Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

2 Peta Sulawesi Tenggara 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

3 Daftar Isi Peta Sulawesi Tenggara... 2 Daftar Isi... 3 Kata Pengantar... 4 Selayang Pandang... 5 Geografis dan Demografis... 6 Kondisi Pelayanan Publik... 8 Kondisi Perekonomian Kesejahteraan Masyarakat Potensi Ekonomi Gambaran Umum Keuangan Daerah Kondisi Keuangan Daerah Ucapan Terima Kasih Sumber Data Daftar Isi 3

4 Kata Pengantar Kondisi geografis, budaya, tipologi ekonomi yang sangat bervariasi antar-daerah menuntut adanya strategi kebijakan yang berbedabeda pula agar mampu mendorong akselerasi pembangunan daerah. Selaras dengan hal tersebut, otonomi daerah dan desentralisasi fiskal telah pula membuka kesempatan bagi daerah untuk mengarahkan kebijakan publiknya menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi unggulan daerah yang dimilikinya. Inovasi, kreatifitas, sensitifitas dan kejelian pemerintah daerah dalam meramu kebijakan akan menjadi kunci keberhasilan pembangunan daerah. Setelah lebih dari satu dasawarsa pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, sudah banyak kemajuan dan peningkatan yang terjadi, baik dari sisi pelayanan publik, kondisi keuangan, maupun imbasnya pada perekonomian daerah. Untuk itulah, informasi dan gambaran mengenai kondisi pelayanan publik, kondisi keuangan daerah maupun profil perekonomian daerah menjadi penting untuk ditinjau lebih jauh dari berbagai sudut pandang. Buku Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Prov. Sulawesi Tenggara ini diharapkan mampu memberikan informasi dan gambaran menyeluruh bagi para stakeholder mengenai profil keuangan daerah serta perekonomian daerah di Prov. Sulawesi Tenggara. Kami berharap bahwa buku ini bisa dijadikan sebagai salah satu referensi yang informatif, komprehensif namun juga ringkas, dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Dr. Marwanto Harjowiryono. 4 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

5 Selayang Pandang Pada awalnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1952 Sulawesi Tenggara merupakan satu Kabupaten, yaitu Kab. Sulawesi Tenggara dengan ibu Kotanya Bau-Bau. Kab. Sulawesi Tenggara tersebut meliputi wilayah-wilayah bekas Onder Afdeling Boeton Laiwui serta bekas Onder Afdeling Kolaka dan menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara dengan Pusat Pemerintahannya di Makassar ( Ujung Pandang ). Selanjutnya dengan Undang-Undang No. 29 Tahun 1959 Kab. Sulawesi Tenggara dimekarkan menjadi empat Kabupaten Daerah Tingkat II yaitu Kab. Buton, Kab. Muna, Kota Kendari dan Kab. Kolaka. Keempat Daerah Tingkat II tersebut merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara. Jauhnya letak geografis kabaupaten tersebut menyebabkan sulitnya komunikasi dan perhubungan keempat daerah tersebut dengan pusat pemerintahan provinsi di Makassar. Disamping itu gangguan DI/TII pada saat itu sangat menghambat pelaksanaan tugas-tugas pembangunan utamanya dipedesaan. Daerah Sulawesi Tenggara terdiri dari wilayah daratan dan kepulauan yang cukup luas, mengandung berbagai hasil tambang yaitu aspal dan nikel, maupun sejumlah bahan galian lainya. Demikian pula potensi lahan pertanian cukup potensial untuk dikembangkan. Selain itu terdapat pula berbagai hasil hutan berupa rotan, damar serta berbagai hasil hutan lainya. Atas pertimbangan ini tokoh tokoh masyarakat Sulawesi Tenggara, membentuk Panitia Penuntut Daerah Otonom Tingkat I Sulawesi Tenggara. Tugas Panitia tersebut adalah memperjuangkan pembentukan Daerah Otonom Sulawesi Tenggara pada Pemerintah Pusat di Jakarta. Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, cita-cita rakyat Sulawesi Tenggara tercapai dengan keluarnya Perpu No. 2 Tahun 1964 Sulawesi Tenggara di tetapkan menjadi Daerah Otonom Tingkat I dengan ibukotanya Kendari. Realisasi pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dilakukan pada tanggal 27 April 1964, yaitu pada waktu dilakukannya serah terima wilayah kekuasaan dari Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara, Kolonel Inf.A.A Rifai kepada Pejabat Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, J. Wajong.Pada saat itu Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara mulai berdiri sendiri terpisah dari Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan. Oleh karena itu tanggal 27 April 1964 adalah hari lahirnya Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara yang setiap tahun diperingati Hingga saat ini Provinsi Sulawesi Tenggarah meliputi 10 buah Kabupaten (Kab. Buton, Kab. Muna, Kab. Konawe, Kab. Kolaka, Kab. Konawe Selatan, Kab. Bombana, Kab. Wakatobi, Kab. Kolaka Utara, Kab. Konawe Utara, dan Kab. Buton Utara) dan 2 buah Kota (Kota Kendari dan Kota Bau-Bau). Selayang Pandang 5

6 Geografis dan Demografis Letak GeografisProvinsi Sulawesi Tenggara dilihat dari peta pulau Sulawesi di Jazirah Tenggara. Akan tetapi bila dilihat dari sudut geografis, maka Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara terletak di bagian Selatan garis Khatulistiwa yang memanjang dari Utara ke Selatan diantara 3 derajat LS sampai 6 derajat LS dan melebar dari Barat ke Timur diantara ' Bujur Timur sampai ' Bujur Timur. Di samping itu dari letak geografis, maka wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai Batas-Batas di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah, di sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores. Sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda dan di sebelah Barat Berbatasan dengan Teluk Bone Provinsi Sulawesi Tenggara yang mencakup wilayah daratan (Jazirah) dan kepulauan memiliki wilayah seluas kurang lebih km2. Sedangkan wilayah perairan (Laut) diperkirakan seluas kurang lebih km2.provinsi Sulawesi Tenggara meliputi daratan Konawe dan Kolaka. Sedangkan kepulauan meliputi Pulau Buton dan Pulau Muna serta pulau-pulau kecil yang tersebar di bagian Selatan dan Tenggara Wilayah Sulawesi Tenggara, pada umumnya memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang, dan berbukit, sedangkan permukaan tanah pegunungan yang relatif rendah yakni sekitar hektar sebagian besar berada pada ketinggian meter diatas permukaan laut dengan tingkat kemiringan mencapai 40 derajat.ditinjau dari sudut geologis, bantuan di Provinsi Sulawesi tenggara terdiri atas bantuan sedimen, bantuan metamorfosis dan bantuan beku. Dari ketiga jenis bantuan tersebut, bantuan sedimen merupakan bantuan yang terluas yaitu sekitar hektar atau sebesar 75,47 persen. Sementara itu, jenis tanah di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari tanah podzolik seluas ha (62,79 persen), tanah mediteran seluas ha (22,00 persen), tanah latosol seluas ha (8,66 persen), tanah organosol seluas ha (2,93 persen), tanah aluvial seluas ha (3,09 persen), dan tanah grumosal seluas ha (0,53 persen).karena wilayah daratan Sultra mempunyai ketinggian umumnya di bawah meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa maka Prov. Sultra beriklim tropis. 6 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

7 No Daerah Penduduk (Orang) Luas Area (Km2) Kepadatan (Per Km2) Jumlah Penduduk (orang) Luas wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi km2. Kab. Kolaka memiliki wilayah paling luas yaitu 6.918,38 km2. Sedangkan daerah dengan luas wilayah terkecil adalah Kota Kendari yang luasnya hanya 295,89 km2. Dari sisi demografi, total jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak jiwa. Kab. Kolaka memiliki populasi tertinggi dengan jumlah penduduk jiwa, sedangkan daerah dengan populasi terendah adalah Kab. Koname Utara dengan jumlah penduduk jiwa. Kepadatan penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu 58,54 jiwa/km2 yang cenderung terpusat di ibukota provinsi. Daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu Kota Kendari sebesar 979,98 jiwa/km2, walaupun Kota Kendari memiliki luas wilayah terkecil. Kepadatan penduduk tertinggi setelah Kota Kendari adlaah Kota Bau-Bau dengan kepadatan penduduk 448,12 jiwa/km2. 1 Kab. Button 255,712 2, Kab. Muna 268,277 2, Kab. Konawe 241,982 6, Kab. Kolaka 315,232 6, Kab. Konawe Selatan 264,587 4, Kab. Bombana 139,235 3, Kab. Wakatobi 92, Kab. Kolaka Utara 121,340 3, Kab. Buton Utara 54,736 1, Kab. Konawe Utara 51,533 4, Kota kendari 289, Kota Bau-bau 136, Total 2,232,586 38, Kab. Kolaka dengan luas wilayah terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara hanya memiliki tingkat kepadatan penduduk 45,56 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk terendah berada pada Kab. Buton Utara yaitu 27,41 jiwa/km2. Geografis dan Demografis 7

8 Kondisi Pelayanan Publik 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Infrastruktur 4. Perusahaan Air Minum 5. Sumber Daya Listrik 8 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

9 No. Daerah Sekolah Murid Guru Rasio Murid/ Guru Rasio Murid/ Sekolah Jumlah Sekolah, Kelas, Murid, Guru, dan Rasio Murid terhadap Guru dan Sekolah Dasar Negeri se-provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009/ Kab. Button ,16 131,75 2 Kab. Muna ,85 278,78 3 Kab. Konawe ,84 328,32 4 Kab. Kolaka ,99 413,08 5 Kab. Konawe Selatan ,73 237,83 6 Kab. Bombana ,12 116,71 7 Kab. Wakatobi ,06 121,20 8 Kab. Kolaka Utara ,53 73,65 9 Kab. Buton Utara ,20 36,55 10 Kab. Konawe Utara ,54 65,07 11 Kota kendari ,48 128,07 12 Kota Bau-bau ,40 103,69 Provinsi Sulawesi Tenggara , ,99 Untuk mengetahui ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan khususnya Sekolah Dasar (SD), maka secara total di Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat SD Negeri sebanyak unit. Kab. Kolaka memiliki 317 unit sedangkan Kota Bau-Bau hanya 68 unit. Berdasarkan jumlah murid terbanyak adalah Kab. Kolaka mencapai murid, sedangkan jumlah murid terendah yaitu murid di Kab. Konawe Utara. Bila dilihat seberapa daya tampung SD, maka rasio murid/sekolah paling tinggi adalah Kab. Kolaka yaitu 413,08 murid/sekolah. Sedangkan rasio murid/sekolah terendah adalah di Kab. Buton Utara yaitu 36,55 murid/ sekolah. Salah satu indikator kualitas pembelajaran yang diterima oleh murid SD adalah perbandingan antara banyaknya murid yang harus diajar oleh setiap guru. Rasio murid/guru yang tertinggi adalah Kab. Buton yaitu 19,16 murid/guru. Sedangkan yang terendah adalah di Kab. Konawe yaitu 10,84 murid/guru. Pelayanan Publik 9

10 No. Kab/Kota Sekolah Murid Guru Rasio Murid/ Guru Rasio Murid/ Sekolah 1 Kab. Button 82 15,145 1, Kab. Muna 90 16,554 1, Kab. Konawe 76 13,192 1, Kab. Kolaka 83 14,202 1, Kab. Konawe Selatan 79 13,648 1, Kab. Bombana 39 5, Kab. Wakatobi 31 5, Kab. Kolaka Utara 27 4, Kab. Buton Utara 24 3, Kab. Konawe Utara 25 2, Kota kendari 35 12,670 1, Kota Bau-bau 23 7, Jumlah Sekolah, Kelas, Murid, Guru, Rasio Murid terhadap Guru dan Sekolah SMP Negeri se-provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010/2011 Provinsi Sultra ,724 10, Untuk mengetahui ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP), maka secara total di Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat SMP sebanyak 614 unit. Kab. Kolaka merupakan daerah dengan jumlah sekolah, jumlah murid, dan jumlah guru terbanyak. Kota Bau-Bau memiliki jumlah sekolah paling sedikit yaitu 23 unit. Jumlah murid terendah yaitu murid di Kab. Konawe Utara serta jumlah guru paling sedikit yaitu 231 guru di Kab. Buton Utara. Bila dilihat seberapa daya tampung SMP, maka rasio murid/sekolah paling tinggi adalah Kota Kendari yaitu362 murid/sekolah. Sedangkan rasio murid/ sekolah terendah adalah di Kab. Konawe Utara yaitu 115,16 murid/sekolah. Salah satu indikator kualitas pembelajaran yang diterima oleh murid SMP adalah perbandingan antara banyaknya murid yang harus diajar oleh setiap guru. Rasio murid/guru yang tertinggi adalah Kab. Buton Utara yaitu 16,29 murid/guru. Sedangkan yang terendah adalah di Kab. Bombana yaitu 8,66 murid/guru. 10 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

11 Angka Melek Huruf (AMH) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Indikator keberhasilan pendidikan di Provinsi Sulawesi Tenggara bisa dilihat dari indikator Angka Melek Huruf (AMH) di setiap daerah. Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara belum ada yang mencapai AMH 100%. Capaian AMH Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2009 sebesar 91,51% dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi sebesar 91,85%. AMH tertingggi baik pada tahun 2009 dan 2010 adalah Kota Kendari yaitu sebesar 98,38% pada 2009 menajdi 98,60% pada Sedangkan AMH terendah adalah Kab. Buton dengan capaian AMH sebesar 85,72% pada tahun 2009 dan 86,57% tahun No. Kabupaten/Kota Angka Melek Huruf (persen) Kab. Button Kab. Muna Kab. Konawe Kab. Kolaka Kab. Konawe Selatan Kab. Bombana Kab. Wakatobi Kab. Kolaka Utara Kab. Konawe Utara Kab. Buton Utara Kota Kendari Kota Bau-bau Prov. Sulawesi Tenggara Pelayanan Publik 11

12 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) SD menurut Kab. /Kota, Tahun 2009/2010 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) SMP menurut Kab. /Kota, Tahun 2009/2010 No. Kabupaten / Kota Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Murni (APM) No. Kabupaten / Kota Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Murni (APM) 1 Kab. Bombana Kab. Bombana Kab. Buton Kab. Buton Kab. Buton Utara Kab. Buton Utara Kab. Kolaka Kab. Kolaka Kab. Kolaka Utara Kab. Kolaka Utara Kab. Konawe Kab. Konawe Kab. Konawe Selatan Kab. Konawe Selatan Kab. Konawe Utara Kab. Konawe Utara Kab. Muna Kab. Muna Kab. Wakatobi Kab. Wakatobi Kota Baubau Kota Baubau Kota Kendari Kota Kendari Berdasarkan rasio Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan Angka Partisipasi Murni (APM) SD di Provinsi Sulawesi Tenggara, maka APK SD tertinggi adalah Kab. Wakatobi sebesar 122,20% dan terendah adalah Kab. Konawe Utara yaitu 71,24%. Sedangkan untuk APM SD tertinggi adalah Kab. Konawe sebesar 99,89% dan APM SD terendah yaitu 58,12% di Kab. Konawe Utara. Berdasarkan rasio Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP dan Angka Partisipasi Murni (APM) SMP di Provinsi Sulawesi Tenggara, maka APK SMP tertinggi adalah Kab. Konawe sebesar 113,16% dan terendah adalah Kab. Konawe Utara yaitu 56,64%. Sedangkan untuk APM SMP tertinggi adalah Kab. Konawe Selatan sebesar 86,23% dan APM SMP terendah yaitu 43,32% di Kab. Konawe Utara. 12 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

13 No. Kabupaten / Kota Rumah Sakit/Hospital Puskesmas Plus Puskesmas Puskesmas Puskesmas Pembantu Polindes Poskesdes Posyandu Apotik Toko Obat Berijin 1 Kab. Button Kab. Muna Kab. Konawe Kab. Kolaka Kab. Konawe Selatan Kab. Bombana Kab. Wakatobi Kab. Kolaka Utara Kab. Buton Utara Kab. Konawe Utara Kota kendari Kota Bau-bau Provinsi Sulawesi Tenggara , Jumlah Fasilitas Kesehatan se-provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010 Fasilitas kesehatan bagi seluruh penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara didukung oleh adanya fasilitas kesehatan berupa rumah sakit, puskesmas, polindes, poskesdes, posyandu, apotik, dan toko obat berijin. Jumlah total rumah sakit di Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 25 buah, dimana 11 buah terdapat di Kota Kendari. Sedangkan Kab. Buton Utara, dan Kab. Konawe Utara belum memiliki rumah sakit. Jumlah keseluruhan puskesmas di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah 719 buah, yang terdiri dari puskesmas plus sebanyak 65 buah, puskesmas 175 buah dan puskesmas pembantu sebanyak 479 buah. Kab. Muna merupakan daerah dengan jumlah keseluruhan puskesmas terbanyak yaitu 110 buah. Jumlah polindes sebanyak 239 buah, dimana 61 buah ada di Kab. Konawe, untuk jumlah poskesdes ada 719 buah, dan terbanyak ada di Kab. Kolaka yaitu 215 buah. Dibandingkan dengan fasilitas kesehatan yang lain, pos posyandu tersebar cukup banyak di seluruh daerah di Sulawesi Tenggara yaitu sebanyak 2877 buah, dimana Kab. Buton memliki posyandu terbanyak yaitu 399 buah dan Kab. Buton Utara memiliki jumlah posyandu paling sedikit yaitu 76 buah. Jumlah apotik dan toko obat berijin yaitu 122 buah dan 155 buah. Untuk apotik, banyak terdapat di Kota Kendari sementara untuk toko obat berijin banyak terdapat di Kab. Muna Pelayanan Publik 13

14 No. Kab/Kota Dokter Spesialis Umum Gigi Apoteker Bidan 1 Kab. Button Kab. Muna Kab. Konawe Kab. Kolaka Kab. Konawe Selatan Kab. Bombana Kab. Wakatobi Kab. Kolaka Utara Kab. Buton Utara Kab. Konawe Utara Kota kendari Kota Bau-bau Prov. Sulawesi Tenggara Jumlah Tenaga Kesehatan se- Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010 Jumlah total tenaga kesehatan di Provinsi Sulawesi Tenggara tergolong cukup rendah. Jumlah tenaga kesehatan yang paling banyak tersedia adalah bidan, yang banyak ditemui di Kab. Kolaka yaitu 188 bidan. Sementara jumlah bidan paling sedikit adalah Kab. Buton Utara yaitu 39 bidan. Dokter spesialis tidak ditemui di Kab. Bombana, Kab. Wakatobi, Kab. Kolaka Utara, Kab. Buton Utara, dan Kab. Konawe Utara. 14 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

15 Angka Harapan Hidup (AHH) Prov. Sulawesi Tenggara Tahun Tingkat kesehatan masyarat Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat dari Angka Harapan hidup (AHH) yang cenderung meningkat dari 67,60 tahun di 2009 menjadi 67,80 tahun di Capaian AHH tertinggi adalah Kota Bau-Bau yaitu 70,09 tahun di 2009 dan 70,39 tahun di Sedangkan AHH terendah di Kab. Kolaka Utara yaitu 65,41 tahun di 2009 dan 65,55 tahun di No. Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup (tahun) Kab. Button Kab. Muna Kab. Konawe Kab. Kolaka Kab. Konawe Selatan Kab. Bombana Kab. Wakatobi Kab. Kolaka Utara Kab. Konawe Utara Kab. Buton Utara Kota Kendari Kota Bau-bau Prov. Sulawesi Tenggara Pelayanan Publik 15

16 Keadaan Jalan Jenis Permukaan/Type of Surface Kab. Button Kab. Muna Kab. Konawe Kab. Kolaka Kab. Konawe Selatan Kab. Bombana Kab. Wakatobi Kab. Kolaka Utara Kab. Buton Utara Kab. Konawe Utara Kota Kota Baubau kendari , , , Diaspal/Asphalted , , Kerikil/Gravel Tanah/Earth Tidak Terinci/No Cover Kondisi Jalan/Quality of Road , , , Baik/Good , Sedang/Moderate Rusak/Damaged Tidak Terinci/No Cover Kelas Jalan/Class of Road Kabupaten/Kota , , , Kelas I Kelas II Kelas III Kelas III A Kelas III B Kelas III C , Kelas Tidak Dirinci , Panjang Jalan Negara Menurut Keadaan Jalan dan Kab. /Kota, Tahun 2009 (Km) Salah satu bentuk pelayanan publik untuk memperlancar transportasi dan menggerakkan perekonomian di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara adalah infrastruktur jalan. Secara total panjang jalan di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, Kab. Muna adalah daerah dengan panjang jalan terpanjang yaitu 1.083,96 km, dimana sebagian jalannya dalam kondisi sedang (34%). Daerah dengan panjang jalan terpendek adalah Kota Bau-Bau yaitu 203,68 km dengan kondisi jalan baik (82%). Provinsi Sultra Negara 16 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

17 No. Kabupaten/Kota Banyaknya Cab./Ranting Perusahaan Banyaknya Langganan Tenaga Listrik yang terjual (KWH) Nilai Penjualan (000 Rp) 1 Kab. Button 13 19,149 17,318,699 11,684,557 2 Kab. Muna 9 17,095 25,901,135 15,692,973 3 Kab. Konawe 10 24,147 34,290,966 20,416,997 4 Kab. Kolaka 10 28,812 43,365,224 27,278,414 5 Kab. Konawe Selatan 10 24,807 42,768,701 26,298,107 6 Kab. Bombana 4 6,113 5,984,710 4,327,783 7 Kab. Wakatobi 6 11,617 10,400,274 6,371,102 8 Kab. Kolaka Utara 4 8,432 6,844,190 4,556,783 9 Kab. Konawe Utara Kab. Buton Utara 3 2,773 1,977,429 1,125, Kota Kendari 3 40, ,698,312 94,725, Kota Bau-bau 4 23,308 43,630,794 29,712,673 Ketenagalistrikan di Wilayah Sulawesi Tenggara (Tahun 2010) Dari sisi ketenagalistrikan, jumlah total penjualan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah KWh, dengan pelanggan sebanyak pelanggan, cab/ranting perusahaan sebanyak 76 unit, serta nilai penjualan Rp Baik penjualan listrik, pelanggan, dan nilai penjualan tertinggi berada pada Cabang Kota Kendari. Sedangkan untuk nilai penjualan terendah, jumlah pelanggan terendah, dan nilai penjualan listrik terendah berada pada Cabang Kab. Buton Utara. Pelayanan Publik 17

18 No. Kategori Pelanggan Rumah tempat tinggal 3,428,209 5,824,411 6,609,443 2 Hotel dan Obyek Pariwisata, Toko, Perusahaan & Industri 2,221, , ,512 Badan-badan Sosial, Rumah Sakit dan 3 Umum, Tempat Peribadatan Masjid, Gereja dsb. 310, , ,224 4 Instansi Pemerintah 134, , ,486 5 Hilang dalam Penyaluran - 1,302,673 2,730,425 6 Lain-lain 37,239 33,273 1,516 Jumlah / Total 6,132,641 8,343,320 10,989,606 Volume Air Minum yang Disalurkan Menurut Kategori Pelanggan (000 m3), Tahun 2010 Keseluruhan volume air minum yang disalurkan di Provinsi Sulawesi Tenggara terus meningkat dari tahun Volum air minum yang disalurkan tahun 2010 adalah m3. Volume air paling banyak disalurkan ke pelanggan dengan kategori rumah tempat tinggal yaitu sebanyak m3 dan volume air yang hilang dalam penyaluran cukup bnayk yaitu m3. 18 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

19 Kondisi Perekonomian 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2. Perhotelan 3. Produksi Tanaman Pangan 4. Produksi Perkebunan 5. Produksi Ternak 6. Produksi Perikanan 7. Industri 8. Tingkat Inflasi Perekonomian 19

20 Perdagangan, Hotel dan Restoran 18,135% Jasa-Jasa 12,640% Pengangkutan dan Komunikasi 9,294% Lainnya 28% Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,495% Industri Pengolahan 7,142% Pertambangan 4,904% Pertanian 33,202% Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (2010) Bangunan dan Konstruksi 8,263% Listrik, Gas dan Air Minum 0,926% Kinerja ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2009 dan 2010 sangatlah pesat yaitu 7,57% dan 8,19%, pertumbuhan ekonomi tersebut jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,10%. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh besarnya PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010 yang mencapai ,03 miliar rupiah. Pada dasarnya besarnya PDRB Sulawesi Tenggara didominasi oleh empat sektor usaha yaitu pertanian yang memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 33,20%, lalu sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18,13%, sektor jasa-jasa sebesar 12,64%, dan sektor pengangkutan dan komunikasi 9,29%. Sedangkan kelima sektor lainnya bila diakumulasikan memberikan kontribusi yang cukup besar yaitu sekitar 28% 20 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

21 No. Kabupaten/Kota Padi Palawija Luas Panen Tanaman Bahan Makanan Menurut Jenis Tanaman, Tahun 2010 (Ha) Pada tahun 2010, luas panen tanaman padi Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Ha, sedangkan luas panen tanaan palawija hanya Ha. Kab. Konawe merupakan daerah dengan luas panen tanaman padi yaitu Ha, sedangkan luas panen tanaman padi terkecil adalah Kab. Muna yaitu Ha. Luas panen tanaman palawija terbesar adalah Kab. Muna yaitu Ha, sedangkan luas panen tanaman palawija terkecil adalah Kota Bau-Bau yaitu 394 Ha. 1 Kab. Button Kab. Muna Kab. Konawe Kab. Kolaka Kab. Konawe Selatan Kab. Bombana Kab. Wakatobi Kab. Kolaka Utara Kab. Buton Utara Kab. Konawe Utara Kota kendari Kota Bau-bau Jumlah / Total Perekonomian 21

22 No. Kabupaten/Kota Jenis Ternak Kuda Sapi Sapi Perah Kerbau Kambing Domba Babi 1 Kab. Button Kab. Muna Kab. Konawe Kab. Kolaka Kab. Konawe Selatan Kab. Bombana Kab. Wakatobi Kab. Kolaka Utara Kab. Buton Utara Kab. Konawe Utara Kota kendari Kota Bau-bau Jumlah / Total Jumlah Ternak menurut Jenisnya Tahun 2010 (Ekor) Sektor peternakan di Provinsi Sulawesi Tenggara sebagian besar didominasi oleh budidaya ternak sapi sebanyak ekor. Populasi ternak sapi terbanyak ada di Kab. Konawe Selatan yaitu ekor, sedangkan yang terendah yaitu 255 ekor ada di Kota Bau-Bau. Sementara itu, populasi ternak sapi perah dan domba tidak berkembang di Provinsi Sulawesi Tenggara. Peternakan kambing juga cukup berkembang di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan jumlah populasi ternak kambing yaitu ekor, dimana populasi terbanyak ada di Kab. Kolaka yaitu ekor dan populasi terendah ada di Kota Bau-Bau yaitu ekor. 22 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

23 Perikanan Laut Perikanan Darat Jumlah No. Kabupaten Produksi Nilai Produksi Nilai Produksi Nilai (ton) (000 Rp) (ton) (000 Rp) (ton) (000 Rp) 1 Kab. Button , , , ,90 2 Kab. Muna , , , , , ,00 3 Kab. Konawe , , , , , ,50 4 Kab. Kolaka , , , , , ,90 5 Kab. Konawe Selatan , , , , , ,50 6 Kab. Bombana , , , , , ,90 7 Kab. Wakatobi , , , ,20 8 Kab. Kolaka Utara , , , , , ,70 9 Kab. Buton Utara 606, ,5 638, , , ,50 10 Kab. Konawe Utara 4.143, , , , , ,60 11 Kota kendari , ,4 21, , , ,40 12 Kota Bau-bau , ,8 39, , ,80 Jumlah / Total , , , , , ,9 Produksi dan Nilai Produksi Ikan Darat dan Ikan Laut se-provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010 Sektor perikanan di Sulawesi Tenggara menghasilkan produksi sebanyak ,7 ton, dimana hasil perikanan laut mencapai 81% dan sisanya 19% dari hasil perikanan darat. Nilai produksi untuk perikanan laut sebesar Rp dan perikanan darat Rp Kab. Buton merupakan daerah yang memberikan kontribusi terbesar bagi produksi perikanan laut yaitu sebanyak ,3 ton, sedangkan daerah yang memberikan kontribusi terbesar bagi perikanan darat adalah Kab. Kolaka sebanyak ,3 ton. Perekonomian 23

24 Kode Gol. Pokok Industri Barang yang Dihasilkan Jasa Industri Yang diberikan pihak lain Keuntungan dari barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu pembelian Selisih nilai stock barang setengah jadi Penerimaan jasa non industri Jumlah 10/ /16/ / / /32/ Jumlah/Total Nilai Output Perusahaan Industri Besar dan Sedang menurut Golongan Pokok Industri Nilai output industri di Sulawesi Tenggara adalah sebesar Rp Nilai output paling tinggi adalah dari barang yang dihasilkan, sedangkan yang paling rendah adalah dari jasa industri yang diberikan pihak lain. 24 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

25 No. Kabupaten/Kota Hotel / Akomodasi Kamar Tempat Tidur Hotel dan Akomodasi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010 Ketersediaan hotel di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2010 sebanyak 265 buah, dengan jumlah kamar tidur buah dan jumlah tempat tidur sebanyak buah. Jumlah hotel, kamar dan tempat tidur paling banyak terdapat di Kota Kendari sebagai ibukota provinsi. Sedangkan yang terendah baik dari jumlah hotel, kamar, dan tempat tidur adalah Kab. Konawe Utara. 1 Kab. Button Kab. Muna Kab. Konawe Kab. Kolaka Kab. Konawe Selatan Kab. Bombana Kab. Wakatobi Kab. Kolaka Utara Kab. Buton Utara Kab. Konawe Utara Kota kendari Kota Bau-bau Jumlah / Total Perekonomian 25

26 No DAERAH Desember Tahunan Desember Tahunan Desember Tahunan 1 KOTA KENDARI 0,11 4,52 0,28 3,87 0,19 5,1 Laju inflasi Laju inflasi di Kendari berfluktuatif dari tahun Pada tahun 2009, inflasi mencapai 4,52% kemudian di tahun 2010 turun menjadi 3,87% dan di tahun 2011 kembali naik menjadi 5,1%. 26 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

27 Kesejahteraan Masyarakat 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2. Tingkat Pengangguran Terbuka 3. Jumlah Penduduk Miskin & Garis Kemiskinan Kesejahteraan Masyarakat 27

28 No. Kabupaten/Kota IPM Kab. Button 68,24 68,80 2 Kab. Muna 67,03 67,45 3 Kab. Konawe 69,27 69,77 4 Kab. Kolaka 70,41 70,83 5 Kab. Konawe Selatan 69,24 69,42 6 Kab. Bombana 66,63 67,20 7 Kab. Wakatobi 66,70 67,20 8 Kab. Kolaka Utara 68,50 68,93 9 Kab. Konawe Utara 67,97 68,38 10 Kab. Buton Utara 67,62 68,07 11 Kota Kendari 75,31 75,66 12 Kota Bau-bau 72,87 73,48 Prov. Sulawesi Tenggara 69,52 70,00 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) se-provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Berdasarka data IPM tahun dari BPS maka dapat dilihat bahwa IPM Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dari 69,52 di tahun 2009 menjadi 70,00 di tahun IPM tertinggi pada tahun 2010 adalah Kota Kendari yaitu sebesar 75,66, sedangkan IPM terendah adalah di Kab. Bombana dan Kab. Wakatobi yaitu 67,20. Secara umum, hanya dua daerah yang tingkat IPM nya di atas rata-rata IPM Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu Kota Kendari dan Kota Bau-Bau. 28 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

29 No. Kabupaten/Kota Agustus 2009 Agustus 2010 Agustus 2011 Pengangguran (Orang) TPT (%) Pengangguran (Orang) TPT (%) Pengangguran (Orang) 1 Kab. Buton , , ,29 2 Kab. Muna , , ,32 3 Kab. Konawe , , ,75 4 Kab. Kolaka , , ,12 5 Kab. Konawe Selatan , , ,33 6 Kab. Bombana , , ,55 7 Kab. Wakatobi , , ,45 8 Kab. Kolaka Utara , , ,94 9 Kab. Buton Utara 615 2, , ,76 10 Kab. Konawe Utara 980 4, , ,70 11 Kota Kendari , , ,64 12 Kota Baubau , , ,61 TPT (%) Jumlah / Total , , ,06 Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Tahun Berdasarkan data tingkat pengangguran dari BPS selama tiga tahun maka dapat dilihat bahwa jumlah pengangguran meningkat setiap tahunnya, namun TPT justru berkurang setiap tahunnya. Pada tahun 2011, Kota Kendari merupakan daerah dengan jumlah pengangguran terbanyak dan TPT terbesar. Sementara jumlah pengangguran terendah dan TPT terendah adalah Kab. Buton Utara. Kesejahteraan Masyarakat 29

30 No. Kabupaten Jumlah (000 jiwa) Persentase Kab. Buton 69,7 62,592 45,8 22,93 20,16 17,96 2 Kab. Konawe 55,7 50,78 42,2 22,40 19,97 17,46 3 Kab. Kolaka 68,7 64,147 59,7 22,46 20,46 18,91 4 Kab. Muna 59,9 54,22 46,6 22,42 20,02 17,37 5 Kota Kendari 23,6 22,44 23,3 8,53 7,88 8,02 6 Kota Bau-Bau 19,6 18,171 16,6 14,13 12,72 12,06 7 Kab. Konawe Selatan 43,7 40,374 35,7 16,74 15,17 13,50 8 Kab. Bombana 21,8 20,226 22,0 18,25 16,63 15,71 9 Kab. Wakatobi 24,9 23,048 17,1 22,53 20,42 18,52 10 Kab. Kolaka Utara 29,3 28,358 24,4 24,08 21,88 20,06 11 Kab. Konawe Utara 8,2 7,73 7,0 16,50 15,19 13,70 12 Kab. Buton Utara 12,1 11,035 10,3 22,86 20,58 18,80 Prov. Sulawesi Tenggara 437,1 403, ,2 19,38 17,44 15,70 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin se-provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin berkurangnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah. Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa jumlah dan persentase penduduk miskin Provinsi Sulawesi Tenggara semakin berkurang dari tahun Pada tahun 2010, jumlah penduduk miskin Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak jiwa, dimana jumlah penduduk miskin terbanyak ada di Kab. Kolaka yaitu jiwa dan jumlah penduduk miskin paling sedikit ada di Kab. Konawe Utara yaitu 7000 jiwa. Namun persentase penduduk miskin teringgi ada di Kab. Kolake Utara dan persentase penduduk miskin terendah ada di Kota Kendari. 30 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

31 Potensi Ekonomi Potensi Ekonomi 31

32 Potensi Ekonomi dan Investasi Sektor pertanian khususnya perkebunan di Sulawesi tenggara yang potensinya masih menarik dikembangkan di depan adalah kakao dan jambu mete. Berdasarkan data tahun 2009 produksi kakao mencapai ton dan produktivitasnya mencapai 868,89 kg/hektar, dengan jumlah petani yang membudidayakannya mencapai orang. Sedangkan untuk komoditi perkebunan jambu mete pada tahun 2009 mencapai ton dan produktivitasnya mencapai 341,15 kg/ hektar. Jumlah petani yang membudidayakan mete berjumlah orang. Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Kinerja sektor tersebut dipengaruhi oleh wisatawan dan banyaknya even berupa rapat koordinasi pemda dan pusat di Sulawesi tenggara. Selain itu juga semakin banyak frekuensi kunjungan investor dalam dan luar negeri untuk pemantauan potensi sektor pertambangan yang sedang gencar dipromosikan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Sektor perikanan di Sulawesi Tenggara juga potensial untuk terus ditumbuhkembangkan hal ini karena ditopang dengan luasnya wilayah perairan laut yang mencapai 114,879 km2 dan dengan potensi perikanan laut sebanyak 1.520,34 megaton dan produksi sebanyak 210,38 megaton. Sektor pertambangan dan energi menunjukkan beberapa potensi sebagai berikut: - Sentra industri semen direncanakan akan dibangun di Kab. Muna mengingat di daerah tersebut terdapat banyak potensi gypsum dan kapur. - Potensi panas bumi yaitu Lainea 60 MWE dan Mangolo 50 MWE. Tambang nikel memiliki deposit 97,4 miliaran ton dengan penyebaran di Kab. Kolaka Utara, Kolaka, Konawe Utara, Konawe Selatan, Konawe, dan Bombana (Pulau Kabaena). Estimasi deposit emas 1,125 juta ton. Penyebaran di Kab. Bombana dan Wawonii serta beberapa kabupaten lain yang sedang diteliti. Sementara potensi tambang lainnya adalah pasir kuarsa 5 miliar m3, marmer 206 miliar m3, lempung 884 miliar m3, oniks 547 ribu m3, gamping 1,6 triliun m3, dan mangan ha di Kab. Buton. Potensi lainnya yaitu pasir besi dan fosfat di Kab. Buton, Kab. Konawe Utara, Kab. 32 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

33 Konawe dan Kab. Bombana, Kromit dengan luas penyebaran ha, magnesit di Kab. Kolaka Utara, Kab. Kolaka, Kab. Konawe, dan Kab. Bombana. - Potensi industri biomassa kelapa bisa dikembangkan mengingat bahan baku kelapa banyak diproduksi. Secara rata-rata luas panen kelapa tahun 2006 hingga 2010 mencapai hektar Potensi Ekonomi 33

34 Gambaran Umum Keuangan Daerah 34 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

35 Komposisi APBD Prov. Sulawesi Tenggara Agregat Prov., Kab., dan Kota , ,00 Miliar Rupiah 6.000, , ,00 - (2.000,00) Pendapatan 5.400, , , , ,57 Belanja 5.338, , , , ,93 Surplus/Defisit 62,46 (204,54) 69,03 276,06 (504,35) Pembiayaan 467,93 532,21 227,19 256,54 175,70 Keterangan: Realisasi; 2012 Anggaran Keuangan Daerah 35

36 Komposisi Pendapatan APBD Prov. Sulawesi Tenggara Agregat Prov., Kab.,dan Kota Miliar Rupiah 8.000, , , , , , , , PAD 469,62 399,71 572,67 584,41 889,41 Daper 4.704, , , , ,32 L2PyS 226,84 370,97 507, ,57 716,84 Keterangan: Realisasi; 2012 Anggaran 36 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

37 Komposisi Belanja APBD Prov. Sulawesi Tenggara Agregat Prov., Kab.,dan Kota Miliar Rupiah 5.000, , , , , , , , ,00 500, B. Pegawai 2.361, , , , ,64 B. Barang Jasa 950, , , , ,47 B. Modal 1.664, , , , ,73 B. Lain2 361,84 318,21 506,93 600, ,09 Keterangan: Realisasi; 2012 Anggaran Keuangan Daerah 37

38 Komposisi Pendapatan Asli Daerah APBD Prov. Sulawesi Tenggara Agregat Prov., Kab., dan Kota (Rata-Rata Realisasi APBD ) Komposisi PAD Kab/Kota Komposisi PAD Prov. Pajak daerah 34,5% 18,8% Retribusi daerah 3,7% 20,6% 11,8% 34,9% Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 10,7% 65,0% Lain-lain PAD yang sah (Dalam Juta Rupiah) Uraian PAD Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Kab./Kota Provinsi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

39 Komposisi Pajak Daerah APBD Prov. Sulawesi Tenggara (Perbandingan Rata-Rata Realisasi APBD dengan Realisasi APBD 2011) 50,0 45,0 40,0 35,0 30,0 % 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 Lain-lain Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Pajak Kendaraan Bakar Kendaraan Bermotor Bermotor Pajak Air Permukaan Bea Balik Nama Kendaraan di atas air rata-rata (Dalam Juta Rupiah) Lainlain Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Air Permukaan Bea Balik Nama Kendaraan di atas air rata-rata ,628 26,314 19,088 16,384 0,534 0, ,934 45,310 30,927 22,374 0,445 0,000 Keuangan Daerah 39

40 Komposisi Pajak Daerah APBD Kab./Kota Prov. Sulawesi Tenggara (Perbandingan Rata-Rata Realisasi APBD dengan Realisasi APBD 2011) % 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0, rata-rata rata-rata Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C (Dalam Juta Rupiah) Pajak Penerangan Jalan Pajak Hotel BPHTB Pajak Restoran Pajak Reklame Pajak Lingkungan Pajak Hiburan lainlain Pajak Parkir Pajak Air Bawah Tanah Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 27,67 42,12 4,28 0,00 7,43 6,11 0,00 1,86 9,05 1,44 0,06 0, ,40 23,42 13,75 8,97 8,80 3,54 1,04 0,63 0,27 0,18 0,10 0,00 40 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

41 Tren Simpanan Pemda se-provinsi Sulawesi Tenggara di Perbankan Agregat Prov., Kab., dan Kota Miliar Rupiah Jan feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt sep Okt Nov Des Keuangan Daerah 41

42 Potret Dana Simpanan Pemda di Perbankan Prov. Sulawesi Tenggara Dalam bentuk Tabungan, Simpanan Berjangka dan Giro Agregat Prov., Kab., dan Kota SULTRA Nasional SULTRA Nasional Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

43 18,00% 16,00% 14,00% 12,00% 10,00% 8,00% 6,00% 4,00% 2,00% 0,00% 15,35% 3,27% Trend Persentase Dana Idle Terhadap Realisasi Belanja Daerah Prov. Sulawesi Tenggara Agregat Prov., Kab., dan Kota 14,64% 3,31% 16,15% 6,08% Trend persentase dana idle terhadap realisasi belanja daerah di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami kenaikan pada tahun anggaran 2011 dibandingkan tahun sebelumnya Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan belanja semakin rendah di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara SULTRA Nasional NAS SULTRA NAS SULTRA NAS SULTRA Belanja 389,7 6, ,3 498,1 7,41 Idle 59,8 0,2 62,1 0,21 80,5 0,45 % Idle/Blj 15,35% 3,27% 14,65% 3,31% 16,16% 6,08% Keuangan Daerah 43

44 Estimasi Realisasi Belanja Daerah Agregat Prov., Kab. dan Kota Sampai Dengan Bulan September 2012 (Persentase) % Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Secara persentase, estimasi realisasi belanja daerah sampai dengan bulan September 2012 adalah sebesar 57,8%, lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

45 Estimasi Realisasi Belanja Daerah Agregat Prov. Sulawesi Tenggara Sampai Dengan Bulan September 2012 (Persentase) , Kaltim Riau DKI Babel Papua Papbar Kalsel Bali Banten Bengkulu Kalbar Sumut Jambi Sumbar Jabar DIY Kalteng Sumsel Kepri Aceh Jateng Sultra NTT Sulbar NTB Sulteng Maluku Jatim Lampung Gorontalo Sulsel Sulut Malut + Rata-rata realisasi APBD 2012 sampai dengan bulan September 2012 agregat per prov. adalah sebesar 57,8%. + Terdapat 12 daerah yang mempunyai realisasi belanja di bawah rata-rata sedangkan 21 daerah mempunyai realisasi belanja di atas rata-rata. + Realisasi belanja terendah adalah Prov. Kalimantan Timur yaitu sebesar 41,6% sedangkan yang tertinggi adalah Prov. Maluku Utara sebesar 71,2%. Keuangan Daerah 45

46 Opini BPK atas LKPD Pemda Se-Provinsi Sulawesi Tenggara Nama Daerah OPINI BPK Prov. Sulawesi Tenggara TMP TMP WDP Kab. Bombana TMP TMP Kab. Buton WDP WDP WTP Kab. Buton Utara TMP TMP Kab. Kolaka TW TW WDP Kab. Kolaka Utara TW WDP Kab. Konawe TMP TMP Kab. Konawe Selatan TMP TMP TMP Kab. Konawe Utara TMP TMP Kab. Muna TMP TMP Kab. Wakatobi TMP TW Kota Bau~Bau TW TMP TMP Kota Kendari TW WDP WDP 46 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

47 Kondisi Keuangan Daerah Indikator Kondisi Keuangan Daerah 1. Rasio Pendapatan Daerah / Jumlah Penduduk 2. Rasio PAD/ Total Pendapatan Daerah 3. Rasio Ruang Fiskal / Total Pendapatan Daerah 4. Rasio Pajak Daerah dan Retribusi Daerah/ PDRB 5. Rasio Belanja Modal / Total Belanja Daerah 6. Rasio Total Pendapatan Daerah / Total Belanja Daerah 7. Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung / Total Belanja Daerah 8. Rasio SiLPA tahun sebelumnya / Belanja Daerah 9. Rasio Pembayaran Pokok Hutang dan Bunga / Total Pendapatan Daerah Kondisi Keuangan Daerah 47

48 Kondisi Keuangan Daerah Prov. Sulawesi Tenggara Agregat Prov., Kab., dan Kota Pendapatan Daerah / Jumlah Penduduk PAD / Total Pendapatan Daerah Ribuan , , , , , , , , , , Nasional prov. Sulawesi Tenggara 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05-0,21 0,18 0,18 0,19 0,16 0,09 0,09 0,06 0,07 0, Nasional prov. Sulawesi Tenggara + Rasio ini mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melayani per satu orang penduduknya + Rasio pendapatan daerah per kapita provinsi Sulawesi Tenggara memiliki tren meningkat seperti tren pendapatan per kapita nasional. Namun demikian, pendapatan per kapita Provinsi Sulawesi Tenggara lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan per kapita nasional + Rasio ini mengukur tingkat kemandirian daerah yaitu kemampuan daerah dalam mendanai belanjanya dengan pendapatan asli daerah (PAD) + Rasio PAD Per Total Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki tren yang fluktuatif kadang naik kadang turun. Namun demikian, rasio PAD per total Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara lebih rendah dibandingkan rasio secara nasional 48 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

49 Kondisi Keuangan Daerah Prov. Sulawesi Tenggara Agregat Prov., Kab., dan Kota Ruang Fiskal / Total Pendapatan Daerah Pajak Daerah + Retribusi Daerah / PDRB 0,60 0,40 0,20-0,55 0,49 0,44 0,49 0,42 0,41 0,40 0,36 0,35 0, Nasional prov. Sulawesi Tenggara 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% 1,34% 1,42% 1,58% 1,27% 1,33% 1,16% 1,19% 1,28% 1,29% 0,97% Nasional prov. Sulawesi Tenggara + Rasio ini mengukur seberapa besar ruang fiskal atau keleluasaan yang dimiliki daerah dalam menggunakan dananya secara bebas dalam menentukan prioritas belanja yang akan didanai + Tren rasio ruang fiskal per total pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki kecenderungan menurun seperti halnya rasio secara nasional. Rasio ruang fiskal per total pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara lebih rendah dibandingkan dengan rasio secara nasional + Rasio ini mengukur tingkat kemampuan daerah dalam menggali potensi pajak dan retribusi daerahnya + Tren rasio pajak daerah dan retribusi daerah per PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki tren yang meningkat seperti halnya tren nasional. Pada tahun 2011, rasio pajak daerah dan retribusi daerah per PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan rasio secara nasional. Kondisi Keuangan Daerah 49

50 Kondisi Keuangan Daerah Prov. Sulawesi Tenggara Agregat Prov., Kab., dan Kota Belanja Modal / Total Belanja Rasio Total Pendapatan Daerah / Total Belanja Daerah 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 32,46% 31,18% 30,21% 23,69% 24,49% 28,95% 27,46% 26,19% 22,17% 21,67% 110,00% 105,00% 100,00% 95,00% 104,07% 103,64% 102,66% 101,17% 97,04% 96,68% 102,22% 101,10% 105,70% 103,73% 0,00% Nasional prov. Sulawesi Tenggara 90,00% Nasional prov. Sulawesi Tenggara + Rasio ini mengukur seberapa besar daerah mengalokasikan belanja modal terhadap total belanjanya + Tren rasio belanja modal per total belanja Provinsi Sulawesi Tenggara cenderung menurun seperti tren rasio secara nasional, walaupun sedikit naik pada Namun demikian, rasio belanja modal per total belanja Sulawesi Tenggara lebih tinggi dibandingkan dengan rasio secara nasional + Rasio ini mengukur tingkat kemampuan keuangan daerah dalam mendanai belanja daerah + Tren rasio total pendapatan daerah per total belanja daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara cenderung fluktuatif mengalami penurunan pada tahun 2009 kemudian naik pada tahun 2010 dan Pada tahun 2011, rasio total pendapatan daerah per total belanja daerah Provinsi Sulawesi Tenggara lebih rendah dibandingkan dengan rasio secara nasional. 50 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI TENGGARA

51 Kondisi Keuangan Daerah Prov. Sulawesi Tenggara Agregat Prov., Kab., dan Kota Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung / Total Belanja Daerah Rasio SiLPA Tahun Sebelumnya / Belanja Daerah 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 37,4% 28,4% 35,9% 28,0% 39,4% 33,7% 43,8% 40,6% 40,2% 39,4% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 20,06% 12,61% 17,07% 9,35% 17,56% 12,29% 11,47% 10,0% 0,0% Nasional prov. Sulawesi Tenggara 5,00% 0,00% 8,42% 3,30% 4,24% Nasional prov. Sulawesi Tenggara + Rasio ini mengukur seberapa besar daerah mengalokasikan belanja pegawai tidak langsung terhadap total belanjanya + Rasio belanja pegawai tidak langsung per total belanja daerah Provinsi Sulawesi Tenggara cenderung meningkat pada tahun 2009 hingga 2010 kemudian menurun pada tahun Pada tahun 2011, rasio belanja pegawai tidak langsung per total belanja daerah Provinsi Sulawesi Tenggara lebih rendah dibandingkan dengan rasio secara nasional. + Rasio ini mengukur proporsi SiLPA tahun sebelumnya terhadap belanja daerah tahun berjalan + Rasio SiLPA terhadap belanja daerah Provinsi Sulawesi Tenggara cenderung menurun sama dengan rasio secara nasional yang juga cenderung turun, namun untuk Provinsi Sulawesi Tenggara ini sedikit naik pada tahun Pada tahun 2011 rasio SiLPA terhadap belanja Provinsi Sulawesi Tenggara lebih rendah dibandingkan rasio secara nasional. Kondisi Keuangan Daerah 51

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA TIMUR Peta Nusa Tenggara Timur 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI Selatan Peta Sulawesi Selatan 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi MALUKU UTARA Peta Maluku Utara 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi Gorontalo Peta Gorontalo 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi GORONTALO

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Peta Sulawesi Tengah 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi MALUKU Peta Maluku 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi maluku Daftar

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi PAPUA BARAT Peta Papua Barat 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran

Lebih terperinci

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan http://simpadu-pk.bappenas.go.id 137448.622 1419265.7 148849.838 1548271.878 1614198.418 1784.239 1789143.87 18967.83 199946.591 294358.9 2222986.856

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Peta Nusa Tenggara Barat 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI BARAT Peta Sulawesi Barat 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BAB 4 Kondisi Ketenagakerjaan Aceh kembali memburuk, terlihat dari TPAK yang menunjukkan penurunan cukup dalam dari 65,85 per Februari 212 menjadi

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

Deskripsi dan Analisis

Deskripsi dan Analisis 1 Deskripsi dan Analisis APBD 2012 ii Deskripsi dan Analisis APBD 2012 Daftar Isi DAFTAR ISI...iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii KATA PENGANTAR... xi EKSEKUTIF SUMMARY...xiii BAB I PENDAHULUAN...1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS. April 2017

DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS. April 2017 DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS April 2017 2 Data Sosial Ekonomi Strategis April 2017 Ringkasan Indikator Strategis Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Perdagangan Internasional Kemiskinan & Rasio Gini Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

TABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA

TABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA No. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II TUMBUH 5,21 PERSEN Pertumbuhan ekonomi NTT yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 1 indikator kesejahteraan DAERAH provinsi sulawesi tenggara sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Jl. Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

Dr. Ir. Sukardi, M.Si

Dr. Ir. Sukardi, M.Si DATA MENCERDASKAN BANGSA Disampaikan Pada Acara : Rapat Koordinasi Pembangunan antara Gubernur dengan Bupati/Walikota dan SKPD Provinsi Kalimantan Tengah Di Aula Serba Guna BAPPEDA Provinsi Kalteng, 12

Lebih terperinci

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 Penilaian Status Capaian Pelaksanaan Kegiatan/ Program Menurut e-monev DJA CAPAIAN KINERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii 1 ii Deskripsi dan Analisis APBD 2014 KATA PENGANTAR Pelaksanaan desentralisasi fiskal yang dimulai sejak tahun 2001 menunjukkan fakta bahwa dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii 1 ii Deskripsi dan Analisis APBD 2013 KATA PENGANTAR Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan fiskal yang utama bagi pemerintah daerah. Dalam APBD termuat prioritas-prioritas

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi bali Peta Bali 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi BALI Daftar Isi

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 Palangka Raya, 16Desember 2015 DR. Ir. Sukardi, M.Si Kepala BPS

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS PROVINSI DALAM PENYUSUNAN RKP 2012

ISU STRATEGIS PROVINSI DALAM PENYUSUNAN RKP 2012 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS ISU STRATEGIS PROVINSI DALAM PENYUSUNAN RKP 2012 DIREKTUR PENGEMBANGAN WILAYAH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Jakarta, 10 Maret 2011 OUTLINE

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia

Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia 04/03/2012 Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel Oleh Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia Latar Belakang Provinsi Sulsel sebagai pintu gerbang Indonesia Timur?? Dari segi kesehatan keuangan suatu

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi SULAWESI UTARA Peta Sulawesi Utara 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 11/02/51/Th. IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. JANUARI 2015, NTP BALI TURUN SEBESAR 0,01 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Januari

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. 07 November 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. 07 November 2016 BADAN PUSAT STATISTIK 07 November 2016 Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah (Produk Domestik Regional Bruto) Indeks Tendensi Konsumen 7 November 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan satu dari banyak permasalahan yang terjadi di seluruh negara di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini terjadi karena

Lebih terperinci

Dr. Ir. Sukardi, M.Si

Dr. Ir. Sukardi, M.Si BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Disampaikan Pada Acara : Rapat Koordinasi Pengendalian (RAKORDAL) Triwulan III Tahun Anggaran 2015 Provinsi Kalimantan Tengah Di Aula Serba Guna BAPPEDA

Lebih terperinci

POTENSI SUMBERDAYA ALAM DAN PEMBANGUNAN DI SULAWESI TENGGARA H. NUR ALAM GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

POTENSI SUMBERDAYA ALAM DAN PEMBANGUNAN DI SULAWESI TENGGARA H. NUR ALAM GUBERNUR SULAWESI TENGGARA POTENSI SUMBERDAYA ALAM DAN PEMBANGUNAN DI SULAWESI TENGGARA H. NUR ALAM GUBERNUR SULAWESI TENGGARA PERTH, FEBRUARI 2013 GAMBARAN UMUM LUAS SULAWESI TENGGARA TERDIRI DARI LUAS WILAYAH DARATAN 38.140

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki potensi sumber daya yang sangat besar baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, untuk sumber daya alam tidak

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografis Negara Indonesia Penulis menyajikan gambaran umum yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi di 33 provinsi Indonesia. Sumber : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH

DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN 2010-2014 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH BAB.I ARAH KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN WILAYAH 2010-2014 1.1 Pendahuluan...

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah telah melahirkan desentralisasi fiskal yang dapat memberikan suatu perubahan kewenangan bagi hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA 86 5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA Profil kinerja fiskal, perekonomian, dan kemiskinan sektoral daerah pada bagian ini dianalisis secara deskriptif berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57 No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Juli 2016, NTP Daerah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3. Hubungan Antar-Dokumen Perencanaan... I-6 1.4. Maksud

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. INSENTIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Pelayanan Publik Daerah)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. INSENTIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Pelayanan Publik Daerah) KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA INSENTIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Pelayanan Publik Daerah) Disampaikan pada Kegiatan Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi Jakarta, 01 Desember

Lebih terperinci

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 1 indikator kesejahteraan DAERAH provinsi maluku sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Jl. Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat 111 Telp

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 105,26

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 105,26 No. 59/11/34/Th.XVIII, 1 November 2016 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 105,26 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Oktober 2016,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkaan uraian sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) zona/klasifikasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 1 indikator kesejahteraan DAERAH provinsi kepulauan riau sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Jl. Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23 No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada November 2016,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 1 indikator kesejahteraan DAERAH provinsi banten sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Jl. Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat 111 Telp

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website: PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan upaya kesehatan/memperbaiki keadaan kesehatan yang

Lebih terperinci

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) F INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) Kemampuan Siswa dalam Menyerap Mata Pelajaran, dan dapat sebagai pendekatan melihat kompetensi Pendidik dalam menyampaikan mata pelajaran 1

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Provinsi Papua. Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan luas wilayahnya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara astronomis, Indonesia terletak antara 6 08 Lintang Utara dan 11 15 Lintang Selatan dan antara 94 45 141 05 Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau

Lebih terperinci

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 1 indikator kesejahteraan DAERAH provinsi maluku utara sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Jl. Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat 111

Lebih terperinci