Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan"

Transkripsi

1

2 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2012 A. Penguatan Implementasi SAKIP BKN Tahun 2012 Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi birokrasi yang berorientasi pada pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Badan Kepegawaian Negara berkomitmen untuk mewujudkan akuntabilitas kinerja di lingkungannya melalui upaya penguatan terhadap implementasi SAKIP BKN. Upaya yang dilakukan oleh BKN dalam rangka penguatan implementasi SAKIP di tahun 2012 adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan kualitas rencana strategis di lingkungan BKN melalui penyempurnaan atau perbaikan terhadap rencana strategis BKN dengan merevisi rencana strategis BKN tahun yang meliputi revisi terhadap visi, misi, tujuan, sasaran strategis, dan indikator kinerja utama. Revisi terhadap rencana strategis BKN tahun disusun dengan melibatkan seluruh unit kerja di lingkungan BKN. Revisi rencana strategis BKN diarahkan pada upaya untuk memacu peningkatan kinerja seluruh unit kerja serta memperhatikan pemenuhan terhadap harapan seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) BKN. 2) Perbaikan terhadap indikator kinerja utama (IKU) seluruh unit kerja di lingkungan BKN dan meningkatkan pemahaman unit kerja terhadap pentingnya menetapkan indikator kinerja utama secara tepat agar dapat menjadi tolok ukur keberhasilan dan pencapaian kinerja unit kerja. 3) Menyusun Penetapan Kinerja BKN yang diarahkan pada hasil yang ingin dicapai. Penetapan kinerja BKN disusun melalui proses pembahasan

3 dengan seluruh unit kerja di lingkungan BKN dengan menekankan pada upaya peningkatan kinerja dan pencapaian terhadap target kinerja yang telah ditetapkan oleh unit kerja. Perhatian serius Badan Kepegawaian Negara terhadap kualitas penyusunan penetapan kinerja seluruh unit kerja di lingkungannya ditunjukkan dengan dilakukannya penandatanganan secara serentak penetapan kinerja atau perjanjian kinerja tahun 2013 seluruh unit kerja di lingkungan BKN pada tanggal 7 Januari ) Membangun aplikasi Sistem Informasi Akuntabilitas Kinerja Badan Kepegawaian Negara (SIAK BKN) yang digunakan untuk mengendalikan dan memantau capaian kinerja dan realisasi anggaran secara berkala seluruh unit kerja di lingkungan BKN dan dipantau langsung oleh seluruh pimpinan di BKN. Aplikasi SIAK BKN dibangun dengan menggunakan aplikasi berbasis web yang berjalan di jalur internet sehingga dapat diakses dimanapun dan kapanpun menggunakan peralatan komputer atau perangkat mobile yang terhubung dengan jaringan internet. SIAK BKN dapat diakses melalui alamat: Gambar 3.1 Aplikasi Sistem Informasi Akuntabilitas Kinerja Badan Kepegawaian Negara (SIAK BKN) 5) Mendorong seluruh unit kerja untuk memanfaatkan LAKIP, baik di tingkat lembaga, maupun di tingkat eselon I dan eselon II mandiri untuk

4 menjadi bahan evaluasi dan perbaikan perencanaan ke depannya sehingga dapat terwujud kinerja yang optimal seluruh unit kerja di lingkungan BKN. 6) Menerapkan Sistem Penilaian Prestasi Kerja PNS berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2011 dengan mewajibkan seluruh PNS di lingkungan BKN untuk menyusun Sasaran Kerja Pegawai (SKP) yang mengacu pada penetapan kinerja/ kontrak kinerja unit kerja yang telah ditetapkan. 7) Melakukan evaluasi terhadap indikator kinerja seluruh unit kerja di lingkungan BKN, baik ditingkat lembaga maupun unit kerja agar lebih relevan, menggambarkan hasil, dan dapat diukur secara obyektif serta menyelaraskan antara indikator kinerja lembaga dengan unit kerja dibawahnya melalui evaluasi terhadap indikator kinerja yang ada, mengganti beberapa indikator kinerja yang kurang relevan, dan menetapkan indikator kinerja baru yang lebih menggambarkan hasil dan terukur. 8) Mendorong peningkatan kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja di lingkungan BKN yang dilaksanakan oleh Inspektorat BKN selaku pengawas internal dan menyusun pedoman evaluasi kinerja di lingkungan BKN untuk digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan evaluasi kinerja sehingga dapat terwujud evaluasi kinerja yang berkualitas. 9) Meningkatkan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja melalui kegiatan kursus dan pelatihan manajemen strategis dan pengenalan metode Balance Score Card untuk meningkatkan kualitas perencanaan kinerja di lingkungan BKN. B. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2012 Berdasarkan hasil pengukuran kinerja yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Negara di tahun 2012, maka diperoleh capaian kinerja sebagaimana pada tabel 3.1 berikut ini.

5 Tabel 3.1 Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2012 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % I Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian. 1. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya. 30% 40% 133% 2. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya. 10% 8,67% 87% 3. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di lingkungannya. 14% 13,22% 94% 4. Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai NSP. 30% 32,67% 109% II Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal. 1. Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen dan promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT). 20 instansi 59 instansi 393% 2. Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis kepegawaian. 150 analis 348 analis 232% III Meningkatkan kualitas rumusan perundangundangan kepegawaian. 1. Jumlah rumusan peraturan perundangundangan yang diselesaikan. 11 naskah 27 naskah 245%

6 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % IV Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi. 1. Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan kepegawaian. 79 (Baik) 80,94 (Baik) 102% V Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi. 1. Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data pokok pegawai. 75% 75% 100% 2. Persentase Instansi Pemerintah yang telah terintegrasi dengan sistem aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK). 3. Persentase instansi/ stakeholders yang telah menggunakan sistem KPE. 100% 75% 98,39% 83,14% 98,4% 110,8% VI Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian kepegawaian. 1. Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundangundangan bidang kepegawaian. 30% 31,8% 106% VII Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya, serta pengelolaan administrasi. 1. Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN. 2. Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN. B WTP 54,59 (CC) WTP 84% 100% 3. Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi. 60% 60% 100% 4. Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai standar. 100% 100% 100% 5. Indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan informasi BKN. Baik Baik 100%

7 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % VIII Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor. 1. Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor yang tersedia. Baik Baik 100% 2. Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana. 70% 70% 100% C. Analisis Pencapaian Kinerja Sasaran I : Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian. Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian sasaran meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Capaian Kinerja Sasaran I Sasaran I : Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian. Indikator Kinerja Utama (IKU) 1. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya. 2. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi NA NA NA NA 30% 40% 5% 6,10% 10% 7,33% 10% 8,67%

8 Sasaran I : Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian. Indikator Kinerja Utama (IKU) 3. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di lingkungannya Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 10% 10,4% 12% 11,24% 14% 13,2% 4. Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai NSP. 20% 18,40% 25% 26,60% 30% 32,67% a. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya. Indikator kinerja persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya digunakan untuk mengukur berapa banyak instansi pemerintah baik pusat dan daerah yang telah melaksanakan penataan kepegawaian.

9 Tahun 2012 BKN menargetkan sebanyak 30% instansi pemerintah yang berjumlah saat ini sebanyak 607 instansi baik pusat maupun daerah melaksanakan penataan kepegawaian. Dari target yang ditetapkan tersebut, BKN dapat melebihi target dengan capaian sebesar 40% instansi atau sebanyak 240 instansi. Berdasarkan data tahun sebelumnya, di tahun 2010 dan 2011 BKN masih dalam tahap persiapan penyusunan pedoman penataan kepegawaian. Oleh karena itu di tahun tersebut belum ada instansi yang melaksanakan kegiatan penataan pegawai. Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi dan mengoptimalkan kinerja PNS serta efisiensi anggaran belanja pegawai yang telah ada, maka perlu dilakukan penataan organisasi dan penataan PNS (rightsizing). Hal tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui pemberlakuan Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Keuangan tentang Penundaan Sementara Penerimaan Calon PNS, dimana dalam masa penundaan sementara tersebut (1 September 2011 sampai dengan 31 Desember 2012), setiap Instansi Pemerintah (Pusat dan Daerah) diwajibkan melakukan penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang tepat berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja, dan evaluasi jabatan. Selain itu, masingmasing instansi pemerintah juga diwajibkan melakukan distribusi pegawai dan menyusun proyeksi kebutuhan PNS selama lima tahun ke depan yang pemenuhannya dilakukan secara berkesinambungan dengan sasaran prioritas per tahun yang jelas sesuai dengan kemampuan keuangan negara dan hasilnya disampaikan paling lambat 30 Juni Sebagai tindak lanjut dari implementasi kebijakan tersebut, pada tahap awal Badan Kepegawaian Negara secara fungsional melakukan upaya-upaya persiapan, yakni dengan menyiapkan kompetensi seluruh jajaran instansi pemerintah, khususnya pejabat pengelola kepegawaian dan organisasi serta tata laksana agar memiliki keahlian dan

10 keterampilan dalam pelaksanaan penataan dan pemetaan kebutuhan PNS di lingkungan masing-masing. Dengan pertimbangan dasar tersebut maka Badan Kepegawaian Negara perlu menyelenggarakan Pelatihan (workshop) Analisis Jabatan, Analisis Beban Kerja, dan Evaluasi Jabatan pada setiap instansi pemerintah. Dengan demikian, diharapkan masingmasing instansi pemerintah dapat melakukan penataan dan pemetaan kebutuhan PNS secara efektif dan efisien berbasis kebutuhan riil dalam kerangka reformasi birokrasi. Badan Kepegawaian Negara secara fungsional menyelenggarakan Pelatihan (workshop) Analisis Jabatan, Analisis Beban Kerja, dan Evaluasi Jabatan yang diikuti oleh PNS instansi pusat dan daerah. Workshop diselenggarakan sebanyak 25 angkatan telah menghasilkan alumni sebanyak orang yang dididik oleh para fasilitator kepegawaian di BKN. Gambar 3.2 Fasilitator Membimbing Peserta Dalam Praktek Pembuatan Analisis Jabatan Pada Pelatihan (Workshop) Analisis Jabatan, Analisis Beban Kerja, Dan Evaluasi Jabatan di Kupang, NTT. Diselenggarakannya workshop nasional berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 26 Tahun 2012 tentang Pedoman Penghitungan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil untuk daerah

11 bertujuan agar instansi dapat melakukan penghitungan kebutuhan pegawai dengan tepat dan cepat (quick count). Dengan diberlakukannya kebijakan moratorium CPNS dan lebih selektifnya pertimbangan tambahan formasi CPNS, maka hal tersebut di atas berdampak pada menurunnya jumlah Pegawai Negeri Sipil yang semula berjumlah (Oktober 2012) menjadi (Desember 2012) sehingga berkurang (4.03%). Sebagai tindak lanjut dari kegiatan Workshop Penataan PNS sebagaimana yang dijelaskan di atas, setiap Instansi Pemerintah telah menyampaikan Laporan Hasil Penghitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil beserta kelengkapannya sebagaimana tersaji pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah menyampaikan Laporan Hasil Penghitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil beserta kelengkapannya. (Data Desember 2012) KELENGKAPAN DOKUMEN HASIL PENGHITUNGAN KEBUTUHAN PEGAWAI INSTANSI ANALISIS JABATAN ANALISIS BEBAN KERJA PETA JABATAN RENCANA REDISTRIBUSI PEGAWAI PROYEKSI KEBUTUHAN PEGAWAI LIMA TAHUN Pusat Daerah JUMLAH SELURUHNYA Tabel tersebut menunjukkan bahwa dengan terselenggaranya workshop analisis jabatan dan analisis beban kerja secara nasional, instansi pemerintah dapat menyampaikan kelengkapan dokumen hasil penghitungan kebutuhan pegawai. Hal tersebut mencerminkan terjadinya peningkatan kemampuan SDM instansi yang bersangkutan dalam menyerap materi selama workshop dan mampu menyusun

12 dokumen dimaksud. Dari 76 Instansi Pusat yang sudah menyampaikan laporan hasil penghitungan jumlah kebutuhan pegawai adalah sebanyak 61 instansi, sedangkan yang telah dilakukan verifikasi berdasarkan data bezetting yang ada dari berbagai sumber sebanyak 76 instansi. Gambar 3.3 Penyerahan Sertifikat Oleh Sekretaris Utama BKN Kepada Peserta Pelatihan (Workshop) Analisis Jabatan, Analisis Beban Kerja, dan Evaluasi Jabatan dari Provinsi Papua di Kantor Regional IX BKN Jayapura. Penataan PNS merupakan isu penting yang sejak lama telah menjadi bahan pemikiran pemerintah, akan tetapi belum dilaksanakan secara optimal karena berbagai kendala di lapangan. Sehubungan dengan itu, Badan Kepegawaian Negara telah melaksanakan kegiatan pilot project (percontohan), yaitu sebuah kegiatan proyek percontohan pelaksanaan penataan PNS terhadap instansi pusat dan daerah yang hasilnya dapat digunakan oleh instansi pemerintah lainnya untuk melaksanakan penataan PNS. Pilot Project penataan PNS dilakukan melalui tahapan persiapan mencakup rasionalisasi kuantitas, analisis kesenjangan kualitas pegawai dan komposisi PNS. Tahapan selanjutnya yaitu pelaksanaan penataan PNS sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor

13 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan PNS, maka Kegiatan Pilot Project penataan PNS dilaksanakan dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut : 1) Menyusun Analisis Jabatan. 2) Menghitung Kebutuhan Pegawai. 3) Menyusun Analisis Kesenjangan Antara Syarat Jabatan dengan Profil Pegawai. 4) Menyusun Rekomendasi Penataan PNS. Tahap selanjutnya dilakukan analisis data yang kemudian hasilnya rekomendasi redistribusi/reposisi PNS dari unit organisasi yang kelebihan pegawai ke unit organisasi yang kekurangan pegawai sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah sebagai berikut : a) Untuk mendukung percepatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi, b) Untuk mengetahui jumlah kebutuhan PNS yang tepat baik kuantitas, kualitas, distribusi maupun komposisi, c) Sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan dan menetapkan formasi yang dibutuhan kedepan. Hasil dari kegiatan ini nantinya dapat digunakan sebagai : a) Rujukan/Acuan bagi instansi lain dalam melaksanakan Penataan PNS, b) Bahan untuk menentukan kebijakan perencanaan pegawai, c) Ketersediaan jumlah dan kualitas pegawai yang tepat dalam melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan secara efektif dan efisien.

14 Penataan PNS dilaksanakan pada Instansi Pusat, yaitu a) Badan Kepegawaian Negara, b) Arsip Nasional RI, Sedangkan pada Instansi Daerah, yaitu a) Provinsi Kalimantan Selatan, b) Kabupaten Sidoarjo, dan c) Kota Palembang. Penataan PNS yang dilaksanakan mencakup Penataan untuk jabatan Struktural dan Fungsional kecuali tenaga Guru dan tenaga Kesehatan. Melalui upaya monitoring dan evaluasi kegiatan penataan PNS pada instansi pusat dan daerah yang menjadi lokus pilot project tersebut diharapkan dapat meningkatkan manfaat dalam hal tersedianya mutu dan kualitas PNS yang memadai sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi (rightsizing). Disamping hal tersebut, dapat mengoptimalkan kinerja nyata organisasi dalam pelayanan publik sehingga tersedianya mutu dan kualitas PNS yang tepat akan dapat menjamin kesejahteraan PNS sekaligus efisiensi anggaran belanja pegawai. b. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya.

15 Indikator kinerja persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya digunakan untuk mengukur jumlah instansi pemerintah yang sudah menyusun dan menerapkan standar kompetensi. Tahun 2012 BKN menargetkan sebanyak 10% instansi dari sebanyak 607 instansi pusat dan daerah yang ada. Dari target yang ditetapkan tersebut, BKN dapat mencapai sebesar 8,67% atau sebanyak 52 instansi. Berdasarkan data tahun sebelumnya, instansi yang telah melaksanakan standar kompetensi jabatan pada tahun 2010 adalah 38 instansi atau 6,1% yang meningkat menjadi 44 instansi atau 7,33% pada tahun Dengan demikian, terdapat peningkatan jumlah instansi yang telah melaksanakan standar kompetensi jabatan dari tahun 2010 sampai dengan 2012 yang ditunjukkan pada grafik 3.2 di atas. BKN di tahun 2012 menargetkan pencapaian indikator kinerja persentase instansi pemerintah yang telah menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya sebesar 10%, hal ini dianggap realistis untuk kondisi saat ini dimana semangat perubahan masih terbatas pada instansi pemerintah pusat saja sementara di daerah lebih fokus pada urusan otonomi daerah khususnya perihal pemekaran wilayah. Pada tahun 2011 telah ada 44 instansi atau sekitar 7,33% instansi yang menerapkan standar kompetensi, dan tahun 2012 dari hasil kegiatan piloting penyusunan standar kompetensi teknis terdapat penambahan 8 instansi pemerintah yang telah menerapkan standar kompetensi di lingkungannya. Dengan demikian, dari 600 instansi pemerintah yang ada, sebanyak 8,67% instansi pemerintah yang telah menerapkan standar kompetensi. Dari data tersebut diketahui ada sekitar 548 instansi yang belum menerapkan standar kompetensi di lingkungannya. Beberapa kendala yang dihadapi diantaranya yaitu pengenalan kompetensi dikalangan instansi pemerintah selama ini hanya terbatas pada kompetensi manajerial/struktural saja, padahal selain kompetensi

16 tersebut telah ada standar kompetensi teknis/ kerja sehingga perlu sosialisasi yang lebih intensif lagi terhadap standar kompetensi manajerial maupun kompetensi teknis/ kerja tersebut di lingkungan instansi pusat maupun daerah. Kendala lain, belum teralokasi dana/anggaran BKN yang dikhususkan untuk kegiatan memfasilitasi standar kompetensi jabatan untuk instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah, termasuk masih terbatasnya jumlah pegawai yang memiliki kualifikasi sebagai fasilitator kompetensi yang mengakibatkan capaian tersebut belum sesuai harapan. Untuk mendukung pencapaian indikator kinerja, maka di tahun 2012 telah dilakukan beberapa kegiatan yaitu: 1) Kegiatan 1: Penyusunan Kamus Jabatan Fungsional Umum PNS. Jabatan fungsional umum sebagai salah satu komponen dalam struktur organnisasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan organisasi baik dari aspek kuantitas maupun kualitas pegawai yang menduduki jabatan tersebut. Untuk mempermudah pengelolaan manajemen kepegawaian hendaknya setiap jabatan fungsional umum didukung dengan informasi jabatan yang meliputi nama jabatan, uraian jabatan, syarat/ kualifikasi jabatan, standar kompetensi jabatan, dan nilai bobot jabatan. Keanekaragaman jabatan fungsional umum sering menjadi hambatan dalam penyusunan informasi jabatan terutama dalam penentuan syarat jabatan atau kualifikasi jabatan, selain itu sering dijumpai nama jabatan atau nomenklatur yang kurang relevan dengan tugas pokok dan fungsi jabatan yang bersangkutan. Terkait hal tersebut, dalam rangka mendukung pengelolaan manajemen kepegawaian secara nasional, maka BKN melakukan penyusunan Kamus Jabatan Fungsional Umum PNS yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi instansi baik pusat maupun daerah dalam memberikan nama jabatan fungsional umum di lingkungannya.

17 2) Kegiatan 2: Penyusunan Standar Kompetensi Sosial PNS. Tuntutan profesionalisme PNS dalam pelaksanaan tugas tidak terbatas pada kecerdasan berpikir (IQ) saja, akan tetapi juga dibutuhkan kemampuan dalam merefleksikan hubungan interpersonal seseorang dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya serta memberikan pengaruh kepada orang lain dalam mencapai tujuan tertentu yang disesuaikan dengan konteks sosial budaya, lingkungan dan situasi yang dihadapi, dirumuskan menjadi suatu kompetensi yaitu kompetensi sosial sehingga hal ini akan melengkapi jenis/ragam kompetensi yang telah ada sebelumnya. Terkait hal tersebut, BKN mempersiapkan rumusan tentang kompetensi sosial PNS yang bertujuan untuk mengatur jenis kompetensi sosial yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas PNS. 3) Kegiatan 3: Perumusan Jabatan Fungsional Tertentu Analis Jabatan. Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi yang meliputi perubahan pada 3 area yaitu: penguatan organisasi, penataan tata laksana, dan penataan sistem manajemen SDM Aparatur, tidak dapat terlepas pada suatu entitas yang disebut dengan jabatan. Dalam rangka penataan jabatan tersebut sangat dibutuhkan personil dengan kualifikasi yang cukup memadai untuk mendukung pelaksanaan penataan jabatan yang mencakup tugas analisis jabatan, analisis organisasi, analisis beban Kerja, evaluasi jabatan, perumusan standar kompetensi (Teknis dan Manajerial), serta kegiatan lain yang berada pada area penataan dan penguatan organisasi dan ketata laksanaan. Momen penting yang terkait dengan hal tersebut yaitu telah dilakukannya Workshop Nasional yang telah menghasilkan pegawai yang diharapkan dapat menduduki Jabatan Fungsional Analis Jabatan yang mempunyai tugas sebagaimana tersebut di atas. Terkait hal tersebut, BKN telah merumuskan rancangan peraturan tentang jabatan fungsional Analis Jabatan. Tujuan dari pelaksanaan

18 kegiatan ini adalah terumuskannya rancangan peraturan serta cakupan tugas-tugas analis jabatan. 4) Kegiatan 4: Perumusan Standar Kompetensi Teknis. Salah satu tantangan penting dalam pembenahan PNS yaitu membangun sosok PNS profesional. Secara spesifik pembinaan PNS dalam upaya peningkatan kemampuan dan kompetensi yang diukur antara lain dari kemampuan unjuk kerja pegawai yang bersumber kepada tiga aspek yaitu: pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Saat ini pembenahan jabatan yang berbasiskan kepada kompetensi kerja merupakan kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan, hal tersebut sebagai upaya dalam menyikapi fenomena yang terjadi saat ini seperti: masih banyak duplikasi pekerjaan yang dilakukan oleh banyak pegawai, belum terumuskannya fungsi jabatan, aspek pekerjaan masih berbasis pada jabatan serta belum ada pengukuran kemampuan kerja pegawai yang dibuktikan dengan hasil unjuk kerja. Menyikapi hal tersebut, BKN telah menyusun Standar Kompetensi Teknis PNS di tahun 2012 dan melakukan piloting penyusunan Standar Kompetensi Teknis PNS ke beberapa daerah dengan maksud dan tujuan untuk mengenalkan standar kompetensi teknis kepada instansi sekaligus melatih pegawai agar lebih terampil merumuskan standar kompetensi teknis.

19 Gambar 3.4 Acara pembukaan piloting Standar Kompetensi Kerja/Teknis PNS di Lingkungan Pemerintah Prov. Aceh 5) Kegiatan lainnya BKN. Selain melaksanakan program tahunan sesuai dengan anggaran yang telah dialokasikan dalam DIPA BKN, BKN telah melaksanakan 49 kali bimbingan teknis kepada instansi pemerintah pusat maupun daerah berdasarkan permintaan tenaga fasilitator/narasumber dari instansi. Selain itu, sebagian besar pegawai telah berpartisipasi dalam tim fasilitator analisis jabatan dalam rangka penataan PNS Nasional pada 12 wilayah kerja Kantor Pusat dan Regional BKN mulai dari bulan Desember 2011 sampai dengan Juni c. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karir kepegawaian di lingkungannya. Indikator kinerja persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karir kepegawaian di lingkungannya digunakan untuk mengukur berapa banyak instansi pemerintah baik pusat dan daerah yang telah melaksanakan penilaian kompetensi PNS.

20 Pada tahun 2012, BKN menargetkan 14% instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karir pegawai, dan berhasil direalisasikan 13,22% atau 80 instansi. Berdasarkan data tahun sebelumnya, instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karir pegawai sejumlah 62 instansi atau 10% pada tahun 2010, yang meningkat menjadi 68 instansi atau 12% di tahun Dengan demikian, terdapat peningkatan jumlah instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karir pegawai dari tahun 2010 sampai dengan 2012 sebagaimana terlihat pada grafik 3.3 di atas. Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendukung pencapaian sasaran indikator kinerja tersebut. Kegiatan yang dilaksanakan BKN di tahun 2012 adalah sebagai berikut: 1) Penilaian Kompetensi Untuk memenuhi kebutuhan seleksi pegawai untuk promosi jabatan, pemetaan dan pengembangan pegawai serta identifikasi kebutuhan pelatihan pegawai maka dilaksanakan penilaian kompetensi. Peningkatan pemahaman terhadap pentingnya penilaian kompetensi dan Assessment Center diupayakan oleh BKN dengan melaksanakan sosialisasi dan workshop kepada beberapa instansi pemerintah.

21 Pada tahun 2012, telah difasilitasi 11 (sebelas) instansi pusat dan daerah dengan jumlah pejabat/pegawai mengenai seleksi promosi untuk menduduki jabatan struktural Eselon I, II, III dan IV, seleksi jabatan fungsional tertentu, serta kebutuhan pemetaan kompetensi dan potensi pegawai. Instansi tersebut meliputi Badan Kepegawaian Negara (BKN), Lembaga Administrasi Negara (LAN), Arsip Nasional RI, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA), Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Maluku, Provinsi Gorontalo, Kabupaten Buru Selatan, Kota Balikpapan, Kota Bontang dan Kota Tanjung Pinang. Sejak tahun 2006 sampai dengan 2011, sebanyak pejabat/pegawai telah difasilitasi oleh BKN dalam rangka penilaian kompetensi. Dengan demikian, sampai dengan tahun 2012 BKN telah melaksanakan penilaian kompetensi sebanyak pejabat/pegawai. Gambar 3.5 Kegiatan penilaian kompetensi pejabat Eselon II dan Eselon III di Provinsi Maluku 2) Pengembangan metode penilaian kompetensi. Salah satu keberhasilan dalam memprediksi kompetensi, diperlukan alat ukur yang memiliki validitas dan realibilitas yang tinggi. Selain alat-alat yang digunakan selama ini untuk menilai kompetensi,

22 dirasakan perlu untuk mengetahui dimensi yang lain yaitu bagaimana komitmen seseorang terhadap organisasi. Gambar 3.6 Kegiatan pembahasan validasi alat ukur OCM Oleh karena itu, Organizational Commitment Modified (OCM) dapat digunakan untuk mengukur seberapa jauh komitmen seseorang terhadap organisasi. Agar OCM dapat digunakan sebagai salah satu metode penilaian Pegawai Negeri Sipil di Indonesia, diperlukan tahapan-tahapan untuk meneliti validitas dan realibilitasnya. Tahapan validasi dilakukan dengan mengundang Nara Sumber dari Lembaga Psikologi Universitas Indonesia. Kegiatan validasi melibatkan para Assessor di lingkungan instansi pemerintah yaitu DKI, Kementerian Kehutanan dan BPKP. Penyempurnaan metode pengukuran akan difinalisasi pada tahun 2013 melalui kegiatan Focus Group Discussion serta pembahasan intensif dengan beberapa nara sumber. 3) Pengembangan jabatan fungsional Assessor. Assessor yang merupakan personil yang sangat menentukan dalam proses penilaian kompetensi, selama ini belum memiliki karir yang jelas. Statusnya apakah sebagai pejabat fungsional umum atau pejabat struktural yang merangkap sebagai assessor. Untuk itu pada tahun 2011

23 secara intensif telah dilanjutkan kembali penyusunan jabatan fungsional assessor. Kegiatan tersebut meliputi pengumpulan informasi tentang proses penilaian kompetensi, penyusunan naskah akademik tentang pentingnya dibentuk jabatan fungsional assessor yang harus dipertahankan di Tim Menpan. Pada tahun 2012, kegiatan difokuskan untuk meneliti butir-butir kegiatan dengan pembahasan bersama para assessor BKN maupun diluar BKN. Dilanjutkan dengan tahapan uji petik ke beberapa instansi yang memiliki assessor, yaitu ke BKD Jawa Tengah, Badan Diklat Jawa Timur, BKD Yogyakarta dan instansi Pusat lainnya. Uji petik dilakukan untuk validasi butir-butir kegiatan serta perkiraan angka kredit yang mungkin didapatkan. Pengolahan hasil uji petik dengan melakukan pembahasan bersama antara Tim BKN dengan Tim Menpan untuk selanjutnya diproses di kantor Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Berikut ini adalah tahapan-tahapan pengusulan jabatan fungsional Assessor SDM Aparatur yang harus dilalui, sesuai skema di bawah ini. Gambar 3.7 Skema tahapan pengusulan jabatan fungsional Assessor SDM Aparatur Hingga pada bulan Juli tahun 2012, telah ditetapkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 41 tentang Jabatan Fungsional Assesssor SDM Aparatur

24 dan Angka Kreditnya. Dengan terbitnya peraturan tersebut, telah ditindak lanjuti dengan penyususan Peraturan Kepala BKN tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 41 tentang Jabatan Fungsional Assesssor SDM Aparatur dan Angka Kreditnya. Rencana 2013 adalah pengusulan tunjangan fungsional serta melakukan sosialisasi dan proses inpassing serta penyusunan sesuai dengan level jabatan fungsionalnya. modul pelatihan Gambar 3.8 Kegiatan Uji Petik Jabatan Fungsional Assesor SDM Aparatur di BKD Jawa Tengah 4) Peningkatan kompetensi Assessor. Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi assessor adalah melalui indentifikasi kebutuhan pengembangan dan melaksanakan pembinaan terhadap para calon assessor internal BKN maupun eksternal. Dalam rangka pengembangan assessor, maka BKN telah mengirim 17 (tujuh belas) orang Assessor BKN untuk mengikuti pelatihan, dengan rincian : 10 (enam) orang pelatihan Group Simulation Enrichment yang diadakan oleh PT Gaia Solution, 1 (satu) orang pelatihan Effective Performance Management yang diadakan oleh PPM dan 6 (enam) orang pelatihan penyusunan In-Tray.

25 Untuk memenuhi kebutuhan eksternal, telah dilakukan Workshop Assessor SDM Aparatur pada tanggal 5 7 Desember 2012 yang tujuannya adalah memberikan pemahaman tentang pentingnya Assessment Center dan dasar-dasar pengetahuan tentang pelaksanaan penilaian kompetensi dengan menggunakan metode Assessment Center. Workshop tersebut diikuti oleh 24 (duapuluh empat) peserta yang terdiri dari calon Assessor, Tenaga Psikologi/Psikolog dan pengelola kegiatan penilaian kompetensi, yang berasal dari 10 (sepuluh) instansi yaitu: Lembaga Administrasi Negara; Kementerian Pertahanan Keamanan; Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Pemprov. Nusa Tenggara Barat; Pemprov. DKI Jakarta; Pemkot. Yogyakarta; Pemkot Bontang; Pemkot. Balikpapan; Pemkab. Kulon Progo dan Pemkab. Purwakarta. Gambar 3.9 Kegiatan Workshop Assessor SDM Aparatur di TMII Jakarta Timur. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan di tahun 2012 untuk peningkatan kompetensi Assessor dan dukungan terhadap instansi pemerintah antara lain yaitu pada tahun 2012, beberapa instansi berkunjung ke BKN untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang penilaian kompetensi melalui metode Assessment Center, bagaimana pencetakan Assessor serta pembangunan unit penilaian kompetensi.

26 Disamping itu, BKN juga memfasilitasi sebagai Nara Sumber dalam forum sosialisasi pengelolaan SDM berbasis kompetensi melalui Assessment Center. Bentuk dukungan BKN lainnya adalah memberikan bimbingan penyusunan Grand Design Assessment Center di Provinsi Aceh dan pembentukan Assessor di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Untuk tetap menjaga kualitas dari para assessor dan tanggap akan tuntutan perubahan, maka kegiatan pengembangan assessor akan selalu dilaksanakan tahun berikutnya. Kegiatan pengembangan tersebut dapat berupa pengiriman ke penyelenggara pendidikan, workshop maupun inhouse training sesuai kebutuhan serta melaksanakan studi banding di dalam maupun di luar negeri. 5) Kegiatan Monitoring dan Evaluasi. Sebagai langkah perbaikan dalam penyelenggaraan penilaian kompetensi, telah dilakukan kegiatan monitoring dan evalusi (monev) pasca penilaian. Kegiatan monev bertujuan untuk mengetahui keakuratan penilaian, efektivitas pemanfaatan hasil Assessment Center dan umpan balik bagi Pejabat Pembina Kepegawaian maupun untuk perbaikan metode penilaian maupun penyelenggaraannya. Kegiatan monev paling tidak dilakukan setiap 2 (dua) tahun. Kegiatan monev di tahun 2012 dilakukan dengan mengambil data/sampel dari beberapa instansi Pusat dan Daerah yaitu di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pendayagunaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Badan Pusat Stastistik, Arsip Nasional RI, Pemkot. Bontang, Pemkot Balikpapan, Pemkab. Tanjung Pinang dan Pemkab. Hulu Sungai Tengah. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian daftar pertanyaan, diskusi kelompok dan wawancara kepada pegawai yang dinilai kompetensinya, atasan dan pejabat pengelola kepegawaian yang dalam hal ini dengan Biro Kepegawaian

27 atau Badan Kepegawaian Daerah. Pengolahan data-data tersebut secara umum dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut : a) Keakuratan Responden merasa bahwa posisinya saat ini cukup sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, walaupun terdapat juga pegawai yang tidak mengetahui mengapa ditempatkan pada jabatan yang didudukinya dan menganggap dirinya masih membutuhkan peningkatan kompetensi. b) Penempatan Responden merasakan hampir 50% penempatan pegawai sudah berdasarkan rekomendasi dari hasil penilaian kompetensi. Namun masih terdapat penempatan yang didasarkan pada pertimbangan sesuai dengan kebutuhan instansi. Hasil penilaian kompetensi cukup berguna bagi Pejabat Pembina Kepegawaian untuk mendapatkan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan dari pegawainya yang akan dijadikan pertimbangan pengembangan selanjutnya. c) Umpan balik Kegiatan pemberian umpan balik kepada pegawai belum dilaksanakan secara optimal oleh instansi. Hanya sebagian instansi yang memberikan umpan balik secara langsung kepada pegawai dari hasil penilaian yang diperoleh, atau hanya 16% dari seluruh instansi yang menjadi sampel. d) Pengembangan Rekomendasi pengembangan dari hasil penilaian kompetensi dapat ditindak lanjuti dengan berbagai pelatihan yang diperlukan. Terdapat 1 (satu) instansi melakukan identifikasi kebutuhan dan perancangan pengembangan pada tahun 2012 yaitu berupa Individual Development Plan (IDP) sedangkan pelaksanaannya di tahun 2013.

28 6) Kegiatan penyusunan konsep Sertifikasi. Sesuai dengan Permenpan no 41 tahun 2012, dimana BKN sebagai instansi pembina jabatan fungsional Assessor SDM Aparatur, bertanggung jawab pula pada diklat pembentukan dan penjenjangannya yang pada akhirnya harus memberikan sertifikasi kepada para assessor. Penyusunan konsep sertifikasi dilaksanakan dengan studi banding ke beberapa instansi yang kompeten yaitu Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Lembaga Administrasi Negara (LAN), Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Melakukan Focus Group Discussion dengan para assessor di lingkungan BPKP, Pemprov Jawa Tengah, Pemprov DIYogjakarta dan Badan Diklat Jawa Timur, serta pembahasan melalui konsinyasi yang melibatkan nara sumber dari LAN dan ANRI. 7) Kegiatan penyusunan konsep Akreditasi. Dalam rangka mendukung pelaksanaan penilaian kompetensi dibutuhkan unit yang bertanggung jawab atas pelaksanaannya. Pembentukan unit diperlukan Akreditasi yang diberikan oleh BKN dengan tujuan agar dalam penyelenggaraan penilaian kompetensi yang menggunakan metode assessment center dilakukan sesuai fasilitas standar minimumnya. Pengetahuan tentang proses akreditasi dilakukan melalui tahapan studi banding ke BNSP, LAN dan ANRI yang dilanjutkan dengan Focus Group Discussion untuk mendapatkan tanggapan dan pemahaman yang sama. Selanjutnya akreditasi unit penilaian kompetensi akan menjadi persyaratan apabila instansi pemerintah akan menyelenggarakan penilaian kompetensi secara mandiri, sehingga diperlukan kegiatan yang lebih terarah dan menjadikan pedoman pada tahun 2013.

29 Hambatan Beberapa kendala yang dihadapi di tahun 2012 terkait pelaksanaan penilaian kompetensi PNS antara lain yaitu: a) Masih kurangnya pemahaman instansi pemerintah tentang manfaat dari pengelolaan pegawai berbasis kompetensi. b) Masih rendahnya pemahaman tentang penggunaan metode Assessment Center dalam pengembangan karir pegawai di lingkungannya. c) Assessor di instansi pemerintah jumlahnya terbatas dan diperlukan waktu dalam pembentukannya. d) Masih sebagian kecil instansi pemerintah yang memiliki unit penilaian kompetensi. e) Hambatan tersebut dapat diatasi dengan adanya peraturan yang mengikat untuk menggunakan hasil penilaian kompetensi dalam pengembangan karir pegawai. Selain diperlukan sinergi yang intensif antara BKN dengan instansi pemerintah lainnya dalam pembentukan Assessor dan unit penilaian kompetensi sesuai dengan standar minimum yang ditentukan. d. Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai Norma Standar Prosedur (NSP). Indikator kinerja persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai NSP digunakan untuk mengukur berapa banyak instansi pemerintah baik pusat dan daerah yang telah melaksanakan penghitungan kebutuhan formasi PNS sesuai NSP.

30 Pada tahun 2012 BKN menargetkan 30% instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai NSP. Dari target yang ditetapkan, BKN berhasil melampauinya dengan capaian sebesar 32,67% instansi atau sebanyak 196 instansi. Berdasarkan data tahun sebelumnya, terdapat peningkatan signifikan pada jumlah instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai NSP, yaitu 18,40% pada tahun 2010 yang menjadi 26,60% pada tahun Dengan demikian, BKN berhasil meningkatkan jumlah instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai NSP dari 2010 sampai 2012.

31 Gambar 3.10 Rapat verifikasi data dan validasi hasil penghitungan jumlah kebutuhan pegawai di Kantor Regional I BKN Yogyakarta Berdasarkan hasil penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang disampaikan oleh Instansi Daerah, BKN melaksanakan kegiatan verifikasi dan validasi hasil penghitungan jumlah kebutuhan PNS. Kegiatan ini merupakan langkah strategis dan sebagai tolok ukur dalam penentuan jumlah kebutuhan PNS yang tepat untuk dijadikan sebagai landasan dalam memberikan tanggapan kepada berbagai pihak termasuk lembaga legislatif atas fenomena jumlah pegawai yang ideal. Hasil penghitungan kebutuhan PNS yang tepat dapat digunakan untuk penataan organisasi dan penataan PNS (rightsizing) secara menyeluruh serta untuk penyempurnaan sistem prosedur kerja dan manajemen lainnya. Selain itu untuk meningkatkan pembinaan, penyempurnaan dan pengembangan PNS, baik dari sisi kelembagaan, ketatalaksanaan kepegawaian maupun business process secara konsisten dan berkesinambungan.

32 Gambar 3.11 Workshop penghitungan jumlah kebutuhan PNS Penghitungan jumlah kebutuhan PNS dilakukan dengan menggunakan metode/cara tertentu dan hasilnya dapat dimanfaatkan dalam rangka mendukung terlaksananya penataan PNS secara menyeluruh. Instansi Pusat dan Daerah yang telah menyampaikan laporan hasil penghitungan jumlah kebutuhan Pegawai Negeri Sipil periode Januari sampai dengan Desember 2012 adalah sebagaimana tersaji pada tabel 3.4 berikut: Tabel 3.4 Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah menyampaikan Laporan Hasil Penghitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil INSTANSI JUMLAH INSTANSI SELURUHNYA JUMLAH YANG SUDAH MENYAMPAIKAN PERSENTASE (%) Pusat Daerah JUMLAH SELURUHNYA

33 Instansi Pusat dan Daerah yang telah menyampaikan Kelengkapan Dokumen Hasil Penghitungan Kebutuhan Pegawai, seperti Analisis Jabatan, Analisis Beban Kerja, Peta Jabatan, Rencana Redistribusi Pegawai, dan Proyeksi Kebutuhan Pegawai Selama Lima Tahun kedepan periode April, Juli, dan Desember 2012 adalah sebagaimana tersaji pada tabel 3.5 berikut: Tabel 3.5 Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah menyampaikan Laporan Hasil Penghitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil beserta kelengkapannya (Data: 30 April 2012) KEADAAN SAMPAI DENGAN INSTANSI ANALISIS JABATAN KELENGKAPAN DOKUMEN HASIL PENGHITUNGAN KEBUTUHAN PEGAWAI ANALISIS BEBAN KERJA PETA JABATAN RENCANA REDISTRIBUSI PEGAWAI PROYEKSI KEBUTUHA N PEGAWAI LIMA TAHUN Pusat Daerah JUMLAH SELURUHNYA Sesuai tabel 3.5 di atas, data sampai dengan 30 April 2012 dari 76 Instansi Pusat, sebanyak 17 instansi yang melaporkan kelengkapan dokumen Analisis Jabatan atau mencapai 22,37%. Sedangkan untuk Instansi Daerah dari 524 instansi sebanyak 48 instansi yang melaporkan kelengkapan dokumen Analisis Jabatan atau mencapai 9,16%. Berikut ini disajikan hasil penghitungan jumlah kebutuhan PNS pada Instansi Pusat dan Daerah serta hasil verifikasi dan validasi atas hasil penghitungan jumlah kebutuhan pegawai.

34 Tabel 3.6 Hasil Penghitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil pada Instansi Pusat KELOMPOK JABATAN JENIS DATA STRUK- TURAL JFU DOSEN NON STRUKTURAL KESE- HATAN JFT LAINNYA TOTAL NON STRUKTU -RAL TOTAL STRUKTURAL DAN NON STRUKTURAL Bezetting 95, , , ,901 36, , ,263 Hasil Penghitungan Instansi Pusat 115, , , , ,203 1,085,648 1,201,400 Verifikasi BKN Kelebihan/ Kekurangan 115, , , ,034 53, , ,905-20, ,311-3, ,133-17, ,530 +4,358 Dari tabel 3.6 di atas mencerminkan bahwa bezetting pada tenaga struktural sejumlah sedangkan hasil penghitungan kebutuhan baik yang dilakukan oleh Instansi Pusat maupun oleh Badan Kepegawaian Negara sejumlah sehingga kekurangan pegawai sebanyak 20,172 pejabat struktural. Untuk bezetting pada Jabatan Fungsional Umum (JFU) sejumlah , sedangkan hasil penghitungan (verifikasi) yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Negara sejumlah sehingga terdapat selisih kelebihan pegawai sejumlah Sedangkan untuk Jabatan Fungsional Tertentu khususnya bagi tenaga Dosen dengan bezetting sejumlah 183,062, hasil verifikasi yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Negara sejumlah 186,378 sehingga terdapat kekurangan pegawai sejumlah Untuk Jabatan Fungsional Tertentu khususnya bagi tenaga Kesehatan dengan bezetting sejumlah sedangkan hasil

35 verifikasi yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Negara sejumlah sehingga terdapat kekurangan pegawai sejumlah Untuk Jabatan Fungsional Tertentu Lainnya dengan bezetting sejumlah pegawai, hasil verifikasi yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Negara sejumlah pegawai sehingga terdapat kekurangan pegawai sejumlah Adapun jumlah total Pegawai Negeri Sipil untuk jabatan nonstruktural pada Instansi Pusat adalah sejumlah pegawai sedangkan jumlah total hasil verifikasi kebutuhan tenaga nonstruktural yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Negara sejumlah pegawai sehingga pada tenaga nonstruktural terdapat kelebihan pegawai sejumlah (akumulasi dari kelebihan ataupun kekurangan jumlah pegawai per jenis jabatan nonstruktural). Dengan demikian, secara umum terlihat bahwa pada Instansi Pusat terdapat kelebihan pegawai sejumlah (bezetting= dikurangi kebutuhan=930,905). Angka kelebihan tersebut merupakan akumulasi dari kelebihan ataupun kekurangan pegawai pada setiap jenis jabatan (struktural dan nonstruktural) dengan pertimbangan apabila dilakukan kebijakan redistribusi/reposisi atau promosi jabatan serta pengalihan fungsi yaitu pengangkatan pegawai yang ada dari jabatan fungsional umum menjadi jabatan fungsional tertentu sesuai dengan kompetensi yang disyaratkan dalam jabatan tersebut. Penghitungan Jumlah Kebutuhan PNS Instansi Daerah mengacu pada Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 26 Tahun 2012, adapun dari 524 Instansi Daerah yang sudah menyampaikan hasil penghitungan kebutuhan pegawai adalah sebanyak 495 instansi, sedangkan yang telah dilakukan verifikasi sebanyak 489 instansi dan yang belum di verifikasi sebanyak 6 instansi dikarenakan data tidak lengkap. Sementara yang belum menyampaikan sebanyak 29 instansi. Sehingga total yang belum diverifikasi karena data tidak lengkap dan yang belum menyampaikan

36 laporan hasil penghitungan kebutuhan pegawai adalah sebanyak 35 instansi. Tabel 3.7 Hasil Penghitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil pada Instansi Daerah DATA STRUK- TURAL NON STRUK- TURAL GURU TENAGA SARYANKES KESEHA- TAN NON KESEHA- TAN TOTAL KET BEZETTING Instansi PENGHIT. INSTANSI Instansi VERIFIKASI BKN Instansi KEKURA- NGAN (-) KELEBIHAN (+) Dari tabel 3.7 di atas mencerminkan bahwa bezetting pada tenaga struktural sejumlah sedangkan hasil penghitungan kebutuhan yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Negara sejumlah sehingga kekurangan pegawai sebanyak pejabat struktural. Untuk bezetting pada Jabatan Fungsional Umum (JFU) sejumlah , sedangkan hasil penghitungan (verifikasi) yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Negara sejumlah sehingga terdapat selisih kelebihan pegawai sejumlah sedangkan untuk Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) khususnya pada tenaga Guru dengan bezetting sejumlah sedangkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Negara sejumlah sehingga terdapat kekurangan pegawai sejumlah

37 Untuk Jabatan Fungsional Tertentu khususnya pada tenaga Kesehatan dengan bezetting sejumlah sedangkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Negara sejumlah sehingga terdapat kekurangan pegawai sejumlah Untuk tenaga nonkesehatan dengan bezetting sejumlah sedangkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Negara sejumlah sehingga terdapat kekurangan pegawai sejumlah Dengan demikian, dapat dilihat bahwa bezetting Pegawai dari 489 Instansi Daerah adalah sejumlah , sedangkan dari hasil verifikasi yang dilakukan oleh BKN kebutuhan pegawai Instansi Daerah tersebut sejumlah sehingga terdapat kekurangan sebanyak pegawai. Angka kekurangan tersebut merupakan akumulasi dari angka kelebihan ataupun kekurangan pegawai pada setiap jenis jabatan, dengan pertimbangan apabila dilakukan kebijakan redistribusi/reposisi atau promosi jabatan serta pengalihan fungsi yaitu pengangkatan pegawai yang ada dari jabatan fungsional umum menjadi jabatan fungsional tertentu sesuai dengan kompetensi yang disyaratkan dalam jabatan tersebut. Berdasarkan hasil penghitungan kebutuhan PNS Instansi Pusat dan Daerah tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa bezetting PNS sejumlah (Instansi Pusat = dan Instansi Daerah = ) dari 565 instansi (Instansi Pusat = 76 dan Instansi Daerah = 489). Sedangkan hasil penghitungan PNS yang dilakukan oleh instansi sejumlah (Instansi Pusat = dan Instansi Daerah = ) dari 565 instansi. Hasil verifikasi dan validasi BKN berdasarkan peraturan yang berlaku dapat disimpulkan bahwa jumlah kebutuhan PNS adalah (Instansi Pusat = dan Instansi Daerah = ). Sehingga secara keseluruhan terdapat kekurangan jumlah PNS sebanyak ( dikurangi ) dari 565 instansi.

38 Untuk penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang tepat pada seluruh instansi baik Instansi Pusat maupun Instansi Daerah jika menggunakan parameter luas wilayah, jumlah penduduk, dan jumlah PNS maka dapat diproyeksikan sejumlah pegawai. Hasil verifikasi data dan validasi hasil penghitungan jumlah kebutuhan Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian Negara, digunakan sebagai pengendali penetapan tambahan formasi CPNS, menjamin efisiensi anggaran belanja pegawai serta dalam rangka terciptanya perencanaan kepegawaian yang efektif dan efisien. Sasaran II : Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal. Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian sasaran meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal dapat dilihat pada tabel 3.8. Tabel 3.8 Capaian Kinerja Sasaran II Sasaran II : Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal Indikator Kinerja Utama (IKU) 1. Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen dan promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT) 2. Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis kepegawaian Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

39 a. Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen dan promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT). Pada tahun 2012 BKN menargetkan untuk memfasilitasi pelaksanaan rekrutmen menggunakan alat bantu komputer (CAT) pada 20 (dua puluh) instansi pusat maupun daerah. Dalam pelaksanaannya BKN dapat memfasilitasi pelaksanaan rekrutmen dalam pengangkatan jabatan struktural maupun jabatan fungsional tertentu pada 59 (lima puluh Sembilan) instansi pusat maupun daerah. Capaian kinerja tahun 2012 ini meningkat tajam dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2010 dan Data tahun 2010 BKN menfasilitasi sebanyak 10 instansi dan tahun 2011 sebanyak 17 instansi. Sebagai upaya untuk mewujudkan profesionalitas PNS, Undang- Undang Pokok Kepegawaian telah menetapkan beberapa perubahan dalam manajemen PNS. Perubahan tersebut membawa konsekuensi bahwa setiap instansi/organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah dituntut untuk memiliki sumber daya manusia (PNS) yang memenuhi persyaratan baik secara kualitas maupun kuantitas. Kualitas SDM PNS antara lain ditentukan oleh proses rekrutmen. Proses rekrutmen dimulai dari mencari dan menemukan pelamar yang memiliki pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Lebih terperinci

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i RINGKASAN EKSEKUTIF... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 2 B. Kedudukan,

Lebih terperinci

Jakarta, Maret 2013 Kepala Badan Kepegawaian Negara. Eko Sutrisno

Jakarta, Maret 2013 Kepala Badan Kepegawaian Negara. Eko Sutrisno Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Kepegawaian Negara Tahun 2012 dapat

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA TARGET PEMBANGUNAN TAHUN 2013-2014 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Lampiran 2 Kode Program/ Kegiatan Outcome/ Output Indikator kinerja (IKU/ IKK) 06 Program Penyelenggaraan Manajemen Negara A Deputi Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN OKTOBER 2012 1. Krisis ekonomi Tahun 1997 berkembang menjadi krisis multidimensi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Lebih terperinci

ambutan internal maupun eksternal BKN tentang berbagai

ambutan internal maupun eksternal BKN tentang berbagai ambutan Kepala Badan Kepegawaian Negara P uji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-nya kepada kami sehingga Laporan Kinerja (LKj) Badan Kepegawaian Negra (BKN)

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PERTEMUAN PENYUSUNAN BEZETTING, KEBUTUHAN CPNS DAN PERENCANAAN REDISTRIBUSI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2012

KERANGKA ACUAN PERTEMUAN PENYUSUNAN BEZETTING, KEBUTUHAN CPNS DAN PERENCANAAN REDISTRIBUSI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2012 KERANGKA ACUAN PERTEMUAN PENYUSUNAN BEZETTING, KEBUTUHAN CPNS DAN PERENCANAAN REDISTRIBUSI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2012 A. Latar Belakang Reformasi Birokrasi pada hakikatnya merupakan

Lebih terperinci

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Disampaikan dalam Rapat Kerja/Sosialisasi Reformasi Birokrasi kepada Pemerintah Daerah Regional I (Provinsi/Kabupaten/Kota se-sumatera, DKI

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Keberadaan BKN secara yuridis formal termuat di dalam Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERENCANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH

GAMBARAN UMUM PERENCANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH 1 GAMBARAN UMUM PERENCANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah,

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan informasi atas pencapaian kinerja BKN.

Kata Pengantar. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan informasi atas pencapaian kinerja BKN. Kata Pengantar Dengan mengucap puji syukur kepada Allah Subhanallah Wata ala Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat dan nikmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kinerja (LK) Badan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \0 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PEGAWAI DAN FORMASI

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \0 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PEGAWAI DAN FORMASI GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \0 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PEGAWAI DAN FORMASI APARATUR SIPIL NEGARA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Lebih terperinci

PEGAWAI ASN PEGAWAI ASN PNS PPPK Berstatus pegawai tetap dan Memiliki NIP secara Nasional; Menduduki jabatan pemerintahan. Diangkat dengan perjanjian

PEGAWAI ASN PEGAWAI ASN PNS PPPK Berstatus pegawai tetap dan Memiliki NIP secara Nasional; Menduduki jabatan pemerintahan. Diangkat dengan perjanjian PERENCANAAN SDM ASN KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 4 MENENTUKAN ASUMSI DASAR Pelaksanaan UU Aparatur Sipil Negara Reformasi Mendasar : Mewujudkan PNS dan PPPK sebagai

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA - 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, No.1486, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Lembaga Diklat Terakreditasi. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN AKREDITASI LEMBAGA PENYELENGGARA

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN :

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN : DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN : 1. Undang-Undang Nomor 5 Th 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 Tentang Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA BKN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA BKN TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Kondisi Umum Aparatur Negara merupakan unsur penting dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aparatur Negara juga sebagai mesin birokrasi

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh Opong Sumiati Dasar Hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS - 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS A. KEMAJUAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai langkah strategis,

Lebih terperinci

Bandung, 16 Sept Aris Windiyanto Kepala Pusat Penilaian Kompetensi ASN Badan Kepegawaian Negara

Bandung, 16 Sept Aris Windiyanto Kepala Pusat Penilaian Kompetensi ASN Badan Kepegawaian Negara Bandung, 16 Sept 2015 Aris Windiyanto Kepala Pusat Penilaian Kompetensi ASN Badan Kepegawaian Negara Dasar Hukum Manajemen Aparatur Sipil Negara: UU No. 5 Tahun 2015 tentang Aparatur Sipil Negara Peraturan

Lebih terperinci

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 14 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Dokumen Renja BKD adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, dan bersumber dari dokumen

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.418, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Formasi. Jabatan Fungsional. Assessor SDM Aparatur. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR 2013, No.1242 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR PEDOMAN

Lebih terperinci

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI I. PENDAHULUAN 1. Langkah pertama kebijakan pemerintah untuk mempercepat pelaksanaan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA buku 1 PEDOMAN pengajuan dokumen usulan reformasi birokrasi kementerian/lembaga Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 7 tahun 2011 kementerian pendayagunaan

Lebih terperinci

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1 Arah Strategi dan kebijakan Nasional Arah strategi dan kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembangunan mencapai

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Pangkalpinang, April 2014 POLA PIKIR MANAJEMEN SDM APARATUR DASAR HUKUM UU No. 5 Tahun

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.725, 2015 KEMENKEU. Jabatan Fungsional Analisis Keuangan. Pusat. Daerah. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK.07/2015 TENTANG

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN A. VISI DAN MISI 1. VISI Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PAN & RB 1. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA Terwujudnya peningkatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : Pemerintah Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Teknis masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan

2015, No Mengingat : Pemerintah Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Teknis masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan No.1114, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Akreditasi. Lembaga Diklat Pemerintah. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN AKREDITASI

Lebih terperinci

KEBIJAKANPELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

KEBIJAKANPELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKANPELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI AZWAR ABUBAKAR Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Disampaikan pada Acara Kunjungan Kerja Menpan-RB di Provinsi Banten 20 Januari 2012

Lebih terperinci

PROGRAM PENATAAN SDM APARATUR. Oleh : DEPUTI SDM APARATUR Dalam Sosialisasi Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah Tanggal, 24 April

PROGRAM PENATAAN SDM APARATUR. Oleh : DEPUTI SDM APARATUR Dalam Sosialisasi Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah Tanggal, 24 April PROGRAM PENATAAN SDM APARATUR Oleh : DEPUTI SDM APARATUR Dalam Sosialisasi Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah Tanggal, 24 April 2012 1 AGENDA 1.PROGRAM PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR

Lebih terperinci

2013, No BAB I PENDAHULUAN A. UMUM

2013, No BAB I PENDAHULUAN A. UMUM 2013, No.121 4 A. UMUM LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 6/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENILAIAN SASARAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.

BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. No.998, 2014 BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemba

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1330, 2014 LAN. Formasi. Jabatan Fungsional. Analis Kebijakan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1531, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Pusat Penilaian. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PUSAT PENILAIAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 1

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 1 No.864, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Formasi. PNS. Pedoman. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MANADO BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT Jalan Balai Kota Nomor 1 Manado Website :

PEMERINTAH KOTA MANADO BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT Jalan Balai Kota Nomor 1 Manado Website : PEMERINTAH KOTA MANADO BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT Jalan Balai Kota Nomor 1 Manado 95124 Website : email : bkdkotamanado@yahoo.com TELAAHAN STAF Kepada : Kepala Badan Kepegawaian Dan Diklat Kota Manado

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (ToR) RtR

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (ToR) RtR KERANGKA ACUAN KEGIATAN (ToR) RtR Survei/evaluasi kemajuan pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada Kementerian PAN dan RB 1. Hubungan dengan Logika Program: a. EOPO: 1.2. KemenPAN RB mengimplementasikan sistem

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

2 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1805, 2014 KEMENPAN RB. Analis Keuangan. Pusat. Daerah. Jabatan Fungsional. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1504, 2014 BPKP. Pendidikan dan Pelatihan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011)

KEBIJAKAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011) KEBIJAKAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011) KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 2013 Created by aba subagja Penataan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BIRO ORGANISASI

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BIRO ORGANISASI BAB II GAMBARAN PELAYANAN BIRO ORGANISASI II.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Biro Organisasi Tugas dan Fungsi pada Biro Organisasi berdasarkan pada Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 58 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice.

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap pelaksanaan urusan kepemerintahan akan selalu dikaitkan dengan pengelolaan kepemrintahan yang baik (good governance) dengan tiga pilar utama yaitu, Partisipasi,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan BAB IV A. Simpulan Laporan kinerja Sekretariat Kabinet tahun 2015 ini merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian visi dan misi Sekretariat Kabinet dalam rangka menuju organisasi yang efektif,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1711, 2014 KEMENHAN. PNS. Angka Kredit. Jabatan Fungsional. Assessor. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya No.1802, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Fungsional. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur pendukung tugas Pemerintah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-18.KP.05.02 TAHUN 2011 TENTANG SASARAN KERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.73, 2015 KEMENKES. Sasaran Kerja Pegawai. Penyusunan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN KARIR JABATAN FUNGSIONAL

MANAJEMEN KARIR JABATAN FUNGSIONAL MANAJEMEN KARIR JABATAN FUNGSIONAL DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG ASN DAN PP NOMOR 11 TAHUN 2017 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI @2017 POKOK BAHASAN 1 2 PENGANTAR MANAJEMEN

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI Manajemen Perubahan Seluruh proses reformasi birokrasi di instansi akan mengarah pada rekonseptualisasi organisasi dan mekanisme kerja instansi secara menyeluruh. Proses

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1 Kata Pengantar Reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM pada hakikatnya adalah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 41 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 41 TAHUN 2012 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Jl. Parangkusumo No. 51 Purwosari, Surakarta 57147 Jawa Tengah Telp./Fax: +62 271 716657 E-mail : lp2kssolo@gmail.com ii KATA PENGANTAR Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara memuat berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penganggaran. Perubahan-perubahan ini didorong oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Saat Ini telah melaksanakan program reformasi birokrasi pada periode 2005-2009. Sampai saat ini program reformasi birokrasi masih terus berlanjut, dan telah memberikan manfaat

Lebih terperinci

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA I. PENDAHULUAN A. UMUM. Berdasarkan pasal ayat () Undang-undang Nomor 4 Tahun 999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 974, tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, dinyatakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1465, 2015 BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U No.1465, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 6/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 6/Menhut-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 6/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENILAIAN SASARAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN DAN JABATAN FUNGSIONAL NONKESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR SIPIL NEGARA POLA SATU PINTU DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1877, 2014 KEMENKES. Jabatan Fungsional. Pembinaan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

2011, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Le

2011, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Le BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621, 2011 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Sasaran Kerja. Penilaian. Evaluasi. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-18.KP.05.02

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH 1 1 Program RB Grand Design RB Road Map RB 6 Program Makro 8 Area Perubahan 9 Program Percepatan RB 9 Program Mikro K/L & Pemda 2 Keterkaitan Program Makro Dengan

Lebih terperinci

Prof. dr Ali Ghufron Mukti., MSc., PhD NIP

Prof. dr Ali Ghufron Mukti., MSc., PhD NIP KATA SAMBUTAN Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan ditetapkan dalam rangka pengembangan karier dan peningkatan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan pengelolaan laboratorium

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR Instansi : Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Timur. Visi : Mewujudkan Aparatur Birokrasi Jawa Timur Lebih Bersih, Profesional

Lebih terperinci

I N S P E K T O R A T

I N S P E K T O R A T PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU I N S P E K T O R A T Alamat :Jalan Nilam No. 7 Kotabaru Telp. (0518) 21402 Kode Pos 72116 KOTABARU ( LKj) TAHUN 2016 PERANGKAT DAERAH INSPEKTORAT KABUPATEN KOTABARU DAFTAR

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.879, 2015 KEMENPOLHUKAM. Jabatan Pimpinan Tinggi. Terbuka. Pengisian. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1919, 2015 KEMENAG. Diklat. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD Identifikasi permasalahan dilakukan untuk melihat kompleksitas permasalahan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis Negeri atas tugas pokok dan fungsinya dengan memperhatikan visi, misi, dan arah kebijakan Pemerintah Republik Indonesia untuk lima tahun ke depan, serta kondisi obyektif dan dinamika lingkungan strategis,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur merupakan elemen terpenting bagi instansi

KATA PENGANTAR. Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur merupakan elemen terpenting bagi instansi REFORMASI BIROKRASI KATA PENGANTAR Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur merupakan elemen terpenting bagi instansi pemerintah yang berperan sebagai penggerak utama dalam mewujudkan visi dan misi serta tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM Aparatur

Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM Aparatur CAPAIAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI PADA PROGRAM PROGRAM PENATAAN SDM APARATUR Terdapat 6 (enam) Sasaran yang akan dicapai pada Program Penataan ini, ketaatan terhadap pengelolaan transparansi dan

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4 V i s i. 4.1. Visi da n Misi. B adan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci