LAPORAN DEMONSTRASI PLOT TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KEBUN KAKAO DI KABUPATEN LUWU ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN DEMONSTRASI PLOT TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KEBUN KAKAO DI KABUPATEN LUWU ABSTRAK"

Transkripsi

1 LAPORAN DEMONSTRASI PLOT TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KEBUN KAKAO DI KABUPATEN LUWU Kartika Fauziah, dkk ABSTRAK Penyuluhan yang dikelola oleh petani atau Farmer Managed Extension Activities (FMA) merupakan suatu metoda penyuluhan partisipatif dimana para peserta dilibatkan secara aktif sejak identifikasi permasalahan dan potensi wilayah, perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, sampai dengan monitoring dan evaluasi. Sehingga diharapkan akan menumbuhkan perasaan memiliki dan menjamin berkelanjutan program. Salah satu kegiatan utama BPTP Sulawesi Selatan dalam mendukung program ini adalah demonstrasi teknologi pertanian yang dilakukan di daerah FMA. Di Kabupaten Luwu kegiatan FEATI dilaksanakan di 17 Kecamatan meliputi 40 Desa. Sesuai hasil verifikasi proposal di kabupaten Luwu banyak FMA yang mengajukan proposal untuk pelatihan perbaikan tanaman kakao, sehingga demonstrasi yang dilakukan di Kabupaten Luwu adalah Demplot Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao. Tingkat pengetahuan awal petani tentang pemeliharaan kebun kakao sudah diatas rata-rata, tetapi untuk cara pemangkasan, cara pemupukan dan pembuatan pupuk organik sebagian besar petani belum mengetahuinya. Sehingga petani masih membutuhkan bimbingan dalam pemeliharaan kebun kakao yang benar. Tingkat partisipasi petani dalam mengikuti kegiatan mulai dari sosialisasi hingga temu lapang akhir sangat besar (100%). Ini menunjukkan bahwa petani sangat antusias dengan teknologi yang diberikan. Produksi bunga, pentil dan buah meningkat setelah dilakukan aplikasi teknologi. Sebelum aplikasi teknologi ditemukan penyakit kanker batang dan helopelthis ± 10%, akan tetapi setelah dilaksanakan aplikasi teknologi penyakit tersebut tidak ditemukan lagi. Hal ini menunjukkan bahwa produksi akan meningkat dan serangan hama dan penyakit akan berkurang apabila teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar dilakukan. Petani kooperator 100% berminat dan akan menerapkan teknologi pemangkasan dan pemupukan/cara pemupukan di kebunnya. Sedangkan untuk teknologi pembuatan pupuk organik (68%) dan pembuatan lubang/rorak (55%) petani berminat dan akan menerapkan dikebunnya dan yang menyatakan berminat tapi belum akan menerapkan dikebunnya 32% untuk pembuatan pupuk organik dan 45% untuk pembuatan lubang/rorak. Alasan mereka belum menerapkan dikebunnya adalah karena teknologi tersebut membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga. Kata Kunci : demonstrasi plot, kakao, pemeliharaan kebun, respon petan 1

2 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha di bidang pertanian agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi teknologi, pasar, permodalan dan sumberdaya lainnya. Penyuluhan yang dikelola oleh petani atau Farmer Managed Extension Activities (FMA) merupakan suatu metoda penyuluhan partisipatif dimana para peserta dilibatkan secara aktif sejak identifikasi permasalahan dan potensi wilayah, perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, sampai dengan monitoring dan evaluasi. Sehingga diharapkan akan menumbuhkan perasaan memiliki dan menjamin berkelanjutan program. Salah satu kegiatan utama BPTP Sulawesi Selatan dalam mendukung program ini adalah demonstrasi teknologi pertanian yang dilakukan di daerah FMA. Sehingga diharapkan petani pelaksana FMA dapat mengadopsi teknologi tersebut untuk disebar luaskan ke anggotanya. Secara garis besar tujuan FMA adalah untuk meningkatkan kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian dari, oleh dan untuk pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usahanya secara optimal dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga pelaku utama secara berkelanjutan. Di Kabupaten Luwu kegiatan FEATI dilaksanakan di 17 Kecamatan meliputi 40 Desa. Salah satu metode pengembangan kapasitas kinerja pelaku utama usaha pertanian dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh pelaku utama dalam hal ini petani atau pengusaha dibidang pertanian. Metode ini 2

3 menitik beratkan pada pengembangan kapasitas manajerial, kepemimpinan dan kewirausahaan pelaku utama. Untuk Kabupaten Luwu sesuai hasil verifikasi proposal banyak FMA yang mengajukan proposal untuk pelatihan perbaikan tanaman kakao, sehingga demonstrasi yang dilakukan di Kabupaten Luwu adalah Demplot Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao sehingga dengan penerapan teknologi pemeliharaan kebun yang baik dan benar diharapkan akan dapat meningkatkan produksi tanaman kakao dengan menekan serangan hama dan penyakit utama yaitu busuk buah dan PBK. 2. Tujuan, Sasaran dan Luaran a. Tujuan Mensosialisasikan teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar kepada petani pelaksana FEATI dan stakeholder lainnya Menjaring umpan balik dari petani pelaksana FEATI tentang pemeliharaan kebun kakao yang benar b. Sasaran Kelompok tani pada lokasi P3TIP/FEATI di Kabupaten Luwu c. Keluaran Tersosialisasinya teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar kepada petani pelaksana FEATI dan stakeholder lainnya Berkembangnya teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar oleh petani pelaksana FEATI 3

4 3. Perkiraan Manfaat dan Dampak a. Manfaat Tersedianya paket teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar b. Dampak Meluasnya penggunaan inovasi teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar yang mampu meningkatkan pendapatan petani. 4

5 II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah. Dalam usaha tani Kakao membutuhkan teknik budidaya yang baik dan benar agar memperoleh produksi yang optimal, juga memperhatikan kondisi lingkungan dan agroklimat di lokasi pembukaan kebun kakao harus sesuai dengan kebutuhan tanaman kakao msg htm). Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan komoditi Perkebunan Primadona, hal ini tergambar dari banyaknya permintaan bibit Kakao yang bermutu dari petani/kelompok tani. Hal ini didukung oleh banyak potensi lahan yang cocok secara ekologis untuk tanaman ini disamping harga yang cukup stabil dan baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani/masyarakat pertanian, selain itu tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun ( Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan komoditas perkebunan yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Luas areal pertanaman kakao di Sulawesi Selatan hingga tahun 2007 mencapai ha, dengan produksi total ton atau ratarata 0,677 ton/ha (DIRJENBUN, 2009). Kabupaten Luwu merupakan salah satu sentra utama penghasil kakao di Sulawesi Selatan. Dengan luas lahan mencapai ha dengan produksi pada tahun 2006 mencapai ton dan terus menurun hingga pada tahun 2008 hanya mencapai

6 ton (Dirjen Perkebunan, 2010). Hal ini disebabkan oleh tingginya serangan OPT (PBK, Busuk Buah dan VSD) pada kebun petani. Tingginya serangan ini juga disebabkan oleh kurang terawatnya kebun kakao petani. Perawatan (pemeliharaan kebun kakao) tersebut mencakup pemangkasan, sanitasi, panen sering dan pemupukan. Pada kegiatan sanitasi sekaligus dapat dilakukan pembuatan pupuk organik dikebun sehingga penggunaan pupuk an organik dapat berkurang dan kebun menjadi bersih. Kebun kakao yang terawat dengan baik akan mendapatkan hasil yang baik pula. 6

7 III. METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Kegiatan Demonstrasi Teknologi ini akan dilaksanakan sebagai kegiatan on farm dengan pendekatan partisipatif dalam menunjukkan teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar. 2. Tahapan Pelaksanaan a. Persiapan Penelusuran hasil-hasil penelitian teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar Identifikasi FMA yang membutuhkan teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar di Kabupaten Luwu b. Pembentukan Tim Pelaksana Tim pelaksana kegiatan adalah tim yang terdiri dari Penyuluh, Peneliti dan Teknisi BPTP Sulawesi Selatan yang bidang keahliannya sesuai dengan teknologi yang di Uji Coba / didemonstrasikan, serta melibatkan penyuluh di tingkat kabupaten c. Penyediaan Bahan Diseminasi Sebagai bahan diseminasi menggunakan media dalam bentuk folder yaitu Juknis pelaksanaan demplot. yang memuat informasi tentang pemeliharaan kebun kakao yang benar, juga Juknis tentang Pemangkasan dan Juknis tentang pembuatan pupuk organik. d. Koordinasi Koordinasi dilakukan bersama dengan pengelola P3TIP/FEATI, Dinas terkait, BPP dan Gapoktan untuk penyampaian kegiatan yang akan dilaksanakan, data lokasi dan Gapoktan pengelola FMA FEATI 7

8 e. Penetapan Lokasi dan Petani Pelaksana Penetapan lokasi Uji Coba/Demonstrasi dilakukan bersama sama pengelola FEATI Kabupaten dan Penyuluh lapangan dengan persyaratan bahwa. : 1) Lokasi kegiatan Uji Coba/demonstrasi adalah lokasi P3TIP/FEATI; 2) Letaknya berada dipinggir jalan; 3) mudah dijangkau sehingga dapat dilihat oleh petani sekitar; 4) bebas dari banjir, kekeringan. Persyaratan petani pelaksana/kooperator adalah : 1) Ketua Gapoktan pengelola FMA FEATI atau anggota Gapoktan yang dominan mengusahakan komoditi yang didemonstrasikan dan membutuhkan teknologi tersebut; 2) Petani kooperator sebaiknya inovatif; 2) mudah diajak kerjasama dalam pelaksanaan kegitan dan 3) dapat menggerakkan kelompok tani lainnya. f. Pelaksanaan 1) Waktu Waktu pelaksanaan kegiatan pada bulan Januari 2011 sampai dengan Desember ) Lokasi Desa Jambu Kec. Bajo Kab. Luwu dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut adalah lokasi FEATI/P3TIP. 3) Petani Pelaksana Abd. Latif Lappo Ketua Kelompok Tani Padang Jambu 2 yang tergabung dalam FMA Jambu 4) Sosialisasi/Apresiasi Awal kegiatan Sosialisasi teknologi dilakukan mengawali kegiatan demonstrasi bertujuan untuk menyampaikan teknologi yang akan diintroduksi. Pertemuan ini dilakukan di lokasi kegiatan sebagai nara sumber yaitu Peneliti dan Penyuluh BPTP Sulawesi Selatan dihadiri oleh petani pelaksana, 8

9 petani anggota kelompok tani dan kelompok tani lain yang mengusahakan tanaman kakao, para penyuluh, petugas dari Instansi terkait dan Pemda. Pada pertemuan ini interaksi yang dilakukan melalui media cetak dan dialog antara nara sumber dan petani. 5) FGD (Focus Group Discussion) Kegiatan ini bertujuan menggali informasi kemampuan/ penguasaan teknologi, kebiasaan petani dalam mengelola usahataninya, produksi dan pendapatan yang diperoleh serta masalah yang dihadapi. Hasil pertemuan ini adalah kesepakatan dengan FMA tentang pilihan teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar. 6) Aplikasi Teknologi Memperkenalkan teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar Menunjukkan cara pemangkasan yang benar Menunjukkan cara pembuatan pupuk organik langsung di kebun Melibatkan petani secara aktif dalam setiap aktivitas demonstrasi teknologi pemeliharaan kebun kakao Setiap tahapan aplikasi teknologi, menghadirkan beberapa kelompok tani untuk melihat secara langsung teknologi pemeliharaan kebun kakao 7) Pengamatan Data yang dikumpulkan meliputi Produksi biji kakao sebelum dan sesudah penerapan teknologi Intensitas serangan hama PBK sebelum dan sesudah penerapan teknologi Intensitas serangan penyakit Busuk Buah sebelum dan sesudah penerapan teknologi 9

10 Karateristik petani anggota FMA yang terlibat Alokasi waktu berdasarkan komponen aktivitas dalam demonstrasi teknologi pemeliharaan kebun kakao (tingkat partisipasi petani ) Alokasi kemampuan penginderaan (telinga, mata, tangan) menyerap informasi teknologi dalam proses belajar melalui demonstrasi (tingkat partisipasi petani) Respon, tanggapan dan komentar petani terhadap teknologi yang didemonstrasikan melalui dialog, wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang meliputi : Tingkat pengetahuan, pemahaman, kemampuan teknis, dalam menerapkan teknologi yang didemonstrasikan Masalah yang ada jika teknologi diterapkan Kemungkinan untuk dilanjutkan musim berikutnya Data tingkat kepuasan petani anggota kelompok terhadap teknologi yang di Uji Coba/Demonstrasi terkait dengan karakter teknologi introduksi, yang meliputi : Kelebihan teknologi yang diintroduksi Kekurangan teknologi yang diintroduksi 8) Analisa Data Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis : Analisis statistik sederhana untuk melihat kelayakan teknis teknologi. Analisis deskriptif untuk melihat tingkat partisipasi FMA terkait dengan alokasi waktu, alokasi kemampuan penginderaan, faktor internal dan faktor eksternal petani Analisis deskriptif untuk melihat tingkat kepuasan petani terkait preferensinya dan hasil karakterisasi teknologi yang didemonstrasikan 10

11 Analisis respon petani dalam FMA untuk mengetahui kesesuaian teknis, ekonomi, sosial, dan budaya petani dengan teknologi yang didemonstrasikan g. Temu Lapang Kegiatan dilakukan pada setiap tahapan aplikasi teknologi dan menjelang akhir kegiatan, untuk lebih meningkatkan pemahaman petani dan kemungkinan penerapannya lebih lanjut. h. Pelaporan dan Seminar Hasil Kegiatan ini dilakukan menjelang akhir kegiatan. Setelah data primer terkumpul, diolah dan dianalisis, untuk penyusunan laporan dan selanjutnya dilakukan seminar untuk menampung saran dan perbaikan, sehingga laporan dianggap layak dan dapat dipahami oleh yang memerlukan. 11

12 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Sumberdaya Luas wilayah kecamatan Bajo adalah 68,52 km 2 yang meliputi 11 desa dan 1 kelurahan. Keadaan tanah adalah alluvial dan mediteran dengan ph antara 4,5 7,5. Topografi datar berbukit dengan ketinggian meter dpl. Iklim basah dengan curah hujan sepanjang tahun dengan suhu relatif sedang yakni rata-rata 26,68 0 C Komoditas utama yang diusahakan di kecamatan Bajo adalah Padi dengan luas tanam ha dan kakao dengan luas tanam 1.391,25 ha dan produktivitas 0,8 t/ha. Desa Jambu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Bajo. Luas desa Jambu adalah 5,66 km 2 yang terdiri atas 4 dusun. Topografi berupa dataran rendah dengan ketinggian berkisar 15 meter dpl. Keadaan tanah terdiri dari tanah alluvial coklat, pedsolik coklat kekuningan dan regosol dengan ph 4,5 7,5. Keadaan ini cocok untuk perkembangan tanaman kakao. Tanaman kakao menjadi salah satu komoditi utama di desa ini.kondisi tanaman kakao di desa Jambu sebagian besar telah berumur > 20 tahun dengan produktivitas yang semakin menurun akibat serangan hama dan penyakit. Eksistensi kelembagaan pertanian di wilayah ini meliputi kelembagaan petani yaitu kelompoktani dan Gapoktan, kelembagaan penyuluhan berupa Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan kelembagaan pemasaran berupa pasar tradisional tingkat kecamatan yang beroperasi 2 kali seminggu. 12

13 Tabel 1. Pemetaan kelompok FMA Jambu, Kabupaten Luwu berdasakan jenis usahataninya No Nama Kelompok Komoditi Usahatani 1 Barana Rombe Padi dan Kakao 2 Padang Jambu Padi dan Kakao 3 Sambua Padi dan Kakao 4 Polo Tempe Padi dan Kakao 5 Passenggong Padi dan Kakao 6 Padang Jambu II Kakao Sumber : Data Primer Pada Tabel 1, terlihat bahwa FMA Jambu terdiri dari 6 kelompok tani dengan komoditi usahataninya adalah mayoritas komoditi kakao. 5 kelompok tani mengusahakan komoditi padi dan kakao dan hanya 1 kelompok tani yang fokus pada komoditi kakao. Berdasarkan hal tersebut maka FMA Jambu mengajukan proposal komoditi kakao pada pelatihan FEATI. Demplot teknologi pemeliharaan kebun kakao dilaksanakan di Kelompok Tani Padang Jambu II yang fokus pada komoditi kakao sehingga diharapkan teknologi yang diberikan akan cepat tersebar ke petani sekitar. B. Karakteristik Petani Karakteristik petani perlu menjadi pertimbangan dalam proses transfer teknologi karena kondisi internal tersebut berperan dalam berbagai proses yang dilalui seseorang dalam berinteraksi dengan halhal inovatif. Karakteristik secara internal digambarkan oleh umur, tingkat pendidikan formal, luas pemilikan lahan dan pengalaman dalam berusaha tani kakao secara berturut-turut akan dibahas dan disajikan dalam tabel-tabel berikut. 13

14 Umur Petani Tabel 2. Karakteristik petani menurut umur pada kegiatan demonstrasi teknologi pemeliharaan kebun kakao di Kabupaten Luwu, 2011 No. Umur (thn) Jumlah petani (org) Persentase (%) 1. < > Jumlah Sumber : Hasil Olahan Data Primer Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 36% petani berada pada kisaran umur dibawah 40 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya petani berada pada usia produktif dan secara fisik memiliki kemampuan yang cukup baik untuk melakukan aktivitas usahataninya. Termasuk dalam menerapkan teknologi yang yang diberikan untuk meningkatkan kinerja usahanya. Namun demikian masih perlu bimbingan lebih lanjut untuk menerapkan suatu komponen teknologi, karena tingkat ketrampilan seseorang akan dapat dicapai dengan melakukan aktivitas yang sama berulangkali hingga trampil. Tingkat Pendidikan Formal Peningkatan kapasitas kemampuan seseorang dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain dengan pendidikan formal. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan akan lebih cepat memahami dan mengerti dalam menerima dan mengaplikasikan teknologi yang diberikan. 14

15 Tabel 3. Karakteristik Petani Menurut Tingkat Pendidikan Formal pada Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kabupaten Luwu, No. Tingkat Jumlah Petani Persentase (%) Pendidikan (org) 1. Tidak Tamat SD Tamat SD SMP SMA 8 37 Jumlah Sumber : Hasil Olahan Data Primer Pada tabel 2 tersebut di atas menunjukkan bahwa sebagian besar petani memiliki tingkat pendidikan yang relatif baik, karena mayoritas sudah pada tingkat pendidikan menengah (SMP 45% dan SMA 37%). Hal ini memberikan gambaran bahwa petani tersebut dapat lebih mudah dalam menyerap teknologi yang diberikan dan diharapkan dapat mengaplikasikan di kebunnya masing-masing. Meskipun demikian dibutuhkan pendekatan yang lebih interaktif sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik sehingga akan terjadi umpan balik secara alami yang pada akhirnya akan memudahkan upaya transfer teknologi ke depan. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani akan memberikan gambaran tingkat ketrampilan yang dimiliki oleh petani serta kemampuannya dalam melakukan inovasi dalam meningkatkan usahataninya sehingga akan meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Oleh sebab itu sangatlah penting menggambarkan pengalaman dalam berusahatani. Hal tersebut akan diuraikan pada tabel berikut: 15

16 Tabel 4. Karakteristik Petani Menurut Pengalaman Berusahatani pada Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kabupaten Luwu, No. Pengalaman Jumlah Petani Persentase (%) Berusahatani (thn) (org) 1. < 10 tahun tahun tahun > 30 tahun 3 14 Jumlah Sumber : Hasil Olahan Data Primer Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar petani memiliki pengalaman berusahatani yang sudah cukup banyak yaitu 23% (11-20 tahun) dan 27% (21-30 tahun), hal ini menjadi indikator bahwa telah banyak pengetahuan mereka miliki dalam pemeliharaan kebun kakao baik itu pengetahuan yang mereka dapatkan sendiri di lapangan maupun pengetahuan yang mereka dapatkan dari pelatihan. Namun demikian teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar merupakan hal baru bagi mereka sehingga akan membawa dampak pada peningkatan produksi kakao. Kondisi usaha tani kakao yang dikelola petani masih konvensional, sehingga peluang untuk meningkatkan produksi dan pendapatan melalui teknologi pemeliharaan kakao yang benar masih terbuka lebar yang didukung dengan ketersediaan sumberdaya manusia dan alam yang ada. 16

17 Kondisi Awal Pengetahuan Petani Sebelum melaksanakan kegiatan demonstrasi teknologi sangatlah penting untuk mengetahui dan mengidentifkasi pengetahuan awal yang dimiliki petani sehingga teknologi yang akan diintroduksi dapat disesuaikan dengan kebutuhan petani. Pengetahuan awal petani dalam kegiatan ini diuraikan secara jelas dalam tabel berikut : Tabel 5. Pengetahuan awal petani tentang teknologi pemeliharaan kebun kakao di Kabupaten Luwu, 2011 No Jenis Teknologi Persentase Pengetahuan Petani terhadap teknologi yg diterapkan (%) Mengetahui Tidak mengetahui 1 Pemangkasan Cara Pemangkasan yang benar 3 Pupuk organic Pembuatan pupuk organik Sanitasi Pemupukan Cara pemupukan yang benar 8. Pengendalian Hama dan Penyakit 9. Panen Sering Sumber : Hasil olahan data primer Dari Tabel 5 terlihat bahwa dari 7 (tujuh) jenis komponen teknologi, petani sebagian besar telah mengetahui tentang pemangkasan (90%) dan pemupukan (75%). Walaupun petani telah mengetahui tentang pemangkasan tetapi dari hasil wawancara petani belum mengetahui tentang cara, waktu dan jenis pemangkasan yang tepat. Petani sebagian besar belum mengetahui tentang cara pembuatan pupuk organik (90%) walaupun mereka telah mengetahui tentang pupuk organik (75%). Ket 17

18 Berdasarkan hal tersebut diatas maka kegiatan pelaksanaan aplikasi teknologi dilapangan adalah 1). pemangkasan yang meliputi waktu pemangkasan dan cara pemangkasan serta jenis jenis pemangkasan, 2). Pembuatan pupuk organik langsung di kebun dengan membuat lubang untuk pembuatan pupuk organik. C. Kinerja Teknis Teknologi Introduksi Teknologi yang akan di introduksi sebelumnya di sosialisasikan dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh petani, penyuluh dan peneliti sebagi nara sumber. Dalam kegiatan ini dicapai kesepakatan tentang jenis dan macam teknologi yang akan didemonstrasikan sesuai dengan kondisi spesifik lokasi dan kemampuan petani untuk menerapkan teknologi. Apabila kita mengharapkan petani mengadopsi teknologi tersebut, harus diyakini bahwa teknologi tersebut benar-benar diinginkan oleh petani dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi petani.. Selanjutnya akan diuraikan karakteristik teknologi yang diintroduksi berdasarkan komponen-komponen aktivitas yang menjadi bagian dari teknologi tersebut, dalam tabel berikut ini : 18

19 Tabel 6. Karakteristik Teknologi Introduksi pada Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kabupaten Luwu, No. Paket/Komponen Teknologi 1. Pemangkasan / Cara pemangkasan yang benar 2. Pembuatan lubang / rorak 3. Pembuatan pupuk organik langsung dikebun 4. Pemupukan / cara pemupukan 5. Pengendalian Hama dan Penyakit Sumber : Hasil Olahan Data Primer Karakter Teknologi Introduksi Kelebihan Kekurangan Membuang bagian yang tidak produktif Mengatur pertunasan, bunga dan buah Mempermudah panen dan perlindungan tanaman Membuat kebun menjadi bersih Menjadi tempat pembuatan pupuk organik Tidak perlu membeli pupuk organik Dapat langsung dimanfaatkan tanaman Membuat tanah menjadi lebih subur Pupuk tidak terbuang karena di timbun Tanaman menjadi lebih baik Mengendalikan serangan PBK dan VSD Meningkatkan produksi Membutuhkan waktu untuk memangkas Membutuhkan waktu dan tenaga untuk membuat lubang/rorak Butuh biaya untuk membeli decomposer Butuh waktu lebih banyak dalam memupuk Butuh biaya membeli pestisida 19

20 Suatu teknologi yang ditawarkan akan memberikan keuntungan yang relatif lebih besar, dibandingkan teknologi lama, maka adopsi akan berjalan lebih cepat. Untuk itu dapat dilakukan dengan cara membandingkan kelebihan dan kekurangan teknologi introduksi dengan teknologi yang sudah ada, kemudian identifikasi teknologi dengan biaya rendah atau teknologi yang produksinya tinggi. Berdasarkan uraian tabel karakterisasi teknologi tersebut diatas menunjukkan bahwa kelebihan teknologi introduksi berdasarkan komponen aktivitas sebanyak 12 poin sementara kekurangannya hanya 5 poin. Dengan demikian maka teknologi tersebut akan lebih mudah untuk diadopsi oleh petani karena memiliki lebih banyak keuntungan utamanya untuk meningkatkan produksi dan memperbaiki kesuburan tanah. Untuk melihat partisipasi petani dalam kegiatan maka perlu direkam waktu yang dicurahkan pada komponen aktivitas yang dilakukan selama pelaksanaan demonstrasi teknologi. Partisipasi petani khususnya anggota poktan Padang Jambu 2 cukup tinggi, karena adanya ketertarikan terhadap teknologi yang diintroduksi, selain mudah dilakukan secara teknis, secara ekonomis juga efisien. Secara jelas akan diuraikan dalam tabel berikut : 20

21 Tabel 7. Partisipasi Petani Berdasarkan Komponen Aktivitas pada Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kabupaten Luwu, No. Uraian Partisipasi (N=22) Persentase (%) Ya Tidak Ya Tidak 1. Sosialisasi FGD Pembuatan lubang/rorak Pelatihan Pemangkasan Pemangkasan Pelatihan Pemupukan dan pembuatan pupuk organik 7. Pembuatan pupuk organik Temu Lapang Jumlah Rata-rata 16,0 6,0 72,6 27,4 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Berdasarkan uraian dalam tabel di atas, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi petani secara keseluruhan cukup baik (72,6%). Untuk pelaksanaan kegiatan pembuatan lubang/rorak, pemangkasan dan pembuatan pupuk organik di lokasi demplot dilaksanakan oleh 6 orang anggota kelompok tani (27,4%) dan seluruh anggota kelompok tani hadir pada saat sosialisasi, FGD, pelatihan pemangkasan, pelatihan pemupukan dan pembuatan pupuk organik serta pada saat temu lapang akhir. Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh anggota kelompok sangat antusias untuk mengikuti pertemuan yang dilakukan untuk melihat hasil dari aplikasi teknologi di lokasi demplot. Selain partisipasi petani berdasarkan komponen aktivitasnya, maka akan diamati pula partisipasi berdasarkan kemampuan penginderaannya dalam setiap tahapan pelaksanaan aktivitas secara lebih jelas akan diuraiakan dalam tabel berikut. 21

22 Tabel 8. Partisipasi Berdasarkan Kemampuan Penginderaan Petani pada Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kab. Luwu, No. Uraian Partisipasi (N=25) Melihat Mendengar Bicara Melakukan 1. Sosialisasi Pembuatan lubang/rorak 3. Pelatihan Pemangkasan 4. Pemangkasan Pelatihan Pemupukan dan pembuatan pupuk organik 6. Pembuatan pupuk organik 7. Temu Lapang Jumlah Rata-rata 15, ,86 4,29 Persentase 68, ,5 19,5 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Berdasarkan uraian pada table 8 di atas menunjukkan bahwa partisipasi petani tertinggi adalah berdasarkan kemampuan penginderaan (100%) dalam setiap komponen aktivitas yang dilakukan disusul dengan kemampuan melihat (68,8%) sementara kemampuan petani ikut terlibat dalam aktivitas yang dilakukan (19,5%) dan kemampuan petani untuk berbicara menyampaikan saran ataupun pertanyaan hanya (17,5%). Berdasarkan hal tersebut maka diharapkan setelah petani ikut mendengar dan melihat secara langsung aplikasi teknologi yang diberikan maka petani akan ikut menerapkan teknologi tersebut dikebunnya masing-masing. teknologi. Antusias petani sangat tinggi dalam mengikuti kegiatan aplikasi Hal ini ditunjukkan dengan antusiasnya petani untuk bertanya pada saat pertemuan baik itu pada saat sosialisasi, aplikasi 22

23 teknologi hingga temu lapang akhir. Hal ini dapat dilihat pada tabel 8 dimana pada setiap pertemuan aplikasi teknologi dan temu lapang ± 30% dari peserta bertanya pada saat pertemuan dan lebih banyak lagi petani yang bertanya pada saat aplikasi langsung dilapangan. Data hasil pengamatan produksi sebelum dan sesudah aplikasi teknologi disajikan pada tabel berikut : Tabel 9. Data Produksi Sebelum dan Sesudah Aplikasi Teknologi pada Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kab. Luwu, Uraian Bunga Pentil Buah Sebelum aplikasi Sesudah aplikasi Sumber : Hasil Olahan Data Primer Gambar 1. Grafik Data Produksi Sebelum dan Sesudah Aplikasi Teknologi Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa produksi bunga, pentil dan buah meningkat setelah dilakukan aplikasi teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa apabila petani melakukan teknologi 23

24 pemeliharaan kebun kakao yang benar maka produksinya akan meningkat. Untuk data pengamatan intensitas serangan hama penyakit, untuk hama PBK dan penyakit VSD belum ditemukan baik sebelum maupun sesudah aplikasi teknologi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang ada di kebun demplot adalah tanaman baru yang berasal dari bibit sambung pucuk dan berumur 1,5 tahun sehingga serangan hama PBK dan VSD belum ada. Meskipun begitu sebelum aplikasi teknologi ditemukan penyakit kanker batang dan helopelthis ± 10%, akan tetapi setelah dilaksanakan aplikasi teknologi (pemangkasan, pemupukan dan pembuatan pupuk organik langsung di kebun, sanitasi dan panen sering) penyakit tersebut tidak ditemukan lagi. Hal ini juga menunjukkan bahwa serangan hama dan penyakit akan berkurang apabila teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar dilakukan. Penilaian petani terhadap kegiatan Demplot Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao disajikan pada tabel berikut Tabel 10. Penilaian Petani terhadap Kegiatan Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kab. Luwu, No Penilaian Petani Persentase Penilaian Petani terhadap kegiatan demplot (%) Ket Setuju Tidak setuju 1 Sangat berguna Berguna Kurang berguna Tidak berguna Sumber : Hasil Olahan Data Primer Berdasarkan uraian pada tabel diatas dapat dilihat bahwa 80% petani menilai bahwa kegiatan Demplot Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao sangat berguna utamanya dalam menambah pengetahuan dan ketrampilan petani dan diharapkan akan diterapkan dikebunnya masing-masing. Pada tabel berikut akan disajikan efektivitas daripada teknologi yang telah diberikan 24

25 Tabel 11. Persentase Respon Petani Terhadap Teknologi pada Demonstrasi Teknologi Pemeliharaan Kebun Kakao di Kab. Luwu, No Jenis Teknologi Respon Petani (%) Tidak berminat Berminat tapi belum akan menerapkan Berminat dan akan menerapkan 1. Pemangkasan Pembuatan pupuk organik 3. Pembuatan lubang / rorak 4. Pemupukan / cara pemupukan Sumber : Hasil Olahan Data Primer Pada tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa 100% petani berminat dan akan menerapkan teknologi pemangkasan dan pemupukan/cara pemupukan di kebunnya. Bagi mereka teknologi ini sudah mereka lakukan di kebun sebelumnya walaupun caranya belum benar, sehingga dengan teknologi cara pemangkasan dan pemupukan yang benar mereka akan lebih mudah untuk menerapkan teknologi ini dikebunnya. Sedangkan untuk teknologi pembuatan pupuk organik (68%) dan pembuatan lubang/rorak (55%) petani berminat dan akan menerapkan dikebunnya sedangkan 32% untuk pembuatan pupuk organik dan 45% untuk pembuatan lubang/rorak menyatakan berminat tapi belum akan menerapkan dikebunnya. Alasan mereka belum menerapkan dikebunnya adalah karena teknologi tersebut membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga. Beberapa harapan yang diinginkan oleh petani setelah kegiatan demplot berakhir diantaranya adalah : 1. Kegiatan demplot ini hendaknya berlanjut di tahun yang akan datang. 2. Untuk demplot berikutnya disarankan untuk kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman kakao. 25

26 3. Bimbingan teknologi diharapkan terus berlanjut sehingga produksi kakao dapat meningkat terus. 4. Kegiatan demplot tidak hanya dilakukan pada satu lokasi tapi pada beberapa lokasi sehingga teknologi yang diberikan dapat lebih cepat teradopsi. 26

27 V. KESIMPULAN 1. Tingkat pengetahuan awal petani tentang pemeliharaan kebun kakao sudah diatas rata-rata, tetapi untuk cara pemangkasan, cara pemupukan dan pembuatan pupuk organik sebagian besar petani belum mengetahuinya. Sehingga petani masih membutuhkan bimbingan dalam pemeliharaan kebun kakao yang benar 2. Tingkat partisipasi petani dalam mengikuti kegiatan mulai dari sosialisasi hingga temu lapang akhir sangat besar (100%). Ini menunjukkan bahwa petani sangat antusias dengan teknologi yang diberikan. 3. Produksi bunga, pentil dan buah meningkat setelah dilakukan aplikasi teknologi. Sebelum aplikasi teknologi ditemukan penyakit kanker batang dan helopelthis ± 10%, akan tetapi setelah dilaksanakan aplikasi teknologi penyakit tersebut tidak ditemukan lagi. Hal ini menunjukkan bahwa produksi akan meningkat dan serangan hama dan penyakit akan berkurang apabila teknologi pemeliharaan kebun kakao yang benar dilakukan. 4. Petani kooperator 100% berminat dan akan menerapkan teknologi pemangkasan dan pemupukan/cara pemupukan di kebunnya. Sedangkan untuk teknologi pembuatan pupuk organik (68%) dan pembuatan lubang/rorak (55%) petani berminat dan akan menerapkan dikebunnya dan yang menyatakan berminat tapi belum akan menerapkan dikebunnya 32% untuk pembuatan pupuk organik dan 45% untuk pembuatan lubang/rorak. Alasan mereka belum menerapkan dikebunnya adalah karena teknologi tersebut membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga. 27

28 DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian, Panduan Umum Pelaksanaan Penelitian, Pengkajian dan Diseminasi Teknologi Pertanian. Deptan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. BPS Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Kabupaten Luwu. Dinas Perkebunan, Pemulihan Produksi dan Kualitas Kakao untuk Mendukung Rencana Pengembangan Industri Pengolahan Kakao. Pemerintah Sulawesi Selatan. Direktorat Jenderal Perkebunan, Pedoman Umum Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional Departemen Pertanian. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan, Statistik Perkebunan Departemen Pertanian, Jakarta. msg Htm 28

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU Seminar Nasional Serealia, 2013 EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU Hasnah Juddawi dan Novia Qomariyah Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

DEMONSTRASI PLOT TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI KABUPATEN LUWU ABSTRAK

DEMONSTRASI PLOT TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI KABUPATEN LUWU ABSTRAK DEMONSTRASI PLOT TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PADI DI KABUPATEN LUWU IR. KARTIKA FAUZIAH, dkk ABSTRAK Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman dan perannya tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

PENCAPAIAN INDICATOR KINERJA PROGRAM P3TIP/FEATI BPTP SULAWESI SELATAN

PENCAPAIAN INDICATOR KINERJA PROGRAM P3TIP/FEATI BPTP SULAWESI SELATAN PENCAPAIAN INDICATOR KINERJA PROGRAM P3TIP/FEATI BPTP SULAWESI SELATAN 2007 - Latar Belakang 2012 Sasaran pembangunan pertanian yang dilaksanakan adalah kesejahteraan petani dan keluarganya. Untuk mencapai

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

DAMPAK INOVASI TEKNOLOGI AGRIBISNIS TERNAK KELINCI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHA MELALUI PROGRAM P3TIP DI D.I.

DAMPAK INOVASI TEKNOLOGI AGRIBISNIS TERNAK KELINCI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHA MELALUI PROGRAM P3TIP DI D.I. DAMPAK INOVASI TEKNOLOGI AGRIBISNIS TERNAK KELINCI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHA MELALUI PROGRAM P3TIP DI D.I. YOGYAKARTA (Studi kasus di UP FMA Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulonprogo) Arti

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG Resmayeti Purba dan Zuraida Yursak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN Sahardi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK

Lebih terperinci

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Luas Wilayah Kecamatan Taluditi Kecamatan Taluditi merupakan salah satu dari 13 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato. Kecamatan

Lebih terperinci

[ nama lembaga ] 2012

[ nama lembaga ] 2012 logo lembaga 1.04.02 KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES DI WILAYAH GERNAS KAKAO Prof. Dr. Ir. Azmi Dhalimi, SU Balai Besar Pengkajian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN UNIT DESA BINAAN Zaenaty Sannang

PENGEMBANGAN UNIT DESA BINAAN Zaenaty Sannang PENGEMBANGAN UNIT DESA BINAAN Zaenaty Sannang Ringkasan Pengembangan unit desa binaan di Desa Sumari diawali pada tahun 2001 dengan kegiatan demonstrasi cara dan hasil pemupukan pada sawah dengan varietas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA Perkebunan kakao merupakan salah satu sektor unggulan di bidang pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara dimana sekitar 52% total

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana, dilaksanakan terus-menerus oleh pemerintah bersama-sama segenap warga masyarakatnya atau dilaksanakan

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG BASO ALIEM LOLOGAU, dkk PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Bantaeng mempunyai delapan kecamatan yang terdiri dari 67 wilayah

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP: PROSES DISEMINASI TEKNOLOGI EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI KELURAHAN KEMUMU KECAMATAN ARGAMAKMUR KABUPATEN BENGKULU UTARA Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan

Lebih terperinci

Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi. Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018

Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi. Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018 Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018 1 Pendahuluan Tujuan, Output, Prakiraan Manfaat & Dampak Metodologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman perkebunan. Salah satu

I. PENDAHULUAN. yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman perkebunan. Salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mengembangkan komoditas perkebunan. Hal ini didukung dengan keadaan iklim dan tanah di Indonesia yang sesuai dengan syarat

Lebih terperinci

CARA MEMBUDIDAYAKAN TANAMAN KAKAO

CARA MEMBUDIDAYAKAN TANAMAN KAKAO CARA MEMBUDIDAYAKAN TANAMAN KAKAO BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NAD 2009 KATA PENGANTAR Sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao memegang peranan penting dalam hal pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Komoditas ini memberikan kontribusi terhadap pendapatan devisa negara, pengadaan lapangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.

Lebih terperinci

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI Preview Sidang 3 Tugas Akhir ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KECAMATAN BANGOREJO, KABUPATEN BANYUWANGI Disusun: Nyimas Martha Olfiana 3609.100.049

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK 1 Hutwan Syarifuddin, 1 Wiwaha Anas Sumadja, 2 Hamzah, 2 Elis Kartika, 1 Adriani, dan 1 Jul Andayani 1. Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI SAYURAN ORGANIK DI KABUPATEN BONE I. PENDAHULUAN

DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI SAYURAN ORGANIK DI KABUPATEN BONE I. PENDAHULUAN DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI SAYURAN ORGANIK DI KABUPATEN BONE Ir. Rosmiati, MP, dkk 1.1. Latar belakang I. PENDAHULUAN Semua jenis sayuran kaya akan vitamin dan mineral, rendah kalori, serta kaya akan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumberdaya lahan dan dan sumber daya manusia yang ada di wilayah

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumberdaya lahan dan dan sumber daya manusia yang ada di wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perkebunan merupakan salah satu program pembangunan di sektor pertanian yang berperan cukup besar dalam rangka perbaikan ekonomi wilayah termasuk ekonomi

Lebih terperinci

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB Kode Penelitian : SIDa Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB Nama Penelitian : 1. Baiq Tri Ratna Erawati, SP, MSc

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA. Andi Ella, dkk

LAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA. Andi Ella, dkk LAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA Andi Ella, dkk PENDAHULUAN Program strategis Kementerian Pertanian telah mendorong Badan Litbang Pertanian untuk memberikan dukungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI

TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI Abstrak Kebijaksanaan pembangunan pertanian di Sulawesi Tengah diarahkan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija Badan Litbang Pertanian mulai tahun 2011 mencanangkan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas andalan bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Wilayah 1. Kecamatan Sekampung Udik Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan Sekampung Udik merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang. Menurut Ciputra

Lebih terperinci

DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH DI KABUPATEN BONE

DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH DI KABUPATEN BONE DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH DI KABUPATEN BONE Ir. St. Najmah,dkk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan pertanian sebagai salah satu landasan bagi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman cabe merupakan tanaman perdu dari family terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp, merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai

Lebih terperinci

PENGKAJIAN UJI ADAPTASI PENGGUNAAN BIBIT SOMATIK EMBRIO GENETIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU KAKAO DI SULAWESI TENGAH

PENGKAJIAN UJI ADAPTASI PENGGUNAAN BIBIT SOMATIK EMBRIO GENETIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU KAKAO DI SULAWESI TENGAH KODE JUDUL: X.264 PENGKAJIAN UJI ADAPTASI PENGGUNAAN BIBIT SOMATIK EMBRIO GENETIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU KAKAO DI SULAWESI TENGAH PENELITI/PEREKAYASA: Ir. Yakob Langsa Ir. Asni Ardjanhar,MP.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. Sondakh 1), dan Andi Tenrirawe 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PETANI DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR. Isbandi¹ dan Debora Kana Hau² 1)

KEBUTUHAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PETANI DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR. Isbandi¹ dan Debora Kana Hau² 1) KEBUTUHAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PETANI DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR Isbandi¹ dan Debora Kana Hau² 1) Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK Peluang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa, dan Andi Ishak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK

Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa, dan Andi Ishak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI MELAKUKAN ALIH FUNGSI LAHAN TANAMAN PANGAN MENJADI PERKEBUNAN SAWIT (STUDI KASUS DI DESA KUNGKAI BARU, KECAMATAN AIR PERIUKAN, KABUPATEN SELUMA) Umi Pudji Astuti,

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK Oleh Caya Khairani, dkk BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH 2005 LAPORAN PELAKSANAAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK Abstrak Teknologi

Lebih terperinci

Pengembangan Perkebunan Kakao Menggunakan Model Sistem Dinamik Produksi Kakao di Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah

Pengembangan Perkebunan Kakao Menggunakan Model Sistem Dinamik Produksi Kakao di Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah Pengembangan Perkebunan Kakao Menggunakan Model Sistem Dinamik Produksi Kakao di Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah Syafruddin dan Andi Irmadamayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi

Lebih terperinci

VISITOR FARM DAN UKT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

VISITOR FARM DAN UKT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN VISITOR FARM DAN UKT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH 2005 VISITOR FARM DAN UKT

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 69 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Kerangka berpikir penelitian ini dimulai dengan pendapat Spencer dan Spencer (1993:9-10) menyatakan bahwa setiap kompetensi tampak pada individu dalam

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI GELAR TEKNOLOGI DAN TEMU LAPANG

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI GELAR TEKNOLOGI DAN TEMU LAPANG LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI GELAR TEKNOLOGI DAN TEMU LAPANG BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH 2003 1 LAPORAN PELAKSANAAN DISEMINASI GELAR

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan formal, Pendidikan nonformal, Luas usahatani, Pengalaman usahatani, Lama bermitra, Status

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 36 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa mencurahkan

Lebih terperinci

Peran Penyuluh Dalam Upaya Meningkatkan Produktifitas Padi Mendukung Swasembada Pangan

Peran Penyuluh Dalam Upaya Meningkatkan Produktifitas Padi Mendukung Swasembada Pangan Dalam upaya swasembada pangan, Kementerian Pertanian menerapkan 4 startegi dalam meraih surplus beras 10 juta ton yaitu perbaikan manajemen, peningkatan produktifitas, perluasan areal, pengelolaan lahan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU 189 Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN

Lebih terperinci

Prima Tani Kota Palu (APBN) Tuesday, 27 May :32 - Last Updated Tuesday, 27 October :40

Prima Tani Kota Palu (APBN) Tuesday, 27 May :32 - Last Updated Tuesday, 27 October :40 Kegiatan Prima Tani Kota Palu yang dilaksanakan di Kelurahan Kayumalue Ngapa Kecamatan Palu Utara merupakan salah satu kegiatan Prima Tani yang dilaksanakan pada Agroekosistem Lahan Kering Dataran Dataran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beras sebagai salah satu bahan pangan pokok memiliki nilai strategis dan mempunyai pengaruh yang besar dalam bidang ekonomi, lingkungan dan sosial politik.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 84 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan 105 o 45 Bujur Timur dan 5

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Ahmad Damiri dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani Identitas petani merupakan suatu tanda pengenal yang dimiliki petani untuk dapat diketahui latar belakangnya. Identitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Luas Wilayah Kecamatan Taluditi Kecamatan Taluditi merupakan salah satu dari 13 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato. Kecamatan ini

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN BULUKUMBA PENDAMPINGAN SLPTT JAGUNG DI KABUPATEN BULUKUMBA Ir. Andi Darmawida A., dkk I. PENDAHULUAN.. Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk, kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, sehingga memerlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, sehingga memerlukan sumber daya manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum merupakan hak asasi warga negara Republik Indonesia.

Lebih terperinci

DEMONSTRASI TEKNOLOGI TINDAK LANJUT FSA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2008

DEMONSTRASI TEKNOLOGI TINDAK LANJUT FSA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2008 DEMONSTRASI TEKNOLOGI TINDAK LANJUT FSA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2008 MEDO KOTE IGNAS K. LIDJANG JHON DIDA ANDREAS ILA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NTT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Yohanes Leki Seran, Medo Kote dan Joko Triastono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT

Yohanes Leki Seran, Medo Kote dan Joko Triastono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT PENINGKATAN KAPASITAS PETANI JAGUNG MELALUI UJI COBA TEKNOLOGI BERSAMA PETANI DALAM MENDUKUNG PENGUATAN PENYULUHAN PERTANIAN (Farmer Managed Extension Activiyt/FMA) Yohanes Leki Seran, Medo Kote dan Joko

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan umum Daerah penelitian 4.1.1. Keadaan Geografis Desa Munsalo merupakan salah satu desa di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau terdiri

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFEKTIVITAS HUBUNGAN PENELITI PENYULUH PETANI. Warsana, SP. MSi

PENINGKATAN EFEKTIVITAS HUBUNGAN PENELITI PENYULUH PETANI. Warsana, SP. MSi PENINGKATAN EFEKTIVITAS HUBUNGAN PENELITI PENYULUH PETANI Warsana, SP. MSi Penyuluh pertanian memerlukan informasi teknologi pertanian, baik berupa frontier technology dan teknologi yang dapat mengatasi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK PEMBAHASAN UMUM Temuan yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya memperlihatkan bahwa dalam menghadapi permasalahan PBK di Kabupaten Kolaka, pengendalian yang dilakukan masih menumpu pada pestisida sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha) 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di sektor pertanian khususnya di sektor perkebunan. Sektor perkebunan memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor pertanian, sektor ini meliputi aktifitas pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan.

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL Dwi Nugroho Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, 26 Maret 2018 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 VISI : "MEWUJUDKAN PETANI SEJAHTERA MELALUI PERTANIAN BERKELANJUTAN" MISI 1 TUJUAN : MENINGKATKAN KUALITAS AGROEKOSISTEM : MENINGKATKAN

Lebih terperinci

JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN

JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya

Lebih terperinci

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA M. Eti Wulanjari dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci