2013, No.769

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2013, No.769"

Transkripsi

1 7 2013, No.769 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/PRT/M/2013 TENTANG PEMETAAN SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN BIDANG PEKERJAAN UMUM Pedoman ppemetaan SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN BIDANG PEKERJAAN UMUM Pendahuluan Terjadinya perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan selama ini telah membawa pengaruh dan pergeseran terhadap tata hubungan di antara berbagai elemen sosial dan ekonomi: Pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan kelompok-kelompok kepentingan yang ada dalam masyarakat. Beragamnya persepsi dan sikap yang termanifestasi dalam bentuk protes, penolakan, atau dukungan terhadap pembangunan bidang pekerjaan umum baik pada tahap prakonstruksi, kontruksi, maupun pascakontruksi menyadarkan kita betapa pentingnya pengetahuan dan pemahaman tentang aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Tidak jarang pembangunan bidang pekerjaan umum seperti pembangunan sodetanperbaikan sungai, pembangunan waduk, pembangunan jalan, dan pembangunan permukiman menjadi tertunda, bahkan gagal karena kurang diketahui dan dipahaminya aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan secara mendalam oleh pelaksana pembangunan. Akibatnya, ketika timbul masalahmasalah sosial, ekonomi, dan lingkungan, pelaksana pembangunan belum memiliki bahan yang memadai untuk mengantisipasinya. Di samping itu, pelaksana pembangunan juga kadang-kadang belum memiliki acuan yang cukup untuk melakukan pendekatan dan upaya peningkatan peran masyarakat lokal, serta cara memposisikan diri di tengah-tengah kelompok masyarakat yang saling berpengaruh dan tarik-menarik kepentingan. Fenomena tersebut mengindikasikan perlunya suatu terobosan baru berupa pemetaan sosial, ekonomi, dan lingkungan pada setiap tahap siklus pembangunan. Dengan ketersediaan peta berupa data dan informasi yang memadai, dapat dilakukan upaya-upaya antisipatif untuk menciptakan suasana yang kondusif guna kelancaran pembangunan infrastruktur pekerjaan umum. Dalam kaitan ini, pemetaan sosial, ekonomi, dan lingkungan sebagai suatu cara untuk mengidentifikasi dan menggambarkan potensi dan masalah di lapangan, merupakan salah satu langkah yang sangat penting dan mutlak diambil sebelum suatu kegiatan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dilaksanakan. Pemetaan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang memuat tata cara, untuk mengidentifikasi dan menggambarkan aspek tersebut, merupakan salah satu solusi yang sangat bermanfaat untuk dilaksanakan. Dengan adanya pedoman ini, maka data aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang diperoleh di suatu Old Style, Not Bold, Indonesian Indonesian Formatted: Normal, Space Before: 12 pt, After: 0 pt Indonesian 12 pt, Indonesian Indonesian Formatted: Normal, Space After: 0 pt 12 pt, Indonesian Indonesian Indonesian

2 2013, No wilayah atau lokasi pembangunan bidang pekerjaan umum, secara rinci diharapkan dapat menjadi: a. Bahan pertimbangan dalam mengantisipasi dan menangani masalah-masalah pembangunan bidang pekerjaan umum yang dihadapi di lapangan. b. Pegangan atau acuan dalam melakukan pendekatan kepada tokoh, lembaga, dan seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan akseptabilitas sekaligus mereduksi resistensi masyarakat. c. Landasan dalam melakukan penanganan konflik dan masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan yang kemungkinan dapat muncul pada masa prakonstruksi, konstruksi, dan pascakonstruksi bidang pekerjaan umum. d. Acuan untuk mendayagunakan potensi para pemangku kepentingan dalam upaya mendorong peningkatan potensi sosial, ekonomi, dan lingkungan di lokasi kegiatan. e. Pijakan untuk menyusun program-program dan implementasi pemberdayaan masyarakat untuk mendukung pembangunan bidang pekerjaan umum yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. a.f. Dasar langkah optimalisasi kinerja pembangunan bidang pekerjaan umum dalam meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan baik secara local lokal maupun regional. Pedoman ini bermanfaat bagi pemerintah, pemerintah daerah, pelaksana pembangunan, masyarakat, tokoh masyarakat, swasta (kontraktor, BUMN/BUMD, Badan Milik Perseorangan), Lembaga Swadaya Masyarakat, Perguruan Tinggi, dan pemerhati pembangunan infrastruktur pekerjaan umum. Pedoman ini akan menjadi petunjuk praktis bagaimana melakukan pemetaan kondisi dan potensi sosial, ekonomi, dan lingkungan bidang pekerjaan umum. Pemetaan sosial, ekonomi, dan lingkungan bidang pekerjaan umum 1 Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan tata cara memetakan kondisi dan potensi sosial, ekonomi, dan lingkungan di suatu wilayah untuk menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan dalam setiap tahapan pembangunan bidang pekerjaan umum. Pedoman ini meliputi metode-metode, teknik-teknik, dan tahapan-tahapan (prosedur) yang digunakan, mulai dari kegiatan mengumpulkan, mengolah, memformulasi, serta menyajikan data dan informasi. Ruang lingkup pemetaan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dibagi menjadi: a. Pemetaan regional. 1) Dalam aspek sosial, meliputi hubungan antara pemerintah, korporasi, komunitas dan kelembagaan sosial. 2) Dalam aspek ekonomi, meliputi ekonomi regional dan ekonomi sumber daya. Indonesian Formatted: Indent: Left: 0 cm, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Numbered + Level: 2 + Numbering Style: a, b, c, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1,9 cm + Tab after: 2,54 cm + Indent at: 2,54 cm, Tab stops: 0,63 cm, List tab + Not at 2,54 cm 12 pt, Indonesian Formatted: Space After: 0 pt 12 pt, Indonesian Comment [i-[1]: Dipindah ke paragraf terakhir Formatted: Normal Formatted: Indent: Left: 0,63 cm, Space After: 0 pt Formatted: Level 1, Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,75 cm, Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,27 cm + Indent at: 1,27 cm, Tab stops: 0,75 cm, List tab + Not at 1,27 cm Old Style, 12 pt, Not Bold, (none) Formatted: Normal Formatted: Normal, Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,75 cm, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Indent at: 1,27 cm Formatted: Normal, Indent: Hanging: 0,52 cm, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Indent at: 1,27 cm

3 9 2013, No.769 1)3) Dalam aspek lingkungan, meliputi rona lingkungan dalam skala kawasan. b. Pemetaan lokal/spesifik. 1) Dalam aspek sosial, meliputi hubungan antara individu dan rumah tangga. 2) Dalam aspek ekonomi, meliputi ekonomi rumah tangga. 3) Dalam aspek lingkungan, meliputi rona lingkungan dalam skala hunian. 2 Acuan normatif Pedoman pemetaan sosial, ekonomi, dan lingkungan bidang pekerjaan umum ini mengacu pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut: Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011, Perumahan dan Kawasan Permukiman. Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007, Penataan Ruang. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003, Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997, Indeks Standar Pencemaran Udara. keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 43 Tahun 1996, Kriteria Kerusakan Lingkungan Kegiatan Penambangan Galian Golongan-C. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996, Baku Tingkat Kebisingan. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996, Baku Mutu Tingkat Getaran. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996, Baku Mutu Tingkat Kebauan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994, Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera. 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung. 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004, tentang Jalan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang. Formatted: Normal, Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,75 cm, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Indent at: 1,27 cm Formatted: Normal, Indent: Hanging: 0,52 cm, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Indent at: 1,27 cm Old Style, 12 pt Old Style, 12 pt Old Style, 12 pt, Swedish (Sweden) Old Style, 12 pt, Swedish (Sweden) Old Style, 12 pt, Not Bold, Finnish (Finland) Formatted: Level 1, Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,75 cm, Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,27 cm + Indent at: 1,27 cm, Tab stops: 0,75 cm, List tab + Not at 1,27 cm Formatted: Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,75 cm, Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,27 cm + Indent at: 1,27 cm, Tab stops: 0,75 cm, List tab + Not at 1,27 cm

4 2013, No Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011, tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. 3 Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan dalam pedoman ini, istilah dan definisi berikut digunakan bidang pekerjaan umum segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan sumber daya air, bina marga, cipta karya, dan penataan ruang 3.2 ekonomi segala hal yang berkaitan dengan produksi, pemasaran, konsumsi barang dan jasa, potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan, dan masalah yang ditimbulkan akibat ada atau tidak adanya pembangunan bidang pekerjaan umum 3.3 etika sesuatu yang dianggap baik oleh suatu komunitas tertentu dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari 3.4 FGD (focus group discussion) cara diskusi secara interaktif dalam melihat permasalahan yang dihadapi melalui curah pendapat para peserta diskusi untuk menemukan penyelesaian masalah 3.5 indikator variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi peristiwa, kondisi, situasi, isu, dan objek yang memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu (suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan, tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk [indikasi] tentang keadaan secara keseluruhan tersebut sebagai suatu perkiraan) 3.6 inovator orang atau kelompok masyarakat yang merupakan perintis penerapan atau adopsi teknologi bidang pekerjaan umum Old Style, 12 pt, Not Bold, Finnish (Finland) 12 pt, Indonesian Not Bold Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian

5 , No.769 jaringan sosial struktur hubungan sosial yang dimiliki oleh individu/kelompok yang dapat digunakan sebagai akses untuk mendapatkan berbagai jenis sumber daya yang ada pada individu/kelompok lain 3.7 kelompok kumpulan individu memiliki kesamaan tujuan dan kepentingan bersama yang diikat oleh adanya aturan atau norma 3.8 konsep sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, kondisi, situasi, isu, dan objek 3.9 lingkungan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian lokasi tertentu daerah yang menjadi objek pemetaan dengan batas-batas seperti batas administratif, batas proyek, batas dampak, batas lingkungan, dan batas sosial 3.10 masalah ekonomi kondisi yang mengakibatkan kemiskinan, keterbelakangan, pengangguran/minimnya kesempatan kerja, serta belum optimalnya berbagai potensi ekonomi sumber daya 3.11 masalah lingkungan kondisi penurunan kualitas lingkungan akibat adanya aktivitas masyarakat yang mengganggu dan/atau merusak daya dukung dan daya tampung beban lingkungan 3.12 Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian Not Bold, Indonesian Old Style, Indonesian Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian Indonesian

6 2013, No masalah sosial kondisi yang tidak sesuai antara harapan sebagian masyarakat dengan realitas yang terjadi akibat ada atau tidak adanya pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum, yang memerlukan pemecahan melalui kebijakan atau tindakan bersama untuk mengatasinya 3.13 mata pencaharian sumber penghidupan anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya yang relatif tetap 3.14 pemangku kepentingan para pemangku/pemilik kepentingan yang terdiri dari orang per orang dan/atau kelompok masyarakat yang terpengaruh atau berpotensi terpengaruh, atau terkait dalam perencanaan, pelaksanaan, penggunaan, dan pengelolaan bidang pekerjaan umum 3.15 pemetaan suatu proses penggambaran secara sistematis mengenai kondisi dan potensi sosial, ekonomi, dan lingkungan di suatu wilayah untuk menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan dalam setiap tahapan pembangunan bidang pekerjaan umum 3.16 penggambaran secara sistematis upaya mendeskripsikan, mengklasifikasikan, dan menganalisis dengan menggunakan metode, teknik, dan tahapan tertentu Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian 3.17 perilaku tindakan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang yang merupakan manifestasi dari persepsi dan sikapnya Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian Swedish (Sweden) 12 pt, Swedish (Sweden) Swedish (Sweden) 3.18 persepsi 12 pt, Swedish (Sweden) Not Bold, Swedish (Sweden)

7 , No.769 tanggapan dan pandangan yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap segala yang terkait dengan pembangunan bidang pekerjaan umum yang diwujudkan dalam bentuk positif atau negatif 3.19 peta hasil dari proses penggambaran yang sistematis mengenai aspek tertentu yang formulasinya dapat berupa narasi, bagan, matriks, tabel, grafik, atau kombinasi dengan peta spasial 3.20 potensi ekonomi faktor-faktor yang berperan dan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan, aset/modal, dan nilai tambah produksi dalam mendorong peningkatan kesejahteraan suatu wilayah dan masyarakat 3.21 potensi lingkungan faktor-faktor perilaku masyarakat yang berperan dan berpengaruh terhadap lingkungan alam, sosial, dan binaan 3.22 potensi sosial faktor-faktor sosial yang berperan dan berpengaruh dalam masyarakat yang dapat dilibatkan, difungsikan, dan dikembangkan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan bidang pekerjaan umum 3.23 rumah tangga satuan sosial terkecil dalam masyarakat yang terganggu atau terbantu dengan adanya pembangunan bidang pekerjaan umum Swedish (Sweden) Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian 3.24 sikap penampilan atau perwujudan yang ditunjukkan oleh seseorang atau sekelompok orang yang didasari oleh pendirian dan keyakinannya terhadap pembangunan bidang pekerjaan umum yang termanifestasi dalam bentuk dukungan, penolakan, atau netral 3.25 Not Bold, Indonesian Indonesian

8 2013, No skala lokal lingkup mikro yang mencakup hubungan individu dengan individu, dan/atau lingkup rumah tangga 3.26 skala regional lingkup makro yang mencakup hubungan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat (komunitas) terkait dengan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum 3.27 tata hubungan pola-pola relasi yang terjadi di antara individu, kelompok, dan lembaga yang ada dalam masyarakat yang terjadi pada suatu jangka waktu tertentu yakni sebelum, sedang, atau setelah dilakukan pembangunan pekerjaan umum dalam bentuk kerja sama atau konflik 3.28 tokoh masyarakat orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan yang dianggap lebih dibandingkan dengan orang lain, yang ucapan dan tindakannya menjadi panutan bagi anggota masyarakat lainnya 3.29 variabel konsep yang memiliki variasi dua atau lebih nilai, baik berupa angka maupun kategori 3.1 bidang pekerjaan umum segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan sumber daya air, bina marga, cipta karya, dan penataan ruang Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian Not Bold, Indonesian Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian Not Bold, Indonesian Not Bold 12 pt, Not Bold, Font color: Auto, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Indonesian

9 , No daya dukung lingkungan kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian 3.3 daya tampung beban lingkungan kemampuan air pada sumber air menerima beban pencemaran limbah tanpa mengakibatkan turunnya kualitas air sehingga melewati baku mutu air yang ditetapkan sesuai dengan peruntukannya 3.4 demografi informasi mengenai aspek kependudukan yang meliputi jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, klasifikasi penduduk, serta migrasi masuk dan keluar 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian

10 2013, No difusi teknologi proses penyebarluasan teknologi bidang pekerjaan umum ke seluruh lapisan masyarakat, melalui percontohan, sekolah lapangan, penerapan skala luas dengan metode penyuluhan, sosialisasi, dan pendampingan 3.6 ekonomi segala hal yang berkaitan dengan produksi, pemasaran, konsumsi barang dan jasa, potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan, dan masalah yang ditimbulkan akibat ada atau tidak adanya pembangunan bidang pekerjaan umum 3.7 etika sesuatu yang dianggap baik oleh suatu komunitas tertentu dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari 3.8 FGD (focus group discussion) cara diskusi secara interaktif dalam melihat permasalahan yang dihadapi melalui curah pendapat para peserta diskusi untuk menemukan penyelesaian masalah 3.9 indikator unsur-unsur yang digunakan dalam mengidentifikasi atau mengukur suatu variabel, termasuk perubahan-perubahan yang terjadi baik langsung maupun tidak langsung 3.10 inovator orang atau kelompok masyarakat yang merupakan perintis penerapan atau adopsi teknologi bidang pekerjaan umum 3.11 jaringan sosial 12 pt, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian

11 , No.769 struktur hubungan sosial yang dimiliki oleh individu/kelompok yang dapat digunakan sebagai akses untuk mendapatkan berbagai jenis sumber daya yang ada pada individu/kelompok lain 12 pt, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian

12 2013, No jenis produksi utama barang dan/atau jasa yang dihasilkan oleh masyarakat sebagai tumpuan pokok sumber pendapatan 3.13 kawasan di luar permukiman kawasan lindung yang merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.14 kawasan permukiman bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.15 kelompok kumpulan individu memiliki kesamaan tujuan dan kepentingan bersama yang diikat oleh adanya aturan atau norma 12 pt, Not Bold, Indonesian

13 , No konsep sebuah pola pikir yang bersifat umum guna memudahkan dalam menentukan variabel yang akan dipilih 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.17 lembaga masyarakat organisasi warga yang memiliki pranata, aturan, peran, dan fungsi yang mempengaruhi kehidupan bermasyarakat 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.18 lingkungan Kesatuan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.19 lokasi tertentu daerah yang menjadi objek pemetaan dengan batas-batas seperti batas administratif, batas proyek, batas dampak, batas lingkungan, dan batas sosial 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.20 masalah ekonomi Kondisi kondisi yang mengakibatkan kemiskinan, keterbelakangan, pengangguran/minimnya kesempatan kerja, serta perlunya optimalisasi berbagai potensi ekonomi sumber daya 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.21 masalah lingkungan kondisi penurunan kualitas lingkungan akibat adanya perilaku aktivitas masyarakat yang mengganggu dan/atau merusak daya dukung dan daya tampung beban lingkungan 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian

14 2013, No masalah sosial kondisi yang tidak sesuai antara harapan sebagian masyarakat dengan realitas yang terjadi akibat ada atau tidak adanya pembangunan bidang pekerjaan umum yang memerlukan pemecahan melalui kebijakan atau tindakan bersama untuk mengatasinya 3.23 mata pencaharian sumber penghidupan anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya yang relatif tetap 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.24 parameter alat untuk mengukur sebuah indikator 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.25 peluang-peluang ekonomi segala kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan nilai tambah terhadap suatu barang dan jasa melalui pembangunan bidang pekerjaan umum 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.26 pemangku kepentingan para pemangku/pemilik kepentingan yang terdiri dari orang per orang dan/atau kelompok masyarakat yang terpengaruh atau berpotensi terpengaruh, atau terkait dalam perencanaan, pelaksanaan, penggunaan, dan pengelolaan bidang pekerjaan umum 12 pt, Not Bold, Indonesian

15 , No pemangku kepentingan kebijakan para pemangku/pemilik kepentingan yang memiliki kewenangan legal dalam pengambilan keputusan untuk pembangunan bidang pekerjaan umum seperti pemerintah, legislatif, dan instansi terkait 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.28 pemangku kepentingan pendukung para pemangku/pemilik kepentingan yang tidak memiliki kaitan langsung, tetapi peduli dan turut berpengaruh dalam proses pengambilan sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah seperti LSM, akademisi, lembaga adat, kelompok pengusaha, dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.29 pemangku kepentingan utama para pemangku/pemilik kepentingan yang secara langsung terpengaruh dan merupakan penentu utama keberadaan/pembangunan bidang pekerjaan umum seperti pemilik lahan, pemilik tempat usaha yang kehilangan mata pencaharian 12 pt, Not Bold, Indonesian pemetaan suatu proses penggambaran secara sistematis mengenai data sosial, ekonomi, dan lingkungan di lokasi tertentu yang terkait dengan pembangunan bidang pekerjaan umum 12 pt, Not Bold, Indonesian pemilikan lahan hak yang dimiliki oleh anggota masyarakat dan/atau komunitas seperti hak milik, hak guna usaha terhadap suatu bidang tanah dalam kaitan dengan pembangunan bidang pekerjaan umum yang dapat direlakan secara swadaya oleh masyarakat atau diberi kompensasi dari pihak yang membutuhkan 12 pt, Not Bold, Indonesian penggambaran secara sistematis upaya mendeskripsikan, mengklasifikasikan, dan menganalisis dengan menggunakan metode, teknik, dan tahapan tertentu pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian

16 2013, No persepsi tanggapan dan pandangan yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap segala yang terkait dengan pembangunan bidang pekerjaan umum yang diwujudkan dalam bentuk positif atau negatif 3.34 perilaku tindakan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang yang merupakan manifestasi dari persepsi dan sikapnya 3.35 peta hasil dari proses penggambaran yang sistematis mengenai aspek tertentu yang formulasinya dapat berupa narasi, bagan, matriks, tabel, grafik, atau kombinasi dengan peta spasial 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian

17 , No potensi ekonomi faktor-faktor yang berperan dan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan, aset/modal, dan nilai tambah produksi dalam mendorong peningkatan kesejahteraan suatu wilayah dan masyarakat 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.37 potensi lingkungan faktor-faktor perilaku masyarakat yang berperan dan berpengaruh terhadap lingkungan alam, sosial, dan binaan potensi sosial faktor-faktor sosial yang berperan dan berpengaruh dalam masyarakat yang dapat dilibatkan, difungsikan, dan dikembangkan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan bidang pekerjaan umum saluran distribusi produksi utama jaringan persebaran barang dan/atau jasa yang dihasilkan oleh masyarakat sebagai tumpuan pokok sumber pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya dari awal produksi ke tingkat pengguna 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian sikap penampilan atau perwujudan yang ditunjukkan oleh seseorang atau sekelompok orang yang didasari oleh pendirian dan keyakinannya terhadap pembangunan bidang pekerjaan umum yang termanifestasi dalam bentuk dukungan, penolakan, atau netral 12 pt, Not Bold, Indonesian skala lokal lingkup mikro yang mencakup hubungan individu dengan individu, dan/atau lingkup rumah tangga 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian skala regional 12 pt, Not Bold, Indonesian

18 2013, No lingkup makro yang mencakup hubungan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat (komunitas) terkait dengan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum rumah tangga satuan sosial terkecil dalam masyarakat yang terganggu atau terbantu dengan adanya pembangunan bidang pekerjaan umum 12 pt, Not Bold, Indonesian

19 , No tata hubungan pola-pola relasi yang terjadi di antara individu, kelompok, dan lembaga yang ada dalam masyarakat yang terjadi pada suatu jangka waktu tertentu yakni sebelum, sedang, atau setelah dilakukan pembangunan pekerjaan umum dalam bentuk kerja sama atau konflik 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.45 tokoh masyarakat orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan yang dianggap lebih dibandingkan dengan orang lain, yang ucapan dan tindakannya menjadi panutan bagi anggota masyarakat lainnya 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.46 usaha rumah tangga sumber pendapatan yang dilakukan dalam lingkungan tempat tinggal yang terganggu atau terbantu dengan adanya pembangunan bidang pekerjaan umum 12 pt, Not Bold, Indonesian 3.47 variabel turunan dari suatu objek yang lebih spesifik guna memudahkan dalam menentukan sebuah indikator 4 Ketentuan 4.1 Ketentuan umum Kaidah pemetaan Beberapa kaidah yang harus diperhatikan dalam kegiatan pemetaan sosial, ekonomi, dan lingkungan adalah: d.a. Seluruh proses kegiatan pemetaan harus memenuhi kaidah-kaidah dan etika ilmiah. e.b. Metode dan teknik yang digunakan dalam setiap tahapan pemetaan harus memiliki tingkat keterandalan (reliabilitas) yang tinggi. a.c. Pemetaan regional diutamakan menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dan/atau instansi, lembaga, dinas terkait. b.d. Pemetaan lokal/spesifik, dapat menggunakan data sekunder dan data primer yang diperoleh melalui kuisioner, observasi lapangan, diskusi kelompok terfokus, wawancara mendalam. c.e. Data dan informasi yang diperoleh harus jelas sumbernya dan dapat dipertanggungjawabkan. 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Not Bold, Indonesian 12 pt, Indonesian Old Style, 12 pt, Not Bold, (none) Formatted: Level 1, Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,75 cm, Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,27 cm + Indent at: 1,27 cm, Tab stops: 0,75 cm, List tab + Not at 1,27 cm Old Style, 12 pt, Not Bold, (none) Old Style, 12 pt, Not Bold, (none) Formatted: Normal Formatted: Normal, Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,75 cm, Space After: 3 pt, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Indent at: 1,27 cm Formatted: Normal, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 8,89 cm + Indent at: 9,52 cm

20 2013, No pt, Not Bold, Swedish (Sweden) Formatted: Level 1, Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,95 cm, Space Before: 0 pt, Outline numbered + Level: 3 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,9 cm + Indent at: 1,9 cm, Tab stops: 0,63 cm, Left + 0,95 cm, List tab + Not at 0,75 cm + 1,9 cm

21 , No.769 Tim pemetaan Tim pemetaan dibentuk oleh penentu kebijakanenyelenggara pembangunan pembangunan infrastruktur PU pekerjaan umumm baik di tingkat regional maupun lokal. Tim pemetaan terdiri dari anggota yang memiliki kriteria sebagai berikut: I.a. Anggota tim pemetaan harus terdiri dari tenaga ahli yang kompeten di aspek masing-masing (sosial, ekonomi, dan lingkungan). II.b. Anggota tim pemetaan harus terbebas dari kepentingan pribadi maupun institusi, agar terjaga obyektivitas objektivitas yang tinggi dan menghindari terjadinya bias. 4.2 Ketentuan khusus Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam operasionalisasi tim pemetaan sosial, ekonomi, dan lingkungan sebagai berikutadalah: III.a. Tim pemetaan harus mempertimbangkan etika masyarakat yang berlaku dan mencermati kondisi keamanan di lokasi pemetaan. IV.b. Tim pemetaan perlu memperhatikan hal-hal teknis saat melakukan wawancara antara lain, berpenampilan sopan, tutur kata yang baik, meminta izin untuk diperbolehkannya penggunaan tape recorder atau alat bantu audio visual lainnya. V.c. Tim pemetaan perlu mempertimbangkan komposisi jenis kelamin anggota timnya untuk menghindari adanya permasalahan ketika menghadapi informan/responden pada lokasi-lokasi tertentu yang masih menjunjung tinggi etika, pranata, dan adat istiadat seperti menabukan seorang perempuan menerima tamu laki-laki atau sebaliknya. VI.d. Tim pemetaan disarankan menggunakan tenaga setempat dan/atau yang mengenal lapangan, adat, dan bahasa setempat (kearifan lokal). a.e. Tim pemetaan yang memasuki daerah rawan keamanan, perlu meminta bantuan aparat keamanan atau tokoh masyarakat setempat untuk mendampingi selama kegiatan pemetaan berlangsung. 5 Prosedur pelaksanaan Prosedur pelaksanaan pemetaan sosial, ekonomi, dan lingkungan mengikuti bagan alir pada Gambar pt, Not Bold, (none) Old Style, 12 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Normal Old Style, 12 pt, Swedish (Sweden) Comment [i-[2]: Maksudnya apa? Formatted: Normal, Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,75 cm, Space After: 3 pt, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Indent at: 1,27 cm 12 pt, Not Bold, (none) Formatted: Normal Comment [i-[3]: Maksudnya seperti apa? Formatted: Normal, Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,75 cm, Space After: 3 pt, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Indent at: 1,27 cm Comment [i-[4]: Maksudnya seperti apa? Old Style, 12 pt, English (United States) Old Style, 12 pt, English (United States) Old Style, 12 pt, English (United States) Old Style, 12 pt, Not Bold, (none) Formatted: Level 1, Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,75 cm, Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,27 cm + Indent at: 1,27 cm, Tab stops: 0,75 cm, List tab + Not at 1,27 cm Formatted: English (United States) Formatted: Font: 8 pt Formatted: Centered Penetapan Tujuan Pemetaan Penetapan wilayah kerja/studipemetaan Isu Isu Strategis, Kebijakan, dan Masalah-masalah Identifikasi Pengenalan karakteristik Formatted... [1] Formatted: Font: 8 pt Formatted: Centered Formatted: Font: 8 pt Formatted... [2] Formatted: Font: 8 pt Formatted: Centered Formatted... [3] Formatted: Font: 9 pt, Not Bold Penetapan Penyusunan konsep, kebutuhan dan jenis Persiapan PemetaanM TidakLengkap CekOK Tidak Inventarisasi kelengkapan data Ya

22 2013, No Gambar 1 -. Bagan alir pemetaan sosial, ekonomi, dan perilaku masyarakat Studio Lapangan 5.1 Persiapan pemetaan Penetapan OK sumber terhadap lingkungan Tahap persiapan pemetaan meliputi kegiatan penetapan tujuan, penetapan wilayah, pengenalan karakteristik wilayah, penyusunan konsep, variabel, 12 pt, Not Bold, Italian (Italy) Formatted: Space After: 0 pt 12 pt, Not Bold, Italian (Italy) 12 pt, Not Bold, Italian (Italy) Formatted: English (United States) Formatted: English (United States) Formatted: Level 1, Indent: Left: 0 cm, Hanging: 0,75 cm, Space After: 0 pt, Outline numbered + Level: 2 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0 cm + Tab after: 0,63 cm + Indent at: 0,63 cm, Tab stops: 0,75 cm, List tab + Not at 0,63 cm Formatted: Space After: 0 pt 12 pt, Indonesian 12 pt, Font color: Auto, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Font color: Auto, Indonesian 12 pt, Indonesian

23 , No.769 Formatted... [4] Formatted... [5] Formatted... [6] Formatted... [7] Formatted... [8] indikator, dan satuan data, penentuan metode, penyusunan instrumen, serta dan pengujian dan penyesuaian instrumen. a. Penentuantapan tujuan pemetaan Penetapan tujuan pemetaan, didasarkan pada isu-isu strategis, kebijakan nasional maupun sektor, masalah-masalah atau kesenjangan yang terjadi antara harapan dengan kenyataan. Hasil ptujuan pemetaan sosial, ekonomi, dan lingkungan digunakan sebagai: 1) dasar pendekatan dan metoda pelaksanaan program; dan 2) dasar penyusunan rencana kerja yang bersifat taktis. PTujuan pemetaan sosial, ekonomi, dan lingkungan adalahbertujuan untuk menginventarisasi dan menggambarkan hal-hal sebagai berikut : 1) kondisi potensi dan masalah sosial, ekonomi dan lingkungan yang ada masyarakat sasaran program pembangunan; 2) persepsi, dan sikap, dan prilaku masyarakat terhadap pembangunan infrastruktur; 3) aspek demografis penerima dan calon penerima manfaat serta dampak adanya pembangunan infrastruktur; 4) tingkat perekonomian regional di sekitar lokasi kegiatan pembangunan bidang pekerjaan umum; 5) tingkat perekonomian lokal (rumah tangga) di sekitar lokasi pembangunan bidang pekerjaan umum; dan 6) kondisi lingkungan di sekitar lokasi pembangunan bidang pekerjaan umum. b. Penetapan wilayah pemetaan Basis utama wilayah pemetaan adalah batas sosial., ekonomi, dan lingkungan., SsSebagai penunjang, juga digunakan juga batas program dan batas administratif. Formatted... [9] Formatted... [10] Formatted... [11] Formatted... [12] Formatted... [13] Formatted... [14] Formatted... [15] Formatted... [16] Formatted... [17] Formatted... [19] Formatted... [20] Formatted... [21] Formatted... [18] Formatted... [22] Formatted... [23] Formatted... [24] Formatted... [25] Formatted... [26] Formatted: Bullets and Numbering... [27] Formatted... [28] Formatted... [29] Formatted... [30] Formatted... [31] Formatted... [32] Formatted... [33] Formatted... [34] Formatted... [35] Formatted... [36] Formatted... [37] Batas sosial ditetapkan berdasarkan antara lain: 1) kkelompok pemukim; 1.2) ppenduduk asli/pendatang; dan 2.3) ppenerima dampak langsung dan /tidak langsung; dan 3.4) kkelompok penerima difusi teknologi dan stakeholder. Formatted... [38] Formatted... [39] Formatted... [40] Formatted... [41] Formatted... [42] Formatted... [43] Formatted... [44] Formatted... [45] Formatted... [46] Batas ekonomi juga dapat ditetapkan berdasarkan antara lain: 1) mmata pencaharian; 2) ttingkat pendapatan masyarakat; dan 1)3) kawasan ekonomi (perkotaan, perdesaan, metropolitan, ekonomi khusus, pengembangan ekonomi terpadu, tertinggal, perdagangan, dan sebagainya) sesuai ketentuan yang tertera pada Undang-undang No. 1 Formatted... [47] Formatted... [48] Formatted... [49] Formatted... [50] Formatted... [51] Formatted... [52] Formatted... [53] Formatted: Bullets and Numbering... [54]

24 2013, No Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Undangundang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Batas lingkungan (ekologi) dapat ditetapkan berdasarkan antara lain: 1) batas daerah pengaliran air (DPA) atau catcment area; dan 2) batas sebaran dampak lingkungan fisik-kimiawi (pencemaran air, wilayah banjir, wilayah pencemaran udara). Batas program/kegiatan pembangunan ditetapkan berdasarkan batas tapak kegiatan pembangunan antara lain: 1) jjalan (trase, ruang pengawasan jalan, ruang milik jalan, ruang manfaat jalan); 2) sumber daya air (daerah tangkapan air, kawasan mangrove, jaringan irigasi, situ, dan danau); dan a.3) ppermukiman (ruang terbuka hijau, fasilitas sosial, dan fasilitas umum). Batas administratif ditetapkan berdasarkan antara lain: 1) RT (rukun tetangga); 2) RW (rukun warga) atau kampung/dusun; 3) ddesa atau kelurahan; 4) kkecamatan; 5) kkabupaten/kota; dan 1.6) pprovinsi. c. Pengenalan karakteristik lokasi wilayah pemetaan Pengenalan karakteristik lokasiwilayah pemetaan sosial, ekonomi, dan lingkungan dapat dipelajari melalui penelusuran literatur antara lain: a.1) bbuku; 2) artikel; 3) tulisan mengenai, tulisan mengenai kondisi sosial masyarakat di lokasi tersebut;. 4) tulisan mengenai kondisi ekonomi masyarakat di lokasi tersebut; dan. 1. tulisan mengenai kondisi lingkungan di lokasi atau yang setara dengan lokasi yang akan dipetakan, serta observasi awal di lapangan. 5) Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, Hanging: 0,52 cm, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1,59 cm + Indent at: 2,22 cm 12 pt, Italic 12 pt, Underline, Indonesian Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, Tab stops: Not at 1,27 cm 12 pt, Indonesian Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, Hanging: 0,5 cm, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Numbered + Level: 4 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 4,44 cm + Tab after: 5,08 cm + Indent at: 5,08 cm, Tab stops: 1,25 cm, Left + Not at 1,27 cm + 5,08 cm 12 pt, English (United States) 12 pt 12 pt, Indonesian 12 pt 12 pt Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, Tab stops: Not at 0,63 cm 12 pt, Indonesian Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, Hanging: 0,5 cm, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1,27 cm + Tab after: 1,9 cm + Indent at: 1,9 cm, Tab stops: 1,27 cm, List tab + Not at 1,9 cm 12 pt, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Not Bold Formatted: Indent: Left: 0 cm, Space After: 0 pt 12 pt, Not Bold, Indonesian Formatted: Space After: 0 pt, No bullets or numbering

25 , No Penyusunan muatan jenis, rincian, sifat dan sumber datakonsep, variabel, indikator, dan satuan data 12 pt, English (United States) Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, First line: 0 cm, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,27 cm + Indent at: 1,27 cm, Tab stops: Not at 1,27 cm Formatted: Bullets and Numbering

26 2013, No Jenis data yang dibutuhkan dalam pemetaan meliputi data sosial, ekonomi, dan lingkungan yang terkait dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum, baik yang bersifat primer maupun sekunder, dapat diseleksi dan/atau dikembangkan dari Format A. Rincian data sosial meliputi masalah sosial, potensi sosial, persepsi, dan sikap masyarakat. Sumber data/informasi dapat berasal dari perseorangan atau lembaga. Tokoh formal (kepala desa, kepala lembaga, atau ketua RT/RW), tokoh informal (tokoh agama atau tetua adat), anggota masyarakat umum adalah sumber data yang bersifat perseorangan. Lembaga swasta dan aparat pemerintah yang menyimpan data adalah sumber data yang bersifat kelembagaan. Sumber data/informasi dapat berasal dari: 1) Perseorangan. Sumber data/informasi yang berasal dari perseorangan dapat diperoleh dari: a) Ttokoh formal (kepala desa, kepala lembaga, dan atau ketua RT/RW),; dan b) Ttokoh informal (tokoh agama, atau tetua adat), dan anggota masyarakat umum). Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, Space After: 0 pt, Tab stops: Not at 0,95 cm Formatted: Indent: Left: 0,63 cm, Space After: 0 pt, Tab stops: Not at 0,95 cm Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, Space After: 0 pt, Tab stops: Not at 0,63 cm Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, Hanging: 2,42 cm, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 2,54 cm + Tab after: 3,17 cm + Indent at: 3,17 cm, Tab stops: 1,27 cm, List tab + Not at 3,17 cm 12 pt, Indonesian 12 pt, Indonesian Formatted: Indent: Left: 1,27 cm, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 2,86 cm + Tab after: 3,49 cm + Indent at: 3,49 cm, Tab stops: Not at 3,49 cm Formatted: Bullets and Numbering 12 pt, Indonesian 12 pt, Indonesian Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, Hanging: 2,42 cm, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 2,54 cm + Tab after: 3,17 cm + Indent at: 3,17 cm, Tab stops: 1,27 cm, List tab + Not at 3,17 cm

27 , No.769 2) Institusi. Sumber data/informasi yang berasal dari institusi dapat diperoleh dari: a) Llembaga swasta (PT, CV, Firma, Yayasan, LSM); dan b) Iinstansi pemerintah (Badan Pusat Statistik (BPS), Bappeda, Kementerian, atau Dinas terkait).. Kelengkapan data disesuaikan dengan tujuan pemetaan. Adapun berdasarkan konsep, variabel, indikator, dan satuan, yang akan digunakan untuk mengukur kondisi dan potensi wilayah yang ditetapkan. Contoh konsep, variabel, indikator, dan satuan dadan sumber data sosial, ekonomi, dan dan ingkungan dapat dilihat pada Format A. a.d. Penentuan metode pemetaan b.e. Pemetaan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dan/atau kuantitatif. Penentuan metode pemetaan juga didasarkan pada tujuan pemetaan, konsep, variabel, dan indikator. Pemetaan kualitatif, kuantitatif ataupun kombinasi kuantitatif-kualitatif dapat digunakan antara lain untuk mengukur: 1) Aspek ssosial a) Tt ingkat persentase sikap masyarakat; b) Tingkat tingkat pendapatan rumah tangga; c) Keadaan keadaan lingkungan terhadap rencana pembangunan; dan. d) Kkualitas konflik kepentingan dalam hal kepemilikan tanah. 2) Aspek eekonomi a). a) Ppersentase ppenduduk berdasarkan mata pencaharian; b) Tingkat tingkat pendapatan rumah tangga; c) Jjumlah produksi; dan. d) Kkesepakatan nilai ganti rugi, dan perilaku pemanfaatan lahan di antara stakeholder (stakeholder kunci, stakeholder utama, dan stakeholder pendukung). 3) Aspek llingkungan 1)a) Kondisi kondisi lingkungan kimia-fisik dan biologi; dan 2)b) Jjumlah dan luas kawasan yang terkena dampak. Penyusunan instrumen pemetaan Instrumen yang akan disusun harus disesuaikan dengan konsep, variabel, indikator, satuan, dan skala pemetaan yang dibutuhkanmuatan jenis, rincian data, dan sifat data yang dibutuhkan. Instrumen yang disusun meliputi: 1) ppanduan wawancara (Format B); 2) Ppanduan FGD (Format C); 3) Ppanduan observasi, (Format D); dan Formatted: Space After: 0 pt Formatted: Indent: Left: 1,27 cm, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1,59 cm + Tab after: 2,22 cm + Indent at: 2,22 cm, Tab stops: Not at 2,22 cm 12 pt, Indonesian 12 pt, Indonesian Formatted: Bullets and Numbering 12 pt, Swedish (Sweden) 12 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, Space After: 0 pt, Tab stops: Not at 0,63 cm Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, First line: 0 cm, Space After: 0 pt, Tab stops: Not at 0,95 cm Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, Hanging: 4,01 cm, Numbered + Level: 2 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 4,13 cm + Tab after: 4,76 cm + Indent at: 4,76 cm, Tab stops: 1,25 cm, Left + Not at 4,76 cm Formatted: Bullets and Numbering 12 pt, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Indonesian Formatted... [55] Formatted: Bullets and Numbering Formatted... [56] Formatted... [57] Formatted... [58] Formatted... [59] Formatted... [60] Formatted: Bullets and Numbering Formatted... [61] Formatted... [62] Formatted... [63] Formatted... [64] Formatted... [65] Formatted... [66] Formatted... [67]

28 2013, No a)4) Kkuisioner (Format E). c.f. Pengujian dan penyesuaian instrumen Kelengkapan data disesuaikan dengan tujuan pemetaan. Minimum data yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 1. ; Kondisi infrastruktur ke-pu-an; Persentase cakupan pelayanan air minum, pengolahan air limbah dan persampahan. Formatted: Indent: Left: 0,63 cm, First line: 0 cm, Space After: 0 pt, Tab stops: Not at 0,95 cm Old Style, Indonesian Formatted: Indent: Left: 1,28 cm, Hanging: 0,63 cm, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Tab after: 1,27 cm + Indent at: 1,27 cm, Tab stops: Not at 0,63 cm + 1,27 cm

29 , No.769 Metode pemetaan secara kualitatif digunakan untuk mengetahui antara lain : Kualitas konflik kepentingan dalam hal kepemilikan tanah, Kesepakatan nilai ganti rugi, dan perilaku pemanfaatan lahan di antara stakeholder (stakeholder kunci, stakeholder utama, dan stakeholder pendukung). Metode pemetaan kombinasi kuantitatif-kualitatif (mixed method) digunakan untuk mengetahui tingkat persentase sikap dan kualitas konflik. Pengujian instrumen dilakukan untuk memastikan keterandalan (reliabilitas) instrumen yang digunakan pada beberapa sampel. Uji instrumen harus dilakukan sebelum pelaksanaan pengumpulan data di lapangan. pada metode kuantitatif dan pengembangan instrumen sesuai kondisi lapangan. Penyesuaian instrumen dilakukan untuk menyederhanakan dan menyamakan persepsi di antara tim pemetaan dan tenaga pengumpul data. Pada metode kualitatif, uji instrumen dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi di lapangan. 5.2 Pelaksanaan pemetaan Pelaksanaan pemetaan meliputi pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian peta sosial, ekonomi, dan lingkungan. a. Pengumpulan data 1. Pengumpulan data dapat dikelompokkan ke dalam dua teknik, yaitu pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur yaitu mengumpulkan berbagai data sekunder dari berbagai sumber (buku, jurnal, majalah, peta, surat kabar, dokumen, laporan penelitian, sumber data dari internet, dlldan sebagainya.). Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara: 1) Wawancara mendalam Wawancara dilakukan secara mendalam dalam suasana yang tenang, situasi yang akrab, tidak harus formal dan upayakan menumbuhkan kepercayaan informan kepada pewawancara. Wawancara dapat dimulai dari hal-hal yang ringan (perkenalan), tidak sensitif, dan tidak harus berurutan sehingga informan tidak keberatan menjawabnya. Wawancara dapat dilakukan lebih dari satu kali sesuai dengan waktu luang informan. Formatted: Space After: 0 pt, Tab stops: 0,63 cm, Left Formatted: Indent: Left: 0 cm, First line: 0 cm, Space After: 0 pt, Tab stops: 0,63 cm, Left + Not at 0,95 cm 12 pt, Indonesian Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, Space After: 0 pt, Tab stops: 0,75 cm, Left 12 pt, Italic, Indonesian 12 pt, Italic, Indonesian 12 pt, Indonesian 12 pt, Indonesian Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, Space After: 0 pt, Tab stops: 0,75 cm, Left + Not at 0,95 cm 12 pt, Swedish (Sweden) 12 pt, Portuguese (Brazil) Formatted: Indent: Left: 0,75 cm, Space After: 0 pt, Tab stops: 0,75 cm, Left 12 pt, Indonesian 12 pt, Portuguese (Brazil) 12 pt, Portuguese (Brazil) 12 pt, Indonesian Formatted... [68] Formatted... [69] Formatted... [70] Formatted: Space After: 0 pt Formatted... [71] Formatted... [72] Formatted... [73] Formatted... [74] Formatted... [75] Formatted... [76] Formatted: Indent: Left: 1,25 cm Formatted... [77] Formatted... [78] Formatted... [79] Formatted... [80] Formatted: Indent: Left: 1,25 cm

30 2013, No Adapun tahapan dalam melakukan wawancara secara mendalam, antara lain: a) mengidentifikasi partisipan/informan sesuai prosedur sampling yang dipilih sebelumnya; b) menentukan informasi bermanfaat apa yang relevan; c) menentukan apakah wawancara bersifat individual atau kelompok terfokus; d) mempersiapkan alat perekam yang sesuai jika memungkinkan (alat perekam perlu dicek kondisinya seperti batereibaterai, kualitas suara, dan lain-lain); e) menyusun panduan wawancara dan menyediakan ruang yang cukup di antara pertanyaan untuk mencatat respon terhadap komentar partisipan/informan; f) menentukan tempat untuk melakukan wawancara; dan a).g) Selama melakukan wawancara tetap mengacu kepada panduan wawancara. 2) Focus Group Discussion (FGD) FGD dilakukan dengan melibatkan 8-15 peserta yang dipilih berdasarkan representasi latar belakang informan. Pelaksana pemetaan bertindak selaku fasilitator menggunakan petunjuk diskusi, mencatat proses diskusi, kemudian memberikan komentar mengenai hasil pengamatannya. Formatted: Indent: Left: 1,27 cm, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 2,86 cm + Tab after: 3,49 cm + Indent at: 3,49 cm, Tab stops: Not at 3,49 cm Formatted: Bullets and Numbering 12 pt Formatted: Space After: 0 pt 12 pt, Indonesian Formatted: Indent: Left: 0,63 cm, Hanging: 1,11 cm, Space After: 0 pt, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1,59 cm + Indent at: 2,22 cm, Tab stops: 1,27 cm, Left

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.769, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pemetaan. Sosial. Ekonomi. Lingkungan. Pekerjaan Umum. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/PRT/M/2013

Lebih terperinci

Formatted: Bottom: 1.6" Formatted: Tab stops: 6.69", Left

Formatted: Bottom: 1.6 Formatted: Tab stops: 6.69, Left Formatted: Bottom: 1.6" Formatted: Tab stops: 6.69", Left Formatted: Font: 5 pt, Not Bold, Font color: Auto Formatted: Left, None, Indent: Left: 0", First line: 0", Space Before: 0 pt, Don't keep with

Lebih terperinci

2012, No e. bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas, dan sebagai pelaksanaan Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Horti

2012, No e. bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas, dan sebagai pelaksanaan Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Horti BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.974, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Fungsi Lahan. Hortikultura. Perlindungan. Peningkatan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012

Lebih terperinci

2013, No dengan perkembangan keadaan sehingga harus diubah; (3) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b p

2013, No dengan perkembangan keadaan sehingga harus diubah; (3) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b p Hanging: 1 cm, Right: 0 cm, Space Before: 3 pt, After: 3 pt, No widow/orphan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.162, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Sengketa Pemilu. Penyelesaian. Tata Cara. PERATURAN

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA INDONESIA (IPeKB INDONESIA) Pasal 1 BAB I ATRIBUT

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA INDONESIA (IPeKB INDONESIA) Pasal 1 BAB I ATRIBUT ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA INDONESIA (IPeKB INDONESIA) BAB I ATRIBUT Pasal 1 1. Lambang organisasi IpeKB Indonesia adalah segi lima warna biru muda yang didalamnya terdapat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN SALINAN Formatted: Different first page header PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rancangan RPJMD Tahun Hal. I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Rancangan RPJMD Tahun Hal. I LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN Perencanaan pembangunan DKI Jakarta telah banyak mengalami perubahan sejalan dengan perubahan lingkungan strategis dan peraturan perundangan. Sebelum periode tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Style Definition: Heading 1: Font color: Auto, Space Before: 0 pt Formatted: Heading 1, Line spacing: Double

BAB 1 PENDAHULUAN. Style Definition: Heading 1: Font color: Auto, Space Before: 0 pt Formatted: Heading 1, Line spacing: Double BAB 1 PENDAHULUAN Style Definition: Heading 1: Font color: Auto, Space Before: 0 pt Formatted: Heading 1, Line spacing: Double 1.1. Latar Belakang Penelitian Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Lebih terperinci

2011, No Negara/Lembaga pada Tahun Anggaran 2011 yang tidak sepenuhnya melaksanakan anggaran belanja Tahun Anggaran 2010 diatur oleh Pemerintah;

2011, No Negara/Lembaga pada Tahun Anggaran 2011 yang tidak sepenuhnya melaksanakan anggaran belanja Tahun Anggaran 2010 diatur oleh Pemerintah; BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.121, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Optimalisasi Anggaran Belanja. Pemotongan Pagu Belanja. Kementerian/Lembaga. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PMK.02/2011

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

Kajian dampak sosial adalah suatu kegiatan pengkajian mengenai dampak-dampak sosial negatif maupun positif yang diprediksikan akan terjadi di saat

Kajian dampak sosial adalah suatu kegiatan pengkajian mengenai dampak-dampak sosial negatif maupun positif yang diprediksikan akan terjadi di saat Kajian dampak sosial adalah suatu kegiatan pengkajian mengenai dampak-dampak sosial negatif maupun positif yang diprediksikan akan terjadi di saat dan setelah program dilaksanakan. Pembebasan Lahan/Tanah

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016 Revisi 1 MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

Lebih terperinci

NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 Formatted: Font: (Default) Formatted: Centered Formatted: Space After: 0 pt PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan hidup (Environment) dapat diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya dan keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya yaitu manusia dan

Lebih terperinci

PENGHAPUSAN BARANG MILIK DAERAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN

PENGHAPUSAN BARANG MILIK DAERAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN PENGHAPUSAN BARANG MILIK DAERAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2016 Formatted: Footer distance from edge: 1 cm www.lek2pndiklat.com A. PENDAHULUAN Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

perusahaan asuransi jiwa, oleh karena diusulkan untuk menyempurnakan rumusan alamat.

perusahaan asuransi jiwa, oleh karena diusulkan untuk menyempurnakan rumusan alamat. Formatted: Right: 0.99", Top: 1.2", Bottom: 1.6", Header distance from edge: 0.49" Yth. 1. Perusahaan Asuransi Kerugian dan Perusahaan Reasuransi; Jiwadan; 2. Perusahaan Asuransi Kerugian; dan 2.3. Perusahaan

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

Lebih terperinci

Manual Prosedur PRE DIETETIC INTERNSHIP COMMUNITY PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Manual Prosedur PRE DIETETIC INTERNSHIP COMMUNITY PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Manual Prosedur PRE DIETETIC INTERNSHIP COMMUNITY PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Universitas Brawijaya, 2011 All Rights Reserved Tim Penyusun : 1. Nia Wirawan Novita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Desentralisasi sebagai suatu fenomena yang bertujuan untuk membawa kepada penguatan komunitas pada satuan-satuan pembangunan terkecil kini sudah dicanangkan sebagai

Lebih terperinci

Yth. 1. Perusahaan Asuransi Kerugian danperusahaan Asuransi Jiwa;dan 1.2. Perusahaan Asuransi Kerugian; dan 2.3. Perusahaan Reasuransi.

Yth. 1. Perusahaan Asuransi Kerugian danperusahaan Asuransi Jiwa;dan 1.2. Perusahaan Asuransi Kerugian; dan 2.3. Perusahaan Reasuransi. Formatted: English (U.S.) Yth. 1. Perusahaan Asuransi Kerugian danperusahaan Asuransi Jiwa;dan 1.2. Perusahaan Asuransi Kerugian; dan 2.3. Perusahaan Reasuransi. ddi Indonesia Formatted: Different first

Lebih terperinci

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif, yaitu penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif, yaitu penelitian III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif, yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori,

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian 34 III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian Kajian ini menggunakan tindak eksplanatif. Tindak eksplanatif adalah suatu kajian yang menggali informasi dengan mengamati interaksi dalam masyarakat. Interaksi yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 29 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi pencadangan pembangunan HTR di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang yang secara administratif terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

INSTITUT PERTANIAN BOGOR - DKSI LOaDED IPB : POB-SJSK-004

INSTITUT PERTANIAN BOGOR - DKSI LOaDED IPB : POB-SJSK-004 2.1. TUJUAN 1.1. Memberikan pedoman hosting di domain ipb.ac.id bagi unit kerja di lingkungan Institut Pertanian Bogor 1.1.1.2. Menetapkan ketentuan alokasi server dan penamaan domain di lingkungan Institut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang

Lebih terperinci

BUPATI KUNINGAN PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 810 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUNINGAN PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 810 TAHUN 2013 TENTANG Formatted BUPATI KUNINGAN PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 80 TAHUN 0 TENTANG PEDOMAN PEAN KINERJA PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA (PDAU) DARMA PUTRA KERTARAHARJA KABUPATEN KUNINGAN, Not Bold DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan normanorma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan normanorma kepada generasi berikutnya. Tanggung jawab guru dapat berupa tanggung jawab moral, tanggung

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal BUKU 2 Manual Penyusunan RP4D Kabupaten Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal bagi penyusun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 /PRT/M/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 /PRT/M/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 /PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN BIDANG PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. Tipe Kajian

METODE KAJIAN. Tipe Kajian METODE KAJIAN Tipe Kajian Tipe kajian dalam rancangan ini adalah Evaluasi sumatif yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan, dan lain-lain); penilaian dan perumusan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN, Keputusan Kepala Bapedal No. 08 Tahun 2000 Tentang : Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

Lebih terperinci

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang No.771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Bendungan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

: POB-Layanan- Tanggal Berlaku

: POB-Layanan- Tanggal Berlaku POB-Layanan- Formatted Space Before 3 pt, After 3 pt Formatted Left, Space Before 3 pt, After 3 pt Nomor Revisi 004 keep keep TUJUAN.. Memberikan kemudahan pelayanan TIK bagi Civitas Akademik IPB melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan

BAB III METODE PENELITIAN. dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab metode penelitian ini dijabarkan mengenai rancangan penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, instrumen penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa lingkungan hidup yang baik merupakan hak asasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan daerah Kabupaten Ngawi 2010 2015, Pemerintah Kabupaten Ngawi menetapkan strategi yang merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

Bab I : Pendahuluan Latar Belakang

Bab I : Pendahuluan Latar Belakang Bab I : Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Formatted: Left: 3,25 cm, Top: 1,59 cm, Bottom: 1,43 cm, Width: 35,56 cm, Height:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

penelitian 2010

penelitian 2010 Universitas Udayana, Bali, 3 Juni 2010 Seminar Nasional Metodologi Riset dalam Arsitektur" Menuju Pendidikan Arsitektur Indonesia Berbasis Riset DESAIN PERMUKIMAN PASCA-BENCANA DAN METODA PARTISIPASI:

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Tentang PEDOMAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Tentang PEDOMAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: / / Tentang PEDOMAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG TENAGA PELATIHAN MENGEMBANGKAN PROGRAM PELATIHAN PLK.TL BUKU INFORMASI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG TENAGA PELATIHAN MENGEMBANGKAN PROGRAM PELATIHAN PLK.TL BUKU INFORMASI Formatted: English (U.S.) MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG TENAGA PELATIHAN MENGEMBANGKAN PROGRAM PELATIHAN BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 172, 2016 KEMENPU-PR. Perumahan Kumuh. Permukiman Kumuh. Kualitas. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian METODE PENELITIAN Penelitian ini akan memberikan gambaran secara menyeluruh dan mendalam terhadap fenomena strategi nafkah rumah tangga miskin dan pilihan strategi nafkah yang akan dijalankannya. Penelitian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TENTANG KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PROSES ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP KEPALA BADAN

Lebih terperinci

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991); RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

Tahapan Persiapan Penyusunan RP4D Kabupaten merupakan kegiatan yang bersifat administratif dengan tujuan mempersiapkan pihak penyelenggaran kegiatan

Tahapan Persiapan Penyusunan RP4D Kabupaten merupakan kegiatan yang bersifat administratif dengan tujuan mempersiapkan pihak penyelenggaran kegiatan BAGIAN I Persiapan Penyusunan RP4D Kabupaten Tahapan Persiapan Penyusunan RP4D Kabupaten merupakan kegiatan yang bersifat administratif dengan tujuan mempersiapkan pihak penyelenggaran kegiatan Penyusunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci