PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 15 TAHUN 2013 T e n t a n g : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN AGAM TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 15 TAHUN 2013 T e n t a n g : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN AGAM TAHUN 2014"

Transkripsi

1 PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 5 TAHUN 203 T e n t a n g : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN AGAM TAHUN 204

2 PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 5 TAHUN 203 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH ( RKPD ) TAHUN 204 LUBUK BASUNG 203

3 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 5 TAHUN 203 TANGGAL 30 MEI 203 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH ( RKPD ) TAHUN 204

4 BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 5 TAHUN 203 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 204 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, Menimbang Mengingat : : a. bahwa dalam rangka mengimplementasikan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 200 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, maka berkaitan dengan proses penyelenggaraan perencanaan di daerah, Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) sebagai rencana tahunan daerah; b. bahwa Rencana Kerja Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, merupakan suatu dokumen perencanaan yang menjadi pedoman oleh setiap stakeholder dalam penyelenggaraan pembangunan daerah Kabupaten Agam Tahun 204; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Agam Tahun 204 perlu ditetapkan dengan Peraturan Bupati Agam.. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 956 Nomor 25); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 385); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 999 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 200 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 450);

5 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 5. Undang-Undang Nomor Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 04, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 442); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 0. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 20 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4594); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 200 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200 Nomor 00, Tambahan Lembaran Negara Nomor 424); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pelaporan Keuangan dan Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 464);

6 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 487); 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 20; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 200 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun ( Lembaran Daerah Kabupaten Agam Tahun 2005 Nomor ); 20. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 8 Tahun 20 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Agam Tahun ( Lembaran Daerah Kabupaten Agam Tahun 20 Nomor 8). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 204 Pasal Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Agam Tahun 204 merupakan dokumen Perencanaan Daerah untuk periode (satu) tahun yaitu Tahun 204, yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya. Pasal 2 Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Agam Tahun 204 sebagaimana dimaksud Pasal 2 merupakan acuan bagi: a. Seluruh stakeholder pembangunan dalam penyelenggaraan pembangunan daerah termasuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 204; b. Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);dan c. Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Agam Tahun 204.

7 Pasal 3 Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Agam Tahun 204 sebagaimana tercantum pada Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal 4 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Agam. BERITA DAERAH KABUPATEN AGAM TAHUN 203 NOMOR 0

8

9 Ditetapkan di Lubuk Basung pada tanggal Mei 203 BUPATI AGAM, Diundangkan di Lubuk Basung pada tanggal Mei 203 SEKRETARIS DAERAH, INDRA CATRI SYAFIRMAN, SH NIP

10 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR TABEL... iii BAB I. PENDAHULUAN..... Latar Belakang Landasan Hukum Hubungan Antar Dokumen Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Sistematika Penulisan... 5 BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN RKPD DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN TAHUN Gambaran Umum Kondisi Daerah Aspek Geografis Letak Geografis dan Batas Administrasi Daerah Potensi Pengembangan Wilayah Potensi Bencana Alam Aspek Demografi Pemerintah Daerah Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Fokus Kesejahteraan Masyarakat Aspek Pelayanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib Fokus Layanan Urusan Pilihan Aspek Daya Saing Daerah Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Fokus Fasilitas Wilayah Infrastruktur Fokus Iklim Berinvestasi Fokus Sumber Daya Manusia Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun 202 dan Realisasi RPJMD BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN Arah dan Kebijakan Ekonomi Daerah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan Ekonomi Tantangan Yang Dihadapi Arah Kebijakan Keuangan Daerah Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Arah Kebijakan Belanja Daerah Arah Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah i

11 BAB IV. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Agam Tahun Sasaran Prioritas Pembangunan Tahun BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah Tahun BAB VI. PENUTUP ii

12 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan Bangsa Indonesia sampai dengan saat ini merupakan usaha untuk merubah kondisi bangsa dari keterbelakangan ke arah yang lebih maju. Untuk mempercepat perubahan ke arah yang diinginkan maka diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan dari segenap bangsa Indonesia. Dimana Pembangunan itu sendiri merupakan proses multidimensi yang mencakup pembahanperubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap rakyat dan lembaga-lembaga nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan (inequality) dan pemberantasan kemiskinan absolut (Michael Todaro, 977). Dalam melaksanakan pembangunan melibatkan berbagai komponen bangsa dalam mencapai tujuan bernegara sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 945 dan berdasarkan Pancasila. Sistem perencanaan pembangunan Nasional adalah kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksankan oleh seluruh bahwa penyelenggaraan negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Agam Tahun 204 merupakan penjabaran tahun keempat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) RKPD ini berisikan rancangan kerangka ekonomi makro daerah dan kerangka pendanaan, sasaran pembangunan daerah, rencana program serta kegiatan perioritas daerah Tahun 204. Penyusunan RKPD dilaksanakan dengan menyelaraskan arah kebijakan, prioritas dan sasaran pembangunan daerah dengan arah kebijakan, prioritas dan sasaran pembangunan Provinsi Sumatera Barat Tahun 204 serta memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Republik Indonesia padatahun 204. Proses penyusunan RKPD dimulai dengan penyaringan aspirasi masyarakat dan pemangku kepentingan ( stakeholders ) secara formal diformulasikan melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RKPD Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Penyusunan RKPD tahun 204 juga memperhatikan situasi dan kondisi terakhir daerah, permasalahan yang berkembang saat ini, maka prioritas-prioritas pembangunan Tahun 204 memfokuskan pada penyelesaian terhadap permasalahan yang mendesak dan berdampak luas terhadap peningkatan perekonomian masyarakat, peningkatan sumberdaya manusia melalui pendidikan dan kesehatan, pelaksanaan pemerintahan yang baik, peningkatan dan perbaikan infrastruktur serta penangulanagan bencana an pelestarian lingkungan hidup yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. RKPD Kabupaten Agam Tahun 204 disusun dengan mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 200 tentang PelaksanaanPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

13 . Persiapan penyusunan RKPD. Pada tahap persiapan ini serangkaian aktivitas yang dilakukan meliputi: a. Penyusunan rancangan keputusan kepala daerah tentang pembentukan tim penyusun RKPD; b. Orientasi mengenai RKPD oleh tim penyusun RKPD; c. Penyusunan agenda kerja tim penyusun RKPD; d. Penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah. 2. Perumusan rancangan awal RKPD kabupaten dilakukan melalui serangkaian kegiatan berikut: a) Pengolahan data dan informasi; b) Analisis gambaran umum kondisi daerah; c) Analisis ekonomi dan keuangan daerah; d) Evaluasi kinerja tahun lalu; e) Penelaahan terhadap kebijakan pemerintah nasional dan provinsi; f) Penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD Kabupaten Agam; g) Perumusan permasalahan pembangunan daerah; h) Perumusan rancangan kerangka ekonomi dan Kebijakan Keuangan daerah; i) Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah beserta pagu indikatif; j) Perumusan program prioritas beserta pagu indikatif; k) Penyelarasan rencana program prioritas daerah beserta pagu indikatif; 3. Penyusunan rancangan RKPD. Penyusunan rancangan RKPD merupakan proses penyempurnaan rancangan awal RKPD menjadi rancangan RKPD berdasarkan hasil verifikasi Renja SKPD. Verifikasi sebagaimana dimaksud, adalah mengintegrasikan program, kegiatan, indikator kinerja dan dana indikatif pada setiap rancangan Renja SKPD sesuai dengan rencana program prioritas pada rancangan awal RKPD. 4. Pelaksanaan musrenbang RKPD. Musrenbang RKPD dimulai dari tingkat nagari, kecamatan dan kabupaten. Sebelum pelaksanaan musrenbang kabupaten terlebih dahulu dilaksanakan Forum SKPD. Proses dan tahapan pelaksanaan musrenbang dilaksanakan untuk penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan terhadap rancangan RKPD. Penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan sebagaimana dimaksud, mencakup: a) Program dan kegiatan prioritas pembangunan daerah kabupaten dengan arah kebijakan, prioritas dan sasaran pembangunan provinsi dan nasional serta usulan program dan kegiatan hasil musrenbang kecamatan.. b) Indikator dan target kinerja program dan kegiatan pembangunan kabupaten. c) Prioritas pembangunan daerah serta rencana kerja dan pendanaan. d) Sinergi antara RKPD Kabupaten Agam dengan RKPD Provinsi Sumatera Barat dan RKP. 5. Perumusan rancangan akhir RKPD. Berita acara hasil kesepakatan musrenbang RKPD dijadikan sebagai bahan penyusunan rancangan akhir RKPD. 6. Penetapan RKPD. RKPD ditetapkan dengan Peraturan Bupati setelah RKP dan RKPD Provinsi ditetapkan, hal ini diharapkan agar terjadi keselarasan antara perencanaan ditingkat pusat dengan daerah. 2

14 .2. Landasan Hukum Landasan hukum penyusunan ini adalah sebagai berikut;. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 04, Tambahan Lembaran Negara Nomor 442); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 08, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Nomor 487); 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 200 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah 8. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun ( Lembaran Daerah Tahun 2005 Nomor ). 9. Peraturan Bupati Agam Nomor 8 Tahun 20 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Agam Tahun (Berita Daerah Tahun 20 Nomor 8)..3. Hubungan antar Dokumen Ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah terdiri atas; RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD dan Renja SKPD. Dalam penyusunan Dokumen perencanaan daerah tersebut memenuhi prinsip-prinsip perencanaan pembangunan daerah meliputi; a. merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional; b. dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing; c. mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah 3

15 d. dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional. Terkait dengan penyusunan RKPD sebagai dokumen perencanaan daerah untuk (satu) tahun, yang merupakan penjabaran dari RPJMD. Dimana dalam penyusunannya RKPD tidak lepas dari sistem perencanaan nasional sebagaimana terlihat dalam bagan berikut ini: Gambar. : Bagan Alur Perencanaan Pembangunan Daerah.4 Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Sesuai dengan tata urut penyusunan dokumen perencanaan, maka penyusunan RKPD 204 dimaksudkan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan dalam jangka waktu satu tahun. RKPD ini selanjutnya sebagai pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan, Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dalam rangka penyusunan Rencana Anggaran dan Pendapatan Daerah (RAPBD) untuk tahun anggaran 204. Sedangkan dokumen RKPD bertujuan untuk menjabarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) dan Renstra SKPD dari masing-masing dinas dan instansi untuk satu tahun yaitu tahun 204 dengan mempertimbangkan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun lalu. Dengan cara demikian diharapkan akan dapat dijaga keterkaitan antara perencanaan penganggaran dan penyusunan anggaran sehingga terwujud Anggaran Berbasis sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang No. 7 Tahun 2003 dan Undang-undang No. 32 Tahun

16 .5. Sistematika penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Agam Tahun 204 disusun dengan Sistimatika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN. Latar Belakang.2 Landasan Hukum.3 Hubungan antar Dokumen.4 Maksud Dan Tujuan.5 Sistematika Penyusunan RKPD BAB II : EVALUASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TAHUN LALU 2. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan kegiatan RKPD Tahun 202 Dan Realisasi RPJMD 2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah BAB III : RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah BAB IV : PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 204 BAB V : RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 204 BAB V : PENUTUP 5

17 BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RKPD DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN TAHUN Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.. Aspek Geografi 2... Letak Geografis Dan Batas Administrasi Wilayah Kabupaten Agam terletak antara '34" '34" Lintang Selatan dan '39" '50" Bujur Timur, dengan luas 2.232,30 Km persegi, atau 5,29 persen dari luas Propinsi Sumatera Barat yang mencapai ,04 Km persegi. Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : berbatas dengan Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat : berbatas dengan Kabupaten 50 Kota : berbatas dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar : berbatas dengan Samudera Indonesia Berdasarkan ketinggian dari permukaan laut, Kabupaten Agam berada antara 2.03 meter dari permukaan laut, beriklim tropis dengan temperatur bervariasi minimal 25 0 C dan maksimal 30 0 C. Kecepatan angin minimum 4 Km/jam dan maksimum 20 Km/jam. Wilayah administrasi pemerintahan meliputi 6 Kecamatan dan 82 Nagari, serta 467 Jorong. Kemudian dalam wilayah tersebut terdapat dua buah pulau yaitu Pulau Tangah seluas Km² dan Pulau Ujung seluas Km², dua buah Gunung yaitu Gunung Marapi dengan ketinggian 2.89 meter dan Gunung Singgalang dengan ketinggian meter, satu buah danau yaitu Danau Maninjau seluas ha dan tiga sungai yaitu Batang Antokan, Batang Kalulutan dan Batang Agam serta mempunyai pantai sepanjang 43 Km. Gambar II. Peta Administrasi Kabupaten Agam 6

18 Luas wilayah Kabupaten Agam adalah ,30 Km 2 dengan perincian luas per Kecamatan adalah sebagai berikut: Tabel II. Luas Wilayah Administrasi Kecamatan di Kabupaten Agam No. Kecamatan Luas (Km 2 ) Persentase (%) Tanjung Mutiara Lubuk Basung Ampek Nagari Tanjung Raya Matur IV Koto Malalak Banuhampu Sungai Pua Ampek Angkek Canduang Baso Tilatang Kamang Kamang Magek Palembayan Palupuh Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Agam Kondisi topografi yang cukup bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relatif rendah, dengan ketinggian berkisar antara 0 sampai 2.89 meter dari permukaan laut. Menurut kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah Kabupaten Agam bervariasi antara 2 meter sampai.03 meter diatas permukaan laut. Adapun pengelompokan yang didasarkan atas ketinggian adalah sebagai berikut:. Ketinggian m dpl seluas 44,55% sebagian besar berada di wilayah Barat yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari dan sebagian Kecamatan Tanjung Raya. 2. Ketinggian m dpl seluas 43,49% berada pada wilayah Kecamatan Baso, Ampek Angkek, Canduang, Malalak, Tilatang Kamang, Palembayan, Palupuh, Banuhampu dan Sungai Pua. 3. Ketinggian lebih dari 000 m dpl seluas,96% meliputi sebagian Kecamatan IV Koto, Matur, Canduang dan Sungai Pua. 7

19 Grafik. II. Topografi Kabupaten Agam Kawasan sebelah Barat merupakan daerah yang datar sampai landai (0 8 %) mencapai luas ha, bagian tengah dan Timur merupakan daerah yang berombak dan berbukit sampai dengan lereng yang sangat terjal (> 45%) dengan luas kawasan ha. Kawasan dengan kemiringan yang sangat terjal (> 45%) berada pada jajaran Bukit Barisan dengan puncak Gunung Marapi dan Gunung Singgalang yang terletak di Selatan dan Tenggara Kabupaten Agam Potensi pengembangan wilayah Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya yaitu:. Pengembangan Hutan Produksi Kabupaten Agam memiliki potensi hutan produksi yang cukup luas dan tersebar di beberapa Kecamatan. Untuk rencana pengembangan kawasan peruntukan hutan produksi sampai dengan tahun 2030 adalah seluas ± Ha yang terdiri dari kawasan hutan produksi terbatas (HPT) seluas ± Ha, hutan produksi tetap (HP) seluas ±.430 Ha, dan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) seluas ± 7.20 Ha. Penetapan kawasan hutan produksi ditujukan untuk mewujudkan kawasan hutan produksi yang dapat memberikan manfaat : a. Mendorong peningkatan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya; b. Mampu meningkatkan fungsi lindung, menjaga keseimbangan tata air dan lingkungan, dan pelestarian kemampuan sumberdaya hutan; c. Mampu menjaga kawasan lindung terhadap pengembangan kawasan budidaya; d. Mampu meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan, meningkatkan pendapatan daerah, dan meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar hutan; e. Meningkatkan nilai tambah produksi hasil hutan dan industri pengolahannya, dan meningkatkan ekspor; atau f. Mendorong perkembangan usaha dan peran masyarakat sekitar hutan. 8

20 2. Pengembangan Kawasan Pertanian Pertanian Lahan Basah (pertanian tanaman pangan berkelanjutan); Program yang dikembangkan untuk pertanian lahan basah atau pertanian tanaman pangan berkelanjutan adalah : a. Penetapan deliniasi lahan sawah yang cadangkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. b. Menyusun program dan kegiatan dalam rangka mewujudkan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. c. Peningkatan pelayanan irigasi teknis/desa dengan jaminan pasokan air yang mencukupi. Perbaikan irigasi dilakukan secara terprogam dan sesuai prioritas dengan mengacu pada kondisi terakhir dari irigasi teknis/desa yang ada pada laporan kondisi irigasi terakhir. d. Peningkatan produksi pertanian sawah melalui intensifikasi lahan sehingga hasil panen dapat dicapai lebih dari 4,2 ton/ha, e. Untuk meningkatkan pendapatan petani perlu dikembangkan padi organik bersertifikat sehingga sebagian hasil panen dapat dijual dengan nilai ekonomi yang tinggi, f. Diperlukan berbagai insentif (keringanan pajak/retribusi dan subsidi) guna meningkatkan produktivitas lahan dan kinerja petani, g. Penguatan kelembagaan petani terkait dengan pengelolaan lahan dan air (irigasi), pengadaan sarana produksi, panen dan pengolahan pasca panen termasuk pemasaran. Pertanian Lahan Kering & Hortikultura; untuk mewujudkan rencana pola ruang pertanian lahan kering dan hortikultura diperlukan hal-hal berikut : a. Penetapan kawasan dan sentra pertanian lahan kering untuk Kabupaten Agam. b. Penetapan komoditas unggulan sesuai karakteristik sub kawasan. c. Pengembangan pertanian organik dalam upaya pengelolaan pertanian berkelanjutan serta upaya peningkatan pendapatan pertanian karena hasil panen dapat dijual dengan nilai ekonomi yang tinggi. d. Peningkatan produksi komoditas melalui intensifikasi lahan, ekstensifikasi dan optimasi lahan. e. Pembangunan prasarana dan sarana pertanian, seperti jalan produksi, peralatan budidaya dan teknologi pengolahan pasca panen. f. Penguatan kelembagaan petani terkait dengan pengelolaan lahan, penggunaan pupuk organik, pengangkutan, pengolahan dan pemasaran serta permodalan. g. Pembangunan infrastruktur kawasan agropolitan yang terdiri dari sub sistem: Subsistem Hulu (Up Stream): sarana produksi pertanian (industri pembibitan, agrokimia, agrootomotif) Subsistem Usaha tani (On Farm): produksi pertanian primer (budidaya) Subsistem Hilir (Down Stream): pengolahan hasil pertanian dan perdagangan. Subsistem Kelembagaan (Supporting Institution): perbankan, transportasi, penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah, penyuluhan dan konsultan, dll. 9

21 3. Pengembangan Kawasan Peternakan Pengembangan untuk kawasan peternakan adalah : a. Pengembangan sentra peternakan ternak besar (sapi) di Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, IV Nagari (Sapi Bali), Ampek Angkek, Baso, Canduang dan Tilatang Kamang (Simental, Brahman dan PO) dan Tanjung Raya dan Malalak (Brahman dan PO). Sebagai sentra peternakan ternak besar perlu dilengkapi dengan prasarana dan sarana reproduksi (pembibitan), penggemukan dan pemanfaatan daging (RPH). b. Pengembangan sentra peternakan ternak kecil (kambing & domba) di Kecamatan Kamang, Lubuk Basung dan IV Nagari. Pada kawasan sentra peternakan ternak kecil ini seyogyanya juga dibangun prasarana dan sarana pendukung agar sentra berfungsi dan terjadi peningkatan populasi dan produksi ternak kambing dan domba. c. Pengembangan sentra peternakan unggas direncanakan di Kecamatan Tilatang Kamang, Baso, Lubuk Basung dan Tanjung Mutiara (Ayam Buras), Kecamatan Tilatang Kamang, Baso dan IV Angkek(ayam petelur) dan di Kecamatan Tilatang Kamang, Baso, Kamang Magek dan Lubuk Basung (ayam pedagng) serta Kecamatan Tilatang Kamang dan Kamang Magek dengan sistem mina padi Lubuk Basung (itik), d. Pengembangan kawasan agribisnis peternakan e. Pengembangan kawasan integrasi seperti : Kawasan integrasi perternakan tanaman pangan dan hortikultura (organic farm) Kawasan integrasi perternakan - perkebunan (kakao, kelapa sawit) Kawasan integrasi perternakan - perikanan f. Sesuai dengan UU penyuluhan, dilakukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan para peternak sehingga diperoleh peningkatan populasi dan produksi peternakan yang berdampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. g. Pengembangan pakan ternak lokal dengan mengandalkan hasil pertanian dan perikanan lokal. 4. Pengembangan Kawasan Perkebunan Jenis komoditas perkebunan utama yang dikembangkan di Kabupaten Agam adalah kelapa dalam, kelapa sawit, kakao, kopi, casiavera, karet dan gambir. Program untuk pengembangan berbagai jenis komoditas perkebunan ini adalah : a. Penetapan komoditas unggulan sesuai karakteristik sub kawasan b. Penetapan (delineasi) kawasan perkebunan yang potensial dan tidak berada pada kawasan konservasi (lindung). c. Peningkatan produksi komoditas melalui intensifikasi lahan. Peningkatan produksi ini dilakukan melalui bantuan sarana produksi perkebunan, peningkatan keterampilan budidaya dan pengolahan pasca panen. d. Peningkatan kemampuan petani dalam pengolahan hasil (pasca panen). e. Pembenahan tata niaga hasil perkebunan. f. Fasilitasi permodalan bagi petani. 0

22 5. Pengembangan Kawasan Perikanan Kawasan perikan terdiri dai dua kawasan yaitu kawasan perikanan air tawar dengan sentra produksinya di Kecamatan Tanjung Raya dan kawasan perikanan laut dengan sentra produksinya di Kecamatan Tanjung Mutiara. Program yang dikembangkan untuk kawasan perikanan air air tawar adalah : a. Peningkatan usaha perikanan air tawar yang ramah lingkungan di Danau Maninjau b. Pengendalian dan peningkatan pelayanan perizinan usaha. c. Peningkatan pemasaran, standar mutu, dan nilai tambah produk perikanan. d. Pengembangan sistem data, statistik dan informasi perikanan. e. Perwujudan Minapolitan dengan kegiatan: Penetapan kawasan minapolitan Penyiapan program minapolitan Penyusunan rencana rinci dan rencana aksi agro minapolitan Penyiapan masyarakat Pembangunan infrastruktur pendukung kawasan Minapolitan. Program yang dikembangkan untuk kawasan perikanan laut adalah : a. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, yang meliputi nelayan dan pembudidaya ikan. b. Pengembangan usaha perikanan skala kecil (tambak dan budidaya laut). c. Melanjutkan pembangunan pelabuhan perikanan Tiku berikut fasilitas penunjangnya. d. Pemantapan pembiayaan pembangunan pelabuhan melalui dana alokasi khusus (DAK) Departemen Kelautan dan Perikanan. e. Operasional dan pengelolaan Pelabuhan Perikanan Tiku f. Peningkatan usaha industri pengolahan ikan laut 6. Pengembangan Kawasan Pertambangan Upaya perwujudan kawawan pertambangan dilaksanakan melalui peningkatan pengelolaan dan pengembangan, serta pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan dan energi. Arahan kegiatan yang akan dilaksanakan pada program ini meliputi: a. Inventarisasi sumberdaya mineral, pembinaan, dan pengawasan bidang pertambangan dan galian Golongan A, B, dan C, serta air bawah tanah, yang berpotensi untuk dieksploitasi dalam skala ekonomi. b. Melakukan kajian daya dukung lingkungan untuk ekploitasi bahan tambang dan galian. c. Menetapkan satuan Wilayah Pertambangan (WP) yang meliputi Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dan Wilayah Pertambangan Negara (WPN) dengan pertimbangan perlindungan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal. d. Menyusun profil potensi, prosedur dan mekanisme perizinan serta rencana bisnis (bussines plan) untuk masing-masing WUP, WPR dan WPN. e. Melakukan kajian sumberdaya energi alternatif yang meliputi panas bumi dan tenaga air, listrik pedesaan.

23 f. Melakukan promosi untuk menarik investasi pengembangan bidang pertambangan dan energi. 7. Pengembangan Kawasan Pariwisata Sesuai dengan potensi wisata (wisata alam, budaya, buatan serta minat khusus) di Kabupaten Agam, upaya perwujudan kawawan pariwisata dilaksanakan melalui peningkatan pengelolaan objek wisata dan pengembangan SDM, serta pembinaan dan pengawasan bidang pariwisata. Program yang dikembangkan untuk perwujudan pengembangan kawasan pariwisata alam adalah : a. Pendataan objek wiasata alam yang tersebar di seluruh Kabupaten Agam. b. Pemilihan secara objek-objek wisata alam yang potensial untuk dikembangkan. c. Penyusunan skenario pengembangan dan pengelolaannya yang terpadu dengan kebijakan kepariwisataan tingkat propvinsi maupun nasional. d. Membangunan serta melengkapi objek wisata alam yang diunggulkan dengan fasilitas penunjang wisata. e. Melakukan kerja sama dengan berbagai fihak dalam rangka pengembangan dan pembangunan berbagai fasilitas penunjang objek wisata alam. f. Melakukan promosi melalui berbagai media, dan mengikuti berbagai event promosi. g. Melakukan kerjasama dengan berbagai biro perjalanan dalam upaya pemasaran yang progresif. h. Evaluasi dan pengawasan Program yang dikembangkan untuk perwujudan pengembangan kawasan pariwisata budaya adalah : a. Pendataan objek wiasata budaya yang tersebar di seluruh Kabupaten Agam. b. Pemilihan secara objek-objek wisata budaya yang potensial untuk dikembangkan. c. Penyusunan skenario pengembangan dan pengelolaannya yang terpadu dengan kebijakan kepariwisataan tingkat propvinsi maupun nasional. d. Melakukan kerja sama dengan berbagai fihak dalam rangka pengembangan dan pembangunan objek wisata budaya. e. Penggalian dan menumbuhkembangkan nilai-nilai budaya lokal (peninggalan sejarah, kesenian, kerajinan) yang dapat menunjang objek wisata budaya serta fasilitas penunjang wisata (bangunan tradisional). f. Melakukan promosi melalui berbagai media, dan mengikuti berbagai event promosi. g. Melakukan kerjasama dengan berbagai biro perjalanan dalam upaya pemasaran yang progresif. Program yang dikembangkan untuk perwujudan pengembangan kawasan pariwisata buatan adalah : a. Inventarisasi objek-objek wisata buatan potensial yang dapat dikembangkan di kabupaten Agam. b. Pemberian kemudahan dalam proses perizinan. 2

24 c. Melakukan kerjasama dengan berbagai fihak (investor) dalam rangka pengembangan dan pembangunan objek wisata buatan. d. Melakukan promosi melalui berbagai media, dan mengikuti berbagai event promosi. e. Melakukan kerjasama dengan berbagai biro perjalanan dalam upaya pemasaran yang progresif. Program yang dikembangkan untuk perwujudan pengembangan kawasan pariwisata minat khusus adalah : a. Inventarisasi objek-objek wisata minat khusus potensial yang dapat dikembangkan di Kabupan Agam. b. Melanjutkan kegiatan minat khusus yang sudah berjalan selama ini. c. Pemberian kemudahan dalam proses perizinan. d. Melakukan kerja sama dengan berbagai fihak dalam rangka pengembangan dan pengelolaan objek wisata minat khusus. e. Melakukan promosi melalui berbagai media, dan mengikuti berbagai event promosi. f. Melakukan kerjasama dengan berbagai biro perjalanan dalam upaya pemasaran yang progresif Potensi bencana alam Kondisi karakteristik wilayah Kabupaten Agam yang terdiri dari perbukitan/ pegunungan dan pesisir serta kawasan lindung, merupakan daerah rawan bencana dengan potensi gempa bumi, bahaya abrasi, gerakan tanah/longsor, letusan gunung berapi, banjir dan tsunami, sesuai dengan profil rawan bencana yang disusun pada tahun Beberapa potensi bencana alam yang dapat terjadi di Kabupaten Agam sebagai berikut:. Bahaya Sesar Aktif Bahaya sesar aktif adalah bagian dari lempeng bumi yang mengalami patahan atau tersesarkan dan masih bergerak hingga saat ini. Sesar aktif ditunjukkan oleh bentuk kelurusan topografi dimana lokasi pusat gempa terjadi disekitarnya. Pada wilayah Kabupaten Agam, sesar aktif memotong 6 kecamatan yaitu Kecamatan Palupuh, Palembayan, Matur, IV Koto, Banuhampu dan Sungai Pua. 2. Bahaya Seismisitas Gempa Bahaya seismisitas gempa merupakan bencana yang terjadi disebabkan oleh terlepasnya energi tektonik kerak bumi. 3. Bahaya Tsunami Daerah lepas pantai merupakan tempat dimana subduksi tektonik terjadi. Distribusi pusat gempa dilepas pantai berpotensi menyebabkan terjadinya tsunami. Wilayah yang potensial dihempas hantaman tsunami adalah daerah sekitar Jorong Subang-Subang, Jorong Labuhan, Jorong Muaro Putuih, Jorong Masang, Nagari Tiku Selatan dan sebagian Nagari Bawan di Kecamatan Ampek Nagari. 3

25 4. Letusan Gunung Api Kabupaten Agam berada pada dua gunung aktif yaitu Gunung Marapi dan Gunung Tandikek. Sebaran produk letusan dari Gunung Marapi cenderung menuju ke arah tenggara sedangkan letusan dari Gunung Tandikek menuju ke arah selatan. Beberapa tahun belakang ini Gunung Marapi masih terus mengeluarkan asap, sehingga potensi bencana yang ditimbulkannya terhadap penduduk di sekitar gunung yang cukup besar. 5. Bahaya Gerakan Tanah/ Longsoran Gerakan tanah/longsoran adalah proses pemindahan/pergerakan massa tanah dan batuan karena pengaruh gaya gravitasi. Jenis gerakan tanah yang umum dijumpai adalah jatuhan (falls), gelincir (slides), nendatan (slumps), aliran (flows) dan rayapan (creeps). Gerakan tanah/longsoran terjadi akibat beberapa faktor seperti jenis dan sifat batuan/tanah, sudut kemiringan lereng, curah hujan, tutupan vegetasi, ulah manusia atau akibat pembangunan fisik dan keteknikan. 6. Bahaya Banjir Banjir terjadi apabila ekses atau kelebihan air tidak dapat ditampung pada tempatnya sehingga melimpah keluar. Tempat penyimpanan air secara alamiah adalah sungai, rawa, danau atau bendungan. Daerah banjir terjadi sepanjang aliran sungai seperti Batang Tiku, Batang Pingai, Batang Kalulutan, Batang Dareh, Batang Bawan, Batang Sitanang, bagian hilir dari Batang Simpang Jernih dan Simpang Keruh serta Batang Layah. Banjir pada sungaisungai tersebut, pada umumnya terbatas pada morfologi dataran banjir (flood plain). Selain dari lokasi-lokasi tersebut banjir juga terjadi pada daerah rawa di sekitar dataran pantai, yang juga berhubungan dengan aliran sungai di bagian hilir. Wilayah yang berpotensi banjir adalah ) Nagari Salareh Aia di Kecamatan Palembayan; 2) Nagari Lubuk Basung di Kecamatan Lubuk Basung; 3) Nagari Bawan, Batu Kambiang dan Sitalang di Kecamatan Ampek Nagari, 4) Nagari Tiku V Jorong di Kecamatan Tanjung Mutiara; 5) Nagari Balingka di Kecamatan IV Koto dan 6) Nagari Pasia Laweh di Kecamatan Palupuah. 7. Abrasi Disamping itu Kabupaten Agam berpotensi terhadap abrasi pantai, khususnya wilayah yang berbatasan dengan laut terbuka. Dilaporkan telah terjadi perubahan garis pantai akibat abrasi yang menyebabkan bangunan-bangunan yang ada di atasnya runtuh. Wilayah yang berpotensi terkena abrasi adalah ) Masang sepanjang 800 meter; 2) Ujung Masang sepanjang.00 meter; 3) Muaro Putuih sepanjang 300 meter; 4) Ujung Labung sepanjang 500 meter; 5) Pasia Paneh sepanjang 200 meter dan 6) Pelabuhan Tiku sepanjang 00 meter. Selain potensi bencana yang disebabkan oleh aktivitas alam, Kabupaten Agam juga memiliki potensi bencana yang disebabkan oleh manusia seperti konflik sosial, epidemi wabah penyakit dan kegagalan teknologi Aspek demografi Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Agam Jumlah penduduk Kabupaten Agam pada tahun 202 berjumlah 463,79 jiwa terdiri dari 4

26 227,44 orang (49 %) penduduk laki-laki dan 236,305 orang (5%) penduduk perempuan, sebagaimana terlihat dalam Tabel. II.2 dibawah ini: Tabel. II.2 Jumlah Penduduk Menurut Menurut Kecamatan Tahun 202 Kecamatan Laki-laki Perempuan Laki-laki+ perempuan Sex ratio Tanjung Mutiara 4,75 4,344 29,059 02,59 Lubuk Basung 34,756 35,333 70,089 98,37 Ampek Nagari 2,25,47 23,596 05,70 Tanjung Raya 6,66 6,934 33,550 98,2 Matur 8,02 8,603 6,705 94,8 IV Koto 0,932 2, 23,043 90,27 Malalak 4,423 4,642 9,065 95,28 Banuhampu 8,057 9,640 37,697 9,94 Sungai Pua,336 2,59 23,495 93,23 Ampek Angkek 22,096 23,59 45,255 95,4 Canduang 0,620,453 22,073 92,73 Baso 6,3 6,983 33,24 94,98 Tilatang Kamang 6,768 8,53 34,92 92,37 Kamang Magek 9,593 0,340 9,933 92,78 Palembayan 4,608 4,387 28,995 0,54 Palupuh 6,536 6,593 3,29 99,4 Kabupaten Agam 227,44 236, ,89 96,24 Sumber : BPS Kabupaten Agam Tahun 202 Catatan : *) Angka sementara Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Lubuk Basung merupakan Kecamatan yang terbanyak jumlah penduduknya yaitu 69,869 jiwa atau 5. % dari jumlah penduduk Kabupaten Agam, sedangkan jumlah penduduk yang terkecil adalah Kecamatan Malalak yaitu sebesar jiwa atau,95%. Sampai dengan akhir tahun 202, Struktur Penduduk Kabupaten Agam dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut: Tabel II.3 Stuktur Penduduk Berdasarkan Usia Tahun 202 Struktur usia Laki-laki Perempuan Jumlah 75 4,97 9,598 4, ,398 6,29 0, ,360 7,300 2, ,242 7,257 3, ,995 0,532 20, ,047 3,38 25, ,986 3,370 26, ,906 4,458 28, ,674 5,5 29, ,333 5,499 30, ,747 6,67 3, ,559 5,048 29, ,087 2,067 42, ,50 25,036 5, ,700 23,863 49, ,953 22,206 46,59 TOTAL 227, ,359 Sumber : BPS Kabupaten Agam Tahun 202 Catatan : *) Angka sementara 5

27 Dari data di atas, apabila dihitung jumlah penduduk yang berusia 5 tahun ke atas adalah orang (umur tahun), dimana orang merupakan angkatan kerja (umur 5 65 tahun) atau sebesar 70,0%. Berikut Tabel menggambarkan jumlah penduduk yang berkerja dan pengangguran terbuka. Tabel II.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kegiatan Utama Tahun 202 No. Jenis Kegiatan Jumlah Persentase A. Angkatan kerja ,0. Bekerja ,29 2. Tidak bekerja/pengangguran ,7 B. Bukan Angkatan kerja ,99. Sekolah ,23 2. Mengurus Rumah Tangga ,97 3. Lainnya ,80 Berdasarkan tabel di atas terlihat jumlah bekerja sebesar orang atau 96,29% dari jumlah Angkatan Kerja, sedangkan angka pengangguran Kabupaten Agam sebesar 8.28 orang atau 3,7% dari jumlah angkatan kerja. Selanjutnya banyaknya penduduk Kabupaten Agam yang bekerja menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel II.5 Banyaknya Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 202 Bidang pekerjaan Jumlah jiwa Persentase Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 89, Pertambangan dan Penggalian, Listrik,Gas dan Air, Bangunan, Angkutan, Perdagangan, Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha, Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan 27, Industri Pengolahan 33, Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel 38, Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 25, Total 25, Sumber : BPS Kabupaten Agam Tahun 202 Catatan : *) Angka sementara Dari tabel diatas, terlihat bahwa jenis pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat adalah dibidang Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebanyak jiwa atau 4,74% disusul sektor perdagangan, perhotelan dan restoran sebanyak jiwa atau 7,98%. 2.2 Pemerintah Daerah 2.2. Aspek kesejahteraaan masyarakat Fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi kinerja pemerintah daerah untuk aspek kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi dapat dilihat pada beberapa indikator, diantaranya adalah pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita, indek gini, jumlah penduduk diatas garis kemiskinan. Karena keterbatasan ketersediaan data disini hanya membahas pertumbuhan PDRB, PDRB per kapita, indek gini, jumlah penduduk diatas garis kemiskinan. 6

28 NO Sektor A. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Agam ) PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 Nilai Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Agam atas dasar harga konstan Tahun 202 mencapai Rp. 3, Milyar dibandingkan dengan tahun 20 sebesar Rp ,04 Milyar terdapat peningkatan sebesar Rp.20,80 Milyar. Konstribusi PDRB tahun 202 tersebut berasal dari sektor pertanian sebesar 36,47%, sektor Pertambangan dan pengalian sebesar 3,80%, sektor industry pengolahan 2,66%, sektor listrik gas dan air bersih 0,88%, sektor konstruksi 5,03%, sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,26%, sektor pengangkutan dan komunikasi 4,7% sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan 3,32% dan sektor jasa-jasa 5,87%. Perkembangan Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Agam Atas Dasar Harga Konstan serta pertumbuhannya pada Tahun 2008 s/d 202, secara berurutan tergambar pada tabel dibawah ini Tabel II.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 s/d 20 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Agam (dalam jutaan rupiah) **) 202***) (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % Pertanian , , , ,96, ,280, Pertambangan & Penggalian , , ,879, , , Industri Pengolahan , , , , , Listrik,Gas & Air bersih 24.90, ,426, , , , Konstruksi 2.435, , , , , Perdagangan, 6 Hotel & Restoran , , , , , Pengangkutan & Komunikasi 9.724, , , , , Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan , , , , , Jasa-jasa , , , , , PDRB , , , ,280, ,503, Sumber : PDRB Kabupaten Agam dan BPS Kabupaten Agam Tahun 202 Catatan : ***) Angka sangat sangat sementara 2) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Nilai PDRB Kabupaten Agam tahun 202 ADHB mencapai 8.38,3 milyar rupiah naik dari tahun 20 yang sebesar 7,42,06 milyar rupiah. Selama periode 2008 sampai 202 struktur perekonomian Kabupaten Agam didominasi oleh 4 (empat) sektor, yaitu Pertanian, perdagangan hotel dan restoran, jasa-jasa,, dan industry pengolahan. 7

29 NO Sektor Perkembangan Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Agam ADHB serta pertumbuhannya pada Tahun 2008 s/d 202, secara berurutan tergambar pada tabel dibawah ini Tabel II.7 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 s/d 202 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Agam (dalam jutaan rupiah) **) 202***) (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % Pertanian ,29 40, ,90 4, ,77 40,7 2,98, , Pertambangan & Penggalian 24.02,03 4, ,7 4, ,58 4,07 300, , Industri ,, ,3 0, ,62 0,35 Pengolahan 755, , Listrik,Gas, & Air bersih ,94 0, ,57 0, ,25 0,82 58, , Konstruksi 27.38,4 5, ,83 5, ,56 6,4 463, , Perdagangan, Hotel, & ,69 5, ,3 4, ,44 5,8,35, , Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi angangkutan & ,85 5, ,04 5, ,2 5,28 398, , Komunikasi 8 Keuangan, sewa, & Js ,4 3, ,34 3, ,53 3,79 277, , Perusahaan 9 Jasa-jasa ,85 3, ,4 3, ,07 3,64,040, , PDRB , , , ,42, , Sumber : PDRB Kabupaten Agam dan BPS Kabupaten Agam Tahun 202 Catatan : ***) Angka sangat sangat sementara B. Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Regional Per-Kapita Berdasarkan Harga Berlaku. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Agam pada tahun 20 mencapai 5,94%, naik 0,28 poin dibanding dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 200 yang mencapai 5.66%. Kemudian pada tahun 202, perekonomian Kabupaten Agam kembali mengalami pertumbuhan mencapai 6,82% dibandingkan tahun 20 mengalami peningkatan 0.88 poin. Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Agam semakin membaik, namun demikian realisasi perkembangan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten Agam masih dibawah target RPJM Kabupaten Agam Tahun Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Agam dari tahun terlihat dalam grafik berikut. 8

30 Grafik. II.2 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Agam dari tahun NO Apabila dilihat pertumbuhan PDRB pada tahun 202 terhadap tahun sebelumnya beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan adalah: sektor pertanian sektor industri pengolahan, sector konstruksi sektor perdagangan, hotel dan restoran sektor pengangkutan dan komunikas, serta sektor jasa-jasa. Sementara itu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor Keuangan, sewa, dan Jasa Perusahaan, tumbuh melambat dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi tahun 202 di sektor konstruksi sebesar 7,65% dan terendah di sektor sector industry pengolahan sebesar 3,96%. Perkembangan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Agam pada Tahun 2008 s/d 202, menurut lapangan usaha secara berurutan terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel II.8 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Agam Tahun 2008 s/d 202 Menurut Lapangan Usaha (%) Sektor Pertumbuhan Tahun ***) Pertanian 8,04 5,45 4,0 4, Pertambangan & Penggalian 7,26 3,3 7,6 6, Industri Pengolahan 4,35 4,25 4,55 3, Listrik,Gas & Air bersih 2,4 6,09 2,20 0, Konstruksi 6,0 7,58 7,64 3, Perdagangan, Hotel & Restoran 6,9 3,5 5,06 6, Pengangkutan & Komunikasi 6,2 7,00 9,06 7, Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan 6,0 4,44 4,3 5, Jasa-jasa 3,75 5,35 6,83 5, PDRB 6,35 4,92 5,66 5,98 6,5 Sumber : PDRB Kabupaten Agam dan BPS Kabupaten Agam Tahun 202 Catatan : ***) Angka sangat sangat sementara 9

31 Salah satu indikator mengetahui tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah/wilayah dapat digunakan dengan mengetahui PDRB per kapita sebagai. PDRB per kapita diperoleh dari hasil bagi antara nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi di suatu daerah (PDRB) dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Nilai PDRB per kapita Kabupaten Agam Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sejak tahun 2007 sampai 20 mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 PDRB per kapita Kabupaten Agam sebesar 0,05 juta rupiah mengalami kenaikan secara nominal hingga tahun 202 mencapai 7,58 juta rupiah. Grafik. II.3 Mengetahui Ketimpangan pendapatan dapat diukur dengan menggunakan Koefisien Gini (Gini Coefficient) dengan menggunakan Teknik Kurva Lorenz. Menurut definisinya, koefisien gini adalah perbandingan luas daerah antara kurva lorenz dan garis lurus 45 derajat terhadap luas daerah di bawah garis 45 derajat tersebut. Koefisien Gini bergerak antara nilai 0 sampai dengan Kriteria Koefisien Gini: RG = 0 perfect equality RG = perfect inequality RG < 0,4 low inequality 0,4<RG<0,5 moderate inequaliti RG > 0,5 high inequaliti RG = Ratio of Gini Koefisien Gini Kabupaten Agam tahun 20 sebesar 0,227, maka distribusi pendapatan penduduknya masuk kategori Ketimpangan rendah. Perbandingan kofisien Gini dengan Kabupaten/Kota di Sumatera barat tergambat dalam table berikut: 20

32 Tabel.II.9 PDRB Per Kapita, Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketimpangan Pendapatan Kabupaten Agam Di Bandingkan Dengan Kabupaten/Kota Sumatera Barat KABUPATEN /KOTA PERTUMBUHAN EKONOMI (%) PDRB PER KAPITA (Rp.JUTA) KOEFISIEN GINI Padang Sawahlunto Pariaman Padang Panjang Bukittinggi Kep. Mentawai Lima Puluh Kota Solok Pasaman Barat Payakumbuh Padang Pariaman Tanah Datar Solok Sijunjung Agam Dharmasraya Pasaman Pes.Selatan Sol. Selatan Dari Tabel di atas terlihat Kabupaten Agam nilai memiliki koefisien gini sebesar termasuk pada kelompok Kabupaten/kota pertumbuhan ekonomi tinggi dengan pendistribusian pendapatan perkapitanya lebih merata. C. Jumlah Penduduk Miskin Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, stabilitas ekonomi yang terjaga, serta berbagai kegiatan pembangunan yang diarahkan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, sampai akhir tahun 20 jumlah penduduk miskin berjumlah atau turun sebesar 9.75 dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah orang (9,85). Tabel II.0 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Tahun Jumlah Presentase , , , , , Sumber : Agam Dalam Angka dan BPS Kabupaten Agam Tahun 202 2

33 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar basic needs approach dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang digunakan adalah menetapkan Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.00 kalori per kapita per hari. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya. Garis kemiskinan yang digunakan untuk menghitung penduduk miskin tahun 20 adalah Rp /kapita/bulan). Terbatasnya ketersediaan data yang ada garis kemiskinan yang dihitung saat ini di sumbangkan oleh makanan dan belum memperhitungkan faktor non makanan. Jika dibandingkan antara 2009 dan Maret 200, maka garis kemiskinan meningkat sebesar 0.0 %. Peningkatan garis kemiskinan ini sangat dipengaruhi oleh faktor inflasi. Tahun Tabel II. Garis Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Tahun Jumlah penduduk Jumlah penduduk miskin (ribu) Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bln) Sumber BPS KabupatenAgam. % Upaya pengentasan kemiskinan bukan hanya ditujukan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin namun juga mengurangi keparahan dan kedalaman kemiskinan. Hasil pendataan Program Perlindungan Sosial(PPLS) tahun 20 yang mendata 30 % penduduk dengan pendapatan terendah terdapat rumah tangga dengan jumlah pendapatan terendah yaitu rumah tangga. Sebanyak rumah tangga diantaranya termasuk klasifikasi sangat miskin dan miskin dan sisanya rentan miskin. Tabel II-2 di bawah ini memperlihatkan jumlah rumah tangga sasaran hasil pendataan PPLS

34 Tabel II.2 Jumlah Rumah Tangga Sasaran PPLS 20 Menurut Klasifikasi Kemiskinan dan Kecamatan di KabupatenAgam. Nama Kecamatan Rentan Miskin Sangat Miskin Miskin HampirMiskin lainnya Total % Jml % Jml % Jml % Jml % TanjungMutiara , LubukBasung , , , IV Nagari , Tanjung Raya , , Matur , , IV Koto , , Malalak , Banuhampu , Sungai Pua , IV Angkek , , Canduang , Baso , , Tilatang Kamang , , KamangMagek , , Palembayan , , , Palupuah , Total 3, , , , , Sumber : TKPK Kabupaten Agam Fokus Kesejahteraan Sosial kinerja pada Fokus Kesejahteraan Sosial berhubungan dengan capaian Indek Pembangunan Manusia (IPM). Indikator penentuan IPM meliputi indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup. IPM Kabupaten dari tahun 2007 sampai tahun 20 terus meningkat berada diatas rata-rata Nasional, dibandingkan dengan Tingkat Provinsi Sumatera Barat Kabupaten/kota berada pada posisi ke 9, namun pada tingkat kabupaten se Sumatera Barat Kabupaten Agam berada pada posisi ke 2. Hal ini dapat terlihat pada diagram berikut : Grafik II.4 Indek Pembangunan Manusia (IPM) 23

35 A. Angka melek huruf Angka melek huruf selama 5 tahun terakhir cenderung menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada Tahun 2007 sebesar 97,79% sampai Tahun 202 telah mencapai 99,79%. Walaupun cakupannya cenderung meningkat, namun peningkatannya relatif sangat kecil sehingga masih belum mencapai target RPJMD Kabupaten Agam Tahun , dimana pada tahun 202 ditargetkan sebesar 99,8%. Hasil analisis angka melek huruf, dapat disajikan dalam contoh tabel, sebagai berikut Tabel II.3 Angka Melek Huruf No Uraian Jumlah penduduk usia diatas 5 tahun yang bisa membaca dan menulis 2 Jumlah penduduk usia 5 tahun keatas No Dari Tabel terlihat bahwa pada Tahun 20 masih terdapat sebanyak 0.24 persen atau sebanyak 740 orang penduduk yang berusia di atas 5 tahun yang belum dapat membaca dan menulis. Pada Tahun 202 masih terdapat sebanyak 634 orang atau 0,2 persen penduduk berusia di atas 5 tahun yang belum dapat membaca dan menulis. Untuk lebih mengetahui Angka Melek Huruf masing-masing Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel II.4 Angka Melek Huruf Menurut Kecamatan Di Kabupaten Agam Tahun 20 Kecamatan 288, ,64 292, , , , , , Angka Melek Huruf Penduduk Usia Diatas 5 Tahun yang bisa baca dan tulis Jumlah Penduduk Usia 5 Tahun keatas Angka Melek Huruf Tanjung Mutiara 8,492 8, Lubuk Basung 45,32 45, Ampek Nagari 4,68 4, Tanjung Raya 22,225 22, Matur,296, IV Koto 5,269 5, Malalak 6,83 6, Banuhampu 23,987 23, Sungai Pua 5,262 5, Ampek Angkek 28,857 28, Candung 4,590 4, Baso 2,837 2, Tilatang Kamang 22,630 22, Kamang Magek 3,34 3, Palembayan 9,498 9, Palupuh 8,495 8, Jumlah 30, ,

36 Dari Tabel di atas, terlihat bahwa ada 3 Kecamatan yang angka melek hurufnya sudah mencapai 00% yaitu Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Ampek Angkek dan Kecamatan Tilatang Kamang. Berdasarkan angka absolut, maka ada beberapa kecamatan yang jumlah penduduk usia di atas 5 tahun yang tidak bisa membaca dan menulisnya masih tinggi, yaitu: Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Malalak dan Kecamatan Palupuh. B. Angka rata-rata lama sekolah Angka Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2008 adalah 8,2 tahun, pada Tahun 2009 meningkat menjadi 8,3 tahun dan pada Tahun 200 meningkat lagi menjadi 8,3 tahun. Pada tahun 20, Angka rata-rata lama sekolah terus menunjukkan peningkatan menjadi 8,5 tahun, Hal ini melebihi target yang ditetapkan dalam RPJM sebesar 8,44 tahun. Sedangkan pada tahun 202 angka rata rata lama sekolah telah mencapai 8.60 tahun, hal ini juga telah melebihi target yang ditetapkan sebesar 8,58 tahun. Dari 6 kecamatan yang ada, belum satupun kecamatan yang sudah mencapai Angka Rata-Rata-Rata Lama Sekolah 9 Tahun. Beberapa kecamatan yang perlu mendapat perhatian khusus adalah Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Malalak, Kecamatan Palembayan dan Kecamatan Palupuah. Untuk target Tahun 205 Rata-Rata Lama Sekolah diharapkan sudah mencapai 2 tahun. C. Angka Usia Harapan Hidup Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan setiap 0 tahun yang dimulai pada Tahun 970, angka usia harapan hidup masyarakat Kabupaten Agam cenderung meningkat. Sensus Tahun 970 angka harapan hidup sekitar 47,7 tahun, maka hasil Sensus Tahun 980 meningkat menjadi 52,2 tahun dan Sensus Tahun 990 meningkat menjadi 59,8 tahun dan Sensus Tahun 2000 menjadi 65,5 tahun. Pada Tahun 20 sudah mencapai angka 69,23 tahun. Perkembangan Angka Usia harapan Hidup Kabupaten Agam pada tahun 2008 sampai 20 terlihat pada Grafik berikut. Grafik II.5 Angka Usia Harapan Hidup 25

37 D. Angka Kematian Bayi (AKB) No. Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Angka Kematian Bayi Kabupaten Agam Tahun 202 sebesar 2,27 dari seribu kelahiran adalah sebesar 3,26 per.000 kelahiran hidup. kecamatan dengan AKB dibawah angka Kabupaten yang perlu diwaspadai yaitu : Kecamatan Malalak, Kecamatan Palembayan, Kecamatan Sungai Pua, Kecamatan Kamang Magek, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Banuhampu dan Kecamatan Lubuk Basung. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat Tabel berikut ini: Kecamatan Tabel II.5 Angka Kematian Bayi (AKB) Di Kabupaten Agam Tahun 202 Jumlah kematian bayi usia dibawah tahun pada Tahun 202 Jumlah kelahiran hidup pada Tahun 202 AKB AKHB Tanjung Mutiara Lubuk Basung Ampek Nagari Tanjung Raya Matur IV Koto Malalak Banuhampu Sungai Pua Ampek Angkek Candung Baso Tilatang Kamang Kamang Magek Palembayan Palupuh Jumlah 0 8, Sumber : Data Olahan Dari Profil Kesehatan Kabupaten Agam Tahun 202 Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan AKB untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan angka kematian Post-Neo Natal dan angka kematian anak serta kematian balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun. 26

38 E. Persentase Balita Gizi Kurang. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Tahun 20 jumlah balita penderita gizi kurang mencapai 7,63%. Sementara pada tahun 202 angka ini meningkat menjadi 7,98%. Peningkatan ini diantaranya disebabkan oleh faktor kurangnya asupan makan balita, pola asuh ibu dalam pemberian makanan balita, kurangnya kepedulian ibu dalam membawa balita ke posyandu dan karena masih rendahnya derajat sanitasi lingkungan. Ada beberapa kecamatan yang perlu diwaspadai terkait dengan tingginya prosentase balita dengan gizi kurang ini, yaitu : Kecamatan Palembayan, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Palupuh, Kecamatan Kamang Magek, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Tanjung Mutiara dan Kecamatan Malalak Aspek Pelayanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib A. Urusan Pendidikan Angka Partisipasi Sekolah (APS) APS menunjukkan besaran penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah. APS merupakan ukuran daya serap, pemerataan dan akses terhadap pendidikan khususnya penduduk usia sekolah. APS terdiri dari Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan, sedangkan APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APK dan APM pada jenjang pendidikan SD/MI, SLTP/MTSN, dan SLTA pada tahun cenderung meningkat sebagaimana terlihat pada berikut: NO Tabel II.6 Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Tahun PAUD Tingkat SD Tingkat SLTP Tingkat SM APK APM APK APM APK APM APK APM 200 4,75 4,08 03,87 9, ,4 83,07 64, ,08,25 03,92 9, ,52 84,20 7, ,32 4,89 05,07 9,47 97,03 80,78 85,6 72,67 Sumber : Data Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Tahun 202. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Pembangunan pendidikan ditinjau dari ketersedian sekolah terlihat bahwa pada tingkat Sekolah Dasar dari jumlah penduduk kelompok usia 7-2 tahun pada Tahun 202 sebanyak orang dengan jumlah sekolah 454 unit, hal ini menunjukan rata-rata satu SD menampung 30 murid. Rasio murid per kelas diketahui perbanding jumlah kelas dengan jumlah murid yaitu jumlah kelas sebanyak 3,80 sedang jumlah murid sebanyak 62,48 orang berarti satu kelas sudah menampung 9-20 murid, merupakan kondisi yang ideal, menunjukkan bahwa untuk tingkat SD tidak diperlukan lagi penambahan sarana pendidikan. Sementara untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama pada Tahun 202 dari jumlah penduduk kelompok usia 3-5 tahun sebanyak orang dengan jumlah sekolah 9 unit, hal ini menunjukan satu sekolah menampung 27

39 223 siswa dengan rasio murid per kelas mencapai 26 orang. Selanjutnya untuk tingkat pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas tidak jau beda dengan kondisi Sekolah Menengah Pertama, dimana Rasio murid per kelas merupakan indikator yang menunjukkan banyaknya murid yang mengikuti pendidikan untuk setiap kelas mencapai 25 orang. Lebih jelasnya perkembangan rasio ketersedian sekolah dengan penduduk usia sekolah dan rasio murid dengan ketersedian jumlah kelas per jenjang pendidikan tahun tergambar pada tabel berikut: Tabel II.7 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun No Jenjang Pendidikan SD/MI.. Jumlah gedung sekolah jumlah penduduk kelompok usia 7-2 tahun 60,767 59,74 59, Rasio SMP/MTs 2.. Jumlah gedung sekolah jumlah penduduk kelompok usia 3-5 tahun 27,052 26,220 26, Rasio SLTA 3. Jumlah gedung sekolah jumlah penduduk kelompok usia 6-8 tahun 8,979 9,356 9, Rasio Sumber : Profil pendidikan Kabupaten Agam Tahun Tabel II.8 Rasio Murid Terhadap Jumlah Kelas per Jenjang Pendidikan Tahun No Jenjang Pendidikan SD/MI.. Kelas/Rombel 3,052 3,085 3,80.2. Jumlah Murid 62,932 62,76 62,48.3. Rasio SMP/MTs 2.. Kelas/Rombel 88, Jumlah Murid 25,32 25,00 25, Rasio SLTA 3. Kelas/Rombel Jumlah Murid 5,535 6,345 7, Rasio Sumber : Profil pendidikan Kabupaten Agam Tahun 202 Rasio Guru/Murid Disamping faktor ketersediaan sarana gedung sekolah, faktor lain yang sangat menentukan dalam pembangunan bidang pendidikan adalah ketersediaan guru untuk masing-masing jenjang pendidikan. Rasio guru dengan murid untuk jenjang pendidikan SD/MI mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Dimana Tahun 200 rasionya 4,57 tahun 20 naik mencapai 4,67 dan tahun 202 turun mencapai 3.3. Sementara itu rasio guru terhadap 28

40 murid untuk jenjang pendidikan SMP/MTs rasionya sama dengan kondisi jenjang pendidikan SD/MI, tahun 200 rasionya mencapai 8.45, tahun 20 naik menjadi 8.56 namun tahun 202 rasionya turun lagi menjadi Sedangkan untuk Jenjang pendidikan SLTA/MA rasionya cendrung turun dimana tahun tahun 20 menjadi 7,49 dan tahun 20 sebesar Untuk lebih mengetahui rasio guru dan murid untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel II.9 Rasio Jumlah Murid terhadap Jumlah Guru per Jenjang Pendidikan Tahun No Jenjang Pendidikan SD/MI.. Jumlah Guru 4,320 4,238 4, Jumlah Murid 62,932 62,76 62,48.3. Rasio SMP/MTs 2.. Jumlah Guru 2,973 2,933 3, Jumlah Murid 25,32 25,00 25, Rasio SLTA/MA 3. Jumlah Guru 2,02 2,8 2, Jumlah Murid 5,535 6,345 7, Rasio Sumber : Profil pendidikan Kabupaten Agam Tahun 202 Angka Putus Sekolah. Angka Putus Sekolah ( APS) SD/MI Jumlah siswa SD/MI pada Tahun 202 adalah sebesar orang. Sebanyak 4 orang mengalami putus sekolah atau sekitar 0.8% dari total siswa SD/MI. 2. Angka Putus Sekolah ( APS) SMP/MTs Jumlah siswa SMP/MTs pada Tahun 202 adalah sebesar orang. sebanyak 05 orang mengalami putus sekolah atau sekitar 0.42% dari total siswa SMP dan MTs. 3. Angka Putus Sekolah ( APS) SMA/SMK/MA Jumlah siswa SMA/SMK/MA pada Tahun 202 adalah sebesar orang. sebanyak 32 orang mengalami putus sekolah atau sekitar 0.8% dari total siswa SMA/SMK/MA. Angka Kelulusan. Angka Kelulusan SD/MI Jumlah siswa SD/MI yang lulus adalah sebanyak orang siswa dari sebanyak orang siswa yang berada pada tingkat tertinggi dari siswa SD/MI atau sekitar 99.89%. 2. Angka Kelulusan SMP/MTs Jumlah siswa SMP/MTs yang lulus adalah sebanyak 7.5 orang siswa dari sebanyak orang siswa yang berada pada tingkat tertinggi dari siswa SMP/MTs atau sekitar 99,55%. 29

41 3. Angka Kelulusan SMA/SMK/MA Jumlah siswa SMA/SMK/MA yang lulus adalah sebanyak 4.80 orang siswa dari sebanyak orang siswa yang berada pada tingkat tertinggi dari siswa SMA/SMK/MA atau sekitar 99.3%. 4. Angka Melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs Dari sebanyak orang siswa yang menyelesaikan pendidikan pada tingkat SD/MI, maka sebanyak orang atau sekitar 02.83% melanjutkan ke jenjang pendidikan setingkat SMP/MTs 5. Angka Melanjutkan dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA Dari sebanyak 7.5 orang siswa yang menyelesaikan pendidikan pada tingkat SMP/MTs, maka sebanyak orang atau sekitar 87,60% melanjutkan ke jenjang pendidikan setingkat SMA/SMK/MA. B. Kesehatan Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Pustu per satuan Penduduk Berdasarkan rasio Puskesmas terhadap penduduk, jumlah Puskesmas di Kabupaten Agam sudah mencukupi. Artinya dengan jumlah penduduk sebanyak 463,79 jiwa dengan jumlah Puskesmas sebanyak 22 unit, maka Puskesmas akan melayani sebanyak jiwa penduduk, sedangkan standar nasional Puskesmas idealnya melayani sebanyak jiwa penduduk. Namun demikian masih perlu dipertimbangkan untuk membangun Puskesmas pada daerah-daerah tertentu dengan pertimbangan seperti : daerah yang terisolir sehingga sulit diakses dengan transportasi umum, dan daerah perkebunan. Selanjutnya berdasarkan rasio jumlah Puskesmas Pembantu terhadap jumlah penduduk dapat disimpulkan bahwa jumlah Puskesmas Pembantu sudah mencukupi. Dengan jumlah Puskesmas Pembantu sebanyak 20 unit dan jumlah penduduk sebanyak 463,79 jiwa, maka Puskesmas Pembantu melayani sebanyak 3,864 jiwa, sedangkan standar nasional unit Puskesmas Pembantu idealnya melayani jiwa. Sama halnya dengan Puskesmas, maka penambahan Puskesmas Pembantu dapat dilakukan untuk daerah yang sulit dan daerah pemukiman baru. Rasio Dokter per Satuan Penduduk Perkembangan jumlah dokter selama 3 tahun terakhir cenderung menurun, pada Tahun 200 jumlah dokter hanya sebanyak 55 orang, kemudian pada Tahun 20 menjadi 60 orang selanjutnya Tahun 202 berkurang menjadi 47 orang. Kekurangan tersebut disebabkan 6 orang dokter melanjutkan pendidikan spesialisasi dan mengambil program S2. Berdasarkan Standar Pelayanan Kesehatan Terpadu, idealnya orang dokter melayani jiwa penduduk. Berdasarkan kondisi tersebut maka dengan jumlah penduduk pada Tahun 202 sebesar 463,79 jiwa seharusnya memiliki dokter sebanyak 85 orang. Tabel II.29 menunjukkan data Jumlah Dokter Tahun di Kabupaten Agam. Tabel II.20 Jumlah Dokter Puskesmas di Kabupaten Agam Tahun No. Uraian Jumlah Dokter Jumlah Penduduk 455, ,79 3 Rasio/.000 pddk,77 3,07 0,3 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Agam Tahun

42 Cakupan Petolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Pada Tahun 202 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan sudah mencapai 8.%, hal ini menunjukan peningkatan dibandingkan pada tahun 200 baru mencapai 78,9%. Tenaga medis yang memiliki kompetensi kebidanan tersebar di seluruh Pustu, Poskesri dan Polindes. Cakupan Nagari/ Universal Child Immunization (UCI) Cakupan Nagari dengan Universal Child Immunization (UCI) Tahun 202 sangat mengembirakan dimana telah mencapai 89%, sedangkan pada tahun 200 barui mencapai 75%. Cakupan Gizi Buruk Mendapat Perawatan Terkait dengan penanganan dan perawatan balita yang menderita gizi buruk dapat ditangani dengan baik. Hal ini terlihat dari cakupan penanganan dan perawatan balita penderita gizi buruk selama 5 tahun adalah semua balita yang menderita gizi buruk mendapat perawatan yang intensif (00% Balita Gizi Buruk mendapat perawatan setiap tahunnya). Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit TBC/BTA Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC tahun tahun 202 diperkirakani 734 penderita penyakit TBC/BTA (+) dan sebanyak 383 pasien yang ditangani atau sebanyak 52,2%. Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Sama halnya dengan hasil cakupan perawatan balita gizi buruk, maka penemuan dan penanganan penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) juga cukup menggembirakan. Artinya semua penderita penyakit DBD dapat ditangani setiap tahunnya. Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan Kunjungan Bayi dari seluruh bayi lahir hidup tahun 202 sebanyak bayi sebanyak bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar atau 69,%. Dibandingkan tahun 200 terdapat peningkatan dimana tahun tersebut baru mencapai 62.9% Pelayanan Penunjang Urusan Pilihan A. Pertanian Secara umum peran sektor pertanian dalam pembangunan di Kabupaten Agam tahun , memberikan sumbangan besar terhadap pembentukan nilai PDRB Kabupaten Agam diantaranya adalah sub sektor tanaman pangan dan Hortikultura, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Keempat sub sektor ini perlu dikembangkan ke arah peningkatan nilai tambah produknya dengan mendorongnya melangkah ke agroprosesing dan agroindustri. Pengembangan industri unggulan berbasis produk pertanian rakyat untuk peningkatan kualitas perekonomian Kabupaten Agam, juga merupakan upaya peningkatan kesejahteraan petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan dan nelayan. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Kabupaten Agam selama tahun tergambar pada Tabel berikut: 3

43 Tabel II.2 Peranan Pertanian dalam Pembangunan Kabupaten Agam Tahun No Aspek Angkatan Kerja Yg Bekerja pada lapangan pekerjaan pertanian (%) Kontribusi Pertanian dalam PDRB (%) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 40, a. Tanaman Pangan dan Hortikuktura 23, b. Perkebunan.6.23 c. Peternakan d. Kehutahanan e. Perikanan Pertumbuhan Riil Sektor Pertanian (%) Sumber : Badan Pusat Statistik Luas panen, jumlah produksi dan produktifitas hasil pertanian dari tahun 2008 sampai 202 tergambar pada table berikut: Tabel II.22 Luas Tanam, Panen, Produksi Dan Produktifitas Padi Tahun Uraian Luas Tanam (ha) Luas Panen (ha) , Produksi (Ton) ,250 Produktivitas (Ton/ha) 4,72 5, Persentase Peningkatan 4,09 0, (3.52) 5.3 Sumber : Agam Dalam Angka dan Hasil Olahan Jagung Tabel II.23 Luas Tanam, Panen, Produksi Dan Produktifitas Palawija Tahun Uraian Luas Panen (ha) ,984 5,488 6,07 7,892 Produksi (Ton) 6, , ,099 Produktivitas (Ton/ha) Ubi Kayu Luas Panen (ha) ,002 Produksi (Ton) 0,654 0,883 3,387 3,602,67 8, Produktivitas (Ton/ha) Kacang Tanah Luas Panen (ha),009,023,065,92,093 Produksi (Ton) 2,0 2,037 2,23 2, , Produktivitas (Ton/ha) Kedelai Luas Panen (ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/ha) Ubi Jalar Luas Panen (ha),255,259,525,348,379 Produksi (Ton) 20,4 20,73 24,493 2,87. 22,5907 Produktivitas (Ton/ha) , Sumber : Agam Dalam Angka dan Hasil Olahan 32

44 Tabel II-24 Perkembangan Populasi Ternak (ekor) Tahun No Jenis Ternak Sapi potong Sapi perah Kerbau Kambing Ayam kampung Ayam Ras Petelur Ayam Ras Pedaging Itik Sumber : Agam Dalam Angka dan Hasil Olahan Tabel. II.25 Produksi Tanaman Perkebunan Tanaman Rakyat Menurut Komoditi (Ton) Komoditi Kelapa , ,77 Sawit 23 60, ,83 Kulit Manis ,39 Pinang 2 97, ,80 Kakao 3 847, ,20 Perkebunan Kelapa Sawit dan Kakao diproduksi juga oleh perusahaan Perkebunan dengan tingkat produksi di tahun 20 masing-masing sebesar ,48 ton dan 425,00 B. Kelautan dan Perikanan Usaha perikanan di Kabupaten Agam merupakan komoditi penyediaan produk pangan kebutuhan konsumsi masyarakat baik untuk pemasaran di dalam maupun keluar daerah serta keperluan produk olahan untuk industri yang didominasi dengan kegiatan perikanan tangkap dan budidaya. Perikanan laut dengan panjang garis pantai 43 km dan luas laut 275,2 Km2, dimana terdapat Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) satu unit dengan jumlah kapal perikanan 567 unit dan nelayan orang namun belum memiliki dermaga sandar kapal perikanan yang layak. Sementara itu, potensi perikanan budidaya ha dan baru termanfaatkan seluas 98,5 ha. Secara keseluruhan jumlah tenaga kerja sektor kelautan dan perikanan orang yang bekerja sebagai nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan. Dalam rangka percepatan pembangunan kelautan dan perikanan Kabupaten Agam dikembangkan kawasan unggulan berbasis wilayah dengan konsep Kawasan Minapolitan sesuai dengan yang terdiri dari Kecamatan Tanjung Raya sebagai kawasan inti dengan core usaha perikanan budidaya. Sedangkan kawasan hinterland terdiri dari Kecamatan Lubuk Basung, IV Nagari, Palembayan, Tanjung Mutiara sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.4/MEN/2009 tentang Penetapan Minapolitan yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Bupati Agam Nomor 54 Tahun 200 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan dan Kawasan Hinterland Kabupaten Agam. Dengan adanya konsep pembangunan Kawasan minapolitan ini diharapkan adanya peningkatan produksi dan produktivitas perikanan, meningkatkan pendapatan pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan serta kawasan minappolitan sebagai penggerak ekonomi rakyat. Berdasarkan capaian makro indikator kinerja tahun 202, pembangunan kelautan dan perikanan kabupaten Agam telah mencapai produksi perikanan sebesar ,68 ton sesuai dengan target peningkatan yang ditetapkan yaitu 6.8 % pada 33

45 perikanan budidaya dan,5 % dari perikanan tangkap. Namun dalam proses pelaksanaan pembangunannya, Kabupaten Agam masih terdapat berbagai permasalahan diantaranya terbatasnya sarana dan prasarana baik perikanan budidaya, tangkap maupun pengolahan dan pemasaran, kurangnya sumberdaya manusia pelaku usaha kelautan dan perikanan serta tingginya tingkat kerusakan lingkungan terutama kawasan mangrove dan terumbu karang. C. Kehutanan Sektor Kehutanan adalah kegiatan yang memiliki proporsi yang besar dalam pemanfaatan ruang, oleh karena itu Wilayah Kehutanan sangat rentan dengan presure terhadap penggunaan lahan dari berbagai sektor termasuk oleh kegiatan kehutanan itu sendiri. Kebijakan pembangunan pemanfaatan potensi sumberdaya alam secara berkelanjutan pada sektor Kehutanan tahun yang dapat dilaksanakan di Kabupaten Agam adalah () Pengembangan perencanaan dalam pemantapan kawasan hutan. (2) Rehabilitasi dan konservasi untuk menekan laju degradasi hutan dan lahan. (3) Pengembangan pembibitan tanaman hutan. (4) Konservasi Sumberdaya hutan. Pengembangan perencanaan dalam pemantapan kawasan hutan pada Tahun 202 belum terlaksana. Hal ini disebabkan Kegiatan Penatabatasan Hutan dilaksanakan oleh Balai Pemantapan Kawasan hutan Wilayah I Medan. Pada tahun 202 dilaksanakan Penatabatasan Hutan sepanjang 8 Km di Maninjau dan Singgalang Malalak. Pada Tahun 20 sudah dilaksanakan Pembuatan Rencana pengelolaan Rehabilitasi hutan dan Lahan (RPRHL) sebagai dasar pembuatan Rancangan RHL di Kabupaten Agam selama 5-5 tahun. Rehabilitasi dan konservasi untuk menekan laju degradasi hutan dan lahan pada Tahun 200 Luas lahan kritis di kabupaten Agam adalah 92.94,5 Ha dan pada tahun 20 telah dilaksanakan penanaman hutan rakyat dan penghijauan lingkungan seluas.529 Ha. Sehingga Luas lahan kritis tahun 20 adalah ,5 Ha. Pada Tahun 202 dilaksanakan rehabilitasi dan penghijauan seluas 338,5 Ha. Sehingga luas lahan kritis tahun 202 adalah Ha. Rencana pengelolaan rehabilitasi hutan dan Lahan untuk tahun adalah seluas 4.77,70 ha. Konservasi Sumber daya hutan dilaksanakan pembuatan bangunan konservasi seperti Dam Penahan dan Sumur resapan. Sedangkan pada tahun 20 dilaksanakan pembuatan Dam penahan unit dan Sumur Resapan 2 unit. Pada Tahun 202 dilaksanakan pembuatan Dam pengendali sebanyak 2 unit. Disamping itu untuk peningkatan operasi pengamanan hutan dan peningkatan pelayanan administrasi peredaran kayu, pada Tahun 200 dilaksanakan penyediaan sarana dan prasarana pengamanan hutan berupa pengadaan kendaraan roda dua untuk pengamanan hutan sebanyak 3 unit, handytalkie 2 unit dan sarana pemadam kebakaran paket, dengan hasil-hasil selama tahun 200 ditemukan 9 kasus penangkapan kayu illegal berupa barang temuan sebanyak m3. Pada Tahun 202 telah dilaksanakan 54 kali operasi pengamanan hutan sedangkan Tahun 20 dilaksanakan 42 kali. Dari operasi yang dilaksanakan pada Tahun 202 terdapat 9 kasus tangkapan kayu, sedangkan pada tahun 20 terdapat 9 kasus. Jumlah Barang Bukti tahun 202 yaitu m3 dan 4 unit chinsaw, sedangkan tahun 20 mencapai m3 dan unit chain saw. Untuk meningkatkan pelayanan administrasi peredaran kayu di daerah telah diterbitkan Perda no. 2 tahun 200 tentang Izin Pemanfaatan kayu dari hutan hak dan Surat keputusan bupati No. 8 tahun 2008 tentang Penunjukan Pejabat Penerbit SKAU dan SK Bupati Agam nomor 82 Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerbitan Surat Keterangan Asal usul (SKAU). Pada tahun 200 sudah diterbitkan dokumen untuk kayu olahan sebanyak.44,200 m3. Dan Pada tahun 20 sebanyak 6.646,6250 m3. Pada Tahun 202 berdasarkan Permenhut P.30/Menhut-II/202 tanggal 7 Juli 202 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang berasal dari Hutan Hak, dikeluarkan SKSKB sebanyak Kg Getah pinus, m3 Kayu Meranti dan m3 Kayu Rimba Campuran. 34

46 D. Pariwisata Kabupaten Agam terkenal dengan keindahan alam dan budaya masyarakatnya yang ramah tamah, menjadikan salah satu Kabupaten tujuan wisata di Sumatera Barat. Dimana sector pariwisata memberi dampak multiplier terhadap nilai tambah Industri kerajinan, pertanian perdagangan angkutan dan komunikasi, serta pendapatan masyarakat sekitar. Sehingga sector pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Agam, yang diharapkan dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitarnya dan dapat memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha sekaligus memperkenalkan identitas dan kebudayaan bangsa. Perkembangan kepariwisataan di Kabupaten Agam dapat dilihat jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Agam terus meningkat dari tahun ke tahunnya. Hal ini telah dilakukan promosi pariwisata melalui leaflet, media cetak dan elektronik, maupun kerjasama promosi kepariwisataan dengan kota Bukittinggi. Tabel II.26 Kontribusi Ekonomi Pariwisata Kabupaten Agam NO URAIAN ADHB (Miliar Rp) PDRB Agam 4.462, , , , ,06 PDRB Pariwisata 38,72 43,8 48,3 55,27 6,35 Hotel 2,94 24,7 26,89 3,49 34,64 Restoran 5,24 7,95 9,37 2,77 24,47 Rekreasi & hiburan,54,69,87 2,0 2,24 2 ADHK 2000 (Miliar Rp) PDRB Agam 2.626, , , , ,04 PDRB Pariwisata 20,25 2,27 22,4 23,43 24,80 Hotel 8,57 8,85 9,5 9,9 0,47 Restoran 0,75,45,97 2,48 3,23 Rekreasi & hiburan 0,93 0,97,02,04,0 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) PDRB Agam 6,37 6,35 4,92 5,66 5,94 PDRB Pariwisata 6,69 5,04 4,09 5,83 5,85 4 Kontribusi PDRB Pariwisata Terhadap PDRB Agam PDRB Pariwisata 0,86 0,83 0,82 0,84 0,83 Hotel 0,49 0,46 0,46 0,48 0,47 Restoran 0,34 0,34 0,33 0,33 0,33 Rekreasi & hiburan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 Kontribusi pariwisata terhadap PDRB Agam Tahun 20 baru mencapai sekitar 0,83 % dengan laju pertumbuhan 5,85 %. Kabupaten Agam masuk salah satu destinasi Pengembangan pariwisata Provinsi Sumatera Barat, merupakan satu koridor dengan Kota B.Tinggi, Kabupaten Limapuluh, dan Kota Payakumbuh. Kabupaten Agam memiliki banyak peluang untuk mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif, memiliki beragam industri kerajinan, dan kekayaan alam dan budaya : wisata alam, seni budaya kerajinanan, agrowisata, dan lain-lain. 35

47 Grafik II.6 Jumlah dan Pertumbuhan Wisatawan ke Kabupaten Agam Aspek daya saing daerah Daya saing daerah pada dasarnya adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional. Indikator utama yang dapat digunakan untuk menentukan peringkat daya saing daerah tersebut antara lain adalah: () Kemampuan Ekonomi Daerah, (2) Ketersediaan Infrastruktur, (3) Iklim Investasi dan (4) Kualitas Sumberdaya Manusia. Uraian tentang perkembangan daya saing daerah menurut masing-masing. Indikator tersebut diuraikan pada bagian-bagian berikutnya Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita Berdasarkan Makanan dan Non Makanan. Pola konsumsi merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumahtangga/keluarga. Pengeluaran Penduduk dikelompokan menjadi pengeluaran makanan dan non makanan. Secara umum pengeluaran penduduk Kabupaten Agam masih didominasi oleh pengeluaran makanan. Gafik II.7 Persentase Konsumsi Rata-Rata Per Kapita Sebulan Penduduk Agam Tahun 20 F 36

48 Dari grafik diatas terlihat penduduk perdesaan menggunakan 65,65 % pendapatan utk konsumsi makanan dan 34,35% non makanan sedangakan di perkotaan lebih baik,yaitu 43,5% untuk non makanan dan 56,49 % untuk makanan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keluarga di Kabupaten Agam masih bergelut untuk memenuhi kebutuhan makan, yang mengindikasikan rumah tangga berpenghasilan rendah. Pola konsumsi merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumahtangga/keluarga. Gafik II.8 Pola Konsumsi Makanan Rata-Rata Perkapita Sebulan Penduduk Kabupaten Agam Tahun 20 Dari gafik diatas terlihat Konsumsi penduduk Kabupaten Agam paling tinggi pada kelompok padi-padian sebesar 20 %, kelompok kedua pada konsumsi makanan dan minuman mencapai 9% dan disusul Konsumsi tembakau dan sirih menduduki tertinggi ketiga setelah makanan dan minuman jadi yakni sebesar 3 %. Garfik II.9 Pola Konsumsi Non Makanan Rata-Rata Perkapita Sebulan Penduduk Kabupaten Agam Tahun 20 37

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan Bangsa Indonesia sampai dengan saat ini merupakan usaha untuk merubah kondisi bangsa dari keterbelakangan ke arah yang lebih maju. Untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 11 TAHUN 2015 T e n t a n g : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN AGAM TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 11 TAHUN 2015 T e n t a n g : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN AGAM TAHUN 2016 PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR TAHUN 205 T e n t a n g : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN AGAM TAHUN 206 TAHUN 205 PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR TAHUN 205 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RKPD DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN TAHUN 2012

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RKPD DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN TAHUN 2012 BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RKPD DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN TAHUN 2012 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografi 2.1.1.1 Letak Geografis Dan Batas Administrasi Wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2001. Keadaan ini telah memberi kesadaran baru bagi kalangan pemerintah maupun masyarakat, bahwa pelaksanaan otonomi tidak bisa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 22 TAHUN 2014 T e n t a n g :

PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 22 TAHUN 2014 T e n t a n g : PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 22 TAHUN 204 T e n t a n g : PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 5 TAHUN 203 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN AGAM TAHUN 204 PERATURAN BUPATI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

CAPAIAN RPJMD KABUPATEN AGAM

CAPAIAN RPJMD KABUPATEN AGAM PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN AGAM CAPAIAN RPJMD KABUPATEN AGAM 2010-2015 DATA DAN INFORMASI 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015 DAFTAR ISI Daftar Isi.... Daftar Tabel Daftar Grafik. GAMBARAN

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN PENGEMBANGAN DESA YANG BERKELANJUTAN MELALAUI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN YANG BERKELANJUTAN (P2KPB)

MEWUJUDKAN PENGEMBANGAN DESA YANG BERKELANJUTAN MELALAUI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN YANG BERKELANJUTAN (P2KPB) MEWUJUDKAN PENGEMBANGAN DESA YANG BERKELANJUTAN MELALAUI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN YANG BERKELANJUTAN (P2KPB) Disampaikan Oleh: Bupati Agam Indra Catri Disampaikan pada acara Dialog Nasional

Lebih terperinci

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN SINTANG Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan yang berkualitas menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan yang baik dalam skala nasional maupun daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab telah menjadi tuntutan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki hak dan kewenangan dalam mengelola

Lebih terperinci

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam SKPD : DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Kode (1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9) (1) URUSAN KEHUTANAN 7,143,465, 8,48,49,4 1 3 1 Program Pelayanan Administrasi Terwujudnya pelayanan administrasi Perkantoran

Lebih terperinci

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam SKPD : DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Kode URUSAN KEHUTANAN 7,393,465, 8,48,49,4 3 Program Pelayanan Administrasi Terwujudnya pelayanan administrasi Perkantoran perkantoran. 59,5, 765,, 3 2 Penyediaan

Lebih terperinci

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 PAPARAN Palangka Raya, 20 Maret 2017 FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 KEPALA BAPPEDALITBANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN OLEH AMELIA 07 114 027 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 i ANALISIS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM PEMERINTAH KABUPATEN SOLOK DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK Jl. Lintas Sumatera Km 20 Telp. (0755) 31566,Email:pukabsolok@gmail.com RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SOLOK TAHUN 2015 AROSUKA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba dalam kehidupan ini. Bencana alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan gunung api,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BUPATI AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH SALINAN BUPATI AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, Menimbang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 2013 TANGGAL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2016 BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Luas Kabupaten Agam adalah 2.232,30 Km² atau 5,29 persen dari luas wilayah Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 385 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2015

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 385 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 385 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN AGAM 2010-2030 PEMERINTAHAN KABUPATEN AGAM TAHUN 2010 Revisi RTRW Kabupaten Agam 2010-2030 KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PROFIL KABUPATEN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR : 31 TAHUN 2011 TANGGAL : 24 MEI 2011 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sisten Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) bahwa Pemerintah maupun Pemerintah Daerah setiap

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA Strategi dan Program Prioritas Penguatan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Mahulu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 1 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Kabupaten Agam secara geografis berada antara 00 o 02-00 o 29 LS dan 99 o 52 100 o 23 BT dengan luas wilayah 2 212.19 km 2 atau 5.24%

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014 BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Undang-Undang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 39 TANGGAL : 14 Mei 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Lampung Barat yang didiikan berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1991 memiliki luas wilayah 4.550,4 ~m'. Sebagian besar wilayah Kabupaten Lampung Barat memiliki

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINTANG Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia Dan Tata Kelola Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci