PRINSIP TEKNOLOGI PROSES BERSIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRINSIP TEKNOLOGI PROSES BERSIH"

Transkripsi

1 PRINSIP TEKNOLOGI PROSES BERSIH Rochmadi Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika no. 2, Bulaksumur, Yogyakarta untuk korespondensi: ABSTRAK PRINSIP TEKNOLOGI PROSES BERSIH. Perlakuan limbah dari pabrik kimia yang bersifat end of pipe treatment memerlukan biaya yang tinggi, karena konsep ini didasarkan pada proses pabrik yang tidak berubah, sementara perlakuan limbah menyesuaikan proses pabriknya. Berdasarkan keselamatan lingkungan, konsep perlakuan limbah dari pabrik kimia jenis ini sudah tidak sesuai pada saat ini. Pabrik kimia yang ramah lingkungan mendasarkan konsepnya pada teknologi proses bersih, dimana penerapan prinsip minimalisasi limbah dimulai dari perancangan proses. Secara sistematis, limbah ditinjau dari unit penghasil limbahnya, yaitu limbah dari unit proses dan dari unit utilitas. Limbah dari unit proses berasal dari reaktor, unit operasi penyiapan dan pemisahan, serta limbah yang dihasilkan dari operasi proses spesifik (start up, shut down, pembersihan). Prinsip minimalisasi limbah diterapkan secara sistematis pada setiap unit, baik di proses maupun di utilitas, pada saat proses sedang dirancang. Kata kunci: pabrik kimia, limbah, teknologi proses bersih, minimalisasi ABSTRACT CLEAN PROCESS TECHNOLOGY PRINCIPLES. The end of pipe treatment for chemical plant waste needs large amount of cost, because the plant process is basically not changed, while waste treatment of the plant has to conform with the existing plant process. Based on the safety of the environments, this kind of chemical plant is not appropriate any longer. Environmentally friendly chemical plant always relies on the concept of clean process technology, where the principle of waste minimization is applied to the beginning of process design. Waste is classified based on its source, that is from process unit and utility unit. The waste of unit process comes from reactor unit, preparation and finishing units, as well as from specific process operation, such as start-up, shut down, cleaning and maintenance. The principle of waste minimization is systematically applied to each operation unit, both in the unit processes and unit operations, during process design. Keywords: chemical plant, waste, clean process technology, minimization PENDAHULUAN Sebuah industri kimia tanpa menghasilkan limbah (zero waste) merupakan sebuah tuntutan untuk industri kimia pada jaman sekarang, karena keselamatan lingkungan merupakan salah satu prioritas utama. Hal ini juga berlaku untuk industri pengolahan bahan nuklir, dimana konsep proses pengolahan bahan-bahan nuklir sama dengan konsep proses industri kimia umumnya. Industri kimia dengan zero waste ini didasarkan pada konsep teknologi proses yang bersih. Sebelum kesadaran tentang teknologi proses bersih muncul, konsep pengolah limbah untuk industri kimia lebih bersifat end of pipe treatment. Pada prinsip end of pipe treatment ini, pabrik merupakan suatu unit yang tidak perlu diubah prosesnya, sedangkan limbah yang dihasilkan oleh pabrik, berapapun jumlahnya, akan diolah dulu sebelum dibuang ke lingkungan. Pabrik kimia generasi lama didasarkan pada rancangan proses yang optimum, dengan pengertian optimum yang didasarkan pada aspek ekonomi saja. Akibatnya, agar limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan, unit pengolah limbah yang diperlukan untuk pabrik ini umumnya berbiaya mahal, baik peralatannya maupun ongkos operasinya. STTN-BATAN & PTAPB BATAN 24 Rochmadi

2 Kesadaran akan keselamatan lingkungan dan mahalnya biaya pengelolaan limbah telah mendorong kita untuk untuk menerapkan prinsip zero waste. Oleh karena itu, saat ini prinsip minimalisasi limbah diperlukan, tidak hanya untuk menekan biaya pengolahan limbah, tetapi juga untuk keselamatan lingkungan. Konsep minimalisasi limbah yang mendasari teknologi proses bersih paling tepat diterapkan dengan baik pada saat langkah perancangan proses, dimana sebuah pabrik kimia sedang dirancang. Tulisan ini menguraikan secara singkat tentang prinsip minimalisasi limbah dalam kerangka merancang proses. Perancangan Pabrik Dan Proses Sebuah persoalan atau permasalahan di bidang teknik kimia sudah diselesaikan dengan cukup, apabila penyelesaiannya sudah mencakup semua aspek dalam chemical engineering tools, yaitu: neraca massa, neraca energi (panas), kesetimbangan (equilibrium), laju/kecepatan proses (rate processes), ekonomi, dan humanity. Prinsip ini menunjukkan bahwa aspek humanitas, yang menyangkut dengan manusia, tetap dipertimbangkan dengan baik, tidak hanya aspek teknis dan ekonomi saja. Aspek humanitas mencakup cukup luas, dan keselamatan lingkungan merupakan salah satunya. Sebuah pabrik kimia didasarkan pada sebuah rancangan pabrik yang sudah memenuhi semua aspek dalam chemical engineering tools. Dalam perkembangannya, perancangan pabrik kimia mempunyai beberapa tingkatan, yaitu dari tingkat perancangan cepat (quick design), prarancangan (preliminary design), sampai perancangan detail atau detailed design [Harper, 1954]. Tetapi meskipun ada beberapa tingkatan, pekerjaan merancang pabrik kimia untuk semua tingkat selalu mencakup: perancangan proses (process design), perancangan peralatan (equipment design) yang digunakan di dalam proses yang dipilih, perancangan utilitas yang digunakan oleh proses (air, kukus, listrik, udara tekan, dan yang lain), serta evaluasi ekonomi untuk meninjau kelayakan pabrik tersebut. Sebagaimana bidang teknik yang lain, pabrik yang dirancang masih dalam angan-angan atau belum diujudkan, sehingga seorang perancang pabrik perlu mempunyai kemampuan abstraksi atau imaginasi, serta inovasi. Dalam merancang peralatan dan pabrik, perancang selalu melakukan optimasi proses dan peralatan, sehingga teknikteknik optimasi maupun perancangan alat perlu dikuasai dengan baik [Edgar dkk., 2001], termasuk metode scale-up [Zlokarnik, 2002]. Merancang pabrik kimia selalu dimulai dengan merancang proses, dimana seorang ahli teknik proses merancang urutan langkah operasi, dengan memilih peralatan yang sesuai dan merangkai peralatan tersebut menjadi urutan proses yang layak (feasible). Seperti yang telah disebutkan di atas, perancangan proses selalu memperhitungkan faktorfaktor ekonomi dan humanitas (keselamatan, kesehatan dan lingkungan). Untuk merancang proses yang sama sekali baru (yang belum pernah ada sebelumnya), seorang ahli teknik proses perlu kreatif, imajinatif, serta mempunyai kemampuan untuk inovasi dan analisis-sintesis [Resnick, 1981; Seider dkk. 2010; Turton dkk. 2009]. Merancang proses didasarkan pada tiga titik atau posisi, yaitu bahan baku, tempat reaksi (síntesis) dan produk/hasil utama. Sebelum memulai merancang proses, data atau informasi detail dari bahan baku, produk yang diinginkan, dan kondisi reaksi yang telah terbukti dapat dijalankan (meskipun skala laboratorium) perlu diketahui. Berdasarkan data/informasi awal ini, sebuah proses dirancang dengan memilih peralatan yang dapat menyesuaikan kondisi bahan baku (raw material) menjadi kondisi reaksi (synthesis), dan peralatan yang dapat menyesuaikan kondisi arus hasil keluar reaktor dengan spesifikasi produk yang diinginkan. Gambar 1 menunjukkan, langkah penyiapan (preparation) menghubungkan kondisi bahan baku dengan kondisi síntesis, sementara langkah finishing menghubungkan kondisi síntesis dengan kondisi produk, yang biasanya berupa proses pemisahan dan pemurnian. Perancangan proses ini bersifat open ended problem, sehingga jawabannya umumnya lebih dari satu alternatif proses. Dari beberapa alternatif jawaban tersebut, akan dipilih proses yang paling optimum. Gambar 1. Konsep process design Smith [2005] membuat sistematika urutan perancangan proses, yang dimulai dari perancangan reaktor sampai dengan perancangan penanganan limbah (waste treatment). Dalam setiap langkah ini, optimasi peralatan maupun proses selalu dilakukan, termasuk optimasi untuk minimalisasi limbah yang mungkin dihasilkan. Urutan langkah ini, oleh Smith, digambarkan seperti lapisan onion, seperti Rochmadi 25 STTN-BATAN & PTAPB-BATAN

3 yang ditunjukkan pada Gambar 2. Mengikuti konsep yang dibuat oleh Smith, tulisan ini menguraikan prinsip-prinsip minimalisasi limbah yang dapat digunakan saat sebuah proses dirancang, agar pabrik yang dirancang ini berupa teknologi proses bersih. Gambar 2. Urutan perhitungan dalam perancangan proses [Smith, 2005] KONSEP MINIMALISASI LIMBAH Penekanan jumlah limbah yang dihasilkan oleh pabrik atau minimalisasi limbah perlu cara yang sistematis dan cerdas. Prinsipnya tidak hanya mengolah limbah yang keluar atau dihasilkan oleh pabrik agar jumlah limbah yang akan dibuang ke lingkungan sedikit, tetapi konsepnya lebih menekankan pada cara dimana jumlah limbah yang dihasilkan atau dikeluarkan dari sumbernya diminimalisasi. Ditinjau dari sumber penghasilnya, limbah diklasifikasikan ke dalam [Smith dan Petela, 1991a]: (a) limbah dari unit proses, dan (b) limbah dari unit utilitas. Limbah yang berasal dari unit proses dihasilkan oleh: Unit reaktor, Unit operasi pemisah maupun penyesuai, termasuk sistem daur ulang (recycle system), Operasi proses spesifik, seperti start up, shut down, perubahan kondisi proses, pemeliharaan (maintenance), pembersihan alat-alat, dan lainlain. Adapun limbah yang berasal dari unit utilitas bisa berupa: blow down dari boiler, cooling tower, senyawa hasil pembakaran bahan bakar (gas hasil pembakaran, abu, debu). Minimalisasi Limbah Dari Reaktor Reaktor sebagai tempat untuk reaksi sintesis dapat menghasilkan produk samping yang tidak diharapkan, dan bisa menjadi limbah. Beberapa peristiwa di unit reaktor yang dapat menghasilkan limbah adalah sebagai berikut [Smith dan Petela, 1991b]. 1. Bila pendaurulangan reaktan sisa tidak bisa dilakukan karena sifat prosesnya, maka reaktan sisa berpotensi menjadi limbah. 2. Prosesnya mempunyai reaksi utama yang menghasilkan produk limbah: A + B hasil utama + produk limbah (1), dengan A dan B adalah reaktan. 3. prosesnya mempunyai reaksi utama dan reaksi samping. Limbah dihasilkan oleh reaksi samping: A + B hasil utama + E (2), Hasil utama produk limbah (3). 4. Zat pengotor (impurities) di dalam umpan reaktor bereaksi menghasilkan limbah. 5. Bila reaksinya menggunakan katalisator, degradasi dan kerusakan katalisator dapat menghasilkan limbah. Beberapa cara untuk meminimalisasi limbah dari operasi reaktor yang digambarkan di atas adalah sebagai berikut. Pengurangan reaktan sisa bila tidak bisa didaurulang (recycle) 1. Bila reaksinya searah (irreversible), konversi reaksi di reaktor dinaikkan setinggi mungkin. Ini dilakukan dengan membuat waktu reaksi lebih lama, meninggikan suhu dan tekanan reaksi, menggunakan katalisator yang lebih efektif. STTN-BATAN & PTAPB BATAN 26 Rochmadi

4 2. Menaikkan konversi untuk reaksi yang bolakbalik (reversible) Reaksi bolak-balik tergantung pada besar dan sifatnya konstante kesetimbangan reaksi, apakah reaksinya endotermis atau eksotermis. Prinsip termodinamika diterapkan pada reaksi jenis ini, dimana konversi reaksi untuk hasil utama dipengaruhi oleh: a. reaktan berlebih (excess reactant) b. penarikan produk dari campuran reaksi (product removal) c. penggunaan senyawa inert untuk menggeser reaksi d. suhu dan tekanan reaksi Pembahasan detail hal ini dapat ditemukan pada buku termodinamika dan kinetika reaksi. Pengurangan produk limbah dari reaksi utama Seperti yang ditunjukkan oleh persamaan reaksi (1), jumlah limbah sebanding dengan jumlah produk utama. Untuk reaksi jenis ini, satu-satunya cara untuk meminimalisasi limabh yang dihasilkan adalah mencari rute reaksi yang lain, agar produk limbah tidak dihasilkan oleh reaksi utama. Pengurangan produk limbah dari reaksi samping Konsep minimalisasi limbah dari jenis reaksi ini adalah memaksimumkan hasil utama, meminimumkan hasil samping (yang berupa limbah). Karena reaksinya lebih dari satu jenis (bisa paralel, seri atau gabungan keduanya), selektivitas produk merupakan faktor yang penting. Yang diinginkan adalah selektivitas (hasil samping/produk utama) sekecil mungkin. Faktor yang berpengaruh terhadap selektivitas hasil adalah: 1. Jenis reaksi: parallel, seri, dan gabungannya, 2. Jenis reaktor: plug flow, mixed flow, 3. Konsentrasi reaktan di dalam reaktor, 4. Suhu dan tekanan reaksi, 5. Katalisator. Pembahasan detail tentang optimasi selektivitas ini dapat ditemukan di kinetika reaksi [Smith, 2005]. Upgrade produk limbah menjadi produk yang bernilai lebih Pada beberapa proses, senyawa limbah dapat direaksikan lanjut menjadi senyawa yang berguna. Contoh untuk kasus ini adalah reaksi klorinasi benzene, dimana hasil sampingnya adalah HCl (sebagai limbah). Dengan penambahan unit oksidasi HCl menjadi Cl 2, limbah proses menjadi bahan yang bernilai lebih, yaitu menjadi reaktan lagi. 2 HCl O 2 Cl 2 + H 2 O (4) Pemurnian umpan reaktor Bila zat pengotor dalam umpan reaktor merupakan salah satu sumber limbah, maka pemurnian umpan reaktor akan mengurangi beban unit pemisahan setelah reaktor maupun beban purging. Akan tetapi, pemurnian umpan reaktor akan menambah ongkos proses pemisahan. Hal ini dapat dioptimasikan antara biaya berkurangnya umpan dan jumlah limbah yang dihasilkan terhadap kenaikan ongkos pemisahan/pemurnian. Prinsip ini diilustrasikan pada Gambar 3. Gambar 3. Trade off antara biaya pemurnian dengan pengurangan jumlah limbah [Smith, 2005] Rochmadi 27 STTN-BATAN & PTAPB-BATAN

5 Pengurangan limbah dari katalisator Bila dimungkinkan, penggunaan katalisator heterogen lebih menguntungkan, karena katalisator heterogen lebih mudah dipisahkan dan didaurulang. Akan tetapi, katalisator padat bisa terdegradasi, dan perlu penggantian (replacement) bila umur pakainya sudah habis. Selain itu, kontaminan dan racun terhadap katalisator perlu ditekan sekecil mungkin di dalam reaktan. Katalisator untuk proses fluidisasi bisa berpotensi menghasilkan debu katalisator. Hal ini bisa dicegah dengan menggunakan separator partikel dan menggunakan katalisator yang kekuatan mekaniknya tinggi (tidak mudah pecah). Minimalisasi Limbah Dari Unit Operasi Peralatan pada unit operasi sebelum dan sesudah reaktor (penyiapan, pemisahan, sistem daur ulang) dapat menghasilkan limbah. Prinsip untuk menekan hasil limbah yang ada di unit operasi adalah sebagai berikut [Smith dan Petela, 1991c]. 1. Daurulang limbah secara langsung, 2. Pengurangan zat pengotor (impurities) umpan reaktor, 3. Tanpa pemakaian senyawa tambahan untuk proses pemisahan, 4. Pemisahan tambahan untuk limbah untuk menaikkan pemungutan (recovery), 5. Reaksi lanjut untuk hasil limbah. Daurulang limbah secara langsung Sebagai contoh untuk kasus ini adalah pembuatan isopropil alkohol dari reaksi hidrasi propilen. Reaksi dijalankan pada fase gas. C 3 H 6 + H 2 O (CH 3 ) 2 CHOH (5) Umpan segar propilen mengandung sedikit propan. Hasil yang keluar reaktor diembunkan dan cairannya dipisahkan. Untuk mengurangi penumpukan propan (yang dianggap inert), sebagian arus daurulang dibuang (purging). Propilen sisa didaurulang, tetapi air sisa yang keluar dari reaktor dibuang sebagai limbah. Untuk mencegah agar limbah air ini tidak dibuang, air justru didaurulang dan digunakan sebagai umpan reaktor lagi. Secara umum, pendaurulangan limbah bisa dilakukan secara langsung (tidak perlu pemisahan) maupun tidak langsung (limbah dimurnikan dulu). Pengurangan zat pengotor dalam umpan reaktor Prinsip ini sama dengan apa yang diuraikan pada Bab I.5, yaitu Pemurnian umpan reaktor. Tanpa pemakaian senyawa tambahan untuk pemisahan Umumnya, pelarut (sebagai senyawa dari luar sistem yang ditambahkan dalam proses) diperlukan untuk proses pemisahan dalam absorbsi dan ekstraksi. Karena pelarut yang digunakan biasanya terikut keluar dari unit pemisahan, maka pelarut berpotensi menjadi limbah. Untuk mengurangi limbah yang berasal dari pelarut ini, proses yang dirancang tidak menggunakan senyawa yang digunakan sebagai pelarut, sehingga mencegah terbuangnya pelarut sebagai limbah. Pemisahan tambahan untuk limbah Pada pabrik NH 3 dari N 2 + H 2, sebagian besar reaktan (N 2 + H 2 ) didaurulang kembali. Tetapi umpan reaktor mengandung zat pengotor (gas Argon, metan) yang bersifat inert. Sebagian arus daurulang harus dibuang (purging), agar akumulasi zat pengotor tidak meningkat. Akan tetapi, arus purging ini masih mengandung banyak (N 2 + H 2 ) maupun NH 3, sehingga bila dibuang ke lingkungan, kerugian dari hilangnya umpan tidak terhindari. Proses pada pabrik amoniak yang baru sekarang memungut lagi (N 2 + H 2 ) dari arus buang, dengan tambahan unit proses membrane maupun adsorpsi. Reaksi lanjut untuk hasil limbah Tujuannya adalah pemanfaatan kembali limbah dengan mengubahnya menjadi senyawa yang berguna. Prinsip ini sudah dibahas pada bab I.4 (Upgrade produk limbah menjadi produk yang bernilai lebih), dimana contoh reaksinya adalah: 2HCl O 2 Cl 2 + H 2 O Minimalisasi Limbah Dari Hasil Operasi Proses Spesifik Selain beroperasi pada kondisi normal, pabrik juga mengalami operasi yang sifatnya spesifik, misalnya pabrik berhenti mendadak karena ada gangguan, pabrik mulai dioperasikan setelah berhenti (start-up). Semua jenis operasi spesifik tersebut menghasilkan limbah, yang skenarionya digambarkan pada uraian berikut [Smith dan Petela, 1992a]. Operasi start-up dan shut down pabrik Pada saat start-up, proses masih dalam keadaan transient, reaktor masih menghasilkan produk dengan konversi rendah (lebih rendah daripada konversi design), sehingga reaktan yang belum bereaksi masih banyak. Hal ini berpotensi menghasilkan banyak limbah. Pada kondisi ini pula, reaksi yang tidak diinginkan (reaksi samping) bisa terjadi, yang STTN-BATAN & PTAPB BATAN 28 Rochmadi

6 menghasilkan produk samping yang tidak diinginkan. Proses pemisahan hasil setelah keluar reaktor pada saat start-up dan shut down bekerja dalam keadaan unsteady, yang dapat menghasilkan senyawa intermediate dengan komposisi yang tidak diperbolehkan untuk didaurulang. Senyawa intermediate ini juga mungkin tidak bisa diproses lanjut, karena peralatan yang sudah ada tidak dirancang untuk memproses senyawa intermediate yang tidak diinginkan ini. Unit proses pemisah yang bekerja saat unsteady-state biasanya menghasilkan produk yang tidak memenuhi syarat (off-spec product). Perubahan produk (dalam proses unsteady-state) Seperti halnya pada operasi start-up dan shut down, kondisi operasi pada saat pergantian produksi dari satu produk ke produk yang lain juga melewati kondisi unsteady-state. Hal ini selalu menghasilkan limbah. Pada proses batch, operasi pembersihan peralatan saat pergantian produksi produk yang satu ke produk yang lain juga menghasilkan limbah. Aktivitas pemeliharaan rutin (maintenance) Pembersihan peralatan saat pemeliharaan selalu menghasilkan limbah. Sisa bahan dari tangki penyimpan, baik cairan maupun uap, merupakan limbah. Uap dalam tangki bisa terlepas ke atmosfir saat pembersihan. Bahan/senyawa yang ada di jaringan pipa, kran (valve), pompa, kompresor, dan alatalat transportasi lain perlu dikeluarkan saat pembersihan, yang berarti menghasilkan limbah. Cara-cara minimalisasi limbah pada operasi proses spesifik Langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk meminimalisasi limbah yang dihasilkan saat operasi spesifik ini adalah sebagai berikut. Merancang proses agar jumlah shutdown sesedikit mungkin. Hal ini menyangkut perancangan proses yang robust. Bila prosesnya kontinyu, proses dirancang agar dapat beroperasi lebih fleksibel. Memasang tangki intermediate yang cukup untuk menampung saat terjadi proses unsteady atau kondisi gawat darurat (emergency). Hal ini juga menyangkut optimasi penjadwalan proses saat transient. Sistem pengumpulan limbah selama proses pembersihan peralatan perlu dibangun. Emisi limbah yang keluar dari pipa-pipa, kran (valve), pompa, kompresor, dan alatalat transportasi lain perlu ditekan sekecil mungkin. Minimalisasi Limbah Dari Unit Utilitas Bila pabrik membuat energi panas dan listrik sendiri di unit utilitas, maka pabrik akan menghasilkan limbah yang berupa gas hasil pembakaran bahan bakar (CO 2, SO 2, NO x, hidrokarbon tak terbakar) dan abu bila menggunakan bahan bakar padat. Demikian juga bila pabrik mengolah air sendiri, unit utilitas akan menghasilkan limbah dari sistem pengolahan air, seperti endapan koagulan, larutan asam dan basa dari regenerasi penukar ion, senyawa desinfektan, pencegah korosi, dan lain-lain. Dibandingkan dengan limbah yang dihasilkan oleh unit proses, karakter limbah dari unit utilitas ini lebih lunak terhadap lingkungan [Smith dan Petela, 1992b]. Akan tetapi, jumlah limbah yang dihasilkan oleh unit utilitas umumnya lebih banyak daripada jumlah limbah yang berasal dari unit proses. Sumber limbah dari unit utilitas dapat digolongkan menjadi: 1. Utilitas panas (hot utilities): furnace, steam boiler, turbin gas, mesin diesel. Limbahnya berupa hasil pembakaran, yaitu gas (CO 2, SO 2, NO x ) dan abu (ash), serta blowdown air dari boiler. 2. Utilitas dingin (cold utilities): unit pengolahan air (endapan hasil sedimentasi, regenerasi penukar ion, proses biologi anaerobik dan aerobik), sistem pendingin air tersirkulasi (blowdown dari cooling tower). Karena unit utilitas berfungsi menyediakan energi (panas, listrik) dan materi fluida utilitas (air pendingin, air proses) untuk unit proses, maka prinsip minimalisasi limbah di utilitas juga menyangkut minimalisasi konsumsi energi dan materi fluida di unit proses. Efisiensi energi proses Pada dasarnya, konsumsi energi yang berlebihan di unit proses juga akan menghasilkan limbah yang banyak dari utilitas, karen pembangkitan energi berasal dari proses pembakaran. Misalnya pada steam boiler, bila steam yang diproduksi banyak, maka gas hasil pembakaran dan abu juga banyak. Oleh karena itu, untuk menekan limbah yang dihasilkan oleh unit utilitas, pemanfaatan panas (heat recovery) yang maksimum di unit proses harus ditingkatkan (dengan prinsip integrasi panas). Pengurangan emisi gas hasil pembakaran Rochmadi 29 STTN-BATAN & PTAPB-BATAN

7 Bila unit utilitas membangkitkan energi panas (steam boiler, furnace) terpisah dengan pembangkit listrik (turbin gas, mesin diesel), emisi gas hasil pembakaran berasal dari dua sumber. Sebagai contoh, sebuah furnace menghasilkan panas 1MW kg CO 2 /jam per MW panas. Sebuah unit pembangkit listrik menghasilkan 400 kw kg CO 2 /jam per MW. Dengan menggunakan turbin gas cogeneration, energi yang dihasilkan berupa panas 1MW + listrik 400 kw, dengan emisi 500 kg CO 2 /jam per MW panas. Oleh karena itu, penggunaan pembangkit energi cogeneration akan meningkatkan efisiensi. Penggantian jenis bahan bakar Bahan bakar padat sudah dikenal dengan emisi yang tinggi dari SO 2 dan NO x serta abu terbang. Oleh karena itu, penggantian bahan bakar padat dengan bahan bakar gas bisa mengurangi itu semua, hanya saja harga bahan bakar gas lebih mahal, sehingga hal ini perlu dioptimasi (trade-off). Pengurangan limbah dari sistem pemanas dengan steam Selain emisi gas hasil pembakaran dari steam poiler, limbah juga berasal dari unit pengolah air umpan boiler (regenerasi penukar ion, pencucian filter), blowdown dari boiler, dan kondensat yang dibuang karena tidak memenuhi syarat untuk didaurulang lagi. Limbah dari sistem ini dapat dikurangi dengan pengurangan konsumsi steam di unit proses (integrasi panas di unit proses), perbaikan sistem daurulang kondensat (agar kondensat tidak banyak dibuang) dan integrasi panas di sistem boiler (sistem cogeneration). Pengurangan limbah dari sistem pendingin air tersirkulasi Selain kehilangan air karena penguapan, cooling tower selalu membuang (blowdown) sebagian air pendingin yang mengandung bahan corrosion inhibitor, anti scale agent, biocides, agar kadar padatan terlarutnya tidak meningkat. Untuk mengurangi jumlah air blowdown ini, kecepatan sirkulasi air pendingin harus dikurangi (pembuangan panas di unit proses dikurangi). Artinya, pemanfaatan panas (heat recovery) di unit proses juga perlu ditingkatkan. Alternatif lain untuk mengurangi limbah air dari sistem pendingin ini adalah mengganti sistem pendingin air dengan sistem pendingin udara. dihasilkan oleh pabrik, yang didasari oleh teknologi proses bersih. Prinsip teknologi proses bersih diterapkan sejak perancangan proses pabrik, bukan setelah pabrik didirikan. Teknologi proses bersih mendasarkan pada minimalisasi limbah dari tiap sumbernya, yaitu dari unit proses (reaktor, unit operasi, proses operasi spesifik) dan unit utilitas, dimana kedua unit ini saling berpengaruh. DAFTAR PUSTAKA 1. Edgar, T.F., Himmelblau, D.M., and Lasdon, L.S., (2001), Optimization of Chemical Processes, McGraw-Hill, Inc., New York. 2. Harper, J.I., (1954), Chemical Engineering in Practice, Reinhold Publishing Corp., New York. 3. Resnick, W., (1981), Process Analysis and Design for Chemical Engineers, McGraw-Hill, Inc., New York. 4. Seider, W.D., Seader, J.D., Lewin, D.R. and Widagdo, S., (2010), Product and Process Design Principles: Synthesis, Analysis and Evaluation, 3 rd ed., John Wiley and Sons, Inc., New York. 5. Smith, R., (2005), Chemical Process Design and Integration, John Wiley and Sons, Inc., New York. 6. Smith, R. and Petela, E.A., (1991a), Waste minimization in the process industries, Part 1: The problem. Chem. Eng., 506: Smith, R. and Petela, E.A., (1991b), Waste minimization in the process industries, Part 2: Reactors. Chem. Eng., 509/510: Smith, R. and Petela, E.A., (1991c), Waste minimization in the process industries, Part 3: Separation and recycle system. Chem. Eng., 513: Smith, R. and Petela, E.A., (1992a), Waste minimization in the process industries, Part 4: Process operations. Chem. Eng., 517: Smith, R. and Petela, E.A., (1992b), Waste minimization in the process industries, Part 5: Utility waste. Chem. Eng., 523: Turton, R., Bailie, R.C., Whiting, W.B. and Shaeiwitz, J.A., (2009), Analysis, Synthesis, and Design of Chemical Processes, Pearson Education, Inc., Boston. 12. Zlokarnik, M., (2002), Scale-up in Chemical Engineering, Wiley-VCH Verlag GmbH, Weinheim. RINGKASAN Konsep pengelolaan limbah pabrik perlu bergeser, dari pengolahan limbah yang dihasilkan oleh pabrik menjadi minimalisasi limbah yang STTN-BATAN & PTAPB BATAN 30 Rochmadi

KONTRAK PERKULIAHAN 1. Manfaat Mata Kuliah 2. Deskripsi Mata Kuliah 3. Tujuan Instruksional 4. Strategi Perkuliahan

KONTRAK PERKULIAHAN 1. Manfaat Mata Kuliah 2. Deskripsi Mata Kuliah 3. Tujuan Instruksional 4. Strategi Perkuliahan KONTRAK PERKULIAHAN Nama Mata Kuliah : Perencanaan dan Perancangan Sistem Proses Kimia Kode Mata Kuliah : KMA 334 Pengajar : Taharuddin, S.T., M.Sc. dan Heri Rustamaji, S.T., M.Eng. Semester : VI 1. Manfaat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES 16 BAB II DESRIPSI PROSES II.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk II.1.1. Spesifikasi Bahan Baku Nama Bahan Tabel II.1. Spesifikasi Bahan Baku Propilen (PT Chandra Asri Petrochemical Tbk) Air Proses (PT

Lebih terperinci

B T A CH C H R EAC EA T C OR

B T A CH C H R EAC EA T C OR BATCH REACTOR PENDAHULUAN Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku tert-butyl alkohol (TBA) Wujud Warna Kemurnian Impuritas : cair : jernih : 99,5% mol : H 2 O

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Judul mata Kuliah : Perencanaan dan Perancangan Sistem Proses Kimia Kode Mat akuliah/sks : KMA 334/4 Deskripsi Singkat : Mata Kuliah ini membahas tentang : Perumusan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Bahan Baku 1. Gliserin (C3H8O3) Titik didih (1 atm) : 290 C Bentuk : cair Spesific gravity (25 o C, 1atm) : 1,261 Kemurnian : 99,5 %

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Kata Pengantar... iv. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Kata Pengantar... iv. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Daftar Gambar... v vi vii DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... v Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xii Intisari... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Pendirian

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna BAB II DESKRIPSI PROSES 1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 1.1. Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (www.kaltimmethanol.com) Fase (25 o C, 1 atm) : cair Warna : jernih, tidak berwarna Densitas (25 o C)

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES II.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung, dan Produk Spesifikasi Bahan Baku 1. Metanol a. Bentuk : Cair b. Warna : Tidak berwarna c. Densitas : 789-799 kg/m 3 d. Viskositas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN Dalam pengamatan awal dilihat tiap seksi atau tahapan proses dengan memperhatikan kondisi produksi pada saat dilakukan audit energi. Dari kondisi produksi tersebut selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi yang sangat tinggi pada saat ini menimbulkan suatu pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu mengurangi pemakaian bahan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku 2.1.1.1. Ethylene Dichloride (EDC) a. Rumus Molekul : b. Berat Molekul : 98,96 g/mol c. Wujud : Cair d. Kemurnian

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN INTEGRASI PROSES KIMIA

SINTESIS DAN INTEGRASI PROSES KIMIA SINTESIS DAN INTEGRASI PROSES KIMIA Design 2 1. Conceptual design: develop a preliminary flowsheet using approximate methods. 2. Preliminary design: use rigorous simulators to evaluate steady- state and

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75.

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75. A. LATAR BELAKANG BAB I PENGANTAR Saat ini Asia Tenggara adalah produsen biodiesel terbesar di Asia dengan total produksi 1.455 juta liter per tahun. Hal ini didukung dengan ketersediaan tanaman kelapa,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Batu bara merupakan mineral organik yang mudah terbakar yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap dan kemudian mengalami perubahan bentuk akibat proses fisik

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Proses Pembuatan Trimetiletilen Secara umum pembuatan trimetiletilen dapat dilakukan dengan 2 proses berdasarkan bahan baku yang digunakan, yaitu pembuatan trimetiletilen dari n-butena

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Maleic Anhydride dari Butana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Maleic Anhydride dari Butana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang meningkatkan pembangunan di berbagai bidang, salah satunya di bidang industri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

PENGANTAR TEKNIK KIMIA JOULIE

PENGANTAR TEKNIK KIMIA JOULIE PENGANTAR TEKNIK KIMIA JOULIE Chemical Engineering PENGANTAR TEKNIK KIMIA Chemical Engineering 11 Kompetensi : Memiliki kemampuan mengenal secara umum peranan, manfaat dan resiko industri kimia. Memiliki

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses Proses pembuatan Metil Laktat dengan reaksi esterifikasi yang menggunakan bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 % BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku a. Metanol (PT. KMI, 2015) Fase : Cair Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI NME D3 Sperisa Distantina 1 BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI Definisi Teknik Kimia: Pemakaian prinsip-prinsip fisis bersama dengan prinsip-prinsip ekonomi dan human relations ke bidang yang menyangkut

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. JENIS-JENIS PROSES Proses pembuatan metil klorida dalam skala industri terbagi dalam dua proses, yaitu : a. Klorinasi Metana (Methane Chlorination) Reaksi klorinasi metana terjadi

Lebih terperinci

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T.

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. Pembuatan Gula Berapa banyak air yang dihilangkan didalam evaporator (lb/jam)? Berapa besar fraksi massa komponen-komponen dalam arus buangan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku 1. Benzena a. Rumus molekul : C6H6 b. Berat molekul : 78 kg/kmol c. Bentuk : cair (35 o C; 1 atm) d. Warna :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan bakar fosil telah banyak dilontarkan sebagai pemicu munculnya BBM alternatif sebagai pangganti BBM

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku Etanol Fase (30 o C, 1 atm) : Cair Komposisi : 95% Etanol dan 5% air Berat molekul : 46 g/mol Berat jenis :

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan BAB I PENGANTAR Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisat yang paling penting secara komersial, disamping

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, September Penyusun,

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, September Penyusun, KATA PENGANTAR Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya kepada penyusun, sehingga penyusunan Tugas Akhir dengan judul Pra Rancangan Pabrik Aseton dari

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku 1. Acrylonitrile Fase : cair Warna : tidak berwarna Aroma : seperti bawang merah dan bawang putih Specific gravity

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM DIFOSFAT HEPTAHIDRAT DARI NATRIUM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM DIFOSFAT HEPTAHIDRAT DARI NATRIUM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT KAPASITAS TON / TAHUN LAPOARAN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM DIFOSFAT HEPTAHIDRAT DARI NATRIUM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT KAPASITAS 85.000 TON / TAHUN Oleh : Suciati D 500 020 039 Dosen Pembimbing 1. Ir. Endang Mastuti

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI PROPILEN DAN TERT-BUTIL HIDROPEROKSIDA KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI PROPILEN DAN TERT-BUTIL HIDROPEROKSIDA KAPASITAS TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI PROPILEN DAN TERT-BUTIL HIDROPEROKSIDA KAPASITAS 40.000 TON/TAHUN Disusun Oleh : 1. Dita Kusuma Yuswardani ( I 0511017) 2. Shofwatun Nida ( I 0511048)

Lebih terperinci

SKRIPSI PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA

SKRIPSI PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA PRA RANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL KAPASITAS 25.000 TON/TAHUN SKRIPSI PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA Disusun Oleh : Rezeki Dewantari Y 121080057 Dian Geta 121080078 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan:

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Metil alkohol atau yang lebih dikenal dengan sebutan metanol merupakan produk industri hulu petrokimia yang mempunyai rumus molekul CH3OH. Metanol mempunyai berat

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK FURFURAL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT KAPASITAS 20.000 TON/TAHUN Oleh : Yosephin Bening Graita ( I 0509043 ) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON PER TAHUN LAPORAN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS 25.000 TON PER TAHUN Oleh : SULASTRI Dosen Pembimbing: 1. Ir. H. Haryanto AR, M.S. 2. Dr.

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 52 BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik PEA adalah unit pengadaan air, unit

Lebih terperinci

PABRIK GLISEROL DARI COTTON SEED OIL DENGAN PROSES HIDROLISA KONTINYU

PABRIK GLISEROL DARI COTTON SEED OIL DENGAN PROSES HIDROLISA KONTINYU PABRIK GLISEROL DARI COTTON SEED OIL DENGAN PROSES HIDROLISA KONTINYU Penyusun : Riyo Eko Prasetyo 2307030067 Wicaksono Ardi Nugroho 2307030078 Dosen Pembimbing : Ir. Elly Agustiani, M. Eng 19580819 198503

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL AKRILAT DARI ASAM AKRILAT DAN N-BUTANOL MENGGUNAKAN DISTILASI REAKTIF KAPASITAS 60.

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL AKRILAT DARI ASAM AKRILAT DAN N-BUTANOL MENGGUNAKAN DISTILASI REAKTIF KAPASITAS 60. TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL AKRILAT DARI ASAM AKRILAT DAN N-BUTANOL MENGGUNAKAN DISTILASI REAKTIF KAPASITAS 60.000 TON/TAHUN Disusun Oleh : Jemy Harris P.P. I 0508097 Nugroho Fajar Windyanto

Lebih terperinci

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ANILINE

PRARANCANGAN PABRIK ANILINE perpustakaan.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Prarancangan Pabrik Aniline dari Hidrogenasi Nitrobenzene Fase Uap KATA PENGANTAR Segala puji syukur kepada Allah SWT, hanya karena

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN KALOR DI UNIT PRESSING PT. BIMOLI BITUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE PINCH

ANALISIS KESEIMBANGAN KALOR DI UNIT PRESSING PT. BIMOLI BITUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE PINCH ANALISIS KESEIMBANGAN KALOR DI UNIT PRESSING PT. BIMOLI BITUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE PINCH Kennie A. Lempoy ABSTRAK Metode Pinch merupakan salah satu bentuk konservasi energi, dimana metode ini memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES II. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk II... Spesifikasi bahan baku. Epichlorohydrin Rumus Molekul : C 3 H 5 OCl Wujud : Cairan tidak berwarna Sifat : Mudah menguap Kemurnian : 99,9%

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON PER TAHUN LAPORAN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS 20.000 TON PER TAHUN Oleh : DETI PRIHATINI Dosen Pembimbing: 1. Ir. H. Haryanto AR, MS 2.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan - 1 -

Bab I Pendahuluan - 1 - Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pada saat ini, pengoperasian reaktor unggun diam secara tak tunak telah membuka cara baru dalam intensifikasi proses (Budhi, 2005). Dalam mode operasi ini, reaktor

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK VINYL ACETATE DARI ACETYLENE DAN ACETIC ACID KAPASITAS TON/TAHUN

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK VINYL ACETATE DARI ACETYLENE DAN ACETIC ACID KAPASITAS TON/TAHUN perpustakaan.uns.ac.id TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK VINYL ACETATE DARI ACETYLENE DAN ACETIC ACID KAPASITAS 80.000 TON/TAHUN Disusun Oleh : 1. Risma Sappitrie ( I0511045 ) 2. Trias Ayu Laksanawati (

Lebih terperinci

PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES

PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES PABRIK PUPUK UREA DARI NH 3 DAN CO 2 DENGAN PROSES ACES Penyusun : Any Mas ulah 2307 030 077 Vera Laily Rahmah 2307 030 087 Dosen Pembimbing : Ir. Dyah Winarni Rahaju, MT 19510403 198503 2 001 SEJARAH

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES.1 Jenis-jenis bahan baku dan proses Proses pembuatan VAM dapat dibuat dengan dua proses, yaitu proses asetilen dan proses etilen. 1. Proses Dasar Asetilen Reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang sangat berperan dalam berbagai industri. Air pendingin dalam cooling tower system didistribusikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan amoniak di dunia terus bertambah, dari 56,9 juta ton pada tahun 1976 menjadi 108 juta ton pada tahun 2002 (Kramer, 2004). Kebutuhan akan amoniak akan terus

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK KARBON DISULFIDA DARI METANA DAN BELERANG KAPASITAS TON/TAHUN

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK KARBON DISULFIDA DARI METANA DAN BELERANG KAPASITAS TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK KARBON DISULFIDA DARI METANA DAN BELERANG KAPASITAS 40.000 TON/TAHUN Oleh : DienNurfathia UlfaHardyanti I0509012 I0509041 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK VINYL CHLORIDE MONOMER DENGAN PROSES PIROLISIS ETHYLENE DICHLORIDE KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK VINYL CHLORIDE MONOMER DENGAN PROSES PIROLISIS ETHYLENE DICHLORIDE KAPASITAS TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK VINYL CHLORIDE MONOMER DENGAN PROSES PIROLISIS ETHYLENE DICHLORIDE KAPASITAS 150.000 TON/TAHUN Oleh: Andri Pratama Salim Kukuh Eka Prasetya I0512007 I0512031 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK BUTENA-1 DENGAN PROSES DEHIDROGENASI N-BUTANA KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK BUTENA-1 DENGAN PROSES DEHIDROGENASI N-BUTANA KAPASITAS TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK BUTENA-1 DENGAN PROSES DEHIDROGENASI N-BUTANA KAPASITAS 60.000 TON/TAHUN Oleh : Annisa Shanti Rahmani I 0510004 Fitri Rista Riana I 0510016 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan suatu kebutuhan utama dalam setiap aspek kehidupan. Energi listrik merupakan alat utama untuk menggerakkan aktivitas produksi suatu pabrik. Demikian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK SIKLOHEKSANA DENGAN PROSES HIDROGENASI BENZENA KAPASITAS TON PER TAHUN

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK SIKLOHEKSANA DENGAN PROSES HIDROGENASI BENZENA KAPASITAS TON PER TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK SIKLOHEKSANA DENGAN PROSES HIDROGENASI BENZENA KAPASITAS 26.000 TON PER TAHUN Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata I Fakultas Teknik

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan

II. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan II. DESKIPSI POSES A. Jenis - Jenis Proses a) eaksi Acetylene (C2H2) dengan Hydrogen Chloride (HCl) Menurut Nexant s ChemSystem Process Evaluation/ esearch planning (2007), metode pembuatan VCM dengan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1. Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan industri di Indonesia terus meningkat, termasuk di dalamnya industri kimia. Perkembangan ini menuntut peningkatan unsur-unsur penunjang industri

Lebih terperinci

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan SINTESIS BUTANOL Salah satu jenis produksi industri kimia yang dibutuhkan dalam jumlah yang terus meningkat adalah industri n-butanol. n-butanol yang memiliki rumus kimia C 4 H 9 OH, merupakan produk hasil

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 44.000 TON / TAHUN MURTIHASTUTI Oleh: SHINTA NOOR RAHAYU L2C008084 L2C008104 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Definisi Teknik Kimia

Definisi Teknik Kimia Definisi Teknik Kimia 1. Menurut Anggaran Dasar AIChE ( American Institute of Chemical Engineers) Teknik Kimia adalah Profesi dimana pengetahuan tentang matematika, kimia dan pengetahuan lainnya, yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ISOPROPIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ISOPROPANOL KAPASITAS TON/TAHUN

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ISOPROPIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ISOPROPANOL KAPASITAS TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ISOPROPIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ISOPROPANOL KAPASITAS 25.000 TON/TAHUN Oleh: Wayan Swarte I 0506066 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES NC-(CH 2 ) 4 -CN + 4 H 2 O. Reaksi menggunakan katalisator dari komponen fosfor, boron, atau silica gel.

II. DESKRIPSI PROSES NC-(CH 2 ) 4 -CN + 4 H 2 O. Reaksi menggunakan katalisator dari komponen fosfor, boron, atau silica gel. II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Adiponitril dibuat dengan beberapa macam proses, antara lain (Kirk and Othmer,1952) : 1. Dari asam adipat dan amoniak HOOC-(CH 2 ) 4 -COOH + 2NH 3 NC-(CH 2 )

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK AMONIUM KLORIDA DARI AMONIUM SULFAT DAN SODIUM KLORIDA KAPASITAS 25.000 TON/TAHUN Oleh: Novalia Mustika Sari I 0508057 Ki Bagus Teguh Santoso I 0508098 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA 2.1. Peningkatan Kualitas Batubara Berdasarkan peringkatnya, batubara dapat diklasifikasikan menjadi batubara peringkat rendah (low rank coal) dan batubara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS

BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS NME D3 Sperisa Distantina 1 BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS Dalam industri kimia beberapa macam sistem aliran bahan dilakukan dengan tujuan antara lain: 1. menaikkan yield. 2. mempertinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Penyediaan energi listrik secara komersial yang telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON / TAHUN PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS 20.000 TON / TAHUN Disusun Oleh : Eka Andi Saputro ( I 0511018) Muhammad Ridwan ( I 0511030) PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

MAKALAH PENDADARAN PRARANCANGAN PABRIK CYCLOHEXANE DENGAN PROSES HYDROGENASI BENZENE KAPASITAS TON PER TAHUN

MAKALAH PENDADARAN PRARANCANGAN PABRIK CYCLOHEXANE DENGAN PROSES HYDROGENASI BENZENE KAPASITAS TON PER TAHUN MAKALAH PENDADARAN PRARANCANGAN PABRIK CYCLOHEXANE DENGAN PROSES HYDROGENASI BENZENE KAPASITAS 70.000 TON PER TAHUN Oleh : PAMEDAR WASKITO TOMO D 500 010 049 Dosen Pembimbing : 1. Akida Mulyaningtyas,

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai

II. DESKRIPSI PROSES. Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai II. DESKRIPSI PROSES 2.1 Macam Macam Proses 1. Proses Formaldehid Du Pont Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai berikut : CH 2 O + CO + H 2 O HOCH 2 COOH 700 atm HOCH 2 COOH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bisnis kilang modern yang sangat dinamis dan kompetitif (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki performance operasionalnya

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik metil tersier butil eter adalah unit

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Etil Akrilat dari Asam Akrilat dan Etanol Kapasitas ton/tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus molekul : C2H5OH

Prarancangan Pabrik Etil Akrilat dari Asam Akrilat dan Etanol Kapasitas ton/tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus molekul : C2H5OH DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Spesifikasi Bahan Baku Utama a. Etanol Sifat fisis : Rumus molekul : C2H5OH Berat molekul, gr/mol : 46,07 Titik didih, C : 78,32 Titik lebur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia saat ini sedang berusaha untuk tumbuh dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki negara agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG 2002 Belyamin Posted 29 December 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT PROSES ESTERIFIKASI DENGAN KATALIS H 2 SO 4 KAPASITAS 18.000 TON/TAHUN Oleh : EKO AGUS PRASETYO 21030110151124 DIANA CATUR

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis CH 3 -O-CH 3 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng 1. Agistira Regia Valakis 2310 030 009 2. Sigit Priyanto

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN. Dosen Pengasuh : Yuli Darni, S.T., M.T.

KONTRAK PERKULIAHAN. Dosen Pengasuh : Yuli Darni, S.T., M.T. KONTRAK PERKULIAHAN Mata kuliah : Proses Industri Kimia Dosen Pengasuh : Yuli Darni, S.T., M.T. JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVWERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2009 KONTRAK PERKULIAHAN Mata Kuliah

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN KATALIS ASAM SULFAT KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN KATALIS ASAM SULFAT KAPASITAS TON PER TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN KATALIS ASAM SULFAT KAPASITAS 50.000 TON PER TAHUN Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Teknik Strata

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara 11 II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara lain : 1. Pembuatan Metil Akrilat dari Asetilena Proses pembuatan metil akrilat adalah

Lebih terperinci

RESUME PENGAWASAN K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN

RESUME PENGAWASAN K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN RESUME PENGAWASAN K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang

Lebih terperinci

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU) MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU) DEFINISI PLTGU PLTGU merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga gas dan uap. Jadi disini sudah jelas ada dua mode pembangkitan. yaitu pembangkitan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Maret 2012 Penyusun, iii

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Maret 2012 Penyusun, iii KATA PENGANTAR Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya kepada penyusun, sehingga penyusunan Tugas Akhir dengan judul Pra Rancangan Pabrik Asam Benzoat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus Molekul : C 3 H 4 O 2

BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus Molekul : C 3 H 4 O 2 BAB II DESKRIPSI PROSES II.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk II.1.1. Spesifikasi Bahan Baku A. Asam Akrilat (PT. Nippon Shokubai) : Nama IUPAC : prop-2-enoic acid Rumus Molekul : C 3 H 4 O 2 Berat Molekul

Lebih terperinci