INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM FISIKA TANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM FISIKA TANAH"

Transkripsi

1 INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM FISIKA TANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

2 Instruksi Kerja Laboratorium Fisika Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Kode Dokumen : Revisi : 2 Tanggal : 08 Juni 2011 Diajukan oleh : Tim Unit Jaminan Mutu Ketua, (ttd) Dr.Ir. Sugeng Prijono, SU Dikendalikan oleh : Sekretaris Jurusan (ttd) Dr.Ir. Sugeng Prijono, SU Disetujui oleh : Ketua Jurusan Ttd Prof.Dr.Ir. Zaenal Kusuma, SU ii

3 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi iii 1. Pengambilan Contoh Tanah Utuh 1 2. Pengambilan Contoh Agregat Utuh 4 3. Pengambilan Contoh Tanah dari Profil Tanah 5 4. Analisa Berat Isi Metode Silinder 7 5. Analisa Berat Isi Metode Clod 9 6. Analisa Berat Jenis Tanah Metode Piknometer Analisa Mekanik Tanah Penetapan Tekstur Metode 14 Pipet 8. Analisa Karakteristik Lengas Tanah (Kurva pf) Analisa Kemantapan Agregat Ayakan Basah Analisa Infiltrasi Lapangan Metode Double Ring Evaporasi Tanah Terbuka Analisa Konduktivitas Hidraulik Jenuh 27 iii

4 PENGAMBILAN CONTOH TANAH UTUH RUANG LINGKUP Instruksi kerja ini berlaku bagi mahasiswa ataupun analis yang akan mengambil contoh tanah utuh dengan metode ring sample. 2. ALAT dan BAHAN a. Tabung contoh (Ring sampel) b. Ring master c. Sekop d. Pisau tajam dan tipis e. Kantong plastik f. Karet tali g. Spidol permanen 3. REFERENSI Prosedur layanan analisa laboratorium, Panduan Analisa Fisika tanah. 4. DEFINISI Tabung contoh (Ring sampel), yaitu suatu alat yang dibuat dari logam anti karat berbentuk tabung silinder. Tabung contoh tanah di jurusan tanah mempunyai ukuran sebagai berikut : Tinggi 4 cm, diameter luar 7.93 cm dan diameter dalam 7.63 cm. Tebal tabung harus memenuhi syarat nisbah luas kurang dari 0.1 untuk mencegah terjadinya tekanan mendatar. Nisbah Luas ialah: (D12 Dd2)/Dd2 dimana D1 adalah diameter luar dan Dd adalah diameter dalam. Tabung dilengkapi dengan tutup plastik. Tempat menyimpan tabung berupa peti khusus dengan ukuran disesuaikan dengan ukuran dan banyaknya tabung. 5. URAIAN KERJA a. Ratakan dan bersihkan lapisan permukaan tanah yang akan diambil contohnya, kemudian letakkan ring master tegak lurus pada lapisan tersebut. b. Gali tanah di sekeliling tabung dengan sekop (Gambar 1). 1

5 c. Buang sisa lapisan pertama sampai batas lapis kedua. Ratakan kemudian ambil contoh seperti cara diatas, dan seterusnya sehingga semua contoh setiap lapisan dapat diambil. d. Disamping mengambil contoh tanah utuh, lakukan juga pengambilan contoh tanah agregat utuh. Catatan : - Jumlah contoh tanah utuh pada setiap lokasi atau horison dalam profil tanah biasanya sekitar 8 tabung untuk keperluan penetapan permeabilitas, pf, berat jenis, berat isi dan ruang pori tanah. - Jika pembuatan profil tanah tidak memungkinkan, maka sebagai penggantinya dapat dilakukan pengamatan dan pengambilan contoh tanah dari profil tanah mini (minipit). e. Kerat tanah di sekeliling dengan pisau sampai mendekati permukaan tanah (Gambar 1). f. Masukkan tabung sampel ke dalam ring master. g. Tekan tabung dengan hati-hati sampai masuk ke dalam tanah. h. Letakkan tabung lain tepat diatas tabung pertama, kemudian tekan lagi sampai rata (Gambar 1). i. Tabung beserta tanah didalamnya digali dengan sekop (Gambar 1). j. Pisahkan tabung pertama dan kedua dengan hati-hati (Gambar 1), kemudian potonglah kelebihan tanah yang terdapat pada bagian atas dan bagian bawah tabung sampai rata (Gambar 1). k. Tutuplah tabung beserta tanahnya dengan plastik untuk mencegah penguapan dan gangguan selama dalam perjalanan. l. Pada bagian luar tabung ditulisi keterangan yang bersisi nomor contoh tanah dan kedalaman tanah. m. Masukkan tabung tersebut dalam kotak yang telah tersedia (Gambar 1). Catatan : Pengambilan contoh tanah utuh yang baik adalah waktu tanah dalam kondisi kapasitas lapangan. Kalau tanah terlalu kering dianjurkan agar disiram terlebih dahulu sehari sebelum pengambilan contoh. 2

6 Gambar 1. Langkah langkah pengambilan contoh tanah utuh. 6. LAMPIRAN Formulir pengambilan contoh tanah dan hasil analisa Fisika Tanah. 3

7 PENGAMBILAN CONTOH AGREGAT UTUH RUANG LINGKUP Instruksi kerja ini berlaku bagi mahasiswa ataupun analis yang akan mengambil contoh tanah dengan metode agregat utuh. 2. ALAT dan BAHAN a. cangkul b. kotak dengan kapasitas 2 kg c. label 3. REFERENSI Prosedur layanan analisa laboratorium, Panduan analisa Fisika tanah. 4. DEFINISI - 5. URAIAN KERJA a. Gali tanah sampai kedalaman yang diinginkan b. Ambil gumpalan tanah yang dibatasi oleh bidang belahan bumi (agregat utuh), masukkan ke dalam kotak (apabila tidak tersedia kotak, bisa dipakai tempat lain asal agregat tanah tersebut tidak mengalami kerusakan selama dalam pengangkutan). 6. LAMPIRAN Formulir pengambilan contoh tanah. 4

8 PENGAMBILAN CONTAH TANAH DARI PROFIL TANAH RUANG LINGKUP Instruksi kerja ini berlaku bagi mahasiswa ataupun analis yang akan melakukan pengambilan contoh tanah dari profil tanah. 2. ALAT dan BAHAN a. Pisau b. Tabung Kuningan c. Kantong Plastik d. Karet Tali e. Palu f. Meteran 3. REFERENSI Prosedur layanan analisa laboratorium, Panduan analisa Fisika tanah. 4. DEFINISI - 5. URAIAN KERJA a. Buat profil tanah. b. Bersihkan dengan pisau permukaan profil yang akan diamati. c. Lakukan pengamatan profil untuk menentukan horison tanah yang terdapat dalam profil tersebut. d. Lakukan pengambilan contoh tanah bisa dimulai dari lapisan atau horison yang paling bawah untuk menghindari kontaminasi tanah yang jatuh dari horison diatasnya. e. Lakukan pengambilan contoh tanah utuh mulai dari lapisan paling atas dengan cara sebagai berikut : 1. Bersihkan dan ratakan permukaan lapisan pertama pada profil yang telah diamati dan diambil contoh tanah biasa. 2. Ambil contoh tanah utuh seperti cara yang telah didiskusikan sebelumnya. 5

