BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Luas Wilayah Kecamatan Taluditi Kecamatan Taluditi merupakan salah satu dari 13 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato. Kecamatan ini terletak di sebelah utara Kabupaten Toli- Toli (Sulawesi Tengah), sebelah selatan Kecamatan Randangan. Kecamatan Taluditi dengan luas wilayah 159,97 ini berbatas dengan di sebelah timur Kecamatan Patilanggio serta di sebelah barat berbatas dengan Kecamatan Wonggarasi, bahwa wilayah Kecamatan Taluditi sebagian besar merupakan lereng bukit dan dataran (Kecamatan Taluditi, 2013). Kecamatan Taluditi memiliki batas wilayah sebagai berikut : Utara Selatan Timur Barat : Kabupaten Toli-Toli : Kecamatan Randangan : Kecamatan Randangan : Kecamatan Wonggarasi Kecamatan Taluditi terbagi 7 Desa yaitu Desa Panca Karsa 1 dengan luas wilayah 26,10, Desa Panca Karsa II dengan luas wilayah 20,87, Desa Malango dengan luas wilayah 5,65, dan Desa Kalimas luas wilayah 30,88, Desa Makarti Jaya dengan luas wilayah 9,07, kemudian Desa Puncak Jaya luas wilayah 37,40, serta Desa Tirto Asri dengan luas wilayah 30, Jumlah Penduduk Sesuai data penduduk bulan Desember Tahun 2012, jumlah penduduk rata-rata pada Tahun 2013 yaitu jiwa, terdiri dari 7 desa yaitu laki laki berjumlah jiwa, dan perempuan berjumlah jiwa maka lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 2.

2 Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Taluditi Menurut Jenis Kelamin (orang), 2013 No Nama Desa KK Penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Panca karsa I Panca karsa II Malango Kalimas Mekarti Jaya Puncak Jaya Tirto Asri Jumlah Sumber :Kantor Kecamatan Taluditi, Potensi Lahan Kecamatan Taluditi Potensi hasil lahan pada Kecamatan Taluditi merupakan bagian dari penunjang perekonomian Kabupaten Pohuwato pada umumnya dan rakyat Kecamatan Taluditi pada khususnya seiring dengan bantuan pemerintah untuk peningkatan kesejahteraan rakyat melalui bantuan Dinas Pertanian dan Perkebunan dengan berbagai komoditi tanaman, dengan luas lahan fungsional 7.076,25 Ha, dan lahan non fungsional 1.421,00 Ha, Hal ini sesuai dengan data pada Kasie PMD Kecamatan Taluditi tahun 2013, dapat kita lihat Tabel 3. Tabel 3. Potensi Lahan Kecamatan Taluditi Menurut Desa, 2013 No Nama Desa Luas Desa Lahan Fungsional Lahan Non Fungsional (Km²) (Ha) (Ha) 1. Panca karsa I 26, Panca Karsa II 20, Malango 5,65 763,25 191,5 4. Kalmias 30, Makarti Jaya 30, Puncak Jaya 37, Tirto Asri 9, Jumlah 159, , ,00 Sumber : Kantor Kecamatan Taluditi, 2013

3 4. Potensi Pertanian Kecamatan Taluditi Kecamatan Taluditi memiliki potensi unggulan pada komoditi tanaman kakao kemudian disusul tanaman jagung, padi, kelapa serta tanaman lainnya berupa jeruk, durian. dan rambutan. Tanaman kakao berada pada tanaman yang paling didominasi, hal ini didukung dengan tanah subur/lahan baru, dan curah hujan yang banyak, serta peluang usaha yang menjanjikan (menguntungkan), dengan luas lahan produktif untuk tanaman kakao Ha, lahan tanaman jagung Ha, lahan tanaman padi Ha, lahan tanaman kelapa 76.5 Ha, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Potensi Unggulan Pertanian Kecamatan Taluditi dan lokasinya di Desa No Potensi Luas Lahan Terdapat di Desa Unggulan Fungsional (Ha) 1. Coklat 1613 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Malango Kalimas, Mekarti Jaya, Puncak Jaya 2. Jagung 1490 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Kalimas, Malango, Mekarti Jaya, Puncak Jaya 3. Padi 400,25 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Kalimas, Malango, Mekarti Jaya 4. Kelapa 76,7 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Kalimas, Malango, Mekarti Jaya, Puncak Jaya 5. Jeruk 39,25 Pancakarsa II, Malango, Kalimas, Mekarti Jaya, Puncak Jaya 6. Durian 439 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Kalimas, Malango, Mekarti Jaya. 7. Rambutan 73,25 Pancakarsa I, Pancakarsa II, Kalimas, Mekarti Jaya, Puncak Jaya Sumber : Kantor Kecamatan Taluditi, 2013 Berdasarkan Tabel 4 di atas potensi unggulan pertanian yang ada di Kecamatan Taluditi yaitu komoditi tanaman kakao dengan luas lahan fungsional Ha yang terdapat pada Desa Pancakarsa I, Pancakarsa II, Malango, Kalimas, Mekarti Jaya, dan Puncak Jaya, hal ini didukung dengan tanah subur dan curah hujan yang baik terletak dilereng pengunungan yang dapat dimanfaatkan petani dengan lahan yang memadai.

4 Kakao adalah komoditas perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi yaitu merupakan bagian dari penunjang perekonomian Kabupaten Pohuwato pada umumnya dan rakyat Kecamatan Taluditi pada khususnya seiring dengan bantuan pemerintah untuk peningkatan kesejahteraan rakyat melalui bantuan dari dinas terkait dan perkebunan dengan berbagai bantuan seperti bibit dan sebagainya. Tanaman yang merupakan bahan baku cokelat ini dapat berbuah sepanjang tahun. B. Karakteristik Responden 1. Petani Petani merupakan orang yang melakukan usaha dalam pemenuhan kebutuhannya di bidang pertanian. Untuk memperoleh informasi tentang usahatani yang diusahakannya, maka identitas petani responden merupakan salah satu hal penting yang dapat membantu kelancaran proses penelitian. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai identitas petani responden yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani. a. Umur Petani Umur sangat berpengaruh terhadap aktifitas petani dalam melakukan usahataninya.umur yang belum produktif berkisar antara 0 15 tahun. Pada umur ini kemampuan fisik yang dimiliki belum maksimal. Sementara umur produktif adalah umur yang berkisar antara tahun. Pada umur ini petani mempunyai kekuatan fisik yang masksimal. Sedangkan umur yang tidak produktif adalah yang berumur di atas 60 tahun. Pada umur ini kemampuan fisik petani mulai menurun. Lebih jelas umur petani kakao di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 5.

5 Tabel 5. Umur Petani Sampel di Kecamatan Taluditi, 2013 Desa No Umur Pancakarsa I Makarti Jaya Total (Tahun) Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) , , , , , ,33 4. > ,66 1 3,33 Jumlah Sumber : Data Diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 5 di atas jumlah petani kakao di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 orang, dilihat dari tingkatan umur petani perkebunan khususnya pada komoditi tanaman kakao. Hasil di lapangan ditemukan bahwa petani di Kecamatan Taluditi dengan jumlah responden 30 petani rata-rata berumur Tahun lebih banyak dengan jumlah 12 orang dengan persentase 40% rata-rata masih berumur produktif dalam berusahatani kakao, dan yang memiliki umur >60 berjumlah 1 orang petani dengan persentase 3,33% tidak berproduktif lagi. b. Pendidikan Petani Tingkat pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan usahatani. Banyaknya jumlah pendidikan lulusan SMP-SMA pada satu daerah pertanian menjadikan petani dapat menyesuaikan atau bisa menyerap tentang bagaimana tatacara beusahatani yang baik dan bisa menyesuaikan dengan pembangunan pertanian moderen. Sedangkan tingkat pendidikan di bawah SMP atau SD, menjadikan kurangnya kemandirian petani dalam mencari informasi dan mendapatkan informasi dari pemerintah terkait. Tingkat pendidikan petani di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 6.

6 Tabel 6. Pendidikan Petani Responden di Kecamatan Taluditi, 2013 Desa No Pendidikan Pancakarsa I Makarti Jaya (Tingkatan) Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Org) (%) (Org) (%) Jumlah (Org) Total Persentase (%) 1. Tidak Tamat SD , ,66 2. Tamat SD 5 33, ,66 3. SMP 2 13, , SMA 2 13, ,66 5. Jumlah Sumber : Data Diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 Orang. Dilihat dari tingkatan pendidikan petani perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan ditemukan bahwa, tingkat pendidikan yang ada di Kecamatan Taluditi sejumlah 11 orang dengan presentase 26,66% tamat SD dan 8 orang dengan persentase 36,66% tidak tamat SD, kemudian 6 orang dengan persentase 20% tamat SMP dan 5 orang dengan persentase 16,66 % tamat SMA. Faktor pendidikan berpengaruh besar terhadap peningkatan usahatani petani, sehingga perlu ada perhatian yang serius dari pihak yang terkait (stakeholder) terkait dalam meningkatkan pendidikan petani. c. Pengalaman Berusahatani Dalam melakukan usahatani dibutuhkan pengalaman yang cukup. Semakin lama pengalaman petani dalam melakukan usahataninya maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh dalam berusahatani, petani yang baru melakukan usahatani banyak mengalami kendala dalam melakukan usahataninya. Umur petani menjadi tolak ukur dalam melihat petani berpengalaman. berdasarkan pengalaman berusahatani dapat dlihat pada Tabel 7.

7 Tabel 7. Pengalaman Berusahatani Petani Responden di Kecamatan Taluditi, 2013 Desa No Pengalaman Pancakarsa I Makarti Jaya Berusahatani Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Tahun) (Org) (%) (Org) (%) Jumlah (Org) Total Persentase (%) , , , , , ,33 Jumlah Sumber : Data Diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani Kakao di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 0rang. Pengalaman berusahatani dalam perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan bahwa berdasarkan pengalaman dalam berusahatani yang ada di Kecamatan Taluditi adalah tahun rata-rata 4 orang petani dengan hasil persentase 13,33% dan sebanyak 19 orang petani dengan hasil presentase 63,33% dan sebanyak 7 orang dengan persentase 23,33 % Sehingga pengalaman petani dalam berusahatani mayoritas pengalaman bertaninya tahun. d. Jumlah Tanggungan Petani Jumlah tanggungan merupakan salah satu faktor pendorong bagi petani dalam meningkatkan usahataninya. Semakin besar jumlah tanggungan semakin giat pula petani dalam meningkatkan usahataninya. Jumlah Tanggungan petani di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Kecamatan Taluditi, 2013 Desa No Jumlah Pancakarsa I Makarti Jaya Tanggungan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Petani (org) (Org) (%) (Org) (%) Jumlah (Org) Total Persentase (%) , , , , , ,66 1 3,33 Jumlah Sumber : Data Diolah, 2013

8 Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani Kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 orang. Dilihat dari jumlah tanggungan petani perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan ditemukan bahwa untuk jumlah tangungan petani rata-rata antara 4-5 tanggungan sebanyak 16 orang petani dengan persentase 53,33%, 2-3 tanggungan sebanyak 13 orang dengan jumlah persentase 43,33%. Dengan banyaknya tangungan petani lebih bersemangat lagi untuk berusahatani kakao, tanggungan petani dalam keluarga, sehinga dimungkinkan keuntungan hasil usahatani dapat memenuhi kebutuhan keluarga petani. 2. Pedagang Pedagang adalah seseorang atau lembaga yang membeli dan menjual barang kembali tanpa merubah bentuk dan tanggungjawab sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Identitas pedagang responden merupakan salah satu hal penting yang dapat membantu kelancaran proses penelitian, Berikut ini merupakan pembahasan mengenai identitas pedagang responden yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman berdagang. a. Umur Pedagang Umur sangat berpengaruh terhadap aktifitas pedagang dalam melakukan bidang usahanya. Umur yang belum produktif berkisar antara 0 15 tahun. Pada umur ini kemampuan fisik yang dimiliki belum maksimal. Sementara umur produktif adalah umur yang berkisar antara tahun. Pada umur ini pedagang mempunyai kekuatan fisik yang maksimal. Sedangkan umur yang tidak produktif adalah yang berumur di atas 60 tahun. Umur pedagang kakao di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 9.

9 Tabel 9. Umur Pedagang Sampel di Kecamatan Taluditi, 2013 Kecamatan Taluditi No Umur Jumlah Presentase (Tahun) (Orang) (%) Jumlah Sumber : Data Diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 9 di atas jumlah pedagang kakao di Kecamatan Taluditi terdapat 4 orang. dilihat dari tingkatan umur pedagang kakao, hasil di lapangan ditemukan bahwa pedagang kakao di Kecamatan Taluditi dengan jumlah responden 4 pedagang rata-rata berumur Tahun dengan jumlah 1 orang dengan persentase 25% dan pada umur Tahun dengan jumlah 1 orang persentase 25% kemudian pada umur Tahun dengan jumlah 1 orang persentase 25% selanjutnya pada umur Tahun jumlah 1 orang dengan persentase 25%. Sehingga rata-rata umur pedagang kakao di Kecamatan Taluditi masih berumur produktif dalam berdagang. b. Pendidikan Pedagang Tingkat pendidikan pedagang merupakan faktor penting dalam meningkatkan usahanya. Tingkat pendidikan pedagang kakao di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Pendidikan Pedagang Sampel di Kecamatan Taluditi, 2013 Kecamatan Taluditi No Pendidikan Jumlah Presentase (Tingkatan) (Orang) (%) 1. Tidak Tamat SD Tamat SD SMP SMA 0 0 Jumlah Sumber : Data Diolah, 2013

10 Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat diuraikan bahwa jumlah pedagang kakao di Kecamtan Taluditi sebanyak 4 orang dilihat dari tingkat pendidikan pedagang kakao. Hasil dilapangan ditemukan bahwa pedagang di Kecamatan Taluditi dengan jumlah 3 orang tamat SD dengan persentase 75% dan 1 orang tamat SMP dengan persentase 25%. c. Pengalaman Berdagang Dalam melakukan usaha berdagang kakao maka dibutuhkan pengalaman yang cukup. Semakin lama berdagang maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh dalam berdagang. Berdasarkan pengalaman berdagang dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Pengalaman Berdagang Sampel di Kecamatan Taluditi, 2013 Kecamatan Taluditi No Pengalaman Jumlah Presentase Berdagang (Tahun) (Orang) (%) 1. > > Jumlah Sumber : Data Diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah pedagang Kakao di Kecamatan Taluditi dengan jumlah 4 Orang. Berdasarkan pengalaman dalam berdagang kakao di Kecamatan Taluditi adalah >10 Tahun dengan jumlah 2 orang pedagang dengan hasil persentase 50% dan Tahun dengan jumlah 2 orang pedagang dengan hasil presentase 50%. C. Karakteristik Ekonomi Kakao Karakteristik ekonomi yang terdiri adalah: Luas lahan, tanaman yang menghasilkan, tanaman yang belum menghasilkan, tanaman tua/rusak yang sudah tidak menghasilkan, produksi kakao, harga produksi kakao/kg pada setiap petani responden.

11 1. Luas Lahan Luas lahan pertanian memberikan dampak positif dalam meningkatkan usahataninya, semakin besar luas lahan yang dimiliki oleh petani maka semakin besar pula kemungkinan hasil panen yang diperoleh oleh petani. Luas lahan 1-6,5 Ha pada tanaman kakao memberikan hasil yang maksimal bagi petani kakao. Karakteristik berdasarkan luas lahan petani di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik Ekonomi Luas Lahan Petani Reponden Kecamatan Taluditi, 2013 Desa No Luas Pancakarsa I Makarti Jaya Lahan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Petani(Ha) (Org) (%) (Org) (%) Jumlah (Org) Total Persentase (%) ,5 7 46, , , , , , , ,66 4. > Jumlah Sumber : Data Diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani Kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 orang. Dilihat dari tingkatan luas lahan petani perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan ditemukan bahwa rata-rata jumlah lahan kakao yang ada di Kecamatan Taluditi adalah 1-1,5 Ha dengan jumlah 10 orang dan persentase 33,33%, sedangkan 1,6-2 Ha sebanyak 12 orang persentase 40% kemudian 2,1-3 Ha dengan jumlah 5 orang persentase 16,66% serta >3 Ha dengan jumlah 3 orang Dengan demikian banyaknya luas lahan di Kecamatan Taluditi berkisar 1,6-2 Ha. 2. Tanaman Yang Menghasilkan Banyaknya jumlah pohon yang berproduksi pada tanaman perkebunan terutaman kakao memberikan hasil yang maksimal pada petani dalam melakukan usahatani kakao. Pada satu daerah yang memiliki mayoritas petani kakao dibutuhkan dukungan iklim yang baik dan perawatan yang memungkinkan tanaman kakao dapat berproduksi. Dalam satu hamparan tanaman kakao produksi

12 kakao yang baik berkisar antara Pohon jumlah pohon dalam setiap lahan petani kakao dengan melakukan penyesuaian kondisi lahan. Pada hakikatnya tanaman kakao merupakan tanaman tahunan. Karakteristik berdasarkan pohon yang menghasilkan di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Karakteristik Ekonomi Pohon yang Menghasilkan Produksi Kakao yang dimiliki Petani Responden Desa No Pohon yang Pancakarsa I Makarti Jaya Menghasilkan (Pohon) Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Org) (%) (Org) (%) Jumlah (Org) Total Persentase (%) , , , , , , ,33 4. > Jumlah Sumber : Data Diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani Kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 orang. Dilihat dari tingkatan jumlah pohon yang menghasilkan petani perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan rata-rata 9 orang dengan persentase 30% mempunyai jumlah pohon yang menghasilkan kakao sebanyak pohon dan 14 orang dengan persentase 46,66% petani yang memiliki jumlah pohon lebih pohon dan 4 orang dengan persentase 13,33%, serta 3 orang dengan persentase 10% petani yang memiliki jumlah pohon >3000 pohon. Dengan demikian jumlah pohon kakao yang sudah menghasilkan di Kecamatan Taluditi berkisar pohon/angota keluarga. Pohon yang menghasilkan adanya perawatan yang baik dari petani sehingga yang diharapkan petani sesuai harapan dalam mengembangkan pohon kakao. 3. Tanaman Yang Belum Menghasilkan Pada tanaman kakao memiliki jenjang waktu dalam melakukan produksi, pada saat penanaman waktu yang diperlukan oleh tanaman kakao dalam melakukan produksi tergantung pada tehnik atau cara bagaimana pemeliharaan

13 tanaman kakao. Tanaman kakao yang ditanam melalui sambung samping memerlukan waktu sedikit dalam melakukan produksi dibandingkan dengan penanaman yang tanpa melakukan sambung samping. Di Kecamatan Taluditi banyaknya jumlah pohon kakao yang belum berproduksi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Karakteristik Ekonomi Pohon yang Belum Menghasilkan Produksi Kakao yang dimiliki Petani Responden Desa No Pohon Belum Menghasilkan Pancakarsa I Makarti Jaya Total Produksi Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Kakao (Org) (%) (Org) (%) (Org) (%) (Pohon) , , , , , , , ,33 7. > , , ,33 Jumlah Sumber : Data Diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 14 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani Kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 orang. Dilihat dari tingkatan jumlah pohon yang belum menghasilkan petani perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan bahwa jumlah pohon yang belum menghasilkan lebih banyak 1-10 pohon, dengan jumlah petani rata-rata sebanyak 11 orang atau 36,66%. Sedangkan jumlah antara pohon kakao yang belum menghasilkan di miliki oleh petani sebanyak 9 orang atau 30% dan jumlah pohon yang belum menghasilkan sebanyak pohon dengan hasil persentase 6,66%. Dan jumlah yang paling sedikit pohon yang belum menghasilkan yaitu 1 orang dengan hasil persentase 3,33% dan sedangkan jumlah antara >60 pohon kakao yang belum menghasilkan yaitu sebanyak 7 orang dengan hasil persentase 23,33. Penyebab pohon yang belum menghasilkan atau pertumbuhan tanaman tidak stabil disebabkan kurangnya curah hujan yang tidak memadai dan kurangnya perawatan yang diberikan oleh petani pada saat awal penanaman dan adanya serangan hama

14 pada pengerek batang,buah atau kurangnya pengetahuan sambung samping pada pohon kakao. 4. Tanaman Tidak Menghasilkan Tanaman kakao yang sudah tidak berproduksi dikarenakan banyak faktor antara lain, kurangnya pengetahuan petani dalam berusahatani kakao, faktor lingkungan sehingga dapat menimbulkan hama pada tanaman dan kondisi lahan yang tidak sesuai. Banyaknya jumlah pohon kakao yang tidak berproduksi di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Karakteristik Ekonomi Pohon Tidak Menghasilkan Produksi Kakao yang dimiliki Petani Responden Desa No Pohon Tidak Pancakarsa I Makarti Jaya Menghasilkan Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Pohon) (Org) (%) (Org) (%) Jumlah (Org) Total Persentase (%) , , , , ,66 1 6,66 2 6,66 5. > Jumlah Sumber : Data Diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat diuraikan bahwa, jumlah petani kakao yang ada di Kecamatan Taluditi sebanyak 30 orang. Dilihat dari tingkatan pohon yang tidak menghasilkan dalam perkebunan khususnya pada komoditi kakao. Hasil di lapangan jumlah pohon tidak menghasilkan buah kakao di Kecamatan Taluditi rata-rata antara 1-15 pohon yang dimiliki sebanyaknya 19 orang dengan hasil persentase 63,33% pohon kakao dengan jumlah petani pohon dimiliki 3 orang petani persentase 10% dan jumlah pohon yang dimiliki sebanyak 6 orang petani dengan persentase 20%. Sedikitnya jumlah pohon tidak menghasilkan karena adanya serangan hama pada batang atau buah dan umur pohon lebih dari 20 tahun pohon cepat rusak akibat kondisi lingkungan kurangnya pemeliharaan yang tidak merata terhadap pohon pencangkokan sambung sambing kurang maksimal dalam melakukan penanam pada pohon kakao.

15 5. Produksi Petani Produksi pertanian merupakan faktor penting dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga petani. Jumlah produksi petani kakao di Kecamatan Taluditi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Produksi Petani Responden Kakao di Kecamatan Taluditi, 2013 Desa Produksi No Pancakarsa I Makarti Jaya Kakao Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Kg/Tahun) (Org) (%) (Org) (%) Jumlah (Org) Total Persentase (%) , , , , , > , ,67 Jumlah Sumber : Data Diolah, 2013 Pada Tabel 16 di atas dijelaskan bahwa, produksi kakao di Kecamatan Taluditi dengan jumlah produksi sebesar Kg/Tahun, yang dimiliki oleh petani responden 17 orang dengan hasil persentase 56,66% dan jumlah produksi Kg/Tahun yang dimiliki oleh petani responden sebanyak 5 orang dengan persentase 16,67%, serta jumlah produksi kakao >3000 Kg/Tahun yang dimiliki oleh petani responden berjumlah 5 orang dengan persentase 16,67% kemudian produksi kakao yang paling rendah Kg/Tahun yang dimilki oleh petani responden 3 orang atau dengan persentase 10%. Penjelasan tersebut menggambarkan banyaknya jumlah produksi tanaman kakao yang ada di Kecamatan Taluditi di peroleh banyaknya jumlah petani, dengan jumlah produksi Kg/Tahun dan jumlah petani 17 orang, sehingga di Kecamatan Taluditi mempunyai peluang besar dimasa yang akan datang dalam meningkatkan produksi tanaman kakao.

16 6. Harga Kakao Harga kakao merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan pendapatan guna untuk memenuhi kebutuhan petani. Harga kakao di Kecamatan Taluditi masih tergolong rendah dan setiap harinya harga kakao dapat berubahubah yaitu kadang tinggi dan rendah. Harga kakao/kg pada setiap petani responden dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Harga Kakao Petani Responden di Kecamatan Taluditi, 2013 Desa No Harga Pancakarsa I Makarti Jaya Total Kakao/Kg Jumlh (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) Jumlah (Org) Persentase (%) , , , , ,33 4. > , ,33 Jumlah Sumber : Data Diolah, 2013 Pada Tabel 17 di atas dapat dijelaskan bahwa harga kakao di Kecamatan Taluditi harga kakao Rp Rp hanya 3 orang dengan persentase 10%, dan Harga Rp Rp sebanyak 19 orang dengan persentase 63,33, kemudian harga kakao Rp Rp sebanyak 4 orang dengan persentase 13,33% selanjutnya harga kakao > Rp berjumlah 4 orang dengan persentase 13,33. Dari penjelasan tersebut menggambarkan bahwa harga kakao di Kecamatan Taluditi rata-rata Rp Rp / Kg. D. Gambaran Umum Pemasaran Kakao di Kecamatan Taluditi Kakao yang dihasilkan oleh petani Kecamatan Taluditi adalah jenis Tanaman kakao hibrida. Pertanaman kakao di Kecamatan Taluditi diusahakan pada lahan tegalan dan di Lereng gunung. Salah satu kendala yang dihadapi oleh petani kakao di Kecamatan Taluditi adalah waktu panen yang bertepatan dengan musim hujan. Kendala yang dihadapi dengan kondisi ini adalah pengeringan hasil produksi, karena umumnya petani mengandalkan sinar matahari dalam melakukan

17 proses pengeringan kakao. Akibatnya kualitas kakao yang dihasilkan oleh petani pada musim ini mengalami penurunan karena tingginya kandungan kadar air. Tingkat harga kakao yang berlaku di Kecamatan Taluditi adalah berkisar antara Rp Rp per kg. Harga terendah biasanya terjadi saat panen pada musim hujan karena kualitas kakao yang rendah akibat kadar air kakao yang cukup tinggi yang langsung berakibat pada anjloknya harga. Umumnya kakao hasil produksi petani di Kecamatan Taluditi dipasarkan melalui Tengkulak. Kakao yang dikumpulkan oleh tengkulak selanjutnya disalurkan ke pedagang pengumpul kecamatan ada juga tengkulak yang langsung memasarkan kakao kepedagang besar. Untuk memenuhi standar kualitas yang diinginkan oleh pedagang besar, pedagang pengumpul Kecamatan dan tengkulak masih melakukan penanganan terhadap kakao hasil pembeliannya, misalnya dengan menjemur kembali untuk memenuhi standar kadar air atau membersihkan untuk memenuhi standar kadar kotoran. Setelah kakao terkumpul dan dilakukan penanganan seperlunya, pedagang pengumpul Kecamatan dan Tengkulak melakukan penyimpanan hingga memenuhi jumlah yang cukup untuk dilakukan penyaluran ke pedagang besar yang ada di Gorontalo dan di Sulawesi Tengah. E. Sistem Pemasaran Kakao Sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, orang, dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya. Dalam sistem pemasaran terdiri dari pemasaran terbuka dan tertutup, pemasaran terbuka yaitu dimana produsen bebas melakukan penjualan atau mengakses pemasaran produk secara terbuka atau dipasarkan kepada siapa saja tanpa ada keterikatan dengan pedagang. Sedangkan pemasaran tertutup yaitu petani melakukan pemasaran dengan secara tertutup dan tidak bisa mengakses pemasaran secara terbuka karena pemasaran tertutup, produsen atau petani hanya bisa memasarkan produknya kepada pihak tertentu karena sudah melakukan kontrak sebelumnya dengan pedagang. Berdasarkan hasil penelitian dalam sistem

18 pemasaran ini dimana petani kakao di Kecamatan Taluditi sebagian besar melakukan pemasaran kakao secara pemasaran terbuka kepada pedagang yaitu tanpa ada keterikatan dengan pihak pedagang. 1. Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Berdasarkan keterlibatan dalam proses pemasaran, yaitu: a. Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani. Tengkulak melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak pembelian. b. Pedagang pengumpul, yaitu lembaga pemasaran yang menjual komoditi yang dibeli dari beberapa tengkulak dari petani. Peranan pedagang pengumpul adalah mengumpulkan komoditi yang dibeli tengkulak dari petani-petani, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemasaran seperti pengangkutan. c. Pedagang besar, untuk lebih meningkatkan pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran maka jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengumpul perlu dikonsentrasikan lagi oleh lembaga pemasaran yang disebut pedagang besar. Pedagang besar juga melaksanakan fungsi distribusi komoditi keberbagai pulau/ luar negeri. 2. Saluran Pemasaran Terdapat rantai pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato yang sebagaimana dapat dilihat pada Gambar berikut. 1. Petani Kakao Tengkulak Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Eksportir Berdasarkan Gambar di atas Pada saluran 1 dimana, saluran pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi yaitu petani menyalurkan atau memasarkan kakao kepada tengkulak kemudian kakao yang dibeli tengkulak dari petani-petani akan

