SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)
|
|
- Budi Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour) Yulianti 1, Harapin Hafid 2, Astriana Naphirah 2 1. Mahasiswa Fakultas Peternakan UHO 2. Dosen Fakultas Peternakan UHO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan organoleptik beef nugget menggunakan tepung yang berbeda. Variabel penelitian terdiri atas uji kualitas fisik dan uji organoleptik. Perlakuan dalam penelitian ini menggunakan jenis tepung yang berbeda sebagai bahan filler, yaitu tepung terigu, tepung meizena, tepung biji nangka, dan tepung tapioka. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan pengisi yang berbeda yaitu tepung terigu, tepung maizena, tepung biji nangka, dan tepung tapioka menunjukan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap ph, susut masak, aroma, warna, dan tingkat penerimaan beef nugget, namun menunjukan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) pada cita rasa beef nugget dan menunjukan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap keempukan dan tekstur beef nugget. Kata Kunci : Dging sapi, Kualitas fisik, Uji organoleptik, beef nugget ABSTRACT The study aimed to know physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour. The variable of this study were physic characteristics and organoleptic characteristics. The treatment of this study used different as a filler, were wheat flour, maizena flour, jack fruit seeds flour, and tapioka flour. The data analysis of the study using fully randomized design and least significantly different (LSD) test as post hoc. The result of the study showed using of different flour were wheat flour, maizena flour, jack fruit seeds flour, and tapioka flour, was not significanly different (P>0,05) for ph, cooking lost, aroma, color, and acceptability beef nugget, but very significantly different (P<0,01) for beef nugget flavor, and significantly different (P<0,05) for tenderness and texture of beef nugget. Key word : beef, physic, organoleptic, beef nugget PENDAHULUAN Daging merupakan bahan makanan hewani yang digemari oleh seluruh lapisan masyarakat karena rasanya lezat dan mengandung nilai gizi yang tinggi. Daging juga merupakan sumber protein hewani yang mengandung asam asam amino esensial yang lengkap dan seimbang serta mudah dicerna. Menurut Sutaryo (2004) daging sapi sangat mudah mengalami kerusakan disebabkan adanya aktivitas mikroorganisme perusak sehingga diperlukan penanganan, penyimpanan, ataupun pengolahan yang sesuai. Aktivitas mikroorganisme ini dapat mengakibatkan 1
2 perubahan fisik maupun kimiawi yang tidak diinginkan, sehingga daging tersebut rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi. Nugget merupakan salah satu produk yang berasal dari olahan daging giling yang digemari banyak orang. Nugget adalah salah satu produk olahan daging yang menggunakan teknologi restructured meat, yaitu teknologi dengan memanfaatkan potongan daging yang relatif kecil dan tidak beraturan, kemudian dilekatkan kembali menjadi ukuran yang lebih besar (Amertaningtyas dkk., 2001). Kualitas nugget ditentukan oleh kemampuannya untuk membentuk matrik protein atau kemampuan mengikat antara partikel daging dan bahan-bahan lain yang ditambahkan sehingga menghasilkan tekstur yang kompak dan tidak mudah pecah. Hal ini sangat ditentukan oleh bahan pengisi yang digunakan. Bahan pengisi adalah bahan pengikat sejumlah air, tetapi mempunyai pengaruh yang kecil terhadap emulsifikasi, umumnya digunakan pati dan tepungtepungan ( Soeparno, 1994 ). Penggunaan bahan pengisi yang berbeda-beda akan mempengaruhi kualitas nugget. Baik dari teksturnya, keempukannya, rasa, hingga kualitas fisiknya. Untuk itu, dilakukan penelitian tentang sifat fisik dan organoleptik beef nugget menggunakan jenis tepung yang berbeda. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017, bertempat di Laboratorium Unit Teknologi Hasil Ternak Fakultas peternakan universitas Halu Oleo, Kendari. Parameter yang diteliti dalam penelitian ini meliputi Sifat Fisik dan Organoleptik. Sifat Fisik yaitu Tingkat keasaman (ph) dan susut masak ( cooking lost). Sedangkan sifat Organoleptik yaitu warna, aroma, cita rasa, keempukan, tekstur, dan penerimaan. Perlakuan yang akan diuji adalah sebagai berikut: T1= Tepung Terigu (60 g ) T2= Tepung Maizena (60 g ) T3= Tepung Biji Nangka( 60 g ) T4= Tepung Biji Tapioka ( 60 g ) Penelitian ini dilakukan secara eksprimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dengan 3 ulangan pada uji fisik serta 15 orang panelis semi terlatih sebagai ulangan pada uji organoleptik. Analisis data digunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sifat Fisik Sifat fisik beef nugget dengan menggunakan tepung yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1. a. Tingkat Keasaman (ph) bahwa penggunaan tepung yang berbeda menunjukan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap ph beef nugget. Hal ini menunjukan bahwa bahan pengisi yang berbeda tidak mempengaruhi ph beef nugget. Tabel 1. Sifat Fisik Beef Nugget pada penggunaan Tepung yang Berbeda Sifat Fisik Perlakuan T1 T2 T3 T4 Tingkat Keasaman (ph) 6,88±0,08 tn 6,97±0,12 tn 6,93±0,19 tn 6,77±0,03 tn Susut Masak 10,07±3,40 tn 8,33±4,93 tn 9,67±6,81 tn 14,67±5,51 tn Ket: tn = tidak berbeda nyata (P>0,05) 2
3 Rataan ph beef nugget dalam penelitian ini (Tabel 1) tertinggi adalah T2 (tepung maizena) dengan ph yaitu 6,97±0,12, T3 (tepung biji nangka) yaitu 6,93±0,19, T1 (tepung terigu) yaitu 6,88±0,08, dan terendah T4 (tepung tapioka) yaitu 6,77±0,03. Hasil ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang diperoleh Sofiana (2003) bahwa ph produk nugget daging sapi berkisar antara 5,87 5,99 dengan ratarata 5,93. Nilai ph bahan dasar dapat mengakibatkan perubahan nilai ph pada nugget. Hal ini terjadi akibat adanya perubahan keseimbangan hidrogen pada nugget sebagai pengaruh dari nilai ph bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan nugget. Pencampuran bahanbahan membuat titik keseimbangan hidrogen yang baru pada nugget sesuai pendapat Pearson dan Dutson (1994). Bahwa perubahan struktur pada daging restrukturisasi dalam fungsinya sebagai protein daging telah terbukti mempengaruhi ph produk yang dihasilkan. b. Susut Masak bahwa persentase susut masak beef nugget dengan penggunaan tepung yang berbeda tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0,05). Rataan persentase susut masak beef nugget dalam penelitian ini (Tabel 11) adalah 14,67±5,51 pada T4 (tepung tapioka), 10,07±3,40 pada T1 (tepung terigu), 9,67±6,81 pada T3 (tepung biji nangka), dan 8,33±4,93 pada T2 (tepung maizena). Hal ini disebabkan karena tepung tapioka kandungan patinya lebih sedikit dibandingkan dengan tepung maizena, tepung terigu, tepung biji nangka sehingga kemampuan dalam mengikat air berkurang. Soeparno (2005) mengatakan bahwa semakin tinggi protein dalam suatu bahan maka akan memilki kemampuan mengikat air yang lebih besar. Susut masak menunjukan seberapa besar penyusutan sebuah produk yang terjadi selama proses pemasakan. Soeparno (2009) menyatakan bahwa produk olahan daging dalam jumlah susut masak rendah mempunyai kualitas yang lebih baik karena kehilangan nutrisi saat pemasakan akan lebih sedikit. Lawrie (2005) menambahkan bahwa produk berbahan dasar daging yang mengalami penyusutan pada saat proses pemasakan menyebabkan berubahnya stuktur dan komposisi protein, lemak dan air dalam daging karena banyak cairan daging yang hilang. 2. Sifat Organoleptik Sifat organoleptik beef nugget dengan menggunakan tepung yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2. Sifat Organoleptik Perlakuan T1 T2 T3 T4 Warna 2,27±0,31 tn 2,44±0,43 tn 2,13±0,35 tn 2,20±0,37 tn Aroma 2,00±0,44 tn 2,13±0,41 tn 1,96±0,43 tn 2,27±0,46 tn Cita rasa 2,16±0,38 A 2,22±0,30 A 2,38±0,28 B 2,58±0,39 C Keempukan 2,11±0,33 a 2,31±0,34 b 2,20±0,43 ab 2,49±0,40 c Tekstur 2,64±0,39 b 2,80±0,47 bc 2,33±0,56 a 2,82±0,49 c Penerimaan 1,91±0,32 tn 2,07±0,57 tn 2,13±0,45 tn 2,22±0,45 tn Ket: tn : tidak berbeda nyata (P>0,05) Superscript dengan huruf Kapital yang berbeda pada baris yang sama menunjukan berbeda nyata pada taraf 1% (P<0,01) Superscript dengan huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukan berbeda nyata pada taraf 5% (P<0,05) 3
4 1. Warna bahwa penggunaan tepung yang berbeda tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap warna beef nugget. Rataan skor warna beef nugget dalam penelitian ini (Tabel 2) berkisar antara 2,13 2,44 (coklat coklat sedang/cukup coklat) dengan tertinggi pada perlakuan T2 (tepung maizena) yaitu 2,44±0,43 (cukup coklat) dan terendah pada perlakuan T3 (tepung biji nangka) yaitu 2,13±0,35 (warna coklat). Warna nugget yang dihasilkan pada penelitian ini rata-rata berwarna coklat sedang (warna coklat yang sedikit keemasan) dan merupakan warna yang disukai konsumen. Menurut Saputra dkk. (2014), konsumen lebih menyukai warna cokelat kemerahan yang menunjukan kematangan dari tepung tambahan (tepung roti) dan tampak lebih enak bagi konsumen. Warna yang lebih gelap menunjukan nugget terlalu masak dan sebaliknya warna yang cerah menunjukan nugget tidak terlalu masak sehingga konsumen lebih tertarik pada warna nugget yang cokelat sedang dan kemerahan. warna nugget akan cenderung berwarna coklat hal ini disebabkan oleh senyawa karbonil yang terkandung pada bahan daging yang digunakan. 2. Aroma bahwa aroma beef nugget dengan bahan pengisi yang berbeda tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0,05). Rataan skor aroma beef nugget dalam penelitian ini (Tabel 2) berkisar antara 1,96 2,27 (disukai) dengan tertinggi pada T4 (tepung tapioka) yaitu 2,27±0,46 dan terendah pada T3 (tepung biji nan gka) yaitu 1,96±0,43. Pada umumnya bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan berbagai ramuan atau campuran empat bahan utama yaitu harum, asam, tengik dan hangus (Winarno, 2004). Seecara statistik semua perlakuan tidak berbeda. Aroma nugget dipengaruhi oleh aroma daging dan bumbu serta bahan pencampur yang digunakan. Selain itu, proses pemasakan juga memberikan pengaruh terhadap aroma nugget. Menurut Komanslian (2015), aroma pada nugget dipengaruhi oleh aroma daging yang digunakan, bahan pengisi, bumbu yang digunakan, dan proses pembuatan/ pemasakan. 3. Cita Rasa bahwa tepung yang berbeda menunjukan pengaruh yang sangat nyata (P<0,0 1) terhadap cita rasa beef nugget. Rataan skor cita rasa daging sapi Bali dalam penelitian ini (Tabel 2) tertinggi hingga terendah yaitu 2,58±0,39 (cukup disuk ai) pada T4 (tepung tapioka), 2,38±0,28 (disukai) pada T3 (tepung biji nangka), 2,22±0,30 (disukai) pada T2 (tepung maizena), dan 2,16±0,38 (disukai) pada T1 (tepung terigu). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini hampir sama dengan Sofiana (2003) bahwa rasa nugget selain dipengaruhi oleh daging yang digunakan, juga dipengaruhi oleh penggunaan tepung yang berbeda. Keempat jenis tepung yang digunakan memiliki rasa yang khas ketika dijadikan sebagai bahan pengisi pada beef nugget. Uji lanjut menunjukan bahwa perlakuan T1 dan T2 adalah sama, tetapi berbeda dengan T3 dan T4. Selanjutnya, perlakuan T2 berbeda dengan semua perlakuan lain. Demikian halnya dengan perlakuan T4, juga berbeda dengan semua perlakuan lainnya. Perlakuan dengan menggunakan tepung terigu dan tepung maizena secara statistik berbeda dengan tepung tapioka dan tepung biji nangka. Rasa merupakan salah satu faktor penentu apakah produk tersebut diterima oleh konsumen atau tidak. Rasa suatu bahan pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu senyawa kimia, temperatur, konsistensi, dan interaksi dengan komponen rasa yang lain serta jenis dan 4
5 lama pemasakan (Komanslian, 2015). Rasa pada beef nugget dipengaruhi oleh jenis bahan yang digunakan. Menurut Nurhinayah (2012), rasa khas pada nugget tergantung pada bahan-bahan yang digunakan seperti jenis daging yang digunakan, jenis tepung yang digunakan, bumbu, dan bahan-bahan lainnya. Selain itu, proses pembuatan dan proporsi komposisi masing-masing bahan juga menentukan rasa dari produk nugget tersebut. 4. Keempukan bahwa penggunaan bahan pengisi yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap keempukan beef nugget. Rataan skor keempukan beef nugget dalam penelitian ini (Tabel 1 5) adalah 2,11±0,33 (empuk) pada T1 (tepung terigu), 2,20±0,43 (empuk) pada T3 (tepung biji nangka), 2,31±0,34 (keempukan sedang) pada T2 (tepung maizena), dan 2,49±0,40 (keempukan sedang) pada T4 (tepung tapioka). Hasil ini hampir sama dengan Sofiana (2003) bahwa tingkat kekenyalan/keempukan nugget sapi berkisar antara kenyal hingga agak kenyal (empuk keempukan sedang). Keempukan nugget dipengaruhi oleh tingkat keempukan daging. Uji lanjut menunjukan bahwa rataan pada perlakuan T1 dan T3 adalah sama, tetapi berbeda dengan T2 dan T4. Selanjutnya T2 dan T3 juga menunjukan rataan yang sama, tetapi berbeda dengan T1 dan T4. Rataan pada perlakuan T3 berbeda dengan perlakuan T4, namun sama dengan perlakuan T1 dan T2. Sedangkan perlakuan T4 berbeda dengan semua perlakuan lainnya. Berdasarkan data rataan keempukan pada Tabel 15, masing-masing perlakuan memiliki skor yang berbeda namun berdasarkan krikteria pada Tabel 8, skor dengan kisaran 2,11 2,49 masih berada pada kategori empuk. Keempukan beef nugget dalam penelitian ini diduga dipengaruhi oleh kandungan pati dalam tepung yang digunakan. Menurut Guraya dan Toledo (1993), kandungan pati yang terdapat dalam bahan pengisi menentukan keempukan nugget. Pati yang mengalami proses gelatinisasi dapat mempengaruhi tekstur produk dengan menyerap air, membentuk gel, atau meningkatkan viskositas sol. Jumlah pati yang terlalu rendah menyebabkan adonan kurang dapat mengikat potongan-potongan daging sehingga nugget yang dihasilkan kurang kompak sedangkan pati yang terlalu tinggi menyebabkan keempukan nugget rendah. 5. Tekstur bahwa penggunaan bahan pengisi yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata 5% (P<0,05) terhadap tekstur beef nugget. Rataan skor tekstur beef nugget dalam penelitian ini (Tabel 16) adalah 2,33±0,56 (halus) pada perlakuan T3 (tepung biji nangka), 2,64±0,39 (sedang) pada perlakuan T1 (tepung terigu), 2,80±0,47 (sedang) pada perlakuan T2 (tepung maizena), dan 2,82±0,49 (sedang) pada perlakuan T4 (tepung tapioka). Uji lanjut menunjukan bahwa rataan skor pada perlakuan T1 sama dengan perlakuan T2, namun berbeda dengan T3 dan T4. Selanjutnya perlakuan T2 sama dengan T1 dan T4 namun berbeda dengan T3. Rataan perlakuan T3 berbeda dengan semua perlakuan lain. Perlakuan T4 sama dengan T2, namun berbeda dengan T1 dan T3. Tekstur beef nugget dipengaruhi oleh bahan filler yang digunakan, pencampuran bahan dan kekompakan adonan. Tekstur nugget dipengaruhi oleh stabilitas emulsi dan kekompakan adonan serta bahanbahan yang digunakan, sedangkan stabilitas emulsi dan kekompakan adonan dipengaruhi oleh pati yang terkandung dalam tepung yang digunakan. Menurut Fellow (2000), kandungan pati ini berperan dalam pembentukan gel yang dapat mempengaruhi tekstur nugget. Filler ditambahkan pada produk nugget dengan tujuan untuk membentuk tekstur nugget 5
6 yang kompak dan padat Pembentukan tekstur ini disebabkan oleh adanya proses gelatinisasi pati yang terjadi selama proses pembuatan nugget. 6. Penerimaan bahwa penggunaan bahan pengisi yang berbeda menunjukan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap tingkat penerimaan beef nugget. Rataan skor penerimaan beef nugget dalam penelitian ini (Tabel 17) adalah 1,91±0,32 (sangat disukai) pada perlakuan T1 (tepung terigu), 2,07±0,57 (disukai) pada perlakuan T2 (tepung maizena), 2,22±0,45 (disukai) pada perlakuan T4 (tepung tapioka), dan 2,13±0,45 (disukai) pada perlakuan T3 (tepung biji nangka). Penerimaan merupakan salah satu indikator untuk menentukan kualitas dari suatu produk. Tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk dipengaruhi oleh selera konsumen dan rasa suatu produk. Menurut Winarno (2004), rasa menempati peringkat pertama terhadap penerimaan komsumen terhadap suatu produk makanan. Rasa suatu bahan pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu senyawa kimia, temperatur, konsistensi, dan interaksi dengan komponen rasa yang lain serta jenis dan lama pemasakan. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Penggunaan bahan pengisi yang berbeda yaitu tepung terigu, tepung maizena, tepung biji nangka, dan tepung tapioka menunjukan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap ph, susut masak, aroma, warna, dan tingkat penerimaan beef nugget, namun menunjukan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) pada cita rasa beef nugget dan menunjukan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap keempukan dan tekstur beef nugget. 2. Saran Beef nugget dapat digunakan dengan bahan tepung terigu, tepung maizena, tepung tapioka, dan tepung biji nangka. Namun sangat direkomendasikan menggunakan tepung tapioka karena memiliki tingkat keempukan, tekstur dan penerimaan yang lebih tinggi. DAFTAR PUSTAKA Amertaningtyas, D., Purnomo, H., dan Siswanto Kualitas Nuggets Daging Ayam Broiler dan Ayam Petelur Afkir dengan Menggunakan Tapioka dan Tapioka Modifikasi Serta Lama Pengukusan yang Berbeda. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang. Fellow, J.P Food Processing Technology, Principles and 2 nd ed. Wodhead pub. Lim.,Cambridge. England Komansilan, S Pengaruh Penggunaan Beberapa Jenis Filler Terhadap Sifat Fisik Chicken Nugget Ayam Petelur Afkir. Jurnal Zootek, 35(1): Lawrie, R. A Ilmu Daging. Edisi Kelima. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. (Penerjemah: A. Parakkasi). Nurhinayah, I Komposisi kimia dan organoleptik nugget ayam hasil subtitusi daging ayam petelur afkir dengan otak sapi. Skripsi. Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari. 6
7 Nurhinayah, I Komposisi kimia dan organoleptik nugget ayam hasil subtitusi daging ayam petelur afkir dengan otak sapi. Skripsi. Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo, Kendari. Soeparno Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Soeparno Pilihan Produksi Daging Sapi dan Teknologi Prosesing Daging Unggas. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Sofiana, Sosialisasi Pembuatan Nugget Ayam pada Ibu- Ibu Kelompok PKK di Kelurahan Pijoan Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal pengabdian pada masyarakat No.46 tahun 2008.ISSN : Sutaryo, Modul materi kuliah pokok bahasan penyimpanan dan pengawetan daging. Semarang: Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Winarno, F. G Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 7
Kata Kunci : Nugget, Uji Organoleptik.
67 UJI ORGANOLEPTIK TERHADAP BERBAGAI BAHAN DASAR NUGGET Selvia Nurlaila, Desi Maharani Agustini, Joko Purdiyanto Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Madura e-mail : selvia.3aca@gmail.com,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi sudah banyak perubahan dalam pola makan, sebagai dampak dari adanya perubahan tingkat ekonomi dan pendidikan penduduknya.
Lebih terperinciPENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET
Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 247 252 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET (The
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR
PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR Sarah Mayang Surgawi, Wendry Setyadi Putranto, dan Kusmajadi Suradi Fakultas
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. potongan daging yang relatifkecil dan tidak beraturan yang kemudian dilekatkan
BAB PENDAHULUAN I BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Restructured meat adalah daging yang diolah dengan memanfaatkan potongan daging yang relatifkecil dan tidak beraturan yang kemudian dilekatkan kembali
Lebih terperinciKey words: chicken nuggets, broiler chicken livers, the fat content, elasticity, flavour
Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 301 308 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KADAR LEMAK, KEKENYALAN DAN CITA RASA NUGGET AYAM YANG DISUBSTITUSI DENGAN HATI AYAM
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu penyedia sumber bahan pangan memiliki banyak macam produk yang dihasilkan. Salah satu produk pangan yang berasal dari peternakan yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik (uji lipat), organoleptik (uji hedonik), uji skoring dan analisis kimia (Pb). 1.1 Uji Lipat Uji lipat (folding test) merupakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf 4.1.1 Daya Ikat Air Meatloaf Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang rawan ayam terhadap daya
Lebih terperinciSKRIPSI SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA DENGAN TEPUNG BIJI NANGKA
SKRIPSI SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA DENGAN TEPUNG BIJI NANGKA (Arthocarpus heterophyllus Lamk.) TERHADAP KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING AYAM Oleh: Nami Lestari 11081203568 PROGRAM STUDI PETERNAKAN
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk pangan semakin meningkat, sehingga berdampak pada peningkatan permintaan pangan yang memiliki nilai
Lebih terperinciKAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI
KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI Siswosubroto E. Surtijono 1 ; Indyah Wahyuni 1, Arie Dp. Mirah 1 1) Fakultas Peternakan Unsrat Manado, 95115
Lebih terperinciPenambahan Bahan Pengikat pada Nugget Itik Serati (The Addition of Binder Matter on Waterfowls Nugget)
Penambahan Bahan Pengikat pada Nugget Itik Serati (The Addition of Binder Matter on Waterfowls Nugget) Nurzainah Ginting Staf Pengajar Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciSIFAT ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING BROILER MENGGUNAKAN TEPUNG TEMPE. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115
SIFAT ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING BROILER MENGGUNAKAN TEPUNG TEMPE Ermila Nile, I. Wahyuni *, T. A. Ransaleleh, L. Ch. M. Karisoh Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115 ABSTRAK Tujuan
Lebih terperinciSifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda
Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda Chemical Properties and Palatability of Chicken Nugget Using Difference Type and Concentration of
Lebih terperinciAnimal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :
Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 295 300 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KADAR PROTEIN DAN KEEMPUKAN NUGGET AYAM DENGAN BERBAGAI LEVEL SUBSTITUSI HATI AYAM BROILER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging merupakan salah satu hasil dari ternak yang memiliki kandungan gizi lengkap yang disukai oleh masyarakat. Daging yang dikonsumsi oleh manusia dapat berasal
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tengah masyarakat harus segera diatasi. Maraknya penggunaan daging babi yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu peredaran bakso oplosan dengan daging babi yang kini berkembang di tengah masyarakat harus segera diatasi. Maraknya penggunaan daging babi yang dioplos dengan daging
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DESA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NUGGET BERBAHAN BAKU DAGING ITIK ABSTRACT
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DESA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NUGGET BERBAHAN BAKU DAGING ITIK I N S. SUTARPA Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar ABSTRACT This community services took
Lebih terperinciKUALITAS FISIKOKIMIA NAGET AYAM YANG MENGGUNAKAN FILER TEPUNG SUWEG (Amorphophallus campanulatus B1). Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Abstrak KUALITAS FISIKOKIMIA NAGET AYAM YANG MENGGUNAKAN FILER TEPUNG SUWEG (Amorphophallus campanulatus B1). Jajang Gumilar, Obin Rachmawan, dan Winda Nurdyanti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciJURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2016, VOL.16, NO.2
Karakteristik Fisik, Kimia dan Nilai Kesukaan Nugget Ayam Dengan Penambahan Pasta Tomat (Effect of Tomatos Paste to Physicochemical and Sensory Characteristics Chicken Nuggets) Eka Wulandari, Lilis Suryaningsih,
Lebih terperinciPENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.
PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN Wa Ode Rosmiati 1, Natsir Sandiah 2, dan Rahim Aka 2 1 Mahasiswa Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciPengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi
Pengaruh dan terhadap Kualitas Daging Sapi Syafrida Rahim 1 Intisari Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi pada tahun 2008. Penelitian bertujuan
Lebih terperinciPENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP KARAKTERISTIK DAN DAYA TERIMA CHICKEN NUGGET SKRIPSI. Oleh MARGI KUSUMANINGRUM
PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP KARAKTERISTIK DAN DAYA TERIMA CHICKEN NUGGET SKRIPSI Oleh MARGI KUSUMANINGRUM FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO S E M A R A N G
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, karena pangan merupakan salah satu faktor utama yang dibutuhkan mahluk hidup khususnya manusia
Lebih terperinciJajang Gumilar, Obin Rachmawan, dan Winda Nurdyanti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
JURNAL ILMU TERNAK JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1, 1 5 Kualitas Fisikokimia Naget Ayam yang Menggunakan Filer Tepung Suweg (Amorphophallus campanulatus B1) (Physicochemical Quality of Chicken Nugget Using Suweg
Lebih terperinciANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR
ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR Ridawati Marpaung 1 Asmaida Abstract Penelitian ini bertujuan melakukan analisis organoleptik dari hasil olahan sosis ikan air
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Daya Ikat Air Bakso Ayam
36 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh terhadap Kualitas Fisik 4.1.1. Pengaruh terhadap Daya Ikat Air Bakso Ayam bahan pengisi terhadap daya ikat air pada bakso ayam disajikan pada Tabel 6. Tabel 6.
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada dodol susu kambing mampu meningkatkan kualitas organoleptik, meningkatkan kadar lemak, dan kadar total karbohidrat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. protein yang lebih baik bagi tubuh dibandingkan sumber protein nabati karena mengandung
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging merupakan bahan makanan hewani yang digemari oleh seluruh lapisan masyarakat karena rasanya yang lezat dan mengandung nilai gizi yang tinggi. Daging merupakan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang dikonsumsi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin meningkat setiap tahunnya. Konsumsi daging ayam pada tahun 2013
I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditas pangan hewani yang sangat digemari oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari tingkat konsumsi daging yang semakin meningkat setiap
Lebih terperinci1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Itik Afkir Itik afkir merupakan ternak betina yang tidak produktif bertelur lagi. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan sebagai bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi masyarakat, mempengaruhi meningkatnya kebutuhan akan makanan asal hewan (daging). Faktor lain
Lebih terperinciPengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso
Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso Effect of Manila Duck Meat and Cassava Powder on Chemical Composition and Organoleptic Properties
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Sosis Sapi Nilai ph Sosis Sapi Substrat antimikroba yang diambil dari bakteri asam laktat dapat menghasilkan senyawa amonia, hidrogen peroksida, asam organik (Jack
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa
Lebih terperinciPENGOLAHAN DAGING NUGGET. Materi 6b TATAP MUKA KE-6 Semester Genap
PENGOLAHAN DAGING NUGGET Materi 6b TATAP MUKA KE-6 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman REFERENSI
Lebih terperinciPENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan
PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Indonesia ternyata sampai sekarang konsumsi protein kita masih bisa dikatakan kurang, terutama bagi masyarakat yang mempunyai
Lebih terperinciKADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI
KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : DESTI TRISNANINGSIH A 420 100 128 FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciMETODE. Waktu dan Tempat
14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium
Lebih terperinciPEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)
PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Lebih terperinciSKRIPSI. SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA DENGAN TEPUNGBIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)terhadap KUALITAS KIMIA NUGGET DAGING AYAM
SKRIPSI SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA DENGAN TEPUNGBIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)terhadap KUALITAS KIMIA NUGGET DAGING AYAM Oleh : Nurimah 11081202918 PROGRAM STUDIPETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Penambahan Pasta Tomat Terhadap Daya Ikat Air Naget Ayam. penambahan pasta tomat, disajikan pada Tabel 7.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Penambahan Pasta Tomat Terhadap Daya Ikat Air Naget Ayam Hasil pengamatan daya ikat air naget ayam dengan tiga perlakuan penambahan pasta tomat, disajikan pada Tabel
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)
I PENDAHULUAN Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciUJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI
UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DIAN WIJAYANTI A 420 100 074 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM
LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM Penyusun: Haikal Atharika Zumar 5404416017 Dosen Pembimbing : Ir. Bambang Triatma, M.Si Meddiati Fajri Putri S.Pd, M.Sc JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN
Lebih terperinciAnimal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :
Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 97 104 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj TINGKAT KEKENYALAN, DAYA MENGIKAT AIR, KADAR AIR, DAN KESUKAAN PADA BAKSO DAGING SAPI
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena dagingnya selain rasanya enak juga merupakan bahan pangan sumber protein yang memiliki kandungan gizi lengkap
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakso merupakan salah satu produk olahan daging khas Indonesia, yang banyak digemari oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi karena kaya akan
Lebih terperinciKUALITAS ORGANOLEPTIK DENDENG SAPI YANG DIBERI GULA MERAH DENGAN LEVEL BERBEDA. Abstract
KUALITAS ORGANOLEPTIK DENDENG SAPI YANG DIBERI GULA MERAH DENGAN LEVEL BERBEDA Febi Febrianingsih 1, Harapin Hafid 2 dan Amiluddin Indi 2 1) Alumnus Fakultas Peternakan Fapet Universitas Halu Oleo 2) Dosen
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. makanan yang diijinkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bakso Bakar Bakso merupakan produk daging olahan yang berasal dari daging sapi. Menurut SNI 01 3818 1995 definisi dari bakso daging yaitu produk makanan yang berbentuk bulat,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Penelitian, Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Snack merupakan suatu jenis produk pangan sebagai makanan selingan yang umumnya dikonsumsi dalam jumlah kecil dan umumnya dikonsumsi di antara waktu makan pagi, siang,
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW
JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI
Lebih terperinciPENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU KERUPUK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii)
Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2016, hlm 49 55 ISSN 0126-4265 Vol. 44. No.1 PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU KERUPUK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii) Gusta Damayana 1)*, Edison 2)
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM
PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM Disajikan oleh : Arsidin(E1A007003), dibawah bimbingan Haris Lukman 1) dan Afriani 2) Jurusan Produksi Ternak, Fakultas
Lebih terperinciKualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c
Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c (THE QUALITY OF WAGYU BEEF AND BALI CATTLE BEEF DURING THE FROZEN STORAGE AT - 19 O C) Thea Sarassati 1, Kadek Karang Agustina
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan pangan hewani (daging, telur, dan susu) dari waktu ke waktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan pola hidup,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk
HASIL DAN PEMBAHASAN Peubah yang diamati dalam penelitian ini, seperti kadar air, uji proksimat serka kadar kalsium dan fosfor diukur pada kerupuk mentah kering, kecuali rendemen. Rendemen diukur pada
Lebih terperinciPENGARUH JENIS KAYU BERBEDA TERHADAP MUTU IKAN SELAIS (Cryptopterus bicirchis) ASAP. Oleh : Abstrak
1 PENGARUH JENIS KAYU BERBEDA TERHADAP MUTU IKAN SELAIS (Cryptopterus bicirchis) ASAP Oleh : Fara Adipa Sitompul 1), Mirna Ilza 2), Desmelati 2) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Lebih terperinciSKRIPSI SUBSTITUSI BAHAN TAMBAHAN TEPUNG DENGAN GELATIN SAPI TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BAKSO ITIK AFKIR
SKRIPSI SUBSTITUSI BAHAN TAMBAHAN TEPUNG DENGAN GELATIN SAPI TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BAKSO ITIK AFKIR Oleh: Awang Ressa 10881003993 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING
PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING Alsuhendra dan Ridawati 1) 1) Staf Pengajar PS Tata Boga Jur. IKK Fakultas.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus oestreatus) merupakan jamur konsumsi dari jenis jamur kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENGOLAHAN NUGGET
TEKNOLOGI PENGOLAHAN NUGGET REFERENSI Barbut, S. 2012. Convenience breaded poultry meat products New developments. Trends in Food Science & Technology 26: 14-20. 1 PRODUK PENGERTIAN DAN ISTILAH Nugget:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan
I. PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan tentang : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP OTAK-OTAK DENGAN BAHAN BAKU IKAN BERBEDA Mutemainna Karim, Aryanti Susilowati dan Asnidar ABSTRAK
ANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP OTAK-OTAK DENGAN BAHAN BAKU IKAN BERBEDA Mutemainna Karim, Aryanti Susilowati dan Asnidar Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar Email:
Lebih terperinciKajian Karakteristik Mutu Kerupuk Ikan Jelawat Leptobarbus hoevenii Selama Penyimpanan. Edison 1) dan Sumarto 1)*
Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2015, hlm 67 73 ISSN 0126-4265 Vol. 43. No.1 Kajian Karakteristik Mutu Kerupuk Ikan Jelawat Leptobarbus hoevenii Selama Penyimpanan Edison 1) dan Sumarto 1)* * sumarto1976@yahoo.co.id
Lebih terperinciJurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :
PENGARUH PENAMBAHAN PATI BIJI DURIAN (DURIOZIBETHINUSMURR) TERHADAP KUALITAS KIMIA DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM Effect of Durian Seed Starch Addition (DuriozibethinusMurr) on Chemical Qualities and Organoleptic
Lebih terperincial., 1995). Produk olahan restn1ctured meat
BAB PENDAHULUAN I BABI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Restruk.t:urisasi daging merupakan salah satu alternatif dalam proses pengolahan daging, yaitu potongan daging yang berukuran relatif kecil dan tidak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Snack atau makanan ringan adalah makanan yang dikonsumsi di sela-sela waktu makan dan bukan merupakan makanan pokok yang harus dikonsumsi setiap hari secara teratur.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi
1 I. PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1,6.) Hipotesis
Lebih terperinciEVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch
EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch Arfendi (0706112356) Usman Pato and Evy Rossi Arfendi_thp07@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan jenis ikan air tawar yang banyak disukai karena rasanya yang gurih dan tidak amis bila dibandingkan dengan jenis ikan yang
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM
LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM Penyusun: Haikal Atharika Zumar 5404416017 Dosen Pembimbing : Ir. Bambang Triatma, M.Si Meddiati Fajri Putri S.Pd, M.Sc JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN
Lebih terperinciKECEPATAN MELELEH DAN SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM BIJI NANGKA
KECEPATAN MELELEH DAN SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) SEBAGAI PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh:
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : 1.1 Latar Belakang, 1.2 Identifikasi Masalah, 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian, 1.4 Manfaat Penelitian, 1.5 Kerangka Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya
I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan
TINJAUAN PUSTAKA Daging Kerbau Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan mempunyaikebiasaan berendam di sungai dan lumpur. Ternak kerbau merupakan salah satu sarana produksi yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Maksud Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Kerangka Pemikiran,
Lebih terperinciPENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan
JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.2 ; November 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING * RIZKI AMALIA 1, AK QOYUM FINARIFI 1 1 Jurusan Teknologi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN
KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN Oleh Josua naibaho 1), Ira sari 2), Suparmi 2) Email: chuajion@yahoo.com
Lebih terperinciAnimal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :
Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p 177 185 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH EDIBLE COATING DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP TEKSTUR, WARNA, DAN KEKENYALAN
Lebih terperinciSIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI
SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI OLEH: MARCELIA LEMBONO 6103008014 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Daging Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain
Lebih terperinciI PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
1 I PEDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciPenggunaan Berbagai Bahan Pengisi pada Nugget Itik Air (The Application of Various Voluminous Matter on Waterfowls Nugget)
Penggunaan Berbagai Bahan Pengisi pada Nugget Itik Air (The Application of Various Voluminous Matter on Waterfowls Nugget) Nurzainah Ginting, Namida Umar 1 1) Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciKUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)
KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) Quality of Noodle with Substitution of Kluwih (Artocarpus communis G. Forst) Seed Flour Agustina Arsiawati Alfa Putri
Lebih terperinciMETODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan
METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Mei 2012 sampai bulan Agustus 2012. Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah Laboratorium Percobaan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama
Lebih terperinciDAYA IKAT AIR, ph DAN SIFAT ORGANOLEPTIK CHICKEN NUGGET YANG DISUBSTITUSI DENGAN TELUR REBUS
Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 453 460 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj DAYA IKAT AIR, ph DAN SIFAT ORGANOLEPTIK CHICKEN NUGGET YANG DISUBSTITUSI DENGAN TELUR
Lebih terperinci