ANALISIS EKUALISASI PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. TBP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EKUALISASI PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. TBP"

Transkripsi

1 ANALISIS EKUALISASI PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. TBP Grace, Tjhin Tjiap Lung Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk Jakarta Barat Phone gracepekerti@yahoo.com ABSTRACT PT. TBP is a company engaged in the field of construction and development and so many transactions that occur in this company. The approach taken in this study is a qualitative case study method. This study has the objective to find out the role of equalization report for PT. TBP-related in the course of the reporting period SPT Income Tax Article 21, 23, 4 paragraph 2, and VAT. This was done by comparing the accounts in the financial statements with SPT. So from these results, the results that can be obtained with the equalization, the company can explain what factors are the cause of the difference between income tax return with the tax period income statement. So if one day the examination by tax inspectors, the company can explain what happened to cause this difference and the management can justify it if there is either an error in the calculation of tax or correcting on the factors that cause the difference occurs. So in this case the company can avoid errors in tax reporting that resulted in the loss of large amounts Keywords: equalization tax, Income Tax, Value Added Tax, and SPT ABSTRAK PT. TBP merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi dan pengembang dan begitu banyak transaksi yang terjadi pada perusahaan ini. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui seberapa besar peranan laporan ekualisasi bagi PT. TBP terkait dalam rangka penyelenggaraan laporan SPT Masa PPh 21, 23, 4 ayat 2 dan PPN. Hal itu dilakukan dengan cara membandingkan akun-akun yang ada di laporan keuangan dengan SPT. Maka dari hasil penelitian tersebut, dapat diperoleh hasil bahwa dengan adanya ekualisasi tersebut, perusahaan dapat menjelaskan faktor-faktor apa yang menjadi penyebab terjadinya selisih antara SPT Masa Pajak Penghasilan dengan laporan laba rugi. Sehingga jika suatu saat dilakukan pemeriksaan oleh pemeriksa pajak, perusahaan dapat menjelaskan apa yang menjadi penyebab terjadi selisih tersebut dan dengan manajemen dapat melakukan pembenaran jika terdapat kesalahan baik itu dalam perhitungan pajaknya atau pembetulan atas faktor-faktor yang menyebabkan selisih itu terjadi. Sehingga dalam hal ini perusahaan dapat menghindari kesalahan dalam pelaporan pajak yang berakibat kerugian dalam jumlah yang besar Kata kunci :ekualisasi pajak, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan SPT Pendahuluan PT. TBP adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi dan pengembang sehingga dalam penghasilannya terdapat penghasilan yang dikenakan pajak final dan tidak final ditambah lagi untuk penjualannya semua dikenakan PPN. Maka mungkin saja terdapat perbedaan antara laporan keuangan dan SPT yang dilaporkan karena perbedaan waktu, pencatatan, dan pengakuan transaksi, salah satunya adalah perlakuan akuntansi pajak untuk Pajak Penghasilan menganut sistem accrual basis

2 yaitu transaksi dicatat pada saat penyerahan/ penerimaan barang, sedangkan untuk Pajak Pertambahan Nilai menganut cash basis, yaitu pencatatan transaksi pada saat kas diterima/ dikeluarkan. Sebagai ilustrasinya penerimaan uang muka atas penjualan barang kena pajak di lihat dari sisi pembeli. Menurut aturan Pajak Penghasilan transaksi tersebut belum merupakan objek Pajak Penghasilan karena belum ada penyerahan barang. Namun dalam ketentuan Pajak Pertambahan Nilai, transaksi tersebut sudah diakui karena telah terjadi pembayaran. Maka dari itu diperlukan ekualisasi pajak agar dapat diketahui darimana sebenarnya perbedaan itu muncul. Masih banyak Wajib Pajak yang melupakan sinkronisasi atau equalisasi antara Surat Pemberitahuan dengan laporan keuangan. Sekedar diingatkan kembali, bahwa fiskus akan dan harus berpatokan kepada Surat Pemberitahuan. Surat Pemberitahuan berfungsi sebagai laporan pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak kepada kantor pajak. Sedangkan Neraca dan Laporan Laba Rugi hanyalah lampiran atau pelengkap dari Surat Pemberitahuan. Keduanya (Neraca & Laporan Laba Rugi) bukan laporan Wajib Pajak tentang kewajiban perpajakan. Karena itu, laporan keuangan saja belum cukup. Bagi fiskus, administrasi perpajakan yang baik mungkin lebih penting daripada laporan keuangan yang cantik. Apalagi Direktorat Jenderal Pajak berencana menerapkan sistem administrasi perpajakan modern dan bebas kolusi secara sistemik di tahun Kalau sudah bebas kolusi secara sistemik, mudah-mudah terealisasi, maka tidak ada ruang lagi bagi Wajib Pajak dan pejabat pajak untuk menyembunyikan potensi pajak dan pembayaran pajak ke negara. Metode Penelitian Metode-metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis selama penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Studi lapangan (field research) Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengunjungi perusahaan secara langsung dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi dari objek penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan beberapa prosedur seperti : 1. Wawancara Merupakan suatu metode pengumpulan informasi dengan melakukan tanya jawab secara lisan dengan pihak-pihak yang berwenang baik itu pimpinan maupun staf perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. 2. Prosedur analitis Adalah suatu metode pengumpulan informasi dengan menganalisis data yang diperoleh dari narasumber. Kesimpulan dari hasil analisis tersebut yang akan menjadi sumber informasi. b. Penelitian kepustakaan (library research) Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan teori yang relevan dengan pembahasan yang akan dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang berasal dari literatur atau buku-buku untuk mendapatkan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan beserta pokok permasalahannya. Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan landasan teori yang akan diterapkan untuk menganalisis permasalahan yang akan diteliti dengan harapan bahwa penerapan dan penggunaan suatu metode analisa serta pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan tepat. Hasil dan Bahasan Ekualisasi Pajak adalah pemeriksaan tingkat keseimbangan antara satu jenis pajak dengan jenis pajak yang lain yang memiliki hubungan antara elemen-elemen laporan suatu jenis pajak yang lain (baik itu sebagian maupun keseluruhan). Ekualisasi yang dilakukan dalam proses pemeriksaan, antara lain: 1. Ekualisasi SPT Masa PPN dengan Omset penjualan SPT Badan/ OP dan akun-akun yang ada di neraca atau laporan posisi keuangan. 2. Ekualisasi SPT Masa PPh Pasal 21, 22, 23, 26, dan 4 ayat 2 dengan akun-akun biaya pada laporan laba rugi dan akun-akun biaya yang dikapitalisasi sebagai aset pada neraca atau laporan posisi keuangan.

3 Adakalanya penghasilan di laporan keuangan berbeda dengan SPT Tahunan PPh Badan. Tidak semua standar akuntansi dapat diterapkan untuk kepentingan pajak penghasilan. Sebagai contoh, penghitungan persediaan barang dagangan, peraturan perpajakan di Indonesia yang berlaku sekarang hanya membolehkan metode FIFO (first in first out) dan metode rata-rata (average). Jika Wajib Pajak menggunakan metode persesedian LIFO (last in first out) maka nilai persediaan Wajib Pajak harus dikoreksi. Akan ada perbedaan pengakuan antara fiskal dan komersial. Wajib Pajak seharusnya membuat ekualisasi antara pos-pos di laporan keuangan komersial dan angkaangka di SPT Tahunan PPh Badan. Setiap perpedaan angka antara laporan keuangan dengan SPT Tahunan PPh Badan, Wajib Pajak wajib kudu mempersiapkan alasan-alasan yang rasional dan berdasar. Berdasar maksudnya, bahwa perbedaan tersebut dikarenakan peraturan perpajakan yang berlaku, baik undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan menteri keuangan maupun keputusan direktur jenderal pajak. SPT Tahunan PPh Pasal 21 berfungsi sebagai rekapitulasi dari semua objek-objek PPh Pasal 21. Sedangkan SPT Masa PPh Pasal 21 seperti laporan keuangan interim, dilihat dari teknis perhitungan pajak, hanya sementara. Tetapi sementara lebih baik daripada tidak sama sekali. Seandainya tidak membuat SPT Tahunan PPh Pasal 21, tetapi taat melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21, maka SPT Masa tersebut tetap diakui dan Wajib Pajak telah melaksanakan sebagian kewajibannya. Angka-angka yang dicantumkan dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21 harus dapat dijelaskan bersumber dari perkiraan apa saja. Saat membuat SPT Tahunan PPh Pasal 21 kita harus membuat ekualisasi antara pos-pos biaya di Laporan Laba Rugi dengan SPT Tahunan PPh Pasal 21. Ekualisasi ini akan sangat bermanfaat. Setidaknya tidak akan terjadi penghitungan ganda (double accounting) objek PPh Pasal 21. Penghitungan ganda bisa dilakukan oleh Wajib Pajak saat membuat SPT Tahunan maupun pemeriksa pajak yang tidak mengerti sumber angka di SPT Tahunan PPh Pasal 21. Pemeriksa menduga objek PPh Pasal 21 belum dilaporkan di SPT Tahunan kemudian menghitung ulang (koreksi positif). Jika terjadi penghitungan ganda seperti itu tentu merugikan Wajib Pajak sendiri. Teknik ekualisasi PPh Pasl 21, seperti yang diuraikan diatas, sama dengan PPh Pasal 23. Hanya saja karena PPh Pasal 23 tidak ada SPT Tahunan maka Wajib Pajak tetap harus membuat rekapitulasi SPT Masa. Harus jelas berapa pembayaran PPh Pasal 23 atas royalti, atas sewa, atas jasa teknik selama setahun. Total pembayaran selama setahun masing-masing tahun pajak dapat diperinci. Kemudian sandingkan dengan biaya-biaya yang dilaporkan di Laporan Laba Rugi. Sedangkan untuk Pasal 4 ayat 2, teknik ekualisasinya sama dengan PPh pasal 23 yang berbeda hanya jenis penghasilannya. Pembayaran yang sudah dikenakan PPh Pasal 23 tidak dapat dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 dan begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu jika dilakukan ekualisasi, maka kita akan dapat mengetahui akun-akun atau pos-pos mana yang dipotong PPh 23 atau PPh Pasal 4 ayat 2. Sebagian besar pemeriksa pajak, ketika menerima SPT Masa PPN selalu melihat SPT Masa Desember. Dilihatnya kolom s.d. bulan ini. Seandainya angka di kolom tersebut tidak sama dengan angka di SPT Tahunan PPh Badan, maka timbul pertanyaan, kenapa? Kenapa angkanya berbeda? Itulah yang harus dijawab dengan cara ekualisasi SPT Masa PPN dengan SPT Tahunan PPh Badan. Angka peredaran usaha pada SPT Masa PPN harusnya sama dengan angka peredaran usaha yang ada pada SPT Tahunan PPh Badan. Jika berbeda, ada beberapa macam kemungkinan yang terjadi, antara lain: 1. Beda waktu pelaporan 2. Beda waktu pengakuan pendapatan 3. Pemakaian sendiri dan bonus 4. Selisih kurs Untuk hasil ekualisasi SPT Tahunan badan antara laporan keuangan komersil dan laporan keuangan fiskal Mengacu kepada PMK No 02/PMK.03/2010 dijelaskan bahwa biaya promosi tidak dapat dijadikan biaya pengurang apabila Wajib Pajak yang terhadap produk ataupun penghasilannya sudah dikenakan PPh Final. Oleh karena itu harus dikoreksi sebesar Rp di bagian biaya pemasaran. Sanksi dari kesalahan ini adalah denda bunga sebesar 2% per bulan selama 24 bulan dari saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak (Pasal 8 ayat 2 UU KUP) atau bila sudah dilakukan pemeriksaan oleh Dirjen Pajak maka sanksi yang dikenakan adalah sanksi kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pembayaran pajak (Pasal 13 ayat 2 UU

4 KUP). Saran dari penulis, perusahaan sebaiknya melakukan pembetulan sendiri agar terhindar dari sanksi kenaikan. Objek PPh Pasal 21 menurut pembiayaan di PPh Badan Gaji dan Tunjangan Biaya PPh Total Objek PPh 21 menurut pembiayaan di PPh Badan Objek PPh Pasal 21 yang dilaporkan pada SPT PPh Pasal 21 Penghasilan Bruto Pegawai Tetap Penghasilan Bruto Pegawai Tidak Tetap Total Objek PPh 21 menurut pembiayaan di SPT PPh Selisih Ekualisasi Cara perhitungan PPh Pasal 21 pada prinsipnya sama dengan cara perhitungan Pajak Penghasilan pada umumnya. Namun, dalam menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi penerima-penerima penghasilan tertentu wajib pajak dalam negeri selain pengurangan berupa PTKP, juga diberikan pengurangan-pengurangan penghasilan berupa biaya jabatan. Selain itu, tarif yang ditetapkan juga bervariasi yaitu tarif sesuai dengan pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan atau tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah atau aturan pelaksanaan lainnya. Sistem perpajakan yang digunakan untuk pemotongan PPh pasal 21 menggunakan withholding system. Withholding adalah suatu sistem pemotongan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang seseorang berada pada pihak ketiga dan bukan oleh fiskus maupun oleh wajib pajak itu sendiri. Pihak yang melakukan pemotongan PPh Pasal 21 adalah pihak PT. TBP, selaku pemberi kerja. Dimana besarnya potongan tergantung pada berapa besarnya penghasilan yang diterima setiap pegawai. Perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan pasal 21 mengacu kepada formulir SPT Masa PPh Pasal 21 formulir 172. Terdapat selisih sebesar Rp , Rp , dan Rp untuk tahun 2010, 2011, dan 2012 dikarenakan adanya biaya-biaya yang seharusnya menjadi objek pph 21namun tidak dimasukkan ke dalam objek PPh 21 oleh perusahaan. Sesuai dengan peraturan DirJen Pajak Nomor PER 31/PJ/2009 Jo. PER 57/PJ/2009 Jo. PER 31/PJ/2012 tentang pedoman teknis dan tata cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 dan/ atau pajak penghasilan pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi pasal 5 ayat 2 dijelaskan bahwa penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/ atau PPh pasal 26 sebagaimana dimaksud pada ayat 1 termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final atau wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed profit) sehingga biaya pph 21 yang ada di laporan laba rugi perusahaan seharusnya dimasukkan ke dalam penghitungan objek pph 21 di dalam SPT PPh Pasal 21. Sedangkan selisih sebesar Rp di tahun 2012 disebabkan karena perusahaan tidak memasukkan gaji upah di dalam SPT PPh Pasal 21. Sesuai dengan PER 31/PJ/2012 pasal 5 ayat 1 dijelaskan bahwa penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepaws, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan. Oleh karena itu seharusnya perusahaan memasukkan gaji upah ke dalam penghitungan objek PPh 21. Akibat dari kesalahan ini adalah perusahaan dapat dikenakan sanksi bunga atau kenaikan. Sesuai dengan UU KUP Pasal 8 ayat 1 dan 2 dijelaskan bahwa jika terdapat kekeliruan dalam pengisian SPT maka Wajib Pajak atas kemauan sendiri berhak untuk melakukan pembetulan SPT nya, dengan syarat adalah : (1) diajukan dalam jangka waktu dua tahun sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak, (2) belum dilakukan tindakan pemeriksaan, (3) melunasi jumlah pajak yang kurang dibayar beserta bunganya sebesar 2% (dua persen) per bulan,

5 dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran kekurangan pajak dan akibat pembetulan tersebut. Namun apabila perusahaan sudah dilakukan tindakan pemeriksaan maka perusahaan akan diterbitkan SKPKB oleh Dirjen Pajak lalu dikenakan sanksi kenaikan sesuai dengan UU KUP Pasal 13 ayat 3 sebesar 100% (seratus persen) dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan dan ditambah lagi sanksi bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB (pasal 13 ayat 2 UU KUP) Biaya Pemasaran Pers/Iklan/Promosi Seragam Marketing Cetakan Brosur/Kop/Kartu Iklan, Pameran Total Objek PPh 23 setelah diperiksa Total Objek PPh 23 yang dipotong Selisih ekualisasi Biaya Pemeliharaan dan Reparasi Pemeliharaan & Reparasi Pemeliharaan Peralatan & Perlengkapan Pemeliharaan Gedung Pemeliharaan Kendaraan Pemeliharaan komputer+network Total Objek PPh 23 setelah diperiksa Total Objek PPh 23 yang dipotong Selisih ekualisasi ( ) Untuk PPh Pasal 23 mengacu kepada ketentuan perundang-perundangan perpajakan tentang Pajak Penghasilan Pasal 23, dimana objek pajak penghasilan pasal 23 antara lain jasa penyediaan tempat dan/ atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi dengan kata lain iklan. Oleh karena itu perusahaan seharusnya memasukkan DPP biaya iklan ke dalam objek pemotongan PPh 23. Akibat dari kesalahan ini adalah dapat dikenakan sanksi bunga sebesar 2% menurut UU KUP Pasal 8 ayat 2 apabila perusaaan melakukan pembetulan. Untuk tahun 2011 dan 2012 objek pph 23 perusahaan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dan untuk rekapitulasi objek pph 23 sehubungan dengan sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah atau bangunan sudah sesuai dengan peraturan pajak penghasilan pasal 23 yang berlaku. Untuk pemotongan DPP PPh Pasal 23 yang lain, perusahaan memasukkan objek tersebut bukan di laporan laba rugi melainkan di neraca karena masih dalam proyek dalam pelaksanaan sehingga belum diakui sebagai biaya oleh perusahaan namun sudah dipotong PPh pasal 23 oleh pihak ketiga.

6 Keterangan Objek PPh Final menurut Laporan Keuangan Bunga Deposito Penghasilan Pengalihan hak atas tanah/ bangunan Sewa Atas Tanah/ Bangunan Total Objek PPh Final menurut SPT Badan Bunga Deposito Penghasilan Pengalihan hak atas tanah/ bangunan Sewa Atas Tanah/ Bangunan Total Selisih Salah satu objek Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 adalah penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan atau bangunan yang berarti penghasilan dari PT. TBP wajib dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 atau PPh Final. Berdasarkan keterangan yang penulis terima, penghitungan PPh final atas jasa konstruksi dan persewaan atas tanah dan atau bangunan yang dilakukan oleh PT. TBP secara garis besar dapat dirumuskan sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat oleh PT. TBP dan pihak kedua. Dari perjanjian tersebut timbullah besarnya harga yang sudah disepakati, dimana nilai harga tersebut akan dikenai PPh Final Pasal 4 ayat 2 atas jasa konstruksi dan atas sewa tanah dan atau bangunan dan pajak ini diakui pada saat pembayaran atau pada saat dicatatnya hutang tergantung mana yang terlebih dahulu. Mengacu kepada PP Nomor 51 Tahun 2008 yang sebagaimana telah diubah menjadi PP Nomor 40 Tahun 2009 tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi, perusahaan telah sesuai memotong, melapor, dan menyetorkan pajak penghasilan pasal 4 ayat 2 sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Karena perusahaan bergerakn di bidang jasa konstruksi dan developer maka pendapatan yang didapat oleh perusahaan tidak dihitung di dalam SPT Badan melainkan langsung dikenakan pajak final. Peredaran Usaha Uraian PPh Badan DPP PPN Penjualan Lain-Lain Total Perbedaan Waktu Uang Muka Tahun Jumlah Objek Pajak Menurut Undang-Undang Jumlah Objek Pajak Menurut Wajib Pajak Selisih Ekualisasi Peredaran Usaha Uraian PPh Badan DPP PPN Penjualan Penjualan Lain-Lain Perbedaan Waktu Uang Muka Tahun Jumlah Objek Pajak Menurut Undang-Undang Jumlah Objek Pajak Menurut Wajib Pajak Selisih Ekualisasi - -

7 Uraian PPh Badan DPP PPN Peredaran Usaha Penjualan Penjualan Lain-Lain Perbedaan Waktu Uang Muka Tahun Jumlah Objek Pajak Menurut Undang-Undang Jumlah Objek Pajak Menurut Wajib Pajak Selisih Ekualisasi - - Untuk Analisis Ekualisasi Pajak Pertambahan Nilai mengacu Kepada Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai, terdapat perbedaan yang cukup signifikan di tahun 2010 dan Hal ini dikarenakan pada tahun 2010, perusahaan belum mengakui uang muka sebagai pendapatan. Sedangkan di dalam Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai pasal 11 ayat 2 dijelaskan bahwa dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran. Oleh karena itu uang muka disebut sebagai pembayaran sebelum diserahkan Barang Kena Pajak. Begitu juga untuk tahun 2012, selisih antara omset PPh Badan dan PPN dikarenakan adanya pembayaran uang muka yang belum diakui sebagai pendapatan oleh perusahaan, adanya penghasilan lain-lain yang menjadi objek PPN, adanya pemakaian sendiri, dan beda waktu pelaporan. Simpulan dan Saran PT. TBP adalah salah satu badan yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang memiliki hak dan kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi sebagai seorang Wajib Pajak. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab 4, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah : 1. Mekanisme perhitungan, pencatatan, penyetoran dan pelaporan mengenai Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang PT. TBP selama periode telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai. 2. Dalam hal penyetoran PPh 21 terjadi selisih antara yang dilaporkan didalam SPT PPh 21 dengan biaya yang ada di SPT Badan dikarenakan adanya tunjangan yang dimasukkan ke dalam biaya gaji di dalam laporan keuangan. 3. Dalam hal pemotongan PPh 23 dan PPh final pasal 4 ayat 2 PT TBP telah melakukannya dengan benar sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. 4. Untuk ekualisasi SPT PPh Badan dengan SPT Masa PPN masih banyak terdapat perbedaan karena berbagai macam faktor seperti: perbedaan pencatatan penerimaan uang muka, penjualan yang dilakukan secara kredit, penjualan kepada pemungut PPN, dan pemakaian sendiri secara cuma-cuma. Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran-saran yang mungkin dapat membantu PT. TBP dalam meningkatkan dan memperbaiki penerapan kewajiban perpajakannya yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mencegah adanya pemeriksaan pajak, maka sebaiknya PT. TBP melakukan ekualisasi untuk seluruh pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai. 2. Pada saat pembuatan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai sebaiknya menggunakan e-spt karena jumlah transaksi penyerahan maupun perolehan perusahaan telah melebihi jumlah yaitu diatas 25 transaksi dalam satu masa pajak. 3. Ada baiknya perusahaan selalu waspada dalam pelaporan pajak dengan cara membeli dan memanfaatkan buku-buku mengenai perpajakan yang terdapat di toko buku maupun

8 Referensi menggunakan fasilitas online yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak yaitu Astuti, Y.R Ekualisasi antara total penyerahan menurut SPT Masa PPN dengan jumlah peredaran usaha menurut SPT Tahunan PPh pada PT. X. Tesis S1 Tidak Dipublikasikan, Universitas Kristen Petra. Christianty, Fita & Pandiangan, Liberti Analisis Ekualisasi Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pajak Pertambahan Nilai di PT. KAS. Tesis S1 Tidak Dipublikasikan, Universitas Bina Nusantara. Jakarta. Djuanda, G. & Lubis, I Pelaporan Pajak Penghasilan, Edisi Revisi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Mardiasmo, Prof. Dr Perpajakan, Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta. Ngadiman Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan di FKIP Universitas Sebelas Maret. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia Vol. VI. No Jakarta. Parwito.Bisnis Indonesia. 29 Agustus Ekualisasi PPh dan PPN sudah ada sejak dulu Prianti, Martina & Idris, Umar. Harian Kontan. 22 November Jasa Konstruksi Resmi Kena Pajak Final, Tahun Jakarta Purwono, J, Dr Perpajakan Jasa Konstruksi, Edisi Pertama, Penerbit Gava Media, Yogyakarta. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Setiawan, A. & Musri, B, Drs Tax Audit dan Tax Review, Edisi Pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta. S.R. Soemarso. Perpajakan Pendekatan Komprehensif, Salemba Empat, Jakarta. Supramono, Prof. & Damayanti, T.W Perpajakan Indonesia Mekanisme dan Perhitungan, Edisi Pertama, Andi, Yogyakarta. Waluyo Perpajakan Indonesia, Edisi 10, Salemba Empat, Jakarta. Riwayat Penulis Grace lahir di kota Jakarta pada 02 Juli Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang akuntansi pada tahun 2013.

ANALISIS EKUALISASI PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. TBP

ANALISIS EKUALISASI PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. TBP ANALISIS EKUALISASI PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. TBP ANALISIS EKUALISASI PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. TBP Grace, Tjhin Tjiap Lung Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

ANALISIS EKUALISASI PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. WIJAYA KARYA REALTY

ANALISIS EKUALISASI PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. WIJAYA KARYA REALTY ANALISIS EKUALISASI PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. WIJAYA KARYA REALTY I Nyoman Nopen Kurnado, Tjhin Tjiap Lung Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi di daerah pabean, dikenakan tarif pajak nol persen sebaliknya. Pertambahan Nilai Barang Mewah.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi di daerah pabean, dikenakan tarif pajak nol persen sebaliknya. Pertambahan Nilai Barang Mewah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi dalam negeri (di dalam daerah pabean), baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa, oleh karena itu

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA Wilianto Taufik, Yunita Anwar Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat 11480 Phone

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI PT. DDT

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI PT. DDT ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI PT. DDT Meiga Purnama, Maya Safira Dewi Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530 Phone (+6221) 53696969 Mei_meyoneste@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Sebagai akhir dari pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai berikut : a. Perhitungan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL Oleh: Amanita Novi Yushita, SE amanitanovi@uny.ac.id *Makalah ini disampaikan pada Program Pengabdian pada Masyarakat

Lebih terperinci

PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA IKLAN GUNA MENGHITUNG PAJAK YANG TERUTANG (Studi Kasus Pada PT. Kediri Intermedia Pers)

PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA IKLAN GUNA MENGHITUNG PAJAK YANG TERUTANG (Studi Kasus Pada PT. Kediri Intermedia Pers) PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA IKLAN GUNA MENGHITUNG PAJAK YANG TERUTANG (Studi Kasus Pada PT. Kediri Intermedia Pers) Oleh : Dewi Malydhasari Alumni Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

Penerapan Tax Review atas Pajak Penghasilan Pada PT Indo

Penerapan Tax Review atas Pajak Penghasilan Pada PT Indo JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN, Vol.2, No.2 Desember 2017, 271-282 E-ISSN: 2528-0163 271 Penerapan Tax Review atas Pajak Penghasilan Pada PT Indo Leny Rismawaty 1, Indra Wijaya 1,* 1 Akuntansi; Akademi Akuntansi

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT. RAFINDO IRON STEEL

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT. RAFINDO IRON STEEL ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT. RAFINDO IRON STEEL Iman Akbar Arrifandi, Heri Sukendar W Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No.27,(021) 53696969,Arrifandi94@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO)

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO) ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT (2) PADA PT BHANDA GHARA REKSA (PERSERO) Nikhen Hendra Damayanti, Hery Gunawan Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No. 9, Kemanggisan,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil tax review terhadap PT. G, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. PT. G sebagai wajib pajak badan telah melakukan kewajiban perpajakannya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada CV X, berikut adalah beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian: 1. CV X telah melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 PT. AMK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ekspor impor barang. Kewajiban perpajakan PT.

Lebih terperinci

ANALISIS ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT BINA KARNADA

ANALISIS ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT BINA KARNADA ANALISIS ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT BINA KARNADA Peter Vredy Chandra Jurusan akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Universitas Bina Nusantara Jl. K.H Syahdan gang Keluarga No.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akuntansi PPN PT. Biro ASRI PT. Biro ASRI dalam menjalankan operasi perusahaan selain berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171 ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171 Suryanto Kanadi (Suryanto_Kanadi@yahoo.com) Lili Syafitri (Lili.Syafitri@rocketmail.com) Jurusan Akuntansi STIE MDP Abstrak Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPh Badan Perbedaan dalam pengakuan pendapatan dan beban antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan. Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Soemitro, S.H yang dikutip dalam buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract 1 Pelaksanaan Pajak dan Exposur Pajak, Studi Kasus pada PT ABC Tahun 2012 Melinda Ardhias Debby Fitriasari Program Studi Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Abstrak Skripsi ini menganalisis pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PENGAJUAN KEBERATAN DAN BANDING YANG DILAKUKAN OLEH PT. Z

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PENGAJUAN KEBERATAN DAN BANDING YANG DILAKUKAN OLEH PT. Z ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PENGAJUAN KEBERATAN DAN BANDING YANG DILAKUKAN OLEH PT. Z Oleh: Lilis Saryani ) Abstract The objective of this research was to provide a general overview

Lebih terperinci

Surat Ketetapan Pajak. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

Surat Ketetapan Pajak. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Surat Ketetapan Pajak Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Surat ketetapan pajak UU Nomor 28 tahun 2007 Surat ketetapan meliputi Surat ketetapan pajak kurang bayar Surat ketetapan pajak

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/ Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan Negara. Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan Negara. Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan Penerimaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan sosial suatu bangsa diwujudkan karena adanya sumber pendanaan yang tetap. Sampai saat ini sumber pendanaan dan pembiayaan serta

Lebih terperinci

Tax Review atas Penjualan Tanah dan Bangunan pada Sebuah Perusahaan Properti

Tax Review atas Penjualan Tanah dan Bangunan pada Sebuah Perusahaan Properti Tax Review atas Penjualan Tanah dan Bangunan pada Sebuah Perusahaan Properti Yohanes William Wijaya dan Elisa Tjondro Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

REKONSILIASI FISKAL PADA LAPORAN LABA RUGI PT. DPM UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERHUTANG

REKONSILIASI FISKAL PADA LAPORAN LABA RUGI PT. DPM UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERHUTANG REKONSILIASI FISKAL PADA LAPORAN LABA RUGI PT. DPM UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERHUTANG Caesar Octavianus, Tjhin Tjiap Lung Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon jeruk raya No.27, (021) 53696969, octavianus_caesar@yahoo.com

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 138 TAHUN 2000 (138/2000) TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN SPT MASA PPH PASAL 21

PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN SPT MASA PPH PASAL 21 MEDIA BISNIS ISSN: 2085-3106 Vol. 6, No. 2, Edisi September 2014, Hlm. 114-118 http: //www.tsm.ac.id/mb PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN SPT MASA PPH PASAL 21 HARYO SUPARMUN STIE Tirsakti haryosuparmun@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PAJAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2009 ATAS PPH PASAL 21 CV FAZAR UTAMA DI SAMARINDA

PEMERIKSAAN PAJAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2009 ATAS PPH PASAL 21 CV FAZAR UTAMA DI SAMARINDA PEMERIKSAAN PAJAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2009 ATAS PPH PASAL 21 CV FAZAR UTAMA DI SAMARINDA Oleh : Ariany Pitaloka, H. Eddy Soegiarto K 2, Imam Nazarudin Latif 3 Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 6 P1.1 Teori Pajak Penghasilan Umum Dan Norma Perhitungan Pajak Penghasilan A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PROGRAM STUDI AKUNTANSI STIE Bisma Lepisi Jl. Ks. Tubun No. 11 Tangerang 15112 Telp.:(021) 558 9161-62. Fax.:(021) 558 9163 SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PROGRAM STUDI AKUNTANSI Kode Mata Kuliah : EKA7450 Nama Mata Kuliah :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PAJAK STUDI KASUS PADA PT. BINA KARNADA

ANALISIS PENERAPAN PAJAK STUDI KASUS PADA PT. BINA KARNADA ANALISIS PENERAPAN PAJAK STUDI KASUS PADA PT. BINA KARNADA Jessica, Heri Sukendar Binus University, Jln. Kebon Jeruk Raya No. 9, Jakarta Barat 11480, +6281293540000, jessicajesse94@yahoo.com ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah Iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (Wajib Pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS KARYAWAN PADA PT. BUMI SRIWIJAYA ABADI

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS KARYAWAN PADA PT. BUMI SRIWIJAYA ABADI ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS KARYAWAN PADA PT. BUMI SRIWIJAYA ABADI Metta Vanna Citra ( Metta_honeey@yahoo.co.id ) Kardinal ( Kardinal@stie_mdp.ac.id ) Jurusan Akuntansi STIE MDP

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain mendapat imbalan atas jasa pelaksanaan konstruksi yang diberikan, PT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN Pada prinsipnya terdapat perbedaan perhitungan penghasilan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERPAJAKAN

MANAJEMEN PERPAJAKAN MANAJEMEN PERPAJAKAN MODUL 9 Dosen : Jemmi Sutiono Ruang : B-305 Hari : Minggu Jam : 13:30 16:00 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2011 Manajemen Perpajakan Jemmi Sutiono Pusat

Lebih terperinci

EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu

EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK 2011 Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, Indonesia Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

Gracia Stephani Lauwrensius Siti Khairani, M. Ridhwan Jurusan Akuntansi STIE MDP

Gracia Stephani Lauwrensius Siti Khairani, M. Ridhwan Jurusan Akuntansi STIE MDP REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL MENJADI LAPORAN KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh BADAN TERHUTANG PADA PT FAJAR SELATAN PALEMBANG Gracia Stephani Lauwrensius (gracia.stephani@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI BAB IV PEMBAHASAN IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan menurut ketentuan peraturan perpajakan.

Lebih terperinci

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan diatur dalam Undang - Undang No.28 tahun 2007 yaitu perubahan ketiga atas Undang-Undang No.16 tahun 2000 A.

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM IV.1. Evaluasi Pelaksanaan PPh Badan PT LAM Sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, setiap Wajib Pajak diwajibkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap perlakuan perpajakan dan perhitungan Pajak Penghasilan atas penghasilan

Lebih terperinci

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Tujuan Akuntansi Pajak a. Dasar menghitung PKP b. Menghitung harga perolehan c. Menghitung penyerahan barang kena pajak d. Menghitung besarnya pajak y

Tujuan Akuntansi Pajak a. Dasar menghitung PKP b. Menghitung harga perolehan c. Menghitung penyerahan barang kena pajak d. Menghitung besarnya pajak y PENGERTIAN AKUNTANSI PAJAK Akuntansi Pajak adalah - sekumpulan prinsip, - standar, - perlakuan akuntansi lengkap yang digunakan oleh Wajib Pajak sebagai landasan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis atas perhitungan pajak terhutang beserta sanksi atau denda yang dikenakan terhadap Wajib

Lebih terperinci

Analisis Koreksi Fiskal untuk Menentukan Besarnya Pajak Terutang pada PT Furaya Transport

Analisis Koreksi Fiskal untuk Menentukan Besarnya Pajak Terutang pada PT Furaya Transport 58 Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol. 8, November 215, 5866 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id Analisis Koreksi Fiskal untuk Menentukan Besarnya Pajak Terutang pada PT Furaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penerimaan Negara Republik Indonesia bersumber dari pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014 pajak menyumbang Rp. 1.310.219.000.000.000

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan dari hasil evaluasi yang dilakukan pada Perusahaan Instalasi Listrik di Surabaya, dapat disimpulkan bahwa untuk kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan mengenai perhitungan penyetoran dan pelaporan PPN sehubungan dengan kegiatan penjualan dan pembelian pada CV X selama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA IV. 1 Penerapan Akuntansi dalam Perhitungan Laba Kena Pajak dan Pajak yang Terutang Laba adalah selisih

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN (STUDI KASUS: PERUM PERURI)

ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN (STUDI KASUS: PERUM PERURI) ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN 2010-2012 (STUDI KASUS: PERUM PERURI) Anggraini Larasati, Hanggoro Pamungkas Universitas Bina

Lebih terperinci

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI ACCOUNT REPRESENTATIVE TINGKAT DASAR BAHAN AJAR Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar Oleh: T i m Widyaiswara Pusdiklat Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN PPH PASAL 23 PADA PT. BIN (PERSERO) DI TAHUN 2012

EVALUASI PENERAPAN PPH PASAL 23 PADA PT. BIN (PERSERO) DI TAHUN 2012 EVALUASI PENERAPAN PPH PASAL 23 PADA PT. BIN (PERSERO) DI TAHUN 2012 Marina Rachmat Kurniawan Lukas Tarigan Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, Indonesia Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN FORMULIR 1771 KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK

Lebih terperinci

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN I. UMUM 1. Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK Yulia Chandra ABSTRAK Restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai merupakan Hak semua Wajib

Lebih terperinci

EVALUASI DAN ANALISIS PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPh BADAN PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI (STUDI KASUS PT. BUMI ADHI GAS)

EVALUASI DAN ANALISIS PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPh BADAN PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI (STUDI KASUS PT. BUMI ADHI GAS) EVALUASI DAN ANALISIS PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPh BADAN PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI (STUDI KASUS PT. BUMI ADHI GAS) Rizkya Harum Handayani, Liberti Pandiangan Bina Nusantara University, Jl.

Lebih terperinci

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PERUBAHAN BENTUK USAHA (STUDI KASUS DI RESTORAN T)

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PERUBAHAN BENTUK USAHA (STUDI KASUS DI RESTORAN T) PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PERUBAHAN BENTUK USAHA (STUDI KASUS DI RESTORAN T) Lili Mariana, Yunita Anwar Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No. 9 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat 11480

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN

I. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN I. PENDAHULUAN Mengingat pentingnya masalah Perpajakan dalam pengelolaan Dana Pensiun, maka perlu adanya pedoman mendasar tentang Perpajakan. Peraturan Perpajakan Dana Pensiun mengacu pada Undang-undang

Lebih terperinci

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK : D. PPh KURANG/LEBIH BAYAR C. KREDIT PAJAK B. PPh TERUTANG A. PENGHASILAN KENA PAJAK IDENTITAS 1771/$ SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak 2.1.1 Menurut Para Ahli a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN PENYETORAN PELAPORAN DAN PENCATATAN PPH PASAL 21 DAN PPN PT X

ANALISIS PERHITUNGAN PENYETORAN PELAPORAN DAN PENCATATAN PPH PASAL 21 DAN PPN PT X JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410-9875 Vol. 19, No. 1a, November 2017, Issue 5, Hlm. 335-347 http://jurnaltsm.id/index.php/jba ANALISIS PERHITUNGAN PENYETORAN PELAPORAN DAN PENCATATAN PPH PASAL 21

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional : 3 PAJAK PENGHASILAN Tujuan Instruksional : A. Umum Mahasiswa diharapkan mendapatkan pemahaman tentang pajak penghasilan secara umum B. Khusus o Mahasiswa mengetahui subjek pajak dan bukan subjek pajak.

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut UU KUP No 28 tahun 2007 pasal 1 angka 29, pembukuan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut UU KUP No 28 tahun 2007 pasal 1 angka 29, pembukuan 8 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pemahaman Pembukuan 2.1.1.1 Pengertian Pembukuan Menurut UU KUP No 28 tahun 2007 pasal 1 angka 29, pembukuan adalah suatu proses pencatatan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan yang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama apapun sehubungan

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN D. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR C. KREDIT PAJAK B. PPh TERUTANG A. PENGHASILAN KENA PAJAK IDENTITAS 1771 SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1adalah kontribusi wajib kepada negara

Lebih terperinci

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM UPAYA PENGHEMATAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT TUNAS ESA MANDIRI SEJAHTERA

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM UPAYA PENGHEMATAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT TUNAS ESA MANDIRI SEJAHTERA PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM UPAYA PENGHEMATAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT TUNAS ESA MANDIRI SEJAHTERA Yulia Chandra, Drs. Hanggoro Pamungkas, M.Sc. Universitas Bina Nusantara, Komp. Duta Harapan Indah

Lebih terperinci

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00.

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00. SOAL PAJAK SMK 1.Penghasilan yang termasuk obyek PPh Pasal 21 (Pajak Penghasilan Pasal 21) adalah. a. bunga b. deviden c. Gaji d. royalty e. sewa 2. Berdasarkan data laporan keuangan atas usaha tahun pajak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Koreksi Fiskal dan Penghasilan Kena Pajak. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Koreksi Fiskal dan Penghasilan Kena Pajak. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Koreksi fiskal dengan penyesuaian laporan keuangan komersial yang telah disusun oleh wajib pajak dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam koreksi tersebut muncul perbedaan

Lebih terperinci

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi BAB 1 JENIS, FUNGSI, DAN KEWAJIBAN PEMBUATAN FAKTUR PAJAK Pendahuluan Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi yang sangat penting dalam pelaksanaan ketentuan pemungutan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak?

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? Pendahuluan Seorang teman bertanya kepada saya. Dapatkah Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak berlangsung?

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti terhadap Perusahaan A, peneliti menarik beberapa kesimpulan. Berikut adalah beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS ATAS PENERAPAN PERHITUNGAN, PENYETORAN, SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN 22 DAN PAJAK PENGHASILAN 23 STUDI KASUS PERUM PERURI

ANALISIS ATAS PENERAPAN PERHITUNGAN, PENYETORAN, SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN 22 DAN PAJAK PENGHASILAN 23 STUDI KASUS PERUM PERURI ANALISIS ATAS PENERAPAN PERHITUNGAN, PENYETORAN, SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN 22 DAN PAJAK PENGHASILAN 23 STUDI KASUS PERUM PERURI Kaisar Lafran Abdullah, Hery Gunawan Universitas Bina Nusantara Jl.

Lebih terperinci

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP adalah sebagai berikut : 1. Menyampaikan Surat

Lebih terperinci

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK Berdasarkan litelatur perpajakan dan KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN yang saya baca, kemungkinan pengembalian pajak lebih banyak diberikan kepada wajib pajak secara perorangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) menyatakan

Lebih terperinci

Berdasarkan data penghasilan karyawan selama setahun pada tabel 4.1 dan tabel

Berdasarkan data penghasilan karyawan selama setahun pada tabel 4.1 dan tabel Berdasarkan data penghasilan karyawan selama setahun pada tabel 4.1 dan tabel 4.2, gaji karyawan selama setahun sebesar Rp 1.042.272.000,00 dan pada tabel 4.2 diperhitungkan adanya tunjangan hari raya

Lebih terperinci

ABSTRAK ANALISIS EKUALISASI DAN REKONSILIASI ATAS PELAPORAN SPT MASA TERHADAP SPT TAHUNAN PPH BADAN DALAM MENGHADAPI PEMERIKSAAN PAJAK

ABSTRAK ANALISIS EKUALISASI DAN REKONSILIASI ATAS PELAPORAN SPT MASA TERHADAP SPT TAHUNAN PPH BADAN DALAM MENGHADAPI PEMERIKSAAN PAJAK Nama : Diah Apriani Program Studi : S-1 Non Reguler Jurusan : Akuntansi NPM : 0741031030 No. Hp : 085279891001 Email : apriani_dhie@yahoo.co.id Pembimbing I : R. Weddie Andriyanto, S.E., M.Si., CPA. Pembimbing

Lebih terperinci