Pengertian Desa BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang - Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pasal 1 ayat 1 menyebutkan desa sebagai berikut :

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Desa Berdasarkan Undang - Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pasal 1 ayat 1 menyebutkan desa sebagai berikut : Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/ atau hak tradisional yang di akui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Batasan di atas menyiratkan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, Sebagai masyarakat hukum, desa memiliki hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan prakarsa dan hak masyarakat itu sendiri. Berkaitan dengan kewenangan pada pasal 19 disebutkan bahwa kewenangan desa meliputi: a) Kewenangan berdasarkan hak asal usul, b) Kewenangan lokal berskala desa; c) Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan d) Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kedua, sebagai kesatuan, masyarakat hukum itu dipersatukan dalam batas wilayah tertentu berdasarkan asal-usul dan/atau tradisi. Berkaitan dengan kesatuan masyarakat hukum, pembentukan desa harus memenuhi beberapa syarat (pasal 8 ayat 3): 13

2 a) Jumlah penduduk, khusus di wilayah Kalimantan, maksimal jiwa atau 300 kepala keluarga. b) Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antar wilayah yang terjangkau dalam memberikan pelayanan dan pembinaan kepada masyarakat. c) Letak geografis yang memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun. d) Sarana prasarana, yakni tersedianya sarana dan prasarana bagi Pemerintah Desa dan pelayanan publik. e) Sosial budaya, yaitu kerukunan sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat Desa. f) Tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya bagi perangkat Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. g) Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung. h) Memiliki batas Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta desa yang telah ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota. Otonomi Desa Sebelum diterbitkannya Undang-Undang nomor 6 tahun 2014, terlebih dahulu sistem kepemerintahan desa mengacu kepada Undang- Undang nomor 22 tahun 1999, yang kemudian disempurnakan kembali melalui Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam undang-undang tersebut telah ditegaskan bahwa guna mewujudkan development community, desa bukan lagi sekedar administrator atau bawahan daerah namun merupakan independent community. Masyarakat desa berhak untuk menyampaikan pendapat dalam memperjuangkan kepentingannya. Dengan kemandirian ini, diharapkan masyarakat mau dan mampu meningkatkan keterlibatan 14

3 dalam pengelolaan pembangunan sosial, politik dan ekonomi. Keluarnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah memberi pijakan yang semakin kuat dan jelas untuk mewujudkan desa sebagai development community. Dalam upaya mewujudkan development community yang independen itu, maka otonomi desa menjadi perlu untuk dibahas. Otonomi desa pada dasarnya adalah penyerahan hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan desa. Semua urusan pemerintahan desa yang berdasarkan asal-usul desa, serta kewenangan urusan yang oleh pemerintahan Kabupaten atau Kota sudah diserahkan, pengaturannya dilakukan sendiri oleh pemerintahan desa. Penyerahan hak, wewenang, dan kewajiban ini, diharapkan kepentingan masyarakat desa dapat terlayani dengan baik. Akan tetapi, meskipun kewenangan sudah diserahkan kepada pemerintahan desa, ada hal lain yang perlu diingat bahwa tiada hak tanpa kewajiban, tiada kewenangan tanpa tanggungjawab, serta tiada kebebasan tanpa batas. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan hak, kewenangan dan kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi desa, harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai tanggungjawab bahwa desa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sistem Pemerintahan Desa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal (1) ayat (2) menyatakan bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa pasal (1) ayat (6) menyebutkan Pemerintah Desa adalah Penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh pemerintah desa dan Badan BPD dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul adat istiadat 15

4 setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada dasarnya dua definisi itu tidak berbeda, kecuali pada pada Peraturan Pemerintah menyatakan secara eksplisit Badan BPD juga sebagai bagian pemerintahan desa. Sedangkan tujuan dari pemerintahan desa adalah, 16 a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan (mengatur), dan b. Mengurus kepentingan masyarakat setempat. Jogianto (2005:2) mengemukakan bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini mengambarkan interaksi dari objekobyek seperti tempat, benda, dan orang-orang sebagai suatu kesatuan. Indrajit (2001:2) mengemukakan bahwa sistem mengandung arti kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan Lani Sidharta (1995:9) mengemukakan bahwa sistem adalah himpunan dari bagianbagian yang saling berhubungan yang secara bersama mencapai tujuantujuan yang sama. Dengan demikian, suatu sistem memiliki, a. Elemen atau komponen atau bagian b. Elemen itu saling berinteraksi/terkait/berhubungan satu sama lain, dan c. Interaksi itu merupakan bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Elemen pemerintahan desa adalah perangkat desa (Kepala Desa, Sekretaris Desa, dll) serta masyarakat desa yang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 secara eksplisit dilembagakan sebagai BPD. Perangkat desa dan masyarakat desa saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi itu dilakukan untuk memenuhi kepentingan dua belah pihak. Pertama, mengatur, dalam arti merencanakan pembangunan desa, mensosialisasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pelaksanaannya. Kedua, mengurus kepentingan masyarakat setempat, baik yang berkaitan dengan kepentingan pribadi

5 maupun kepentingan kelompok sosial. Dengan demikian sistem pemerintahan desa dapat diartikan sebagai interaksi masyarakat desa dengan perangkat desa dengan tujuan mengatur urusan pemerintahan dan mengurus kepentingan masyarakat. Pelayanan Publik Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 pasal (1) menegaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Selanjutnya di dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009, dalam pasal 3 tentang pelayanan publik, juga menjelaskan bahwa tujuan pelayanan publik adalah: a. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik; b. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik; c. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan d. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Meskipun telah dikeluarkan Undang Undang nomor 25 tahun 2009, namun sistem pemerintahan desa tetap mengacu pada Keputusan Menpan Nomor 63/KEP/M.PAN/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Di dalam Kepmenpan itu dinyatakan bahwa pelaksanaan pelayanan publik berasaskan 17

6 transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, kesamaan hak, dan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Sekretaris Desa Asal kata sekretaris dari bahasa latin secretum yang berarti rahasia. Dari kata itu, menjadi Secretarius atau Secretarium yang artinya seseorang yang diberikan kepercayaan untuk memegang rahasia. Sekretaris dapat diartikan sebagai seorang petugas yang pekerjaannya menyelenggarakan urusan surat-menyurat, termasuk penyimpanan dokumen bagi seorang pejabat/pimpinan organisasi. Sebutan lain petugas yang menyelenggarakan urusan surat menyurat dari seorang pejabat atau instansi resmi maupun perusahaan swasta yang bersifat pribadi atau rahasia adalah private Secretary (The Liang Gie, 2000). Sekretaris juga dapat diartikan sebagai seorang pembantu pimpinan. Ia harus menerima dikte, mengonsep surat atau korespondensi, menerima tamu, memeriksa atau mengingatkan pimpinan mengenai kewajibannya untuk meningkatkan efektifitas kerja pimpinannya (The Liang Gie, 2000). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sekretaris adalah orang yang memegang rahasia perusahaan atau kantor, yang tugasnya membantu pimpinan untuk memperlancar pelaksanaan tugasnya. Dalam tata pemerintahan desa, Sekretaris Desa merupakan salah satu perangkat desa yang mempunyai kedudukan untuk memimpin sekretariat desa dan menjalankan tugas sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun Pada pasal (1) ayat (6) yang tertulis bahwa tugas Sekretaris Desa adalah membantu kepala desa dalam tertib administrasi pemerintahan dan pembangunan, serta pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Sekretaris Desa bertanggung jawab secara penuh kepada Camat melalui Kepala Desa. Itu sebabnya dalam proses pengangkatan Sekretaris Desa, baik sebagai Pegawai Negeri Sipil maupun bukan, 18

7 Kepala Desa terlebih dahulu mengkonsultasikan kepada atasan langsung, dalam hal ini Camat yang bertindak atas nama Bupati/Walikota. Sekretaris Desa dapat diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil jika mereka memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Sementara itu Sekretaris Desa yang tidak dapat diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil akan diberhentikan selambat-lambatnya pada akhir tahun Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2007, menyatakan bahwa Sekretaris Desa yang dapat diangkat langsung Menjadi Pegawai Negeri Sipil adalah, a. Mereka yang diangkat dengan sah sebagai Sekretaris Desa sampai dengan 15 Oktober 2004, b. Masih melaksanakan tugas secara terus menerus sampai dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2007, dan c. Sampai dengan 15 Oktober 2006 berusia paling tinggi 51 tahun. Diangkatnya Sekretaris Desa sebagai Pegawai Negeri Sipil diharapkan dapat membantu pemerintah dalam membangun pondasipondasi yang kokoh dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan mampu menjadi penyeimbang di setiap lini Pemerintah yang ada di desa. Sekretaris Desa adalah seorang Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai beban berat. Selain sebagai pelayan dan pembantu Kepala Desa, Sekretaris Desa juga dituntut untuk loyal kepada Pemerintah Daerah yang mengangkatnya sebagai Sekretaris Desa. Ibaratnya, Sekretaris Desa memiliki dua orang majikan yang sama sama ingin diberikan kepuasan dalam menyelesaikan masalah. Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Desa Menurut Peraturan Bupati Bengkayang Nomor 23 tahun 2012 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Desa dari Pegawai Negeri Sipil pasal (4) ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa Sekretaris Desa mempunyai tugas pokok menyelenggarakan administrasi pemerintah, 19

8 administrasi pembangunan dan administrasi kemasyarakatan di desa, serta memberikan pelayanan administrasi kepada Kepala Desa. Dalam menjalankan tugas pokok tersebut, Sekretaris Desa mempunyai fungsi, a. Bidang Ketatausahaan 1. Pelaksanaan urusan surat menyurat dan kearsipan; 2. Pelaksanaan pengelolaan urusan rumah tangga, kebersihan dan tata laksana; 3. Penyusunan dan pengelolaan data administrasi perangkat Desa; 4. Pelaksanaan dan pengendalian tata usaha pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan perawatan barang inventaris Desa. b. Bidang Keuangan : 1. Penyiapan dan penghipunan bahan-bahan untuk keperluan penyusunan APBDes; 2. Pelaksanaan administrasi pengelolaan keuangan dan pertangungjawaban keuangan; 3. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pertanggung jawaban pengelolaan keuangan secara berkala. c. Bidang Program dan Laporan : 1. Penyiapan bahan koordinasi penyusunan program kerja ; 2. Penghimpunan dan penyiapan peraturan desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan; 3. Pelaksanaan monitoring terhadap pelaksanaan program dan kegiatan Pemerintah Desa ; 4. Penyusunan laporan pelaksanaan program dan kegiatan secara berkala. Selain menjalankan tugas pokok dan fungsinya, Sekretaris Desa juga melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa dan bertanggung jawab kepada Camat melalui Kepala Desa. 20

9 Penelitian Terdahulu Studi tentang Sekretaris Desa sebenarnya sudah cukup banyak. Masalah yang dibahas umumnya berkaitan dengan pengangkatan Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Studi Harini & Nassihudin (2008) menstudi tentang proses pengisian jabatan Sekretaris Desa di Kabupaten Banyumas. Dari penelitiannya, mereka menyimpulkan bahwa langkah-langkah seleksi sampai dengan pengangkatan Sekretaris Desa, dianggap sudah sesuai. Bahkan ketika ada Sekretaris Desa yang tidak memenuhi syarat dan harus dipensiun, sudah ada kebijakan pemberian pensiun dari tanah bengkok. Studi lain dilakukan oleh Pramana (2015) untuk mengkaji persepsi perangkat desa lain atas pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS. Penelitian dilakukan di Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep ini menyimpulkan bahwa persepsi perangkat desa lain umumnya positif terhadap pengangkatan itu. Secara kognitif mereka memahami alasan pengangkatan itu. Secara afektif mereka menyetujui dan mendukung, walau terdapat kecemburuan sosial mengapa hanya Sekretaris Desa yang diangkat. Secara psikomotorik, walaupun ada kecemburuan sosial itu, mereka tetap mendukung Sekretaris Desa sehingga kinerjanya tidak merosot. Hanya ada perbedaan hasil penelitian tentang loyalitas Sekretaris Desa pada Kepala Desa pasca pengangkatan menjadi PNS. Studi Ridha & Sujianto (2013) di Desa Tanjung Belit, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, menemukan bahwa walaupun penghasilan dan status Sekretaris Desa mengalami peningkatan. Namun akibatnya kesenjangan dengan perangkat desa yang lain juga meningkat. Selain itu loyalitas kepada Kepala Desa justru menjadi merosot. Ketiadaan seleksi kompetensi penerimaan PNS pada umumnya, telah menimbulkan gangguan pada pelaksanaan pembangunan dan image yang tidak baik di tengah masyarakat. Penelitian Alamsyah (2014) di Desa Mantang Baru Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan secara khusus menstudi peran Sekretaris Desa dalam membantu Kepala Desa. Dari studi itu disimpulkan bahwa 21

10 pelimpahan wewenang dari Kepala Desa kepada Sekretaris Desa telah mendorong Sekretaris Desa untuk lebih bertanggungjawab dan menciptakan hubungan yang harmonis. Kepatuhan Sekretaris Desa pada peraturan serta ketegasannya menolak segala bentuk tugas pembantuan yang tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat desa, juga dipandang sebagai jalan untuk membantu Kepala Desa. Berkaitan dengan kinerja Sekretaris Desa, penelitian Pranowo (2013) menemukan bahwa pasca pengangkatan sebagai PNS, Sekretaris Desa secara kuantitatif sangat produktif. Sekretaris Desa dipandang cepat tanggap dan tepat waktu menyelesaikan tugas dan kewajibannya. Namun secara kualitatif, masih buruk. Mutu dan hasil kerja dalam melaksanakan tugas dan kewajiban itu masih banyak kesalahannya. Libat et al (2013) juga menstudi kinerja Sekretaris Desa di Kecamatan Tebelian, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa diangkatnya Sekretaris Desa di Kecamatan Sungai Tebelian sebagai PNS dalam rangka mendukung fungsi Kepala Desa berdasarkan tugas pokok dan fungsinya belum tercapai sebagaimana mestinya. Sebabnya adalah, a) Rendahnya tingkat pendidikan, ditambah minimnya pelatihan/bimtek yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Sintang melalui pihak Kecamatan Sungai Tebelian menjadikan kemampuan dan kecakapan Sekretaris Desa dalam tata administrasi dan pelayanan desa berjalan seadanya. b) Kepala Desa dan Sekretaris Desa tidak dapat bekerjasama. Oleh Kepala Desa, Sekretaris Desa dinilai kurang disiplin, dan kreativitas dan tanggung jawab dalam mengelola administrasi pemerintahan desa rendah. c) Ketika beberapa Sekretaris Desa mengajukan mutasi pindah untuk menjadi staf di Kantor Kecamatan Sungai Tebelian, Kepala Desa kemudian mengangkat Sekretaris Desa baru sesuai visi politiknya tanpa memperhatikan tingkat pendidikan, kecakapan dan keahlian. Dari beberapa penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah kinerja Sekretaris Desa membantu Kepala Desa setelah 22

11 diangkat menjadi PNS nampaknya tidak seragam. Ada yang semakin loyal, namun ada pula yang justru semakin tidak loyal. Studi pendahuluan yang dilakukan penulis di Kecamatan Bengkayang, Kabupaten Bengkayang, menemukan bahwa Sekretaris Desa belum dapat membantu Kepala Desa. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini akan mengkaji faktor-faktor mengapa Sekretaris Desa belum dapat membantu Kepala Desa. Kerangka Pikir Dalam melakukan penelitian ini, penulis membuat suatu rangkaian kerangka pikir dan kerangka kerja yang berfungsi sebagai penuntun dan panduan alur pikir agar tidak keluar dari tema penelitian. Kerangka pikir tersebut dapat digambarkan pada gambar di bawah ini : Kecamatan Bengkayang: 1. Desa Setia Budi 2. Desa Bani Amas 3. Desa Tirta Kencana 4. Desa Bhakti Mulya TUPOKSI Berdasarkan PP No 72 Tahun 2005 tentang Desa dan UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa Sistem Pemerintahan Desa Sekretaris Desa Tugas dan Peran Teori 1. Tugas 2. Peran Hasil Pelaksanaan Tugas dan Peran Gambar 2.1 Kerangka Pikir Sebagaimana sudah di jelaskan, penelitian dilakukan di empat desa di Kecamatan Bengkayang. Keempat desa tersebut sudah memiliki Sekretaris Desa dengan latar belakang pendidikan yang beragam. 23

12 Sekretaris Desa tersebut mempunyai tugas pokok dan fungsi membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan, administrasi organisasi dan tata laksana, serta memberikan pelayanan publik kepada seluruh perangkat desa dan masyarakat desa. Studi ini akan mengkaji apakah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi Sekretaris Desa dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam membantu Kepala Desa. 24