9 3. Buang sisa lapisan pertama sampai batas lapis kedua. Ratakan kemudian ambil contoh seperti cara diatas, dan seterusnya sehingga semua contoh setiap lapisan dapat diambil. 4. Disamping mengambil contoh tanah utuh, lakukan juga pengambilan contoh tanah agregat utuh. Catatan : - Jumlah contoh tanah utuh pada setiap lokasi atau horison dalam profil tanah biasanya sekitar 8 tabung untuk keperluan penetapan permeabilitas, pf, berat jenis, berat isi dan ruang pori tanah. - Jika pembuatan profil tanah tidak memungkinkan, maka sebagai penggantinya dapat dilakukan pengamatan dan pengambilan contoh tanah dari profil tanah mini (minipit). 6. LAMPIRAN Formulir hasil analisa Fisika Tanah. 6

10 ANALISA BERAT ISI METODE SILINDER RUANG LINGKUP Instruksi kerja ini berlaku bagi mahasiswa ataupun analis yang akan mengukur Berat Isi metode silinder. 2. ALAT dan BAHAN a. Timbangan Mettler b. Oven c. Labu ukur 100 ml d. Beaker glass e. Timbangan OHAUS f. Parafin g. Air aquadest h. Silinder stainless i. Hot plate j. Botol semprot k. Gelas ukur l. Sand box m. Benang 3. REFERENSI Prosedur layanan analisa laboratorium, Panduan analisa Fisika tanah. 4. DEFINISI Bobot isi tanah (Bulk density) adalah perbandingan antara massa tanah dengan volume partikel ditambah dengan ruang pori diantaranya. Massa tanah ditentukan setelah kering oven C dan volumenya merupakan volume dari contoh tanah yang di ambil di lapangan, sehingga dinyatakan dalam g.cm URAIAN KERJA a. Timbangan contoh tanah dengan silindernya (x gram) b. Timbang silinder kosong (y gram) c. Tetapkan kadar lengas contoh tanah (z gram) 7

11 d. Hitung bobot isi dengan rumus : Kadar air (w) Vol tanah Ring blok Vol. tanah silinder Massa padatan Mp b Berat isi g g -1 cm 3 cm 3 g g cm -3 k l m n o Rumus: BI = (100(X-Y) / (100+Z)) / (Volume tanah) 7. LAMPIRAN Formulir hasil analisa Bobot Isi Tanah Massa Ring blok Silinder total tanah basah Kadar air sub sampel (W) Tnh Tnh Kaleng basah + oven + Pjg Tgi Tgi Lbr Dmr kaleng kaleng Mt (L) ( ) (p) (t) (p) (K) (Tb + K) (To + K) cm cm cm cm cm g g g g a b c d e g h i j Keterangan : h - i k = i - j, l = a x b x c m = 0,25 π d 2 e n = o = g 1+ k n m 8

12 ANALISA BERAT ISI METODE CLOD RUANG LINGKUP Instruksi kerja ini berlaku bagi mahasiswa ataupun analis yang akan mengukur Berat Isi metode clod. 2. ALAT dan BAHAN a. Timbangan Mettler b. Oven c. Labu ukur 100 ml d. Beaker glass e. Timbangan OHAUS f. Parafin g. Air aquadest h. Silinder stainless i. Hot plate j. Botol semprot k. Gelas ukur l. Sand box m. Benang 3. REFERENSI Prosedur layanan analisa laboratorium, Panduan analisa Fisika tanah. 4. DEFINISI Bobot isi tanah (Bulk density) adalah perbandingan antara massa tanah dengan volume partikel ditambah dengan ruang pori diantaranya. Massa tanah ditentukan setelah kering oven C dan volumenya merupakan volume dari contoh tanah yang di ambil di lapangan, sehingga dinyatakan dalam g.cm URAIAN KERJA A. Bobot isi (metode clod) a. Ambil clod tanah dan letakan pada suatu wadah. b. Ikat clod tersebut dengan benang dan timbang (a). c. Lapisi clod dengan parafin panas, setelah kering timbang (b). 9

13 d. Masukan clod yang dilapisi parafin didalam gelas ukur berisi air, hitung volumenya. e. Keringkan clod dalam oven C, dan tentukan bobot tanah kering oven (d). f. Hitung bobot isi tanah dengan rumus : Rumus : BI = ((w * a)) / (b - ( (c - a)/ p )) W = kerapatan jenis air (1) p = kerapan jenis parafin (0.8) a = berat tanah clod b = volume tanah + parafin dalam gelas ukur berisi air c = berat tanah + parafin B. Untuk tanah mengembang - mengerut (metode clod) Dalam penetapan bobot isi tanah diperhitungkan atas dasar : 1. Dp m = bobot isi contoh tanah lembab 2. Dp 1/3 = bobot isi pada isapan 1/3 bar 3. Dp od = bobot isi pada kering oven (105 0C) Langkah langkah : a. Ambil 2 bongkah contoh yang berdiameter antara 5-8 cm dan utuh b. Masing-masing contoh diikat dengan benang c. Letakan dalam bak perendam untuk dijenuhkan d. Masukan kedalam sand box dan beri isapan 1/3 atm sampai kondisi setimbang (= 5 hari) e. Keluarkan contoh - contoh tanah tersebut dan masing- masing timbang f. Ambil satu contoh tanah dan masukan oven C g. Contoh tanah yang satunya lagi celupkan kedalam cairan parafin sampai rata seluruh permukaannya. Dinginkan dan timbang dari sini didapatkan berat parafin. h. Ukur volume clod + parafin (no g) dengan jalan mencelupkan ke dalam beaker glass / gelas ukur yang berisi air. Kenaikan volume air sama dengan volume clod + parafin i. Cari berat padat. Dari (no g) dapat dihitung volume parafin. Kemudian dihitung pula volume contoh 10

14 tanah 1/3 atm, yaitu kenaikan volume air (no h) dikurangi volume parafin, BJ parafin 0,8 j. Timbang contoh tanah yang dikeringkan dalam oven (no f) kemudian tentukan kadar lengasnya. k. Kadar lengas ini dapat digunakan untuk menghitung berat contoh tanah (no g) pada suhu C. Dan dapat dihitung bobot isi kondisi hisapan 1/3 atm. (berat contoh pada C) Db = (volime contoh pada 1/3 atm) Contoh tanah (no j) setelah ditimbang kemudian dilapisi pula dengan parafin cair sampai merata. Timbang lagi contoh tanah oven C + parafain. Dari sini didapatkan pula berat parafin untuk melapisi. Ukur contoh tanah seperti prosedur (no h & i) Hitung bobot isi dalam kondisi kering oven. (berat contoh pada C) Db od = (volume contoh pada C) Jika di lapangan tidak dijumpai pembengkakan, cara dengan silinder bisa dilakukan dengan syarat di dalam silinder mengandung < 5% fragmen kasar berdiameter > 2 mm. (berat tanah kering oven dalam silinder) Bobot isi = (volume silinder) 8. LAMPIRAN Formulir hasil analisa Bobot isi Tanah. 11

15 ANALISA BERAT JENIS TANAH METODE PIKNOMETER RUANG LINGKUP Instruksi kerja ini berlaku bagi mahasiswa ataupun analis yang akan mengukur Berat jenis tanah dengan metode volumetrik. 2. ALAT dan BAHAN a. Timbangan Mettler b. Oven c. Labu ukur 100 ml d. Beaker glass e. Timbangan OHAUS f. Parafin g. Air aquadest h. Silinder stainless i. Hot plate j. Botol semprot k. Gelas ukur l. Sand box m. Benang 3. REFERENSI Prosedur layanan analisa laboratorium, Panduan analisa Fisika tanah. 4. DEFINISI - 5. URAIAN PROSEDUR a. Tentukan kadar lengas contoh tanah yang dianalisa b. Timbang labu ukur kosong (x gram) c. Isikan tanah kering udara sekitar 50 gram ke dalam labu ukur. Kemudian timbang beserta labunya dan koreksi dengan kadar lengas tanahnya (Y = bobot labu kosong + tanah kering oven) d. Tambahkan air kurang lebih setengahnya sambil membilas tanah yang menempel di leher labu. 12

16 e. Untuk mengusir udara yang terjerat dalam tanah, labu didihkan berlahan-lahan beberapa menit. f. Dinginkan labu beserta isinya sampai mencapai suhu ruangan, kemudian tambahkan air dingin yang telah didihkan sampai batas volume, lalu timbang (Z gram). g. Keluarkan isi labu ukur, cuci, kemudian isi dengan air dingin yang telah dididihkan sampai batas volume. Timbang (A gram) atau (no 7) tidak usah dilakukan bila labu ukurnya telah diketahui ukuran volumenya, misal 100 ml dengan merubah rumus berat jenis. i. Hitung bobot jenis partikel dengan rumus : BJ = ((Y - X) x d) / ((Y - X) - (Z - A) ) g.cm -3 Y = berat labu kosong + tanah kering oven X = berat labu kosong (Vol. labu 100 ml) Z = berat labu berisi ( tanah + air) sampai garis batas A = berat labu dan air dingin, sampai garis batas d = kerapatan air pada saat pengamatan = 1 6. LAMPIRAN Lampiran Formulir Pengamatan Berat Jenis Tanah Metode Volumetrik. 13

17 ANALISA MEKANIK TANAH PENETAPAN TEKSTUR METODE PIPET RUANG LINGKUP Instruksi kerja ini berlaku bagi mahasiswa ataupun analis yang akan mengukur daya mekanik tanah dengan metode tekstur tanah. 2. ALAT dan BAHAN Alat : a. Labu Erlenmeyer 500 ml, Gelas Piala b. Gelas Ukur 10 ml, 50 ml dan 1000 ml c. Pengaduk listrik dan pengaduk kayu d. Ayakan 0,05 mm dan pengocoknya e. Pipet f. Timbangan (dengan ketelitian sampai 0.1 g) g. Hot Plate, oven dan kaleng timbang, thermometer Bahan Reagant : a. Hidrogen peroksida, 30 % (H 2 O 2 ) b. Kalgon 5% Larutkan 40 g NaPO 3 (natrium metafosfat ) dalam kira - kira 750 ml aquadest ke dalam labu ukur 1000 ml dengan cara menaburkan bubuk tersebut secara perlahan-lahan sambil dikocok. Kemudian tambahkan 10 g Na 2 CO 3 (natrium karbonat) dan isi aquadest sampai tanda batas. c. Asam khlorida, HCl, 2M : Masukan 90 ml HCl pekat ke dalam labu ukur 1000 ml dan dengan perlahan-lahan masukkan air suling (aquadest) sampai tanda batas. 3. REFERENSI Prosedur layanan analisa laboratorium, Panduan analisa Fisika tanah. 4. DEFINISI Tekstur adalah perbandingan antara persentase partikel pasir, debu, dan liat. 5. URAIAN KERJA 14

18 a. Timbang contoh tanah kering udara 20 g masukkan ke dalam labu erlenmeyer 500 ml dan tambahkan 50 ml air suling atau aquadest (untuk tanah-tanah kalkareous tambahkan sedikit HCl 2M agar larutan tersebut sedikit asam) b. Tambahkan 10 ml hidrogen peroksida, tunggu agar bereaksi, tambahkan sekali lagi 10 ml bila reaksi sudah berkurang. Jika sudah tidak terjadi reaksi yang kuat lagi, letakkan labu diatas pemanas hot plate dan naikkan suhunya perlahan-lahan sambil menambah hidrogen peroksida setiap 10 menit. Teruskan sampai mendidih dan tidak ada reaksi yang kuat lagi (peroksida aktif dibawah suhu C). c. Tambah 50 ml HCl 2M dan air sehingga volumenya 250 ml, dan cuci dengan air suling (untuk tanah kalkareous 4-5 kali). d. Sesudah bersih, tambahkan 20 ml kalgon 5 % dan biarkan semalam. e. Tuangkan ke dalam tabung dispersi seluruhnya dan tambahkan air suling sampai volume tertentu dan kocok dengan pengocok listrik selama 5 menit. f. Tempatkan ayakan 0.05 mm dan corong di atas labu ukur 1000 ml dan pindahkan semua tanah diatas ayakan dan cuci dengan cara disemprot air suling sampai bersih. g. Pindahkan pasir bersih yang tidak lolos ayakan ke dalam kaleng timbang dengan air dan keringkan diatas hot plate. h. Tambahkan air suling ke dalam larutan tanah yang ditampung dalam gelas ukur 1000 ml, sampai tanda batas 1000 ml. Letakkan gelas ukur ini dibawah alat pemipet. i. Buatlah larutan blanko dengan melakukan prosedur 1 s/d 8 tetapi tanpa contoh tanah. j. Aduklah larutan dengan pengaduk kayu (arah keatas dan ke bawah) dan segera ambil sampel larutan dengan cara dipipet sebanyak 20 ml pada kedalaman 10 cm dari permukaan air (Gambar 2.2). Masukkan sampel ini ke dalam kaleng timbang. k. Keringkan sampel larutan tanah dengan meletakkan kaleng diatas hot plate atau di dalam oven dan timbanglah. l. Pengambilan contoh yang kedua dilakukan setelah jangka waktu tertentu, pada kedalaman tertentu yang 15

19 tergantung dari ukuran (diameter) partikel yang akan diambil serta suhu dari larutan. Untuk keperluan ini dapat dilihat pada formulir hasil pengamatan. m. Untuk menentukan sebaran ukuran pasir, ayaklah pasir hasil saringan yang sudah dikeringkan diatas satu set ayakan yang terdiri dari beberapa ukuran lubang dengan bantuan mesin pengocok ayakan. Kemudian timbang masing-masing kelas ukuran partikel. Perhitungan Partikel Liat Massa Liat = 50 x (massa pipet ke-2 massa blanko pipet ke-2) Partikel Debu Massa Debu = 50 x (Massa pipet ke-1 massa pipet ke-2) Partikel Pasir Langsung diketahui bobot masing-masing dari hasil ayakan. Prosentase masing-masing bagian dihitung berdasarkan massa tanah (massa liat + massa debu + massa pasir). Penentuan Kelas Tekstur Tanah Setelah masing-masing fraksi partikel diketahui prosentasenya maka kelas tekstur tanah yang bersangkutan dapat diketahui dengan menggunakan bantuan gambar segitiga tekstur. Gambar. Segitiga Tekstur (USDA) untuk penetapan kelas tekstur 6. LAMPIRAN Formulir hasil analisa Fisika Tanah. 16

20 ANALISA KURVA KARAKTERISTIK TANAH (KURVA pf) RUANG LINGKUP Instruksi kerja ini berlaku bagi mahasiswa ataupun analis yang akan mengukur Kurva karakteristik Tanah (Kurva pf). 2. ALAT dan BAHAN 1. Bak Perendam contoh tanah 2. Kotak Pasir (Sand Box) 3. Kotak Kaolin (Kaolin Box) 4. Peralatan piring tekan (Pressure Plate Apparattus) 5. Timbangan (dengan ketelitian sampai 0.1 g) 6. Oven dan kaleng timbang 3. REFERENSI Prosedur layanan analisa laboratorium, Panduan analisa Fisika Tanah. 4. DEFINISI Ada hubungan antara jumlah air yang ada dalam ruangan pori (dinyatakan dalam kadar air tanah) dengan kekuatan ikatan antara air dengan padatan atau matriks tanah (dinyatakan dengan isapan matriks atau potensial matriks). Semakin banyak air dalam tanah (kadar air tinggi) maka kekuatan ikatan itu semakin lemah (potensial semakin rendah) dan sebaliknya. Hubungan ini dapat digambarkan dalam sebuah kurva, antara potensial matriks yang digambar dalam skala logaritmik (sumbu y) dengan kadar air tanah volume sebagai sumbu x. Kurva ini dinamakan kurva karakteristik air tanah atau kurva pf. Prinsip penetapannya adalah menyetimbangkan contoh tanah jenuh pada tekanan atau isapan tertentu dan setelah setimbang diukur kadar airnya, sehingga diperoleh hubungan antara besarnya tekanan atau isapan (dinyatakan dengan pf) dan besarnya kadar air volume dari contoh tanah setelah setimbang (θ ). 5. URAIAN KERJA a. Persiapkan dua macam contoh tanah yang diambil dari lapangan yaitu contoh tanah biasa dan contoh tanah utuh atau contoh tanah dengan agregat utuh. Contoh 17

21 tanah utuh diambil dengan silinderatau berupa agregat utuh. b. Masukkan contoh tanah dalam silinder ke dalam air sehingga permukaan air berada 2-4 cm di bawah permukaan silinder, dan biarkan beberapa jam sampai beberapa hari, untuk membawa tanah kepada keadaan jenuh tergantung dari jenis tanahnya. c. Jika contoh tanah berupa agregat utuh, masukkan agregat ke dalam genangan air yang tingginya sekitar 0,5 1 cm dan biarkan beberapa lama sampai jenuh. Hati-hati karena ada agregat yang mudah pecah bila dimasukkan air. d. Alat yang dipakai adalah kotak pasir atau liat yang diatur sehingga permukaan air berada pada level tertentu sesuai dengan tekanan matriks yang dikehendaki. e. Letakkan contoh tanah utuh atau agregat utuh pada permukaan pasir atau liat yang sudah disiapkan tekanannya. Yakinkan kalau sudah terjadi kontak yang baik antara contoh tanah dengan permukaan pasir atau liat. Untuk setiap contoh tanah pada setiap tekanan ulangi minimal dua kali (duplo). f. Biarkan contoh tanah itu menyatu dengan sistem yang ada sehingga kesetimbangannya tercapai. Biasanya setelah 4 10 hari tergantung dari tekstur tanah. g. Setelah kesetimbangan tercapai. Tentukanlah kadar air setiap contoh tanah. h. Pada kesetimbangan di bawah -0.3 bar dipergunakan piring yang diberi tekanan ( pressure plate apparatus ) dan diperlukan contoh tanah biasa. i. Siapkan alat yang dipergunakan, khususnya piring keramik harus direndam dalam air sehari sebelumnya sehingga yakin tidak terdapat udara dalam pori-porinya. j. Contoh tanah biasa diberi air sambil diaduk sampai jenuh, kemudian letakkan pada piring keramik yang sudah dipasang dalam tabungnya. k. Tutuplah tabung dan periksalah semua bagian alat ini dengan teliti sebelum mengalirkan gas yang bertekanan tinggi. l. Aturlah tekanan udara dalam tabung pada tekanan 10 bar, kemudian tentukan pula pengukuran pada tekanan 15 bar, biarkan sampai sistem ini mencapai kesetimbangan antara 3-5 hari. 18

22 m. Sesudah terjadi kesetimbangan keluarkan contoh tanah dan tentukan kadar airnya (kadar air volume). 9. LAMPIRAN Formulir hasil analisa Kurva Karakteristik Tanah. 19

23 ANALISA KEMANTAPAN AGREGAT METODE AYAKAN BASAH RUANG LINGKUP Instruksi kerja ini berlaku bagi mahasiswa ataupun analis yang akan mengukur kemantapan agregat dengan metode ayakan basah. 2. ALAT dan BAHAN 1. Satu set ayakan dan alat penggerak ayakan 2. Spatula, sendok, kuas 3. Timbangan (ketelitian samapai 0,1 g) 4. Kaleng Timbang 5. Oven atau hotplate 3. REFERENSI Prosedur layanan analisa laboratorium, Panduan analisa Fisika tanah. 4. DEFINISI Struktur tanah menggambarkan bagaimana partikel-partikel tersusun menjadi gumpalan yang dinamakan agregat. Karakterisasi dan evaluasi terhadap struktur tanah biasanya didasarkan pada sifat agregatnya, yaitu bentuk agregat, ukuran agregat dan kemantapan agregat. Bentuk agregat dievaluasi berdasarkan kenampakan dan ukurannya dapat diukur langsung dengan meteran. Kemantapan agregat ditentukan melalui beberapa cara : pembasahan, pemberian bahan kimia, perlakuan pemberian tekanan, dengan benturan antar agregat (dikocok), atau kombinasi diantaranya. 5. URAIAN KERJA a. Persiapan contoh tanah Ambil contoh tanah agregat utuh dari lapangan, segera dikeringudarakan. Hilangkan batu dan kerikil. Pilihlah agregat yang berdiameter antara 4,75 mm sampai 8 mm melalui pengayakan jika perlu agregat yang terlalu besar dipecahkan terlebih dahulu. b. Sebelum analisis, tentukan lebih dulu kandungan air dari contoh tanah. 20

24 c. Siapkan satu set ayakan yang disusun mulai dari yang memiliki lubang terbesar paling atas berurutan sampai yang lubangnya paling kecil terbawah. d. Masukkan sekitar 50 g contoh tanah dan sebar dengan hati-hati pada ayakan yang paling atas kemudian masukkan ke dalam tabung silinder yang telah diisi air serta kaitkan dengan mesin penggerak. Hubungkan dengan aliran listrik sekitar 5 menit dengan kecepatan 70 rpm. e. Matikan aliran listrik setelah 5 menit dan turunkan susunan ayakan. f. Pindahkan tanah yang tertinggal di masing-masing ayakan ke kaleng timbang yang sudah diketahui beratnya dan keringkan dalam oven pada suhu 105o C selama 24 jam atau diatas hotplate sampai kering. g. Catatan : memindahkan tanah dari ayakan ke kaleng timbang harus dilakukan secara cermat, karena tanah mudah tertinggal di sela-sela lubang ayakan. h. Setelah kering timbanglah setiap contoh tanah yang diperoleh dari masing-masing diameter. Perhitungan : DMR = Σ [(Øi * Mpi)/ (ΣMp)] Øi = diameter rata-rata; Mpi = massa tanah pada ayakan, ΣMp = toatl massa tanah 10. LAMPIRAN Formulir hasil analisa Kemantapan agregat tanah. 21

25 ANALISA INFILTRASI LAPANGAN METODE DOUBLE RING RUANG LINGKUP Instruksi kerja ini berlaku bagi mahasiswa ataupun analis yang akan mengukur infiltrasi tanah di lapangan dengan metode double ring. 2. ALAT dan BAHAN 1. Silinder ganda (double rings) dan perlengkapannya 2. Tandon air 3. Stopwatch 4. Kaleng timba 5. Penggaris 6. Air 3. REFERENSI Prosedur layanan analisa laboratorium, Panduan analisa fisika tanah. 4. DEFINISI Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah melalui seluruh atau sebagian permukaan tanah. Laju infiltrasi didefinisikan sebagai volume aliran (flux) air yang mengalir ke dalam profil per unit luas permukaan tanah. Bila kita lihat profil tanah selama infiltrasi, maka lapisan permukaan pada kedalaman beberapa mm atau cm di permukaan kondisinya jenuh (saturation zone), kemudian lapisan yang lebih dalam kadar lengasnya agak seragam atau uniform disebut sebagai transmission zone. Di bawah lapisan ini terdapat lapisan yang kadar airnya menurun sangat tajam disebut wetting zone dan ujung dari aliran air ke bawah disebut sebagai wetting front yang merupakan garis batas antara lapisan tanah kering dengan aliran infiltrasi. 5. URAIAN KERJA 1. Pasanglah silinder ganda untuk pengukuran infiltrasi. 2. Agar pengisian air tidak merusak struktur permukaan tanah, tutuplah permukaan tanah yang berada di dalam silinder kecil dengan lembaran plastik. 22

26 3. Isilah ruangan antara silinder besar dan kecil dengan air sehingga permukaan air 1 cm di bawah tepi atas silinder 4. Isilah silinder kecil dengan air secara hati-hati sehingga tinggi permukaan air sama dengan pada silinder luar. 5. Mulai pengukuran infiltrasi dengan menarik keluar lembaran plastik dari dalam silinder kecil dan jalankan stopwatch serta amati dan catat tinggi permukaan air dalam silinder setiap 1 menit (tergantung dari cepat atau lambatnya penurunan muka air ini). 6. Permukaan air dalam silinder ini dapat dipertahankan dengan dua cara: a. Mempertahankan permukaan air selalu tetap, misalnya ada tendon air yang dihubungkan dengan slang plastic yang ujungnya diatur pada kedalaman tertentu dari permukaan air. Cara ini dinamakan metode constant head. b. Menambahkan air dengan cepat apabila permukaan air sudah menurun pada tinggi tertentu untuk mengembalikan ke ketinggian semula. 11. LAMPIRAN Formulir hasil analisa Infiltrasi Tanah. 23

27 EVAPORASI TANAH TERBUKA RUANG LINGKUP Instruksi kerja ini berlaku bagi mahasiswa ataupun analis yang akan mengukur Evaporasi Tanah terbuka. 2. ALAT dan BAHAN 1. Silinder dari PVC ( diameter 8-10 cm, tinggi 5 cm ) 2. Pisau atau alat pemotong tanah 3. Palu atau alat pemukul 4. Lembaran plastic 5. Karet tali 6. Timbangan 7. Kuas atau sikat 3. REFERENSI Prosedur layanan analisa laboratorium, Panduan analisa fisika tanah. 4. DEFINISI Air yang masuk ke dalam tanah tidak pernah tinggal diam. Salah satu penyebab pergerakan air adalah proses penguapan dari permukaan tanah ke atmosfer yang terjadi secara terus menerus. Penguapan terjadi karena tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari tekanan uap air di permukaan tanah. Pada tanah lembab, tekanan uap air sangat besar mendekati tekanan jenuh. Tekanan uap air di atmosfer dipengaruhi oleh factor-faktor iklim atau cuaca. Perbedaan tekanan ini menyebabkan aliran uap air dari permukaan tanah ke atmosfer. Hal ini sering dikatakan sebagai kehausan atmosfer (evaporative demand) yang ditentukan oleh factor-faktor iklim. 3 hal yang mempengaruhi penguapan air dari permukaan tanah yang terbuka yaitu : a. kebutuhan atmosfer ( atmospheric demand) yang ditentukan oleh factor iklim seperti suhu udara, radiasi matahari, tekanan uap air dan angina. b. Ketersediaan air di permukaan tanah. Tanah basah berarti persediaan banayak maka potensi penguapan juga besar. 24

28 c. laju penggantian air dari lapisan di bawahnya. Jika laju aliran air cepat maka evaporasi besar, tetapi jika laju aliran lambat atau bahkan terputus maka penguapan sangat rendah. 5. URAIAN KERJA 1. Siapkan silinder yang akan dipergunakan untuk lisimeter. 2. Siapakan pipa PVC yang diameternya sekitar 3 ½ inci atau sekitar 7,5 cm. 3. Potonglah pipa PVC tersebut sehingga masingmasing panjangnya 10 cm. 4. Gosoklah salah satu ujungnya sehingga meruncing untuk mempermudah masuknya lisimeter ke dalam tanah. 5. Proses pengukuran evaporasi dilakukan pada siang hari (antara pkl ). Jadi usahakan semua proses awal berikut dapat diselesaikan sebelum pkl Bersihkan dan ratakan permukaan tanah yang akan diukur. 7. Letakkan lisimeter di atas permukaan tanah yang sudah diratakan, dengan sisi runcing berada di bagian bawah. 8. Tekanlah lisimeter dengan kuat ke dalam tanah secara hati-hati, sehingga ujung atas lisimeter rata dengan permukaan tanah. Jika diperlukan dapat dibantu dengan memukul secara perlahan-lahan dan hati-hati. 9. Keluarkan lisimeter yang telah berisi tanah secara ekstra hati-hati agar tanah yang ada di dalamnya tidak tumpah. Agar lebih mudah mengeluarkan lisimeter, dapat dibantu dengan menggali tanah di sekitar tabung. 10. Ratakan tanah di bagian bawah dan tutuplah dengan lembaran plastic dan ikatlah dengan tali karet. Catatan : yang tertutup adalah bagian dasar lisimeter dan yang terbuka adalah bagian atas. 11. Timbanglah lisimeter berisi tanah yang sudah ditutup plastic (berat = x gram). 12. Kembalikan lisimeter ini ke dalam lubang tempat semula, dan usahakan agar posisinya tepat dalam 25

29 lubang dan permukaan tanah dalam tabung rata dengan permukaan tanah di sekitarnya. 13. Pada sore hari (sesudah pk atau jika sudah tidak panas lagi), keluarkan lisimeter dan bersihkan dindingnya dengan kuas. Perhatikan agar tidak ada tanah yang menempel di dinding dan terutama yang melekat ke plastic atau karet. 14. Timbangan sekali lagi (berat = y gram ) 15. Lembalikan lisimeter ini ke lubang semula, mungkin besok paginya akan diulangi lagi pengukuran mulai no 8 sampai no 11, jika memenuhi syarat-syarat tertentu. 16. Catatan yang perlu diperhatikan : a. Pengukuran yang dianggap sah (valid jika antara dua penimbangan itu tidak terjadi penambahan air (hujan atau irigasi ) dan gangguan gangguan lainnya. b. Lisimeter yang sama dapat diukur beberapa hari (maksimal 4 hari berturut-turut), selama tidak ada aliran air dari lapisan lebih dalam dari dasar lisimeter (10 cm). Perhitungan Cara menghitung penguapan : Luas permukaan tanah dalam lisimeter = luas tabung Luas tabung = z cm 2 Air yang diuapkan = bobot pagi hari bobot sore hari Air yang diuapkan = (x-y)gram = (x-y)/ z р cm3 Penguapan = {(x-y)/р cm3}/{z cm 2 }= {(x-y)/z р} cm 6. LAMPIRAN Formulir hasil analisa Evaporasi Tanah. 26

30 ANALISA HANTARAN HIDRAULIK METODE JENUH RUANG LINGKUP Instruksi kerja ini berlaku bagi mahasiswa ataupun analis yang akan mengukur Hantaran Hidraulik dengan metode jenuh. 2. ALAT dan BAHAN 1. Alat penetapan hantaran hidraulik jenuh 2. Tabung silinder 3. Tempat penampung air 4. Gelas Ukur / Tabung ukur 100 ml 3. REFERENSI Prosedur layanan analisa laboratorium, Panduan analisa Fisika tanah. 4. DEFINISI Hantaran hidrolik tanah timbul karena adanya pori kapiler yang saling bersambungan satu dengan yang lainnya. Secara kuantitatif hantaran hidrolik jenuh dapat diartikan sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan pada media berpori dalam keadaan jenuh. Dalam hal ini sebagai cairan adalah air dan sebagai media pori adalah tanah. Penetapan hantaran hidrolik didasarkan pada hukum Darcy. Dalam hukum Darcy hantaran hidrolik dinyatakan sebagai faktor K dalam persamaan sebagai berikut : V = -K dh/dz Dimana : V = kecepatan aliran (LT -1 ) K = hantaran hidrolik (lt -1 ) DH/dz = gradien potensial hidrolik Dalam hukum ini tanah dianggap sebagi sekelompok tabung kapiler halus dan lurus denga jari-jari yang seragam. Sehingga gerakan air dalam tabung tersebut dianggap mempunyai kecepatan yang sama. Disamping dipengaruhi oleh porositas, hantaran hidrolik juga tergantung dari viskositas dan berat jenis air tanah. Hubungan ini dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut : 27

31 K = (K η ) / (g p ), dimana K = hantaran hidrolik jenuh (m s -1 ) K = permeabilitas tergantung berat oleh jenis dan viskositas (m 2 ) p = berat jenis cairan (gas) (kg m -3 ) g = percepatan grafitasi (m s -2 ) n = viskositas cairan (gas) (kg m -1 s -1 ) Dalam persamaan diatas, berat jenis dan viskositas tergantung pada temperatur dan kandungan garam dalam air. Dari persamaan (2) dapat ditekankan bahwa hantaran hidrolik hanya berkaitan dengan air, sedang permeabiliats berkaitan dengan segala zat yang dapat bergerak melalui tanah. Berdasarkan kenyataan ini maka hantaran hidrolik dapat diukur di laboratorium dan dari hasil pengukuran ini dapat digunakan untuk menghitung permeabilitas. Pengukuran hidrolik amat penting untuk beberapa aspek pertanian. Masuknya air ke dalam tanah, aliran air drainase, evaporasi air dari permukaan tanah dan penentuan besarnya erosi tanah dengan faktor permeabilitas tanah, merupakan beberapa keadaan yang nyata dimana hantaran hidrolik memainkan peranannya. Pengukuran hantaran hidrolik jenuh ini digunakan metode constant head yang dikembangkan oleh De Boodt (1967). Prinsipnya : kecepatan pergerakan air melintasi tanah diduga dengan mengukur jumlah air yang melintasi kolom tanah dalan jangka waktu tertentu. 5. URAIAN KERJA CONTOH TANAH DENGAN SILINDER KECIL 1. Contoh tanah dengan tabungnya direndam dalam air pada bak perendam sampai setinggi 1 cm di bawah permukaan tabung bagaian atas selama 24 jam. Hal ini dilakukan supaya udara dalam pori tanah keluar semua. 2. Contoh tanah dengan tabungnya dipindahkan ke alat penetapan hantaran hidrolik jenuh, kemudian air dialirkan ke dalam alat tersebut. 3. Setelah tingginya air dalam alat pengukur konstan, ukurlah air yang menetes dalam interval waktu tertentu. Ulangi pengukuran sampai lima kali. 28

32 4. Ambilah rata-rata dari kelima pengukuran tadi dan hitung hantaran hidroliknya dengan persamaan : K = (ql) / (A * t * H) K = hantaran hidrolik (cm. s -1 ) q = vol. air yangterkumpul (cm 3 ) L = tinggi contoh tanah (cm) A = luas permukaan tanah (cm 2 ) t = waktu yang digunakan oleh q (s) H = perbedaan tinggi air didalam dan diluar contoh (cm) 7. LAMPIRAN Formulir hasil analisa Hantaran Hiidraulik Jenuh Tanah. 29

PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA TANAH

PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA TANAH PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA TANAH Oleh Ir. I Nyoman Puja, M.S. JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2008 KATA PENGANTAR Usaha untuk memantapkan dan memahami teori yang diperoleh

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENGAMBILAN SAMPEL TANAH INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM FISIKA JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN. UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

INSTRUKSI KERJA PENGAMBILAN SAMPEL TANAH INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM FISIKA JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN. UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 INSTRUKSI KERJA PENGAMBILAN SAMPEL TANAH INSTRUKSI KERJA BERAT ISI TANAH DAN PENGOLAHAN DATA Laboratorium Fisika Jurusan Tanah FP. Universitas Brawijaya Kode Dokumen : Refisi : Tanggal : Di susun oleh

Lebih terperinci

Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun

Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun LAMPIRAN 111 Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun Minggu Setelah Tanam Cara Aplikasi Dosis (g) Jenis pupuk 5 Siram 0.5 NPK 15.15.6.4.TE *) (150

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di PT. GGP Terbanggi Besar Lampung Tengahpada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di PT. GGP Terbanggi Besar Lampung Tengahpada 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. GGP Terbanggi Besar Lampung Tengahpada bulan September sampai dengan juni 2015 pada areal pertanaman nanas (Ananas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2012 pada areal

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2012 pada areal III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2012 pada areal pertanaman nanas (Ananas comosus) yang berumur 6 bulan yang di rotasi

Lebih terperinci

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^ m. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, di mulai pada bulan Mei sampai Juli 2010, meliputi pelaksanaan survei di lapangan dan dilanjutkan dengan analisis tanah di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan tanah untuk penelitian berupa tanah podsolik yang diambil dari Jasinga, Kabupaten Bogor. Pengambilan bahan tanah podsolik dilakukan pada minggu ke-3 bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 April 2014 pada areal lahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 April 2014 pada areal lahan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 April 2014 pada areal lahan pertanaman nanas (Ananas comosus L.) yang banyak mengandung bahan kasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah terdiri atas bahan padat dan ruang pori di antara bahan padat,

BAB I PENDAHULUAN. Tanah terdiri atas bahan padat dan ruang pori di antara bahan padat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah terdiri atas bahan padat dan ruang pori di antara bahan padat, dalam berbagai bentuk dan ukuran. Bahan padat terdiri atas bahan organic pada berbagai tingkat

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). LAMPIRAN 74 Lampiran 1. Klasifikasi fraksi tanah menurut standar Internasional dan USDA. Tabel kalsifikasi internasional fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). Fraksi Tanah Diameter (mm) Pasir 2.00-0.02

Lebih terperinci

15. PENETAPAN RETENSI AIR TANAH DI LABORATORIUM

15. PENETAPAN RETENSI AIR TANAH DI LABORATORIUM Penetapan Retensi Air Tanah di Laboratorium 167 15. PENETAPAN RETENSI AIR TANAH DI LABORATORIUM Sudirman, S. Sutono, dan Ishak Juarsah 1. PENDAHULUAN Penilaian kondisi fisik tanah di lapangan sebaiknya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Terminal Betan Subing Tebanggi Besar. Lampung Tengah, pada bulan September - Oktober 2012.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Terminal Betan Subing Tebanggi Besar. Lampung Tengah, pada bulan September - Oktober 2012. 1 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Terminal Betan Subing Tebanggi Besar Lampung Tengah, pada bulan September - Oktober 2012. Analisis Tanah dilakukan

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KADAR AIR DAN KADAR FRAKSI RINGAN DALAM CAMPURAN PERKERASAN BERASPAL

METODE PENGUJIAN KADAR AIR DAN KADAR FRAKSI RINGAN DALAM CAMPURAN PERKERASAN BERASPAL METODE PENGUJIAN KADAR AIR DAN KADAR FRAKSI RINGAN DALAM CAMPURAN PERKERASAN BERASPAL BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Metode pengujian ini membahas ketentuan persiapan dan tata cara pengujian kadar air

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI

MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI FERDINAND FASSA, S.T., M.T. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA 2016 1 I. PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR A. Pendahuluan Pasir adalah butiran butiran mineral yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pengumpulan Data Penelitian dimulai dari melakukan studi pustaka tentang embung dan megumpulkan data-data yang digunakan sebagai pedoman dalam penelitian ini seperti mengumpulkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 s/d juni 2014. Lokasi penelitian dilaksanakan di perkebunan PT. Asam Jawa Kecamatan Torgamba, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi % liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia teknik sipil, teknologi mengenai beton merupakan hal yang wajib untuk dipahami secara teoritis maupun praktis mengingat bahwa beton merupakan salah satu

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di petak percobaan Kelurahan Pasirjati Kecamatan Ujungberung Kota Bandung dimana wilayah tersebut memiliki jenis

Lebih terperinci

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN BAHAN SUSUN BETON

PEMERIKSAAN BAHAN SUSUN BETON PEMERIKSAAN BAHAN SUSUN BETON 2.1. Umum Beton merupakan hasil campuran Semen Portland (PC), agregar halus (pasir), agregat kasar (krikil), dan air dengan atau tanpa bahan tambah (admixtures) dengan proporsi

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN SNI 13-6427-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode pengujian ini meliputi prosedur penentuan kehilangan campuran tanah semen, perubahan kadar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah dan Laboratorium Hidrolika dan Hidromekanika, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH PEDOMAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SUMBERDAYA LAHAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UPN VETERAN JATIM 2011 Pedoman Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah 1 KEGIATAN PESERTA

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL

METODE PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL SNI 06-2489-1991 SK SNI M-58-1990-03 METODE PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH SNI 03-1742-1989 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam

Lebih terperinci

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 )

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Bulan Lampiran 1. Data Iklim Wilayah Dramaga pada Bulan Februari hingga Mei 2011 Suhu Rata-rata ( o C) Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Penguapan (mm) Kelembaban Udara (%) Februari 25.6

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai pada bulan April 2010 sampai bulan Maret 2011 yang dilakukan di University Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor untuk kegiatan pengomposan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. melakukan penelitian di laboratorium. Persiapan penelitian terdiri dari:

III. METODOLOGI PENELITIAN. melakukan penelitian di laboratorium. Persiapan penelitian terdiri dari: 68 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian merupakan tahapan yang dilakukan sebelum peneliti melakukan penelitian di laboratorium. Persiapan penelitian terdiri dari: 1.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

Bab 4. AIR TANAH. Foto : Kurniatun Hairiah

Bab 4. AIR TANAH. Foto : Kurniatun Hairiah Bab 4. AIR TANAH Foto : Kurniatun Hairiah Apa yang dipelajari? Kapilaritas dan Air Tanah Konsep Enerji Air Tanah Kadar Air dan Potensial Air Mengukur Kadar dan Potensial Air Macam-macam aliran air di dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah tanah yang diambil dari Desa Rawa

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah tanah yang diambil dari Desa Rawa III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang akan diuji adalah tanah yang diambil dari Desa Rawa Sragi, Kabupaten Lampung Timur B. Metode Pengambilan Sampel Pada saat pengambilan sampel

Lebih terperinci

Lampiran 2. Prosedur Analisis Logam Dalam Sedimen dengan metode USEPA 3050B (APHA, 1992)

Lampiran 2. Prosedur Analisis Logam Dalam Sedimen dengan metode USEPA 3050B (APHA, 1992) L A M P I R A N Lampiran 1. Data Kualitas Perairan St. Lokasi Koordinat Kedalaman Temperatur Bujur Lintang (m) (0C) Salinitas 1 Muara Angke 106.7675-6.1035 3.1 27.6 2 2 Laut 106.744-6.0939 3.2 29.7 10

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN PARTIKEL RINGAN DALAM AGREGAT

METODE PENGUJIAN PARTIKEL RINGAN DALAM AGREGAT METODE PENGUJIAN PARTIKEL RINGAN DALAM AGREGAT SNI 03-3416-1994 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam melakukan pengujian partikel ringan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2012) TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami proses-proses aliran

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi penelitian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi penelitian BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Merapi di DAS Pabelan. Pemilihan lokasi DAS Pabelan karena merupakan salah satu jalur yang terkena

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH PEDOMAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SUMBERDAYA LAHAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UPN VETERAN JATIM 2012 KEGIATAN PESERTA PRAKTIKUM Nama Mahasiswa :... NPM :... Semester

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN SNI 03-6877-2002 1. Ruang Lingkup 1.1 Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas (tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang terdapat di Kecamatan Kemiling,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 13 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai Desember 2011 dan terbagi menjadi 2 tempat yakni lapang dan laboratorium. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Lampiran 2. Metode Analisa Sifat Fisika Tanah

Lampiran 2. Metode Analisa Sifat Fisika Tanah Lampiran 2. Metode Analisa Sifat Fisika Tanah No. Metoda Cara Kerja Perhitungan / Rumus 1. Porositas Tanah Perbandingan Berat Isi dengan Berat Jenis 2. Permeabilitas Constant head permeameter 3. Kemantapan

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM SNI 03-6798-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi prosedur pembuatan dan perawatan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Lada hitam. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Lada hitam. Badan Standardisasi Nasional ICS SNI 01-0005-1995 Standar Nasional Indonesia Lada hitam ICS Badan Standardisasi Nasional i SNI 01 0005-1995 Daftar Isi 1. Ruang lingkup... 2 2. Acuan Normatif... 2 3. Istilah dan definisi... 2 4. Klasifikasi/penggolongan...

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di daerah kawasan rawan bencana DAS Krasak. Pemilihan lokasi DAS Krasak karena merupakan salah satu jalur/kawasan yang terkena lahar

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN AGREGAT HALUS ATAU PASIR YANG MENGANDUNG BAHAN PLASTIK DENGAN CARA SETARA PASIR

METODE PENGUJIAN AGREGAT HALUS ATAU PASIR YANG MENGANDUNG BAHAN PLASTIK DENGAN CARA SETARA PASIR METODE PENGUJIAN AGREGAT HALUS ATAU PASIR YANG MENGANDUNG BAHAN PLASTIK DENGAN CARA SETARA PASIR BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode Pengujian Agregat Halus atau Pasir yang Mengandung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai Mei 2015 bertempat di Lahan kering terbuka, timur Greenhouse C Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2)

TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2) TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2) Nama : Sonia Tambunan NIM : 105040201111171 Kelas : I UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG

Lebih terperinci

IRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR. Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1) Semester Genap 2011/2012

IRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR. Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1) Semester Genap 2011/2012 Nama : Yudhistira Wharta Wahyudi NIM : 105040204111013 Kelas : J, Jumat 09:15 Dosen : Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU IRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1)

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN BERAT JENIS NYATA CAMPURAN BERASPAL DIPADATKAN MENGGUNAKAN BENDA UJI KERING PERMUKAAN JENUH

METODE PENGUJIAN BERAT JENIS NYATA CAMPURAN BERASPAL DIPADATKAN MENGGUNAKAN BENDA UJI KERING PERMUKAAN JENUH METODE PENGUJIAN BERAT JENIS NYATA CAMPURAN BERASPAL DIPADATKAN MENGGUNAKAN BENDA UJI KERING PERMUKAAN JENUH BAB I DESKRIPSI 1.1. Ruang Lingkup Metode pengujian ini meliputi : a. penentuan berat jenis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Dalam penelitian ini akan mencari hubungan antara faktor air semen dengan kuat tekan menggunakan bahan lokal. Disini akan dipelajari karakteristik agregat baik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti,

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti, III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur. Pengambilan sampel tanah pasir menggunakan tabung pipa paralon

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di daerah kawasan rawan bencana sub DAS Putih. Pemilihan lokasi sub DAS putih karena merupakan salah satu jalur yang terkena lahar

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN 4.1 Pengujian Agregat Pengujian agregat bertujuan untuk mengetahui sifat atau karakteristik agregat yang diperoleh dari hasil pemecahan stone crusher (mesin pemecah batu).

Lebih terperinci

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk Cara nya Pembersihan sangat mengencerkan suatu larutan. adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu disarankan busa / dikeringkandengan lap.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari Sukarame, Bandar Lampung. Serta cornice adhesive atau

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari Sukarame, Bandar Lampung. Serta cornice adhesive atau III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah timbunan yang berasal dari Sukarame, Bandar Lampung. Serta cornice adhesive atau perekat gypsum

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum Dalam bab ini menjelaskan cara penelitian yang dilakukan untuk menaikkan kualitas air hujan dengan batu kapur, baru kapur yang dipanaskan 400 C, karbon aktif

Lebih terperinci

Tabel 7. Laju infiltrasi akhir pada beberapa penelitian

Tabel 7. Laju infiltrasi akhir pada beberapa penelitian Tabel 7. Laju infiltrasi akhir pada beberapa penelitian Lahan Laju Infiltrasi (mm/jam) Referensi Pertanian 6-3 Agnihorti and Yadav (1995) Pertanian 57-10 Navar and Synnot (000) Sawah 0,0-0,15 Liu (001)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Penelitian ini dilakukan di laboratorium jalan raya UPT. Pengujian dan Pengendalian Mutu Dinas Bina Marga, Provinsi Sumatera Utara. Jalan Sakti Lubis No. 7 R Medan.

Lebih terperinci

Metode pengujian kadar semen portland dalam Beton keras yang memakai semen hidrolik

Metode pengujian kadar semen portland dalam Beton keras yang memakai semen hidrolik SNI 03-4805-1998 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kadar semen portland dalam Beton keras yang memakai semen hidrolik Badan Standardisasi NasionalBSN DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i BAB I

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Cara uji kelarutan aspal 1 Ruang lingkup Cara uji kelarutan aspal secara khusus menguraikan alat dan bahan yang digunakan serta prosedur kerja untuk mendapatkan hasil kelarutan aspal. Cara uji ini dilakukan

Lebih terperinci

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BABffl METODOLOGIPENELITIAN BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah organik

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah organik III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah organik yang berasal dari Rawa Sragi, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur. Dan Cornice

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN 1. Ruang Lingkup a. Metode ini meliputi pengujian untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan pada campuran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah : BAB III METODOLOGI III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah : III.1.1 Pembuatan Ekstrak Alat 1. Loyang ukuran (40 x 60) cm 7. Kompor

Lebih terperinci

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Cara menggunakannya adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkandengan lap. Kemudian dimasukkan larutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan melakukan pembuatan benda uji di laboratorium dengan berbagai variasi

Lebih terperinci

Beberapa Alat dalam Laboratorium Beserta Fungsinya

Beberapa Alat dalam Laboratorium Beserta Fungsinya Chemistry is amazing Beberapa Alat dalam Laboratorium Beserta Fungsinya Alat Fungsi Tempat membuat larutan. Dalam membuat larutan erlenmeyer yang selalu digunakan. Erlenmeyer Untuk destilasi larutan. Pada

Lebih terperinci

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Lampiran 1 BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Bahan Tepung ubi jalar Putih Coklat collata Margarin Gula pasir Telur Coklat bubuk Kacang kenari Jumlah 250 gr 350 gr 380 gr 250 gr 8 butir 55 gr 50 gr Cara Membuat:

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Bagan Alir penelitian

Gambar 3.1 Bagan Alir penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Survey Lokasi Pengambilan material sirtu sungai Alo Pengujian Awal : - Pengujian Kadar Air - Pengujian Gradasi - Pengujian Berat Jenis dan Absorpsi - Pengujian

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis tanah

Cara uji berat jenis tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan.. iii 1 Ruang lingkup.. 1 2 Acuan normatif. 1 3 Istilah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari (1) pengambilan contoh tanah Podsolik yang dilakukan di daerah Jasinga, (2) analisis tanah awal dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH.

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH. MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH-AIR-TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2013) Lab. Fisika Tanah FPUB TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Alat dan bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini dilakukan sebuah perumahan yang berada di kelurahan Beringin Jaya Kecamatan Kemiling Kota

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian adalah urutan-urutan kegiatan penelitian, meliputi pengumpulan data, proses rekayasa, pengujian sample, dan diteruskan penarikan kesimpulan. Sedangkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH Acara I. Penetapan Kadar Air Tanah

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH Acara I. Penetapan Kadar Air Tanah LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH Acara I. Penetapan Kadar Air Tanah Nama Oleh: : Arifin Budi Purnomo NIM : A1C012025 Rombongan : E1(Agribisnis) Asisten : Kristia D A Reza Riski T Wefindria Afifah Nova

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan III. METODOLOGI PENELITIAN Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan diantaranya adalah : A. Populasi Populasi adalah subyek

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH BOBOT ISI DAN BOBOT JENIS

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH BOBOT ISI DAN BOBOT JENIS LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH BOBOT ISI DAN BOBOT JENIS Nama : Samsul huda as NIM : 105040207111020 Kelompok : Selasa, 13.00 Asisten : Tino UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik 26 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penetilian 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung. 2.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Proses penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu; proses pengujian keadaan fisik bahan-bahan beton ( cth : specific gravity, absorpsi, dan kadar air ) serta preparasi benda

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material Jurusan Fisika FMIPA Unila dan Laboratorium Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik

Lebih terperinci

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN Tilupl Gambar A.1 Diagram Alir Metode Penelitian A-1 LAMPIRAN B PROSEDUR PEMBUATAN COCODIESEL MELALUI REAKSI METANOLISIS B.l Susunan Peralatan Reaksi metanolisis

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu : 9 BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pembersihan kelapa sawit, kemudian dipanaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci