertemuan, rapat, menjenguk orang sakit, melayat, dan lain-lain. 2. Pendidikan, merupakan aktivitas penduduk di bidang IPTEK yang bertujuan untuk merubah kualitas diri secara individual atau peningkatan mutu SDM. 3. Agama, merupakan aktivitas penduduk yang berkaitan dengan mental spiritual yang melibatkan hubungan tingkah alku penduduk dengan penciptanya. 4. Kesehatan, merupakan aktivitas penduduk yang menyangkut pada meningkatkan kualitas kondisi fisik jasmani. 5. Pemerintahan, merupakan aktivitas penduduk yang berkaitan dengan politik bernegara. 6. Rekreasi, merupakan aktivitas penduduk yang berkaitan dengan bersenang-senang, mengunjungi tempat wisata, dan lain-lain. Dengan terdapatnya berbagai macam aktivitas yang dilakukan penduduk seperti yang dipaparkan diatas, maka akan timbul dampak berupa terbentuknya suatu zona-zona dengan fungsinya yang berbeda sesuai dengan jenis aktivitas yang terjadi di setiap zona. Dengan terbentuknya zona-zona tersebut maka timbul suatu pola perjalanan dari penduduk untuk melakukan aktivitas sesuai dengan tujuannya masing-masing Pergerakan Penduduk Kota Menurut Golani (1976 dalam Miro, 1997), setidaknya ada lima kegiatan penduduk yang berhubungan dengan penataan ruang yang akan mempengaruhi karakteristik pergerakan penduduk tersebut, yaitu : Pemukiman Kawasan tempat bekerja Pusat perbelanjaan Objek wisata

15 33 Kompleks pendidikan Dari lima kegiatan tersebut dapat digambarkan bagaimana tingkat volume pergerakan menuju tiap kegiatan yang telah dibagi menjadi zona-zona pada gambar 2.4. Berdasarkan gambar 2.4 dapat kita lihat bahwa pergerakan yang memiliki volume sangat tinggi adalah pergerakan dari permukiman menuju tempat bekerja dan pendidikan. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pergerakan menuju aktivitas tempat bekerja dan pendidikan merupakan prioritas utama dari setiap individu. GAMBAR 2-4 VOLUME POLA PERGERAKAN ANTAR KEGIATAN YANG BERBEDA DALAM RUANG KOTA Sumber : Miro, 1997 Meyer dan Miller (1975), menyatakan bahwa karakteristik wilayah serta sistem kegiatan yang terdiri dari manusia dan kegiatannya dengan berbagai jenis dan jumlah yang terdistribusi dalam ruang akan membangkitkan permintaan perjalanan. Pergerakan yang terjadi di suatu wilayah kota erat kaitannya dengan sebaran sistem kegiatan yang berlangsung di kota tersebut. Dengan adanya

16 34 persebaran zona berdasarkan aktivitas tersebut maka terjadi pergerakanpergerakan yang dilakukan penduduk untuk dapat menuju dari satu zona menuju zona yang lain. Pergerakan yang dilakukan oleh pelaku pergerakan bermacam-macam. Willumsen (1990 dalam Krismiyati, 2002) menjelaskan bahwa pergerakan dapat digolongkan menjadi : Karakteristik orang/pelaku pergerakan Pergerakan sangat dipengaruhi perilaku pergerakan (individu). Perilaku ini dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi (pendapatan, kepemilikan kendaraan, dan lain-lain). Maksud pergerakan Individu melakukan pergerakan bedasarkan maksud, seperti bekerja, sekolah, belanja, sosial dan rekreasi dan lain-lain, dimana bekerja dan sekolah merupakan pergerakan utama. Waktu pergerakan Pergerakan dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu pergerakan yang terjadi pada waktu puncak (peak) dan bukan puncak (off-peak). Sedangkan menurut Tamin (2000), pergerakan dibagi menjadi dua kelompok yaitu karakteristik spasial dan non-spasial. Hal tersebut dikarenakan adanya pesebaran zona-zona aktivitas dan adanya sebab-sebab pergerakan yang tidak menyangkut aspek spasial. Terjadinya pergerakan spasial dikarenakan adanya keinginan untuk melakukan suatu aktivitas yang ditempuh melalui perjalanan menuju lokasi aktivitas, dimana lokasi tersebut ditimbulkan oleh pola tata guna lahan kota tersebut. Aspek-aspek yang berhubungan dengan pergerakan spasial antara lain : Pola perjalanan orang Pola perjalanan orang di perkotaan sangat dipengaruhi oleh sebaran tata guna lahan suatu kota. Pola perjalanan barang

17 35 Pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh kegiatan produksi dan konsumsi. Pergerakan non-spasial adalah pergerakan yang tidak menyangkut pada aspek keruangan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan pergerakan non-spasial antara lain : Sebab terjadinya pergerakan Aspek ini dapat dibagi menjadi karakteristik ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan sesuai dengan karakteristik-karakteristik dasar. Pergerakan berdasarkan karakteristik ekonomi dapat berupa ke dan dari tempat bekerja, berbelanja, dan lain-lain. Pergerakan berdasarkan karakteristik pendidikan dapat berupa pergerakan ke dan dari sekolah, kampus, dan sejenisnya. Semua ini dengan kenyataannya bahwa pergerakan-pergerakan tersebut dimulai dari tempat tinggal dan akan mengakhirinya dengan pulang ke tempat tinggal kembali. Dengan demikian biasanya ditambahkan kategori baru menjadi tujuan perjalanan, dimana tujuan tersebut adalah perjalanan pulang ke rumah. Waktu terjadinya pergerakan Aspek ini menunjukkan kapan seseorang melakukan aktivitasnya dalam kesehariannya. Dengan demikian waktu pergerakan akan sangat bergantung pada maksud dan tujuan pergerakan. Secara umum pola pergerakan penduduk harian adalah untuk bekerja, pendidikan berbelanja dan melakukan kegiatan sosial lainnya. Pola pergerakan bekerja merupakan pola pergerakan yang dominan. Hal tersebut dikarenakan rutinitas yang telah terjadi pada pola pergerakan bekerjan pada pagi hari ketika penduduk berangkat dari rumah untuk bekerja dan pada sore hari ketika penduduk pulang dari tempat bekerja menuju rumah. Pergerakan diasumsikan terjadi karena adanya kebutuhan terhadap fasilitas-fasilitas (Astuti, 2000). Pergerakan muncul pada saat zona asal (sebagai tempat tinggal penduduk) tidak dapat memenuhi kebutuhan terhadap fasilitas-

18 36 fasilitas yang diperlukan, misalnya tidak tersedia atau kapasitas tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Kondisi ini akan menyebabkan orang bergerak ke zona lainnya yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu tempat bekerja juga merupakan orientasi seseorang untuk melakukan pergerakan Klasifikasi Potensial Pengguna Sistem Transportasi Pengguna potensial sistem transportasi dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria yang berbeda-beda. Mereka termasuk satu kelompok dengan preferensi dan karakteristik sangat mirip serta mempunyai respon yang sama terhadap perubahan dalam transport, sementara pada saat yang bersamaan tiap kelompok tersebut mempunyai perbedaan satu sama lain (Manheim. 1979:114). Pembentukan segmen/kelompok penumpang/orang dalam transportasi dapat diklasifikasikan berdasarkan pendapatan, jumlah mobil per keluarga, ukuran rumah tangga (jumlah anggota keluarga), stage in family life cycle, kondisi geografi (apakah pinggir jalan tol, pinggir jalan arteri, dsb), serta tujuan perjalanan (Manheim, 1979:115). Respon masyarakat penghuni perumahan terhadap kondisi transportasi yang ada dapat dikatakan sebagai besarnya pergerakan.

STUDI PERMODELAN BANGKITAN PERJALANAN DI PERKOTAAN

STUDI PERMODELAN BANGKITAN PERJALANAN DI PERKOTAAN STUDI PERMODELAN BANGKITAN PERJALANAN DI PERKOTAAN Oleh : Robby Gunawan Yahya [1] ABSTRAK Pertambahan penduduk meningkatkan kebutuhan akan perumahan, sarana/keperluan kota, serta transportasi dan komunikasi.

Lebih terperinci

Tujuan Penyediaan Prasarana

Tujuan Penyediaan Prasarana PERTEMUAN III Karakteristik Komponen yang memberi input kepada penduduk meliputi prasarana air minum dan listrik Komponen yang mengambil output dari penduduk meliputi prasarana drainase/ pengendalian banjir,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah atas keperluan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari satu tempat ketempat lain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan sarana angkutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pergerakan Penduduk Kebutuhan akan pergerakan bersifat umum. Pergerakan terjadi karena adanya proses pemenuhan kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan merupakan kegiatan yang biasanya

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

SISTRANS. Rahayu Sulistyorini

SISTRANS. Rahayu Sulistyorini SISTRANS Rahayu Sulistyorini Pendahuluan Merupakan sistem pergerakan manusia dan barang antara satu zona asal dan zona tujuan dalam wilayah yang bersangkutan. Pergerakan yang dimaksud dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perkembangan Pemukiman dan Bangkitan Perjalanan Pada awalnya manusia hidup secara nomad, berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lain untuk bertahan hidup dan mencari makanan.

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Infrastruktur Pengertian Infrastruktur, menurut Grigg (1988) infrastruktur merupakan sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan transportasi merupakan rangkaian kegiatan persiapan pengadaan atau penyediaan sistem transportasi agar sesuai dengan tingkat kebutuhan (demand) pada setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan yaitu Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 163 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Menjawab Pertanyaan Penelitian dan Sasaran Penelitian Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini dihasilkan pengetahuan yang dapat menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. TINJAUAN UMUM Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan

Lebih terperinci

ARAHAN PENGATURAN LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN SETYABUDI RAYA POTROSARI SEBAGAI DAMPAK MUNCULNYA PUSAT PERBELANJAAN ADA, BANYUMANIK SEMARANG

ARAHAN PENGATURAN LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN SETYABUDI RAYA POTROSARI SEBAGAI DAMPAK MUNCULNYA PUSAT PERBELANJAAN ADA, BANYUMANIK SEMARANG ARAHAN PENGATURAN LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN SETYABUDI RAYA POTROSARI SEBAGAI DAMPAK MUNCULNYA PUSAT PERBELANJAAN ADA, BANYUMANIK SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : PRIHARTANTO AGUNG P L2D 399 245 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perencanaan Kota Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Ciri pokok dari sebuah

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Banyak negara berkembang menghadapi permasalahan transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan proses yang pembahasannya menekankan pada pergerakan penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pergerakan manusia, seperti pergerakan dari rumah (asal) sekolah, tempat kerja, dan lain-lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota sebagai salah satu kenampakan di permukaan bumi, menurut sejarahnya kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga timbullah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2016 PEKERJAAN UMUM Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Panjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 4.1. Tinjauan pustaka Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.I TINJAUAN UMUM Pembangunan di berbagai sektor bidang kehidupan bangsa yang dilaksanakan oleh pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 15 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Transportasi Transportasi merupakan suatu proses pergerakan memindahkan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya pada suatu waktu. Pergerakan manusia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

Dr.Eng. MUHAMMAD ZUDHY IRAWAN

Dr.Eng. MUHAMMAD ZUDHY IRAWAN Prodi S1 Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada Dr.Eng. MUHAMMAD ZUDHY IRAWAN Pertemuan Pertama Prodi S1 Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI Pada bab ini diuraikan beberapa kajian teoretis dari literature dan kajian normatif dari dokumen perundangan dan statutory product lainnya yang diharapkan dapat menjadi dasar pijakan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG bidang TEKNIK ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG MOHAMAD DONIE AULIA, ST., MT Program Studi Teknik Sipil FTIK Universitas Komputer Indonesia Pembangunan pada suatu

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan tinggi sekalipun tetap terdapat orang yang membutuhkan dan menggunakan angkutan umum penumpang. Pada saat

Lebih terperinci

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perkembangan suatu kota dapat diukur oleh semakin banyaknya sarana dan prasarana penunjang perkembangan kota, (Tamin, 2000). Salah satu laju perkembangan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Transportasi dalam bahasa Indonesia disepadankan dengan pengangkutan. Ada pula yang menerjemahkan dengan kata perjalanan yang lebih cocok untuk terjemahan dari

Lebih terperinci

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Permasalahan Transportasi Perkotaan Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja selain itu kota menawarkan begitu banyak kesempatan baik di

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1980 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1980 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1980 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana perhubungan hakekatnya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : SATYA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data PEKERJAAN UMUM A. Panjang Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. B. PENGERTIAN JUDUL v Terminal : Perhentian (bus, kereta api, dan sebagainya) penghabisan,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Permasalahan yang terjadi di semua negara berkembang, termasuk di Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan urbanisasi yang tinggi akibat laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sedang berkembang. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya kebutuhan untuk melakukan perjalanan dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk beraktivitas dalam

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Pengertian Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone, 1974 Dalam Kodoatie, R., 2005), adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO James A. Timboeleng Staf Pengajar Jurusan Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Transportasi Transportasi adalah penerapan dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengangkut atau memindahkan barang dan manusia

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) TUGAS AKHIR Oleh: SYAMSUDDIN L2D 301 517 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik,

BAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Ambon merupakan ibu kota Provinsi Maluku di Negara Republik Indonesia yang semakin berkembang, dikarenakan pertumbuhan penduduk di kota Ambon semakin hari semakin

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR Oleh : S u y a d i L2D 301 334 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004 ABSTRAKSI

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan masyarakat baik sosial budaya, sosial ekonomi maupun jumlah penduduk akan mengalami perubahan dari

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun MINGGU 4 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun Lingkungan Alamiah Dan Buatan Manusia Para dipahami

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D KONTRIBUSI TAMAN BERMAIN WONDERIA TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SRIWIJAYA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D 301 321 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Bangkitan Pergerakan Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi. Hal ini tercermin dengan semakin meningkatnya penggunaan lahan baik

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT Versi 23 Mei 2017 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D STUDI KONTRIBUSI PLAZA CITRA MATAHARI DAN TERMINAL BUS MAYANG TERURAI TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA PEKANBARU TUGAS AKHIR Oleh: RICO CANDRA L2D 301 330 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 14 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Umum Transportasi Kebutuhan akan transportasi timbul dari kebutuhan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang memungkinkan perpindahan barang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Perkembangan Kota Branch (1996), mengatakan bahwa perkembangan suatu kota dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan

Lebih terperinci

MODEL RUTE ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR

MODEL RUTE ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR MODEL RUTE ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh : NUGROHO HARIMURTI L2D 003 364 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pemilihan moda dapat dikatakan sebagai tahapan terpenting dalam berbagai perencanaan dan kebijakan transportasi. Sebab hal ini menyangkut efisiensi pergerakan

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SEBAGAI SUATU SISTEM

TRANSPORTASI SEBAGAI SUATU SISTEM MATA KULIAH DASAR-DASAR SEBAGAI SUATU SISTEM SISTEM ADALAH GABUNGAN BEBERAPA KOMPONEN (OBJEK) YANG SALING BERKAITAN DALAM SATU TATANAN STRUKTUR PERUBAHAN SATU KOMPONEN DAPAT MENYEBABKAN PERUBAHAN KOMPONEN

Lebih terperinci

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU Ismadarni* * Abstract The trip generation is a submodel of four steps transportation planning model, used for calculating the mount of trip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemacetan Lalu Lintas Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Bangkitan Pergerakan Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Umum Kinerja adalah kemampuan atau potensi angkutan umum untuk melayani kebutuhan pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR SALINAN BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang I.I Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat di wilayah perkotaan berdampak pada bertambahnya fungsi-fungsi yang harus diemban oleh kota tersebut. Hal ini terjadi seiring

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Zona Selamat Sekolah Perkembangan teknologi otomotif khususnya kendaraan bermotor roda dua maupun kendaraan beroda empat, menjadikan anak-anak khususnya anak-anak Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kotakota besar, dimana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Transportasi Setiap Tata Guna Lahan akan terdapat suatu kegiatan yang akan menimbulkan bangkitan pergerakan dan tarikan pergerakan. Kegiatan itu dapat berupa

Lebih terperinci

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI PENDAHULUAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Pengantar Rekayasa transportasi merupakan tinjauan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bagian ini diuraikan mengenai latar belakang studi; rumusan persoalan; tujuan dan sasaran studi; ruang lingkup studi, yang meliputi ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan daerah perkotaan pada dasarnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor manusia, faktor aktivitas manusia, dan faktor pergerakan manusia

Lebih terperinci

Transportasi terdiri dari dua aspek, yaitu (1) prasarana atau infrastruktur seperti jalan raya, jalan rel, bandar udara dan pelabuhan laut; serta (2)

Transportasi terdiri dari dua aspek, yaitu (1) prasarana atau infrastruktur seperti jalan raya, jalan rel, bandar udara dan pelabuhan laut; serta (2) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah mengalami perkembangan sebagai akibat adanya kegiatan atau aktivitas manusia yang terjadi di dalamnya. Kegiatan yang dilakukan oleh manusia atau masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia negara yang sedang berkembang, pembangunannya terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia negara yang sedang berkembang, pembangunannya terus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia negara yang sedang berkembang, pembangunannya terus mengalami peningkatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. keberhasilan

Lebih terperinci