Oleh. Buku wadjib untuk : * Kelas IV PGA Negeri * Kelas III Madrasah Tsanawijah Negeri * Tjalon 2 pengikut U.G.A. Diseluruh Daerah Istimewa Atjeh.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh. Buku wadjib untuk : * Kelas IV PGA Negeri * Kelas III Madrasah Tsanawijah Negeri * Tjalon 2 pengikut U.G.A. Diseluruh Daerah Istimewa Atjeh."

Transkripsi

1 ILMU GUM Oleh R A M L Y M A H A Buku wadjib untuk : * Kelas IV PGA Negeri * Kelas III Madrasah Tsanawijah Negeri * Tjalon 2 pengikut U.G.A. Diseluruh Daerah Istimewa Atjeh. Penerbit : Firma Pustaka FARABY* Banda Atjeh

2

3 Oleh R A M L Y M A H A Buku wadjib untuk : ^^^ssl^,.,.^-^ * Kelas IV PGA Negeri * Kelas III Madrasah Tsanawija'i Negeri * Tjalon 2 pengikut U.G.A. Diseluruh Daerah Istimewa Atjeh. Tjetakaji perlama Penerbit : Firma Pustaka FARABY'i Banda Atjeh

4 HAK PENGARANG DILINDUNG1 UNDANG2 Penjaiur Tunggal :?r Randa Atïeh,

5 D A F T A R I S I Halaman M U Q A D D I M A H KATA SAMBUTAN KEPALA DJAWATAN PEND1DIKAN AGAMA PROP. DAERAH IS- TIMEWA ATJEH BAB : 1. PENGERTIAN2 DASAR TENTANG MENDIDIK 9 Mendidik itu sangat perlu 9 ~ Untuk Apakah Anak Dididik? 11 Bilakah sebenarnja Pendidikan itu dimulai? H Siapakah jang melaksanakan Pendidikan itu? 16 Anak didik sebagai objek Pendidikan 18 Kaidah2 mendidik pada umumnja Usaha2 apakah jang dapat dilaksanakan dalam Mendidik 23 Definisi Mendidik 25 2 TENTANG HAL MENGADJAR Mendidik dan Mengadjar 27 Ilmu Guru dan Ilmu Mengadjar Pengetahuan tentang Djiwa adalah Alat bagi seorang Guru 31 Tjara-tjara Penjelidikan dalam Lapangan Ilmu Djiwa 33 Gedjala-gedjala Djiwa Manusia Kaidah2 Umuin Ilmu Mengadjar... 40

6 Haiaman 3. ILMU SEKOLAH 56 Sedjarah terdjadinja Sekolah 56 Penjelenggara Sekolah 57 Sekolah-sekolah di Indonesia 58 Tentang hal Guru 60 Matjam-matjam Lembaga Pengadjaran 66 Djertis-djenis Sekolah dan Susunannja 68 Susunan Pengadjaran di Indonesia ' Gedung Sekolah dan Alat-alatnja ADMINISTRASI SEKOLAH 77 Buku Daftar Induk (Stamboek) Penerimaan/Pengeluaran/Mutasi Murid 78 Daftar Murid (daftar Pribadi) 79 Daftar Absen 80 Rentjana Peladjaran dan Daftar Peladjaran 82 Daftar Nilai Angka (Legger) 84 Persiapan Mengadjar 85 Surat2 Resmi dan Kearsipan Sekolah 86 Lapuran Bulanan 90 Libur, Perajaan2. Darmawisata. Krida dan sebagainja 91 P e n u t u p 94

7 K A T A S A M B U T A N Sesuai dengan keputusan Direktorat Pendidikan Aga nil No. Dd/I/Pda/44 tahun 1967 tentang rara rerri& pembukaat Madrasah Landjutan Negeri, jaitu sebagai peraturan pelak sanaan dari Keputusan Menteri Agama R.I. no. 29 tahm 1967 tentang pembukaan Madrasah Landjutan Negeri, mah dianggap perlu untuk menjusun satu rentjana peladjaran ter urai dengan pola jang telah ditetapkan oleh Dirpenda sendih Untuk langkah pertama maka dalam rapat staf kami pa da tanggal 18 Djanuari 1968 telah ditetapkan rentjana pela djaran terurai bagi Madrasah Tsanawijah Agama Islam Ne geri beserta kitab 2 dan buku peladjarannja jang dipakai padi sekolah dimaksud, sementara menunggu ketentitan' 2 lain dar pusat. Pada dasarnja rentjana peladjaran itu kami sesuaikat dengan rentjana peladjaran P.G.A.N. 4 tahun jang dipadat kan dan diselaraskan dengan pola M. Ts. A.I.N. jang 3 ta hun itu. Dalam hal ini kami telah menetapkan kitab Dasar 2 llmi Guru" kar tja sdr. Ramlij Maha B.A. untuk mendjadi bukt baijaan murid 2 dalam mata~peladjaran Ilmu Mendidik, karem huku tersebut kami anggap sesuai dengan rentjana peladjarar dimaksud. Selandjutnja kami mengandjurkan pula kepada tjalon 1 psngikut dan para lulusan LIGA untuk mcmperbanjak dat niemperlengkapkan bahan 2 Ilmu Gum dengan kitab tersebw sebagai tambahan dari jang lain 2.

8 K e o a d i sdr. Ramly Maha B.A. jang telah menjusun kitab ini sesuai dengan bidangnja sendiri kami sarnpatkan réuan terima k&ihas,ci. at 3*1». 7 9H i ƒ

9 M U Q A D D 1 M A H. Naskah Dasar-dasar Ilmu Guru" ini telah pernah diterbitkan dalam bentuk stensilan sedjak tahun 1962 jang terpakai sebagai bahan wadjib untuk kelas IV PGA Negeri diseluruh Daerah Istimewa Atjeh, karena penjusunannja semata-mata berpedoman pada Curriculum PGA Negeri. Muntjulnja naskah ini pada mulanja adalah karena adanja perobahan Curriculum PGAN sedjak tahun tersebut, sehingga kesulitan jang pertama-tama dihadapi oleh para rekan guru ialah amat kurangnja buku pegangan jang dapat dianggap sesuai dengan tuntutan curriculum baru itu. Dalam menjesuaikan diri dengan curriculum itu, penjusun. sendiri mengalami kesulitan-kesulitan pula. Kesulitan itu mudah dapat dimengerti karena pada kelas IV PGA Negeri (kini termasuk Madrasah Tsanawijah Negeri), para siswa harus ditanamkan,,dasar-dasar" Ilmu Guru dan dikelas itu pula mereka dihadapkan dengan udjian negeri disetiap achir tahun adjaran sebagai udjian seleksi. Disamping itu. sesuai pula dengan tuntutan curriculum tersebut, dimana dalam waktu satu tahun itu kepada siswa harus ditanamkan pengertian-pengertian pokok jang tersimpul dalam Ilmu Guru sehingga bahannja meliputi Ilmu Mendidik, Didaktiek, Methodiek termasuk Ilmu Sekolah dan Adminisfrasi Sekolah. Mengingafc akan kesulitan-kesulitan itu, maka penjusun sendiri mengakui bahwa naskah ini djauh daripada kesempurnaan, mungkin ia tidak lengkap, terlalu singkat dan sebagainja. Maka dari itu tidak lain harapan penjusun kepada rekan guru untuk dapat menutupi kekurangan-kekurangan itu pada waktu mengadjar demi menudju kepada kesempurnaan. Dan oleh karena itu pula naskah ini, kendatipun telah mendjadi buku wadjib, anggaplah ia sebagai pegangan darurat

10 atau bahaa jang amat minimal jang haras diperlengkapi oleh para guru. Dalam edisi ini, disana sini kami tjoba sempuruakan sehingga ia sedikit mengalami perobahan; bailc berupa tambahan pengurangan dan sebagainja. Pengurangan terutamakan terhadap bahan-bahan jang terus mengalami perobahan sesuai dengan kemadjuan-kemadjuan dalam pendidikan di Negara kita, sehingga bahan-bahan jang tidak tetap itu, seperti Djenis Sekolah d.u. terpaksa disesuaikan dengan keadaan jang sedang berlaku oleh para pengadjar. Walaupun demikiaa,» tetao tidak menjimpang dari Curriculum tersebut. "Keoada Kepala Inspeksi Pendidikan Agama Dista dar Kepala PGAN 6 Tahun Banda Atjeh tidak lupa kami aturkar terima kasih atas bantuan bahan2 jang amat diperlukan da lam penjusunan naskah ini. Demikian pula kepada penerbit nja jang telah menjelenggarakan penerbitan ini dalam bentul jang lebih sempurna dibandingkan dengan edisi jang lampat jang amat darurat. ^. Betapapun djuga, kami berpengharapan agar naskah m dapat menjumbangkan manfaat bagi sipemakainja, baik par; rekan guru maupun para siswanja. Wassalat. Darussalam Banda Atjeh. 1 Muharram Maret 1%8. Penjusun KM

11 I. PENGERTIAN DASAR TENTANG PENDIDIKAN MENDIDIK ITU Tidak pernah kita bersua de- SANGAT PERLU ngan seorang anak jang sedjak lahir telah mendjadi guru, dokter, insinjur, kolonel, wartawan dan sebagainja. Tidak ada seorang manusia jang terus dapat berdjalan, berenang, bersepeda ataupun mengadji sedjak lahir, atau dengan perkataan lain, manusia belum dewasa sedjak dilahirkan. Pengalaman-pengalaman kita menundjukkan, bahwa sedjak lahir seorang baji itu hanja dapat menangis, menelan susu jang dimasukkan kedalam mulutnja oleh ibunja atau beberapa gerakan lainnja, akan tetapi membunuh seekor nja^ mukpun mereka tak mampu. Sedjak lahir anak tidak mampu apa-apa. Lain halnja dengan seekor anak penju misalnja, jang samasekali tidak membutuhkan pertolongan induknja sedjak lahir, bahkan berdjumpa dan mengenal induknjapun merèka tidak pernah. Anak penju tidak membutuhkan pertolongan dan telah dapat menolong dirinja sedjak lahir. Lain sekali halnja dengan anak manusia jang tidak mampu apa-apa sedjak dilahirkan sehingga ia membutuhkan pertolongan dan hergantung pada orang-orang jang telah dewasa. Kendatipun belum mampu apa-apa seperti orang-orang jang telah dewasa, tetapi sedjak seseorang anak dilahirkan ia telah memiliki bermatjam-matjam kemungkinan jang lazim disebut sebagai "pembawaan", umpamanja kemungkinan untuk kelak dapat membatja, menulis, berhitung dan segala kepandaian serta ketjakapan-ketjakapan jang umumnja terdapat pada manusia. Pendek kata anak harus memiliki segala ketjakapan, kepandaian dan norma-norma sebagai suatu "kebudajaan". Akan tetapi kebudajaan itu bukan dengan sendiri- 9

12 nja datang pada anak, ia membutuhkan beberapa faktor penting, antara lainnja ialah : menempuh masa perkembangan jang pandjang; adanja usaha jang positif, teratur dan sengadja dengan tjara jang tertentu jang datangnja dari orangorang jang telah dewasa untuk mempengaruhi perkembangan anak; adanja pengaruh-pengaruh jang dapat merangsanci perkembangan djiwa-raga anak kearah jang baik. Dengan faktor-faktor itulah, seorang anak jang hanje memiliki kemungkinan/pembawaan dapat berkembang mendjadi manusia jang berkebudajaan. Usaha-usaha serta pengaruh-pengaruh jang positif itulah jang buat sementara kite sebut "pendidikan". Maka disini ternjata bahwa usaha pendidikan itu amat penting peranannja dalam bidang kebudajaan manusia dan usaha-usaha pendidikan itu pulalah jang akar mendjadikan manusia berbeda dengan hewan. Dapatlah kitc simpulkan, bahwa dengan dididik anak akan mendjadi machluk jang berkebudajaan. Andaikata kita menoanggap bahwa mendidik itu tida) perlu, maka berarti pendidikan itu tidak ada dan manusia tidak dididik samasekali. Akibatnja manusia ini tidak berkebu dajaan, dan samalah ia dengan hewan jang hidup semata mata herdasarkan instinkt bawaan tanpa menerima pengaru! pendidikan. Maka dapatlah kita chajalkan betapa porakporan dam'a ummat manusia hidup dimuka bumi seperti hewan. Sia pakah jang harus bertanggung djawab terhadap bahaja ini Janq sudah pasti ialah tanggung djawab orang-orang jani telah lebih dahulu memiliki kebudajaan, jaitu orang-orang janc sudah dewasa. Tanggung djawab itu bukan sadja terhadap anak dai masjarakat serta ummat manusia ini pada umumnja, tetap jang lebih utama ialah tanggung djawab terhadap Tuhan di kemudian hari kelak. Adapun orang-orang dewasa jang di maksud dalam pendidikan bukan terbatas pada guru, ajah dat 10

13 ibu'sadja, tetapi merupakan tanggung djawab bersama sebagai pihak jang kita sebut sebagai "pendidik". Mengingat akan hal2 diatas ini maka dapatlah kita mengerti bahwa sipendidiklah jang hacus memikut tanggung djawab terhadap pendidikan. Djadi telah djelas bagi kita bahwa anak sangat perlu dididik", sehingga seorang ahli didik bangsa Belanda, Dr. MJ. Langeveld namanja, menggelarkan anak manusia dengan istilah "Animale educandum", jakni machluk jang perlu dididik. UNTUK APAKAH Pertanjaan ini membawa kita ANAK DIDIDIK? kepada masalah "tudjuan pendidikan". Soal ini amatlah pentingnja, sebab djika salah menentukan tudjuan maka berarti kita telah membuat suatu penjelewengan dan ini amatlah berbahaja serta merugikan anak didik chususnja serta ummat manusia umumnja, apalagi kalau mendidik itu tidak bertudjuan samasekali maka berarti bukanlah suatu perbuatan manusia jang normal. Orang mengatakan, salah tjara dalam mendidik adalah biasa dan masih mungkin dapat diperbaiki, tetapi djika salah menentukan tudjuan sangatlah berbahaja, karena hal itu merupakan suatu penjelewengan jang dapat menjesatkan ummat manusia. Maka dari itu, masalah tudjuan adalah inti daripada perbuatan mendidik. Kenbali kepada pertanjaan diatas, maka hal itu telah kita simpulkan bahwa anak dididik untuk memiliki kebudajaan." Tetapi anak-anak Sekolah Rendahpun sepintas lalu tampaknja telah memiliki kebudajaan bukan? Djika demikian maka anak-anak di Sekolah Rendahpun dapat dianggap telah selesaï dididik, dan mereka tidak perlu lagi mendapat pendidikan. Akan tetapi pendapat ini sangat berbahaja, karena mendidik itu tetap masih perlu, sianak masih tetap membutuhkan pertolongan dari orang dewasa sebelum dapat berdiri sendiri. Djangankan anak-anak Sekolah Rendah, tetapi kamu sendiri 11

14 janq telah menduduki bangku kelas IV PGA atau kelas II S.M.I. pun masih bergantung pada bantuan orangtuamu bukan? Kalau begitu, sekedar dapat membatja, menuhs, ber hitung, bahkan berbahasa asing dan sebagainja itu, sebeluu ia dapat berdiri sendiri dan tjakap untuk hidup, maka beiuin lah ia dapat dikatakan telah berkebudajaan dalam arü jan< seluas-luasnja. Djadi antara lain dapatlah dikatakan bahwi pendidikan bertttdjuan agat anak dapat berdiri sendiri. Kita sering pula mendjumpai bahwa anak-anak sedja ketjilnja telah sanggup berdiri sendiri, misalnja sudah pars dai mentjari uang, maka dalam hal perbelandjaan ini ia tida memerlukan bantuan orangtuanja, bahkan ada jang mamp membantu orangtuanja. Sudah tjukupkah hanja sekian tuga pendidikan? Memang anak itu telah mampu berdiri sendir tetapi usianja jang masih sangat muda serta kurangnja pengi lamans hidup itu menjebabkan ia butuh kepada orangtuanj dalam memutuskan sesuatu jang penting-penting, misalnj terhadap pemilihan nilai-nilai masjarakat, nilai-nilai susili agama dan sebagainja. Kalau demikian, disamping berdi sendiri" anak djuga dididik untuk sanggup mengadakan pt milihan sendiri. Dalam kehidupan se-hari-hari kita djuga menemui, ad; nia anak jang nekad berbuat dan memutuskan sendiri sega. sesuatu, dalam hal ini ia mentjoba berdiri sendiri". Teta; dalam hal demikian ternjata sianak tidak dapat mempertan. gung djawabkan segala tindakannja dan achirnja tanggur djawab itu dikembalikan kepada orangtuanja andaikata te bentur dengan kesulitan2. Anak harus didik kearah ini, pe: didikan harus lengkap dan sempurna sehingga anak dju< harus dipersiapkan untuk sanggup bertanggung djawab se diri atas segala tindakan dan keputusannja. Demiktanlah djika pendidikan telah mentjapai tudjui jang mentjakup ketiga hal diatas itu, maka selesailah tug pendidik dan ketiga hal diatas itu dalam Ilmu Pendidikan t simpulkan dengan istilah dewasa". Diadi djawaban unti pertanjaan diatas tadi ialah anak dididik untuk mentjaf dewasa" dan ini pulalah tudjuan umum dalam pendidikan. 12

15 Adapun "dewasa" itu mengandung pengertian jang sangat umum, sesuai dengan namanja "tudjuan urnum" dalam pendidikan. Oleh karena itulah pengertian dewasa" mendapet penafsiran jang bermatjam-matjam menurut masing2 aliran, golongan, bangsa dan agama tertentu. Sebagai tjontoh kita ambil penafsiran istilah dewasa jang mendjadi tudjuan Pendidikan Nasional dinegara kita : a. BERDIRI SENDIRI : Dalam hal ini bukan berarti anak sudah sanggup mendjadi pegawai dengan dasar PGP menurut golongan tertentu misalnja. Bagi bangsa kita, berdiri sendiri itu harus mendapat arti sanggupnja anak hidup atas telapak kaki sendiri atau dengan perkataan lain dengan ketjakapannja sendiri" anak harus dapat hidup dalam masjarakat. Lain halnja dengan pandai" jang berarti banjak ilmu (tetapi belum tentu tjakap). Oleh karena itu dapat berdiri sendiri harus ditafsirkan supaja anak tjakap. b. MEMILIH SENDIRI : Orang-orang dalam alam kedewasaannja harus dapat mengadakan pemilihan sendiri menurut keputusan kata hati sendiri. Pemilihan mana meliputi berbagai hal; tugas hidup, bidang hidup, teman hidup, tjita-tjita hidup (ideologie), agama, norma-norma susila (memilih buruk baik) dan sebagainja. Dari sekian hal itu, sekurang-kurangnja anak harus dapat memilih buruk-baik dan dapat melaksanakannja. Dja di memilih sendiri sekurang-kurangnja supaja anak da' pat berbuat susila. c. BERTANGGUNG DJAWAB SENDIRI : Dari sekian banjak tindakan-tindakan jang harus dapat dipertanggung djawabkan oleh seorang jang sudah dewasa antara lain misalnja tanggung djawab terhadap anak isteri, terhadap Tuhan, terhadap masjarakat dan seba- 13

16 gainja. Dalam Pendidikan Nasional sangat diutamakan tanggung djawab terhadap kesedjahteraan masjarakat dan tanah air. Sesuai dengan negara kita sebagai Negara Demokrasi, maka tanggung djawab terhadap negara bu-. kan dipegang oleh satu orang (diktator, kaisar dan sebagainja), tetapi tanggung djawab itu dipikul bersamasama oleh rakjat. Djika djiwa demokrasi tidak ada, hal itu tidak mungkin, maka oleh karena itu pendidikan bertudjuan mendidik anak mendjadi warga negara jang demokratis sehingga dengan demikian dapatlah anak bertanggung djawab tentang kesedjahteraan masjarakat dan tanah air. Demikianlah dewasa itu sebagai tudjuan umum" dalam pendidikan, dalam Pendidikan Nasional merupakan tudjuan chusus jang tertjantum dalam Undang-Undang tentang dasardasar pendidikan dan pengadjaran No. 4 tahun 1950 (disahkan mendjadi U.U. No. 12 tahun 1954) dalam Bab II pasaj 3, dimana dengan tegas dikemukakan tudjuan itu sebagai berikut : "Membentuk manusia susila jang tjakap, warga negara jang demokratis serta bertanggungdjawab tentang kesedjahteraan masjarakat dan tanah air." didikan. Hal ini dapat pula disebut : batas achir daripada pendidikan kan tentang batas awal daripada pendidikan." Dilain pasal BILAKAH SEBENARNJA Dalam uraian jg PENDIDIKAN ITU DI- lalu, djelas bah- M U L A I? wa pendidikan berachir bila anak sudah dewasa, itulah tudjuan umum" atau batas achir" dalam pen adalah dewasa". Kebalikan dari hal diatas itu, pertanjaan diatas menjata- telah kita ambil kesimpulan bahwa perbuatan mendidik itu berpangkal pada suatu hal jang penting jaitu tudjuan per>- 14

17 didikan" sebagai masaalah inti dalam pendidikan. Kalau demikian, batas awal daripada pendidikan bergantung pada bafas achirnja, jakni tudjuan. Djadi, permulaan daripada suatu perbuatan bergantung pada apa jang ingin ditjapainja. Sedangkan jang ingin ditjapai sudah tegas jaitu dewasa", jang meliputi aspek-aspek berdiri sendiri, memilih sendiri dan bertanggung djawab iendiri. Untuk mentjapai hal ini, tugas pendidik bukan hanja.niemberi makan" sedjak ketjilnja, dengan pemeliharaan sadja pendidikan tidak sempurna. Untuk mentjapai kedewasaan jang meliputi ketiga aspek itu sianak harus diberikan ilmu pengetahuan, petundjuk-petundjuk, nasehat-nasehat, larangan-larangan, peladjaran-peladja ran dan sebagainja, jang kesemuanja itu kita sebut norma" Djadi bukan hanja pemeliharaan sadja, tetapi pendidikan itu meliputi penjerahan norma-norma. Dalam kenjataannja anak-anak ketjil tidak dapat menerima norma-norma tersebut diatas itu (misalnja nasehat iïasehat, peladjaran-peladjaran dan sebagainja), adapun se babnja karena belum menguasai alat" penting jaitu keiïiampuan berbahasa". Djadi apabila anak telah mampu dan tjakap menguasai bahasa untuk menerima norma-norma itu barulah pendidikan jang sempurna (meliputi norma-norma) mulai dapat dilaksanakan dan dengan demikian berarti bahwa bahasa adalah alat penting dalam penjerahan norma-norma. Penjerahan norma-norma itu membutuhkan kemampuan berbahasa daripada anak-anak. Menurut penjelidikan-penjelidikan dan experiment-expet'iment, ketjakapan berbahasa pada anak-anak adalah mulai jekitar umur 3 tahun. Dan dari keterangan diatas kita dapat menarik kesimpulan tentang batas awal dari pada pendidikan bahwa; batas awal pendidikan adalah bila anak telah mampu berbahasa. Sebelum anak-anak mampu berbahasa kita hanja dapat nemberi isjarat-isjarat tentang sesuatu norma, dengan penger tian bahwa pendjelasan-pendjelasan dan nasihat-nasihat belum 15

18 dapat diterima oleh anak- Disamping itu, sementara roenimggu anak mampu berbahasa, sipendidik bertugas menghmdar; segala pengaruh djelek jang menjerang anak dan ini merupakan usaha-usaha persiapan". Selain daripada itu, sipendtdik dapat pula membiasakan" anak dengan sesuatu sikap dan kebiasaan-kebiasaan jang baik. Djadi masasebelumnja ito merupakan masa persiapan pendidikan, berudjud usaha-usah; pentjegahan terhadap pengaruh-pengaruh buruk serta pembté saan-pembiasaan, SIAPAKAH JANG Ditindjau dari sudut anak M E L A K S A N A K A N didik, pendidikan itu sanga PENDIDIKAN ITU? perlu sebab anak belum mampt apa-apa sedjak dilahirkan Ditindjau dari sudut perkembangan kebudajaan ummat ma nusia, maka hanja dengan dididik anak-anak dapat memilik kebudajaan, mendjadi manusia budaja dan berbeda dengas hewan. Selandjutnja ditindjau dari sudut orang dewasa, pen didikan itupun amat perlu demi kesedjahteraan masjarakat djustru orang-orang dewasa adalah anggota-anggota masja rakat jang harus bertanggung djawab terhadap kesedjahtera an masjarakatnja. Oleh karena itu orang-orang dewasa tida dapat meiepaskan tanggung djawabnja dalam hal pendidika: selama ia masih dapat disebut sebagai anggota masjaraks dan dengan demikian dapat pula disebut bahwa pendidtk it adalah orang-orang dewasa jang bertanggung djawab. Djika pendidik itu adalah orang-orang dewasa jang bei tanggung djawab, maka siapakah jang pertama-tama bertan gung djawab terhadap seorang anak? Untuk mengetahui sis pa jang pertama-tama bertanggung djawab, kita dapat men perhatikan sendiri lebih dahulu dimana sibaji pertama-tam muntjul kedunia ini. Anak pertama-tama muntjul adalah dala: keluarga dan penanggung djawab utama dalam keluarga if adalah orangtua". jakni ibu-bapa. Demikianlah orangtn mau tak mau harus menerima pertanggungan djawab ma didik, tugas ini tidak dapat ditolak, tidak dapat dipiïih da 36

19 dipertimbang-timbangkan laba ruginja. Ini disebabkan karena adanja hubungan darah/keturunan antara orangtua dan anak, atau dengan perkataan lain dapat dikatakan adanja hubungan kodrati. Pendidikan jang utama adalah orangtua sebagai pendidik karena kodrai. Karena tanggung djawab kodratnja itu, siorangtua selalu bertjita-tjita untuk mentjapai hasil-didikan setinggi mimgkin jang mentjakup norma2, pengetahuan-pengetahuan dan ketjakapan-ketjakapan demi kebahagiaan anak-anaknja dima sa depan kelak. Tetapi dalam hal penjerahan norma-norma, kadang-kadang siorangtua tertumbuk dengan kesukaran-ke sukacan jang tidak dapat diatasinja, misalnja harus mengadjarkan bermatjam-matjam ilmu pengetahuan sebagai salah satu aspek penting dalam kehidupan. Dalam hal ini orangorang dewasa lainnja harus membantu orangtua untuk meng atasi kesulitan jang dihadapi orangtua tersebut Adapun orang jang bersedia membantu dan bertanggung djawab dalam hal mengadjarkan anak dengan berbagai ilmu Pengetahuan ialah orang-orang jang telah dipersiapkan dan berbakat untuk memikul djabatan itu, jaitu guru-guru. ianggung djawab guru itu adalah selama ia memikul djabatan guru sadja, atau dengan perkataan lain dapat disebut guru2 adalah pendidik karena djabatan sebagai pembantu orangtua. Orang-oranatua dan guru-guru haruslah bersama-sama memikul tanggung djawab dalam pendidikan. dalam hal mi orangtua jang utama dan guru-guru sebagai pembantunja. Orangtua bertugas dirumah tangga dan guru-guru disekolah. Kedua pendidik ini tentu berusaha sedemikian rupa supaja dapat mentjapai hasil setinggi mungkin. Akan tetapi untuk mentjapai tudjuan jang tinggi itu adalah suatu tugas dan tanggung djawab jang amat berat. Adapun suatu tugas jang berat tidaklah dapat dipikul sendiri, tetapi haruslah dipikui bersama-sama, djustru salah satu tjiri manusia mi adalah hidup bersama-sama atau hidup bermasjarakat. Setiap masjarakat mempunjai tjiri antara lain : hidup bersama-sama dan mempunjai tjita-tjita hidup bersama pula, jang biasa disebut 17

20 ideologie". Oleh karena adanja ideologie itulah maka masjarakat perlu ikut bertanggung-djawab dalam pelaksanaan pendidikan dan tjara bekerdjasama itupun adalah salahsatu tjara hidup bermasjarakat. Oleh karena itulah disebut masjarakat adalah pendidik karena ideologie. Demikianlah tiga golongan pendidik jang bertanggung djawab terhadap pendidikan, jang kita simpulkan : 1. Orang-tua dalam lingkungan keluarga (jang mendidik karena kodrat): 2. Guru dalam lingkungan sekolah (jang mendidik karena djabatan); 3. Masjarakat (jang mendidik karena ideologie). Untuk mentjapai hasil jang memuaskan, adalah sjarat mutlak supaja ketiga pendidik dan keüga tempat itu harus ada kerdja sama dan hubungan jang erat, jang saling isi meng isi. Hal ini disebut tripusat pendidikan. A N A K D I D I K S E B A G A I Sudah djelas di- O B J E K P E N D I D I K A N ketahui, bahwa hewan tidak dapat dididik karena semata-mata perkembangannja berdasarkan naluri (instinct) jang kaku dan statis itu, pada hewan tidak ada pendidikan sama sekali. Jang dapat dididik hanjalah anak manusia. Anak manusia itupun tidak semuanja perlu dididik lagi andaikata, ia sudah dapat berdiri sendiri, memilih sendiri dan bertanggung djawab sendiri karena dengan demikian berarti ia telah dewasa. Anak jang sudah dewasa tidak perlu lagi dididik karena ia sudah dapat mendidik diri sendiri", jang perlu dididik adalah anak jang betum dewasa. Adapun anak jang belum dewasa itu dapat dan masih mungkin dididik karena masih dalam suatu proses perkemba ngan, dia masih bertumbuh terus menudju dewasa. Bagi anakanak jang dalam pertumbuhannja mengalami hambatan-ham batan (djasmani dan rohani). mereka tidak dapat dididik de- 18

21 ngan tjara-tjara jang biasa, mereka membutuhkan pendidikan biasa". Djadi jang dapat dididik dengan tjara-tjara jang biasa pada umumnja adalah anak-anak jang belum dewasa jang normal pertumbuhannja. Sebagai diketahui, jang dimak sud dengan anak-anak jang terhambat pertumbuhan rohani (a'kalnja) misalnja idiot, debil dan embicil. Sesuai dengan keterangan-keterangan diatas anak-anak jang bagaimana pada umumnja jang dapat dididik, sesuai dengan istilah jang dikemukakan oleh Dr. M.J. Langeveld : animale educabile" (machluk jang dapat dididik). K A I D A H - K A I D A H MEN- Dalam pelaksa- DIDIK PADA UMUMNJA. naan pendidikan ada beberapa ka idah pokok jang harus diperhatikan oleh sipendidik. Mengingat bahwa jang melaksanakan pendidikan itu adalah orang orang jang bertanggung djawab", maka masaalah tanggung djawab itulah jang harus mendjadi titik tolak dalam seluruh aktivitas pendidikan, baik mengenai tjara maupun dalam menentukan tudjuannja. Sebagai kaidah pertama dan utama dapat kita simpulkan sebagai berikut : Pelaksanaan pendidikan harus berpangkal pada tanggung djawab : 1. Sipendidik harus sungguh-sungguh menjadari tugasnja sebagai pendidik, djadi mengenai diri sendiri. 2. Sipendidik harus memahami dan menjadari sedalam dalamnja akan tudjuan pendidikan. 3. Dalam pelaksanaan pendidikan, sipendidik harus selalu dapat memakai kebidjaksanaan dan kesabaran. 4. Kebidjaksanaan dan kesabaran baru ada apabila sipendidik menaruh tjinta kepada anak didiknja. Adapun rasa tanggung djawab dan segala segi-seginja jang disebutkan diatas itu meliputi tanggung djawab terhadap Tuhan, masjarakat dan anak didik". Mengingat akan tanggung djawab terhadap anak didik, sipendidik haruslah sung- 19

22 guh-sungguh mengenai anak se-dalam-dalamnja. Sehingga dengan demikian dapatlah sipendidik melaksanakan tugasnja dengan tidak melakukan kekerasan-kekerasan, tekanan serta memperkosa martabat anak didiknja. Sebelum memahami tentang hakekat anak, pendidikan tidaklah dapat dilaksanakan. Pelaksanaan pendidikan harus berpangkal pada anak, dan dalam ketentuan ini tersimpul beberapa pengertian sebagai berikut : 1. Pendidikan haruslah disesuaikan dengan bakat dan min at anak. 2. Pendidikan haruslah sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan anak. 3. Pendidikan harus sesuai dengan kepribadian anak, jakni kechususan-kechususan pada anak. 4. Pendidikan harus sedjalan dengan taraf perkembangan djiwa-raga anak. Dengan kaidah-kaidah jang telah dikemukakan diatas itu, jakni tanggung djawab sipendidik serta menempatkan anak didik sebagai pangkal masalah pendidikan, maka berarti sipendidik mengabdi untuk kepentingan sang anak, sesuai dengan salah satu sembojan jang berbunji,,vom Kindes Aits" jaitu dari dan untuk sang anak. Memang, berdasarkan tanggung djawab itu, sipendidik harus mendjaga hak-hak serta martabat anak didik. Dalam ketentuan ini meliputi beberapa hal : Tidak boleh mendjalankan paksaan-paksaan dan kekerasan-kekerasan terhadap anak, karena disamping merugikan anak djuga dapat menimbulkan permusuhan jang djuga merugikan sipendidik sendiri. 2. Sebaliknja tidak pula boleh memandjakan anak, sebab anak jang dimandjakan tidak akan sanggup berdiri sendiri dan dengan demikian pula berarti menghambat kedewasaan anak. 3. Tidak boleh bersikap atjuh tak atjuh serta meng anggap enteng dalam pelaksanaan pendidikan.

23 4. Tidak boleh ber-experiment dengan anak didik, karena anak jang didjadikan obdjek experiment akan rugi untuk seumur hidupnja bila experiment itu gagal. 5. Mentjegah pengaruh2 djelek jang terdapat dalam lingkungan anak jang ternjata membawa pengaruh buruk bagi perkembangannja. 6. Dengan sengadja inenjalurkan segala pengaruh lingkungan jang baik dan menguntungkan perkembangan anak. 7. Untuk memenuhi tuntutan-tuntutan itu semua, maka sipendidik haruslah mempunjai ketjakapan menjesuaikan diri dengan kebutuhan dan minat anak. Dalam menjesuaikan diri dengan anak, maka sipendidik bertugas sebagai pembimbing sadja, seolah-olah mengikuti dibelakang anak untuk memberikan pertolongan dan pengawasan. Maka berarti bahwa dalam pendidikan bukanlah sipendidik sadja jang harus aktif, tetapi anakpun aktif dalam perkembangannja menudju dewasa. Ki Hadjar Dewantara mengemukakan sembojan : sipendidik mengikuti dibelakang anak untuk memberikan pertolongan djika diperlukan" atau dengan istilah aslinja Tutwuri Andajani. Istilah ini mengandung pengertian : 1. Dalam pendidikan sipendidik bertindak sebagai pem bimbing sadja, memberi pertolongan apabila diperlukan. 2. Kalau anak dan situasi memang tidak menghendaks pertolongan, maka bersalahlah kita menolongnja. 3. Dengan demikian berarti sianak sendirilah jang akan berkembang menudju kedewasaannja, sedangkan pendidik aktif memberi pertolongan menurut kebutuhan. Anak dan pendidik adalah sama-sama aktif dalam proses pendidikan. 4. Oleh karena itu sipendidik harus menjalurkan aktifitas anak sebanjak mungkin dalam proses perkembangannja. Ketentuan-ketentuan ini menuntut agar 21

24 sipendidik harus sungguh-sungguh dapat menjesuaikan diri dengan anak. Dalam kita menjesuaikan diri dan mengikuti perkembangan anak dengan teliti^ terdapat suatu kenjataan bahwa pada permulaannia (sediak anak lahir) lebih banjak pertolongan jang diperlukan. Akan tetapi lambat laun berangsur-angsur berkurang dan achirnja anak samasekali tidak memerlukan pertolongan orang dewasa, dan ini berarti sianak telah dewasa dan telah mampu menolong dirinja sendiri atau dewasa". Dalam Iimu Pendidikan, hal ini bukan sadja berudjud suatu kenjataan, akan tetapi telah merupakan suatu keharusan, jakni sipendidik berusaha sedemikian rupa sehingga berangsurangsur dirinia tidak diperlukan lagi oleh anak didiknja- Sebaliknja apabila sipendidik mengharapkan supaja anak tetap memerlukan pertolongannja maka berarti setjara tidak langsung menghambat kedewasaan anaknja. Dari sekian ketentuan-ketentuan jang telah diutarakan diatas, dapatlah kita simpulkan setjara keseluruhannja sebagai berikut : : Sipendidik haruslah insaf dan mengenai diri jang berkedudukan selaku pendidik. 2. Sipendidik harus mengetahui sedalam-dalamnja akan tudjuan pendidikan, kemana anaknja akan dibawa. 3. Sipendidik harus bidjaksana dan sabar dalam tindakan-tindakannja. 4. Pendidik haruslah mentjintai anak didiknja. 5. Mendjaga pengaruh-pengaruh djelek jang menjerang anak. 6. Tidak boleh bersikap memaksa dan kekerasan-kekerasan terhadap anakdidiknja. 7. Tidak boleh memandjakan anak. 8. Tidak boleh bersikap atjuh tak atjuh. 9. Mendidik tidak boleh dengan tjara mentjoba-tjoba. 10. Sipendidik harus bersikap hanja sebagai pembimbing sadja. jakni dengan mengakui bahwa proses pendi-

25 dikan itu berlangsung dalam keadaan sama-sama aktif antara pendidik dan anak didik. 11. Harus menjalurkan aktifitas anak sebanjak mungkin. 12. Adanja kerelaan agar lambat laun dirinja tidak diperlukan lagi oleh anak didiknja. 13. Dalam segala aspek pendidikan, haruslah diinsafi bahwa pribadi sipendidik adalah tjontoh teladan bagi anak didiknja. Oleh karenanja dituntut agar pribadi pendidik harus memenuhi sjarat-sjarat ditindjau dari segi susila, kemasjarakatan dan agama. U S A H A - U S A H A APA- Pertanjaan ini mena- K A H J A N G D A P A T njakan tentang usaha D I L A K S A N A K A N DA- usaha apakah jang da- L A M M E N D I D I K? pat dilaksanakan djika orang akan mendidik berdasarkan kaidah-kaidah jang telah dikemukakan itu. Perbuatan mendidik itu amatlah kompleknja, karena perkembangan anak menudju kedewasaannja mendapat pengaruh dari seribu satu matjam hal, baik jang terdapat pada anak sendiri (faktor endogeen) maupun jang datang dari lingkungan dan pendidikan (faktor exogeen). Oleh karena itu Ilmu Mendidik mengemukakan sebuah konsep jang sangat umum bunjinja, jakni : dengan berpangkal pada kaidah2 mendidik, segala usaha dapat dilaksanakan asal sadja dapat mentjapai tudjuan pendidikan. Istilah segala usaha" diatas itu amatlah luas pengertiannja, dari usaha jang paling besar dan berat sampaisampai kepada senjuman atau berdiam diri sadjapun sudah termasuk salah satu usaha mendidik- Hanja sadja hal-hal jang demikian itu sangat bergantung pada situasi pendidikan. Sebagai tjontoh dapat dikemukakan disini antara lain misalnja membiasakan sianak akan kebersihan sedjak ketjil, mengambil dengan tangan kanan, membiasakan shalat dan berbagai pembiasaan lainnja. Memberi pengertian sianak dengan moral atau budi pekerti jang luhur dengan tjatatan bahwa pe ngertian itu harus diteladani dengan praktek pribadi pendidik 23

26 sehari-hari dan inipun tidak ada manfaatnja djika anak tidak dibiasakan dengan perbuatan-perbuatan susila itu sendiri. Disamping itu, apabila waktunja telah sampai, sianak diberikan ilmu-ilmu pengetahuan jang diperlukan dalam kehidupannja fcelak, dan dalam hal inilah jang amat memerlukan bantuan guru-guru disekolah, demikian pula dengan peladjaran agama sesuai dengan tingkatan perkembangan anak. Dalam hal tertentu, nasihat-nasihat, penerangan-penerangan, pendjelasanpendjelasan sangat perlu pula sebagai salah satu usaha pendidikan asal sadja hal ini tidak terlalu berlebih-lebihan. Sebaliknja melarang terhadap hal-hal jang tidak baik, memberi teguran dan peringatan, dan berbagai usaha pentjegahan lainnja. Menghindari anak dari pengaruh lingkungan jang f'dak baik, disamping menjalurkan pengaruh-pengaruh jang baik. Apabila sianak melakukan suatu perbuatan jang membawa manfaat jang besar bagi perkembangan maka sipendidik membiarkannja, maka oleh karena itupulalah diatas telah dikemukakan bahwa berdiam diri" sadjapun adalah usaha pendidikan. Penghargaan atau senjuman sekalipun amat besar pengaruhnja bagi kepuasan djiwa anak apabila hal ini tetap dilaksanakan menurut situasinja, dan inipun mendidik pula. Pendek kata, apa sadja usaha jang dapat dilalcukan adalah pendidikan apabila memenuhi sjarat2 berikut : 1. Bahwa usaha itu tidak menjimpang daiipada kaidah2 pendidikan pada umumnja. 2. Usaha jang dilakukan itu membawa effek penting bagi pentjapaian tudjuan pendidikan sebagaimana telah kita peladjari dalam pasal terdahulu. 3. Usaha atau tindakan-tindakan itu sesuai dan serasi menurut situasi jang sedang dihadapi, tepat dan effektif. Disini se-olah-olah terlihat, bahwa pendidikan itu adalah suatu usaha jang tidak tegas bukan? Pertanjaan ini dapat kita djawab sebagai berikut : andaikata kita membatasi bahwa 24

27 mendidik itu ialah memelihara (makan/minum/pakaian/mendjaga kesehatan), mengadjar pengetahuan dan membiasakan kepada jang baik-baik, maka kakulah perbuatan mendidik itu. Padahal manusia ini dalam perkembangannja bukan sadja dlpengaruhi oleh ibu-bapa dan guru-guru sadja, akan tetapi ia menerima pengaruh-pengaruh jg tidak terhitung djumlahnja bahkan ada pengaruh-pengaruh jang tampaknja pada lahirnja baik tetapi membawa efek jang berbahaja. Maka dari itulah tadi dikemukakan bahwa dalam pendidikan itu amat memerlukan ketjakapan sipendidik untuk memahami situasi dengan kekuatan daja tjipta (kreatif), dan oleh karena itu pulalah hampir semua ahli didik sepakat mengatakan bahwa mendidik itu adalah suatu perbuatan seni- Ketentuan diatas ini membawa akibat sangat penting bagi pribadi pendidik itu sendiri jang amat penting peranannja. Dalam usahanja mendidik, bukan sadja dibutuhkan daja tjipta dan ketadjaman katahati dari pendidik untuk dapat memahami situasi pendidikan jang pelik itu, tetapi hampir seluruh situasi pendidikan itu menghendaki agar pribadi pendidik dapat mendjadi tjontoh teladan bagi anak didik. Hal ini penting dalam pendidikan sebab anak-anak masih amat kurang akan pengalaman-pengalaman dan pengertian-pengertian tertentu. Untuk mengisi pengetahuan dan pengalaman itu anak meniru pendidiknja dalam segala hal; norma, sikap, tingkah laku dsb. Apabila pribadi pendidik sendiri mendjadi tjontoh jang tidak baik, maka hal ini dalam pendidikan berarti dengan sengadja" mendidik anak kearah jang merusakkan. Ingatlah bahwa anak sudah kodratnja suka meniru dan oleh karenanja pula pribadi dan segala sikap pendidik sendiri harus mendjadi teladan bagi anak didiknja. DEFINÏSI Setjara garis besar, sampai disini kita MENDIDIK telah mempeladiari masalah-masalah pokok antara lain; perlukah mendidik itu, apa tud;'uan pendidikan, bila saatnja pendidikan jang po- 25

28 sitif dapat dimulai, siapa jang mendidik dan siapa sebenarnja jang dididik, ketentuan-ketentuan pokok dalam mendidik serta usaha-usaha atau wudjud daripada pelaksanaan pendidikan. Sebagai penutup kita perlu menarik kesimpulan umuni tentang pengertian-pengertian dasar tentang mendidik. Péngertian mendidik itu djika disimpulkan dalam kalimat jang singkat akan berudjud sebuah definisi atau ta'rif, sedangkan definisi tentang mendidik itu amat banjaknja sesuai dengan pandangan dan sudut tindjauan masing-masing ahli didik. Kendatipun demikian, sesuai dengan keterangan-keterangan jang telah dikemukakan dalam halaman-halaman terdahulu, maka disini dapat dikemukakan sebuah definisi dengan tjatatan bahwa bukanlah ini satunja-satunja definisi jang benar dan jang lainnja salah. Adapun definisi mendidik itu ialah : Mendidik ialah pertolongan jang diberikan oleh barangsiapa jang bertanggung djawab terhadap perkembangan seorang anak untuk membawanja ketingkat dewasa." 26

29 2. TENTANG HAL MENGADJAR MENDIDIK DAN Mendidik itu mempunjai MENGADJAR tjara-tjara dan usaha-usaha jang tidak terhitung djum lahnja, sebagaimana djelas telah diuraikan dimuka. Diantara beberapa tjontoh perbuatan mendidik jang telah dikemukakan itu termasuklah "mengadjar" anak akan ilmu- ilmu pengetahuan jang bermanfaat bagi kehidupan dunia-achirat. "Mengadjar" adalah salah satu usaha pendidikan jang terpenting, sebab : a. mengadjar itu adalah usaha langsung untuk menjerahkan kebudajaan; b. pelaksananja (gum) adalah orang-orang jang terdjamin kesehatannja. achlaknja, kemampuannja dan sebagainja; c. djuga guru-guru itu telah lebih dahulu dididik dan dipersiapkan untuk dapat melaksanakan tugasnja itu, jaitu "mengadjar"; d. tjara dan sistem mengadjar itu sendiri telah dibahas setjara mendalam dalam ilmunja tersendiri jaitu "didaktik" dan "methodik"; e. orang-orang jang akan mengadjar harus lebih dahulu telah mengenai dirinia serta tugasnja, mengenai anak, mengenai watak anak, memahami sedalamdalamnja tentang perbuatan mendidik dan sebaqainja. Oleh karena itu diadjarkanlah Ilmu Mendidik, Ilmu Djiwa, dan jang sehubungan dengannja. Disamping itu para guru disekolah bukan hanja mengadjar sadja. Guru-guru itu telah memikul sebahagian daripada tugas orang-tua untuk mengadjarkan anak-anak mereka. Ma ka dari itu guru-guru ikut pula memikul tanggung djawab pendidikan apa jang dilaksanakan orang-tua dalam lingkungan 27

30 keluarga, jaitu melaksanakan berbagai usaha mendidik ketjuaii hal-hal jang telah mendjadi kodrat seperti nafkahnja dan sebagainja. Hampir seluruh unsur pendidikan tertjakup dalam "mengadjar." Demikianlah dalam guru mengadjar mata peladjaran apapun disekolah, harus selalu memasukkan sebidjaksana mungkin seluruh unsur-unsur pendidikan, seperti pendidikan ke Tuhan an, budi pekerti, kebangsaan, kemasjarakatan, kebersihan, ke~ tekunan/ketabahan/pertjaja pada diri sendiri dan sebagainja. Orang sering mengatakan : kewadjiban guru bukan hanja berkisar pada pembentukan intellek, tetapi djuga pembentulcan watak dan budi pekerti, jaitu "pembentukan kepribadian". Demikianlah hal itu kita simpulkan : kewadjiban guru adalah mendidik sambil mengadjar. Untuk memberikan pengetahuan-pengetahuan kepada anak (mengadjar), sebenarnja sudah tjukup kalau siguru memiliki ilmu-ilmu pengetahuan jang akan diadjarkannja sadja. Disamping itu sebagai alat berpraktek, tjukup kalau siguru memiliki pengetahuan-pengetahuan tentang didaktik dan methodik. Mengingat tugasnja bukan hanja mengadjar, tetapi mendidik sambil mengadjar, dimana meliputi norma-norma susila/budi pekerti dan watak jang terpudji, maka salah satu sjarat untuk itu bukanlah semata-mata ilmu. Karena tugasnja itu maka pribadi dan tingkah taku guru harus sungguhsungguh dapat mendjadi teladan untuk ditiru oleh anak, siapkan diri untuk itu. Ada beberapa pengetahuan penting I L M U G U R U D A N Dalam melaksanakan ILMU MENGADJAR. "mendidik sambil mengadjar serta memoer; tjontoh-tjontoh kepada anak", maka guru haruslah sudah dipersiapkan dan memper sebagai dasar pengetahuan guru, misalnja Civics, Ethica (Al Achlak), Kebudajaan Nasional, Sedjarah Nasional, dan dasardasar keagamaan seperti 'Aqa id. Hadist, Tafsir, Fiqh dan se- 28

31 bagainja. Tetapi disamping itu ada pula suatu kesatuan pengetahuan sebagai alat jang harus dimiliki oleh setiap orang jang ingin mendjadi guru untuk dapat melaksanakan tugasnja itu, jaitu : 1. Ilmu Mendidik;, 2. Ilmu Djiwa Umum; 3. Ilmu Djiwa Anak; 4. Ilmu Watak; 5. Ilmu Mengadjar; 6. Ilmu Sekolah, dan 7. Sedjarah Pendidikan. Ini semua disebut Ilmu Pendidikan atau Ilmu Guru. Ilmu guru ialah kesatuan daripada pengetahuan-pengeta huan sebagai jang harus dimiliki lebih dahulu oleh setiap tjalon guru. Djadi dalam ilmu guru telah tertjakup pengetahuan-pe nqetahuan tentang mendidik, tentang djiwa pada umumnja atau djiwa anak serta watak chususnja, tentang mengadjar, tentang administrasi sekolah dan sebagainja. Itu semua bersangkut paut serta saling butuh membutuhkan satu sama lain. Sedangkan pengetahuan jang langsung dibutuhkan oleh guru untuk mengadjar disebut ilmu mengadjar jang dalam bahasa asing disebut didaktiek. Tetapi melihat masaalah jg tertjakup didalamnja, didaktiek bukan hanja membahas soal bagaimana quru mengadjar sadja. melainkan diuga meliputi seluruh masaalah mengadjar pada umumnja. Didaktiek adalah ilmu pengetahuan jang membahas masaalah pengadjaran pada umum nja. Djadi isinja meliputi : 1. Tudjuan pengadjaran disekolah; 2. Bahan pengadjaran disekolah; 3. Alat-alat pengadjaran; 4. Tentang murid; 5. Tentang guru; 6. Ilmu sekolah; 29

32 7. Pembaharuan-pembaharuan pengadjaran; 8. Bagaimana murid beladjar; 9. Bagaimana tjara guru mengadjar. Adapun pembahasan No. 1 s/d No. 8 diatas disebutiah didaktiek umum, sebab membahas masaalah pengadjaran pada umumnja. Tetapi lain halnja dengan No. 9 (Bagaimana tjara guru mengadjar), itu langsung membahas tentang tjara guru mengadjar dan untuk ini disebut didaktiek chusus. Demikianlah Didaktiek Chusus, sesuai dengan namanja, langsung mem bahas tentang tjara mengadjar. Dalam bahasa asing tjara" itu disebut methode. Oleh karena itu Didaktiek Chusus lebih terkenal dengan istilah methodiek jang terpakai sampai sekarang, jaitu satu pengetahuan tentang tjara mengadjar. Methodiek ialah pengetahuan tentang tjara mengadjar. Djadi sesuai dengan namanja, methodiek mengandung isi antara lain : 1. Petundjuk-petundjuk umum tentang mengadjar (kaidah-kaidah methodiek umum). 2. Bagaimana bahan peladjaran disusun. 3. Bagaimana pula menjusun daftar peladjaran. 4. Djalan mana jang ditempuh waktu mengadjar. 5. Bagaimana tjara memberi peladjaran. 6. Lagak-lagu atau gaja orang mengadjar. 7. Soal ketertiban kelas dan alat-alatnja. 8. Soal hukuman disekolah. 9. Bagaimana membuat ulangan. ada berapa matjam djenisnja.!0. Bagaimana memeriksa hasil ulangan dan tjara memberi angka. Demikianlah hal-hal jang mengenai tjara mengadjar pada umumnja dan ini disebut methodiek umum. Tetapi untuk mengadjar setiap djenis mata peladjaran mempunjai tjara-tjara chusus pula, umpama tjara mengadjar berhitung, tjara mengadjar sedjarah, tjara mengadjar tauhid dan sebagainja. Tjara mengadjar tiap djenis peladjaran ini disebut methodiek chusus. 30

33 Methodiek chusus ialah pengetahuan tentang tjara-tjara mengadjar chusus setiap djenis mata peladjaran disekolah. PENGETAHUAN TENTANG Adapun dalam pembaha- DJIWA ADALAH ALAT ' an masalah mengadjar" BAGI SEORANG GURU. sebagai fungsi pokok bagi seorang guru, maka ia harus mengerti lebih dahulu pengertian-pengertian dasar tentang mendidik" melalui Ilmu Mendidik. Sesuai pula dengan tugasnja jang amat berat untuk berhadapan dengan anak didiknja, maka ia harus pula mengetahui lebih dahulu bagaimana sebenarnja berlangsungnja proses beladjar dan mengadjar serta kemampuan-kemampuan djiwa anak didiknja sesuai dengan taraf perkembangannja. Beladjar itu bukanlah bidang djasmaniah semata-mata, tetapi adalah suatu aktivitas kedjiwaan manusia jg berhubungan erat dengan faktor-faktor lingkungan dan pembawaan. Kita tidak dapat meragukan lagi bahwa beladjar itu adalah masalah kedjiwaan. Mengingat akan tugasnja jang berat dalam berhadapan dengan anak didiknja, maka antara lainnja seorang guru haruslah lebih dahulu mempeladjari pengetahuan tentang kedjiwaan, itulah kesimpulan kita diatas. Ilmu pengetahuan jang chusus jang dapat membantu kita untuk itu adalah Ilmu Djiwa" atau dalam bahasa asingnja disebut Psychology. Djadi untuk maksud diatas itu, seorang guru haruslah lebih dahulu mempeladjari Ilmu Djiwa sebagai a/ar untuk memahami seiuk beluk djiwa manusia. Adapun Ilmu Djiwa itu mempunjai bermatjam-matjam tjabang pula, sesuai dengan obdjeknja dan kebutuhan. Menurut obdjek jang dipeladjari, maka terdapatlah Ilmu Djiwa Umum", Ilmu Djiwa Anak", Ilmu Djiwa Pemuda", Ilmu Djiwa Hewan", Ilmu Djiwa Masjarakat" dan sebagainja. Disamping itu, sebagai tjontoh tjabang-tjabang Ilmu Djiwa menurut kebutuhan masing-masing bidang antara lain da- 31

34 pat dikemukakan; Ilmu Djiwa Pendidikan", Ilmu Djiwa Watak", Ilmu Djiwa Reklame", Ilmu Djiwa Industry", Ilmu Djiwa Agama," Ilmu Djiwa Pengobatan" dan sebagainja. Tidak seluruh tjabang Ilmu Djiwa itu langsung dibittuhkan oleh seorang guru. Seorang Guru sekurang-kurangnja harus mempeladjari : 1. Ilmu Djiwa Umum mengenai gedjala-gedjala dan aktifitas-aktifitas kedjiwaan manusia pada umumnja, dimana pembahasannjapun beisifat umum, sesuai dengan namanja. 2. Ilmu Djiwa Anak : mengenai perkembangan djiwa-raga anak dari lahir sampai dewasanja, sehingga kita dapat memahami tjiri-fcjiri chas dari setiap fase perkembangan anak. Djuga orang membedakan antara Ilmu Djiwa Perkembangan dan Ilmu Djiwa Anak serta Ilmu Djiwa Pemuda, dimana Ilmu Djiwa Perkembangan membahas dari lahir sampai dewasa, sedangkan Ilmu Djiwa Anak hanja dari lahir sampai mendjelang masa puber, sedangkan Ilmu Djiwa Pemuda dari masa Puber sampai dewasa, 3 Ilmu Djiwa Watak : jaitu mempersoalkan bermatjam-matjam type manusia setjara umum, baik djiwa maupun djasmaninja, kendatipun penggolongan-penggolongan setjara umum itu sebenarnja belum memuaskan. Hal ini mudah dimengerti, karena watak manusia itu amat bertjorak r<jgamnja sehingga sukar didjumpai dua manusia jang persis sama djiwa dan raganja. Kendatipun demikian, bagi seorang guru pengetahuan ini besar manfaatnja, baik untuk mengenai anak jang bertjorak ragam itu maupun dirinja sendiri. 4. Ilmu Djiwa Pendidikan : dimana dibahas aspek-aspek kedjiwaan manusia jang erat hubungannja dengan pendidikan pada umumnja dan mengadjar/beladjar chususnja. Dengan perkataan lain, bagaimana prinsip-prinsip Ilmu 32

35 Djiwa itu langsung dapat dimanfaatkan dan dipiaktekkan dalam pendidikan dan pengadjaran. Orang djuga sering menjebutnja Ilmu Djiwa Didaktis. walaupun sebenarnja ada sedikit perbedaan. 5. Ilmu Djiwa Masjarakat : Tjabang Ilmu Djiwa ini membahas aspek-aspek kedjiwaan manusia jang berhubungan dengan hidup bermasjarakat. Guru memerlukan pengetahuan ini karena muridmurid dalam kelas itu adalah suatu bentuk masjarakat chusus dan adanja prinsip-prinsip umum jang amat berguna untuk memahaminja, Disamping itu, guru itu sendiri adalah anggota masjarakat, jang tugasnja tidak terbatas dalam kelasnja sadja untuk seumur hidupnja. Setjara minimal seorang guru tjukup memahami tjabangtjabang Ilmu Djiwa itu sebagai alat bantuan bagi mendjalankan tugasnja selaku pendidik." TJARA-TJARA PENJEL1DIK- Sebagai suatu ilmu pe- AN DALAM LAPANGAN ngetahuan jang iimiah ia ILMU DJIWA. harus mengadakan penjelidikan-penjelidikan, pem buktian-pembuktian disamping obdjek dan pembahasannja jang teratur. Adapun tjara-tjara penjelidikan jang dipakai oleh suatu ilmu disebut metode penjelidikan Dalam garis besarnja orang menggolongkan melode penjelidikan itu kedaiam tiga golongan besar : 1. METODE OBSERVASI, jaitu suatu tjara penjelidikan dengan djalan mengamati langsung atau tidak langsung terhadap obdjek jang diselidikinja. Dengan metode ini orang ingin memperoleh kenjataan-kenjataan melalui pengarnatan jang teliti jang dapat dilakukan dengan berbagai tjara. Tjontoh jang terkenal antara lain : < "introspeksi", jaitu suatu tjara dengan menjeïidiki langsung opa jang terdjadi dalam djiwa sendiri. Metode ini tidak disetudfui oleh sebahagian ahli dengan.33

36 alasan, bahwa tidak mungkin orang seorang langsung mendjadi penjelidik dan jang diselidiki pada saat jang sama. Mereka lebih menjetudjui metode lain jang disebut :.. retrospeksi", jaitu suatu tjara dengan menjeltdikt kembali apa jang terdjadi dalam djiwa sendiri pada waktu jang lain. Sebenarnja, baik introspeksi maupun retrospeksi mengandung kelemahan-kelemahan terutama ketidak djudjuran seseorang dalam menerangkan hasil penjelidikan tentang dirinja sendiri. ~ "ekstrospeksi". jaitu suatu tjara dengan menjelidiki langsung apa jang terdjadi dalam djiwa orang lam dengan berpangkal pada tingkah laku /ahtrn/a. Bu»- sanja djalan ini ditempuh dengan membandmg-bandinqkan dengan dirinja sendiri. Inipun tidak lepas daripada kelemahan-kelemahan, antara lain bahwa setiap orang mempunjai latar belakang kedjiwaan janq tidak sama kendatipun tingkah laku lahirnja tampak sama. Lebih-lebih lagi ada orang-orang jang tertutup djiwanja. jakni dapat merahasiakan keluar apa janq sedanq terdjadi dalam djiwanja. Pada saman sekarang. technik observasi itu semakin tingg> sehingga orang memakai alat-alat dan ruangan-ruaag an jang tersendiri. 2 METODE PENGUMPULAN BAHAN-BAHAN,jaitu suatu tjara penjelidikan dengan djalan mengumpulkan bahan-bahan dan melatui bahan-bahan itu düankkcsmi pulan mengenai kehidupan djiwa jang diselidiki. bebagai tjontoh dapat dikemukakan antara lain : "angke t". jaitu dengan djalan menjebarkan daftar pertanjaan untuk didiawab oleh obdjek jang diselidiki. Adakalanja daftar angket itu didjawab lang sunq" oleh orang jang bersangkutan dan ada pula didjawab/diisi oleh orang lain menurut kebutuhan dan 34

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : Varia No. 406 Hal. 4 1966 (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Lebih terperinci

SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA

SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA Kencana, No. 2 Hal. 6 Th I - 1958 Drs. Asrul Sani SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA Tjatatan: Drs. Asrul Sani adalah terkenal sebagai seorang essays jang djuga termasuk salah seorang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 12/1968 30 Agustus 1968 No. 1/DPRD.GR/1966. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 Berita Negara RI No... Tahun 1950 PENGADJARAN. Peraturan tentang dasar pendidikan dan pengadjaran disekolah. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:bahwa perlu ditetapkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 1972 TENTANG PENJEMPURNAAN ORGANISASI PERTAHANAN SIPIL DAN ORGANISASI PERLAWANAN DAN KEAMANAN RAKJAT DALAM RANGKA PENERTIBAN PELAKSANAAN SISTIM HANKAMRATA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1972 TENTANG PENJEMPURNAAN ORGANISASI PERTAHANAN SIPIL DAN ORGANISASI PERLAWANAN DAN KEAMANAN RAKJAT DALAM RANGKA PENERTIBAN PELAKSANAAN SISTIM HANKAMRATA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 5 / 1966 14 Desember 1966 No. 4/D.P.R.D.G.R./1964. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN PEMUNGUTAN SUMBANGAN IURAN UNTUK MEMBANTU PEMBIAJAAN PENJELENGGARAAN RADIO REPUBLIK INDONESIA KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37 Peraturan Pemerintah 1950 No. 37 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITEIT GADJAH MADA Peraturan tentang Universiteit Gadjah Mada. Menimbang : bahwa perlu mengadakan peraturan tentang Universitit Negeri

Lebih terperinci

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Undang-undang 1946, No. 22 PENTJATATAN NIKAH. Peraturan tentang pentjatatan nikah, talak dan rudjuk. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : 1) bahwa peraturan pentjatatan nikah, talak dan rudjuk seperti

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 25/1963. 8 Djuni 1963. No. 12/DPRD/1962. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 9 tahun 1969 24 Pebruari 1969 No. 1/DPRDGR/67. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BANGLI Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. :18/1969. 2 Mei 1969 No.5/DPRD-GR/1966 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI Menetapkan Peraturan Daerah sebagai

Lebih terperinci

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8 Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8 No.10/ 1971 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KOTAMADYA SURAKARTA Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1 III. I. ORDONANSI PADJAK PERSEROAN 1925. Stbl. 1925 No. 319; Stbl. 1927 No. 137; Stbl. 1930 No. 134; Stbl. 1931 No. 168; Stbl. 1932 No. 196 dan 634; Stbl. 1934 No. 106 dan 535; Stbl. 1938 No. 155 dan 319;

Lebih terperinci

FILM & SENSOR. Ditindjau dari sudut kreasi

FILM & SENSOR. Ditindjau dari sudut kreasi Sumber : Aneka No. 25/VIII/1957 Berikut ini dihidangkan buat para pembatja Aneka sebuah naskah jang tadinja adalah prasarana jang di utjapkan oleh sdr. Asrul Sani dalam diskusi besar masalah sensor, diselenggarakan

Lebih terperinci

Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI

Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI Menurut surat undangan jang diedarkan, maka tugas jang harus saja pikul hari ini, ialah: membitjarakan Kedudukan sastra dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG

PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMBAHARUAN BEBERAPA HAK ATAS TANAH SERTA PEDOMAN MENGENAI TATA-TJARA KERDJA BAGI PEDJABAT-PEDJABAT JANG BERSANGKUTAN Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk mendjamin bagian jang lajak dari

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 37/1968 31 Desember 1968 No. 4/D.P.R.D.-G R./1965 Pasal 1. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) NO. 7/1963 27 Pebruari 1963 No. : 6/DPRD-GR/1962,- Keputusan :Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Daerah Tingkat II Buleleng

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 13 tahun 1970 29 April 1970 No. 2/DPRDGR/A/Per/15. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. Bahwa dalam penjelesaian Revolusi Indonesia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1970 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERDJA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENTJANA NASIONAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1970 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERDJA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENTJANA NASIONAL KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1970 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERDJA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENTJANA NASIONAL PREISDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Program

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 5 tahun 1969 27 Pebruari 1969 No. : 6/Kep/D.P.R.D.G.R./1968 Keputusan : Dewan Rakjat Daerah Gotong Rojong Kabupaten Djembana Tanggal

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN No. 180 TAHUN 1953 TENTANG PERATURAN TENTANG PEMERIKSAAN-KAS PADA PARA BENDAHARAWAN JANG MENERIMA UANG UNTUK DIPERTANGGUNG DJAWABKAN DARI KANTOR-KANTOR PUSAT PERBENDAHARAAN OLEH PARA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL LEKRA I

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL LEKRA I KEPUTUSAN-KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL LEKRA I I Resolusi atas Lapiran Umum Setelah bersidang 5 hari lamanja dan mempertimbangkan setjara mendalam dan seksama Laporan Umum Pimpinan Pusat Lekra jang disampaikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kekuatan ekonomi potensiil jang dengan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar segala kegiatan jang akan menundjang pengembangan kepariwisataan jang merupakan faktor potensiil

Lebih terperinci

Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa Nasehat akan hidup ditengah terang dengan kebenaran, mendjadi tanda persekutuan dengan Allah

Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa Nasehat akan hidup ditengah terang dengan kebenaran, mendjadi tanda persekutuan dengan Allah Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa 1 Maka barang jang sudah ada daripada mulanja, barang jang telah kami dengar, barang jang telah kami tampak dengan mata kami, barang jang telah kami

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 TAHUN 1954, TENTANG SURAT MENGEMUDI KENDARAAN TIDAK BERMOTOR. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 43 Tahun 1970 1 September 1970 No: 8/P/LK/DPRD-GR/1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KARANGASEM Menetapkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND

HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND Suatu tindjauan singkat oleh Dr. Dieter Bartels Karangan ini adalah berdasarkan penelitian anthropologis jang dilaksanakan oleh penulis selama tahun 1974-75

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerdja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannja

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954. Tjetakan ke 2 tgl. Mei 1958. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni 1954. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1954. Tentang PERIZINAN MEMBUAT REKLAME DAN PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

SERI AMANAT 39 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPRGR 16 AGUSTUS 1970 REPUBLIK INDONESIA

SERI AMANAT 39 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPRGR 16 AGUSTUS 1970 REPUBLIK INDONESIA SERI AMANAT 39 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPRGR 16 AGUSTUS 1970 REPUBLIK INDONESIA Presiden Soeharto :...Jang penting adalah sikap kita. Kita harus

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 10/1963 13 April 1963 No.5 /DPRDGR/1963. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BADUNG Meretapkan Peraturan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerdja berhak mendapat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 1/1968 20 Januari 1968 No. 2/D.P.R.D.G.R./1967. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1968 DEPARTEMEN PENERANGAN R.I. S.A. 11 SERI AMANAT 11 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan. 1955. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 TAHUN 1955. Tentang TANDA-NOMOR DAN SURAT-TANDA-NOMOR BAGI KENDARAAN BERMOTOR DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964

TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964 TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964 Harian Rakjat Djum at, 30 Oktober 1964 Para Sdr. Kuliah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun 1969 28 Mei 1969 No. 6 a 1/DPRDGR/1966. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1969 REPUBLIK INDONESIA

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1969 REPUBLIK INDONESIA PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1969 REPUBLIK INDONESIA Presiden Republik Indonesia Djenderal Soeharto PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Saudara

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954. Tjetakan ke 2 tgl. 1 Mei 1958. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 6 TAHUN 1954. Tentang TAMAN PEMAKAIAN PEMELIHARAAN DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun Oktober 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun Oktober 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun 1969 16 Oktober 1969 No.6/DPRDGR/A/Per/23 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930)

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930) UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930) Mengubah Peraturan Uap No. 342 tahun 1924 Menimbang bahwa dianggap perlu untuk menindjau kembali Peraturan Uap jang ditetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR Menetapkan Peraturan Daerah Jang Berikut : PERATURAN DAERAH TENTANG MENGADAKAN

Lebih terperinci

M * H A m m A» H A T T a

M * H A m m A» H A T T a M * H A m m A» H A T T a y '1 " %. U sjl' JttMrr / p.t. p e m b a n g u n a n d j a k a r t a 1 >< m! n ML' P F ":' jj O! r=!i ;! K.M. I' ;,/'i j A.-:. D I; P L' i:.. MENINDJ AU KOOPERASI MASALAH I: 4>

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 66 tahun 1970 20 November 1970 No: 11/DPRD-GR/A/Per/29 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA No, 124, 1964.

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA No, 124, 1964. LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA No, 124, 1964. POKOK TENAGA ATOM. KETENTUAN-KETENTUAN Undang-Undang No. 31 tahun 1964 tentang Ketentuan-Ketentuan Fokok Tenaga Atom Presiden Republik lndonesia, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 24 tahun 1970 17 Djuni 1970 Keputusan : Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Kab. Gianyar Tanggal : 18 Nopember 1969 Nomer

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN URUSAN LOGISTIK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN URUSAN LOGISTIK KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN URUSAN LOGISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa struktur organisasi,

Lebih terperinci

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10 Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10 No.11/ 1971 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KOTAMADYA SURAKARTA Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa perlu mengeluarkan petundjuk Pelaksanaan penjelenggaraan urusan hadji jang dimaksud dalam Keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa perlu diadakan peratuaran tentang penggunaan Lambang Negara

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1. No.6/ 1959. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. menetapkan peraturan-daerah sebagai berikut : PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1. (1) Dalam

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 8 TAHUN 1953 TENTANG TUGAS BELADJAR. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953.

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953. Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli. 1953 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953. TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBANTAIAN HEWAN, PEMERIKSAAN DAGING

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DI DJAWA TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DI DJAWA TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DI DJAWA TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa telah tiba saatnja untuk membentuk daerah-daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 224 TAHUN 1961 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 22/1968 18 Nopember 1968 No. 1/SK/DPRD-GR/1968 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN GIANYAR K E P U T U S A

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1972 TENTANG ORGANISASI LEMBAGA SANDI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1972 TENTANG ORGANISASI LEMBAGA SANDI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1972 TENTANG ORGANISASI LEMBAGA SANDI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka usaha melaksanakan penertiban Aparatur dan Administrasi

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 9 TAHUN 1953 TENTANG PENDJUALAN MINUMAN KERAS DAN PEMUNGUTAN PADJAK ATAS IZIN PENDJUALAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR Menetapkan Peraturan Daerah Sebagai Berikut : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR TENTANG PADJAK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 7 / 1966 14 Desember 1966 No. : 11 / DPRD G.R. / 1964. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa telah tiba saatnja untuk membentuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 30/1963 5 Juli 1963 No : 2/DPR/1962 DEWAN PERWKAILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BULELENG Menetapkan peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 16/1963 20 April 1963 No. 7/DPRD-GR/1963.- DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BADUNG Menetapkan

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1969 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 1969 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAMBANGAN Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Upah, Harga dan Laba. K. Marx. Modified & Authorised by: Edi Cahyono, Webmaster Disclaimer & Copyright Notice 2005 Edi Cahyono s Experience

Upah, Harga dan Laba. K. Marx. Modified & Authorised by: Edi Cahyono, Webmaster Disclaimer & Copyright Notice 2005 Edi Cahyono s Experience Upah, Harga dan Laba K. Marx Modified & Authorised by: Edi Cahyono, Webmaster Disclaimer & Copyright Notice 2005 Edi Cahyono s Experience Pidato K. Marx ini diterdjemahkan dari edisi Inggris Wages, Price

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN STAF PELAKSANA PEMILIHAN UMUM DI IRIAN BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN STAF PELAKSANA PEMILIHAN UMUM DI IRIAN BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN STAF PELAKSANA PEMILIHAN UMUM DI IRIAN BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa untuk kepentingan kelantjaran pelaksanaan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROPINSI DJAWA-TIMUR Seri A DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI DJAWA TIMUR

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROPINSI DJAWA-TIMUR Seri A DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI DJAWA TIMUR 30 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROPINSI DJAWA-TIMUR Seri A Oktober 1968 6 Peraturan Daerah Propinsi Djawa Timur Nomor 3 tahun 1966 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI DJAWA TIMUR Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 63 tahun 1970 10 November 1970 No: 2/PD/DPRD-GR/1970. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BANGLI Menetapkan

Lebih terperinci

TENTANG * PENGERTIAN HAL ORGANISASI PERKUMPULAN KOsO PERASI

TENTANG * PENGERTIAN HAL ORGANISASI PERKUMPULAN KOsO PERASI k a m a r a l s ja h 1 "" r I t 1....-y. ; , ^ i * t ^ ' k. p^samo j t i r i * V L J " r i!> k /A - ^ TENTANG * PENGERTIAN HAL ORGANISASI PERKUMPULAN KOsO PERASI r f B. W O L

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 32 tahun 1970 19 Agustus 1970 No. 3/PD/26/1970. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KLUNGKUNG Menetapkan peraiuran

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 1971 TENTANG TUNDJANGAN CHUSUS PEMBINAAN KEUANGAN NEGARA KEPADA PEGAWAI DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha peningkatan dan pengamanan

Lebih terperinci

SERI AMANAT 50 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971 REPUBLIK INDONESIA

SERI AMANAT 50 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971 REPUBLIK INDONESIA SERI AMANAT 50 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971 REPUBLIK INDONESIA Presiden Soeharto :..djangan kita silau dengan kemenangan-kemenangan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT, UNDANG-UNDANG REPUBLIK SERIKAT NOMOR 7 TAHUN 1950 TENTANG PERUBAHAN KONSTITUSI SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT MENDJADI UNDANG- UNDANG DASAR SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 2/1968 20 Djanuari 1968 No. 3/D.P.R.D.G.R./1967. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

Mendajung Antara Dua Karang: Peletakan Sebuah Dasar. Oleh: Shohib Masykur

Mendajung Antara Dua Karang: Peletakan Sebuah Dasar. Oleh: Shohib Masykur Mendajung Antara Dua Karang: Peletakan Sebuah Dasar Oleh: Shohib Masykur (Seorang diplomat muda sederhana jang memiliki tjita-tjita besar tentang Indonesia) Dalam tulisan ini saja ingin mengulas sebuah

Lebih terperinci

Kamus Ketjil Istilah Marxis

Kamus Ketjil Istilah Marxis Edi Cahyono s Experience: [ http://www.geocities.com/edicahy ] L. Harry Gould Kamus Ketjil Istilah Marxis Terdjemahan: Rollah Sjarifah Jajasan Pembaruan 1952 A Agitasi Tindakan untuk membangkitkan massa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 27 tahun 1970 17 Djuli 1970 Keputusan : Dewan Pewakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Propinsi Bali. Tanggal : 3 Djuli 1969. Nomor

Lebih terperinci

Aneka No. 32 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (II) ASRUL SANI

Aneka No. 32 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (II) ASRUL SANI Aneka No. 32 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (II) ASRUL SANI Djika pada kesusasteraan kesatuan-komunikasi terketjil adalah kalimat jang dibatjakan oleh kata-kata, maka pada film kesatuan

Lebih terperinci

Timotius pertama 1 Salam doa Nasehat supaja tetap didalam pengadjaran jang benar Sjariat Torat jang sebenarnja

Timotius pertama 1 Salam doa Nasehat supaja tetap didalam pengadjaran jang benar Sjariat Torat jang sebenarnja Timotius pertama 1 Salam doa 1 Daripada Paulus, rasul Keristus Jesus menurut firman Allah, Djuruselamat kita, dan Jesus Kristus jang mendjadi pengharapan kita, 2 datang kepada Timotius, jang sebenar-benar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 25 tahun 1970 17 Djuli 1970 No. 43/PD/DPRDGR/1969. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI Menetapkan peraturan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia, DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 40, 1955. BEA-MASUK DAN BEA-KELUAR-UMUM. PEMBEBASAN. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1955, tentang peraturan pembebasan

Lebih terperinci

PENGUSAHA NASIONAL SWASTA, DJADILAH PENJUMBANG KONSTRUKTIF UNTUK JPENJELESAIAN REVOLUSI!

PENGUSAHA NASIONAL SWASTA, DJADILAH PENJUMBANG KONSTRUKTIF UNTUK JPENJELESAIAN REVOLUSI! PENGUSAHA NASIONAL SWASTA, DJADILAH PENJUMBANG KONSTRUKTIF * UNTUK JPENJELESAIAN REVOLUSI! ersitas Indonesia nkultasssastra a jf Perpustakaamf 7 a :r p u xs t a k a.a n [ j^ J L T A S S A S T R \ jjfcpakxbmen

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa sebelumnya diadakan pemilihan umum perlu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 11/1968 21 April 1968 No. 510 a/dprdgr/a/ii/4/23. LAMPIRAN dari surat keputusan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa untukk memantapkan harga beras dan mentjukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri, perlu menetapkan kebidjaksanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 9/1968 19 April 1968 No. 3/P/DPRDGR/1968 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KARANGASEM Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKJAT 16 AGUSTUS 1972

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKJAT 16 AGUSTUS 1972 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKJAT 16 AGUSTUS 1972 Presiden Soeharto :,,... pembangunan jang kita kerdjakan adalah pembangunan manusia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun 1969 16 Oktober 1969 No. 4/DPRDGR/A/Per/23 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

dan instansi-instansi lain jang berketjimpung dalam bidang pembangunan.

dan instansi-instansi lain jang berketjimpung dalam bidang pembangunan. KATA PENGANTAR Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 telah terbentuk melalui proses jang pandjang. Penjusunannja telah menghabiskan waktu tiada kurang dari 21 bulan sedjak dibentuknja Panitia Pembaharuan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1970 TENTANG TATA-TJARA PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA- ANGGOTA D.P.R., D.P.R.D. I DAN D.P.R.D II. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KETETAPAN R A K J A T SEMENTARA R E P U B U K IN D O N ESIA. *. N o. I/M P R S / m a d j e l i s p e r m u s j a w a r a t a n

KETETAPAN R A K J A T SEMENTARA R E P U B U K IN D O N ESIA. *. N o. I/M P R S / m a d j e l i s p e r m u s j a w a r a t a n KETETAPAN m a d j e l i s p e r m u s j a w a r a t a n R A K J A T SEMENTARA d R E P U B U K IN D O N ESIA *. N o. I/M P R S /1 960 -------------------- M.».R.S. dan DEP^RTEMEN PENERANGAN 2013 I n /

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 1 / 1966 14 Desember 1966 No. 8/D.P.R.D.G.R./1962 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA. sensus penduduk 1971

REPUBLIK INDONESIA. sensus penduduk 1971 REPUBLIK INDONESIA sensus penduduk 1971 Pedoman untuk Pentjatjah Sensus Sampel BIRO PUSAT STATISTIK D J A K A R T A D A F T A R I S I I. PETUNDJUK UNTUK PENTJATJAH SENSUS SAMPEL 1. Umum. 1 2. Tugas dan

Lebih terperinci