PEMODELAN DENSITAS PLASMA HIDROGEN PADA KESETIMBANGAN TERMODINAMIK TEKANAN ATMOSFER.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN DENSITAS PLASMA HIDROGEN PADA KESETIMBANGAN TERMODINAMIK TEKANAN ATMOSFER."

Transkripsi

1 PEMODELAN DENSITAS PLASMA HIDROGEN PADA KESETIMBANGAN TERMODINAMIK TEKANAN ATMOSFER HENDRA YOHANES 1, SAKTIOTO 2, DEFRIANTO 2 hendrayohanes80@yahoo.com 1 Mahasiswa Program S1 Fisika FMIPA-UR 2 Dosen Jurusan Fisika FMIPA-UR Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia ABSTRACT The equilibrium densities of hydrogen species have been determined by a computational modeling. The thermodynamic equilibrium process is required to expose plasma on a sample at a stable and controlled condition. Hydrogen species densities have been modeled based on the time-dependent continuity equation and a modified Arrhenius equation. These equations are used to integrate the density change over the time. This simulation is designed to find the equilibrium hydrogen species densities and reaction rates, both among the thermal hydrogen species and among the non-thermal hydrogen species, at a constant atmospheric pressure and low temperature. For the thermal hydrogen plasma, the equilibrium density of electron,, H,, H, and H - are obtained from the numerical calculation is ; ; ; ; ; and m -3, respectively. And, for the non-thermal hydrogen plasma, the equilibrium density of electron,, H,, and H are acquired from the numerical simulation is ; ; ; ; and m -3, respectively. From the reaction rate gained, it can be inferred that the dominant process of electron in thermal hydrogen is the recombination, where its density decreases in order to reach the equilibrium. Meanwhile, the dominant process for electron in nonthermal hydrogen is the ionization, where its density increases in order to reach the equilibrium. From this modeling, the relationship between equilibrium electron densities in hydrogen plasmas and the required time to reach equilibrium was found. Keywords : Hydrogen Plasma, Atmospheric Pressure Plasma, Equilibrium Electron Density, Reaction Rate, Chemical Kinetic Model PENDAHULUAN Plasma merupakan kumpulan gas yang terionisasi dan dikenal juga sebagai wujud materi yang ke empat, selain padat, cair, dan gas. Berdasarkan tekanan operasinya, teknologi berbasis plasma umumnya dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni plasma 1

2 tekanan rendah dan plasma tekanan atmosfer. Aplikasi plasma tekanan atmosfer yang tengah dikembangkan pada tahun-tahun terakhir ini adalah aplikasi plasma temperatur rendah di bidang kesehatan. Aplikasi biomedis plasma tekanan atmosfer umumnya dikelompokkan menjadi modifikasi permukaan biomaterial, dekontaminasi biologis, dan terapi dengan plasma (Weltmann et al., 2008). Salah satu contoh plasma termal tekanan atmosfer yang telah berhasil diaplikasikan adalah Koagulator Plasma Argon (APC), yakni untuk menghentikan pendarahan atau hemostasis, teknik pengangkatan tumor (Heinlin et al., 2010), dan sebagai teknik pembedahan (Canady et al., 2006). Selain plasma termal, plasma nontermal mulai diteliti dan dikembangkan dalam aplikasi biomedis. Sifat plasma nontermal memungkinkan plasma untuk berinteraksi dengan jaringan organik, biomaterial polimer sintetik, dan material anorganik dengan tubuh manusia secara aman (Lee et al., 2011). Contoh-contoh aplikasi biomedis plasma tekanan atmosfer lainnya adalah dekontaminasi (Ehlbeck et al., 2011), koagulasi darah (Kalghatgi et al., 2007), dan penyembuhan luka (Lloyd et al., 2010). Di bidang biomedis, para peneliti sedang mengembangkan terapi penyembuhan luka dengan plasma, yang membutuhkan unsur-unsur yang reaktif dan tetap aman dalam interaksi dengan jaringan organik tubuh yang terluka (Morfill et al., 2009; Laroussi, 2009). Hidrogen merupakan unsur yang memiliki reaktivitas yang tinggi. Pada tahun 2007, dilaporkan bahwa telah berhasil dikembangkan peralatan pembangkit plasma tekanan atmosfer yang dapat menghasilkan ion H, untuk menetralkan radikal bebas OH di udara dalam ruangan dan aman bagi manusia (Nojima et al., 2007). Reaktivitas hidrogen menjadi alasan utama untuk melibatkan hidrogen dalam pengembangan teknologi plasma medis. Densitas hidrogen setimbang yang hendak dipaparkan pada sampel merupakan permasalahan yang belum terselesaikan. Maka untuk mencoba menyelesaikan masalah ini, penulis ingin menentukan densitas plasma hidrogen yang dibutuhkan dengan pemodelan menggunakan perangkat lunak komputasi. Dengan memperoleh densitas hidrogen, para peneliti dapat menghitung jumlah energi panas yang diperlukan untuk berinteraksi dengan sampel perlakuan plasma secara aman. Selain itu, jumlah energi sumber yang dibutuhkan dalam pengoperasian alat pembangkit plasma dapat diperkirakan. Lebih jauh lagi, dengan memperoleh densitas hidrogen pada kesetimbangan termodinamik, pengoperasian alat pembangkit plasma dapat lebih dioptimalkan. Karena, dapat mencegah terjadinya pengotoran atau percampuran plasma hidrogen dengan gas-gas lain di udara, sehingga pengoperasian plasma terkendali dengan baik sesuai dengan kebutuhan. Sistem plasma hidrogen terdiri dari beberapa spesies dengan densitas awal pada temperatur tertentu, seperti elektron,, H, ion H,, dan H -. Sesuai dengan Teori Kinetik Gas Ideal, spesies-spesies plasma hidrogen ini saling bertumbukan satu sama lain terus menerus, hingga mencapai keadaan kesetimbangan dimana densitas spesies sebelum dan sesudah tumbukan tetap sama. METODE PENELITIAN Untuk menggambarkan model kinetik kimia, diterapkan persamaan kontinuitas untuk tiap spesies, yakni : 2

3 n n v = S (1) t dimana n merupakan densitas, v adalah kecepatan bergantung posisi, dan S adalah sumber partikel per satuan volume, per satuan waktu. Suku difusif n v pada persamaan (1) dapat diabaikan (Yu et al., 2001). Oleh karena itu, persamaan (1) menjadi nol dimensi dan hanya bergantung pada waktu, seperti yang ditunjukkan oleh persamaan berikut ini : n = S (2) t Persamaan (2) menunjukkan bahwa perubahan densitas sepenuhnya bergantung kepada suku sumber S. Tinjau suatu proses reaksi setimbang yang diwakili oleh persamaan berikut ini (Ismail et al., 2011). aa bb cc dd (3) Sedangkan, laju reaksi maju diberikan oleh : R f = k f A a B b (4) dan laju reaksi balik diberikan oleh : R r = k r C c D d (5) dimana A, B, C dan D adalah spesies yang terlibat dalam reaksi dan simbol [ ] menunjukkan densitas spesies. Sedangkan, a, b, c, dan d adalah jumlah molekul dari tiap pereaksi dan hasil reaksi yang terlibat. Konstanta laju reaksi maju disimbolkan oleh k f (forward reaction rate) dan konstanta laju reaksi balik disimbolkan oleh k r (reverse reaction rate). Formulasi Arrhenius digunakan untuk menggambarkan konstanta laju reaksi (k) sebagai fungsi terhadap temperatur (T). Persamaan Arrhenius modifikasi didefinisikan untuk memperjelas kebergantungan faktor pra-eksponensial pada suhu. Persamaan Arrhenius modifikasi dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut (Saktioto, 2000). k = α T β exp - γ T (6) dimana : k = konstanta laju reaksi dalam satuan m 3 s -1. α = konstanta yang tidak bergantung kepada suhu. T = temperatur mutlak ketika reaksi terjadi (Kelvin). β = bilangan pangkat tak bersatuan. γ = konstanta yang setara dengan E A /R. Ketiga konstanta α, β, dan γ dalam persamaan (6) disebut sebagai parameter Arrhenius, yang nilainya bergantung kepada hasil eksperimen. Sumber total spesies untuk setiap reaksi dapat dihitung menurut persamaan berikut ini : S = M r - N f R f - R r (7) dimana M r dan N f berturut-turut adalah jumlah molekul spesies hasil reaksi dan pereaksi. Tinjau kembali persamaan gas ideal (Krall dan Trivelpiece, 1973), seperti yang dinyatakan oleh persamaan berikut. p = n. k B. T (8) Dengan asumsi temperatur spesies dan tekanan dalam sistem plasma konstan, maka persamaan gas ideal dapat didiferensialkan secara parsial terhadap waktu menjadi : 3

4 d p = k d t B T d n = 0 (9) d t Dengan mengabaikan k B sebagai konstanta Boltzmann dan menggabungkan persamaan (9) dan (7), maka dapat diperoleh solusi sebagai berikut. d n = M d t r - N f R f - R r = 0 (10) Pada saat nilai persamaan (10) mencapai nilai mendekati atau sama dengan nol, maka kesetimbangan densitas telah tercapai. Penelitian ini dikerjakan dengan metode pemodelan komputasi menggunakan perangkat lunak Matrix Laboratory (MATLAB). Di dalam penelitian ini, dikumpulkan nilai parameter Arrhenius untuk reaksi-reaksi spesies hidrogen dari berbagai referensi. Daftar nilai parameter Arrhenius yang digunakan dalam pemodelan komputasi ini dimuat dalam Tabel 1 untuk plasma hidrogen termal dan Tabel 2 untuk plasma hidrogen nontermal. Tabel 1. Reaksi Spesies Hidrogen Termal No Reaksi (m 3 s -1 ) (K) Referensi 1 H e - H e - e - 1, , Al-Mamun et al -1 H e - e - H e - 7, ,5 0 Rhodes-Keefer 2 H H 6, , Westley -2 H H 6, , Westley 3 H H H H 4, , Cohen-Westberg -3 H H H H 8, Cohen-Westberg 4 H H 1, Cohen-Westberg -4 H H 2, ,6 0 Baulch et al 5 e - H H e - 1, , Kimura-Kasugai -5 Data reaksi balik tidak tersedia 6 e - 6, ,5 0 Al-Mamun et al -6 Data reaksi balik tidak tersedia 7 H e - H 6, ,5 0 Al-Mamun et al -7 Data reaksi balik tidak tersedia 8 H e - H 1, ,5 0 Tanaka -8 Data reaksi balik tidak tersedia 9 H H e - H H 1, ,5 0 Al-Mamun et al -9 H H H H e - 6, , Tanaka 10 e - e - e - 9, , Al-Mamun et al -10 Data reaksi balik tidak tersedia 11 H - H e - 7, McCay-Dexter -11 Data reaksi balik tidak tersedia 12 H H - H H 1, ,5 0 McCay-Dexter -12 Data reaksi balik tidak tersedia Tabel 2. Reaksi Spesies Hidrogen Nontermal No Reaksi (m 3 s -1 ) (K) Referensi 1 H e - H e - e - 1, , Watanabe et al 4

5 -1 Data reaksi balik tidak tersedia 2 H H 6, , Westley -2 H H 6, , Westley 3 H H H, , Watanabe et al -3 H H H H 8, Cohen-Westberg 4 H H 2, , Watanabe et al -4 H H 2, ,6 0 Baulch et al 5 e - H H e - 2, , Watanabe et al -5 Data reaksi balik tidak tersedia 6 e - 6, ,5 0 Tanaka -6 Data reaksi balik tidak tersedia 7 H e - H 6, ,5 0 Tanaka -7 Data reaksi balik tidak tersedia 8 H e - H 1, ,5 0 Tanaka -8 Data reaksi balik tidak tersedia 9 H H e - H H 1, ,5 0 Tanaka -9 Data reaksi balik tidak tersedia 10 e - e - e - 3, Kimura-Kasugai -10 Data reaksi balik tidak tersedia 11 e - H H 3, Kimura-Kasugai -11 Data reaksi balik tidak tersedia 12 e - H H e - 1, Kimura-Kasugai -12 Data reaksi balik tidak tersedia HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan plasma hidrogen termal ini melibatkan 6 spesies. Nilai masukan yang digunakan untuk spesies termal, disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Daftar Nilai Input Pemodelan Plasma Hidrogen Termal Parameter Spesies elektron H H Densitas (m -3 ) , Temperatur awal (ev) 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Waktu integrasi (s) 1, H - Sedangkan, Pemodelan plasma hidrogen nontermal yang dikerjakan melibatkan 5 spesies. Nilai input yang digunakan untuk spesies nontermal, disajikan dalam Tabel 4. 5

6 Densitas log n (m - 3) Densitas log n (m - 3) Tabel 4. Daftar Nilai Input Pemodelan Plasma Hidrogen Nontermal Parameter Spesies elektron H H Densitas (m -3 ) , Temperatur awal (ev) 1 0,032 0,032 0,032 0,032 Waktu integrasi (s) 1, Dengan mengolah data masukan seperti yang tercantum dalam Tabel 1, 2, 3, dan 4, pemodelan ini berhasil memperoleh densitas spesies hidrogen pada kesetimbangan termodinamik tekanan atmosfer. Nilai densitas spesies yang diperoleh ditampilkan dalam Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Densitas Hidrogen Pada Kesetimbangan Termodinamik (m -3 ) Spesies Densitas Spesies Termal Densitas Spesies Nontermal elektron 9, , , , H 9, , H 4, , , , H - 5, Tidak ditinjau Pemodelan ini juga mem-plot grafik perubahan densitas tiap spesies hidrogen termal untuk mencapai kesetimbangan termodinamik, seperti yang disajikan dalam Gambar 1(a). Sedangkan, untuk spesies hidrogen nontermal disajikan pada Gambar 1(b). Dari Gambar 1 yang diperoleh dengan pemodelan ini, terlihat bahwa spesies yang mengalami perubahan densitas yang paling signifikan adalah elektron. Pada plasma hidrogen termal, kesetimbangan densitas elektron dicapai pada nilai yang cukup rendah, yakni dalam orde m -3. Sedangkan, pada plasma hidrogen nontermal, kesetimbangan densitas elektron dicapai pada nilai yang cukup tinggi, yakni dalam orde m Perubahan Densitas Spesies Hidrogen Termal 25.5 Perubahan Densitas Spesies Hidrogen Nontermal elektron H H Waktu (nanosekon) (a) (b) H elektron H H Waktu (nanosekon) Gambar 1. Perubahan Densitas Spesies Plasma Hidrogen 6

7 Densitas log n (m - 3) Densitas log n (m - 3) Pada Gambar 2(a), disajikan densitas tiap spesies plasma hidrogen termal pada kesetimbangan termodinamik tekanan atmosfer dan untuk spesies hidrogen nontermal pada Gambar 2(b). Dari pemodelan ini, dapat disimpulkan bahwa plasma hidrogen termal akan mengalami kesetimbangan termodinamik tekanan atmosfer pada rentang waktu nanosekon. Sebagai bahan perbandingan, Keller et al melaporkan durasi plasma argon termal sekitar ns. Hal ini tidak menentang kenyataan fisis bahwa nomor massa atom hidrogen lebih kecil dibandingkan dengan argon, sehingga lebih cepat mencapai kesetimbangan termodinamik. Sedangkan, pemodelan plasma hidrogen nontermal mendapati bahwa kesetimbangan termodinamik tekanan atmosfer akan berlangsung pada rentang waktu nanosekon Densitas Spesies Hidrogen Nontermal pada Kesetimbangan Termodinamik (1 atm) elektron H H H elektron H H (a) Waktu (sekon) x 10-7 (b) Waktu (sekon) x 10-8 Gambar 2. Kesetimbangan Densitas Spesies Hidrogen Pemodelan yang dirancang juga berhasil menghitung nilai laju reaksi antar spesies plasma hidrogen. Daftar tumbukan beserta nilai laju tumbukan yang diperoleh untuk spesies hidrogen termal, dicantumkan dalam Tabel 6. Setiap reaksi bernomor positif merupakan reaksi maju, sedangkan reaksi bernomor negatif merupakan reaksi balik. Laju tumbukan terbesar ditunjukkan oleh reaksi 2 dan -2, yakni 6, m -3 s -1. Sementara itu, laju tumbukan terkecil dicapai oleh ionisasi (reaksi 1), yakni 9, m -3 s -1. Umumnya, laju ionisasi plasma hidrogen termal lebih rendah dibandingkan dengan laju rekombinasi (reaksi 1 dan 9). Sedangkan, laju asosiasi lebih tinggi dibandingkan dengan laju disosiasi (reaksi 3 dan 4). Tabel 6. Daftar Reaksi dan Laju Reaksi Plasma Hidrogen Termal No. Reaksi Laju Reaksi (m -3 s -1 ) Jenis Reaksi 1 H e - H e - e - 9, Ionisasi imbas elektron -1 H e - e - H e - 1, Rekombinasi tiga badan 2 H H 6, hamburan elastik -2 H H 6, hamburan elastik 3 H H H H 4, Disosiasi -3 H H H H 6, Asosiasi 4 H H 9, Disosiasi 7

8 -4 H H 1, Asosiasi 5 e - H H e - 3, Disosiasi -5 Data reaksi balik tidak tersedia 6 H 2 e - 1, Rekombinasi tiga badan -6 Data reaksi balik tidak tersedia 7 H e - H 1, Rekombinasi tiga badan -7 Data reaksi balik tidak tersedia 8 H H 2 e - H 7, Rekombinasi tiga badan -8 Data reaksi balik tidak tersedia 9 H H e - H H 8, Rekombinasi tiga badan -9 H H H H e - 1, Ionisasi 10 e - H 2 e - e - 1, Ionisasi imbas elektron -10 Data reaksi balik tidak tersedia 11 H - H e - 3, Associative detachment -11 Data reaksi balik tidak tersedia 12 H H - H H 7, Netralisasi mutual -12 Data reaksi balik tidak tersedia Sedangkan, daftar reaksi dan nilai laju reaksi spesies hidrogen nontermal dicantumkan dalam Tabel 7. Nilai laju reaksi yang terbesar ditunjukkan oleh reaksi 1, yakni 2, m -3 s -1. Sementara itu, laju tumbukan terkecil dicapai oleh reaksi 3, yakni 8, m -3 s -1. Pada reaksi 3 dan 4, laju asosiasi lebih tinggi daripada laju disosiasi. Karena keterbatasan yang data referensi yang ada, pemodelan ini tidak menggunakan nilai parameter Arrhenius untuk satu reaksi ionisasi dan rekombinasi yang lengkap. Berdasarkan data input yang ada, diperoleh nilai laju reaksi untuk ionisasi dan rekombinasi yang berbeda-beda dan tidak dianggap sebagai satu reaksi dapat balik (reversible reaction). Tabel 7. Daftar Reaksi dan Laju Reaksi Plasma Hidrogen Nontermal No Reaksi Laju Reaksi (m -3 s -1 ) Jenis Reaksi 1 H e - H e - e - 2, Ionisasi imbas elektron -1 Data reaksi balik tidak tersedia 2 H H 1, Hamburan elastik -2 H H 1, Hamburan elastik 3 H H H H 8, Disosiasi -3 H H H H 1, Asosiasi 4 H H 1, Disosiasi -4 H H 2, Asosiasi 5 e - H H e - 1, Disosiasi -5 Data reaksi balik tidak tersedia 6 e - 5, Rekombinasi tiga badan -6 Data reaksi balik tidak tersedia 7 H e - H 3, Rekombinasi tiga badan -7 Data reaksi balik tidak tersedia 8

9 Densitas Elektron log n (m-3) Densitas Elektron log n (m-3) 8 H e - H 9, Rekombinasi tiga badan -8 Data reaksi balik tidak tersedia 9 H H e - H H 8, Rekombinasi tiga badan -9 Data reaksi balik tidak tersedia 10 e - e - e - 7, Ionisasi molekuler -10 Data reaksi balik tidak tersedia 11 e - H H 3, Ionisasi -11 Data reaksi balik tidak tersedia Dengan memvariasikan waktu integrasi, pemodelan ini dapat memperoleh berbagai nilai densitas elektron pada kesetimbangan tekanan atmosfer. Hasil yang diperoleh ditampilkan pada Gambar 3(a) untuk elektron pada hidrogen termal dan pada Gambar 3(b) untuk elektron pada hidrogen nontermal. Pada plasma hidrogen termal, densitas elektron pada kesetimbangan cenderung menurun secara signifikan terhadap pertambahan waktu, yakni dalam orde ~ 10 8 pada rentang waktu dari sampai s. Sedangkan, elektron pada plasma hidrogen nontermal mengalami peningkatan densitas pada kesetimbangan, namun tidak terlalu signifikan, yakni ~ 10 1 pada rentang waktu yang sama (a) Waktu Integrasi (s) (b) Waktu Integrasi (s) Gambar 3. Densitas Elektron Plasma Hidrogen pada Berbagai Waktu Integrasi KESIMPULAN Melalui pemodelan ini, penulis dapat menentukan nilai densitas masing-masing spesies hidrogen termal dan nontermal pada kesetimbangan termodinamik tekanan atmosfer. Dari hasil pemodelan, dapat disimpulkan bahwa nilai densitas elektron dalam plasma hidrogen termal jauh lebih rendah daripada spesies lainnya pada kesetimbangan. Sedangkan, untuk plasma hidrogen nontermal, nilai densitas elektron tidak berbeda 9

10 terlalu jauh dengan densitas spesies lainnya pada kesetimbangan termodinamik, yakni maksimum dalam rasio orde Pada plasma hidrogen termal, tiga nilai laju reaksi yang terbesar berturut-turut adalah hamburan elastik (reaksi 2), rekombinasi (reaksi -1), dan netralisasi mutual (reaksi 12). Hal ini mengimplikasikan elektron plasma hidrogen termal lebih banyak berekombinasi, sehingga densitasnya menurun dalam proses untuk mencapai kesetimbangan, seperti yang ditunjukkan spesies elektron pada Gambar 1(a). Sedangkan, pada plasma hidrogen nontermal, tiga nilai laju reaksi yang terbesar berturut-turut adalah ionisasi (reaksi 1), disosiasi (reaksi 5), dan hamburan elastik (reaksi 2). Hal ini mengimplikasikan elektron plasma hidrogen termal lebih banyak berionisasi, sehingga densitasnya meningkat dalam proses untuk mencapai kesetimbangan, seperti yang ditunjukkan spesies elektron pada Gambar 1(b). Pemodelan plasma hidrogen termal yang dikerjakan berhasil memperoleh waktu yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan densitas adalah 259 nanosekon. Sedangkan, untuk plasma hidrogen nontermal dibutuhkan waktu 38 nanosekon. Dari pemodelan ini, juga dapat disimpulkan bahwa densitas elektron pada kesetimbangan termodinamik untuk plasma hidrogen termal menurun seiring meningkatnya waktu untuk mencapai kesetimbangan, sesuai dengan Gambar 3(a). Sedangkan, pada plasma hidrogen nontermal berlaku hal sebaliknya, yakni densitas elektron pada kesetimbangan meningkat seiring meningkatnya waktu untuk mencapai kesetimbangan, sesuai dengan Gambar 3(b). DAFTAR PUSTAKA Al-Mamun, S.A., Tanaka, Y., Uesugi, Y. (2010). Two-Temperature Two-Dimensional Non Chemical Equilibrium Modeling of Ar CO 2 Induction Thermal Plasmas at Atmospheric Pressure. Plasma Chemistry and Plasma Processing 30, Baulch, D.L., Bowman, C.T., Cobos, C.J., Cox, R.A., Just, Th., Kerr, J.A., Warnatz, J. (2005). Evaluated Kinetic Data for Combustion Modeling: Supplement II. Journal of Physical and Chemical Reference Data 34 (3), Canady, J., Wiley, K., Ravo, B. (2006). Argon Plasma Coagulation and the Future Applications for Dual-Mode Endoscopic Probes. Reviews In Gastroenterological Disorders 6 (1), Cohen, N. and Westberg, K. (1983). Chemical Kinetic Data Sheets for High Temperature Chemical Reactions. Journal of Physical and Chemical Reference Data 12 (3), Ehlbeck, J., Schnabel, U., Polak, M., Winter, J., Woedtke, T.V., Brandenburg, R.,, Weltmann, K.D. (2011). Low Temperature Atmospheric Pressure Plasma Sources for Microbial Decontamination. Journal of Physics D : Applied Physics 44 (1), Heinlin, J., Morfill, G., Landthaler, M., Stolz, W., Isbary, G., Zimmermann, J.L., Karrer, S. (2010). Plasma Medicine: Possible Applications In Dermatology. Journal der Deutschen Dermatologischen Gesellschaft 8 (12), Ismail, F.D., Saktioto, T., Fadhali, M., Yupapin, P.P., Qindeel, R, Ali, J. (2011). Thermodynamic Equilibrium of Nitrogen Species Discharge: Comparison with Global Model. Optik - International Journal for Light and Electron Optics 122 (5),

11 Kalghatgi, S.U., Fridman, G., Cooper, M., Nagaraj, G., Peddinghaus, M., Balasubramanian, M., Friedman, G. (2007). Mechanism of Blood Coagulation by Nonthermal Atmospheric Pressure Dielectric Barrier Discharge Plasma. IEEE Transactions on Plasma Science 35 (5), Kimurai, T. and Kasugai H. (2010). Properties of inductively coupled rf Ar/ plasmas: Experiment and global model. Journal of Applied Physics 107 (8), Krall, A.N. and Trivelpiece, A.W. (1973). Principles of Plasma Physics. New York: McGraw- Hill, Inc. Laroussi, Mounir. (2009). Low-Temperature Plasmas for Medicine? IEEE Transactions On Plasma Science 37 (6), Lee, J.K., Kim, M.S., Byun, J.H., Kim, K.T., Kim, G.C., Park, G.Y. (2011). Biomedical Applications of Low Temperature Atmospheric Pressure Plasmas to Cancerous Cell Treatment and Tooth Bleaching. Japanese Journal of Applied Physics 50, 08JF01. Lloyd, G., Friedman, G., Jafri, S., Schultz, G., Fridman, A., Harding, K. (2010). Gas Plasma: Medical Uses and Developments in Wound Care. Plasma Processes and Polymers 7, McCay, T.D. and Dexter, C.E. (1987). Chemical Kinetic Performance Losses for a Hydrogen Laser Thermal Thruster. J. Spacecraft 24 (4). Morfill, G.E., Shimizu, T., Steffes, B., Schmidt, H.U. (2009). Nosocomial infections a new approach towards preventive medicine using plasmas. New Journal of Physics 11, Nojima, H., Park, R.E., Kwon, J.H., Suh, I., Jeon, J., Ha, E., Takiyama, K. (2007). Novel Atmospheric Pressure Plasma Device Releasing Atomic Hydrogen: Reduction Of Microbial-Contaminants And OH Radicals in The Air. Journal of Physics D : Applied Physics 40, Rhodes, R. and Keefer, D. (1993). Non-Equilibrium Modeling Of Hydrogen Arcjet Thrusters. International Electric Propulsion Conference (IEPC) , 3, Saktioto. (2000). Studies of Atmospheric Pressure Plasma Sources (Thesis). University of Manchester, Manchester. Tanaka, Y. (2009). Thermally and chemically non-equilibrium modelling of Ar-N 2 - inductively coupled plasmas at reduced pressure. Thin Solid Films 518 (3), Watanabe, T., Atsuchi, N., Shigeta, M. (2006). Two-Temperature Chemically Non-Equilibrium Modeling of Argon Induction Plasmas with Diatomic Gas. International Journal of Heat and Mass Transfer 49, Weltmann, K.D., Woedtke, T.V., Brandenburg, R., Ehlbeck, J. (2008). Biomedical Applications of Atmospheric Pressure Plasma. Chemicke Listy 102, s1450 s1451. Westley, Francis. (1980). Table of Recommended Rate Constants for Chemical Reactions occurring in Combustion. Washington D.C. : United States National Standard Reference Data Series-National Bureau of Standards. Yu, L., Pierrot, L., Laux, C.O., Kruger, C.H. (2001). Effects of Vibrational Nonequilibrium on The Chemistry of Two-Temperature Nitrogen Plasmas. Plasma Chemistry and Plasma Processing 21 (4),

PENENTUAN DENSITAS PLASMA ION KARBON PADA TEKANAN ATMOSFIR UNTUK MENCAPAI KESETIMBANGAN TERMODINAMIK Dadhe Riawan*, Saktioto, Zulkarnain

PENENTUAN DENSITAS PLASMA ION KARBON PADA TEKANAN ATMOSFIR UNTUK MENCAPAI KESETIMBANGAN TERMODINAMIK Dadhe Riawan*, Saktioto, Zulkarnain PENENTUAN DENSITAS PLASMA ION KARBON PADA TEKANAN ATMOSFIR UNTUK MENCAPAI KESETIMBANGAN TERMODINAMIK Dadhe Riawan*, Saktioto, Zulkarnain Mahasiswa Program S-1 Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Ionisasi Gas Butana pada Metode Pelepasan Listrik Tegangan Searah dengan Ketidakmurnian Udara Tekanan Tinggi, Plasma Termal

Ionisasi Gas Butana pada Metode Pelepasan Listrik Tegangan Searah dengan Ketidakmurnian Udara Tekanan Tinggi, Plasma Termal Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia http://ejournal.unri.ac.id./index.php/jkfi Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. http://www.kfi.-fmipa.unri.ac.id Edisi April 217. p-issn.1412-296.; e-2579-521x

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari KIMIA FISIKA I TC20062 Dr. Ifa Puspasari TEORI KINETIK GAS (1) Dr. Ifa Puspasari Apa itu Teori Kinetik? Teori kinetik menjelaskan tentang perilaku gas yang didasarkan pada pendapat bahwa gas terdiri dari

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi reaksi kimia reversible dan irreversible..

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan

SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan ABSTRAK SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Aliran panas pada pelat

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI Kimia Fisik Pangan

KINETIKA REAKSI Kimia Fisik Pangan KINETIKA REAKSI Kimia Fisik Pangan Ahmad Zaki Mubarok Materi: ahmadzaki.lecture.ub.ac.id Bahan pangan merupakan sistem yang sangat reaktif. Reaksi kimia dapat terjadi secara terusmenerus antar komponen

Lebih terperinci

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam sistem pada kesetimbangan Uap mengembun dengan laju

Lebih terperinci

KINETIKA & LAJU REAKSI

KINETIKA & LAJU REAKSI KINETIKA & LAJU REAKSI 1 KINETIKA & LAJU REAKSI Tim Teaching MK Stabilitas Obat Jurusan Farmasi FKIK UNSOED 2013 2 Pendahuluan Seorang farmasis harus mengetahui profil suatu obat. Sifat fisika-kimia, stabilitas.

Lebih terperinci

Bab 10 Kinetika Kimia

Bab 10 Kinetika Kimia D e p a r t e m e n K i m i a F M I P A I P B Bab 0 Kinetika Kimia http://chem.fmipa.ipb.ac.id Ikhtisar 2 3 Laju Reaksi Teori dalam Kinetika Kimia 4 Mekanisme Reaksi 5 46 Faktor Penentu Laju Reaksi Enzim

Lebih terperinci

Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan

Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan KINETIKA Pendahuluan Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan Namun persamaan reaksi tidak dapat menjawab :. Seberapa cepat reaksi berlangsung 2. Bagaimana

Lebih terperinci

KIMIA DASAR JOKO SEDYONO TEKNIK MESIN UMS 2015

KIMIA DASAR JOKO SEDYONO TEKNIK MESIN UMS 2015 1 KIMIA DASAR JOKO SEDYONO TEKNIK MESIN UMS 2015 2 Kimia Dasar Lecturer : Joko Sedyono Phone : 08232 798 6060 Email : Joko.Sedyono@ums.ac.id References : 1. Change, Raymond, 2004, Kimia Dasar, Edisi III,

Lebih terperinci

PENENTUAN STOPPING POWER DAN INELASTIC MEAN FREE PATH ELEKTRON DARI POLIETILEN PADA ENERGI 200 ev 50 kev

PENENTUAN STOPPING POWER DAN INELASTIC MEAN FREE PATH ELEKTRON DARI POLIETILEN PADA ENERGI 200 ev 50 kev PENENTUAN STOPPING POWER DAN INELASTIC MEAN FREE PATH ELEKTRON DARI POLIETILEN PADA ENERGI 00 ev 50 kev Nur Harmila Sari 1, Dahlang Tahir 1, Suarga 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

Chapter 6. Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display.

Chapter 6. Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Chapter 6 Gas Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Beberapa zat yang berwujud gas pada suhu 25 0 C dan tekanan 1 Atm 5.1 1 5.1 Sifat-sifat fisis yang

Lebih terperinci

BAB 9. KINETIKA KIMIA

BAB 9. KINETIKA KIMIA BAB 9 BAB 9. KINETIKA KIMIA 9.1 TEORI TUMBUKAN DARI LAJU REAKSI 9.2 TEORI KEADAAN TRANSISI DARI LAJU REAKSI 9.3 HUKUM LAJU REAKSI 9.4 FAKTOR-FAKTOR LAJU REAKSI 9.5 MEKANISME REAKSI 9.6 ENZIM SEBAGAI KATALIS

Lebih terperinci

WUJUD ZAT (GAS) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil

WUJUD ZAT (GAS) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil WUJUD ZAT (GAS) SP-Pertemuan 2 Gas : Jarak antar partikel jauh > ukuran partikel Sifat Gas Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil Laju-nya selalu berubah-ubah karena adanya tumbukan dengan wadah

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Zat dan Kalor

Xpedia Fisika. Soal Zat dan Kalor Xpedia Fisika Soal Zat dan Kalor Doc. Name: XPPHY0399 Version: 2013-04 halaman 1 01. Jika 400 g air pada suhu 40 C dicampur dengan 100 g air pada 30 C, suhu akhir adalah... (A) 13 C (B) 26 C (C) 36 C (D)

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 15) Temperatur Skala Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor dan Energi Internal Kalor Jenis Transfer Kalor Termodinamika Temperatur? Sifat Termometrik?

Lebih terperinci

KINETIKA & LAJU REAKSI

KINETIKA & LAJU REAKSI 1 KINETIKA & LAJU REAKSI Tim Teaching MK Stabilitas Obat Jurusan Farmasi FKIK UNSOED 2013 2 Pendahuluan Seorang farmasis harus mengetahui profil suatu obat. Sifat fisika-kimia, stabilitas. Sifat tersebut

Lebih terperinci

Particle Density (Rapat Jenis Partikel) Massa dari sebuah atom atau molekul biasanya dinyatakan dalam atomic mass unit (u) atau massa unit atom

Particle Density (Rapat Jenis Partikel) Massa dari sebuah atom atau molekul biasanya dinyatakan dalam atomic mass unit (u) atau massa unit atom BAB- 8 G A S Particle Density (Rapat Jenis Partikel) Massa dari sebuah atom atau molekul biasanya dinyatakan dalam atomic mass unit (u) atau massa unit atom konversi untuk 1 u adalah : 1u 19392637x10 12

Lebih terperinci

FISIKA THERMAL II Ekspansi termal dari benda padat dan cair

FISIKA THERMAL II Ekspansi termal dari benda padat dan cair FISIKA THERMAL II 1 Ekspansi termal dari benda padat dan cair Fenomena terjadinya peningkatan volume dari suatu materi karena peningkatan temperatur disebut dengan ekspansi termal. 1 Ekspansi termal adalah

Lebih terperinci

Fisika Panas 2 SKS. Adhi Harmoko S

Fisika Panas 2 SKS. Adhi Harmoko S Fisika Panas SKS Adhi Harmoko S Balon dicelupkan ke Nitrogen Cair Balon dicelupkan ke Nitrogen Cair Bagaimana fenomena ini dapat diterangkan? Apa yang terjadi dengan molekul-molekul gas di dalam balon?

Lebih terperinci

c. Suhu atau Temperatur

c. Suhu atau Temperatur Pada laju reaksi terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain bergantung pada jenis zat yang beraksi laju reaksi dipengaruhi oleh : a. Konsentrasi Pereaksi Pada umumnya jika konsentrasi

Lebih terperinci

VI. Teori Kinetika Gas

VI. Teori Kinetika Gas VI. Teori Kinetika Gas 6.1. Pendahuluan dan Asumsi Dasar Subyek termodinamika berkaitan dengan kesimpulan yang dapat ditarik dari hukum-hukum eksperimen tertentu, dan memanfaatkan kesimpulan ini untuk

Lebih terperinci

Bahasan: Mempelajari kecepatan/laju reaksi suatu proses/perubahan kimia. reaksi berlangsung mekanisme reaksi

Bahasan: Mempelajari kecepatan/laju reaksi suatu proses/perubahan kimia. reaksi berlangsung mekanisme reaksi Mempelajari kecepatan/laju reaksi suatu proses/perubahan kimia. Kinetika juga mempelajari bagaimana reaksi berlangsung mekanisme reaksi Referensi: Brown et.al; Chemistry, The Central Science, 11th edition

Lebih terperinci

Bab VIII Teori Kinetik Gas

Bab VIII Teori Kinetik Gas Bab VIII Teori Kinetik Gas Sumber : Internet : www.nonemigas.com. Balon udara yang diisi dengan gas massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis udara mengakibatkan balon udara mengapung. 249 Peta Konsep

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA. Suprihatin, Ambarita R.

KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA. Suprihatin, Ambarita R. KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA Suprihatin, Ambarita R. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur Jl. Raya Rungkut Madya

Lebih terperinci

GAS. Sifat-sifat gas

GAS. Sifat-sifat gas GAS Sifat-sifat gas Volume dan bentuk sesuai dengan wadahnya. Mudah dimampatkan. Bercampur dengan segera dan merata. Kerapatannya lebih rendah dibandingkan dengan cairan dan padatan. Sebagian tidak berwarna.

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

Soal Teori Kinetik Gas

Soal Teori Kinetik Gas Soal Teori Kinetik Gas Tahun Ajaran 203-204 FISIKA KELAS XI November, 203 Oleh Ayu Surya Agustin Soal Teori Kinetik Gas Tahun Ajaran 203-204 A. SOAL PILIHAN GANDA Pilihlah salah satu jawaban yang paling

Lebih terperinci

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Komponen Materi Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Pengamatan ke Arah Pandangan Atomik Materi Konservasi Massa Komposisi Tetap Perbandingan Berganda Teori Atom Dalton Bagaimana Teori Dalton Menjelaskan Hukum

Lebih terperinci

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan

Lebih terperinci

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Vincensius Gunawan.S.K Laboratorium Fisika Zat Padat, Jurusan Fisika, Universitas

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

Fisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA SOAL KIMIA KELAS : XI IPA PETUNJUK UMUM. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja. Kerjakanlah soal anda pada lembar jawaban

Lebih terperinci

Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display.

Gas. Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Bab 5 Gas Copyright The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display. Beberapa zat yang berwujud gas pada suhu 25 0 C dan tekanan 1At Atm 5.1 5.1 Sifat-sifat fisis yang khas

Lebih terperinci

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung? Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Chapter 8 Kinetika Kimia Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Lebih terperinci

Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi

Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi JURNAL FOURIER Oktober 2013, Vol. 2, No. 2, 113-123 ISSN 2252-763X Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi Annisa Eki Mulyati dan Sugiyanto Program Studi Matematika Fakultas

Lebih terperinci

Pilihan ganda soal dan jawaban teori kinetik gas 20 butir. 5 uraian soal dan jawaban teori kinetik gas.

Pilihan ganda soal dan jawaban teori kinetik gas 20 butir. 5 uraian soal dan jawaban teori kinetik gas. Pilihan ganda soal dan jawaban teori kinetik gas 20 butir. 5 uraian soal dan jawaban teori kinetik gas. A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Partikel-partikel gas ideal memiliki sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB V PERHITUNGAN KIMIA

BAB V PERHITUNGAN KIMIA BAB V PERHITUNGAN KIMIA KOMPETENSI DASAR 2.3 : Menerapkan hukum Gay Lussac dan hukum Avogadro serta konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia (stoikiometri ) Indikator : 1. Siswa dapat menghitung

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5 ml 2. Konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI Kimia Fisik Pangan

KINETIKA REAKSI Kimia Fisik Pangan KINETIKA REAKSI Kimia Fisik Pangan Ahmad Zaki Mubarok Materi: ahmadzaki.lecture.ub.ac.id Bahan pangan merupakan sistem yang sangat reaktif. Reaksi kimia dapat terjadi secara terusmenerus antar komponen

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS HALLEYNA WIDYASARI halleynawidyasari@gmail.com Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H2SO4 0.05 M dibutuhkan larutan H2SO4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal eori Kinetik Gas eori Kinetik Gas adalah konsep yang mempelajari sifat-sifat gas berdasarkan kelakuan partikel/molekul penyusun gas yang bergerak acak. Setiap benda, baik cairan, padatan, maupun gas tersusun

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pembangkit Plasma Lucutan Pijar Korona dengan Sistem Pengapian Mobil Termodifikasi untuk Pereduksian CO X.

Rancang Bangun Sistem Pembangkit Plasma Lucutan Pijar Korona dengan Sistem Pengapian Mobil Termodifikasi untuk Pereduksian CO X. Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 7, No. 2, April 2004, hal 63-69 Rancang Bangun Sistem Pembangkit Plasma Lucutan Pijar Korona dengan Sistem Pengapian Mobil Termodifikasi untuk Pereduksian CO X. Sumariyah

Lebih terperinci

Pertemuan ke 7 BAB V: GAS

Pertemuan ke 7 BAB V: GAS Pertemuan ke 7 BAB V: GAS Zat-Zat yang Berwujud Gas Di dalam atmosfir normal terdapat sebanyak 11 unsur dalam bentuk gas dan beberapa senyawa di atmosfir juga ditemukan dalam wujud gas. Sifat fisik gas

Lebih terperinci

Laporan Kimia Fisik KI-3141

Laporan Kimia Fisik KI-3141 Laporan Kimia Fisik KI-3141 PERCOBAAN M-2 PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 2 Tanggal Percobaan : 2 November 2012 Tanggal Laporan : 9 November

Lebih terperinci

PENENTUAN STRUKTUR COBALT BERDASARKAN POLA DIFRAKSI ELEKTRON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB VERSI R2008b

PENENTUAN STRUKTUR COBALT BERDASARKAN POLA DIFRAKSI ELEKTRON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB VERSI R2008b PENENTUAN STRUKTUR COBALT BERDASARKAN POLA DIFRAKSI ELEKTRON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB VERSI R2008b Ilismini, Erwin, T. Emrinaldi E-mail: ilismini@gmail.com Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Kalor dan Hukum Termodinamika

Kalor dan Hukum Termodinamika Kalor dan Hukum Termodinamika 1 Sensor suhu dengan menggunakan tangan tidak akurat 2 A. SUHU / TEMPERATUR Suhu benda menunjukkan derajat panas suatu Benda. Suhu suatu benda juga merupakan berapa besarnya

Lebih terperinci

G A S _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

G A S _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA G A S _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA Elemen Berwujud Gas pada 25 0 C dan 1 atm Karakteristik Fisika dari Gas Gas diasumsikan

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL Bagian I

FISIKA TERMAL Bagian I FISIKA TERMAL Bagian I Temperatur Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur adalah termometer.

Lebih terperinci

MODUL LAJU REAKSI. Laju reaksi _ 2013 Page 1

MODUL LAJU REAKSI. Laju reaksi _ 2013 Page 1 MODUL LAJU REAKSI Standar Kompetensi ( SK ) : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Kompetensi

Lebih terperinci

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka waktu reaksi berlangsung pada suhu 90 o C Susu dipasteurisasi

Lebih terperinci

Teori Kinetik & Interpretasi molekular dari Suhu. FI-1101: Teori Kinetik Gas, Hal 1

Teori Kinetik & Interpretasi molekular dari Suhu. FI-1101: Teori Kinetik Gas, Hal 1 FI-1101: Kuliah 13 TEORI KINETIK GAS Teori Kinetik Gas Suhu Mutlak Hukum Boyle-Gay y Lussac Gas Ideal Teori Kinetik & Interpretasi molekular dari Suhu FI-1101: Teori Kinetik Gas, Hal 1 FISIKA TERMAL Cabang

Lebih terperinci

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR Rino Martino 1 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya

Lebih terperinci

TELAAH JEJAK REAKSI KOMPLEKS ISOMERISASI EUGENOL *)

TELAAH JEJAK REAKSI KOMPLEKS ISOMERISASI EUGENOL *) 1 TELAAH JEJAK REAKSI KOMPLEKS ISOMERISASI EUGENOL *) Oleh: Asep Kadarohman (Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Bandung) Hardjono Sastrohamidjojo (Kimia FMIPA UGM) M. Muchalal (Kimia FMIPA UGM) Abstrak Cis-isoeugenol,

Lebih terperinci

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g)

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g) Purwanti Widhy H Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia tercapai jika: Laju reaksi maju dan laju reaksi balik sama besar

Lebih terperinci

PERUBAHAN KUAT MEDAN MAGNET SEBAGAI FUNGSI JUMLAH LILITAN PADA KUMPARAN HELMHOLTZ

PERUBAHAN KUAT MEDAN MAGNET SEBAGAI FUNGSI JUMLAH LILITAN PADA KUMPARAN HELMHOLTZ Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. Edisi April 2016. ISSN.1412-2960 PERUBAHAN KUAT MEDAN MAGNET SEBAGAI FUNGSI JUMLAH LILITAN PADA KUMPARAN HELMHOLTZ Salomo,

Lebih terperinci

PHYSICAL CHEMISTRY I

PHYSICAL CHEMISTRY I PHYSICAL CHEMISTRY I NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id 081556431053 / (0271) 821585 Law of 1. The Zero Law of 2. The First Law of 3. The Second Law of

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto MENU HARI INI TEMPERATUR KALOR DAN ENERGI DALAM PERUBAHAN FASE Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat

Lebih terperinci

SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata kuliah : Kimia Kode : Kim 101/3(2-3) Deskripsi : Mata kuliah ini membahas konsep-konsep dasar kimia yang disampaikan secara sederhana, meliputi pengertian

Lebih terperinci

PENENTUAN RUGI-RUGI KELENGKUNGAN FIBER OPTIK MODE TUNGGAL SECARA KOMPUTASI

PENENTUAN RUGI-RUGI KELENGKUNGAN FIBER OPTIK MODE TUNGGAL SECARA KOMPUTASI Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fiska FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. Edisi Oktober 2016. ISSN.1412-2960 PENENTUAN RUGI-RUGI KELENGKUNGAN FIBER OPTIK MODE TUNGGAL SECARA KOMPUTASI Saktioto,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebagaimana yang telah dipaparkan pada latar belakang, material nano seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting katalis yang berfungsi sebagai

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Mata Kuliah : Ilmu Dasar Sains Kode Mata Kuliah : TSP-101 SKS : 4 SKS Durasi Pertemuan : 200 Menit Pertemuan ke : 1 A. Kompetensi: a. Umum : Mahasiswa dapat menganalisis

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI SUHU DAN PENGUKURAN SUHU Untuk mempelajari KONSEP SUHU dan hukum ke-nol termodinamika, Kita perlu mendefinisikan pengertian sistem,

Lebih terperinci

H? H 2 O? 9/23/2015 KIMIA TEKNIK KIMIA TEKNIK KIMIA TEKNIK. Teori Atom. Pengertian : Unsur? Senyawa? Teori Atom. Teori Atom

H? H 2 O? 9/23/2015 KIMIA TEKNIK KIMIA TEKNIK KIMIA TEKNIK. Teori Atom. Pengertian : Unsur? Senyawa? Teori Atom. Teori Atom Pengertian : Unsur? Senyawa? H? H 2 O? Materi adalah segala benda yang mempunyai massa dan volume Ada 3 bentuk materi liquids Pengertian : Unsur = bentuk paling sederhana dari substansi murni Senyawa =

Lebih terperinci

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG Jurnal LOG!K@, Jilid 6, No. 1, 2016, Hal. 11-22 ISSN 1978 8568 SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG Afo Rakaiwa dan Suma inna Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL.

STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL. No. Urut : 108 / S2-TL / RPL / 1998 STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL Testis Magister Okb: ANTUN HIDAYAT

Lebih terperinci

TEMPERATUR. Air dingin. Air hangat. Fisdas1_Temperatur, Sabar Nurohman, M.Pd

TEMPERATUR. Air dingin. Air hangat. Fisdas1_Temperatur, Sabar Nurohman, M.Pd TEMPERATUR A. TEMPERATUR; Sebuah Kuantitas Makroskopis Secara kualitatif, temperatur dari sebuah objek (benda) dapat diketahui dengan merasakan sensasii panas atau dinginnya benda tersebut pada saat disentuh.

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. Tujuan 1. Menentukan berat molekul senyawa CHCl 3 dan zat unknown X berdasarkan pengukuran massa jenis gas secara eksperimen

Lebih terperinci

PENENTUAN PARAMETER KISI KRISTAL HEXAGONAL BERDASARKAN POLA DIFRAKSI SINAR-X SECARA KOMPUTASI. M. Misnawati 1, Erwin 2, Salomo 3

PENENTUAN PARAMETER KISI KRISTAL HEXAGONAL BERDASARKAN POLA DIFRAKSI SINAR-X SECARA KOMPUTASI. M. Misnawati 1, Erwin 2, Salomo 3 PENENTUAN PARAMETER KISI KRISTAL HEXAGONAL BERDASARKAN POLA DIFRAKSI SINAR-X SECARA KOMPUTASI M. Misnawati, Erwin, Salomo Mahasiswa Porgram Studi S Fisika Bidang Karakterisasi Material Jurusan Fisika Bidang

Lebih terperinci

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA Pendahuluan Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan koefisien seimbang Namun persamaan reaksi tidak dapat menjawab 3

Lebih terperinci

MODEL LOGISTIK DENGAN DIFUSI PADA PERTUMBUHAN SEL TUMOR EHRLICH ASCITIES. Hendi Nirwansah 1 dan Widowati 2

MODEL LOGISTIK DENGAN DIFUSI PADA PERTUMBUHAN SEL TUMOR EHRLICH ASCITIES. Hendi Nirwansah 1 dan Widowati 2 MODEL LOGISTIK DEGA DIFUSI PADA PERTUMBUHA SEL TUMOR EHRLICH ASCITIES Hendi irwansah 1 dan Widowati 1, Jurusan Matematika FMIPA Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH Tembalang Semarang 5075

Lebih terperinci

10/31/2013 Rahmayeni

10/31/2013 Rahmayeni Potensial Reduksi Energi bebas dapat dinyatakan dalam bentuk perbedaan potensial. Cara ini dapat digunakan dlm memperkirakan reaksi redoks Setengah reaksi redoks: 2H + (l) + 2e - H 2(g) Zn (s) Zn 2+ (l)

Lebih terperinci

Fugasitas. Oleh : Samuel Edo Pratama

Fugasitas. Oleh : Samuel Edo Pratama Fugasitas Oleh : Samuel Edo Pratama - 1106070741 Pengertian Dalam termodinamika, fugasitas dari gas nyata adalah nilai dari tekanan efektif yang menggantukan nilai tekanan mekanis sebenarnya dalam perhitungan

Lebih terperinci

Kinetika Kimia. Abdul Wahid Surhim

Kinetika Kimia. Abdul Wahid Surhim Kinetika Kimia bdul Wahid Surhim 2014 Kerangka Pembelajaran Laju Reaksi Hukum Laju dan Orde Reaksi Hukum Laju Terintegrasi untuk Reaksi Orde Pertama Setengah Reaksi Orde Pertama Reaksi Orde Kedua Laju

Lebih terperinci

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB VI 1. Padatan NH 4 NO 3 diaduk hingga larut selama 77 detik dalam akuades 100 ml sesuai persamaan reaksi berikut: NH 4 NO 2 (s) + H 2 O (l) NH

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem merupakan sekumpulan obyek yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. A b d u l W a h i d S u r h i m

Kesetimbangan Kimia. A b d u l W a h i d S u r h i m Kesetimbangan Kimia A b d u l W a h i d S u r h i m 2 0 1 4 Rujukan Chapter 12 dan 14: Masterton, William L. and Hurley, Cecile N. 2009. Chemistry: Principles and Reactions. Sixth Edition. Books/Cole.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN TAMPANG LINTANG DIFERENSIAL HAMBURAN ELASTIK ELEKTRON-ARGON PADA 10,4 EV DENGAN ANALISIS GELOMBANG PARSIAL

PERHITUNGAN TAMPANG LINTANG DIFERENSIAL HAMBURAN ELASTIK ELEKTRON-ARGON PADA 10,4 EV DENGAN ANALISIS GELOMBANG PARSIAL PERHITUNGAN TAMPANG LINTANG DIFERENSIAL HAMBURAN ELASTIK ELEKTRON-ARGON PADA 10,4 EV DENGAN ANALISIS GELOMBANG PARSIAL Paken Pandiangan (1), Suhartono (2), dan A. Arkundato (3) ( (1) PMIPA FKIP Universitas

Lebih terperinci

PENUMBUHAN FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR

PENUMBUHAN FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR PENUMBUHAN FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR Penumbuhan film tipis semikonduktor di atas substrat dapat dilakukan secara epitaksi. Dalam bahasa yunani epi berarti di atas dan taksial berarti menyusun dengan kata

Lebih terperinci

Pokok Bahasan. Teori tentang asam, basa dan garam Kesetimbangan asam-basa Skala ph Sörensen (Sörensen ph scale) Konstanta keasaman

Pokok Bahasan. Teori tentang asam, basa dan garam Kesetimbangan asam-basa Skala ph Sörensen (Sörensen ph scale) Konstanta keasaman Kesetimbangan Ionik Pokok Bahasan Teori tentang asam, basa dan garam Kesetimbangan asam-basa Skala ph Sörensen (Sörensen ph scale) Konstanta keasaman Teori tentang asam dan basa Arrhenius: Asam: zat yg

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi

Lebih terperinci

Menentukan Distribusi Temperatur dengan Menggunakan Metode Crank Nicholson

Menentukan Distribusi Temperatur dengan Menggunakan Metode Crank Nicholson Jurnal Penelitian Sains Volume 13 Nomer 2(B) 13204 Menentukan Distribusi Temperatur dengan Menggunakan Metode Crank Nicholson Siti Sailah Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan,

Lebih terperinci

TEKNIK ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

TEKNIK ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT TEKNIK ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Koko Saputra 1, Supriadi Putra 2, Zulkarnain 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal TKG ( Teori Kinetik Gas )

Xpedia Fisika. Soal TKG ( Teori Kinetik Gas ) Xpedia Fisika Soal TKG ( Teori Kinetik Gas ) Doc Name : XPFIS0604 Version : 06-05 halaman 0. Yang bukan merupakan sifat-sifat gas ideal adalah... terdiri dari partikel yang memiliki energi kinetik energinya

Lebih terperinci

Pengembangan Model Matematika Kinetika Reaksi Torefaksi Sampah. Amrul1,a*, Amrizal1,b

Pengembangan Model Matematika Kinetika Reaksi Torefaksi Sampah. Amrul1,a*, Amrizal1,b Banjarmasin, 7-8 Oktober 5 Pengembangan Model Matematika Kinetika Reaksi Torefaksi Sampah Amrul,a*, Amrizal,b Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung Jl. Sumantri Brojonegoro No., Bandar

Lebih terperinci

BAB 14 TEORI KINETIK GAS

BAB 14 TEORI KINETIK GAS BAB 14 TEORI KINETIK GAS HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC P 1 V 1 T 1 P 2 V 2 PERSAMAAN UMUM GAS IDEAL P. V n. R. T Atau P. V N. k. T Keterangan: P tekanan gas (Pa). V volume (m 3 ). n mol gas. R tetapan umum gas

Lebih terperinci

sifat-sifat gas ideal Hukum tentang gas 3. Menerapkan konsep termodinamika dalam mesin kalor

sifat-sifat gas ideal Hukum tentang gas 3. Menerapkan konsep termodinamika dalam mesin kalor teori kinetik gas mempelajari sifat makroskopis dan sifat mikroskopis gas. TEORI KINETIK GAS sifat-sifat gas ideal 1. terdiri atas molekul-molekul yang sangat banyak dan jarak pisah antar molekul lebih

Lebih terperinci

3. Teori Kinetika Gas

3. Teori Kinetika Gas 3. Teori Kinetika Gas - Partikel gas dan interaksi - Model molekular gas ideal - Energi dalam - Persamaan keadaan gas - Kecepatan partikel (rms, rata-rata, modus) 3.1. Partikel Gas dan Interaksi Padat

Lebih terperinci

MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami konsep kesetimbangan kimia dan mampu menyelesaikan soal/masalah yang berhubungan dengan reaksi kesetimbangan. 2. Materi

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3)

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3) eori Kinetik Gas Pengertian Gas Ideal Istilah gas ideal digunakan menyederhanakan permasalahan tentang gas. Karena partikel-partikel gas dapat bergerak sangat bebas dan dapat mengisi seluruh ruangan yang

Lebih terperinci

Purwanti Widhy H, M.Pd. Laju Reaksi

Purwanti Widhy H, M.Pd. Laju Reaksi Purwanti Widhy H, M.Pd Laju Reaksi SK, KD dan Indikator Kemolaran Konsep Laju Reaksi Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Evaluasi Referensi Selesai Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar & Indikator

Lebih terperinci

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam Elektron Bebas Beberapa teori tentang panas jenis zat padat yang telah dibahas dapat dengan baik menjelaskan sifat-sfat panas jenis zat padat yang tergolong non logam, akan tetapi untuk golongan logam

Lebih terperinci

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Nur Rima Samarotul Janah, Harsono Hadi dan Nur Laila Hamidah Departemen Teknik Fisika,

Lebih terperinci

I. Pendahuluan II. Agen Penitrasi

I. Pendahuluan II. Agen Penitrasi I. Pendahuluan Nitrasi merupakan reaksi terbentuknya senyawa nitro atau masuknya gugus nitro (-NO2) dalam suatu senyawa. Pada reaksi nitrasi, gugus nitro dapat berikatan dengan atom yang berbeda dan bisa

Lebih terperinci

Abdul Wahid Surhim 2014

Abdul Wahid Surhim 2014 Abdul Wahid Surhim 2014 Kerangka Pembelajaran Persamaan Kimia Pola Reaktivitas Kimia Berat Atom dan Molekul Mol Rumus Empirik dari Analisis Informasi Kuantitatif dari Persamaan yang Disetarakan Membatasi

Lebih terperinci

TEMPERATUR. dihubungkan oleh

TEMPERATUR. dihubungkan oleh 49 50 o F. Temperatur pada skala Fahrenheit dan Celcius TEMPERATUR 1. Teori atom zat mendalilkan bahwa semua zat terdiri dari kesatuan kecil yang disebut atom, yang biasanya berdiameter 10-10 m.. Massa

Lebih terperinci