DAFTAR ISI. Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv BAB I : PENDAHULUAN Kriteria perancangan 1 1. Prosedur Umum dalam Perancangan mesin 1 1. Pertimbangan Umum dalam Perancangan mesin 1.4 Standar, kode, dan peraturan pemerintah dalam desain BAB II: DASAR PEMBEBANAN 4.1 Gaya aksial 4. Geser murni 7. Working Stress (tegangan kerja) 8.4 Faktor Keamanan (N) 8 Latihan soal 9 BAB III: TEGANGAN BENDING DAN TORSI 10.1 Tegangan Geser Torsi 10. Tegangan Bending dalam Balok Lurus 14 Latihan soal 19 BAB IV: SAMBUNGAN KELING Pendahuluan 1 4. Metode Pengelingan 1 4. Material Keling 4.4 Tipe Kepala Keling 4.5 Tipe Sambungan Keling Kegagalan Sambungan Keling Kekuatan dan Efisiensi Sambungan Keling Sambungan Keling untuk Struktur Sambungan Keling dengan Beban Eksentris 5 Latihan soal 4 BAB V : SAMBUNGAN LAS (WELDING JOINT) Pendahuluan Jenis Sambungan Las Kekuatan sambungan las fillet melintang Kekuatan sambungan las fillet sejajar Kasus khusus sambungan las fillet Kekuatan Butt Joint Beban eksentris sambungan las 55 Latihan soal 65 BAB VI: SAMBUNGAN ULIR Pendahuluan Istilah penting pada ulir Jenis ulir Jenis Sambungan ulir Dimensi standar ulir 71 iv

2 6.6 Sambungan baut akibat beban eksentris Beban eksentris yang sejajar terhadap dengan sumbu baut Beban eksentris yang tegak lurus terhadap sumbu baut Beban eksentris pada bracket dengan sambungan melingkar 77 Latihan soal 79 BAB VII: KOPLING Pendahuluan Tipe Kopling Sleeve atau Muff Coupling Clamp atau Compression Coupling Flange Coupling (kopling flens) 86 Latihan soal 90 BAB VIII: PEGAS Pendahuluan Tipe Pegas Pegas helix Defleksi pada pegas helix Energi yang tersimpan dalam pegas helix berkawat lingkaran Beban fatik pada pegas helix 98 Latihan soal 10 DAFTAR PUSTAKA 10 v

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kriteria perancangan Meskipun criteria yang digunakan oleh seorang perancang adalah banyak, namun semuanya tertuju pada kriteria berikut ini: 1. Function (fungsi/pemakaian). Safety (keamanan). Reliability (dapat dihandalkan) 4. Cost (biaya) 5. Manufacturability (dapat diproduksi) 6. Marketability (dapat dipasarkan) Kriteria, pertimbangan dan prosedur tambahan yang dimasukkan dalam program secara khusus masalah keamanan produk, kegagalan pemakaian (malfunction) suatu produk. Beberapa pertimbangan dan prosedur penting itu adalah: 1. Pengembangan dan penggunaan suatu system rancang ulang secara khusus menegaskan analisa kegagalan, mempertimbangkan keamanan, dan memenuhi standar dan pemerintahan.. Pengembangan daftar ragam operasi dan pemeriksaan penggunaan produk dalam setiap mode/ragam.. Identifikasi lingkungan pemakaian produk, termasuk memperkirakan pemakaian, menduga penyalahgunaan, dan fungsi yang diharapkan. 4. Penggunaan teori desain spesifik yang menegaskan kegagalan atau analisa kegagalan pemakaian dan mempertimbangkan keamanan dalam setiap ragam operasi. 1. Prosedur Umum dalam Perancangan mesin Dalam perancangan komponen mesin di sisni tidak ada aturan yang baku. Masalah perancangan mungkin bisa diselesaikan dengan banyak cara. Jadi, prosedur umum untuk menyelesaikan masalah perancangan adalah sebagai berikut: 1. Mengenali kebutuhan/tujuan. Pertama adalah membuat pernyataan yang lengkap dari masalah perancangan, menunjukkan kebutuhan/tujuan, maksud/usulan dari mesin yang dirancang. 1

4 . Mekanisme. Pilih mekanisme atau kelompok mekanisme yang mungkin.. Analisis gaya. Tentukan gaya aksi pada setiap bagian mesin dan energi yang ditransmisikan pada setiap bagian mesin. 4. Pemilihan material. Pilih material yang paling sesuai untuk setiap bagian dari mesin. 5. Rancang elemen-elemen (ukuran dan tegangan). Tentukan bentuk dan ukuran bagian mesin dengan mempertimbangkan gaya aksi pada elemen mesin dan tegangan yang diijinkan untuk material yang digunakan. 6. Modifikasi. Merubah/memodifikasi ukuran berdasarkan pengalaman produksi yang lalu. Pertimbangan ini biasanya untuk menghemat biaya produksi. 7. Gambar detail. Menggambar secara detail setiap komponen dan perakitan mesin dengan spesifikasi lengkap untuk proses produksi. 8. Produksi. Komponen bagian mesin seperti tercantum dalam gambar detail diproduksi di workshop. Diagram alir untuk prosedur umum perancangan mesin dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini. Pengenalan kebutuhan Sintesis(mekanisme) Analisa gaya Pemilihan bahan Desain Elemen (ukuran dan tegangan-tegangan) Modifikasi Gambar detail Produksi Gambar 1.1 Diagram alir 1. Pertimbangan Umum dalam Perancangan mesin Berikut adalah pertimbangan umum dalam perancangan sebuah komponen mesin. 1. Jenis beban dan tegangan-tegangan yang bekerja pada komponen mesin.. Gerak dari bagian-bagian atau kinematika dari mesin.. Pemilihan material.

5 4. Bentuk dan ukuran part. 5. Tahan gesekan dan pelumasan. 6. Segi ketepatan dan ekonomi. 7. Penggunaan standar part. 8. Keamanan operasi. 9. Fasilitas workshop (bengkel). 10. Jumlah mesin untuk produksi. 11. Biaya Konstruksi. 1. Perakitan (assembling). 1.4 Standar, kode, dan peraturan pemerintah dalam desain Pembatas desain disediakan oleh organisasi pemasaran dan manajemen insinyurinsinyur termasuk standar, kode, dan peraturan-peraturan pemerintah, baik dalam dan luar negeri. Standar adalah didefinisikan sebagai kriteria, aturan, prinsip, atau gambaran yang dipertimbangkan oleh seorang ahli, sebagai dasar perbandingan atau keputusan atau sebagai model yang diakui. Kode adalah koleksi sistematis dari hukum yang ada pada suatu negara atau aturanaturan yang berhubungan dengan subyek yang diberikan. Peraturan pemerintah adalan peraturan-peraturan yang berkembang sebagai hasil perundang-undangan untuk mengontrol beberapa area kegiatan. Contoh perarturan pemerintah Amerika adalah: ANSI : American National Standards Institute SAE : Society of Automotive Engineers ASTM : American Society for Testing and Materials AISI : American Iron and Steel Institute

6 BAB II DASAR PEMBEBANAN Dasar pembebanan pada elemen mesin adalah beban (gaya) aksial, gaya geser murni, torsi dan bending. Setiap gaya menghasilkan tegangan pada elemen mesin, dan juga deformasi, artinya perubahan bentuk. Di sini hanya ada jenis tegangan: normal dan geser. Gaya aksial menghasilkan tegangan normal. Torsi dan geser murni, menghasilkan tegangan geser, dan bending menghasilkan tegangan normal dan geser..1 Gaya aksial Balok pada Gambar.1 dibebani tarik sepanjang axis oleh gaya P pada tiap ujungnya. Balok ini mempunyai penampang yang seragam (uniform), dan luas penampang A yang konstan. Gambar.1 : Gaya aksial pada balok Tegangan. Dua gaya P menghasilkan beban tarik sepanjang axis balok, menghasilkan tegangan normal tarik sebesar: P (-1) A Contoh 1. Tentukan tegangan normal pada sebuah balok persegi dengan sisi a = 5cm ditarik dengan gaya P = 55 kn. Penyelesaian : P = 55 kn = N a = 5cm = 0,05m Menghitung luas penampang balok A = a = (0,05m) = 0,0005 m. Menghitung tegangan normal dalam balok : Contoh. P A N / m MPa N 0,0005m 4

7 Hitung luas penampang minimum (A min ) yang dibutuhkan untuk balok yang dibebani tarik secara aksial oleh gaya P = 45 kn agar tidak melebihi tegangan normal maksimum max = 50 MPa. Penyelesaian : Mulai dengan Persamaan (-1) dengan tegangan normal adalah maksimum max dan area A adalah minimum untuk memberikan: A max min P A min P max N N / m 0,00018m Contoh. Sambungan rantai besi cor seperti Gambar. di bawah ini dipakai untuk mentransmisikan beban tarik yang tetap sebesar 45 kn. Tentukan tegangan tarik yang terjadi dalam material rantai pada potongan A-A dan B-B. Gambar. Seluruh dimensi dalam mm. Penyelesaian : Diketahui : P = 45 kn = N Tegangan tarik t1 yang terjadi penampang A-A adalah: A 1 = 0.45 = 900 mm. t1 = P/A 1 = N/900 mm = 50 N/mm = 50 MPa Tegangan tarik t yang terjadi penampang B-B adalah: A = 0.(75-40) = 700 mm. t = P/A = N/700 mm = 64, N/mm = 64, MPa. Regangan. 5

8 Gaya aksial pada Gambar.1 juga menghasilkan regangan aksial : (-) L dengan adalah pertambahan panjang (deformasi) dan L adalah panjang balok. Contoh 4. Hitung regangan untuk pertambahan panjang = 0,08cm dan panjang balok L = 1,9m. Penyelesaian : Menghitung regangan : 0,08cm L 1,9.100cm 0,000 Diagram tegangan-regangan. Jika tegangan diplotkan berlawanan dengan regangan untuk balok yang dibebani secara aksial, diagram tegangan-regangan untuk material ulet dapat dilihat pada Gambar., dengan A adalah batas proporsional, B batas elastis, D kekuatan ultimate (maksimum), dan F titik patah. Gambar. : Diagram tegangan-regangan untuk material ulet Diagram tegangan-regangan adalah linier sampai batas proporsional, dan mempunyai slope (kemiringan) E dinamakan modulus elstisitas. Dalam daerah ini persamaan garis lurus sampai batas proporsional dinamakan hukum Hooke s, dan diberikan oleh Persamaan (-): = E (-). Geser murni 6

9 ini: Sambungan balok dengan paku keling tunggal seperti pada Gambar. di bawah Gambar. : Gaya geser murni Tegangan. Jika keling dipotong pada bagian tengah sambungan untuk mendapatkan luas penampang A dari keling, kemudian menghasilkan diagram benda bebas pada Gambar.4. Gambar.4: Diagram benda bebas Gaya geser V memberikan aksi pada bagian penampang keling dan oleh keseimbangan statis sama dengan besarnya gaya P. Tegangan geser dalam keling adalah: V P (-4) A A keling Satuan tegangan geser sama dengan tegangan normal, yaitu pound per square inch (psi) dan N/m atau Pascal (Pa). Andaikata dua sambungan keeling ditarik secara bersamaan seperti di bawah ini: Gambar.5: Dua sambungan keling (tampak atas) Jika kedua keling dipotong bagian tengah sambungan untuk mendapatkan luas penampang A dari keling, kemudian menghasilkan diagram benda bebas pada Gambar.6. Gambar.6: Diagram benda bebas 7

10 Tegangan geser dalam keling adalah: V P / P (-5) A A keling A keling Jumlah paku keling bertambah, maka tegangan geser setiap keling menjadi berkurang. Contoh 5. Tentukan tegangan geser dalam salah satu dari empat sambungan keling jika diketahui P = 45 kn dan diameter D = 0,6 cm. Penyelesaian : Diketahui: P = 45kN = N D = 0,6 cm = 0,006 m Menghitung penampang setiap keling A: A = D /4 =,14.(0,006m) /4 = 0,0000 m. Di sini 4 keling harus menahan gaya P, gaya geser V untuk tiap keling adalah: 4V = P V = P/4 = N/4 = 11.50N Menghitung tegangan geser tiap keling adalah: V Akeling 11.50N m N / m 75MPa. Working Stress (tegangan kerja) Ketika perancangan elemen mesin, tegangan yang terjadi harus lebih rendah dari pada tegangan ultimate atau maksimum. Tegangan yang terjadi ini dinamakan working stress atau design stress. Atau dinamakan juga tegangan yang dijinkan. Catatan: Kegagalan desain tidak berarti bahwa material mengalami patah. Beberapa elemen mesin dikatakan gagal ketika mereka mengalami deformasi plastis, dan mereka tidak bisa melakukan fungsi mereka dengan memuaskan..4 Faktor Keamanan (N) Definisi umum faktor keamanan adalah rasio antara tegangan maksimum (maximum stress) dengan tegangan kerja (working stress), secara matematis ditulis: 8

11 Maximum stress Faktor Keamanan Working atau design stress Untuk material yang ulet seperti baja karbon rendah, faktor keamanan didasarkan pada yield point stress (tegangan titik luluh); Yield point stress Faktor Keamanan Working atau design stress Untuk material yang getas seperti besi cor, faktor keamanan didasarkan pada ultimate stress (kekuatan tarik); Ultimate stress Faktor Keamanan Working atau design stress Hubungan ini bisa juga digunakan untuk material yang ulet. Catatan : rumus di atas untuk faktor keamanan pada beban statis. Latihan: 1. Dua batang bundar berdiameter 50mm dihubungkan oleh pin, seperti pada Gambar.7, diameter pin 40 mm. Jika sebuah tarikan 10 kn diberikan pada setiap ujung batang, tentukan tegangan tarik dalam batang dan tegangan geser dalam pin. Gambar.7. Diameter piston mesin uap adalah 00mm dan tekanan uap maksimum adalah 0,7 N/mm. Jika tegangan tekan yang diijinkan untuk material batang piston adalah 40 N/mm, tentukan ukuran batang piston.. Batang balok persegi 0mm x 0mm membawa sebuah beban. Batang tersebut dihubungkan ke sebuat bracket dengan 6 baut. Hitung diameter baut jika tegangan maksimum dalam batang balok adalah 150 N/mm dan dalam baut 75 N/mm. 9

12 BAB III TEGANGAN BENDING DAN TORSI Kadang-kadang elemen mesin menerima torsi murni atau bending murni, atau kombinasi tegangan bending dan torsi. Kita akan membahas secara detail mengenai tegangan ini pada halaman berikut ini..1 Tegangan Geser Torsi Ketika bagian mesin menerima aksi dua kopel yang sama dan berlawanan dalam bidang yang sejajar (atau momen torsi), kemudian bagian mesin ini dikatakan menerima torsi. Tegangan yang diakibatkan oleh torsi dinamakan tegangan geser torsi. Tegangan geser torsi adalah nol pada pusat poros dan maksimum pada permukaan luar. Perhatikan sebuah poros yang dijepit pada salah satu ujungnya dan menerima torsi pada ujung yang lain seperti pada Gambar.1. Akibat torsi, setiap bagian yang terpotong menerima tegangan geser torsi. Kita akan membahas tegangan geser torsi adalah nol pada pusat poros dan maksimum pada permukaan luar. Tegangan geser torsi maksimum pada permukaan luar poros dengan rumus sebagai berikut: T C. r J l (-1) Gambar.1 Tegangan geser torsi Dengan = Tegangan geser torsi pada permukaan luar poros atau Tegangan geser maksimum. r = Radius poros, T = Momen puntir atau torsi, J = Momen inersia polar, C = Modulus kekakuan untuk material poros, 10

13 Catatan: l = Panjang poros, = Sudut puntir dalam radian sepanjang l. 1. Tegangan geser torsi pada jarak x dari pusat poros adalah: x x r. Dari persamaan (-1) diperoleh: T J r atau J T r Untuk poros pejal berdiameter d, momen inersia polar J adalah: 4 J I XX IYY. d. d T.. d... d d d Untuk poros berlubang dengan diameter luar d o dan diameter dalam d i, momen inersia polar J adalah: 4 4 d o J [( d o ) ( d i ) ] dan r ( d o ) ( d i ) T. [( d o ) ( d i ) ].. d o 16 d o 4 d i. ( d o ) (1 k ) dimana k 16 d. Istilah (C.J) dinamakan kekakuan torsi (torsional rigidity) dari poros. 4. Kekuatan poros berarti torsi maksimum yang ditransmisikan oleh poros. Jadi desain sebuah poros untuk kekuatan, persamaan diatas bisa digunakan. Daya yang ditransmisikan oleh poros (dalam watt) adalah:.. N. T P 60 T. Dengan T = Torsi yang ditransmisikan dalam N-m, dan = kecepatan sudut dalam rad/s. 4 o 4 Contoh 1: Sebuah poros mentransmisikan daya 100kW pada putaran 160rpm. Tentukan diameter poros jika torsi maksimum yang ditransmisikan melebihi rata-rata 5%. Ambil tegangan geser maksimum yang diijinkan adalah 70 MPa. 11

14 Solusi: P = 100 kw = W; N = 160 rpm; T max = 1,5.T rata ; = 70 MPa = 70 N/mm, Daya yang ditransmisikan P adalah:.. N. Trata., T Trata 5966,6N m 16,76 Torsi maksimum yang ditransmisikan T max adalah: T max = 1,5.T rata = 1,5.5966,6 N-m = 7458 N-m = N-mm rata Diameter poros d ketika torsi maksimum adalah: T max d.. d 16, d 16 54,4.10 d 81,5mm 16,76. T rata Contoh. Poros baja berdiamter 5 mm dan panjang 1, m dijepit pada satu ujungnya oleh hand wheel berdiameter 500mm dikunci pada ujung yang lain. Modulus kekakuan dari baja adalah 80 GPa. 1. Berapa beban yang dipakai untuk menahan piringan roda yang menghasilkan tegangan geser torsi 60 MPa?. Berapa derajat roda memuntir ketika beban dipakai? Penyelesaian: d = 5 mm atau r = 17,5 mm; untuk poros l = 1, m = 100 mm; D = 500 mm atau R = 50 mm; untuk roda. C = 80 GPa = 80 kn/mm = N/mm ; = 60 MPa = 60 N/mm. 1

15 1. Beban yang dipakai untuk menahan piringan roda (W). Torsi yang dipakai untuk hand wheel (T), T = W.R = W.50 = 50 W N-mm Momen inersia polar poros J adalah: J. d 4,14.5 Kita mengetahui bahwa: 50W , , 5 W 00 N T J 4 r 147,4.10 mm 4. Berapa derajat roda memuntir ketika beban W = 00N dipakai. Kita mengetahui bahwa: T J C. l T. l J. C 147, ,05 o Contoh : Sebuah poros mentransmisikan daya 97,5 kw pada 180 rpm. Jika tegangan geser yang diijinkan pada material adalah 60 MPa, tentukan diameter yang sesuai untuk poros. Poros tidak boleh memuntir lebih dari 1 o pada panjang meter. Ambil C = 80 GPa. Penyelesaian: Diketahui: P = 97,5 kw; N = 180 rpm; = 60 MPa = 60 N/mm ; = 1 o = /180 = 0,0174 rad; l = m = 000 mm; C = 80 GPa = N/m = N/mm. Misalkan T = Torsi yang ditransmisikan oleh poros dalam Nm, dan d = diameter dalam mm. Kita mengetahui bahwa daya yang ditransmisikan oleh poros (P), 97, N. T T 18,85. T T = 97,5.10 /18,85 = 517 Nm = Nmm. Sekarang mari kita menentukan diameter poros berdasarkan pada kekuatan dan kekakuan. 1. Pertimbangan kekuatan poros Kita mengetahui bahwa torsi yang ditransmisikan (T), 1

16 Nmm = /16..d = / d = 11,78.d d = /11,78 = d = 76 mm.. Pertimbangan kekakuan poros Momen inersia polar dari poros, J = /.d 4 = 0,098.d 4 Kita mengetahui bahwa: , 098.d 5, d d T J C. l , , d 10 mm Ambil yang lebih besar dari dua nilai di atas, kita akan peroleh d = 10 mm dibulatkan menjadi 105mm.. Tegangan Bending dalam Balok Lurus Dalam praktik keteknikan, bagian-bagian mesin dari batang struktur yang mengalami beban statis atau dinamis yang selain menyebabkan tegangan bending pada bagian penampang juga ada tipe tegangan lain seperti tegangan tarik, tekan dan geser. Balok lurus yang mengalami momen bending M seperti pada Gambar. di bawah ini. Gambar. : Tegangan bending pada balok lurus. Ketika balok menerima momen bending, bagian atas balok akan memendek akibat kompresi dan bagian bawah akan memanjang akibat tarikan. Ada permukaan yang antara bagian atas dan bagian bawah yang tidak memendek dan tidak memanjang, permukaan itu dinamakan permukaan netral (neutral surface). Titik potong permukaan netral dengan 14

17 sembarang penampang balok dinamakan sumbu netral (neutral axis). Distribusi tegangan dari balok ditunjukkan dalam Gambar.. Persamaan bending adalah : Yang mana, M I y E R M = aksi momen bending pada bagian yang diberikan, = tengan bending, I = Momen inersia dari penampang terhadap sumbu netral, y = Jarak dari sumbu netral ke arsiran, E = Modulus elastisitas material balok, R = Radius kelengkungan balok. Dari persamaan di atas, rumus tegangan bending adalah: E y. R Karena E dan R adalah konstan, oleh karena itu dalam batas elastis, tegangan pada sembarang titik adalah berbanding lurus terhadap y, yaitu jarak titik ke sumbu netral. Juga dari persamaan di atas, tegangan bending adalah: M I M. y I / y M Z Rasio I/y diketahui sebagai modulus penampang (section modulus) dan dinotasikan Z. Contoh 4: Sebuah poros pompa ditunjukkan pada Gambar.. Gaya-gaya diberikan sebesar 5 kn dan 5 kn pusatkan pada 150mm dan 00mm berturut-turut dari kiri dan kanan bantalan. Tentukan diameter poros, jika tegangan tidak boleh melebihi 100 Mpa. Gambar. Penyelesaian: Diketahui: b = 100 MPa = 100 N/mm R A dan R B = Reaksi pada A dan B. 15

18 Momen pada A adalah: R B.950 = (5.750) + (5.150) = R B = 0.000/950 = 1,58 kn = 1,58.10 N Dan R A = (5 + 5) 1,58 = 8,4 kn = 8,4.10 N Momen bending pada C adalah: = R A. 150 = 8,4.10 = 4, Nmm. Dan bending pada D = R B.00 = 1, = 6, Nmm Kita melihat bahwa momen bending maksimum adalah pada D, oleh karena itu momen bending maksimum, M = 6, Nmm. Sedangkan d = diameter poros, Section modulus, Z adalah: Z. d = 0,098.d Kita mengetahui bahwa tegangan bending ( b ), 100 = M/Z 100 = 6, /(0,098.d ) = 64,.10 6 /d d = 64,.10 6 /100 = 64,.10 d = 86, mm 90 mm. Contoh 5. Sebuah poros roda panjangnya 1 meter mendukung bantalan pada ujungnya dan pada bagian tengahnya menahan beban fly wheel sebesar 0 kn. Jika tegangan (bending) tidak boleh melebihi 60 MPa, tentukan diameter poros tersebut. Poros roda ditunjukkan Gambar.4. Penyelesaian: Gambar.4 Diketahui: L = 1 m = 10000mm; W = 0 kn = 0.10 N; b = 60 MPa = 60 N/mm. 16

19 Misalkan d = Diameter poros dalam mm. Section modulus, Z. d Momen bending pada pusat poros,. W L M 7, Nmm 4 4 Kita mengetahui tegangan bending ( b ), 60 M Z 6 7,5.10 0,098d 76,4.10 d d = 76, /60 = 1, d = 108, 110 mm 6 Contoh 6. Sebuah balok berpenampang persegi pada salah satu ujungnya dijepit dan menahan sebuah motor listrik dengan berat 400 N pada jarak 00 mm dari ujung jepit. Tegangan bending maksimum pada balok adalah 40 MPa. Tentukan lebar dan tebal balok jika tebalnya adalah dua kali lebar. Balok ditunjukkan Gambar.5. Gambar.5 Penyelesaian: Diketahui: W = 400 N; L = 00 mm; b = 40 MPa = 40 N/mm ; h =.b Misalkan b = Lebar balok dalam mm, dan h = Tebal balok dalam mm. Section modulus, b. h Z 6 b.(. b) 6. b mm Momen bending maksimum (pada ujung jepit), M = W.L = = Nmm 17

20 Kita mengetahui tegangan bending ( b ), 40 M Z b b b = /40 = 4,5.10 b = 16,5 mm h =.b =.16,5 = mm. Contoh 7. Sebuah pulley besi cor mentransmisikan daya 10 kw pada 400 rpm. Diameter pulley adalah 1, meter dan mempunyai 4 lengan lurus berbentuk elip, dimana poros mayor adalah dua kali poros minor. Tentukan dimensi dari lengan jika tegangan bending adalah 15 MPa. Penyelesaian: Diketahui: P = 10 kw = W; N = 400 rpm; D = 1, m = 100 mm atau R = 600 mm; b = 15 MPa = 15 N/mm. Misalkan T = Torsi yang ditransmisikan pulley. Gambar.6 Kita mengetahui bahwa daya yang ditransmisikan oleh pulley (P), N. T T T T = /4 = 8 Nm = 8.10 Nmm. Karena torsi adalah produk dari beban tangensial dan radius pulley, oleh karena itu beban tangensial pada pulley adalah: T R ,7N 18

21 Karena pulley mempunyai empat lengan, oleh karena itu beban tangensial setiap lengan, W = 96,7/4 = 99, N Dan momen bending maksimum pada lengan, Misalkan M = W.R = 99,.600 = 5950 Nmm b = poros minor dalam mm, dan a = poros mayor dalam mm =. b = 4b Section modulus untuk penampang elip, Z. a 4 b (b). b. b 4 Kita mengetahui bahwa tegangan bending ( b ), 15 M Z b b b = 1894/15 = 16 b = 10,8 mm Poros minor, b =.10,8 = 1,6 mm Poros mayor, a = 4.b = 4.10,8 = 4, mm. mm Latihan I: 1. Sebuah poros baja diameter 50 mm dan panjang 500 mm dikenai momen punter 1100 N-m, total sudut punter 0,6 o. Tentukan tegangan geser maksimum yang terjadi pada poros dan modulus kekakuan.. Sebuah poros mentransmisikan daya 100 kw pada 180 rpm. Jika tegangan yang diijinkan dalam material adalah 60 MPa, tentukan diameter dalam poros. Poros tidak boleh memuntir lebih dari 1 o pada panjang meter. Ambil C = 80 GPa.. Desain diameter yang sesuai untuk sebuah poros bundar yang diperlukan untuk mentransmisikan 90 kw pada 180 rpm. Tegangan geser dalam poros tidak boleh melebihi 70 MPa dan torsi maksimum melebihi rata-rata 40%. Juga tentukan sudut puntir pada panjang poros meter. Ambil C = 90 GPa. Latihan II 1. Sebuah spindle seperti pada Gambar.6, adalah elemen dari rem industri dan dibebani sperti pada pada gambar. Setiap beban P adalah sama dengan 4 kn dan diterapkan pada tengah titik bantalannya. Tentukan diameter spindle, jika tegangan bending maksimum adalah 10 MPa. 19

22 Gambar.6: Spindel. Sebuah pulley besi cor mentransmisikan 0 kw pada 00 rpm. Diameter pulley 550 mm dan mempunyai empat lengan lurus berpenampang elip yang mana poros mayor adalah kali poros minor. Tentukan dimensi lengan, jika tegangan bending yang diijinkan adalah 15 MPa. 0

23 BAB IV SAMBUNGAN KELING 4.1 Pendahuluan Keling (rivet) adalah sebuah batang silinder pendek dengan kepala bulat. Bagian silinder dari keling dinamakan shank atau body dan bagian bawah dari shank adalah tail seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1. Keling digunakan untuk membuat pengikat permanen antara plat-plat seperti dalam pekerjaan struktur, jembatan, dinding tangki dan dinding ketel. Sambungan keling secara luas digunakan untuk sambungan logam ringan. Gambar 4.1: Bagian-bagian Keling 4. Metode Pengelingan Fungsi keling dalam sebuah sambungan adalah untuk membuat sebuah ikatan yang kuat dan ketat. Kekuatan biasanya untuk mencegah kegagalan dari sambungan. Keketatan biasanya agar kuat dan mencegah kebocoran seperti pada ketel. Gambar 4.: Metode pengelingan Ketika dua plat diikat bersamaan dengan sebuah keling seperti pada Gambar 4.(a), lubang dalam plat di-punching dan di-reaming. Punching adalah metode paling murah dan digunakan untuk plat yang relatif tipis pada suatu struktur. Drilling digunakan pada kebanyakan pekerjaan pressure-vessel (tangki). Dalam pengelingan pressure-vessel dan struktur, diameter lubang keling biasanya 1,5mm lebih besar dari pada diameter nominal keling. 1

24 Pengelingan bisa dikerjakan dengan manual atau dengan mesin. Dalam pengelingan manual, original head dari keling ditahan dengan sebuah hammer (palu) atau batang yang berat dan kemudian bagian tail ditempat pada die (cetakan keling) yang dipukul oleh sebuah palu, seperti Gambar 4. (a). Hal ini mengakibatkan shank mengembang hingga memenuhi lubang dan tail berubah menjadi sebuah point seperti ditunjukkan Gambar 4.(b). Dalam pengelingan mesin, die adalah bagian dari palu yang dioperasikan dengan tekanan udara, hidrolik atau uap. Catatan: 1. Untuk keling baja sampai diameter 1 mm, proses keling dingin bisa digunakan sementara untuk keling diameter lebih besar, proses pengelingan panas yang digunakan.. Dalam kasus keling yang panjang, hanya tail yang dipanaskan dan bukan shank. 4. Material Keling Material keling harus tangguh dan ulet. Keling biasa dibuat dari baja (baja karbon rendah atau baja nikel), kuningan, aluminium atau tembaga, tetapi ketika kekuatan dan ketahanan terhadap kebocoran adalah pertimbangan yang utama, maka keling baja yang digunakan. Keling secara umum diproduksi dari baja yang memenuhi Indian Standard (Standar India) berikut: a. IS : (ditetapkan 199) - Spesifikasi untuk batang keling pengerolan panas ( diameter sampai 40mm) untuk struktur, b. IS : (ditetapkan 199) Spesifikasi untuk batang keling baja kekuatan tinggi untuk struktur. Keling untuk ketel diproduksi dari material menurut IS : (ditetapkan 199) Spesifikasi untuk keling baja untuk ketel. Catatan: Baja untuk konstruksi ketel yang sesuai adalah IS: (ditetapkan 199)- Spesifikasi untuk batang dan billet baja untuk ketel. Menurut Indian Standard, IS : (ditetapkan 199), material sebuah keling harus mempunyai kekuatan tarik lebih besar dari 40 N/mm dan perpanjangan lebih besar dari 6 persen. Keling ketika panas harus lurus tanpa retak untuk diameter,5 kali diameter shank. Keling dibuat dengan cold heading atau hot forging.

25 4.4 Tipe Kepala Keling Kepala keling dikelompokkan ke dalam jenis sesuai standar India: 1. Kepala keling secara umum (di bawah diameter 1 mm) sesuai dengan IS : (ditetapkan 1996) seperti Gambar 4... Kepala keling secara umum (diameter 1mm sampai 48mm) sesuai dengan IS : (ditetapkan 1996) seperti Gambar Kepala keling untuk ketel (diameter 1mm sampai 48mm) sesuai dengan IS : (ditetapkan 1996) seperti Gambar 4.5. Gambar 4.: Kepala keling diameter dibawah 1mm Gambar 4.4: Kepala keling (diameter 1mm sampai 48mm)

26 4.5 Tipe Sambungan Keling Gambar 4.5: Kepala keling untuk ketel Ada dua tipe sambungan keling, tergantung pada plat yang disambung. 1. Lap Joint (sambungan lapis) Lap joint adalah sambungan yang mana dua plat disambung bersama-sama, seperti terlihat pada Gambar 4.6 dan Gambar Butt Joint (sambungan lapis) Butt Joint adalah sambungan yang mana plat utama ditutup oleh dua plat lain. Plat penutup dikeling bersama-sama dengan plat utama, seperti pada Gambar 4.8. Ada jenis butt joint, yaitu: a. Single strap butt joint, dan b. Double strap butt joint. Gambar 4.6: Sambungan Lap joint single dan double 4

27 Gambar 4.7: Sambungan Lap joint triple a) Single riveted double strap butt joint. b) Double riveted double strap butt joint c) Double riveted double strap butt joint. d) Double riveted double strap butt joint Gambar 4.8 Butt joint 5

28 4.6 Kegagalan Sambungan Keling Sebuah sambungan keling bisa gagal dengan cara sebagai berikut: a. Keretakan pada sudut plat. Keretakan ini dapat dihindari dengan mencegah margin, m = 1,5.d, dimana d adalah diameter dari lubang keling, seperti pada Gambar 4.9. b. Retak pada seluruh plat. Akibat tegangan tarik pada plat utama, plat utama atau penutup plat bisa retak seluruhnya seperti pada Gambar Dalam kasus ini, kita hanya membahas satu panjang kisar (pitch) dari plat. Ketahanan yang diberikan oleh plat melawan keretakan dinamakam ketahanan retak (tearing resistance) atau kekuatan retak (tearing strength) atau nilai keretakan (tearing value) dari plat. Gambar 4.10: Retak pada sudut plat Gambar 4.10: Retak pada seluruh plat Misalkan p = Pitch dari keling, d = Diameter dari lubang keling, t = Ketebalan plat, dan t = Tegangan tarik yang diijinkan untuk material plat. Kita mengetahui bahwa luas keling per panjang pitch adalah: A t = (p d)t Ketahanan retak (P t ) dari plat per panjang plat adalah: P t = A t. t = (p d). t Ketika ketahanan retak P t lebih besar dari pada beban yang diterapkan (P) per panjang pitch, maka tipe ini tidak akan terjadi keretakan. c. Pergeseran keling. Plat yang dihubungkan dengan keling yang mengalami tegangan tarik pada keling, dan jika keling tidak sanggup menahan tegangan, maka keling akan bergeser seperti pada Gambar Ketahanan yang diberikan oleh keling terhadap geseran dinamakam ketahanan geser (shearing resistance) 6

29 atau kekuatan geser (shearing strength) atau nilai pergeseran (shearing value) dari keling. Gambar 4.11 Misalkan d = Diameter dari lubang keling, = Tegangan geser yang dijinkan untuk material keling, dan n = Jumlah keling per panjang pitch. Kita mengetahui luas pergeseran, A S = /4.d...(dalam geser tunggal) =. /4.d...(secara teoritis, dalam geser double) = 1,875. /4.d... (dalam geser double, terjadi untuk Ketel India) Jadi ketahanan pergeseran yang dibutuhkan dari keling per panjang pitch adalah: P S = n. /4.d....(dalam geser tunggal) = n.. /4.d....(secara teoritis, dalam geser double) = n.1,875. /4.d.... (dalam geser double, terjadi untuk Ketel India) Ketika ketahanan pergeseran P S lebih besar dari pada beban yang diterapkan (P) per panjang pitch, maka tipe ini akan terjadi kegagalan/kerusakan. d. Perubahan bentuk (crushing) pada plat atau keling. Kadang-kadang kenyataannya keling tidak mengalami geseran di bawah tegangan tarik, tetapi bisa rusak (berubah bentuk) seperti pada Gambar 4.1. Akibat ini, lubang keling menjadi berbentuk oval dan sambungan menjadi longgar. Kerusakan keling yang demikian juga dinamakan sebagai kerusakan bantalan (bearing failure). Ketahanan yang diberikan oleh keling terhadap perubahan bentuk dinamakam 7

30 ketahanan perubahan bentuk (crushing resistance) atau kekuatan perubahan bentuk (crushing strength) atau nilai perubahan bentuk (bearing value) Gambar 4.1: Perubahan bentuk pada keling Misalkan d = Diameter lubang keling, t = Ketebalan plat, C = Tegangan crushing yang diijinkan untuk material keling atau plat, dan n = Jumlah keling per panjang pitch akibat crushing. Kita mengetahui bahwa luas crushing per keling adalah: A C = d.t Total luas crushing = n.d.t dan ketahanan crushing yang dibutuhkan untuk merusak keling per panjang pitch adalah: P C = n.d.t. c Ketika ketahanan crushing P c lebih besar dari pada beban yang diterapkan (P) per panjang pitch, maka tipe ini akan terjadi kegagalan/kerusakan. Catatan: Jumlah keling karena geser akan sama dengan jumlah keling karena crushing. 4.7 Kekuatan dan Efisiensi Sambungan Keling Kekuatan sambungan keling didefinisikan sebagai gaya maksimum yang dapat diteruskan tanpa mengakibatkan kegagalan. Kita dapat melihat bagian 4.6 bahwa P t, P s dan P c adalah tarikan yang diperlukan untuk meretakkan plat, menggeser keling dan merusakkan keling. Efisiensi sambungan keling didefinisikan sebagai rasio kekuatan sambungan keling dengan kekuatan tanpa keling atau plat padat. Kita sudah membahas bahwa kekuatan sambungan keling adalah P t, P s dan P c. Kekuatan tanpa keling per panjang pitch adalah: P = p.t. t 8

31 Efisiensi sambungan keling adalah: dimana: setidaknya P, P dan P t p.t. p = Pitch keling, t = Ketebalan plat, dan t s t = Tegangan tarik yang diijinkan dari material plat. c Contoh 1: 1. Sebuah lap joint double keling disambungkan antara plat dengan ketebalan 15 mm. Diameter keling 5 mm dan pitch 75 mm. Jika tegangan tarik ultimate adalah 400 MPa, tegangan geser ultimate 0 MPa dan tegangan crushing ultimate 640 MPa, tentukan gaya minimum per pitch yang akan memutuskan sambungan. Jika sambungan di atas diberi beban yang mempunyai angka keamanan 4, tentukan tegangan aktual yang terjadi pada plat dan keling. Penyelesaian: Diketahui: t = 15 mm; d = 5 mm; p = 75 mm; tu = 400 MPa = 400 N/mm ; u = 0 Mpa = 0 N/mm ; cu = 640 MPa = 640 N/mm Gaya minimum per pitch yang akan memutuskan sambungan Ketika tegangan ultimate diberikan, kita akan menentukan nilai ultimate dari tahanan sambungan. Kita mengetahui bahwa tahanan retak ultimate dari plat per pitch, P tu = (p d).t. tu = (75 5) = N Tahanan geser ultimate dari keling per pitch, P su = n./4.d. u =. /4.(5).0 = N...(n = ) dan tahanan crushing ultimate dari keling per pitch, P cu = n.d.t. cu = = N Dari di atas kita melihat bahwa gaya minimum per pitch yang akan memutus sambungan adalah N atau 00 kn. Tegangan aktual yang dihasilkan dalam plat dan keling Karena faktor keamanan adalah 4, oleh karena itu beban aman per panjang pitch dari samabungan adalah /4 = N. 9

32 Misalkan ta, a, dan ca adalah tegangan retak aktual, tegangan geser aktual dan tegangan crushing aktual yang dihasilkan dengan beban aman N pada keretakan, geseran dan crushing. Kita mengetahui bahwa tahanan retak aktual dari plat (P ta ), P ta = (p d).t. ta = (75-5)15. ta = 750. ta ta = /750 = 100 N/mm = 100 MPa Tahanan geser aktual dari keling (P sa ), P sa = n./4.d. a =. /4.(5). a = 98. a a = 75000/98 = 76,4 N/mm = 76,4 MPa dan tahanan crushing aktual dari keling (P ca ) P ca = n.d.t. ca = ca = 750 ca ca = 75000/750 = 100 N/mm = 100 MPa. 4.8 Sambungan Keling untuk Struktur Sambungan keling dikenal sebagai Lozenge joint yang digunakan untuk atap, jembatan atau balok penopang dan lain-lain adalah ditunjukkan pada Gambar 4.1. Misalkan b = Lebar dari plat, t = Ketebalan plat, dan d = Diameter dari lubang keling. Dalam perancangan Lozenge joint, mengikuti prosedur sebagai berikut: Gambar 4.1: Sambungan keling untuk struktur 0

33 1. Diameter keling. Diameter lubang keling diperoleh dengan menggunakan rumus Unwin s, yaitu: d = 6 t Tabel 4.1: Ukuran keling untuk sambungan umum, menurut IS: Jumlah keling. Jumlah keling yang diperlukan untuk sambungan dapat diperoleh dengan tahanan geseran atau tahan crushing dari keling. Misalkan P t = Aksi tarik maksimum pada sambungan. ini adalah tahanan retak dari plat pada bagian luar yang hanya satu keling. n = Jumlah keling Karena sambungan adalah double strap butt joint, oleh karena itu dalam double shear (geser). Itu diasumsikan bahwa tahanan sebuah keling pada double shear adalah 1,75 kali dari pada single shear. Tahanan geser untuk 1 keling, P S = 1,75. /4.d. dan tahanan crushing untuk 1 keling, P c = d.t. c Jumlah keling untuk sambungan, Pt n P atau P s c. Ketebalan butt strap (plat pengikat ujung/penutup) Ketebalan butt strap, t 1 = 1,5t, untuk cover strap tunggal = 0,75t, untuk cover strap ganda (double) 4. Efisiensi sambungan Hitung tahanan-tahanan sepanjang potongan 1-1, -, dan -. Pada potongan 1-1, di sini hanya 1 lubang keling. Jadi tahanan retak dari sambungan sepanjang 1-1 adalah: P t1 = (b - d).t. t 1

34 Tahanan retak dari sambungan sepanjang - adalah: P t = (b - d).t. t + kekuatan satu keling di depan potongan - (Untuk keretakan plat pada potongan -, keling di bagian depan potongan - yaitu pada potongan 1-1 harus yang pertama patah) Dengan cara yang sama pada potongan - di isni ada lubang keling. Tahanan retak dari sambungan sepanjang - adalah: P t = (b - d).t. t + kekuatan satu keling di depan potongan - Nilai dari P t1, P t, P t, P s atau P c adalah kekuatan sambungan. Kita mengetahui bahwa kekuatan plat tanpa keling adalah: P = b.t. t Efisiensi sambungan, Pt 1, Pt, Pt, Ps atau Pc P Catatan: Tegangan yang diijinkan dalam sambungan struktur adalah lebih besar dari pada yang digunakan dalam desain pressure vessel. Nilai berikut biasa dipakai. Untuk plat dalam tarikan = 140 Mpa Untuk keling dalam geser = 105 Mpa Untuk crushing dari keling dan plat Geser tunggal = 4 Mpa Geser ganda = 80 Mpa 5. Pitch dari keling diperoleh dengan menyamakan kekuatan tarik sambungan dan kekuatan geser keling. Tabel berikut menunjukkan nilai pitch menurut Rotscher. Tabel 4.: Pitch dari keling untuk sambungan struktur 6. Pitch terkecil (m) harus lebih besar dari pada 1,5.d 7. Jarak antara baris dari keling adalah,5d sampai d.

35 Contoh : Dua batang baja mempunyai lebar 00 mm dan tebal 1,5 mm disambung dengan cara butt joint dengan cover plat ganda. Rancanglah sambungan jika tegangan yang diijinkan adalah 80 MPa untuk tarikan, 65 MPa untuk geser, dan 160 MPa untuk crushing. Buatlah sebuah sket dari sambungan. Penyelesaian: diketahui: b = 00 mm; t = 1,5 mm; t = 80 MPa = 80 N/mm ; = 65 MPa = 65 N/mm ; c = 160 MPa = 160 N/mm 1. Diameter keling Gambar 4.14: Sket rancangan sambungan butt joint double cover plat Kita mengetahui diameter lubang keling, d = 6 t = 6 1, 5 = 1, mm Dari Tabel 4.1, kita melihat diameter lubang keling (d) adalah 1,5 mm dan berhubungan dengan diameter keling sebesar 0 mm.. Jumlah keling Misalkan n = Jumlah keling. Kita mengetahui bahwa aksi tarik maksimum pada sambungan, P t = (b - d).t. t = (00 1,5)1,5.80 = N Ketika sambungan adalah butt joint dengan cover plat ganda sperti Gambar 4.14, oleh karena itu keling adalah pada geser ganda. Asumsikan bahwa tahanan keling pada geser ganda adalah 1,75 kali dari pada geser tunggal.

36 Tahanan geser 1 keling adalah P s = 1,75./4.d. = 1,75. /4.(1,5).65 = N Tahanan crushing 1 keling adalah P c = d.t. c = 1,5.1,5.160 = N Ketika tahanan geser lebih kecil dari pada tahanan crushing, oleh karena itu jumlah keling yang dipakai untuk sambungan adalah: Pt n 4, 5 P 4100 s. Ketebalan butt strap (plat pengikat ujung/penutup) t 1 = 0,75t = 0,75.1,5 = 9,75 dikatakan 9,4 mm 4. Efisiensi sambungan Hitung tahanan-tahanan sepanjang potongan 1-1, -, dan -. Pada potongan 1-1, di sini hanya 1 lubang keling. Jadi tahanan retak dari sambungan sepanjang 1-1 adalah: P t1 = (b - d).t. t = (00 1,5).1,5.80 = N Pada potongan -, di sini ada lubang keling. Dalam kasus ini, keretakan plat terjadi jika keling pada potongan 1-1 (di depan potongan -) terjadi geser. Tahanan retak dari sambungan sepanjang - adalah: P t = (b - d).t. t + Tahanan geser 1 keling = (00.1,5).1, = N Pada potongan -, disini ada lubang keling. Keretakan plat terjadi jika 1 keling pada pada potongan 1-1 dan keling pada potongan - terjadi geser. Tahanan retak dari sambungan sepanjang potongan - adalah: P t = (b - d).t. t + Tahanan geser keling = (00.1,5).1, = N Tahanan geser seluruh 5 keling adalah: P s = = N Tahanan crushing dari seluruh 5 keling adalah: P c = = N Ketika kekuatan sambungan adalah nilai dari P t1, P t, P t, P s atau P c, oleh karena itu kekuatan sambungan adalah N sepanjang potongan 1-1. Kita mengetahui bahwa kekuatan plat tanpa keling adalah: P = b.t. t = 0.1,5.80 = N 4

37 Efisiensi sambungan, Pt1, Pt, Pt, Ps atau Pc ,895 atau 89,5% P Pitch keling, p = d + 5 mm = (.1,5) + 5 = 69,5 mm 70 mm 6. Pitch terkecil, m = 1,5 d = 1,5.1,5 =,5 mm 5 mm 7. Jarak antara baris dari keling =,5 d =,5.1,5 = 5,75 mm 55 mm 4.9 Sambungan Keling dengan Beban Eksentris Ketika garis aksi dari beban tidak melewati titik pusat dari sistem keling dan seluruh keling tidak menerima beban yang sama, maka sambungan ini dinamakan sambungan keling beban eksentris, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.15 (a). Beban eksentris menghasilkan geser sekunder diakibatkan oleh kecenderungan gaya untuk memutar sambungan terhadap pusat gravitasi yang menimbulkan geser. Misalkan P = Beban eksentris sambungan, dan e = Eksentrisitas beban yaitu jarak antara garis aksi beban dan pusat sistem keling. Gambar 4.15: Sambungan keling beban eksentris 5

38 Prosedur berikut ini untuk merancang sambungan keling beban eksentris; 1. Tentukan pusat gravitasi G dari sistem keling. Misalkan A = Luas penampang setiap keling, x 1, x, x, dst = Jarak keling dari OY y 1, y, y, dst = Jarak keling dari OX maka: x A x1 A x A x... Ax1 Ax Ax.. x1 x x A A A.. n. A n 1 1 y1 y y.. y n. Masukkan dua gaya P 1 dan P pada pusat gravitasi G dari sistem keling. Gaya-gaya ini adalah sama dan berlawanan arah dengan P seperti pada Gambar 4.15 (b).. Asumsikan bahwa seluruh keling adalah sama ukurannya, pengaruh P 1 = P adalah untuk menghasilkan beban geser langsung pada setiap keling yang sama besarnya. Oleh karena itu beban geser langsung setiap keling adalah: P s = P/n 4. Pengaruh P = P adalah untuk menghasilkan momen putar yang besarnya P.e yang cenderung memutar sambungan terhadap pusat gravitasi G dari sistem keling searah jarum jam. Akibat momen putar, dihasilkan beban geser sekunder. untuk menentukan beban geser sekunder, dibuat asumsi sebagai berikut: a. Beban geser sekunder adalah sama dengan jarak radial keling dari pusat gravitasi sistem keling. b. Arah beban geser sekunder adalah tegak lurus dengan garis pusat keling terhadap pusat gravitasi sistem keling. Misalkan F 1, F, F,... = Beban geser sekunder pada keling 1,,... dst. l 1, l, l,... = Jarak radial keling 1,,,... dst dari pusat gravitasi sistem keling. Dari asumsi (a),.. F l 1 1 F l F l... F l F1 dan l1 F F 1 l l 1 6

39 Kita mengetahui bahwa jumlah momen putar eksternal akibat beban eksentris dan momen tahanan internal dari keling harus sama dengan nol. P. e F. l 1 F. l 1 F l F. l l F1. l F. l. l l F1. l l l l l Beban geser utama dan sekunder dapat ditambahkan untuk menentukan resultan beban geser (R) pada setiap keling seperti pada Gambar 4.15 (c). Besarnya R menjadi: R ( P ) s F. P. F.cos s dengan = Sudut antara beban geser utama (P s ) dan beban geser sekunder (F) Ketika beban geser sekunder pada setiap keling adalah sama, kemudian keling menerima beban yang besar yang mana sudut antara beban geser utama dan beban geser sekunder menjadi minimum. Jika tegangan geser yang diijinkan (), diameter lubang keling dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut: Resultan gaya geser maksimum R. d 4 Dari Tabel 4.1, diameter standar untuk lubang keling (d) dan diameter keling.. Contoh : Sambungan keling lap joint dibebani secara eksentris dirancang untuk bracket baja seperti Gambar 4.16 di bawah. Gambar 4.16 Tebal plat bracket adalah 5 mm. Seluruh keling mempunyai ukuran yang sama. Beban bracket P = 50 kn; spasi keling, C = 100 mm; lengan (arm) beban, e = 400 mm. Beban geser yang diijinkan 65 MPa dan tegangan crushing adalah 10 MPa. Tentukan ukuran keling yang digunakan untuk sambungan. Penyelesaian: 7

40 Diketahui: t = 5 mm; P = 50 kn = N; e = 400 mm; n = 7; = 65 Mpa = 65 N/mm ; c = 10 Mpa = 10 N/mm. Gambar 4.17: Diagram benda bebas: Pertama adalah menentukan pusat gravitasi dari sistem keling x1 x x x4 x5 x6 x7 x n mm 7 y1 y y y4 y5 y6 y7 y n , mm 7...( x 1 x dan y. x...( y 5 6 x y 6 7 0) 0) Pusat gravitasi G dari sistem keling pada jarak 100 mm dari OY dan 114, mm dari OX, seperti Gambar Kita mengetahui bahwa beban geser utama pada setiap keling adalah: P P s 714N n 7 Beban geser utama sejajar dengan arah beban P seperti pada Gambar Momen putar dihasilkan oleh beban P akibat eksentrisitas (e). Momen putar = P.e = = N-mm Momen putar ini ditahan oleh 7 keling seperti pada Gambar

41 Gambar 4.18 Misalkan F 1, F, F, F 4, F 5, F 6 dan F 7 adalah beban geser sekunder keling 1,,, 4, 5, 6, dan 7 ditempatkan pada jarak l 1, l, l, l 4, l 5, l 6 dan l 7 dari pusat gravitasi sistem keling seperti pada Gambar Dari geometri gambar, kita dapat menentukan bahwa: l l l l l , 85,7mm l l 7 6 (100) (100) (100) (00 114,) (114, 100) (114,) 15mm 11,7 mm 101mm Persamaan momen puntir akibat eksentrisitas beban adalah: F P. e l F l ( l ) ( l ) F (11,7) 11, , F F 444N ( l ) ( l ) ( l ) ( l ) 1 ( l ) 4 4 ( l ) (85,7) ( l ) 5 5 ( l ) 6...( l (101) ( l ) 1 7 l ; l (15) 4 l ; 7 l 5 l ) Ketika beban geser sekunder seimbang dengan jarak radial dari pusat gravitasi, oleh karena itu: 6 9

42 l 85,7 F F N l 11,7 1 l F F1 F1 444N l 1 l4 101 F4 F N l 11,7 1 l5 15 F5 F N l 11,7 F F l F1 F5 l l1 l 7981N...( l6 5 ) 7 7 F1 F4 l l1 1859N...( l7 4 ) Dengan menggambar beban geser utama dan beban geser sekunder setiap keling, kita melihat bahwa keling, 4, dan 5 mendapat beban yang terbesar. Sekarang kita menentukan sudut antara beban geser utama dan beban geser sekunder untuk keling ini. Dari geometri Gambar 14.18, kita peroleh: Resultan beban geser pada keling : Resultan beban geser pada keling 4: Resultan beban geser pada keling 5: 40

43 Resultan beban geser dapat ditentukan secara grafik seperti ditunjukan pada Gambar Dari atas kita melihat bahwa resultan beban geser maksimum adalah pada keling ke 5. Jika d adalah diameter lubang keling, maka resultan beban geser maksimum (R 5 ) Dari tabel 4.1, kita melihat diameter standar lubang keling (d) adalah 5,5 mm dan dihubungkan diameter keling adalah 4 mm. Mari sekarang kita cek sambungan untuk tegangan crushing. Kita mengetahui bahwa: Beban maksimum R5 11 N Tegangan crushing 51,95 Panampang crushing d. t 5,5.5 mm 51,95MPa Ketika tegangan ini di bawah tegangan crushing sebesar 10 Mpa, maka desain adalah aman. Contoh macam-macam konstruksi dan diagram benda bebasnya. 1. Gambar

44 . Gambar 4.0. Gambar.1 4

45 4. Gambar 4. Latihan: 1. Dua plat tebalnya 16 mm disambung dengan double riveted lap joint. Pitch setiap baris keling 90 mm. Diameter keling 5 mm. Tegangan yang diijinkan adalah: Tentukan efisiensi sambungan?. Single riveted double cover butt joint dibuat pada plat dengan tebal 10 mm dan diameter keling 0 mm, pitch 60 mm. Hitung efisiensi sambungan?. Double riveted double cover butt joint dibuat pada plat dengan tebal 1 mm dan diameter keling 18 mm, pitch 80 mm. Hitung efisiensi sambungan? 4. Double riveted lap joint (chain riveting) untuk menyambung plat dengan tebal 10 mm. Tegangan yang diijinkan adalah t = 60 MPa; = 50 MPa; dan c = 80 MPa. Tentukan diameter keling, pitch keling dan jarak antara baris keling. Juga tentukan efisiensi keling. 5. sebuah bracket didukung oleh 4 keling yang sama ukurannya, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.. Tentukan diameter keling jika tegangan geser maksimum adalah 140 Mpa. 6. Sebuah bracket dikeling ke sebuah kolom dengan 6 keling yang sama ukurannya seperti pada Gambar 4.4. Bracket membawa beban 100 kn pada jarak 50 mm kolom. Jika tegangan geser maksimum dalam keling dibatasi 6 Mpa, tentukan diameter keling. 4

46 Gambar 4. Gambar

47 BAB V SAMBUNGAN LAS (WELDING JOINT) 5.1 Pendahuluan Sambungan las adalah sebuah sambungan permanen yang diperoleh dengan peleburan sisi dua bagian yang disambung bersamaan, dengan atau tanpa tekanan dan bahan pengisi. Panas yang dibutuhkan untuk peleburan bahan diperoleh dengan pembakaran gas (untuk pengelasan gas) atau bunga api listrik (untuk las listrik). Pengelasan secara intensif digunakan dalam fabrikasi sebagai metode alternatif untuk pengecoran atau forging (tempa) dan sebagai pengganti sambungan baut dan keling. Sambungan las juga digunakan sebagai media perbaikan misalnya untuk menyatukan logam akibat crack (retak), untuk menambah luka kecil yang patah seperti gigi gear. 5. Jenis Sambungan Las Ada dua jenis sambungan las, yaitu: 1. Lap joint atau fillet joint Sambungan ini diperoleh dengan pelapisan plat dan kemudian mengelas sisi dari platplat. Bagian penampang fillet (sambungan las tipis) mendekati triangular (bentuk segitiga). Sambungan fillet bentuknya seperti pada Gambar 5.1 (a), (b), dan (c). Gambar 5.1: Sambungan las jenis lap joint.. Butt joint. Butt joint diperoleh dengan menempatkan sisi plat seperti ditunjukkan pada Gambar 5.. Dalam pengelasan butt, sisi plat tidak memerlukan kemiringan jika ketebalan plat kurang dari 5 mm. Jika tebal plat adalah 5 mm sampai 1,5 mm, maka sisi yang dimiringkan berbentuk alur V atau U pada kedua sisi. 45

48 Gambar 5.: Sambungan las butt joint Jenis lain sambungan las dapat dilihat pada Gambar 5. di bawah ini. Gambar 5.: Tipe lain sambungan las. 5. Kekuatan sambungan las fillet melintang Lap joint (sambungan las fillet melintang) dirancang untuk kekuatan tarik, seperti pada Gambar 5.4 (a) dan (b). Gambar 5.4: Lap joint Gambar 5.5 Skema dan dimensi bagian sambungan las 46

49 Untuk menentukan kekuatan sambungan las, diasumsikan bahwa bagian fillet adalah segitiga ABC dengan sisi miring AC seperti terlihat pada Gambar 5.5. Panjang setiap sisi diketahui sebagai ukuran las dan jarak tegak lurus kemiringan BD adalah tebal leher. Luas minimum las diperoleh pada leher BD, yang diberikan dengan hasil dari tebal leher dan panjang las. Misalkan t = Tebal leher (BD). s = Ukuran las = Tebal plat, l = Panjang las, Dari Gambar 5.5, kita temukan ketebalan leher adalah: t = s.sin45 o = 0,707.s Luas minimum las atau luas leher adalah: A = t.l =0,707.s.l (5 1) Jika t adalah tegangan tarik yang diijinkan untuk las logam, kemudian kekuatan tarik sambungan untuk las fillet tunggal (single fillet weld) adalah: P = 0,707.s.l. t (5 ) dan kekuatan tarik sambungan las fillet ganda (double fillet weld) adalah: P =.0,707.s.l. t = 1,414.s.l. t (5 ) 5.4 Kekuatan sambungan las fillet sejajar Sambungan las fillet sejajar dirancang untuk kekuatan geser seperti terlihat pada Gambar 5.6. Luas minimum las atau luas leher: A = 0,707.s.l Gambar 5.6: Sambungan las fillet sejajar dan kombinasi 47

50 Jika adalah tegangan geser yang diijinkan untuk logam las, kemudian kekuatan geser dari sambungan untuk single paralel fillet weld (las fillet sejajar tunggal), P = 0,707.s.l. (5 4) dan kekuatan geser sambungan untuk double paralel fillet weld, P =.0,707.s.l. = 1,414.s.l. (5 5) Catatan: 1. Jika sambungan las adalah kombinasi dari las fillet sejajar ganda dan melintang tunggal seperti Gambar 5.6 (b), kemudian kekuatan sambungan las adalah dengan menjumlahkan kedua kekuatan sambungan las, yaitu; P = 0,707.s.l 1. t + 1,414.s.l. dimana l 1 adalah lebar plat.. Untuk memperkuat las fillet, dimensi leher adalah 0,85.t. Contoh 1: Sebuah plat lebar 100 mm dan tebal 10 mm dilas dengan plat lain secara las fillet sejajar ganda (double paralel fillet weld). Plat dikenai beban statis 80 kn. Tentukan panjang las jika tegangan geser yang diijinkan dalam las tidak melebihi 55 MPa. Penyelesaian: diketahui: Lebar = 100 mm; Tebal = 10 mm; P = 80 kn = N; = 55 MPa = 55 N/mm. Misalkan l = Panjang las, dan s = Ukuran las = tebal plat = 10 mm. Kita mengetahui bahwa beban maksimum yang dibawa plat untuk double paralel fillet weld (P) pada persamaan (5 5) adalah: = 1,414.s.l. = 1, l.55 = 778.l l = /778 = 10 mm Tambahan 1,5 mm untuk mengawali dang mengakhiri las, sehingga panjang las total: l = ,5 = 115,5 mm 5.5 Kasus khusus sambungan las fillet Kasus berikut dari sambungan las fillet adalah penting untuk diperhatikan: 1. Las fillet melingkar yang dikenai torsi. Perhatikan batang silinder yang dihubungkan ke plat kaku dengan las fillet seperti pada Gambar

BAB 3 SAMBUNGAN PAKU KELING

BAB 3 SAMBUNGAN PAKU KELING BAB 3 SAMBUNGAN PAKU KELING Paku keling (rivet) digunakan untuk sambungan tetap antara 2 plat atau lebih misalnya pada tangki dan boiler. Paku keling dalam ukuran yang kecil dapat digunakan untuk menyambung

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN-MESIN INDUSTRI

PERANCANGAN MESIN-MESIN INDUSTRI PERANCANGAN MESIN-MESIN INDUSTRI UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4 Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7 Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Torsi Pertemuan - 7 TIU : Mahasiswa dapat menghitung besar tegangan dan regangan yang terjadi pada suatu penampang TIK : Mahasiswa dapat menghitung

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

X. TEGANGAN GESER Pengertian Tegangan Geser Prinsip Tegangan Geser. [Tegangan Geser]

X. TEGANGAN GESER Pengertian Tegangan Geser Prinsip Tegangan Geser. [Tegangan Geser] X. TEGNGN GESER 10.1. engertian Tegangan Geser Tegangan geser merupakan tegangan yang bekerja sejajar atau menyinggung permukaan. erjanjian tanda untuk tegangan geser sebagai berikut: Tegangan geser yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Statika rangka Dalam konstruksi rangka terdapat gaya-gaya yang bekerja pada rangka tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput Mesin ini merupakan mesin serbaguna untuk perajang hijauan, khususnya digunakan untuk merajang rumput pakan ternak. Pencacahan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet)

BAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet) BAB SAMBUNGAN (JOINT ).1. Sambungan Keling (Rivet) Pada umumnya mesin mesin terdiri dari beberapa bagian yang disambung-sambung menjadi sebuah mesin yang utuh. Sambungan keling umumnya diterapkan pada

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka: Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka: BAB VIII SAMBUNGAN MOMEN DENGAN PAKU KELING/ BAUT Momen luar M diimbangi oleh

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB 5 SAMBUNGAN BAUT

BAB 5 SAMBUNGAN BAUT BAB 5 SAMBUNGAN BAUT Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar Sambungan mur baut (Bolt) banyak digunakan pada berbagai komponen mesin. Sambungan mur baut bukan merupakan sambungan tetap, melainkan

Lebih terperinci

III. TEGANGAN DALAM BALOK

III. TEGANGAN DALAM BALOK . TEGANGAN DALA BALOK.. Pengertian Balok elentur Balok melentur adalah suatu batang yang dikenakan oleh beban-beban yang bekerja secara transversal terhadap sumbu pemanjangannya. Beban-beban ini menciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

Tegangan Dalam Balok

Tegangan Dalam Balok Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : SKS Tegangan Dalam Balok Pertemuan 9, 0, TIU : Mahasiswa dapat menghitung tegangan yang timbul pada elemen balok akibat momen lentur, gaya normal, gaya

Lebih terperinci

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan I.1 Tegangan dan Regangan Normal 1. Tegangan Normal Konsep paling dasar dalam mekanika bahan adalah tegangan dan regangan. Konsep ini dapat diilustrasikan dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG STUDI KONFIGURASI LAS SUDUT PADA STRUKTUR BAJA YANG MEMIKUL MOMEN SEBIDANG BERDASARKAN SPESIFIKASI SNI 03 1729 2002 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG Elfrida Evalina NRP

Lebih terperinci

MACAM MACAM SAMBUNGAN

MACAM MACAM SAMBUNGAN BAB 2 MACAM MACAM SAMBUNGAN Kompetensi Dasar Indikator : Memahami Dasar dasar Mesin : Menerangkan komponen/elemen mesin sesuai konsep keilmuan yang terkait Materi : 1. Sambungan tetap 2. Sambungan tidak

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

PASAK DAN SPLINE PASAK

PASAK DAN SPLINE PASAK PASAK DAN SPLINE RINI YULIANINGSIH 1 PASAK Pasak berfungsi untuk menghubungkan antara bagian penggerak seperti pulley, sproket rantai dan roda gigi dengan poros/as. Torsi dan daya di transmisikan melalui

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-DasarPemilihanBahan Didalammerencanakansuatualatperlusekalimemperhitungkandanmemilihbahan -bahan yang akandigunakan, apakahbahantersebutsudahsesuaidengankebutuhanbaikitusecaradimensiukuranata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya Macam-macam Tegangan dan ambangnya Tegangan Normal engetahuan dan pengertian tentang bahan dan perilakunya jika mendapat gaya atau beban sangat dibutuhkan di bidang teknik bangunan. Jika suatu batang prismatik,

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2 Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Batang Tarik Pertemuan - 2 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

P ndahuluan alat sambung

P ndahuluan alat sambung SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA Dr. IGL Bagus Eratodi Pendahuluan Konstruksi baja merupakan kesatuan dari batangbatang yang tersusun menjadi suatu struktur. Hubungan antar batang dalam struktur baja berupa sambungan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagian-bagian Utama Pada Truck Crane a) Kabin Operator Seperti yang telah kita ketahui pada crane jenis ini memiliki dua buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah

Lebih terperinci

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN ANALISIS PROFIL CFS (COLD FORMED STEEL) DALAM PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN Torkista Suadamara NRP : 0521014 Pembimbing : Ir. GINARDY HUSADA, MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Terminologi Baut.

Gambar 4.1 Terminologi Baut. BAB 4 SAMBUNGAN BAUT 4. Sambungan Baut (Bolt ) dan Ulir Pengangkat (Screw) Untuk memasang mesin, berbagai bagian harus disambung atau di ikat untuk menghindari gerakan terhadap sesamanya. Baut, pena, pasak

Lebih terperinci

BAB 2. PENGUJIAN TARIK

BAB 2. PENGUJIAN TARIK BAB 2. PENGUJIAN TARIK Kompetensi : Menguasai prosedur dan trampil dalam proses pengujian tarik pada material logam. Sub Kompetensi : Menguasai dan mengetahui proses pengujian tarik pada baja karbon rendah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PRESS SERBUK KAYU (RANGKA)

RANCANG BANGUN MESIN PRESS SERBUK KAYU (RANGKA) RANCANG BANGUN MESIN PRESS SERBUK KAYU (RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A. Md) Disusun oleh: WAHYU TRI ARDHIYANTO NIM. I 8613038 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom]

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom] VII. KOOM 7.1. Definisi Kolom Kolom adalah suatu batang struktur langsing (slender) yang dikenai oleh beban aksial tekan (compres) pada ujungnya. Kolom yang ideal memiliki sifat elastis, lurus dan sempurna

Lebih terperinci

III. BATANG TARIK. A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni.

III. BATANG TARIK. A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni. III. BATANG TARIK A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni. Gaya aksial tarik murni terjadi apabila gaya tarik yang bekerja tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Skuter Skuter adalah kendaraan roda 2 yang diameter rodanya tidak lebih dari 16 inchi dan memiliki mesin yang berada di bawah jok. Skuter memiliki ciri - ciri rangka sepeda

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax: Kuliah ke-6 Bar (Batang) digunakan pada struktur rangka atap, struktur jembatan rangka, struktur jembatan gantung, pengikat gording dn pengantung balkon. Pemanfaatan batang juga dikembangkan untuk sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal BAB 1 PENDAHULUAN Perencanaan Merencana, berarti merumuskan suatu rancangan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Pada mulanya, suatu kebutuhan tertentu mungkin dengan mudah dapat diutarakan secara jelas,

Lebih terperinci

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah: PEGAS Ketika fleksibilitas atau defleksi diperlukan dalam suatu system mekanik, beberapa bentuk pegas dapat digunakan. Dalam keadaan lain, kadang-kadang deformasi elastis dalam suatu bodi mesin merugikan.

Lebih terperinci

Sambungan diperlukan jika

Sambungan diperlukan jika SAMBUNGAN Batang Struktur Baja Sambungan diperlukan jika a. Batang standar kurang panjang b. Untuk meneruskan gaya dari elemen satu ke elemen yang lain c. Sambungan truss d. Sambungan sebagai sendi e.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Poros Poros merupakan suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol,

Lebih terperinci

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya BAB 5 POROS (SHAFT) Definisi. Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN AKTOR KEAMANAN Beban merupakan muatan yang diterima oleh suatu struktur/konstruksi/komponen yang harus diperhitungkan sedemikian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986) BAB II DASAR TEORI 2.1 Statika Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statika suatu beban terhadap gaya-gaya dan juga beban yang mungkin ada pada bahan tersebut. Dalam statika keberadaan gaya-gaya

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III Session 1 Konsep Tegangan Mekanika Teknik III Review Statika Struktur didesain untuk menerima beban sebesar 30 kn Struktur tersebut terdiri atas rod dan boom, dihubungkan dengan sendi (tidak ada momen)

Lebih terperinci

SAMBUNGAN LAS 6.1 PERHITUNGAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Sambungan Tumpu ( Butt Joint ).

SAMBUNGAN LAS 6.1 PERHITUNGAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Sambungan Tumpu ( Butt Joint ). SAMBUNGAN LAS Mengelas adalah menyambung dua bagian logam dengan cara memanaskan sampai suhu lebur dengan memakai bahan pengisi atau tanpa bahan pengisi. Dalam sambungan las ini, yang akan dibahas hanya

Lebih terperinci

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Sifat mekanika bahan Hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja Berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan dan kekakuan Tegangan Intensitas

Lebih terperinci

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor

Lebih terperinci

VII ELASTISITAS Benda Elastis dan Benda Plastis

VII ELASTISITAS Benda Elastis dan Benda Plastis VII EASTISITAS Kompetensi yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa setelah mempelajari bab elastisitas adalah kemampuan memahami, menganalisis dan mengaplikasikan konsep-konsep elastisitas pada kehidupan

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kolom Pendek Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural Steel Design LRFD Method yang berdasarkan dari AISC Manual, persamaan kekuatan kolom pendek didasarkan

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

I. TEGANGAN NORMAL DAN TEGANGAN GESER

I. TEGANGAN NORMAL DAN TEGANGAN GESER I. TEGNGN NORML DN TEGNGN GESER.. Tegangan Normal (Normal Stress) Gaya internal yang bekerja pada sebuah potongan dengan luasan yang sangat kecil akan bervariasi baik besarnya maupun arahnya. ada umumnya

Lebih terperinci

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tekan sebelum terjadi kegagalan (Bowles, 1985).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tekan sebelum terjadi kegagalan (Bowles, 1985). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu bahan konstruksi yang penting. Sifat-sifatnya yang terutama adalah kekuatannya yang tinggi dan sifat keliatannya. Keliatan (ductility) adalah kemampuan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Fungsi upper Hinge Pada Refrigerator Dalam dunia industry manufactur, khususnya industry refrigerator ( lemari pendingin ) terdapat berbagai jenis komponen atau part yang mempumyai

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktural yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Tulangan Beton Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet

Lebih terperinci

Pertemuan IV II. Torsi

Pertemuan IV II. Torsi Pertemuan V. orsi.1 Definisi orsi orsi mengandung arti untir yang terjadi ada batang lurus aabila dibebani momen (torsi) yang cendrung menghasilkan rotasi terhada sumbu longitudinal batang, contoh memutar

Lebih terperinci

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal V. BATANG TEKAN Elemen struktur dengan fungsi utama mendukung beban tekan sering dijumpai pada struktur truss atau frame. Pada struktur frame, elemen struktur ini lebih dikenal dengan nama kolom. Perencanaan

Lebih terperinci

Pd M Ruang lingkup

Pd M Ruang lingkup 1. Ruang lingkup 1.1 Metode ini menentukan sifat lentur potongan panel atau panel struktural yang berukuran sampai dengan (122 X 244) cm 2. Panel struktural yang digunakan meliputi kayu lapis, papan lapis,

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) dalam Perencanaan Jembatan Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan mengumpulkan data dan informasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk BAB II DASAR TEORI.1 Konsep Dasar Rotating Disk Rotating disk adalah istilah lain dari piringan bertingkat yang mempunyai kemampuan untuk berputar. Namun dalam aplikasinya, penggunaan elemen ini dapat

Lebih terperinci

BAB 4 SAMBUNGAN LAS. Sambungan las (welding joint) merupakan jenis sambungan tetap. Sambungan las menghasilkan kekuatan sambungan yang besar.

BAB 4 SAMBUNGAN LAS. Sambungan las (welding joint) merupakan jenis sambungan tetap. Sambungan las menghasilkan kekuatan sambungan yang besar. BAB 4 SAMBUNGAN LAS Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar Sambungan las (welding joint) merupakan jenis sambungan tetap. Sambungan las menghasilkan kekuatan sambungan yang besar. Proses pengelasan

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Latar Belakang Dalam mencapai kemakmuran suatu negara maritim penguasaan terhadap laut merupakan prioritas utama. Dengan perkembangnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB 4 Tegangan dan Regangan pada Balok akibat Lentur, Gaya Normal dan Geser

BAB 4 Tegangan dan Regangan pada Balok akibat Lentur, Gaya Normal dan Geser BAB 4 Tegangan dan Regangan pada Balok akibat Lentur, Gaya Normal dan Geser 4.1 Tegangan dan Regangan Balok akibat Lentur Murni Pada bab berikut akan dibahas mengenai respons balok akibat pembebanan. Balok

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci