Aborsi dan Kegagalan Kontrasepsi IUD 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Aborsi dan Kegagalan Kontrasepsi IUD 1"

Transkripsi

1 Aborsi dan Kegagalan Kontrasepsi IUD 1 Budi Wahyuni 2 I. Pendahuluan. Belum lama ini di New York telah berlangsung sebuah pertemuan yang diprakarsai oleh PBB untuk mengevaluasi implementasi kesepakatan Beijing (1995). Pertemuan ini lebih dikenal dengan pertemuan Beijing +5. Di dalam pertemuan ini ternyata masih muncul sebuah kebutuhan untuk mengurangi tingginya Angka Kematian Ibu, di mana salah satu penyebabnya adalah unsafe abortion (aborsi yang tidak aman). Kata "aman" memang dapat dimaknai lebih dari satu arti. Aman berarti sehat, karena dilakukan oleh tenaga profesional (dokter) bukan oleh dukun. Mengingat sampai saat ini belum ada peraturan perundangan maka aman dapat berarti tidak ada tuntutan hukum, baik bagi perempuan yang melakukan aborsi maupun tenaga medis yang membantu. Aman juga dapat berarti tidak perlu sembunyi-sembunyi, karena ada tempat khusus yang menyediakan layanan aborsi bagi setiap perempuan yang membutuhkan, karena aborsi bagian dari hak reproduksi perempuan. Di Indonesia sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang bagaimana menyikapi aborsi. Perdebatan terjadi karena adanya perbedaan pendapat tentang kapan sesungguhnya kehidupan dimulai (Mohamad, 1995). Di samping itu juga belum ada upaya untuk memperbaharui peraturan Perundangan yang mengatur aborsi (UU Kesehatan no 23 tahun 1992). Dalam makalah ini saya tidak akan mempermasalahkan pro dan kontra aborsi. Namun saya akan menyampaikan hasil temuan lapangan dalam penelitian singkat, tentang keputusan dan pengalaman aborsi oleh perempuan yang mengalami kegagalan IUD. Alasan mengapa fokus penelitian pada kegagalan IUD: 1. Merupakan salah satu MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang). 2. Sejak krisis ekonomi (1997) IUD dipromosikan sebagai alat kontrasepsi yang praktis dan ekonomis. 3. Bukan alat kontrasepsi hormonal Merupakan alat kontrasepsi primadona di DIY Dipasang oleh tenaga medis Tingkat kekawatiran terhadap keselamatan janin lebih besar Dapat diikutkan dalam asuransi (ASKABI) dan Asuransi Jasa Raharja 8. Mendapatkan kompensasi dari Pemerintah sebesar Rp ,-. II. Metodologi, Waktu dan Lokasi. 1 Disampaikan pada Seminar Buianan PPK UGM, pada tanggal 21 September Mantan Direktur PKBI DIY. 3 Dianggap lebih sehat karena reaksinya hanya berada di seputar rahim (36%) dari peserta KB aktif di DIY (s/d Maret 2000) (BKKBN DIY, 2000). 5 Kegagalan dimungkinkan terjadi karena kualitas IUD, kelalaian petugas medis, atau kelalaian mitra. 6 IUD berada dalam rahim selama kehamilan berlangsung.

2 Studi ini merupakan studi eksplorasi, bagaimana perempuan menikah menginterpretasikan masalahnya dan memutuskan untuk aborsi sebagai solusi. Studi ini mendiskripsikan masalah, penyebabnya, konsekuensi dan kemungkinan penyelesaian masalah menurut indentikasi mereka. Penelitian ini dilakukan di lingkungan klinik Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Seksual PKBI DIY, karena diantara klinik PKBI yang lain PKBI DIY lebih mengutamakan bagi mereka yang mengalami kegagalan kontrasepsi. Di samping itu mewajibkan mitra untuk menggunakan IUD, Susuk/Implant dan MOP (Medis Operatif Pria) sebagai alat kontrasepsi pasca IH. Unit analisis penelitian ini adalah perempuan menikah yang pernah melakukan aborsi karena gagal kontrasepsi IUD, dalam kurun waktu 6 bulan - 12 bulan sebelum waktu penelitian ( Mei - Oktober 1999). Karena topik aborsi dianggap sensitif maka 6 bulan sampai 12 bulan adalah waktu yang cukup ideal, di mana informan sudah tidak trauma namun masih mampu mengingat pengalamannya. Pendidikan dan pekerjaan kedua belas informan tersebut 2 orang PT, 5 orang SMCT, 5 orang SD. 7 orang bekerja formal, 1 petani, 1 orang dagang, 3 tidak bekerja. Usia termuda 23 tahun dan tertua 44 tahun. Dalam penelitian ini telah dilakukan interview mendalam kepada: 12 orang mitra yang mengalami aborsi karena kegagalan IUD, 5 orang konselor kesehatan reproduksi, 5 orang suami di mana istrinya melakukan aborsi, 3 orang dokter yang membantu aborsi, 3 orang pejabat pemerintah yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keluarga Berencana. Dan 1 kali FGD diikuti oleh 8 orang diantara perempuan yang diwawancara. III. Temuan: Upaya penggunaan alat kontrasepsi modern menurut mereka (informan) merupakan salah satu bukti bahwa mereka memang tidak ingin hamil dalam kurun waktu tertentu atau memang sudah tidak mau menambah jumlah anak. Mereka merasa sudah mengikuti apa yang dianjurkan oleh Pemerintah melalui program KB. Beberapa alasan yang diungkapkan mengapa mereka tidak bersedia melanjutkan kehamilannya antara lain: cukup anak (dua anak), kesehatan ibu, keselamatan janin, ekonomi, malu (tidak siap secara sosial seperti: kesan tidak modern, tidak berpendidikan, tidak memikirkan masa depan anak, hanya mau enaknya sendiri 7, tidak loyal terhadap pembangunan 8, malu terhadap anak-anak yang sudah dewasa, sudah tua, lelah mengasuh anak). Sekalipun mereka pernah mengalami kegagalan ILTD dan melakukan aborsi, namun tidak dengan sendirinya meminta suaminya melakukan vasectomy. Alasan yang diungkapkan antara lain khawatir suaminya impoten, sudah sewajarnya perempuan ber-kb, kawatir suami melakukan hubungan seksual dengan perempuan lain. 7 Kehamilan dianggap sebagai akibat kenikmatan seksual. 8 Insentif ditujukan bagi pengguna MKET.

3 Sebagian besar dari mereka merasa bahwa aborsi merupakan kebutuhan perempuan. karena jika dilanjutkan maka perempuan yang akan menanggungnya. Dalam konteks pengambilan keputusan, sebagian mereka mengatakan bahwa perempuan yang memutuskan. Hal ini dicontohkan dengan upaya minum jamu sejak pertama kali mengetahui bahwa tidak ada tandatanda menstruasi. Setelah upaya ini gagal, maka bersama suami mencari bidan atau dokter. Mereka tidak sependapat bahwa apa yang mereka lakukan dianggap tindakan aborsi sebagaimana yang diberitakan oleh beberapa harian, karena yang dikeluarkan berupa cairan darah. Apa yang dilakukan oleh dokter yang menolong lebih tepat disebut sebagai upaya pembersihan rahim. Sementara pasca aborsi mereka merasakan ada perubahan khususnya dalam pola hubungan seksual, rasa tidak nyaman karena takut mengalami kegagalan lagi. Di samping itu juga merasa malu jika diketahui tetangga, ada rasa bersalah, kadang muncul perasaan berdosa. Terungkap dalam FGD (Focused Group Discussion), sekalipun ada berbagai macam perasaan yang muncul, namun mereka merasa tertolong, karena terbebas dari beban yang sangat berat. Sebagaimana diungkapkan oleh L: "Sebelum diaborsi tiap hari saya murung dan tidak dapat konsentrasi dalam pekerjaan. Saya tidak tahu harus menyalahkan siapa. Karena 3 bulan sebelumnya, bidan yang memeriksa mengatakan bahwa IUD dalam keadaan baik". Sebagian dari mereka mengungkapkan bahwa saat mengeluhkan kegagalan kontrasepsi ini hanya ada satu saran 9 yaitu melanjutkan kehamilan. Jika kehamilannya akan dihentikan (aborsi) maka resiko harus ditanggung sendiri. Kondisi ini sangat berbeda, pada saat mereka akan menggunakan alat kontrasepsi banyak pilihan. Tiap bulan ada pemantauan. Bahkan ada insentif 10 jika bersedia menggunakan jenis tertentu. Pada tahun 1999 di PKBI DIY tercatat ada 3224 mitra 11 yang melakukan konsultasi, 90 % di antaranya mengeluhkan kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak bersedia melanjutkan kehamilannya. Karena berbagai persyaratan yang harus dipenuhi, maka yang dapat dibantu Induksi Haid (EH) 12 tidak lebih dari 50 %. Selebihnya dirujuk ke tempat lain, atau disarankan untuk dilanjutkan. Sementara mitra yang datang konsultasi dan meminta pelayanan kontrasepsi saja tidak lebih dari 10 %. IV. Diskusi: Melihat pengalaman di atas memang tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan program KB telah membuat masyarakat enggan untuk mempunyai anak banyak (lebih dari dua). Jargonjargon dua anak cukup, laki-laki perempuan sama saja, NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) menjadikan seakan-akan keluarga ideal, keluarga modern atau keluarga yang terjamin kesejahteraannya adalah mereka yang mempunyai dua anak. Bahkan jaraknya pun dipertimbangkan sebagai ukuran keluarga yang bertanggungjawab, karena mereka harus 9 Kebijakan BKKBN, karena pemerintah tidak mungkin menyarankan untuk menghentikan kehamilan. 10 Dilibatkan atau mendapat berbagai fasilitas seperti beasiswa anak, dapat mengikuti lomba bayi sehat, piagarn penghargaan. 11 Mitra adalah istilah yang digunakan untuk klien atau pasien. 12 Istilah yang digunakan oleh PKBI. Yang berarti membuat menstruasi.

4 memberikan ASI. Keengganan menambah jumlah anak, tidak hanya terjadi pada perempuan yang bekerja namun juga dialami oleh perempuan yang tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga). Aborsi yang semula ditabukan dan dianggap sebagai tindakan amoral, dilakukan oleh orangorang yang tidak bertanggungjawab, dilakukan karena kehamilan hasil hubungan seksual diluar nikah. Dalam konteks ini mereka berupaya untuk mereduksi arti aborsi. Sebagian besar dari mereka berpendapat istilah aborsi lebih tepat jika dilakukan di atas usia kehamilan 3 bulan, karena sudah bernyawa. Tindakan pemulihan haid yang mereka lakukan tidak sama dengan aborsi, karena masih dibawah 12 minggu. Sebagian la innya menyatakan jika dianggap aborsi pun tidak ada masaiah, karena mereka yakin apa yang dilakukan (aborsi) itu demi kebaikan semua. Di samping itu mereka telah berupaya mencegah dengan menggunakan alat kontrasepsi namun tetap mengalami kehamilan. Bahkan mereka telah memilih jenis kontrasepsi yang efektif dan menyerahkan sepenuhnya kepada petugas medis (dokter dan bidan) untuk memasangnya. V. Kesimpulan dan Rekomendasi: 1. Kebutuhan mewujudkan keluarga kecil, kondisi ekonomi keluarga, kondisi kesehatan, kelelahan mengasuh anak, jarak anak terlalu dekat merupakan faktor pendorong perempuan untuk tidak ingin menambah anak lagi. 2. Tindakan aborsi merupakan pilihan terakhir untuk menghentikan kehamilan yang diakibatkan oleh kegagalan kontrasepsi. 3. Pilihan aborsi tidak berarti pilihan para perempuan yang tidak bermoral atau tidak bertanggung jawab. Disadari bahwa aborsi sebaiknya dihindari, tetapi jika ada masalah dengan kehamilan yang tidak dikehendaki seperti kegagalan kontrasepsi, maka sebaiknya perempuan tetap diberikan kesempatan untuk memilih. 4. Pemerintah telah berhasil mempromosikan alat kontrasepsi jangka panjang, efektif dan sehat bagi perempuan, namun belum secara terbuka mensosialisasikan kegagalan IUD dan kemungkinan penyelesaiannya. Rekomendasi: 1. Sebagai konsekuensi dari sikap pemerintah yang tidak mungkin melegalkan aborsi, maka pemerintah seharusnya memberikan support pada NGO atau lembaga yang telah menyediakan layanan MR atau IH bagi perempuan yang mengalami kegagalan kontrasepsi. Khususnya perlindungan terhadap dokter, paramedis, konselor yang terlibat secara langsung pada tindakan aborsi. 2. Untuk mengurangi stigma aborsi, maka pemerintah dapat mengambil peran dengan mengawali Induksi Haid atau Menstrual Regulations sebagai bagian dari Program Kesehatan Reproduksi. 3. Kegagalan kontrasepsi merupakan kegagalan teknologi. Kehamilan yang tidak dikehendaki karena kegagalan kontrasepsi masih sangat mungkin terjadi. Aborsi menjadi pilihan yang tidak dapat dihindari. Untuk itu pelayanan Aborsi yang bertanggung jawab dan dapat dijangkau oleh perempuan sudah mendesak untuk disediakan.

5 V. Penutup: Penelitian ini merupakan dokumentasi dari pengalaman perempuan menikah yang gagal kontrasepsi dan memilih melakukan aborsi. Jika semula aborsi lebih dikenal dilakukan oleh perempuan-perempuan tidak bertanggung jawab, atau kehamilan di luar nikah maka pengalamanan ini justru sebaliknya. Aborsi dilakukan karena mereka merasa bertanggungjawab pada kondisi kesehatan reproduksinya, pada keluarganya, dalam pendidikan dan masa depan anak-anaknya.

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk menggali informasi dari informan adalah : 1. Bisakah ibu menceritakan bagaimana ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pemikiran lahirnya Keluarga Berencana di Indonesia adalah adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa remajanya dengan hal-hal yang bermanfaat. Akan tetapi banyak remaja

BAB I PENDAHULUAN. masa remajanya dengan hal-hal yang bermanfaat. Akan tetapi banyak remaja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja sebagai calon generasi penerus mempunyai jiwa yang bergejolak, semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi dan dapat memanfatkan masa remajanya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup modern sekarang ini menimbulkan dampak yang besar dalam kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam menjalankan aktifitasnya,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA PARIPURNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AKI (Angka Kematian Ibu) merupakan salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Survei Demografi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan masalah yang harus ditanggulangi karena pertumbuhan penduduk di Indonesia meningkat dengan cepat. Pada tahun 2008 jumlah

Lebih terperinci

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan usia muda adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan sebuah pernikahan, namun memutuskan untuk terikat dalam sebuah ikatan

Lebih terperinci

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap tahun 4,2 juta bayi lahir di Indonesia (Lombok. News, 2011), sedangkan angka kematian ibu sebesar 228

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap tahun 4,2 juta bayi lahir di Indonesia (Lombok. News, 2011), sedangkan angka kematian ibu sebesar 228 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun 4,2 juta bayi lahir di Indonesia (Lombok News, 2011), sedangkan angka kematian ibu sebesar 228 dari 100.000 (BKKBN, 2012). Pertambahan penduduk pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan ekonomi, masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota metropolitan seperti Surabaya dengan segala rutinitasnya, mulai dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian menghimpit dan membuat perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional, pemerintah sebagai institusi tertinggi yang bertanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrasepsinya), bentuknya bermacam-macam. sesudah abortus, tidak interaksi dengan obat-obat juga membantu

BAB I PENDAHULUAN. kontrasepsinya), bentuknya bermacam-macam. sesudah abortus, tidak interaksi dengan obat-obat juga membantu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Hidayati (2009), IUD atau Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

Modul ke: SEMINAR MEDIA. 03Ilmu. Presentasi Kelompok. Fakultas. Christina Arsi Lestari, M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

Modul ke: SEMINAR MEDIA. 03Ilmu. Presentasi Kelompok. Fakultas. Christina Arsi Lestari, M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: SEMINAR MEDIA Presentasi Kelompok Fakultas 03Ilmu Komunikasi Christina Arsi Lestari, M.Ikom Program Studi Broadcasting Pengaturan Kehamilan DAN KESEHATAN REPRODUKSI Hak Kesehatan Reproduksi Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas tahun 2015. Keluarga

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: ) ABSTRAK Pemilihan kontrasepsi dalam rumah tangga merupakan kesepakatan antara suami dan istri sesuai dengan kebutuhan dan keinginan bersama. Peningkatan partisipasi pria dalam penggunaan Keluarga Berencana

Lebih terperinci

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni 2010 26 PENDAHULUAN Pengertian aborsi menurut hukum adalah tindakan menghentian kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana lebih dari dua dasa warsa terakhir ini menjadi fokus utama program kependidikan di Indonesia. Program KB dan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BKKBN (2011), pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai program untuk menangani masalah kependudukan yang ada. Salah satu programnya dengan Keluarga Berencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan suatu bangsa di pengaruhi oleh kesejahteraan ibu dan anak, kesejahteraan ibu dan anak di pengaruhi oleh proses kehamilan, persalinan, pasca salin (nifas),

Lebih terperinci

Aborsi Tidak Aman Jadi Penyebab Kematian Ibu 16 Agustus :58:42

Aborsi Tidak Aman Jadi Penyebab Kematian Ibu 16 Agustus :58:42 Aborsi Tidak Aman Jadi Penyebab Kematian Ibu 16 Agustus 2004 11:58:42 Setiap tahun, 307 ibu mati dari 100.000 kelahiran hidup. Dari jumlah itu, 11 persen di antaranya meninggal karena aborsi tidak aman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masyarakat modern perilaku seks bebas sudah menjadi suatu hal yang wajar. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir masyarakat

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE. TAHUN 2013 Nurbaiti Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda

Lebih terperinci

BAB IV KETENTUAN DIBOLEHKANNYA ABORSI AKIBAT PERKOSAAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

BAB IV KETENTUAN DIBOLEHKANNYA ABORSI AKIBAT PERKOSAAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI BAB IV KETENTUAN DIBOLEHKANNYA ABORSI AKIBAT PERKOSAAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI A. Hukum Aborsi Akibat Perkosaan Aborsi akibat perkosaan merupakan permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2016 mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat negara Amerika Serikat dan Jepang,

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat negara Amerika Serikat dan Jepang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk dalam jumlah yang besar sebagai sumber daya manusia merupakan kekuatan pembangunan. Anggapan tersebut mengandung kebenaran bila kondisinya disertai faktor kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masalah kependudukan merupakan masalah penting yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli kependudukan, baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan ingin menghadapi kelahiran dengan aman dan nyaman. Continuity

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan ingin menghadapi kelahiran dengan aman dan nyaman. Continuity BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang alamiah atau natural bagi perempuan. Meskipun alamiah, kehamilan, persalinan dan masa setelah persalinan dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penanganan masalah kependudukan adalah Undang-undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang mengamanatkan bahwa kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak masalah kependudukan dan belum bisa teratasi hingga saat ini. Hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Ringkasan Eksekutif-1

RINGKASAN EKSEKUTIF. Ringkasan Eksekutif-1 RINGKASAN EKSEKUTIF Salah satu lembaga di Indonesia yang peduli terhadap persoalan yang dihadapi remaja seperti yang telah diungkap beberapa penelitian di atas adalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, 10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta membangun seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia pada tahun 2013 mengalami peningkatan lebih tinggi dari perkiraan dua tahun yang lalu. Jumlah penduduk dunia pada bulan Juli 2013 mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun 2015. Indonesia merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu sebesar 255,993,674

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Budaya Indonesia menunjukkan pentingnya nilai anak di dalam keluarga. Anak sebagai penerus, dan penyumbang sosial dan ekonomi keluarga. Permasalahan infertilitas tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemenuhan hak-hak reproduksi wanita di dunia pada masa sekarang ini masih banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara Indonesia, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB Risneni 1) dan Helmi Yenie 2) 1) 2) Jurusan Kebidanan poltekkes kemenkes Tanjngkarang Abstrak. Rekapitulasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung dalam

Lebih terperinci

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami mempunyai tanggung jawab yang berat. PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi menyangkut : Pencari Nafkah Pelindung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan angka kelahiran 5.000.000 orang pertahun. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Target dari Millenium Development Goals (MDGs) 2015, salah satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi atau Balita (AKB), serta

Lebih terperinci

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI I. Pendahuluan Salah satu tujuan dari membentuk keluarga agar mempunyai keturunan yang sehat jasmani dan rohani. Orang tua menginginkan anaknya sehat jasmani,

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Atau buah kehamilan belum mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Atau buah kehamilan belum mampu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aborsi masih menjadi salah satu masalah yang cukup serius untuk diteliti, dilihat dari tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Abortus itu

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA 1. Pendahuluan Kaum laki-laki (suami) adalah pelindung bagi wanita (isteri) oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (suami)

Lebih terperinci

Kalender Doa. Oktober Berdoa Bagi Wanita Yang Menderita Karena Aborsi

Kalender Doa. Oktober Berdoa Bagi Wanita Yang Menderita Karena Aborsi Kalender Doa Oktober 2017 Berdoa Bagi Wanita Yang Menderita Karena Aborsi Dengan adanya 56 juta aborsi di seluruh dunia, maka tak terbilang jumlah wanita yang menghadapi penderitaan, rasa bersalah, kemarahan

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian No.169, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Reproduksi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5559) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN Dini Rahmayani 1, Ramalida Daulay 2, Erma Novianti 2 1 Program Studi S1 Keperawatan STIKES

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Menurut Setiyorini et al. (2015) meneliti aborsi pada siswa SMA mengemukakan bahwa setelah subjek melakukan berbagai upaya untuk melakukan aborsi, dari upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebarannya merupakan tantangan yang harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan masalah besar bagi Negara di dunia khususnya Negara berkembang. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cakupan pelayanan KB yang telah mencapai 60,3% pada tahun (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. cakupan pelayanan KB yang telah mencapai 60,3% pada tahun (Depkes RI, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru program keluarga berencana adalah mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 dan bertujuan memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas,

Lebih terperinci

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA Oleh : Andang Muryanta Sudah banyak kita ketahui pembahasan terkait Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) yang dilaksanakan BKKBN dalam Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belarkang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebesar 248.422.956 jiwa, yang terdiri atas jumlah penduduk laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan peningkatan penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 119.630.913

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan berkembangnya berbagai metode kontrasepsi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keluarga Berencana Keluarga Berencana ( KB ) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD Tetty Rihardini, SST Prodi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya tettyrihardini@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut defenisi WHO, kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara di dunia memiliki konsep pemeriksaan kehamilan yang berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah peningkatan penduduk yang tinggi, dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. 1 Angka yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. 1 Angka yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah satu permasalahannya yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk tahun 2009 meningkat 1,29%

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian 73 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis univariat Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian kehamilan tidak diinginkan, variabel kegagalan kontrasepsi termasuk jenis metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari masalah kependudukan. Secara garis besar masalah masalah pokok di bidang kependudukan yang dihadapi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).

1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk dunia pada tahun 2011 sudah mencapai 7 miliar, jumlah tersebut memberikan kesempatan dan sekaligus tantangan bagi kita. Segi positifnya, penduduk dunia semakin

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Yeti Yuwansyah Penggunaan alat kontrasepsi sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat pertambahan penduduk yang demikian telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang pengguguran kandungan atau aborsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1, aborsi /abor.si/ berarti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menginginkan sang buah hati terlahir dengan selamat dan sehat.

I. PENDAHULUAN. menginginkan sang buah hati terlahir dengan selamat dan sehat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia. Produktivitas dan aktivitas seseorang dipengaruhi oleh kondisi kesehatan orang tersebut. Dengan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

INTERVIEW GUIDE PANDUAN WAWANCARA DETERMINAN FAKTOR TERJADINYA KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA PASANGAN MENIKAH

INTERVIEW GUIDE PANDUAN WAWANCARA DETERMINAN FAKTOR TERJADINYA KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA PASANGAN MENIKAH Lampiran 1 INTERVIEW GUIDE PANDUAN WAWANCARA DETERMINAN FAKTOR TERJADINYA KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA PASANGAN MENIKAH (STUDI KASUS DI DESA PEKAN TANJUNG BERINGIN) TAHUN 2016 IDENTITAS INFORMAN (ISTRI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan, hingga saat ini Indonesia masih menduduki peringkat empat di dunia dengan Jumlah penduduk Indonesia sebanyak

Lebih terperinci

mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari salah satu peristiwa tersebut adalah kehamilan. Kehamilan dan persalinan

mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari salah satu peristiwa tersebut adalah kehamilan. Kehamilan dan persalinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan membawa kita dapat dengan mudah mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari menegenai peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita remaja usia 14-19 tahun yang merupakan akibat perilaku seksual baik sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti,

Lebih terperinci