19 disalurkan kepada pedagang pengumpul dan akan di setor kepada pedagang besar kemudian pedagang besar akan mengekspor kakao ke berbagai pulau ataupun luar Negeri. 2. Petani Kakao Tengkulak Pedagang Besar Eksportir Pada saluran 2 dapat dijelaskan bahwa petani kakao akan langsung menyalurkan kakao kepada pedagang pengumpul kemudian dari pedagang pengumpul akan disalurkan kepada pedagang besar dan akan di ekspor ke berbagai pulau. 3. Petani Kakao Pada saluran 3 ini dijelaskan bahwa petani kakao akan menyalurkan kepada tengkulak kemudian akan disalurkan kepada pedagang besar dan akan di ekspor ke berbagai pulau. Pedagang Pengumpul Berdasarkan Gambar rantai saluran pemasaran di atas menunjukan bahwa saluran pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi merupakan saluran tidak langsung dimana meliputi berbagai rantai pemasaran yaitu petani menyalurkan kepada tengkulak dan pedagang pengumpul, dan adapula tengkulak yang menyalurkan melalui pedagang pengumpul kemudian dari tengkulak dan pedagang pengumpul akan di salurkan kepada pedagang besar dan oleh pedagang besar kakao akan di ekspor ke berbagai pulau atau luar Negeri. F. Analisis SWOT Sebagai Perumusan Strategi Analisis SWOT mengidentifikasi faktor faktor internal dan eksternal untuk mengaturnya terkait peluang (opportunities) dan ancaman (threaths) yang ada dengan kondisi lingkungan internal Kecamatan Taluditi yang berada di dalam kewenangan pemerintah kabupaten untuk mengaturnya terkait kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki. Pedagang Besar Eksportir

20 1. Faktor Lingkungan Internal Analisisis lingkungan internal adalah identifikasi faktor-faktor dari dalam (kekuatan dan kelemahan) pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi yang dapat di uraikan sebagai berikut: a. Kekuatan (Strenght) Kekuatan yang dimaksud merupakan potensi sumberdaya dan kondisi yang dimiliki oleh Kecamatan Taluditi terkait dengan pengembangan komoditi Kakao yang dapat dijadikan sebagai modal dasar dalam pemasaran komoditi kakao di Kecamatan Taluditi. Kekuatan yang dimaksud adalah: 1. Letak Wilayah Kecamatan Taluditi sangat strategis Kecamatan Taluditi memiliki letak wilayah yang sangat strategis sehingga membuat wilayah ini memiliki peluang yang cukup besar dalam pengembangan kakao dengan luas lahan fungsional Ha. Hal ini didukung dengan tanah yang subur dan curah hujan yang baik, terletak dilereng pegunungan yang dapat dimanfaatkan petani dengan lahan yang memadai, (Kantor Kecamatan Taluditi, 2013). 2. Program Pembangunan Kecamatan Taluditi Berbasis Desa Mandiri Kecamatan Taluditi melakukan program pembangunan yang dapat mewujudkan Kecamatan Taluditi berbasis Desa Mandiri yang dapat mensejahterakan masyarakat dan mendukung perekonomian masyarakat Kecamatan Taluditi. Berbasis Desa Mandiri mengandung arti bahwa dengan berkembangnya Kecamatan Taluditi sebagai sentra komoditas kakao yang bertaraf dunia akan memberikan peluang bagi desa-desa terutama desa penghasil kakao untuk memanfaatkan potensi wilayahnya dengan caranya masing-masing agar mampu menghasilkan komoditas kakao yang memiliki pangsa pasar internasional. 3. Tingginya tingkat produktivitas usahatani kakao Produktivitas usahatani kakao di Kecamatan Taluditi setiap tahunnya mengalami peningkatan. dibuktikan pada Tahun 2008 dengan luas panen kakao mencapai ha dengan produktivitasnya mencapai Ton, pada Tahun 2012 luas panennya meningkat menjadi ha dengan produktivitas hingga mencapai Ton. Peningkatan produktivitas kakao membuktikan bahwa

21 Kecamatan Taluditi merupakan wilayah potensial kakao, (Dinas Pertanian Kabupaten Pohuwato, 2013). 4. Adanya potensi kelembagaan di tingkat petani Adanya potensi kelembagaan di tingkat petani agar mampu menjadi lembaga ekonomi di pedesaan dengan melaksanakan program pembinaan dan pendampingan kepada kelompoktani dan gabungan kelompoktani (gapoktan) jumlah gapoktan Kecamatan Taluditi yaitu ada 4 gapoktan, yaitu agar dapat berfungsi menjadi wahana belajar bagi petani, serta agar mampu berfungsi tidak hanya sebagai unit produksi, tetapi juga menjadi unit penyedia sarana produksi, penyedia alat dan mesin usahatani kakao, penyedia permodalan dan juga sebagai unit pemasaran kakao. 5. Banyaknya pedagang yang bergerak dalam pemasaran kakao Dengan terjadinya peningkatan produktivitas kakao maka banyak terdapat pedagang yang bergerak dalam pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi. Sesuai hasil survei di lokasi penelitian yang diketahui yaitu terdapat 8 pedagang kakao di Kecamatan Taluditi namun yang menjadi sampel penelitian terdiri dari 4 pedagang kakao yaitu 1 orang pedagang pengumpul dan tengkulak berjumlah 3 orang. b. Kelemahan (Weakness) Kelemahan yang dimaksud merupakan keterbatasan sumberdaya dan kondisi yang dimiliki oleh Kecamatan Taluditi terkait dengan pengembangan komoditi kakao yang dapat menghambat dalam pemasaran komoditi kakao di Kecamatan Taluditi, Kelemahan-kelemahan yang maksud adalah: 1. Rendahnya mutu dan kualitas kakao hasil produksi petani. Rendahnya kualitas kakao hasil produksi petani disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya dan pascapanen. Selain itu, masalah tidak ada jenis dan jumlah sarana teknologi pengolahan hasil seperti dryer mesin pengering kakao menjadi penyebab rendahnya kualitas kakao, karena pada umumnya waktu panen kakao di Kecamatan Taluditi bertepatan dengan musim hujan, sementara petani hanya mengandalkan sinar matahari untuk melakukan penjemuran kakao hasil panennya.

22 2. Keterbatasan permodalan yang dimiliki oleh petani. Kesulitan petani dalam memperoleh sarana produksi dalam setiap melakukan pemeliharaan pada tanaman kakao umumnya disebabkan karena keterbatasan dalam permodalan. Untuk menghindari keterikatan petani dengan tengkulak/pedagang pengumpul, maka perlu dilakukan upaya untuk memberikan kemudahan bagi petani dalam mengakses permodalan dari perbankan, yaitu perlu Adanya fasilitas petani kakao dalam memperoleh kredit melalui perbankan dengan bertindak sebagai penjamin (avalis). Salah satu skim kredit yang dapat diakses oleh petani dengan jaminan dari pemerintah kabupaten adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). 3. Keterbatasan jenis dan jumlah sarana teknologi pengolahan hasil. Selain keterbatasan petani dalam penguasaan teknologi budidaya dan pascapanen, keterbatasan petani dalam mengakses sarana pengolahan hasil juga sebagai penyebab rendahnya kualitas kakao hasil produksi usahataninya. Salah satu sarana yang diperlukan oleh petani adalah adanya mesin pengering (dryer) terutama saat panen yang bertepatan dengan musim hujan. 4. Rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan petani dalam menerapkan teknologi budidaya dan pascapanen. Rendahnya tingkat pengetahuan dan ketrampilan dalam budidaya dan pascapanen yaitu karena rendahnya tingkat pendidikan petani yang sebagian besar hanya tamat SD dan kurangnya informasi dari lembaga terkait. Rendahnya tingkat pengetahuan petani juga dapat menjadi penyebab rendahnya kualitas kakao hasil produksi petani. 5. Prasarana jalan Kecamatan Taluditi yang kurang memadai. Penyebab rendahnya tingkat harga yang diterima oleh petani (selain faktor kualitas) adalah pembebanan biaya pemasaran oleh pedagang pada harga pembelian di tingkat petani karena disebabkan keadaan jalan yang kurang memadai yang masih berbatu dan belum memenuhi syarat yang sesuai masyarakat Kecamatan Taluditi harapkan. Salah satu unsur biaya pemasaran adalah biaya pengangkutan.

23 6. Keterbatasan ketersediaan sarana produksi di sekitar lokasi Usahatani kakao. Agar petani dapat melaksanakan teknik budidaya yang dianjurkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, maka diperlukan ketersediaan sarana produksi yang dibutuhkan seperti benih, pupuk, dan obat-obatan, terutama dalam melakukan penanaman dan pemelihara tanaman kakao. Petani kakao sangat membutuhkan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi terkait ketersediaan baik jenis maupun kualitas dengan tingkat harga yang dapat terjangkau pada saat dibutuhkan. Sarana produksi di Kecamatan Taluditi belum optimal terutama yaitu keterbatasan pupuk yang dibutuhkan petani untuk itu dengan terbatasnya pupuk yang diperoleh petani dapat mengakibatkan keterlambatan dalam pemupukan tanaman kakao. Olehnya itu Pemerintah Kabupaten Pohuwato perlu memfasilitasi ketersediaan sarana produksi usahatani kakao melalui kemitraan industri/distributor sarana produksi dengan mengoptimalkan kelembagaan di tingkat petani (kelompoktani/gabungan kelompoktani) agar dapat menjadi unit penyedia sarana produksi bagi petani anggotanya. 7. Tidak ada ketersedian resi gudang penampungan kakao. Pemerintah Kabupaten Pohuwato perlu mengadakan resi gudang yang selain dapat mendukung ketersediaan modal bagi petani, juga dapat mempermudah petani dalam pemasaran hasil produksi usahataninya. Adanya resi gudang dapat menampung hasil produksi petani yang tidak dapat ditampung oleh pedagang yang ada di Kecamatan Taluditi serta dapat menjaga agar tingkat harga kakao yang diterima oleh petani tidak anjlok terutama pada saat panen. 2. Faktor Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal adalah identifikasi faktor-faktor dari luar (peluang dan ancaman) pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi yang dapat mempengaruhi besar kecilnya peranan pemasaran kakao di KEcamatan Taluditi. Faktor-faktor eksternal di uraikan sebagai berikut:

24 a. Peluang (Opportunities) Beberapa peluang yang dapat diraih oleh Pemerintah Kecamatan Taluditi terkait dengan pengembangan komoditi kakao khususnya dalam pemasarannya, sebagaimana diuraikan berikut ini: 1. Penetapan kakao sebagai komoditas unggulan di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato. Kecamatan Taluditi sebagai penetapan komoditas unggulan karena dilihat letak wilayah yang strategis dalam pengembangan komoditi tanaman kakao dengan luas lahan fungsional Ha. Dalam hal ini pemerintah Kabupaten Pohuwato memberikan bantuan seperti bibit dan bantuan Gernas yaitu sambung samping tanaman Kakao yang di adakan oleh pemerintah melalui kelompoktani dan gapoktan untuk mendukung pengembangan kakao di Kecamatan Taluditi. 2. Tersedianya lembaga pendukung usahatani kakao. Tersedianya lembaga yang mendukung seperti kelompoktani dan gapoktan Kecamatan Taluditi dan pemerintah Kabupaten Pohuwato maupun dinas terkait yang mendukung usahatani kakao yaitu sebagai pendukung usahatani kakao dalam mengatasi keterbatasan permodalan, sarana teknologi dan prasarana jalan Kecamatan Taluditi. 3. Tingginya permintaan dan tingkat harga kakao untuk ekspor. Dengan kondisi harga kakao dunia yang relatif stabil dan cukup tinggi maka pada Tahun 2025 sasaran untuk menjadi produsen utama kakao dunia bisa menjadi kenyataan karena pada tahun tersebut total areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan mencapai 1,35 juta ha dan mampu menghasilkan 1,3 juta ton/tahun biji kakao. Untuk mencapai sasaran produksi tersebut diperlukan investasi sebesar Rp 16,72 triliun dan dukungan berbagai kebijakan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011). Dengan tingginya permintaan dan tingginya harga kakao untuk ekspor sehingga dihimbau petani agar dapat memperbaiki produksi kakao yang baik sehinnga dapat menghasilkan biji kakao yang berkualitas di pasaran dunia sehingga dapat meningkatkan harga kakao yang tinggi.

25 b. Ancaman (Threaths) Tidak semua masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Kecamatan Taluditi terkait dengan pemasaran kakao berada dalam kewenangannya untuk menyelesaikan, meskipun masalah tersebut secara langsung maupun tidak langsung menjadi faktor penghambat. Masalah yang dimaksud dianggap sebagai sebuah ancaman dalam pemasaran kakao, yaitu: 1. Harga komoditi kakao yang berfluktuasi. Tingkat harga kakao di pasaran lokal menyesuaikan perkembangan harga di Bursa London. Harga kakao di pasar luar negeri tidak stabil dan hampir terjadi perubahan setiap saat. Gambar harga kakao dapat dilihat pada Gambar Harga Kakao Harga Kakao Sumber : Pedagang Kakao di Kecamatan Taluditi, 2013 Pada Gambar Grafik 4 di atas dapat dijelaskan bahwa harga kakao di Kecamatan Taluditi tidak stabil dan setiap saat mengalami perubahan, yaitu dari Tahun 2011 harga meningkat dengan harga Rp dan di Tahun 2012 harga kakao mengalami penurunan dengan harga Rp kemudian pada Tahun 2013 harga kakao meningkat dengan harga sebesar Rp Penetapan standar kualitas yang ketat oleh pedagang. Untuk memotivasi petani agar dapat menghasilkan produksi dalam jumlah, mutu dan kualitas kakao yang baik seperti kualitas kakao kelas A (panter) sesuai yang diharapkan pedagang dan adanya jaminan harga dasar. Kualitas kakao terdapat beberapa tingkatan yaitu kualitas kakao kelas A (panter) kualitas kakao ini adalah kualitas yang paling bagus dan kelas B (S2) kualitas tersebut termasuk kalitas standar kemudian kualitas kakao yang paling rendah yaitu terdapat pada kelas C (S1). Kualitas kakao di Kecamatan Taluditi yaitu termasuk pada kelas B dan kelas C, adapun terdapat kualitas kakao kelas A namun masih rendah.

26 3. Tingginya biaya pungutan dalam pengangkutan. Tingginya biaya pengutan dalam pengangkutan yaitu karena belum ada perbaikan sarana jalan yang rusak dan akan berdampak pada rendahnya tingkat harga yang di tetapkan oleh pedang terhadap petani. Biaya pungutan atau pengiriman kepedagang besar yang ada di Gorontalo dan Sulawesi Tengah yaitu dalam satu kali pengiriman pedagang mengeluarkan biaya dalam 1 Ret atau 1 truk yang berisi 6.7 Ton maka biaya yang dikeluarkan sebesar Rp , (Pedagang Kakao Kecamatan Taluditi, 2013). 4. Terancamnya kelestarian lingkungan akibat perambahan hutan untuk lahan pengembangan kakao. Kecamatan Taluditi memiliki lahan fungsional dan non fungsional luas lahan fungsional yaitu sebesar 7.076,25 Ha, dan lahan non fungsional yaitu 1.421,00, (Kantor Kecamatan Taluditi, 2013). Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat adanya aktifitas perambahan hutan untuk lahan usahatani kakao, maka Pemerintah Kecamatan Taluditi perlu mencanangkan Desa mandiri yang peduli terhadap lingkungan, terutama desadesa sentra produksi kakao yang rawan terhadap adanya aktifitas usahatani yang memanfaatkan areal hutan dengan cara merambah. 5. Iklim yang kurang mendukung. Waktu panen bertepatan dengan musim hujan. Kendala yang dihadapi dengan kondisi ini adalah pengeringan hasil produksi, karena umumnya petani mengandalkan sinar matahari dalam melakukan proses pengeringan kakao. Akibatnya kualitas kakao yang dihasilkan oleh petani pada periode musim hujan ini mengalami penurunan karena tingginya kandungan kadar air. Setelah faktor-faktor strategis internal pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi diidentifikasi, suatu tabel nilai rating internal disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi internal tersebut dalam kerangka kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness) pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi. Pemberian bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 0,1 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-

27 faktor tersebut terhadap posisi strategis pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi. semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi sekor 1,0. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai dengan 1, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi. Selanjutnya kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4. hasilnya berupa sekor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 0,4 sampai dengan 1,0. Jumlahkan sekor pembobotan (pada kolom 4), nilai total ini menunjukan bagaimana pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internal. Tabel nilai rating internal dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Nilai Rating Internal (Kekuatan dan Kelemahan) No Faktor Internal Bobot Rating Skor Ket (B x R) Kekuatan (Strengts) 1. Letak wilayah kecamatan 0,06 4 0,24 Kekuatan Utama Taluditi sangat strategis 1. Tingginya 2. Program Pembangunan 0,05 3 0,15 tingkat Kecamatan Taluditi produktivitas Berbasis Desa Mandiri. usahatani kakao 3. Tingginya tingkat 0,13 4 0,52 2. Besarnya produktivitas potensi usahatani kakao. kelembagaan 4. Besarnya potensi 0,13 4 0,39 di tingkat kelembagaan petani di tingkat petani. 5. Banyaknya pedagang 0,05 3 0,15 Nilai Total =1,45 yang Bergerak dalam pemasaran kakao. Kelemahan (Weakness) 1. Rendahnya mutu dan 0,13 1 0,13 Kelemahan Utama kualitas kakao hasil 1. Rendahnya mutu produksi petani. Dan kualitas 2. Keterbatasan permodalan 0,06 2 0,12 kakao hasil yang dimiliki oleh produksi petani

28 petani 2. Rendahnya 3. Keterbatasan jenis dan 0,07 2 0,14 tingkat jumlah sarana teknologi pengetahuan pengolahan hasil. dan ketrampilan 4. Rendahnya tingkat 0,13 1 0,13 petani dalam pengetahuan dan menerapkan keterampilan petani teknologi dalam menerapkan budidaya dan teknologi budidaya dan pascapanen pascapanen 5. Prasarana jalan Kecamatan 0,05 2 0,10 Taluditi yang kurang memadai. 6. Keterbatasan ketersediaan 0,06 2 0,12 Nilai Total =0,88 sarana produksi di sekitar lokasi Usahatani kakao 7. Tidak ada ketersediaan 0,07 2 0,14 resi gudang penampungan kakao Total 1,00 2,33 Sumber Data : Data Diolah, 2013 Pada Tabel 18, terlihat bahwa nilai total kekuatan adalah 1,45 (nilai ini diperoleh dari penjumlahan bobot dikalikan rating sehingga menghasilkan nilai total). Sedangkan nilai total faktor kelemahan hanya 0,88 (nilai ini diperoleh dari penjumlahan bobot dikalikan rating sehingga menghasilkan nilai total). Keadaan ini menunjukan bahwa fakrtor kekuatan untuk pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi lebih besar dari faktor kelemahan sebagai penghambat perkembangan pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi. Kekuatan utama yaitu tingginya produktivitas usahatani kakao, besarnya potensi kelembagaan ditingkat petani. Sedangkan kelemahan utama yaitu rendahnya mutu dan kualitas kakao hasil produksi petani, rendahnya tingkat pengetahuan dan ketrampilan petani dalam menerapkan teknologi budidaya dan pascapanen. Faktor-faktor strategis eksternal pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi diidentifikasi, suatu tabel nilai rating internal disusun untuk merumuskan faktorfaktor strategi internal tersebut dalam kerangka peluang (opportunities) dan ancaman (threats) pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi. Pemberian bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 0,1 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-

29 faktor tersebut terhadap posisi strategis pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi. semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi sekor 1,0. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai dengan 1, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi. Selanjutnya kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4. hasilnya berupa sekor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 0,4 sampai dengan 1,0. Jumlahkan sekor pembobotan (pada kolom 4), nilai total ini menunjukan bagaimana pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internal. Tabel nilai rating eksternal dapat dilihat pada Tabel 19.

30 Tabel 19. Nilai Rating Eksternal (Peluang dan Ancaman) No Faktor Eksternal Bobot Rating Skor Ket (B x R) Peluang (Oppurtunities) 1. Penetapan kakao sebagai 0,14 4 0,56 Peluang Utama komoditas unggulan 1. Penetapan kakao Kecamatan Taluditi sebagai komoditas Kabupaten Pohuwato. Unggulan Kec. 2. Tersedianya lembaga 0,13 4 0,58 Taluditi. pendukung usahatani 2. Tersedianya kakao lembaga 3. Tingginya permintaan 0,13 3 0,39 pendukung dan tingkat harga kakao usahatani kakao untuk ekspor. Nilai Total=1,58 Ancaman (Threats) 1. Harga komoditi kakao 0,13 1 0,13 Ancama Utama yang berfluktuasi. 1. Harga komoditi 2. Penetapan standar 0,13 2 0,26 yang berfluktuasi Kualitas yang ketat 2. Terancamnya oleh pedagang kelestarian 3. Tingginya biaya 0,10 2 0,20 lingkungan pungutan dalam akibat pengangkutan. Perambahan 4. Terancamnya kelestarian 0,13 1 0,13 hutan untuk lingkungan akibat lahan pengemperambahan hutan untuk bangan kakao lahan pengembangan kakao 5. Iklim yang kurang 0,11 2 0,22 Nilai Total=0,94 Mendukung Total 1,00 2,52 Sumber Data : Data Diolah, 2013 Pada Tabel 19, dilihat bahwa nilai total faktor peluang 1,58 lebih besar dari pada nilai total ancaman yaitu 0,94 (nilai ini diperoleh dari hasil penjumlahan bobot dikalikan rating sehingga menghasikan nilai total). Peluang utama yaitu penetapan kakao sebagai komoditas unggulan di Kecamatan Taluditi, tersedianya lembaga pendukung usahatani kakao. Sedangkan ancaman utama yaitu

31 terancamnya kelestarian lingkungan akibat perambahan hutan untuk lahan pengembangan kakao. Untuk mengetahui strategi pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi dengan menggunakan diagram Analisis SWOT dapat dilihat pada Gambar 5. Opportunity y III 0,64 I Weakness X Strengths W 0,57 S IV II T Threats Gambar 5. Analisis Kuadran SWOT Strategi Pemasaran Kakao di Kecamatan Taluditi. Berdasarkan Gambar 5, diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki lebih besar dari pada kelemahannya, menghasilkan sumbu X didalam diagram SWOT, demikian peluang yang dihadapi lebih besar dari pada ancaman sehingga menghasilkan sumbu Y dalam diagram SWOT dengan nilai menunjukan bahwa selisih antara peluang dan ancaman menunjukan angka 0,64 (nilai tersebut diperoleh dari nilai total peluang dengan nilai total ancaman) sedangkan selisih antara kekuatan dan kelemahan 0,57 (nilai diperoleh dari nilai total kekuatan dengan nilai total kelemahan) maka strategi pemasaran kakao di Kecamatan Taluditi berada pada kuadran 1, dimana mendukung strategi yang agresif atau strategi SO (Strengths-Opportunities) hal ini menunjukan bahwa dalam strategi

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Luas Wilayah Kecamatan Taluditi Kecamatan Taluditi merupakan salah satu dari 13 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KABUPATEN POHUWATO JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KABUPATEN POHUWATO JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KABUPATEN POHUWATO Zenifer Ali, Wawan Tolinggi, Ria Indriani JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Abstrak Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET Faktor pendukung dan penghambat merupakan elemen yang diidentifikasi untuk menentukan dan mempengaruhi keberhasilan pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Luas Wilayah Kecamatan Tilongkabila Kecamatan Tilongkabila merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di kabupaten Bone Bolango. Kecamatan ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis A. Karakteristik Petani V. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, luas lahan dan pengalaman bertani. Jumlah responden

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kapas merupakan salah satu bahan baku industri yang memegang peranan penting dalam perekonomian nasional karena kapas merupakan komoditas utama penghasil serat alam untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

J. Agroland 23 (3) : , Desember 2016 ISSN : X E-ISSN :

J. Agroland 23 (3) : , Desember 2016 ISSN : X E-ISSN : J. Agroland 2 () : 90-97, Desember 206 ISSN : 085 6X E-ISSN : 207 7607 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI JAGUNG DI DESA MALIK TRANS KECAMATAN BUALEMO KABUPATEN BANGGAI Strategy of Corn Development in Malik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN JAGUNG DI KABUPATEN BANTAENG (Strategy of Maize Marketing in Bantaeng Regency) Muhaeming

STRATEGI PEMASARAN JAGUNG DI KABUPATEN BANTAENG (Strategy of Maize Marketing in Bantaeng Regency) Muhaeming STRATEGI PEMASARAN JAGUNG DI KABUPATEN BANTAENG (Strategy of Maize Marketing in Bantaeng Regency) Muhaeming ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Raman Utara Kecamatan Raman Utara merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur dan berpenduduk 35.420 jiwa dengan luas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani Identitas petani merupakan suatu tanda pengenal yang dimiliki petani untuk dapat diketahui latar belakangnya. Identitas

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan umum Daerah penelitian 4.1.1. Keadaan Geografis Desa Munsalo merupakan salah satu desa di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau terdiri

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Barat memiliki potensi cukup besar di bidang perkebunan, karena didukung oleh lahan yang cukup luas dan iklim yang sesuai untuk komoditi perkebunan. Beberapa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Wilayah Pohuwato pada mulanya masih merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Boalemo, namun sejak dikeluarkannya UU RI No.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Pesawaran Indah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tanggal 10 Agustus 2007 tentang Pembentukan Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PISANG DI KECAMATAN MESTONG, KABUPATEN MUARO JAMBI. Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) ABSTRAK

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PISANG DI KECAMATAN MESTONG, KABUPATEN MUARO JAMBI. Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) ABSTRAK ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PISANG DI KECAMATAN MESTONG, KABUPATEN MUARO JAMBI Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) ABSTRAK Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menganalisis

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan pertanian, dalam pemenuhan kebutuhan hidup sektor ini merupakan tumpuan sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 43 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Nilai dan Konstribusi Subsektor Tanaman Pangan Terhadap PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Ngawi Produktivitas tenaga kerja subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Aspek Agronomi Kakao Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi Perkebunan Unggulan, hal ini tergambar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perkebunan didalam perekonomian di Indonesia memiliki perananan yang cukup strategis, antara lain sebagai penyerapan tenaga kerja, pengadaan bahan baku untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perkebunan telah lama diusahakan oleh masyarakat Sumatera Barat yang berkaitan langsung dengan aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Dari aspek ekonomi, usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS Seminar Nasional BKS PTN Barat Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 Mulyana & Hamzah: Kontribusi Pendapatan Usaha Perikanan 933 KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang. Menurut Ciputra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari seluruh luas lahan yang ada di Indonesia, 82,71

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM 5.1. Sejarah Singkat Wahana Farm Wahana Farm didirikan pada tahun 2007 di Darmaga, Bogor. Wahana Farm bergerak di bidang pertanian organik dengan komoditas utama rosela.

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi:

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi: MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan pada tiga kecamatan di Kabupaten Belitung, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu Kecamatran Tanjungpandan, Badau, dan Membalong pada bulan Agustus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Wilayah Penelitian dilakukan di Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur yaitu di Desa Pakusari Kecamatan Pakusari. Desa Pakusari memiliki lima Dusun yaitu Dusun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten

Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten 44 V. Penutup Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali, maka pada bagian penutup ini disajikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor perkebunan. Sebagai suatu

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Penyusunan Master Plan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur meliputi beberapa tahapan kegiatan utama, yaitu : 1) Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi (coffea s.p) merupakan salah satu produk agroindustri pangan yang digemari oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena kopi memiliki aroma khas yang tidak dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2010 Indonesia menjadi produsen kakao terbesar

Lebih terperinci

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci