ANALISIS PEMBOROSAN WAKTU YANG TERJADI DI LANTAI PRODUKSI PADA PT. SOLINDO GRAPIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PEMBOROSAN WAKTU YANG TERJADI DI LANTAI PRODUKSI PADA PT. SOLINDO GRAPIKA"

Transkripsi

1 Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN: ANALISIS PEMBOROSAN WAKTU YANG TERJADI DI LANTAI PRODUKSI PADA PT. SOLINDO GRAPIKA Prihantoro Cahyo Waskitomo 1*, Vinsentius Ariyono 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 43, Yogyakarta * cahyo.prihantoro@gmail.com Abstrak Permintaan akan produk-produk yang bersifat cepat saji semakin meningkat. Semakin banyaknya permintaan akan barang cepat saji tentu juga akan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan komoditas pelengkapnya, salah satunya adalah kemasan. PT. Solindo Grapika adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang kemasan (flexible packaging). Masalah yang terjadi di PT. Solindo Grapika adalah pemborosan waktu yang tidak menambah nilai barang (non-value added) yang menyebabkan rendahnya efisiensi dan efektifitas produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi penyebab pemborosan waktu yang terjadi pada lantai produksi serta memberikan usulan perbaikan yang dapat berguna bagi perusahaan di masa yang akan datang sehingga diharapkan PT. Solindo Grapika mampu lebih bersaing dalam dunia industri. Analisis dilakukan dengan menggunakan Value Stream Mapping untuk mengetahui penyebab aktivitas non-value added yang terjadi. Setelah dilakukan analisis, maka akan terlihat penyebab terjadinya aktivitas non-value added sehingga alternatif solusi dapat diberikan dengan melakukan analisa lebih dalam mengenai penyebab pemborosan waktu yang terjadi. Hasil dari penelitian ini adalah memberikan solusi mengenai usulan tata letak mesin yang memberikan jarak perpindahan material yang lebih singkat dengan membandingkan aliran riil material pada tata letak saat ini dengan empat alternatif aliran material pada usulan tata letak sehingga waktu yang terbuang hanya untuk perpindahan material dapat dikurangi. Kata kunci: material handling, tata letak fasilitas pabrik, value stream mapping 1. PENDAHULUAN Mobilitas manusia saat ini semakin tinggi. Permintaan akan produk-produk yang bersifat cepat saji juga semakin meningkat. Semakin banyaknya permintaan akan barang cepat saji tentu juga akan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan komoditas pelengkapnya, salah satunya adalah kemasan. Kemasan yang digunakan dalam industri secara umum dibagi menjadi dua, yaitu flexible packaging dan rigid packaging. Mengacu pada data yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia mengenai laju pertumbuhan industri pengolahan non migas terutama pada hasil olahan kertas dan barang cetakan pada tahun 2007 hingga 2012, Indonesia mengalami laju pertumbuhan sebesar 5,8% pada Pada tahun berikutnya Indonesia mengalami penurunan dari tahun sebelunya sebesar 1,5% dan kemudian kembali mengalami kenaikan sebesar 6,3% pada tahun Kenaikan laju pertumbuhan terus dialami Indonesia yakni sebesar 1,7% pada tahun 2010, 1,5% pada tahun 2011, dan 0,5% pada tahun Hal ini membuktikan bahwa trend laju industri pengolahan kertas dan barang cetak selama tiga tahun terus mengalami kenaikan yang berkisar antara 1%. Data ini secara tidak langsung merupakan peringatan bagi perusahaan untuk terus mengembangkan kinerjanya, salah satunya adalah dengan meningkatkan efisiensi di lantai produksi. Tata letak perusahaan juga merupakan salah satu aspek penting yang akan mempengaruhi efesiensi perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk bersaing. PT. Solindo Grapika adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang flexible packaging. Dalam pengoperasiannya, PT. Solindo Grapika bekerja selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Saat ini perusahaan mampu memproduksi 10 roll tiap hari tiap mesin dengan jumlah item berkisar antara 5 item dengan waktu setting tiap pergantian item adalah 2 jam. Waktu setting hanya diberlakukan untuk setiap penggantian item karena satu item dapat terdiri lebih dari satu roll. Berdasarkan putaran mesin sebesar 300 meter per menit, maka untuk menyelesaikan sebuah roll sepanjang 8000 meter membutuhkan waktu tidak lebih dari 30 menit dan untuk 13

2 Prosiding SNATIF Ke -1 Tahun ISBN: menyelesaikan 10 roll hanya dibutuhkan waktu sekitar 4 sampai 5 jam ditambah dengan waktu untuk melepas dan memasang roll yang baru. Apabila waktu setting dijumlahkan dengan waktu proses, maka waktu produksi akan berkisar pada 15 jam per hari. Masih banyak waktu produksi yang terbuang dengan percuma dan tidak menambah nilai dari barang yang diproduksi akibat dari masih tingginya pemborosan waktu. Apabila membandingkan waktu produksi diatas dengan waktu operasional pabrik yang mencapai 22 jam per hari, berarti terdapat sekitar 7 jam waktu yang masih dapat dimaksimalkan. Terlebih lagi nilai produksi mesin printing tiap jamnya mencapai US$360. Banyaknya waktu yang terbuang menyebabkan kurang maksimalnya kapasitas produksi. Hal ini juga berdampak secara tidak langsung kepada terlambatnya pengiriman order dari konsumen. Efisiensi perusahaan tentu akan meningkat apabila tingkat pemborosan waktu dapat diminimalisir. Pada sebuah perusahaan yang memiliki perputaran material yang cepat seperti pada PT. Solindo Grapika, idealnya kegiatan-kegiatan yang tidak perlu dapat dieleminasi, jarak pemindahan sedapat mungkin dihilangkan agar waktu tidak banyak yang terbuang hanya untuk memindahkan bahan baku. 2. METODOLOGI Bentuk penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian dilapangan. Objek penelitian diamati dan dipelajari sehingga dapat digambarkan kondisi yang sedang berlangsung, kemudian dilakukan studi untuk melakukan perbaikan-perbaikan dengan menggunakan ilmu-ilmu yang terkait. 1) Tahap Observasi Lapangan Pada tahap ini dilakukan peninjauan secara langsung untuk mengamati kondisi perusahaan yang diteliti untuk mengetahui masalah yang sering muncul sehingga perlu dilakukan analisa untuk mencari solusi atas masalah yang terjadi. 2) Tahap Perumusan Masalah Tahap perumusan masalah dilakukan setelah melihat langsung kondisi riil pada perusahaan sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang terjadi pada perusahaan serta penyebab-penyebab masalah tersebut. 3) Tahap Pengumpulan Data Awal (sekunder) Tahap pengumpulan data awal dibutuhkan untuk mengetahui kapasitas produksi setiap mesin per hari sehingga dapat diketahui nilai kerugian per jam. 4) Tahap Studi Literatur Studi literatur merupakan tahapan untuk mempelajari teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dianalisa dalam upaya mengetahui data-data apa saja yang dibutuhkan dalam proses analisis. 5) Tahap Pengumpulan Data Lanjutan Pada tahap ini data yang diperlukan adalah mengenai proses produksi yang berlangsung. Data yang dihasilkan adalah berupa aliran material selama proses. Di mesin mana saja material tersebut dikerjakan dan berapa lama waktu pengerjaannya serta termasuk juga waktu menunggu material untuk masuk pada proses berikutnya. 6) Tahap Analisis Data Merupakan tahap analisis serta pembahasan terhadap data-data yang telah diperoleh. Analisa dilakukan dengan menggunakan Value Stream Mapping. 7) Tahap Akhir Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan, serta pembuatan laporan. Seluruh tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1. 14

3 Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN: Mulai Observasi lapangan: Melakukan pengamatan mengenai proses produksi dan studi mengenai masalah yang muncul Perumusan masalah yang ditemukan: Memetakan masalah yang terjadi seperti waktu menunggu yang terlalu lama dan letak mesin yang kurang tertata dengan baik Pengumpulan data awal (sekunder): Melakukan interview dengan beberapa narasumber yaitu = karyawan, kepala produksi, dan general manager Studi literatur: Studi literatur merupakan tahap mempelajari suatu hal secara teoritis yang berkaitan dengan masalah Data yang diperoleh: 1. Data alur produksi 2. Nilai produksi per jam 3. Kapasitas produksi 4. Waktu produksi A Gambar 1. Diagram alir metodologi penelitian A Pengumpulan data awal (sekunder): Melakukan interview dengan beberapa narasumber yaitu = karyawan, kepala produksi, dan general manager Pengolahan data: 1. menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan Value Stream Mapping 2. mencari aktivitas yang menambah nilai material dan tidak menambah nilai material 3. Mencari solusi untuk aktivitas yang tidak menambah nilai material Penarikan kesimpulan dan penulisan laporan Selesai Gambar 1. Lanjutan 15

4 Prosiding SNATIF Ke -1 Tahun ISBN: HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Solindo Grapika memproduksi kemasan plastik (flexible packaging) sesuai dengan pesanan dari pelanggan. Proses produksi dimulai dari konsumen melakukan pemesanan kepada PT. Solindo Grapika. Setelah mesin dan bahan baku siap, maka proses produksi yang pertama siap untuk dilakukan. Banyaknya mesin yang harus dilalui suatu bahan baku bergantung dari kebutuhan pesanan konsumen Tahap Pembuatan Value Stream Mapping Value Stream Mapping digunakan untuk mengalisis proses produksi suatu material sehingga dapat diketahui proses mana yang value added dan proses mana yang non-value added. Dalam pembuatan Value Stream Mapping langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : a. Menggambarkan tahapan mesin yang digunakan dalam menyelesaikan suatu produk. Data mengenai mesin apa saja yang digunakan untuk menyelesaikan material hingga siap dikirim. Misalnya dalam menyelesaikan order STP. Polos Kombinasi dibutuhkan 4 mesin, pertama adalah mesin printing, kemudian laminasi, slitting, hingga ke mesin terakhir yaitu bag making. Contoh penggambaran tahapan dapat dilihat pada gambar 2. Printing Laminasi Slitting Bag Making Gambar 2. Contoh Penggambaran Tahapan Mesin b. Contoh time line beserta dengan keterangannya dapat dilihat pada gambar 3. Lamanya proses pengerjaan 4 jam 4' 4'50'' ' LT : 26'50'' Lamanya produk menunggu Tanggal proses permesinan Total lead time Gambar 3. Contoh Time Line Lama proses, tanggal pengerjaan, dan lamanya proses menunggu diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan. Lead time diperoleh dari hasil penjumlahan waktu proses dan waktu menunggu. Lamanya waktu pengerjaan, waktu menunggu, dan lead time dinyatakan dengan satuan jam. Produk yang telah melewati proses pertama idealnya langsung dikerjakan proses berikutnya, akan tetapi karena terbatasnya jumlah mesin, maka produk harus menunggu hingga mesin kosong dan dapat digunakan. 16

5 Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN: Pembuatan Value Stream Mapping Value Stream Mapping akan membantu menggambarkan jalannya proses yang berlangsung dari awal hingga akhir. Berikut ini adalah Value Stream Mapping salah satu produk yaitu STP. Polos kombinasi yang dapat dilihat pada gambar 4. Printing Laminasi Slitting Bag Making 5' 15'' 6' 7' 50'' 17' ' 12' 15' LT: 77'5'' Dari data Value Stream Mapping yang telah dibuat dapat dilihat bahwa waktu menunggu produk cukup besar. Pada saat produk berada dilantai produksi mulai dari proses pertama hingga proses terakhir, dapat dilihat bahwa waktu yang digunakan untuk menunggu barang yang akan diproses lebih lama dari waktu yang digunakan untuk memproses barang itu sendiri. Menunggu merupakan kegiatan non-value added yang seharusnya tidak terjadi dan sebisa mungkin dihilangkan. Terlebih lagi untuk produksi yang memiliki sistem produksi mengalir (flow shop) seharusnya waktu menunggu tidak ada. Oleh karena itu dilakukan analisis yang lebih lanjut terhadap waktu menunggu yang sedang diproduksi Analisa Order Gambar 4. Proses STP. Polos Kombinasi Produk mulai dipesan oleh konsumen pada tanggal 14 Maret Due date untuk produk ini adalah tanggal 20 Maret Meskipun konsumen mulai memesan produk ini pada tanggal 14 Maret, namun produk ini baru dikerjakan pada tanggal 16 Maret karena harus menunggu mesin dan material siap untuk digunakan. Untuk proses yang akan dilalui, produk ini melewati empat tahapan mesin, yaitu mesin printing, laminasi, slitting, dan bag making. Produk dikerjakan dalam kondisi yang wajar, artinya jumlah order yang masuk sedang tidak terlalu banyak, semua mesin beroperasi dan tidak mengalami break down yang mengakibatkan mesin harus berhenti dalam waktu yang lama. Break down yang terjadi hanya penggantian bearing yang mana penggantian bearing adalah jenis perawatan yang wajar apabila melihat banyaknya shaft, terutama pada mesin printing dan laminasi. Produk selesai diproduksi pada tanggal 19 Maret Meskipun tidak mengalami keterlambatan tetapi waktu menunggu selama proses produksi terbilang cukup besar, bahkan ketika produk selesai proses printing dan akan memasuki proses laminasi produk harus menunggu selama 19 jam. Waktu tersebut termasuk juga waktu untuk transportasi selama proses produksi. Setelah dilakukan menggunakan value stream mapping dapat diketahui aktivitas mana yang memberikan nilai tambah bagi material dan aktivitas mana yang tidak memberikan nilai tambah bagi material. Pada kasus pada PT. Solindo Grapika, kegiatan yang tidak menambah nilai dari suatu barang terdiri dari dua sebab. Sebab pertama adalah karena aktivitas menunggu. Aktivitas menunggu dapat terjadi karena material sudah siap untuk dikerjakan namun mesin belum siap untuk digunakan atau sebaliknya. Pada kasus ini yang sering kali terjadi adalah material sudah siap untuk dikerjakan namun mesin masih digunakan untuk mengerjakan produk lain sehingga material harus menunggu sampai mesin siap untuk digunakan. Dari aktivitas menunggu ini sudah tidak ada lagi aktivitas yang dapat dieliminasi karena memang aktivitas menunggu disebabkan oleh kapasitas mesin yang tidak dapat mengimbangi jumlah order yang masuk. Sebab yang kedua adalah aktivitas yang tidak menambah nilai dari suatu barang yang diakibatkan oleh proses pemindahan bahan, baik berupa bahan mentah maupun bahan setengah jadi. Jarak proses pemindahan material tentu akan mempengaruhi lamanya produk tersebut dikerjakan. Semakin jauh perpindahan material yang sedang dikerjakan, maka akan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan material 17

6 Prosiding SNATIF Ke -1 Tahun ISBN: tersebut. Hal ini akan menyebabkan lead time untuk menyelesaikan suatu produk menjadi bertambah lama. Pada tata letak yang ideal mesin yang mempunyai keterkaitan sebaiknya diletakkan secara berdekatan, namun hal ini tidak terjadi pada tata letak PT. Solindo Grapika. Mesin yang mempunyai keterkaitan diletakkan berjauhan sehingga menyebabkan jarak tempuh material selama proses produksi menjadi sangat jauh. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa untuk menyelesaikan sebuah produk STP. Polos Kombinasi material harus menempuh jarak sejauh m. Untuk analisis lebih jelas dapat dilihat pada sub bab berikutnya. Oleh karena itu dilakukan analisis lebih lanjut terhadap penempatan tata letak mesin produksi 3.4. Pembahasan Solusi Tata letak pabrik yang kurang tertata menyebabkan panjangnya jarak yang harus ditempuh oleh material selama proses permesinan. Jarak yang panjang tersebut pada akhirnya menyebabkan waktu yang terbuang hanya untuk transportasi. Semakin banyak waktu yang digunakan hanya untuk pemindahan barang, maka akan semakin besar lead time yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk. Untuk mengetahui jarak perpindahan material selama produksi dapat dilihat pada lampiran 2 beserta dengan tabel produk dan proses yang dilalui. Semua proses pemindahan barang dimulai dari gudang bahan baku dan berakhir pada mesin terakhir dimana produk tersebut diproduksi. Misalnya saja seperti pada gambar 5.3. material terakhir diproses pada mesin bag making, maka produk yang telah selesai diproses hanya diletakkan di dekat mesin. Tidak terdapat gudang penyimpanan khusus barang jadi karena biasanya material yang telah selesai diproses tidak perlu menunggu lama untuk segera dikirim. Biasanya produk yang berasal dari luar kota saja yang harus menunggu 1 sampai 2 hari untuk dikirim. Hal ini dilakukan untuk menunggu sampai lot minimum pengiriman tercapai. Setelah melakukan pengukuran dengan menggunakan rectilinier travel measurement pada layout awal, maka dilakukan penataan ulang layout yang bertujuan untuk mengurangi waktu perjalanan material Analisis Tata Letak Saat Ini Analisis yang dilakukan pada tata letak PT. Solindo Grapika saat ini adalah meliputi analisis aliran material, space (area), dan activity relationship. 1) Aliran Material Aliran yang terjadi pada PT. Solindo Grapika meliputi 3 aliran yaitu aliran material, informasi, dan manusia. Berdasarkan observasi yang dilakukan, aliran informasi dan manusia tidak terdapat masalah. Bagian perencanaan produksi (PPIC) memberikan informasi kepada kepala produksi mengenai produk yang akan dikerjakan, kemudian kepala produksi memberikan informasi tersebut kepada shift leader. Berbeda dengan aliran informasi dan manusia, terdapat masalah pada aliran material. Masalah yang muncul adalah tata letak mesin yang tidak sesuai dengan bentuk aliran proses produksi yang menyebabkan panjangnya jarak pemindahan material. Terlebih lagi lantai produksi pada PT. Solindo Grapika terbagi menjadi 2 gedung. Masalah tersebut dapat muncul karena kurangnya perencanaan pada masa lalu. Perusahaan tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai jenis mesin apa saja yang akan dimiliki oleh perusahaan beserta dengan jumlahnya. Perusahaan hanya menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Akibatnya perusahaan sering merubah tata letak tiap pembelian mesin baru, baik mesin yang memiliki dimensi yang besar maupun mesin dengan dimensi yang kecil. Jarak yang panjang tersebut pada akhirnya menyebabkan waktu yang terbuang hanya untuk pemindahan material. Semakin banyak waktu yang digunakan hanya untuk pemindahan barang, maka akan semakin besar lead time yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk. Semua proses pemindahan barang dimulai dari gudang bahan baku dan berakhir pada mesin terakhir dimana produk tersebut diproduksi. Misalnya saja seperti pada gambar 5.. material terakhir diproses pada mesin bag making, maka produk yang telah selesai diproses hanya diletakkan di dekat mesin. Tidak terdapat gudang penyimpanan khusus barang jadi karena biasanya material yang telah selesai diproses tidak perlu menunggu lama untuk segera dikirim. Biasanya produk yang berasal dari luar kota saja yang harus menunggu 1 sampai 2 18

7 Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN: hari untuk dikirim. Hal ini dilakukan untuk menunggu sampai lot minimum pengiriman tercapai. 2) Space/Ruang Space yang tersedia pada PT. Solindo Grapika yaitu seluas m 2 tiap gedungnya. Bangunan yang digunakan untuk produksi itu sendiri teridiri dari 2 gedung. Bagian gedung depan sendiri luasnya harus dikurangi karena sebagian digunakan sebagai kantor resepsionis seluas 60 m 2 sehingga luas yang dapat digunakan sebagai lantai produksi pada gedung bagian depan adalah m 2. Begitu juga dengan luas gedung belakang. Luas lantai produksi harus dikurangi dengan gudang tinta seluas 832 m 2, sehingga luas lantai produksi gedung belakang adalah m 2. Perusahaan saat ini merencanakan untuk mengadakan penambahan mesin produksi. Masing-masing mesin tersebut adalah mesin laminasi 1 unit, mesin slitting 1 unit, dan mesin bag making 1 unit. Direncanakan mesin tersebut akan memiliki dimensi yang mirip dengan mesin yang sebelumnya. 3) Activity Relationship Keterkaitan antar mesin pada PT. Solindo Grapika adalah mengikuti dengan aliran produksinya sehingga setiap mesin hanya memiliki kerterkaitan dengan proses sebelum dan sesudahnya. Misalnya pada mesin laminasi, proses laminasi merupakan proses setelah proses printing dan setelah itu dapat dilanjutkan ke proses slitting atau bag making. Hal ini akan menjadi masalah apabila dalam penempatan mesin-mesin tersebut tidak sesuai dengan aliran tersebut seperti pada kasus produk STP. Polos Kombinasi. Proses produksi dimulai dengan proses printing dan dikerjakan di mesin printing gedung belakang. Kemudian proses dilanjutkan pada mesin laminasi di gedung depan, setelah itu proses kembali pada mesin slitting yang terletak pada gedung produksi belakang. Proses terakhir yaitu proses bag making yang dikerjakan pada mesin bag making di gedung produksi bagian depan. Hal ini menyebabkan jarak yang harus ditempuh material selama proses produksi menjadi sangat panjang. Berdasarkan analisis secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah yang diakibatkan oleh kesalahan penataan tata letak yang tidak direncanakan sejak awal yang menyebabkan tata letak mesin tidak sesuai dengan bentuk aliran material Usulan Tata Letak Berdasarkan masalah diatas, maka dibuat usulan tata letak yang terdiri dari 4 alternatif usulan tata letak. Tiap tata letak dievaluasi sehingga dapat diketahui tata letak mana yang memberikan jarak perpindahan material yang paling minimum. Setelah dilakukan pengukuran pada masing-masing tata letak, maka didapatkan perbandingan yang dapat dilihat pada tabel Tabel 2. Perbandingan Jarak Usulan Tata Letak Produk Layout baru (m) Layout lama (m) alternatif 1 alternatif 2 alternatif alternatif 4 3 STP. Polos Kombinasi Gula Batavia gr Milky Durian Es Fruties Coklat

8 Prosiding SNATIF Ke -1 Tahun ISBN: Krupuk Soto Jarak rata-rata (m) KESIMPULAN Dari penilitian dan analisis yang dilakukan di PT. Solindo Grapika terlihat bahwa permasalahan yang terjadi adalah pemborosan waktu. Pemborosan waktu yang terjadi dapat dibagi menjadi 2 penyebab utama, yaitu waktu menunggu yang terlalu lama dan penataan layout mesin yang kurang direncanakan sehingga menyebabkan jarak perpindahan material menjadi panjang. Menurut analisis yang dilakukan dengan Value Stream Mapping, waktu menunggu yang terlalu lama sudah tidak dapat dieliminasi karena keterbatasan mesin. Hal ini menyebabkan produk sudah siap dikerjakan tetapi mesin belum siap untuk digunakan. Oleh karena itu produk harus menunggu hingga mesin siap untuk digunakan. Atas dasar tersebut, maka penataan ulang layout dilakukan agar waktu yang terbuang hanya untuk perpindahan material dapat dikurangi. Penataan ulang layout bertujuan untuk memberikan jarak perpindahan material yang lebih pendek sehingga dapat menghemat waktu perpindahan material dan lebih mudah dalam pengawasan material. Usulan perbaikan yang diberikan adalah dengan menata ulang tata letak sesuai dengan tata letak alternatif 4 karena memberikan jarak rata-rata yang paling minimum. Selain itu alternatif tata letak 4 juga memberikan kesan lebih luas dan memberikan gang internal tepat ditengah gedung sehingga lebih memudahkan supervisor dalam menjalankan tugasnya. DAFTAR PUSTAKA IrpanA., What is Value Stream Mapping, diakses pada tanggal 10 Januari Liker, J.K., 2005, The Toyota Way (terjemahan Irawan, S.), Erlangga, Jakarta. Liker, J.K., dan Meier, D., 2006, The Toyota Way Fieldbook (terjemahan Irawan, S.). Erlangga, Jakarta Purnomo, H., 2004, Perancangan dan Perencanaan Fasilitas, Graha Ilmu, Yogyakarta. Rother, M., dan Shock, J. (2008). Learning to see: Value Stream Mapping to create value and elimate muda, cambrigde, MA: The Lean Enterprise Institute. Wignjosoebroto, S. 1996, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan (Edisi ketiga), PT. Guna Widya, Jakarta.. Strategos, Value Stream Mapping Symbols, diakses pada tanggal 10 januari diakses pada tanggal 22 September

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menyelesaikan produk sesuai due date merupakan hal yang penting untuk dipenuhi dalam suatu industri. Hal tersebut berpengaruh terhadap kepuasan dan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan di PT YPTI terlihat bahwa permasalahan yang mereka hadapi adalah seringnya produk terlambat dikirim ke konsumen dikarenakan kurang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berisi penjelasan tahap-tahap yang dilalui penulis dalam menyusun penelitian. Tahap-tahap tersebut adalah tahap awal penelitian, tahap pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biaya produksi merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh setiap perusahaan, semakin kecil biaya produksi maka semakin besar keuntungan yang didapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: PERANCANGAN TATA LETAK CV.KARYA LOGAM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

Seminar Nasional IENACO ISSN: PERANCANGAN TATA LETAK CV.KARYA LOGAM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PERANCANGAN TATA LETAK CV.KARYA LOGAM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU Taufik Martha Andrianta 1, Slamet Setio Wigati 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat pesat di sektor industri pada saat ini menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat pesat di sektor industri pada saat ini menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Persaingan yang sangat pesat di sektor industri pada saat ini menuntut setiap perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing untuk meningkatkan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh profit yang besar. Profit yang besar akan diperoleh jika perusahaan dapat menekan pengeluaran sekecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha peningkatan produktivitas, perusahaan harus mengetahui kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan jasa)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saja yang dapat meningkatkan nilai tambah produk (value added), mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. saja yang dapat meningkatkan nilai tambah produk (value added), mengurangi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Ketepatan produksi dalam pemenuhan order konsumen merupakan hal penting agar perusahaan mampu bersaing dengan para kompetitor. Di dalam usaha peningkatan

Lebih terperinci

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia industri yang semakin pesat, perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan para kompetitor dengan menciptakan kredibilitas yang

Lebih terperinci

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan Petunjuk Sitasi: Eddy, & Aswin, E. (2017). Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C27-32). Malang: Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV. ASJ merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri sandal, berlokasi di kota Bandung, Jawa Barat. CV. ASJ memproduksi sandal pria dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan tata letak fasilitas manufaktur dapat berpengaruh secara langsung terhadap aliran material didalam pabrik. Tata letak pabrik yang baik dapat memberikan

Lebih terperinci

Tabel I. 1 Data Pengiriman CV.ASJ kepada PT.A. Tanggal Keterlambatan Pengiriman

Tabel I. 1 Data Pengiriman CV.ASJ kepada PT.A. Tanggal Keterlambatan Pengiriman BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV. ASJ merupakan perusahaan yang bergerak dibindang industri sandal khusus laki-laki yang terletak di daerah Bandung, Indonesia yang dapat memproduksi berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi pengaturan tataletak fasilitas produksi seperti mesin-mesin, bahan-bahan,

BAB I PENDAHULUAN. meliputi pengaturan tataletak fasilitas produksi seperti mesin-mesin, bahan-bahan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengaturan tataletak fasilitas produksi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja dari suatu pabrik. Pengaturan tataletak lantai produksi meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem produksi tepat waktu atau yang lebih dikenal dengan Just in Time Manufacturing didefinisikan oleh APICS sebagai filosofi sistem manufaktur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi yang dipakai dalam pemecahan masalah merupakan penerapan dari metode perbaikan proses berkesinambungan (Continuous Prosess Improvement)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian merupakan suatu rangkaian tahapan proses penelitian yang panjang dan terkait secara sistematika. Tiap tahap merupakan penentu tahap berikutnya, karena itu harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi merupakan salah satu sumber daya penting dalam manajemen modern. Banyak keputusan strategis yang bergantung kepada informasi. Sebagaimana diketahui,

Lebih terperinci

di CV. NEC, Surabaya

di CV. NEC, Surabaya Perbaikan Tata Letak Gudang Mesin Fotokopi Rekondisi di CV. NEC, Surabaya Indri Hapsari 1 dan Albert Sutanto 2 Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut Surabaya Email: indri@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama, maka kesalahan di dalam analisis dan perencanaan layout akan

BAB I PENDAHULUAN. lama, maka kesalahan di dalam analisis dan perencanaan layout akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan tataletak fasilitas produksi merupakan suatu persoalan yang penting, karena pabrik atau industri akan beroperasi dalam jangka waktu yang lama,

Lebih terperinci

PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG KALENG DI SURABAYA

PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG KALENG DI SURABAYA PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG KALENG DI SURABAYA Indri Hapsari, Benny Lianto, Yenny Indah P. Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya Email : indri@ubaya.ac.id PT. JAYA merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Semakin meningkatnya permintaan pelanggan akan suatu barang membuat perusahaan berusaha untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk memperlancar pemenuhan permintaan

Lebih terperinci

PENGURANGAN WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. KEMASAN CIPTATAMA SEMPURNA PASURUAN

PENGURANGAN WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. KEMASAN CIPTATAMA SEMPURNA PASURUAN PENGURANGAN WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. KEMASAN CIPTATAMA SEMPURNA PASURUAN SKRIPSI Diajukan Oleh : Indah Mutiarahma NPM 0532010150 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perancangan fasilitas memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam proses operasi perusahaan karena merupakan dasar dari keseluruhan proses produksi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri makanan

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, persaingan industri semakin meningkat dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan industri. Perubahan yang dilakukan oleh perusahaan secara berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Produksi dan Proses Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat

Lebih terperinci

ANALISIS KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PRODUK DENGAN VALUE STREAM MAPPING DI PT YPTI SKRIPSI

ANALISIS KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PRODUK DENGAN VALUE STREAM MAPPING DI PT YPTI SKRIPSI ANALISIS KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PRODUK DENGAN VALUE STREAM MAPPING DI PT YPTI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri Oleh Widyanita Setyani Prayogo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, persaingan semakin ketat sehingga industri yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa harus dapat unggul dalam pasar. Kepuasan

Lebih terperinci

PERANCANGAN VALUE STREAM MAPPING PROSES PRODUKSI MAINAN KAYU PADA CV. MK

PERANCANGAN VALUE STREAM MAPPING PROSES PRODUKSI MAINAN KAYU PADA CV. MK PERANCANGAN VALUE STREAM MAPPING PROSES PRODUKSI MAINAN KAYU PADA CV. MK Azizah Mutiasari 1*, Ahmad Juang Pratama 2 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan hadirnya persaingan global di bidang bisnis sekarang ini, dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan hadirnya persaingan global di bidang bisnis sekarang ini, dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan hadirnya persaingan global di bidang bisnis sekarang ini, dunia usaha dituntut untuk berkinerja dengan efektif dan efisien. Hal ini dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

Usulan Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mengurangi Pemborosan Pada PT. Perkebunan Nusantara VIII

Usulan Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mengurangi Pemborosan Pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Petunjuk Sitasi: Harsono, A., Prasetyo, H., & Triadji, M. (207). Usulan Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mengurangi Pemborosan Pada PT. Perkebunan Nusantara V. Prosiding SNT dan SATELT 207 (pp. C68-74).

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Latar Belakang Batik adalah warisan budaya dunia dari Indonesia yang diresmikan oleh Unesco pada tanggal 2 Oktober 2009. Sehingga batik pun mulai terkenal baik di dalam maupun di luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perusahaan manufaktur, proses produksi merupakan kegiatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perusahaan manufaktur, proses produksi merupakan kegiatan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perusahaan manufaktur, proses produksi merupakan kegiatan yang sangat penting. fungsi produksi merupakan cost center yang akan menentukan besar atau kecilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu sektor industri di Indonesia yang memiliki potensi perkembangan yang tinggi. Menurut Kementerian Perdagangan dan Perindustrian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Era globalisasi menyebabkan tingkat persaingan di dunia usaha semakin tinggi. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembahasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembahasan Pesatnya tingkat kemajuan zaman menyebabkan teknologi dibidang industri semakin meningkat pula. Mulai dari peningkatan teknologi mesin-mesin ataupun alat-alat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 FLOW CHART PEMECAHAN MASALAH Untuk memberikan gambaran yang sistematik guna mempermudah pembaca dalam memahami masalah yang dibahas dalam skripsi ini, maka dibuatlah suatu

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh BAB 2 STUDI LITERATUR Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh sumberdaya produksi secara efisien dan efektif sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum (maximum profit). Tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan selalu memiliki tujuan untuk memaksimalkan produktivitas dan meniminasi semua jenis biaya, hal ini tidak lain dimaksudkan untuk mendapatkan profit

Lebih terperinci

Systematic Layout Planning

Systematic Layout Planning Materi #3 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Systematic Layout Planning 2 (2) Aliran material (1) Data masukan dan aktivitas (3) Hubungan aktivitas (5a) Kebutuhan ruang (7a) Modifikasi (4) Diagram

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 42 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah dan Penjelasannya 3.1.1 Studi Pendahuluan Untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti di PT. Furin Jaya, maka penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan hal yang penting dalam sistem produksi. Sistem produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam industri yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Dalam bab ini akan dikemukakan hasil dari pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan pada bab IV dan kaitannya dengan teori yang menjadi landasan dalam pengolahan data tersebut.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Tata Letak Fasilitas 2.1.1 Pengertian Perencanaan Fasilitas Perencanaan tata letak fasilitas termasuk kedalam bagian dari perancangan tata letak pabrik. Perencanaan

Lebih terperinci

DAFTAR DIAGRAM Diagram Judul Halaman 5.1. Penjadwalan Awal Produk Singlet Penjadwalan Awal Produk Baju Penjadwalan Awal Produk Jaket

DAFTAR DIAGRAM Diagram Judul Halaman 5.1. Penjadwalan Awal Produk Singlet Penjadwalan Awal Produk Baju Penjadwalan Awal Produk Jaket ABSTRAK PT. Surya Mulia Adikriya (PT. SMA) adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang garment yang memproduksi pakaian jadi dengan model, ukuran, dan jumlah yang sesuai dengan pesanan konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut pandang konsumen oleh karena itu perlu dieliminasi. Didalam lean

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut pandang konsumen oleh karena itu perlu dieliminasi. Didalam lean BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pemborosan merupakan segala sesuatu yang menambah waktu dan biaya pembuatan sebuah produk namun tidak menambah nilai pada produk yang dilihat dari sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan salah satu tahap penting sebelum memulai suatu kegiatan produksi. Penjadwalan produksi ini sangat penting dilakukan pada proses produksi

Lebih terperinci

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI PADA PT. REMAJA PRIMA ENGINEERING (RPE)

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI PADA PT. REMAJA PRIMA ENGINEERING (RPE) PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI PADA PT. REMAJA PRIMA ENGINEERING (RPE) Santi Nihayatur Rahmah, Moses L. Singgih MMT ITS, Surabaya Santy_nr@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENYEBAB KETERLAMBATAN WAKTU PERBAIKAN MESIN PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DI PERUSAHAAN PENGOLAHAN SUSU

IDENTIFIKASI PENYEBAB KETERLAMBATAN WAKTU PERBAIKAN MESIN PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DI PERUSAHAAN PENGOLAHAN SUSU IDENTIFIKASI PENYEBAB KETERLAMBATAN WAKTU PERBAIKAN MESIN PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DI PERUSAHAAN PENGOLAHAN SUSU TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif kualitatif yaitu metode untuk menyelidiki objek yang dapat diukur dengan angka-angka

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Teknik Pengumpulan Data Dalam proses penulisan skripsi mengenai perancangan tata letak ini, penulis mengumpulkan dan menyusun data-data yang berhasil dikumpulkan oleh penulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat. Agar dapat memenangkan persaingan tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia industri saat ini sedang berkembang pesat. Kebutuhan dan selera masyarakat yang semakin banyak ragamnya, serta daya beli masyarakat yang cenderung meningkat

Lebih terperinci

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University RANCANGAN PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI RUBBER STEP ASPIRA BELAKANG MENGGUNAKAN 5-S SYSTEM DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE MOTION (STUDI KASUS: DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK LANTAI PRODUKSI AKIBAT PEMINDAHAN DEPARTEMEN FILTER, DI PT GUDANG GARAM TBK, KEDIRI

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK LANTAI PRODUKSI AKIBAT PEMINDAHAN DEPARTEMEN FILTER, DI PT GUDANG GARAM TBK, KEDIRI PERANCANGAN ULANG TATA LETAK LANTAI PRODUKSI AKIBAT PEMINDAHAN DEPARTEMEN FILTER, DI PT GUDANG GARAM TBK, KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian ini, yaitu seperti pada Gambar 3.1 merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam membuat Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Harga

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam membuat Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Harga BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sistematika Penelitian Untuk memperoleh hasil yang diharapkan maka perlu dibuat suatu prosedur penelitian dalam membuat Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Harga Standar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi tentang suatu permasalahan yang memiliki tahapan-tahapan yang disusun dalam suatu rangkaian dan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik Gres Tenan milik Bp. Sardjono Atmomardoyo yang ada di Kampung Batik Laweyan turut andil dalam persaingan dalam hal industri fashion. Mulai dari bakal kain, tas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan material (receiving), bagian pengiriman produk (shipping), bagian

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan material (receiving), bagian pengiriman produk (shipping), bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sebuah industri, banyak faktor yang mendukung berjalannya proses produksi pabrik tersebut, diantaranya adalah bagian perencanaan produksi, bagian penerimaan

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya antara lain tenaga kerja, mesin, peralatan, bahan mentah

Lebih terperinci

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul : ANALISA

Lebih terperinci

PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN METODE WEIGHTED PRODUCT UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI SPARE PART OEM DI PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES

PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN METODE WEIGHTED PRODUCT UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI SPARE PART OEM DI PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN METODE WEIGHTED PRODUCT UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI SPARE PART OEM DI PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES Bonifasius Yorie Margo Putro Program Studi Teknik Indusri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Pindad (Persero) merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dibidang Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan) dan produk komersial. Salah

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia terus tumbuh sejalan dengan berkembangnya teknologi dan sistem produksi yang mendukung industri ini. Meningkatnya kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

Gambar I.1 Presentase Perbandingan Revenue antara Produk Plastik dan Metal (Sumber : PT. XYZ, 2014)

Gambar I.1 Presentase Perbandingan Revenue antara Produk Plastik dan Metal (Sumber : PT. XYZ, 2014) Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT XYZ merupakan salah satu perusahaan penyedia peralatan peternakan dengan kegiatan utamanya adalah manufaktur dan penjualan peralatan kebutuhan kandang ayam. Sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ilmiah memerlukan suatu kerangka penelitian yang sistematis dan terarah berdasarkan permasalahan yang ditinjau agar proses penelitian dan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berisi penjelasan mengenai langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam menyusun penelitian. Penyusunan penelitian ini dibagi menjadi 4 tahapan utama yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tata letak pabrik (plant layout) dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi (Wignjosoebroto,

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING

PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING Niken Parwati¹, Ibnu Sugandi². Program Studi Teknik Industri, Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta 12110 niken.parwati@uai.ac.id

Lebih terperinci

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kanban Banyaknya kartu kanban yang diperlukan dihitung dengan rumus (Arnaldo Hernandez, 1989): Banyaknya Kanban = Permintaan Harian X Faktor Pengamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja dari suatu perusahaan adalah pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi meliputi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL. material dalam sistem secara keseluruhan. Value stream mapping yang

BAB V ANALISIS HASIL. material dalam sistem secara keseluruhan. Value stream mapping yang BAB V ANALISIS HASIL Bedasarkan Data yang telah diolah pada Bab sebelumnya maka analisis hasil yang akan dijelaskan dibawah ini. 5.1 Analisa Current State Mapping Value stream mapping merupakan awal untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan Teknologi dalam kehidupannya. Semakin pesatnya pertumbuhan teknologi, maka saat ini tercipta banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi merupakan proses yang berkenaan dengan pengubahan input menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk menghasilkan produk-produk fisik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen persediaan dalam sebuah perusahaan berada di antara fungsi manajemen operasional yang paling penting, karena persediaan membutuhkan modal yang sangat besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri kedirgantaraan terutama dalam proses perancangan dan pembuatan komponen pesawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi per bulan mencapai 200 pcs untuk semua jenis produk.

BAB I PENDAHULUAN. produksi per bulan mencapai 200 pcs untuk semua jenis produk. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan atau organisasi menyimpan persediaan untuk berbagai tujuan. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah untuk menjaga tingkat persediaan

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian, penjelasan mengenai permasalahan yang diangkat yaitu berupa perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai, batasan masalah, dan sistematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat membuat persaingan antara industri satu dengan yang lainnya semakin ketat, hal ini juga didukung dengan kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL. 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan

BAB V ANALISIS HASIL. 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan BAB V ANALISIS HASIL 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan 5.1.1. Analisis Tata Letak Fasilitas Awal Pada kondisi awal lantai produksi, pengaturan tata letak pada PT IKP cenderung menempatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sun (2011) mengatakan bahwa lean manufacturing merupakan cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sun (2011) mengatakan bahwa lean manufacturing merupakan cara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern sekarang ini industri manufaktur mengalami situasi persaingan yang sangat ketat. Alex, Lokesh dan Ravikumar (2010) mengemukakan bahwa karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. offset dan digital printing. Perusahaan ini merupakan percetakan dimana jumlah

BAB I PENDAHULUAN. offset dan digital printing. Perusahaan ini merupakan percetakan dimana jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah CV. Lintas Nusa adalah perusahaan yang bergerak di bidang percetakan offset dan digital printing. Perusahaan ini merupakan percetakan dimana jumlah minimal

Lebih terperinci

Perancangan Ulang Fasilitas Produksi Menggunakan 2-OptAlgorithm Di PT. XYZ ABSTRAK

Perancangan Ulang Fasilitas Produksi Menggunakan 2-OptAlgorithm Di PT. XYZ ABSTRAK Perancangan Ulang Fasilitas Produksi Menggunakan 2-OptAlgorithm Di PT. XYZ Setiawan Adi Nugroho 1,Evi Febianti 2, Bobby Kurniawan 3 1,2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa San.5424@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri percetakan adalah salah satu industri yang selalu berhubungan dengan gambar dan tulisan untuk dijadikan sebuah hardcopy. Semakin berkembangnya zaman, industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan baku yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan baku yang digunakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum tujuan perusahaan dalam memproduksi barang adalah untuk mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan harus dapat membuat perencanaan

Lebih terperinci