KATA PENGANTAR. Mudah-mudahan laporan ini bermanfaat. Terima kasih. Jakarta, 17 February 2003,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Mudah-mudahan laporan ini bermanfaat. Terima kasih. Jakarta, 17 February 2003,"

Transkripsi

1 1

2 KATA PENGANTAR Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja (Adolescent Reproductive Health-ARH) adalah salah satu area dalam bidang Kesehatan yang mendapat perhatian berbagai pihak. Seiring dengan makin besar dan luasnya permasalah Kesehatan Reproduksi rema ja maka kita dituntut untuk memberikan pelayanan informasi tentang Kesehatan Reproduksi remaja yang benar dan seluas -luasnya. Salah strategi agar program ini dapat tepat sasaran dan fokus adalah dengan mengadakan Need Assessment terhadap issue Kesehatan Reproduksi Remaja. Kegiatan ini juga tercantum di dalam Project Document INS/06/01/03 yang merupakan kerja sama dengan UNFPA dan BKKBN. Dengan demikian, maka intervensi program ini akan tepat guna, tepat sasaran dan fokus pada permasalahan yang ada. Meskipun Need Assessment ini baru dilakukan di lima kota (Palembang, Cirebon, Tasikmalaya, Singkawang dan Kupang) tetapi hasil ini diharapkan dapat menjadi titik tolak terhadap studi sejenis atau pelaksanaan program-program Kesehatan Reproduksi Remaja. Hasil ini telah beberapa kali mengalami perbaikan berkaitan dengan isi dan data. Oleh sebab itu kami sadar bahwa hasil ini belum baik. Semua masukan dan saran akan sangat berguna untuk perbaikan laporan ini. Terima kasih kepada Pusat Kajian Kebijakan dan Pendidikan Politik, Yayasan Bhakti Nusantara (di Palembang); LPPPM Universitas Swadaya Gunung Jati (di Cirebon); Lembaga Penelitian Universitas Siliwangi (di Tasikmalaya); Unit Pelatihan Kesehatan Pontianak (di Singkawang) dan Yayasan Bina Insan Mandiri (di Kupan g) yang telah membantu pelaksanaan Needs Assessment di masing-masing daerah. Juga kepada para pelaksana Needs Assessment di lima Youth Center di lima kota tersebut. Terima kasih juga kepada Tim Penyusun laporan ini sehingga laporan ini dapat dieselesaikan sesuai jadwal. Terima kasih juga kepada Bapak Eddy Hasmi dan staf dari Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi, BKKBN atas masukan Bapak/Ibu. Kemudian penghargaan bagi Bapak Nesim Tumkaya dan Ibu Farida Sarkawi dari UNFPA atas dukungannya selama ini. Mudah-mudahan laporan ini bermanfaat. Terima kasih Jakarta, 17 February 2003, Dr. Zarfiel Tafal,MPH Direktur Pelaksana Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia 2

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...1 DAFTAR ISI...2 DAFTAR TABEL...4 DAFTAR DIAGRAM...5 BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian Tujuan Khusus Penelitian Kegunaan Penelitian Lokasi Penelitian Metodologi Penelitian Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Populasi, Teknik Sampling dan Jumlah Sampel Analisa Data Kelemahan Penelitian...14 BAB II. REMAJA DAN PERMASALAHAN KESEHATAN REPRODUKSI Kesehatan Alat-alat Reproduksi Hubungan dengan Pacar Masturbasi Hubungan Seksual sebelum Menikah Kehamilan yang Tidak Dikehendaki Aborsi Penyakit Menular Seksual...21 BAB III. PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI, KELUARGA BERENCANA DAN JENDER Profil Responden Karakteristik Responden Latar Belakang Keluarga Responden Pengetahuan Dasar Tentang Kesehatan Reproduksi Pengetahuan Responden Tentang Ciri Kematangan Seksual Laki-laki dan Perempuan Pengetahuan Responden Tentang Masa Subur Sumber Informasi Tentang Pengetahuan Dasar Kesehatan Reproduksi Tempat Pelayanan Kontrasepsi Resiko Reproduksi Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS Aborsi Hubungan Seksual Sebelum Menikah Perilaku Resiko

4 3.5 Kontrasepsi Keluarga Berencana Gender...45 B AB IV. KEBUTUHAN REMAJA TERHADAP MEDIA INFORMASI DAN PUSAT PELAYANAN REMAJA Kebutuhan Remaja Terhadap Media Informasi Pandangan Tentang Pusat Pelayanan Remaja (PPR) Kebutuhan akan Pusat Pelayanan Remaja Pusat Pelayanan Remaja Yang Dianggap Ideal Jenis Pelayanan Pusat Pelayanan Remaja Yang Disukai...53 BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi...61 DAFTAR PUSTAKA...62 LAMPIRAN 4

5 DAFTAR TABEL TABEL 1. KELOMPOK SAMPEL DAN JUMLAH RESPONDEN...13 TABEL 2. SEBARAN JENIS KELAMIN RESPONDEN...13 TABEL 3. SEBARAN SAMPEL KELOMPOK B T ERHADAP LOKASI PENELITIAN...14 TABEL 4. SEBARAN USIA RESPONDEN...23 TABEL 5. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN RESPONDEN...24 TABEL 6. SEBARAN AGAMA YANG DIANUT RESPONDEN...24 TABEL 7. STATUS TEMPAT TINGGAL RESPONDEN...24 TABEL 8. UANG SAKU RESPONDEN PER BULAN...25 TABEL 9. PENDIDIKAN AYAH RESPONDEN...25 TABEL 10. P ENDIDIKAN IBU RESPONDEN...26 TABEL 11. P EKERJAAN AYAH RESPONDEN...27 TABEL 12. P EKERJAAN IBU RESPONDEN...27 TABEL 13. P ENGHASILAN RATA -RATA ORANG TUA RESPONDEN DALAM SATU BULAN...28 TABEL 14. P ENGETAHUAN RESPONDEN TENTANG MASA SUBUR...30 TABEL 15. P ENGALAMAN RESPONDEN BERPACARAN...36 TABEL 16. USIA PERTAMA KALI PACARAN...36 TABEL 17. P ERNAH/TIDAKNYA RESPONDEN MENGGUNAKAN MEDIA PORNOGRAFI...37 TABEL 18. P ERNAH/TIDAKNYA RESPONDEN MELAKUKAN ONANI/MASTURBASI...38 TABEL 19. FREKUENSI MELAKUKAN O NANI/MASTURBASI...38 TABEL 20. P ENGALAMAN RESPONDEN MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL...39 TABEL 21. FREKUENSI MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL...39 TABEL 22. P ENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI...40 TABEL 23. T EMPAT MENDAPATKAN ALAT KONTRASEPSI...41 TABEL 24. T INDAKAN YANG DILAKUKAN JIKA TERJADI KEHAMILAN...42 TABEL 25. P ENGERTIAN RESPONDEN TENTANG KELUARGA...43 TABEL 26. USIA IDEAL LAKI-LAKI UNTUK MENIKAH...44 TABEL 27. USIA IDEAL PEREMPUAN UNTUK MENIKAH...44 TABEL 28. P ENCARI NAFKAH DALAM KELUARGA...45 TABEL 29. TANGGUNG JAWAB PENGASUHAN, PENDIDIKAN DAN PERAWATAN ANAK DALAM KELUARGA...46 TABEL 30. P ERBEDAAN ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN...47 TABEL 31. P ERSEPSI TENTANG WANITA MENGUNGKAPKAN CINTA...47 TABEL 32. ACARA RADIO YANG DIGEMARI REMAJA...49 TABEL 33. MEDIA CETAK YANG DIGEMARI REMAJA...49 TABEL 33. STASIUN RADIO YANG PALING POPULER...50 TABEL 34. KLINIK YANG MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA REMAJA...54 TABEL 35. T EMPAT NONGKRONG TERPOPULER MENURUT RESPONDEN

6 DAFTAR DIAGRAM Diagram 1. Pengalaman Berhubungan Seksual...38 Diagram 2. Penggunaan Alat Kontrasepsi...39 Diagram 3. Tindakan jika Menghadapi kehamilan yang Tidak Dikehendaki...41 Diagram 4. Pengalaman Menggunakan Jasa Pusat Pelayanan Remaja...50 Diagram 5. Kebutuhan akan Pusat Pelayanan Remaja

7 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Pada masa tersebut seperti pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan baik fisik, mental maupun peran sosial. Masa remaja seringkali disebut sebagai masa yang kritis sehingga jika pada masa ini remaja tidak mendapatkan bimbingan dan informasi yang tepat maka seringkali terjadi masalah yang bisa mempengaruhi masa depan mereka. Kena kalan remaja merupakan istilah yang dikaitkan dengan perilaku remaja yang bertindak tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat. Seks bebas dan kehamilan di kalangan remaja merupakan salah satu contoh realita perilaku remaja di bidang seksual. Hal ini ditambah dengan terbatasnya pengetahuan mereka tentang sistem reproduksi, seringkali menyebabkan perbuatan coba-coba karena ingin tahu mereka membuahkan kehamilan yang tidak direncanakan. Kehamilan seperti ini sering mengarah kepada tindakan lebih jauh, yaitu tindakan aborsi. Resiko lain yang dihadapi remaja adalah tertular Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS. Sampai saat ini tidak ada data di Indonesia yang berskala nasional tentang prevalensi hubungan seksual sebelum menikah (premarital sex) di kalangan remaja. Namun sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Kusuma Buana dan BKKBN pada tahun 1993 yang dilaksanakan di beberapa daerah menunjukkan adanya jumlah yang signifikan, yaitu antara 10,3 % responden di 12 kota pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 1999 oleh Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LD-UI) di 35 kota menunjukkan bahwa 35% responden di 4 propinsi pernah melakukan hubungan tersebut. Angka tersebut diperoleh dari prosentase remaja laki -laki dan perempuan yang mempunyai teman yang telah aktif secara seksual (sexually active). Sedangkan jumlah responden yang telah aktif secara seksual jumlahnya lebih kecil, yaitu 3,4% pada remaja laki -laki dan 2,3% pada remaja perempuan. Sayangnya selain kedua penelitian tersebut tidak ada penelitian lain yang bisa membandingkan pergerakan data -data tersebut. Namun ada peningkatan jumlah remaja yang sudah berhubungan seksual sebelum menikah sejalan dengan pesatnya perubahan di bidang sosial dan demografi seperti (a) rapuhnya daya dukung sosial dan keluarga; (b) paparan informasi yang begitu terbuka khususnya mengenai seksualitas; (c) semakin panjangnya masa antara usia kematangan seksual dengan usia menikah serta (d) 7

8 semakin banyaknya jumlah remaja yang hidup berpisah dari orang tua dan keluarga mereka dengan tujuan mencari pekerjaan dan menuntut pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Project Agreement, The United Nations Populations Fund, 2001, p. 3) Demikian pula belum banyak penelitian yang komprehensif dan berskala nasional pernah dilakukan di Indonesia mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan reproduksi remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Universitas Indonesia pada tahun 1999 di 4 propinsi menunjukkan bahwa ada keinginan di antara sebagian besar responden untuk menunda kehamilan setelah menikah, mempunyai keluarga kecil dengan jumlah anak rata -rata 2,5 dan menjaga jarak antara kelahiran anak selama 4 tahun. Namun di sisi lain, penelitian yang sama menunjukkan bahwa keinginan mereka tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai berkenaan dengan kesehatan reproduksi. Hanya 50,3% remaja laki-laki dan 57,7% remaja perempuan yang tahu bahwa kehamilan dapat terjadi meskipun hubungan seksual hanya dilakukan satu kali. Sangat sedikit responden (antara 0,9% sampai 30,8%) yang mengetahui dengan baik tentang kapan masa subur berlangsung. (UNFPA, 2001) Terbatasnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi telah meningkatkan resiko terjadinya kehamilan yang tida k diinginkan (unwanted pregnancy) yang dapat mengarah pada dilakukannya tindakan aborsi. Walaupun aborsi dianggap sebagai tindakan ilegal di Indonesia, namun angka terjadinya aborsi mencapai sampai kejadian per tahun. Sungguh bukan angka yang kecil. Antara 40 sampai 50% (sebagian besar adalah aborsi yang tidak aman) dilakukan oleh remaja perempuan. Aborsi biasanya dilakukan secara terselubung tanpa ada jaminan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan termasuk tata laksana penanganan komplikasi akibat aborsi. Hanya sedikit lembaga di Indonesia yang secara profesional menyediakan pelayanan aborsi dan sedikit pula lembaga yang mampu memberikan pelayanan pengaturan haid (menstrual regulation) berkualitas termasuk bagi remaja yang belum menika h. (UNFPA, 2001) Penderita HIV/AIDS yang dilaporkan oleh Departemen Kesehatan pada bulan September tahun 2000 sebagian besar berusia di bawah 20 tahun dan antara tahun. Sebagian besar dari mereka tertular karena melakukan hubungan seksual secara tidak aman (unsafe sexual behaviours) dan melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian. (UNFPA, 2001) Beberapa studi yang pernah dilakukan (Lembaga Demografi Universitas Indonesia, tahun 1999) menunjukkan sedikitnya pengetahuan yang dimiliki remaja tentang Penyakit Menular Seksual, selain HIV dan AIDS. Data yang ada menunjukkan bahwa sekitar 50% responden pernah mendengar tentang HIV/AIDS, namun hanya sedikit sekali yang tahu dengan benar cara - cara mencegah penularan HIV/AIDS, yaitu (a) hanya berhubungan seksual dengan pasangan tetap (18%); (b) menggunakan kondom saat behubungan seksual (4%) dan (c) menggunakan alat suntik yang steril (9,4%). Pengetahuan mereka tentang cara untuk mencegah penularan 8

9 PMS-pun sangat rendah. Hanya 14% responden yang menjawab berhubungan seksual dengan pasangan tetap dan hanya 5% yang menyebutkan menggunakan kondom. (UNFPA, 2001) Krisis berkepanjangan yang melanda Indonesiapun telah memaksa banyak remaja dari kelompok miskin terjun ke dunia prostitusi. Krisis juga menyebabkan pasangan usia muda tidak mampu menjangkau pelayanan kontrasepsi. Jumlah pasangan muda yang tidak menggunakan alat kontrasepsi meningkat dari 4% sebelum krisis menjadi 12% setelah terjadinya krisis. (UNFPA, 2001) Kesadaran remaja akan kesetaraan jender dalam segala aspek kehidupanpun tidak memadai. Lebih dari 80% responden remaja berpendapat bahwa pendidikan bagi anak laki -laki harus dinomorsatukan dibandingkan anak perempuan, terutama jika terdapat keterbatasan sumber daya. Remaja laki-laki berpendapat bahwa dalam hal kesempatan kerja dan sekolah perlu dibedakan antara laki -laki dan perempuan, dan dalam menentukan jumlah anak dan tanggungjwab dalam keluarga. Tujuh puluh lima persen responden berpendapat bahwa tugas istri adalah untuk memenuhi kebutuhan seksual suami. (UNFPA, 2001) Walaupun tingkat kebutuhan akan hak-hak kesehatan reproduksi remaja demikian tinggi, serta adanya pandangan-pandangan yang keliru tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi, namun pelayanan dan konseling yang berkaitan dengan hal tersebut belum sepenuhnya dapat diterima oleh masyarakat. Menyediakan pelayanan seperti ini dianggap justru membangkitkan keingintahuan remaja sehingga bisa mengakibatkan remaja bertindak aktif secara seksual. Mayoritas masyarakat berpendapat bahwa cara efektif untuk mengurangi hubungan seksual sebelum menikah adalah dengan menutup segala akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, disamping memperkuat peran keluarga, moral dan nilai-nilai agama. Di sisi yang lain, beberapa penelitian justru menunjukkan hal yang sebaliknya. Remaja dengan akses yang baik pada informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi akan mempunyai pengetahuan yang sangat baik dan ini mencegah mereka melakukan aktivitas seksual yang tidak bertanggungjawab (UNFPA, 2001). Jadi dengan memperluas akses informasi tentang seksualitas dan Kesehatan reproduksi yang benar dan jujur bagi remaja akan membuat remaja makin sadar akan tanggung jawab prilaku reproduksinya. Lebih lanjut maka remaja akan mampu (empowered) dalam membuat keputusan dalam perilaku reproduksi mereka. (Zarfiel Tafal, 2000) Salah satu lembaga di Indonesia yang peduli terhadap persoalan yang dihadapi remaja seperti yang telah diungkap beberapa penelitian di atas adalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). PKBI telah lama, yaitu sejak awal tahun an menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah remaja, antara lain ketidaktahuan mereka tentang kesehatan reproduksi. Telah banyak proyek remaja yang dilaksanakan oleh PKBI, antara lain dengan menyediakan berbagai jenis pelayanan, pemberian informasi dan edukasi kepada remaja 9

10 (melalui ceramah, diskusi, seminar maupun kursus-kursus) yang kemudian berkembang lagi dengan menyediakan pelayanan konseling (Chatarina Wahyurini, et.al.). Pusat Pelayanan Remaja (You th Center) sendiri pertama kali didirikan di Jakarta pada tahun 1992 dengan nama Centra Mitra Muda (CMM). Program ini pertama kali didanai oleh Pathfinder Fund selama dua tahun dan selanjutnya didanai sepenuhnnya oleh International Planned Parenthood Federation (IPPF). Pada tahun 1993, program yang sama mulai dikembangkan di PKBI Daerah Sumatera Utara dam Jawa Barat. Sedangkan tahun 1995 dengan bantuan dana dari Vision Two Thousand Fund (VTF) mulai dikembangkan pula di PKBI Daerah Bali, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Selanjutnya, setiap tahun selalu saja ada penambahan Youth Center di daerah baru (Chatarina Wahyurini, et.al.). Pada saat ini Pusat pelayanan Remaja telah berdiri di seluruh wilayah operasi PKBI yang mencakup 25 propinsi di Indonesia (Tafal, 2001). Youth Center didirikan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan remaja mengenali, memahami dan mengatasi permasalahan kesehatan reproduksi. Pada tahun 2001 dengan bantuan dari United Nations Populations Fund (UNFPA), PKBI akan mengembangkan lagi beberapa Pusat Pelayanan Remaja di Kupang, Palembang, Singkawang, Cirebon dan Tasikmalaya. Supaya Youth Center dapat berfungsi secara tepat dan optimal maka pengelola Youth Center harus terlebih dulu mendefinisikan secara tepat kebutuhan, kondisi dan situasi, pengetahuan, sikap dan perilaku reproduksi sehat remaja. Needs assessment ini dilakukan untuk menjembatani kesenjangan informasi tentang kehidupan remaja dalam konteks kesehatan reproduksi. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui: 1. Pengetahuan, sikap dan perilaku reproduksi sehat remaja SLTA dan Perguruan Tinggi. 2. Kebutuhan dan harapan tentang strategi dan media KIE yang sesuai bagi remaja sebagai media komunikasi dan informasi, untuk kelompok umur tahun, baik yang berada di sekolah, maupun bekerja di pabrik maupun industri kecil. 3. Kebutuhan dan harapan akan lokasi, pelayanan, dan personnel Youth Center. 4. Mendapatkan informasi tentang latar belakang dan karakteristik psikologi, sosial dan ekonomi remaja SLTA dan Perguruan Tinggi serta pekerja pabrik. 10

11 1.2.2 Tujuan Khusus Penelitian Tujuan khusus penelitian adalah untuk memahami kesehatan reproduksi remaja melalui gambaran tentang : 1. Kesehatan reproduksi Aspek pengetahuan Mendapatkan informasi tentang seberapa jauh pengetahuan remaja terhadap: (a) fungsi anatomi; (b) proses reproduksi; (c) mitos diseputar seksualitas; (d) resiko reproduksi (KTD, AIDS, dll); (e) perilaku sex beresiko; (f) gender; (g) kontrasepsi dan (h) Keluarga Berencana Aspek sikap Mendapatkan informasi tentang sikap remaja terhadap: (a) proses reproduksi; (b) mitos diseputar seksualitas; (c) resiko reproduksi (KTD, AIDS, dll); (d) perilaku sex beresiko; (e) gender; (f) kontrasepsi dan (g) Keluarga Berencana Aspek perilaku Mendapatkan informasi tentang perilaku remaja berkaitan dengan: (a) fungsi anatomi; (b) mitos diseputar seksualitas; (c) perilaku sex beresiko; (d) perilaku sex; (e) gender; (f) kontrasepsi dan (g) Keluarga Berencana 2. Kebutuhan dan harapan akan KIE Mendapatkan informasi tentang kondisi aktual dan harapan remaja berkaitan dengan : (a) media/sumber informasi yang memuat masalah seksualitas; (b) metode penyampaian informasi masalah seksualitas 3. Kebutuhan dan harapan terhadap Youth Center Mendapatkan pemahaman tentang kebutuhan dan keinginan remaja akan Youth Center ditinjau dari (a) lokasi; (b) bentuk layanan / fasilitas; (c) karakter petugas/staf; (d) waktu layanan; (e) lay out / tata ruang; (f) promosi dan harga pelayanan. 1.3 Kegunaan Penelitian Needs assessment ini digunakan sebagai masukan dalam rangka merancang dan melaksanakan proyek agar sesuai dengan lingkungan setempat serta kebutuhan dan keinginan remaja yang menjadi sasaran (target group), misalnya bagaimana merancang suatu Pusat 11

12 Pelayanan Remaja yang bersahabat, menentukan stasiun radio lokal yang akan dilibatkan dalam proyek, menentukan lokasi yang efektif untuk menyebarkan materi KIE, dan lain-lain. 1.4 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lima kota, yakni Kupang di Nusa Tenggara Timur, Palembang di Sumatera Selatan, Singkawang di Kalimantan Barat serta Cirebon dan Tasikmalaya di Jawa Barat. 1.5 Metodologi Penelitian Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil pengumpulan data di lapangan serta data sekunder yang diperoleh dari hasil - hasil penelitian terdahulu, liputan media massa, serta dokumen-dokumen penting seperti Pedoman Proyek milik Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan beberapa cara yaitu : (i) wawancara berstruktur yaitu dengan menggunakan kuesioner, (ii) wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara serta (iii) Focus Group Discussion dengan menggunakan pedoman diskusi Populasi, Teknik Sampling dan Jumlah Sampel Populasi dari penelitian ini adalah orang muda yang berusia antara tahun yang berdiam di Kupang, Palembang, Singkawang, Cirebon dan Tasikmalaya. Penentuan sampel dilakukan secara Purposive Random Sampling, dimana sampel diambil secara acak dari suatu kelompok yang dipilih dengan sengaja. Dalam hal ini, kelompok yang dipilih untuk mewakili populasi remaja adalah, kelompok remaja yang masih duduk di bangku sekolah, duduk di Perguruan Tinggi serta remaja pekerja (di Tasikmalaya). Penentuan sampel ini terkait erat dengan target group (kelompok sasaran) dari tiap-tiap Pusat Pelayanan Remaja di daerah masing -masing. Misalnya saja, Pusat Pelayanan Remaja di Palembang menetapkan kelompok mahasiswa sebagai kelompok sasarannya sehingga juga mengambil sampel dari kalangan mahasiswa. Jumlah seluruh sampel dalam penelitian ini adalah orang, yang terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu Sampel Kelompok A, Sampel Kelompok B, Sampel Focus 12

13 Group Discussion dan Sampel Indepth Interview. Seluruh sampel diambil dari populasi yang sama. Jumlah sampel yang diambil untuk mengetahui pengetahuan dasar tentang kesehatan reproduksi, resiko reproduksi dan perilaku beresiko berjumlah orang. Kelompok sampel ini disebut Sampel Kelompok A. Selain orang responden yang diwawancarai untuk mengetahui pengetahuan dasar tentang kesehatan reproduksi, resiko reproduksi dan perilaku beresiko, dilakukan pula wawancara tambahan terhadap 900 orang responden untuk menggali kebutuhan remaja terhadap media informasi serta pandangan terhadap Pusat Pelayanan Remaja. Kelompok sampel ini disebut sebagai Sampel Kelompok B. Informasi yang diperoleh dari kedua kelompok ini bersifat saling melengkapi. Mengapa penelitian ini menggunakan dua kelompok sampel. Penyebabnya karena saat analisa data, ternyata ada hal-hal yang belum tercakup dalam angket yang digunakan. Untuk memperoleh data yang diinginkan, harus dilakukan wawancara kembali. Karena di lapangan para petugas lapangan menemui kesulitan untuk menjumpai kembali responden yang telah diwawancarai, maka diambil sampel baru dari populasi yang sama untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam, dilakukan wawancara mendalam serta Focus Group Discussion yang masing -masing melibatkan 100 orang responden, di samping responden Sampel Kelompok A dan Sampel Kelompok B. Tabel 1. Kelompok Sampel dan Jumlah Responden Kelompok Sampel Jumlah Responden Sampel Kelompok A Sampel Kelompok B 900 Sampel Focus Group Discussion 100 Sampel Indepth Interview 100 TOTAL Sampel Kelompok A terdiri dari 684 orang laki-laki dan 695 orang perempuan. n = Jenis Kelamin Responden Tabel 2. Sebaran Jenis Kelamin Responden Kupang Palem bang Cirebon Singkawang Tasikmalaya F % Laki -laki ,6 Perempuan ,4 JUMLAH Sumber : data primer 13

14 bawah ini. n = 900 0Jumlah Sampel Kelompok B per daerah penelitian dapat dilihat dalam tabel di Tabel 3. Sebaran Sampel Kelompok B Terhadap Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian Jumlah responden % Sumber : data primer Kupang ,11 Palembang ,22 Singkawang ,22 Cirebon ,22 Tasikmalaya ,22 JUMLAH Analisa Data Data yang berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data ditampilkan dalam bentuk tabel frekuensi sederhana serta diberikan narasi. Pada beberapa bagian dari kuesioner, para responden dibol ehkan memberi lebih dari satu jawaban. 1.7 Kelemahan Penelitian Penelitian ini disadari mengandung beberapa kelemahan. Kelemahan -kelemahan tersebut antara lain adalah : (a) Penelitian yang dilakukan di lima lokasi mempunyai perbedaan satu sama lain. Hal ini menjadi kendala tersendiri dalam proses merangkum seluruh hasil penelitian tersebut. (b) Kelemahan lain adalah data kualitatif yang tercantum dalam laporan penelitian per daerah sangat kurang sehingga tidak dapat dikutip untuk dimasukkan ke dalam rangkuman hasil penelitian ini. (c) Dalam proses merangkum hasil penelitian ini, tidak dilakukan observasi di lapangan dan hanya dilakukan berdasarkan laporan penelitian per daerah. Hal ini menyebabkan beberapa aspek tidak tergali secara mendalam. 14

15 BAB II. REMAJA DAN PERMASALAHAN KESEHATAN REPRODUKSI Remaja dan permasalahannya akhir-akhir ini selalu menjadi sorotan, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Kebanyakan permasalahan timbul akibat ketidaktahuan remaja terhadap sistem dan proses reproduksi yang sebenarnya merupakan bagian integral dalam kehidupan mereka. Penelaahan terhadap artikel-artikel yang dimuat di media cetak serta pertanyaan - pertanyaan yang diajukan seputar kesehatan reproduksi remaja yang antara lain diajukan pada pengasuh rubrik Curhat (yang diasuh oleh Perkumpulan keluarga Berencana Indonesia) dalam Harian Kompas yang terbit setiap hari Jum at, sejak bulan Maret 2001 sampai dengan bulan April 2002 memperlihatkan bahwa persoalan terbanyak yang dihadapi remaja adalah (1) seputar kesehatan alat-alat reproduksi; (2) hubungan dengan pacar; (3) masturbasi; (4) masalah hubungan seksual sebelum menikah; (5) kehamilan yang tidak diinginkan; (6) aborsi dan (7) penyakit menular seksual; 2.1 Kesehatan Alat-alat Reproduksi Masalah kesehatan umum yang dikemukakan para remaja kepada pengasuh Rubrik Curhat tersebut cukup luas cakupannya. Masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi kesehatan alat-alat reproduksi reproduksi ini menyentuh remaja perempuan juga remaja laki-laki. Masalah-masalah yang dihadapi remaja perempuan antara lain adalah: (a) payudara mengeluarkan cairan, (b) benjolan pada payudara, (c) masalah seputar haid (nyeri haid dan haid yang tidak teratur), (d) keputihan, dan (e) infeksi saluran reproduksi. Selain itu juga diajukan pertanyaan-pertanyaan seputar siklus haid, waktu terjadinya masa subur, masalah keperawanan dan masalah jerawat. Masalah-masalah yang berkenaan dengan kesehatan alat-alat reproduksi yang dihadapi oleh remaja laki-laki antara lain adalah masalah bentuk dan ukuran penis, jumlah testis tidak lengkap dan hernia scrotalis. Semua masalah ini membuat penderitanya merasa cemas. Cemas tidak dapat mempunyai anak di kemudian hari, cemas tidak dapat membahagiakan istri, cemas tidak dapat menyusui anaknya di kemudian hari dan gelisah karena merasa dirinya mengidap penyakit tertentu dan tidak normal. Kecemasan ini terlihat antara lain pada seorang remaja yang menderita keputihan ( Keputihan yang Memusingkan, Harian Kompas, 15 Juni 2001, hlm. 34), Apakah keputihan itu wajar? (hanya keluar saat buang air besar? apakah keputihan seperti itu dapat menyebabkan kemandulan, rusaknya selaput dara dan 15

16 tidak boleh melakukan hubungan seks karena bisa menular? Apakah penderita keputihan harus operasi caesar saat melahirkan? Seorang remaja perempuan berusia 26 tahun yang haidnya tidak teratur dan juga mengalami keputihan merasa gundah dan mengajukan pertanyaan sebagai berikut, ( Kalau Sering Telat Bulan, Harian Kompas, 19 Oktober 2001, hlm. 38) Apakah ini akan mengganggu kehamilan saya setelah menikah? Apakah keputihan saya ini berbahaya? Kadang saya merasa haid saya belakangan ini lebih sedikit daripada waktu saya usia belasan tahun. Apakah ada kemungkinan saya akan mengalami menopause dini atau sejenis penyakit berbahaya berhubung dengan ketidakteraturan haid ini? Seorang remaja laki-laki yang mempunyai satu testis mengemukakan, Apakah seorang cowok yang hanya mempunyai satu buah pelir, kalo udah menikah bisa mempunyai anak? Apakah ini bisa diobati, karena terjadi sudah b egitu adanya (sejak kecil) ( Cemas, Testis Cuma Satu, Harian Kompas, 16 Agustus 2001, hlm. 45). Seorang remaja laki-laki lainnya, sebut saja, namanya R di Bandung menulis, Apakah penis yang sedang ereksi harus tegak lurus (seperti besi, benar-benar lurus?) Kalau agak bengkok sedikit bagaimana? apakah ini merupakan kelainan? ( Sekitar Bulu yang Tak Tumbuh, Harian Kompas, 31 Agustus 2001, hlm. 38). 2.2 Hubungan dengan Pacar Persoalan-persoalan yang mewarnai hubungan dengan pacar adalah masalah kekerasan oleh pacar, tekanan untuk melakukan hubungan seksual, pacar cemburuan, pacar berselingkuh dan bagaimana menghadapi pacar yang pemarah. Tindakan seseorang dapat digolongkan sebagai tindak kekerasan dalam percintaan bila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan disakiti dengan apa yang telah dilakukan pasangannya, baik dalam hubungan suami-istri atau pada hubungan pacaran. (Guntoro Utamadi, Kekerasan Dalam Pacaran, Harian Kompas, 4 Mei 2001, hlm. 37). Seorang gadis melalui suratnya menyampaikan bahwa setelah berpacaran selama 5 tahun pacarnya telah dua kali bertindak kasar padanya. Perlakuan kasar pertama yang dialaminya adalah didorong ke dinding dan yang kedua adalah bajunya ditarik-tarik hingga sobek. saya sadar bahwa saya tidak sempurna. Tetapi karena kejadian kemarin, saya takut bila rencana pernikahan tetap dijalankan, suatu saat saya pasti akan mengalami perlakuan kasar untuk ketiga, keempat, kelima dan seterusnya. Apakah hubungan ini masih tetap saya pertahankan? ( Kamu kok Kasar Sih?, Harian Kompas, 4 Mei 2001, hlm. 37) 16

17 Bentuk kekerasan lain adalah paksaan untuk melakukan hubungan seksual. Simak saja surat yang dilayangkan seorang pelajar perempuan kelas III SMU di Tangerang beberapa waktu yang lalu dengan sangat terpaksa telah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya. Hubungan ini terjadi akibat desakan dan tekanan terus menerus dari pacarnya. Perbuatan itu membuatnya sangat tertekan dan merasa berdosa, namun ia tidak dapat berbuat apa -apa karena selain takut kehilangan pacarnya, teman-temannya juga banyak yang melakukan hal yang sama. Apa yang harus aku lakukan? Aku takut berdosa dan takut hamil., demikian isi salah satu surat yang ditujukan pada Rubrik Curhat pada Harian Kompas yang diasuh oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. ( Aku Takut Hamil, Harian Kompas, 2 Maret 2001, hlm. 35). 2.3 Masturbasi Masturbasi atau onani adalah salah satu cara yang dilakukan jika seseorang tidak mampu mengendalikan dorongan seksual yang dirasakannya. Jika dibandingkan dengan melakukan hubungan seksual, maka onani dapat dikatakan mengandung resiko yang lebih kecil bagi pelakunya untuk menghadapi kehamilan yang tidak dikehendaki dan penularan penyakit menular seksual. Bahaya onani adalah apabila dilakukan dengan cara tidak sehat misalnya menggunakan alat yang bisa menyebabkan luka atau infeksi. Onani juga bisa menimbulkan masalah bila terjadi ketergantungan/ketagihan, bisa juga menimbulkan perasaan bersalah (Guntoro Utamadi, Harian Kompas, 25 Mei 2001). Seorang remaja laki-laki melayangkan suratnya kepada pengasuh Curhat, begini penuturannya, Dorongan Seks yang Menggebu -gebu, Harian Kompas, 18 Mei 2001, hlm. 37) Saya Benny, umur 18 tahun. Saya mengalami masalah dalam hal mengendalikan diri untuk tidak melakukan masturbasi atau onani. Setiap kali melihat gambar yang agak merangsang, misalnya gambar bioskop atau di majalah, saya langsung terangsang dan ingin melakukan onani. Kalau saya tidak melakukannya, saya bisa pusing, tidak konsentrasi dan rasanya gelisah. Bagaimana cara menghentikan kebiasaan ini? apakah saya hiperseks? Saya tidak mau terus-terusan ketagihan. Saya mulai melakukan onani saat berusia 16 tahun. Atas jawabannya saya ucapkan terima kasih. 2.4 Hubungan Seksual sebelum Menikah Cara para remaja berpacaran dewasa ini berkisar dari melakukan ciuman bibir, raba-raba daerah sensitif, saling menggesekan alat kelamin (petting) sampai ada pula yang melakukan sanggama. Dari berbagai penelitian menunjukkan perilaku seksual pada remaja mempunyai korelasi dengan sikap remaja terhadap seksualitas. Penelitian Sahabat Remaja tentang perilaku seksual di empat kota menunjukkan bahwa 3,6% remaja di kota Medan; 8,5% remaja di kota Yogyakarta; 3,4% remaja di kota Surabaya dan 31,1% remaja kota Kupang telah terlibat 17

18 hubungan seks secara aktif. Penelitian yang pernah dilakukan Pusat Penelitian Kependudukan UGM menemukan 33,5% responden laki-laki di daerah perkotaan di Bali pernah berhubungan seks, sedangkan di daerah pedesaan di Bali mencapai 23,6%. Di Yogyakarta kota sebesar 15,5% sedangkan di pedesaan 0,5%. (Tito, Potret Remaja dalam Data, Harian Kompas, 3 Agustus 2001, hlm. 38). Sebuah baseline survey di Semarang yang melibatkan 127 orang responden, yang dilakukan Pilar-PKBI Jawa Tengah yang bekerjasama dengan Tim Embrio 2000, p ada tahun 2000 di Semarang menujukkan bahwa 48% responden meraba daerah sensitif saat berpacaran, 28% responden telah melakukan petting dan 20% melakukan hubungan seksual. Yang lebih memprihatinkan adalah bahwa hubungan seks di kalangan remaja tidak dilakukan secara aman. 61,5% responden yang sudah melakukan hubungan seksual tidak menggunakan alat kontrasepsi (Guntoro Utamadi, Remaja dan Kecelakaan, Harian Kompas, 5 April 2002, hlm. 35). Perkembangan zaman juga mempengaruhi perilaku seksual dalam berpacaran para remaja. Hal ini dapat dilihat bahwa hal-hal yang ditabukan remaja pada beberapa tahun yang lalu seperti berciuman dan bercumbu, kini sudah dianggap biasa. Bahkan, ada sebagian kecil dari mereka setuju dengan free sex. Perubahan terhadap nilai ini, misalnya terjadi dengan pandangan mereka terhadap hubungan seksual sebelum menikah. Dua puluh tahun yang lalu, hanya 1,2%- 9,6% setuju hubungan seksual sebelum menikah. Sepuluh tahun kemudian angka itu naik menjadi 17% setuju, bahkan ada 12,2% remaja setuju free sex. (Tito, Potret Remaja dalam Data, Harian Kompas, 3 Agustus 2001, hlm. 42) Sebuah surat dari ST di Jakarta Barat, dapat memberikan gambaran mengenai hubungan seksual sebelum menikah, ( Aku Takluk Begitu Saja, Harian Kompas, 14 Desember 2001, hlm. 36) aku cewek yang sangat bodoh. Sampai pada waktu kenal cowokpun aku bodoh, karena mau diajak berhubungan intim sebagaimana layaknya suami-istri. Karena rayuan dan janji manisnyalah aku takluk begitu saja. Sampai berulang -ulang kejadian itu. Kami berbeda agama. Aku tahu perbuatanku sangatlah terkutuk dan melanggar hukum agama. Tetapi bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur 2.5 Kehamilan yang Tidak Dikehendaki Hubungan seksual sebelum menikah sangat beresiko terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Kasus-kasus kehamilan yang tidak dikehendaki sebagai akibat perilaku seksual di kalangan remaja makin meningkat dari tahun ke tahun. Meski angka kehamilan sebelum menikah di Indonesia sulit diketahui secara pasti, tetapi berbagai peneliti an menunjukkan bahwa besarnya angka kehamilan remaja cenderung meningkat. Konsekuensi dari kehamilan remaja ini adalah pernikahan remaja dan pengguguran kandungan. Hasil penelitian PKBI beberapa waktu yang lalu menunjukkan, bahwa di Medan, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali dan Menado 18

19 angka kehamilan sebelum menikah pada remaja dan yang mencari pertolongan untuk digugurkan meningkat dari tahun ke tahun. Sebuah perkiraan yang dibuat sebuah harian menunjukkan, setiap tahun satu juta perempuan Indonesia melakukan pengguguran dan 50% berstatus belum menikah, serta 10-15% diantaranya adalah remaja. (Tito, Potret Remaja Dalam Data, Harian Kompas, 3 Agustus 2001) Catatan konseling Sahaja menunjukkan pada tahun 1998/1999 tercatat sebesar 113 kasus kehamilan yang tidak dikehendaki, dengan catatan bahwa hubungan seksual yang pertama kali biasanya dilakukan dengan pacar (71%), teman biasa (3,5%). Inisiatif hubungan seksual dilakukan dengan pasangan (39,8%), klien (9,7%) dengan keduanya (11,5%). Sedangkan keputusan melakukan hubungan seks pertama kali terbanyak tidak direncanakan (45%), direncanakan (20,4%), dan tempat yang biasa digunakan untuk melakukan hubungan seks adalah rumah (25,7%) dan hotel (13,3%). (Tito, Potret Remaja Dalam Data, Harian Kompas, 3 Agustus 2001) Kehamilan yang tidak dikehendaki ini lebih banyak terjadi karena ketidaktahuan remaja tentang proses reproduksi atau terjadinya kehamilan. Banyak yang beranggapan bahwa melakukan hubungan seksual hanya satu kali tidak akan menyebabkan kehamilan. Salah satu bukti ketidakpahaman remaja tentang proses reproduksi dapat terlihat dari surat yang dilayangkan Tom, di Jakarta ( Seputar Seks Oral, Harian Kompas, 25 Mei 2001, hlm. 28). Beberapa teman saya ada yang kerap melakukan oral seks dan seringkali saat si pria ejakulasi, ia mengeluarkannya di dalam mulut si wanita. Apakah si wanita bisa mengalami kehamilan dengan menelan sperma? Karena ketidaktahuannya, seringkali para remaja yang sudah melakukan hubungan seksual melakukan upaya-upaya untuk menghindari terjadinya kehamilan. Upaya-upaya tersebut lebih pada cara-cara yang tidak terbukti efektifitasnya dan lebih merupakan mitos belaka. Akibat dari aktivitas seksual ini ditemukan kasus wanita yang terpaksa hamil. Ketidak tahuan ini disebabkan akses dan sumber informasi mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi selalu ditutup (blocking) oleh para orang tua, guru, tokoh agama dan informal dengan alasan belum waktunya, tabu dll.. Banyak orang tua dan guru yang sebenarnya merasa ragu-ragu dan bingung menjawab pertanyaan remaja mengenai seksualitas serta masalah fungsi dan proses reproduksi mereka. Akibatnya remaja tidak mendapatkan informasi yang benar dan jujur yang sebenarnya sangat mereka perlukan. Tidak heran banyak mitos dan informasi yang salah sering mereka terima. Di antara mereka ada yang meneruskan kehamilan dan menikah secara baik-baik, namun ada juga yang berusaha untuk menghentikan kehamilan (aborsi) dengan cara minum jamu, minum pil tuntas, diurut/dipijat. Karenanya, kerapkali kehamilan tetap terjadi. Sebuah surat lain 19

20 dilayangkan oleh Nita (bukan nama sebenarnya di Surabaya), ( Setelah Hamil Lalu Bingung, Harian Kompas, 16 Maret 2001, hlm. 37) Saya sedang bingung. Saya tidak tahu harus cerita kepada siapa. Nama saya, sebut saja Nita di Surabaya. Saya punya pacar dan telah jalan bareng selama 2 tahun. Sejak enam bulan yang lalu, pacaran kami sudah selayaknya suami-istri. Selama ini sih tidak terjadi apa -apa karena saya selalu minum Pil Tuntas sesudah berhubungan. Tetapi sekarang saya khawatir karena sudah terlambat menstruasi empat minggu. Kemarin saya periksa ke dokter dan positif hamil. Saya bingung sekali, saya harus bagaimana? Saya dan pacar masih sama-sama sekolah. Kami enggak mungkin menikah 2.6 Aborsi Salah satu cara menghadapi kehamilan yang tidak diinginkan adalah dengan melakukan tindakan aborsi. Aborsi masih merupakan tindakan yang ilegal di Indonesia. Tidak ada data yang pasti tentang angka kejadian aborsi di Indonesia, namun beberapa studi dan penelitian menunjukkan bahwa angka tersebut cukup tinggi. Sebuah studi yang didanai oleh UNFPA pada tahun 2001 menunjukkan bahwa angka kejadian aborsi mencapai 2 juta kasus tiap tahun. Angka ini berarti 37 aborsi per wanita usia tahun, atau 43 aborsi per 100 kelahiran hidup, ata u 30% dari kehamilan (Budi Utomo,et.al, 2001). Penelitian lain memperkirakan bahwa di Indonesia terjadi 2,3 juta kasus abortus setiap tahun, yang terdiri dari 1 juta abortus spontan, 0,6 juta karena kegagalan KB dan 0,7 juta karena tidak menggunakan alat kontrasepsi (Affandi, 2000). Survey yang dilakukan di beberapa klinik di Jakarta, Medan, Surabaya dan Denpasar menunjukkan bahwa abortus dilakukan 89% pada wanita yang sudah menikah, 11% pada wanita yang belum menikah dengan perincian: 45% akan menikah kemudian, 55% belum ada rencana menikah. Sedangkan golongan umur mereka yang melakukan abortus adalah 34% berusia antara tahun, 51% berusia antara tahun dan sisanya 15% berusia dibawah 20 tahun. Yang sangat memprihatinkan adalah sebagian besar abortus tersebut merupakan unsafe abortion (Affandi, 2000). Upaya sendiri untuk melakukan aborsi banyak dilakukan dengan mengkonsumsi obat-obatan tertentu, jamu, dll. Misalnya saja dari surat yang dilayangkan kepada pengasuh rubrik Curhat seperti berikut ini ( Pernah Aborsi Pakai Obat, Harian Kompas, 10 Agustus 2001, hlm.34). Saya seorang wanita berusia 19 tahun. Saya pernah berpacaran selama 3 tahun dengan seorang pria. Selama pacaran kami pernah melakukan hubungan badan dan tanpa kami sadari saya hamil satu bulan. Karena kami belum siap dengan terpaksa saya menggugurkannya dengan mengkonsumsi obat-obatan. Adakah efek samping dengan cara yang saya lakukan? Apakah saya akan mendapat keturunan lagi mengingat cara yang saya lakukan itu? 20

21 2.7 Penyakit Menular Seksual Hubungan seksual sebelum menikah juga beresiko terkena penyakit menular seksual seperti sifilis, gonorhoe, herpes sampai terinfeksi HIV. Seorang remaja perempuan di Jakarta dalam suratnya menuturkan ( Cemas Karena Herpes, Harian Kompas, 3 Agustus 2001, hlm. 37) Saya cewek 20 tahun, masih kuliah beberapa waktu yang lalu saya menjalin hubungan dengan seorang laki-laki. Dia jauh lebih tua dari saya dan kami sempat melakukan hubungan seperti layaknya suami-istri. Terus terang waktu itu saya tidak terlalu mempermasalahkannya. Namun hal inilah yang membuat saya menyesal dan mengalami penyakit di bagian kemaluan saya. Pertama, muncul luka-luka kecil berupa bintil -bintil berisi air dan warnanya kemerahan, rasanya perih dan sangat gatal. Waktu itu saya juga demam dan rasanya pegal-pegal. Waktu saya periksakan ke dokter, katanya saya terkena herpes kelamin. Yang membuat saya shock adalah katanya penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Apa betul? Lalu bagaimana dengan keadaan saya? Apa yang harus dilakukan? Apa sebenarnya penyakit herpes kelamin itu? Tanpa disadari, ia telah tertular penyakit menular seksual, yaitu herpes genitalis akibat hubungan seksual yang telah dilakukannnya bersama pacarnya. Aktivitas seksual di luar nikah karena tidak mampu mengon trol diri serta tidak mempunyai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Jenis penyakit herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual yang paling banyak terjadi di dunia terutama di kalangan orang muda. Herpes genitalis dapat menimbulkan epidemi dan sekarang diperkirakan menyebar di antara setengah juta orang per tahun. (Guntoro Utamadi, Herpes Genitalis, Harian Kompas, 19 November 2001, hlm. 42) Sebenarnya tidak ada bukti statistik akurat yang dapat diandalkan mengenai jumlah penderita penyakit ini dan penyebarannya secara pasti. Hal ini disebabkan oleh rasa malu dan stigma yang melekat pada penderita herpes, sulitnya penyakit ini dideteksi atau diidentifikasi pada orang tertentu, serta adanya kesalahan diagnosis serta tidak dicatat sebagai PMS, dan sebagainya. (Guntoro Utamadi, Herpes Genitalis, Harian Kompas, 19 November 2001, hlm. 42) Kasus lain tentang penularan penyakit menular seksual terjadi pada Ade, seperti yang dituturkannya kepada pengasuh Rubrik Curhat sebagai berikut, ( Bercak Putih di Celana, Harian Kompas, 8 Februari 2002, hlm. 30). Nama saya Ade, 25 tahun. saya mau minta tolong Curhat untuk mengatasi rasa cemas saya selama ini. Sekitar 4 bulan yang lalu saya sempat kenalan sama cewek, dan kemudian kami melakukan hubungan seksual. Waktu itu saya terus takut soalnya kayaknya cewek itu perek atau pekerja seks, soalnya kayaknya dia gampang banget. Abis itu seminggu setelahnya saya mengalami rasa sakit pas mau kencing. Rasanya perih dan kemudian suka ada bercak cairan putih kekuningan kayak nanah di celana dalam saya. Saya takut kalaus aya kena Sifilis atau AIDS. Terus saya minum antibiotik yang saya dapat dari teman. Saya tidak ke dokter soalnya malu dan takut. Setelah seminggu, rasa sakit itu hilang. Saya sangat 21

22 menyesal dengan kejadian itu. Pertanyaan saya adalah kalau rasa sakit dan nanah itu udah hilang, apakah saya memang sudah benar-benar sembuh? Kasus di atas menunjukkan bahwa karena melakukan hubungan seksual sebelum menikah dengan seorang remaja perempuan tanpa perlindungan alat kontrasepsi, ia kemudian tertular penyakit menular seksual yang kemungkinan adalah kencing nanah (gonorhoe). 22

23 BAB III. PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI, KELUARGA BERENCANA DAN JENDER 3.1 Profil Responden Karakteristik Responden Seperti yang telah dikemukakan pada bagian pendahuluan, responden yang termasuk Sampel Kelompok A berjumlah orang yang terdiri dari 684 orang laki-laki dan 695 orang perempuan. Usia responden berkisar antara 15 tahun sampai 24 tahun. Proporsi usia yang terbesar adalah usia tahun sebanyak 969 orang (70,27%) sedangkan kelompok umur tahun sebanyak 410 orang (29,73%). n = Usia Responden (Tahun) Tabel 4. Sebaran Usia Responden Kupang Palembang Singkawang Cirebon Tasik- Malaya F % , ,73 JUMLAH Sumber : data primer Responden sebagian besar duduk di bangku Sekolah Menengah Umum (SMU), yaitu sebanyak 776 orang (56,27%) dari Sampel Kelompok A (n=1.379), sebagian lagi duduk di bangku Perguruan Tinggi sebanyak 327 orang (23,71%). Jumlah responden yang duduk di bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 222 orang (16,1%). Sedangkan responden yang berpendidikan Sekolah Dasar berjumlah 54 orang (3,92%). Sebagian besar dari mereka tidak lagi melanjutkan sekolah dan bekerja pada sektor-sektor industri. 23

24 n =1.379 Tingkat Pendidikan Tabel 5. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden Kupang Cirebon F % Sekolah Dasar ,92 SLTP ,1 SMU ,27 Perguruan Tinggi ,71 JUMLAH Sumber : data primer Mayoritas responden memeluk agama Islam, sebanyak 970 orang (70,34%) dari jumlah sampel. Sampel penelitian juga mencakup remaja pemeluk agama Katolik sebanyak 175 orang (12,69%), agama Protestan sebanyak 195 orang (14,14%), juga agama Hindu dan Budha, masing -masing sebanyak 6 orang (0,44%) dan 33 orang (2,39%). Sebagian besar sampel yang beragama Budha dapat dijumpai di daerah Singkawang (Kalimantan Barat). n =1.379 Tabel 6. Sebaran Agama yang Dianut Responden Agama Yang Dianut Kupang Palembang Singkawang Cirebon Tasik- Malaya F % Islam ,34 Katolik ,69 Protestan ,14 Hindu ,44 Budha ,39 JUMLAH Sumber : data primer Sebagian besar responden (905 orang atau 65,63%) masih tinggal bersama orang tua mereka. Sebagian responden ada pula yang tinggal bersama saudara, yaitu sebanyak 270 orang (19,58%) serta ada responden yang tinggal sendiri/kos sebanyak 204 orang (14,79%). n =1.379 Tabel 7. Status Tempat Tinggal Responden Palembang Singkawang Tasikmalaya Tempat Tinggal Palembanwang Singka- Tasikmalaya Responden Kupang Cirebon F % Bersama Orang Tua ,63 Dengan Saudara ,58 Tinggal sendiri/ indekos ,79 JUMLAH Sumber : data primer 24

25 Kebanyakan responden (673 orang atau 48,8%) menerima uang saku kurang dari Rp ,- per bulan. Sebagian (414 orang atau 30,02%) lagi menerima uang saku antara Rp ,- sampai Rp ,- per bulan dan sebagian lagi (175 orang atau 12,69%) menerima antara Rp ,- - Rp ,- per bulan. Ada117 orang responden (8,43%) yang menerima uang saku di atas Rp ,- per bulan. n =1.379 Besarnya Uang Saku Responden (Rp) Tabel 8. Uang Saku Responden Per Bulan Kupang Cirebon F % < , , , , , , , , , , ,87 > , ,61 JUMLAH Sumber : data primer Dari antara orang responden, sebagian besar mempunyai hobby olah raga (48,05%). Sisanya mempunyai hobby bervariasi antara kesenian, organisasi dan kegiatan lainnya seperti menjahit, pencinta alam, berkebun, beternak, pertukangan dan berkemah Latar Belakang Keluarga Responden Pendidikan ayah responden berada pada tingkat menengah. Sebagian besar berpendidikan SMU, yaitu sebanyak 522 orang (37,61%), sebanyak 346 orang berpendidikan Sekolah Dasar (25,09%), 291 orang (20,97%) berpendidikan Perguruan Tinggi, 212 orang (15,37%) berpendidikan Sekolah Lanjutan Pertama dan ada pula 8 orang (0,58%) yang tidak sekolah. n =1.379 Tabel 9. Pendidikan Ayah Responden Palembang Singkawang Tasikmalaya Pendidikan Ayah Palembanwanmalaya Singka- Tasik- Kupang Cirebon Responden F % Tidak sekolah ,58 SD ,09 SLTP ,37 SMU ,85 Perguruan Tinggi ,1 JUMLAH Sumber : data primer 25

26 Tingkat pendidikan ibu para responden sebagian besar juga berpendidikan sampai tingkat Sekolah Menengah Umum, yaitu sebanyak 488 orang (35,39%). Sebagian lagi berpendidikan Sekolah Dasar, yaitu sebanyak 425 orang (30,82%), sebagian berpendidikan Sekolah Lanjutan Pertama, yaitu sebanyak 292 orang (21,17%). Ibu responden yang mengenyam pendidikan sampai tingkat Perguruan Tinggi berjumlah 87 orang (6,27%), sedangkan yang tidak bersekolah berjumlah 87 orang (6,31%). Ibu responden yang tidak sekolah kebanyak berasal dari Singkawang, Tasikmalaya, Cirebon dan Kupang. Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan para ibu responden lebih rendah jika dibandingkan dengan para ayah responden. Proporsi para ibu yang bersekolah sampai ke tingkat SMU dan Perguruan Tinggi hanya 41,7% sedangkan para ayah yang mencapai kedua tingkat pendidikan tersebut sebesar 58,95%. Para ayah responden yang tidak bersekolah hanya sebesar 0,58% sedangkan para ibu responden yang tidak bersekolah mencapai 6,31%. n =1.379 Tabel 10. Pendidikan Ibu Responden Pendidikan Ibu Palembanwanmalaya Singka- Tasik- Kupang Cirebon Responden F % Tidak sekolah ,31 SD ,82 SLTP ,17 SMU ,39 Perguruan Tinggi ,31 JUMLAH Sumber : data primer Sebagian besar ayah responden bermatapencaharian sebagai wiraswastawan, yaitu sebanyak 345 orang (25,02%), terutama responden di daerah Cirebon. Pekerjaan lain yang juga ditekuni oleh para ayah responden adalah buruh/tani/nelayan, sebanyak 324 orang (23,5%). Ayah responden yang bekerja sebagai buruh/tani/nelayan, sebagian besar adalah mereka yang berdiam di Tasikmalaya. Pekerjaan yang juga banyak ditekuni oleh ayah responden adalah Pegawai Negeri Sipil/ABRI/Polri, yaitu sebanyak 284 orang (20,59%), terutama responden di Kupang dan Palembang. Namun ada pula ayah responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 23 orang (1,67%), terbanyak dari Tasikmalaya. 26

RINGKASAN EKSEKUTIF. Ringkasan Eksekutif-1

RINGKASAN EKSEKUTIF. Ringkasan Eksekutif-1 RINGKASAN EKSEKUTIF Salah satu lembaga di Indonesia yang peduli terhadap persoalan yang dihadapi remaja seperti yang telah diungkap beberapa penelitian di atas adalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008 ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008 A. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Umur Usia Responden

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, 10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU PACARAN PADA REMAJA DI SMA PATRIOT BEKASI TAHUN 2008 (SANGAT RAHASIA)

Lebih terperinci

Aborsi dan Kegagalan Kontrasepsi IUD 1

Aborsi dan Kegagalan Kontrasepsi IUD 1 Aborsi dan Kegagalan Kontrasepsi IUD 1 Budi Wahyuni 2 I. Pendahuluan. Belum lama ini di New York telah berlangsung sebuah pertemuan yang diprakarsai oleh PBB untuk mengevaluasi implementasi kesepakatan

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN A. SKALA PENELITIAN A-1. Skala Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri A-1. Skala Peran Ayah dalam Pendidikan Seksualitas A-1. Skala Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri No : Petunjuk Pengisian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode SMA adalah periode dimana seseorang masih menginjak masa remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur 10 20 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual atau Penyakit Kelamin (venereal diseases) telah lama dikenal dan beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia, yaitu sifilis dan kencing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu golongan masyarakat yang termasuk dalam kategori generasi muda, dikaitkan dengan pembangunan suatu negara, sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam mempengaruhi perilaku seksual berpacaran pada remaja. Hal ini tentu dapat dilihat bahwa hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Menurut Robby Susatyo,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 Perilaku seksual pranikah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang yang terjadi akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Perilaku seksual pranikah ini akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah. Hal ini terbukti berdasarkan hasil survey yang dilakukan Bali Post

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan BAB I PENDAHULUAN Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan penelitian mulai dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menggeser perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di akses kapanpun tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan generasi harapan bangsa, untuk itu perlu disiapkan sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata pacaran sudah sangat biasa ditelinga masyarakat luas saat ini. Bahkan dari dulu pun pacaran sudah bisa dikatakan sebagai budaya mulai remaja sampai orang dewasa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Path-UNFPA journal. Volume Sarwono SW Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. 3

I. PENDAHULUAN Path-UNFPA journal. Volume Sarwono SW Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. 3 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang diwarnai pertumbuhan dan perubahan munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi resiko-resiko kesehatan reproduksi. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet yang dengan mudah

Lebih terperinci

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Remaja dalam beberapa literatur biasanya merujuk pada usia 10-19 tahun. Badan Koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas

BAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seksualitas manusia merupakan salah satu dorongan naluriah yang paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas mengeksploitasi seks. Agama dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat

Lebih terperinci

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI I. Pendahuluan Salah satu tujuan dari membentuk keluarga agar mempunyai keturunan yang sehat jasmani dan rohani. Orang tua menginginkan anaknya sehat jasmani,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja (adolescence)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis diantaranya peningkatan emosional, kematangan

Lebih terperinci

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja sering dipahami sebagai suatu masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan biologis atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah remaja usia 10-19 tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik saat ini mencapai 62 juta jiwa, yang merupakan 28,5%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja disebut masa persiapan untuk menempuh masa dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian, BAB I PENDAHULAN A. Latar belakang Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat memprihatinkan. Dalam rentang waktu kurang dari satu tahun terakhir, kenakalan remaja yang diberitakan dalam

Lebih terperinci

- SELAMAT MENGERJAKAN -

- SELAMAT MENGERJAKAN - Identitas subyek Usia : Angkatan : Jenis kelamin : PEDOMAN PENGISIAN 1. Isilah identitas di sudut kiri atas dengan jelas. 2. Bacalah dahulu Petunjuk Pengisian pada masing-masing bagian dengan cermat. 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju dewasa, yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis (Hurlock, 1988:261).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis, maupun

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bernama Corah Julianti/105102061 adalah mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan untuk menjadi produktif dan diharapkan menjadi pewaris

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan untuk menjadi produktif dan diharapkan menjadi pewaris BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan remaja penting sebab remaja harus dipersiapkan untuk menjadi produktif dan diharapkan menjadi pewaris bangsa yang bermutu. Akhir-akhir ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar penduduknya berusia 10-24 tahun dan 90% diantaranya tinggal di negara berkembang (PBB, 2013). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada peningkatan sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, pembangunan kesehatan menempati peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya: Dengan sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa yang harus sehat secara jasmani, mental dan spiritual. Usia remaja merupakan fase umur penduduk yang sangat menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Permasalahan remaja sekarang ini cukup kompleks. Salah satu yang paling peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual remaja. Hal

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SMA DI KECAMATAN BATURRADEN DAN PURWOKERTO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SMA DI KECAMATAN BATURRADEN DAN PURWOKERTO HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SMA DI KECAMATAN BATURRADEN DAN PURWOKERTO Rahayu Wijayanti 1, Keksi Girindra Swasti 2, Eva Rahayu 3 1, 2,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 5 Duren Sawit beralamatkan di Jalan Swadaya Raya No. 100 Rt.03 Rw. 05 Kec. Duren Sawit, Jakarta Timur. Tujuan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama kian berkurang, namun demikian bukan berarti fenomena pemikahan dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era globalisasi. Hal tersebut membuat banyak nilai-nilai dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja usia (13-21 tahun) sebagai masa ketika perubahan fisik, mental, dan sosial-ekonomi terjadi. Secara fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder

Lebih terperinci

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK 60 Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya Oleh : Septi Handayani ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk meningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masyarakat modern perilaku seks bebas sudah menjadi suatu hal yang wajar. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut International Cooperation Populatiom and Development (ICPD) 1994 adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

...Bicara Aids, Lanjutan 3 http://www.blogbisin.wordpress.com, http://www.smartpri.com, http://www.formulabisnis.com/?id=bisnispri Pengantar : Cuplikan tulisan ini dikutip secara bebas dari sebuah buku

Lebih terperinci

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS Masalah Kebidanan di Komunitas Kematian Ibu dan Bayi ( AKI dan AKB) Kehamilan Remaja Unsafe Abortion BBLR Pertolongan Persalinan oleh tenaga Non Nakes PMS (Penyakit Menular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai salah satu bagian dari kesehatan reproduksi maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena perilaku seks bebas di kalangan remaja mengakibatkan terjadinya kecenderungan meningkatnya pelaku seks pranikah, penderita HIV/AIDS, dan kasus Aborsi. Fenomena

Lebih terperinci

Nomor : PETUNJUK PENGISIAN

Nomor : PETUNJUK PENGISIAN Nomor : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Jawablah semua nomor dan usahakan jangan

Lebih terperinci

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN 2007) 1. Pendahuluan Isu strategis dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa dan relatif belum mancapai tahap kematangan mental sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa dan relatif belum mancapai tahap kematangan mental sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja didefinisikan sebagai kondisi sehat yang menyangkut sistem fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja (Admin, 2008).

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan

Lebih terperinci

ADOLESCENT UNWANTED PRAGNANCY DIKALANGAN REMAJA BENGKULU

ADOLESCENT UNWANTED PRAGNANCY DIKALANGAN REMAJA BENGKULU ADOLESCENT UNWANTED PRAGNANCY DIKALANGAN REMAJA BENGKULU Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu Jln. Pembangunan No. 10 Padang Harapan Bengkulu 38224 Telp/Fax (0736) 21144 website http://bengkulu.bkkbn.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini tengah terjadi peningkatan jumlah remaja diberbagai belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk remaja Indonesia sekitar 43,6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan individu untuk mencapai dewasa. Selama masa remaja ini individu mengalami proses dalam kematangan mental, emosional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa, dimana masa perkembangan ini berlangsung cukup singkat dari rentang usia 13 18 tahun. Pada masa ini remaja

Lebih terperinci

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja Pentingnya Sex Education Bagi Remaja Oleh: Diana Septi Purnama, M.Pd dianaseptipurnama@uny.ac.id WWW.UNY.AC.ID Pendidikan seks adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai dengan pertengahan abad-21, masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah seksualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami proses perkembangan secara bertahap, dan salah satu periode perkembangan yang harus dijalani manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 I. Identitas Responden No.Responden : Jenis kelamin : Umur : Alamat rumah : Uang saku/bulan : II.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000) hampir 1 diantara 6 manusia di bumi ini adalah remaja. Dimana 85% antaranya hidup di negara berkembang.

Lebih terperinci