UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN APARATUR DESA DALAM PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI DI DESA MOROWUDI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN APARATUR DESA DALAM PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI DI DESA MOROWUDI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK"

Transkripsi

1 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN APARATUR DESA DALAM PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI DI DESA MOROWUDI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara Oleh: MOH. SHOLEH NPM : FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA 2015 i

2 LEMBAR PERSETUJUAN UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN APARATUR DESA DALAM PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI DI DESA MOROWUDI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK NAMA : MOH. SHOLEH FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA NIM : Disetujui dan diterima oleh: Surabaya, 25 Juni 2015 Dosen Pembimbing Supriyanto, S.Sos., M.Si. ii

3 LEMBAR PENGESAHAN UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN APARATUR DESA DALAM PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI DI DESA MOROWUDI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK Judul Nama :Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa Dalam Pelaksanaan Tugas administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik : Moh. Sholeh NIL : Fakultas Program Studi : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik : Ilmu Administrasi Negara Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Wijaya Putra Surabaya Surabaya, 10 Juli 2015 Komisi Penguji Skripsi Ketua Penguji Drs. Soeharto, M.Si Penguji 1 Penguji 2 Dr. Arini Sulistyowati, SE., M.A.P. Supriyanto, S.Sos., M.Si. Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Supriyanto, S.Sos., M.Si iii

4 LEMBAR PERSEMBAHAN Kupersembahkan Skripsi Ini Kepada: Istriku Tercinta Anak - Anakku Tercinta iv

5 MOTTO JANGAN PERNAH MALU UNTUK MAJU, KARENA MALU MENJADIKAN KITA TAKKAN PERNAH MENGETAHUI DAN MEMAHAMI SEGALA SESUATU HAL AKAN HIDUP INI v

6 ABSTRAKSI Moh. Soleh, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Wijaya Putra, Surabaya, Juni 2015, Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa Dalam Pelaksanaan Tugas administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Pembimbing: Supriyanto, S.Sos., M.Si. Penelitian ini bertujuan mengetahui tentang upaya peningkatan kemampuan aparatur desa dalam pelaksanaan tugas administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Instrumen penelitian dalam pengambilan data adalah pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan upaya peningkatan kemampuan aparatur desa dalam pelaksanaan tugas administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik dilakukan dengan dua cara yaitu peningkatan disiplin kerja aparatur serta melakukan pendidikan dan pelatihan Kata Kunci: Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur dalam Administrasi Desa vi

7 ABSTRACT Moh. Sholeh, Faculty of Social and Political Sciences, Department of Public Administration, Wijaya Putra University, Surabaya, in June 2015, The Increasing of Functionary on administrative task in Morowudi Village of Gresik. Supervisor: Supriyanto, S. Sos., M.Sc. This study aims to find out about efforts to improve the ability of village officials in the execution of administrative tasks in the village Morowudi Cerme District of Gresik. The method used in this study is a qualitative method. Research instruments in data collection is interview guide. The results showed an effort to increase the ability of village officials in the execution of administrative tasks in the village Morowudi Cerme District of Gresik done in two ways: an increase in personnel work discipline and providing education and training Keywords: How to Increase the Ability of functionary on administrative task. vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa Dalam Pelaksanaan Tugas administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam perjalanan menyelesaikan laporan penelitian ini, peneliti telah menerima bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril maupun materiil. Dalam kesempatan ini dengan setulus hati peneliti menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak H. Budi Endarto, SH.,M.Hum., Selaku Rektor Universitas Wijaya Putra Surabaya. 2. Ibu Dr. Sri Juni Woro Astuti, M.Com., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Wijaya Putra Surabaya. 3. Bapak Supriyanto, S.Sos.,M.Si., Selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Wijaya Putra Surabaya dan selaku pembimbing dalam penyusunan skripsi ini. 4. Istri dan anak - anak yang selalu memberikan dukungan agar peneliti menyelesaikan penulisan skripsi ini. viii

9 5. Drs. Mohamad Zaen selaku Kepala Desa Morowudi yang telah memberikan keleluasaan kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 6. Serta berbagai pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang mana peneliti tidak bisa menyebutkan satu persatu Dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan menyempurnakan penulisan skripsi ini serta bermanfaat bagi peneliti dan para pembaca Surabaya, 27 Juli 2015 Peneliti ix

10 DAFTAR ISI Sampul Depan... i Lembar Persetujuan... ii Lembar Pengesahan... iii Lembar Persembahan... iv Motto... v Abstraksi... vi Abstract... vii Kata Pengantar... viii Daftar Isi... x Daftar Tabel... xii Daftar Gambar... xiii Daftar Lampiran... xiv BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Tinjauan Teoritis Konsep Kemampuan Aparatur Desa Konsep Administrasi Pemerintahan Desa Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa Kerangka Konseptual x

11 BAB III. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Fokus Penelitian Lokasi Penelitian Informan Penelitian Teknik Pengumpulan Data Analisis Data Triangulasi Data BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Obyek Penelitian Struktur Organisasi dan Tupoksi Penyajian Data Interpretasi Data BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Tabel 4.1. Informan Penelitian xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Gambar 3.1. Analisis Model Interaktif Menurut Miles dan Huberman Gambar 4.1. Struktur Organisasi Gambar 4.2. Dokumentasi Foto Jalan Sehat Tahun Gambar 4.3. Kondisi Jalan yang Rusak Gambar 4.4. Pelatihan Administrasi Pertanahan Pemerintah Desa Se-Kabupaten Gresik xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Pedoman Wawancara Surat Ijin Penelitian xiv

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak kebijakan otonomi daerah diberlakukan, terjadi perubahan yang mendasar dalam sistem dan struktur pemerintahan daerah. Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah yang diganti dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 serta diperbaharui dengan Undang Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa dampak yang sangat luas bagi penyelenggaraan pemerintahan, perencanaan pembangunan, pengelolaan keuangan dan sistem penganggaran dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya pada tingkat pemerintahan desa. Kebijakan otonomi daerah tersebut bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat pada umumnya. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, pemerintah telah mencanangkan pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok tanah air melalui tahap-tahap yang telah ditetapkan yaitu lima tahun. Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang telah diprogramkan, perlu didukung oleh aparatur pelaksana yang mampu dan terjalinnya hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 1

16 2 Menurut Undang - Undang Dasar 1945, sistem pemerintahan Indonesia dinyatakan bahwa daerah di Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi. Daerah provinsi dibagi dalam daerah kabupaten/kota. Undang Undang mengatur daerah-daerah yang bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi belaka, menurut aturan yang akan ditetapkan Badan Perwakilan Daerah (BPD). Maka di daerah pemerintahan akan bersendi atas dasar permusyawaratan (Thamrin, 2006:01). Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan Undang Uundang DasarNegara Republik Indonesia 1945 maka kebijakan politik hukum yang ditempuh oleh pemerintah terhadap pemeritahan daerah yang dapat mengatur dan mengurus urusan pemerintah, menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan daya saing daerah dengan mempertimbangkan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (Sunarno Siswanto, 2008:2). Administrasi pemerintah memegang peranan yang penting karena keterlibatan pemerintah yang besar pada proses pembangunan dalam sistem administrasi. Untuk itu agar tujuan pembangunan benar-benar dapat tercapai seperti yang diharapkan, maka yang harus diperhatikan adalah adanya aparat pemerintah yang memiliki kualitas yang memadai. Kualitas tersebut selain dilandasi kemampuan dan keterampilan yang

17 3 memadai juga harus disertai disiplin yang tinggi, sehingga dalam merealisasikan tujuan-tujuan nasional sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan yang ditetapkan pemerintah, dengan titik berat pembangunan perlu diarahkan pada masyarakat pedesaan karena sebagian besar penduduk Indonesia bertempat tinggal di pedesaan. Kebijaksanaan pembangunan bagi seluruh lapisan masyarakat merupakan sasaran utama berdasarkan landasan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan demi mencapai tujuan sehingga masyarakat desa dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Pada kenyataannya tujuan pembangunan dapat tercapai apabila dimulai dari jajaran terendah yaitu pembangunan di tingkat desa (Sunarno Siswanto, 2008: 8). Hakekat pembangunan desa bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan taraf hidup masyarakat. Di samping itu pemerintah desa merupakan suatu strategi pembangunan yang memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dinikmati oleh rakyatnya dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan tercapainya stabilitas keamanan wilayah yang sehat dan dinamis. Pemerintah desa sebagai alat untuk mencapai tujuan administrasi negara, berfungsi sebagai tangan panjang pemerintah dalam rangka pembangunan nasional demi tercapainya kesejahteraan rakyat yang merata di seluruh tanah air. Oleh karena itu diperlukan aparatur pelaksana yang mampu memahami, mengkaji dan menelaah serta menyelesaikan permasalahan yang

18 4 timbul, sebagai konsekuensi logis dari pada usaha penyempurnaan aparatur pemerintahan maka akan dapat menambah kemampuan aparatur pemerintah dalam melakukan fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Tingkat kemampuan dan keterampilan aparat desa belum memenuhi keinginan yang diharapkan sesuai dengan tingkat perkembangan pembangunan, pengaturan dan penyelenggaraan pemerintahan desa. Sesuai dengan sifat NKRI makan kedudukan desa diseragamkan dan mengidahkan keragaman keadaaan desa dan adat istiadat yang masih berlaku dengan memperhatikan hal tersebut maka desa tidak kehilangan ciri khas desa. Desa diarahkan pada usaha memperkuat kedudukan pemerintahannya agar mampu menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunana serta mampu menyelenggarakan penyelenggaraan administrasi dengan baik agar desa yang dipimpin dapat berkembang dengan baik (Kansil, 1984: 19). Untuk menyelenggarakan administrasi desa yang efektif diperlukan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah kecamatan terhadap aparatur pemerintah desa dalam bidang pemerintahan, sehingga perangkat desa dapat melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik dalam melayani masyarakat. Hal tersebut diatur dalam Pasal 6 ayat 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 tentang Pedoman Administrasi Desa, yang menjelaskan tentang bebagai jenis pembinaan dan pengawasan. Pembinaan administrasi desa yang dijalankan adalah untuk mengembangkan sistem administrasi pemerintahan desa yang berfungsi

19 5 sebagai sumber data dan informasi bagi seluruh aktifitas pemerintahan dalam pembangunan secara nasional. Untuk meningkatkan manajemen pemerintahan desa perlu dilakukan penataan administrasi agar lebih efektif dan efisien, penataan administrasi merupakan pencatatan data dan informasi dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan desa maka dilakukan penyempurnaan terhadap pelaksanaan administrasi. Oleh karena itu pemerintah kecamatan sangat dituntut untuk turut berperan aktif dalamusaha pembinaan dan pengawasan administrasi yang dilakukan untuk aparatur pemerintah desa, sehingga akan terwujud pelaksanaan administrasi yang tertib dan dapat mendorong pelaksanaan pemerintahan di wilayah pedesaan. Agar desa mampu menggerakkan, mengatur, mengendalikan dan mendorong masyarakat untuk memajukan desa dengan pembangunannya dibutuhkan seorang kepala desa dan perangkat desa yang berhasil guna dan berdaya guna, profesional. Selain itu perangkat desa juga harus bersih, produktif, berwibawa, kreatif, transparan, inovatif, peka, antisipasifdan proaktif, serta juga mempunyai visi (Sondang P. Siagian, 2008: ). Selain melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan desa juga melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh pemerintahan diatasnya untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek Perizinan, rekomendasi, koordinasi, pembinaan, pengawasan, fasilitasi, penetapan, penyelenggaraan, kewenangan lain yang dilimpahkan. Pelimpahan sebagian wewenang ini dilakukan berdasarkan kriteria ekternalitas dan efisiensi. Eksternalitas yang dimaksud adalah kriteria

20 6 pelimpahan urusan pemerintahan dengan memperhatikan dampak yang timbul sebagai akibat dari penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat internal desa, maka urusan pemerintahan tersebut menjadi kewenangan kepala desa. Sedangkan yang dimaksud dengan efisiensi adalah kriteria pelimpahan urusan pemerintahan dengan memperhatikan daya guna tertinggi yang dapat diperoleh dari penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan dilingkup desa. Apabila urusan pemerintahan lebih berdayaguna ditangani oleh desa, maka urusan tersebut menjadi kewenangan kepala desa. Sukses tidaknya pemerintahan desa sangat tergantung dengan administrasi desa. Administrasi desa dapat berjalan dengan baik apabila kualitas manusia sebagai sumber daya insani dapat melaksanakan dengan sebaik mungkin artinya administrasi desa sangat menentukan kedudukan pemerintahan desa. Administrasi desa merupakan tolak ukur keberhasilan pemerintahan desa karena merupakan fondasi dalam memperkuat dan mengembangkan pemerintahan desa. Jadi administrasi desa merupakan prioritas utama yang harus mendapat perhatian serius oleh pemerintah khususnya pemerintah kecamatan. Salah satu desa yang berusaha untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh perangkat desa dalam pelaksanaan administrasi desa adalah Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Perkembangan pemerintahan yang terjadi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik tidak terlalu menapakan perubahan. Adapun tugas yang harus

21 7 dilaksanakan seperti, pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat, upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan, pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum, penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan, pelaksanaan kegiatan pembinaan ideologi negara dan kesatuan bangsa, pelaksanaan kegiatan pembinaan sosial kemasyarakatan, pelaksanaan kegiatan pembinaan ekonomi, koperasi dan usaha kecil menengah, pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan umum, keagrariaan dan kependudukan, pelaksanaan kegiatan pembinaan pembangunan dan pengembangan partisipasi masyarakat, pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan, penyelenggaraan tugas instansi pemerintahan lainnya yang berada diwilayahnya, pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan, pelaksanaan penyusunan program, pembinaan administrasi, ketatausahaan dan rumahtangga desa, dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan. Dalam penyelenggaraan pemerintahannya Kades (kepala desa) dibantu oleh perangkat desa. Dengan pembinaan dan pengawasan administrasi desa pemerintah desa berharap dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung penyelenggaraan pemerintahan desa. Desa Moruwidi melakukan pembinaan dan pengawasan dalam bidang administrasi desa yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan perangkat desa, mendisiplinkan perangkat desa dalam menjalankan pemerintahan desa.

22 8 Berdasarkan latar belakan dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam mengenai permasalahan yang sebenarnya tentang peningkatan sumber daya manusia dalam hal ini adalah aparatur desa dalam pelaksanaan tugas administrasi desa. Sehingga dalam penelitian ini, judul yang diambil oleh peneliti adalah : Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa dalam Pelaksanaan Tugas Administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah upaya peningkatan kemampuan aparatur desa dalam pelaksanaan tugas administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik? Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui tentang upaya peningkatan kemampuan aparatur desa dalam pelaksanaan tugas administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik Manfaat Penelitian Hasil dari laporan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan suatu manfaat, baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:

23 9 1. Manfaat Teoritis Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu dan pengembangan pengetahuan di dunia administrasi negara. Selain itu diharapkan juga bisa dijadikan bahan rujukan bagi penelitian berikutnya yang mengambil judul yang sama dengan obyek yang berbeda. 2. Manfaat Praktis Dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan kontribusi pemikiran kepada Pemerintah Desa Morowudi dan masyarakat serta semua pihak yang berkepentingan dalam upaya meningkatkan pelaksanaan tugas tugas administrasi desa bagi kebutuhan pembangunan desa..

24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan Tahun 2012 yang berjudul Analisis Kemampuan Kerja Aparat Kecamatan Dalam Memberikan Pelayanan Administrasi Kepada Masyarakat. Dalam penelitian ini, kemampuan jajaran pemerintahan kota dalam memberikan pelayanan administrasi yang baik kepada masyarakat dilihat dan diukur dari apakah prinsip prinsip pelayanan kepada masyarakat sudah dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen oleh aparatur tingkat kecamatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan ini difokuskan kepada masalah bagaimana kemampuan kerja aparatur kecamatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan yang dilakukan mengkombinasikan antara pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pelayanan di bidang administrasi kemasyarakatan yang dilaksanakan oleh aparatur Kecamatan di Medan sudah baik. Hal ini terlihat dari pencapaian kinerja menurut aparatur 81% dan menurut masyarakat 72%. Berdasarkan hasil tersebut diketahui pula bahwa kedisiplinan aparatur Kecamatan di Kota Medan sudah baik, 10

25 11 pemberian pelayanan sudah cepat, aparatur kecamatan sudah tanggap terhadap keluhan masyarakat dan cepat dalam penanganan keluhan masyarakat, kepastian jadwal pelayanan, aparatur kecamatan juga sudah memahami kebutuhan masyarakat dan pemberian pelayanan kepada semua lapisan masyarakat, dan pemberian layanan kepada semua lapisan masyarakat tanpa pilih pilih. Bila dilihat dari tingkat kepuasannya, masyarakat umumnya merasa puas dengan kinerja aparatur kecamatan di Kota Medan. Penelitian berikutnya yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukukan oleh peneliti adalah penelitian oleh Nuji (2013) yang berjudul Fungsi Camat dalam Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Muara Bengkal Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi camat dalam melakukan pembinaan penyelenggaraan pemerintah desa dengan indikator penelitian: 1) Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Kepala Desa, 2) Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perangkat desa, 3) Melakukan pembinaan dan pengawasan tertib administrasi pemerintah desa, dan 4) Faktor penghambat dalam pembinaan penyelenggaraan pemerintah desa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian Nuji (2013) ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini, Nuji (2013) berusaha untuk menggambarkan apa adanya tentang gejala yang ada pada pemerintahan desa mengenai penyelenggaraannya.

26 12 Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi camat dalam membina penyelenggaraan Pemerintahan Desa Muara Bengkal Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur adalah sebagai berikut: 1. Fungsi camat dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kepala desa di mana camat memberikan pembinaan tentang pengelolaan Anggaran Dana Desa (ADD), misalnya verifikasi tentang Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan pengawasan terhadap laporan keuangan/surat penanggung jawab kegiatan yang di lakukan oleh Desa (SPJ). 2. Fungsi camat dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perangkat desa, camat memberikan pengarahan tentang proses penyelenggaraan pemerintah Desa, memberikan pembinaan terhadap peningkatan Kualitas aparatur pemerintah Desa dan pengawasan tentang kedisiplinan kerja pemerintah desa dalam rangka pembinaan dan pengawan perangkat desa. 3. Fungsi camat dalam melakukan pembinaan dan pengawasan tertib administrasi desa camat memberikan bimbingan tentang administrasi, pembangunan dan keuangan dan mengadakan sosialisasi tentang bagaimana pelaksanaan penyelenggaraan sistem administrasi pemerintahan yang baik dan penyampaian teknis proses penerbitan surat tanah (segel) di desa selain itu juga camat mengadakan studi banding dan mengadakan pelatihan tentang administrasi desa dalam rangka melaksanakan pembinaan dan pengawasan tertib administrasi.

27 13 4. Faktor penghambat peran Camat dalam pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa yaitu : a. Akses jalan yang kurang memadai dan jarak ibu kota Kecamatan dengan desa yang cukup jauh contoh desa yang paling jauh dari ibu kota Kecamatan Muara Bengkal adalah Desa Mulupan dengan 2 jam perjalanan, perjalanan yang ditempuh di waktu normal bila tidak terjadi hujan, dan kalau hujan bisa jadi perjalanan memakan waktu yang cukup lama. b. Kualitas aparatur pemerintah masih kurang karena dilatarbelakangi faktor pendidikan yang rendah contohnya dalam mengoperasikan perangkat komputer, sebagian dari aparatur pemerintah desa belum bisa menggunakannya. Selanjutnya, untuk dapat melihat perbedaan maupun persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menyajikan data tersebut ke dalam tabel 2.1 di bawah ini: Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Penelitian Perbedaan Persamaan Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan Tahun 2012 Analisis Kemampuan Kerja Aparat Kecamatan Dalam Memberikan Pelayanan Administrasi Kepada Masyarakat Penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan merupakan perpaduan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif, sedangkan peneliti Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan kedua penelitian sebelumnya adalah pembahasan tentang kinerja aparatur, dalam memberikan pelayanan, terutama dalam pelayanan administrasi.

28 14 Peneliti Judul Penelitian Perbedaan Persamaan Nuji (2013) Moh. Sholeh (2014) Fungsi Camat dalam Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Muara Bengkal Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa dalam Pelaksanaan Tugas Administrasi di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik menggunakan metode kualitatif, karena dirasa penelitian hanya dalam lingkup desa Pada penelitian Nuji (2013) menekankan pada pembinaan penyelenggaraan pemerintah desa yang dilakukan oleh camat, sedangkan penelitian yang nantinya akan peneliti lakukan adalah penelitian yang menitikberatkan pada upaya peningkatan dari aparatur desa jika Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan sama menggunakan desa dalam penelitiannya, sedangkan Nuji (2013) menggunakan lingkup yang lebih luas, yaitu kecamatan Kelebihan penelitian yang akan dilakukan peneliti ini nantinya akan lebih detail membahas tentang upaya, upaya yang dilakukan oleh Kepala Desa dalam peningkatan kemampuan administrasi dari perangkat desanya 2.2. Tinjauan Teoritis Konsep Kemampuan Aparatur Desa Istilah "kemampuan" mempunyai banyak makna, Jhonson dalam (Cece Wijaya,2011:3) berpendapat bahwa kemampuan adalah perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang diharapkan. Sementara itu, menurut Kartono (2012:13) bahwa kemampuan

29 15 adalah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan keterampilan teknik maupun sosial yang dianggap melebihi dari anggota biasa. Lebih lanjut, Syarif (2011:8) menyebutkan beberapa jenis kemampuan yang antara lain: kecerdasan, menganalisis, bijaksana mengambil keputusan, kepemimpinan/kemasyarakatan dan pengetahuan tentang pekerjaan. Mengacu pada pengertian dan jenis kemampuan tersebut di atas, maka dalam suatu organisasi pemerintahan Desa senantiasa perlu memiliki suatu daya kesanggupan, keterampilan, pengetahuan terhadap pekerjaan dalam pengimplementasian tugas-tugas dan fungsi masing-masing aparat Desa. Kemampuan yang penulis maksudkan adalah kemampuan yang dilihat dari hasil kerjanya atau kemampuan kerjanya. Kemampuan kerja seseorang menurut Tjiptoherianto (2008:36) mengemukakan bahwa kemampuan kerja yang rendah adalah akibat dari rendahnya tingkat pendidikan, dan latihan yang dimiliki serta rendahnya derajat kesehatan. Sementara itu, menurut Steers dalam (Rasyid,2012:6) bahwa kemampuan aparatur pemerintah sebenarnya tidak terlepas dari pembicaraan tingkat kematangan aparatur yang didalamnya menyangkut keterampilan yang diperoleh dari pendidikan latihan dan pengalaman. Berdasarkan pandangan tersebut jelas bahwa kemampuan seseorang, dalam hal ini aparat desa dapat dilihat dari tingkat pendidikan aparat, jenis latihan yang pernah diikuti dan pengalaman yang dimilikinya. Secara konsepsional hal ini diperkuat dari pandangan Steers tersebut sebelumnya bahwa untuk mengidentifikasi apakah Kegiatan dalam organisasi dapat

30 16 mencapai tujuannya salah satunya yang harus mendapat perhatian adalah orang-orang yang ada dalam urganisasi tersebut. Selanjutnya Steers berpendapat bahwa pada kenyataannya anggota organisasi yang merupakan faktor yang mempunyai pengaruh yang paling penting dalam pencapaian tujuan organisasi disebabkan orang-orang itulah yang menggerakkan roda organisasi. Anggota organisasi yang dimaksud adalah aparat desa yang merupakan faktor yang paling menentukan keberhasilan pelaksanaan tugastugas yang dibebankan kepadanya. Pemerintah Desa memiliki peran signifikan dalam pengelolaan proses sosial di dalam masyarakat. Tugas utama yang harus diemban pemerintah desa adalah bagaimana menciptakan kehidupan demokratik, memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga dapat membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tenteram dan berkeadilan. Guna mewujudkan tugas tersebut, pemerintah desa dituntut untuk melakukan perubahan, baik dari segi kepemimpinan, kinerja birokrasi yang berorientasi pada pelayanan yang berkualitas dan bermakna, sehingga kinerja pemerintah desa benarbenar makin mengarah pada praktek good local governance, bukannya bad governance. Peluang untuk menciptakan pemerintahan desa yang berorientasi pada good local governance sebenarnya dalam konteks transisi demokrasi seperti yang dialami oleh bangsa Indonesia sekarang terbuka cukup lebar. Hal ini setidaknya didukung oleh kondisi sosial pasca otoritarianisme Orde Baru yang melahirkan liberalisasi politik yang memungkinkan seluruh elemen

31 17 masyarakat di desa secara bebas mengekspresikan gagasan-gagasan politiknya. Begitu pula dukungan pemerintahan transisi pasca Orde Baru dengan membuat regulasi melalui UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan oleh UU No.32 Tahun 2004 yang sedikit lebih maju dibandingkan dengan regulasi sebelumnya di masa Orde Baru yang syarat dengan penyeragaman dan pengekangan sosial. Meskipun demikian, adanya perubahan sosial-politik dalam masa transisi demokrasi ini tidak dengan serta merta dapat merubah dalam sekejap wacana dan kinerja pemerintahan desa ke dalam visi demokratisasi dan good local governance. Sekalipun strukturnya mengalami perubahan, dimana saat ini pemerintahan desa tidak lagi bercorak korporatis dan sentralistik pada kepemimpinan Kepala Desa, akan tetapi kultur dan tradisi paternalistik yang memposisikan Kepala Desa sebagai orang kuat dan berpengaruh masih begitu melekat dengan kuat. Realitas ini memang tidak dapat dilepaskan sebagai bagian dari proses konstruksi sosial yang begitu mendalam sehingga membuat daya kognitif warga desa seringkali terasa kesulitan dalam membuat terobosan-terobosan baru yang sejalan dengan semangat perubahan ketika berbenturan dengan kebijakan seorang Kepala Desa. Kondisi ini sedikit banyak juga dipengaruhi pula oleh lemahnya human resources di desa yang populasinya relatif kecil dan sangat terbatas. Sebab itu guna mendobrak kebekuan atau stagnasi sosial ini diperlukan terobosan dari kekuatan luar untuk bermitra atau saling bekerja sama dengan aktor-aktor dan lembaga-lembaga potensial di desa dalam melakukan

32 18 perubahan sosial menuju ke arah situasi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya Konsep Administrasi Pemerintahan Desa Sebelum menjelaskan konsep/pengertian administrasi pemerintahan terlebih dahulu perlu dijelaskan konsep administrasi dan pemerintahan. Menurut Siagian (2008:2) Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan-keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dewasa ini, peranan Pemerintah Desa sebagai struktur perantara, yakni sebagai penghubung antara masyarakat desa dengan pemerintah dan masyarakat di luar desa tetap dipertahankan, bahkan ditambah dengan peranan lainnya yaitu sebagai agen pembaharuan. Desa atau dengan nama lainnya yang sejenis menurut konstitusi memperoleh perhatian istimewa. Berbagai bentuk perubahan sosial yang terencana dengan nama pembangunan guna meningkatkan harkat dan martabat masyarakat desa diperkenalkan dan dijalankan melalui Pemerintah Desa. Pemerintahan Desa perlu terus dikembangkan sesuai dengan kemajuan masyarakat desa dan lingkungan sekitarnya. Dengan perkataan lain, perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat desa karena adanya gerakan pembangunan desa perlu diimbangi pula dengan pengembangan kapasitas Pemerintahan Desanya, sehingga keinginan mempertahankan posisi tawar menawar dengan pihak luar desa yang relatif seimbang dapat terus

33 19 dipertahankan (Wasistiono, 2006: 4). Lebih lanjut Sadu Wasistiono mengatakan bahwa, tanpa adanya Pemerintahan Desa yang kuat, Desa dengan masyarakatnya hanya akan menjadi obyek permainan ekonomi maupun politik dari pihak-pihak luar desa yang relatif lebih kuat posisinya. Langkah kongkrit upaya pengembangan Desa antara lain berupa lahirnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang merupakan pengganti berbagai peraturan perundangan mengenai pemerintahan desa. Salah satu tujuan dikeluarkannya Undangundang Nomor 32 tahun 2004 adalah guna memodernisasikan Pemerintahan Desa agar mampu menjalankan tiga peranan utamanya, yaitu sebagai struktur perantara, sebagai pelayan masyarakat serta agen pembaharuan. Sebagai konsekuensi negara hukum, perubahan format politik dan sistem pemerintahan harus ditindaklanjuti dengan perubahan peraturan perundang-undangan di bidang politik dan pemerintahan dengan dilakukannya perubahan peraturan pelaksanaan yang mengatur Desa. Uniformitas yang diregulasi oleh UU No. 5 tahun 1979 selama dua dekade, direformasi melalui UU No. 22 tahun 1999 yang memberikan peluang kehidupan lebih demokrasi pada tataran struktur pemerintahan paling depan tersebut. Selanjutnya dengan diterapkannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diharapkan akan semakin menyempurnakan paradigma penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 76

34 20 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa sebagai regulasi yang mengatur tentang Desa setelah setahun berlakunya UU No. 32 Tahun Salah satu konsekuensi logis dari amanat Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, terutama aktivitas Pemerintah Desa sebagai pelayan masyarakat, maka diundangkanlah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 Tentang Pedoman Administrasi Desa yang membantu aparat dan perangkat Pemerintah Desa di dalam proses pencatatan data dan informasi berbagai urusan penyelenggaraan Pemerintahan Desa. 1. Pengertian Administrasi Secara etimologis, administrasi berasal dari bahasa latin ad+ministrare, suatu kata kerja yang berarti melayani, membantu, menunjang, atau memenuhi. Istilah ini berasal dari kata benda administratio dan kata sifat administratifus. Untuk Indonesia yang tepat digunakan istilah administrasi. Rangkaian kegiatan yang digolongkan sebagai administrasi mencakup: (1) dilakukan oleh sekelompok orang (2 orang atau lebih); (2) berlangsung dalam suatu kerjasama; (3) dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Ketiga faktor inilah yang merupakan tanda pengenal atau ciri khas dari administrasi yang apabila faktor-faktor tersebut disingkat adalah sekelompok orang, kerjasama, dan tujuan tertentu. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa kerjasama adalah rangkaian perbuatan yang dilakukan bersama-sama secara teratur oleh lebih seorang

35 21 yang menimbulkan akibat yang sebenarnya tidak akan terjadi apabila dilakukan oleh masing-masing seorang diri. Administrasi diartikan sebagai suatu proses tata kerja penyelenggaraan atau dengan perkataan lain sebagai suatu proses kegiatan yang dilakukan secara teknis. Administrasi adalah segenap rangkaian perbuatan sekelompok orang dalam suatu usaha kerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Administrasi adalah proses penyelenggaraan kegiatan untuk mewujudkan rencana/keputusan yang telah dibuat agar menjadi kenyataan, dengan cara mengatur kerja dan mengarahkan orang-orang yang melaksanakannya Administrasi juga dapat diartikan sebagai : a. Suatu aktivitas yang terutama bersangkutan dengan cara untuk menyelenggarakan tujuan yang telah ditentukan semula; b. Suatu proses lazim terdapat dalam segenap usaha bersama, baik usaha berskala besar maupun kecil-kecilan; c. Suatu proses pengorganisasian dan bimbingan orang-orang agar dapat melaksanakan suatu tujuan khusus; d. Suatu proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. (Syafiie, Tanjung, Modeong, 2009:17) Ada dua persepektif umum mengenai ruang lingkup dari administrasi. Perspektif yang pertama adalah perspektif makro yang meliputi proses penentuan tujuan, alokasi sumber daya, dan koordinasi kegiatan untuk pencapaian tujuan organisasi. Penekanan dari perspektif

36 22 ini terutama pada aspek filosofis tentang apa tujuan dan makna kehidupan, apa tujuan yang kita inginkan dan bagaimana mencapainya, serta bagaimana seharusnya orang berperilaku. Perspektif selanjutnya adalah perspektif mikro, yang menerangkan perilaku administrasi sebagai sikap, pendekatan, persepsi, dan nilai-nilai yang dianut oleh para administrator. Stephen P. Robbins (19 76) mengatakan bahwa perilaku administrasi dipengaruhi oleh sejarah organisasi, norma-norma pendidikan, dan pengalaman. 2. Administrasi Desa Administrasi Desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 adalah keseluruhan proses kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada Buku Administrasi Desa. Jenis dan bentuk Administrasi Desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006: a. Administrasi Umum adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai kegiatan Pemerintahan Desa pada Buku Administrasi Umum, terdiri dari: 1) Buku Data Peraturan Desa; 2) Buku Data Keputusan Kepala Desa; 3) Buku Data Inventaris Desa; 4) Buku Data Aparat Pemerintah Desa; 5) Buku Data Tanah Milik Desa/Tanah Kas Desa;

37 23 6) Buku Data Tanah di Desa; 7) Buku Agenda; dan 8) Buku Ekspedisi. b. Administrasi Penduduk adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai penduduk dan mutasi penduduk pada Buku Administrasi Penduduk, terdiri dari: 1) Buku Data Induk Penduduk Desa; 2) Buku Data Mutasi Penduduk Desa; 3) Buku Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Akhir Bulan; dan 4) Buku Data Penduduk Sementara. c. Administrasi Keuangan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai pengelolaan keuangan desa pada Buku Administrasi Keuangan, terdiri dari: 1) Buku Anggaran Penerimaan; 2) Buku Anggaran Pengeluaran Rutin; 3) Buku Anggaran Pengeluaran Pembangunan; 4) Buku Kas Umum; 5) Buku Kas Pembantu Penerimaan; 6) Buku Kas Pembantu Pengeluaran Rutin; dan 7) Buku Kas Pembantu Pengeluaran Pembangunan. d. Administrasi Pembangunan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi pembangunan yang akan, sedang, dan telah dilaksanakan pada Buku Administrasi Pembangunan, terdiri dari:

38 24 1) Buku Rencana Pembangunan; 2) Buku Kegiatan Pembangunan; 3) Buku Inventaris Proyek; dan 4) Buku Kader-Kader Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat. e. Administrasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau yang disebut dengan BPD adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai BPD, terdiri dari: 1) Buku Data Anggota BPD; 2) Buku Data Keputusan BPD; 3) Buku Data Kegiatan BPD; 4) Buku Agenda BPD; dan 5) Buku Ekspedisi BPD. Rangkaian kegiatan yang digolongkan sebagai administrasi mencakup: (1) dilakukan oleh sekelompok orang (2 orang atau lebih); (2) berlangsung dalam suatu kerjasama; (3) dimaksudkan untuk menc apai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Ketiga faktor inilah yang merupakan tanda pengenal atau ciri khas dari administrasi yang apabila faktor-faktor tersebut disingkat adalah sekelompok orang, kerjasama, dan tujuan tertentu. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa kerjasama adalah rangkaian perbuatan yang dilakukan bersama-sama secara teratur oleh lebih seorang yang menimbulkan akibat yang sebenarnya tidak akan terjadi apabila dilakukan oleh masing-masing seorang diri. Administrasi adalah proses penyelenggaraan kegiatan untuk

39 25 mewujudkan rencana/keputusan yang telah dibuat agar menjadi kenyataan, dengan cara mengatur kerja dan mengarahkan orang-orang yang melaksanakannya. Administrasi juga dapat diartikan sebagai : a. Suatu aktivitas yang terutama bersangkutan dengan cara untuk menyelenggarakan tujuan yang telah ditentukan semula; b. Suatu proses lazim terdapat dalam segenap usaha bersama, baik usaha berskala besar maupun kecil-kecilan; c. Suatu proses pengorganisasian dan bimbingan orang-orang agar dapat melaksanakan suatu tujuan khusus; d. Suatu proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. (Syafiie, Tanjung, Modeong, 2009:17). Berdasarkan pengertian tersebut dan apabila dikaitkan dengan aktifitas ditingkat desa, maka berbicara tentang administrasi desa berarti yang dimaksud dengan "administrasi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh penyelanggara pemerintahan desa untuk mencapai tujuan pemerintahan, seperti antara lain, baik dalam menggerakkan partisipasi dalam pembangunan dan terwujudnya demokrasi Pancasila secara nyata guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Mengacu pada pengertian diatas berarti konsep administrasi terbagi dalam dua pengertian yaitu administrasi dalam arti sempit dan administrasi dalam arti luas. Administrasi dalam arti luas berarti segenap proses

40 26 kegiatan untuk mencapai tujuan sedangkan administrasi dalam arti sempit adalah segenap penyelenggaraan kegiatan tulis menulis, Surat menyurat, beserta penyimpanan, pengurusan masalah-masalah dan segala pencatatannya dilaksanakan oleh aparat dalam arti pencapaian tujuan (Widjaya,2012:88). Selanjutnya konsep/pengertian pemerintah dan pemerintahan dalam kajian sistem pemerintahan Indonesia, pemerintah dibedakan dengan istilah pemerintahan. Menurut Saparin (1996:21) untuk membedakan pengertian kedua konsep tersebut, maka perlu diterangkan secara etimologis, yaitu : a. Pemerintah adalah kata nama subjek yang berdiri sendiri, contoh Pemerintah Daerah. b. Pemerintah adalah kata jadian yang disebabkan karena subjeknya mendapat akhiran "an" yang artinya pemerintah sebagai subjek melakukan tugas-tugas atau kegiatan, dimana cara melakukan kegiatan itu disebut pemerintahan. Ada dua persepektif umum mengenai ruang lingkup dari administrasi. Perspektif yang pertama adalah perspektif makro yang meliputi proses penentuan tujuan, alokasi sumber daya, dan koordinasi kegiatan untuk pencapaian tujuan organisasi. Penekanan dari perspektif ini terutama pada aspek filosofis tentang apa tujuan dan makna kehidupan, apa tujuan yang kita inginkan dan bagaimana mencapainya, serta bagaimana seharusnya orang berperilaku. Perspektif selanjutnya adalah

41 27 perspektif mikro, yang menerangkan perilaku administrasi sebagai sikap, pendekatan, persepsi, dan nilai-nilai yang dianut oleh para administrator. Stephen P. Robbins (1976) mengatakan bahwa perilaku administrasi dipengaruhi oleh sejarah organisasi, norma-norma pendidikan, dan pengalaman. Dari uraian diatas nampak istilah pemerintah menunjuk kepada aparat yaitu para pelaksana pemerintahan, sedang istilah pemerintahan menunjuk pada aktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini berarti "Pemerintahan" adalah keseluruhan tindakan atau kegiatan aparat pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Mengingat unit pemerintahan desa adalah bagian integral dari pemerintahan nasional, maka pembahasan tentang tugas dan fungsi pemerintah desa tidak terlepas dari tugas dan fungsi pemerintahan nasional seperti yang telah diuraikan dalam Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 pada pasal 127 tentang tugas pokok Kepala Desa yaitu : a. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan desa b. Pemberdayaan masyarakat c. Pelayanan masyarakat d. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum e. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa Istilah pendidikan dan latihan sering menimbulkan keraguan dan disalah artikan dengan istilah istilah yang dewasa ini lebih banyak

42 28 digunakan dalam politik, yakni pengembangan. Keraguan dan ketidakpastian itu sebenarnya tidak perlu terjadi, karena pada hakekatnya pengertian yang dalam istilah istilah tersebut memang memiliki kaitan yang erat yang satu sama lainnya dan menunjukkan suatu kegiatn yang sama, yakni usaha / kegiatan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap aparatur desa operasional maupun aparatur desa manajemen. Untuk memperjelas pengertian tentang pendidikan dan pelatihan aparatur desa, dikemukakan beberapa pendapat: 1. Menurut Handoko (2006: 104) menyatakan pendidikan dan latihan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat sifat kepribadian. 2. Menurut Hasibuan (2007: 76) metode pengembangan sumber daya manusia khususnya pengembangan melalui pendidikan dan latihan, pelaksanaannya antara suatu pemerintahan desa dengan pemerintahan desa lainnya adalah berbeda. Penerapan metode metode ini tergantung kepada keadaan pemerintahan desa dan jumlah tenaga kerja. Sedangakan menurut Hasibuan (2007: 69) memberikan batasan sebagai berikut : pendidikan dan latihan adalah suatu usaha untuk meningtkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral aparatur desa sesuai dengan kebutuhan pekerjaan / jabatan melalui pendidikan dan latihan. Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan latihan aparatur desa merupakan masalah penting dalam pemerintahan desa

43 29 karena untuk mencapai tujuan tujuan pemerintahan desa diperlukan tenaga tenaga yang berkualitas dan terampil, hanya diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Jadi jelaslah bahwa pendidikan aparatur desa dalam suatu pemerintahan desa merupakan upaya dalam meningkatkan keterampilan maupun pengetahuan aparatur desa, dimana aparatur desa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Metode metode pengembangan diri terdiri dari: 1. Metode latihan ( training method) Menurut Hasibuan (2 007: 77) Metode latihan harus berdasarkan kepada kebutuhan pekerjaan tergantung pada berbagi faktor yaitu waktu, biaya, jumlah, peserta, tingkat pendidikan dasar peserta dan latar belakang peserta metode ini diberikan kepada aparatur desa operasional. 2. Metode pendidikan ( education method) Metode pendidikan dalam arti sempit yaitu untuk meningkatkan keahlian dan kecakapan manajer memimpin paraa bawahannya secara efektif. Seorang manajer yang efektif pada jabatannya akan mendapatkan hasil yang optimal. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti mengerucutkan bahwa proses pengembangan SDM yang nantinya akan menunjukkan proses peningkatan kemampuan dari aparatur pemerintahan adalah ada pada proses ketrampilan, pendidikan dan pelatihan terhadap aparatur desa Kerangka Konseptual Dengan beberapa pendapat di atas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut:

44 30 UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa: 1. Ketrampilan dalam Kedisiplinan Waktu 2. Pendidikan dan Pelatihan Pelaksanaan Tugas Administrasi Pemerintahan Desa Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pada kerangka konseptual di atas dapat dijelaskan bahwa upaya peningkatan kemampuan aparatur desa yang terdiri dari ketrampilan dalam kedisiplinan administrasi, pendidikan dan pelatihan akan membawa dampak dari lancarnya pelaksanaan tugas administrasi pemerintah desa menurut undang Undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan desa yang disempurnakan oleh Undang Undang No 23 Tahun 2014.

45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, penelitian berawal dari minat yang ada dalam diri seseorang dalam memahami fenomena tertentu yang kemudian berkembang menjadi ide, teori, dan konsep. Untuk mewujudkan penelitian yang berawal dari minat tersebut dilakukanlah cara untuk mewujudkannya adalah dengan memilih metode yang cocok dengan tujuan suatu penelitian. Metode penelitian dalam hal ini berfungsi menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Guna menjawab dan mencari pemecahan permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.. Metode kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama penyelesaian masalah akan lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menggunakan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak prajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola yang dihadapi ( Moe leong, 2009 : 5). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku yang diamati.. 31

46 Fokus Penelitian Menurut Moeleong (2009 : 55) Fokus dasarnya adalah masalah yang bersumber dari pengalaman penelitian atau melalui pengetahuan yang bersumber dari pengalaman peneliti. Penentuan fokus penelitian memiliki dua tujuan yaitu : 1. Penentuan fokus membatasi studi yang berarti bahwa dengan adanya fokus penentuan tempat menjadi layak. 2. Penentuan fokus secara efektif menetapkan kriteria inklusi-inklusi untuk menyaring informasi yang masuk. Mungkin data cukup menarik, tetapi jika dipandang tidak relevan maka data itu tidak dipakai (Moelong, 2009: 27) Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah strategi untuk meningkatkan kapasitas aparatur Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik dalam bidang pelayanan kepada masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Ketrampilan dalam kedisiplinan administrasi pelayanan 2. Adanya pendidikan dan pelatihan dalam bidang administrasi 3.3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pada penelitian ini yaitu Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik Informan Penelitian Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap mempunyai informasi ( key-informan) yang dibutuhkan di wilayah

47 33 penelitian. Cara yang digunakan untuk menentukan informan kunci tersebut, maka penulis menggunakan purposive sampling. Tekning sampling yang digunakan peneliti ini adalah teknik yang digunakan ketika peneliti mempunyai pertimbangan pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2009 :128). Menurut peneliti, informan dalam penelitian ini adalah: a. Kepala Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik b. Sekretaris Desa Morowudi c. Tiga Orang Kepala Urusan. d. Perwakilan Kepala Dusun sejumlah 2 orang 3.5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan atau mendapatkan data dari fenomena empiris (Silalahi, 2009:291). Kemudian menurut Rahman (2009:71), bahwa penelitian selain menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik dan pengunpulan data yang relevan. Adapun beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan beberapa teknik, yaitu: a. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan responden (Gulo, 2010:119). Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimic responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Karena itu, wawancara tidak hanya menangkap ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh responden yang

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam sistem dan struktur pemerintahan daerah. Undang-Undang No. 5

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam sistem dan struktur pemerintahan daerah. Undang-Undang No. 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak kebijakan otonomi daerah diberlakukan, terjadi perubahan yang mendasar dalam sistem dan struktur pemerintahan daerah. Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Heru Rumbawas (2010) dengan judul penelitian : Analisis kinerja aparat kelurahan dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

ANALISIS INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS MENGANTI GRESIK

ANALISIS INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS MENGANTI GRESIK ANALISIS INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS MENGANTI GRESIK SKRIPSI Oleh: ACHMAD RIDWAN Npm : (29141001) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA

Lebih terperinci

FUNGSI CAMAT DALAM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI DESA MUARA BENGKAL KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR

FUNGSI CAMAT DALAM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI DESA MUARA BENGKAL KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR ejournal Ilmu Pemerintahan, 2013, 1 (3): 1085-1094 ISSN 2338-3615, ejournal.ip.ac.id Copyright 2013 FUNGSI CAMAT DALAM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI DESA MUARA BENGKAL KECAMATAN MUARA

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN. Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance. Terhadap Efektivias Kerja Pegawai Di Dinas Sosial Provisi Jawa Timur

LEMBAR PERSETUJUAN. Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance. Terhadap Efektivias Kerja Pegawai Di Dinas Sosial Provisi Jawa Timur LEMBAR PERSETUJUAN Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Efektivias Kerja Pegawai Di Dinas Sosial Provisi Jawa Timur NAMA FAKULTAS PROGAM STUDI : DANU RESOWIKORO : ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi, demokratisasi, terlebih dalam era reformasi. Bangsa dan negara Indonesia menumbuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi termasuk di bidang keuangan negara. Semangat reformasi keuangan ini telah menjadi sebuah kewajiban dalam

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN APARATUR DESA DALAM UPAYA PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KANTOR DESA MUARA BADAK ULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PENINGKATAN KEMAMPUAN APARATUR DESA DALAM UPAYA PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KANTOR DESA MUARA BADAK ULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA ISSN: 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.org Copyright 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN APARATUR DESA DALAM UPAYA PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KANTOR DESA MUARA BADAK ULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam budaya, ras, etnik, agama dan keragaman lainnya. Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan publik merupakan unsur yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup sosial di dalam masyarakat manapun(saragih,2005). Dewasa ini kualitas pelayanan menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan yang dihadapi dewasa ini dan di masa mendatang mensyaratkan perubahan paradigma kepemerintahan, pembaruan sistem kelembagaan, peningkatan kompetensi

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK, Menimbang

Lebih terperinci

Oleh: Deigy Ireine Tasik 2

Oleh: Deigy Ireine Tasik 2 EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN TERTIB ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DESA TEMPANG TIGA KECAMATAN LANGOWAN UTARA KABUPATEN MINAHASA 1 Oleh: Deigy Ireine Tasik 2 ABSTRAK Administrasi desa adalah proses pengelolaan

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK Penelitian ini berjudul Penerapan Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN KOMUNIKASI TERHADAP PRODUKTIFITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TESIS

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN KOMUNIKASI TERHADAP PRODUKTIFITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TESIS PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN KOMUNIKASI TERHADAP PRODUKTIFITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TESIS Oleh SRI MURTINI NIM : P.100030113 Program Studi : Magister Manajemen

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR OTORITAS PELABUHAN UTAMA TANJUNG PERAK SURABAYA SKRIPSI

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR OTORITAS PELABUHAN UTAMA TANJUNG PERAK SURABAYA SKRIPSI i PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR OTORITAS PELABUHAN UTAMA TANJUNG PERAK SURABAYA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kinerja 1. Pengertian Kinerja Menurut Soewarno Handayaningrat (2004: 19), kinerja adalah cara menjalankan tugas dan hasil yang diperoleh. Kinerja adalah cara dalam

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBINAAN ADMINISTRASI DESA DALAM MENINGKATKAN KINERJA (Suatu Studi Di Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan)

EFEKTIVITAS PEMBINAAN ADMINISTRASI DESA DALAM MENINGKATKAN KINERJA (Suatu Studi Di Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan) EFEKTIVITAS PEMBINAAN ADMINISTRASI DESA DALAM MENINGKATKAN KINERJA (Suatu Studi Di Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan) Oleh Hari Sondakh Abstrak Administrasi desa adalah proses pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, yaitu adanya pelimpahan wewenang dari organisasi tingkat atas kepada tingkat bawahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial pada dasarnya manusia memiliki sifat bersosialisasi, berkomunikasi, bekerja sama, dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya.

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA S U R A B A Y A

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA S U R A B A Y A PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRA JABATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG S K R I P S I Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

KEMAMPUAN APARAT KELURAHAN DALAM PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KELURAHAN TARORANE KEC. SIAU TIMUR, KABUPATEN SITARO NOVITA MANDALIKA

KEMAMPUAN APARAT KELURAHAN DALAM PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KELURAHAN TARORANE KEC. SIAU TIMUR, KABUPATEN SITARO NOVITA MANDALIKA KEMAMPUAN APARAT KELURAHAN DALAM PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KELURAHAN TARORANE KEC. SIAU TIMUR, KABUPATEN SITARO Oleh : NOVITA MANDALIKA Wilayah desa/kelurahan menjadi sasaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NO. 9 TAHUN 2004 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NO. 9 TAHUN 2004 TENTANG PEMBANGUNAN DESA IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NO. 9 TAHUN 2004 TENTANG PEMBANGUNAN DESA (Studi di Desa Ngasin, kecamatan Balongpanggang Kabupaten Gresik) S K R I P S I Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN veteran Jawa Timur

SKRIPSI. Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN veteran Jawa Timur PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM MENJALANKAN FUNGSI PENGAWASAN PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus Pada Desa Sukoharjo Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri) SKRIPSI Diajukan guna memenuhi syarat

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. penyelesaian masalah akan lebih mudah apabila

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. penyelesaian masalah akan lebih mudah apabila BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena beberapa pertimbangan. Pertama penyelesaian masalah akan lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBINAAN DAN PENGAWASAN CAMAT DALAM PENYELENGGARAAN TERTIB ADMINISTRASI DESA (Suatu Studi Di Desa Bumbiha Di Kecamatan Siau Barat)

EFEKTIVITAS PEMBINAAN DAN PENGAWASAN CAMAT DALAM PENYELENGGARAAN TERTIB ADMINISTRASI DESA (Suatu Studi Di Desa Bumbiha Di Kecamatan Siau Barat) EFEKTIVITAS PEMBINAAN DAN PENGAWASAN CAMAT DALAM PENYELENGGARAAN TERTIB ADMINISTRASI DESA (Suatu Studi Di Desa Bumbiha Di Kecamatan Siau Barat) Giovano Philip Takasenseran 1 Abstrak Administrasi desa adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hal yang melekat di dalamnya seperti kartu tanda penduduk atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hal yang melekat di dalamnya seperti kartu tanda penduduk atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kependudukan Banyak hal yang terkait bilamana kita akan membahas topik kependudukan terlebih pada wilayah administrasi kependudukan dengan berbagai hal yang melekat di dalamnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR Disusun oleh : BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang berorientasi pada upaya mempercepat terwujudnya kesejahteraan

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN PENGURUSAN E-KTP DI KANTOR KECAMATAN KEDAMEAN, GRESIK JAWA TIMUR

KUALITAS PELAYANAN PENGURUSAN E-KTP DI KANTOR KECAMATAN KEDAMEAN, GRESIK JAWA TIMUR LEMBAR JUDUL ii LEMBAR PERSETUJUAN KUALITAS PELAYANAN PENGURUSAN E-KTP DI KANTOR KECAMATAN KEDAMEAN, GRESIK JAWA TIMUR NAMA FAKULTAS PROGRAM STUDI : MUNASIP : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK : ILMU ADMINISTRASI

Lebih terperinci

pencemara lingkungan dan berdekatan dengan pemukiman penduduk. Kemudian menimbulkan perselisihan dengan masyarakat.

pencemara lingkungan dan berdekatan dengan pemukiman penduduk. Kemudian menimbulkan perselisihan dengan masyarakat. 1 KERJASAMA PEMERINTAH DESA DENGAN BADAN PERWAKILAN DESA DALAM PENERTIBAN PENAMBANGAN GALIAN C (Studi Kasus di Desa Muara Uwai Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar) A. Latar Belakang Pada awalnya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : / BAP-I/IV/2011 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : / BAP-I/IV/2011 TENTANG Jalan Panji No. 70 Kelurahan Panji Telp. (0541) 661322. 664977 T E N G G A R O N G 75514 KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : 600.107/ BAP-I/IV/2011 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem karir berdasarkan prestasi kerja dengan prinsip

Lebih terperinci

KONSEP DASAR ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

KONSEP DASAR ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ADMINISTRASI KONSEP DASAR ADMINISTRASI DAN PENDIDIKAN Administrasi secara etimologis berasal dari Bahasa Latin, yakni: Ad berarti intensif; Ministrate berarti melayani, membantu, dan memenuhi. Jadi administrasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi ditandai oleh adanya tiga prasyarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah sebagai salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan, pada hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat saat itu. Pemimpin-pemimpin formal, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat saat itu. Pemimpin-pemimpin formal, bahkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Krisis multidimensi yang menghantam bangsa Indonesia yang dimulai tahun 1997 lalu telah mencerminkan adanya kegamangan masyarakat dalam mensikapi perubahan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BERDASARKAN U.U. NO. 32 TAHUN SANTOSO BUDI N, SH.MH. Dosen Fakultas Hukum UNISRI

PELAKSANAAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BERDASARKAN U.U. NO. 32 TAHUN SANTOSO BUDI N, SH.MH. Dosen Fakultas Hukum UNISRI PELAKSANAAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BERDASARKAN U.U. NO. 32 TAHUN 2004 SANTOSO BUDI N, SH.MH. Dosen Fakultas Hukum UNISRI Abstract:In order to establish the local autonomy government, the integration

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 14 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

sehingga benar-benar dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good governance)

sehingga benar-benar dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good governance) BAB II RENCANA STRATEGIS A. RENCANA STRATEGIS 1. VISI Tantangan birokrasi pemerintahan masa depan meliputi berbagai aspek, baik dalam negeri maupun manca negara yang bersifat alamiah maupun sosial budaya,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMERINTAH DESA DALAM PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DESA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMERINTAH DESA DALAM PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DESA PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMERINTAH DESA DALAM PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DESA STKIP Matappa Pangkep Abstract Make-Up of ability of Government of Countryside in execution of public administration

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja pada dasarnya menitikberatkan permasalahan pada proses perencanaan, pelaksanaan, dan juga hasil yang di dapatkan setelah melaksanakan pekerjaan. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penyelenggaraan pemerintahan disuatu Negara dapat dilakukan melalui sistem sentralisasi maupun desentralisasi. Dalam sistem sentralisasi segala urusan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era Globalisasi, yang ditandai antara lain dengan adanya percepatan arus informasi menuntut adanya sumber daya manusia yang mampu menganalisa informasi dan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa penanaman modal merupakan salah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menampung

Lebih terperinci

Kualitas Kinerja Pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur

Kualitas Kinerja Pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Kualitas Kinerja Pada Pegawai Negeri Sipil di Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur NAMA FAKULTAS PROGAM STUDI : HENDIK PAMUJIANTO : ILMU SOSIAL DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Universitas Wijaya Putra Surabaya. Oleh : DANI PERMADI NIM : FAKULTAS ILMU POLITIK DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA

SKRIPSI. Universitas Wijaya Putra Surabaya. Oleh : DANI PERMADI NIM : FAKULTAS ILMU POLITIK DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA KINERJA PELAYANAN KESEHATAN UNTUK PENGGUNA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN (Studi Kasus Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas Menganti Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik) SKRIPSI

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. susunan pemerintahnya ditetapkan dengan undang-undang. Penyelenggaraan. dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan

I. PENDAHULUAN. susunan pemerintahnya ditetapkan dengan undang-undang. Penyelenggaraan. dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasal 18 Undang Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa pembagian daerah-daerah di Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk dan susunan pemerintahnya ditetapkan

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

B. Maksud dan Tujuan Maksud

B. Maksud dan Tujuan Maksud RINGKASAN EKSEKUTIF STUDI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN OTONOMI DAERAH DAN PENANGANANNYA DI KOTA BANDUNG (Kantor Litbang dengan Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I LAN-RI ) Tahun 2002 A. Latar belakang Hakekat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : Veteran Jawa Timur

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : Veteran Jawa Timur PERANAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO PEMERINTAH KOTA SURABAYA. SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 26 TAHUN 2006 T E N T A N G PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PENGARUH JAMINAN SOSIAL, K3 DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA DINAS PEKERJAAN UMUM DI BOYOLALI

PENGARUH JAMINAN SOSIAL, K3 DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA DINAS PEKERJAAN UMUM DI BOYOLALI PENGARUH JAMINAN SOSIAL, K3 DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA DINAS PEKERJAAN UMUM DI BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI JABATAN ( Studi Pada Kantor Regional II Badan Kepegawaian Negara Surabaya ) SKRIPSI

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi PEMERINTAHAN DAERAH Harsanto Nursadi Beberapa Ketentuan Umum Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan khususnya penyelenggaraan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan khususnya penyelenggaraan pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan khususnya penyelenggaraan pemerintahan daerah, instrumen pemerintahan memegang peran yang sangat penting dan vital guna melancarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH OTONOMI DAERAH NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Geografi Politik Sri Hayati Ahmad Yani PEMERINTAH DAERAH Pasal 2 (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian pesat dengan berbagai aspek permasalahannya. Pendidikan tidak hanya bersinggungan dengan

Lebih terperinci

Pengertian Desa BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang - Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pasal 1 ayat 1 menyebutkan desa sebagai berikut :

Pengertian Desa BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang - Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pasal 1 ayat 1 menyebutkan desa sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Desa Berdasarkan Undang - Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pasal 1 ayat 1 menyebutkan desa sebagai berikut : Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DI KABUPATEN GRESIK (Studi tentang parkir di tepi jalan umum kawasan Alun-alun Gresik) SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DI KABUPATEN GRESIK (Studi tentang parkir di tepi jalan umum kawasan Alun-alun Gresik) SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DI KABUPATEN GRESIK (Studi tentang parkir di tepi jalan umum kawasan Alun-alun Gresik) SKRIPSI Oleh : Firasidah Hasnah 0941010036 YAYASAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

SUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TRADISIONAL KEPADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

SUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TRADISIONAL KEPADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA SUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TRADISIONAL KEPADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (Studi Kasus di Pasar Gawok, Desa Geneng, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo Periode Tahun 2009-2010) SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN LEGALISIR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN LEGALISIR STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL TAHUN 2013 6 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) (PL) Nomor : /SOP/429.115/2013 Tanggal

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN TAHUN 2013 6 DINAS KEPENDUDUKAN DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA CIMAHI TAHUN 2005 2025 DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan pemerintahannya menekankan asas desentralisasi yang secara utuh dilaksanakan di daerah kota/kabupaten

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR : 06 TAHUN 2008 TENTANG ADMINISTRASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa untuk terlaksananya proses

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah desa merupakan simbol formil kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa sebagai badan kekuasaan terendah selain memiliki wewenang asli untuk mengatur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan otonomi daerah di Indonesia merupakan isu menarik untuk diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di kalangan birokrat, politisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di

BAB I PENDAHULUAN. optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kinerja secara umum dapat dipahami sebagai besarnya kontribusi yang diberikan pegawai terhadap kemajuan dan perkembangan di lembaga tempat dia bekerja. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 06. PR. 07.

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 06. PR. 07. 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengadilan Tata Usaha Negara Medan didirikan berdasar kepada Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 06. PR. 07. Tahun 1992 tanggal 17 Oktober

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Muh. Rifai Sahempa irahmidar@yahoo.com (Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Publik Pascasarjana

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH

PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH ( Studi pada SD Negeri Sobokerto 1 dan MI Al-Islam Ngesrep 1 ) TESIS Oleh : Nama : Retnaning Winastuti NIM : Q.100030109 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 21 TAHUN 2006 T E N T A N G PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci