PSIKOANALISIS KLASIK (Sigmund Freud)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PSIKOANALISIS KLASIK (Sigmund Freud)"

Transkripsi

1 PSIKOANALISIS KLASIK (Sigmund Freud) Teori Psikoanalisis, menjadi teori yang paling komprehensif di antara teori kepribadian lainnya, namun juga mendapat tanggapan yang paling banyak, baik tanggapan positif maupun negatif. Sistematik yang dipakai Freud dalam mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yakni Struktur kepribadian, Dinamika kepribadian, dan Perkembangan kepribadian, banyak diikuti oleh pakar kepribadian lain. A. Struktur Kepribadian Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconcious). Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi/menyempurnakan gambaran mental terutama dalam fungsi atau tujuannya. Enam elemen pendukung struktur kepribadian itu adalah sebagai berikut : 1. Sadar (Conscious). Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness). Isi daerah sadar itu merupakan hasil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isiisi kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah conscious, dan segera tertekan ke daerah preconscious atau unconscious, begitu orang memindahkan perhatiannya ke cue yang lain. 2. Prasadar (Preconscious). Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious berasal dari conscious dan dari unconscious. Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul akibat kemunculan materi taksadar materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran. Materi taksadar yang sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.

2 3. Taksadar (Unconscious). Adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar. The Id (Is [Latin], atau Es [Jerman]), Id adalah sistem kepribadian yang asli,dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologik yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu : berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi id, kenikmatan adalah keadaan yang relatif inaktif atau tingkat enerji yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan enerji yang mendambakan kepuasan. Pleasure principle diproses dengan dua cara tindak refleks (reflex actions) dan proses primer (primary process). Tindak refleks adalah reaksi atomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata, dipakai untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan. Proses primer adalah reaksi membayangkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan, dipakai untuk menangani stimulus kompleks seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya. Proses membentuk gambaran obyek yang dapat mengurangi tegangan, disebut pemenuhan hasrat (wish fulfillment), misalnya mimpi, lamunan, dan halusinasi psikotik. Gambar: Struktur Kepribadian menurut Freud The Ego (Das Ich [Jerman]), Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita, sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle), usaha memperoleh kepuasan yang dituntun id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan obyek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan. Prinsip realita itu dikerjakan melalui proses sekunder (secondary process), yakni berfikir realistik menyusun rencana dan menguji apakah rencana itu menghasikan obyek yang dimaksud. Proses pengujian itu disebut uji realita

3 (reality testing), melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah difikirkan secara realistik. Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama, pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan berkembangmencapai-kesempurnaan dari superego. The Superego (Das Ueber Ich [Jerman]), Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistik (idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai enerji sendiri. Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang diperjuangkannya tidak realistik (id tidak realistik dalam memperjuangkan kenikmatan). Prinsip idealistik mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan ego-ideal. Superego pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua atau interprestasi orang tua mengenai standar sosial, yang diajarkan kepada anak melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkah laku yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima anak menjadi suara hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun yang disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua, akan diterima menjadi standar kesempurnaan atau ego ideal, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Proses mengembangkan konsensia dan ego ideal, yang berarti menerima standar salah dan benar itu disebut introyeksi (introjection). Superego bersifat nonrasioanal dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran. Paling tidak, ada tiga fungsi superego; (1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik, (2) merintangi impuls id, terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat, dan (3) mengejar kesempurnaan. Struktur kepribadian id-ego-superego itu bukan bagianbagian yang menjalankan kepribadian, tetapi itu adalah nama dari sistem struktur dan

4 proses psikologik yang mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Biasanya sistem-sistem itu bekerja sama sebagai team, di bawah arahan ego. Baru kalau timbul konflik diantara ketiga struktur itu, mungkin sekali muncul tingkah laku obnormal. Tabel: Perbandingan Tiga Sistem Kepribadian ID EGO SUPEREGO Original sistem, asal Berkembang dari id untuk muasal dari system yang menangani dunia lain. Berisi insting dan eksternal. Memperoleh penyedia enerji psikik enerji dari id. Memiliki untuk dapat pengetahuan baik beroperasinya system mengenai dunia dalam yang lain. Hanya maupun realitas objektif. mengetahui dunia dalam; tidak berhubungan dengan dunia luar, tidak memiliki pengetahuan mengenai realitas objektif. Mengikuti prinsip kenikmatan dan bekerja dalam Mengikuti prinsip realita dan bekerja dalam bentuk bentuk proses primer. proses sekunder. Tujuannya Tujuannya tunggal yakni untuk membedakan mengenali kenikmatan antara fantasi dengan dan rasa sakit sehingga realita sehingga dapat dapat memperoleh memuaskan kebutuhan kenikmatan dan organisme. Harus dapat menghindari rasa sakit. menggabungkan Berkembang dari ego untuk berperan sebagai tangan-tangan moral kepribadian. Merupakan wu-jud internalisasi nilainilai orang tua. Dikelompokkan menjadi dua; conscious (yang menghukum tingkah laku yang salah), dan ego ideal (yang menghadiahi tingkah laku yang benar). Seperti id, superego tidak berhubungan dengan dunia luar, tidak memiliki pe-ngetahuan mengenai real-itas objektif. Mengikuti prinsip conscious dan ego ideal. Tujuannya membedakan antara benar dan salah dan menuntut bahwa diri telah mematuhi ancaman moral, dan memuaskan kebutuh-an kesempurnaan.

