Bagaimana Seharusnya Menyikapi PHK?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bagaimana Seharusnya Menyikapi PHK?"

Transkripsi

1 Bagaimana Seharusnya Menyikapi PHK? Oleh: Hendra Sunandar Akhir-akhir ini, pemberitaan tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap buruh di beberapa perusahaan besar di Indonesia menjadi sorotan publik. Media online dan offline menjadi ruang bagi masyarakat untuk meluapkan keberatannya terhadap isu PHK yang membayang-bayangi masyarakat sejak akhir 2015 hingga saat ini. Tak hanya itu, berjumlah buruh yang dikoordinir oleh Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dikerahkan untuk melakukan demonstrasi di depan Istana Negara pada hari Sabtu lalu (06/02) sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintah yang dinilai gagal memberikan kesejahteraan bagi warganya dan dipandang lebih mengutamakan tenaga kerja asing yang berimbas pada terjadinya PHK bagi buruh di Indonesia. Berdasarkan data yang terhimpun oleh Kementerian Tenaga Kerja hingga 25 Agustus 2015 sudah terjadi PHK sebesar orang. Dari jumlah itu, Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah PHK terbesar, yakni orang. Selanjutnya Banten dengan orang, Jawa Timur orang, Kalimantan Timur orang, dan DKI Jakarta orang. Selain itu, yang membuat masyarakat tambah jengkel adalah Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang diterbitkan Kementerian Ketenagakerjaan per Januari 2014 hingga Mei 2015 diberikan kepada pekerja asal Tiongkok untuk dapat bekerja di Indonesia. Meskipun begitu, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menyebutkan bahwa IMTA yang dikeluarkan hanya bersifat sementara dengan masa kerja hanya enam bulan di setiap konstruksi, bukan produksi. Oleh karenanya pekerja asal Tiongkok tersebut hanya boleh menempati posisi yang sifatnya pakar. Selain itu, jumlah tenaga kerja asal Tiongkok di Indonesia hanya sekitar 70 ribu, dan sangat jauh perbandingannya dengan jumlah angkatan kerja di Indonesia yang mencapai 129 juta jiwa. Sehingga dari segi jumlah, pandangan bahwa pemerintah lebih proaktif dan lebih mengutamakan tenaga kerja asing adalah keliru. Lebih jauh, memasuki tahun 2016 isu mengenai PHK semakin menguat setelah 2 perusahaan besar seperti PT Panasonic Lighting di Cikarang dan PT Toshiba Indonesia di Cikarang akan melakukan PHK terhadap pekerja. Menurut kabar yang beredar, sepinya pasar dan terjadinya penurunan daya beli menjadi penyebab utama. Yang menggelitik buat saya, alasan yang berkembang di masyarakat terkait PHK adalah, pertama hal itu terjadi karena dampak pasar bebas dan kedua, modernisasi mesin perusahan yang tidak lagi mengandalkan sumber daya manusia, Apakah keduanya patut dipersalahkan? Tulisan ini akan mengulas kedua mitos tersebut. Namun singkatnya, pandangan itu tidak saja keliru, namun menggemaskan. Lebih tegas, saya meyakini bahwa masyarakat seluruh dunia patut berterimakasih dengan adanya pasar bebas dan kemajuan teknologi karena telah membawa perkembangan peradaban manusia hingga saat ini.

2 Pasar Bebas Menjauhkan PHK Kini pasar bebas sudah menjadi arus utama dalam perekonomian dunia, tak ada negara yang menolak pasar bebas jika kemunduran ekonomi akan menjadi keniscayaan bagi yang menolaknya. Pasar bebas membuat negara maju dan berkembang menjadi saling membutuhkan sehingga di dalam persaingan pasar keduanya berada dalam kesempatan yang sama. Sikap saling membutuhkan ini dalam studi ekonomi dikenal dengan teori keunggulan komparatif yang diperkenalkan oleh David Ricardo dalam The Principles of Political Economy and Taxation (1817). Dalam konteks ini, maka antar negara bisa saling tukar barang dan jasa sesuai dengan spesialisasi yang dimiliki. Misalnya, ada negara yang kurang mampu menghasilkan produk unggulan tertentu dibandingkan negara lain, maka antar negara tersebut bisa melakukan perdagangan yang saling menguntungan kedua belah pihak, atau singkatnya bertukar spesialisasi agar dapat memenuhi kebutuhannya. Begitu juga dengan bursa tenaga kerja, misalnya ada tenaga kerja yang berasal dari suatu negara yang memiliki spesialisasi yang tidak bisa dihasilkan oleh tenaga kerja di negara lain, maka antar negara bisa saling mengisi terhadap bidang keahlian di suatu negara yang tidak memiliki spesialisasi tertentu. Dengan demikian, pada titik tertentu hal ini akan memperluas jangkauan tenaga kerja yang ruang lingkupnya tidak saja terbatas pada satu negara. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia memiliki potensi yang besar untuk mengirimkan tenaga kerjanya ke negara lain, namun hal itu juga perlu diimbangi dengan kualitas tenaga kerja yang baik pula. Misalnya, dalam beberapa tahun belakangan Indonesia dipandang memiliki tenaga konstruksi yang menunjukkan peforma signifikan. Selain itu, tenaga kerja di bidang pertanian, pertambangan, indstri serta gas masih menjadi empat bidang tenaga kerja yang dominan bagi masyarakat di Indonesia. Potensi itu bisa saja dialihkan untuk dipekerjakan di luar negeri jika kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi. Dalam pasar bebas, segala keunggulan komparatif itu bisa disimbiosiskan dengan negara lain, seperti negara-negara maju yang dalam hal produksi pertanian tidak memiliki keunggulan bisa menggunakan jasanya dari negara berkembang yang dalam sektor tersebut memiliki keunggulan. Begitu juga dengan negara berkembang yang membutuhkan negara maju untuk alat persenjataan, kelautan, teknologi informasi dan lain-lain. Namun, kita perlu realistis bahwa Human Development Indeks (HDI) yang dikeluarkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2015 masih menempatkan Indonesia di peringkat 110 dari 187 negara dengan nilai indeks 0,684. Peringkat tersebut belum mencapai 50 % terbesar dalam peringkat yang dipublikasikan. Meskipun HDI Indonesia belum mencapai separuh dari Indeks terbesar, Indonesia tetap bisa mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas dengan mendatangkannya dari negara lain yang memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan Indonesia dalam sektor tertentu. Begitu juga dengan Indonesia yang bisa mengirimkan tenaga kerjanya di sektor tertentu yang dirasa kurang dimiliki keunggulannya dibanding negara lain. Ya, dalam pasar bebas maka keunggulan komparatif adalah keniscayaan agar negara bisa saling bersimbiosis mutualisme. Hampir tidak mungkin kita hidup dalam dunia yang mengutamakan persaingan namun tidak diimbangi dengan kualitas tenaga kerja yang baik pula. Singkatnya, semakin anda berkualitas maka semakin anda bisa bertahan dan mencapai keberhasilannya dalam pasar bebas. Begitu pula sebaliknya. Itulah roh dari pasar bebas yang membuat adu kualitas menjadi semakin kompetitif serta pertarungan harga yang semakin membuat kuntungan dari sisi konsumen dalam memilih barang dan jasa yang akan digunakan.

3 Bagaimana dengan PHK? Ya, PHK adalah salah satu konsekuensi yang tidak bisa dielakkan dalam pasar bebas, karena persaingan sehat adalah hal yang utama dalam menentukan siapa yang menang dan kalah dalam pasar. Ya, tentu saja yang menentukan menang atau kalah adalah konsumen. Dalam hal ini, konsumen adalah juri yang menentukan. Lalu bagaimana menyikapi orang-orang yang terkena PHK untuk menyambung hidup? Bagi sebagian orang, hal ini yang menyulitkan untuk bisa diterima. Namun, jika dilihat dari pesepektif kebebasan, maka orang yang terkena PHK bisa mendapatkan kebebasan yang lebih luas untuk lebih menentukan arah kehidupan ke depan, terlepas dari sikap saling ketergantungan antara pekerja dengan perusahaan. Jika mereka memiliki keahlian tertentu, maka mereka bisa bekerja di tempat lain yang mungkin lebih menguntungkan dari perusahaan sebelumnya. Ya, keahlian adalah kunci untuk bisa bertahan. Ini adalah fakta yang tidak bisa ditolak. Di sisi lain, saya punya pandangan bahwa pasar bebas justru menjauhkan orang dari PHK jika seseorang itu memiliki spesialisasi keahlian di bidang tertentu. Seperti yang tertuang dalam teori keunggulan komparatif, sehingga tenaga kerja antar negara bisa saling bertukar untuk disesuaikan dengan kebutuhan. Indonesia yang memiliki tenaga kerja konstruksi yang dominan bisa dikirimkan ke negara yang belum memiliki infrastruktur yang memadai negara lain seperti Kamboja. Begitu juga dengan produksi alat transportasi asal Indonesia yang dirasa masih minim, meskipun begitu Indonesia masih tetap bisa menikmati alat transportasi buatan Jepang dan Cina. Tantangan datang dari individu-individu yang tidak memiliki keahlian spesifik inilah yang perlu menjadi perhatian pemerintah untuk mendorong mereka untuk terus meningkatkan kualitas diri untuk bersaing dengan tenaga asing. Itu adalah pilihan yang tidak bisa ditolak karena pasar bebas selalu bersikap adil untuk menempatkan orang berdasarkan keahlian. Indonesia yang memiliki penduduk terbesar keempat di dunia memiliki potensi untuk mengirimkan tenaga kerjanya ke luar negeri jika kesempatan kerja di dalam negeri sudah terpenuhi. Ini adalah kesempatan untuk menambah devisa negara. Bagi mereka yang memiliki pandangan negatif akan selalu menilai PHK sebagai hal yang menjengkelkan. Bagi saya itu adalah dampak dari dependensi antara pekerja dengan perusahaan. Jika perusahaan itu mati, maka pekerjanya juga akan mati. Dengan demikian, seseorang yang telah dependen terhadap perusahaan telah menghapus hak dan kebebasannya untuk hidup merdeka. Sikap dependensi itu pula yang membuat ekspresi kemarahan tidak bisa ditolak ketika terjadi PHK. Saya selalu berpandangan positif bahwa kesempatan akan selalu ada bagi pekerja yang memiliki spesialisasi untuk bisa mengabdikan dirinya ditempat manapun. Oleh karenanya, tantangan yang ada saat ini adalah bagaimana kita bisa meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia agar bisa bertahan dalam pasar bebas. Jika spesialisasi itu bisa dibangun, maka kesempatan untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih tinggi sangat mungkin terjadi. Tindakan yang mengutuk pasar bebas sebagai biang keladi dari PHK adalah keliru dan menyesatkan. Selain itu, yang patut mendapatkan perhatian terkait masalah PHK dan lesunya industri otomotif adalah menurunnya daya beli masyarakat akibat kenaikan berbagai harga, belum lagi melonjaknya pajak terhadap industri otomotif. PT Mabua Harley Davidson adalah salah satu perusahaan yang dikabarkan akan menutup usahanya di Indonesia akibat pajak yang tinggi. Hal itu terlansir pada 4 Februari 2016 dalam surat yang ditandatangani oleh Direktur Mabua Harlet Davidson Indonesia, Djonnie Rahmat.

4 Selama beberapa tahun terakhir, iklim usaha di sektor otomotif mengalami kendala yang antara lain, pelemahan mata uang US$ yang dimulai sejak tahun 2013 dan berlanjut sampai sekarang yang mencapai kurang lebih 40 persen, ujar Djonnie dalam surat internal di perusahaannya. Pajak yang tinggi adalah faktor utama yang menjadi keluhan. Sebagaimana diketahui, kebijakan Indonesia mengenai bea masuk dan pajak untuk impor motor mencapai 300%. Hal itu berdasarkan pada empat aturan yang menjadi beban, yakni: 1. Peraturan Menteri Keuangan No. 175/PMK.011/2013 tentang Kenaikan Tarif PPh Pasal 22 terkait pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang impor dari 2,5 persen menjadi 7,5 persen. 2. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2014 tentang kenaikan Pajak Penjualan Barang Mewah yang memberlakukan tarif dari 75 persen menjadi 125 persen. 3. Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015 tentang Wajib Pajak Badan Tertentu Sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dari Pembeli atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah untuk motor besar dengan kapasitas mesin di atas 500 cc dari 0 persen menjadi 5 persen. 4. Peraturan Menteri Keuangan No. 132/PMK.010/2015 tentang Kenaikan Tarif Bea Masuk Motor Besar dari semula 30 persen menjadi 40 persen. Bagi Direktur perusahaan yang sudah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1997 itu, aturan-aturan yang ada membuat perusahannya gulung tikar. Faktor itu mengakibatkan kelesuan pasar dan turunnya minat beli, papar Djonnie. Selain itu yang perlu mendapatkan sorotan adalah Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Saat ini PPnBM untuk kendaraan sedan kecil mencapai 30 persen, sementara mobil penumpang 4x2 seperti multi purpose vehicle (MPV) hanya terkena PPnBM sebesar 10 persen. Dengan demikian, pajak yang tinggi ini membuat mobil menjadi mahal dan sulit terjual. Pada akhirnya, hal ini menghambat perputaran aktivitas ekonomi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pajak tinggi yang harus ditanggung konsumen menjadi faktor mengapa daya beli konsumen menurun terlepas dari strategi pemasaran yang dilakukan. Dengan demikian, industri otomotif menjadi lesu, sehingga mau tidak mau harus melakukan PHK. Untuk itu, pemerintah harus mengkaji ulang kebijakan terkait pajak yang dibebankan kepada kendaraan maupun kebijakan ekonomi terkait lainnya, sehingga semaksimal mungkin pemerintah bisa menghasilkan kebijakan yang ramah terhadap pasar dan tidak merugikan konsumen dan produsen. Di sisi lain, terkait dengan hengkangnya beberapa perusahaan yang dimungkinkan terjadi dalam pasar bebas adalah hal yang tidak bisa ditolak mengingat rasionalitas perusahaan untuk melakukan produksi secara efisien dan mendapatkan keuntungan yang optimal. Hal ini juga merupakan konsekuensi dari kebijakan yang pemerintah yang tidak ramah terhadap pasar. Di sisi lain, para pelaku ekonomi termasuk perusahaan bebas menentukan strategi untuk menjalankan aktivitasnya dengan efisien dan menguntungkan. Sekali lagi, kebijakan pemerintah Indonesia yang tidak ramah terhadap pasar juga menjadi faktor yang membuat kerugian tersendiri bagi pekerja-pekerja Indonesia. Modernisasi Teknologi sebagai Efisiensi SDM

5 Isu lain yang tidak bisa diabaikan adalah perkembangan teknologi dipandang menjadi faktor determinan yang menyebabkan PHK. Bahkan, Kompas edisi 4 Februari 2016 dalam publikasinya yang berjudul Perkembangan Teknologi Picu PHK menyebutkan perusahaan seperti Panasonic dan Toshiba melakukan restrukturisasi alat teknologi guna mencapai efisiensi produksi. Sebagai konsekuensinya sejumlah karyawan harus PHK. Ini pula yang menyebabkan perkembangan teknologi menjadi bully bagi orang-orang yang terkena dampak PHK. Melihat fenomena ini, saya langsung teringat novel yang ditulis oleh Ken Schoolland tentang kisah Jonathan Gullible yang merasa prihatin melihat seorang perempuan bernama Drawbaugh yang disiksa oleh buruh penebang pohon karena dirinya telah menebang pohon dengan teknologi mesin yang bisa memotong dengan waktu cepat. Hal itu dinilai telah mengancam pekerjaan buruh penebang pohon yang dalam kerjanya menggunakan gergaji dan membutuhkan banyak tenaga dan waktu lama untuk menyelesaikannya. Berbeda dengan Drawbaugh yang bisa menyelesaikannya seorang diri dan waktu yang cepat. Oleh karenanya, perempuan itu disiksa karena kreativitasnya. Sungguh memalukan! Berhubungan dengan cerita di atas, saya pun menyadari bahwa masyarakat kini masih menganggap kemajuan teknologi sebagai biang dari kemiskinan. Hal itu disebabkan teknologi telah menghilangkan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh individu secara manual, seperti yang teruang dalam kisah buruh penebang pohon. Namun, pandangan ini pada dasarnya telah mengambaikan hal yang tak terlihat atau pekerjaan baru yang mungkin dihasilkan dari temuan baru tersebut. Misalnya saat sudah ada alat teknologi untuk memotong pohon denggan cepat, maka orang yang sebelumnya bekerja sebagai penebang pohon dengan cara tradisional akan kehilangan pekerjaannya. Tetapi kehilangan pekerjaannya itu bisa digantikan dengan pekerjaan baru yang mungkin terjadi, seperti pekerjaan mengolah kayu yang sebelumnya dipotong dengan mesin untuk dijadikan pahatan atau ukiran sehingga membuat nilai jual kayu menjadi lebih tinggi. Dalam hal ini, kebebasan berinovasi yang telah menghasilkan alat teknologi pemotong pohon bisa mendorong efisiensi sumber daya manusia dan menciptakan lapangan kerja baru yang kemudian diikuti oleh percepatan pertumbuhan. Saya sangat yakin, tanpa adanya kebebasan berinovasi, maka kemajuan tidak akan ada. Kemajuan itu tertuang dalam keberadaan teknologi yang bisa mengerjakan tugasnya dengan lebih cepat, menghemat ongkos, dan jumlah tenaga kerja, sehingga bisa berdampak pada harga barang yang lebih murah. Dalam hal ini, konsumen adalah pihak yang diuntungkan karena bisa membeli barang lebih banyak dari sebelumnya. Selain itu, perusahaan yang menggunakan teknologi tersebut dapat menambah penghasilan yang lebih besar dan daya beli barang yang lebih tinggi. Dengan sendirinya, hal ini akan membuat roda perekonomian berputar lebih cepat. Saya menyadari bahwa penggunaan teknologi akan berdampak pada pengangguran yang terjadi secara kasat mata. Seperti yang tertuang dalam kisah Drawbaugh yang menggunakan alat teknologi untuk menebang pohon dan menyebabkan puluhan penebang pohon tradisional kehilangan pekerjaannya, karena sudah ada alat yang mampu menyelesaikan pekerjaan itu dengan waktu singkat. Namun, hal itu hanya merupakan dampak sementara, karena perkembangan teknologi akan berdampak pada kesempatan kerja yang lebih luas dan mendorong bakat bagi pekerjanya karena akan lebih mengerjakan hal-hal yang lebih produktif. Misalnya dengan adanya alat teknologi penebang pohon, orang yang sebelumnya bekerja sebagai penebang pohon bisa mengalihkan pekerjaannya menjadi tenaga pemahat kayu sehingga

6 membuat hasil kayu yang ditebang dengan alat tersebut bisa meningkatkan harga jual. Dengan demikian, hal ini akan berdampak positif bagi roda perekonomian. Dimanapun, akan selalu ada pihak yang terganggu dengan adanya perkembangan teknologi seperti yang terjadi dalam aksi demonstrasi menolak PHK yang dikoordinir FSPMI dan KSPI pada 6 Februari lalu di Istana Negara. Dalam hal ini, saya sepakat dengan Ken Schoolland, bahwa mereka yang terganggu dengan perkembangan teknologi akan berupaya mendorong kepada penguasa untuk menghentikan proses produksi dan menuntut hukum terhadap mereka yang menginisiasi dan menggunakan kemajuan teknologi demi kepentingan pribadinya. Dalam hal ini, kepentingan pribadi menyangkut upaya untuk menghambat kreativitas orang dalam menghadapi persaingan. Seperti yang terjadi dalam kisah Drawbaugh, dimana dirinya mengalami siksaan oleh para buruh penebang pohon karena dianggap telah menghilangkan pekerjaan penebang pohon yang dilakukan dengan cara tradisional. Penyiksaan itu adalah upaya untuk menghalangi kemajuan demi kepentingan pribadi penebang pohon, yakni menyelamatkan pekerjaannya agar bisa bertahan hidup. Di akhir tulisan ini, saya kira tidak selayaknya kita mempersoalkan lagi pasar bebas dan perkembangan teknologi sebagai biang dari PHK. Keduanya telah berkontribusi besar bagi kemajuan peradaban manusia hingga saat ini. Dampak dari pasar bebas dan teknologi seharusnya menjadi motivasi para pelaku pasar untuk memperbaiki kapasitas dan kualitas dalam berkompetisi dan bertahan dalam pasar. Saya juga yakin kemajuan peradaban tidak akan berhenti sampai di sini, tetapi akan terus maju hingga batas yang tidak bisa kita prediksi. Selain itu, kita perlu meningkatkan kualitas tenaga kerja agar bisa bertahan dalam persaingan pasar ketimbang melakukan protes terhadap penguasa maupun pengusaha dan melupakan kemajuan teknologi yang berdampak positif bagi masyarakat banyak. Inisiatif untuk meningkatkan kualitas kerja juga perlu digalakkan agar menjadi pekerja yang mandiri dan tidak ketergantungan. Sikap Kita? Sebagaimana dipaparkan di atas, sikap untuk terus meningkatkan kualitas tenaga kerja adalah hal yang tidak bisa diabaikan dalam pasar bebas. Meskipun begitu, kepedulian tentang mekanisme PHK juga perlu diperhatikan, misalnya dengan mempertimbangkan masa kerja, kontribusi dan keterampilan yang dimiliki. Kepedulian terhadap tenaga kerja juga perlu digalakkan, di samping mendorong upaya untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Namun, jangan sampai hal ini mengabaikan aspek kompetisi dengan meminta negara mengeluarkan kebijakan populis dengan menurunkan harga BBM yang ditanggung subsisi atau meningkatkan pajak terhadap orang-orang yang memiliki penghasilan tinggi, dan lain-lain. Aspek-aspek penting, seperti kemampuan bahasa dan akses informasi juga perlu dipacu agar tenaga kerja bisa lebih optimal dalam menunjukkan kreativitasnya. Hal ini penting karena dalam mekanisme pasar bebas, keseimbangan informasi dan sumber daya yang memadai, serta lingkungan yang kondusif merupakan hal yang penting untuk meningkatkan produktivitas dan kreativitas. Jangan sampai, individu-individu potensial dibatasi ruang geraknya karena ketidaktahuan informasi terkait kesempatan kerja. Hal ini yang perlu lebih digalakkan pemerintah karena informasi terkait kesempatan kerja juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap mobilitas pekerja. Kegiatan-kegiatan

7 seperti pameran bursa kerja perlu dijadikan agenda rutin Kementerian Ketenagakerjaan untuk menjaring pekerja yang potensial. Jika informasi yang diperoleh masyarakat dapat berimbang, maka individu potensial juga bisa memiliki kesempatan untuk berpindah sektor atau menjadi tenaga kerja asing yang memiliki iklim perekonomian yang lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraannya masing-masing. Hendra Sunandar adalah alumni Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menyelesaikan jenjang Strata 1 pada bulan Agustus 2015 dengan judul skripsi Analisis Sistem Presidensialisme Multipartai di Indonesia: Studi atas Divided Government dalam Relasi Eksekutif dan Legislatif Pemerintahan Jokowi-JK. Hendra dapat dihubungi di hendras138@gmail.com atau

MEA dan Masyarakat Merdeka Oleh: Hendra Sunandar

MEA dan Masyarakat Merdeka Oleh: Hendra Sunandar MEA dan Masyarakat Merdeka Oleh: Hendra Sunandar Bagi sebagian orang, pasar bebas dianggap sebagai hantu yang menakutkan, ibarat pantai lepas tanpa tanggul yang siap diterjang ombak besar yang bisa menghancurkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA TUGAS MAKALAH KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA Oleh : IRFAN NUR DIANSYAH (121116014) PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2011 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Pendahuluan Program Low Cost Green Car (LCGC) merupakan program pengadaan mobil ramah lingkungan yang diproyeksikan memiliki

Lebih terperinci

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2001, pada pertemuan antara China dan ASEAN di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, Cina menawarkan sebuah proposal ASEAN-China

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Proses

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Proses BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah Setiap negara akan selalu berusaha untuk meningkatkan pembangunan negaranya, khususnya pembangunan di bidang ekonomi dengan tujuan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut

BAB I PENDAHULUAN. peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional yang menunjukan hasil positif ditandai dengan peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut data Bank Dunia.

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem

BAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena buruh kontrak semakin terlihat menaik secara grafik, hampir 70 % perusahaan-perusahaan di Indonesia telah memanfaatkan tenaga kontrak ini sebagai karyawannya.

Lebih terperinci

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

2017, No dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6

2017, No dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 No.360, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Jenis Kendaraan Bermotor yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Pemberian Pembebasan dari Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi mencakup seluruh kehidupan manusia di dunia, terutama dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya. Budaya bangsa asing perlahan-lahan menghilangkan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

253/PMK.03/2008 WAJIB PAJAK BADAN TERTENTU SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DARI PEMBELI ATAS PENJ

253/PMK.03/2008 WAJIB PAJAK BADAN TERTENTU SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DARI PEMBELI ATAS PENJ 253/PMK.03/2008 WAJIB PAJAK BADAN TERTENTU SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DARI PEMBELI ATAS PENJ Contributed by Administrator Wednesday, 31 December 2008 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi pengangguran, memperluas kesempatan kerja, memerangi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah

Lebih terperinci

TUGAS IPS INTERAKSI ANTAR RUANG DALAM KAWASAN ASIA TENGGARA

TUGAS IPS INTERAKSI ANTAR RUANG DALAM KAWASAN ASIA TENGGARA TUGAS IPS INTERAKSI ANTAR RUANG DALAM KAWASAN ASIA TENGGARA A. Pengertian Interaksi Antar Ruang Interaksi berasal dari kata interaction (bahasa inggris) yang berarti suatu tindakan(action). Ruang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong perekonomian berbagai negara di dunia semakin menyatu. Keterbukaan perdagangan luar negeri dan keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan negara Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi yang

BAB I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan negara Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan negara Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi yang signifikan tentu mempengaruhi pertumbuhan sektor bisnis lainnya. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai teori pembangunan ekonomi, mulai dari teori ekonomi klasik (Adam Smith, Robert Malthus dan David Ricardo) sampai dengan teori ekonomi modern (W.W. Rostow dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri transportasi darat dan otomotif adalah salah satu bidang industri yang berkembang pesat di Indonesia dan telah turut memberikan kontribusi yang cukup signifikan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/PMK.011/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/PMK.011/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/PMK.011/2013 TENTANG JENIS BARANG KENA PAJAK YANG TERGOLONG MEWAH SELAIN KENDARAAN BERMOTOR YANG DIKENAI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang tingkat penduduknya sangat padat, kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang beredar

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1976 TENTANG PERPAJAKAN DAN PUNGUTAN-PUNGUTAN LAIN ATAS USAHA PERTAMBANGAN BUKAN MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN EKONOMI. Kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan ekonominya

INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN EKONOMI. Kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan ekonominya INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN EKONOMI Lingkungan ekonomi adalah faktor ekonomi yang memengaruhi jalannya usaha atau kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prospek industri manufaktur tahun 2012, pada tahun 2011 yang lalu ditandai oleh kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan dewasa ini dituntut agar lebih inovatif dan kreatif dalam bersaing agar mampu memenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Cina dan India sebagai penggeraknya serta negara industri maju lainnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan Cina dan India sebagai penggeraknya serta negara industri maju lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi didorong oleh kawasan Asia dengan Cina dan

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare mengangkut atau membawa. Jadi pengertian transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Menurut Kadir (2006), pembangunan ekonomi membutuhkan jasa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Menurut Kadir (2006), pembangunan ekonomi membutuhkan jasa BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Kadir (2006), pembangunan ekonomi membutuhkan jasa transportasi yang cukup memadai. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana pendukung tidak dapat diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Bernardin dan Russel (1993) upah merupakan salah satu bentuk kompensasi langsung, disamping sistem gaji dan pembayaran berdasarkan kinerja. Termasuk dalam kompensasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan kapabilitas yang akan berujung pada kompetensi inti yang akan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan kapabilitas yang akan berujung pada kompetensi inti yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan keadaan ekonomi yang secara langsung mempengaruhi permintaan yang begitu cepat harus diantisipasi pihak perusahaan dengan menyusun strategi yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Kendaraan Bermotor dalam Negeri (ribu unit)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Kendaraan Bermotor dalam Negeri (ribu unit) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini mobilitas menjadi sebuah kebutuhan dalam setiap lapisan masyarakat. Kebutuhan tersebut berdampak pada meningkatnya permintaan kendaraan bermotor, baik roda

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 15 /02/52/Th.I, 16 Februari 2017 INDIKATOR EKONOMI MAKRO PROVINSI NTB TRIWULAN IV TAHUN Nilai PDRB tertinggi di NTB yang dicapai pada triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan industri tekstil di Indonesia terus menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan industri tekstil di Indonesia terus menunjukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri tekstil di Indonesia terus menunjukan peningkatan bahkan mampu bersaing di pasar internasional. peningkatan taraf hidup yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan hukum yang sama bagi warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan hukum yang sama bagi warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan bernegara dan bangsa yang adil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan industri.pengembangan Industri kecil merupakan salah satu jalur

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan industri.pengembangan Industri kecil merupakan salah satu jalur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor perekonomian yang telah mendapat perhatian dari pemerintah pada saat ini adalah sektor perindustrian yang menitik beratkan pada pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu industri yang berkembang cukup pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia mencapai 2.581

Lebih terperinci

Definisi Buruh. Biasa di sebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja

Definisi Buruh. Biasa di sebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja Buruh Indonesia Definisi Buruh Buruh, Pekerja, Tenaga Kerja atau Karyawan pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan bagian awal dari studi yang akan memaparkan latar belakang mengenai dasar munculnya permasalahan studi dan mengapa studi ini penting untuk dilakukan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan komponen otomotif baik untuk kendaraan baru (original equipment manufacture) dan spare parts (after market) cukup besar. Menurut data statistik jumlah populasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beban pembangunan jika tidak dikelola dengan baik. Ekonom senior Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. beban pembangunan jika tidak dikelola dengan baik. Ekonom senior Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai masalah kependudukan dan ketenagakerjaan yang serius. Besarnya jumlah penduduk, bukan hanya merupakan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 No.28/05/63/Th XVI/07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2012 sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,55

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Fenomena internasional yang menjadi tren perdagangan dewasa ini adalah perdagangan bebas yang meliputi ekspor-impor barang dari suatu negara ke negara lain.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia menyebabkan kebutuhan masyarakat juga semakin tinggi. Salah satunya adalah dalam bidang sarana transportasi.sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa 1. Sedangkan usia produktif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 Perbedaan Antara Pemungutan dan Pemotongan 1. Pemotongan: Menunjuk pada objek yang dikenakan pemotongan Mengurangi kas yang diterima oleh penerima penghasilan 2. Pemungutan:

Lebih terperinci

Pajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Pajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 Pajak Penghasilan Pasal 22 05 seri PPh PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 I. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh: 1. Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi BAB III ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan 3.1.1 Permasalahan Kebutuhan Dasar Pemenuhan kebutuhan dasar khususnya pendidikan dan kesehatan masih diharapkan pada permasalahan. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan ekonomi saat sekarang ini yang tidak menentu dan akibat perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Program HIBAH MITI

Petunjuk Teknis Program HIBAH MITI 2010 Petunjuk Teknis Program HIBAH MITI Tim Community Development MITI Mahasiswa 2010 PETUNJUK TEKNIS Program Hibah MITI untuk Pemberdayaan Masyarakat LATAR BELAKANG Tingkat daya saing Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Industri otomotif merupakan salah satu industri nasional yang ikut berperan dalam pengembangan perekonomian Indonesia. industri ini memiliki mata rantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sumber pendapatan negara yang memiliki pengaruh cukup besar pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sumber pendapatan negara yang memiliki pengaruh cukup besar pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber pendapatan negara yang memiliki pengaruh cukup besar pada pembangunan suatu negara adalah pajak. Dengan membayar pajak, masyarakat secara langsung dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (PEPD) maka ada 3 (tiga) komponen yang memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No. 33/M- IND/PER/7/2013 tentang Pengembangan Produksi Kendaraan Bermotor Roda Empat yang

Lebih terperinci

Peranan Pasar Modal Indonesia dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia

Peranan Pasar Modal Indonesia dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia Peranan Pasar Modal Indonesia dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia (Lomba Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Akuntansi FPIPS 2007) Pengertian Pembangunan Ekonomi Perubahan

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... i iii iv vi vii BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF... I-1 A. PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003... I-1 B. TANTANGAN DAN

Lebih terperinci

TOPIK LOMBA DEBAT KENEGARAAN SE-JATIM 2016 HIMPUNAN MAHASISWA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

TOPIK LOMBA DEBAT KENEGARAAN SE-JATIM 2016 HIMPUNAN MAHASISWA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 1 TOPIK LOMBA DEBAT KENEGARAAN SE-JATIM 2016 HIMPUNAN MAHASISWA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Tema: Peran Pemuda Dalam kebijakan Pembangunan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi pribadi bagi kehidupan sehari-hari mereka. Transportasi

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi pribadi bagi kehidupan sehari-hari mereka. Transportasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu faktor umum dalam keberlangsungan pembangunan masyarakat Indonesia. Masyarakat era modern saat ini menggunakan moda transportasi umum

Lebih terperinci