Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi
|
|
- Harjanti Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan teori Melanie Klein, Margaret Mahler & Heinz Kohut. Kompetensi Mampu memahami ciri-ciri khusus, struktur & dinamika kepribadian berdasarkan object relation theories.
2 Latar Belakang Pendahuluan Teori relasi objek merupakan bagian dari teori Freud mengenai teori insting, namun berbeda dalam tiga hal: 1. Teori relasi objek tidak terlalu menekankan dorongan-dorongan biologis dan lebih menekankan pada pola yang konsisten dalam hubungan interpersonal. 2. Teori relasi objek cenderung bersifat maternal dengan menekankan keintiman dan pengasuhan ibu. Berbeda dengan teori Freud yang lebih bersifat paternalistis dan menekankan pada kekuatan dan kontrol ayah. 3. Teori relasi objek umumnya lebih memandang kontak dan hubungan sebagai motif utama tingkah laku manusia, bukan kesenangan seksual. Object Relation Theories Melanie Klien Teori relasi objek merupakan bagian dari teori Freud mengenai teori insting tetapi penyebabnya berbeda dalam tiga hal: 1. Teori reasi objek tidak terlalu menekankan pada dorongan-dorongan biologis dan lebih menenkankan pada pentingnya pola yang kosisten dalam hubungan interpersonal. 2. Kebalikan dari teori Freud yang bersifat paternalis dan menekankan pada kekuatan dan kontrol ayah, teori relasi objek cenderung lebih maternal dengan menekankan keintiman dan pengasuhan ibu. 3.Teori relasi objek umumnya lebih memandang kontak dan hubungan sebagai motif utama tingkah laku manusia, bukan kesenangan seksual. Secara spesifik dijelaskan bahwa teori mengandung banyak makna sesuai jumlahnya. Klein dan teori objek lainnya memulai dari asumsi dasar yang dikemukakan Freud tersebut. Kemudian mereka berspekulasi mengenai bagaimana kenyataan atau khayalan seorang bayi di awal hubungan dengan ibunya atau dengan payudara ibunya. Keduanya menjadi 2
3 model dari hubungan interpersonalnya dimasa mendatang. Bagaimanapun hubungan ini adalah representasi dari psikis internal pada objek-objek yang terkait erat seperti payudara ibunya dan penis ayahnya yang pernah diintroyeksikan atau diambil dari struktur psikis seorang bayi dan kemudian diproyeksikan terhadap pasangan hidupnya. Gambarangambaran internal ini bukan representasi akurat dari orang lain tetapi merupakan bagian atau sisa pengalaman awal setiap orang. Meskipun Klein terus menyebut dirinya sebagai Freudian, namun ia melanjutkan teori psikoanalisanya diluar batasan yang telah ditetapkan oleh Freud. Perilaku Psikis pada Bayi Jika Freud menekankan pada beberapa tahun pertama dalam kehidupan manusia, maka Klein lebih menekankan pada pentingnya empat sampai enam bulan. 1. Fantasi Salah satu asumsi dasar yang dikemukakan oleh Klein adalah bayi baru lahir memiliki fantasis atau khayalan kehidupan yang aktif. Fantasi ini merupakan representasi psikis dari ketidaksadaran insting id yang tidak dapat dicampuradukkan dengan fantasi kesadaran yang dimiliki oleh anak-anak dan orang dewasa. Klein sengaja mengejanya dengan fantasi (phantasy) untuk membedakan dengan kesadaran. Ketika Klein (1932) menulis mengenai dinamika kehidupan fantasi pada bayi, ia mengatakan bahwa bayi yang baru lahir bisa merangkum pemikirannya melalui kata-kata. Maksudnya adalah bahkan sejak masih sangat kecil, bayi memiliki gambaran ketidaksadaran dari baik dan buruk. Klein mengemukakan bayi yang tertidur saat sedang mengisap jarinya sedang berfantasi bahwa ia mengisap puting susu ibunya yang baik. Bayi yang kelaparan dan menangis serta kakinya menendang berfantasi buruk sedang menendang atau menghacurkan payudara ibunya yang buruk. Seiring dengan berkembangnya sang bayi, fantasi ketidaksadaran mengenai payudara ini masih berlanjut dan berdampak pada kehidupan psikisnya sehingga muncul fatasi ketidaksadaran lainnya. Fantasi ketidaksadaran yang muncul belakangan ini dibentuk melalui kenyataan yang di alam dan predisposisi bawaan. salah satu fantasi ini adalah oedipus coplex atau keinginan anak untuk menghancurkan salah satu orangtuanya untuk terlibat secara seksual dengan orangtua satunya. 2. Objek Klein setuju dengan Freud bahwa manusia mempunyai dorongan bawaan atau insting kematian. Dorongan-dorongan tersebut berupa objek. Objek-objek tersebut adalah dorongan lapar untuk mendapatkan payudara baik, dorongan berhubungan badan, dan 3
4 memiliki organ sesual. Klein (1948) yakin bahwa sejak masa bayi awal anak sudah berkaitan dengan objek-objek eksternal ini dan kemudian mulai berminat pada wajah dan tangan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Dalam khayalan aktifnya bayi mengintroyeksi atau mencapai struktur psikis pada objek eksternal, mereka juga berkhayal dengan menginternalisasikan objek dalam istilah-istilah yang berwujud konkret. Misal: anak mengintroyeksikan sang ibu percaya bahwa ibu akan selalu ada di dalam dirinya. 3. Posisi Dalam usahanya untuk menghadapi dikotomi baik dan buruk atau dalam menghadapi objek internal dan eksternal, bayi mengatur pengalaman mereka berdasarkan posisi tertentu. Klein memilih istilah posisi daripada tahapan perkembangan untuk mengindikasikan bahwa posis dapat maju dan mundur. Posis bukanlah merupakan periode perkembangan dalam rentang waktu tertentu dalam fase kehidupan manusia. a. Posisi Paranoid Skizoid Menurut Klein, bayi mengembangkan posisi paranoid skizoid ketika berusia tiga sampai empat bulan. Pada saat ini egonya mempersepsi dunia eksternal sebagai dunia yang subjektif dan fantasi bukan objek nyata. Perasaan terancam pada seorang bayi merupakan perasaan paranoid yaitu perasaan yang tidak didasari oleh kenyataan atau bahaya dunia. b. Posisi Depresif Anak yang sedang berada pada posisi depresif dapat mengenal objek yang dicintainya menjelma menjadi satu diwaktu yang bersamaan. Mereka saling mendekati satu sama lain untuk keinginan menghancurkan ibunya dan keinginanan untuk memperbaiki atas penyerangan ini. Anak melihat ibunya sebagai suatu kesatuan dalam posisi yang berbahaya sehingga mereka merasa empati terhadapnya. Kualitas ini merupakan faktor yang menguntungkan bagi hubungan interpersonal di masa mendatang. Mekanisme Pertahanan Psikis Klein (1955) mengemukakan bahwa sejak awal bayi, anak dapat mengadopsi beberapa mekanisme pertahanan psikis untuk melindungi perasaan yang berasal dari kecemasan sadistis oral mengenai payudara, payudara sebagai objek yang destruktif dan menakutkan disatu sisi, namun payudara sebagai objek yang menyenangkan dan sangat membantunya di sisi yang lain. Untuk mengontrol kecemasan ini, bayi menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri, seperti: introyeksi (introjection), proyeksi (projection), pemisahan (splitting), dan identifikasi proyeksi (projective identification). 4
5 Klein mengemukakan bahwa sejak awal masa bayi anak dapat mengadopsi beberapa mekanisme petahanan psikis untuk melindungi perasaan yang bersalah dari kecemasan sadistis oral mengenai payudara. Untuk mengontrol kecemasan ini bayi menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri seperti: introyekdi, proyksi, dan identifikasi proyeksi. Introyeksi Introyeksi yang dimaksud Klein adalah khayalan yang diperoleh bayi mengenai persepsi dan pengalaman mereka dengan objek eksternal yang asalnya dari payudara ibu. Objekobjek yang diintroyeksikan bukan representasi akurat dari objek nyata tetapi sudah diwarnai dengan khayalan anak-anak. Misal: bayi berkhayal bahwa ibunya selalu ada bersamanya sehingga mereka merasa sosok ibunya berada didalam badannya. Proyeksi Proyeksi merupakan khayalan yang dirasakan oleh seseorang dan impuls-impuls yang sebetulnya dipindahkan pada orang lain dan tidak berasal dari dalam diri sendiri. Anak memproyeksikan gambaran buruk dan baik dalam objek eksternal terutama mengenai orangtua. Misal: seorang anak perempuan yang berkhayal untuk menguasai ibunya tetapi ia memproyesikan khayalannya terhadap ibunya bahwa ibu akan membalas dendam dan menyiksanya. Selain impuls buruk, orang juga bisa memproyeksikan impuls-impuls baik. Proyeksi juga membuat seseorang merasa yakin bahwa pendapatnya yang subyektif itulah yang benar. Pemisahan Bayi hanya dapat mengatur aspek-aspek baik dan buruk serta objek eksternal dengan cara memisahkan impuls-impuls yang tidak sesuai. Bayi mengembangkan gambaran mengenai "saya yang baik" dan "saya yang buruk". Pemisahan ini bisa berakibat positif atau negatif pada anak. Internalisasi Ketika teori relasi objek berbicara mengenai internalisasi, hal ini berarti bahwa orang melakukan introyeksi yaitu memasukkan aspek eksternal kemudian diolahnya menjadi rangka kerja yang bermakna secara psikologi. Teori Klein menekankan tiga internalisasi penting yaitu: ego, superego, dan oedipus complex. 1. Perkembangan Oedipal pada Perempuan 5
6 Pada awal perkembangan oedipal feminim yaitu selama bulan pertama dalam kehidupan seorang anak perempuan melihat payudara ibunya sebagai objek baik dan buruk. Kemudian sekitar usia enam bulan, anak mulai melihat payudara lebih sebagai objek yang positif daripada negatif. setelah itu, ia mulai melihat ibunya secara keseluruhan sebagai objek yang penuh kebaikan dan sikap ini membuatnya berimajinasi mengenai bagaimana hadirnya seorang bayi. Ia juga berkhayal bahwa penis ayahnya memberinya ibunya berbagai hal termasuk bayi-bayi. Oleh karena anak perempuan kecil ini melihat penis ayahnya sebagai pemberi bayi maka ia mengembangkan hubungan positif terhadap penis ayahnya dan berkhayal bahwa ayahnya akan memenuhinya dengan bayi-bayi. Jika proses perkembangan oedipus feminim ini berjalan dengan mulus maka anak perempuan akan menempatkan dirinya pada posisi feminism dan mengembangkan hubungan yang positif dengan kedua orangtuanya. 2. Perkembangan Oedipal pada Laki-Laki Seperti pada anak perempuan, anak laki-laki juga memandang payudara ibunya sebagai objek baik dan buruk (Klein, 1945). Kemudian selama bulan-bulan pertama perkembangan oedipal, anak laki-laki mengganti hasrat oralnya yang semula pada payudara ibunya diganti menjadi hasrat terhadap penis ayahnya. Kemudian, ia bergerak menuju hubungan hetroseksual terhadap ayahnya yang pernah dimilikinya, maka ia tidak takut ayahnya akan mengebirinya. Klein percaya bahwa posis homoseksual pasif ini merupakan faktor awal terbentuknya hubungan hetroseksual yang sehat dengan ibunya. sederhananya, seorang anak laki-laki harus memiliki perasaan yang baik terhadap penis ayahnya terlebih dahulu sebelum ia dapat menilai miliknya. Object Relation Theories Magaret Mahler Mahler sangat memperhatikan kelahiran psikologis (psychological birth) individu yag terjadi selama tiga tahun pertama kehidupan manusia, sebuah waktu ketika anak secara bertahap mulai meninggalkan rasa aman demi otonominya. Awalnya ide-ide Mahler datang dari observasinya tentang perilaku anak-anak yang berinteraksi dengan ibu mereka. Kemudian ia mengamati bagaimana perilaku anak-anak yang berinteraksi dengan ibu mereka. Kemudian, ia mengamati bagaimana perilaku bayi-bayi normal ketika terikat dengan ibu selama 36 bulan pertama hidup mereka (Mahler, 1952). Menurut Mahler, kelahiran psikologis individu dimulai selama minggu pertama kehidupan setelah lahir dan terus berlanjut hingga 3 minggu berikutnya. Dengan istilah kelahiran psikologis (psychological birth). Mahler mengartikan bahwa anak menjadi seorang individu yang berbeda dari pengasuhnya, sebuah pencapaian yang akhirnya mengarah kepada rasa 6
7 identitas (sense of identity). Untuk mencapai kelahiran psikologis dan individuasi ini seorang anak bergerak menjalani tiga tahap perkembangan utama, yaitu: 1. Autisme Normal Tahap perkembangan utama yang pertama adalah autisme normal (normal autism) yang berlangsung dari lahir sampai sekitar 3-4 minggu. Bayi yang baru lahir memiliki perasaan omnipoten karena seperti telur yang dierami, kebutuhan merekan diasuh secara otomatis tanpa harus mengeluarkan satupun upaya. Mahler percaya tahap ini adalah sebuah periode narsisisme absolut bahwa bayi tidak sadar dengan keberadaan pribadi lainnya. Karena itu, ia menyebut autisme normal sebagai tahap tanpa objek (objectless), sebuah periode ketika bayi secara alamiah hanya ingin mencari buah dada ibunya saja. 2. Simbiosis Normal Ketika bayi mulai menyadari bahwa mereka tidak dapat memuaskan kebutuhankebutuhannya sendirian, mereka mulai menyadari keberadaan pengasuhnya dan mencari hubungan simbiotik dengannya. Ini adalah sebuah kondisi yang membawanya kepada hubungan simbiosis normal yaitu tahap perkembangan kedua dalam teori Mahler. Siombis normal dimulai sekitar usia 4 atau 5 bulan. Selama waktu ini bayi bersikap dan berfungsi seolah ia dan ibunya adalah satu sistem yang omnipoten sebuah kesatuan dualistik (dual unity) dalam satu batasan sama. Simbiosis dicirikan oleh tindakan timbal balik bayi dan ibunya. Bayi mengirimkan sinyal kepada ibu mengenai rasa lapar, rasa senang, dan sebagainya dan merespon dengan sinyalnya sendiri seperti memberinya makan, memeluk, atau tersenyum. Pada usia ini, bayi dapat menyadari wajah ibunya dan dapat memahami rasa senang, atau stresnya. Namun relasi objek masih belum dimulai. Anak-anak yang lebih tua usianya bahkan orang dewasa kadang-kadang juga mundur ke tahap ini untuk mencari kekuatan dan rasa aman dalam pengasuhan ibu mereka. Perpisahan Individuasi Tahap perkembangan utama ketiga, perpisahan individuasi berlangsung dari periode 4 atau 5 bulan sampai usia 30 atau 36. Selama waktu ini, anak-anak menjadi terpisah secara psikologis dari ibu-ibu mereka mencapai perasaan individuasi dan mulai mengembangkan perasaan-perasaan identitas pribadi. karena anak-anak tidak lagi mengalami kesatuan dualistik dengan ibunya, mereka harus menyerahkan delusi omnipoten mereka dan menghadapi kerapuhan terhadap ancaman-ancaman eksternal. Anak kecil dalam tahap perpisahan individuasi mengalami bahwa dunia eksternal jauh lebih berbahaya daripada dua 7
8 tahap sebelumnya. Mahler membagi tahap perpisahan individuasi ini menjadi empat subtahap yang saling tumpang tindih. 1. Tahap pertama pembedaan (differentiation), yang berlangsung sekitar usia 5 bulan sampai 7 atau 10 bulan dan ditandai oleh pemisahan secara fisik dari orbit simbiotik ibu bayi. Di usia ini senyum bayi merespons senyum ibunya, mengindikasikan ikatan dengan pribadi lain yang spesifik. Bayi yang sehat secara psikologis akan mengembangkan dunia mereka dengan melampui dan menjadi penuh ingin tahu tentang orang-orang asing dan akan memperhatikan mereka. Sebaliknya, bayi yang tdak sehat akan takut dengan orang asing dan berusaha menjauh dari mereka. 2. Tahap kedua individuasi perpisahan adalah praktisasi (practicing) sebuah periode dari usia 7 atau 10 bulan sampai 15 atau 16 bulan. Selama sub tahapan ini anak-anak dapat membedakan dengan mudah tubuh mereka dari tubuh ibu, membangun sebuah ikatan spesifik dengan ibu mereka, dan mulai mengembangkan ego yang otonom. 3. Tahap ketiga dari individuasi perpisahan sekitar usia 16 sampai 25 bulan adalah pendekatan kembali dengan ibu yaitu ingin membawa kembali ibu mereka dan diri mereka sendiri kembali bersama-sama, secara fisik dan psikologis. Mahler memperhatikan bahwa anak-anak diusia ini ingin berbagi dengan ibu mereka setiap pencapaian kemampuan yang baru dan setiap pengalaman baru. Sekarang ketika mereka mulai dapat berjalan dengan lebih mudah, anak-anak tampaknya lebih banyak berpisah secara fisik dari ibunya. 4. Tahap empat yaitu kekonstanan objek libidinal, kira-kira terjadi pada tahun ketiga. Selama waktu ini, anak-anak harus mengembangkan sebuah representasi batin yang konstan tentang ibu hingga mereka dapat menoleransi keterpisahan fisik darinya. Jika kekonstanan objek libidinal ini tidak berkembang, baik anak-anak akan terus bergantung pada kehadran fisik ibu untuk rasa aman mereka. Selain mencapai beberapa derajat kekonstanan objek, anak-anak harus mengonsolidaskan individualitas mereka juga. Artinya mereka harus belajar untuk berfungsi tanpa kehadiran ibu dan mulai mengembangkan relasi-relasi objek lainnya (Mahler, 1975). Object Relation Theories Heinz Kohut Kohut menekankan proses dimana diri atau self berkembang dari gambaran yang samar-samar dan tak terbedakan menuju rasa identitas individual yang jelas dan tepat. Namun seperti teori relasi objek lainnya, Kohut berfokus kepada relasi ibu anak di usia dini sebagai kunci untuk memahami perkembangan selanjutnya. Kohut percaya bahwa saling 8
9 keterhubungan manusia bukannya dorongan-dorongan instingtual bawaan menjadi inti dari kepribadian manusia. Menurut Kohut, bayi memerlukan pengasuhan orang dewasa bukan hanya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiknya, namun juga untuk memuaskan kebutuhankebutuhan psikologis dasarnya. Untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis ini, orang dewasa atau objek diri memperlakukan bayi seolah-olah mereka sudah memiliki rasa kesendirian (sense of self). Misal: orangtua akan bertindak dengan hangat, dingin, atau tidak senang sebagian bergantung kepada perilaku bayi itu sendiri. Melalui proses interaksi yang empatis bayi memasukkan respons-respons objek diri sebagai rasa bangga, rasa bersalah, rasa malu, atau rasa cemburu. Semua sikap yang akhirnya membentuk blok-blok bangunan diri (self). Kohut (1977) mendefinisikan diri (self) sebagai pusat semesta psikologis individu. Diri atau self memberikan kesatuan dan konsistensi bagi pengalaman-pengalaman seseorang masih relatif stabil untuk beberapa waktu dan menjadi pusat inisiatif sekaligus penerima impresi-impresi. Self atau diri juga menjadi fokus anak bagi hubungan antar pribadi, membentuk bagaimana ia menjalin hubungan dengan orangtua dan objek diri lainnya. Kohut (1977) mempercayai bahwa bayi secara alamiah bersifat narsistik. Mereka adalah pribadi yang berpusat pada diri sendiri (self centeral) yang secara khusus mencari kesejahteraan mereka sendiri dan berharap dikagumi atas siapa diri mereka dan apa yang sudah mereka lakukan. Diri atau (self) paling dini menjadi terkristalkan disekitar dua kebutuhan narsistik dasar: 1. Kebutuhan untuk memamerkan dirinya yang hebat. 2. Kebutuhan untuk mencapai gambaran ideal dari salah atau kedua orangtuanya. Diri yang hebat dan ingin dipamerkan ini terbentuk ketika bayi yang berhubungan dengan objek diri yang menjadi cermin menunjukkan persetujuan atas perilakunya. Sementara gambaran orangtua yang ideal (idealized parent image) bertentangan dengan diri yang hebat (grandiose self) karena ia menyiratkan bahwa seseorang yang lain itulah yang sempurna. Meskipun begitu, hal ini juga memuaskan salah satu kebutuhan narsistiknya karena bayi mengambil sikap. Kedua gambaran diri narsistik bayi semacam ini dibutuhkan bagi perkembangan kepribadian yang sehat. Namun keduanya tetap harus berubah ketika anak tumbuh dewasa. Jika mereka masih tidak bisa membedakan dirinya maka akan berkembang menjadi pribadi dewasa yang narsistik secara patologis. kehebatan diri harus berubah menjadi sebuah 9
10 pandangan realistik mengenai diri dan gambar orangtua yang ideal harus tumbuh menjadi gambar orangtua yang realistik. Dua gambar diri ini tidak akan hilang sepenuhnya. Manusia dewasa yang sehat akan meneruskan sikap yang positif terhadap dirinya sembari terus melihat kualitas-kualitas yang baik pada orangtua dan figur lain pengganti orangtua. Tetapi manusia dewasa yang narsistik tidak mentransendensikan kebutuhan-kebutuhan infatilnya ini dan terus memusatkan pada diri sendiri. Akibatnya, ia terus ingin melihat sisa dunia sebagai penonton yang terkagumkagum kepada dirinya. Freud percaya bahwa pribadi narsistik seperti itu tidak bisa disembuhkan oleh psikoanalisis namun, Kohut yakin bahwa psikoterapi dapat menyembuhkan secara efektif pasien-pasien seperti ini. 10
11 Daftar Pustaka Feist, J., & Feist G (2012). Theories of Personality (7 th ed.) USA: MC Graw Hill. 11
Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories
Modul ke: Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Relasi Objek Teori Relasi Objek: 1. Pentingnya pola
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson
Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Struktur Kepribadian Ego Kreatif Ego kreatif:
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud
Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature)
Mekanisme Pertahanan Menurut Sigmund Freud, mekanisme pertahanan bersumber dari alam bawah sadar yang digunakan untuk mengurangi konflik antara dunia internal seseorang dengan realitas eksternal. Freud
Lebih terperinciFASE PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MANUSIA
FASE PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MANUSIA Fase fase Kepribadian Sigmund Freud yakin bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun dan perkembangan kepribadian sesuda usia 5 tahun sebagian
Lebih terperinciFreud s Psychoanalytic Theories
Modul ke: 02Fakultas Erna PSIKOLOGI Freud s Psychoanalytic Theories Multahada, S.HI., S.Psi., M.Si Program Studi Psikologi Freud (1856-1939) Pendekatan Dinamis Dinamakan juga : Energi psikis, energi dorongan,
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelaahan novel yang diawali dari analisis struktur novel yang terdiri atas tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran,
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian I Humanistic Psychoanalysis
Modul ke: Psikologi Kepribadian I Humanistic Psychoanalysis Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Eric Fromm Pandangan Eric Fromm: Keberadaan manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun
Lebih terperinciPENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI
PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI Pendekatan Psikoanalisa Tokoh : Sigmund Freud Lahir di Moravia, 6 Mei 1856. Wafat di London, 23 September 1939 Buku : The Interpretation of Dreams (1900) Tokoh
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung
Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi
MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 06 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan teori attachment
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Psikologi Perkembangan 1
MODUL PERKULIAHAN Psikologi Perkembangan 1 Sigmund Freud Fakultas Fakultas Psikologi Program Tatap Kode Studi Muka MK Disusun Oleh Psikologi 08 Luh Mea Tegawati, M.Psi.Psi. Rizki Dawanti, M.Psi, Psi Abstract
Lebih terperinciPSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa
PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Psikoanalisa Sigmund Freud 3 sumber utama yang mempengaruhi gerakan Psikonalisa: 1. Ketidaksadaran Mental events mulai dari yang sama sekali tidak disadari sampai yang jelas disadari.
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya
BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray
Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Pandangan Murray sangat holistik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan
Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Struktur Kepribadian Dinamisme (the
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian
MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 09 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai pembahasan teori
Lebih terperinciTeori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI
Modul ke: 08 Wahidah Fakultas PSIKOLOGI Teori Sigmund Freud Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual Fitriani, S. Psi., MA. Program Studi PSIKOLOGI Bagian Isi Apa itu Kepribadian?
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
Lebih terperinciPsikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy
Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy
Lebih terperinciPandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds
Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (precon scious), dan
Lebih terperinciCarl Jung. Analytical Psychology. Asumsi
Carl Jung Analytical Psychology Asumsi Fenomena yang berhubungan dengan kekuatan gaib atau magis (Occult) yang diturunkan oleh leluhur bisa dan memang berpengaruh pada kehidupan manusia Manusai bukan hanya
Lebih terperinciPengaruh Pengasuhan dalam Keluarga Terhadap Tumbuhnya Narsisisme
Pengaruh Pengasuhan dalam Keluarga Terhadap Tumbuhnya Narsisisme Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pembentukan kepribadian seseorang. Dimulai dari keluargalah karakter seseorang dibangun
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
Lebih terperinciPsikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi
MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan mengenai pandangan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)
MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian I Trait Factor Theories
Modul ke: Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Gordon Allport: Prinsip dasar tingkah laku:
Lebih terperinciAlfred Adler. Individual Psychology
Alfred Adler Individual Psychology Manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior, suatu kondisi yang mengarah pada perasaan inferior sehingga mengakibatkan ketergantungan kepada orang lain. Manusia
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi
MODUL PERKULIAHAN AGRESI Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 61119
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di usia republik yang sudah melebihi setengah abad ini, sudah sepatutnya bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Individu akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya dan ketergantungan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI DENGAN KESEPIAN PARA ISTRI ANGGOTA TNI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 oleh : DWI BUDI UTAMI F 100 040
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi kehidupan setiap orang ialah masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak ialah masa yang membutuhkan
Lebih terperinciUNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori Gestalt telah berkembang sejak sekitar abad Ke 19. Dimulai dengan Gestalt I, kemudian berkembang terus hingga menuju ke Gestalt II. Gestalt II ini kemudian memunculkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah
Lebih terperinciAPLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA
APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA A. Pendekatan Psikoanalisis Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud pada tahun 1896. Dia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia
Lebih terperinciBERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI
BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian I
MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61101 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN. dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 77
BAB IV ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN A. Temuan Penelitian Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
Lebih terperinciPsikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi
MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik. Pada masa ini remaja tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikis, perubahan terhadap pola perilaku dan juga
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi
MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 04 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan teori dari tokoh-tokoh
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG
BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Berita mengenai kekerasan, terutama kekerasan terhadap perempuan (KtP) seakan sudah menjadi bagian sehari-hari yang dapat diketahui melalui media massa. Laporan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara
Lebih terperinciMODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek
MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Psikologi Umum 1 PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL Erik Homburger Erikson Ursa majorsy Teori perkembangan Erikson sangat dipengaruhi oleh psikoanalisa Freud. Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan
Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan tentang teori psikologi penyakit skizofrenia yang akan saya gunakan untuk membuat analisis
Lebih terperinciKarakteristik manusia komunikan. Rahmawati Z
Karakteristik manusia komunikan Rahmawati Z Kenalilah Dirimu. Pemeran utama dalam proses komunikasi adalah manusia. Sebagai psikolog, kita memandang komunikasi justru pada perilaku manusia komunikasi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciPsikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)
Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Terapi Realitas (Reality
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata
Lebih terperinciDinamika kepribadian / Prinsip Motivasional. Ego cemas karena tuntutan id dan superego. 1. Dorongan-dorongan a. Seks b. Agresi 2.
Pembentuk Kepribadian Bagaimana Kepribadian Bertindak Dijaga yang bertugas Menseleksi gambaran yang boleh masuk ke alam bawah sadar dan sadar. Hanya gambaran yang tidak memberikan rasa cemas yg lolos.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Seorang ibu yang sedang mengalami kehamilan pertama akan merasa berbeda
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Seorang ibu yang sedang mengalami kehamilan pertama akan merasa berbeda baik secara psikis maupun secara fisik. Perubahan yang terlihat jelas adalah perubahan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan
Lebih terperinciKeempat konteks ini dapat berinteraksi satu dengan lainnya dalam terbentuknya suatu perilaku
Models of child Psychopath Oleh: Dra. Elvi Andriani Y, M.si P P W F P K K K K Keempat konteks ini dapat berinteraksi satu dengan lainnya dalam terbentuknya suatu perilaku MEDICAL MODEL (Model medis): Model
Lebih terperinciPeriodisasi Perkembangan Peserta Didik
Periodisasi Perkembangan Peserta Didik Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu menjelaskan tentang periodisasi perkembangan peserta didik Indikator Mahasiswa mampu menjelaskan periodisasi perkembangan
Lebih terperinciSEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM
SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi
Lebih terperinci1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.
1. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. 2. Identifikasi: Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist &
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist & Feist, 2006), remaja
Lebih terperinciPerkembangan Emosi Pada Bayi
Perkembangan Emosi Pada Bayi Oleh Sutji Martiningsih Wibowo Sumbangan tulisan untuk Buletin Akhwat Yayasan Islam Paramartha Pilihan topik bahasan kali ini adalah Perkembangan emosi pada bayi yang mungkin
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
MODUL PERKULIAHAN Perkembangan Sepanjang Hayat Adolescence: Perkembangan Psikososial Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 03 61095 Abstract Kompetensi Masa remaja merupakan
Lebih terperinciPsikologi Konseling Konseling Analisis Transaksional
Modul ke: Psikologi Konseling Konseling Analisis Transaksional Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Analisis Transaksional (TA): Model
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang
Lebih terperinciPsikoanalisa. CG. Jung
Psikoanalisa CG. Jung KEPRIBADIAN Keseluruhan pikiran, perasaan, dan tingkah laku, baik sadar maupun tidak sadar. Kepribadian ini berfungsi untuk membimbing orang menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia adalah kecemasan neurotik. yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra muncul sebagai pengungkapan apa yang telah dialami dan dilihat oleh pengarang. Oleh karena itu, karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup
Lebih terperinciBAB. V KESIMPULAN DAN SARAN
137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja akhir merupakan rangkaian terakhir dalam rentang perkembangan remaja yang berkisar antara usia 18-21 tahun (Steinberg, 1993). Masa remaja dikatakan sebagai peralihan
Lebih terperinciCARL GUSTAV JUNG (PSIKOANALITIK)
CARL GUSTAV JUNG (PSIKOANALITIK) Carl Gustav Jung dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswyl (Switzerland) dan wafat pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht (Switzerland). Dimasa kanak-kanak Jung sudah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EMOSI. Sunardi, PLB FIP UPI
PERKEMBANGAN EMOSI Sunardi, PLB FIP UPI PERKEMBANGAN EMOSI Mar at, 2006 Berlangsung sejak lahir sampai dewasa, tetapi untuk memahami secara pasti mengenai emosi bayi adalah amat sukar. Mengapa? Informasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa terjadinya banyak perubahan. Remaja haus akan kebebasan dalam memutuskan dan menentukan pilihan hidupnya secara mandiri. Erikson (dalam
Lebih terperinciErikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai
Teori Psikososial, Erik Erikson ( 1902-1994 ) Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai manusia tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada
144 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian secara mendalam peneliti membahas mengenai self
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI TERKAIT. di bedakan menjadi sebagai berikut: (Sarwono, 2009)
BAB II TINJAUAN TEORI TERKAIT A. Teori Terkait i. Teori Para Ahli Oleh para ahli, tahap tahap perkembangan anak di bedakan menjadi sebagai berikut: a. Perkembangan Emosi (John Piaget ) (Sarwono, 2009)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh
Lebih terperinciAvoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling)
Avoiding Reality in Counseling (Menghindari Realita Dalam Konseling) Oleh: Rahayu Ginintasasi JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2008 Avoiding Reality in
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS I. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS 1. DEFINISI Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu
Lebih terperinci