PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGUNAKAN BACKPROPAGATION DAN ALGORITMA GENETIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGUNAKAN BACKPROPAGATION DAN ALGORITMA GENETIKA"

Transkripsi

1 PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGUNAKAN BACKPROPAGATION DAN ALGORITMA GENETIKA Yunus Abdul Halim Abstrak Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham, dengan memiliki fungsi sebagai indikator trend pasar, indikator tingkat keuntungan, tolok ukur kinerja portofolio, serta penentuan strategi pasif dan produk derivatif. Penentuan indeks harga saham gabungan dapat diprediksikan dengan cara meramalk an indeks harga saham gabungan berdasarkan data historis. Peramalan dilakukan untuk mengestimasi suatu perilaku data berdasarkan analisis dan pengolahan data historis. Data historis mempunyai keterkaitan terhadap analisis karakteristik dan pola data. Pola data menggambarkan suatu kecenderungan tertentu yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan suatu peramalan. Peramalan dapat dilakukan jika sudah diperoleh trend pola data yang merupakan model dari perilaku data pada waktu tertentu. Pembuatan model indeks harga saham gabungan dapat dibuat dengan menggunakan model statistika seperti moving average, dekomposisi dan arima. Model tersebut diperoleh dengan melakukan simulasi data sampai diperoleh model terbaik, namun tidak dapat mendekati trend d ata lebih cermat, karena konstanta pemulusan tidak didasarkan atas pergerakan data. Model peramalan IHSG seharusnya dapat mendekati dan memuluskan kecenderungan data aktual lebih akurat dan tepat untuk memprediksikan kejadian yang akan datang. Metode pembuatan model dengan pendekatan terhadap semua data dapat dilakukan dengan menerapkan neural network dan algoritma genetika. Algoritma backpropagation dapat digunakan untuk membuat model peramalan IHSG, dengan pendekatan lebih sensitif terhadap perubahan data. Model peramalan yang baik yaitu model yang dapat meresponsif terhadap perubahan data. Pemodelan dengan neural network diharapkan dapat memuluskan kecenderungan data mendekati data aktual, sehingga menghasilkan model terbaik. Kemampuan neural network dengan struktur feedforwad dan algoritma backpropagation diharapkan lebih responsif terhadap trend data. Performance neural network dapat ditingkatkan dengan algoritma genetika, melalui pemilihan initial point secara acak dapat menghasilkan suatu model dengan pemulusan kecenderungan lebih akurat terhadap perubahan dan fluktuatif data. 1

2 1. Latar Belakang Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham, dengan memiliki fungsi sebagai indikator trend pasar, indik ator tingkat keuntungan, tolok ukur kinerja portofolio, serta penentuan strategi pasif dan produk derivatif. Penentuan indeks harga saham gabungan dapat diprediksikan dengan cara meramalkan indeks harga saham gabungan berdasarkan data historis. Terdapat dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan peramalan, yaitu : 1. Pengumpulan data harus relevan, berupa informasi yang menghasilkan peramalan menjadi akurat. 2. Pemilihan teknik peramalan dapat mengoptimalkan informasi data. Sedangkan untuk memilih teknik peramalan secara akurat, harus mempertimbangkan : 1. Mendefinisikan sifat dari masalah yang akan diramalkan. 2. Menjelaskan sifat data 3. Menjelaskan kelebihan dan keterbatasan teknik peramalan 4. Menentukan beberapa kriteria di mana pemilihan keputusan dapat dibuat Peramalan dilakukan untuk mengestimasi suatu perilaku data berdasarkan analisis dan pengolahan data historis. Data historis mempunyai keterkaitan terhadap analisis karakteristik dan pola data. Pola data menggambarkan suatu kecenderungan tertentu yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan suatu peramalan. Peramalan dapat dilakukan jika sudah diperoleh trend pola data yang merupakan model dari perilaku data pada waktu tertentu. Pembuatan model indeks harga saham gabungan dapat dibuat dengan menggunakan model statistika seperti moving average, dekomposisi dan arima. Model tersebut diperoleh dengan melakukan simulasi data sampai diperoleh model terbaik, namun tidak dapat mendekati trend data lebih cermat, karena konstanta pemulusan tidak didasarkan atas pergerakan data. Teknik peramalan statistik menitik beratkan pada pola, perubahan pola dan faktor gangguan akibat pengaruh acak. Data harus dapat didekomposisikan seperti trend, siklus, musiman dan ketidakteraturan. Peramalan menghasilkan suatu model sebagai acuan peramalan indeks harga saham gabungan. Peramalan IHSG dengan teknik statistik memilki kelemahan dalam pemodelan. Model yang dihasilkan hanya diuji secara statistik, tidak diuji dengan pendekatan model terhadap setiap data, artiny a pengenalan pola data tidak diperhatikan. Pembuatan model peramalan dengan menggunakan neural network dapat menghasilkan model yang dapat mendekati semua data, sehingga model yang diperoleh merupakan model terbaik dari training data yang dilakukan. Disain model neural network menggunakan feedforward dengan menerapkan algoritma backpropagtaion dan genetika dalam pencarian tingkat minimum kesalahan yang dapat diterima oleh semua data. 2

3 2. Perumusan Masalah Peramalan menggunakan metode statistik menghasilkan model yang masih memiliki tingkat kesalahan relatif tinggi, di mana modelnya mengalami uji model berdasarkan standart deviasi tanpa melalui training data atau pendekatan data indeks harga saham gabungan. Hasil ramalan diharapkan dapat menjadi model trend i ndeks harga saham gabungan dengan lebih tepat dan mempunyai keakuratan model tinggi. Melihat kondisi tersebut dibutuhkan suatu metode yang menghasilkan model responsif dan adaptif terhadap perubahan dan fluktuatif data time series pada indeks harga saham gabungan sehingga dapat dijadikan model peramalan, mengingat betapa pentingnya suatu nilai peramalan. Pemulusan trend data dilakukan dengan menerapkan algortima backpropagation dan genetika. 3. Batasan Masalah Peramalan indeks harga saham gabungan menggunakan algoritma backpropagation dan algoritma genetika mempunyai ruang lingkup : 1. Membuat Model Trend IHSG pada Bursa Efek Jakarta 2. Menggunakan Model feedforward dengan algoritma backpropagation 3. Menggunakan Algoritma Genetika untuk mencari tingkat kesalahan minimum Neural Network 4. Uji Model kesesuaian dan kelayakan model menggunakan ukuran statistik standart, ukuran relatif, statistik U-Theil 4. Tujuan Peramalan indeks harga saham gabungan pada bursa efek Jakarta dengan menggunakan algoritma backpropagation dan algoritma genetika mempunyai tujuan : 1. Membuat model trend IHSG dengan pendekatan neural dan algoritma genetika 2. Membandingkan responsif antara algoritma backpropagation dan algoritma genetika terhadap trend IHSG. 3. Meramalkan pergerakan IHSG 5. Metodologi Penelitian Penelitian peramalan indeks harga saham gabungan, melalui 4 tahapan metode sebagai berikut : 1. Tahap studi literatur Melalukkan penggalian pustaka secara intensif untuk memperoleh informasi dan bahan lebih luas dan mengkaji lebih lanjut tentang algoritma backpropagation dan algoritma genetika dengan struktur feedforward 3

4 2. Tahap analisis permasalahan Melakukan pengkajian terhadap permasalahan yang dikaji, mengidentifikasi dan menganalisa data mentah (BEJ) 3. Tahap disain sistem Mendisain neural network dengan menggunakan algoritma backpropagation dan algoritma genetika 4. Tahap analisis sistem dan uji model Melakukan uji coba model dan training data, sehingga diperoleh model yang diharapkan dan menganalisis responsif algoritma backpropagation dan algoritma genetika terhadap trend data IHSG. Penelitian yang diusulkan : Membuat peramalan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada bursa efek jakarta dengan menggunakan algoritma backpropagation dan Algoritma genetika yang diterapkan pada feedforwad untuk memuluskan trend data IHSG. 7. Neural Network Neural mempunyai arsitektur secara pararel distribusi dengan node dan koneksinya dalam jumlah besar. Setiap hubungan menunjuk dari satu node ke node lain dan diasosiasikan dengan bobotnya. Konstruksi sebuah neural net work meliputi : - Menentukan sifat network (topologi, tipe koneksi dan range dari bobot) - Menentukan sifat dari node (aktivitas range dan fungsi) - Menentukan sistem dinamik (inisialisasi bobot, formula kalkulasi dan aturan learning) Untuk input tidak memproses informasi, tetapi hanya mendistribusikan informasi secara sederhana ke unit lainnya. Berdasarkan hubungannya, sebuah network dapat berdasarkan feedforward atau backforward. Feedforward berarti semua koneksi menunjuk pada satu arah saja yaitu dari input menuju ke output layer. Model neural network sebagai berikut : 4

5 Sedangkan diagram skema sebuah neuron dan model feedforward neural network sebagai berikut : a. Diagram skema neuron b. Model feedforward neural network 5

6 8. Algoritma Backprogation Backpropagation network sangat populer pada neural network, dimana tidak mempunyai koneksi feedback tetapi kesalahan terjadi selama backpropagation training. Kesalahan pada penentuan ukuran layer output digunakan sebagai dasar penentuan bobot koneksi antara input dan hidden layer. Penambahan dua set bobot antara dua layer dan menghitung ulang output merupakan proses iterasi yang dibawa sampai kesalahan pada level yang ditoleransi. Momentum parameter dapat juga digunakan pada pemberian scala penentuan dari iterasi sebelumnya dan penambahan untuk iterasi yang sedang terjadi. Backpropagation network melakukan mapping input vektor. Sepasang input dan output vektor dipilih untuk pelatihan (train) network pertama. Satu training sempurna jika bobot set network dapat digunakan untuk menemukan output untuk input baru. Jumlah neuron layer input menentukan dimensi input dan jumlah neuron di layer output menentukan dimensi layer output. Network memberikan image dari vektor baru untuk mamping setiap sekali training, yang memberikan informasi mengenai space input dan output juga menentukan jumlah neuron yang mempunyai input dan output layer. Algoritma backpropagation : Inisialisasi weight untuk random value Input patern X L Propagate Signal forward melalui Network Compute i L pada output layer Compute i L preceding layer dengan propagation Update weight 6

7 Misalkan ik dengan i (neuron hiden layer), k (input hiden layer), I (bias neuron hiden layer) serta C (sum square error) maka : Δλ ji η dc d ij -η N t 1 yt - p j 1 z z f ( x ) (1) t t t i, i t Δ γ j η dc dγ j -η N t 1 yt - p j 1 z z (2) t t t Δ ik η dc d ik -η N t 1 yt - p j 1 ' d z t t i zt f i, i ( xt ) (3) d ik N p dc ' d Δ β i η -η yt - t t i zt f i, i ( xt ) dβ dβ i t 1 j 1 z (4) i Selama pelatihan, tiap unit ouput membandingkan aktivasi komputasi Y k dengan nilai target t k untuk menentukan error yang berhubungan pada pola dengan unit tersebut. Berdasarkan error ini, faktor k (k = 1,, m) dilakukan komputasi. k igunakan untuk mendistribusikan kesalahan pada unit output Y k kembali pada semua unit dalam layer sebelumnya (unit hidden yang berhubungan ke Y k ). Hal ini juga digunakan untuk melakukan update bobot diantara output dan hidden layer. Dalam perilaku yang serupa faktor j (j = 1,, p) dikomputasi untuk tiap hidden unit Zj. Adalah tidak diperlukan untuk melakukan pembelajaran terhadap error pada layer input, tapi j digunakan untuk melakukan update bobot diantara hidden layer dan input layer. Setelah semua faktor telah ditentukan bobot semua layer disesuaikan secara simultan. Penyesuaian terhadap bobot w jk (dari unti hidden Zj pada unit output Y k ) didasarkan pada faktor k dan aktivasi zj dari unit hidden Zj. Penyesuaian pada bobot v ij (dari unit input Xi pada unit hidden Zj) didasarkan pada factor j dan aktivasi x i dari unit input. Tata aturan penulisan yang kita gunakan dalam algoritma pelatihan untuk jaringan backpropagation mengikuti aturan : x Input vektor pelatihan : x = (x 1,, x i, x n ). t Output vaktor target : t = (t 1,, t i, t n ). k j Bagian dari penyesuaian bobot koreksi error untuk w jk yang dikarenakan suatu error dari unit output Y k ; jadi informasi tentang error di unit Y k yang dikembalikan ke hidden unit itu dimasukkan kedalam unit Y k. Bagian dari penyesuaian bobot koreksi error untuk v ij yang dikarenakan informasi yang salah backpropagation dari layer output ke unit hidde Zj. Rata-rata pembelajaran 7

8 Xi Unit input i : untuk sebuah unit input, sinyal input dan sinyal output adalah sama, penamaan, xi. v oj Bias pada unit hidden j. Zj Unit hidden j : Input net ke Zj dinotasikan dengan z_in j : z_in j = v oj + x i v ij Sinyal output (aktivasi) dari Zj dinotasikan dengan zj : zj = f(z_in j ). w ok Bias pada unit output k. Yk Unit output k : Input net ke Yk dinotasikan dengan y_in k : y_in k = w ok + z i w jk Sinyal output (aktivasi) dari Yk dinotasikan dengan y k : y k = f(y_in k ). Secara lebih rinci algoritma backpropagation adalah sebagai berikut : Step 0. Inisialisasi bobot. (Set ke nilai random kecil). Step 1. Ketika kondisi berhenti adalah salah, kerjakan langkah 2-9. Step 2. Untuk tiap pasang pelatihan, kerjakan langkah 3-8. Step 3. Tiap unit input (Xi, i = 1,, n) menerima sinyal input xi dan meneruskan sinyal ini ke semua unit pada layer yang bersangkutan (unit hidden). Step 4. Tiap unit hidden (Z, j = 1,, p) dijumlahkan dengan bobot sinyal input. z_in j = v oj + x i v ij pergunakan fungsi aktivasi ini untuk menghitung sinyal output, zj = f(z_in j ), dan mengirimkan sinyal ini ke seluruh unit pada layer yang bersangkutan (unit output). Step 5. Tiap unit output (Yk, k = 1,, m) dijumlahkan dengan bobot sinyal input, y_in k = w ok + z i w jk dan pergunakan fungsi aktivasi ini untuk menghitung sinyal output, y k = f(y_in k ). Error dari backpropagation : Step 6. Tiap unit output (Yk, k = 1,, m) menerima satu pola target yang cocok untuk pola pelatihan input, syarat perhitungan informasi error ini, 8

9 Step 7. k = (t k - y k ) f (y_in k ), syarat penghitungan bobot koreksi ini (digunakan untuk meng - update w jk nantinya), w jk = k zj, syarat penghitungan bias koreksi ini (digunakan untuk meng - update w ok nantinya), w ok = k, dan mengirimkan k ke unit pada layer sebelumnya. Tiap unit hidden (Yk, k = 1,, p) menjumlahkan ke input delta (dari unit pada layer sesudahnya), _in j = k w jk, kalikan dengan nilai dari fungsi aktivasi untuk menghitungnya syarat informasi error, j = _in j f (z_in j ), hitung koreksi bobot syaratnya (nanti digunakan untuk meng - update v ij v ij = j x i, dan hitung koreksi bias syaratnya (nanti digunakan untuk meng-update v oj ), v oj = j. Meng-upadate bobot dan bias : Step 8. Tiap unit output (Yk, k = 1,, m) update bias dan bobot (j = 0,, p) : w jk (baru) = w jk (lama) + w jk Tiap unit hidden (Zj, j = 1,, p) update bias dan bobot (i = 0,, n) : v ij (baru) = v ij (lama) + v ij. Step 9. Kondisi pemberhentian test. Setelah pelatihan, suatu jaringan neural digunakan hanya pada fase feedforward algoritma pelatihan. Prosedur aplikasinya meliputi antara lain : Step 0. Inisialisasi bobot (dari algoritma pelatihan) Step 2. Untuk tiap vektor input, kerjakan step 2-4. Step 2. Untuk i = 1,, n; set aktivasi dari unit input xi; Step 3. Untuk j = 1,, p : z_in j = v oj + x i v ij; zj = f(z_in j ), 9

10 Step 4. Untuk k = 1,, m : y_in k = w ok + y k = f(y_in k ). z j w jk; 9. Algoritma Genetika (GA) Algoritma genetika mempunyai kemampuan mereproduksi dimana gen dari dua parent akan menghasilkan child, sehingga dapat meningkatkan kemampuan artificial neural network dalam hal : - Optimasi topologi - Training algoritma genetika - Optimasi kontrol parameter Algoritma genetika akan memilih sebuah topologi yang meliputi jumlah hidden layer, jumlah hidden node dan pola interkoneksi. Neural network dapat didisain dengan menggunakan algoritma genetika yang membandingkan dua proses adaptive yaitu proses pencarian melalui data input dan pembelajaran (learning) individual network untuk mengevaluasi pemilihan arsitektur network. Adapaun Komponen ANN sebagai berikut : Struktur - Jumlah layer dan function (input, hidden, output) - Interconnection neuron Encoding - Determination dan merubah weight pada connection antar neuron Recall - Mendapatkan output untuk sebuah input - Input yang sama harus menghasilkan output sama Algoritma genetik (GA) adalah metode adaptif yang digunakan untuk memecahkan persoalan pencarian dan optimasi, yang didasarkan pada proses genetik pada organisme biologis. Selama generasi, populasi alami terlibat dalam prinsip seleksi alami dan prinsip survival of the fittest, yang diajukan oleh Charles Darwin dalam bukunya the origin of species. Dengan meniru proses ini, GA dapat memberikan suatu solusi yang dekat dengan persoalan real, jika pengkodeannya sesuai. Prinsip dasar GA ditemukan pertama kali oleh Holland. GA mensimulasikan proses dalam populasi alami yang mengalami evolusi. Secara alami, individu dalam populasi bersaing untuk mendapatkan sumber daya (resource) semisal makanan, air, dan tempat peristirahatan. Dan juga anggota dalam spesies yang sama sering kali bersaing untuk dapat melakukan reproduksi. Individu yang lebih survive kebanyakan sukses dalam bertahan hidup dan menghasilkan jumlah turunan lebih banyak. Ini mengartikan bahwa gen dari individu yang paling bisa beradaptasi atau indivudu yang lebih fit akan menyebar ke sejumlah individu pada setiap 10

11 turunan generasi. Kombinasi karakteristik yang baik dari nenek moyang yang berbeda serinng kali menghasilkan turunan yang super, dimana nilai fitnessnya lebih besar dari parent-nya. Dengan cara ini, spesies lebih dapat beradaptasi dengan lingkungannya. GA menggunakan analogi langsung dari tingkah laku alami. GA bekerja dengan populasi dari individu, yang masing-masing mempresentasikan solusi terhadap persoalan. Tiap individu mempunyai nilai fitness yang berhubungan dengan seberapa bagus solusi yang diberikan pada persoalan yang ada. Populasi baru didapatkan dari menyeleksi individu terbaik dari suatu generasi dan mengawinkan mereka untuk menghasilkan individu baru. Generasi baru memiliki karakteristik yang dimiliki oleh anggota yang baik pada generasi sebelumnya. Dengan cara ini, setelah beberapa generasi, karakteristik yang baik akan menyebar pada populasi, bercampur dengan karakteristik lain yang bagus. Dengan mengawi nkan lebih banyak individu yang fit, area pencarian akan dieksplorasi. Jika GA didesain dengan baik, populasi akan konvergen dengan solusi optimal dari persoalan. Saat ini, GA telah banyak dikenalsebagai teknik optimasi untuk pencarian nilai optimal dari suatu fungsi atau system. Fungsi atau system disini tidak selalu berarti fungsi matematis semisal dinyatakan dengan f(x,y), tetapi dapat juga berarti fungsi operasional yang dapat menghasilkan nilai. 10. Struktur Algoritma Genetik GA dimulai dari himpunan inisialisasi dari solusi acak yang disebut populasi. Tiap individu dalam populasi dinamakan kromosom, merepresentasikan solusi terhadap persoalan. Mekanisme yang menghubungkan GA dengan persoalan yang dipecahkan, yaitu : - Cara pengkodean solusi ke persoal an pada kromosom, dan - Fungsi evaluasi yang mengembalikan suatu ukuran unjuk kerja kromosom dalam pemecahan masalah. Kromosom adalah string dari symbol, biasanya direpresentasikan dalam binary bit string. Kromosom mengalami sejumlah iterasi yang berurutan yang disebut generasi. Representasi kromosom dalam GA tidak hanya dalam bentuk string biner, kemungkinan representasi yang lain disajikan pada gambar berikut. Selama tiap generasi, kromosom dievaluasi dengan menggunakan beberapa pengukuran fitness. Untuk membuat generasi berikutnya, kromosom baru, yang disebut offspring dibentuk dengan cara : (a) Menyatukan dua kromosom dari suatu generasi dengan operator crossover. (b) Memodifikasi kromosom menggunakan operator mutasi. Kemudian generasi baru dibentuk dengan cara : (a) Seleksi, berhubungan dengan fitness, parents dan offspring. 11

12 (b) Menolak beberapa kromosom yang mempunyai nilai fitness yang rendah untuk menjaga ukuran populasi tetap konstan. Setelah beberapa generasi, algoritma akan konvergen dapat menghasilkan kromosom terbaik, yang diharapkan merepresentasikan solusi optimum terhadap persoalan. Struktur umum dari algoritma genetik dapat digambarkan berikut ini : 1. Inisialisasi populasi kromosom 2. Evaluasi tiap kromosom dalam populasi 3. Buat kromosom baru dengan mengoperasikan operator genetika (crossover dan mutasi) 4. Evaluasi kromosom baru dan sisipkan ke dalam populasi. Jika criteria kromosom terbaik sudah dipenihi, proses berhenti. Jika tidak, kembali ke langkah nomor 3. Inisialisasi bisanya dilakukan dengan acak. Rekombinasi melibatkan crossover dan mutasi untuk mendapatkan offspring. Pada kenyataannya, terdapat dua macam operasi dalam GA : 1. Operasi Genetik : crossover dan mutasi 2. Operasi Evolusi : seleksi 11. Operasi-operasi Pada Algoritma Genetik Crossover adalah operator genetik yang utama. Yang mengoperasikan dua kromosom dan mengenerate offspring dengan mengkombinasikan di antara dua bentuk kromosom tersebut. Cara yang paling sederhana untuk melakukan crossover adalah dengan metode random cut-point, kemudian mengenerate offspring dengan menukar diantara segment pada sebelah kanan dan kiri cut-point. Metode ini dapat bekerja dengan baik dengan representasi bit string. Unjuk kerja GA tergantung pada unjuk kerja operator crossover yang digunakan. Crossover rate (dinotasikan Pc) didefinisikan sebagai presentase besarnya kemungkinan suatu individu untuk melakukan proses crossover terhadap suatu ukuran populasi (dinotasikan dengan pop_size). Rasio ini mengkontrol jumlah Pc x pop_size kromosom untuk melakukan operasi crossover. Crossover rate yang lebih tinggi memungkinkan eksplorasi lebih banyak ruang solusi dan mereduksi kesempatan terjadinya optimum local; tapi jika rate terlalu tingi, akibatnya akan memboroskan waktu komputasi dalam mengeksplorasi daerah yang tidak menjanjikan (unpromising region) untuk mendapatkan solusi yang baik dari suatu ruang solusi. Mutasi adalah operator yang dapat menghasilkan perubahan random pada suatu kromosom. Operator mutasi mengubah satu atau lebih gen secara acak. Dalam GA, mutasi mempunyai peran : (a) Mengganti gen yang hilang dari populasi selama proses seleksi sehingga dapat dicoba lagi dengan konteks yang baru 12

13 (b) Menyediakan gen yang tidak direpresentasikan dalam populasi awal. Mutasi rate (dinotasikan pm) didefinisikan sebagai presentase peruba han gen terhadap total jumlah gen dalam populasi. Mutasi rate mengkontrol rate dari gen baru yang dikenalkan ke dalam populasi untuk dicoba. Jika rate terlalu rendah, banyak gen yang tidak berguna tidak pernah dicoba, tapi jika terlalu tinggi akan bersifat terlalu acak,akibatnya offspring mulai kehilangan kemiripan dengan parent, dan algoritma kehilangan kemampuannya untuk belajar dari history of search. GA berbeda dari optimasi konvensional dan prosedur search dalam beberapa hal yang mendasar, seperti yang dinyatakan oleh Golberg yaitu : 1. GA bekerja dengan pengkodean himbunan solusi, bukan pada solusi itu sendiri 2. Pencarian GA dari populasi solusi, bukan dari solusi tunggal 3. GA menggunakan informasi fungsi fitness, bukan penurunan atau dari pengetahuan tambahan 4. GA menggunakan aturan yang meniru meknisme alami yang menggunakan probabilistic transition untuk mengimplementasikan penggunaan operator genetik (crossover dan mutasi) dan bukan berdasarkan aturan deterministik. 13

14 12. Disain a. Diagram Alur Prose s Sistem DATA HISTORIS IHSG - BEJ PREPROCESSING Normalisasi Data PROCESSING AlgoritmaBackpropagation Algoritma Genetika MODEL Peramalan Trend IHSG UJI MODEL Statistik Standart Statistik U-Theil 14

15 b. Disain Feedforward Backpropagation -1 X t (1) t (1) X t (n) Fungsi aktivasi : F, (x) = 2 / (1+exp(- x + ) -1 Dimana : - x : n-dimensional input vektor - = [ 1,..., n] weight vector - = bias Fungsi deaktivasi : F, (x) = (2 / ) [1+ F, (x)] [1 - F, (x)] Sedangkan disain untuk feedforward yaitu : a. Layer Input : 1 b. Layer Hiden : 36 c. Layer Output : 1 15

16 c. Disain ANN dengan GA Data Inisialisasi Pop Awal Populasi Individu dalam satu generasi Susunan Kromosom Kromosom Terbaik Fungsi evaluasi Fitnes Pilih operasi genetika PC PR PM Cross Over Mutasi Reproduksi Pilih 2 individu Pilih 1 individu Pilih 1 individu Proses Crossover Proses mutasi Proses reproduksi Populasi Baru 16

17 d. Disain Training Arsitektur Training Uraian Backpropagation NN menggunakan training BPN dengan struktur input 1, hiden 36, output 1 ForwardPropagation GA Penerapan GA diharapkan dapat meningkatkan performance NN dan memuluskan pengaruh trend Disain NN dengan Backpropagation : - Layer Input : 1 - Layer Hiden : 36 - Layer Output : 1 - F. Aktivasi : bipolar sigmoid - Jumlah Data : 30 Disain GA Training - P Crosover : 0,6 - P mutasi : 0,1 - P reproduksi : 0,3 - F. Aktivasi : bipolar sigmoid - m : 40 kromosom (Crossover, mutasi,reproduksi) - Iterasi : 100 generasi - Populasi : 40 kromosom 17

18 DAFTAR PUSTAKA Antognetti and Milutinovic (1991). Neural Networks: Concepts, Applications, and Implementations, Vol. II. Prentice Hall, New Jersey. Bart Kosko (1992). Neural Network and Fuzzy Systems : A Dinamical Systems Approach to Machine Intelegence. Prentice-Hall, Inc. Lincolin Arsyad (1997). Peramalan Bisnis. Edisi ketiga, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta Makridakis S (1992). Metode dan Aplikasi Peramalan. Penerbit Erlangga, Jakarta. Marcelo C. M and Alvaro Veiga (2000). A Hybrid Linear-Neural Model for Time Series Forecasting. IEEE Transactions on Neural Netwrok, Vol 11, no. 6 Mike Cattolico (2000). A Computational Intelligence Approach to Financial Forecanting. Valuru, B. Rao (1993). C++ Neural Network and Fuzzy Logic. MIS Press, New York. 18

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 65-72 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Literatur Algoritma genetik merupakan salah satu algoritma yang biasanya digunakan dalam optimalisasi data. Namun penggunaan algoritma genetik dalam melakukan peramalan

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Digunakan untuk meminimalkan error pada output yang dihasilkan oleh jaringan. Menggunakan jaringan multilayer. Arsitektur Jaringan Proses belajar & Pengujian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam bab ini diasumsikan sebagai data perkiraan harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. Dengan demikian dapat disusun model Fuzzy

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Pengangguran Terbuka di Indonesia menggunakan Metode Genetic-Based Backpropagation

Prediksi Jumlah Pengangguran Terbuka di Indonesia menggunakan Metode Genetic-Based Backpropagation Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 4, April 2017, hlm. 341-351 http://j-ptiik.ub.ac.id Prediksi Jumlah Pengangguran Terbuka di Indonesia menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

Studi Modifikasi standard Backpropagasi

Studi Modifikasi standard Backpropagasi Studi Modifikasi standard Backpropagasi 1. Modifikasi fungsi objektif dan turunan 2. Modifikasi optimasi algoritma Step Studi : 1. Studi literatur 2. Studi standard backpropagasi a. Uji coba standar backpropagasi

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) A-31

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) A-31 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol 4, No2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-31 Perbandingan Performansi Metode Peramalan Fuzzy Time Series yang Dimodifikasi dan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation (Studi

Lebih terperinci

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari 2010 50 Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur Dengan Menggunakan Algoritma Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang)

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang) Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang) Hadi Syahputra Universitas Putra Indonesia YPTK Padang E-mail: hadisyahputra@upiyptk.ac.id

Lebih terperinci

Prediksi Harga Emas Batang Menggunakan Feed Forward Neural Network Dengan Algoritme Genetika

Prediksi Harga Emas Batang Menggunakan Feed Forward Neural Network Dengan Algoritme Genetika Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 8, Agustus 2018, hlm. 2317-2322 http://j-ptiik.ub.ac.id Prediksi Harga Emas Batang Menggunakan Feed Forward Neural

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK Rudy Adipranata 1) Felicia Soedjianto 2) Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA

STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA (Agustinus N., et al. STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA Agustinus Noertjahyana

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek Rudy Adipranata 1, Felicia Soedjianto 2, Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 441-450 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PREDIKSI DATA HARGA SAHAM HARIAN MENGGUNAKAN FEED FORWARD NEURAL

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Karyawan atau tenaga kerja adalah bagian

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output

Lebih terperinci

WAVELET -JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI DATA TIME SERIES

WAVELET -JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI DATA TIME SERIES J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 4, No. 2, November 2007, 53 64 WAVELET -JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI DATA TIME SERIES Daryono Budi Utomo Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi

Lebih terperinci

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Penerapan Neural Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Klasifikasi citra penginderaan jarak jauh (inderaja) merupakan proses penentuan piksel-piksel masuk ke dalam suatu kelas obyek tertentu. Pendekatan

Lebih terperinci

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Kun Siwi Trilestari [1], Ade Andri Hendriadi [2] Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Singaperbanga Karawang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital BAB II DASAR TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f (x,y) dua dimensi,dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem dan Informasi 2.1.1 Sistem Menurut Sutabri (2004), bahwa sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya berfungsi untuk mencapai

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika Algoritma Genetika Pendahuluan Struktur Umum Komponen Utama Seleksi Rekombinasi Mutasi Algoritma Genetika Sederhana Referensi Sri Kusumadewi bab 9 Luger & Subblefield bab 12.8 Algoritma Genetika 1/35 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

PREDIKSI TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIKA. Rita Rismala 1, Said Al Faraby 2

PREDIKSI TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIKA. Rita Rismala 1, Said Al Faraby 2 PREDIKSI TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIKA Rita Rismala 1, Said Al Faraby 2 1,2 Prodi S1 Informatika, Fakultas Informatika, Universitas Telkom 1 ritaris@telkomuniversity.ac.id,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Saham Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan, dalam suatu perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk deviden dan capital gain. Artinya

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Mobil Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Certainty Factor

Peramalan Penjualan Mobil Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Certainty Factor 23 Peramalan Penjualan Mobil Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Certainty Factor Fachrudin Pakaja, Agus Naba dan Purwanto Abstrak Prediksi penjualan adalah salah satu cara untuk meningkatkan laba perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan Peramalan Inventory Barang

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Kebutuhan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika

Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika 1 Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika Annisti Nurul Fajriyah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Estimasi Needs

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Pegawai atau karyawan merupakan

Lebih terperinci

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network Neural Network (NN) adalah suatu prosesor yang melakukan pendistribusian secara besar-besaran, yang memiliki kecenderungan alami untuk menyimpan suatu pengenalan yang pernah dialaminya, dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB II NEURAL NETWORK (NN) BAB II NEURAL NETWORK (NN) 2.1 Neural Network (NN) Secara umum Neural Network (NN) adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. NN ini merupakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Bagus Priambodo Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana e- mail : bagus.priambodo@mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Artificial Neural Network Artificial neural network (ANN) / jaringan saraf tiruan adalah konsep yang merefleksikan cara kerja dari jaringan saraf biologi kedalam bentuk artificial

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan dengan Pembelajaran Algoritma Genetika dan Diversitas untuk Deteksi Kelas Penyakit

Jaringan Syaraf Tiruan dengan Pembelajaran Algoritma Genetika dan Diversitas untuk Deteksi Kelas Penyakit Jaringan Syaraf Tiruan dengan Pembelajaran Algoritma Genetika dan Diversitas untuk Deteksi Kelas Penyakit Abidatul Izzah 1), Ratih Kartika Dewi 2) 1)2) Jurusan Teknik Informatika ITS Surabaya Jl. Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umum 2.1.1 Genetic Algorithm Genetic algorithm adalah suatu algoritma yang biasanya digunakan untuk mencari solusi-solusi yang optimal untuk berbagai masalah

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation 1 Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Reza Subintara Teknik Informatika, Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Perusahaan Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan pengadaan suku cadang computer. Dalam bidang tersebut diharuskan berbadan hukum PD,

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan

Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan Kusuma Dewangga, S.Kom. Jurusan Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Jl. Bulaksumur, Yogyakarta kusumadewangga@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan tugas akhir ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian penjadwalan, algoritma

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: A-222

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: A-222 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 A-222 Implementasi Algoritma Genetika pada Struktur Backpropagation Neural Network untuk Klasifikasi Kanker Payudara Adam Mizza Zamani, Bilqis Amaliah

Lebih terperinci

NEURAL NETWORK BAB II

NEURAL NETWORK BAB II BAB II II. Teori Dasar II.1 Konsep Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network) Secara biologis jaringan saraf terdiri dari neuron-neuron yang saling berhubungan. Neuron merupakan unit struktural

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

SIMULASI DAN PREDIKSI JUMLAH PENJUALAN AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (Study Kasus: PDAM TIRTA KEPRI) Ilham Aryudha Perdana

SIMULASI DAN PREDIKSI JUMLAH PENJUALAN AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (Study Kasus: PDAM TIRTA KEPRI) Ilham Aryudha Perdana SIMULASI DAN PREDIKSI JUMLAH PENJUALAN AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (Study Kasus: PDAM TIRTA KEPRI) Ilham Aryudha Perdana Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION

PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 20 (SNATI 20) ISSN: 19-5022 Yogyakarta, 16 Juni 20 PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Perceptron 2. ADALINE 3. MADALINE 2 Perceptron Perceptron lebih powerful dari Hebb Pembelajaran perceptron mampu menemukan konvergensi terhadap bobot yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada penelitian machine learning banyak sekali diperbincangkan tentang perilaku belajar mesin (komputer) agar mampu belajar dan berpikir cerdas layaknya manusia yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA

TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA Iwan Suhardi, Toleransi Jaringan Syaraf Tiruan TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA Iwan Suhardi Jurusan

Lebih terperinci

Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah memin

Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah memin BACK PROPAGATION Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output yang dihasilkan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

Peramalan Data IHSG Menggunakan Metode Backpropagation

Peramalan Data IHSG Menggunakan Metode Backpropagation Peramalan Data IHSG Menggunakan Metode Backpropagation Seng Hansun Program Studi Teknik Informatika, Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, Indonesia hansun@umn.ac.id Diterima 31 Agustus 2012 Disetujui

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, Desember 2014 : 55-10 PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Nurmahaludin (1) (1) Staff Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

PREDIKSI DATA HARGA SAHAM HARIAN MENGGUNAKAN FEED FORWARD NEURAL NETWORKS (FFNN) DENGAN PELATIHAN ALGORITMA GENETIKA

PREDIKSI DATA HARGA SAHAM HARIAN MENGGUNAKAN FEED FORWARD NEURAL NETWORKS (FFNN) DENGAN PELATIHAN ALGORITMA GENETIKA PREDIKSI DATA HARGA SAHAM HARIAN MENGGUNAKAN FEED FORWARD NEURAL NETWORKS (FFNN) DENGAN PELATIHAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus pada Harga Saham Harian PT. XL Axiata Tbk) SKRIPSI Disusun oleh : IRA PUSPITA

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) 1 Musli Yanto, 2 Sarjon Defit, 3 Gunadi Widi Nurcahyo

Lebih terperinci

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi yang digambarkan sebagai berikut

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama dua

Lebih terperinci

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA Anggi Purnama Undergraduate Program, Computer Science, 2007 Gunadarma Universiy http://www.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS LEARNING RATES PADA ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES

ANALISIS LEARNING RATES PADA ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES ANALISIS LEARNING RATES PADA ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES Thomas Brian Universitas Trunojoyo Madura Bangkalan, Indonesia thomasbrian2112@yahoo.com Abstrak Salah satu algoritma

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA BELAJAR JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

PERANCANGAN ALGORITMA BELAJAR JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) Jurnal POROS TEKNIK, Volume 5, No. 1, Juni 2013 : 18-23 PERANCANGAN ALGORITMA BELAJAR JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR

ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR Jurnal Barekeng Vol. 8 No. Hal. 7 3 (04) ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR Analysis of Backpropagation Artificial Neural Network to

Lebih terperinci

Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi

Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi Rahman Aulia Universitas Sumatera Utara Pasca sarjana Fakultas Ilmu Komputer Medan, Indonesia Rahmanaulia50@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 Peramalan Harga Indeks Saham Hang Seng dengan Menggunakan Jaringan

Lebih terperinci