BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Pengaruh Diameter Injektro Terhadap Sudut Semprot (Sumber : Vinukumar, 2012)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Pengaruh Diameter Injektro Terhadap Sudut Semprot (Sumber : Vinukumar, 2012)"

Transkripsi

1 3 BAB II DASAR TEORI.1 Penelitian-Penelitian Sebelumnya Nasim (010), membahas tentang daya mesin CI (Compression ignition) mengunakan minyak nabati pada variabel temperatur masuk bahan bakar. Suhu masuk bahan bakar adalah satu-satunya parameter yang merubah performa mesin dikaitkan dengan perubahan temperatur. Hasil penelitian menunjukan bahwa temperatur minyak nabati meningkat menyebabkan viskositas minyak nabati menurun. Densitas minyak nabati menurun dengan peningkatan temperatur minyak nabati. Daya yang dihasilkan minyak nabati sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar diesel biasa. Ini jelas menunjukkan bahwa kinerja putaran mesin bahan bakar nabati bisa melebihi operasi bahan bakar diesel. Adanya peningkatan yang signifikan dalam emisi Nox (nitrogen oxides) menggunakan bahan bakar minyak nabati dibandingkan dengan bahan bakar diesel. Vinukumar (01), meneliti tetang perbedaan viskositas mempengaruhi karakteristik semprot pada injektor. Hasil Penelitian menunjukan bahwa minyak tanah memiliki sudut semprot dari 51, 49, 45, 43, 40 dan 35 pada tekanan injeksi 3 bar,,5 bar, bar, 1.5 bar, 1 bar dan 0,5 bar, dengan diameter yang sama. Peningkatan tekanan juga akan meningkatan laju aliran massa minyak tanah yaitu kg/s, kg/s, kg/s, kg/s, kg/s, kg/s. Gambar.1 menunjukan pembesaran diameter injektor dapat mempengaruhi ukuran sudut semprot. Gambar.1 Pengaruh Diameter Injektro Terhadap Sudut Semprot (Sumber : Vinukumar, 01)

2 4 Kewas (013), melakukan penelitian campuran minyak kelapa didalam bahan bakar diesel dapat mempengarui sudut sebaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin banyak kandungan minyak kelapa pada bahan bakar diesel mengakibatkan sudut semprot semakin kecil. Hal ini tejadi akibat kenaikan nilai viskositas campuran bahan bakar ini yang semakin tinggi. Gambar. menunjukan penigkatan persentase campuran minyak kelapa pada bahan bakar diesel mempengaruhi sudut semprot. Gambar. Sudut Semprot Pada Berbagai Persentase Volume Minyak Kelapa Pada bahan bakar disel ( Sumber : Kewas, 013) Patra (013), mengemukakan bahwa peningkatan temperatur minyak meningkatkan sudut semprot. Hal Ini terjadi akibat penurunan viskositas minyak dengan peningkatan temperatur.. Minyak Kelapa Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang dibuat dari daging buah kelapa yang diproses secara tradisonal dan fermentasi. Minyak kelapa dipakai masyarakat sebagai minyak goreng dalam kebutuhan sehari-hari. Menurut Yurnaliza (007) Selain minyak kelapa berfungsi sebagai penghantar panas, minyak ini juga dimanfaatkan dalam industri sebagai bahan dalam pembuatan sabun, mentega, dan kosmetik.

3 5.3 Pembuatan Minyak Kelapa Gambar.3 Minyak Kelapa (Sumber: Menurut Sigi (01) pembuatan minyak kelapa dapat dilakukan dengan cara tradisional/secara basah dan fermentasi..3.1 Pengolahan Minyak Kelapa Secara Tardisional /Secara Basah 1. Pengupasan dan Pencukilan Kelapa yang digunakan untuk membuat minyak kelapa harus cukup tua. Kelapa yang masih muda kadar lemaknya sedikit, sedangkan yang terlalu tua mutu minyaknya rendah karena kadar asam lemak bebas tinggi. Kelapa dibuang sabutnya, dipecah, dibuang airnya dan dicungkil. Kemudisn dicuci sampai bersih.. Pemarutan Kelapa yang telah dicungkil kemudian mengalami pemarutan. Pemarutan dapat dilakukan dengan tangan atau dengan alat pemarut mekanis. Yang perlu diperhatikan dalam proses pemarutan adalah sebisa mungkin hindarkan dari logam-logam seperti besi, atau tembaga. 3. Ekstraksi/Pemerasan Ekstraksi minyak adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari proses pemerasan. Pembuatan minyak kelapa secara basah dari bahan daging buah kelapa segar dilakukan dengan menambahkan air ke dalam daging buah kelapa segar yang telah diparut dengan alat pemarut, disertai dengan bantuan tekanan atau pemerasan sampai diperoleh santannya. Jumlah air yang ditambahkan berkisar antara 150 % sampai 50 % dari berat daging buah kelapa segar yang diolah.

4 6 4. Pemisahan santan kelapa Santan diendapkan beberapa saat, atau dipanaskan sampai hangat agar krim santan memisah dari air santan Bagian atas disebut santan kepala dan di bagian bawah disebut air santan Air santan dipisahkan dari santan kepala dengan cara menghisap air santan tersebut dengan menggunakan selang plastik dan karet penghisap. Selanjutnya krim dipisahkan dan dimasukkan dalam wadah terpisah (biasanya wajan). 5. Pemanasan Krim Santan Krim santan (kanil) dipanaskan dalam wadah terbuka selama 3 sampai 4 jam. Selama pemanasan atau pemasakan, air akan menguap dan protein akan menggumpal menjadi ampas minyak kelapa. 6. Pemisahan Ampas minyak kelapa Minyak yang sudah berwarna kuning dapat dipisahkan dari ampas minyak kelapa dengan menggunakan kain saring dan dipres secara manual (hand press). Minyak yang diperoleh dipanaskan kembali pada suhu 100 sampai 105 C untuk menguapkan sebagian air yang masih terdapat dalam minyak..3. Pengolahan Minyak Kelapa dengan Cara Fermentasi Adapun tahap pengolahan minyak kelapa dengan cara fermentasi adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan Santan Kelapa Tahap pembuatan santan kelapa sama dengan tahap pembuatan santan kelapa pada pengolahan minyak kelapa secara tradisional, yaitu pengupasan, pemarutan, ekstraksi/pemanasa, dan pemisahan santan kelapa.. Peragian/Fermentasi Setelah diperoleh santan kelap dilakukan pemanbahan ragi roti. Setiap kilogram kelapa parut membutuhkan kurang lebih 0.1 gram ragi. Ragi dilarutkan ke dalam kurang lebih 10 ml air hangat sambil dihancurkan. Ragi yang telah larut semua dimasukkan ke dalam santan kepala dan diaduk sampai merata. Kemudian santan kepala difermentasi selama 4 jam. Keesokan harinya dapat dilihat bahwa santan kepala tersebut sudah terbagi menjadi yaitu minyak dan ampas minyak kelapa

5 7 3. Pemanasan Untuk memudahkan pemisahan, minyak dan ampas minyak kelapa perlu dipanaskan. Pemanasan dilakukan sampai ampas minyak kelapa menggumpal, sehingga mudah disaring. Tiap kilogram kelapa hanya memerlukan waktu pemanasan kurang lebih menit. Jika pemisahan kurang sempurna diperlukan waktu sampai 0 menit..4 Minyak Kelapa Sebagai Bahan Bakar Bahan bakar (fuel) merupakan senyawa kimia, terutama yang tersusun atas karbon (C) dan Hidrogen (H). Bila senyawa tersebut bereaksi dengan oksigen pada tekanan tertentu dan suhu tertentu akan menghasilkan produk berupa gas dan sejumlah energi panas (Yeliana, 004). Minyak kelapa memiliki sifat fisik yang ditunjukan pada table.1. Komposisi asam lemak pada minyak kelapa dapat dilihat pada table.. Tabel.1 Sifat Fisik Bahan Bakar Minyak kelapa Sifat Satuan Minyak Kelapa 40 C mm²/s 30 5 C Kg/m³ 0,915 Teganan permukaan* dyne/cm 33,4 Titik didih** C 5 Flash Point C 10 Calorific value MJ/kg 37 Carbon residue Mass % 0,40 Sulphur content mg/kg 0 Cetane Index 40 (Sumber : Raghavan, 010; Aykas, 01*; Darmoyuwono, 006**)

6 8 Tabel. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa (Sumber : Gervajio, 005).5 Kompor Bertekanan Kompor bertekan merupakan kompor yang dapat merubah bahan bakar dari fase cair menjadi fase gas atau uap dan membakarnya dengan oksigen sehingga menyala serta menghasilkan energi panas (Yunita, 008). Kompor bertekan memiliki beberapa bagian antara lain: a. Nosel Nosel adalah alat untuk meningkatkan kecepatan fluida dan menurunkan tekanan (Sudjito, 014). Hal-hal penting yang berhubungan dengan persamaan energi untuk nosel adalah sebagai berikut : 1. Q 0. Rate perpindahan panas antara fluida yang melalui nosel dan dengan lingkungan pada umumnya sangat kecil, bahkan meskipun alat tersebut tidak diisolasi. Hal tersebut disebabkan karena kecepatan fluida yang relatif cepat.. W = 0. Kerja untuk nosel tidak ada, karena bentuknya hanya berupa saluran sehingga tidak melibatkan kerja poros ataupun kerja listrik. 3. ke 0. Kecepatan yang terjadi dalam nosel adalah sangat besar, sehingga perubahan energi kinetik tidak bisa diabaikan. 4. pe 0. Pada umumnya perbedaan ketinggian ketika fluida mengalir melalui nosel adalah kecil, sehingga perubahan energi potensial dapat diabaikan.

7 9 Gambar.5 Skematik Nosel (Sumber: Sudjito, 014) Selama proses aliran steady, hal yang terpenting untuk dianalisa adalah mass flow rate ( m ). Persamaan laju aliran massa untuk nosel dalam sebuah volume atur (VA) adalah sebagai berikut : m (kg/s)... (.1) atau 1 m... (.) 1V1 A1 V A atau 1 V1 A v V A... (.3) v Dimana: = densitas (kg/m 3) v = volume spesifik (m 3 /kg) V = kecepatan aliran (m/s) A = luas penampang normal terhadap arah aliran (m ) Selama proses aliran steady total energi dalam sebuah volume atur adalah konstan (E CV = konstan). Sehingga perubahan total energi selama proses adalah nol (E CV = 0). Sehingga jumlah energi yang memasuki sebuah volume atur dalam semua bentuk (panas, kerja, transfer massa) harus sama dengan energiyang keluar untuk sebuah proses aliran steady.

8 10 V V1 Q W Σm (h g z ) Σm 1(h1 g z1 ) (kw)... (.4) V V1 q w h h1 g( z z q w 1 V h1 h ke pe h V atau V V1 Q W m h h1 g( z z1) (kw)... (.5) jika persamaan.7 di bagi dengan maka : 1 )... (.6)... (.7) dimana : Q q (panas perunit massa, kj/kg) m W w (kerja perunit massa, kj/kg) m Dari persamaan.7 dimana Q 0, W = 0, dan pe 0 maka persamaan energi untuk nosel menjadi: Dimana : Q = Kalor (kj) W = Kerja (kj) h = entalpi (kj/kg) V = kecepatan aliran (m/s) z = ketinggian sistem (m) m = laju aliran massa (kg/s) g = gravitasi bumi (9,8 m/s²)... (.8)

9 11 b. Pompa Pompa adalah suatu peralatan mekanik yang digerakkan oleh suatu sumber tenaga yang digunakkan untuk memindahkan cairan (fluida) dari suatu tempat ke tempat lain, dimana cairan tersebut hanya mengalir apabila terdapat perbedaan tekanan. c. Saluran penyalur bahan bakar dari tangki menuju nosel. Berfungsi sebagai penyalur bahan bakar dari tangki menuju nosel, dimana selama proses penyaluran bahan bakar ikut dipanasi oleh proses pemanasan awal (preheating)..6 Atomisasi (Pengabutan ) Cairan Atomisasi adalah proses pembuatan tetesan cairan di dalam fase gas. Tujuan atomisasi adalah meningkatkan luas permukaan cairan dengan cara memecahkan tetesan cairan menjadi banyak tetesan kecil. Proses atomisasi dimulai dengan mendorong cairan melalui sebuah nosel. Terdorongya cairan dengan bantuan geometri nosel menyebabkan cairan diubah menjadi bongkahan-bongkahan kecil. Bongkahan ini selanjutnya pecah menjadi pecahan yang sangat kecil yang biasanya disebut dengan droplet/tetesan atau partikel cairan (Pardede, 01). Menurut Somerkallio (011) terjadi tiga tahap proses atomisasi saat cairan keluar melalui nozzle adalah lembaran tipis (sheet) akan membentuk ikata (ligament) dan kemudian ligament pecah menjadi tetesan/butiran (droplet). Gambar.6 Tiga Tahap Proses Atomisasi (Sumber: Somerkallio, 011) Setiap semburan (spray) menghasilkan suatu rentang besar butir, rentang ini dinyatakan sebagai distribusi besar butir (drop size distribution). Distribusi besar butiran ini tergantung pada jenis nosel yang digunakan. Menurut Graco (1995), ada berbagai faktor yang mempengaruhi ukuran dari tetesan (droplet). Diantara faktorfaktor tersebut adalah sifat-sifat cairan, seperti tegangan permukaan, viskositas, dan densitas.

10 1.6.1 Tegangan Permukaan Menurut Muliawati (006) tegangan permukaan cairan adalah kerja yang dilakukan untuk memperluas permukaan cairan dalam satuan luas Gaya tarik menarik molekul molekul dalam cairan sama ke segala arah, tetapi molekulmolekul pada permukaan cairan lebih tertarik ke dalam cairan. Hal ini disebabkan karena jumlah molekul dalam fase uap lebih kecil daripada fase cair. Akibatnya zat cair selalu berusaha mendapatkan luas permukaan terkecil. Oleh karena itu, tetesan tetesan cairan dan gelembung gelembung gas berbentuk bulat dan mempunyai luas permukaan terkecil. Tabel.3 Tegangan Permukaan Minyak SurfaceTension (dyne/cm) Coconut Oil 33,4 sunflower oil 33,5 Cotton seed Oil 35,4 olive oil 33.0 Kerosene* 7,7 (Sumber : Aykas, 01; Shoba, 011*) Tegangan permukaan cenderung untuk menstabilkan cairan, mencegah cairan menjadi droplet yang lebih kecil. Cairan dengan ketegangan permukaan yang lebih tinggi cenderung memiliki ukuran rata-rata droplet yang lebih besar pada atomisasi. Dapat dilihat pada tabel.3 menunjukan perbedaan tegangan permukaan beberapa minyak nabati dapat mempengaruhi ukuran droplet..6. Viskositas Viskositas cairan adalah suatu angka yang menyatakan besarnya perlawanan/ hambatan/ ketahanan suatu bahan bakar minyak untuk mengalir atau ukuran besarnya tahanan geser dari bahan bakar minyak. Viskositas cairan menurun dengan peningkatan temperatur. Viskositas suatu cairan diukur dengan viscometer. Dalam sistem cgs, satuan viskositas adalah poise atau centipoise = 0,001 poise dimana 1 poise = 1 gr/s.cm. Macam-macam viskositas berserta satuanya adalah sebagai berikut 1. Vicosity Relative Vicosity Relative adalah perbandingan dari viscosity suatu cairan terhadap air pada temperatur 68 F (diamana viscosity dari air 68 F adalah 1.00 centipoise).. Vicosity Kinematik ( )

11 13 Vicosity Kinematik adalah viscosity (centipoise) dibagi specific gravity yang diukur pada suhu yang sama. Satuannya dalam stokes atau centistokes (1 stokes = 1cm²/sec). Specific gravity adalah density bahan bakar dibagi dengan density air pada temperatur yang sama atau dapat didifinisikan sebagai perbandingan berat dari bahan bakar minyak pada temperatur tertentu terhadap air pada volume dan temperatur yang sama. 3. Saybolt Universal Viscosity Saybolt Universal Viscosity (SUS atau SSU) adalah viscosity dari suatu cairan yang diukur dalam satuan waktu dengan mengunakan tabung 60 cc yang dibawahnya diberi orifice yang dilaksanakan pada suhu tetap. 4. Saybolt Furol Viscosity Saybolt Furol Viscosity adalah viscosity yang diukur dengan prosedur yang sama dengan Universal Viscosity, tetapi mengunakan orifice dengan diameter yang lebih besar. Viscosity dari minyak bakar (heavy oil) diukur dengan Furol Viscosity pada suhu 1 atau 10 F. 5. Red Wood Viscosity dan Engler Viscosity Red Wood Viscosity merupakan ukuran viscosity yang digunakan di Inggris, demikian juga Engler Viscosity merupakan ukuran viscosity yang digunakan di jerman. 6. Viscosity Index Viscosity Index adalah suatu sistem empiris untuk menunjukan kecepatan perubahan viscosity dari minyak terhadap perubahan suhu. Viscosity Index merupakan index kepekaan viscosity terhadap perubahan suhu. Pengukuran nya didasarkan pada perbandingan dari viscosity minyak bumi yang dipilih dengan harga batas maksimum 100, sedangkan harga batas minimum adalah 60. Minyak dengan index di atas 100 dapat dibuat dari berbagai macam campuran minyak bumi dan penambahan additive. Viskositas cairan memiliki pengaruh pada ukuran droplet. Viskositas menyebabkan fluida cenderung untuk mencegah pemecahan cairan dan mengarah ke ukuran droplet yang rata-rata lebih besar yang ditunjukan pada gambar.7. Tabel.4 menunjukan viskositas akan menurun dengan peningkatan temperatur.

12 14 Tabel..4 Viskositas Minyak Temperature ( C) Gambar.7 Pengaruh Viskositas Terhadapa Ukuran Droplet (Sumber : Graco, 1995) Kinematic Viscosity centistoke (cst) Kerosene Oil Coconut Oil Soybean Oil ,49 5, (Sumber : Angaitkar, 013)

13 Densitas/Massa Jenis Densitas adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi densitas suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Densitas rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. m... (.9) V Dimana: ρ adalah massa jenis (kg/m 3 ) m adalah massa (kg) V adalah volume (m 3 ) Densitas menyebabkan cairan mempertahankan akselerasi. Densitas serupa dengan sifat-sifat baik tegangan permukaan dan viskositas. Densitas yang tinggi cenderung menghasilkan ukuran tetesan yang rata-rata lebih besar. Tabel.5 menunjukan perbedaan densitas minyak. Tabel.5 Densitas Minyak Density (ρ) (Kg/m 3 ) Kerosene Oil 80.1 Coconut Oil 94 Soybean Oil 96 (Sumber : Angaitkar, 013) Menurut Olson (1999) tekanan juga mempengaruhi ukuran droplet. Gambar.8 menunjukan peningkatan tekanan akan memperkecil ukuran droplet sedangkan penurunan tekanan akan memperbesar ukuran droplet seperti yang. Jika tekanan meningkat dari Psi, diameter droplet berkurang sekitar 8% dan meningkatannya tekanan Psi mengurangi diameter droplet sekitar 11%.

14 16 Tekanan 3 Psi Tekanan 10 Psi.7 Spray Characteristics Tekanan 100 Psi Tekanan 300 Psi Gambar.8 Pengaruh Tekanan Terhadap Ukuran Droplet (Sumber : Olson,1999) Menurut (Zakaria, 011) spray characteristics meliputi spray tip penetration, Spray angle and spray pattern..7.1 Spray Tip Penetration Menurut Majhool (01) Spray tip penetration adalah jarak aksial antara lubang injektor ke lokasi terjauh dapat ditempuh dengan spray droplets. Gambar.9 menunjukan Spray tip penetration pada injektor. Gambar.9 Spray Tip Penetration (Sumber : Majhool, 01)

15 17.7. Spray Angle Sudut semprot (spray angle) adalah sudut yang terbentuk dari semburan pada nosel. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sudut semprot (spray angle adalah Tekanan, diameter lubang nosel, viskositas. Gambar.10 menunjukan bahwa tekanan dan diameter lubang nosel dapat mempengarui sudut semprot (Vinukumar, 01). Peningkatan tekanan dan pembesaran diameter lubang nosel pada injektor akan meningkatakan sudut semprot. Gambar.10 Pengaruh Tekanan dan Diameter Lubang Nosel Terhadap Spray Angle (Sumber : Vinukumar, 01) Menurut Kewas (013) bahan bakar diesel memiliki sudut semprot 13,6 sedangkan 7,4 pada minyak kelapa. Perbedaan sudut semprot bahan bakar diesel dengan minyak kelapa disebebkan viskositas minyak yang berbeda-beda. Menurut Olson (1999) temperatur dapat mempengaruhi viskositas bahan bakar minyak. Gambar.11 menunjukan peningkatan temperatur dapat menurunkan viskositas minyak. Gambar.11 Pengaruh Temperatur Terhadap Viskositas (sumber : Olson, 1999)

16 Spray Pattern Spray pattern adalah pola yang dihasilkan dari semburan (spray). Menurut olson (1999) macam-macam spray pattern pada pembakaran minyak antara lain: a. Hollow Cone Hollow Cone adalah semprot dimana konsentrasi tetesan berada di tepi luar semprot dengan sedikit atau tidak ada bahan bakar di tengah semprot yang. Gambar.1 menunjukan penyebaran droplet tidak seragam di penampang semprot dan penyebaran droplet terjadi di tepi luar semprotan. b. Solid cone Gambar.1 Hollow Cone (Sumber : Olson,1999) Solid cone adalah semprot dimana distribusi tetesan cukup seragam di penampang semprot. Gambar.13 menunjukan penyebaran droplet seragam di penampang semprotan. Gambar.13 Solid Cone (Sumber : Olson,1999)

17 19.8 Perpindahan Panas Perpindahan panas (heat transfer) merupakan perpindahan energi panas sebagai akibat adanya perbedaan temperatur diantara benda dengan benda atau benda dengan fluida. Energi panas tersebut akan berpindah dari medium temperatur tinggi ke medium temperatur rendah. Proses perpindahan panas dapat terjadi melalui beberapa mekanisme seperti perpindahan panas secara konduksi, konveksi dan radiasi (Incropera, 1996)..8.1 Perpindahan Panas Konduksi Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas yang terjadi tanpa disertai partikel perantaranya yang ditunjukan pada gambar.14. Dimana pada hantarannya yang mengalir hanya kalornya tanpa melibatkan perantaranya. Perpindahan panas secara konduksi bisa terjadi pada cairan dan gas, hanya saja konduktivitas terbesar ada pada padat (Buchori, 004). Gambar.14 Perpindahan Panas Konduksi (Sumber : Buchori, 004) Menurut Incropera (1996) laju perpindahan panas secara konduksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: dt q" X = - k (.10 ) dx Dimana: q" X = laju perpindahan panas per satuan luas (W/m²) k dt dx = kondutivitas thermal ( W/m.K) = gradient temperatur (K/m)

18 0.8. Perpindahan Panas Konveksi Perpindahan panas secara konveksi perpindahan panas antara suatu permukaan dengan fluida yang bergerak melintasi permukaan tersebut bila ada perbedaan tetemperatur yang ditunjukan pada gambar.15. Perpindahan panas ini memerlukan media penghantar berupa fluida (cairan atau gas) (Buchori, 004). Menurut Buchori (004) Perpindahan panas secara konveksi terjadi melalui cara yaitu : 1. Konveksi bebas/konveksi alamiah (free convection/natural convection) Konveksi bebas adalah perpindahan panas yang disebabkan poleh beda suhu dan beda rapat saja dan tidak ada tenaga dari luar yang mendorongnya.. Konveksi paksaan (forced convection) Konveksi paksaan adalah perpindahan panas yang aliran gas atau cairannya disebabkan adanya tenaga dari luar. Gambar.15 Perpindahan Panas Konveksi (Sumber : Buchori, 004) Menurut Incropera (1996) laju perpindahan panas secara konveksi dapat dihitung melalui rumus sebagai berikut : q" konv= h(ts - T ) jika Ts > T... (.11) q" konv= h(t - Ts ) jika T > Ts... (.1) Dimana : q" konv = Laju perpindaha panas per satuan luas ( W/m² ) h = Koefisien perpindahan panas konveksi ( W/m². K) Ts = Temperatur permukaan material ( K ) T = Temperatur fluida yang mengalir (K)

19 1.8.3 Perpindahan Panas Radiasi Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas yang terjadi karena pancaran/sinar/radiasi gelombang elektromagnetik yang. Gambar.16 menunjukan perpindahan panas yang terjadi tanpa melalui suatu medium perantara (Buchori, 004). Gambar.16 Perpindahan Panas Radiasi (Sumber : Buchori, 004) Menurut Incropera (1996) laju perpindahan panas secara radiasi dapat dihitung melalui rumus sebagai berikut: q" Rad =.. Dimana : 4 T s..... (.13 ) q" Rad = Laju perpindahan panas per satuan luas (W/m²) = emisivitas permukaan benda = konstanta Stefan-Boltsman (5, W/m. K 4 ) T s = Temperatur permukaan benda (K).8.4 Proses Perpindahan Panas Pada Sudut Semburan Nosel Konveksi Pipe Line Konduksi Radiasi Heater Gambar. 17 Skema Perpindahan Panas dari Heater ke Pipe Line Terjadi perpindahan panas secara konduksi dari heater ke dinding luar pipe line dan terjadi perpindahan panas secara konveksi pada dinding dalam pipe line dengan aliran fluida yang bergerak serta tejadi perpindahan panas secara radiasi dari dinding luar pipe line ke lingkungan.

20 Terjadi perpindahan panas dari heater ke pipe line dengan perpindahan panas pada T1 T T3. Karena perpindahan panas yang sama terjadi pada T 1, T dan T 3 maka yang di carai tahanan termal (thermal resistance) pada T 1 dengan mengabaikan perpindahan panas secara radiasi adalah sebagai berikut : Dinding dalam pipe line Dinding luar pipe line Heater Gambar.18 skema tahanan termal dari heater ke pipe line Tahanan termal konduksi pada T 1 dapat dihitung melalui rumus sebagai berikut : R t, cond T s,1 T q x s, L ka (.14) Perpindahan panas secara konveksi pada diding dalam dengan aliran fluida maka tahanan termal konveksi pada T 1 dapat dihitung melalui rumus sebagai berikut : R t, conv T s, T q, (.15) ha Terjadi perpindahan panas secara konveksi dari aliran fluida ke dinding dalam pipe line atau dinding dalam nosel yang ditunjukan pada gambar.19. Terjadi perpindahan panas secara kondukis dari dinding dalam nosel atau pipe line ke dinding luar nosel atau pipe line serta tejadi perpindahan panas secara radiasi dari dinding luar nosel atau pipe line ke lingkungan.

21 3 Nosel Konveksi Konduksi Radiasi Pipe Line Gambar. 19 Skema Perpindahan Panas Pipe Line dan Nosel.9 Pengukuran Sudut Semburan Nosel Autodeks Inventor adalah salah satu software yang digunakan untuk merancang part permesinan atau susunan part permesinan dengan tampilan 3D atau tampilan D (drawing ). Langkah- langkah mengukur gambar semburan menggunakan Autodeks Inventor antara lain : 1. Jalankan program Autodeks Inventor lalu pilih new kemudian pilih Standard.ipt yang ditunjukan pada gamabar.0. Gambar. 0 Membuka layer Baru Untuk Memulai Sketch. Pilih ikon Image dan Insert gambar spray yang diukur sudutnya yang ditunjukan pada gambar.1.

22 4 Gambar. 1 Insert Gambar Spray dengan Ikon Image 3. Pilih menu line membuat batas spray lalu pilih dimension untuk mengukur sudut semburan yang ditunjukan pada gambar.. Gambar. Cara Pengukuran Sudut Semburan 4. Pilih Finish Sketch kemudian pilih Export ke Gambar (Image).

SKRIPSI PENGARUH TEMPERATUR PREHEATING DAN TEKANAN MINYAK KELAPA TERHADAP SUDUT SEMBURAN NOSEL. Oleh : I PUTU AGUS ARISUDANA JURUSAN TEKNIK MESIN

SKRIPSI PENGARUH TEMPERATUR PREHEATING DAN TEKANAN MINYAK KELAPA TERHADAP SUDUT SEMBURAN NOSEL. Oleh : I PUTU AGUS ARISUDANA JURUSAN TEKNIK MESIN SKRIPSI PENGARUH TEMPERATUR PREHEATING DAN TEKANAN MINYAK KELAPA TERHADAP SUDUT SEMBURAN NOSEL Oleh : I PUTU AGUS ARISUDANA 1104305001 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 Kampus

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH PADA UJUNG NOSEL SEDERHANA

ANALISIS PEMBENTUKAN SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH PADA UJUNG NOSEL SEDERHANA ANALISIS PEMBENTUKAN SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH PADA UJUNG NOSEL SEDERHANA Oleh Dosen Pembimbing : I Gusti Ngurah Bagus Yoga Junaya : Dr. Ir. I Ketut Gede Wirawan, MT : Dr. Wayan Nata Septiadi, ST,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Termodinamika. Energi dan Hukum 1 Termodinamika

Termodinamika. Energi dan Hukum 1 Termodinamika Termodinamika Energi dan Hukum 1 Termodinamika Energi Energi dapat disimpan dalam sistem dengan berbagai macam bentuk. Energi dapat dikonversikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain, contoh thermal, mekanik,

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pasteurisasi susu, jus, dan lain sebagainya. Pendinginan buah dan sayuran Pembekuan daging Sterilisasi pada makanan kaleng Evaporasi Destilasi Pengeringan Dan lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Tekanan Terhadap Sudut Semburan Minyak Jelantah

Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Tekanan Terhadap Sudut Semburan Minyak Jelantah Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 6 No. 2, Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Tekanan Terhadap Sudut Semburan Minyak Jelantah I Komang Juniarta, I Ketut Gede Wirawan, Ainul Ghurri Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Solar Menurut Syarifuddin (2012), solar sebagai bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan

Lebih terperinci

Uji Karakteristik Distribusi Butiran Minyak Kelapa Pada Semburan Nosel Burner Sederhana

Uji Karakteristik Distribusi Butiran Minyak Kelapa Pada Semburan Nosel Burner Sederhana Uji Karakteristik Distribusi Butiran Minyak Kelapa Pada Semburan Nosel Burner Sederhana Ari Dwi Agus Sulistyo 1)*, I Ketut Gede Wirawan 2), Ainul Ghurri 2) 1) Mahasiswa Magister Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI TEKANAN DAN DIAMETER NOSEL TERHADAP SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH

STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI TEKANAN DAN DIAMETER NOSEL TERHADAP SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI TEKANAN DAN DIAMETER NOSEL TERHADAP SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH Oleh Pembimbing I Pembimbing II : I Komang Juniarta : Dr. Ir. I Ketut Gede Wirawan, MT : Ainul Ghurri, ST,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembakaran Pembakaran bisa didefinisikan sebagai reaksi secara kimiawi yang berlangsung dengan cepat antara oksigen dengan unsur yang mudah terbakar dari bahan bakar pada suhu

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI Oleh ILHAM AL FIKRI M 04 04 02 037 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 PENGUKURAN VISKOSITAS MINYAK NYAMPLUNG Nilai viskositas adalah nilai yang menunjukan kekentalan suatu fluida. semakin kental suatu fuida maka nilai viskositasnya semakin besar,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1.Analisa Diameter Rata-rata Dari hasil simulasi yang telah dilakukan menghasilkan proses atomisasi yang terjadi menunjukan perbandingan ukuran diameter droplet rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengujian Variasi sudut kondensor dalam penelitian ini yaitu : 0 0, 15 0, dan 30 0 serta aliran air dalam kondensor yaitu aliran air searah dengan laju uap (parallel

Lebih terperinci

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST. KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing

Lebih terperinci

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah Fluida adalah zat aliar, atau dengan kata lain zat yang dapat mengalir. Ilmu yang mempelajari tentang fluida adalah mekanika fluida. Fluida ada 2 macam : cairan dan gas. Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thermosiphon Reboiler Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida yang akan didihkan dan diuapkan dengan proses sirkulasi almiah (Natural Circulation),

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1A WACANA Setiap hari kita menggunakan berbagai benda dan material untuk keperluan kita seharihari. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN ENERGI

KESETIMBANGAN ENERGI KESETIMBANGAN ENERGI Landasan: Hukum I Termodinamika Energi total masuk sistem - Energi total = keluar sistem Perubahan energi total pada sistem E in E out = E system Ė in Ė out = Ė system per unit waktu

Lebih terperinci

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263 3 3 BAB II DASAR TEORI 2. 1 Bahan Bakar Cair Bahan bakar cair berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari dalam tanah dengan jalan mengebornya di ladang-ladang minyak, dan memompanya sampai ke atas

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI Oleh IRFAN DJUNAEDI 04 04 02 040 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pendugaan Hubungan Perubahan Suhu dan Viskositas Minyak terhadap Panjang Pipa Pemanas Minyak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pendugaan Hubungan Perubahan Suhu dan Viskositas Minyak terhadap Panjang Pipa Pemanas Minyak HASIL DAN PEMBAHASAN Pendugaan Hubungan Perubahan Suhu dan Viskositas Minyak terhadap Panjang Pipa Pemanas Minyak Dari penghitungan yang telah dilakukan pada Lampiran 3, diketahui bahwa untuk menurunkan

Lebih terperinci

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK 112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Minyak Bintaro Kasar (Crude) Buah bintaro memiliki bentuk bulat dan berwarna hijau (Gambar 17a) dan ketika tua akan berwarna merah (Gambar 17b). Buah bintaro

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 3 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Api Api sering disebut sebagai zat keempat, karena tidak dapat dikategorikan ke dalam kelompok zat padat, zat cair maupun zat gas. Api disebut memiliki bentuk plasma. Plasma

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

9/17/ KALOR 1

9/17/ KALOR 1 9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. gesekan antara moekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu cairan yang

BAB II DASAR TEORI. gesekan antara moekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu cairan yang BAB II DASAR TEORI 2.1. Definisi Viskositas Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan antara moekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu cairan yang mudah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem dan Laboratorium Kimia Pangan Departemen Ilmu Teknologi

Lebih terperinci

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut MINYAK KELAPA 1. PENDAHULUAN Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua adalah sebanyak 34,7%. Minyak kelapa digunakan sebagai bahan baku

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL & ANALISIS

BAB 4 HASIL & ANALISIS BAB 4 HASIL & ANALISIS 4.1 PENGUJIAN KARAKTERISTIK WATER MIST UNTUK PEMADAMAN DARI SISI SAMPING BAWAH (CO-FLOW) Untuk mengetahui kemampuan pemadaman api menggunakan sistem water mist terlebih dahulu perlu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

Analisis Sistem Proses Pindah Massa pada Ekstraksi Secara Mekanik Minyak Kedelai (Glycine Max Oil)

Analisis Sistem Proses Pindah Massa pada Ekstraksi Secara Mekanik Minyak Kedelai (Glycine Max Oil) Technical Paper Analisis Sistem Proses Pindah Massa pada Ekstraksi Secara Mekanik Minyak Kedelai (Glycine Max Oil) System Analyze of Mass Transfer Process in Mechanical Extraction Soybean Oil (Glycine

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH Sampah adalah sisa-sisa atau residu yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas. kegiatan yang menghasilkan sampah adalah bisnis, rumah tangga pertanian dan pertambangan

Lebih terperinci

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS

MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS Pembuatan minyak kelapa Nama : Aditya krisnapati Nim : 11.01.2900 Kelas : D3TI-02 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 I. ABSTRAK Dengan berbagai kemajuan yang telah diperoleh dari produk

Lebih terperinci

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012 i KONDUKTIVITAS TERMAL LAPORAN Oleh: LESTARI ANDALURI 100308066 I LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012 ii KONDUKTIVITAS

Lebih terperinci

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

PENDINGIN TERMOELEKTRIK BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDINGIN TERMOELEKTRIK Dua logam yang berbeda disambungkan dan kedua ujung logam tersebut dijaga pada temperatur yang berbeda, maka akan ada lima fenomena yang terjadi, yaitu fenomena

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Perpindahan kalor meliputu proses pelepasan maupun penyerapan kalor, untuk

Lebih terperinci

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B Kalor sebagai Energi 143 B A B B A B 7 KALOR SEBAGAI ENERGI Sumber : penerbit cv adi perkasa Perhatikan gambar di atas. Seseorang sedang memasak air dengan menggunakan kompor listrik. Kompor listrik itu

Lebih terperinci

KALOR. hogasaragih.wordpress.com

KALOR. hogasaragih.wordpress.com KALOR Ketika satu ketel air dingin diletakkan di atas kompor, temperatur air akan naik. Kita katakan bahwa kalor mengalir dari kompor ke air yang dingin. Ketika dua benda yang temperaturnya berbeda diletakkan

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN 0 o, 30 o, 45 o, 60 o, 90 o I Wayan Sugita Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : wayan_su@yahoo.com ABSTRAK Pipa kalor

Lebih terperinci

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02 MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN 4.1 Data Bahan Baku Minyak Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak jarak. Minyak jarak sendiri memiliki karakteristik seperti Densitas, Viskositas, Flash

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN Percobaan yang akan dilakukan adalah fermentasi minyak kelapa dengan bantuan mikroorganisme yang menghasilkan enzim protease dan menganalisis kualitas minyak yang dihasilkan.

Lebih terperinci

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN RINI YULIANINGSIH APA ITU PINDAH PANAS? Pindah panas adalah ilmu yang mempelajari transfer energi diantara benda yang disebabkan karena perbedaan suhu Termodinamika digunakan

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Radiator Radiator adalah alat penukar panas yang digunakan untuk memindahkan energi panas dari satu medium ke medium lainnya yang tujuannya untuk mendinginkan maupun memanaskan.radiator

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP (UAS) TAHUN PELAJARAN Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Program : X Hari / Tanggal : Jumat / 1 Juni 2012

ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP (UAS) TAHUN PELAJARAN Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Program : X Hari / Tanggal : Jumat / 1 Juni 2012 ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP (UAS) TAHUN PELAJARAN 2011 2012 Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Program : X Hari / Tanggal : Jumat / 1 Juni 2012 Waktu : 120 Menit Petunjuk: I. Pilihlah satu jawaban yang benar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Bahan Baku Minyak Minyak nabati merupakan cairan kental yang berasal dari ekstrak tumbuhtumbuhan. Minyak nabati termasuk lipid, yaitu senyawa organik alam yang tidak

Lebih terperinci

Pembekuan. Shinta Rosalia Dewi

Pembekuan. Shinta Rosalia Dewi Pembekuan Shinta Rosalia Dewi Pembekuan Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan dengan cara membekukan bahan pada suhu di bawah titik beku pangan tersebut. Dengan membekunya sebagian kandungan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen

Lebih terperinci

Analisis Pembentukan Sudut Semburan Minyak Jelantah pada Ujung Nosel Sederhana

Analisis Pembentukan Sudut Semburan Minyak Jelantah pada Ujung Nosel Sederhana Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 6 No. 2, Analisis Pembentukan Sudut Semburan Minyak Jelantah pada Ujung Nosel Sederhana I G.N Bagus Yoga Junaya, IK.G. Wirawan, W.N. Septiadi Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

KALOR. Kelas 7 SMP. Nama : NIS : PILIHAN GANDA. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

KALOR. Kelas 7 SMP. Nama : NIS : PILIHAN GANDA. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! KALOR Kelas 7 SMP Nama : NIS : PILIHAN GANDA Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Suatu bentuk energi yang berpindah karena adanya perbedaan suhu disebut... a. Kalorimeter b. Kalor c. Kalori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Pengenalan Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh seorang ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah

Lebih terperinci

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL KELOMPOK II BRIGITA O.Y.W. 125100601111030 SOFYAN K. 125100601111029 RAVENDIE. 125100600111006 JATMIKO E.W. 125100601111006 RIYADHUL B 125100600111004

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem merupakan sekumpulan obyek yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN 1. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah santan segar. Sedangkan sumber papain diambil dari perasan daun pepaya yang mengandung getah pepaya dan

Lebih terperinci

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik,

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik, BAB II PERANCANGAN PRODUK 2.1 Produk Utama 2.1.1.Gas Hidrogen (H2) : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik, polyester, dan nylon, dipakai untuk proses desulfurisasi minyak bakar dan bensin dan

Lebih terperinci

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN LAJU ALIRAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL DENGAN MENGGUNAKAN SOLAR ENERGY DEMONSTRATION TYPE LS-17055-2 DOUBLE SPOT LIGHT SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT Oleh : Harit Sukma (2109.105.034) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT. JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

Tegangan Tembus (kv/2,5 mm) Jenis Minyak RBD FAME FAME + aditif

Tegangan Tembus (kv/2,5 mm) Jenis Minyak RBD FAME FAME + aditif Hasil Pengujian Tegangan Tembus : Tegangan Tembus (kv/2,5 mm) Jenis Minyak RBD FAME FAME + aditif ASTM D3487 Minyak Zaitun 60 60 54 Minyak kanola 27 36 30 Minyak Jagung 28 34 29 >30 Minyak Kedelai 30 48

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil pengukuran nilai densitas terhadap peningkatan suhu (penelitian pendahuluan)

Lampiran 1 Hasil pengukuran nilai densitas terhadap peningkatan suhu (penelitian pendahuluan) LAMPIRAN 74 Lampiran 1 Hasil pengukuran nilai densitas terhadap peningkatan suhu (penelitian pendahuluan) No. Suhu ( o C) Densitas (g/ml) 1 30 0.915 2 50 0.911 3 70 0.905 4 90 0.896 5 110 0.890 Lampiran

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal eori Kinetik Gas eori Kinetik Gas adalah konsep yang mempelajari sifat-sifat gas berdasarkan kelakuan partikel/molekul penyusun gas yang bergerak acak. Setiap benda, baik cairan, padatan, maupun gas tersusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi SILABUS Evaporasi Pengeringan Pendinginan Kristalisasi Presentasi (Tugas Kelompok) UAS Aplikasi Pengeringan merupakan proses pemindahan uap air karena transfer panas dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K. KALOR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan nilai tugas OLEH : MARDIANA 20148300573 LADAYNA TAWALANI M.K. 20148300575 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci