B A B I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B A B I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 B A B I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 Bab VIII pasal 141 menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, peningkatan mutu gizi yang dimaksud dilakukan melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Upaya perbaikan gizi dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan pentahapan dan prioritas pembangunan nasional. Salah satu prioritas pembangunan nasional sebagaimana tertuang pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan adalah perbaikan status gizi masyarakat. Sasaran jangka menengah perbaikan gizi yang telah ditetapkan adalah menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 15.0 % dan prevalensi pendek (stunting) menjadi setinggi-tingginya 32 % pada tahun Untuk mencapai sasaran tersebut di dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan telah ditetapkan 2 (dua) indikator kinerja kegiatan yaitu balita ditimbang berat badannya (D/S) dan balita gizi buruk mendapat perawatan. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut telah disusun Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat yang berisikan tujuan, sasaran operasional, kebijakan teknis dan strategi operasional serta kegiatan pokok, dan pentahapan indikator setiap tahun, sebagai penjabaran operasional Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Kegiatan pembinaan gizi pada tahun 2012 dilaksanakan melalui beberapa kegiatan pokok dan pendukung yang terdiri dari: (1) Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan masyarakat untuk berperilaku sadar gizi serta untuk memotivasi, menggerakkan dan melibatkan masyarakat dalam rangka upaya pembinaan gizi melalui posyandu. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui berbagai sumber dana baik dari pemerintah maupun masyarakat; (2) Suplementasi dan Fortifikasi Gizi Mikro bertujuan untuk mencegah dan mengurangi timbulnya masalah gizi, baik masalah gizi makro maupun gizi mikro; (3) Penanganan Kasus Gizi Buruk ditujukan untuk menanggulangi masalah gizi buruk pada balita; (4) Dukungan Manajemen diperlukan untuk memfasilitasi dan memperlancar proses, yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, 1

2 monitoring dan evaluasi program pembinaan gizi. Kegiatan dukungan manajemen yang diperlukan antara lain: Perencanaan gizi, Penyusunan Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK), Jaringan info Pangan dan Gizi (JIPG), rapat kerjasama lintas sektor dan lintas program serta monitoring evaluasi. Ukuran keberhasilan kinerja Direktorat Bina Gizi dilihat dari pencapaian dari masing-masing indikator kegiatan. Proses evaluasi merupakan penilaian terhadap hasil pencapaian tersebut, yang dituangkan ke dalam suatu laporan yang disebut Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK). Penyusunan LAK ini merupakan perwujudan salah satu indikator (tolok ukur) dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance), dan berkaitan dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dalam memberikan pelayanan prima serta menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada pemerintah dan masyarakat pada umumnya. LAK 2012 memasuki tahun ke tiga dari periode lima tahunan Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat Penyusunan LAK ini dimaksudkan sebagai bentuk kewajiban Direktorat Bina Gizi untuk mempertanggungjawabkan tujuan dan sasaran serta rencana kinerja yang telah ditetapkan dalam Renstra, Rencana Kinerja Tahun 2012 dan Penetapan Kinerja Tahun LAK ini juga dapat dijadikan sebagai feedback yang berharga dalam memperbaiki kinerja Direktorat Bina Gizi di masa mendatang. B. MAKSUD DAN TUJUAN Penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Bina Gizi memiliki maksud dan tujuan sebagai bentuk pertanggungjawaban secara tertulis atas pelaksanaan tugastugas yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tahun 2012 oleh Direktorat Bina Gizi sehingga: 1. Dapat diketahui pencapaian indikator yang telah ditetapkan; 2. Dapat diketahui kegiatan yang telah dilaksanakan; 3. Dapat diketahui perkembangan kegiatan yang telah dilaksanakan berikut hasil pencapaian dan evaluasi; 4. Sebagai dasar untuk perencanaan kegiatan tahun berikutnya; 5. Sebagai bukti laporan program dan hasil kegiatan kepada publik. 2

3 C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor: 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, bahwa Direktorat Bina Gizi bertugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bina gizi, sedangkan fungsinya adalah : 1. Penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; 2. Pelaksanaan kegiatan di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan serta kewaspadaan gizi; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan serta kewaspadaan gizi; 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik dan konsumsi makanan serta kewaspadaan gizi; 5. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik dan konsumsi makanan serta kewaspadaan gizi; 6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat. Susunan organisasi Departemen Kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa Struktur Organisasi Direktorat Bina Gizi adalah sebagai berikut: a. Direktur Bina Gizi b. Sub Bagian Tata Usaha c. Sub Direktorat Bina Gizi Makro 1) Seksi Standarisasi Gizi Makro 2) Seksi Bimbingan dan Evaluasi Gizi Makro d. Sub Direktorat Bina Gizi Mikro 1) Seksi Standarisasi Gizi Mikro 2) Seksi Bimbingan dan Evaluasi Gizi Mikro e. Sub Direktorat Bina Gizi Klinik 1) Seksi Standarisasi Bina Gizi Klinik 2) Seksi Bimbingan dan Evaluasi Bina Gizi Klinik f. Sub Direktorat Bina Konsumsi Makanan 1) Seksi Standarisasi Konsumsi Makanan 3

4 2) Seksi Bimbingan dan Evaluasi Konsumsi Makanan g. Sub Direktorat Bina Kewaspadaan Gizi 1) Seksi Standarisasi Kewaspadaan Gizi 2) Seksi Bimbingan dan Evaluasi Kewaspadaan Gizi 4

5 Gambar 1.1 5

6 D. SISTEMATIKA Sistematika penulisan laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Bina Gizi Masyarakat ini adalah sebagai berikut : 1. Kata Pengantar 2. Ringkasan Eksekutif 3. Daftar Isi, yang meliputi : Bab I Pendahuluan Menjelaskan tentang latar belakang penulisan laporan, maksud dan tujuan penulisan laporan, tugas pokok dan fungsi Direktorat Bina Gizi serta sistematika penulisan laporan Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Dijelaskan mengenai perencanaan dan perjanjian kinerja. Pada awal bab ini disajikan gambaran secara singkat sasaran yang ingin dicapai Kementerian Kesehatan, khususnya Direktorat Bina Gizi pada tahun 2012 serta bagaimana kaitannya dengan capaian visi dan misi Kementerian Kesehatan. Bab III Akuntabilitas Kinerja Diuraikan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk di dalamnya menguraikan secara sistematis keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil. Bab IV Penutup Mengemukakan tujuan secara umum tentang keberhasilan dan kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja Direktorat Bina Gizi Masyarakat serta strategi pemecahan masalah yang akan dilaksanakan di tahun mendatang. Lampiran-Lampiran : - Pernyataan penetapan kinerja - Form RKT : Form Rencana Kinerja Tahunan - Form PK : Form Pengukuran Kinerja 6

7 B A B II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. PERENCANAAN KINERJA 1. Visi Visi Direktorat Bina Gizi mengacu kepada visi Kementerian Kesehatan yaitu Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. 2. Misi Misi Direktorat Bina Gizi mengacu kepada misi Kementerian Kesehatan yaitu: a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani. b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. 3. Tujuan Tujuan dari pembinaan gizi masyarakat adalah meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi keluarga untuk meningkatkan status gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan balita 4. Nilai-nilai a. Pro Rakyat b. Inklusif c. Responsif d. Efektif e. Bersih 5. Strategi Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan terdapat 8 (delapan) sasaran keluaran Pembinaan Gizi Masyarakat sebagai berikut: a. 85% balita yang ditimbang berat badannya (D/S) b. 100% balita gizi buruk yang mendapat perawatan c. 80% bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif 7

8 d. 90% rumah tangga mengonsumsi garam beriodium e. 85% balita usia 6-59 bulan mendapat Kapsul Vitamin A f. 95% ibu hamil yang mendapat Fe 90 tablet g. 100% kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi h. 100% penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana 6. Strategi Operasional Direktorat Bina Gizi Strategi operasional Pembinaan Gizi Masyarakat adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan pendidikan gizi masyarakat melalui penyediaan materi KIE dan kampanye. b. Memenuhi kebutuhan obat program gizi terutama kapsul vitamin A, tablet Fe, mineral mix melalui optimalisasi sumber daya Pusat dan daerah. c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam pemantauan pertumbuhan, konseling menyusui dan MP-ASI, tatalaksana gizi buruk, surveilans dan program gizi lainnya. d. Memenuhi kebutuhan PMT Pemulihan bagi balita menderita gizi kurang (kurus) dan ibu hamil keluarga miskin KEK. e. Mengintegrasikan pelayanan gizi ibu hamil berupa pemberian tablet Fe dan skrining ibu hamil KEK diintegrasikan dengan pelayanan antenatal (ANC). f. Melaksanakan surveilans gizi di seluruh kabupaten/kota, surveilans khusus, dan surveilans gizi darurat g. Menguatkan kerja sama dan kemitraan dengan lintas program dan lintas sektor, organisasi profesi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat. h. Menyusun NSPK gizi 7. Kebijakan Teknis Kebijakan teknis Pembinaan Gizi Masyarakat adalah sebagai berikut: a. Memperkuat peran masyarakat dalam pembinaan gizi masyarakat melalui posyandu b. Memberlakukan standar pertumbuhan anak Indonesia c. Perawatan gizi buruk dilaksanakan dengan pendekatan rawat inap di Puskesmas Perawatan, Rumah Sakit dan TFC (Therapeutic Feeding Centre) maupun rawat jalan di Puskesmas dan CFC (Community Feeding Centre) atau Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM) 8

9 d. Menerapkan standar pemberian makanan bagi bayi dan anak e. Meneruskan suplementasi gizi pada balita, remaja, ibu hamil, dan ibu nifas serta fortifikasi makanan f. PMT pemulihan diberikan pada anak gizi kurang dan ibu hamil miskin dan KEK g. Memperkuat surveilans gizi nasional h. Menyediakan buffer stock MP-ASI B. PERJANJIAN KINERJA Dalam rencana aksi pembinaan gizi masyarakat tahun terdapat 8 (delapan) indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja Direktorat Bina Gizi. Namun hanya 2 (dua) indikator kinerja yang dipertanggungjawabkan dalam penetapan kinerja, seperti tabel di bawah ini: No Tabel 2.1 Target Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2012 Indikator Target Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) 75% 2 Persentase Balita gizi buruk yang mendapat perawatan 100% 1. Persentase balita ditimbang berat badannya (D/S) Persentase balita ditimbang berat badannya (D/S) adalah jumlah balita yang ditimbang di seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini dapat menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita. Kunjungan balita ke posyandu juga merupakan realisasi dari upaya kesehatan dalam bentuk promotif sekaligus preventif guna meningkatkan status gizi dan kesehatan balita. 2. Persentase balita gizi buruk mendapat perawatan Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Perawatan gizi buruk dilaksanakan melalui prosedur rawat inap dan rawat jalan. Bagi anak-anak gizi buruk yang disertai komplikasi penyakit dapat dirawat di Puskesmas, Rumah Sakit, dan TFC, 9

10 sedangkan bagi anak gizi buruk tanpa komplikasi dapat dirawat jalan. Perawatan anak di rumah dilakukan melalui pembinaan petugas kesehatan dan kader BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUKURAN KINERJA Data dan informasi untuk penyusunan laporan bersumber dari dokumen Rencana Kinerja Tahun 2012, Penetapan Kinerja Tahun 2012, dan laporan tahunan yang dituangkan datanya ke dalam formulir Pengukuran Kinerja (PK), serta didasarkan pada analisis diskripsi yang telah disusun oleh setiap Subdit di lingkungan Direktorat Bina Gizi. Kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi merupakan implementasi dari tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan kinerja Direktorat Bina Gizi dalam rangka mencapai sasaran indikator yaitu meningkatnya status gizi masyarakat dengan menurunnya prevalensi balita anak gizi kurang dari 17,9% menjadi 15% dan menurunnya prevalensi balita anak pendek (stunted) dari 35,6% menjadi 32%, berikut diuraikan kinerja Direktorat Bina Gizi tahun 2012 dilihat dari masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator Kinerja Kegiatan Tabel 3. 1 Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2012 Uraian Balita ditimbang berat badannya (D/S) Balita gizi buruk yang mendapat perawatan Target Realisasi Pencapaian (%) (%) (%) Ket 75 75,1 100 Tercapai Tercapai B. SUMBER DAYA 1. Sumber Daya Manusia Keadaan Pegawai Direktorat Bina Gizi sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 berjumlah 76 (tujuh puluh enam) orang dengan rincian sebagai berikut: 10

11 Tabel 3.2 Distribusi Pegawai Berdasarkan Golongan, Jenis Kelamin, dan Jabatan GOLONGAN JABATAN II III IV JUMLAH L P L P L P Eselon II Eselon III* Eselon IV Staf Jumlah *Keterangan: 1 orang Kasubdit pensiun dan belum ada pengganti Tabel 3.3 Distribusi Pegawai Berdasarkan Pendidikan, Jenis Kelamin dan Jabatan JABATAN PENDIDIKAN SMA D3 S1 S2 S3 Jumlah L P L P L P L P L P Eselon II Eselon III Eselon IV Staf Jumlah Sumber Daya Anggaran No Tabel 3.4 Realisasi Anggaran dari Berbagai Sumber Dana TA Realisasi Belanja Negara Transaksi Kas Uraian Anggaran Realisasi % Real. Angg. Rp Rp ,72% - Belanja Rupiah Murni Rp Rp ,94% - Belanja Rupiah Pinjaman Rp Rp ,14% - Belanja Hibah Rp Rp ,91% - Belanja Rupiah Pendamping Rp Rp ,52% 11

12 3. Analisa Sumber Daya KODE a. Analisa Sumber Daya Manusia Jumlah Pegawai Direktorat Bina Gizi kondisi Desember 2012 adalah 76 pegawai, Pegawai yang berlatar belakang pendidikan S3 sebanyak 2 orang, S2 sebanyak 28 orang, S1 sebanyak 33 orang, D3 sebanyak 9 orang, SMA sebanyak 5 orang. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 34 orang pegawai laki-laki dan 42 orang pegawai perempuan. Sedangkan dari jenis pendidikan, pegawai dengan pendidikan di bidang kesehatan sebanyak 62 orang dan pegawai dengan pendidikan bidang non kesehatan dengan fungsi administratif sebanyak 15 orang. nutrisionis. Direktorat Bina Gizi memiliki 2 pemangku jabatan fungsional yaitu 2 orang Selama tahun 2012 pegawai yang memasuki masa purna bakti sebanyak 6 orang dan tidak ada CPNS baru. b. Analisa Sumber Daya Anggaran Pada tahun 2012, di Direktorat Bina Gizi telah merealisasikan 86,72% dari total pagu yang ada ( ). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.5 Realisasi Fisik dan Anggaran Menurut Output Kegiatan TA 2012 OUTPUT KEGIATAN REALISASI FISIK REALISASI KEUANGAN OUTPUT TARGET REALISASI % PAGU REALISASI % SDM yang ditingkatkan kapasitas teknis atau manajemen Dokumen NSPK Pembinaan Gizi Masyarakat Laporan Kegiatan Sosialisasi, Advokasi, Kampanye/Gerakan Masyarakat Dalam Rangka Pembinaan Gizi PMT, Taburia untuk Ibu Hamil KEK, Bayi dan Balita Gizi Kurang dan Buruk 007 Buku/Modul 555 orang dokumen 79 laporan kg buku ,10 87,30 94,78 91,51 97, Media Promosi lembar ,44 12

13 Posyandu Kit/Antropometri Kit Laporan Pembinaan Teknis, supervisi, monitoring dan pendampingan Dokumen Perencanaan dan Anggaran set laporan 9 dokumen ,37 90,63 87, Dokumen Evaluasi dan Pelaporan Kinerja 21 dokumen , Layanan Perkantoran 12 bulan layanan , Dokumen Pengelolaan Keuangan 1 dokumen , Dokumen Pengelolaan Barang Milik Negara 33 dokumen , Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 243 unit ,77 TOTAL 94, ,72 Pada Tahun Anggaran 2012, Direktorat Bina Gizi merealisasikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp ,-. Direktorat Bina Gizi pada tahun 2012 juga telah merealisasikan belanja negara secara bruto adalah sebagai berikut: 1) Belanja Rupiah Murni sebesar Rp ,- atau 92,94% dari jumlah anggaran Rupiah Murni sebesar Rp ,- 2) Belanja Pinjaman Luar Negeri Rp ,- atau 55,14% dari jumlah anggaran Pinjaman Luar Negeri sebesar Rp ,- 3) Belanja Hibah Rp ,- atau 82,91% dari jumlah anggaran hibah sebesar Rp ,- 4) Belanja Rupiah Pendamping sebesar Rp atau 82,52% dari jumlah anggaran Rupiah Pendamping sebesar Rp ,- Pada awal tahun anggaran 2012 melalui DIPA No. 0698/ /00/2012 tanggal 9 Desember 2011 mendapatkan anggaran sebesar Rp ,-. Selama periode 1 Januari 2012 s.d. 31 Desember tahun 2012, Direktorat Bina Gizi 5 (lima) kali melakukan revisi terhadap DIPA yaitu : 1) DIPA Revisi ke-1 tanggal 4 April 2012 berupa pencairan blokir/tanda bintang sebesar Rp ,- 13

14 2) DIPA Revisi ke-2 tanggal 13 Juli 2012 berupa luncuran dana proyek NICE sebesar Rp ,- sehingga alokasi anggaran Direktorat Bina Gizi menjadi Rp ,- 3) DIPA Revisi ke-3 tanggal 31 Oktober 2012 berupa efisiensi anggaran sebesar Rp ,- dan penambahan anggaran APBN-P untuk PMT-AS di Papua dan Papua Barat sebesar Rp ,-sehingga anggaran Drektorat Bina Gizi menjadi Rp ,- 4) DIPA Revisi ke-4 tanggal 28 Desember 2012 berupa pergeseran pagu dana belanja barang (52) sebesar Rp ,- dari semula KPPN Jakarta V (139) dengan cara penarikan RK menjadi KPPN khusus Jakarta VI (140) dengan cara penarikan PL 5) DIPA Revisi ke-5 tanggal 28 Desember 2012 berupa penambahan alokasi anggaran Hibah Luar Negeri (WHO dan UNICEF) sebesar Rp ,- sehingga anggaran Direktorat Bina Gizi Rp ,- Sementara itu, bila dilihat dari realisasi anggaran lima tahun terakhir, kecenderungannya terlihat tetap. Capaian realisasi anggaran belum mencapai target yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI yaitu 90%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini (2.1 ) Gambar 3.1 Trend Realisasi Anggaran Dit Bina Gizi Sumber: Data laporan Keuangan Dit Bina Gizi Sampai dengan 31 Desember 2012, Direktorat Bina Gizi telah merealisasikan belanja secara bruto sebesar Rp ,- atau 86,72% dari total anggaran sebesar Rp ,-. Rendahnya persentase 14

15 realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2012 antara lain disebabkan karena : 1) Beberapa kegiatan pengadaan Direktorat Bina Gizi Tahun Anggaran 2012 tidak dapat dilaksanakan, di antaranya adalah : a) Final Evaluation dan Final Workshop Proyek NICE Rp ,-, bersumber dari RK ADB dengan alasan perubahan endline survey menjadi final evaluation terjadi pada saat menjelang closing date proyek, sehingga ketika Executing Agency (EA) mengajukan TOR ke ADB, tidak mendapat persetujuan NOL dengan alasan waktu pelaksanaan tidak cukup. b) Fellowship (Short Course) Luar Negeri sebesar Rp ,- bersumber dari RMP. Tidak terserap dikarenakan pada saat dilakukan proses lelang, semula firm yang mendaftar lebih dari 7 perusahaan, namun dari 7 perusahaan yang mendaftar hanya 2 perusahaan yang mengajukan proposal, maka sesuai peraturan tidak dapat diteruskan. Mengingat keterbatasan waktu, maka tidak mungkin lagi diadakan pelelangan ulang. c) Manajemen Distribusi PMT AS untuk Papua dan Papua Barat sebesar Rp ,- bersumber dari RM dengan alasan pengadaan PMT AS baru dapat diselesaikan dan dikirim ke kabupaten dan kota di Papua dan Papua Barat. Dengan demikian, kegiatan manajemen dan distribusi PMT AS di masing-masing kabupaten/kota belum dapat dilaksanakan pada Tahun 2012 dan akan ditindaklanjuti dengan penganggarannya pada Tahun d) Dana pengadaan barang yang tersisa yaitu Rp ,- (bersumber dana RM); Rp ,- (bersumber dana RMP) dan Rp ,- (bersumber dana RK). e) Sisa kegiatan operasional (pertemuan, bimtek, dll) C. ANALISA AKUNTABILITAS KINERJA Dengan adanya dukungan sumber daya manusia dan sumber daya anggaran yang tersedia, pencapaian indikator kinerja kegiatan yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran ini dapat dipenuhi dengan tingkat capaian indikator berbeda-beda: 1. Indikator Kinerja Kegiatan a. Persentase Balita ditimbang Berat Badannya (D/S) Pemantauan Pertumbuhan anak yang dilakukan melalui penimbangan berat badan secara teratur dan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), 15

16 berfungsi sebagai instrumen penilaian pertumbuhan anak merupakan dasar strategi pemberdayaan masyarakat yang telah dikembangkan sejak awal an. Pemantauan pertumbuhan mempunyai 2 (dua) fungsi utama, yang pertama adalah sebagai strategi dasar pendidikan gizi dan kesehatan masyarakat, dan yang kedua adalah sebagai sarana deteksi dini dan intervensi gangguan pertumbuhan serta entry point berbagai pelayanan kesehatan anak (misalnya imunisasi, pemberian kapsul vitamin A, pencegahan diare, dll) untuk meningkatkan kesehatan anak. Peran serta masyarakat dalam penimbangan balita (D/S) menjadi sangat penting dalam deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi buruk. Dengan rajin menimbang balita, maka pertumbuhan balita dapat dipantau secara intensif. Sehingga, bila berat badan anak tidak naik ataupun jika ditemukan penyakit akan dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan, maka penanganan kasus gizi kurang atau gizi buruk akan semakin baik. Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tatalaksana kasus anak gizi buruk akan mengurangi resiko kematian. Sehingga angka kematian akibat gizi buruk dapat ditekan. Gambar 3.2 Aktifitas Penimbangan di Posyandu Kelurahan Cipedak, Jakarta Selatan Tahun 2012 Cakupan pemantauan pertumbuhan secara bertahap mengalami kenaikan, terutama setelah dilakukan revitalisasi posyandu sejak setelah terjadinya krisis beberapa tahun sebelumnya (gambar 3.2). Pada tahun 2012 secara rata-rata nasional cakupan D/S sebesar 75,1%, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional tahun lalu yang sebesar 71,4% dan melebihi target tahun ini (75%). 16

17 Masalah lain, masih terdapat 23 propinsi yang cakupannya masih dibawah ratarata nasional seperti tergambarkan pada gambar 3.4 Gambar 3.3 Cakupan kunjungan balita ke posyandu (D/S) Tahun Ket: Data diperoleh dari Laporan Dinkes Provinsi 1) Faktor pendukung keberhasilan: a) Adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah setempat. b) Adanya kemauan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan balita di lingkungannya. c) Tingginya motivasi dari tenaga kesehatan setempat dalam menjalankan program. d) Adanya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama danorganisasi kemasyarakatan lainnya. e) Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu dengan dilandasi Permendagri nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu. f) Adanya Surat Edaran Menteri Kesehatan nomor GK/Menkes/333/IX/2012 tanggal 21 September 2012 perihal : Penyelenggaraan Bulan Penimbangan di seluruh Indonesia pada setiap Bulan November setiap tahun sebagai upaya berdaya ungkit meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penimbangan. g) Tersedianya dana BOK yang menjadi daya ungkit peningkatan kinerja puskesmas termasuk dalam pembinaan posyandu yang berdampak pada peningkatan D/S 17

18 Gambar 3.4 Cakupan D/S berdasarkan Provinsi Tahun 2012 Sumber: Laporan Dinkes Provinsi Tahun ) Permasalahan terkait pencapaian indikator Belum tercapainya target di beberapa provinsi dari target nasional dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain : a) Permasalah geografis, contoh di Kabupaten Indramayu, terdapat jarak rumah penduduk ke Posyandu sekitar 2 km ditempuh dengan berjalan kaki. Untuk wilayah Papua di kabupaten Wamena penduduk harus berjalan kaki 2-3 jam mencapai Posyandu. b) Kurangnya dukungan dari para pemangku kepentingan, Posyandu hanya didukung oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas setempat. c) Kualitas dan kuantitas dari kader masih kurang. d) Terbatasnya dana operasional, sarana dan prasarana di Posyandu e) Kurangnya kemampuan tenaga dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling f) Tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat Posyandu masih rendah. Dalam pertemuan seluruh Kepala Seksi/Pengelola Program gizi di Indonesia, teridentifikasi 17 alasan orang tua tidak mengajak anaknya ke posyandu sehingga mempengaruhi pencapaian D/S. Ke 17 alasan tersebut adalah : 1. Orang tua balita sibuk 2. Balita masih tidur 3. Balita sudah mendapat imunisasi lengkap 18

19 4. Fasilitas (sarana dan prasarana) tidak lengkap 5. Tempat tidak memadai 6. Balita merasa takut ditimbang 7. Trauma karena mendengar ada anak jatuh dari timbangan 8. Tidak ada PMT 9. Orang tua merasa bosan membawa anak ke posyandu 10. Orang tua merasa posyandu tidak mendatangkan manfaat 11. Tenaga kesehatan puskesmas tidak datang ke posyandu 12. Kegiatan posyandu monoton 13. Ibu merasa malu ke posyandu karena anaknya kurus 14. Ibu lupa jadwal hari penimbangan posyandu 15. Jarak rumah ke posyandu terlalu jauh 16. Posyandu dianggap tempat pelayanan kesehatan kurang bergengsi 17. Terdapat mitos anak pantang untuk ditimbang 3) Alternatif pemecahan masalah a) Mensosialisasikan dan memantau pelaksanaan Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor GK/Menkes/333/IX/2012 tanggal 21 September 2012 perihal : Penyelenggaraan Bulan Penimbangan di seluruh Indonesia pada setiap Bulan November setiap tahun sebagai upaya berdaya ungkit meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penimbangan. b) Advokasi dan readvokasi kepada pemangku kepentingan terkait c) Pelatihan fasilitator dan pemantauan pertumbuhan kepada seluruh tenaga kesehatan di Indonesia. Hingga akhir Desember 2012 telah dilatih sebanyak pengguna akhir (end user) dan 193 fasilitator. d) Melakukan bimbingan teknis kepada tenaga kesehatan baik di puskesmas maupun di posyandu. e) Pelatihan ulang kader posyandu (Refreshing kader) f) Peningkatan pemberdayaan masyarakat terutama di posyandu. g) Penyediaan dana melalui Bantuan Operasional Kesehatan dengan perencanaan yang sesuai dengan besaran masalah di Puskesmas. h) Di samping upaya tersebut di atas, telah diinventarisasi berbagai upaya terobosan atau kegiatan dalam rangka peningkatan D/S antara lain : - Arisan Posyandu yaitu kegiatan yang dilaksanakan pada hari Posyandu dengan melibatkan keluarga yang memiliki balita sehingga 19

20 membuat para peserta arisan merasakan keterikatan untuk datang ke Posyandu. - Demo memasak atau demo kecantikan yaitu kegiatan yang dilakukan pada hari buka Posyandu dengan memanfaatkan keterampilan yang dimiliki masyarakat atau dapat juga bekerjasama dengan pihak lain di wilayah Posyandu sehingga pada saat demo, ibu dan atau keluarga balita mau datang ke Posyandu. - Warung Posyandu yaitu kegiatan seperti bazar yang dilakukan pada hari buka Posyandu, dimana peserta bazar adalah ibu-ibu balita atau kader yang menjual aneka kebutuhan termasuk kerajinan tangan dan masakan bergizi yang diolah sendiri. Kegiatan bazar ini diharapkan menarik minat ibu-ibu balita membawa balitanya untuk ditimbang di Posyandu. - Odong-odong, kuda-kudaan, jungkat-jungkit, ayunan yaitu bentuk permainan yang dimiliki dan dikelola oleh Posyandu atau jenis permainan lain yang biasa terdapat di daerah setempat. Permainan tersebut digunakan untuk menarik balita datang ke Posyandu, sambil menunggu giliran ditimbang. Permainan tersebut dioperasikan oleh ibu balita, kader, dan sukarelawan lainnya. - Pertunjukan boneka atau pertunjukan lain yang sudah dikenal di masyarakat setempat. Bentuk boneka merupakan kreativitas masyarakat setempat. Pesan-pesan yang disampaikan meliputi kesehatan balita, ibu hamil, ibu menyusui, dll. - Membagikan cindera mata sesudah balita ditimbang seperti balon, mainan anak-anak, dan lain-lain yang aman. Dengan kegiatan ini diharapkan menarik minat balita untuk datang kembali ke Posyandu. - Memberikan penghargaan atau hadiah sederhana kepada ibu/keluarga balita yang rutin menimbang balitanya dibuktikan dengan buku KIA atau KMS. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi ibu/keluarga agar membawa balitanya ditimbang secara rutin di Posyandu. - Memberikan pelayanan lain di luar kegiatan Posyandu seperti pijat/urut bayi, dll. 20

21 b. Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan Gizi buruk adalah gangguan kekurangan gizi tingkat berat yang ditandai dengan adanya tanda-tanda klinis gizi buruk dan atau berat badan sangat rendah tidak sesuai dengan tingginya. Kasus gizi buruk seringkali disertai dengan penyakit lain seperti hydrocephalus, cerebral palsy, kelainan jantung, TB dan HIV/AIDS sehingga bila tidak dirawat sesuai standar memiliki risiko kematian sangat tinggi. Perawatan gizi buruk dilaksanakan melalui prosedur rawat inap dan rawat jalan. Bagi anak-anak gizi buruk yang disertai komplikasi penyakit dapat dirawat di Puskesmas, rumah Sakit, dan TFC, sedangkan bagi anak gizi buruk tanpa komplikasi dapat dirawat jalan. Perawatan anak dirumah dilakukan melalui pembinaan petugas kesehatan dan kader. 1) Hasil yang telah dicapai: Semua balita gizi buruk baik dengan indikasi medis maupun tanpa indikasi medis yang terdeteksi telah dirawat baik itu rawat inap di TFC, puskesmas perawatan dan di rumah sakit maupun rawat jalan di puskesmas non perawatan dan rumah sakit sesuai capaian target 100%. Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan pada tahun 2012 sebanyak kasus, yang artinya melebihi kasus yang ditargetkan untuk ditemukan dan ditangani. Gambar 3.5 Jumlah Kasus Gizi Buruk di Indonesia yang ditemukan dan dirawat Tahun Sumber: laporan Dinkes Provinsi Tahun

22 Gambar 3.6 Contoh penanganan Kasus Gizi Buruk Kasus Gizi Buruk ( 4 TAHUN 9 BULAN ) Saat Datang BB = 11 kg ; TB = 98,3 cm TB PARU Saat Akan Pulang BB = 12.7 kg ; TB = 98,3 cm Lama Perawatan Selama 16 hari Gambar 3.7 Ruangan di dalam TFC (Terauphetic Feeding Centre) Ruang Perawatan 22

23 2) Permasalahan terkait pencapaian indikator Pada implementasinya masih ditemukan beberapa kendala dalam pencapaian indikator tersebut antara lain: a) Pengetahuan, keterampilan dan kesanggupan beberapa tenaga masih kurang b) Mobilisasi tenaga kesehatan yang sangat cepat c) Data yang ada baru sebatas jumlah balita yg ditangani namun belum dilakukan pasca pemantauan. 3) Alternatif pemecahan masalah: a) Melaksanakan Pelatihan Tatalaksana Anak Gizi Buruk bagi petugas kesehatan dari Puskesmas dan Rumah Sakit. Sejak tahun 2004 sampai dengan Desember Tahun 2012 telah dilatih petugas kesehatan (dokter, perawat/ bidan, dan ahli gizi) dengan jumlah fasilitator sebanyak 98 orang. Sementara itu Puskesmas Perawatan yang sudah dilatih sebanyak (47,8 %) dari total puskesmas perawatan yang ada, 436 (7,34%) Puskesmas non perawatan dari total Puskesmas, dan sebanyak 367 RSUD (69%) telah dilatih tatalaksana gizi buruk dari total 532 RSUD yang ada di Indonesia. b) Mendirikan Therapeutic Feeding Centre (TFC) dan Community Feeding Centre (CFC) atau Pos Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM) dengan dukungan pemerintah daerah setempat. Sampai dengan Desember 2012 telah didirikan 170 TFC di 28 provinsi dan 109 CFC di 10 kabupaten/kota di 4 provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tenggara. c) Telah ditetapkan spesifikasi teknis mineral mix untuk perawatan gizi buruk. d) Menyediakan materi-materi penunjang berupa buku-buku pedoman, brosur-brosur maupun leaflet-leaflet e) Melakukan pelacakan balita gizi buruk f) Memperbaiki sistem rujukan dan pasca rujukan sehingga mengurangi risiko jatuh kembali balita ke dalam status gizi buruk g) Bekerjasama dalam melakukan rujukan dan perawatan gizi buruk dengan lintas sektor h) Melaksanakan penanganan gizi buruk dimulai dari tingkat masyarakat (posyandu) 23

24 D. PRIORITAS MASALAH DAN RENCANA TINDAK LANJUT Dari gambaran hasil pencapaian indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi yang telah diuraikan di atas dan beberapa permasalahan yang muncul, maka dapat ditetapkan beberapa masalah yang menjadi prioritas, yaitu: 1. Pencapaian cakupan D/S sudah mencapai target, namun dalam pelaksanaannya masih ditemukan beberapa kendala. Oleh karena itu diperlukan upaya terobosan untuk mempercepat pencapaian target tahun Perawatan kasus anak gizi buruk rawat inap dan rawat jalan telah 100%, namun dalam pelaksanaannya masih diperlukan peningkatan kualitas sesuai standar. Demikian juga halnya penanganan balita gizi buruk pasca perawatan di sarana pelayanan kesehatan Untuk menindaklanjuti upaya peningkatan cakupan D/S dan peningkatan kualitas perawatan kasus gizi buruk, maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut ditahun 2013, yaitu: 1. Pendidikan Gizi dan Pemberdayaan Masyarakat a. Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Kegiatan ini adalah upaya meningkatkan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat menerapkan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari menuju manusia Indonesia prima. Kegiatan pokoknya adala; 1) kampanye tingkat Nasional dan Daerah, 2) peningkatan kapasitas petugas di tingkat Nasional, Provinsi/Kota dalam rangka perencanaan, koordinasi dan evaluasi sehingga tercipta dialog untuk menggalang dukungan, 3) Peningkatan pengetahuan gizi kepada ibu hamil, ibu menyusui, ibu balita, abak sekolah, remaja, lanjut usia dan masyarakat umum melalui media poster, leaflet, spanduk, flyer dan baliho. b. Sosialisasi pencegahan dan penanggulangan stunting c. Akselerasi perbaikan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan stunting d. Sosialisasi dan advokasi penanggulangan masalah GAKI e. Advokasi pengembangan Taburia di 7 (Tujuh) provinsi terpilih f. Sosialisasi surveilans gizi dan SMS Gateway 24

25 2. Peningkatan Kapasitas Sumber daya Manusia Gizi a). Pelatihan fasilitator dan petugas Kegiatan peningkatan kapasitas pada tahun 2013 yang diselenggarakan adalah:peningkatan kapasitas petugas kesehatan berupa ToT konseling menyusui, tata laksana gizi buruk, pemantauan pertumbuhan, konselor MP-ASI, Peningkatan kapasitas petugas kesehatan tentang tatalaksana Kretin (GAKI) b) Pembinaan teknis Kegiatan monitoring-evaluasi terpadu akan dilakukan setiap bulan ditujukan untuk menggali permasalahan dan hambatan pelaksanaan program bidang pembinaan gizi yang ada di lapangan serta memberikan pembinaan teknis sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan yang ada. 3. Penyediaan Suplemen Gizi dan Alat Penunjang Dalam rangka pelaksanaan program gizi baik di pusat maupun daerah, Direktorat Bina Gizi menyediakan suplemen gizi dan alat penunjang sebagai berikut: 1) Taburia dengan penambahan lokasi yang semula hanya di 24 kabupaten/kota di 6 (enam) propinsi NICE Project akan diperluas menjadi 40 kabupaten/kota di 13 Provinsi. Selain daerah yang pernah menjadi binaan NICE, 7 (tujuh) propinsi tambahan, yaitu : Lampung (4 kabupaten), Jawa Barat (4 kabupaten), Sulawesi Tenggara (1 kabupaten), Kalimantan Timur (1 kota), Jawa Tengah (4 kabupaten), Sulteng (2 kabupaten) dan Maluku Utara (1 kabupaten). 2) MP-ASI buffer stock 3) PMT Bumil KEK dan buffer stok (pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kurang energi untuk meningkatkan status gizi) 4) Antropometri Kit untuk 60 kabupten/kota terpilih 5) Pengadaan alat test cepat garam beriodium 6) Kit Konseling Menyusui 7) Pengadaan obat program gizi, seperti: Kapsul Vitamin A dosis tinggi ( IU dan IU), Tablet Tambah Darah (Besi-Folat), dan mineral mix pengadaannya dilakukan oleh Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan usulan daerah melalui verifikasi Direktorat Bina Gizi. 8) Pengadaan PMT-AS untuk siswa SD/MI berupa biskuit sekolah yang merupakan kelanjutan dari PMT-AS tahun sebelumnya. Lokasi distribusi di wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat, masing-masibng 3 Kabupaten/kota. 9) Penyediaan CD Software NutriClin 25

26 10) Food Model. Didistribusikan ke seluruh Provinsi 11) Buku pedoman dan materi KIE gizi 4. Tatalaksana Gizi Buruk dan Penanganan Gizi Kurang 5. Surveilans Sosialisasi pemanfaatan SMS Gateway sudah dimulai Tahun 2012 dan akan ditingkatkan mulai Tahun Penyusunan NSPK NSPK yang akan disusunpada tahun 2013 adalah: a. Petunjuk teknis Gerakan Nasional Perepatan Perbaikan Gizi b. Penyusunan model intervensi pencegahan stunting c. Pedoman gizi haji d. Penyusunan pedoman pelayanan gizi pada TBC e. Pedoman gizi olahraga f. Pedoman asuhan gizi terstandar g. Pengembangan manual monitoring dan evaluasi program gizi h. Modul pelatihan tatalaksana kretin i. Draft permenkes tentang spesifikasi kapsul vitamin A j. Buku saku deteksi dini maslah gizi mikro 7. Dukungan Manajemen Dukungan manajemen diperlukan untuk memfasilitasi dan memperlancar proses upaya kegiatan pembinaan gizi tahun 2013 yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan. Secara tidak langsung dukungan manajemen seperti pertemuan konsolidasi tim pembinaan gizi masyarakat, pertemuan kajian pencapaian kinerja pembinaan gizi, rapat koordinasi perencanaan pembinaan gizi dan pemantapan rencana aksi pembinaan gizi sudah dilakukan pada Tahun 2012 dan pada Tahun 2013 dilakukan juga Penyusunan SOP Kegiatan, Analisa Beban Kerja dan Reformasi Birokrasi. 26

27 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) pada Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan ini disusun berdasarkan evaluasi dan penilaian seluruh keadaan dan potensi sumber daya kesehatan yang tercermin pada kegiatan pembinaan gizi masyarakat dan kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program selama tahun anggaran Pelaksanaan pengukuran kinerja telah dilakukan terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan. Pencapaian kinerja pelaksanaan kegiatan diselenggarakan dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan nasional menuju visi yang telah ditetapkan. Dalam hal pencapaian kedua Indikator Kinerja yang menjadi Indikator Kinerja Kegiatan, yaitu partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita (D/S) dan penanganan balita gizi buruk pada Tahun 2012 sudah mencapai target (100 persen). Berbagai upaya perbaikan NSPK dan kegiatan inovasi akan diupayakan, dimulai pada Tahun Disadari bahwa penentuan indikator pada masing-masing kegiatan sangat mempengaruhi nilai akhir pencapaian kinerja kegiatan, sasaran dan program. Upaya peningkatan pendidikan masyarakat, penanggulangan dan perbaikan gizi masyarakat serta penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil dan menyusui, bayi dan anak balita secara paripurna diharapkan dapat mengatasi masalah gizi yang ada. Laporan Akuntabilitas Kinerja ini tentunya bermanfaat sebagai bahan penilaian dalam upaya pemantauan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan program pembinaan gizi masyarakat di lingkungan Direktorat Bina Gizi untuk perbaikannya di masa mendatang. Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja ini dapat dijadikan dasar bagi penyusunan Program Pembinaan Gizi di Direktorat Bina Gizi pada khususnya dan Kementerian Kesehatan pada umumnya, dalam rangka mewujudkan Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. 27

28 B. Saran 1. Berbagai upaya perbaikan NSPK dan kegiatan inovasi perlu segera diupayakan dimulai pada Tahun Agar evaluasi kinerja dapat diimplementasikan dan dikembangkan dari tahun ke tahun maka telaahan perlu dilakukan terhadap Indikator kinerja yang akan ditetapkan pada RPJMN , menyangkut kejelasan DO, cara perhitungan, cara menganalisis dan terutama menyangkut fungsinya sebagai gambaran kinerja satker pembinaan gizi 28

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 Bab VIII pasal 141 menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat,

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 04 Agustus 2015

Revisi ke 02 Tanggal : 04 Agustus 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah Pengantar D alam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak merupakan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional. Untuk

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT DEPARTEMEN KESEHATAN R I TAHUN 2008 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.3-/216 DS71-99-46-4 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat TAhun 2013

Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat TAhun 2013 Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat TAhun 2013 Direktorat Bina Gizi Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan RI ii KATA PENGANTAR Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Lebih terperinci

TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan

TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan Mengapa Terjadi Kurang Gizi di Indonesia? Hanya 36% balita 6-23 bulan yang mengkonsumsi asupan makanan berkecukupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan awal dari implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Lebih terperinci

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN 2005-2014 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 83.3 85.0 82.0 85.1 60.0 64.5 68.7 71.2 57.5 48.1 2005 2006 2007

Lebih terperinci

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DAN PEMERINTAH KAB/KOTA BIDANG KESEHATAN (GIZI DAN KIA)

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DAN PEMERINTAH KAB/KOTA BIDANG KESEHATAN (GIZI DAN KIA) PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DAN PEMERINTAH KAB/KOTA BIDANG KESEHATAN (GIZI DAN KIA) Disampaikan pada : SEMILOKA REVISI PP 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN DAN NSPK YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor

Lebih terperinci

PROGRAM PERBAIKAN GIZI MAKRO

PROGRAM PERBAIKAN GIZI MAKRO PROGRAM PERBAIKAN GIZI MAKRO RINGKASAN Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi dapat terjadi dari

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA TAHUN 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

LAPORAN BOK UPT DINAS KESEHATAN UNIT PUSKESMAS TAHUN 2013

LAPORAN BOK UPT DINAS KESEHATAN UNIT PUSKESMAS TAHUN 2013 LAPORAN BOK UPT DINAS KESEHATAN UNIT PUSKESMAS TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya Laporan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dinas Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI 1 Pendahuluan 2 Latar Belakang 3 Tujuan a. Umum b. Khusus. 4 Kegiatan a. Pokok b. Rincian Kegiatan. 5 Cara melaksanakan kegiatan. 6 Sasaran 7 Jadwal pelaksanaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 30 September 2016

Revisi ke 02 Tanggal : 30 September 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI I. PENJELASAN UMUM Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri

Lebih terperinci

Status Gizi. Sumber: Hasil PSG Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul tahun

Status Gizi. Sumber: Hasil PSG Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, serta dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Sasaran jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 48 menyatakan bahwa salah satu dari 17 upaya kesehatan komprehensif adalah Pelayanan Kesehatan Tradisional.

Lebih terperinci

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta. p f

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta. p f Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta p. 021 5203883 f. 021 5210176 direktoratbinagizi@gmail.com www.gizi.depkes.go.id Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015 Direktorat Bina Gizi Ditjen Bina

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112 PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp 0748.21052 SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112 Organisasi Bidang Seksi Program KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TAHUN ANGGARAN 2013 : Dinas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada anak masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Salah

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. No.585, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1144/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Upaya Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat semakin meningkat. Penyerahan wewenang urusan pemerintahan kepada Daerah Otonom

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2017 1 KATA PENGANTAR Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan

Lebih terperinci

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian DR. ESI EMILIA, MSI Gizi Kurang Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian Daya tahan rendah Absensi meningkat Produktivitas rendah Pendapatan rendah Tumbuh kembang otak tidak optimal Gangguan kecerdasan &

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

Pengantar. pemerintah dan masyarakat pada umumnya, sekaligus

Pengantar. pemerintah dan masyarakat pada umumnya, sekaligus Pengantar D alam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak merupakan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional. Untuk

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME 3 Nomor 03 November 2012 Tinjauan Pustaka PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU MONITORING THE GROWTH OF INFANTS IN POSYANDU Fatmalina Febry Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS

LAPORAN AKUNTABILITAS Pusat Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan L LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan sebagai pusat rujukan layanan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1. Provinsi : Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.967, 2014 KEMENKES. Gizi. Perbaikan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG UPAYA PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

B A B P E N D A H U L U A N

B A B P E N D A H U L U A N 1 B A B P E N D A H U L U A N I A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab telah diterbitkan Instruksi Presiden No.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL A. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul terletak di Jalan Lingkar

Lebih terperinci

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya, sehingga Laporan Kinerja (LKj) Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2016 dapat disusun sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi 1 BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Input a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi di Kota Bengkulu yaitu pada tahun 2013 sebesar Rp. 239.990.000,00 (proporsi 0,64%)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 747/Menkes/SK/VI/2007 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SIAGA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 747/Menkes/SK/VI/2007 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SIAGA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 747/Menkes/SK/VI/2007 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SIAGA DEPARTEMEN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI

SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI Adalah : Upaya kesehatan yang memanfaatkan latihan fisik atau

Lebih terperinci

Revisi ke 01 Tanggal : 17 Maret 2015

Revisi ke 01 Tanggal : 17 Maret 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

suplemen Informasi Jampersal

suplemen Informasi Jampersal suplemen Informasi Jampersal A. Apa itu Jampersal? Jampersal merupakan kependekan dari Jaminan Persalinan, artinya jaminan pembiayaan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,

Lebih terperinci

OLEH: DODIK BRIAWAN (KULIAH PEMBEKALAN KKP ILMU GIZI, BOGOR, 5 MEI 2012) KOMPETENSI KKP/Internship (AIPGI)

OLEH: DODIK BRIAWAN (KULIAH PEMBEKALAN KKP ILMU GIZI, BOGOR, 5 MEI 2012) KOMPETENSI KKP/Internship (AIPGI) OPTIMALISASI POSYANDU DAN POSBINDU DLM UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT OLEH: DODIK BRIAWAN (KULIAH PEMBEKALAN KKP ILMU GIZI, BOGOR, 5 MEI 2012) KOMPETENSI KKP/Internship (AIPGI) 1. Mengidentifikasi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berbagai upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan terus dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dalam usahauntuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita merupakan kelompok masa yang dianggap kritis sekaligus masa keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila ditinjau dari kesehatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA - 1- PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MURUNG RAYA SEHAT 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA 3.1 DASAR HUKUM Dalam menetapkan tujuan, sasaran dan indikator kinerja Balai Besar Laboratorium menggunakan acuan berupa regulasi atau peraturan sebagai berikut : 1) Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan sumber

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 2 BUPATI BANDUNG PROVINSI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. http ://digilip.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. http ://digilip.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang belum pernah tuntas ditanggulangi di dunia. 1 Organisasi kesehatan dunia memperkirakan bahwa sekitar

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Pertumbuhan Anak Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat di ukur

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Keterkaitan Sasaran Strategi dan Arah Kebijakan dalam Pencapaian Misi Renstra Dinas Kesehatan

Tabel 4.1 Keterkaitan Sasaran Strategi dan Arah Kebijakan dalam Pencapaian Misi Renstra Dinas Kesehatan Tabel 4.1 Keterkaitan Sasaran Strategi dan Arah Kebijakan dalam Pencapaian Misi Renstra Dinas Kesehatan 2013 2018 No Sasaran Strategi Arah Kebijakan Misi I : Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

Sumber: https://www.dropbox.com/s/dkbpm4ypy01l3yj/sop GIZI CEPER 2013.docx?dl=0

Sumber: https://www.dropbox.com/s/dkbpm4ypy01l3yj/sop GIZI CEPER 2013.docx?dl=0 PROGRAM GIZI 1.Tujuan Sebagai pedoman Petugas Gizi Puskesmas dalam pengolahan data bulanan dari desa untuk mendapat data yang valid, akurat dan tepat waktu. Pengelolaan data adalah kegiatan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 31 Januari 2013 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan SEKRETARIS,

KATA PENGANTAR. Jakarta, 31 Januari 2013 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan SEKRETARIS, KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2012 disusun dalam rangka memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Lebih terperinci

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENT ANG

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENT ANG WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 17 TAHUN 2012 TENT ANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) KOTA MOJOKERTO TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TU HAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh No Program Masalah Target / Indikator

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh No Program Masalah Target / Indikator BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Masalah Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, dan orang orang yang menjalankan program

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2017 DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA, ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI GORONTALO

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2017 DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA, ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI GORONTALO RENCANA KINERJA TAHUNAN 2017 DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA, ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Puji syukur hanya patut dihaturkan kehadirat Allah

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN KOTA UPTD PUSKESMAS SEMEMI

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN KOTA UPTD PUSKESMAS SEMEMI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN KOTA UPTD PUSKESMAS SEMEMI Jl. RAYA KENDUNG KEL. SEMEMI KEC. BENOWO TELP. 031 7413631 S U R A B A Y A KODE POS 60198 KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELACAKAN BALITA GIZI

Lebih terperinci

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga LEMBAR FAKTA 1 Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga Apa itu Pendekatan Keluarga? Pendekatan Keluarga Pendekatan Keluarga adalah salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan Ibu dan Anak. Ibu dan Anak merupakan kelompok yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Juanita: Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Pelayanan Kesehatan Masyarakat, 2001 USU Repository 2006

BAB I PENDAHULUAN. Juanita: Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Pelayanan Kesehatan Masyarakat, 2001 USU Repository 2006 BAB I PENDAHULUAN Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter yang pada saat ini telah berkembang menjadi krisis ekonomi serta pelbagai krisis lainnya yang berpengaruh pada berbagai aspek

Lebih terperinci

Revisi ke 06 Tanggal : 04 Desember 2015

Revisi ke 06 Tanggal : 04 Desember 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

Revisi ke 04 Tanggal : 06 Agustus 2015

Revisi ke 04 Tanggal : 06 Agustus 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang No.78, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kesehatan Kerja. Pos. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2015 TENTANG POS UPAYA KESEHATAN KERJA TERINTEGRASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI A. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Mendasarkan pada permasalahan pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan kesehatan yang tertuang dalam arah kebijakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 64 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada 5 (lima) kesimpulan penelitian. Kesimpulan tersebut disajikan sebagai berikut : 1. Peran pendampingan bidan dalam upaya

Lebih terperinci