BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai salah satu bagian dari kesehatan reproduksi maka pengetahuan tentang seksualitas sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya penduduk remaja karena menurut berbagai penelitian menunjukkan remaja mempunyai permasalahan yang kompleks tentang seksualitas seiring dengan masa transisi yang dialaminya (Irianto,2014). Menurut Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah remaja di Indonesia umur tahun sebanyak 64 juta jiwa atau 27,6% dari 237,6 juta jiwa penduduk Indonesia. Dengan jumlah yang relatif banyak maka remaja perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental dan spiritual. Permasalahan yang menonjol pada remaja saat ini adalah seputar Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (TRIAD KRR) yang salah satunya mengenai masih rendahnya pengetahuan remaja tentang seksualitas (BKKBN, 2014). Saat usia remaja merupakan saat yang paling rentan karena tingkat emosi yang tidak stabil sehingga mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Pengaruh hormonal menyebabkan perubahan fisik secara cepat dan perkembangan organ seksual menuju kesempurnaan fungsi serta tumbuhnya organ genitalia sekunder. Hal tersebutlah yang menjadikan remaja sangat dekat dengan permasalahan seputar seksual.

2 Pada masa peralihan, remaja memiliki pengetahuan kurang tentang seks sedangkan orang tua masih banyak yang merasa tabu membicarakan masalah seksual dengan anaknya sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat. Kurangnya informasi tentang seks membuat remaja berusaha mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri dari berbagai media yang saat ini dapat diakses dengan mudah sehingga memudahkan remaja untuk membaca, mendengar dan bahkan melihat hal-hal yang berhubungan dengan seksual tanpa penjelasan yang benar. Akibat dari kurangnya penjelasan tersebut akan memunculkan perilaku seksual remaja yang tidak bertanggung jawab seperti melakukan eksperimen ke lokasi pekerja seks komersial, melakukan hubungan seks sebelum nikah dan sebagainya yang nantinya dapat berdampak buruk bagi masa depannya (Kusmiran,2013). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2011, tercatat perilaku seksual di Afrika,Bangladesh, India, Nepal,Yaman, Amerika Latin dan Karibia, sebanyak 40% - 80% perempuan telah aktif dalam seksualitas pada usia 18 tahun, begitu juga di Uganda, sebanyak 4% laki-laki berusia 10 tahun mengatakan mereka sudah pernah melakukan hubungan seksual, 10% pada usia 12 tahun, 22% pada usia 14 tahun, dan lebih dari 70% pada usia 18 tahun. Menurut laporan Planned Parenthood Federation of America Inc (PPAF) tahun 2004 memberikan penilaian terhadap sikap 1038 orang remaja berumur tahun tentang hubungan nikah dimana 16% remaja menyatakan sikap setuju dalam melakukan hubungan seks di luar nikah sedangkan 43% menyatakan tidak setuju. Berdasarkan hasil survey Youth Risk Behavior Survei (YRBS) tahun 2011 secara

3 Nasional di Amerika Serikat mencatat sekitar 47,4% pelajar pernah melakukan hubungan seks pranikah. Hasil kajian Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2010 dari sejumlah remaja di 12 kota besar di Indonesia yang disurvei, 97% menyatakan pernah menonton film porno, 93,7% menyatakan pernah melakukan ciuman dan petting. Hasil yang lebih mengejutkan adalah bahwa 62,7% remaja SMP- SMA sudah tidak perawan dan sebanyak 21,2% pernah melakukan aborsi. Hasil survei Sexual Behavior Survey dalam BKKBN tahun 2011 yang dilakukan di 5 kota besar yaitu Jabodetabek, Tangerang, Bekasi, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya menunjukkan bahwa 39% responden sudah pernah berhubungan seksual saat masih ABG usia tahun, sisanya 61% berusia tahun. Sedangkan di kota lain remaja yang sudah pernah melakukan seks pranikah tercatat 54% di Surabaya,47% di Bandung dan 52% di Medan. Hasil penelitian BKKBN tahun 2010 di Sumatera Utara disebutkan remaja yang melakukan hubungan seks pranikah berat di Medan sebesar 52% (Sahrasad, 2010), sedangkan data BKKBN (2012), di Sumatera Utara dari 552 remaja yang disurvei, diketahui sebanyak 86,3% remaja yang berpegangan tangan ketika berpacaran, 32,2% remaja yang melakukan cium bibir, dan sebanyak 8,2% remaja yang melakukan rabaan/rangsangan. Sebanyak 4.9% laki-laki dan 1,5% perempuan telah melakukan hubungan seksual pada saat berpacaran. Menurut Sarwono (2011) pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah dibuktikan 83,7% remaja kurang memahami kesehatan

4 reproduksi dan hanya 3,6% yang tahu pentingnya kesehatan reproduksi. Begitu juga menurut Hastutik (2011) dalam penelitian hubungan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap terhadap seks pranikah di SMA 2 Karanganyar dari 56 responden didapatkan tingkat pengetahuan baik 25%, cukup 58,9% dan kurang 16,1% sehingga dengan keterbatasan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang seksualitas seringkali mengarah pada perilaku seks pranikah yang tidak sehat. Sikap seks remaja dipengaruhi oleh banyak hal, selain dari faktor pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, pengalaman pribadi, lembaga pendidikan, lembaga agama dan emosi dari dalam individu. Sikap seks remaja bisa berwujud positif ataupun negatif, sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendukung seksual pranikah sedangkan sikap negatif kecenderungan tindakan adalah menghindari seksual pranikah remaja (Kusumastuti, 2010). Pendidikan kesehatan seksualitas memiliki tujuan utama memberikan informasi kepada remaja untuk memberdayakan mereka dalam membangun nilai dan ketrampilan yang memampukan mereka membuat keputusan yang bertanggung jawab untuk menjadi orang dewasa yang sehat secara seksual. Penyuluhan bagi remaja mengenai pendidikan seks adalah yang paling mungkin dilakukan, terutama kepada para pelajar di sekolah sekolah. Menurut Muss dalam Kusmiran (2011), faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seksual remaja antara lain prespektif akademik dimana remaja dengan prestasi rendah dan tahap aspirasi yang rendah cenderung lebih sering

5 memunculkan aktivitas seksual dibandingkan remaja dengan prestasi yang baik di sekolah sehingga dengan pemberian pendidikan kesehatan semua siswa baik yang prestasi rendah dan prestasi baik memahami dampak dari seks pranikah. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode antara lain ceramah dan diskusi. Metode ceramah merupakan metode penyuluhan yang baik digunakan untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Metode ceramah sering digunakan pada kelompok yang pesertanya lebih dari 15 (lima belas) orang dan paling ekonomis untuk menyampaikan informasi sedangkan metode diskusi kelompok dapat memberikan kebebasan mengungkapkan pernyataan yang sesuai dengan asumsinya serta dapat bertukar informasi. Menurut penelitian Munawaroh (2010) di SMA Negeri Ngrayun metode ceramah efektif dalam peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas, sedangkan menurut penelitian Handayani (2009) metode diskusi kelompok dengan fasilitator terbukti lebih efektif dalam meningkatkan motivasi dan sikap remaja terhadap permasalahan yang terjadi akibat seks pranikah. Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang dikenal sebagai Kota Wisata Rohani sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan selalu menanamkan nilai-nilai kebaikan termasuk sangat memantangkan kalau ada perilaku seks bebas/negatif, tetapi kondisi ini kemungkinan akan dipengaruhi karena masuknya pengaruh budaya luar melalui wisatawan yang berkunjung. Kenyataannya kalau kita berjalan-jalan di tempat-tempat tertentu pada malam hari terutama malam minggu banyak kita jumpai pasangan remaja yang seakan akan tidak

6 risih berpegangan tangan, berpelukan, berciuman dan selanjutnya mungkin kita tidak tahu apa yang mereka lakukan. Mudahnya akses internet yang didapat dari handphone dan banyaknya warnet sehingga para remaja gampang mengakses situs porno hal ini juga turut sebagai pemicu perilaku seks pranikah. Sekolah SMK Negeri 1 Siatas Barita merupakan SMK favorit di Kabupaten Tapanuli Utara dimana lokasinya terletak didaerah yang mudah dijangkau dari daerah-daerah lain di Kabupaten Tapanuli Utara. Jumlah siswa yang banyak dan kontrol orang tua yang kurang karena banyak yang indekost dapat juga mengakibatkan rentan terhadap perilaku seks pranikah. Hal ini sejalan dengan pendapat Bronfenbrenner (2007) yang menyatakan beberapa hal yang menjadi faktor resiko terjadinya aktivitas seksual remaja adalah kurangnya pengawasan orang tua dan rendahnya pengawasan lingkungan sehingga siswa yang indekost beresiko terhadap terjadinya berbagai bentuk aktivitas seksual. Dari survei awal jumlah siswa untuk tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 888 orang dengan rincian kelas X 323 orang, kelas XI 267 orang dan kelas XII 298 orang dimana dari jumlah siswa tersebut 79,4% adalah perempuan. Dalam kurun waktu tiga (3) tahun pelajaran (TP.2012/2013 TP.2014/2015) ditemukan jumlah siswa yang terpaksa dikeluarkan dari sekolah akibat perilaku seks pranikah sebanyak 11 kasus dengan rincian 8 kasus kehamilan pada siswa perempuan, 1 kasus siswa lakilaki yang menghamili teman sekelas, 1 kasus mengunggah foto dan videonya sedang berhubungan seks dan 1 kasus lagi terindikasi kuat menjadi pekerja seks komersial

7 Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 10 orang siswa didapatkan hasil bahwa 6 orang (60%) memiliki pengetahuan dan sikap yang kurang baik tentang seks pranikah, sedangkan 4 orang (40%) memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang seks pranikah walaupun menurut informasi dari wakil kepala sekolah bahwa penjelasan tentang seksual pranikah sudah pernah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten maupun bidang PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) melalui BKKBN Kabupaten Tapanuli Utara dan kepala sekolah serta guru pada saat upacara serta pada saat apel pagi, namun kenyataannya setiap tahun ajaran selalu ada siswa yang terpaksa dikeluarkan dari sekolah akibat perilaku seks pranikah. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa pemberian pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan diskusi perlu diberikan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja sehingga diharapkan dapat meminimalisasi perilaku seksual pranikah. 1.2 Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan seksualitas dengan metode ceramah dan metode diskusi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMK Negeri 1 Siatas barita, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015.

8 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan seksualitas dengan metode ceramah dan metode diskusi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMK Negeri 1 Siatas barita, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Hipotesis 1. Ada perbedaan pengetahuan remaja tentang seks pranikah sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan seksualitas dengan metode ceramah dan diskusi di SMK Negeri 1 Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara. 2. Ada perbedaan sikap remaja tentang seks pranikah sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan seksualitas dengan metode ceramah dan diskusi di SMK Negeri 1 Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara. 3. Ada pengaruh pendidikan kesehatan seksualitas dengan metode ceramah dan metode diskusi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMK Negeri 1 Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara dan BKKBN Kabupaten Tapanuli Utara dalam upaya menggiatkan kegiatan yang berhubungan dengan Pusat Informasi dan konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) khususnya dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang seksualitas pranikah.

9 2. Sebagai bahan masukan bagi guru dan Kepala Sekolah di SMK Negeri 1 Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara bahwa pendidikan tentang seksualitas sangat penting diberikan pada remaja dan diharapkan dapat diberikan secara tersendiri dalam mata ajaran muatan lokal institusi. 3. Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk lebih memahami tentang seksualitas yang sehat sehingga dapat mencegah terjadinya seks pranikah. 4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan referensi dan perbandingan dari hasil penelitian yang didapatkan dalam bidang penelitian kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang seksualitas.