5 kebutuhan id, superego dan dunia eksternal. Tujuan umum-nya adalah mempertahan-kan hidup dan kehidupan jenisnya. Mencari kepuasan insting Menunda kepuasan Menghambat kepuasan segera. insting sampai kapuasan itu dapat dicapai tanpa mengalami konflik dengan insting. superego dan dunia eksternal. Tidak rasional. Rasional. Tidak rasional. Beroperasidi daerah Beroperasi di daerah Beroperasi di daerah unconscious. conscious, preconscious, conscious, preconscious, dan unconscious. dan unconscious. B. Dinamika Kepribadian. Freud berpendapat manusia sebagai system yang kompleks memakai energy untuk berbagai tujuan seperti bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Kegiatan psikologik juga membutuhkan energy, yang disebut energy psikik (psychic energy), yaitu energy yang ditransform dari energy fisik melalui id beserta insting-instingnya. Ini sesuai kaidah fisika, bahwa energy tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah dan berubah bentuk. 1. Insting sebagai Energi Psikis. Insting adalah perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan. Misalnya insting lapar berasal dari kebutuhan tubuh yang kekurangan nutrisi dan secara jiwani terwujud dalam bentuk keinginan makan. Hasrat atau motivasi atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energy psikik dan kumpulan energy dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan energy yang tersedia untuk menggerakan proses kepribadian. Energi insting dapat dijelaskan sebagai berikut:

6 a. Sumber insting, adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Sepangjang hayat, sumber insting bersifat konstan, tidak berubah kecuali perubahn akibat kemasakan. Kemasakan akan mengembangkan kebutuhan jasmaniah yang baru, dari sanalah timbul insting-insting yang baru pula. b. Tujuan insting, berakaitan dengan sumber insting, yakni kembali memperoleh keseimbangan, misalnya dengan mencukupi kekurangan nutrisi. Seperti sumber insting, tujuan insting juga bersifat konstan. Konsep Freud memandang insting sebagai pemicu tegangan, dan id, ego, dan superego bekerja untuk mereduksi tegangan itu. Jadi, tujuan insting juga dersifat konservatif, artinya mempertahankan keseimbangan organism dengan menghilangkan stimulasistimulasi yang mengganggu. Sumber dan tujuan yang konstan, bias menimbulkan pengulangan tingkah laku. Dimulai dari timbul rangsangan sampai peredaran tegangan. Kalau pengulangan menjadi irasional, tanpa dapat dicegah oleh kesadaran, menjadi gejala neurotic kompulsi repetisi (repetition compulsion). c. Obyek insting, adalah segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya. Berbeda dengan sumber dan tujuan insting yang konstan, obyek insting atau cara orang memuaskan kebutuhannya ternyata berubah-ubah sepanjang waktu. Energy insting itu dapat dipindahkan (displacement) dari obyek asli ke obyek lain yang tersedia untuk mereduksi tegangan. Apabila pemindahan menjadi permanen, maka proses itu disebut derivative insting (instinct derivative). d. Daya dorong insting, kekuatan/intensitas keinginan berbeda-beda setiap waktu. Insting lapar dari orang yang seharian tidak makan tentu lebih besar dari insting lapar orang yang makan teratur. Sebagai tenaga pendorong, jumlah kekuatan energy dari seluruh insting bersifat konstan. Penggunaannya yang berubah. Kebutuhan yang sangat penting akan mendapat satu energy yang lebih besar disbanding kebutuhan lain yang kurang penting.

7 2. Jenis-jenis insting. a. Insting Hidup dan Insting Seks. Freud mengajukan dua kategori umum: insting hidup (life instinct) dan insting mati (death instinct). Insting hidup disebut juga Eros, yaitu dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti lapar, haus, dan seks. Energi yang dipakai oleh insting hidup ini disebut libido. Sepanjang usia bayi yang perhatiannya tertuju kepada dirinya sendiri (self centered), libido ditujukan kepada ego yang berarti bayi memperoleh kepuasan dengan mengenal dirinya sendiri, dinamakan Freud: narkisisme primer (Primary narcissism) atau libido narcissism. Semua bayi mengalami gejala narkisisme primer ini. Bertambahnya usia mengembangkan perhatian ke dunia luar dan kepuasan menuntut obyek di luar diri. Libido narkisisme primer berubah menjadi libido obyek. Pada usia pubertas sering pada individu tertentu perhatiannya lebih tertuju kepada tampang diri dan interes dirinya sendiri. Gejala ini kemudian disebut secondary narcissism. Libido yang ditujukan kepada orang lain, itulah cinta (Love). Dorongan seksual pada bayi mulanya tertuju kepada ibu atau orang yang merawatnya. Cinta secara seksual kepada ibu dan anggota keluarga lain akan direpres ke bawah sadar, diganti dengan cinta nonseksual. Tampak, narkisisme dan cinta berhubungan erat. Narkisisme adalah cinta kepada diri sendiri, sehingga cinta yang dibarengi kecenderungan narkisisme menjadi mementingkan diri sendiri. Insting seks sebagai bagian dari insting hidup dapat muncul bersama dengan insting destruktif (insting mati), menjadi gejala Sadism dan Masochism. Sadisme adalah memuaskan dorongan seksual dan dorongan destruktif melalui menyerang orang lain. Sedangkan, masokism adalah memuaskan dorongan seksual dengan menyerang atau menyakiti diri sendiri. b. Insting Mati. Insting mati atau insting destruktif (destructive instinct, disebut juga Thanatos) bekerja secara sembunyi-sembunyi disbanding insting hidup. Akibatnya pengetahuan mengenai insting mati menjadi terbatas, kecuali kenyataan bahwa pada akhirnya semua orang akan mati. Menurut Freud, tujuan semua kehidupan adalah kematian. Dorongan agresif (aggressive drive) adalah derivative insting mati yang terpenting. Insting mati mendorong orang untuk

8 merusak diri sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri (suicide). Untuk memelihara diri, insting hidup umumnya melawan insting mati itu dengan cara mengarahkan energinya keluar, dutujukan ke orang lain. Sebagian energy agresi ini kemudian dapat disalurjkan ke kegiatan-kegiatan yang dapat diterima lingkungan social. 3. Distibusi dan Pemakaian Energi. Dinamika kepribadian ditentukan oleh cara energy psikis didistribusikan dan dipakai oleh id, ego, dan superego. Jumlah energy psikis terbatas dan ketiga unsur struktur itu bersaing untuk mendaptkannya. Kalau salah satu unsur menjadi lebh kuatmaka dua yang lain menjadi lebih lemah, kecuali ada energy baru yang ditambahkan atau dipindahkan ke system itu. Pada mulanya, seluruh energy psikis menjadi milik id dan dipakai untuk memenuhi hasrat (wishfulfillment) melalui aksi refleks, proses primer. Energi itu diinvestasikan kepada suatu obyek untuk memuaskan hasrat. Namun karena proses primer tidak dapat membedakan obyek-obyek secara obyektif, sifat energy menjadi tidak stabil, mudah dipindah dari obyek satu ke obyek lainnya. Proses pemaaian energy oleh id seperti itu disebut pemilihan obyek (object cathexes id) atau instinctual object cathexes. Ego tidak memiliki energy sendiri, sehingga harus menarik energy dari id. Berangsur-angsur semakin banyak energy id yang dapat diambil oleh ego, karena ego lebih berhasil dari pada id dalam mereduksi tegangan. Proses pengalihan energy ini disebut identifikasi (identification), yakni proses ego mencocokan gambaran mental dari id dengan kenyataan actual. Id berpendapat bahwa obyek nyata harus sama dengan gambaran atau fantasi mengenai obyek yang diinginkan, sedangkan ego berprinsip gambaran obyek bisa berbeda dengan obyek nyata, gambaran itu harus dikonfrontasi dengan kenyataan dan peluang untuk memperolehnya. Konsep identifikasi ini sangat penting karena semua kemajuan kognitif adalah ujud dari gambaran mental mengenai dunia yang semakin mendekati kenyataan.

9 Ketika kateksis obyek ego dan id memperoleh kepuasan akan pindah menjadi energy ego. Ego semakin banyak menguasai poersi energy karena berhasil memperoleh obyek yang memuaskan kebutuhan. Tentu saja manakala ego gagal unuk memuaskan insting, id mungkin dapat menark dan menguasai kembali energy yang ada pada ego. Sesudah ego menguasai energy, ego memakainya untuk tujuan lain selain memuaskan insting melalui proses sekunder, misalnya energy itu dipakai untuk meningkatkan perkembangan berbagai proses psikologik seperti pesepsi, ingatan, dan berfikir. Sebagian energy itu juga dipakai ituk mengekang id agar tida bertindak impulsive dan irasional. Daya kekang ini disebut anticathexes yang melawan dorongan cathexes id. Antikateksis juga dipakai untuk melawan superego yang terlalu menyesakkan, ego melindungi diri dengan mekanisme pertahanan (defence mechanism). Ego sebagai eksekutif kepribadian memakai energy untuk mengatur aktivitas dari tiga struktur itu dalam kesatuan. Ego berusaha menciptakan harmoni dalam kepribadian sehingga transaksi dengan lingkungan dapat dikerjakan dengan lancar dan efektif. Seperti ego, superego mendapat energy dari id melalui proses identifikasi. Apa yang dikerjakan superego seringkali bertentangan dengan impuls-impuls id. Ini terjadi karena aturan moral itu mewakili usaha masyarakat untuk mengontrol dan mencegah pengungkapan dorongan primitive, terutama dorongan seksual dan agresi. Superego juga bisa bertentangan dengan ego, ketika rasional-pragmatis dari ego melanggar moralitas dan tidak mempertimbangkan nilai-nilai kesempurnaan. Penyerahan energy ke ego dan superego mewakili hubungan yang rumit antara kekuatan pendorong (kateksis) dengan kekuatan penahan (antikateksis) yang menentukan dinamika kepribadian seseorang. Id hanya memiliki kekuatan pendorong, sedang ego harus memiliki energy untuk mengecek id dan superego dan memiliki sisa energy yang cukup untuk menangani dunia luar. Ego yang dominan adalah penanda dari jiwa yang sehat.

10 4. Kecemasan (Anxiety). Kecemasan adalah variable penting dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datang suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Fungsi kepribadian yang utama adalah menangani dunia eksternal. Situasi yang mencitakan kondisi traumatic disebut kecemasan primer (primary anxiety). Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Freud mengemukakan ada tiga jenis kecemasan, yaitu realistic anxiety, neurotic anxiety, dan moral anxiety. Kecemasan realistic adalah takut kepada bahaya yang nyata dari dunia luar. Kecemasan realistic ini menjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotic dan kecemasan moral. Kecemasan neurotic adalah ketakutan terhadap hukuman yang akan diterima dari orang tua atau figure penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang diyakininya akan menuai hukuman. Kecemasan moral timbul ketika orang melanggar standar nilai orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotic tampak mirip, tetapi memiliki perbedaan prinsip yani tingkat control ego. Pada kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya berkat energy superego, sedangkan pada kecemasan neurotic orang dalam keadaan distress, terkadang panic, sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas dan energy id menghambat penderita kecemasan neurotic membedakan antara khayalan dan realita. 5. Mekanisme Pertahanan (Defense Mechanism). Fungsi utama psikodinamik kecemasan adalah membantu individu menolak impuls instingtif yang tidak dikehendaki masuk kesadaran dan memberi kepuasan kepada impuls itu secara tidak langsung. Mekanisme pertahanan ego (Ego defense mechanism) membantu dapat dilaksanakannya fungsi penolakan itu, sekaligus melindungi individu dari kecemasan yang berlebihan. Bagi Freud, mekanisme pertahanan adalah strategi yang dipakai individu untuk bertahan melawan ekspresi impuls id serta menentang tekanan superego. Menurut Freud, ego mereaksi bahaya munculnya impuls id memakai dua cara, yaitu :

11 a. Membentengi impuls sehingga tidak dapat muncul menjadi tingkahlaku sadar b. Membelokkan impuls itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan atau diubah. Freud sendiri hanya mendiskripsikan tujuh mekanisme pertahanan, yakni identification, displacement, repression, fictation, regression, reaction, formation, dan projection. Pengikut-pengikutnya, khususnya Anna Freud menambahkan lebih dari 10 dinamika mekanisme pertahanan. Semua mekanisme pertahanan memiliki tiga persamaan ciri: a. Mekanisme pertahanan itu beroperasi pada tingkat tidak sadar b. Mekanisme pertahanan selalu menolak, memalsu, atau memutar balikan kenyataan c. Mekanisme pertahanan itu mengubah persepsi nyata seseorang, sehingga kecemasan menjadi kurang mengancam. Menurut Freud, jarang ada orang memakai hanya satu mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari kecemasan. Umumnya orang memakai beberapa mekanisme pertahanan, baik secara bersama-sama atau secara bergantian sesuai dengan bentuk ancamannya. Mekanisme pertahanan yang paling banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut: a. Identifikasi (Identification). Cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau mengidentifikasi diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan hasratnya disbanding dirinya. Jika yang ditiru itu sesuatu yang positif, secara khusus ini disebut Introyeksi (introjections) adalah proses pengembangkan superego dengan mengadopsi nilai-nilai orang tua. Mekanisme pertahanan identfikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan: 1) Identifikasi merupakan cara orang dapat memperoleh kembali sesuatu (obyek) yang telah hilang. 2) Identifikasi dipakai untuk mengatasi rasa takut 3) Melalui identifikasi, orang memperoleh informasi baru dengan mencocokkan kenyataan dengan khayalan mental.

12 b. Pemindahan/Reaksi Kompromi (Displacement/Reactions Compromise). Manakala obyek kateksis asli yang dipilih oleh isting tidak dapat dicapai karena ada rintangan dari luar (social, alami) atau dari dalam (antikateksis), insting itu dapat dipres kembali ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan energy dari obyek yang satu ke obyek yang lain, sampai ditemukan obyek yang dapat meredusi tegangan. Sumber dan tujuan dari insting selalu tetap, obyeknya berubah-ubah melalui displacement. Proses mengganti obyek kateksis untuk meredakan tegangan adalah kompromi antara tuntutan insting id dengan realitas ego sehingga disebut juga reaksi kompromi, yakni sublimasi, subsitusi, dan kompensasi (sublimation, substitution, compensation). a) Sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih tinggi, diterima masyarakat sebagai cultural kreatif. b) Substitusi adalah pemindahan atau kompromi dimana kepuasan yang diperoleh masih mirip dengan kepuasan aslinya. c) Kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang harus dipuaskan c. Represi (Repression). Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala sesuatu (id, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar kesadaran. Contoh dinamika campuran antara represi dan pemindahan, sebagai berikut: 1) Represi + displacement : gadis yang takut mengekspresikan kemarahannya kepada orang tuanya menjadi berontak dan mengamuk kepada gurunya. 2) Represi + symptom histerik : seorang pilot menjadi buta walaupun secara fisiologik matanya sehat, sesudah pesawat yang dikemudikannya jatuh dan copilot teman baiknya meninggal. 3) Represi + psychophysiological disorder : wanita yang mengalami migrain setiap menekan rasa marahnya, memilih menuruti orang lain alih-alih mengikuti kemauannya sendiri agar tidak perlu timbul rasa marah yang harus ditekan.

13 4) Represi + fobia : Pria yang takut dengan barang yang terbuat dari karet. Waktu semasa kecil dia pernah dihukum berat oleh ayahnya karena meletuskan balon karet hadiah adiknya. Karet kini menjadi pemicu ingatan event hukuman itu dan harapan masa kecil agar adiknya mati. 5) Represi + Nomadisme : orang yang selalu berpindah tempat atau berubahubah interesnya, sebagai usaha melarikan diri dari suasana frustasi d. Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression). Fiksasi adalah terheninya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu karena perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yang terlalu kuat. Orang memilih tetap berhenti (fiksasi) pada tahap perkembangan tertentu dan menolak untuk bergerak maju, karena merasa puas dan aman di tahap itu. Frustasi, kecemasan, dan pengalaman traumatic yang sangat kuat pada tahap perkembangan tertentu, dapat berakibat orang regresi, mundur ke tahap perkembangan terdahulu, di mana dia merasa puas di sana. Perkembangan kepribadian yang normal berarti terus bergerak maju atau progresif. Munculnya dorongan yang menimbulkan kecemasan akan direspon dengan represi. Orang yang puas berada ditahap perkembangan tertentu, tidak mau progress disebut fiksasi. Progresi yang gagal membuat orang menarik diri atau regresi. e. Pembalikan (Reversal). Mengubah status ego dari aktif menjadi pasif, mengubah keinginan perasaan dan impuls-impuls yang menimbulkan kecemasan menjadi ke arah diri sendiri, atau seperti reksi formasi dengan obyek yang spesifik. f. Projeksi (Projection). Kecemasan realistic biasanya lebih mudah ditangani oleh ego dibandingkan kecemasan neurotic atau kecemasan moral. Karena itu, apabila sumber kecemasan dapat ditemukan di dunia luar dan bukan pada impuls-impuls primitive atau suara hatinya sendiri, kecemasan itu mudah diredakan. Projeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotic/moral menjadi kecemasan realistic, dengan cara

14 melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke obyek diluar, sehingga seolah-olah ancaman itu terprojeksi dari obyek eksternal kepada diri orang itu sendiri. g. Reaksi Agresi (Aggressive Reactions). Ego memanfaatkan drive agresi untuk menyerang obyek yang menimbulkan frustasi. Menutupi kelemahan diri dengan menunjukan kekuatan drive agresinya, baik yang ditujukan kepada obyek yang asli, obyek pengganti, maupun ditujukan kepada diri sendiri. Ego membentuk antikateksi, dengan mempertentangkan insting-insting agar insting yang menjadi sumber tegangan frustasi dan anxiety tetap berada di bawah sadar. Ada lima macam reaksi agresi: 1) Agresi Primitive : Siswa yang tidak lulus ujian, merusak sekolahnya 2) Scapegoating : Membanting piring karena marah 3) Free-floating-anger : Sasaran marah yang tidak jelas 4) Suicide : Rasa marah kepada diri sendiri sampai merusak diri/bunuh diri 5) Turning around upon the self : Gabungan antara agresi dan pemindahan h. Intelektualitas (Intelectualization). Ada lima macam intelektualisasi: a. Rasionalisasi (rationalization) : menerima, puas dengan object cathexes dengan mengembangkan alasana rasional yang menyimpangkan fakta. Ada dua macam rasionalisasi: 1) Sour-Grape Rationalization: menganggap kateksis obyek yang tidak dapat dicapai sebagai sesuatu yang jelek. 2) Sweet-Lemon Rationalization: menganggap kateksis obyek yang dapat diperoleh sebagai yang terbaik.

15 b. Isolasi (Isolation), mempertentangkan antara komponen afektif dengan kognitif, gejala neurosis obsesi kompulsi, di mana dorongan insting bertahan di kesadaran, tetapi tanpa perasaan puas/senang. c. Undoing, kecemasan dan dosa akibat kegiatan negative, ditutupi /dihilangkan dengan perbuatan positif penebus dosa dalam bentuk tingkahlaku ritual. d. Denial, menolak kenyataan, menolak stimulus/persepsi realistic yang tidak menyenangkan dengan menghilangkanatau mengganti persepsi itu dengan fantasi atau halusinasi. Denial menghilangkan bahaya yang datang dari luar dengan mengingkari. e. Menyaring perhatian dan penolakan. i. Penolakan (Escaping-Avoiding). Melarikan diri/ menghindar atau menolak stimulus eksternal secara fisik agar emosi yang tidak menenangkan tidak timbul. Menghindar dari ancaman dan menempatkan diri dibawah perlindungan patron. j. Pengingkaran (Negation). Impuls-impuls yang direpres diekspresikan dalam bentuk yang negative, semacam denial terhadap impuls/drive, impuls id yang menimbulkan ancaman oleh ego diingkari dengan memikirkan hal itu tidak ada. k. Penahanan Diri (Ego Restriction). Menolak usaha berprestasi, dengan menganggap situasi yang melibatkan usaha itu tidak ada, karena cemas kalau-kalau hasilnya buruk/negative. Mempertahankan self-esteem, dengan menolak aktivitas yang dapat dibandingkan hasilnya dengan hasil orang lain, memilih menjadi pengamat atau penilai. C. Perkembangan Kepribadian. Freud adalah teoritis pertama yang memusatkan perhatiannya kepada perkembangan dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan anak-anak dalam membentuk karakter seseorang. Frued yakin bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun, dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari struktur dasar tadi.

16 Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan: 1. Tahap Infantil (0-5 tahun). Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan insting seks, yang terikat dengan perkembangan biologis, sehingga tahap ini disebut juga tahap seksual infantil. Tahap infantil yang paling menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi tiga fase, yaitu: a) Fase oral (usia 0 1 tahun). Mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik atau daerah kepuasan seksual yang dipilih oleh insting seksual. Makan dan minum menjadi sumber kenikmatannya. Kenikmatan atau kepuasan diperoleh dari rangsangan terhadap bibir-rongga, mulut-kerongkongan, tingkah laku mengigit dan mengunyah (sesudah gigi tumbuh), serta menelan dan memuntahkan makanan (jika tidak memuaskan). Kenikmatan dalam aktivitas menyuap/menelan (oral incorporation) dan mengigit (oral agression) dipandang sebagai prototip dari bermacam sifat pada masa yang akan datang. Kepuasan yang berlebihan akan membentuk oral incorporation personality (saat dewasa), yakni orang menjadi senang mengumpulkan pengetahuan/ harta benda dan mudah ditipu (mudah menelan perkataan orang lain. Sebaliknya, jika terjadi ketidakpuasan sesudah dewasa mejadi tamak dalam mengumpulkan apa saja dan tidak pernah puas. Oral agression personality ditandai dengan senang berdebat dan sarkastik. Tahap ini secara khusus ditandai oleh berkembangnya perasaan ketergantungan, mendapat perlindungan dari orang lain, khususnya ibu. b) Fase anal. Dubur merupakan daerah pokok aktivitas dinamik,kateksis dan anti kateksis berpusat pada elimener (pembuangan kotoran). Mengeluarkan feces menghilangkan perasaan tekanan yang tidak menyenangkan dari akumulasi sisa makanan. Freud yakin toilet training adalah bentuk dari belajar memuaskan id dan superego sekaligus, kebutuhan id dalam bentuk kenikmatan sesudah defakasi dan kebutuhan superego dalam bentuk hambatan sosial atau tuntutan sosial untuk mengontrol kebutuhan defakasi. Semua bentuk kontrol diri dan penguasaan diri berasal dari fase anal.

17 c) Fase falis. Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting. Masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada orangtuanya yang mengawali berbagai pergantian kateksis obyek yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnua Oedipus complex, yang diikuti fenomena Castration anxiety (pada laki-laki) dan Penis envy (pada perempuan). Oedipus complex adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Pada mulanya anak (laki dan perempuan) sama-sama mencintai ibu yang telah memenuhi kebutuhan mereka dan memandang ayah sebagai saingan dalam merebut kasih saying ibu. Persaingan dengan ayah berakibat anak cemas kalaukalau ayah memakai kekuasaannya untuk memenangkan persaingan merebut ibunya. Dia cemas penisnya akan dipotong oleh ayahnya. Gejala cemas dikebiri atau Castration anxiety. Kecemasan inilah yang kemudian mendorong laki-laki mengidentifikasi diri dengan ayahnya. Pada anak perempuan, rasa sayang kepada ibu segera berubah menjadi kecewa dan benci sesudah mengetahui kelaminnya berbeda dengan anak lakilaki. Ibunya dianggap bertanggung jawab terhadap kastrasi kelaminnya, sehingga anak itu mentransfer cintanya kepada ayahnya yang memiliki organ berharga. Tetapi perasaan itu bercampur dengan iri penis (penis envy) baik kepada ayah maupun kepada laki-laki. Odipus complex pada wanita tidak direpres, cinta kepada ayah menetap walaupun mengalami modifikasi karena hambatan realistic pemuasan seksual itu sendiri. Electra complex mereda ketika gadis menyerah tidak lagi mengembangkan harapan seksual kepada ayahnya, dan mengidentifikasikan diri kembali kepada ibunya. Penyerahan enerji yang lamban pada wanita membuat superego wanita lebih lemah/lunak, lebih fleksibel. Freud mengasumsikan bahwa setiap orang lahir biseksual dan mempunyai rasa tertarik kepada jenis kelamin yang sama dan berlainan. Sehingga umumnya orang mengidentifikasi diri dengan jenis seks yang sama dengan dirinya dan memilih seks yang lain sebagai partner.

18 2. Tahap Laten (5-13 tahun). Penurunan minta seksual terjadi pada tahap ini karena tidak adanya daerah erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Pada fase ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi (mengganti kepuasan libido dengan kepuasan non-seksual). Contoh: Bidang intelektual, atletik, keterampilan, dan hubungan dengan teman sebaya. Fase laten juga ditandai dengan percepatan pembentukan superego; orangtua bekerja sama dengan anak berusaha merepres impuls seks agar enerji dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk sublimasi dan pembentukan superego. Anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya. 3. Tahap Genital (13 tahun dewasa). Pada fase genital, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek luar, seperti berpartisipasi dalam kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga. Terjadi perubahan dari anak yang narkistik menjadi dewasa yang berorientasi sosial, realistik, dan altruistik. Berikut beberapa gambaran tingkah laku dewasa yang masak, ditinjau dari dinamika kepribadian Freud: a) Menunda kepuasan: Pada fase genital, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek luar, seperti berpartisipasi dalam kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga. b) Tanggung jawab: Kontrol tingkah laku dilakukan oleh superego berlangsung efektif. c) Pemindahan: Mengganti kepuasan seksual menjadi kepuasan dalam bidang seni, budaya dan keindahan. d) Identifikasi: Memiliki tujuan-tujuan kelompok terlibat dalam organisasi sosial, politik, dan kehidupan sosial yang harmonis.

19 D. Aplikasi. Aplikasi psikoanalisis cukup bervariasi, yang terpenting diantaranya aplikasi dibidang psikopatologi dan pikosomatis. 1. Psikopatologi. Psikoanalisis memahami psikopatologi sebagai masalah perkembangan, akibat gangguan semasa melewati tahap- tahap psikoseksual. Perkembangan kepribadian dipandang sebagai sesuatu yang kumulatif, sehingga gangguan pada masa awal perkembangan akan menjadi peritiwa traumatik yang pengaruhnya terasa sampai dewasa. Berikut dinamika jiwa menurut psikoanalisis pada bebrapa jenis psikopatologi : a) Histeria, disebut jua conversion disorder : kelumpuhan tanpa sebab- sebab fisik, menurut psikoanalisis ini akibat adanya ttransformasidari konflikkonflik psikis menjadi malfungsi fisik. b) Fobia : ketakutan yang sangat dan tidak pada tempatnya, oleh Freud dianalisis sebagai dampak dari kecemasan yang dialihkan, bisa kecemasan yang berkaitan dengan impuls seksualatau kecemasan akibat peristiwa traumatic c) Obsesi-Kompulsi : mempunyai tema yang sangat bervariasi. Tema kebersihan, penyakit, kekejaman, dilatarbelakangi oleh konflik seksual pada fase anal. d) Depresi : perasaan tidak mampu, tidak kompeten, kehilangan harga diri, dan merasa bertanggung jawab terhadap semua kejadian buruk. e) Ketagihan obat atau akohol : interpretasi psikoanalisis terhadap ketagihan obat atau akohol bervariasi. Bukan hanya menghilangkan sindrom yang tidak dikehendaki, tetapi terutama bertujuan memperkuat ego sehingga mampu mengontrol impuls insting dan memperbesar kapasitan individu untuk mencintai dan berkarya.

20 Teknik yang dipakai: a) Asosiasi bebas, ada tiga asumsi yang menjadi dasar free association: (a) apa saja yang dikatakan yang dilakukan sesorang sekarang, mempunyai makna dan berhubungan dengan perkataan dan perbuatan di masa lalu, (b) materi taksadar terpengaruh penting terhadap tingkahlaku, dan (c) materi taksadar dapat dibawa kesadaran dengan mendorong ekspresibebas setiap kali merka munculke dalam pikiran. b) Analisis mimpi, ketika tidur, kontrol kesadaran menurun, dan mimpi adalah ungkapan isi- isi taksadar karena turunnya tingkat kesadaran itu. c) Freudian slip, meliputi; salah ucap, salah memmbaca, salah dengar, salah meletakkan objek dan tiba- tiba lupa. Semuanya itu bukan kejadian kebetulan, tetapi kejadian yang dipengaruhi oleh insting ketidaksadaran. d) Interpretasi, mengenakan kepada klien makna yang tidak disadarinya dari pikiran, perasaan dan keinginannya. e) Analisis resistensi, resistensi adalah mekanisme pertahanan klien, dan analisis akan mengungkapkan unsur yang penting dari masalah yang ingin disembunyikan klien. f) Transferece: pengungkapan isi- isi ketidksadaran yang tersimpan sejak anakanak, dengan memakai terapis sebagai medianya. g) Working through, terus menerus mengintrepretasikan dan mengidentifikasi masalah klien, mengulang resistensi dan transferensi, pada seluruh aspek pengalaman kejiwaan. 2. Psikosomatis. Psikosomatis adalah patologi organik yang diawali atau kemudian gejalanya diperberat oleh stimulasi lingkungan nonpatologik. Gangguan alergi, eksim, asma, diare yang psikosomatis, ketika diobati memakai mefio- kimia damap sembuh, namun tidak sempurna atau mudah kambuh dengan sebab yang tidak berkaitan dengan penyakit itu. Daftar Pustaka Alwisol (2009), Psikologi Kepribadian, Malang: UMMPress

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (precon scious), dan

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

FASE PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MANUSIA

FASE PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MANUSIA FASE PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MANUSIA Fase fase Kepribadian Sigmund Freud yakin bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun dan perkembangan kepribadian sesuda usia 5 tahun sebagian

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Psikoanalisa Sigmund Freud 3 sumber utama yang mempengaruhi gerakan Psikonalisa: 1. Ketidaksadaran Mental events mulai dari yang sama sekali tidak disadari sampai yang jelas disadari.

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Kesusastraan Pertanyaan mengenai apa itu sastra selama ini belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan mengenai

Lebih terperinci

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Modul ke: 08 Wahidah Fakultas PSIKOLOGI Teori Sigmund Freud Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual Fitriani, S. Psi., MA. Program Studi PSIKOLOGI Bagian Isi Apa itu Kepribadian?

Lebih terperinci

Freud s Psychoanalytic Theories

Freud s Psychoanalytic Theories Modul ke: 02Fakultas Erna PSIKOLOGI Freud s Psychoanalytic Theories Multahada, S.HI., S.Psi., M.Si Program Studi Psikologi Freud (1856-1939) Pendekatan Dinamis Dinamakan juga : Energi psikis, energi dorongan,

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan mengenai pandangan

Lebih terperinci

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI Pendekatan Psikoanalisa Tokoh : Sigmund Freud Lahir di Moravia, 6 Mei 1856. Wafat di London, 23 September 1939 Buku : The Interpretation of Dreams (1900) Tokoh

Lebih terperinci

MAKALAH TUGAS KELOMPOK TEORI PERKEMBANGAN MENURUT SIGMUND FREUD. Matakuliah: Psikologi Perkembangan. Dosen Pengampu: Ahmad Agung Yuwono, M. Pd.

MAKALAH TUGAS KELOMPOK TEORI PERKEMBANGAN MENURUT SIGMUND FREUD. Matakuliah: Psikologi Perkembangan. Dosen Pengampu: Ahmad Agung Yuwono, M. Pd. MAKALAH TUGAS KELOMPOK TEORI PERKEMBANGAN MENURUT SIGMUND FREUD Matakuliah: Psikologi Perkembangan Dosen Pengampu: Ahmad Agung Yuwono, M. Pd. Disusun Oleh: 1. Eny Andarningsih (14144600179) 2. Nurul Fitria

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada.

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. PSIKOANALISIS Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. Obyek psikologi adalah kesadaran orang normal. Tugas

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING

PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING Esensi Konseling Suatu proses hubungan untuk membantu orang lain, yang terbangun dalam suatu hubungan tatap muka antara dua orang individu (klien yang menghadapi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan jiwa,tokoh utama, kecemasan, dan struktur kepribadian. 2.1.1 Pergolakan

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA A. Pendekatan Psikoanalisis Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud pada tahun 1896. Dia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia

Lebih terperinci

JOHN DOLLARD & NAEL E MILLER STRUKTUR KEPRIBADIAN

JOHN DOLLARD & NAEL E MILLER STRUKTUR KEPRIBADIAN 4 JOHN DOLLARD & NAEL E MILLER STRUKTUR KEPRIBADIAN John Dollard dan Neal E. Miller bekerja sama di Institute of Human Relation Universitas Yale mengembangkan pendekatan interdisiplin 3 bidang ilmu, yaitu

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature)

Mekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature) Mekanisme Pertahanan Menurut Sigmund Freud, mekanisme pertahanan bersumber dari alam bawah sadar yang digunakan untuk mengurangi konflik antara dunia internal seseorang dengan realitas eksternal. Freud

Lebih terperinci

1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.

1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. 1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. 2. Identifikasi: Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan

Lebih terperinci

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang di idealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh,

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui

Lebih terperinci

Dinamika kepribadian / Prinsip Motivasional. Ego cemas karena tuntutan id dan superego. 1. Dorongan-dorongan a. Seks b. Agresi 2.

Dinamika kepribadian / Prinsip Motivasional. Ego cemas karena tuntutan id dan superego. 1. Dorongan-dorongan a. Seks b. Agresi 2. Pembentuk Kepribadian Bagaimana Kepribadian Bertindak Dijaga yang bertugas Menseleksi gambaran yang boleh masuk ke alam bawah sadar dan sadar. Hanya gambaran yang tidak memberikan rasa cemas yg lolos.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 04 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan teori dari tokoh-tokoh

Lebih terperinci

Perkembangan Manusia

Perkembangan Manusia Perkembangan Manusia Ciri-ciri perkembangan 1. Perkembangan mengikuti pola yang teratur, baik pada masa pranatal maupun postnatal. Pola perkembangan individu bersifat chepalocaudal, yaitu perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray

Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Pandangan Murray sangat holistik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling)

Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling) Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling) Oleh: Rahayu Ginintasasi JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2008 Avoiding Reality in

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD 2.1. Novel Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel berasal dari bahasa Italia novella,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

LANDASAN PSIKOLOGIS BK. Diana Septi Purnama

LANDASAN PSIKOLOGIS BK. Diana Septi Purnama LANDASAN PSIKOLOGIS BK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id Batasan Motif Sumadi Suryabrata (1995) motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

Pendekatan Psikoanilitik

Pendekatan Psikoanilitik Pendekatan Psikoanilitik Pengenalan Sigmund Freud (1856-1939) adalah pengasas pendekatan psikoanalitik dalam bidang psikologi. Menurut pendekatan ini tingkah laku seseorang pada masa kini adalah hasil

Lebih terperinci

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori Gestalt telah berkembang sejak sekitar abad Ke 19. Dimulai dengan Gestalt I, kemudian berkembang terus hingga menuju ke Gestalt II. Gestalt II ini kemudian memunculkan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Perkembangan 1

MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Perkembangan 1 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Perkembangan 1 Sigmund Freud Fakultas Fakultas Psikologi Program Tatap Kode Studi Muka MK Disusun Oleh Psikologi 08 Luh Mea Tegawati, M.Psi.Psi. Rizki Dawanti, M.Psi, Psi Abstract

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

Masalah-masalah Psikologis Dalam Pembelajaran

Masalah-masalah Psikologis Dalam Pembelajaran Masalah-masalah Psikologis Dalam Pembelajaran Oleh : Diana Septi Purnama Email : dianaseptipurnama@uny.ac.id Disampaikan pada: Diklat Teknis Umum Training of Trainer Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD

RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD 1 A. Pengantar RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD Oleh: D. Tiala Berbicara mengenai Psikoanalisis, maka kita tidak akan terlepas dari nama seorang tokoh klasik terkenal, yaitu

Lebih terperinci

KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN JIWA

KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN JIWA KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN JIWA Ns. Wahyu Ekowati MKep., Sp Jiwa 1 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami konseptual model dalam keperawatan jiwa Memahami konsep dasar masing masing model konseptual keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI TERKAIT. di bedakan menjadi sebagai berikut: (Sarwono, 2009)

BAB II TINJAUAN TEORI TERKAIT. di bedakan menjadi sebagai berikut: (Sarwono, 2009) BAB II TINJAUAN TEORI TERKAIT A. Teori Terkait i. Teori Para Ahli Oleh para ahli, tahap tahap perkembangan anak di bedakan menjadi sebagai berikut: a. Perkembangan Emosi (John Piaget ) (Sarwono, 2009)

Lebih terperinci

Carl Jung. Analytical Psychology. Asumsi

Carl Jung. Analytical Psychology. Asumsi Carl Jung Analytical Psychology Asumsi Fenomena yang berhubungan dengan kekuatan gaib atau magis (Occult) yang diturunkan oleh leluhur bisa dan memang berpengaruh pada kehidupan manusia Manusai bukan hanya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSELING PSIKOANALISIS UNTUK MENGURANGI KECEMASAN. Oleh:

IMPLEMENTASI KONSELING PSIKOANALISIS UNTUK MENGURANGI KECEMASAN. Oleh: IMPLEMENTASI KONSELING PSIKOANALISIS UNTUK MENGURANGI KECEMASAN Oleh: Syaiful Indra, M.Pd. Kons/ Dra. Nur Asyah, M.Pd Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah syaiful@konselor.org ABSTRAK Kecemasan yang

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Definisi dan Manfaat Psikologi Komunikasi Karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

Teori Kecemasan Berdasarkan Psikoanalisis Klasik dan Berbagai Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan

Teori Kecemasan Berdasarkan Psikoanalisis Klasik dan Berbagai Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan Tinjauan Pustaka Teori Kecemasan Berdasarkan Psikoanalisis Klasik dan Berbagai Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan Andri*, Yenny Dewi P** *Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai salah satu media untuk mengungkapkan perasaan manusia yang berbentuk lisan maupun tulisan. Hidup manusia tidak terlepas dari perasaan dan jiwa.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Sastra Jepang Menurut Orang Jepang

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Sastra Jepang Menurut Orang Jepang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sastra Jepang Menurut Orang Jepang Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang, kesusastraan adalah : 日本文学とは 日本語で書かれた文学作品 もくしはそれらの作品や作家を研究する学問のこと

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih banyak daripada anak yang tidak mengalaminya, tetapi mereka memiliki gejala yang lebih sedikit dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, agar. dalam kehidupan suami istri. Putusnya hubungan perkawinan yang

BAB I PENDAHULUAN. individu bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, agar. dalam kehidupan suami istri. Putusnya hubungan perkawinan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kodrat individu sebagai mahluk sosial yang menyebabkan individu tidak dapat menghidar dari interaksi dengan lingkungan. Dalam diri individu terdapat suatu dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

PSYCHOANALYSIS TERAPHY. neurolog Austria dan pendiri aliran psikoanalisis dalam psikologi, gerakan

PSYCHOANALYSIS TERAPHY. neurolog Austria dan pendiri aliran psikoanalisis dalam psikologi, gerakan PSYCHOANALYSIS TERAPHY A. Biografi Tokoh Sigmund Freud (6 Mei 1856-23 September 1939) adalah seorang neurolog Austria dan pendiri aliran psikoanalisis dalam psikologi, gerakan yang memopulerkan teori bahwa

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

EMOSI DAN SUASANA HATI

EMOSI DAN SUASANA HATI EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja

Lebih terperinci

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10 GEJALA KONASI--MOTIVASI PERTEMUAN KE 10 aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id MOTIVASI Motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy

Lebih terperinci

Karakteristik manusia komunikan. Rahmawati Z

Karakteristik manusia komunikan. Rahmawati Z Karakteristik manusia komunikan Rahmawati Z Kenalilah Dirimu. Pemeran utama dalam proses komunikasi adalah manusia. Sebagai psikolog, kita memandang komunikasi justru pada perilaku manusia komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

ASPEK KECEMASAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA

ASPEK KECEMASAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KECEMASAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi MODUL PERKULIAHAN AGRESI Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 61119

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimaksud adalah lingkungan sosial yang berisi individu-individu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimaksud adalah lingkungan sosial yang berisi individu-individu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Salah satu bentuk interaksi ditandai ketika seseorang menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Lingkungan baru yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 913 Kaedah Terapi Minggu 2

SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 913 Kaedah Terapi Minggu 2 SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK 913 Kaedah Terapi Minggu 2 Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh & Sains Teknologi (UTM) Sinopsis: Kursus ini akan membincangkan

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I

Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I Psikologi itu apa? Psikologi berasal dari dua kata dalam bahasa Latin yaitu psyche =jiwa dan logos =ilmu Psikologi adalah studi

Lebih terperinci

Modul ke: Psikologi Sosial I DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi

Modul ke: Psikologi Sosial I DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Modul ke: 03 Setiawati Fakultas Psikologi Psikologi Sosial I DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Kompetensi Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa saja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan dirinya di tengah-tengah masyarakat. Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat kemanusiaan,

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian

Psikologi Kepribadian MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 09 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai pembahasan teori

Lebih terperinci

)S.Hum( konotasi denotatif insting mati insting hidup د ABSTRAK AL-GHARA IZ AL-NAFSIYAH LISYAKHSHIYAH RAIISIYAH FI RIWAYAH IMRA AH INDA NUQTHATI AL-SHIFRI LINAWAL AL-SA ADAWI Skripsi ini akan melakukan

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Modul ke: Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Relasi Objek Teori Relasi Objek: 1. Pentingnya pola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara

Lebih terperinci

KONFLIK DAN FRUSTRASI

KONFLIK DAN FRUSTRASI KONFLIK DAN FRUSTRASI FRUSTRASI Betapapun hebatnya kecakapan kita mengatasi masalah, situasi hidup akan selalu menimbulkan stress. Motif kita tidak selalu dapat dipuaskan dengan mudah, hambatan harus ditanggulangi,

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Pendekatan Psikoanalisa Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Alur Isi Frans Anton Mesmer 1734

Lebih terperinci

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom.

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. AGRESI Modul ke: Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Fakultas Psikologi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya, perhatian besar terhadap masalah manusia dan kemanusiaan serta

Lebih terperinci

LANDASAN PSIKOLOGI. Imam Gunawan

LANDASAN PSIKOLOGI. Imam Gunawan LANDASAN PSIKOLOGI Imam Gunawan PSIKOLOGI PERKEMBANGAN Pendekatan tentang perkembangan manusia menurut Sukmadinata (2008) ialah: 1. Pendekatan pentahapan: perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Created by: Rahayu Ginintasasi

Created by: Rahayu Ginintasasi Created by: Rahayu Ginintasasi Freud berkebangsaan Austria, lahir 6 Mei 1856 di Pribor, (ketika itu) Austria, lalu bersama keluarganya pindah ke Wina dan terus tinggal di kota itu. Ia berasal dari keluarga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A.1 Definisi Penerimaan Diri Menurut Allport (MIF, 2008) penerimaan diri adalah toleransi individu atas peristiwa peristiwa yang membuat frustasi atau menyakitkan sejalan dengan menyadari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

DASAR DASAR PERILAKU SOSIAL

DASAR DASAR PERILAKU SOSIAL Modul ke: DASAR DASAR PERILAKU SOSIAL Hakekat manusia, pengertian motivasi, pendekatan dasar pada motivasi Fakultas Psikologi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan teori Melanie Klein,

Lebih terperinci

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional Asia. Kehidupan dalam karya sastra dapat diperindah, diejek, atau digambarkan bertolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

Periodisasi Perkembangan Peserta Didik

Periodisasi Perkembangan Peserta Didik Periodisasi Perkembangan Peserta Didik Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu menjelaskan tentang periodisasi perkembangan peserta didik Indikator Mahasiswa mampu menjelaskan periodisasi perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan yang akan di laluinya, dan salah satu adalah periode masa remaja. Masa remaja ini di sebut

Lebih terperinci