HUTAN TANAMAN Vol. 3 No. 1, April 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUTAN TANAMAN Vol. 3 No. 1, April 2010"

Transkripsi

1 TEKNO HUTAN TANAMAN Vol. 3 No. 1, April 2010 ng Kehutanan or 5, Po. Box pp_p3ht@yahoo.co.id.forplan.or.id ISSN VOL. 3 No. 1

2 ISSN : PEDOMAN PENU TEKNO HUTA N TANAMAN April 2010 esmi yang memuat kajian sintesa, hasil pemikiran sat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman bit tiga kali setahun ng Jawab ng Hutan Tanaman edaksi kap Anggota M.Si. (Silvikultur) ota a, M.Sc. (Perlindungan Hutan) rologi dan Konservasi Tanah dan Air) Ekonomi Kehutanan /Social Forestry) M.Si. (Biometrika) Silvikultur dan Fisiologi Pohon) estari n (PT. Inhutani I) S. (Fakultas Kehutanan IPB) t Redaksi kap Anggota n Evaluasi Penelitian P3HT ota yanan Penelitian P3HT iati, S.Hut ari, S.Hut an oleh: mbangan Hutan Tanaman ngembangan Kehutanan Kehutanan at ng Kehutanan o. 5, Po. Box. 331 pp_p3ht@yahoo.co.id, Website: 1. Tekno Hutan Tanaman adalah publikasi ilmia menerbitkan tulisan hasil kajian, sintesa, hasil pe seperti perbenihan, pembibitan, silvikultur, bi tanaman (hama/penyakit, gulma, kebakaran), biome tanaman. 2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dengan h 2 (dua) spasi pada kertas A4 putih pada satu perm setiap naskah antara halaman. Pada semu Naskah sebanyak 2 (dua) rangkap dikirimkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanama bentuk CD atau dikirim melalui ke alamat : pp_ 3. Judul dibuat tidak lebih dari 2 baris dalam ba tidak lebih dari 10 kata serta harus mencerminkan bahasa Inggris yang tercetak dengan huruf kecil dan c di bawah judul dengan huruf kecil. Di bawah n instansi/institusi. 4. Isi Naskah terdiri atas: ABSTRACT dengan PENDAHULUAN, HASIL DAN PEMBAH PERSANTUNAN (Ucapan terima kasih; jika ada Penulisan nama jenis harus menyertakan nama il Kesimpulan, contoh : Nyamplung ( Calophyllum inop 5. ABSTRAK dibuat dalam Bahasa Indonesia dan In satu paragraf. Isinya berupa intisari permasalahan, yang dinyatakan secara kuantitatif. Bahasa Inggri Indonesia ditulis tegak, jarak 1 (satu) spasi. Keywor disusun menurut abjad. 6. PENDAHULUAN berisi : latar belakang/masalah dinarasikan secara singkat pada bagian akhir bab ini. 7. HASILDAN PEMBAHASAN berisi : Hasil dan Pem 8. Tabel diberi nomor, judul tabel dan keterangan yang bahasa Indonesia dan Inggris secara jelas dan singkat 9. Gambar (Gambar, Grafik dan Foto) harus jelas dan d dan Inggris di bagian bawah dan diberi nomor. Fo sumbernya. 10. KESIMPULAN DAN SARAN (jika ada) disamp bernomor), serta diusahakan dinyatakan secara kuant 11. PERSANTUNAN berupa ucapan terima kasih kepad 12. DAFTAR PUSTAKA disusun menurut abjad n (disarankan menggunakan pustaka terkini), seperti co Departemen Kehutanan Eksekutif Data Strateg Salisbury, F.B. and C.W. Ross Plant Physiolog U.S. Census Bureau. American Factfinder : Dewan Redaksi dan Sekretariat Redaksi berhak mengubah substansi tulisan. Naskah yang tidak diterb

3 TEKNO HUTAN TANAMAN ISSN : Vol. 3 No. 1,April 2010 HUTAN TANAMAN VOL. 3 No. 1 Hal Bogor April 2010 ISSN

4 TEKNO HUTAN TANAMAN Vol. 3 No. 1, April 2010 DAFTAR ISI 1. PENGARUH UKURAN BENIH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA( Gmelina arborea Linn) The Effect of Seed Size on Germination Seed and Growth Seedling Gmelina (Gmelina arborea Linn) Nurmawati Siregar 2. PERTUMBUHAN TIGA PROVENANS MAHONI ASAL KOSTARIKA Growth of Three Provenances of Mahogany from Costarica Asep Rohandi dan/ and Nurin Widyani ANALISIS SIFAT-SIFAT TANAH DI BAWAH TEGAKAN Eucalyptus urograndis The Analysis of Soil Characteristic under Eucalyptus urograndis Stands Nina Mindawati,Andry Indrawan, Irdika Mansur dan/ and Omo Rusdiana PEMILIHAN BAHAN VEGETATIF UNTUK PENYEDIAAN BIBIT BAMBU HITAM ( Gigantochloa atroviolacea Widjaja) Vegetative Material Selection for Seedling Preparation of Bamboo Hitam Gigantochloa atroviolacea Widjaja) Saefudin dan/ and Tati Rostiwati DAMPAK KEBAKARAN HUTAN TERHADAPPERTUMBUHAN VEGETASI Forest Fire Impact on the Growth of Vegetation Wida Darwiati dan/ and Faisal Danu Tuheteru 29-35

5 TEKNO HUTAN TANAMAN ISSN Vol. 3 No. 1, 2010 Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya UDC(OXDCF) 630*232.3 Nurmawati Siregar (Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor) Pengaruh Ukuran Benih terhadap Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Bibit Gmelina ( Gmelina arborea Linn) Tekno Htn Tnm Vol. 3 No. 1, 2010 p:1-5 Gmelina merupakan jenis yang potensial untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman. Salah satu faktor yang menentukan daya berkecambah adalah ukuran benih. Ukuran benih berpengaruh terhadap kandungan cadangan makanan yang terdapat dalam benih. Oleh karena itu dilakukan penelitian pengaruh ukuran benih terhadap viabilitas benih dan pertumbuhan bibit. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok terdiri dari 3 perlakuan (ukuran benih) dan diulang lima kali. Perlakuan yaitu ukuran besar, sedamg dan kecil. Masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari 50 benih untuk daya berkecambah dan 25 bibit untuk pertumbuhan bibit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran benih tidak berpengauh terhadap daya berkecambah tetapi benih ukuran besar dan sedang memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap tinggi, diameter, panjang akar, berat kering dan rasio tunas akar dibandingkan dengan benih ukuran kecil Kata kunci : Daya berkecambah, pertumbuhan bibit, ukuran benih UDC(OXDCF) 630*22 Asep Rohandi dan Nurin Widyani (Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor) Pertumbuhan Tiga Provenans MahoniAsal Kostarika Tekno Htn Tnm Vol. 3 No. 1, 2010 p:7-11 Studi pertumbuhan tingkat semai mahoni (Swietenia macrophylla King. ) dilakukan terhadap 3 (tiga) provenans asal Kostarika sampai umur 4,5 bulan. Variasi pertumbuhan yang diamati berupa tinggi dan diameter semai. Rancangan yang digunakan untuk menganalisis karakteristik yang diamati menggunakan rancangan acak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan asal sumber benih (provenans) memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter batang semai mahoni. Penampilan karakter pertumbuhan rata-rata tinggi dan diameter semai tertinggi sampai umur 4,5 bulan adalah provenans BL 041 masingmasing sebesar 50,01 cm dan 6,10 mm, sedangkan pertumbuhan terendah dicapai oleh provenan BL 124 dengan tinggi 33,23 cm dan diameter batang 5,63 mm. Pada tingkat uji lapang, pertumbuhan tinggi terbaik umur 2 tahun setelah tanam dicapai oleh provenans BL 041 yaitu 1,99 m. Kata kunci : Swietenia macrophylla, provenans, pertumbuhan, Kostarika

6 TEKNO HUTAN TANAMAN ISSN Vol. 3 No. 1, 2010 Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya UDC(OXDCF) 630*114.6 Nina Mindawati (Pusat Litbang Hutan Tanaman), Andry Indrawan, Irdika Mansur dan Omo Rusdiana (Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor) Analisis Sifat-sifat Tanah di Bawah Tegakan Eucalyptus urograndis Tekno Htn Tnm Vol. 3 No. 1, 2010 p:13-22 Eucalyptus urograndis merupakan jenis cepat tumbuh yang dikembangkan dalam skala luas di PT Toba Pulp Lestari sebagai bahan baku pulp dalam sistem monokultur dengan rotasi tebang 5 tahun. Pendeknya rotasi tebang dikhawatirkan akan menurunkan kondisi kesuburan tanah di bawahnya. Oleh karena itu analisis sifat-sifat tanah di bawah tegakan E. urograndis pada rotasi 1 dan 2 telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kesuburan tanah antara rotasi 1 dan rotasi 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa penanaman jenis E. urograndis pada tanah tipe tanah jenis inceptisol sampai rotasi 2 pada umumnya masih berpengaruh positif terhadap kesuburan tanah berdasarkan sifat kimia, fisik dan biologi tanah sehingga produktivitas tanah pada rotasi 2 masih baik untuk pertumbuhan E. urograndis. Kata kunci : Cepat tumbuh, E. urograndis, kesuburan, sifat tanah UDC(OXDCF) 630*232.5 Saefudin (Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor) dan Tati Rostiwati (Pusat Litbang Hutan Tanaman) Pemilihan Bahan Vegetatif untuk Penyediaan Bibit Bambu Hitam ( Gigantochloa atroviolacea Widjaja) Tekno Htn Tnm Vol. 3 No. 1, 2010 p:23-28 Tiga bahan vegetatif yang digunakan untuk memperbanyak bibit bambu hitam ( Gigantochloa atroviolacea Widjaja) dalam penelitian ini adalah stek rimpang, stek batang dan stek cabang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bahan vegetatif yang tepat yang dapat menunjukkan persentase tumbuh tunas yang baik untuk penyediaan bibit bambu hitam. Dari ketiga cara tersebut, cara rimpang menghasilkan persentase tunas tumbuh tertinggi yaitu 84,7%, disusul stek batang 52,5% dan terendah stek cabang 43,7%. Meskipun hasil yang diperoleh dari stek cabang terendah, namun teknik budidaya dengan cara tersebut lebih efisien dan hemat dalam penggunaan bahan. Untuk memperbaiki kemampuan tumbuh dari stek cabang dilakukan dengan merendam cabang terlebih dahulu dalam larutan hormon IBA dosis 5000 ppm selama 2 jam sebelum dibenamkan dalam media budidaya. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan perolehan bibit bambu hitam asal cabang dari sebelumnya 43,7% menjadi 64,5%. Kata kunci : bahan vegetatif, bibit bambu, hormon IBA

7 TEKNO HUTAN TANAMAN ISSN Vol. 3 No. 1, 2009 Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya UDC(OXDCF) 630*434 Wida Darwiati (Puslitbang Hutan Tanaman) dan Faisal Danu Tuheteru (Program Studi Manajemen Hutan, Universitas Haluoleo, Kendari) Dampak Kebakaran Hutan terhadap Pertumbuhan Vegetasi Tekno Htn Tnm Vol. 3 No. 1, 2010 p Salah satu faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap laju degradasi hutan dan deforestasi serta menurunnya kualitas lingkungan hidup di Indonesia adalah kebakaran hutan. Secara ekologis, kebakaran hutan berdampak terhadap menurunnya kualitas ekosistem. Salah satu unsur penting ekosistem hutan yang turut menerima dampak kebakaran hutan adalah vegetasi hutan. Tingkat kerusakan vegetasi hutan sangat dipengaruhi oleh karakteristik kebakaran hutan. kebakaran hutan dapat menyebabkan kematian vegetasi pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. vegetasi mempunyai mekanisme respon dan adaptasi yang berbeda terhadap kejadian kebakaran hutan. Beberapa bentuk adaptasi vegetasi/tanaman terhadap api diantaranya perlindungan tunas, stimulasi pembungaan dan retensi benih. Jenis - jenis yang resisten terhadap kebakaran diantaranya Puspa ( Schima wallichii), Tembesu ( Fagraea fragrans), Sungkai ( Peronema canescens), Eucalyptus sp. dan Laban ( Vitex pubescens), Larix occidentalis, Pseudotsuga menziesii dan Pinus ponderosa. Kata kunci : Kebakaran hutan, hutan, vegetasi

8 PENGARUH UKURAN BENIH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA ( Gmelina arborea Linn) The Effect of Seed Size on Germination Seed and Growth of Gmelina s (Gmelina arborea Linn) Seedling Nurmawati Siregar Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105, Bogor-16001, Telp./Fax. (0251) Naskah masuk : 20 Oktober 2009 ; Naskah diterima : 22 Januari 2010 Key words: germination, growth seedling, seed size ABSTRACT Gmelina (Gmelina arborea) is a potensial species to be developed in industrial plantation for timber. One of decisive factor the germination seed and growth seedling is seed size. A seed size was influence upon contain ingredients of seed. Because of that got the research the effect of seed size on germination seed and growth seedling. The experimental design used is Randomized Complete Block Design consist of 3 treatments (seed size). Treatments are large, medium and small seed. Each combination treatment consist of 50 seed for germination seed and 25 seedling for grothf of seedling Eventhough the result show that seed size was not ifluence on germination seed and growth seedling but large and medium seed size give better on height, diameter, long root, dry weight and shoot root ratio than small size. ABSTRAK Gmelina merupakan jenis yang potensial untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman. Salah satu faktor yang menentukan daya berkecambah adalah ukuran benih. Ukuran benih berpengaruh terhadap kandungan cadangan makanan yang terdapat dalam benih. Oleh karena itu dilakukan penelitian pengaruh ukuran benih terhadap viabilitas benih dan pertumbuhan bibit. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok terdiri dari 3 perlakuan (ukuran benih) dan diulang lima kali. Perlakuan yaitu ukuran besar, sedang dan kecil. Masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari 50 benih untuk daya berkecambah dan 25 bibit untuk pertumbuhan bibit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran benih tidak berpengauh terhadap daya berkecambah tetapi benih ukuran besar dan sedang memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap tinggi, diameter, panjang akar, berat kering dan rasio tunas akar dibandingkan dengan benih ukuran kecil. Kata Kunci: daya berkecambah, pertumbuhan bibit, ukuran benih I. PENDAHULUAN Hutan tanaman yang dibangun saat ini, selain mengembangkan jenis-jenis lokal juga mengembangkan jenis-jenis eksotik yang potensial seperti gmelina ( Gmelina arborea Linn.). Tanaman ini tumbuh baik di daerah iklim basah sampai kering, pada ketinggian m dpl, pada tanah alluvial basah dan tanah berkapur. Kayunya dapat digunakan sebagai bahan pulp, veneer, kayu lapis, papan partikel dan batang korek api (Martawijaya et al., 1981) Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan jenis ini adalah penggunaan benih bermutu, tersedia dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu serta memiliki kemampuan beradaptasi dengan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Salah satu kriteria benih bermutu adalah viabilitas benih (daya 1

9 Tekno Hutan Tanaman Vol. 3 No. 1, April 2010, 1-5 berkecambah). Perkecambahan benih dimulai dari proses imbibisi atau proses penyerapan air. Proses penyerapan air pada benih adalah proses fisika murni akan tetapi merupakan awal dari perkecambahan, kemudian diikuti proses metabolisme dalam benih sehingga embrio tumbuh menjadi kecambah dan selanjutnya tumbuh menjadi bibit (Mayer dan Poljakof, 1982 dan Bewley and Black, 1994). Kecepatan perkecambahan dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan seperti tanah dan iklim mikro. Faktor genetik terutama struktur kandungan cadangan makanan yang terdapat dalam benih seperti karbohidrat, protein, lemak dan hormon pengatur tumbuh. Besarnya kandungan cadangan makanan ini dipengaruhi oleh ukuran benih, semakin besar ukuran benih maka kandungan cadangan makanan yang terdapat dalam benih semakin tinggi. Ukuran benih ini sering bervariasi, kendatipun pada jenis tanaman yang sama. Soeseno (1975), menyebutkan bahwa untuk jenis-jenis tertentu, benih-benih dengan ukuran yang lebih besar memiliki mutu fisik dan fisiologis yang lebih baik dibandingkan dengan benih-benih dengan ukuran yang lebih kecil, sehingga menghasilkan viabilitas benih dan persen tumbuh bibit yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih dengan ukuran yang lebih kecil. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugeng (1975) terhadap tanaman Pinus ochinata, menunjukkan bahwa benih dengan ukuran yang lebih kecil dan sedang memberikan kualitas kecambah maupun kualitas bibit yang lebih baik dibandingkan dengan benih dengan ukuran yang lebih besar. Carnita (1985), melaporkan bahwa benih mahoni ( Switenia macrophylla) yang mempunyai ukuran yang lebih besar tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap perkecambahan pertumbuhan bibit dibandingkan dengan benih dengan ukuran yang lebih kecil. Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas maka dilakukan penelitian pengaruh ukuran benih terhadap viabilitas benih dan pertumbuhan bibit gmelina. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian Teknologi Perbenihan di Bogor. Bahan-bahan yang digunakan adalah benih gmelina, media campuran tanah dan pasir. Alat yang digunakan yaitu timbangan, oven, bak kecambah, desikator, pot tray dan polibag. Seleksi benih dilakukan secara manual yaitu dengan memilih benih yang bagus, tidak keriput, selanjutnya benih diseleksi berdasarkan ukuran yaitu benih dengan ukuran besar, sedang dan kecil. Media tabur yang digunakan terdiri dari campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1. Media disterilkan kemudian dimasukkan ke dalam bak tabur untuk perkecambahan benih dan polibag untuk pertumbuhan bibit. Benih ditabur di dalam bak tabur dan apabila sudah berkecambah disapih ke polibag. Pemeliharaan terdiri dari penyiraman dan penyiangan. Penyiraman dilakukan setiap hari dan penyiangan gulma dengan cara manual yaitu mencabut gulma yang tumbuh di dalam polibag dan disekitar persemaian. Rancangan yang digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari satu faktor (ukuran benih) yaitu ukuran besar, sedang dan kecil masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan dan setiap satuan unit percobaan terdiri dari 50 buah benih untuk pengamatan perkecambahan dan 25 bibit untuk pengamatan pertumbuhan bibit. Data yang diperoleh diolah dengan Analisis Keragaman dan apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Tukey. Pengamatan perkecambahan terdiri dari daya berkecambah dan keserempakan tumbuh. Daya berkecambah dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: DB= kecambah yang tumbuh X 100 % benih yang ditanam Penghitungan keserempakan tumbuh ditentukan berdasarkan jumlah benih berkecambah pada minggu ke tiga setelah tanam, dengan rumus sebagai berikut: KST kecambah minggu ke 3 X 100 % benih yang ditanam Pengamatan pertumbuhan bibit dilakukan pada saat bibit berumur 12 minggu setelah tanam (penyapihan). Pengamatan dilakukan dengan cara membongkar bibit kemudian bibit dicuci selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap : persen tumbuh bibit (%), tinggi bibit (cm), diameter bibit (mm), panjang akar (cm), berat kering (mg), ratio tunas dengan akar (dihitung dengan membandingkan berat kering tunas 2

10 Pengaruh Ukuran Benih terhadap Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Bibit Gmelina (Gmelina arborea Linn) Nurmawati Siregar dengan berat kering akar bibit). II. UKURAN BENIH DAN KESEREMPAKAN TUMBUH Gambar ( Figure) 1. Seleksi benih gmelina berdasarkan ukuran ( Selection seed gmelina based on seed size) (Foto doc. Nurmawati Siregar) Benih yang sudah diseleksi tersebut selanjutnya diukur diameternya dengan menggunakan kaliper. Kisaran ukuran benih disajikan pada Tabel 1. Keserempakan tumbuh merupakan salah satu kriteria benih bermutu, pengamatan terhadap benih yang berkecambah dilakukan selama 3 minggu dimulai dari 1 hari setelah penaburan benih. Keserempakan tumbuh disajikan pada Lampiran 1. Tabel (Table) 1. Seleksi benih gmelina berdasarkan ukuran benih ( Selection gmelina seed based on seed size) Ukuran benih (Seed size) Diameter (mm) (Diameter) Tebal (mm) (Thickness) Besar (Big) Sedang (Medium) Kecil (Small) < III. PENGARUH UKURAN BENIH TERHADAP DAYA BERKECAMBAH DAN PERTUMBUHAN BIBIT Ukuran benih gmelina sangat menentukan pertumbuhan bibit, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa ukuran benih berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, diameter batang, panjang akar, berat kering dan ratio tunas dengan akar akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah dan persen tumbuh bibit. Selanjutnya dari hasil uji beda Tukey, ukuran benih berpengaruh terhadap tinggi bibit, diameter batang, panjang akar, berat kering dan panjang akar dimana disajikan pada Tabel 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran benih tidak berpengaruh terhadap daya berkembah dan persen tumbuh bibit akan tetapi memberikan pengaruh terhadap parameter lainnya (tinggi bibit, diameter batang, panjang akar, berat kering dan ratio tunas dengan akar). Hal ini diduga karena benih ukuran besar mempunyai cadangan makanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih ukuran kecil. Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992) dan Soetopo (1985), bahwa semakin besar ukuran benih maka semakin tinggi cadangan makanan yang tersedia dalam benih. Proses perkecambahan dimulai dari proses imbibisi (penyerapan air), dimana laju penyerapan air ini sangat dipengaruhi oleh sifat fisiologi, biokimia dan morfologi dari benih terutama ukuran benih (Schimidt, 2000). Hal yang sama dikemukakan oleh Soeseno (1975), bahwa benih ukuran besar mempunyai kualitas fisik dan fisiologis yang lebih baik dibandingkan dengan benih ukuran kecil. Benih gmelina dengan ukuran yang lebih besar memberikan tinggi bibit, diameter batang, panjang akar, berat kering dan ratio tunas dengan akar yang lebih baik dibandingkan dengan benih yang mempunyai ukuran yang lebih kecil. 3

11 Tekno Hutan Tanaman Vol. 3 No. 1, April 2010, 1-5 Tabel ( Table ) 2. Pengaruh ukuran benih terhadap tinggi bibit (Tb), diameter batang (Db), panjang akar (Pa), berat kering (Bk) dan ratio tunas dengan akar (RTA) ( The effect of of seed size on height seedling (Tb), diameter seedling (Db) long root (PA), dry weight (BK) and shoot root ratio (RTA) Rata-rata (Average) Ukuran benih (Seed size) Tb (cm) Db (mm) Pa (cm) Bk (g) RTA Besar ( Big) a 3.45 a a a 2.21 a Sedang (Medium) ab 2.46 b ab b 1.91 a Kecl (Small) b 2.23 b b b 1.16 b Keterangan ( Remaks) : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda nyata pada taraf 5% ( The numbers followed by the same letters are significantly different at 5% level) Tb =height seedling, Db = diameter seedling,pa= long root, Bk =dry weight, RTA = shoot root Benih ukuran besar mempunyai keserempakan tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan benih ukuran kecil. Hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit (tinggi, diameter, panjang akar, berat kering dan ratio tunas dengan akar). Semakin cepat benih berkecambah, maka semakin cepat bibit tumbuh, sehingga pembentukan dan pertumbuhan organ-organ tanaman (tunas, daun, batang dan akar) akan semakin cepat sehingga akan meningkatkan laju proses metabolisme dan fotosintesa dalam bibit dan selanjutnya fotosintat tersebut akan diangkut ke seluruh bagian tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit. Hal ini dapat dilihat dari berat kering bibit dan rasio tunas dengan akar yang lebih baik dibandingkan dengan benih ukuran kecil. Berat kering berkaitan dengan proses metabolisme dan fotosintesa serta menggambarkan status nutrisi tanaman selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan tunas, daun dan akar yang lebih cepat akan merangsang pertumbuhan yang lebih cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross (1995), bahwa pertumbuhan merupakan fungsi dari efisiensi tanaman dalam memproduksi berat kering tanaman dan mencerminkan status nutrisi tanaman, karena berat kering tergantung dari hasil selisih fotosintesa relatif dan respirasi. Nilai rasio tunas dengan akar ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan tunas dan akar. Bibit dari benih ukuran besar memberikan pertumbuhan bibit yang lebih seimbang karena ratio tunas dengan akar masih berada dalam kisaran angka 1-3. Menurut Al Rasyid (1972), rasio tunas dengan akar bibit yang baik berada pada kisaran angka 1-3. IV. PENUTUP Ukuran benih memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit gmelina. Ukuran benih yang besar dan sedang memberikan pertumbuhan bibit yang lebih baik dibandingkan dengan ukuran benih yang kecil. Oleh karena itu, pengadaan benih gmelina sebaiknya menggunakan benih dengan ukuran besar dan sedang. DAFTAR PUSTAKA Al Rasyid, H Teknik Persemaian dan Penanaman di Jepang. Report Training Course Forestry in Japan. Lembaga Penelitian Hutan Bogor. Bewley, J.D and M. Black Seed Physiology of Seed Development and Germination. Plenum Press. New York. Bramasto, Y dan K. Nurhayati Pengaruh ukuran dan cara ekstraksi buah Khaya anthoteca terhadap perkecambahan serta mutu bibit. Buletin Teknologi Perbenihan Vol Balai Teknologi Perbenihan. Bogor. 4

12 Pengaruh Ukuran Benih terhadap Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Bibit Gmelina (Gmelina arborea Linn) Nurmawati Siregar Carnita, C Pengaruh berat buah dan biji terhadap perkecambahan benih mahoni ( Switenia macrophylla). SkripsiAkademi Ilmu Kehutanan Bandung. Tidak Dipublikasikan. Goldsworthy, P.R. and NM. Fisher Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gajah Mada University Press. Hendromono Pengaruh Ukuran Benih terhadap Persen Jadi dan Pertumbuhan Bibit Hymenaea combaril L. Buletin Teknologi Perbenihan Vol Balai Teknologi Perbenihan. Bogor. Martawijaya, A., I. Kartasujana., Y.I. Mandang., S.A, Prawira., K. Kadir Atlas Kayu Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Mayer, A.M. and M. A. Poljakoff The Germination of Seed. Pergamon Press. Salisbury, F.B dan C.W. Ross Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan. ITB Press. Bandung. Schimidt, L Pedoman Penanganan Benih Hutan Tropis dan Sub Tropis. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Jakarta Soeseno, H Fisiologi Tumbuhan. DepartemenAgronomi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soetopo, L Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Jakarta. Sugeng, S.P.B.S Studi mengenai pengaruh ukuran Cone dan biji Pinus merkusii Jung et de Vries terhadap Perkecambahan. Lampiran Kertas Kerja. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 5

13 PERTUMBUHAN TIGA PROVENANS MAHONI ASAL KOSTARIKA Growth of Three Provenances of Mahogany from Costarica Asep Rohandi dan/ and Nurin Widyani Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor , Telp./Fax. (0251) Naskah masuk : 1 Juni 2009 ; Naskah diterima : 16 Februari 2010 ABSTRACT Seedling growth of three Costarican provenances of mahogany (Swietenia macrophylla King.) was assessed up to 4.5 months old in the nursery. Differences between provenances were significant for height, but not significant for root collar diameter. At 4.5 months the best provenance was BL 041 having seedling height of 50 cm and root collar diameter of 6.1 mm, while the poorest provenance was BL 124, having seedling height of 33.2 cm and root collar diameter of 5.6 mm. At the age of 2 years after planting, the best height was presented by BL 041 provenans, i.e m. Key words : Swietenia macrophylla, provenances, growths, Costarica ABSTRAK Studi pertumbuhan tingkat semai mahoni (Swietenia macrophylla King. ) dilakukan terhadap 3 (tiga) provenans asal Kostarika sampai umur 4,5 bulan. Variasi pertumbuhan yang diamati berupa tinggi dan diameter semai. Rancangan yang digunakan untuk menganalisis karakteristik yang diamati menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan asal sumber benih (provenans) memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter batang semai mahoni. Penampilan karakter pertumbuhan rata-rata tinggi dan diameter semai tertinggi sampai umur 4,5 bulan adalah provenans BL 041 masing-masing sebesar 50,01 cm dan 6,10 mm, sedangkan pertumbuhan terendah dicapai oleh provenan BL 124 dengan tinggi 33,23 cm dan diameter batang 5,63 mm. Pada tingkat uji lapang, pertumbuhan tinggi terbaik umur 2 tahun setelah tanam dicapai oleh provenans BL041 yaitu 1,99 m. Kata kunci : Swietenia macrophylla, provenans, pertumbuhan, Kostarika I. PENDAHULUAN Mahoni (Swietenia macrophylla King. ) merupakan jenis kayu asing dan menjadi prioritas dalam pembangunan hutan tanaman saat ini. Jenis ini mempunyai pasaran yang cukup baik dalam perdagangan kayu di Indonesia dan banyak digunakan untuk bahan meubel, bangunan dan konstruksi. Tanaman ini banyak ditanam atau dikembangkan di seluruh Jawa dan tumbuh baik pada ketinggian m dpl dengan curah hujan mm/tahun (Gintings et al., 1998). Pada tahun 2003 Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial-Departemen Kehutanan bekerjasama dengan Indonesia Forest Seed Project (IFSP) mendatangkan benih mahoni dari beberapa provenans asal Bolivia dan Kostarika. Benih asal Kostarika terdiri dari tiga provenans, sedangkan benih asal Bolivia terdiri dari satu provenans. Sebelum provenans-provenans ini digunakan untuk kegiatan penanaman dalam skala luas, maka perlu dilakukan pengujian baik pada tingkat semai ataupun aplikasinya di lapangan. Suhendi (1995) menjelaskan bahwa benih yang berasal dari berbagai sumber benih alami (provenans) memerlukan proses aklimatisasi, naturalisasi dan domestikasi yang harus dikaitkan dengan percobaan provenans untuk menghindari kerugian dan kegagalan serta untuk menilai keberhasilan pertumbuhan di suatu tempat tumbuh tertentu. 7

14 Tekno Hutan Tanaman Vol. 3 No. 1, April 2010, 7-11 Pengembangan ketiga provenans ini juga diharapkan akan menambah keragaman genetik yang dapat dijadikan populasi dasar dalam kegiatan pembangunan sumber benih di masa mendatang. Variasi atau keragaman genetik merupakan kunci dalam kegiatan pemuliaan. Keragaman genetik bahkan dapat dirubah oleh manusia baik ke arah positif ataupun negatif. Perubahan ke arah positif akan mempercepat peningkatan perolehan genetik yang besar (Zobel dan Talbert, 1984). Keragaman genetik asal sumber benih sangat penting dilakukan baik pada tingkat semai ataupun aplikasinya di lapangan. Keragaman genetik asal sumber benih di tingkat semai diharapkan dapat berguna untuk kajian pola perbedaan pertumbuhan antar sumber benih (Setiadi dan Surip, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi dan perbedaan pertumbuhan tinggi dan diameter semai jenis mahoni dari beberapa sumber benih (provenans) asal Kostarika. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan pertumbuhan baik tinggi maupun diameter S. macrophylla. Pengamatan pertama dilakukan pada umur 3 bulan dan pengamatan selanjutnya dilakukan tiap 2 minggu sekali sampai umur 4,5 bulan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) berfaktor tunggal. Sebagai faktor dalam analisis ini adalah provenans dengan menggunakan 20 semai dan diulang 3 kali untuk setiap provenans. Apabila hasil uji F yang dihasilkan dari analisis ragam menunjukkan bahwa provenans berpengaruh nyata terhadap suatu karakteristik maka dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan (Steel and Torrie, 1993). Diharapkan studi ini dapat memberikan gambaran untuk kegiatan pengujian dan pembangunan sumber benih. II. ASAL BENIH MAHONI Benih S. macrophylla yang digunakan berasal dari Kostarika dan terdiri dari tiga provenans seperti yang disajikan pada Tabel 1. Tabel ( Table) 1. Keterangan provenans benih mahoni yang digunakan ( Information on the provenances of the mahoni seeds) No No. Garis Garis Ketinggian Curah hujan Rerata temperatur Lokasi Provenans Lintang Bujur tempat rata-rata harian ( Daily ( Location) ( Provenance number) ( Altitute) ( Average rainfall) average temperature) (m dpl) (mm/thn) O (C) 1 BL o 07 N 84 o 50 O Central, Abangares, ( o C) Guanacaste, Costa Rica 2 BL o 03 N 85 o 25 O ,1 Primero, Hojancha, Guanacaste, Costa Rica 3 BL o 50 N 84 o 39 O Sardinal, Carrillo, Guanacaste, Costa Rica Berdasarkan ketinggian tempat dan rerata temperatur harian, benih mahoni provenans BL 041 berasal dari tempat yang mempunyai tinggi tempat dan rerata temperatur harian terendah dibandingkan dengan 2 o provenans yang lain yaitu 70 m dpl dan 24 C. Tetapi memiliki curah hujan rata-rata tertinggi yaitu sebesar mm/tahun. Sedangkan provenans BL 103 berasal dari lokasi yang memiliki ketinggian tempat tertinggi yaitu 320 m dpl. Curah hujan di daerah asal benih mahoni Kostarika berada di kisaran m dpl dan ketinggian tempat m dpl yang menurut Gintings et al. (1998), kisaran curah hujan dan ketinggian tempat ini berada di kisaran tanaman mahoni dikembangkan dan tumbuh baik di Jawa yaitu pada ketinggian mdpl dengan curah hujan mm/tahun. Diharapkan dengan kisaran asal benih dan tempat tumbuhnya nanti, pertumbuhan mahoni asal Kostarika lebih optimal. III. PERTUMBUHAN TINGGI DAN DIAMETER MAHONI Tinggi dan diameter semai merupakan sifat yang paling mudah dilihat dan diukur, sehingga setiap semai yang akan ditanam dapat dilengkapi label yang memuat tinggi dan diameternya. Hasil sidik ragam 8

15 Pertumbuhan Tiga Provenans Mahoni Asal Kostarika Asep Rohandi dan Nurin Widyani menunjukkan bahwa asal sumber benih (provenans) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter semai S. macrophylla pada umur 3 sampai 4,5 bulan (Tabel 2). Hasil analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada pertumbuhan tinggi semai antar sumber benih yang diuji. Hasil uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) menunjukkan bahwa provenans BL 041 merupakan provenans terbaik dengan tinggi rata-rata sampai umur 4,5 bulan adalah 50 cm dan pertumbuhan terendah dicapai provenans BL 103 dengan rata-rata tinggi semai 33,2 cm. Perbedaan tinggi semai dari tiga provenans tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan asal sumber benih di mana secara geografis letak dari sumber benih memiliki kisaran yang cukup luas atau berjauhan antara satu dengan yang lain (Tabel 1). Menurut Zobel dan Talbert (1984), semua perbedaan diantara pohon disebabkan perbedaan lingkungan dimana pohon tersebut tumbuh, perbedaan genetik diantara pohon dan interaksi antara genotip pohon dan lingkungan dimana pohon tersebut tumbuh. Perbedaan geografi diantara sumber benih mempengaruhi sifat genetik adalah besar. Gejala tersebut juga terjadi pada semai dari beberapa famili Araucaria cuninghamii (Setiadi dan Surip, 2004) dan balsa ( Ochroma spp.) (Charomaini, 2001). Pertumbuhan diameter semai S. macrophylla tidak berbeda nyata antara provenans BL 041, BL 103 dan 124 (Tabel 1). Sampai umur 4,5 bulan pertumbuhan diameter belum bisa menunjukkan perbedaan nyata karena secara fisiologis pertambahan diameter lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi. Belum terlihatnya perbedaan juga dapat disebabkan karena masih mudanya umur tanaman yang sehingga potensi Tabel ( Table) 2. Analisis ragam pertumbuhan tinggi dan diameter semai S. macrophylla asal Kostarika ( BL 041, BL 103, BL 124) umur 3 bulan sampai umur 4,5 bulan (Analysis of variance on the height and diameter growth of S. macrophylla seedling from Costarica (BL 041, BL 103, BL 124) 3 months until 4,5 months age) Umur (bulan) ( Age/month) Sumber keragaman ( Source of variance) Derajat bebas ( Degree of freedom) Kuadrat tengah F-hitung Tinggi ( Height) 3 Provenans 2 514,8 17,3 * Sisa 57 29,7 Total terkoreksi 59 3,5 Provenans 2 679,8 27,4 * Sisa 57 24,8 Total terkoreksi 59 4 Provenans 2 793,9 30,1 * Sisa 57 26,4 Total terkoreksi 59 4,5 Provenans ,9 42,3 * Sisa 57 37,8 Total terkoreksi 59 Diameter ( Diameter) 3 Provenans 2 2 2,8 ns Sisa 57 0,7 Total terkoreksi 59 3,5 Provenans 2 0,7 1 ns Sisa 57 0,7 Total terkoreksi 59 4 Provenans 2 1,4 1,8 ns Sisa 57 0,8 Total terkoreksi 59 4,5 Provenans 2 1,2 1,2 ns Sisa 57 1 Total terkoreksi 59 Keterangan ( Remarks) : * = berpengaruh pada taraf nyata 5% ( significant at 5% ) ns = tidak berpengaruh pada taraf nyata 5% ( not significant at 5% ) 9

16 Tekno Hutan Tanaman Vol. 3 No. 1, April 2010, 7-11 genetik dari setiap provenans tidak semuanya dapat ditampilkan/diekspresikan dengan baik. Kondisi tersebut juga terjadi pada pertumbuhan bibit Acacia crassicarpa dan Acacia aulacocarpa dari beberapa provenans asal Parungpanjang (Sudrajat et al., 2004). Sutrisno (1998) dalam Setiadi dan Surip (2004) menjelaskan bahwa tanaman yang masih muda belum sepenuhnya menampilkan potensi genetis yang dimilikinya, karena itu diperlukan pengukuran pada umur-umur selanjutnya untuk membuktikan potensi genetik yang dimilikinya. Meskipun secara statistik ukuran diameter tidak berbeda nyata, tetapi semai yang berasal dari provenans BL 041 memiliki rata-rata diameter tertinggi yaitu sebesar 6,1 mm, sedangkan rata-rata terendah dicapai provenans BL 124 sebesar 5,6 mm. Diameter batang merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas semai karena menurut Hardi et al. (2004), diameter batang yang besar akan menunjukkan pertumbuhan yang makin baik. Berdasarkan karakteristik-karakteristik yang diamati, semai yang berasal dari provenans BL 041 memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan provenans lainnya (Gambar 1) sehingga provenans ini perlu dipertimbangkan untuk pengembangan selanjutnya. Pertumbuhan tinggi dan diameter provenans BL 041 lebih baik dibandingkan provenans lainnya diduga karena variasi genetik dari individuindividu tegakan alam dengan basis genetik yang lebih luas (Setiadi dan Surip, 2004). Nielsen dan Jorgensen (2003) melaporkan hasil yang lain yaitu bahwa variasi genetik pada pertumbuhan dalam provenans Danish sama dengan variasi diantara provenans pada kondisi tanah kering. Hal lain yang perlu diperhatikan sebelum dilaksanakan eliminasi provenans adalah dilakukannya tahapan evaluasi di persemaian untuk mengetahui variasi genetik semai/bibit. Hasil yang diperoleh dari tahapan ini agar lebih bermanfaat sebaiknya dilanjutkan dengan uji lapang untuk mengetahui peningkatan genetik dari jenis yang diuji. Walaupun demikian, penelitian ini dilakukan pada kondisi yang cukup terkontrol (seragam) sehingga untuk melihat daya adaptasi tanaman dari setiap asal sumber benih terhadap kondisi lingkungan yang baru, perlu dilakukan penelitian pada tingkat lapang. Mengingat benih tiga provenans ini baru diintroduksi maka studi mengenai karakteristik pertumbuhan lainnya masih perlu dilakukan dan dibandingkan dengan benih yang berasal dari sumber benih lokal. Uji lapang mahoni asal Kostarika ini telah dilakukan di Hutan Penelitian Parungpanjang. Hutan Penelitian O O Parungpanjang secara geografis terletak di antara 106 6' Bujur Timur dan ' Lintang Selatan. Lokasi berada pada ketinggian 51,71 m dpl dengan topografi landai dan bergelombang, memiliki tipe curah hujan A (klasifikasi Schmidt dan Fergusson) dengan kisaran curah hujan tahunan mm/tahun. Tanah di Hutan Penelitian Parungpanjang termasuk jenis Podsolik Haplik, berwarna coklat, relatif dangkal dan sarang serta memiliki tingkat kesuburan tanah tergolong rendah sampai sangat rendah dengan reaksi tanah asam (ph 3,6-4,5), bahan organik rendah sampai sedang (Sudrajat et al., 2006). Pada perkembangan pertumbuhan umur 2 tahun setelah tanam (Sudrajat et al., 2006), pertumbuhan terbaik untuk tinggi dicapai oleh BL 041 (1,99 m). Hal ini berkorelasi positif dengan pertumbuhan tinggi di persemaian dimana provenans BL 041 mempunyai pertumbuhan tinggi terbaik di persemaian pada umur 4,5 bulan. Benih mahoni provenans BL 041 berasal dari lokasi yang memiliki tinggi tempat yang paling mendekati ketinggian tempat lokasi penanaman yaitu 70 m dpl dan curah hujan rata-rata yang masuk di kisaran curah hujan tahunan di Hutan Penelitian Parungpanjang. Tinggi ( Height ) (cm) BL 041 BL 103 BL 124 Provenans ( Provenance) Gambar ( Figure) 1. Rata-rata tinggi semai S. macrophylla umur 4, 5 bulan dari tiga provenans asal Kostarika ( Average height of S. macrophylla s seedling with the age of 4.5 months from three provenances from Costarica) 10

17 Pertumbuhan Tiga Provenans Mahoni Asal Kostarika Asep Rohandi dan Nurin Widyani IV. KESIMPULAN 1. Perbedaan asal sumber benih (provenans) memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter batang semai mahoni. 2. Penampilan karakter pertumbuhan rata-rata tinggi dan diameter semai terbesar pada umur 4,5 bulan dicapai oleh provenans BL 041 masing-masing sebesar 50 cm dan 6,1 mm, sedangkan pertumbuhan terendah dicapai oleh provenans BL 124 dengan tinggi 33,2 cm dan diameter batang 5,6 mm. 3. Pertumbuhan tinggi terbaik umur 2 tahun setelah tanam dicapai oleh provenans BL 041 yaitu 1,99 m. DAFTAR PUSTAKA Charomaini, M Studi Variasi Pertumbuhan Tingkat Semai untuk Penyiapan Populasi Dasar Balsa ( Ochroma spp.). Wana Benih Vol. IV N0. 1. Pusat Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Gintings A.Ng., Chairil A.S., Pratiwi Pedoman Pengelolaan Tanah Podsolik Merah Kuning untuk Hutan Tanaman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Badan Litbang Kehutanan. Bogor. Hardi, T., Tadjudin E.K. dan Ratno Kus Indrati Pertumbuhan dan Kerusakan Bibit Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth. di Persemaian. Prosiding Ekspose Hasil Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jogjakarta, 24 Desember Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Nielsen, C.N. and Finn Vanman Jorgensen Phenology and Diameter Increment in Seedlings of European Beech ( Fagus sylvatica L.) as Affected by Different Soil Water Contents : Variation Between and Within Provenances. Forest Ecology and Management Vol Diakses tanggal 28 Juli Setiadi, D. dan Surip Keragaman Pertumbuhan Semai Araucaria cuninghamii dari Beberapa Sumber Benih. Prosiding Ekspose Hasil Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jogjakarta, 24 Desember Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sudrajat, D.J., Nurin Widyani, Nurhasybi dan Nur Azizah Mutu Fisik-Fisiologi Benih dan Pertumbuhan Bibit dari Tegakan Provenan Krasikarpa danaulakokarpa. Tidak diterbitkan. Sudrajat, D.J., Nurhasybi dan Y. Bramasto Hutan Penelitian Parungpanjang Publikasi Khusus Vol. 5 No. 7. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Suhendi, H Studi Komparatif Keragaman Pertumbuhan dan Volume dari Percobaan Provenansi Internasional Gmelina arborea L. Buletin Penelitian Hutan. Bogor. Zobel, B.J. and Talbert J Applied Forest Tree Improvement. Waveland Press, Inc. Illinois. 504 pp. 11

18 ANALISIS SIFAT-SIFAT TANAH DI BAWAH TEGAKAN Eucalyptus urograndis The Analysis of Soil Characteristic under Eucalyptus urograndis Stands Nina Mindawati, Andry Indrawan, Irdika Mansur dan/ and Omo Rusdiana 1) 2) 2) 2) 1) Pusat Litbang Hutan Tanaman Kampus Balitbang Kehutanan, Jl. Gunung Batu No.5 Bogor Telp. (0251) Fax. (0251) ) 2) Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor Kampus Darmaga, Jl. Raya Darmaga, Bogor Telp. (0251) Fax. (0251) Naskah masuk : 15 Januari 2010 ; Naskah diterima : 3 Maret 2010 ABSTRACT Eucalyptus urograndis is a fast growing species that develoved in large scale in PT Toba Pulp Lestari as raw material of pulp industry in monoculture system with 5- year cutting cycle. Concerns that the short-cut cycle will gradually lead to lower productivity of both outcome and its land fertility. Therefore the analysis of soil characteristic under stans of E. urograndis rotation 1 and 2 have been carried out in order to determine condition of soil fertility based on soil chemistry, soil physical and soil biology. Analysis results showed that planting species of E. urograndis on Incepticol soil type until rotation 2 still positive affect to soil fertility so that the condition of soil fertility in rotation 2 still good and enough nutrients for the growth of E. urograndis. Key words : Fast growing, Eucalyptus urograndis, fertility, soil characteristic ABSTRAK Eucalyptus urograndis merupakan jenis cepat tumbuh yang dikembangkan dalam skala luas di PT Toba Pulp Lestari sebagai bahan baku pulp dalam sistem monokultur dengan rotasi tebang 5 tahun. Pendeknya rotasi tebang dikhawatirkan akan menurunkan kondisi kesuburan tanah di bawahnya. Oleh karena itu analisis sifat-sifat tanah di bawah tegakan E. urograndis pada rotasi 1 dan 2 telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kesuburan tanah antara rotasi 1 dan rotasi 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa penanaman jenis E. urograndis pada tanah tipe tanah jenis Inceptisol sampai rotasi 2 pada umumnya masih berpengaruh positif terhadap kesuburan tanah berdasarkan sifat kimia, fisik dan biologi tanah sehingga produktivitas tanah pada rotasi 2 masih baik untuk pertumbuhan E. urograndis. Kata kunci : Cepat tumbuh, Eucalyptus urograndis, kesuburan, sifat tanah I. PENDAHULUAN Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia bertujuan untuk penyediaan bahan baku industri kehutanan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007, lahan yang dicanangkan untuk pengembangan HTI adalah lahan yang telah terdegradasi atau lahan kritis dengan tingkat kesuburan tanah yang relatif rendah (Ditjen Bina Produksi Kehutanan, 2008). Selain itu dalam pengembangan HTI untuk tujuan bahan baku pulp dan kertas, pemerintah menetapkan pengembangan jenis-jenis cepat tumbuh dengan daur tebang pendek. Eucalyptus spp. merupakan jenis cepat tumbuh yang dikembangkan dalam skala luas di PT Toba Pulp Lestari sebagai bahan baku pulp. Menurut Gonçalves et al. (1997), faktor pembatas utama pertumbuhan tegakan jenis Eucalyptus adalah kekurangan hara dan stress air. Oleh karena itu pengelolaan HTI Eucalyptus urograndis harus diimbangi dengan perlakuan teknik silvikultur yang intensif berupa manipulasi lingkungan agar produktivitas berkelanjutan. Tanah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh karena tanah merupakan tempat tumbuh tanaman dalam bentuk penampang dari berbagai campuran hancuran mineral dan bahan 13

19 Tekno Hutan Tanaman Vol. 3 No. 1, April 2010, organik, bila mengandung cukup air dan udara akan menjadi tunjangan mekanik dan makanan bagi tumbuhan. Kemampuan penyerapan hara oleh tanaman akan mempengaruhi kemampuan tumbuhan itu untuk hidup dan berkembang. Informasi mengenai karakteristik tanah telah cukup banyak untuk jenis tanaman pertanian, namun untuk tanaman kehutanan belum banyak. Oleh karena itu menganalisa kesuburan tanah berdasarkan sifat-sifat tanah (kimia, fisik dan biologi) di bawah tegakan E. urograndis sangat penting dilakukan. Analisis kesuburan tanah di bawah E. urograndis pada rotasi 1 dan 2 telah dilakukan di PT Toba Pulp Lestari, sektor Aek Nauli, Sumatera Utara dengan tujuan untuk dapat menentukan kebijakan dalam manajemen tapak sebelum penanaman dilakukan pada periode rotasi selanjutnya. II. SEKILAS TENTANG Eucalyptus urograndis Hibridisasi merupakan suatu metode untuk menghasilkan tanaman baru melalui penyilangan dua atau lebih tanaman yang memiliki susunan genetis berbeda (Chaudhari, 1983). Program hibridisasi Eucalyptus merupakan salah satu strategi yang sangat sukses dalam pembangunan hutan tanaman. E. urograndis merupakan salah satu hasil persilangan antara E. urophylla dan E. grandis yang telah menunjukkan keunggulannya di beberapa negara, seperti di Brazil, Kongo dan China. E. urograndis merupakan perpaduan sifat dari E. urophylla yang mempunyai pertumbuhan diameter besar namun bercabang, lebih resisten terhadap penyakit dan sifat dari E. grandis yang mempunyai pertumbuhan tinggi yang lurus dengan bebas cabang yang tinggi, bentuk tajuk baik dan sifat kayu yang super sehingga diharapkan menghasilkan E. urograndis dengan volume kayu yang lebih besar, resisten kanker dan berat jenis kayu yang baik sesuai dengan tujuan peruntukan sebagai bahan baku pulp, dibanding tanaman tetuanya (Campinhos et al., 1998). E. urograndis telah dikembangkan secara luas dalam skala operasional di Afrika Selatan dan Kongo. Produktivitas E. urograndis 3 sangat tinggi dan memiliki riap tahunan rata-rata sebesar 70 m per ha (Campinhos, 1993). Di Indonesia E. urograndis diusahakan dalam skala luas baru di daerah Toba Samosir, Sumatera Utara, khususnya di Perusahaan Toba Pulp Lestari yang tumbuh baik menggantikan jenis pohon tetuanya pada daerah dengan ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Pada tempat tumbuh yang beriklim basah (tipe A menurut Schmidt dan Ferguson), curah hujan rata-rata tahunan 2451 mm dengan rata-rata bulanan 204,3 mm. o o o Suhu udara berkisar 18,7-21,1 C dengan suhu rata-rata tahunan 19,9 C dan suhu tanah rata-rata tahunan o 22,9 C. Dari beberapa hasil penelitian, E. urograndis dapat tumbuh baik di lokasi-lokasi dimana jenis E. urophylla dan E. grandis tumbuh. Di Brazil tanaman E. urograndis tumbuh baik pada tanah jenis Ultisol dan Oxisol yang bersolum dalam dan memiliki kapasitas menyimpan air sedang, pada curah hujan rata-rata mm per tahun, meskipun kadar unsur haranya rendah terutama Posphor (P) dan kation basanya. Tumbuh baik pada ketinggian tempat antara m dpl dan suhu rata-rata 25 C, suhu maksimum 29 C dan suhu minimum sekitar 20 C (Gonçalves et al., 1997). 3 Produktivitas Eucalyptus urograndis sangat tinggi dan memiliki riap tahunan rata-rata sebesar 70 m per ha (Campinhos, 1993). Sedangkan di Brazil E. urograndis menghasilkan MAI dengan kisaran m /ha/tahun (Gonçalves et al., 1997). Di Kongo riap tanaman hibrid ini dapat mencapai m /ha/thn, sedangkan di China pada umur 3,5 tahun dapat mencapai tinggi antara m dengan riap antara m /ha/tahun(leksono dan Tridasa, 1999). Produktivitas E. urograndis sangat ditentukan oleh jenis tanah dan besarnya curah hujan tahunan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian tegakan E. urograndis di Bahia, Brazil yang mempunyai riap rata-rata sekitar 30 3 m /ha pada lahan dengan curah hujan <1000 mm/tahun pada 3 jenis tanah (Oxisol berpasir, Ultisol berpasir dan 3 Ultisol berlempung), pada curah hujan antara mm/tahun riap dapat mencapai sekitar 37 m /ha pada 3 3 tanah Ultisol berlempung; 34 m /ha pada tanah Ultisol berpasir dan tetap sekitar 30 m /ha pada tanah Oxisol berpasir. Sedangkan pada areal yang mempunyai curah hujan > 1200 mm/tahun riap rata-rata menjadi sekitar m /ha pada tanah Ultisol berlempung; sekitar 47 m /ha pada tanah Ultisol berpasir dan sekitar 38 m /ha pada tanah Oxisol berpasir (Stape et al., 1997 dalam Fisher and Binkley, 2000). III. ANALISIS SIFAT- SIFAT TANAH DI BAWAH TEGAKAN E. urograndis Kualitas tanah dalam suatu ekosistem adalah kemampuan suatu tanah untuk dapat berfungsi agar diperoleh produktivitas tanaman yang berkesinambungan (Doran and Parkin, 1994 ; USDA, 2001). Sedangkan menurut Setiadi dkk. (1992), kualitas tanah yang subur atau kesuburan tanah diartikan sebagai 14

PERTUMBUHAN TIGA PROVENANS MAHONI ASAL KOSTARIKA. Growth of Three Provenances of Mahogany from Costarica

PERTUMBUHAN TIGA PROVENANS MAHONI ASAL KOSTARIKA. Growth of Three Provenances of Mahogany from Costarica PERTUMBUHAN TIGA PRVENANS MAHNI ASAL KSTARIKA Growth of Three Provenances of Mahogany from Costarica Asep Rohandi dan/ and Nurin Widyani Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor Jl. Pakuan Ciheuleut

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN BENIH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA ( Gmelina arborea Linn)

PENGARUH UKURAN BENIH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA ( Gmelina arborea Linn) PENGARUH UKURAN BENIH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA ( Gmelina arborea Linn) The Effect of Seed Size on Germination Seed and Growth of Gmelina s (Gmelina arborea Linn) Seedling

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan upaya strategis dalam mengatasi permasalahan kelangkaan bahan baku industri pengolahan kayu domestik di Indonesia. Tujuan pembangunan

Lebih terperinci

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September PENGARUH UMUR SEMAI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN DI PERSEMAIAN 1) Oleh: Agus Sofyan 2) dan Syaiful Islam 2) ABSTRAK Suren (Toona sureni Merr), merupakan jenis yang memiliki pertumbuhan cepat dan kegunaan

Lebih terperinci

Oleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT

Oleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT PERBANDINGAN SEMAI EMPAT PROVENANS Shores Gysbertsiana BURCK DI PERSEMAIAN (Growth Comparison of Four Provenances of Shorea gysbertsiana Burck in Nursery) Oleh/By : Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN BENIH ASAL KALIMANTAN BARAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Shorea leprosula DI PERSEMAIAN

PENGARUH UKURAN BENIH ASAL KALIMANTAN BARAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Shorea leprosula DI PERSEMAIAN PENGARUH UKURAN BENIH ASAL KALIMANTAN BARAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Shorea leprosula DI PERSEMAIAN (Effect of Seed Size From West Kalimantan on Seed Growth of Shorea leprosula in Nursery) Oleh/By :

Lebih terperinci

VIABILITAS BENIH DAN PERTUMBUHAN

VIABILITAS BENIH DAN PERTUMBUHAN VIABILITAS BENIH DAN PERTUMBUHAN SEMAI MERBAU ( Intsia bijuga O. Kuntze) YANG TERINFEKSI CENDAWAN Fusarium sp. DAN Penicillium sp. Seed viability and growth seedling of merbau (Intsia bijuga O. Kuntze)

Lebih terperinci

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth PERTUMBUHAN BIBIT MERSAWA PADA BERBAGAI TINGKAT UMUR SEMAI 1) Oleh : Agus Sofyan 2) dan Syaiful Islam 2) ABSTRAK Degradasi hutan Indonesia meningkat dari tahun ke tahun dalam dekade terakhir. Degradasi

Lebih terperinci

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU (Fragraea fragarans ROXB) 1) Oleh : Agus Sofyan 2) dan Imam Muslimin 2) ABSTRAK Tembesu (Fragraea fragrans ROXB) merupakan jenis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Eldridge et al. (1993), taksonomi tanaman Eucalyptus adalah. : Plantae (Tumbuhan) : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Eldridge et al. (1993), taksonomi tanaman Eucalyptus adalah. : Plantae (Tumbuhan) : Spermatophyta (Menghasilkan biji) TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Eucalyptus urograndis Menurut Eldridge et al. (1993), taksonomi tanaman Eucalyptus adalah sebagai berikut: Kerajaan Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Keluarga Marga Jenis : Plantae

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm. 14-19 ISSN 0853 4217 Vol. 15 No.1 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus cadamba Roxb Miq) PADA MEDIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disekitarnya. Telah menjadi realita bila alam yang memporak-porandakan hutan,

BAB I PENDAHULUAN. disekitarnya. Telah menjadi realita bila alam yang memporak-porandakan hutan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan adalah sumber kehidupan karena hutan bukan hanya penopang kehidupan manusia namun juga hewan dan bahkan tumbuhan itu sendiri. Kelangsungan hutan terancam oleh

Lebih terperinci

Sugeng Pudjiono Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Sugeng Pudjiono Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan VARIASI GENETIK PERTUMBUHAN SEMAI ACACIA MANGIUM DARI 10 FAMILI TERBAIK SETIAP SUB GALUR PADA 4 KEBUN BENIH SEMAI GENERASI KEDUA (Genetic variation of seedling growth of Acacia mangium from the best 10

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH : HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 1 : (2005)

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 1 : (2005) Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 1 : 67-75 (2005) Artikel (Article) PENGARUH TEKNOLOGI PEMUPUKAN BERSAMA GELOMBANG SUARA (SONIC BLOOM) TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN SEMAI ACACIA MANGIUM

Lebih terperinci

JURNAL. Perbenihan Tanaman Hutan ISSN Vol. 1 No. 1, Agustus Tahun 2013

JURNAL. Perbenihan Tanaman Hutan ISSN Vol. 1 No. 1, Agustus Tahun 2013 Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol.1 No.1, Agustus 2013 JURNAL ISSN 2354-8568 Perbenihan Tanaman Hutan Vol. 1 No. 1, Agustus Tahun 2013 Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan

Lebih terperinci

The Analysis of Soil Characteristic under Eucalyptus urograndis Stands

The Analysis of Soil Characteristic under Eucalyptus urograndis Stands ANALISIS SIFAT-SIFAT TANAH DI BAWAH TEGAKAN Eucalyptus urograndis The Analysis of Soil Characteristic under Eucalyptus urograndis Stands Nina Mindawati, Andry Indrawan, Irdika Mansur dan/ and Omo Rusdiana

Lebih terperinci

Peneliti, Divisi Litbang, PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim, Sumatera Selatan 31171, Indonesia. Telp:

Peneliti, Divisi Litbang, PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim, Sumatera Selatan 31171, Indonesia. Telp: Manajemen Pemupukan untuk Pembuatan Hutan Tanaman Acacia mangium sebagai Pengalaman PT. Musi Hutan Persada dalam Pengelolaan Hutan Tanaman Industri, di Sumatera Selatan Oleh: Maydra Alen Inail *, Bambang

Lebih terperinci

DALAM RANGKA MELESTARIKAN BAHAN BAKU KERAJINAN ANYAMAN DI KALIMANTAN TIMUR. Supply Continuity for Woven Craft at East Borneo

DALAM RANGKA MELESTARIKAN BAHAN BAKU KERAJINAN ANYAMAN DI KALIMANTAN TIMUR. Supply Continuity for Woven Craft at East Borneo UPAYA BUDIDAYA MANON Helminthostachys Zeylanica Hook DALAM RANGKA MELESTARIKAN BAHAN BAKU KERAJINAN ANYAMAN DI KALIMANTAN TIMUR Cultivation of Manon ( Helminthostachys zeylanica Hook ) to support Raw Material

Lebih terperinci

PENGARUH MACAM AUKSIN PADA PEMBIBITAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JATI (Tectona grandis, L.)

PENGARUH MACAM AUKSIN PADA PEMBIBITAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JATI (Tectona grandis, L.) PENGARUH MACAM AUKSIN PADA PEMBIBITAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JATI (Tectona grandis, L.) Didi Kuntoro 1), Rahayu Sarwitri 2), Agus Suprapto 3) Abstract An experiment about of the effect auxin kind on

Lebih terperinci

UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN

UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN 194 UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN Provenances test of Ebony (Diospyros celebica Bakh) in seedling phase Muh. Restu Abstract The study was conducted to determine growth variability

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

METODE PENYIMPANAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga O. Ktze) Method of Seeds Storage of Merbau (Intsia bijuga O. Ktze) ABSTRACT PENDAHULUAN

METODE PENYIMPANAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga O. Ktze) Method of Seeds Storage of Merbau (Intsia bijuga O. Ktze) ABSTRACT PENDAHULUAN Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No. 2 : 89-95 (2002) Komunikasi (Communication) METODE PENYIMPANAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga O. Ktze) Method of Seeds Storage of Merbau (Intsia bijuga O. Ktze)

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017 Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk ZA, NPK, Urea terhadap Pertumbuhan Rumput Bermuda (Cynodon dactylon) pada Industri Pembibitan Tanaman Lansekap di Kelurahan Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur I PUTU MERTAYASA

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI 1 KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) Ferdi Asdriawan A.P (20110210016) Prodi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA DAN NAUNGAN TERHADAP MUTU BIBIT SUREN ( Toona sureni MERR.) The Effect of Media and Shading on the Seedling s Quality of Suren

PENGARUH MEDIA DAN NAUNGAN TERHADAP MUTU BIBIT SUREN ( Toona sureni MERR.) The Effect of Media and Shading on the Seedling s Quality of Suren PENGARUH MEDIA DAN NAUNGAN TERHADAP MUTU BIBIT SUREN ( Toona sureni MERR.) The Effect of Media and Shading on the Seedling s Quality of Suren ( Toona sureni Merr.) Rina Kurniaty, Budi Budiman dan/ and

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 63 HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan Tanaman Hibrid Eucalyptus urograndis Model PertumbuhanTegakan Hibrid E. urograndis Rotasi 1 dan 2 Pertumbuhan diartikan sebagai pertambahan dimensi

Lebih terperinci

Perbenihan Tanaman Hutan. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Vol.

Perbenihan Tanaman Hutan. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Vol. Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol.1 No.2, Desember 2013 JURNAL ISSN 2354-8568 Perbenihan Tanaman Hutan Vol. 1 No. 2, Desember Tahun 2013 Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk ALFARED FERNANDO SIAHAAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril)

PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril) PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril) The effect of shoot part on growth cutting kranji (Pongamia pinnata Merill) Oleh Nurmawati Siregar Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Benih Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Tanjung (Mimusops elengi L.)

Pengaruh Ukuran Benih Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Tanjung (Mimusops elengi L.) JMHT Vol. XIV (2): 41 46 April 2008 Pengaruh Ukuran Benih Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Tanjung (Mimusops elengi L.) The Effect of Seed Size on Seed Germination and Growth of Tanjung (Mimusops

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PABRIK KERTAS SEBAGAI MEDIA KECAMBAH BENIH KECAMBAH BENIH AKASIA (Acacia mangium Willd) DENGAN METODE HYDROSEEDING

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PABRIK KERTAS SEBAGAI MEDIA KECAMBAH BENIH KECAMBAH BENIH AKASIA (Acacia mangium Willd) DENGAN METODE HYDROSEEDING PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PABRIK KERTAS SEBAGAI MEDIA KECAMBAH BENIH KECAMBAH BENIH AKASIA (Acacia mangium Willd) DENGAN METODE HYDROSEEDING The Utilization of Sludge From Paper Mill as the Germination

Lebih terperinci

RESPON DAYA KECAMBAH BIJI SAGA (Adenanthera pavonina L.) AKIBAT LAMA WAKTU PERENDAMAN DENGAN AIR

RESPON DAYA KECAMBAH BIJI SAGA (Adenanthera pavonina L.) AKIBAT LAMA WAKTU PERENDAMAN DENGAN AIR RESPON DAYA KECAMBAH BIJI SAGA (Adenanthera pavonina L.) AKIBAT LAMA WAKTU PERENDAMAN DENGAN AIR RESPONSE OF SAGA (Adenanthera pavonina L.) SEEDS GERMINATION CAPACITY EFFECT OF WATER SUBMERGED TIME Annisa

Lebih terperinci

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-.

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-. ~~ ~ ~,~-. ~.~~.~~~~. ~.~.~ ~.. ARIF BUDIMAN (E.01496103). Pengaruh Hormon IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Slrorea baiangeran Korth. Pada Medium Air (Water Rooting System). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Supriyanto.

Lebih terperinci

PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method of Saga Pohon (Adenanthera sp.

PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method of Saga Pohon (Adenanthera sp. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No. 2 : 97-101 (2002) Komunikasi (Communication) PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method

Lebih terperinci

Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag 1

Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag 1 Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.)H.Keng). Hanif Nurul Hidayah dan Arif Irawan Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag 1 Hanif

Lebih terperinci

KERAGAMAN FENOTIPIK DAN GENETIK MAHONI (Swietenia macrophylla) DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR

KERAGAMAN FENOTIPIK DAN GENETIK MAHONI (Swietenia macrophylla) DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR KERAGAMAN FENOTIPIK DAN GENETIK MAHONI (Swietenia macrophylla) DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR Ulfah J. Siregar, Iskandar Z. Siregar dan Insan Novita Departemen Silvikulur, Fahutan IPB ABSTRAK Mahoni (Swietenia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

PEMILIHAN BAHAN VEGETATIF UNTUK PENYEDIAAN BIBIT BAMBU HITAM ( Gigantochloa atroviolacea Widjaja)

PEMILIHAN BAHAN VEGETATIF UNTUK PENYEDIAAN BIBIT BAMBU HITAM ( Gigantochloa atroviolacea Widjaja) PEMILIHAN BAHAN VEGETATIF UNTUK PENYEDIAAN BIBIT BAMBU HITAM ( Gigantochloa atroviolacea Widjaja) Vegetative Material Selection for Seedling Preparation of Bamboo Hitam ( Gigantochloa atroviolacea Widjaja)

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT BIJI BOTANI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA BEBERAPA MACAM MEDIA

KAJIAN PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT BIJI BOTANI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA BEBERAPA MACAM MEDIA KAJIAN PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT BIJI BOTANI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA BEBERAPA MACAM MEDIA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Lebih terperinci

WINGS CUTTING INFLUENCE ON MAHONI (Swietenia macrophylla King) SEEDS GERMINATION AT BKPH CIANJUR KPH CIANJUR)

WINGS CUTTING INFLUENCE ON MAHONI (Swietenia macrophylla King) SEEDS GERMINATION AT BKPH CIANJUR KPH CIANJUR) WINGS CUTTING INFLUENCE ON MAHONI (Swietenia macrophylla King) SEEDS GERMINATION AT BKPH CIANJUR KPH CIANJUR) PENGARUH PEMOTONGAN SAYAP TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH MAHONI (Swietenia macrophylla King)

Lebih terperinci

POLA PERTUMBUHAN PULAI DARAT

POLA PERTUMBUHAN PULAI DARAT POLA PERTUMBUHAN PULAI DARAT (Alstonia angustiloba Miq) DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN 1) Oleh : Imam Muslimin 2) dan Abdul Hakim Lukman 2) ABSTRAK Pertumbuhan dan perkembangan tanaman pulai

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BAKAU (Rhizophora apiculata Bl.) TERHADAP PEMBERIAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI E JURNAL

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BAKAU (Rhizophora apiculata Bl.) TERHADAP PEMBERIAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI E JURNAL RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BAKAU (Rhizophora apiculata Bl.) TERHADAP PEMBERIAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI E JURNAL JUWITA RATNA SARI NIM. 11010097 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

STUDI ASPEK FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA PERKECAMBAHAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) PADA UMUR PENYIMPANAN BENIH YANG BERBEDA

STUDI ASPEK FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA PERKECAMBAHAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) PADA UMUR PENYIMPANAN BENIH YANG BERBEDA STUDI ASPEK FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA PERKECAMBAHAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) PADA UMUR PENYIMPANAN BENIH YANG BERBEDA STUDY ON PHYSIOLOGY AND BIOCHEMISTRY ASPECTS OF CORN (Zea mays L.) SEED GERMINATION

Lebih terperinci

PEMBERIAN MOLASES DAN MULSA ORGANIK PADA MEDIA TANAM PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA (GMELINA ARBOREA ROXB)

PEMBERIAN MOLASES DAN MULSA ORGANIK PADA MEDIA TANAM PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA (GMELINA ARBOREA ROXB) PEMBERIAN MOLASES DAN MULSA ORGANIK PADA MEDIA TANAM PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA (GMELINA ARBOREA ROXB) I PUTU WISARDJA I WAYAN SUKASANA KETUT TURAINI INDRA WINTEN PS Agroteknologi,

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus) PADA MEDIA CAMPURAN TANAH PMK, KOMPOS DAN PASIR

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus) PADA MEDIA CAMPURAN TANAH PMK, KOMPOS DAN PASIR PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus) PADA MEDIA CAMPURAN TANAH PMK, KOMPOS DAN PASIR (The Effect Of Npk Fertilizers Doses To Growth Of Red Jabon

Lebih terperinci

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit J. Hort. 18(2):155-159, 2008 Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit Sutapradja, H. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan bahan baku kertas dunia semakin meningkat seiring meningkatnya permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011). Berdasarkan

Lebih terperinci

PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) UIN SUSKA RIAU Oleh: Cici Sriwahyuni 11082202882 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN

PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN meranti PERTUMBUHAN DAN KUALITAS FISIK BIBIT MERANTI TEMBAGA ASAL STEK PUCUK PADA BEBERAPA TINGKAT UMUR Tujuan :untuk mengetahui pertumbuhan dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LIMA PROVENAN PULAI GADING (Alstonia scholaris) UMUR 6 BULAN DI SUMBER KLAMPOK, BALI

PERTUMBUHAN LIMA PROVENAN PULAI GADING (Alstonia scholaris) UMUR 6 BULAN DI SUMBER KLAMPOK, BALI Pertumbuhan Lima Provenan Pulai Gading (Alstonia scholaris) (Mashudi) PERTUMBUHAN LIMA PROVENAN PULAI GADING (Alstonia scholaris) UMUR 6 BULAN DI SUMBER KLAMPOK, BALI GROWTH OF 5 PROVENANCES AT 6 MONTHS

Lebih terperinci

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI Fitri Handayani 1, Nurbani 1, dan Ita Yustina 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur; 2 Balai Pengkajian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT Gmelina arborea ROXB TERHADAP PENAMBAHAN Growth Stimulant DI PERSEMAIAN PERMANEN IPB

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT Gmelina arborea ROXB TERHADAP PENAMBAHAN Growth Stimulant DI PERSEMAIAN PERMANEN IPB Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 07 No. 2, Agustus 2016, Hal 75-78 ISSN: 2086-8227 RESPON PERTUMBUHAN BIBIT Gmelina arborea ROXB TERHADAP PENAMBAHAN Growth Stimulant DI PERSEMAIAN PERMANEN IPB The Growth

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA JENIS AKASIA (Acacia spp) TERHADAP FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA JENIS AKASIA (Acacia spp) TERHADAP FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA JENIS AKASIA (Acacia spp) TERHADAP FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA SKRIPSI Oleh : ROMMEL PARDOSI 041202018/BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH. Litterfall Production, and Decomposition Rate of

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH. Litterfall Production, and Decomposition Rate of PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH Acacia crassicarpa A. Cunn. di PT. ARARA ABADI Litterfall Production, and Decomposition Rate of Acacia crassicarpa A. Cunn in PT. Arara Abadi. Balai Penelitian Hutan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil) PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (Roxb) Havil) EFFECT OF PLANTING MEDIA ON RED JABON (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil) Yusran Ilyas ¹, J. A.

Lebih terperinci

VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH

VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH IKKE YULIARTI E10012026 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan Media Peternakan, Agustus 24, hlm. 63-68 ISSN 126-472 Vol. 27 N. 2 Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari (1) pengambilan contoh tanah Podsolik yang dilakukan di daerah Jasinga, (2) analisis tanah awal dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman di lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan Darmaga Bogor. Kebun percobaan memiliki topografi datar dengan curah hujan rata-rata sama dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis 26 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis dilakukan

Lebih terperinci

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN Laboratorium Silvikultur &Agroforestry Jurusan Budidaya Hutan FakultasKehutanan, UGM PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN SILVIKULTUR Metode Permudaan Metode permudaan merupakan suatu prosedur dimana suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kayu dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat tersebut bila tidak diimbangi dengan usaha penanaman kembali maka degradasi

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya 1 I. PENDAHULUAN Pemanasan global yang terjadi saat ini merupakan fenomena alam meningkatnya suhu permukaan bumi. Dampak yang dapat ditimbulkan dari pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan

Lebih terperinci

Demplot sumber benih unggulan lokal

Demplot sumber benih unggulan lokal Demplot sumber benih unggulan lokal Demplot sumber benih unggulan lokal Pembangunan Demplot Sumber Benih Jenis Bambang Lanang Pembangunan Demplot Sumber Benih Jenis Tembesu Demplot Sumber Benih Unggulan

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI Oleh Ahmad Fitriyanto NIM 091510501143 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan

Lebih terperinci

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 1 : (1999)

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 1 : (1999) Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 1 : 77-85 (1999) Artikel (Article) STUDI KEMAMPUAN TUMBUH ANAKAN MANGROVE JENIS Rhizophora mucronata, Bruguiera gimnorrhiza DAN Avicennia marina PADA BERBAGAI

Lebih terperinci

PENGARUH TAKARAN KOMPOS BLOTONG DAN UMUR SIMPAN MATA TUNAS TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.)

PENGARUH TAKARAN KOMPOS BLOTONG DAN UMUR SIMPAN MATA TUNAS TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.) Vegetalika Vol. 4 No. 2, 2015: 100-111 100 PENGARUH TAKARAN KOMPOS BLOTONG DAN UMUR SIMPAN MATA TUNAS TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.) THE EFFECTS OF BLOTONG DOSAGES AND

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.) SKRIPSI PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.) Oleh : IrvanSwandi 10882003293 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan hutan terutama pemanenan kayu sebagai bahan baku industri mengakibatkan perlunya pemanfaatan dan pengelolaan hutan yang lestari. Kurangnya pasokan bahan baku

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN BIBIT BUD CHIPS TEBU (Saccharum officinarum L. ) PADA BERBAGAI UMUR BAHAN TANAMAN DENGAN PEMBERIAN BAP

PERTUMBUHAN BIBIT BUD CHIPS TEBU (Saccharum officinarum L. ) PADA BERBAGAI UMUR BAHAN TANAMAN DENGAN PEMBERIAN BAP PERTUMBUHAN BIBIT BUD CHIPS TEBU (Saccharum officinarum L. ) PADA BERBAGAI UMUR BAHAN TANAMAN DENGAN PEMBERIAN BAP SKRIPSI NITA JULIANA S. 100301195/ BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian Pinus merkusii strain Kerinci: Satu-satunya jenis pinus yang menyebar melewati khatulistiwa ke bagian bumi lintang selatan hingga sekitar o L.S. Belum dikembangkan atau dibudidayakan secara luas di Indonesia.

Lebih terperinci

*Diterima : 17 Maret 2008; Disetujui : 23 Desember 2009

*Diterima : 17 Maret 2008; Disetujui : 23 Desember 2009 KUALITAS FISIK BIBIT MERANTI TEMBAGA (Shorea leprosula Miq.) ASAL STEK PUCUK PADA TIGA TINGKAT UMUR (The Physical Quality of Shorea leprosula Miq. Seedlings from Shoot Cutting at Three Different Levels

Lebih terperinci

PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis )

PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis ) PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis ) Effect of Clone and Budgraft Time on Growth and Survival Rate Teak (Tectona grandis) Sugeng Pudjiono

Lebih terperinci

Oleh : Iskandar Z. Siregar

Oleh : Iskandar Z. Siregar 3 MODULE PELATIHAN PERSEMAIAN Oleh : Iskandar Z. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F) FACULTY

Lebih terperinci

Oleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT

Oleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT PERTUMBUHAN SEMAI Shorea leprosula Miq. DARI BERBAGAI POHON INDUK ASAL KALIMANTAN BARAT DI PERSEMAIAN (Growth of Shorea leprosula Miq. from Different Mother Tree of West Kalimantan in Nursery) Oleh/By

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani merupakan sebuah badan usaha yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola hutan tanaman yang ada di Pulau Jawa dan Madura dengan menggunakan

Lebih terperinci

MIKORIZA & POHON JATI

MIKORIZA & POHON JATI MIKORIZA & POHON JATI Kelompok 6 Faisal Aziz Prihantoro Aiditya Pamungkas Rischa Jayanty Amelia Islamiati Faifta Nandika Maya Ahmad Rizqi Kurniawan Septa Tri Farisna 1511100001 1511100011 1511100025 1511100027

Lebih terperinci

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN REPUBLIK SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN Bogor, 13-14 Nopember 2014 Kegiatan Penelitian 2010-2014 RPI : Penelitian pengelolaan hutan tanaman

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 PERTUMBUHAN BIBIT Rhizophora apiculata PADA BERBAGAI INTENSITAS NAUNGAN SKRIPSI Oleh: ERIKSONTUA SIMARMATA 071202014/BUDIDAYA HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PEMUPUKAN DAN TEKSTUR TANAH TERHADAP PRODUKTIVITAS RUMPUT Setaria splendida Stapf

PENGARUH WAKTU PEMUPUKAN DAN TEKSTUR TANAH TERHADAP PRODUKTIVITAS RUMPUT Setaria splendida Stapf PENGARUH WAKTU PEMUPUKAN DAN TEKSTUR TANAH TERHADAP PRODUKTIVITAS RUMPUT Setaria splendida Stapf Oleh WAHJOE WIDHIJANTO BASUKI Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Jember RINGKASAN Percobaan pot telah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Merbau Darat 1. Deskripsi Ciri Pohon Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut (Martawijaya dkk., 2005). Regnum Subregnum Divisi Kelas Famili

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN TIGA KELAS MUTU BIBIT MERANTI MERAH PADA TIGA IUPHHK DI KALIMANTAN

PERTUMBUHAN TIGA KELAS MUTU BIBIT MERANTI MERAH PADA TIGA IUPHHK DI KALIMANTAN PERTUMBUHAN TIGA KELAS MUTU BIBIT MERANTI MERAH PADA TIGA IUPHHK DI KALIMANTAN (Growth of three seedling quality classes of red meranti at three IUPHHK in Kalimantan) Oleh/By : Burhanuddin Adman Balai

Lebih terperinci