KERAGAMAN FENOTIPIK DAN GENETIK MAHONI (Swietenia macrophylla) DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR
|
|
- Doddy Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KERAGAMAN FENOTIPIK DAN GENETIK MAHONI (Swietenia macrophylla) DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR Ulfah J. Siregar, Iskandar Z. Siregar dan Insan Novita Departemen Silvikulur, Fahutan IPB ABSTRAK Mahoni (Swietenia macrophylla) merupakan jenis pohon cepat tumbuh yang mempunyai banyak kegunaan, serta cukup luas ditanam di Jawa. Upaya peningkatan produksi kayu mahoni telah dilakukan dengan dimulainya program pemuliaan pohon, yaitu dengan seleksi pohon plus. Karena mahoni merupakan jenis eksotis, ada kekhawatiran bahwa populasi mahoni yang ada di Jawa khususnya, tidak memiliki basis keragaman yang memadai untuk program seleksi. Makalah ini menyajikan hasil penelitian tentang keragaman fenotipik buah dan biji mahoni di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta hasil sementara keragaman genetik mahoni berdasarkan analisa isozim. Buah mahoni diambil dari masing-masing 1 pohon plus dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan total sampel 2 pohon. Benih mahoni diekstrak dari buah, kemudian sejumlah 25 biji disemaikan dari setiap pohon plus, dengan 4 ulangan, sehingga didapatkan sejumlah total 2 semai, dari 2 famili. Parameter yang diamati ialah panjang, diameter dan berat buah serta jumlah biji per buah. Pada saat perkecambahan diamati persen berkecambah, dan tinggi semai. Data dianalisa dengan Rancangan Acak Lengkap dengan faktor pohon plus sebagai sumber keragaman. Untuk mengetahui tingkat keragaman genetik, dilakukan analisa isozim terhadap semai menggunakan 4 sistem enzim, yaitu EST, GOT, PGI, dan PGM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi yang cukup besar pada hampir seluruh karakter kuantitatif yang diamati. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa semua karakter, kecuali diameter buah, ditentukan oleh faktor genetik. Penyebaran keragaman seluruh karakter, kecuali berat buah, pada dua populasi adalah merata. Berat buah dari daerah Jawa Tengah (Kedu) cenderung lebih ringan dibandingkan dengan daerah Jawa Timur (Ngawi). Hasil analisa isozim mengkonfirmasi tingginya keragaman genetik mahoni di Jawa, dengan menunjukkan tingkat heterozigositas harapan dan aktual, masing-masing sebesar.326 dan.324. Kata kunci : Mahoni, keragaman, isozim, heterozigositas PENDAHULUAN Kondisi hutan di Indonesia saat ini sangat buruk, sehingga mengundang kekhawatiran baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk itu berbagai upaya perbaikan telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia diantaranya ialah dengan melakukan kegiatan rehabilitasi hutan, penghijauan, serta pembangunan hutan tanaman untuk melepaskan tekanan terhadap hutan alam yang ada. Beberapa spesies kehutanan yang cepat tumbuh telah dipilih sebagai prioritas untuk program-program ini, diantaranya adalah mahoni berdaun lebar (Swietenia macrophylla). Jenis mahoni telah lama ditanam di Jawa baik oleh rakyat maupun Perum Perhutani karena sifatnya yang multiguna. Selain diambil kayunya, buahnya dimanfaatkan sebagai obat (Samingan, 198). Keberhasilan program rehabilitasi hutan dan pembangunan hutan tanaman sangat ditentukan oleh kualitas bahan tanaman. Untuk itu usaha awal perbaikan bahan tanaman mahoni telah dilakukan melalui program pemuliaan pohon, yaitu dengan seleksi pohon-pohon plus dari tegakan yang ada di Jawa, guna dipakai sebagai sumber benih. Tetapi terdapat kekurangan pada usaha awal ini, yaitu tiadanya evaluasi yang sistematis tentang keragaman genetik yang ada pada populasi pohon plus, yang sangat berguna untuk mengarahkan dan meningkatkan efisiensi proses seleksi yang ada. Keragaman atau variasi genetik suatu organisme dapat dijumpai baik pada karakter kualitatif maupun kuantitatif, namun kebanyakan program pemuliaan pohon sangat menekankan pada karakter kuantitatif, karena pertimbangan nilai ekonomis yang tinggi. Kendala yang sering ditemui dalam program pemuliaan untuk karakter kuantitatif adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengevaluasi karakter kuantitatif secara genetic (Zobel dan Talbert, 1984). Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi variasi genetik buah dan benih mahoni yang diunduh dari pohon-pohon plus yang ada di Ngawi, Jawa Timur dan Kedu, Jawa Tengah, sebagai penunjang program pemuliaan pohon yang ada, yaitu membantu mengarahkan serta meningkatkan efisiensi proses seleksi. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Laboratorium Silvikultur, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, mulai Bulan September 23 sampai dengan Juli 24. Buah diunduh dari 1 pohon plus yang berada di Ngawi, Jawa Timur (N1 N1) serta 1 pohon plus dari Kedu, Jawa Tengah (K1 K1). Karakter buah, berupa panjang, diameter dan berat buah, serta jumlah benih per buah, 16
2 Panjang diamati pada buah yang diambil dari 5 pohon plus saja dari masing-masing daerah. Benih mahoni diekstrak dari buah, kemudian sejumlah 25 biji disemaikan dari setiap pohon plus, dengan 4 ulangan, sehingga didapatkan sejumlah total 2 semai, dari 2 famili. Benih dikecambahkan di polybag, dan ditempatkan di rumah kaca. Pengamatan daya kecambah (% perkecambahan) kemudian dilakukan. Untuk parameter karakter buah dan perkecambahan, rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor famili/pohon plus sebagai sumber keragaman. Kecambah/semai kemudian disapih dan dipelihara sebagai bibit tanaman dipersemaian. Karakter semai yang diukur ialah tinggi tanaman pada umur 2 bulan. Data tinggi semai dianalisis dengan sidik ragam menggunakan Rancangan Acak Lengkap ber Blok (RCBD), dengan lokasi pada rumah kaca sebagai blok, dan faktor famili/pohon plus sebagai sumber keragaman. Untuk analisa isozim, bahan tanaman yang digunakan ialah embrio dari benih mahoni. Analisis isozim menggunakan elektroforesis gel pati model horizontal. Sistem enzim yang diuji dalam penelitian ini meliputi Glutamate Oxaloacetate Transmainase (GOT), Esterase (EST), Phosphoglucose Isomerase (PGI), Phosphoglucomutase (PGM), Shikimate Dehydrogenase (SKDH), Malat Dehydrogenase (MDH), dan Isocitrate Dehydrogenase (IDH). HASIL Terdapat keragaman fenotipe buah yang cukup besar pada 4 karakter yang diamati. Dari 4 karakter yang diteliti pengaruh asal buah atau pohon plus/famili adalah nyata pada 3 karakter, kecuali diameter. Karena hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa diameter buah tidak berbeda nyata antar famili atau pohon plus, maka data ini tidak disajikan. Pada Gambar 1 ditunjukkan rata-rata panjang buah mahoni dari 1 pohon plus yang diteliti. Buah terpanjang, berkisar antara cm 15. cm, didapat dari pohon plus yang berasal baik dari Ngawi, Jawa Timur maupun Kedu, Jawa Tengah. Demikian pula halnya buah yang terpendek, dengan kisaran antara cm 13.8 cm, juga terdapat baik pada pohon plus dari Ngawi, Jawa Timur maupun Kedu, Jawa Tengah. Dengan demikian keragaman karakter panjang buah terlihat menyebar merata di kedua populasi Jawa Timur dan Jawa Tengah yang diteliti. 15, ,92 a 14,92 a 15, a 14, abc 14,33 ab 13,83 abc 14,8abc abc 13,92 13, ,5 13,8 bc 12,58 c 12 11,5 11 N1 N2 N3 N4 N5 K6 K7 K8 K9 K1 Gambar 1. Rata-rata panjang buah mahoni dari 1 sampel pohon plus yang berasal dari Ngawi (N) Jawa Timur dan Kedu (K) Jawa Tengah. Huruf a, b, c dibelakang angka menunjukkan beda nyata menurut uji Duncan Hasil pengamatan terhadap karakter berat buah, disajikan pada Gambar 2. Rata-rata berat buah terbesar g, terdapat pada pohon plus N4 yang berasal dari daerah Ngawi, Jawa Timur, sedangkan buah terringan, dengan rata-rata g, berasal dari pohon K1 yang berasal dari daerah Kedu, Jawa Tengah. Berbeda dengan karakter panjang buah, pada berat buah terlihat adanya perbedaan penyebaran keragaman karakter. Buah-buah yang berasal dari pohon plus di daerah Ngawi, Jawa Timur cenderung mempunyai berat yang lebih besar dibandingkan daerah Kedu, Jawa Tengah yang lebih ringan. Sementara itu hasil uji lanjut Duncan untuk karakter jumlah benih/buah dapat dilihat pada Gambar 3. Jumlah benih terbanyak terdapat pada buah dari pohon plus N2, disusul dengan K6 dan K8. Jumlah benih terendah, yaitu dibawah 6 butir/buah, terdapat pada buah dari pohon plus K9 dan N5. Dalam hal ini juga terlihat bahwa keragaman jumlah benih/buah tersebar merata pada dua populasi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah Kompetitif Bogor, 1-2 Agustus
3 Daya Berkecambah (%) Jumlah Benih/buah Berat (gram) ,18 299,5 a a 312,41 a 275,7 ab 265,39 abc 225,27 bcde 26,49 cde 178,66 de 176,1 de 161,7 e N1 N2 N3 N4 N5 K6 K7 K8 K9 K1 Gambar 2. Rata-rata berat buah mahoni dari 1 sampel pohon plus yang berasal dari Ngawi (N) Jawa Timur dan Kedu (K) Jawa Tengah. Huruf a, b, c, d, e dibelakang angka menunjukkan beda nyata menurut uji Duncan a 69, 65,83 ab 6 def 61,83 cd 6,67 cde 61,67 cde 64,5 bc 57,67 ef 56,17 f61,cde N1 N2 N3 N4 N5 K6 K7 K8 K9 K1 Gambar 3. Rata-rata jumlah benih per buah mahoni dari 1 sampel pohon plus yang berasal dari Ngawi (N) Jawa Timur dan Kedu (K) Jawa Tengah. Huruf a, b, c, d, e, f dibelakang angka menunjukkan beda nyata menurut uji Duncan ,5 c a 1 b 98,75 94,16 b 82,62 cd 83,13 cd 8 67,71 de 63,11 efg 61,54 efg 65,1 ef 61,49 efg 71,21 de 6 45,98 fgh 43,84 gh 4 34,89 hi 3,74 hi 2 18,89 i 19,85 i 18,42 i 2,95 i N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N1 K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K1 Gambar 4. Rata-rata daya kecambah benih dari 2 sampel pohon plus yang berasal dari Ngawi (N) Jawa Timur dan Kedu (K) Jawa Tengah. Huruf a, b, c, d, e, f dibelakang angka menunjukkan beda nyata menurut uji Duncan. Hasil analisis sidik ragam terhadap daya kecambah benih, pengaruh asal buah atau pohon plus/famili terhadap karakter yang diteliti adalah sangat nyata. Pada Gambar 4 disajikan rata-rata daya kecambah benih yang berasal dari dua populasi pohon plus mahoni, yaitu Jawa Timur (N) dan Jawa Tengah (K). Jelas terlihat adanya keragaman yang sangat besar antar pohon plus yang ada, namun keragaman ini tersebar merata pada kedua populasi tersebut. Daya kecambah tertinggi terdapat pada phon plus K7 dari Kedu, Jawa Tengah, yaitu 1 %, disusul dengan K8 dan K6, masing-masing adalah 99 % dan 94 %. Pada populasi Jawa Timur yang tertinggi adalah N8 dengan nilai 91 %. Untuk daya kecambah terendah, juga terdapat pada pohon plus dari daerah Kedu, Jawa Tengah yaitu K4 dengan nilai 18 %. Sementara itu daya kecambah terendah pada daerah Ngawi, Jawa Timur terdapat pada pohon N6 dengan nilai 19 %. 162
4 Tinggi (cm) Tinggi (cm) 3 25,71 abcdefg 26,2 abcdef 25,39 abcdefg ,25 ab 27,93 ab 27,46 abcd 23,46 defgh 27,82 abc 28,54a 23,52 defgh 2,67 h 26,63 abcde 24,15 bcdefgh 22,91 efgh 21,65 gh 27,7 abc 23,76 cdefgh 27,49 abcd 25,39 abcdefg 22,25 fgh N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N1 K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K1 Gambar 5. Rata-rata tinggi bibit mahoni umur 2 bulan dari 2 sampel pohon plus yang berasal dari Ngawi (N) Jawa Timur dan Kedu (K) Jawa Tengah. Huruf a, b, c, d, e, f dibelakang angka menunjukkan beda nyata menurut uji Duncan , , , , ,58 a 25,39 ab 25,1 ab 24,27 b B1 B2 B3 B4 Gambar 6. Rata-rata tinggi bibit mahoni umur 2 bulan menurut blok percobaan. Huruf a, b, c, d, e, f dibelakang angka menunjukkan beda nyata menurut uji Duncan. Untuk karakter semai, hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa baik pengaruh asal bibit/famili dan blok adalah nyata. Pada Gambar 5 disajikan rata-rata tinggi bibit yang berasal dari 2 pohon plus yang diteliti. Walaupun secara garis besar terlihat sebaran keragaman yang merata pada kedua populasi pohon plus, namun bila dicermati akan tampak bahwa populasi dari Kedu, Jawa Tengah, dengan kisaran 2.67cm 27.7 cm mempunyai tingkat keragaman yang lebih tinggi dibandingkan dari Ngawi, Jawa Timur, dengan kisaran cm cm. Hal ini berarti bibit yang berasal dari Ngawi, Jawa Timur lebih seragam. Sementara itu Gambar 6 menunjukkan pengaruh blok terhadap tinggi bibit mahoni. Meskipun sedikit, kelihatannya Blok 2 menyebabkan bibit tumbuh lebih baik. Hal ini berhubungan dengan tata letak bibit di persemaian. Selanjutnya hasil analisis keragaman genetik dengan isozim, akan disajikan dalam paper terpisah. Hasil sementara menunjukkan bahwa keragaman genetik yang cukup besar juga diperoleh dari isozim. Dari semua sistim enzim yang diteliti, GOT, EST, PGI dan PGM mempunyai polimorfisme yang dapat dikategorikan sedang hingga tinggi. Perhitungan rata-rata tingkat heterozigositas dari seluruh populasi yang diteliti menggunakan program software GSED (versi 1.1 Gillet, 1998) menunjukkan tingkat heterozigositas pengamatan dan harapan, masingmasing sebesar.324 dan.326, yang merupakan angka cukup tinggi untuk jenis pohon tropis. PEMBAHASAN Daya kecambah benih merupakan salah satu parameter yang penting, karena menentukan keperluan benih bagi sebuah program penanaman. Tinggi rendahnya daya kecambah berhubungan langsung dengan tinggi rendahnya viabilitas benih. Viabilitas benih akan mencapai maksimum bila benih telah mencapai masak secara fisiologis. Sementara itu kemasakan benih secara fisiologis berhubungan erat dengan waktu yang cukup dari saat berbunga hingga pembentukan benih. Keragaman daya kecambah yang sangat besar pada penelitian ini dapat disebabkan oleh beragamnya waktu berbunga dari masing-masing pohon plus, sehingga ketika buah diunduh pada waktu tertentu, kemasakan benih juga beragam. Apabila dihubungkan karakter satu dengan karakter lainnya, tampaknya karakter jumlah benih per buah berhubungan atau sesuai dengan karakter panjang buah mahoni, karena kedua Blok Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah Kompetitif Bogor, 1-2 Agustus
5 karakter tersebut mempunyai pola sebaran yang sama antar populasi. Sedangkan dengan karakter berat buah kelihatannya tidak ada hubungan, karena pola sebaran pada karakter berat buah tidak sesuai dengan pola sebaran yang merata dari karakter jumlah benih per buah. Hasil serupa juga ditemukan pada benih jati dimana terdapat variasi pada karakter panjang, lebar dan berat benih (Sindhuveerendra et al, 1999). Tingginya keragaman pada fenotipa buah dan benih mahoni di Jawa Timur dan Jawa Tengah disebabkan oleh tingginya keragaman genetik yang ada pada kedua populasi tersebut. Hal ini terbukti dari pengaruh pohon plus yang nyata pada hampir semua karakter yang diamati. Indikasi ini dikonfirmasi dengan hasil analisa isozim, yang menunjukkan tingkat heterozigositas harapan sebesar.326, dimana lebih tinggi dari beberapa jenis pohon tropis yang pernah diteliti di Indonesia, seperti sengon, jati dan meranti. Karena mahoni merupakan jenis eksotis, ada kekhawatiran bahwa populasi mahoni yang ada di Jawa khususnya, tidak memiliki basis keragaman yang memadai untuk program seleksi. Tetapi penelitian ini membuktikan bahwa kekhawatiran semacam itu tidak berdasar, karena ternyata mahoni di Jawa memiliki keragaman fenotipik dan genetik yang tinggi. KESIMPULAN 1. Terdapat variasi genetik yang cukup besar pada hampir seluruh karakter kuantitatif buah yang diamati. 2. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa semua karakter, kecuali diameter buah, ditentukan oleh faktor genetik. 3. Penyebaran keragaman genetik seluruh karakter, kecuali berat buah, pada dua populasi adalah merata. Berat buah dari daerah Kedu cenderung lebih ringan dibandingkan dengan daerah Ngawi. 4. Korelasi positif antar beberapa karakter juga ditemukan misal, antara panjang buah dengan jumlah benih per buah. 5. Keragaman fenotipa yang tinggi ditunjang dengan data keragaman genetik isozim, yang menunjukkan tingkat heterozigositas harapan sebesar.326. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dibiayai oleh proyek Hibah IPD, Dirjen Dikti, Depdikbud, tahun 23. Ucapan terima kasih ditujukan pada Perum Perhutani terutama KPH Ngawi, Jawa Timur dan KPH Kedu, Jawa Tengah atas izin dan kerjasamanya dalam pengambilan sampel mahoni. DAFTAR PUSTAKA Gillet, E. M GSED-Genetic Structures from Elektrophoresis Data Version 1.1. Institut für Forstpflanzenzüchtung Universität Gottingen Germany. Samingan, T Dendrologi. Bagian Ekologi. Departemen Botani. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Sindhuveerendra, H., C, R V. Rao, H. S. Ananthapadmanabha, and M. Munireddy Variation in seed characteristics of clones of Tectona grandis L. F. (Teak), p In: Edwards, D. G. W, and S. C. Naithani (Eds.). Seed and Nursery Technologi of Forest Trees. New Age International (P) Ltd. Publish. New Delhi. Zobel, B. J. and J. T. Talbert Applied Forest Tree Improvement. John Wiley and Sons, New York. 164
Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth
PERTUMBUHAN BIBIT MERSAWA PADA BERBAGAI TINGKAT UMUR SEMAI 1) Oleh : Agus Sofyan 2) dan Syaiful Islam 2) ABSTRAK Degradasi hutan Indonesia meningkat dari tahun ke tahun dalam dekade terakhir. Degradasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa
Lebih terperinciLampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC
LAMPIRAN 38 38 Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC Perlakuan Laju pertambahan tinggi (cm) kedelai pada minggu ke- a 1 2 3 4 5 6 7 AUHPGC (cmhari)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilakukan dari April Juli 2007 bertepatan dengan akhir musim hujan, yang merupakan salah satu puncak masa pembungaan (Hasnam, 2006c), sehingga waktu penelitian
Lebih terperinciTipe perkecambahan epigeal
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel tanaman sedangkan perkembangan tanaman merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Parameter pertumbuhan meliputi
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo
26 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Adaptasi Galur Harapan Padi Gogo Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo berpengaruh nyata terhadap elevasi daun umur 60 hst, tinggi tanaman
Lebih terperinciMakalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September
PENGARUH UMUR SEMAI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN DI PERSEMAIAN 1) Oleh: Agus Sofyan 2) dan Syaiful Islam 2) ABSTRAK Suren (Toona sureni Merr), merupakan jenis yang memiliki pertumbuhan cepat dan kegunaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi
Lebih terperinciPenyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1
Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1 Arif Irawan 2, Budi Leksono 3 dan Mahfudz 4 Program Kementerian Kehutanan saat ini banyak bermuara pada kegiatan rehabillitasi hutan dan lahan serta kegiatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga
Lebih terperinciUJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN
194 UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN Provenances test of Ebony (Diospyros celebica Bakh) in seedling phase Muh. Restu Abstract The study was conducted to determine growth variability
Lebih terperinciJenis prioritas Mendukung Keunggulan lokal/daerah
PERBENIHAN 1 Pengadaan benih tanaman hutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam pembangunan dan pengelolaan sumberdaya alam hutan. Kegiatan pengadaan benih mencakup beberapa kegiatan
Lebih terperinciPENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL
99 PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effect of Plant Spacing on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian yang bertujuan mempelajari pengaruh jarak tanam terhadap
Lebih terperinciPEDOMAN PENGUNDUHAN BENIH PADA PANEN RAYA DIPTEROKARPA 2010
PEDOMAN PENGUNDUHAN BENIH PADA PANEN RAYA DIPTEROKARPA 2010 PUSAT LITBANG HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN Desember 2009 PENDAHULUAN Pembungaan dan pembuahan jenis-jenis dipterokarpa tidak
Lebih terperinciWINGS CUTTING INFLUENCE ON MAHONI (Swietenia macrophylla King) SEEDS GERMINATION AT BKPH CIANJUR KPH CIANJUR)
WINGS CUTTING INFLUENCE ON MAHONI (Swietenia macrophylla King) SEEDS GERMINATION AT BKPH CIANJUR KPH CIANJUR) PENGARUH PEMOTONGAN SAYAP TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH MAHONI (Swietenia macrophylla King)
Lebih terperinciSELEKSI POHON INDUK JENIS MERANTI (Shorea spp) PADA AREAL TEGAKAN BENIH IUPHHK-HA PT. SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG
SELEKSI POHON INDUK JENIS MERANTI (Shorea spp) PADA AREAL TEGAKAN BENIH IUPHHK-HA PT. SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG (A parental tree selection of Shorea spp at a seed stand area IUPHHK-HA of PT.
Lebih terperinciDemplot sumber benih unggulan lokal
Demplot sumber benih unggulan lokal Demplot sumber benih unggulan lokal Pembangunan Demplot Sumber Benih Jenis Bambang Lanang Pembangunan Demplot Sumber Benih Jenis Tembesu Demplot Sumber Benih Unggulan
Lebih terperinciTEKNIK PENUNJUKAN DAN PEMBANGUNAN SUMBER BENIH. Dr. Ir. Budi Leksono, M.P.
TEKNIK PENUNJUKAN DAN PEMBANGUNAN SUMBER BENIH Dr. Ir. Budi Leksono, M.P. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta 1 I. PENDAHULUAN Sumber benih merupakan tempat dimana
Lebih terperinci~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-.
~~ ~ ~,~-. ~.~~.~~~~. ~.~.~ ~.. ARIF BUDIMAN (E.01496103). Pengaruh Hormon IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Slrorea baiangeran Korth. Pada Medium Air (Water Rooting System). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Supriyanto.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu semai bibit tomat sampai tanaman dipindahkan di polybag adalah 3 minggu. Pengukuran tinggi tanaman tomat dimulai sejak 1 minggu setelah tanaman dipindahkan
Lebih terperinciKata-kata kunci: Ficus variegata Blume, variasi genetik, famili
VARIASI PERTUMBUHAN LIMA BELAS FAMILI NYAWAI (Ficus variegata Blume) PADA TINGKAT SEMAI [Growth variation of Fifteen Families Ficus variegata Blume at seedling level] Balai Besar Bioteknologi dan Pemuliaan
Lebih terperinciOleh : Iskandar Z. Siregar
MODULE PELATIHAN 2 TEKNOLOGI PERBENIHAN Oleh : Iskandar Z. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan kayu meningkat setiap tahun, sedangkan pasokan yang dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu dunia diperkirakan sekitar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Viabilitas yang tinggi ditunjukkan dengan tolok ukur persentase daya berkecambah yang tinggi mengindikasikan bahwa benih yang digunakan masih berkualitas baik. Benih kedelai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani merupakan sebuah badan usaha yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola hutan tanaman yang ada di Pulau Jawa dan Madura dengan menggunakan
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH
Fauziah Koes dan Ramlah Arief: Pengaruh Lama Penyimpanan PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH Fauziah Koes dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros
Lebih terperinciPENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis )
PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis ) Effect of Clone and Budgraft Time on Growth and Survival Rate Teak (Tectona grandis) Sugeng Pudjiono
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah tinggi, diameter, berat kering total (BKT) dan nisbah pucuk akar (NPA). Hasil penelitian menunjukkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, karena kayu jati telah dianggap sebagai sejatining kayu (kayu yang sebenarnya).
Lebih terperinciSuatu unit dalam. embryo sac. (kantong embrio) yang berkembang setelah terjadi pembuahan. Terdiri dari : ~ Kulit biji ~ Cadangan makanan dan ~ Embrio
PERBENIHAN 1 Pengadaan benih tanaman hutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam pembangunan dan pengelolaan sumberdaya alam hutan. Kegiatan pengadaan benih mencakup beberapa kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah hasil hutan yang sangat diminati di pasaran. Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur
Lebih terperinciDr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor )
Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor ) Ir. Lilik Koesmihartono Putra, M.AgSt (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) Tahun-3 1. Konstruksi
Lebih terperinciVI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23
VI. UBIKAYU 6.1. Perbaikan Genetik Kebutuhan ubikayu semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya berbagai industri berbahan baku ubikayu, sehingga diperlukan teknologi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati dikenal sebagai kayu mewah karena kekuatan dan keawetannya dan merupakan salah satu tanaman yang berkembang baik di indonesia. Hal tersebut tercermin dari
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN BENIH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl.)
PENGARUH UKURAN BENIH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl.) Tri Bekti Winarni* dan Eliya Suita** (*Mahasiwa IPB ** Peneliti Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor) RINGKASAN
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
45 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Implementasi Dalam mengimplementasikan tugas akhir ini digunakan PC dengan spesifikasi sebagai berikut : 4.1.1. Spesifikasi Kebutuhan Perangkat keras yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yaitu di Aceh, Tapanuli dan Kerinci. Dalam perkembangannya tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pinus merkusii merupakan spesies pinus yang tumbuh secara alami di Indonesia yaitu di Aceh, Tapanuli dan Kerinci. Dalam perkembangannya tanaman P. merkusii banyak dibudidayakan
Lebih terperinciHASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C
HASIL Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro Pertumbuhan Koloni S. rolfsii dengan Inokulum Sklerotia Pada 5 HSI diameter koloni cendawan pada semua perlakuan seduhan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian selama 2 bulan, yang dimulai Februari sampai
Lebih terperinciJumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya tidak diuji
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terung Ungu 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Terung Ungu Terung merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal dari Asia, terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang ditampilkan pada bab ini terdiri dari hasil pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas terdiri dari curah hujan, suhu udara, serangan
Lebih terperinciDAYA HASIL DAN PENAMPILAN FENOTIFIK KARAKTER KUANTITATIF GALUR-GALUR F2BC4 PADI GOGO BERAS MERAH
0248: I.G.P. Muliarta dkk. PG-5 DAYA HASIL DAN PENAMPILAN FENOTIFIK KARAKTER KUANTITATIF GALUR-GALUR F2BC4 PADI GOGO BERAS MERAH I.G.P. Muliarta, I.M. Sudantha, dan Bambang B. Santoso Program Studi Agroekoteknologi
Lebih terperinciSELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO
SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO Sutardi, Kristamtini dan Setyorini Widyayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Luas
Lebih terperinciIMPLIKASI GENETIK SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) PADA JENIS
IMPLIKASI GENETIK SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) PADA JENIS Shorea johorensis Foxw DI PT. SARI BUMI KUSUMA BERDASARKAN RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD) TEDI YUNANTO E14201027
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Propagul Rhizophora mucronata dikecambahkan selama 90 hari (3 bulan) dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap
Lebih terperinciKARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL
35 KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL Morphological and Agronomy Characters Of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENELITIAN
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu
10 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada Agustus-Desember 2011, di Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB dan PT Tunas Inti Abadi, Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan.
Lebih terperinciPERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP DAYA TUMBUH BENIH 3 VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea)
86 JURNAL PRODUKSI TANAMAN VOLUME 1 No.1 MARET-2013 PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP DAYA TUMBUH BENIH 3 VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea) SEEDS DORMANCY BREAKING TREATMENT ON GERMINATION 3
Lebih terperinciPENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.
PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. B) DI PERSEMAIAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Kendala
Lebih terperinciPENGARUH PERENDAMAN BENIH DALAM AIR PANAS TERHADAP DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN BIBIT LAMTORO (Leucaena leucocephala)
ABSTRAK PENGARUH PERENDAMAN BENIH DALAM AIR PANAS TERHADAP DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN BIBIT LAMTORO (Leucaena leucocephala) Nurma Ani Staf Pengajar Kopertis Wil. I dpk Universitas Al-Azhar Penelitian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN TIGA PROVENANS MAHONI ASAL KOSTARIKA. Growth of Three Provenances of Mahogany from Costarica
PERTUMBUHAN TIGA PRVENANS MAHNI ASAL KSTARIKA Growth of Three Provenances of Mahogany from Costarica Asep Rohandi dan/ and Nurin Widyani Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor Jl. Pakuan Ciheuleut
Lebih terperinciDengan demikian untuk memperoleh penotipe tertentu yang diinginkan kita bisa memanipulasi faktor genetik, faktor lingkungan atau keduaduanya.
III. SELEKSI POHON PLUS Langkah paling awal dalam pemuliaan pohon adalah seleksi pohon plus. Seperti diketahui bahwa beberapa program penangkaran bagi sifatsifat yang diinginkan dari suatu pohon dimulai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Merbau Darat 1. Deskripsi Ciri Pohon Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut (Martawijaya dkk., 2005). Regnum Subregnum Divisi Kelas Famili
Lebih terperinciPENGARUH KADAR AIR AWAL, WADAH DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH SUREN (Toona sureni Merr) ANDY RISASMOKO
PENGARUH KADAR AIR AWAL, WADAH DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH SUREN (Toona sureni Merr) ANDY RISASMOKO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN
Lebih terperinciUlfah J. Siregar Irdika Mansur
Ulfah J. Siregar Irdika Mansur Pendahuluan Kebanyakan areal pertambangan berada pada kawasan hutan konservasi Pada proses penambangan terbuka: -hutan dihilangkan, kemudian -top soil beserta bebatuan lapisan
Lebih terperinciPengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,
PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena
Lebih terperinciJMHT Vol. XV, (3): , Desember 2009 Artikel Ilmiah ISSN:
Evaluasi Pertumbuhan dan Keragaman Genetik Tanaman Gunung (Dipterocarpus retusus blume.) dan (Dipterocarpus hasseltii blume.) Berdasarkan Penanda RAPD Growth and Genetic Variation Evaluation of Mountain
Lebih terperinciUlangan ANALISIS SIDIK RAGAM Sumber variasi db jk kt F hitung
Lampiran 1. Analisis Tinggi Tanaman Data Tinggi Tanaman Minggu ke-14 Ulangan 1 2 3 Jumlah Purata M1 114,40 107,30 109,40 331,10 110,37 M2 110,90 106,60 108,50 326,00 108,67 M3 113,40 108,60 109,20 331,20
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis merupakan sektor yang paling penting di hampir semua negara berkembang. Sektor pertanian ternyata dapat
Lebih terperinciMUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN
MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN Oom Komalasari dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Mutu fisiologis jagung berpengaruh terhadap vigor awal tanaman dan
Lebih terperinciGENETIC VARIABILITY and HERITABILITY 20 GENOTYPE of HIGH YIELD CHILLI (Capsicum annuum L.) IPB COLLECTION
GENETIC VARIABILITY and HERITABILITY 0 GENOTYPE of HIGH YIELD CHILLI (Capsicum annuum L.) IPB COLLECTION VARIABILITAS GENETIK dan HERITABILITAS 0 GENOTIPE TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) UNGGUL KOLEKSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pangan yang berasal dari biji, contohnya yaitu padi. Dalam Al-Qur'an telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biji merupakan sumber makanan yang penting bagi hewan dan manusia. Diantara divisi Angiospermae, family Poaceae paling banyak menghasilkan pangan yang berasal dari
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS JATI PADA PERTANAMAN UJI KETURUNAN DI PERUM PERHUTANI KPH NGAWI DAN KPH CEPU
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016 p-issn: 2540-752x e-issn: 2528-5726 PENINGKATAN KUALITAS JATI PADA PERTANAMAN
Lebih terperinciKAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI
1 KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) Ferdi Asdriawan A.P (20110210016) Prodi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Penelitian
Lebih terperinciTri Pamungkas Yudohartono
KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN JABON DARI PROVENAN SUMBAWA PADA TINGKAT SEMAI DAN SETELAH PENANAMAN Growth Characteristic of Jabon from Sumbawa Provenance at Nursery and After Planting Balai Besar Penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Februari 2012 sampai dengan Maret 2012. B. Alat dan Bahan Bahan-bahan
Lebih terperinci(Glycine max (L. ) Merr. )
PENGARUH VIGOR AWAL BENIH DAN PERLAKUAN "PRIMING" TERHADAP VIABILITAS, PRODUKSI DAN MUTU BENIH KEDELAI (Glycine max (L. ) Merr. ) Oleh Siti Munifah A 29.1252 JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN E'AKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap
44 PEMBAHASAN Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap Pengamatan pertumbuhan vegetatif di kebun uji Sei Dadap meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds (pelepah), panjang rachis,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum
26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor yang berada pada ketinggian 216 m di atas permukaan laut, 06.55 LS dan 106.72 BT pada
Lebih terperinciPENGARUH WADAH, RUANG DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH KILEMO (Litsea cubeba Persoon L.)
PENGARUH WADAH, RUANG DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH KILEMO (Litsea cubeba Persoon L.) Oleh : Eliya Suita Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor interaksi antara konsentrasi kolkhisin 0%, 0,05%, 0,10%, 0,15% dan lama perendaman kolkhisin 0 jam, 24 jam,
Lebih terperinciPENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU
PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU (Fragraea fragarans ROXB) 1) Oleh : Agus Sofyan 2) dan Imam Muslimin 2) ABSTRAK Tembesu (Fragraea fragrans ROXB) merupakan jenis
Lebih terperinciPengaruh Media Simpan, Ruang Simpan, dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Rhizophora stylosa Griff.
JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA 82 Cecep Kusmana et al. Vol. 3 No. 1 Agustus 211, Hal. 82 87 ISSN: 286-8227 J. Silvikultur Tropika Pengaruh Media Simpan, Ruang Simpan, dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Sifat Pertumbuhan dan Taksiran Repeatability Penelitian tentang klon JUN hasil perkembangbiakan vegetatif ini dilakukan untuk mendapatkan performa pertumbuhan serta
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Posisi Biji pada Tongkol terhadap Viabilitas Biji Jagung (Zea
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Posisi Biji pada Tongkol terhadap Viabilitas Biji Jagung (Zea mays L.) Berdasarkan hasil analisa varian (ANAVA) 5% tiga jalur menunjukkan bahwa posisi biji pada
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
18 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Respon Umur Tanaman Pada Cekaman Kekeringan Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor pembatas yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. (turunan) dari persilangan intraspesifik RRIM 600 x PN 1546 di Balai Penelitian
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan tanaman F1 hasil okulasi (turunan) dari persilangan intraspesifik RRIM 600 x PN 1546 di Balai Penelitian Sungei Putih-Pusat
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman di lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan Darmaga Bogor. Kebun percobaan memiliki topografi datar dengan curah hujan rata-rata sama dengan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa sebagai penjabaran dari Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kayu dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat tersebut bila tidak diimbangi dengan usaha penanaman kembali maka degradasi
Lebih terperinciPENYIAPAN BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN BERKUALITAS 1
PENYIAPAN BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN BERKUALITAS 1 Arif Irawan 2, Budi Leksono 3 dan Mahfudz 4 2,4 Balai Penelitian kehutanan Manado, Jl. Raya Adipura Kel. Kima Atas, Kec. Mapanget Manado, E-mail : arif_net23@yahoo.com
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Lokasi penelitian mempunyai topografi lahan datar dengan tekstur tanah yang remah dengan jenis tanah inseptisol. Pohon aren yang terseleksi untuk sampel
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kayu merupakan produk biologi yang serba guna dan telah lama dikenal
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan produk biologi yang serba guna dan telah lama dikenal dan dimanfaatkan, baik untuk alat rumah tangga, senjata maupun sebagai bahan bangunan. Sebagai bahan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PERTUMBUHAN SEMAI BINUANG ASAL PROVENAN PASAMAN SUMATERA BARAT [G
KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN SEMAI BINUANG ASAL PROVENAN PASAMAN SUMATERA BARAT [Growth characteristic of Binuang seedlings from Pasaman Provenance West Sumatra] Tri Pamungkas Yudohartono * dan Rizki Ary
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciVI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41
VI. UBI KAYU 6.1. Perbaikan Genetik Sejatinya komoditas ubi kayu memiliki peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Pada level harga ubi kayu Rp750/kg, maka dengan produksi 25,5 juta ton (tahun
Lebih terperinciSugeng Pudjiono Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
VARIASI GENETIK PERTUMBUHAN SEMAI ACACIA MANGIUM DARI 10 FAMILI TERBAIK SETIAP SUB GALUR PADA 4 KEBUN BENIH SEMAI GENERASI KEDUA (Genetic variation of seedling growth of Acacia mangium from the best 10
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENGHAMBATAN EKSTRAK DAGING BIJI PICUNG (Pangium edule Reinw.) TERHADAP PERTUMBUHAN Rhizoctonia sp. SECARA IN VITRO AHMAD ASRORI
EFEKTIVITAS PENGHAMBATAN EKSTRAK DAGING BIJI PICUNG (Pangium edule Reinw.) TERHADAP PERTUMBUHAN Rhizoctonia sp. SECARA IN VITRO AHMAD ASRORI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciOleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT
PERBANDINGAN SEMAI EMPAT PROVENANS Shores Gysbertsiana BURCK DI PERSEMAIAN (Growth Comparison of Four Provenances of Shorea gysbertsiana Burck in Nursery) Oleh/By : Balai Besar Penelitian Dipterokarpa
Lebih terperinci