KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK DAGING KELELAWAR, SAPI, AYAM, DAN IKAN CAKALANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK DAGING KELELAWAR, SAPI, AYAM, DAN IKAN CAKALANG"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK DAGING KELELAWAR, SAPI, AYAM, DAN IKAN CAKALANG Abstrak TILTJE ANDRETHA RANSALELEH. Karakteristik Organoleptik Daging Kelelawar, Daging Sapi, Daging Ayam, dan Ikan Cakalang. Dibimbing oleh RARAH RATIH ADJIE MAHESWARI, PURWANTININGSIH SUGITA, dan WASMEN MANALU Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen pada daging kelelawar dibandingkan dengan daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dimasak dengan cara dikukus, dimasak kari, dan dimasak rica-rica. Pengujian organoleptik yang dilakukan adalah uji hedonik. Data hasil uji hedonik diolah dengan metode Kruskal-Wallis. Untuk mengetahui sebaran data dari respons panelis terhadap contoh uji, dianalisis menggunakan grafik kotak plot. Skala hedonik yang digunakan dari 1 hingga 7. Variabel yang digunakan adalah warna, rasa, aroma, keempukan, dan penerimaan umum. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis daging dengan cara pengolahan yang berbeda berpengaruh nyata (P 0.0) pada rasa, warna, aroma, keempukan, dan penerimaan umum daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dimasak kukus, kari, dan rica-rica. Kesimpulan adalah tingkat kesukaan penelis pada daging kelelawar sama dengan tingkat kesukaan daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang. Daging yang disukai adalah daging yang dimasak menggunakan bumbu kari dan rica-rica. Kata kunci : daging kelelawar, tingkat kesukaan, bumbu, kari, rica-rica.

2 114 Abstract TILTJE ANDRETHA RANSALELEH. Organoleptic Characteristics of Fruit Bats Meat, Beef, Chicken, and Skipjack. Under direction of RARAH RATIH ADJIE MAHESWARI, PURWANTININGSIH SUGITA, and WASMEN MANALU The experiment was designed to study the hedonic scaling of the bat meat as compared to beef, chicken, and tuna cooked by steaming, kari, and rica-rica. The organoleptic testing used was hedonic test. The hedonic scale used was 1 to 7. Hedonic test data was processed by the Kruskal-Wallis method. To know the distribution of renponse, data were analyzed using boxplot chart. The analysis showed that various kinds of meat with different ways of processing had significan effect (P 0.0) on flavor, color, aroma, tenderness, and general acceptance of bat meat, beef, chicken, and tuna. The conclusion is the panelist liked the meat of the bat same as beef, chiken, and tuna that were cooked rica-rica and kari. Keywords : fruit bats, hedonic scaling, meat, seasoning, kari, rica-rica

3 11 Pendahuluan Nilai gizi sangat menentukan kualitas bahan pangan, namun bahan pangan yang diminati konsumen bukan saja dilihat dari nilai gizi yang baik, namun dari penampakan yang menarik, cita rasa yang enak juga aman untuk dikonsumsi. Warna, aroma, rasa, kekerasan, dan penerimaan umum adalah atribut penampakan dan cita rasa suatu pangan yang dikenal sebagai sifat organoleptik (Soewarno S. 1981, Setyaningsih et al. 010). Penilaian setiap orang untuk atribut organoleptik terhadap bahan pangan berbeda-beda sesuai dengan budaya, kebiasaan, bentuk, dan jenis produk. Dengan demikian, bahan pangan yang menurut seseorang disukai belum tentu disukai oleh orang lain. Untuk mengetahui suatu produk disukai atau tidak disukai maka dilakukan analisis organoleptik terhadap bahan pangan, menggunakan indera manusia sebagai instrumen, seperti penglihatan, penciuman, pencicipan, dan perabaan. Metode analisis sensori pada prinsipnya ada tiga jenis, yaitu uji pembedaan, uji deskripsi, dan uji afeksi. Uji afeksi adalah metode yang digunakan untuk mengukur subjektif konsumen terhadap produk berdasarkan sifat-sifat organoleptik. Tujuan uji afeksi untuk mengetahui tingkat penerimaan atau kesukaan terhadap produk yang sudah ada atau produk baru. Uji hedonik adalah salah satu uji kesukaan. Dalam uji ini panelis diminta untuk mengemukakan tingkat kesukaannya terhadap suatu produk secara langsung. Uji ini dapat diaplikasi pada pengembangan suatu produk atau pembandingan suatu produk (Setyaningsih et al. 010). Di Indonesia, proses pengolahan bahan pangan sangat bervariasi, baik diolah secara tradisional maupun secara modern. Secara tradisional, pengolahan daging didasarkan pada kebiasaan masyarakat setempat yang telah menjadi turun temurun. Berbagai bentuk pemasakan, seperti perebusan, penggorengan, pemanggangan disertai dengan penggunaan rempah secara khas, sejak dulu telah dipakai untuk meningkatkan kelezatan, kemudahan mengunyah, dan keamanan pangan yang diolah supaya diterima konsumen (Soewarno 1981). Paniki adalah salah satu produk pangan dengan bahan dasar daging kelelawar yang merupakan pangan eksotik masyarakat di Sulawesi Utara, yang diolah rica-rica dan santan kari, dan bisa diperoleh di rumah-rumah makan

4 11 tradisional, restoran atau pada upacara keagamaan, dan ucapan syukur di setiap keluarga. Bahkan paniki sudah dikirim ke luar daerah sampai mancanegara karena permintaan secara personal. Walaupun belum ada data ilmiah yang menyatakan seberapa besar tingkat kesukaan masyarakat di Manado dan Minahasa terhadap daging paniki olahan, jika dibandingkan dengan daging olahan yang lainnya, maka daging paniki merupakan salah satu daging favorit yang disukai. Untuk membuktikan tingkat kesukaan masyarakat pada daging paniki olahan, maka telah dilakukan penelitian terhadap daging paniki yang dimasak dengan cara dikukus, dimasak kari, dan masak rica-rica, dan dibandingkan dengan daging sapi, ayam, dan ikan cakalang. Dipilihnya daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang sebagai pembanding karena daging sapi dan ayam bisa dikonsumsi untuk semua kalangan, sedangkan ikan cakalang merupakan menu yang hampir tiap hari tersedia dan sudah dikenal masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap daging kelelawar dibandingkan dengan daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang. Bahan dan Metode Tempat dan Waktu Penelitian Uji organoleptik dilakukan pada Agustus 011 di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi, Manado. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan untuk uji organoleptik adalah kelelawar jenis Pteropus alecto sebanyak ekor, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang masing-masing sebanyak kg, cabe rawit, bawang merah, jahe, sereh, kunyit dan daun jeruk, mentimun, dan aquades. Peralatan yang digunakan adalah timbangan digital, dissecting set, food processor, cawan petri, kompor, format uji, alat tulis menulis, wadah sampel, kapas, dan tisu makan. Metode Penelitian Uji Organoleptik Daging Uji organoleptik dilakukan untuk melihat tingkat kesukaan konsumen terhadap daging kelelawar dibandingkan dengan daging sapi, ayam, dan ikan

5 117 cakalang, untuk melihat tingkat kesukaan konsumen terhadap daging olahan hasil dari tiga cara pengolahan, yaitu direbus, dimasak kari, dan dimasak rica. Kelelawar jenis P. alecto dimatikan dengan cara memotong bagian kepalanya, darahnya ditiriskan, bulunya dibakar menggunakan kompor gas, lalu kepala, sayap, rongga pencernaan, dan pernapasan dikeluarkan. Lalu dipotong-potong berbentuk dadu dan siap untuk dimasak. Daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dari pasar dicuci bersih, lalu dipotong-potong dadu seperti daging kelelawar. Setiap jenis daging dimasak dengan tiga cara, yaitu dikukus, masak kari, dan masak rica-rica, menggunakan bumbu masak cabe rawit, bawang merah, jahe, sereh, kunyit, dan daun jeruk dengan perbandingan 100 g : 0 g : g : 10 g : 0 g : 3 g untuk setiap 00 g daging. Bumbu yang digunakan untuk masak ricarica sama dengan masak kari hanya pada masak kari ditambahkan kunyit dan santan kelapa kental sebanyak 100 ml, sedangkan yang dikukus tidak diberi bumbu. Waktu pemasakan masing-masing selama 0 menit. Sebelum diuji, masing-masing masakan diberi kode sebanyak tiga huruf sebagai berikut : kelelawar kukus (KKU), kelelawar masak kari (KKA), dan kelelawar masak rica (KRI), sapi kukus (SKU), sapi masak kari (SKA), dan sapi masak rica (SRI), ayam kukus (AKU), ayam masak kari (AKA), dan ayam masak rica (ARI), serta ikan cakalang kukus (IKU), ikan cakalang masak kari (IKA), dan ikan cakalang masak rica (IRI). Pengujian organoleptik menggunakan uji hedonik (Setyaningsih et al 010). Jumlah panelis yang digunakan adalah 0 orang panelis tidak terlatih, yaitu mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi yang terdiri atas pria dan wanita pada kelompok umur yang sama. Daging diolah dengan cara masak dan pemberian bumbu yang sama, setelah dimasak bahan uji disajikan secara acak dan dilakukan secara spontan. Skala hedonik yang digunakan berkisar antara 1 sampai 7. Pengujian dilakukan pada pukul sampai Sebelum penelis memberikan tanggapan tentang contoh uji pada format uji, panelis diberikan arahan atau petunjuk tentang apa yang akan mereka lakukan. Untuk menghindari komunikasi antara panelis, antara panelis satu dengan lainnya dipisahkan dengan sekat yang dibuat dari karton ukuran 100 cm x 0 cm x 0 cm. Komunikasi hanya terjadi antara panelis dan penyaji. Penyajian contoh dilegkapi dengan air minum. Setiap kali panelis pindah contoh uji

6 118 diwajibkan untuk minum agar supaya tidak terjadi bias terhadap atribut penilaian. Panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya dengan menggunakan format uji seperti di bawah ini. Form Penilaian Organoleptik Uji Hedonik Nama panelis : Tanggal Pengujian : Bahan uji : Petunjuk 1. Dihadapan Anda terdapat 1 sampel.. Anda dimohon untuk memberi penilaian terhadap masing-masing sampel berdasarkan kesukaan terhadap warna, aroma, rasa, kekerasan, dan penerimaan keseluruhan, dengan angka yang sesuai dengan penilaian sebagaimana ditunjukkan pada keterangan notasi. 3. Setiap kali anda mencicipi satu sampel, mohon saudara minum air putih, untuk menetralkan sampel berikutnya. Kode Sampel Tingkat kesukaan yang diuji Rasa Warna Aroma Keempukan Penerimaan Keseluruhan KKU KKA KRI SKU SKA SRI AKU AKA ARI IKU IKA IRI Keterangan notasi : 7 = sangat suka = suka = agak suka 4 = biasa saja 3 = agak tidak suka = tidak suka 1 = sangat tidak suka Diagram alir proses pengolahan sampai pengujian disajikan pada Gambar 33. Untuk analisis keragaman maka data hedonik diubah menjadi skala numerik. Untuk membaca skala hedonik maka angka numerik di belakang koma yang lebih

7 119 besar dari lima harus dibulatkan ke atas, dan angka numerik di belakang koma di bawah lima harus dibulatkan ke bawah. Kelelawar Daging sapi, ayam dan ikan cakalang Mati daging -darah ditiriskan, -sayap, kepala, rongga pernapasan dan pencernaan dikeluarkan -daging dipisahkan -dibersihkan dengan air -dibagi tiga bagian -dipotong dadu -tanpa bumbu - bumbu kari -bumbu rica -dimasak 0 - dimasak 0 -dimasak 0 daging kukus daging masak kari daging masak rica - diberi kode - diberi kode - diberi kode contoh uji contoh uji contoh uji -dianalisis -dianalisis -dianalisis - rasa -rasa -rasa -warna -warna -warna -aroma -aroma -aroma -keempukan -keempukan -keempukan -penerimaan umum -penerimaan umum -penerimaan umum Data hedonik Data hedonik Data hedonik Gambar 33 Diagram alir pengolahan daging sampai pengujian organoleptik. Analisis Data Pengujia organoleptik yang dilakukan adalah uji hedonik (Setyangsih et al. 010). Data hasil uji hedonik diolah dengan metode Kruskal-Wallis (Gibbons 197) menggunakan Minitab versi 1. Untuk mengetahui perlakuan mana yang

8 10 berbeda dianalisis menggunakan grafik kotak plot (boxplot). Tujuan menggunakan grafik boxplot adalah melihat median dan sebaran data respons panelis terhadap contoh uji. Prinsip dari boxplot adalah 0% dari data pengamatan menyebar dalam kotak (box), dan median adalah 0% respons penilaian panelis seperti pada nilai median kotak plot. Garis atas dan bawah yang merupakan perpanjangan dari kotak (whiskers) merupakan nilai yang lebih tinggi atau rendah dari data dalam kotak. Nilai di luar badan boxplot merupakan nilai outlier, yaitu data yang letaknya 1. kali panjang kotak diukur dari garis atas dan bawah kotak, dan nilai extrim adalah nilai-nilai yang letaknya lebih dari 3 kali panjang kotak diukur dari garis atas dan bawah kotak. Susunan perlakuan uji hedonik adalah sebagai berikut. Perlakuan 1 adalah daging kelelawar kukus (KKU), perlakuan adalah daging kelelawar masak kari (KKA), perlakuan 3 adalah daging kelelawar masak rica (KRI), perlakuan 4 adalah daging sapi kukus (SKU), perlakuan adalah daging sapi masak kari (SKA), perlakuan adalah daging sapi masak rica (SRI), perlakuan 7 adalah daging ayam kukus (AKU), perlakuan 8 adalah daging ayam masak kari (AKA), perlakuan 9 adalah daging ayam masak rica (ARI), perlakuan 10 adalah ikan cakalang kukus (IKU), Perlakuan 11 adalah ikan cakalang masak kari (IKA), dan perlakuan 1 adalah ikan cakalang masak rica (IRI).

9 11 Hasil dan Pembahasan Uji Hedonik Terhadap Rasa Daging Kelelawar, Daging Sapi, Daging Ayam, dan Ikan Cakalang yang Dikukus, Masak Kari, dan Rica-Rica Indera manusia adalah instrumen yang digunakan dalam analisis sensori, yang terdiri atas indera pencicipan, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Proses penginderaan dimulai dari rangsangan suatu benda pada indera manusia, dan akan diteruskan oleh sel-sel saraf ke otak, dan otak akan menginterpretasikan rangsangan yang masuk menjadi persepsi, kemudian respons akan diformulasikan berdasarkan persepsi manusia. Data uji hedonik respons panelis terhadap rasa daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, dimasak kari, dan dimasak rica-rica dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil uji Kruskal-Wallis respons panelis terhadap rasa daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, dimasak kari, dan dimasak rica-rica dapat dilihat pada Lampiran 1. Rataan, standar deviasi, dan median respons penelis terhadap rasa disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Rataan, standar deviasi, dan median respons penelis terhadap rasa daging Kelelawar, sapi, ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan masak rica-rica Jenis Daging Olahan Rataan Standar Deviasi Median Kelelawar kukus Kelelawar kari Kelelawar rica-rica Sapi kukus Sapi kari Sapi rica-rica Ayam kukus Ayam kari Ayam rica-rica Ikan cakalang kukus Ikan cakalang kari Ikan cakalang rica-rica Hasil uji Kruskal-Wallis (Lampiran 1) menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P 0.0) pada rasa daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dimasak kukus, kari, dan rica-rica. Hal ini menggambarkan respons panelis terhadap rasa daging kelelawar, daging sapi,

10 Skala Hedonik 1 daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, dimasak kari, dan dimasak ricarica memberikan pengaruh yang berbeda. Distribusi data hedonik dan nilai median respons panelis terhadap rasa daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan rica-rica disajikan pada Gambar 34. Respons penerimaan panelis terhadap rasa daging kelelawar kukus tidak disukai (.10), dan daging sapi kukus hampir sama dengan ikan cakalang kukus, yaitu agak tidak disukai (.7 dan.98), sedangkan daging ayam kukus, panelis menyatakan biasa saja (4). Namun, nilai median untuk daging kelelawar kukus dan daging sapi kukus adalah, daging ayam kukus 4, dan ikan cakalang kukus 3. Hal ini memberikan gambaran bahwa panelis cenderung lebih menyukai daging ayam kukus diikuti ikan cakalang kukus, walaupun masih dalam taraf agak menyukai dan biasa saja, dibandingkan dengan daging kelelawar dan daging sapi kukus. 7 Nilai Median Rasa KKU KKA KRI SKU SKA SRI AKU AKA Jenis Daging Olahan ARI IKU IKA IRI Gambar 34 Distribusi data dan nilai median penerimaan panelis terhadap rasa daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan rica-rica. Respons pemerimaan panelis terhadap rasa daging kelelawar kari hampir sama dengan daging sapi kari, daging ayam kari, dan ikan cakalang kari, yaitu disukai (.8-.14), dengan nilai median masing-masing adalah. Demikian juga respons penerimaan panelis terhadap rasa daging kelelawar rica-rica (.94) hampir sama dengan daging sapi rica-rica (.9), ayam rica-rica (.18), dan ikan cakalang rica-rica (.1), dengan nilai median masing-masing adalah. Hal ini memberikan gambaran bahwa panelis cenderung menyukai daging kelelawar kari dan daging kelelawar rica-rica sama dengan daging sapi kari dan daging sapi rica-

11 13 rica, daging ayam kari dan daging ayam rica-rica, juga ikan cakalang kari dan ikan cakalang rica-rica. Rentang penyebaran skala hedonik untuk daging kelelawar kukus dimulai dari 1 hingga 4, sedangkan daging sapi kukus, daging ayam kukus, dan ikan cakalang kukus dari 1 hingga 7. Garis perpanjangan kotak boxplot dari daging kelelawar kukus ke arah atas mulai dari skala 3 ke 4 yang menggambarkan tingkat penerimaan panelis terhadap rasa daging kelelawar kukus hanya sampai ke arah biasa saja, sedangkan garis perpanjangan kotak boxplot dari daging sapi kukus ke arah atas mulai dari skala hedonik 4 hingga 7 yang menggambarkan tingkat penerimaan panelis terhadap rasa daging sapi kukus sampai ke arah sangat menyukai. Garis perpanjangan kotak boxplot dari daging ayam kukus dan ikan cakalang kukus ke arah bawah mulai dari skala ke 1, dan ke arah atas mulai dari skala ke 7 untuk daging ayam kukus, dari skala 4 hingga 7 untuk ikan cakalang kukus, yang menggambarkan bahwa respons panelis terhadap rasa daging ayam kukus dan ikan cakalang kukus sangat luas dimulai dari arah sangat tidak menyukai sampai sangat menyukai. Rentang penyebaran skala hedonik daging kelelawar kari dan daging ayam kari dimulai dari hingga 7. Garis perpanjangan kotak boxplot untuk daging kelelawar kari ke arah atas mulai dari skala ke 7 yang menggambarkan tingkat penerimaan panelis terhadap rasa daging kelelawar kari ke arah sangat menyukai, sedangkan garis perpanjangan kotak boxplot pada daging ayam kari ke arah bawah mulai dari skala ke 4 yang menggambarkan respons panelis terhadap daging ayam kari mengarah ke biasa saja sampai sangat disukai. Rentang penyebaran skala hedonik daging sapi kari dan ikan cakalang kari dimulai dari 4 hingga 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah atas mulai dari skala hedonik ke 7, sedangkan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah mulai dari skala hedonik ke 4 yang menggambarkan respons panelis terhadap rasa daging sapi kari dan ikan cakalang kari sama, yaitu ke arah biasa saja sampai sangat menyukai. Rentang penyebaran skala hedonik daging kelelawar rica-rica sama dengan ikan cakalang rica-rica dimulai dari skala hingga 7, tanpa ada garis perpanjangan kotak boxplot, yang menggambarkan 0% respons panelis mengarah ke sangat menyukai kelelawar rica-rica dan ikan cakalang rica-rica.

12 14 Rentang penyebaran skala hedonik daging sapi rica dimulai dari skala 4 hingga 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah atas mulai dari skala hedonik ke 7, sedangkan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah mulai dari skala hedonik ke 4 yang menggambarkan respons panelis terhadap rasa daging sapi rica-rica ke arah biasa saja sampai sangat menyukai, dan rentang penyebaran skala daging ayam rica-rica dimulai dari hingga 7, sedangkan garis perpanjangan kotak boxplot pada daging ayam rica-rica k earah bawah mulai dari ke yang menggambarkan respons panelis terhadap daging ayam rica-rica dari agak suka ke sangat menyukai. Berdasarkan pada nilai rata-rata dan nilai median pada Tabel 11 serta pola penyebaran data hedonik pada Gambar 34 dapat dinyatakan bahwa penelis menyukai rasa daging kelelawar, baik yang dimasak kari dan rica-rica sama dengan daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dimasak kari dan ricarica, sedangkan daging ayam kukus dan ikan cakalang kukus cenderung disukai, dan daging kelelawar kukus serta daging sapi kukus dinyatakan tidak disukai. Rasa daging yang disukai adalah rasa daging yang diberi bumbu masak. Hal ini disebabkan cara masak daging di Manado yang menggunakan bumbu-bumbu masak, terutama bumbu kari dan rica-rica sehingga penelis terbiasa mengkonsumsi daging yang diolah menggunakan bumbu masak rica-rica dan kari yang pedas. Akibatnya, indera pencicipan peka terhadap sensasi rasa pedas. Setyaningsih et al. ( 010) menyatakan bahwa kepekaan terhadap rasa bervariasi bergantung pada substansi yang diuji, yaitu pada permukaan lidah terdapat sel-sel yang peka terhadap lima rasa dasar dengan urutan kepekaan, yaitu lidah ujung depan peka terhadap manis, tengah depan terhadap rasa asin, tengah belakang asam, pangkal lidah pahit, dan selain rasa dasar terdapat sensasi rasa yang dihasilkan oleh saraf trigeminal yang terletak di rongga mulut dan hidung, seperti rasa pedas, rasa dingin, dan rasa terbakar. Bumbu-bumbu yang digunakan dalam proses pengolahan daging memberikan sensasi rasa pedas, gurih, dan enak. Uji Hedonik Terhadap Warna Daging Kelelawar, Daging Sapi, Daging Ayam, dan Ikan Cakalang yang Dikukus, Masak Kari, dan Rica-Rica Bagi konsumen, salah satu hal yang penting dalam penilaian produk makanan adalah warna produk, dan konsumen akan memilih makanan sesuai

13 1 dengan selera yang dilihatnya secara visual. Data uji hedonik respons panelis terhadap warna daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, dimasak kari, dan dimasak rica-rica dapat dilihat pada Lampiran 17. Hasil uji Kruskal-Wallis respons panelis terhadap warna daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, dimasak kari, dan dimasak rica-rica dapat dilihat pada Lampiran 18. Rataan, standar deviasi, dan median respons penelis terhadap rasa disajikan pada Tabel 1. Hasil uji Kruskal-Wallis (Lampiran 18) menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P 0.0) terhadap warna daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dimasak kukus, kari, dan rica-rica. Hal ini menggambarkan respons panelis terhadap warna daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, dimasak kari, dan dimasak ricarica memberikan pengaruh yang berbeda. Tabel 1 Rataan, standar deviasi, dan median respons penelis terhadap warna daging kelelawar, sapi, ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan masak rica-rica Jenis Daging Olahan Rataan Standar deviasi Median Kelelawar kukus Kelelawar kari Kelelawar rica-rica Sapi kukus Sapi kari Sapi rica-rica Ayam kukus Ayam kari Ayam rica-rica Ikan cakalang kukus Ikan cakalang kari Ikan cakalang rica-rica Distribusi data hedonik dan nilai median respons panelis terhadap warna daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan rica-rica disajikan pada Gambar 3. Respons penerimaan panelis terhadap warna daging kelelawar kukus, daging sapi kukus, daging ayam kukus, dan ikan cakalang kukus hampir sama, yaitu biasa saja, dengan rataan masing masing adalah 4.14, 4.38, 4.8,4.0, dan nilai median masing-masing adalah. Hal ini memberikan gambaran bahwa panelis cenderung menyukai warna daging

14 Skala Hedonik 1 kelelawar kukus sama dengan warna sapi kukus, ayam kukus, dan ikan cakalang kukus Respons pemerimaan panelis terhadap warna daging kelelawar kari hampir sama dengan daging sapi kari, daging ayam kari, dan ikan cakalang kari, yaitu disukai, dengan rataan masing masing adalah.8,.7,.84,.4, dan nilai median masing-masing adalah. Hal ini memberikan gambaran bahwa panelis menyukai warna daging kelelawar kukus sama dengan warna daging sapi kukus, daging ayam kukus, dan ikan cakalang kukus Respons penerimaan panelis terhadap warna daging kelelawar rica-rica hampir sama dengan daging sapi rica-rica, daging ayam rica-rica, dan ikan cakalang rica-rica dengan rataan masing masing adalah.8,.7,.84, dan.4, namun nilai median daging kelelawar rica-rica dan daging sapi rica-rica adalah, sedangkan daging ayam rica-rica dan ikan cakalang rica-rica adalah. Hal ini memberikan gambaran bahwa panelis lebih menyukai daging ayam rica-rica dan ikan cakalang rica-rica daripada daging kelelawar rica-rica dan daging sapi ricarica. Nilai Median Warna KKU KKA KRI SKU SKA SRI AKU AKA Jenis Daging Olahan ARI IKU IKA IRI Gambar 3 Distribusi data dan nilai median penerimaan panelis terhadap warna daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan rica-rica. Rentang penyebaran skala hedonik untuk daging kelelawar kukus, daging sapi kukus, dan daging ayam kukus dimulai dari hingga 7, dan ikan cakalang kukus dari 1 hingga 7. Garis perpanjangan kotak boxplot dari daging kelelawar kukus dan daging sapi kukus ke arah atas mulai dari skala ke 7, namun untuk

15 17 daging ayam kukus dan ikan cakalang kukus mulai dari ke 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot dari daging kelelawar kukus, daging sapi kukus, dan daging ayam kukus ke arah bawah dari 3 ke, namun untuk ikan cakalang kukus dari 3 ke 1, yang menggambarkan bahwa respons panelis terhadap warna daging kelelawar kukus, daging sapi kukus, daging ayam kukus, dan ikan cakalang kukus sangat luas dimulai dari arah sangat tidak disukai sampai sangat disukai. Rentang penyebaran skala hedonik daging kelelawar kari, daging sapi kari, dan ikan cakalang kari dimulai dari 4 hingga 7, dan daging ayam kari dimulai dari hingga 7. Garis perpanjangan kotak boxplot untuk daging kelelawar kari, daging sapi kari, dan ikan cakalang kari ke arah atas mulai dari skala ke 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah dari skala ke 4, namun untuk ikan cakalang kari terdapat data respons yang terletak di luar badan boxplot, yang menggambarkan respons panelis terhadap warna daging kelelawar kari, daging sapi kari, dan ikan cakalang kari mengarah dari biasa saja sampai sangat disukai. Namun, ada sebagian panelis secara ekstrim agak tidak suka. Rentang penyebaran skala hedonik daging ayam kari dimulai dari hingga 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah mulai dari skala hedonik ke, namun terdapat data respons yang terletak di luar badan boxplot yang merupakan nilai ekstrim. Hal ini mengambarkan bahwa pada umumnya panelis mempunyai persepsi yang sama dalam menyatakan respons terhadap kesukaan warna daging ayam kari, dan sebagian panelis menyatakan tidak menyukai daging ayam kari. Rentang penyebaran skala hedonik daging kelelawar rica-rica sama dengan daging sapi rica-rica, daging ayam rica-rica, dan ikan cakalang rica-rica dimulai dari skala 4 hingga 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah atas mulai dari skala hedonik ke 7, sedangkan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah mulai dari skala hedonik ke 4. Namun, untuk daging kelelawar ricarica dan daging sapi rica-rica mempunyai nilai median, sedangkan daging ayam rica-rica mempunyai nilai median. Hal ini menggambarkan bahwa respons panelis terhadap warna daging kelelawar rica-rica, daging sapi rica-rica, daging ayam rica-rica, dan ikan cakalang rica-rica dimulai dari arah biasa saja sampai sangat disukai, namun sebagian besar panelis menyatakan menyukai warna daging

16 18 kelelawar rica-rica dan daging sapi rica-rica, sedangkan untuk daging ayam ricarica, dan ikan cakalang rica-rica dinyatakan sangat disukai. Berdasarkan pada nilai rata-rata dan nilai median pada Tabel 1 serta pola penyebaran data hedonik pada Gambar 3 dapat dinyatakan bahwa penelis lebih menyukai warna daging kelelawar kari, daging sapi kari, daging ayam kari, ikan cakalang kari, daging ayam rica-rica, dan ikan cakalang rica-rica daripada daging kelelawar kukus, daging kelelawar rica-rica, daging sapi kukus, daging sapi ricarica, daging ayam kukus, dan ikan cakalang kukus. Warna daging yang lebih disukai adalah warna yang kelihatan cerah, sedangkan yang tidak disukai adalah warnanya kelihatan agak gelap. Hal ini disebabkan karena pengaruh jenis daging, yaitu daging kelelawar, daging sapi, dan ikan cakalang, warnanya agak gelap dibanding daging ayam yang berwarna putih. Aberlle et al. (001), Lawrie (003) menyatakan bahwa warna daging dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi faktor penentunya adalah kandungan mioglobin daging, yaitu kandungan mioglobin bergantung pada spesies, umur, jenis daging dan aktivitas fisik. Selain jenis daging, pemberian bumbu masak juga mempengaruhi penampilan warna daging, yaitu daging yang dimasak kari warnanya lebih cerah, sedangkan yang diberi bumbu rica-rica warnanya gelap. Lebih cerahnya warna daging yang dimasak kari karena daging yang dimasak rica-rica tidak diberikan kunyit, sedangkan daging yang dimasak kari diberikan kunyit, sehingga warna kunyit menyebarkan ke seluruh permukaan daging yang dimasak kari. Desroiser (1988) menyatakan bahwa atribut warna pada umumnya dianggap suatu sifat dari benda, dan benda akan berwarna jika memantulkan dan menyebarkan energi yang dapat dilihat. Uji Hedonik Terhadap Aroma Daging Kelelawar, Daging Sapi, Daging Ayam, dan Ikan Cakalang yang Dikukus, Masak Kari, dan Rica-Rica Aroma adalah suatu atribut sensori yang dapat dideteksi dengan indera penciuman, yaitu hidung, dan merupakan sifat mutu yang penting dalam penilaian bahan pangan. Data uji hedonik respons panelis terhadap aroma daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, dimasak kari, dan dimasak rica-rica dapat dilihat pada Lampiran 19. Hasil uji Kruskal-Wallis respons panelis terhadap aroma daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, dimasak kari, dan dimasak rica-rica dapat dilihat

17 19 pada Lampiran 0. Rataan, standar deviasi dan median respons penerimaan penelis terhadap aroma disajikan pada Tabel 13. Hasil uji Kruskal-Wallis (Lampiran 0) menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata (P 0.0) terhadap aroma daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dimasak kukus, kari, dan rica-rica. Hal ini menggambarkan respons panelis terhadap aroma daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, dimasak kari, dan di masak rica-rica memberikan pengaruh yang berbeda. Tabel 13 Rataan, standar deviasi, dan median respons penelis terhadap aroma daging kelelawar, sapi, ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan masak rica-rica Jenis Daging Olahan Rataan Standar Deviasi Median Kelelawar kukus Kelelawar kari Kelelawar rica-rica Sapi kukus Sapi kari Sapi rica-rica Ayam kukus Ayam kari Ayam rica-rica Ikan cakalang kukus Ikan cakalang kari Ikan cakalang rica-rica Distribusi data hedonik dan nilai median respons panelis terhadap warna daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan rica-rica, disajikan pada Gambar 3. Respons penerimaan panelis terhadap aroma daging kelelawar kukus dan daging sapi kukus berkisar antara.4 hingga.7, yaitu tidak suka hingga agak tidak suka, dengan nilai median, dan daging ayam kukus serta ikan cakalang kukus 3.09, yaitu agak tidak disukai, dengan nilai median 3. Hal ini memberikan gambaran bahwa panelis cenderung tidak menyukai aroma daging kelelawar kukus, daging sapi kukus, daging ayam kukus, dan ikan cakalang kukus. Respons penerimaan panelis terhadap aroma daging kelelawar kari, daging sapi kari, ayam kari, dan ikan cakalang kari berkisar antara antara.4 hingga.87, yaitu agak suka dengan nilai median masing-masing adalah. Hal ini memberikan gambaran bahwa panelis menyukai aroma daging kelelawar kari,

18 Skala Hedonik 130 sama dengan daging sapi kari, daging ayam kari, dan ikan cakalang kari. Respons penerimaan panelis terhadap aroma daging kelelawar rica-rica, daging sapi ricarica, ayam rica-rica, dan ikan cakalang rica-rica berkisar antara.1 hingga.04, dengan nilai median masing-masing adalah. Hal ini memberikan gambaran bahwa panelis menyukai aroma daging kelelawar kari sama dengan sapi kari, dan sapi rica-rica, ayam kari dan ayam rica-rica, juga ikan cakalang kari. 7 Nilai Median Aroma KKU KKA KRI SKU SKA SRI AKU AKA Jenis Daging Olahan ARI IKU IKA IRI Gambar 3 Distribusi data dan nilai median penerimaan panelis terhadap aroma daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan rica-rica. Rentang penyebaran skala hedonik untuk aroma daging kelelawar kukus dimulai dari 1 hingga 4, daging sapi kukus 1 hingga, ayam kukus, dan ikan cakalang kukus dari 1 hingga 7. Garis perpanjangan kotak boxplot dari kelelawar kukus ke arah atas mulai dari skala 3 hingga 4, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah dari ke 1 yang menggambarkan tingkat penerimaan panelis terhadap aroma daging kelelawar kukus mulai dari sangat tidak suka sampai ke arah biasa saja, walaupun ada data respons panelis di luar badan boxplot yang menyatakan agak suka dengan aroma daging kelelawar kukus, kecenderungan itu sangat kecil. Garis perpanjangan kotak boxplot dari sapi kukus ke arah atas mulai dari skala hedonik 4 hingga 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah dari ke 1 yang menggambarkan tingkat penerimaan panelis terhadap aroma daging sapi kukus mulai dari sangat tidak menyukai ke arah sangat menyukai, sedangkan garis perpanjangan kotak boxplot dari ayam kukus dan ikan kukus ke arah bawah mulai dari skala ke 1, dan ke arah atas mulai dari skala ke 7 yang menggambarkan bahwa respons panelis terhadap

19 131 aroma daging ayam kukus dan ikan kukus sangat luas dimulai dari arah sangat tidak menyukai hingga sangat menyukai. Berdasakan pada distribusi data pada Gambar 3, dapat dikatakan bahwa aroma daging kelelawar kukus cenderung kurang disukai dibanding dengan daging sapi kukus, daging ayam kukus, dan ikan cakalang kukus. Adanya kecenderungan daging kelelawar kukus kurang disukai karena kelelawar memiliki kelenjar pada bagian leher yang mengeluarkan aroma khas yang tidak disukai, dan aroma tersebut terakumulasi dengan daging. Rentang penyebaran skala hedonik aroma daging kelelawar kari sama dengan daging sapi kari, daging ayam kari, dan ikan cakalang kari, yaitu berkisar dari 4 hingga 7. Garis perpanjangan kotak boxplot ke arah atas mulai dari skala ke 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah mulai dari skala ke 4 yang menggambarkan respons panelis terhadap aroma daging kelelawar kari sama dengan aroma daging sapi kari, daging ayam kari, dan ikan cakalang kari, yaitu mulai dari arah biasa saja hingga sangat disukai, walaupun terdapat data panelis di luar badan bloxplot yang menyatakan kurang menyukai aroma daging sapi kari, daging ayam kari, dan ikan cakalang kari, gambaran tersebut hanya sebagian kecil dari jumlah panelis. Rentang penyebaran skala hedonik aroma daging kelelawar rica-rica sama dengan aroma daging sapi rica-rica, dan ikan cakalang kari berkisar dari 4 hingga 7, sedangkan daging ayam rica-rica tidak membentuk boxplot karena data respons panelis tidak menyebar, namun berkumpul pada median, walaupun ada data yang di luar median yang menyebar dari 1 hingga 7. Garis perpanjangan kotak boxplot untuk aroma daging kelelawar rica-rica, daging sapi rica-rica, dan ikan cakalang rica-rica ke arah atas mulai dari skala ke 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah mulai dari skala ke 4 yang menggambarkan respons panelis terhadap aroma daging kelelawar rica-rica sama dengan aroma daging sapi rica-rica, dan ikan cakalang rica-rica, yaitu mulai dari arah biasa saja sampai sangat disukai, walaupun ada data panelis di luar badan boxplot yang menyatakan kurang menyukai aroma daging sapi rica-rica. Aroma daging ayam rica-rica cenderung sangat disukai, walaupun terdapat data panelis yang jauh dari respons panelis umumnya yang menyatakan kurang menyukai aroma daging ayam rica-rica.

20 13 Berdasarkan pada nilai rata-rata dan nilai median pada Tabel 13 serta pola penyebaran data hedonik pada Gambar 3 dapat dinyatakan bahwa aroma daging kelelawar kukus, daging sapi kukus, daging ayam kukus, dan ikan cakalang kukus kurang disukai, sedangkan aroma daging kelelawar, daging sapi, daging ayam dan ikan cakalang yang dimasak kari dan rica-rica disukai. Kurang disukainya aroma daging kelelawar kukus, daging sapi kukus, daging ayam kukus, dan daging ikan cakalang kukus karena panelis tidak terbiasa mengkonsumsi daging dan ikan cakalang yang hanya di kukus. Dengan demikian, pada waktu disajikan, sensasi tidak menyukai yang diterima oleh sel-sel saraf dari indera penciuman diteruskan ke otak, dan otak akan menginterpretasikan respons yang masuk menjadi persepsi tidak menyukai. Winarno (00) menyatakan bahwa aroma makan banyak menentukan kelezatan bahan makanan. Zaika et al (1978) menyatakan bahwa aroma dipengaruhi oleh jumlah bumbu yang ditambahkan ke dalam adonan, makin banyak bumbu maka aroma makin tajam. Uji Hedonik Terhadap Keempukan Daging Kelelawar, Daging Sapi, Daging Ayam, dan Ikan Cakalang yang Dikukus, Masak Kari, dan Rica-Rica Rataan, standar deviasi dan median respons penerimaan penelis terhadap keempukan disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Rataan, standar deviasi, dan median respons penelis terhadap keempukan daging kelelawar, sapi, ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan masak rica-rica Jenis Daging Olahan Rataan Standar deviasi Median Kelelawar kukus Kelelawar kari Kelelawar rica-rica Sapi kukus Sapi kari Sapi rica-rica Ayam kukus Ayam kari Ayam rica-rica Ikan cakalang kukus Ikan cakalang kari Ikan cakalang rica-rica Data uji hedonik respons panelis terhadap keempukan daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, dimasak kari, dan dimasak rica-rica dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil uji Kruskal-Wallis

21 Skala Hedonik 133 respons panelis terhadap keempukan daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, dimasak kari, dan dimasak rica-rica dapat dilihat pada Lampiran. Hasil uji Kruskal-Wallis (Lampiran ) menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P 0.0) pada keempukan daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dimasak kukus, kari, dan rica-rica. Hal ini menggambarkan respons panelis terhadap keempukan daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan ricarica memberikan pengaruh yang berbeda. Distribusi data hedonik dan nilai median respons panelis terhadap keempukan daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan rica-rica disajikan pada Gambar 37. Respons penerimaan panelis terhadap keempukan daging kelelawar kukus dan daging sapi kukus berkisar antara 4.7 sampai.8, yaitu biasa saja hingga agak suka, dengan nilai median untuk daging kelelawar kukus, daging sapi kukus, dan ikan cakalang kukus, sedangkan nilai median ayam kukus adalah. Hal ini memberikan gambaran bahwa keempukan daging kelelawar kukus cenderung disukai penelis sama dengan keempukan daging sapi kukus, dan ikan cakalang kukus, namun panelis lebih menyukai keempukan daging ayam kukus. 7 Nilai Median Keempukan KKU KKA KRI SKU SKA SRI AKU AKA Jenis daging Olahan ARI IKU IKA IRI Gambar 37 Distribusi data dan nilai median penerimaan panelis terhadap keempukan daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan rica-rica.

22 134 Respons penerimaan panelis terhadap keempukan daging kelelawar kari, daging sapi kari, ayam kari, dan ikan cakalang kari berkisar antara.7 hingga.8, yaitu agak suka, dengan nilai median masing-masing adalah. Hal ini memberikan gambaran bahwa panelis menyukai keempukan daging kelelawar kari, sama dengan daging sapi kari, daging ayam kari, dan ikan cakalang kari. Respons penerimaan panelis terhadap keempukan daging kelelawar rica-rica, daging sapi rica-rica, ayam rica-rica, dan ikan cakalang rica-rica berkisar antara.94 hingga.08, yaitu agak suka hingga suka, dengan nilai median masingmasing adalah. Hal ini memberikan gambaran bahwa panelis menyukai keempukan daging kelelawar kari sama dengan keempukan daging sapi rica-rica, ayam rica-rica, juga ikan cakalang rica-rica. Rentang penyebaran skala hedonik untuk keempukan daging kelelawar kukus dimulai dari 1 hingga 7, daging sapi kukus hingga 7, ayam kukus dan ikan cakalang kukus dari 4 hingga 7. Garis perpanjangan kotak boxplot dari kelelawar kukus ke arah atas mulai dari skala ke 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah dari 4 hingga 1 yang menggambarkan tingkat penerimaan panelis terhadap keempukan daging kelelawar kukus dari sangat tidak suka hingga sangat disukai. Garis perpanjangan kotak boxplot dari sapi kukus ke arah atas mulai dari skala hedonik ke 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah dari 4 ke yang menggambarkan tingkat penerimaan panelis terhadap aroma daging sapi kukus mulai dari tidak menyukai ke arah sangat disukai. Garis perpanjangan kotak boxplot dari ayam kukus dan ikan kukus ke arah bawah adalah sama mulai dari skala ke 4, dan ke arah atas mulai dari skala ke 7, serta terdapat data respons panelis di luar badan boxplot, namun nilai median dari daging ayam kukus, sedangkan ikan cakalang kukus hanya, yang menggambarkan bahwa respons panelis terhadap keempukan daging ayam kukus lebih disukai dibandingkan dengan keempukan ikan cakalang kukus. Rentang penyebaran skala hedonik keempukan daging kelelawar kari sama dengan daging sapi kari, daging ayam kari, dan ikan cakalang kari, yaitu berkisar dari 4 hingga 7. Garis perpanjangan kotak boxplot ke arah atas mulai dari skala ke 7 untuk daging kelelawar kari, daging sapi kari, dan daging ayam kari, namun untuk ikan cakalang kari tidak terdapat perpanjang garis ke arah atas, dan garis

23 13 perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah mulai dari skala ke 4 yang menggambarkan respons panelis terhadap keempukan daging kelelawar kari sama dengan keempukan daging sapi kari, daging ayam kari, dan ikan cakalang kari, yaitu mulai dari arah biasa saja hingga sangat disukai, walaupun terdapat data panelis di luar badan bloxplot yang merupakan gambaran sebagian kecil panelis yang menyatakan kurang menyukai keempukan daging ayam kari. Rentang penyebaran skala hedonik keempukan daging kelelawar rica-rica sama dengan keempukan daging sapi rica-rica, dan ikan cakalang rica-rica berkisar dari 4 hingga 7, sedangkan daging ayam rica-rica berkisar dari hingga 7. Garis perpanjangan kotak boxplot ke arah atas untuk keempukan daging kelelawar rica-rica, daging sapi rica-rica, daging ayam rica-rica, dan ikan cakalang rica-rica mulai dari skala ke 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah mulai dari skala ke 4 untuk daging kelelawar rica-rica, daging sapi ricarica, dan ikan rica-rica, sedangkan daging ayam rica-rica dari ke, yang menggambarkan respons panelis terhadap keempukan daging kelelawar rica sama dengan keempukan daging sapi rica-rica, dan ikan cakalang rica-rica, yaitu mulai dari arah biasa saja sampai sangat disukai, sedangkan daging ayam rica-rica dimulai dari agak suka hingga sangat menyukai, walaupun ada data panelis di luar badan boxplot yang menyatakan kurang menyukai keempukan daging sapi ricarica dan ayam rica-rica. Berdasarkan pada nilai rata-rata dan nilai median pada Tabel 14 serta pola penyebaran data hedonik pada Gambar 37 dapat dinyatakan bahwa keempukan daging kelelawar dikukus sama dengan keempukan daging sapi kukus dan ikan cakalang kukus, yaitu cenderung disukai, sedangkan keempukan daging kelelawar kari dan rica-rica sama dengan daging keempukan daging sapi kari, daging sapi rica-rica, daging ayam kukus, daging ayam kari, daging ayam rica-rica, dan ikan cakalang kari, serta ikan cakalang rica-rica. Uji Hedonik Terhadap Penerimaan Umum Daging Kelelawar, Daging Sapi, Daging Ayam, dan Ikan Cakalang yang Dikukus, Masak Kari, dan Rica-Rica Data uji hedonik respons panelis terhadap penerimaan umum daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, dimasak kari, dan dimasak rica-rica dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil uji Kruskal-

24 13 Wallis respons panelis terhadap penerimaan umum daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, dimasak kari, dan dimasak ricarica dapat dilihat pada Lampiran 4. Rataan, standar deviasi, dan median respons penerimaan panelis terhadap penerimaan umum disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Rataan, standar deviasi, dan median respons penelis terhadap penerimaan umum daging kelelawar, sapi, ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan masak rica-rica Jenis Daging Olahan Rataan Standar Deviasi Median Kelelawar kukus Kelelawar kari Kelelawar rica-rica Sapi kukus Sapi kari Sapi rica-rica Ayam kukus Ayam kari Ayam rica-rica Ikan cakalang kukus Ikan cakalang kari Ikan cakalang rica-rica Hasil uji Kruskal-Wallis (Lampiran 4) menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P 0.0) pada penerimaan umum daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dimasak kukus, kari, dan rica-rica. Hal ini menggambarkan respons panelis terhadap penerimaan umum daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan rica-rica memberikan pengaruh yang berbeda. Distribusi data hedonik dan nilai median respons panelis terhadap penerimaan umum daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan rica-rica disajikan pada Gambar 38. Respons pemerimaan panelis terhadap penampakan keseluruhan daging kelelawar kukus adalah 3.10, dengan nilai median, yaitu tidak suka, daging sapi kukus berkisar 3.39 dengan nilai median 3, yaitu agak tidak suka, dan daging ayam kukus 4.18, dengan nilai median 4, yaitu biasa saja. Hal ini memberikan gambaran bahwa panelis cenderung tidak menyukai penampakan keseluruhan dari daging kelelawar kukus, daging sapi kukus, daging ayam kukus, dan ikan cakalang kukus.

25 Skala Hedonik 137 Respons penerimaan panelis terhadap penampakan keseluruhan daging kelelawar kari, daging sapi kari, ayam kari, dan ikan cakalang kari berkisar.7 hingga, dengan nilai median masing-masing adalah, yaitu suka. Hal ini memberikan gambaran bahwa panelis menyukai penampakan keseluruhan daging kelelawar kari, sama dengan penampakan keseluruhan daging sapi kari, daging ayam kari, dan ikan cakalang kari. 7 Nilai Median Penerimaan Umum KKU KKA KRI SKU SKA SRI AKU AKA Jenis Daging Olahan ARI IKU IKA IRI Gambar 38 Distribusi data dan nilai median penerimaan panelis terhadap penerimaan umum daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dikukus, masak kari, dan rica-rica. kelelawar Respons penerimaan panelis terhadap penampakan keseluruhan daging rica-rica, daging sapi rica-rica, daging ayam rica-rica, dan ikan cakalang rica-rica berkisar antara.9 hingga.0, dengan nilai median masingmasing adalah, yaitu suka. Hal ini memberikan gambaran bahwa panelis menyukai penampakan keseluruhan daging kelelawar rica-rica sama dengan penampakan keseluruhan daging sapi rica-rica, daging ayam rica-rica, juga ikan cakalang rica-rica. Rentang penyebaran skala hedonik untuk penerimaan umum daging kelelawar kukus dimulai dari 1 hingga 7 sama dengan daging sapi kukus, daging ayam kukus, dan ikan cakalang kukus. Garis perpanjangan kotak boxplot dari kelelawar kukus ke arah atas mulai dari skala 4 hingga 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah dari ke 1 yang menggambarkan tingkat penerimaan panelis terhadap penampakan umum daging kelelawar kukus mulai dari sangat

26 138 tidak suka hingga sangat suka. Garis perpanjangan kotak boxplot dari sapi kukus ke arah atas mulai dari skala hedonik hingga 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah dari ke 1 yang menggambarkan tingkat penerimaan panelis terhadap penampakan umum daging sapi kukus sama dengan daging kelelawar kukus, sedangkan garis perpanjangan kotak boxplot dari ayam kukus ke arah atas mulai dari skala ke 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot dari ke arah bawah mulai dari skala 3 ke 1, yang menggambarkan bahwa respons panelis terhadap penampakan keseluruhan daging ayam kukus sama dengan penampakan keseluruhan daging kelelawar kukus dan daging sapi kukus. Demikian juga dengan ikan cakalang kukus, yaitu garis perpanjangan kotak boxplot ke arah atas mulai dari skala ke 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah mulai dari skala 3 ke 1. Rentang penyebaran skala hedonik penerimaan umum daging kelelawar kari sama dengan daging sapi kari dan daging ayam kari yang berkisar dari 4 hingga 7. Garis perpanjangan kotak boxplot ke arah atas mulai dari skala hingga 7, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah mulai dari skala ke 4 yang menggambarkan respons panelis terhadap penerimaan umum daging kelelawar kari sama dengan penerimaan umum daging sapi kari dan daging ayam kari, yaitu mulai dari arah biasa saja hingga sangat disukai, walaupun terdapat data panelis di luar badan bloxplot yang menyatakan kurang menyukai penerimaan umum daging sapi kari. Gambaran tersebut hanya sebagian kecil dari jumlah panelis. Penyebaran skala hedonik penerimaan umum ikan cakalang kari berkisar hingga 7, tanpa ada garis perpanjangan kotak boxplot ke arah atas, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah mulai dari skala ke yang menggambarkan panelis cenderung sangat menyukai penampakan keseluruhan ikan cakalang kari, walaupun sama dengan daging sapi kari, terdapat data panelis di luar badan bloxplot yang menyatakan kurang menyukai penampakan keseluruhan daging sapi kari. Rentang penyebaran skala hedonik penerimaan umum daging kelelawar rica-rica, yaitu mulai dari hingga 7, tanpa ada garis perpanjangan ke arah atas dan ke arah bawah yang menggambarkan kecenderungan panelis sangat menyukai penampakan keseluruhan daging kelelawar rica-rica. Rentang penyebaran skala

27 139 hedonik penerimaan umum daging sapi rica-rica berkisar dari 4 hingga 7, tanpa ada garis perpanjangan kotak boxplot ke arah atas, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah dari skala ke 4 yang menggambarkan panelis menyukai biasa saja hingga sangat menyukai penampakan keseluruhan sapi rica-rica. Rentang penyebaran skala hedonik penerimaan umum daging ayam rica-rica dan ikan cakalang rica-rica adalah sama, yaitu mulai dari hingga 7, tanpa ada garis perpanjangan kotak boxplot ke arah atas, dan garis perpanjangan kotak boxplot ke arah bawah mulai dari skala ke yang menggambarkan respons panelis terhadap penampakan keseluruhan daging ayam rica dan cakalang rica-rica mulai dari arah agak suka sampai sangat sukai, walaupun ada data panelis di luar badan boxplot yang menyatakan kurang menyukai penampakan keseluruhan daging ayam rica-rica dan ikan cakalang rica-rica. Berdasarkan nilai rata-rata dan nilai median pada Tabel 1 serta pola penyebaran data hedonik pada Gambar 38 dapat dinyatakan bahwa panelis tidak menyukai penampakan keseluruhan daging kelelawar kukus, sapi kukus agak tidak disukai, ayam kukus dan ikan cakalang kukus biasa saja, sedangkan penampakan keseluruhan daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dimasak kari dan rica-rica disukai. Simpulan Berdasarkan uji hedonik terhadap atribut rasa, warna, aroma, keempukan, dan penerimaan umum maka disimpulkan bahwa kesukaan panelis terhadap daging kelelawar sama dengan kesukaan panelis terhadap daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang. Dilihat dari cara pengolahan maka penelis menyukai daging kelelawar, daging sapi, daging ayam, dan ikan cakalang yang dimasak kari dan masak rica-rica, sedangkan yang dikukus tidak disukai.

KOMPOSISI KIMIA DAGING SEGAR DAN SIFAT ORGANOLEPTIK KELELAWAR OLAHAN. Tiltje Andretha Ransaleleh *

KOMPOSISI KIMIA DAGING SEGAR DAN SIFAT ORGANOLEPTIK KELELAWAR OLAHAN. Tiltje Andretha Ransaleleh * Jurnal Zootek ( Zootek Journal ) Vol. No. : 7 (Juli 01) ISSN 08 - KOMPOSISI KIMIA DAGING SEGAR DAN SIFAT ORGANOLEPTIK KELELAWAR OLAHAN Tiltje Andretha Ransaleleh * Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Rataan, simpangan baku, jumlah sampel, kisaran maksimum dan minimum ukuran tubuh dan tengkorak A. celebensis di Lamaya dan Kolono

Lampiran 1 Rataan, simpangan baku, jumlah sampel, kisaran maksimum dan minimum ukuran tubuh dan tengkorak A. celebensis di Lamaya dan Kolono LAMPIRAN 182 183 Lampiran 1 Rataan, simpangan baku, jumlah sampel, kisaran maksimum dan minimum ukuran tubuh dan tengkorak A. celebensis di Lamaya dan Kolono Ukuran Tubuh dan Tengkorak (mm) Lamaya Kolono

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono (2009:72) Penelitian Eksperimen atau Experimental Research dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Kerupuk Jagung 4.1.1 Pencampuran Adonan Proses pencampuran adonan ada dua kali yaitu dengan cara manual (tangan) dan kedua dengan menggunakan mixer. Langkah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan dan 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan dan Laboratorium Rekayasa Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour) SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour) Yulianti 1, Harapin Hafid 2, Astriana Naphirah 2 1.

Lebih terperinci

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan. MODUL 5 PIZZA IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat pizza ikan yang enak, bertekstur lembut dan rasa yang lezat. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Mei 2012 sampai bulan Agustus 2012. Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah Laboratorium Percobaan

Lebih terperinci

4 Resep Masakan Rumahan Sehari Hari Yang Wajib Anda Coba

4 Resep Masakan Rumahan Sehari Hari Yang Wajib Anda Coba 4 Resep Masakan Rumahan Sehari Hari Yang Wajib Anda Coba recepmakanan.blogspot.co.id/2017/01/resep-masakan-sehari-hari.html resep masakan rumahan sehari hari - Ada banyak sekali resep masakan nusantara

Lebih terperinci

Jusniati, Et al. / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2017) 365. Kata Kunci : Jantung Pisang, Ikan Tongkol, Abon Jantung Pisang

Jusniati, Et al. / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2017) 365. Kata Kunci : Jantung Pisang, Ikan Tongkol, Abon Jantung Pisang Jusniati, Et al. / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (17) 365 PEMBUATAN ABON DARI JANTUNG PISANG (MUSA PARADISIACA) DENGAN PENAMBAHAN IKAN TONGKOL (EUTHYNNUS AFFINIS) Making Of The Banana Blossom's

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melakukan beberapa pengamatan dan pengujian maka peneliti menghasilkan satu produk baru dengan melakukan inovasi terhadap jajanan pasar Indonesia yaitu lemper,

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1) Daging ayam broiler strain Cobb fillet bagian dada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bakso Ayam Bakso merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari daging. Dihasilkan dengan mencampur daging, garam, bawang, dan tepung tapioka menjadi adonan

Lebih terperinci

Key words: chicken nuggets, broiler chicken livers, the fat content, elasticity, flavour

Key words: chicken nuggets, broiler chicken livers, the fat content, elasticity, flavour Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 301 308 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KADAR LEMAK, KEKENYALAN DAN CITA RASA NUGGET AYAM YANG DISUBSTITUSI DENGAN HATI AYAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang diteliti dalam penelitian ini mencakup analisis kualitas produk (Y 1 ) dan daya terima konsumen (Y 2 ) dan karupuak sanjai bumbu rendang

Lebih terperinci

PENGENALAN UJI ORGANOLEPTIK

PENGENALAN UJI ORGANOLEPTIK Laporan Praktikum Hari/tgl : Kamis/16 FebruarI 2012 Analisis Organoleptik PJ Praktikum : Elza Nur Fadhila, S.KM Tim Penyaji : Kelompok 1 Asisten Praktikum : Dewi Fitriyanti, A.Md PENGENALAN UJI ORGANOLEPTIK

Lebih terperinci

Uji Segitiga. Uji Hedonik

Uji Segitiga. Uji Hedonik Nama : Elya Hidayati Nim : 135080301111003 Kelompok : 2 Kelas : T03 Uji Segitiga 1. Judul jurnal : Analisa Asam Lemak Tidak Jenuh pada Tepung Sorghum (Sorghum bicolor L.) Termodifikasi dan Aplikasinya

Lebih terperinci

SOTO BANJAR. Elly Lasmanawati

SOTO BANJAR. Elly Lasmanawati SOTO BANJAR Elly Lasmanawati Program Studi Pendidikan Tata Boga Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia 2010 SOTO Soto, sroto,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sifat dendeng kelinci yang dibungkus daun

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sifat dendeng kelinci yang dibungkus daun BAB III MATERI DAN METODE Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sifat dendeng kelinci yang dibungkus daun papaya terhadap ph, daya kunyah dan kesukaan dilaksanakan pada tanggal 15 Januari sampai 14

Lebih terperinci

1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit

1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit Lampiran 1 DIAGRAM ALIR A. Pembuatan Kerupuk Puli 1 kg beras dicuci 3 kali dimasak dengan 2 liter air selama 25 menit Nasi dicampur bumbu (50 g bawang putih + 40 g garam + 20 g gula + 20 g merica + NaHCO

Lebih terperinci

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : DESTI TRISNANINGSIH A 420 100 128 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

Sifat Sensoris (Sensory Properties)

Sifat Sensoris (Sensory Properties) Analisis Sifat Sensoris Bahan Pangan By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FTP - UB 2016 Sifat

Lebih terperinci

Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Islami

Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Islami Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Islami Oleh : Prof. Dr. Ir. H. MS. Effendi Abustam, M.Sc LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL TERNAK TERPADU JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

ANEKA RUJAK DAN ASINAN NAN SEGAR

ANEKA RUJAK DAN ASINAN NAN SEGAR ANEKA RUJAK DAN ASINAN NAN SEGAR Rujak dan asinan sangat cocok disajikan saat cuaca panas seperti sekarang ini. Jenisnya pun dapat Anda pilih sesuai selera. Dari rujak buah, asinan betawi, sampai asinan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium III. MATERI DAN METODE 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium Teknologi Pascapanen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. 3.2.Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dengan pengujian organoleptik dan uji lipat dilakukan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan

Lebih terperinci

Uji mutu organoleptik. Pramudya Kurnia

Uji mutu organoleptik. Pramudya Kurnia Uji mutu organoleptik Pramudya Kurnia Organoleptik Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Lama Waktu Fermentasi Tempe Berbahan Baku Biji Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Perlakuan lama waktu fermentasi sangat berpengaruh nyata terhadap kualitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging yang dicetak, dimasak dan dibekukan serta terbuat dari campuran daging giling yang diberi bahan

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Kuesioner Penelitian LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA Berikut ini akan disajikan beberapa pertanyaan mengenai susu UHT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Kelinci Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci fryermerupakan karkas kelinci muda umur 2 bulan, sedangkan karkas kelinci

Lebih terperinci

Lampiran 1. Produksi dan Nilai Ikan Jangilus per Bulan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun 2012

Lampiran 1. Produksi dan Nilai Ikan Jangilus per Bulan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun 2012 45 Lampiran 1. Produksi dan Nilai Ikan Jangilus per Bulan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun 01 No Bulan Produksi (kg) Nilai (Rp) 1 Januari 137 3.083.000 Februari.960 67.737.000 3 Maret

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS AYAM GORENG PRESTO. Tugas Kuliah Lingkungan Bisnis

PELUANG BISNIS AYAM GORENG PRESTO. Tugas Kuliah Lingkungan Bisnis PELUANG BISNIS AYAM GORENG PRESTO Tugas Kuliah Lingkungan Bisnis disusun oleh I. Martiandos MH 11.02.7960 JURUSAN MANAJEMEN INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI Siswosubroto E. Surtijono 1 ; Indyah Wahyuni 1, Arie Dp. Mirah 1 1) Fakultas Peternakan Unsrat Manado, 95115

Lebih terperinci

HeHeader

HeHeader SOTO PEKALONGAN 750 gram daging sandung lamur 3 cm jahe, memarkan 3 batang serai, memarkan 3 lembar daun jeruk 3 sdm taoco manis 2 sdm kecap manis 1,5 liter air 6 cabai merah besar 8 bawang merah 6 siung

Lebih terperinci

SIFAT ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING BROILER MENGGUNAKAN TEPUNG TEMPE. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115

SIFAT ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING BROILER MENGGUNAKAN TEPUNG TEMPE. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115 SIFAT ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING BROILER MENGGUNAKAN TEPUNG TEMPE Ermila Nile, I. Wahyuni *, T. A. Ransaleleh, L. Ch. M. Karisoh Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115 ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Abon 2.1.1. Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau, ikan laut) yang disuwir-suwir dengan berbentuk serabut atau dipisahkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman

Lebih terperinci

Aneka Resep Masakan Sayur

Aneka Resep Masakan Sayur Aneka Resep Masakan Sayur Sayur mayur sangat penting bagi tubuh kita, karenanya kita mesti menyeimbangkan asupan gizi dari makanan yang mama masak. Aneka resep masakan sayur kami sajikan kali ini. Ada

Lebih terperinci

Cara Membuat Lawar Bali

Cara Membuat Lawar Bali Cara Membuat Lawar Bali Lawar Siap Putih (Lawar Ayam) Bali Lawar (lawar bali) merupakan masakan tradisional berupa campuran sayur-sayuran dengan daging cincang yang diberi bumbu khas bali dan berasal dari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini terbagi atas dua tahap yaitu di Aceh Besar yang dilakukan pada bulan Maret Juli 2006 dan di Laboratorium Pengolahan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.) PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

GULAI REBUNG TUNJANG. HeHeader

GULAI REBUNG TUNJANG. HeHeader GULAI REBUNG TUNJANG 750 gram tunjang/kikil sapi 2 lembar daun kunyit 2 biji pala 4 batang serai, memarkan 8 lembar daun jeruk 4 cm jahe, memarkan 2 cm lengkuas, memarkan 300 gram rebung, iris tipis rebus

Lebih terperinci

Masakan Pedas Penambah Nafsu Makan

Masakan Pedas Penambah Nafsu Makan Tuesday, 22 September 2009 21:29 Masakan Pedas Penambah Nafsu Makan Ingin nafsu makan Anda bertambah? Coba menjajal menu masakan dengan rasa yang pedas, karena rasa pedas dipercayai bisa menambah nafsu

Lebih terperinci

bumbu adalah suatu bahan mempertinggi aroma makanan tanpa mengubah aroma bahan alami

bumbu adalah suatu bahan mempertinggi aroma makanan tanpa mengubah aroma bahan alami bumbu & rempah bumbu adalah suatu bahan mempertinggi aroma makanan tanpa mengubah aroma bahan alami rempah Adalah bagian tanaman yang ditambahkan pada makanan untuk menambah atau membangkitkan selera

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XVI PENGUJIAN BAHAN SECARA ORGANOLEPTIK KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017. 22 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017. Penelitian kadar air, aktivitas air (a w ), dan pengujian mutu hedonik dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN Susi Lesmayati dan Eni Siti Rohaeni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No 4 Banjarbaru,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT 3.2 ALAT DAN BAHAN 3.3 METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT 3.2 ALAT DAN BAHAN 3.3 METODE PENELITIAN 3 METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 Mei 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Departement of Industrial Technology (LDIT) dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Skema Pembuatan Tepung Ikan Nila menurut Dwiyitno (1995), yang dimodifikasi

Lampiran 1. Skema Pembuatan Tepung Ikan Nila menurut Dwiyitno (1995), yang dimodifikasi 57 Lampiran 1. Skema Pembuatan Tepung Ikan Nila menurut Dwiyitno (1995), yang dimodifikasi Ikan Nila Disiangi Difilet Direndam dengan air selama 30 menit, dibilas, ditiriskan Dikukus selama 15 menit Daging

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging 1 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2011 di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. 3.1. Materi Materi yang digunakan

Lebih terperinci

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g. SOSIS IKAN Sosis adalah salah satu produk olahan dari bahan hewani. Secara umum sosis diartikan sebagai makanan yang dibuat dari daging yang telah dicincang, dihaluskan, dan diberi bumbubumbu, dimasukkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik (uji lipat), organoleptik (uji hedonik), uji skoring dan analisis kimia (Pb). 1.1 Uji Lipat Uji lipat (folding test) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidupnya, namun makanan merupakan masukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidupnya, namun makanan merupakan masukan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan bukan hanya kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, namun makanan merupakan masukan yang sangat penting untuk membangun fisik yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter BAB V PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter 1. Kualitas Fisik dan Organoleptik Berdasarkan Parameter Warna Tempe Parameter warna pemberian dosis ragi sebanyak 0,5-3 grafik berpengaruh

Lebih terperinci

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at : Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 97 104 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj TINGKAT KEKENYALAN, DAYA MENGIKAT AIR, KADAR AIR, DAN KESUKAAN PADA BAKSO DAGING SAPI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. B. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat pembuatan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS Bisnis Makanan Tradisional Semakin Diburu Pasar Zakki Mubaraq 10.11.3992 SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010/2011 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

PALATABILITAS DAGING BABI HUTAN YANG DIMASAK DENGAN WADAH PEMASAKAN BERBEDA. (Palatability of Meat Boar Cooked with Different Containers Cooking)

PALATABILITAS DAGING BABI HUTAN YANG DIMASAK DENGAN WADAH PEMASAKAN BERBEDA. (Palatability of Meat Boar Cooked with Different Containers Cooking) PALATABILITAS DAGING BABI HUTAN YANG DIMASAK DENGAN WADAH PEMASAKAN BERBEDA (Palatability of Meat Boar Cooked with Different Containers Cooking) John E. G. Rompis 1, dan Sylvia Komansilan 1 dan Jola J.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN 12 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama empat bulan yaitu pada Bulan April sampai Juli 2014. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Che-Mix Pratama,

Lebih terperinci

Berbagi Kehangatan Masakan Kambing Bango

Berbagi Kehangatan Masakan Kambing Bango Berbagi Kehangatan Masakan Kambing Bango Jelang Perayaan Idul Adha Daging Kambing Daging g kambing cukup menjadi favorit dan disukai oleh para penggemar kuliner Beberapa kendala yang ada berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1) Total bakteri Rancangan penelitian total bakteri menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan waktu penyimpanan selama 0, 3, 6, 9, dan

Lebih terperinci

PENGEMPUKAN DAGING SAPI DAN AYAM KAMPUNG MENGGUNAKAN EKSTRAK JAHE (Zingiber Officinale Roscoe) DIBANDINGKAN DENGAN GETAH PEPAYA (Carica Papaya)

PENGEMPUKAN DAGING SAPI DAN AYAM KAMPUNG MENGGUNAKAN EKSTRAK JAHE (Zingiber Officinale Roscoe) DIBANDINGKAN DENGAN GETAH PEPAYA (Carica Papaya) PENGEMPUKAN DAGING SAPI DAN AYAM KAMPUNG MENGGUNAKAN EKSTRAK JAHE (Zingiber Officinale Roscoe) DIBANDINGKAN DENGAN GETAH PEPAYA (Carica Papaya) HALAMAN SAMPUL TUGAS AKHIR YUDA BRIAN ADEN 1122006009 PROGRAM

Lebih terperinci

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN. EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN Ira Maya Abdiani Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan FPIK Universitas Borneo Tarakan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Cobb umur 55 minggu yang di ambil bagian dadanya dan dipisahkan dari

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Cobb umur 55 minggu yang di ambil bagian dadanya dan dipisahkan dari III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP OTAK-OTAK DENGAN BAHAN BAKU IKAN BERBEDA Mutemainna Karim, Aryanti Susilowati dan Asnidar ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP OTAK-OTAK DENGAN BAHAN BAKU IKAN BERBEDA Mutemainna Karim, Aryanti Susilowati dan Asnidar ABSTRAK ANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP OTAK-OTAK DENGAN BAHAN BAKU IKAN BERBEDA Mutemainna Karim, Aryanti Susilowati dan Asnidar Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar Email:

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging sapi bagian paha belakang (silverside)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging sapi bagian paha belakang (silverside) III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA RED PALM OLEIN (RPO) Penelitian ini menggunakan RPO yang diproses dari CPO yang diperoleh dari PT. Salim Ivomas Pratama (Bimoli), Jakarta.

Lebih terperinci

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA 19 SERI BACAAN ORANG TUA JAGUNG Bahan Pangan Alternatif Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Uji Organoleptik (Uji skoring) Produk yang Diuji : Baso Kerang Darah Nama Panelis : Tanggal Uji :

Lampiran 1. Kuisioner Uji Organoleptik (Uji skoring) Produk yang Diuji : Baso Kerang Darah Nama Panelis : Tanggal Uji : LAMPIRAN 47 48 Lampiran 1. Kuisioner Uji Organoleptik (Uji skoring) Produk yang Diuji : Baso Kerang Darah Nama Panelis : Tanggal Uji : Spesifikasi Nilai Kode Contoh A B C D 1. Kenampakan Warna cokelat,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf 4.1.1 Daya Ikat Air Meatloaf Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang rawan ayam terhadap daya

Lebih terperinci

PECEL. Dra.Elly Lasmanawati.MSi

PECEL. Dra.Elly Lasmanawati.MSi PECEL Dra.Elly Lasmanawati.MSi Prodi Pendidikan Tata Boga Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia 2009 Pengertian pecel dalam

Lebih terperinci

Kumpulan Resep Sup ( Baru )

Kumpulan Resep Sup ( Baru ) SUP PASTA BENING BAHAN : Kaldu ikan 250 gram ikan kakap 1 buah bawang Bombay potong-potong 1 batang daun bawang iris 1 batang seledri iris 5 biji merica butiran 1 liter air Isi : 12 udang ukuran sedang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di III. MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di Laboratorium Teknologi Pasca Panen Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. 3.2.

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan Percobaan Analisis Data

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan Percobaan Analisis Data METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Produksi Ternak Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan dan Laboratorium Seafast, Pusat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013 di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan

Lebih terperinci

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso Effect of Manila Duck Meat and Cassava Powder on Chemical Composition and Organoleptic Properties

Lebih terperinci

Penambahan Bahan Pengikat pada Nugget Itik Serati (The Addition of Binder Matter on Waterfowls Nugget)

Penambahan Bahan Pengikat pada Nugget Itik Serati (The Addition of Binder Matter on Waterfowls Nugget) Penambahan Bahan Pengikat pada Nugget Itik Serati (The Addition of Binder Matter on Waterfowls Nugget) Nurzainah Ginting Staf Pengajar Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian dilakukan pada bulan November

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. B. Tempat dan Waktu Tempat pembuatan produk mie basah dan pengujian sifat fisik mie

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daging Sapi Daging berasal dari hewan ternak yang sudah disembelih. Daging tersusun dari jaringan ikat, epitelial, jaringan-jaringan syaraf, pembuluh darah dan lemak. Jaringan

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae) SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae) THE CHEMICAL NATURE AND LEVEL (HARD CANDY) SARI NUTMEG (Myristica fragrans houtt

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Ayam Ayam merupakan sumber protein hewani yang baik, karena mengandung asam amino essensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Selain itu serat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN B. BAHAN DAN ALAT 1. BAHAN 2. ALAT C. TAHAPAN PENELITIAN 1. PENELITIAN PENDAHULUAN III.

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN B. BAHAN DAN ALAT 1. BAHAN 2. ALAT C. TAHAPAN PENELITIAN 1. PENELITIAN PENDAHULUAN III. III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai Maret 2011 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis makanan merupakan aspek yang besar untuk mendapatkan. setiap manusia pasti membutuhkan makanan, khususnya makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis makanan merupakan aspek yang besar untuk mendapatkan. setiap manusia pasti membutuhkan makanan, khususnya makanan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis makanan merupakan aspek yang besar untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Bisnis makanan tidak akan ada habisnya, karena setiap manusia pasti membutuhkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014 III.MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014 di Laboratorium Teknologi Pascapanen (TPP) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil 4... Penelitian Pendahuluan Sebelum dilakukan penelitian utama, terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan pembuatan permen cokelat dengan penambahan daging ikan

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

TUGAS CHARACTER BUILDING RESEP MAKANAN

TUGAS CHARACTER BUILDING RESEP MAKANAN TUGAS CHARACTER BUILDING RESEP MAKANAN Disusun oleh Nama : Elsa E Ambarita NIM : 1701363250 Kelas : LA64 Memasak umumnya dilakukan ibu-ibu dan kaum hawa. Bahkan remaja putri yang memasuki masa dewasa sudah

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Resep Bandeng Presto menggunakan Mesin Presto Industry Oleh: Cahyadi Triyansyah (10.11.3735) S1.TI.2C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Membuat Bandeng Presto Proses Pengolahan Bandeng Presto. Tristar Machinery,

Lebih terperinci

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi UJI SENSORIS PADA PEMBUATAN MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN SURIMI DAGING IKAN TOMAN (Channa micropeltes) NATALLO BUGAR DAN HERMANSYAH Dosen pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Terima Daya terima makan adalah kesanggupan seseorang untuk menghabiskan yang disajikan sesuai dengan kebutuhannya (Kurnia, 2010). Daya terima secara umum dapat dilihat

Lebih terperinci

UJI SUHU TERHADAP KUALITAS LEMANG PADA ALAT PEMASAK LEMANG LISTRIK TIPE VERTIKAL

UJI SUHU TERHADAP KUALITAS LEMANG PADA ALAT PEMASAK LEMANG LISTRIK TIPE VERTIKAL Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No. 3 Th. 2016 UJI SUHU TERHADAP KUALITAS LEMANG PADA ALAT PEMASAK LEMANG LISTRIK TIPE VERTIKAL (Efect of Temperature on The Quality of Lemang Using

Lebih terperinci