BAB 2 LANDASAN TEORI. pilihan yang bersifat intensional dan reflektif dalam merespon kebutuhan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. pilihan yang bersifat intensional dan reflektif dalam merespon kebutuhan."

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan merupakan proses untuk membuat suatu pilihan yang bersifat intensional dan reflektif dalam merespon kebutuhan. Proses ini dipengaruhi masa lalu, masa sekarang dan perkiraan masa yang akan datang (Kleindorfer, 1993). Noorderhaven (dalam sari, 2008) menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses memilih dan berkomitmen atas apa yang telah dipilih. Definisi pengambilan keputusan juga diungkapkan oleh Siagian (1990) yang menyatakan pengambilan keputusan merupakan usaha sadar untuk memilih alternatif dan mencapai tujuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses memilih alternatif serta mengidentifikasi kebutuhan untuk mencapai tujuan berdasarkan keinginan, pengetahuan dan pengalaman Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan Kleindorfer (1993) menyatakan bahwa kebutuhan, nilai dan tujuan yang hendak dicapai seseorang merupakan faktor dasar dalam mengambil keputusan. Kleindorfer (1993) menyebutkan adanya tahapan yang terjadi dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung adalah: 1. Tahap penemuan masalah dan definisi masalah. 10

2 Merupakan tahap dimana individu menyadari adanya masalah yang perlu diselesaikan. Dan individu berfokus pada apa yang mereka anggap sebagai masalah. Persepsi terhadap sesuatu sebagai pokok permasalahan atau apa yang menjadi masalah utama dipengaruhi oleh kebutuhan, nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam tahap ini individu juga menyadari kondisi, dan definisi masalah 2. Tahap pencarian atau tahap evaluasi. Merupakan tahap mengumpulkan informasi tentang kemungkinan alternatif pemecahan masalah dan kemudian mengevaluasi alternatif tersebut. Dalam tahap ini individu mencari kepentingan dari suatu masalah, kesulitan, sumber daya, dan waktu 3. Tahap memilih alternatif dan membuat keputusan. Dalam tahap ini individu mengambil keputusan dengan memilih dari bentuk alternatif yang telah dipilih. Dalam tahap ini individu mengumpulkan semua informasi untuk menyelesaikan masalah, dengan cara yang meminimalisasi kerugian. 4. Tahap evaluasi hasil. Setelah membuat keputusan dan mengambil tindakan sesuai keputusan, pengambil keputusan mengevaluasi tepat-tidaknya keputusan yang dibuat berdasarkan hasil atau akibat dari keputusan tersebut. Dan kemudian mempertahankan hasil keputusan. Siagian menyatakan hal yang tidak jauh berbeda dari tahapan yang disampaikan oleh Kleindorfer, Siagian (1990) juga menyebutkan bahwa pengambilan keputusan terdiri dari beberapa tahap, yaitu: 11

3 1. Tahap mengidentifikasi dan membuat definisi pada masalah 2. Mengumpulkan dan mengolah informasi 3. Mengidentifikasi berbagai alternatif 4. Manganalisa dan mengkaji setiap alternatif 5. Menjatuhkan pilihan 6. Dan melaksanakan keputusan yang diambil Dalam prosesnya, pengambilan keputusan tidak sesuai berjalan dengan urutan tahap-tahapnya. Janis & Mann (dalam Sari, 2008) menyatakan bahwa kadang seseorang sudah mencapai satu tahap, dan harus kembali ke tahap sebelumnya karena mengalami keraguan, dan hal ini disebut revension. Revension sering terjadi dalam proses pengambilan keputusan Pengambilan Keputusan Remaja Menurut Steinberg (2010), remaja memiliki pengambilan keputusan yang berbeda dan memiliki karakteristik pengambilan keputusan yang berbeda dengan tahap perkembangan lain. Terdapat 6 karakteristik yang membedakan pengambilan keputusan remaja, yaitu : 1. remaja sangat sensitif terhadap penghargaan/hadiah(reward), termasuk stimulus penghargaan dari tersebut, status sosial atau merasa dikagumi dan dihargai. Sensitivitas tinggi terhadap 12

4 penghargaan inilah yang diwujudkan dengan 2 cara yang berbeda seperti apa remaja menyelesaikan masalah, dan apa saja yang akan menjadi pertimbangan ketika mereka membuat keputusan. Demikian juga, ketika dihadapkan dengan sebuah pilihan antara dua alternatif tindakan, remaja akan cenderung memilih alternatif yang memiliki potensi reward yang lebih besar pada setiap alternatif daripada kerugian dari masing-masing alternatif. contohnya, mendapatkan kekaguman dari teman atau menyenangkan orang tua, dan berpotensi terkena kanker atau terlihat jelek atau tidak keren di depan salah seorang teman. Selain itu, meskipun remaja diberitahu akan keuntungan dan kerugian dari pilihan tersebut, remaja akan lebih cenderung terpengaruh pada reward. Berbeda dengan orang dewasa yang selalu mempertimbangkan kerugian, remaja cenderung melihat reward terlebih dahulu. Karena itu pemberitahuan akan kerugian merokok kurang efektif pada remaja. 2. Dibanding dengan orang dewasa, remaja lebih fokus pada konsekuensi yang langsung pada suatu keputusan daripada berpikir tentang jangka panjang pada suatu keputusan. contoh, kamu lebih memilih $500 dalam 1 hari atau $1000 dalam setahun. Individu yang ditanya untuk memilih antara suatu reward yang lebih kecil tapi lebih cepat diperoleh dan suatu reward yang besar tapi diperoleh lebih lama. Studi menunjukkan remaja memilih pilihan pertama karena reward lebih cepat didapatkan. 13

5 3. Orientasi yang lemah dalam memprediksi masa depan mempengaruhi remaja dalam melihat kerugian dalam pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan mereka cenderung memperhatikan dan fokus pada kerugian yang secara langsung dan jangka pendek dari sebuah pilihan daripada kerugian jangka panjang. Contohnya, merokok dapat menyebabkan pernafasan menjadi tidak bagus, atau tidak merokok akan diasingkan dari teman-teman. Walaupun, mereka menyatakan telah mempertimbangkan beberapa hal negatif (jangka panjang atau pendek), akan tetapi hal tersebut dianggap kurang penting dibandingkan reward yang diterima (dan khususnya reward jangka pendek). 4. Keputusan remaja tentang pengambilan resiko lebih mudah digoyahkan daripada orang dewasa, hal ini sangat dipengaruhi oleh kelompok sebaya mereka, pengaruh kelompok sebaya sangat tinggi dalam pengambilan keputusan. Pengaruh kelompok cenderung memperuncing sensitivitas remaja terhadap reward dan pilihan remaja terhadap reward secara langsung (jangka pendek). Berbeda dengan orang dewasa yang cenderung memilih untuk sendiri dalam keputusan akan suatu resiko. 5. Ketidakmatangan yang terkait bagian otak dengan kontrol kognitif. Remaja relatif berbeda dengan orang dewasa, yaitu kurang mampu untuk mengatur perilaku mereka. Hal tersebut tercermin 14

6 pada remaja sebagian besar cenderung untuk bertindak sebelum berpikir, sulit membuat rencana dan mengontrol emosi mereka. 6. Pengambilan keputusan pada remaja lebih mudah terganggu oleh rangsangan emosi dan sosial dibandingkan dengan orang dewasa. Pada penelitian yang membandingkan pengambilan keputusan pada remaja dan dewasa, penelitian dilakukan pada mereka yang sedang sendiri dan ketika berada dibawah kondisi rangsangan emosional diminimalkan. Contohnya, ketika individu sedang berada di sebuah kantor, universitas dan diminta menyelesaikan sebuah kuesioner tentang pengambilan keputusan dan resiko. Sebuah kesimpulan penting dari hal diatas adalah bahwa penelitian konvensional yang menemukan beberapa perbedaan antara remaja dan orang dewasa dalam cara mereka berpikir tentang risiko dapat mencapai kesimpulan yang sangat berbeda. 2.2 Remaja Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa tumpang tindih karena bukan lagi merupakan anak-anak akan tetapi belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Remaja sendiri mempunyai definisi sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2003). Perkembangan remaja terbagi menjadi masa remaja awal (11-15 tahun)dan remaja akhir 15

7 (15-22 tahun). Remaja bukanlah bagian yang terisolasi dari bagian perkembangan, akan tetapi berkaitan dengan perkembangan dan pengalaman pada masa anak dan dewasa. Oleh karena itu, Pengalaman yang terjadi pada masa perkembangan remaja dapat mempengaruhi perkembangan pada masa dewasa. Menurut Erikson (dalam Papalia, 2007), pencarian identitas fokus pada masa remaja, menurut Erikson masa remaja masuk dalam tahap Identity vs Identity Confusion. Transisi remaja berarti perkembangan anak-anak masih dialami akan tetapi kematangan dewasa secara fisik sudah mulai dialami (Hurlock dalam Papalia, 2001). Remaja tidak membentuk identitasnya dengan meniru orang lain seperti halnya anak-anak, tetapi dengan memodifikasi dan merubah identifikasi sebelumnya untuk menciptakan struktur baru. Untuk membentuk identitas, seorang remaja harus yakin dalam mengelola kebutuhan mereka, kemampuan, niat dan kemauan sehingga dapat diekspresikan dalam konteks sosial (Ismayawulansari, 2004). Kebanyakan remaja mencari komitmen dalam hidupnya yang bisa diyakini. Komitmen dimasa muda membentuk kehidupan seorang pada perkembangannya. Remaja yang menyelesaikan krisisnya dengan memuaskan akan mengembangkan virtue fidelity, yaitu mempertahankan loyalitas terhadap keyakinan orang yang dicintai. Santrock (2003) membagi perkembangan remaja dalam beberapa perkembangan, yaitu perkembangan fisik, kognitif dan psikososial. 16

8 2.2.1 Perkembangan Fisik Perkembangan remaja juga ditandai dengan perkembangan fisik. Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh anak-anak menjadi tubuh orang dewasa dengan berbagai ciri. Perubahan juga terjadi pada fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia, 2001). Pubertas dan kematangan seksual merupakan ciri khas perubahan fisik yang terjadi pada remaja, dan salah satu tanda penting dimulainya masa remaja. Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutaman terjadi pada masa perkembangan remaja (santrock, 2003). Pubertas pada wanita ditandai dengan menarche (datang bulan untuk pertama kalinya) dan ejakulasi pertama yang biasa terjadi pada mimpi basah remaja pria. Perubahan fisik terlihat pada meningkatnya berat badan dan tinggi badan, pada organ seksual mulai berkembang dimulai dari tumbuhnya bulu pada beberapa area tubuh, bulu kemaluan, tumbuhnya payudara, pinggul membesar. Pada laki-laki Pundak akan membesar, terjadi perubahan suara, pertambahan ukuran penis, tumbuh otot pada beberapa bagian tubuh. Perubahan fisik yang 17

9 terjadi sangat dipengaruhi oleh perubahan hormon yang terjadi dalam tubuh Perkembangan Kognitif Menurut Piaget, remaja sudah memasuki tingkat perkembangan kognitif paling tinggi, yaitu formal operational. Seorang remaja sudah mempunyai kapasitas untuk berpikir abstrak. Hal ini memungkinkan remaja untuk melakukan manipulasi pada informasi. Piaget (dalam Papalia, 2001), mengatakan bahwa seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis. Dalam pandangan Piaget remaja secara aktif membangun dunia kognitif, dimana informasi yang diterima tidak langsung diterima begitu saja oleh kognitif seorang remaja. Remaja sudah dapat membedakan hal-hal atau ide-ide mana yang lebih penting dibanding ide lain, lalu mereka juga menghubungkan ide ide. Seorang remaja tidak hanya mengorganisasi apa yang mereka lihat dan mereka alami, akan tetapi juga mengolah cara berpikir hingga muncul ide baru. Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme. Hal ini juga didukung oleh David Elkind yang menyatakan bahwa remaja mempunyai keyakinan bahwa mereka diperhatikan oleh orang lain disekitarnya (Elkind dalam Papalia, 2001). Piaget juga percaya bahwa remaja menyesuaikan diri dengan asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan kemampuan seseorang menggabungkan informasi baru 18

10 kedalam pengetahuan yang sudah dimiliki, dan akomodasi yang merupakan penyesuaian diri terhadap informasi baru Psikososial Identity vs Identity Confusion, merupakan tahapan yang sedang dilewati oleh remaja, menurut Erikson (dalam Papalia, 2001). Tahapan penuh pencarian identitas diri dalam lingkungan remaja. remaja banyak melakukan eksplorasi pada identitas, karier, hubungan pacaran (Santrock, 2003 ) Dalam perkembangannya, remaja akan cenderung lebih dekat pada peer group dibandingkan dengan orangtua (Conger dalam Papalia, 2001). Peer group sangat memberikan peranan dalam berbagai hal pada remaja termasuk dalam pencarian jati dirinya. Meskipun perkembangan kognitif pada remaja sudah baik, pengaruh lingkungan sangat mempengaruhi perilaku remaja, terutama tekanan lingkungan. Remaja pada tahap sosial sudah mencapai tahap sexuality identity, dimana mereka secara sadar akan orientasi gender mereka dan mempunyai pasangan di lingkungan sosial (Papalia, 2001) Remaja Dan Keluarga Remaja merupakan bagian dari sebuah keluarga, sebagai otonomi maupun keterikatan kepada orangtua. Orangtua menentukan keberhasilan remaja untuk berhubungan dan beradaptasi dengan dunia. orang tua memgang peranan penting bagi perilaku dan bagaimana remaja bertindak (Santrock, 2003). 19

11 2.3.1 Keluarga sebagai sistem sosialisasi Selama ini sosialisasi remaja dipandang sebagai indoktrinasi langsung yang searah. Dengan filosofi dasar bahwa anak-anak dan remaja harus dilatih agar dapat berhubungan dengan lingkungan sosial, sehingga perilaku remaja diharuskan untuk dibentuk dan disesuaikan. Namun demikian proses sosialisasi lebih dari sekedar mencetak anak-anak dan remaja menjadi orang dewasa. Anak-anak dan remaja bukan segumpalan tanah liat yang siap dibentuk. Sosialisasi timbal balik adalah suatu proses dimana anak anak dan remaja mensosialisasikan orangtua seperti halnya orangtua mensosialisasikan mereka. Dalam hubungan remaja dan orangtua terjadi sebuah synchrony yaitu merupakan interaksi yang terkoordinasi antara orangtua dan remaja, yang saling menyelaraskan perilaku, yang sering kali terjadi secara tidak sadar (Santrock, 2003). Dalam pandangan kesinambungan (continuity view) dikatakan bahwa penekanan yang diberikan pada peran yang dimainkan dalam hubungan awal orangtua dan anak dapat membentuk dasar untuk berhubungan dengan orang-orang sepanjang rentang hidup anak dan remaja Rokok Dan Perilaku Merokok Rokok Rokok merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian. Rokok merupakan benda padat, dengan partikel utama yang terdapat 20

12 pada rokok berupa tar dan nikotin. Tembakau telah dikenal secara umum sejak dahulu, digunakan kurang lebih ratusan tahun yang lalu, dengan cara dihirup ataupun dikunyah. Nikotin (nicotinia tabacum) diperkenalkan dan berasal dari Amerika Selatan kemudian menyebar kedaerah Eropa. Tar mengandung bahan-bahan karsinogen penyebab kanker, sedangkan nikotin mengandung zat adiktif yang dapat menimbulkan ketagihan pada penggunanya. Pernyataan ini dipertegas oleh Russel (dalam Mourad) yang menyatakan seseorang merokok biasa disebabkan oleh ketagihan akan nikotin sedangkan seorang perokok meninggal dan terserang penyakit yang disebabkan oleh tar dan banyak komponen lain. Individu yang merokok batang perhari mempunyai resiko terjangkit kanker paru-paru. Sebatang rokok mengandung mg nikotin, sedangkan cerutu mg nikotin, jumlah rata-rata nikotin perbatang rokok berkisar 1-3 mg (Prajuditia, 2009). Rokok merupakan benda padat yang mengeluarkan asap, satu hisapan rokok menghasilkan 0,05-0,15 mg nikotin. Kandungan nikotin dalam asap hasil pembakaran rokok dengan menggunakan filter 0,2-1 mg nikotin, sedangkan rokok dengan tanpa filter 1-3,5 mg nikotin. Nikotin adalah jenis obat yang terdapat dalam tembakau, yang menyebabkan ketagihan. Memberikan efek yang sama seperti kokain dan heroin. Perokok yang susah lepas dari rokok biasa sudah merokok dari usia muda (Wulandari, 2005:7). 21

13 2.4.2 Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang telah dijumpai dikelas sosial manapun. Merokok merupakan tindakan membakar tembakau yang kemudian diselipkan di bibir lalu dihisap kedalam tubuh kemudian dikeluarkan kembali dengan cara dihembuskan (Amstrong dalam Kemala, 2007). Asap rokok yang dihisap merugikan tak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga merugikan orang lain, perilaku merokok mempunyai efek sangat buruk bagi hidup seseorng yang sering merokok dengan frekuensi tinggi, dan kemungkinan terjangkit penyakit ataupun resiko kematian. Temperatur rokok saat dibakar dan dihisap mencapai 900 derajat dan temperatur sisi lain yang dihisap pada bibir mencapai 30 derajat. Asap yang dihisap 85% berupa gas dan sisanya adalah partikel (Harisson dalam Yovita, 2004). Asap yang dihisap langsung dari sebatang rokok disebut sebagai mainstream smoke, sedangkan asap yang dikeluarkan oleh perokok dan ujung rokok yang dibakar disebut sidestream smoke. Sidestream smoke yang dihisap oleh perokok pasif juga dapat menyebabkan kerugian yang sama seperti perokok aktif. Leventhal (dalam Kemala, 2007) menyatakan bahwa terdapat proses seseorang menjadi perokok yang dibagi dalam 4 tahap, yaitu: 1. Tahap Prepatory. Seseorang mendapat pandangan menyenangkan mengenai merokok dari orang lain, dengan cara melihat, mendengar, sehingga menimbulkan rasa ingin merokok. 22

14 2. Tahap Initiation. Merupakan tahap dimana seseorang memutuskan perilaku merokok. 3. Tahap becoming a smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok 4 batang perhari, maka sudah mempunyai kecenderungan untuk merokok 4. Tahap maintenance of smoking. Ditahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari pengaturan diri (self regulation). Dan cara seseorang dalam mempertahankan perilaku merokok untuk mendapat kenikmatan fisik. Menurut Smet (Kemala, 1994) tipe perokok dapat dibagi 3 munurut banyaknya rokok yang dikonsumsi. Ketiga tipe tersebut adalah: 1. Tipe perokok berat yang merokok lebih dari 15 batang perhari. 2. Tipe perokok sedang yang merokok 5-14 batang perhari. 3. Tipe perokok ringan yang yang merokok 1-4 batang perhari. Menurut Silvan & Tomkins (kemala, 2007) terdapat 4 perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah: 1. Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan positif: a. Pleasure relaxation, perilaku merokok untuk menambah kenikmatan (setelah makan, ketika minum kopi) 23

15 b. Simulation to pick them up, perilaku merokok hanya untuk merasakan kesenangan. c. Pleasure to handling cigarette, kenikmatan yang diperoleh dari memegang rokok. 2. Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif. Perilaku merokok untuk mengurangi rasa cemas, marah dan gelisah. Rokok dianggap sebagai penyelamat. Sehingga ketika suasana tidak menyenangkan terjadi mereka merokok untuk menutupi keadaan itu. 3. Perilaku merokok yang adiktif. Perilaku dimana seseorang akan menambah dosis rokok yang dikonsumsi jika dosis yang dirasakan kurang. 4. Perilaku merokok karena kebiasaan. Perilaku merokok yang dikeluarkan bukan dikarenakan perasaan dan dosis akan tetapi dikarenakan suatu kebiasaan Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melihat bahwa, perilaku pada remaja disebabkan oleh beberapa hal, dan dapat digolongkan dalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari banyaknya rokok yang dikonsumsi dan tipe perilaku seseorang yang merokok menurut fungsinya Remaja dan orangtua merokok Merokok merupakan perilaku yang merugikan kesehatan, akan tetapi masih banyak orang yang melakukan. Bahkan banyak dari sebagian orang 24

16 mulai merokok sejak usia remaja, menurut penelitian Leventhal (dalam kemala, 2007) perokok mulai merokok sejak usia 11 dan 13 tahun dan 85% hingga 95% sebelum 18 tahun. Menurut hasil penelitian Kemala (2005), remaja yang akhirnya aktif merokok disebabkan oleh stres, kondisi stres ternyata mendukung remaja untuk berperilaku merokok. Ini merupakan upaya untuk mengatasi masalah secara emosional dan menjadi kompensatoris kecemasan yang dialihkan pada perilaku merokok. Ada tiga faktor yang menyebabkan remaja terus merokok yaitu, kepuasan psikologis, sikap permisif dari orangtua dan peer group yang mendukung perilaku merokok (Helmi, dalam kemala, 2005). Hal serupa juga didukung oleh pernyataan Lewin yang mengungkapkan merokok disebabkan oleh peran lingkungan dan individu, dimana selain peran orangtua maupun teman, proses dalam diri juga menjadi salah satu pembuat keputusan apakah seseorang akan menjadi perokok atau tidak. Dalam penelitian Geckova (2005), dikatakan bahwa peran teman sebaya memang berpengaruh besar pada remaja untuk merokok akan tetapi orangtua yang merokok secara langsung ataupun tidak langsung meyebabkan remaja berperilaku merokok. Di Indonesia terdapat 84% orang tua perokok merokok dirumah ketika bersama dengan anggota keluarganya (Tobacco Control Support Center). Keluarga adalah satuan terkecil dari masyarakat, dan orangtua merupakan anggota keluarga yang mensosialisasikan nilai dan perilaku kepada anak (Helmi, 2004). Pernyataan yang serupa juga disampaikan Steinberg (2010) yang menyatakan bahwa, orangtua merupakan agen imitasi bagi anak, dan salah satu faktor remaja 25

17 merokok adalah dikarenakan pengaruh orangtua atau anggota keluarga yang merokok dilingkungan rumah. 26

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas 7 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Merokok II.1.1 Definisi Merokok Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Merokok 2.1.1 Pengertian Perilaku Merokok Chaplin (2001) memberikan pengertian perilaku terbagi menjadi 2: pengertian dalam arti luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Remaja merupakan bagian perkembangan yang penting dan unik,

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Remaja merupakan bagian perkembangan yang penting dan unik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah salah satu bagian perkembangan disetiap manusia. masa remaja dimulai saat seorang individu berumur 11-22 tahun (Santrock, 2003). Remaja merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Merokok 1. Definisi frekuensi Frekuensi berasal dari bahasa Inggris frequency berarti kekerapan, keseimbangan, keseringan, atau jarangkerap. Smet (1994) mengatakan

Lebih terperinci

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Merokok Statsus adalah keadaan atau kedudukan (orang, badan, dan sebagainya) dalam hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari beberapa sudut pandang perilaku merokok sangatlah negatif karena perilaku tersebut merugikan, baik untuk diri individu itu sendiri maupun bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai akibat dari perkembangan dunia pada masa ini, masalah yang dihadapi masyarakat semakin beragam. Diantaranya adalah masalah lingkungan sosial dan tuntutan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan menikah seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Oleh : MEICA AINUN CHASANAH F

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MEROKOK 1. Pengertian Merokok adalah suatu bahaya untuk jantung kita. Asap rokok mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam sel darah merah. Merokok dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah i Rokok merupakan kata yang tidak asing lagi bagi masyarakat Bahkan, dewasa ini sejumlah remaja, sudah mulai menghisap lintingan tembakau yang disebut rokok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan suatu produk hasil olahan dari tanaman tembakau yang dapat dikonsumsi dengan cara dibakar di salah satu ujungnya lalu dihisap melalui mulut dan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Alasan Merokok Dalam penelitian Febriani (2014) menjelaskan bahwa merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok maupun

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat MODUL PERKULIAHAN Perkembangan Sepanjang Hayat Adolescence: Perkembangan Psikososial Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 03 61095 Abstract Kompetensi Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional. Di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan, karena sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional. Di Indonesia permasalahan rokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Merokok merupakan kebiasaan buruk yang menjadi masalah seluruh dunia baik Negara maju maupun Negara berkembang. Di negara-negara yang maju kebiasaan merokok telah jauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perilaku merokok bagi sebagian besar masyarakat di indonesia masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari kehidupan sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan menghargai hak-hak setiap individu tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan manusia terbagi menjadi beberapa fase selama rentang kehidupan. Beberapa fase tersebut diantaranya fase bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Kontrol Diri. Hurlock (1990) kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu

BAB II KAJIAN TEORI Kontrol Diri. Hurlock (1990) kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kontrol Diri 2.1.1. PengertianKontrol Diri Averill (1973) berpendapat bahwa kontrol diri merupakan variabel psikologis yang sederhana karena didalamnya tercakup tiga konsep yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu mengalami masa peralihan atau masa transisi. Yang dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, dan rasa percaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini ditambah dengan gencarnya iklan-iklan rokok yang mengidentikkan dengan kejantanan, kesegaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kelompok remaja merujuk pada kelompok individu yang berada dalam kisaran usia 12-21 tahun. Kata remaja berasal dari bahasa Latin yang berarti kematangan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam masyarakat indrustrial modern, berjalan dari masa kanak-kanak ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam masyarakat indrustrial modern, berjalan dari masa kanak-kanak ke 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Dalam masyarakat indrustrial modern, berjalan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa ditandai oleh periode transisional panjang yang dikenal dengan masa remaja. Masa remaja

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, dalam segi fisik, kognitif, sosial ataupun emosional. Masa remaja dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Diet 1. Pengertian Perilaku Diet Perilaku diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangai berat badan (Kim & Lennon, 2006). Demikian pula Hawks (2008) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya. Bila telah mengalami ketergantungan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja dalam perkembangannya sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Salah satu perilaku tidak sehat oleh remaja yang dipengaruhi oleh lingkungan adalah merokok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan kegiatan membakar tembakau kemudian asapnya dihisap. Kecanduan rokok banyak terjadi pada usia remaja. Remaja adalah masa transisi antara masa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih BAB II LANDASAN TEORI A. Pengambilan Keputusan 1. Pengertian pengambilan keputusan Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih alternatif-alternatif bagaimana cara bertindak dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicoliana Tabacum, Nicoliana

BAB I PENDAHULUAN. bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicoliana Tabacum, Nicoliana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicoliana Tabacum, Nicoliana Rustica dan Spesiae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Dalam kamus tthe world book encyclopedia (dalam Widowaty,2008)

BAB II TINJAUAN TEORI. Dalam kamus tthe world book encyclopedia (dalam Widowaty,2008) BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Perilaku Merokok 2.1.1. Definisi Perilaku Merokok Dalam kamus tthe world book encyclopedia (dalam Widowaty,2008) smoking adalah the drawing of tobaco smoke from a cigarette,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara. tinggi. Jumlah perokok di Indonesia sudah pada taraf yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara. tinggi. Jumlah perokok di Indonesia sudah pada taraf yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara berkembang maupun di negara maju. Menurut survey Badan Kesehatan Dunia (WHO) (Amalia, 2000) 75%

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi perubahan kualitatif secara fisik dan psikis. Masa remaja disebut sebagai masa kritis karena pada masa ini remaja

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi penyebab kematian terbanyak diseluruh dunia. Penyakit Tidak Menular (PTM) umumnya dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah rokok merupakan pembicaraan yang selalu berkembang di dunia. Dari tahun ke tahun prevalensi perokok di dunia semakin meningkat. Jumlah perokok saat ini mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis, atau kebutuhan paling dasar atau paling bawah dari piramida kebutuhan dasar. Kesempatan untuk istirahat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-laki 1. Pengertian Perilaku Merokok Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jurusan kesehatan juga tidak terlepas dari perilaku rokok, sebanyak 66,6%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jurusan kesehatan juga tidak terlepas dari perilaku rokok, sebanyak 66,6% BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Alasan Mahasiswa Merokok Mahasiswa kesehatan atau orang yang sedang menempuh kuliah di jurusan kesehatan juga tidak terlepas dari perilaku rokok, sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

Lebih terperinci

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja Wanita 1. Tumbuh rambut pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak. 2. Bertambah besar buah dada. 3. Bertambah besarnya pinggul. Pria 1. Tumbuh rambut

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN I. Karakteristik Responden No responden : TAHUN 2012 Nama : Kelas : Umur : Uang saku : Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu ancaman kesehatan terbesar yang dihadapi dunia, membunuh hampir sekitar 6 juta orang per tahun. Lebih dari 5 juta kematian adalah akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah merokok merupakan topik pembicaraan yang selalu berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah ada sejak berabad-abad tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tembakau diperkirakan sudah digunakan sejak 100 tahun sebelum masehi oleh suku Aborigin di Amerika (Geiss 2007). Kemudian ketika, Columbus mendarat di benua Amerika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, remaja dan dewasa. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini jumlah perokok terus bertambah, khususnya di negaranegara berkembang. Keadaan ini merupakan tantangan berat bagi upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap hari orang-orang menolak dorongan untuk melakukan hal-hal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap hari orang-orang menolak dorongan untuk melakukan hal-hal BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Self-Control 2. 1. 1. Definisi Self-Control Setiap hari orang-orang menolak dorongan untuk melakukan hal-hal yang dapat merugikan dirinya sendiri, seperti menghindari makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres merupakan bagian yang tidak terhindar dari kehidupan. Stres mempengaruhi kehidupan setiap orang bahkan anak-anak. Kebanyakan stres diusia remaja berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Southeast Asia Tobacco Control Alliance, dan Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Southeast Asia Tobacco Control Alliance, dan Komisi Nasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok adalah suatu kebiasaan yang setiap hari dapat kita jumpai di berbagai tempat, baik itu di tempat umum, perkantoran, pasar, bahkan lingkungan sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kebiasaan buruk yang dilakukan manusia yang telah sejak dulu adalah merokok.merokok merupakan masalah yang utama bagi kesehatan masyarakat di dunia.karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.2 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.2 LATAR BELAKANG Pencemaran udara saat ini telah mencapai tingkat yang meresahkan. Pencemaran udara diartikan sebagai masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula di kaitkan pubertas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja dengan perubahan yang mengacu pada perkembangan kognitif, biologis, dan sosioemosional (Santrock, 2012).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya BNN (2006). Narkoba pada awalnya digunakan untuk keperluan medis, pemakaiannya akan

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP A. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah dituliskan di surat-surat kabar, majalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa terjadinya banyak perubahan. Remaja haus akan kebebasan dalam memutuskan dan menentukan pilihan hidupnya secara mandiri. Erikson (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok adalah salah satu zat adiktif yang apabila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus,

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK MASA KANAK-KANAK AWAL Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a)belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin. b)kontak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menguraikan beberapa teori terkait dengan judul yang peneliti sampaikan diatas. Di dalam bab ini akan menguraikan teori mengenai identitas diri pada remaja beserta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Normative Social Influence 2.1.1 Definisi Normative Social Influence Pada awalnya, Solomon Asch (1952, dalam Hogg & Vaughan, 2005) meyakini bahwa konformitas merefleksikan sebuah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 38 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai pengaruh gaya pengasuhan dan teman sebaya terhadap perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja SMA di kota Bogor ditujukan untuk mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kontrol Diri (Self-Control) A.1. Definisi Kontrol Diri (Self-Control) Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescent yang mempunyai arti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu dari sekian banyaknya masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Hampir semua orang tahu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rokok dan perokok bukan suatu hal yang baru didunia ini, tetapi telah ada sejak lama. Di Indonesia, rokok sudah menjadi barang yang tidak asing dan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke atas pada tahun 1990 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke atas pada tahun 1990 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum, ibu dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara mengkonsumsinya), karena produk ini memberikan kepuasan kepada konsumen melalui asap (hasil pembakaran

Lebih terperinci