BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA"

Transkripsi

1 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2013

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i RINGKASAN EKSEKUTIF... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 2 B. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi... 2 C. Peran Strategis BKN... 4 D. Struktur Organisasi... 6 E. Sistematika Penyajian... 6 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA... 7 A. RPJMN B. Rencana Strategis BKN Tahun C. Penetapan Kinerja Tahun BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN A. Penguatan Implementasi SAKIP BKN B. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun C. Analisis Pencapaian Kinerja D. Kinerja BKN Lainnya di Tahun E. Akuntabilitas Keuangan BAB IV PENUTUP LAMPIRAN Struktur Organisasi Pengukuran Kinerja BKN Tahun Capaian Kinerja BKN Tahun Instansi Pemerintah yang telah melaksanakan Penilaian Kompetensi Tahun Jumlah Peserta Tes dan Lulus Passing Grade Instansi Pusat Dan Daerah TKD CPNS Pelamar Umum Tahun

3 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta ala yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Kepegawaian Negara Tahun 2013 dapat disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan kinerja yang telah ditetapkan. LAKIP BKN disusun untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP BKN disusun dengan maksud untuk memberikan informasi kepada publik terkait capain kinerja BKN tahun 2013 dalam memberikan layanan kepegawaian kepada masyarakat dan beberapa kendala, serta hambatan yang dihadapi untuk dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan perencanaan BKN di tahun berikutnya. Disadari bahwa penyusunan LAKIP BKN ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan saran dari semua pihak sangat diharapkan agar LAKIP BKN dapat disusun dengan lebih baik. Mudah-mudahan LAKIP BKN ini dapat bermanfaat dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan LAKIP ini diucapkan terimakasih. Jakarta, Maret 2014 Kepala Badan Kepegawaian Negara Eko Sutrisno i

4 RINGKASAN EKSEKUTIF Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Kepegawaian Negara (BKN) bertujuan untuk menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja BKN berdasarkan Penetapan Kinerja tahun 2013 dan sebagai bentuk keterbukaan informasi publik sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2010 tentang Keterbukaan Informasi Publik. LAKIP BKN merupakan perwujudan pelaksanaan program dan kegiatan yang tercantum pada Rencana Strategis BKN tahun Rencana Strategis BKN memuat Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis, serta indikator kinerja utama. Visi BKN adalah Menjadi Pembina dan Penyelenggara Manajemen Kepegawaian yang profesional dan bermartabat tahun 2025 dengan Misi yaitu 1) Mengembangkan sistem manajemen kepegawaian negara, 2) Mengembangkan sistem pelayanan kepegawaian, dan 3) Mengembangkan manajemen internal BKN. Dalam Rencana Strategis BKN tercermin tujuan strategis yang hendak dicapai yaitu: 1) Mewujudkan manajemen kepegawaian yang moderen; 2) Mewujudkan pelayanan prima bidang kepegawaian; dan 3) Mewujudkan manajemen internal yang efektif, efisien dan akuntabel. Untuk merealisasikan tujuan strategis tersebut di atas, BKN menetapkan Sasaran Strategis dengan indikator kinerja dan capaian kinerjanya diuraikan sebagai berikut: a. Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian dengan indikator kinerja berupa: 1) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya. 2) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya. 3) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di lingkungannya. 4) Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai NSP. b. Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal dengan indikator kinerja berupa: 1) Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen dan promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT). ii

5 2) Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis kepegawaian. c. Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan kepegawaian dengan indikator kinerja berupa: Jumlah rumusan peraturan perundang-undangan yang diselesaikan. d. Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi dengan indikator kinerja berupa: Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan kepegawaian. e. Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi dengan indikator kinerja berupa: 1) Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data pokok pegawai. 2) Persentase Instansi Pemerintah yang telah terintegrasi dengan sistem aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK). 3) Persentase instansi/ stakeholders yang telah menggunakan sistem KPE. f. Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian kepegawaian dengan indikator kinerja berupa: Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang. g. Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya, serta pengelolaan administrasi dengan indikator kinerja berupa: 1) Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN. 2) Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN. 3) Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi. 4) Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai standar. 5) Indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan informasi BKN. h. Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor dengan indikator kinerja berupa: 1) Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor yang tersedia. 2) Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana. iii

6 Berdasarkan uraian capaian kinerja BKN tahun 2013 diatas, sebagian besar mencapai target sebanyak 14 indikator kinerja, bahkan ada beberapa capaian kinerjanya yang melebihi 100% yaitu sebanyak 9 indikator kinerja. Namun demikian masih terdapat beberapa indikator kinerja yang belum mencapai target yaitu: 1) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya; 2) Persentase Instansi Pemerintah yang telah terintegrasi dengan sistem aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK); 3) Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN; 4) Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi; 5) Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana. Oleh karena itu BKN perlu melakukan langkah-langkah strategis guna mendukung pencapaian target kinerja pada semua sasaran strategis. iv

7 BAB I PENDAHULUAN

8 A. Latar Belakang Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) menyebutkan bahwa setiap instansi pemerintah wajib menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). LAKIP merupakan laporan pertanggungjawaban instansi pemerintah atas akuntabilitas kinerja yang telah ditetapkan selama kurun waktu 1 (satu) tahun dan sebagai bentuk keterbukaan informasi kepada publik serta dalam rangka mewujudkan Good Governance. Badan Kepegawaian Negara sebagai instansi pemerintah mempunyai kewajiban menyusun LAKIP yang merupakan bentuk akuntabilitas kepada publik serta menjadi media informasi kepada publik mengenai capaian kinerja yang telah dilakukan BKN selama tahun Terkait tugas BKN sebagai instansi yang melaksanakan manajemen kepegawaian negara, BKN mempunyai peran yang sangat strategis dalam membangun sumber daya aparatur sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di bidang Hukum dan Aparatur. Pembangunan bidang aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan mewujudkan tata pemerintahan yang baik untuk mendukung keberhasilan pembangunan di berbagai bidang lainnya. B. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005, dibentuk BKN yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara sebagaimana telah 3 kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala BKN Nomor 5 Tahun 2013, BKN melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen kepegawaian Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKN menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kepegawaian; 2

9 b. Penyelenggaraan koordinasi identifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan, pengawasan dan pengendalian pemanfaatan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia Pegawai Negeri Sipil; Penyelenggaraan administrasi kepegawaian pejabat negara dan mantan pejabat Negara; c. Penyelenggaraan administrasi dan sistem informasi kepegawaian dan mutasi kepegawaian antar Provinsi dan/atau antar Kabupaten/Kota; d. Penyelenggaraan koordinasi penyusunan norma, standar dan prosedur mengenai mutasi, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban, kedudukan Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah dan bidang kepegawaian lainnya; e. Penyelenggaraan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian kepada instansi pemerintah; f. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKN; g. Pelancaran kegiatan instansi pemerintah di bidang administrasi kepegawaian; h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga. Disamping kedudukan, tugas, dan fungsi, BKN juga memiliki kewenangan yaitu: a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang manajemen kepegawaian; b. Perumusan kebijakan di bidang manajemen kepegawaian untuk mendukung pembangunan secara makro; c. Penetapan sistem informasi di bidang manajemen kepegawaian; d. Pelaksanaan mutasi kepegawaian antar Provinsi; e. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; f. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang kepegawaian; g. Penyusunan norma, standar dan prosedur kepegawaian dan pengendaliannya; h. Penyusunan program kepegawaian secara nasional sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan Pemerintah; i. Penyelenggaraan administrasi mutasi kepegawaian antar provinsi, serta perumusan standar prosedur mengenai perencanaan, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan standar, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban serta kedudukan Pegawai Negeri Sipil; j. Penyelenggaraan administrasi kepegawaian nasional; 3

10 k. Perencanaan kebijakan dan pemantauan pemanfaatan pendidikan dan pelatihan standar; l. Pengawasan dan pengendalian norma, standar dan prosedur kepegawaian. C. Peran Strategis BKN Sesuai amanat Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, BKN sebagai lembaga penyelenggara manajemen kepegawaian negara memiliki peran yang sangat strategis dalam pengembangan manajemen kepegawaian dan pelayanan administrasi kepegawaian yang melayani seluruh instansi pemerintah baik pusat maupun daerah. Peran strategis BKN meliputi beberapa bidang, yaitu: 1) Bidang Perencanaan dan pengembangan Kepegawaian Peran strategis BKN terkait Bidang Perencanaan dan Pengembangan Kepegawaian yaitu merumuskan kebijakan perencanaan dan pengembangan kepegawaian melalui pemberian pertimbangan pengusulan formasi PNS, penyediaan pedoman penyusunan standar kompetensi manajerial dan teknis, penilaian kompetensi PNS (Assessment Center), pengembangan kompetensi sumber daya aparatur melalui Diklat-diklat Kepegawaian, penelitian dan pengkajian dalam rangka mendukung perumusan kebijakan dibidang kepegawaian. Terkait peran strategis ini BKN telah melaksanakan berbagai program antara lain melaksanakan kegiatan penataan PNS dengan fasilitasi instansi untuk melakukan penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang tepat berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja, dan evaluasi jabatan. Selain itu, masing-masing instansi pemerintah juga diwajibkan melakukan distribusi pegawai dan menyusun proyeksi kebutuhan PNS selama lima tahun. 2) Bidang Pembinaan kinerja dan perundang-undangan. Peran strategis BKN terkait Bidang Pembinaan Kinerja dan Perundang-undang adalah melaksanakan perumusan kebijakan pembinaan kinerja dan penyusunan peraturan perundang-undangan kepegawaian. Dalam rangka peningkatan kualitas seleksi CPNS untuk mendapatkan SDM yang berkualitas maka BKN membangun dan mengembangkan sistem rekrutmen dan seleksi berbasis kompetensi dengan menggunakan alat bantu komputer atau Computer Assisted Test (CAT). Disamping itu dalam rangka pembinaan kinerja pegawai, BKN melaksanakan asistensi penyusunan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) pada instansi pusat dan daerah. 4

11 3) Bidang Layanan Kepegawaian. Badan Kepegawaian Negara harus cepat merespons berbagai harapan masyarakat dan menjawab berbagai tantangan yang ada, khususnya dalam memberikan layanan bidang kepegawaian. Salah satu upaya yang dilakukan dengan menerapkan Standar Manajemen Mutu ISO terhadap pelayanan kepegawaian. Hal ini menjadi momentum kebangkitan kualitas layanan yang prima, cepat, tepat, murah dan transparan kepada PNS yang diharapkan dapat menjadi pemicu lahirnya prestasi di sektor lain, sehingga pelayanan kepada PNS semakin baik. Berkaitan dengan peningkatan layanan kepegawaian berbasis IT mulai dari rekruitmen hingga pensiun, BKN menerapkan Sistim Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK On-Line) yang terintegrasi pada seluruh instansi pusat dan daerah sehingga pelayanan menjadi lebih cepat, tepat, transparan, efektif dan efisien. 4) Bidang Informasi Kepegawaian. Dalam rangka pengembangan sistem informasi kepegawaian, BKN memiliki peran strategis untuk menyediakan data kepegawaian yang valid, akurat dan terkini untuk menjamin ketersedian informasi kepegawaian yang dibutuhkan. Berbagai upaya yang dilakukan BKN diantaranya adalah dengan membangun dan mengembangkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi pada seluruh instansi pusat dan daerah melalui penggunaan aplikasi SAPK dalam pelayanan kepegawaian. Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan arsip kepegawaian dilakukan dengan menerapkan digitalisasi tata naskah kepegawaian yang didukung oleh Document Management System (DMS). 5) Bidang Pengawasan dan Pengendalian kepegawaian. BKN memiliki peran strategis di Bidang Pengawasan dan Pengendalian dengan melaksanakan perumusan kebijakan pengawasan dan pengendalian kepegawaian dan tindakan korektif terhadap pelanggaran peraturan kepegawaian. Selain itu untuk meningkatkan pemahaman terhadap penerapan peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian, BKN melaksanakan kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis kepada seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah. 5

12 D. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja BKN yang telah diubah dengan Peraturan Kepala BKN Nomor 5 Tahun 2013, susunan organisasi BKN terdiri dari: a. Kepala; b. Wakil Kepala; c. Sekretaris Utama; d. Deputi Bidang Pengembangan Kepegawaian; e. Deputi Bidang Bina Kinerja dan Perundang-undangan; f. Deputi Bidang Bina Pengadaan, Kepangkatan dan Pensiun; g. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian; h. Deputi Bidang Pengendalian Kepegawaian; i. Pusat Penilaian Kompetensi Pegawai Negeri Sipil; j. Pusat Analisis Kebijakan Manajemen Kepegawaian dan Bantuan Hukum; k. Pusat Analisis Teknologi dan Modernisasi Manajemen Kepegawaian; l. Pusat Pengembangan Sistem Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil; dan m. Inspektorat. Struktur Organisasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran I. E. Sistematika Penyajian Sistematika penyajian LAKIP BKN Tahun 2013 disusun dengan urutan penyajian sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang, kedudukan BKN, tugas pokok BKN dan fungsi BKN, aspek strategis yang berisi prioritas BKN sejalan dengan RPJMN serta struktur organisasi; Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan secara ringkas Renstra BKN dan penetapan kinerja BKN tahun 2013; Bab III Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan matriks target dan realisasi kinerja, serta akuntabilitas pengelolaan keuangan BKN; Bab IV Penutup, menjelaskan secara ringkas kesimpulan dan saran untuk perbaikan kinerja BKN dimasa mendatang. 6

13 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA

14 A. RPJMN Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/ lembaga dan lintas kementerian/ lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 yang merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) RPJMN selanjutnya menjadi pedoman bagi kementerian/ lembaga dalam menyusun Rencana Strategis kementerian/ lembaga (Renstra-KL). Tahapan skala prioritas utama dan strategi RPJM berbeda dalam setiap tahapannya. RPJM ke-2 ( ) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia disegala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan daya saing perekonomian. Program pembangunan nasional telah ditetapkan lima agenda utama pembangunan nasional, yaitu: 1. Pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat. 2. Perbaikan tata kelola pemerintahan. 3. Penegakan pilar demokrasi. 4. Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. 5. Pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Dari lima agenda pembangunan tersebut kemudian ditetapkan 11 (sebelas) program prioritas nasional, yaitu (1) Reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) Pendidikan; (3) Kesehatan; (4) Penanggulangan kemiskinan; (5) Ketahanan pangan; (6) Infrastruktur; (7) Iklim ivestasi dan usaha; (8) Energi; (9) Lingkungan hidup dan bencana; (12) Daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paska konflik; (11) Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi. Untuk mendukung pelaksanaan RPJMN Tahun , Badan Kepegawaian Negara di tahun anggaran 2013 melaksanakan beberapa kegiatan prioritas bidang yaitu: 8

15 1) Perencanaan Kepegawaian Dan Formasi (Sub Kegiatan Penataan PNS); 2) Penilaian Kompetensi calon Pejabat Struktural Instansi Pemerintah, dan Konseling Kepegawaian (Sub Kegiatan Pembinaan Assessment Center Pada Instansi Pemerintah) ; 3) Pembangunan, Pengembangan system informasi dan Pengolahan database Kepegawaian ; 4) Pengembangan Operasional Jaringan Komunikasi dan Informasi Kepegawaian (Sub kegiatan Implementasi KPE); 5) Perumusan Kebijakan Rekrutmen dan Kinerja Pegawai (Sub Kegiatan pengembangan Sistem Rekrutmen CPNS/PNS dengan CAT System, pembangunan CAT pada 4 kanreg, Pengembangan sistem rekrutmen pusat, validasi soal dan pengembangan bank soal berskala nasional); 6) Pelaksanaan Wasdal dan Bimtek Bidang kepegawaian pada Instansi Pusat dan daerah. Disamping kegiatan prioritas bidang tersebut diatas, Badan Kepegawaian Negara juga melaksanakan beberapa kegiatan prioritas lembaga, yaitu: Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya 1) Pembinaan dan pengelolaan administrasi keuangan BKN Pusat dan Kanreg (Belanja Pegawai). 2) Penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran BKN Pusat dan kanreg (Belanja Barang Mengikat). Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 1) Pembangunan gedung Pusdiklat Kepegawaian (tahap II); 2) Pengadaan kendaraan roda 4 pada 8 kanreg BKN; 3) Pembangunan gedung arsip Kanreg V Jakarta; 4) Pembangunan gedung arsip Kanreg XI Manado; 5) Pembangunan gedung arsip Kanreg XII Pekanbaru. Program Penyelenggaraan Manajemen Kepegawaian Negara Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Bidang Kepegawaian (sub kegiatan penyelenggaraan diklat analis kepegawaian Calon pejabat fungsional analis kepegawaian tingkat terampil sebanyak 2 angkatan dan 13 angkatan tingkat keahlian). 9

16 B. Rencana Strategis BKN Tahun Rencana strategis (Renstra) Badan Kepegawaian Negara Tahun disusun sebagai perencanaan jangka menengah Badan Kepegawaian Negara yang merupakan gambaran tujuan, sasaran strategis dan target hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun sesuai dengan tugas dan fungsi, serta peran Badan Kepegawaian Negara sebagaimana yang diamanahkan oleh undang-undang. Dalam rangka penyempurnaan Rencana Strategis BKN Tahun dan penguatan implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di lingkungan Badan Kepegawaian Negara, maka telah dilakukan revisi terhadap Rencana Strategis BKN Tahun yang disusun berdasarkan hasil pembahasan dengan seluruh unit kerja di lingkungan BKN dan memperhatikan apa yang menjadi harapan dan keinginan pemangku kepentingan (stakeholder) BKN. Revisi terhadap Rencana Strategis BKN meliputi Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis, dan Indikator Kinerja Utama. 1. Visi Visi BKN setelah dilakukan revisi adalah Menjadi Pembina dan Penyelenggara Manajemen Kepegawaian yang Profesional dan Bermartabat Tahun Misi Untuk mewujudkan Visi BKN di atas, maka Badan Kepegawaian Negara menetapkan misi yang akan dilakukan sebagai berikut: a. Mengembangkan sistem manajemen kepegawaian negara. b. Mengembangkan sistem pelayanan kepegawaian. c. Mengembangkan manajemen internal BKN. 3. Tujuan Dengan didasarkan pada visi dan misi yang telah ditetapkan, Badan Kepegawaian Negara menetapkan tiga tujuan strategis yang ingin dicapai hingga tahun 2014, yaitu: a. Mewujudkan manajemen kepegawaian yang moderen. b. Mewujudkan pelayanan prima bidang kepegawaian. c. Mewujudkan manajemen internal yang efektif, efisien dan akuntabel. 10

17 4. Sasaran Strategis Sasaran strategis Badan Kepegawaian Negara disusun berdasarkan tujuan strategis yang ingin dicapai. Ada delapan sasaran strategis yang ditempuh dalam rangka mewujudkan tujuan strategis Badan Kepegawaian Negara, yaitu: i. Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian; j. Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal; k. Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan kepegawaian; l. Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi; m. Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi; n. Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian kepegawaian; o. Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya, serta pengelolaan administrasi; p. Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor. 5. Indikator Kinerja Utama Indikator kinerja utama (IKU) Badan Kepegawaian Negara ditetapkan dengan mengacu pada Rencana Strategis BKN Tahun Indikator kinerja utama ditetapkan secara berjenjang, sebagai ukuran keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran strategis yang ingin dicapai. Indikator kinerja utama BKN yang digunakan untuk periode Tahun ditetapkan sebagai berikut: Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama BKN No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama I Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian. 1. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya. 2. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan 11

18 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama di lingkungannya. 3. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di lingkungannya. 4. Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai NSP. II Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal. 1. Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen dan promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT). 2. Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis kepegawaian. III Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan kepegawaian. IV Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi. V Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi. 1. Jumlah rumusan peraturan perundangundangan yang diselesaikan. 1. Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan kepegawaian. 1. Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data pokok pegawai. 2. Persentase Instansi Pemerintah yang telah terintegrasi dengan sistem aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK). 3. Persentase instansi/ stakeholders yang telah menggunakan sistem KPE. VI Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian kepegawaian. 1. Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang 12

19 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama kepegawaian. VII Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya, serta pengelolaan administrasi. 1. Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN. 2. Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN. VIII Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor. 3. Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi. 4. Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai standar. 5. Indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan informasi BKN. 1. Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor yang tersedia. 2. Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana. C. Penetapan Kinerja BKN Tahun 2013 Penetapan kinerja atau perjanjian kinerja ditetapkan untuk dijadikan sebagai tolok ukur pengukuran capaian kinerja. Badan Kepegawaian Negara menyusun penetapan kinerja tahun 2013 berdasarkan hasil pembahasan dengan seluruh unit kerja di lingkungan Badan Kepegawaian Negara. Target capaian kinerja tahun 2013 Badan Kepegawaian Negara dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Penetapan Kinerja BKN Tahun 2013 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target I Meningkatkan efektifitas sistem 1. Persentase instansi pemerintah yang 50% perencanaan dan pengembangan menerapkan kebijakan penataan kepegawaian. kepegawaian (rightsizing) di 13

20 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target lingkungannya. 2. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi 30% jabatan di lingkungannya. 3. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi 16% PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di lingkungannya. 4. Persentase instansi pemerintah yang 50% menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai NSP. II Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal. 1. Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem 25 Instansi rekrutmen dan promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT). 2. Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis kepegawaian. 600 analis III Meningkatkan kualitas rumusan 1. Jumlah rumusan peraturan 15 perundang-undangan perundang-undangan yang naskah kepegawaian. diselesaikan. IV Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi. V Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi. 1. Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan kepegawaian. 1. Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data pokok pegawai. 2. Persentase Instansi Pemerintah yang telah terintegrasi dengan sistem Sangat Baik 80% 100% 14

21 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK). VI Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian kepegawaian. VII Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya, serta pengelolaan administrasi. VIII Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor. 3. Persentase instansi/ stakeholders yang telah menggunakan sistem KPE. 1. Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian. 1. Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN. 2. Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN. 3. Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi. 4. Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai standar. 5. Indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan informasi BKN. 1. Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor yang tersedia. 2. Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana. 85% 35% B WTP 100% 90% Baik Baik 75% 15

22 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2013

23 A. Penguatan Implementasi SAKIP BKN Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi birokrasi yang berorientasi pada pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Badan Kepegawaian Negara berkomitmen untuk mewujudkan akuntabilitas kinerja di lingkungannya melalui upaya penguatan terhadap implementasi SAKIP BKN. Upaya yang dilakukan oleh BKN dalam rangka penguatan implementasi SAKIP di lingkungan BKN adalah sebagai berikut: 1) Telah ditetapkannya Peraturan Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan SAKIP di Lingkungan BKN yang akan digunakan sebagai pedoman atau panduan unit kerja dalam menyusun dan melaksanakan SAKIP di lingkungan BKN agar lebih berkualitas. 2) Telah ditetapkannya Peraturan Kepala BKN Nomor 31 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Evaluasi SAKIP di lingkungan BKN yang akan digunakan sebagai pedoman dalam melakukan evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan SAKIP seluruh unit kerja di lingkungan BKN. 3) Monitoring dan evaluasi berkala terhadap pelaksanaan penetapan kinerja BKN secara berjenjang untuk memantau dan mengendalikan capaian kinerja seluruh unit kerja menggunakan aplikasi Sistem Informasi Akuntabilitas Kinerja BKN. B. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2013 Berdasarkan hasil pengukuran kinerja yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Negara di tahun 2013, maka diperoleh capaian kinerja sebagaimana pada tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Kinerja BKN Tahun 2013 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % I Meningkatkan efektifitas 1. Persentase instansi 50% 76% 152% sistem perencanaan dan pemerintah yang pengembangan menerapkan kebijakan kepegawaian. penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya. 2. Persentase instansi 30% 28% 93,33% 17

24 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya. 3. Persentase instansi pemerintah yang 16% 16,33% 100% menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di lingkungannya. 4. Persentase instansi pemerintah yang 50% 71,33% 142% menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai NSP. II Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal. 1. Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem 25 Instansi 73 Instansi 292% rekrutmen dan promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT). 2. Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis 600 analis 770 analis 128,33% kepegawaian. III Meningkatkan kualitas rumusan perundang- 1. Jumlah rumusan peraturan perundang- 15 naskah 33 naskah 220% undangan kepegawaian. undangan yang diselesaikan. 18

25 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % IV Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi. 1. Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan 82 (Sangat Baik) 83,09 (Sangat Baik) 101,33% kepegawaian. V Meningkatkan sistem 1. Persentase database 80% 82,00% 109,33% informasi kepegawaian yang PNS yang akurat dan terintegrasi. terkini berdasarkan data pokok pegawai. 2. Persentase Instansi Pemerintah yang telah 100% 98,89% 98,89% terintegrasi dengan sistem aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK). 3. Persentase instansi/ stakeholders yang telah 85,00% 90,30% 103,01% menggunakan sistem KPE. VI Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian kepegawaian. VII Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya, serta pengelolaan administrasi. 1. Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundangundangan bidang kepegawaian. 1. Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN. 2. Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN. 35% 35,3 % 100,86% B (65,01) WTP CC 92,66% (60,23) WTP 100% 3. Persentase penempatan pegawai 100% 90% 90% 19

26 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % yang sesuai dengan kompetensi. 4. Persentase pemenuhan 90% 99,70% 110,78% sarana operasional kantor sesuai standar. 5. Indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan Baik Baik 100% layanan informasi BKN. VIII Meningkatkan pemenuhan 1. Indeks kepuasan Baik Baik 100% standar dan mutu sarana pegawai terhadap prasarana kantor. sarana dan prasarana kantor yang tersedia. 2. Persentase pemenuhan 75% 72% 96% standar sarana dan prasarana. C. Analisis Pencapaian Kinerja Sasaran I : Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian. Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian sasaran meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian dapat dilihat pada tabel

27 Tabel 3.2 Capaian Kinerja Sasaran I Sasaran I : Meningkatkan efektifitas sistem perencanaan dan pengembangan kepegawaian. Indikator Kinerja Utama (IKU) 1. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi NA NA 30% 40% 50% 76% 2. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya. 10% 7,33% 10% 8,67% 30% 28% 3. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karier kepegawaian di lingkungannya. 12% 11,24% 14% 13,2% 16% 16,33% 4. Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai NSP. 25% 26,60% 30% 32,67% 50% 71,33% 21

28 a. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan PNS (rightsizing) di lingkungannya Salah satu tantangan penting dalam penataan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu membangun sosok PNS yang profesional. Peningkatan profesionalisme PNS merupakan upaya perbaikan dinamis dan berkelanjutan, sejalan dinamika masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembinaan profesionalisme PNS tersebut dilakukan dengan berbasis pada upaya peningkatan kemampuan atau kompetensi dalam menjalankan tugas dan fungsi yang diemban. Sasaran tersebut dapat diwujudkan melalui salah satu indikator kinerja utama yaitu Persentase instansi pemerintah yang menerapkan kebijakan penataan kepegawaian (rightsizing) di lingkungannya. Pada tahun 2013, target yang ditetapkan sebagai tolok ukur dalam penerapan kebijakan penataan PNS (rightsizing) difokuskan pada Instansi Daerah, yakni sebesar 50% dari 600 instansi atau sebesar 300 instansi. Sedangkan capaian kinerjanya adalah sebesar 76% atau 468 Instansi. 80% 70% 76% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 40% 30% 50% Realisasi Target 0% 0% Grafik 3.1 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan Kebijakan penataan PNS Kegiatan Penataan PNS (rightsizing) dilakukan berdasarkan pada Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan PNS. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang lengkap dan valid meliputi data kelembagaan, jabatan struktural, jabatan non struktural (Jabatan Fungsional Umum dan Jabatan Fungsional Tertentu), tenaga Guru, dan tenaga kesehatan. Selain itu, melalui 22

29 kegiatan tersebut dapat diperoleh data jumlah sarana pendidikan, rombongan belajar, siswa dan jam wajib mata pelajaran per minggu untuk menghitung kebutuhan Guru serta data jumlah sarana pelayanan kesehatan berdasarkan tipe untuk menghitung kebutuhan PNS pada sarana pelayanan kesehatan. Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui data struktur jabatan pada Instansi Daerah; 2) Untuk mengetahui jumlah kualitas, komposisi dan distribusi pegawai yang ada pada setiap unit organisasi (Satuan Kerja Perangkat Daerah); 3) Sebagai dasar untuk melaksanakan penghitungan kebutuhan PNS pada Instansi Pemerintah yang memiliki pola yang sama. Manfaat dari pemetaan dan penataan ini adalah sebagai berikut: 1) Ketersediaan jumlah pegawai yang tepat dalam melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan secara efektif dan efisien, 2) Sebagai bahan untuk menentukan kebijakan perencanaan pegawai, 3) Sebagai bahan dalam menyusun anggaran belanja pegawai. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan Instansi dalam kegiatan penataan PNS adalah sebagai berikut: 1) Pelaksanaan penghitungan kebutuhan PNS dibandingkan dengan jumlah pegawai yang ada (Bezetting). 2) Pelaksanaan analisis jabatan dan analisis beban kerja. 3) Penyusunan peta jabatan dan proyeksi kebutuhan pegawai selama 5 tahun kedepan. 4) Penyusunan rencana redistribusi PNS. 5) Proporsi belanja pegawai, diatas dan dibawah 50% dari APBD. Melalui kegiatan ini telah dihasilkan peta susunan kebutuhan pegawai yang ideal sesuai dengan peraturan, sehingga dapat diketahui komposisi dan distribusi pegawai untuk setiap jenis jabatan pada unit organisasi/satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). Peta susunan kebutuhan pegawai tersebut digunakan sebagai rekomendasi bagi Instansiinstansi Daerah dan sebagai standar kendali penambahan jumlah formasi PNS pada instansi yang memiliki tipologi yang sama dalam rangka menciptakan struktur, susunan dan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Dampak positif yang diharapkan adalah perencanaan kebutuhan PNS dapat dilakukan secara efektif dan efisien. 23

30 Daerah yang dijadikan sampel dalam kegiatan penataan PNS ini meliputi: 2% 25% 73% Provinsi Kota Kabupaten Grafik 3.2 Sampel kegiatan penataan PNS 1) Provinsi Jawa Barat, 2) Kabupaten Asahan, 3) Kabupaten Bengkayang, 4) Kabupaten Bojonegoro, 5) Kabupaten Brebes, 6) Kabupaten Bangka Tengah, 7) Kabupaten Batanghari, 8) Kabupaten Barito Kuala, 9) Kabupaten Blora, 10) Kabupaten Cilacap, 11) Kabupaten Donggala, 12) Kabupaten Garut, 13) Kabupaten Kaur 14) Kabupaten Kutai Kertanegara, 15) Kabupaten Karangasem, 16) Kabupaten Kediri, 17) Kabupaten Malang, 18) Kabupaten Muara Enim, 21) Kabupaten Solok Selatan, 22) Kabupaten Tulang Bawang, 23) Kabupaten Tanah laut, 24) Kota Bontang, 25) Kota Kendari, 26) Kota Manado 27) Kota Palu 28) Kota Singkawang 29) Kota Salatiga 30) Kota Yogyakarta 31) Kabupaten Bantul, 32) Kabupaten Jombang, 33) Kabupaten Magelang, 34) Kabupaten Majalengka, 35) Kabupaten Pandeglang, 36) Kabupaten Pelelawan, 37) Kabupaten Wonogiri, 38) Kota Kediri, 24

31 19) Kabupaten Oki, 20) Kabupaten Pasuruan, 39) Kota Pekanbaru, 40) Kota Surabaya. Disamping itu, BKN juga melakukan kegiatan Pilot Project dalam Penataan PNS, yakni sebagai percontohan dalam pelaksanaan Penataan PNS pada Instansi Pusat dan Daerah. Hasil dari pelaksanaan kegiatan ini dapat digunakan oleh Instansi Pemerintah lainnya untuk melaksanakan Penataan PNS. Kegiatan Pilot Project Penataan PNS dilakukan melalui tahapan persiapan mencakup analisis dalam rangka untuk melakukan rasionalisasi kuantitas, analisis kesenjangan kualitas pegawai dan komposisi PNS. Selanjutnya dilaksanakan tahapantahapan kegiatan sebagai berikut: 1) Menyusun Analisis Jabatan; 2) Menghitung Kebutuhan Pegawai; 3) Menyusun Analisis Kesenjangan Antara Syarat Jabatan dengan Profil Pegawai; 4) Menyusun Rekomendasi Penataan PNS. Tahap selanjutnya dilakukan analisis data untuk menghasilkan rekomendasi redistribusi/reposisi PNS dari unit organisasi yang kelebihan pegawai ke unit organisasi yang kekurangan pegawai sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Secara keseluruhan, instansi pemerintah lokus pelaksanaan kegiatan pilot project penataan PNS ini adalah sebagai berikut: 1) Instansi Pusat, yaitu: a) Badan Kepegawaian Negara, b) Arsip Nasional RI, 2) Instansi Daerah, yaitu: 1) Provinsi Kalimantan Selatan, 2) Kabupaten Sidoarjo, 3) Kota Palembang. 4) Provinsi Riau 5) Provinsi Sulawesi Selatan 6) Provinsi Kalimantan Barat 7) Kabupaten Lombok Utara 8) Kabupaten Minahasa Selatan 25

32 9) Kabupaten Wonogiri 10) Kota Banda Aceh 11) Kota Bogor 12) Kota Sorong Kabupaten 29% Kota 29% Pusat 14% Provinsi 28% Grafik 3.3 Pilot Project penataan PNS b. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya Dalam pembinaan profesionalisme PNS, salah satunya adalah dengan menentukan ukuran yang jelas tentang aspek-aspek kemampuan kerja PNS yang diperlukan dalam setiap jabatan yang diembannya. Dalam kaitan ini, masih banyak tuntutan perilaku kompetensi pekerjaan di lingkungan PNS yang belum terstandar, yang merujuk kepada tugas dan fungsi organisasi. Untuk mempercepat implementasi penyusunan standar kompetensi manajerial maupun standar kompetensi teknis di lingkungan Instansi Pusat maupun Daerah, maka BKN melakukan penyusunan modul untuk kedua jenis kompetensi tersebut. Standar kompetensi manajerial disusun dengan berpedoman pada Peraturan Kepala BKN Nomor 7 Tahun 2013 dan standar kompetensi teknis PNS disusun sesuai dengan Peraturan Kepala BKN Nomor 8 Tahun Dengan tersusunnya modul ini diharapkan dapat memudahkan 26

33 setiap instansi dalam menyusun Standar Kompetensi Manajerial dan Standar Kompetensi teknis di instansinya. 35% 30% 25% 30% 28% 20% 15% 10% 5% 10% 10% 7% 8% Realisasi Target 0% Grafik 3.4 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan Pada tahun 2013, indikator kinerja persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan di lingkungannya ditargetkan mencapai 30% dari 600 instansi, namun hanya dicapai sebesar 28%. Belum tercapainya kinerja tersebut disebabkan beberapa kendala dalam pelaksanaannya, antara lain belum tersosialisasikannya pedoman penyusunan standar kompetensi PNS (Manajerial dan Teknis) secara optimal, terutama pada tataran pejabat pengambil kebijakan, akolasi anggaran/dana yang belum memadai, khususnya di lingkungan BKN untuk kegiatan fasilitasi kegiatan penyusunan/perumusan standar kompetensi serta masih terbatasnya jumlah pegawai yang memiliki kualifikasi sebagai tenaga fasilitator standar kompetensi, yang mengakibatkan capaian kinerja yang telah ditargetkan belum sesuai harapan. Pencapaian kinerja tersebut dilaksanakan melalui kegiatan Penyusunan Modul kompetensi Manajerial dan Sosial serta Kompetensi Teknis, Workshop dan Piloting Standar Kompetensi Manajerial dan Sosial serta Standar Kompetensi Teknis pada Instansi Pusat dan Kantor Regional, Analisis Beban Kerja PNS, dan Perumusan Jabatan Fungsional Tertentu Analis Jabatan. Hasil dari kegiatan tersebut meliputi: 1) Modul Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial PNS 27

34 2) Modul Perumusan Standar Kompetensi Teknis PNS 3) Pedoman Analisis Beban Kerja 4) Draft Rancangan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Jabatan Analis Jabatan. Selain itu, dalam pelaksanaan agenda reformasi birokrasi, profesionalisme PNS sangatlah diperlukan untuk dapat meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat. Profesionalisme PNS tersebut sangat terkait dengan penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan tugas jabatan dalam sebuah organisasi birokrasi. Sejalan dengan hal tersebut, dalam rangka mendukung upaya percepatan implementasi standar kompetensi di lingkungan instansi pemerintah, maka BKN melakukan workshop dan piloting penyusunan/perumusan standar kompetensi manajerial PNS dan standar kompetensi teknis PNS di lingkungan BKN Pusat dan Kantor Regional BKN. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempersiapkan para fasilitator penyusunan/perumusan standar kompetensi manajerial dan standar kompetensi teknis kepada instansi pusat dan daerah. c. Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karir kepegawaian di lingkungannya Salah satu peran BKN adalah melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan penilaian kompetensi PNS dalam rangka pengembangan karir PNS dan melaksanakan konseling permasalahan kepegawaian. Pada tahun 2013 BKN telah melakukan fasilitasi penilaian kompetensi baik untuk instansi pusat maupun daerah. Penilaian kompetensi bertujuan untuk menilai/mengukur potensi dan kompetensi pegawai yang dapat memprediksi kesuksesan seseorang dalam suatu jabatan yang akan datang untuk membantu organisasi dalam kegiatan pengelolaan pegawai berdasarkan kompetensi antara lain untuk kebutuhan seleksi, promosi, rotasi, dan penentuan kebutuhan pelatihan. Indikator kinerja persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karir pegawai di lingkungannya digunakan untuk mengukur berapa banyak instansi pemerintah pusat dan daerah yang telah melaksanakan penilaian kompetensi untuk pengembangan karir pegawainya. Target di tahun

35 sebesar 16% instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS, dan berhasil direalisasikan sebesar 16,33% atau 98 instansi. Target tersebut merupakan akumulasi dari tahun-tahun sebelumnya, dengan kenaikan target setiap tahun sebesar 2% atau sebanyak 12 instansi setiap tahunnya (dengan dasar pada saat pertama kali ditetapkan target jumlah instansi pemerintah pusat dan daerah sebanyak 600 instansi). Jika melihat target kenaikan 2% tersebut di tahun 2013, maka realisasi yang telah dicapai sebesar 18 instansi atau 3,11 % (lihat lampiran 4). Dibandingkan dengan data sebelumnya yakni tahun 2011, jumlah instansi pemerintah yang telah menerapkan penilaian kompetensi sebesar 68 instansi atau 12%, tahun 2012 naik menjadi 80 instansi atau 13,22%. Dengan demikian terdapat peningkatan jumlah instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karir PNS dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 sebagaimana dapat dilihat pada grafik 3.5 berikut % 16.00% 14.00% 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% 16.33% 14% 16% 12% 13.2% 11.24% Realisasi Target Grafik 3.5 Persentase instansi pemerintah yang menerapkan penilaian kompetensi PNS Sejak tahun 2011 hingga 2013, BKN telah melakukan penilaian kompetensi dan pemetaan potensi terhadap PNS dari berbagai instansi sebesar PNS dengan komposisi pertahunnya dapat dilihat pada tabel

36 Tabel 3.3 Penilaian Kompetensi dan Pemetaan Potensi PNS NO TAHUN JUMLAH JUMLAH Untuk mendukung dan meningkatkan indikator kinerja tersebut, BKN telah melakukan beberapa hal, antara lain: 1) Melakukan pengembangan metode penilaian kompetensi; 2) Membentuk jabatan fungsional Assessor SDM Aparatur; 3) Menyusun modul/ kurikulum pendidikan dan pelatihan jabatan fungsional assessor untuk pengangkatan pertama; 4) Pembangunan Leadership Development; 5) Peningkatan kompetensi SDM Assessment Center; 6) Melakukan seminar nasional Assessment Center. Sesuai dengan rencana aksi Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, BKN telah menetapkan target sebesar 690 untuk calon pejabat struktural dengan menggunakan metode assessment center di seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Dari target tersebut telah tercapai sebesar 787 pegawai atau sebesar 113,6 %. Beberapa kendala yang dihadapi di tahun 2013 terkait penerapan penilaian kompetensi PNS dalam pengembangan karir pegawai di instansi pemerintah antara lain: 1) Masih kurangnya pemahaman pimpinan instansi pemerintah tentang manfaat penerapan penilaian kompetensi dalam pengembangan karir. 2) Assessor yang dimiliki BKN masih kurang sehingga perlu penambahan. 3) Perlunya regulasi yang jelas dan mengikat bagi instansi pemerintah untuk menerapkan penilaian kompetensi bagi calon pejabat khususnya eselon I, II dan III di setiap instansi. 30

37 d. Persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai Norma Standar Prosedur (NSP) Pada Tahun 2013, persentase instansi pemerintah yang menghitung kebutuhan formasi PNS dengan tepat sesuai norma, standar dan prosedur ditargetkan sebesar 50% atau sebesar 300 instansi dari total Instansi Pemerintah yang menjadi target kinerja yang akan dicapai, yaitu 600 Instansi dengan rincian 76 instansi pusat dan 524 instansi daerah. Capaian kinerja untuk tahun 2013 sebesar 428 (71,33%) yang terdiri dari 51 instansi pusat dan 377 instansi daerah. Untuk mencapai kinerja tersebut dalam penetapan formasi PNS dan penyelesaian permasalahan kepegawaian yang berskala nasional, maka BKN melakukan kegiatan analisis kebutuhan pegawai yang didasarkan pada data peta jabatan, profil daerah, jumlah penduduk, luas wilayah/teritorial, daerah tertinggal, daerah pemekaran, unit organisasi baru dan anggaran belanja pegawai. Selanjutnya, pemberian pertimbangan formasi PNS Instansi Pusat dan Daerah didasarkan pada syarat yang harus dipenuhi, yaitu analisis jabatan, analisis beban kerja, peta jabatan dan redistribusi serta penyusunan proyeksi kebutuhan PNS selama lima tahun kedepan. Penghitungan Jumlah Kebutuhan PNS Instansi Daerah mengacu pada Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 26 Tahun 2013, dari 524 Instansi Daerah, dimana yang sudah menyampaikan hasil penghitungan kebutuhan pegawai adalah sebanyak 495 instansi. Sedangkan yang telah dilakukan verifikasi adalah sebanyak 489 instansi dan yang belum diverifikasi adalah sebanyak 6 instansi, yang disebabkan data tidak lengkap. Sementara yang belum menyampaikan hasil penghitungan kebutuhan pegawai adalah sebanyak 29 instansi. Dengan demikian, total yang belum diverifikasi karena data tidak lengkap dan yang belum menyampaikan laporan hasil penghitungan kebutuhan pegawai adalah sebanyak 35 instansi. Berdasarkan hasil penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang disampaikan oleh Instansi Daerah, BKN melaksanakan kegiatan verifikasi dan validasi hasil penghitungan jumlah kebutuhan PNS. Kegiatan ini merupakan langkah strategis dan sebagai tolak ukur dalam penentuan jumlah kebutuhan PNS yang tepat. Selain itu, kegiatan dimaksud adalah sebagai landasan dalam memberikan tanggapan kepada berbagai pihak termasuk lembaga legislatif atas fenomena jumlah pegawai yang ideal. Hasil penghitungan kebutuhan PNS yang tepat dapat digunakan untuk penataan PNS (rightsizing) secara menyeluruh dan untuk penyempurnaan sistem prosedur kerja dan manajemen lainnya, meningkatkan pembinaan, penyempurnaan dan pengembangan PNS, 31

38 baik dari sisi kelembagaan, ketatalaksanaan kepegawaian maupun business process secara konsisten dan berkesinambungan. Hingga Desember 2013, instansi yang melengkapi kelengkapan dokumen seperti Analisis Jabatan adalah sebanyak 51 instansi untuk Instansi Pusat. Sedangkan untuk Instansi Daerah yang melengkapi kelengkapan dokumen bertambah sebesar 377 instansi. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan terselenggaranya workshop analisis jabatan dan analisis beban kerja secara nasional, Instansi Pemerintah dapat menyampaikan kelengkapan dokumen hasil penghitungan kebutuhan pegawai. Hal tersebut mencerminkan terjadinya peningkatan kemampuan SDM instansi yang bersangkutan dalam menyerap materi selama workshop dan mampu menyusun dokumen dimaksud. Dari 76 instansi pusat yang sudah menyampaikan hasil penghitungan jumlah kebutuhan pegawai adalah sebanyak 51 instansi. Berikut ini disajikan hasil penghitungan jumlah kebutuhan PNS pada Instansi Pusat dan Daerah serta hasil verifikasi dan validasi atas hasil penghitungan jumlah kebutuhan pegawai. Tabel 3.4 Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah menyampaikan Hasil Penghitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil Kelengkapan Dokumen Hasil Penghitungan Kebutuhan Pegawai Instansi Analisis Jabatan Analisis Beban Kerja Peta Jabatan Rencana Redistribusi Pegawai Proyeksi Kebutuhan Pegawai Lima Tahun Pusat Daerah Jumlah Seluruhnya Selain itu, untuk melihat secara rinci jumlah keseluruhan perhitungan formasi PNS, maka BKN melakukan verifikasi untuk melihat kekurangan dan kelebihan pegawai untuk kelompok jabatan, seperti jabatan struktural, jabatan fungsional umum, Dosen, Kesehatan, jabatang fungsional tertentu lainnya, seperti tercantum dalam tabel

39 Tabel 3.5 Hasil Penghitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil pada Instansi Pusat KELOMPOK JABATAN NON STRUKTURAL JENIS DATA STRU- KESE- JFT TURAL JFU DOSEN JUMLAH HATAN LAINNYA TOTAL Bezetting 95, , , ,901 36, , ,263 Hasil Penghitungan Instansi Pusat 115, , , , ,203 1,085,648 1,201,400 Verifikasi BKN 115, , , ,034 53, , ,905 Kelebihan/ Kekurangan -20, ,311-3, ,133-17, ,530 +4,358 Ket : Dosen : sumber data dari usulan formasi tahun anggaran 2013 Kesehatan: sumber data dari website Kemenkes JFT: sumber data dari BKN Data tabel 3.5 menunjukkan bahwa bezetting pada tenaga struktural sejumlah sedangkan hasil penghitungan kebutuhan baik yang dilakukan oleh Instansi Pusat maupun oleh Badan Kepegawaian Negara sejumlah sehingga kekurangan pegawai sebanyak 20,172 pejabat struktural. Untuk bezetting pada Jabatan Fungsional Umum (JFU) sejumlah , sedangkan hasil penghitungan (verifikasi) yang dilakukan oleh BKN sejumlah sehingga terdapat selisih kelebihan pegawai sejumlah Sedangkan untuk Jabatan Fungsional Tertentu khususnya bagi tenaga Dosen dengan bezetting sejumlah 183,062. Sedangkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh BKN sejumlah 186,378, sehingga terdapat kekurangan pegawai sejumlah Untuk Jabatan Fungsional Tertentu khususnya bagi tenaga Kesehatan dengan bezetting sejumlah Sedangkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh BKN sejumlah sehingga terdapat kekurangan pegawai sejumlah

40 Untuk Jabatan Fungsional Tertentu Lainnya dengan bezetting sejumlah pegawai sedangkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh BKN sejumlah pegawai, sehingga terdapat kekurangan pegawai sejumlah Adapun jumlah total PNS untuk jabatan nonstruktural pada Instansi Pusat adalah sejumlah pegawai, sedangkan jumlah total hasil verifikasi kebutuhan tenaga nonstruktural yang dilakukan oleh BKN sejumlah pegawai sehingga pada tenaga nonstruktural terdapat kelebihan pegawai sejumlah (akumulasi dari kelebihan ataupun kekurangan jumlah pegawai per jenis jabatan nonstruktural). Dengan demikian, secara umum terlihat bahwa pada Instansi Pusat terdapat kelebihan pegawai sejumlah (bezetting: dikurangi kebutuhan: 930,905). Angka kelebihan tersebut merupakan akumulasi dari kelebihan ataupun kekurangan pegawai pada setiap jenis jabatan (struktural dan nonstruktural), dengan pertimbangan apabila dilakukan kebijakan redistribusi/reposisi atau promosi jabatan serta pengalihan fungsi yaitu pengangkatan pegawai yang ada dari jabatan fungsional umum menjadi jabatan fungsional tertentu sesuai dengan kompetensi yang disyaratkan dalam jabatan tersebut. Tabel 3.6 Hasil Penghitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil pada Instansi Daerah TENAGA SARYANKES NON STRUK- NON DATA STRUK- GURU KESEHA- TOTAL KET. TURAL KESEHA- TURAL TAN TAN BEZETTING Instansi PENGHIT. INSTANSI VERIFIKASI BKN Instansi 489 Instansi 34

41 TENAGA SARYANKES NON STRUK- NON DATA STRUK- GURU KESEHA- TOTAL KET. TURAL KESEHA- TURAL TAN TAN KEKURA- NGAN (-) KELEBIHAN (+) Dari tabel 3.6 menunjukkan bahwa bezetting pada tenaga struktural sejumlah , sedangkan hasil penghitungan kebutuhan yang dilakukan oleh BKN sejumlah sehingga kekurangan pegawai sebanyak pejabat struktural. Untuk bezetting pada Jabatan Fungsional Umum (JFU) sejumlah , sedangkan hasil penghitungan (verifikasi) yang dilakukan oleh BKN sejumlah sehingga terdapat selisih kelebihan pegawai sejumlah Sedangkan untuk Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) khususnya pada tenaga Guru dengan bezetting sejumlah , sedangkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh BKN sejumlah , sehingga terdapat kekurangan pegawai sejumlah Untuk Jabatan Fungsional Tertentu khususnya pada tenaga Kesehatan dengan bezetting sejumlah sedangkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh BKN sejumlah sehingga terdapat kekurangan pegawai sejumlah Untuk tenaga nonkesehatan dengan bezetting sejumlah sedangkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh BKN sejumlah sehingga terdapat kekurangan pegawai sejumlah Dengan demikian, dapat dilihat bahwa bezetting Pegawai dari 489 Instansi Daerah adalah sejumlah , sedangkan dari hasil verifikasi yang dilakukan oleh BKN kebutuhan pegawai Instansi Daerah tersebut sejumlah sehingga terdapat kekurangan sebanyak pegawai. Angka kekurangan tersebut merupakan akumulasi dari angka kelebihan ataupun kekurangan pegawai pada setiap jenis jabatan, dengan pertimbangan apabila dilakukan kebijakan redistribusi/reposisi atau promosi jabatan serta pengalihan fungsi yaitu 35

42 pengangkatan pegawai yang ada dari jabatan fungsional umum menjadi jabatan fungsional tertentu sesuai dengan kompetensi yang disyaratkan dalam jabatan tersebut. Berdasarkan hasil penghitungan kebutuhan PNS Instansi Pusat dan Daerah tersebut, bezetting PNS sejumlah (Instansi Pusat: dan Instansi Daerah: ) dari 565 instansi (Instansi Pusat: 76 dan Instansi Daerah: 489). Sedangkan hasil penghitungan PNS yang dilakukan oleh instansi sejumlah (Instansi Pusat: dan Instansi Daerah: ) dari 565 instansi. Hasil verifikasi dan validasi BKN berdasarkan peraturan yang berlaku dapat disimpulkan bahwa jumlah kebutuhan PNS adalah (Instansi Pusat: dan Instansi Daerah: ), sehingga secara keseluruhan terdapat kekurangan jumlah PNS sebanyak ( dikurangi ) dari 565 instansi. Untuk penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang tepat pada seluruh instansi baik Instansi Pusat maupun Instansi Daerah jika menggunakan parameter luas wilayah, jumlah penduduk, dan jumlah PNS, maka dapat diproyeksikan sejumlah pegawai. Penghitungan jumlah kebutuhan PNS yang dilakukan oleh BKN, digunakan sebagai pengendali penetapan tambahan formasi CPNS, menjamin efisiensi anggaran belanja pegawai serta dalam rangka terciptanya perencanaan kepegawaian yang efektif dan efisien. Sasaran II : Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal. Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian sasaran meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal dapat dilihat pada tabel

43 Tabel 3.7 Capaian Kinerja Sasaran II Sasaran II : Meningkatkan sistem pembinaan kinerja yang optimal Indikator Kinerja Utama (IKU) 1. Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen dan promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT) Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis kepegawaian a. Jumlah instansi pemerintah yang telah memanfaatkan sistem rekrutmen dan promosi dengan menggunakan alat bantu computer (CAT) Dalam rangka mewujudkan profesionalitas PNS, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah menetapkan beberapa perubahan dalam manajemen PNS. Perubahan tersebut membawa konsekuensi bahwa setiap instansi pemerintah dituntut untuk memiliki sumber daya manusia (PNS) yang berintegritas dan profesional. Profesionalitas PNS antara lain dimulai dari proses rekrutmen. Proses rekrutmen dimulai dari mencari dan menemukan pelamar yang memiliki pengetahuan, 37

44 keterampilan, dan karakteristik pribadi (kognitif maupun non kognitif) yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatan Realisasi Target Grafik 3.6 Jumlah instansi pemerintah yang telah menggunakan sistem rekrutmen dan promosi dengan CAT Rekrutmen dan seleksi merupakan salah satu fungsi manajemen PNS yang strategis. Melalui rekrutmen yang obyektif, transparan, dan akuntabel diharapkan dapat diperoleh PNS yang berkualitas, yang mampu melaksanakan tugas secara professional. Metode yang telah dan akan terus dikembangkan oleh BKN dalam proses rekrutmen dan seleksi adalah sistem rekrutmen berbasis kompetensi dengan CAT, yang merupakan penyempurnaan dari sistem rekrutmen yang selama ini berlaku, yang didasarkan atas Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2013 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan PNS. Dengan metode ini diharapkan pelaksanaan rekrutmen dan seleksi berlangsung secara adil bagi peserta tes, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Penyelenggaraan rekrutmen dan seleksi dengan menggunakan CAT ini selain digunakan dalam seleksi CPNS, juga dapat dimanfaatkan dalam proses seleksi untuk pengangkatan dalam jabatan struktural maupun jabatan fungsional tertentu. Sesuai data pada grafik 3.6, pada tahun 2012 BKN mentargetkan untuk memfasilitasi pelaksanaan rekrutmen dengan CAT pada 20 (dua puluh) instansi pusat maupun daerah. Dalam realisasinya dapat memfasilitasi pelaksanaan rekrutmen dalam pengangkatan jabatan struktural maupun fungsional tertentu pada 59 (lima puluh sembilan) instansi pusat maupun daerah sehingga tercapai 295,00%. Pada tahun

45 terdapat 73 (tujuh puluh tiga) Instansi Pusat maupun Daerah yang menggunakan CAT System dalam pelaksanaan rekrutmen CPNS (lihat lampiran 5). Peningkatan capaian kinerja ini merupakan implikasi penyelenggaraan rekrutmen dan seleksi dengan CAT mendapat respon positif, baik dari masyarakat maupun instansi pemerintah, karena proses rekrutmen/seleksi CPNS dengan CAT ini berlangsung secara lebih obyektif, transparan, dan terbebas dari KKN. Penentuan kelulusan hasil rekrutmen/seleksi CPNS dengan CAT System ini didasarkan pada Permenpan dan RB Nomor 35 tahun 2013 tentang Nilai Ambang Batas Tes Kompetensi Dasar Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil dari Pelamar Umum Tahun Dengan adanya beberapa permasalahan yang terjadi saat fasilitasi rekrutmen CPNS Tahun 2013, beberapa hal peningkatan dan pengembangan yang perlu dilakukan ke depan mencakup: 1) Sosialisasi Standar Operasional dan Prosedur (SOP) sistem rekrutmen berbasis kompetensi dengan menggunakan CAT bagi instansi pusat dan daerah. 2) Sarana dan prasarana yang memadai sebagai pendukung pelaksanaan proses rekrutmen dengan CAT, baik instansi pusat maupun daerah. 3) Sumberdaya manusia (PNS) dalam pengelolaan dan pelaksanaan proses rekrutmen dengan CAT, khususnya pada Kantor Regional BKN. 4) Jalur komunikasi data berbasis Virtual Private Network (VPN) yang ada di BKN pusat maupun Kantor Regional BKN dalam pendistribusian soal CAT. 5) Program Aplikasi dan Bank Soal. 6) Integrasi dengan sistem lainnya, antara lain identitas tunggal e-ktp, aplikasi SSCN (Sistem Seleksi CPNS Nasional) sebagai identitas dalam pendaftaraan peserta test CAT. b. Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis kepegawaian Dalam rangka mewujudkan pengelola kepegawaian yang profesional, maka dibentuk jabatan fungsional analis kepegawaian. Jabatan fungsional analis kepegawaian sangat diperlukan oleh instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah, disamping jabatan fungsional lain yang ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembinaan dan pengembangan 39

46 jabatan fungsional analis kepegawaian secara kontinu. Pembinaan dan pengembangan jabatan fungsional analis kepegawaian dimaksudkan agar dapat memperlancar pelaksanaan tugas dibidang manajemen kepegawaian dan pengembangan sistem manajemen kepegawaian. Untuk itu, BKN sebagai instansi pembina jabatan fungsional analis kepegawaian mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan jabatan fungsional analis kepegawaian. Sejalan dengan hal tersebut, sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam perumusan kebijakan dibidang pembinaan jabatan fungsional analis kepegawaian, BKN pada tahun 2013 mentargetkan untuk memberikan pertimbangan pengangkatan dalam jabatan fungsional analis kepegawaian kepada 600 (enam ratus) PNS dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan jabatan fungsional analis kepegawaian pada instansi pusat maupun daerah. Dari target yang ditetapkan tersebut, BKN dapat merealisasikan pemberian pertimbangan pengangkatan dalam jabatan fungsional analis kepegawaian sebanyak 770 (tujuh ratus tujuh puluh) PNS. Jumlah tersebut diperoleh dari hasil penyelenggaraan diklat fungsional analis kepegawaian, baik tingkat ahli maupun terampil yang dilaksanakan oleh Pusdiklat BKN maupun kerjasama dengan instansi terkait. Dengan kata lain tingkat capaian BKN dalam memenuhi kebutuhan jabatan fungsional analis kepegawaian untuk tahun 2013 mencapai 128,33 % Realisasi Target Grafik 3.7 Jumlah pertimbangan pengangkatan jabatan fungsional analis kepegawaian 40

47 Dengan demikian, BKN sampai dengan tahun 2013 telah memberikan pertimbangan pengangkatan jabatan analis kepegawaian sebanyak (seribu lima ratus tiga puluh) PNS. Hal ini menunjukkan bahwa instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah menyadari akan pentingnya keberadaan jabatan fungsional analis kepegawaian dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi. Diharapkan untuk tahun mendatang, BKN dapat lebih meningkatkan kinerjanya dalam memberikan pertimbangan pengangkatan dalam jabatan fungsional analis kepegawaian melalui penyelengaaraan Diklat Fungsional Analis Kepegawaian. Dengan demikian, pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional analis kepegawaian pada setiap instansi pemerintah pusat maupun daerah dapat terpenuhi demi lancarnya penyelenggaran manajemen kepegawaian pada setiap instansi. Sasaran III : Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan kepegawaian. Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian sasaran meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan kepegawaian dapat dilihat pada tabel 3.8 Tabel 3.8 Capaian Kinerja Sasaran III Sasaran III : Meningkatkan kualitas rumusan perundang-undangan kepegawaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah rumusan peraturan perundangundangan yang diselesaikan Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

48 Jumlah rumusan peraturan perundang-undangan yang diselesaikan Peraturan perundang-undangan dibidang kepegawaian merupakan kebijakan pemerintah yang disusun dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Kepala (Perka) BKN, dan termasuk juga Keputusan Kepala (Kepka) BKN. Kebijakan Pemerintah tersebut juga merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, dan merupakan instrumen dalam penyelenggaraan manajemen kepegawaian Realisasi Target Grafik 3.8 Jumlah rumusan peraturan perundang-undangan yang diselesaikan. Penyusunan peraturan perundang-undangan dibidang kepegawaian ini seyogyanya disusun dengan mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategis. Terlebih lagi dalam beberapa tahun terakhir ini pemerintah sedang melaksanakan agenda reformasi. Oleh karena itu, dalam penyusunannya harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyelenggaraan manajemen kepegawaian. Disamping itu, dalam penyusunan kebijakan, juga harus dilakukan koordinasi dengan instansi terkait, terutama dalam pembahasan dan harmonisasi mengenai substansi maupun konstruksi peraturan perundang-undangan, agar dapat dihasilkan suatu kebijakan yang lengkap dan berkualitas. Dengan demikian, diharapkan BKN dapat menyusun peraturan perundang- 42

49 undangan dibidang kepegawaian yang dapat mewujudkan PNS yang berkualitas dan memiliki kemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan serta bersih dan bebas dari KKN. Sesuai data grafik 3.8, BKN pada tahun 2013 mentargetkan untuk merumuskan dan menetapkan sebanyak 15 (lima belas) naskah rumusan peraturan perundangundangan bidang kepegawaian. Dalam pelaksanaannya, rumusan peraturan perundangundangan yang dapat dirumuskan dan ditetapkan menjadi peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian sebanyak 33 (tiga puluh tiga) naskah dalam bentuk PP, Perpres, dan Perka BKN. Dengan kata lain Capaian Kinerja BKN dalam penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian mencapai 220%. Capaian kinerja BKN tahun 2013 sesuai dengan Renstra BKN tahun adalah sebanyak 33 (tiga puluh tiga) naskah peraturan yang ditetapkan menjadi peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian. Hal ini menunjukkan bahwa BKN dapat dikatakan berhasil dan memiliki produktivitas kerja yang tinggi, karena dalam setahun mampu menyelesaikan penyempurnaan dan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian sebanyak 33 (tiga puluh tiga) naskah yang dimanfaatkan dalam rangka penyelenggaraan manajemen kepegawaian. Rumusan Kebijakan yang diselesaikan BKN dan telah ditetapkan menjadi peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian selama tahun 2013 sebagaimana disebutkan diatas meliputi: a. Bidang Perencanaan dan Pengadaan PNS. Kebijakan dibidang perencanaan dan pengadaan PNS yang telah dirumuskan dan ditetapkan yaitu: 1) Perka BKN No. 1 Tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS. 2) Perka BKN No. 16 Tahun 2013 tentang Pemberian Seri, Kode dan Nomor Karpeg PNS, Karis PNS dan Karsu PNS. Kebijakan tersebut disusun dalam rangka memperoleh PNS yang berkualitas diperlukan suatu perencanaan kebutuhan SDM PNS yang tepat sesuai kebutuhan organisasi. Perencanaan SDM adalah proses menetapkan strategi untuk dapat memperoleh, memanfaatkan, mengembangkan, dan mempertahankan SDM sesuai kebutuhan organisasi saat ini dan pengembangannya dimasa depan. 43

50 b. Bidang Penggajian dan Tunjangan Kebijakan dibidang penggajian dan tunjangan yang telah dirumuskan dan ditetapkan menjadi peraturan perundang-undangan dibidang kepegawaian terdiri dari 10 (sepuluh) Peraturan Pemerintah, 1 (satu) Peraturan Presiden, dan 3 (tiga) Peraturan Kepala BKN, yang dapat dirinci sebagai berikut: 1) 10 (sepuluh) Peraturan Pemerintah di bidang penggajian dan tunjangan terdiri dari: a) PP Nomor 22 Tahun 2013 tentang Peraturan Gaji PNS; b) PP Nomor 23 Tahun 2013 tentang Peraturan Gaji Anggota TNI; c) PP Nomor 24 Tahun 2013 tentang Peraturan Gaji Anggota Kepolisian Negara RI; d) PP Nomor 25 Tahun 2013 tentang Penetapan Pensiun Pokok Pensiunan PNS dan Janda/Dudanya; e) PP Nomor 26 Tahun 2013 tentang Penetapan Pensiun Pokok Purnawirawan; f) PP Nomor 27 Tahun 2013 tentang Penetapan Pensiun Pokok Purnawirawan Warakawuri Duda Tunjangan Anak Yatim Piatu Anggota Polri; g) PP Nomor 28 Tahun 2013 tentang Pemberian Tunjangan Kehormatan Kepada Bekas Anggota KNIP dan Janda/Dudanya; h) PP Nomor 29 Tahun 2013 tentang Pemberian Tunjangan Perintis Pergerakan Kebangsaan Kemerdekaan; i) PP Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pemberian Tunjangan Veteran Kepada Veteran RI; j) PP Nomor 48 Tahun 2013 tentang Pemberian Gaji, Pensiun Tunjangan Bulan ke- 13 dalam TA 2012 Kepada Pegawai Negeri, Pejabat Negara dan Penerima Pensiun. 2) 1 (satu) Peraturan Presiden dibidang Penggajian dan Tunjangan terdiri dari : Perpres Nomor 44 Tahun 2013 tentang Penyesuaian Gaji Pokok PNS menurut PP No. 22 tahun ) 3 (tiga) Peraturan Kepala BKN dibidang Penggajian dan Tunjangan terdiri dari : a) Perka BKN Nomor 15 Tahun 2013 tentang Juknis Penetapan Pensiun Pokok Pensiun PNS dan Janda/Dudanya; b) Perka BKN Nomor 20 Tahun 2013 tentang Ketentuan Teknis Pelaksanaan PerPres Nomor 44 Tahun 2013 tentang Penyesuaian Gaji Pokok PNS menurut PP Nomor 22 Tahun 2013; 44

51 c) Perka BKN Nomor 30 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan di Lingkungan BKN. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian yang telah diganti dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, dinyatakan bahwa setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak, yang mampu memacu produktivitas dan menjamin kesejahteran bagi Pegawai Negeri dan keluarganya. Selain gaji, upaya pemberian kesejahteraan merupakan strategi untuk dapat meningkatkan kinerja pegawai. Sehubungan dengan hal tersebut dan selaras dengan program reformasi birokrasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah, maka sistem penggajian dan pemberian tunjangan akan didasarkan pada beban dan tanggung jawab setiap pegawai (pemangku jabatan). c. Bidang Pembinaan dan Pengembangan Karier PNS Kebijakan dibidang pembinaan dan pengembangan karier PNS yang telah dirumuskan dan ditetapkan menjadi peraturan perundang-undangan dibidang kepegawaian terdiri dari 16 (enam belas) Perka BKN, yang dapat dirinci sebagai berikut: 1) Perka BKN No. 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Perka BKN No.11 Tahun 2011 tentang Pakaian Seragam Kerja bagi PNS di lingkungan BKN; 2) Perka BKN Nomor 3 Tahun 2013 tentang Kamus Jabatan Fungsional Umum PNS; 3) Perka BKN Nomor 4 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Auditor Kepegawaian dan Angka Kreditnya; 4) Perka BKN Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perubahan ke 3 (tiga) Atas Perka BKN Nomor 19 Tahun 2006 tentang.organisasi Tata Kerja BKN; 5) Perka BKN Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Stándar Kompetensi Manajerial PNS; 6) Perka BKN Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pedoman Perumusan Stándar Kompetensi Teknis PNS; 7) Perka BKN Nomor 10 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Perka BKN Nomor 25 Tahun 2010 tentang Jabatan di lingkungan BKN; 8) Perka BKN Nomor 13 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Perka BKN Nomor 26 Tahun 2010 tentang Uraian Tugas Jabatan Fungsional Umum di lingkungan BKN; 9) Perka BKN Nomor 21 Tahun 2013 tentang Status Kepegawaian PNS Kemenhub pada UPT Dirjen Perhubungan Udara dan yang diperbantukan pada PT. Angkasa Pura I dan II yang diperbantukan pada Perum LPPNPI; 45

52 10) Perka BKN Nomor 22 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Pengembangan PNS; 11) Perka BKN Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat Fungsional Assessor SDM Aparatur; 12) Perka BKN Nomor 24 Tahun 2013 tentang Stándar Kompetensi Jabatan Fungsional Assessor SDM Aparatur; 13) Perka BKN Nomor 25 Tahun 2013 tentang Pedoman Pemberian Persetujuan Teknis KP Reguler PNS untuk menjadi Pembina Tk.I golru IV/b kebawah; 14) Perka BKN Nomor 27 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Perka BKN Nomor 25 Tahun 2010 tentang Jabatan di lingkungan BKN; 15) Perka BKN Nomor 29 Tahun 2013 tentang Pedoman Kerjasama Antar Lembaga di lingkungan BKN; 16) Perka BKN Nomor 31 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Evaluasi SAKIP di lingkungan BKN. Pembinaan dan pengembangan karier PNS merupakan aspek strategis dalam penyelenggaraan manajemen kepegawaian. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan karier ini perlu disiapkan kebijakan yang dapat melancarkan proses penyelenggaraan manajemen kepegawaian, sehingga pembinaan dapat dilakukan lebih efektif dan efisien. Demikian pula halnya dengan pengembangan karier PNS, baik dalam pengembangan jabatan struktural maupun fungsional. d. Bidang Pemberhentian dan Pensiun Kebijakan dibidang pemberhentian dan pensiun PNS yang telah dirumuskan dan ditetapkan menjadi peraturan perundang-undangan terdiri dari 1 (satu) Perka, yaitu: Perka BKN Nomor 26 Tahun 2013 tentang Pedoman pemberhentian dan pemberian pensiun PNS yang mencapai BUP yang akan diberhentikan dalam Pangkat Pembina Tk I golongan Ruang IV/b ke bawah. Sesuai ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 PP Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas PP Nomor 32 Tahun 1979, yang merupakan pelaksanaan dari pasal 23 Undang-Undang Pokok-Pokok Kepegawaian antara lain dinyatakan bahwa Batas Usia Pensiun (BUP) PNS adalah 56 (lima puluh enam) tahun. Sedangkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan tertentu, batas usia pensiunnya dapat diperpanjang sampai dengan 58, 60, 62, 65 dan 70 tahun. 46

53 Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara sebagai proses transisinya, Kepala BKN telah menetapkan Surat Kepala BKN Nomor K.26-30/V.7-3/99 tanggal 17 Januari 2014 tentang Batas Usia Pensiun PNS. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa batas usia pensiun PNS jabatan pimpinan tinggi 60 tahun, jabatan administrasi 58 tahun dan jabatan fungsional sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Dengan kebijakan pembinaan kinerja dan peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian yang berkualitas tentunya penyelenggaraan manajemen PNS dapat lebih optimal sesuai dengan tuntutan reformasi birokrasi. Selain itu, dengan peraturan perundang-undangan yang berkualitas, permasalahan kepegawaian yang timbul dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya secara professional dan proporsional. Sebagai upaya untuk mewujudkan profesionalitas PNS, Undang-Undang Pokok Kepegawaian telah menetapkan beberapa perubahan dalam manajemen PNS. Perubahan tersebut membawa konsekuensi bahwa setiap instansi/organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah dituntut untuk memiliki sumber daya manusia (PNS) yang memenuhi persyaratan baik secara kualitas maupun kuantitas. Sasaran IV : Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi. Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian sasaran meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi dapat dilihat pada tabel

54 Tabel 3.9 Capaian Kinerja Sasaran IV Sasaran IV : Meningkatkan pelayanan kepegawaian berbasis teknologi informasi Indikator Kinerja Utama (IKU) Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan kepegawaian. 76 (Baik) 79,65 (Baik) 79 (Baik) 80,94 (Baik) 82 (Sangat Baik) 83,09 (Sangat Baik) Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan kepegawaian Indikator ini mencerminkan tingkat kepuasan pelanggan (unit pengelola kepegawaian) terhadap pelayanan kepegawaian yang diberikan BKN yang meliputi pelayanan pengadaan kepegawaian, pelayanan kepangkatan dan mutasi lainnya, pelayanan pensiun PNS, dan pelayanan penetapan Status dan Kedudukan Kepegawaian. Pada tahun 2011 target indeks kepuasan masyarakat bidang pelayanan kepegawaian adalah 76 dengan realisasi capaian 79,65 (sebutan baik) untuk tahun 2012 dari target indek kepuasan masyarakat 79 dengan realisasi capaian 80,94 (sebutan baik), sedangkan untuk tahun 2013 ditetapkan target indeks kepuasan masyarakat sebesar 82 dengan realisasi capaian sejumlah (sangat baik). Dari hasil penilaian responden tersebut terdapat 2 (dua) parameter yang memperoleh skor tertinggi yaitu parameter P1 (Kemudahan prosedur pelayanan) dan parameter P3 (Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani. Secara umum, tingkat capaian tersebut bila dilihat dari tahun ketahun perkembangannya menunjukan arah peningkatan (perbaikan), namun dari sisi penilaian masih terdapat 2 (dua) penilaian pada parameter P7 (kecepatan pelayanan) dan P10 (Ketepatan terhadap jadwal waktu pelayan) menempati nilai terendah, tetapi masih dalam kategori baik bila dibandingkan dengan paramater yang lain. Adapun perbaikan terhadap dua parameter tersebut diupayakan secara terus menerus secara berkesinambungan. 48

55 Realisasi Target Grafik 3.9 Indeks kepuasan instansi/ PNS terhadap pelayanan kepegawaian Sebagai wujud komitmen BKN dalam melaksanakan pelayanan prima kepegawaian, BKN setiap tahunnya disamping meningkatkan target pada semua indikator kinerja, baik segi kuantitas dalam penyelesaiannya maupun kualitas hasil produknya sehingga seluruh pelayanan kepegawaian dapat dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan, maka dilakukan pula perbaikan kualitas pelayanan dalam hal ini merespon keinginan dari pelanggan yang telah disampaikan melalui kuisioner. Adapun respon kecepatan dalam pelayanan pada parameter P7 pada tahun 2013 yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: Penyederhaan SOP penyelesaian penetapan SK dan penetapan Pertimbangan Teknis Pensiun, Penyederhanaan jumlah lampiran penyelesaian Pertimbangan Teknis Pensiun yang semula Pertimbangan Teknis Kenaikan Pangkat Pengabdian dan Pertimbangan Teknis Pensiun kepada Presiden berjumlah 9 lampiran menjadi 6 lampiran. Terobosan terhadap pembayaran Tunjangan Hari Tua (THT) dengan PT. TASPEN (Persero) semula pembayaran dilakukan setelah Keputusan Presiden ditetapkan dapat dibayarkan. Namun saat ini THT dapat dibayarkan ketika pertimbangan teknis pensiun selesai ditetapkan. Selain hal tersebut dilakukan pula penetapan SK kenaikan pangkat secara otomatis PNS golongan ruang IV/b ke bawah mulai tahun anggaran Penetapan SK pensiun secara otomatis terhadap PNS golongan ruang IV/b ke bawah mulai tahun anggaran

56 Apabila dibandingkan realisasi tahun 2012, dimana parameter P9 menduduki nilai terendah yakni faktor keramahan pelayanan. Pada tahun 2013 parameter faktor kecepatan pelayanan memperoleh nilai terendah, hal ini disebabkan oleh masih adanya usul kenaikan pangkat dan pensiun tidak melalui aplikasi SAPK. Dengan berpedoman Permenpan No 25 tahun 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, BKN hanya menggunakan 12 parameter dari 14 parameter yang ada seperti terurai pada tabel 3.10 berikut. Tabel 3.10 Tabel Parameter Pengukuran Kode P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 Penjelasan Kemudahan prosedur pelayanan Kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanan Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani Kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan Tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan Kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan Kecepatan pelayanan Keadilan mendapatkan pelayanan Kesopanan dan keramahan petugas Ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan Kenyamanan di lingkungan unit pelayanan Keamanan pelayanan Dari hasil pengolahan data yang diperoleh dari penilaian setiap unsur parameter yang dinilai responden, maka diperoleh angka rata-rata secara keseluruhan adalah pada interval nilai 83,09 yang menempatkan mutu pelayanan dengan kategori A (sangat baik). Hasil penilaian dimaksud dapat dilihat pada tabel

57 Tabel 3.11 Tabel Konversi Nilai Mutu Pelayanan Nilai Persepsi Nilai Interval Nilai Interval Konversi Kategori Mutu Pelayanan Mutu Pelayanan 1 1,00 1,75 25,00 43,75 D 2 1,76 2,50 43,76 62,50 C 3 2,51 3,25 62,51 81,25 B 4 3,26 4,00 81,26 100,0 A Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik Adapun jenis layanan kepegawaian yang diberikan meliputi pengadaan kepegawaian, pertimbangan kepangkatan dan mutasi, penetapan pensiun PNS dan Pejabat Negara serta penetapan status dan kedudukan kepegawaian dengan capaian masingmasing layanan adalah sebagai berikut: Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Pengadaan Kepegawaian Rata-rata penilaian dari 12 parameter yang digunakan untuk masing-masing daftar pertanyaan/kuisioner yang disampaikan kepada responden sebagai instrumen pengukuran diperoleh nilai indeks sebesar 3,23. Dengan demikian, nilai Indeks setelah dikonversi dengan nilai dasar menjadi nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM: 3,23 x 25 = 80,67), yang menempatkan penilaian pelayanan pengadaan kepegawaian BKN pada skala interval 62,51 81,25 yang berarti mutu pelayanan bernilai B (baik). Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Kepangkatan dan Mutasi Lainnya Nilai rata-rata dari 12 parameter daftar pertanyaan (kuisioner) yang disampaikan kepada para pelanggan dalam pelayanan kepangkatan dan mutasi lainnya diperoleh nilai indeks sebesar 3,28. Dengan demikian, hasil konversi nilai indeks tersebut dengan nilai dasar menjadi indeks kepuasan masyarakat adalah sebesar 82,04 (3,28 x 25). Artinya, pelayanan kepangkatan dan mutasi lainnya yang diberikan BKN dinilai Sangat Baik oleh masyarakat berdasarkan tabel penilaian angka 82,04 berada pada interval 81,26 100,00, dengan nilai pelayanan sangat baik. Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan Pensiun PNS dan Pejabat Negara. Pada layanan pensiun nilai rata-rata dari 12 parameter daftar pertanyaan/ kuisioner yang disampaikan kepada para responden/pelanggan diperoleh nilai indeks sebagai instrument pengukuran adalah 3,30. Dengan demikian nilai indeks dikonversikan dengan nilai dasar menjadi = 3,30 x 25 = 82,44 yang berarti pelayanan pensiun PNS 51

58 dan pejabat negara yang diberikan BKN dinilai sangat baik berdasarkan tabel penilaian angkat 82,44 berada pada interval 81,26 100,00, dengan nilai pelayanan Sangat Baik. Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Penetapan Status dan Kedudukan Kepegawaian Nilai rata-rata dari 12 parameter daftar pertanyaan/kuisioner yang disampaikan kepada responden diperoleh indeks sebesar 3,32. Dengan demikian, nilai indeks tersebut setelah dikonversi dengan nilai dasar adalah sebesar 83,08 (3,32 x 25). Artinya, pelayanan penetapan status dan kedudukan pegawai dinilai baik, dimana berdasarkan tabel penilaian angkat 83,08 berada pada interval 81,26 100,00, yang berarti Sangat Baik. Hasil penghitungan Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan kepegawaian yang diberikan BKN Tahun 2013 dapat dilihat dalam grafik P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 Grafik 3.10 Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kepegawaian Tahun 2013 Disamping dilakukan penyampaian kuisioner untuk mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan kepegawaian yang diberikan oleh BKN, juga disampaikan permintaan untuk mengisi saran/rekomendasi dan keluhan dari pelanggan sebagai langkah perbaikan. Adapun saran/rekomendasi dan keluhan pelanggan yang dihimpun dari periode Januari s/d Desember 2013, terdapat 2 (dua) hal yang dominan (menempati persentase tertinggi), yakni: 1) Perlunya peningkatan Kompetensi SDM Operaror SAPK Online pada Instansi Pusat/Daerah sebesar 44 %. Hal ini mengingat masih terjadinya kesalahan dalam proses pengusulan oleh Instansi secara elektronik. Sebab, peserta pelatihan SAPK 52

59 yang dikirim sebelumnya bukanlah pegawai yang berkompeten dibidangnya. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan evaluasi terhadap kesiapan daerah dan sosialisasi pelatihan para operator SAPK pada Instansi Pusat dan Daerah sebagai pemangku kepentingan 2) Perlu adanya inovasi pelayanan sehingga pelayanan menjadi lebih cepat sebesar 33 %. Sebagai upaya antisipasinya ke depan adalah dengan melakukan evaluasi terhadap layanan kepangkatan dan mutasi serta penetapan pensiun sehingga pada bulan Desember 2013 telah disusun dan ditetapkan Peraturan Kepala BKN Tentang Penetapan Kenaikan Pangkat Otomatis dan Penetapan Pensiun Otomatis. Adapun persentase saran atau keluhan dari pelanggan secara rinci dapat dilihat pada grafik Grafik 3.11 Saran terhadap Pelayanan KepegawaianTahun 2013 Sasaran V : Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi. Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian sasaran meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi dapat dilihat pada tabel

60 Tabel 3.12 Capaian Kinerja Sasaran V Sasaran V : Meningkatkan sistem informasi kepegawaian yang terintegrasi Indikator Kinerja Utama (IKU) 1. Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data pokok pegawai Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 50,00% 67,53% 75,00% 75,15% 80,00% 82,00% 2. Persentase Instansi Pemerintah yang telah terintegrasi dengan sistem aplikasi pelayanan kepegawaian (SAPK). 3. Persentase instansi pemerintah/ stakeholders yang telah menggunakan sistem KPE. 40,00% 98,00% 100,00% 98,39% 100,00% 98,89% 60,00% 52,87% 75,00% 83,14% 85,00% 90,30% a. Persentase Database PNS yang Akurat dan Terkini berdasarkan Data Pokok Pegawai Dalam rangka melaksanakan kebijakan pengembangan sistem informasi kepegawaian berbasis teknologi informasi, BKN melaksanakan peningkatan kualitas pengelolaan dokumentasi data melalui pengelolaan, pemeliharaan dan penyimpanan arsip 54

61 kepegawaian secara fisik dan elektronik. Tingkat akurasi database dapat diukur dengan menggunakan beberapa pendekatan, yaitu melakukan peremajaan data dari hasil pemindaian dokumen tata naskah kepegawaian PNS dan dengan melihat hasil peremajaan data yang dilakukan oleh instansi pusat maupun daerah. Hasil (outcome) dari akurasi data adalah kemudahan akses secara cepat, lengkap dan benar serta peningkatan pelayanan bidang kepegawaian dan dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan dalam pengembangan dan pembinaan PNS. Dokumen yang telah dipindai sampai dengan tahun 2013 ditargetkan sebanyak dokumen tata naskah atau sekitar 80,00% dari target jumlah dokumen PNS yang akan di-scan sejumlah dokumen tata naskah dalam rencana strategis kedeputian, dan dapat direalisasikan dokumen tata naskah atau sekitar 82,30% dari total rencana dokumen tata naskah kepegawaian. Dengan demikian, capaian kinerja pada tahun 2013 adalah sebesar 102,93%. Secara grafis, peningkatan besarnya realisasi dari target yang telah ditetapkan pada tahun 2013 dapat dilihat pada grafik % 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 75.15% 82% 67.53% 75% 80% 50% Realisasi Target Grafik 3.12 Persentase database PNS yang akurat dan terkini berdasarkan data pokok pegawai. Program pengelolaan dokumen/arsip fisik yang lengkap dan benar selain dengan melakukan scanning document juga melakukan kegiatan verifikasi dokumen kepegawaian dan kegiatan validasi dokumen kepegawaian. Pada tahun 2013, selain dengan scanning document, BKN juga melaksanakan kualitas pengelolaan dokumen/arsip kepegawaian dengan melakukan verifikasi dan validasi dokumen. Target Verifikasi berjumlah

62 dokumen dengan capaian dokumen (130,46%), sedangkan validasi menargetkan sejumlah dokumen dengan capaian dokumen (168,06 %). Dari hasil updating dan akurasi data yang dilakukan oleh Instansi Pusat dan Daerah hingga tahun 2013 sudah mencapai 89,46% data telah dilakukan peremajaan data. Hal ini dimungkinkan dengan implementasi sistem pelayanan kepegawaian dalam proses pelayanan Kenaikan Pangkat (KP), Pensiun, dan layanan lain, sehingga proses akan berjalan dengan cepat dan lancar jika data telah sesuai dengan keadaan sebenarnya. b. Persentase Instansi Pemerintah yang telah Terintegrasi dengan Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) Penetapan indikator Persentase Instansi Pemerintah yang telah terintegrasi dengan Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) adalah dalam rangka peningkatan pelayanan di bidang kepegawaian. Oleh karena itu, pendekatan dalam pengukuran perencanaan kinerja indikator ini diwakilkan oleh persentase dari jumlah instansi pusat dan daerah yang telah menerapkannya, baik menggunakan jaringan komunikasi data tertutup dengan menggunakan VPN-IP maupun jaringan publik dari keseluruhan instansi. BKN menyadari pentingnya Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian secara terpadu (unified system) untuk mengurangi proses birokrasi yang panjang dalam pelayanan bidang kepegawaian, sekaligus menghilangkan duplikasi sistem dan data kepegawaian sehingga pelayanan kepegawaian akan lebih efektif dan efisien. Untuk itu, penerapan sistem aplikasi kepegawaian secara terintegrasi ditujukan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pengembangan sistem informasi kepegawaian berbasis teknologi informasi dan dokumentasi data. Hal tersebut dilakukan melalui pengelolaan database kepegawaian dan Pengembangan Sistem Aplikasi Kepegawaian berbasis Teknologi Informasi. 56

63 120.00% % 80.00% 98.00% 98.39% 98.89% 100% 100% 60.00% 40.00% 20.00% 40% Realisasi Target 0.00% Grafik 3.13 Persentase instansi pemerintah yang telah terintegrasi dengan SAPK Pada tahun 2013, seluruh pelayanan kepegawaian seperti usulan Kenaikan Pangkat, Pensiun dan Penetapan NIP telah dilakukan secara online dari seluruh instansi, baik Pusat maupun Daerah. Dari tabel diatas terlihat bahwa realisasi instansi pemerintah yang telah terkoneksi dengan sistem pelayanan kepegawaian sebesar 98,89% dari perencanaan target yang ditetapkan pada dokumen Renstra BKN. Dari target sebanyak 629 Instansi Pusat dan Daerah pada tahun 2013, sebanyak 622 instansi telah terkoneksi dengan aplikasi dan database kepegawaian. Meskipun aplikasi pelayanan kepegawaian yang sudah berbasis website dan dapat diakses melalui jalur internet koneksi publik. Jadi, instansi dalam hal ini tidak harus terkoneksi melalui jalur komunikasi data tertutup berbasis Virtual Private Network (VPN). Namun, walaupun sudah dapat menggunakan jalur internet publik, tetap masih terdapat beberapa instansi di daerah yang masih mengalami kendala dengan jaringan komunikasi data, baik private maupun koneksi publik khususnya untuk instansi yang berada di kawasan Indonesia Timur. Namun, hal tersebut tidak berdampak banyak untuk mengatasi masalah tersebut, mengingat hampir keseluruhan Kanreg BKN telah menyediakan peralatan komputer yang dapat digunakan oleh BKD untuk mengakses aplikasi kepegawaian dalam memproses pelayanan kepegawaiannya. 57

64 Dalam hal pelayanan kepegawaian yang akuntabel dan terukur, maka dengan diimplementasikannya sistem pelayanan kepegawaian dimana dalam aplikasi SAPK ini telah disiapkan fitur untuk memantau status proses pelayanan, sehingga BKD dapat melihat dan memonitor status berkas dan penyelesaian proses kepegawaiannya. Proses pelayanan kepegawaian yang dapat dilakukan melalui SAPK adalah proses kenaikan pangkat, proses pensiun dan proses penetapan NIP. Dalam penyelesaian proses pelayanan penetapan nota persetujuan teknis kenaikan pangkat (KP) pada tahun 2013 periode April dan Oktober 2013, total berkas usulan yang diterima oleh BKN adalah dalam bentuk data elektronik dan berkas fisik. Jumlah Penetapan Nota Persetujuan untuk Kenaikan Pangkat periode April dan Oktober tahun 2013 dapat dilihat pada tabel Tabel 3.13 Jumlah Penetapan Nota Persetujuan Kenaikan Pangkat Tahun 2013 BKN/Kanreg BKN Total Berkas Berkas Masuk Penyelesaian BKN MS TMS BTL Sisa Berkas Batal BKN Pusat 117, , , ,739 3, Kanreg I Yogyakarta 86,887 86,312 85, Kanreg II Surabaya 74,581 70,029 67, ,111 Kanreg III Bandung 90,951 90,177 86,895 2, Kanreg IV Makassar 95,458 91,237 76, ,826 3,863 Kanreg V Jakarta 52,778 52,083 51, Kanreg VI Medan 81,022 80,276 79, Kanreg VII Palembang 59,581 57,017 54, , ,542 Kanreg VIII 52,697 50,877 47, , ,706 Banjarmasin Kanreg IX Papua 28,812 27,167 12,504 1, , Kanreg X Denpasar 57,914 56,557 55, ,158 Kanreg XI Manado 32,999 32,113 30, , Kanreg XII Pekanbaru 46,893 46,451 40, , Jumlah 878, , ,353 7,831 9,122 39,826 17,438 58

65 c. Persentase Instansi Pemerintah (Stakeholders) yang telah menggunakan Sistem KPE Indikator Persentase instansi pemerintah (stakeholders) yang telah menggunakan sistem KPE merupakan ukuran telah diterapkannya KPE yang telah diterbitkan oleh BKN oleh instansi pemerintah. Pendekatan pengukuran indikator ini didasarkan pada jumlah instansi yang telah dilakukan pendataan sistem biometrik PNS dan penerbitan KPE serta jumlah PNS yang telah memiliki KPE. Namun, pemanfaatannya KPE masih terbatas pada fungsi perbankan yang didukung oleh seluruh bank pembayar gaji PNS disetiap instansi pemerintah. Berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 7 Tahun 2008 tentang KPE, disebutkan bahwa fungsi KPE antara lain: sebagai pengganti Karpeg, sebagai alat otentifikasi layanan Tunjangan Hari Tua (THT) bagi PNS dan Pensiun, Pelayanan Fasilitas Tabungan Perumahan dan merupakan Dompet Elektronik (e-wallet) atau Kartu ATM. Dari target sebesar 85,00% yang ditetapkan untuk persentase stakeholders yang telah menggunakan sistem KPE dari keseluruhan stakeholder yang berjumlah 629 dari instansi (pusat dan daerah), stakeholder lain (Taspen, Askes dan Bapertarum) serta perbankan, baik bank nasional maupun bank daerah, telah terealisasi 90,30% atau melampaui target yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 106,22%. Hal tersebut disebabkan anggaran yang tersedia di APBN pada tahun 2013 mencakup pendataan untuk PNS yang meliputi seluruh Instansi Pusat dan Daerah serta ada tambahan pendataan pada 141 Instansi Pusat dan Daerah yang belum pernah sama sekali dilakukan pendataan dalam rentang tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 lalu, sehingga secara keseluruhan instansi sampai pada tahun 2013 sejumlah 605 Instansi. 59

66 100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 83.14% 90.30% 85% 60% 75% 52.87% Realisasi Target Grafik 3.14 Persentase instansi pemerintah/stakeholders yang telah menggunakan sistem KPE Dalam penghitungan target dan capaian dengan pendekatan cakupan pada jumlah Instansi Pusat dan Daerah yang dilakukan pendataan setiap tahunnya dan akumulasi dari tahun sebelumnya, serta jumlah PNS dari setiap instansi juga merupakan target pendataan dalam kegiatan implementasi sistem biometrik PNS dan pencetakan KPE. Kegiatan implementasi sistem biometrik PNS dan pencetakan KPE mulai dilaksanakan pada tahun 2008 sebanyak PNS, tahun 2009 sebanyak PNS, tahun 2010 sebanyak PNS, tahun 2011 mengalami penurunan dengan pendataan sejumlah PNS, pada tahun 2012 sebanyak PNS, dan tahun 2013 sebanyak Secara keseluruhan sampai pada tahun 2013 ini sudah mencakup PNS atau hampir 81,50% dari total jumlah PNS, sehingga diharapkan pada tahun 2014 seluruh PNS telah memiliki KPE. Dengan pendekatan jumlah instansi yang telah mengimplementasikan KPE, pada tahun 2012 sampai tahun 2013, terdapat peningkatan kinerja yang relatif besar, yaitu mencapai 30,39%. Sasaran VI : Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian kepegawaian. 60

67 Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian sasaran meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian kepegawaian dapat dilihat pada tabel Tabel 3.14 Capaian Kinerja Sasaran VI Sasaran VI : Meningkatkan efektifitas sistem pengawasan dan pengendalian kepegawaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundangundangan bidang kepegawaian Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 20% 26,7% 30% 31,8% 35% 35,3% Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian. Peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian menjadi dasar dan acuan bagi Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) untuk menyelenggarakan manajemen kepegawaian dan pembinaan karier PNS, serta menjamin bahwa PPK benar-benar melaksanakan norma, standard dan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian. Pelanggaran terhadap norma, standard dan prosedur yang dilakukan PPK dapat diketahui dari pengaduan kasus-kasus kepegawaian yang diterima oleh BKN. Besar kecilnya jumlah pengaduan kasus kepegawaian yang diterima BKN, menjadi tolok ukur efektifitas pelaksanaan pengawasan dan pengendalian peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian terhadap PPK. Oleh karena itu, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian harus dilakukan secara efektif untuk mencegah terjadinya penyimpangan atau pelanggaran terhadap norma, standard dan prosedur yang telah ditetapkan. 61

68 Untuk meningkatkan efektifitas pengawasan dan pengendalian peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian, kegiatan yang dilaksanakan oleh BKN sebagai berikut: 1) Penyelenggaraan pengawasan terhadap implementasi peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian. 2) Pelaksanaan bimbingan teknis bidang kepegawaian kepada para pejabat Pembina Kepegawaian baik pusat maupun daerah. 3) Bimbingan teknis penyelesaian permasalahan kepegawaian dengan surat menyurat atau secara tertulis. 4) Koordinasi penyelesaian permasalahan kepegawaian dengan pengelola kepegawaian dan pengawas internal instasi pusat maupun instansi daerah % 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 26.70% 20% 31.80% 30% 35.30% 35% Realisasi 15.00% Target 10.00% 5.00% 0.00% Grafik 3.15 Persentase penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian Penyelesaian terhadap pengaduan kasus-kasus kepegawaian yang diterima BKN, menunjukkan keberhasilan dengan terjadinya penurunan tingkat pelanggaran yang dilakukan Pejabat Pembina kepegawaian sebagai berikut: 1) Tahun 2011 Sebanyak pengaduan kasus kepegawaian, dan seluruhnya dapat diselesaikan. Bila dibandingkan dengan pengaduan kasus kepegawaian yang masuk pada tahun 2010, maka prosentase penurunan pengaduan kasus kepegawaian adalah sebesar 26,7%. Capaian ini melebihi dari target yang ditetapkan pada tahun 2010 sebesar 20%. 62

69 2) Tahun 2012 Sebanyak pengaduan kasus kepegawaian, dan seluruhnya telah diselesaikan. Bila dibandingkan dengan pengaduan kasus kepegawaian yang masuk pada tahun 2011, maka prosentase penurunan pengaduan kasus kepegawaian adalah sebesar 31,8%. Capaian ini melebihi dari target yang ditetapkan pada tahun 2011 sebesar 30%. 3) Tahun 2013 Sebanyak 945 pengaduan kasus kepegawaian, dan seluruhnya telah diselesaikan. Bila dibandingkan dengan pengaduan kasus kepegawaian yang masuk pada tahun 2012, maka prosentase penurunan pengaduan kasus kepegawaian adalah sebesar 35,3%. Capaian ini melebihi dari target yang ditetapkan pada tahun 2012 sebesar 30%. Adapun jenis pengaduan kasus-kasus kepegawaian yang masuk ke BKN pada tahun 2013 sebanyak 9 jenis kasus kepegawaian, dengan jumlah 965 kasus yang dapat dilihat pada grafik Pemberhentian PNS, 129 Penyusunan formasi, 7 Status kepegawaian, 6 2 Pensiun, 23 Disiplin PNS, 384 Perkawinan/ perceraian, 157 Mutasi PNS, 19 Kenaikan pangkat PNS, 51 Pengangkatan/ pemberhentian PNS dlm jab. Struktural, 133 Grafik 3.16 Jenis pengaduan kasus-kasus kepegawaian tahun

70 Dengan demikian, penurunan tingkat pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian dari tahun 2011 sampai dengan 2013 selalu mengalami penurunan. Oleh karena itu, pengawasan dan pengendalian sangat perlu dilakukan kepada seluruh Kementerian/Lembaga Non Kementrian, Propinsi, Kabupaten dan Kota secara menyeluruh dengan dukungan sumberdaya yang memadai, sehingga tercapai penurunan tingkat pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dibidang kepegawaian. Sasaran VII : Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya, serta pengelolaan administrasi. Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian sasaran meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya, serta pengelolaan administrasi dapat dilihat pada tabel Tabel 3.15 Capaian Kinerja Sasaran VII Sasaran VII : Meningkatkan efektifitas koordinasi perencanaan program, sumber daya, serta pengelolaan administrasi. Indikator Kinerja Utama (IKU) 1. Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN 2. Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN 3. Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi 4. Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai standar. 5. Indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan informasi BKN Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi CC 52,83 B 54,59 B 60,23 (CC) (CC) (CC) WTP WTP WTP WTP WTP WTP 55% 50% 60% 60% 100% 90% 100% 100% 100% 100% 90% 99,70% Baik Baik Baik Baik Baik Baik 64

71 a. Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN Pada tahun 2013 BKN menargetkan memperoleh predikat B dengan rentang nilai >65-75 untuk penilaian hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN. Dari target yang ditetapkan tersebut, BKN mendapatkan predikat sama seperti tahun 2012 dan tahun 2011 yaitu CC, namun secara kontinyu berhasil meningkatkan nilai yang semula 52,83 di tahun 2011, menjadi 54,59 di tahun 2012 dan 60,23 di tahun 2013 walaupun predikat yang diperoleh masih belum mencapai target yang ditetapkan Realisasi Target Grafik 3.17 Hasil evaluasi terhadap implementasi SAKIP BKN Diberlakukannya Inpres Nomor 7 Tahun 1999 dan yang diikuti dengan peraturanperaturan lainnya, dimaksudkan untuk mempercepat penerapan Sistem AKIP secara lebih konsisten, arah perkembangan sistem manajemen kinerja ini dirasakan masih kurang terfokus pada peraturan dan ketentuan yang ada. Oleh karena itu beberapa tahun terakhir ini telah dilakukan penilaian terhadap implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah oleh Menteri Negara PAN dan Reformasi Birokrasi. Unsur-unsur yang dinilai dalam implementasi SAKIP ini terdiri dari 5 unsur, yaitu: (1) Perencanaan Kinerja; (2) Pengukuran Kinerja; (3) Pelaporan Kinerja; (4) Evaluasi Kinerja; dan (5) Capaian Kinerja. Di tahun 2013, BKN telah melakukan berbagai upaya dalam rangka penguatan implementasi SAKIP di lingkungan BKN dan menindak lanjuti seluruh rekomendasi Kementerian PAN dan RB terhadap hasil evaluasi implementasi SAKIP BKN tahun 2012 dengan melakukan berbagai aksi untuk meningkatkan kualitas SAKIP BKN sebagaimana 65

72 telah diuraikan di Bab III pada Sub Bab A. Penguatan Implementasi SAKIP BKN Tahun b. Opini BPK terhadap laporan keuangan BKN BKN untuk ke 4 (empat) kalinya secara berturut-turut sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 telah mencapai kriteria tertinggi dalam hal penilaian laporan keuangan dengan memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK Dengan capaian opini BPK tertinggi tersebut timbul pertanyaan bagaimana upaya BKN ke depan untuk tetap mempertahankan penilaian opini BPK. Penurunan kriteria opini BPK, mencerminkan menurunnya kinerja keuangan BKN, serta memiliki pengaruh pada pemberian remunerasi dan anggaran dilingkungan BKN. Kriteria laporan keuangan berkualitas yaitu: Laporan keuangan telah bebas dari kesalahan-kesalahan atau kekeliruan yang material; Laporan keuangan disajikan sesuai dengan SAP yang diterapkan secara konsisten pada laporan sebelum; Demikian pula penjelasan yang mencukupi telah disertakan pada catatan atas laporan keuangan tidak terdapat ketidak pastian yang cukup berarti; Serta sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara yaitu : 1) Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP); 2) Kecukupan pengungkapan; 3) Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan; 4) Efektifitas Sistem Pengendalian Internal (SPI). Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas BKN pada tahun 2014 merencanakan untuk tetap mempertahankan opini BPK terhadap laporan keuangan BKN yaitu Wajar Tanpa Pengecualian dengan cara sebagai berikut: 1) Melakukan Pembinaan Terus menerus dengan seluruh Unit unit Kerja Baik Kantor Pusat maupun Kantor Regional. 2) Didukung SDM yang telah Mengikuti Diklat Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah ( PPAKP ) dan Lulus dengan mendapat Sertifikat. 3) Rekonsiliasi Internal Biro Keuangan dangan Biro Umum dan Perlengkapan setiap bulan. 4) Rekonsiliasi Biro Keuangan dengan KPPN dan DJPB secara tepat waktu. 66

73 5) Dilakukan review dengan Pengawas Internal setiap bulan, Triwulan, Semester dan Tahunan. 6) Menyelenggarakan Inhouse Training dan mengikuti Workshop, Sosialisasi tentang sistem Akuntansi Pemerintah. 7) Koordinasi dan Kerja sama yang baik dengan Biro Umum dan Perlengkapan berkaitan dengan Aset, Biro Perencanaan dan Kerja sama antar Lembaga berkaitan dengan Bagan Akun Standar ( BAS ) dan dengan Pembina dari Kementerian Keuangan. c. Persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensi Target penempatan pegawai sesuai dengan kompetensinya pada tahun 2013 adalah sebesar 100%. Target yang tinggi tersebut dimaksudkan untuk memenuhi prinsip dalam penempatan pegawai, yakni prinsip the right man on the right place. Prinsip ini menekankan pentingnya ketepatan dalam penempatan pegawai dengan persyaratan jabatan yang didudukinya. Sehingga pegawai yang ditempatkan pada jabatan yang tepat dapat bekerja dengan produktif. 120% 100% 80% 100% 90% 60% 40% 50% 55% 60% 60% Realisasi Target 20% 0% Grafik 3.18 Persentase penempatan pegawai sesuai dengan kompetensi. Ketepatan dalam penempatan pegawai pada tahun 2013 diprioritaskan pada pegawai yang menduduki jabatan struktural. Penetapan prioritas pada jabatan struktural dikarenakan pejabat struktural berperan penting dalam menentukan kinerja organisasi. Adapun pegawai yang telah ditempatkan berdasarkan kompetensinya pada tahun

74 sebesar 90%. Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan tingkat capaian penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensinya sebesar 90%, yakni: 1) Keterbatasan anggaran, keterbatasan anggaran dimaksud adalah keterbatasan untuk memindahkan pegawai dari pusat ke Kantor Regional dan sebaliknya, atau dari Kantor Regional ke Kantor Regional lainnya. 2) Pertimbangan keluarga, yang dimaksud adalah bahwa penempatan pegawai juga memperhatikan dan mempertimbangkan keberadaan keluarga. Pertimbangan keluarga ini dilakukan dengan asumsi bahwa pegawai yang dekat dengan keluarga lebih produktif dibandingkan dengan pegawai yang terpisah dengan keluarganya. d. Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai standar Tabel 3.16 Capaian indikator kinerja persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai standar. IKU Persentase pemenuhan sarana operasional kantor sesuai standar Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 100% 100% 100% 100% 90% 99,70% Sarana operasional kantor meliputi peralatan kerja yang digunakan pegawai berupa bahan dan peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas meliputi: 1) keperluan sehari-hari perkantoran antara lain: Alat tulis kantor, cetakan formulir, alat rumah tangga kantor, langganan koran, pengiriman surat-surat dinas, 2) Jamuan rapat dinas, rapat koordinasi dengan instansi terkait, penambah daya tahan tubuh 3) Biaya scaning dokumen perencanaan keuangan, pelelangan, kepegawaian. 4) Pembiayaan Kegiatan pengamanan, pramubakti dan sopir. 5) Langganan daya listrik dan telepon serta air 6) Pakaian pegawai, satpam, paramedis 7) Penggantian inventaris lama yang rusak 8) Sewa gudang penyimpanan dokumen keuangan,pensiun 68

75 Target pemenuhan sarana operasional tersebut sebesar 90% dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Biaya scanning dokumen perencanaan, keuangan, pelelangan, kepegawaian atau kegiatan di lingkungan Sekretariat Utama sebagai tahap awal dilakukan dalam rangka mendukung Peraturan Bersama Sekretaris Jenderal BPK Nomor 1/PB/X-XIII.2/1/2014 dan Sekretaris Utama BKN Nomor 01/A/KS/I/2014 tentang Petunjuk teknis pengembangan dan pengelolaan sistem informasi untuk akses data pada Badan Kepegawaian Negara dalam rangka pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara, sehingga audit dilakukan terhadap dokumen hasil scanning. 2) Langganan daya listrik: Penyediaan anggaran untuk biaya langganan daya listrik dalam POK diperkirakan tidak cukup untuk membayar kebutuhan listrik dalam 1 tahun akibat adanya kenaikan biaya TDL (tarif Daya Listrik) bertahap: Kebutuhan biaya listrik 12 bulan x Rp = Rp (100%) Tersedia anggaran (POK) 12 bulan x Rp = Rp , (70,11%) Realisasi biaya listrik 12 bln x Rp = Rp (99,70%) Namun target 90% tersebut dapat dipenuhi dengan melakukan tingkat penghematan penggunaan listrik lift gedung II yaitu dengan menghidupkan lift mulai jam kerja dan 30 menit sebelum berakhirnya jam kerja, serta menghimbau kepada para pegawai agar tidak menggunakan listrik yang tidak perlu dalam menggunakan peralatan elektronik kantor. Untuk penyediaan anggaran kekurangannya dengan penghematan keperluan sehari-hari perkantoran yaitu penghematan biaya pakaian kerja pegawai, menghemat kegiatan rapat-rapat dinas yang kurang penting. 3) Pengadaan pakaian dinas/kerja pegawai Pada awal penetapan anggaran 2013 disediakan biaya pengadaan pakaian POK 2013 sebanyak stel nilai: Rp (100 %) Realisasi sebanyak stel nilai: Rp (88,78 %) pengurangan sebanyak 200 stel efisiensi: Rp (11,22 %) e. Indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan informasi BKN Layanan informasi BKN bisa dilakukan dengan media cetak dan media elektronik. Media cetak antara lainberupa bulletin, majalah, pamflet, brosur, leafet, banner, surat 69

76 edaran, annual report, jurnal kepegawaian. Adapun media elektronik antara lain : website dan anjungan layanan mandiri, tv informasi, running text, twitter dan facebook. Untuk mengetahui tingkat kepuasaan publik terhadap layanan informasi dilakukan melalui e polling dan kotak suara dari para tamu yang berkunjung ke BKN. Adapun jumlah tamu yang berkunjung ke BKN dan mengisi form koresponden pada tahun 2013 sejumlah 512 (lima ratus dua belas) orang. Dari 512 orang tersebut memberikan penilaian terhadap ketersediaan informasi sebagaimana tabel Tabel 3.17 Indeks Kepuasaan Publik terhadap Ketersediaan Layanan Informasi BKN tahun 2013 No Kategori Angka Respondeponden Res- Prosentastase Penurunan Prosen- Peningkatan/ Sangat , 41 % ,38 % (0,3) % Baik 2 Baik ,15 % ,70 % 22, 55 % 3 Cukup ,41 % 76 14,84 % 7,43 % 4 Buruk ,33% 15 2,93 % (5,40) % 5 Sangat Dibawah 31 28,7 % 5 0,98 % (27,72) % Buruk 50 Jumlah % % Dari tabel 3.17 menggambarkan bahwa ketersediaan layanan informasi BKN mengalami peningkatan indeks kepuasan dengan kategori baik sebanyak 22,55 %. Sementara untuk penilaian Buruk mengalami penurunan sebesar 5,40 persen dan Sangat buruk sebesar 27,72 persen. Peningkatan indeks kepuasan publik terhadap ketersediaan layanan informasi disebabkan bertambahnya jenis layanan informasi yang memberikan kemudahan masyarakat dalam mengakses informasi melalui twitter, facebook, diskusi interaktif pejabat BKN melalui televisi, radio dan website serta media cetak Koran dan majalah. 70

77 Disamping itu BKN telah membentuk satuan unit PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) yang mempunyai tugas dan fungsi memberikan informasi kepada publik. Sasaran VIII : Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor. Indikator keberhasilan dan capaian kinerja terkait pencapaian sasaran meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor dapat dilihat pada tabel Tabel 3.18 Capaian Kinerja Sasaran VIII Sasaran VIII : Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana prasarana kantor Indikator Kinerja Utama (IKU) 1. Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor yang tersedia. 2. Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Baik Cukup Baik Baik Baik Baik 65% 65% 70% 70% 75% 72% a. Indeks Kepuasan Pegawai terhadap Sarana dan Prasarana kantor yang tersedia Indeks kepuasan pegawai terhadap sarana dan prasarana kantor yang tersedia. Indeks kepuasan pegawai merupakan tingkat apresiasi/pendapat yang dirasakan oleh pegawai terhadap tersedianya sarana kerja (keperluan sehari-hari perkantoran) yang 71

78 disediakan Biro Umum dan Perlengkapan untuk mendukung penyelesaian pekerjaan pegawai di unit kerjanya. Sedangkan kepuasan terhadap prasarana kantor adalah pendapat pegawai terhadap tersedianya sarana gedung, perlengkapan Meubelair,komputer, suasana ruangan (cahaya,suhu udara,kebersihan, tempat perkir, tempat toilet,) yang disediakan Biro Umum dan Perlengkapan. Untuk memperoleh indeks kepuasan pegawai, dilakukan dengan memnyampaikan kuesioner terhadap pegawai yang mewakili unit kerja, terakhir dilakukan pada bulan November 2013 dengan hasil sebagai berikut. Indikator /kriteria tingkat kepuasa pegawai terhadap pelayanan penyediaan sarana dan prasarana kantor adalah: 1. kemudahan prosedur pelayanan, unit kerja menyampaikan A-15 (formulir permintaan barang), Memo dinas ( permintaan proses pengadaan barang/jasa dan perbaikan peralatan) 2. Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani, pegawai di unit Biro Umum Perlengkapan sudah dibagi tugasnya dengan jelas, sesuai SKP. 3. Kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan, tingkat pendidikan,ketrampilan dan pengalaman petugas untuk menangani permasalahan sarana prasarana cukup memadai 4. Kecepatan pelayanan, standar waktu dalam merespon permintaan dilakukan dengan proses klarifikasi permintaan, konfirmasi kondisi peralatan yang ada dan jawaban atas permintaan ( tersedia atau menunggu diberi\kan barang atau menunggu peralatan diperbaiki atau diadakan) 5. Kenyamanan lingkungan unit pelayanan, unit kerja menyatakan bahwa kondisi sarana dan prasarana di unit kerjanya cukup nyaman ( kebersihan,cahaya lampu, warna dinding ruangan, suhu udara ruangan) dirasakan nyaman 6. Tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan, petugas selalu memberikan penjelasan atas tugas yang dilaksanakan kepada unit kerja yang meminta layanan sarana dan prasarana. Responden (kuesioner) untuk 32 unit kerja Yang menjawab 26 unit kerja 72

79 Dari 26 unit kerja ( 100 %) menjawab : sangat baik (sangat setuju) 15 unit kerja ( 47 %) baik (setuju) 8 unit kerja ( 25 %) cukup baik ( kurang setuju) 3 unit kerja ( 9 %) kurang baik (tidak setuju) 6 unit kerja ( 19 %) 32 unit kerja (100%) Dari data diatas menunjukkan bahwa unit kerja yang menyatakan puas sebanyak 72% dan yang menyatakan cukup puas sebanyak 28%. b. Persentase Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana Pada tahun 2013, indikator persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana mengacu pada Permen PU Nomor 45 tahun 2007 tentang Pembangunan Gedung Milik Negara, ditetapkan target 75% dari jumlah 32 unit kerja yang ada. Hasil pengukuran dari indikator tersebut diperoleh bahwa persentase unit kerja yang terpenuhi standar sarana dan prasarananya sebanyak 23 unit kerja atau sebesar 72%. Target di tahun 2013 tidak tercapai karena adanya prioritas penyelesaian pembangunan gedung Diklat BKN dan Gedung Arsip di Kantor Regional BKN. 76% 74% 75% 72% 70% 68% 66% 65% 70% 70% 72% Realisasi Target 64% 65% 62% 60% Grafik 3.19 Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana 73

80 2) Kinerja BKN lainnya di tahun 2013 Human Resource Management System (HRMS) Implementasi Sistem HRM ini terkait dengan penempatan pegawai negeri sipil dalam jabatan sesuai dengan kompetensinya yang diatur dalam Peraturan Kepala Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan serta Peraturan Kepala Nomor 23 Tahun 2011 tentang Penilaian Kompetensi PNS yang menggambarkan kompetensi masing-masing individu PNS hasil penilaian dari Assesment Center. HRMS meliputi manajemen SDM berbasis kompetensi, program strategis percepatan reformasi birokrasi bidang kepegawaian, percepatan penyelenggaraan manajemen kepegawaian. Gambar 3.1 Aplikasi Human Resources Management System (HRMS) Secara umum sistem HRM ini akan mempetakan suatu jabatan dengan standard kompetensi tertentu dengan PNS yang sesuai dengan kompetensinya. Seperti terlihat pada gambar diatas untuk jabatan tertentu maka ada 4 kandidat PNS yang sesuai. Selain dari sisi kompetensi individual, di dalam HRMS ini juga memuat informasi terkait syarat administratif PNS untuk duduk dalam jabatan tertentu. Sehingga pengambilan keputusan dalam pengangkatan PNS lebih komprehensif serta sebagai bahan perbandingan antar calon pejabat. Penilaian syarat administratif berdasarkan 74

81 nilai skore dari setiap kriteria yang ditetapkan dan dapat disesuaikan dengan kebijakan setiap instansi pusat maupun daerah. Seleksi administrasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 3.2 Nilai Skor Syarat Administratif Sistem Seleksi CPNS Nasional (SSCN) Setiap instansi baik pusat maupun daerah setiap tahun dapat memperkirakan kebutuhan Pegawai Negeri Sipil-nya masing-masing dengan mempertimbangkan kekuatan belanja daerah atau negara dalam bentuk usulan formasi yang di ajukan ke Badan Kepegawaian Negara (BKN) untuk di analisa dan selanjutnya hasil pengalokasian formasi tersebut dikirimkan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan dan RB) untuk mendapat persetujuan kebutuhan formasi yang dapat dibuka dalam seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Jumlah kebutuhan formasi yang telah disetujui oleh Menpan tersebut kemudian instansi baik pusat maupun daerah akan melakukan proses seleksi penerimaan CPNS. Proses seleksi penerimaan CPNS itu sendiri terdiri dari 3 tahapan yaitu proses pendaftaran pelamar, proses pengolahan serta pengumuman peserta test yang lulus seleksi. Adapun maksud dan tujuan dari penerimaan CPNS Tahun 2013 dimana proses pengolahannya dilaksanakan secara terpusat oleh Panitia Seleksi CPNS Nasional antara lain pertama adalah untuk memperoleh CPNS yang profesional, jujur, bertanggungjawab dan netral yaitu CPNS yang memiliki karakteristik pribadi selaku penyelenggara pelayanan kepada masyarakat, mampu berperan sebagai perekat NKRI, memiliki intelegensia yang tinggi untuk pengembangan kapasitas dan kinerja 75

82 organisasi pemerintah serta memiliki keterampilan, keahlian dan perilaku sesuai dengan tuntutan jabatan (untuk memilih putra terbaik bangsa yang kompeten sesuai tuntutan pekerjaan di instansi pemerintahan). Sedangkan tujuan yang kedua adalah untuk mewujudkan sistem seleksi CPNS yang bersih, obyektif transparan, kompetitif dan bebas dari korupsi kolusi dan nepotisme serta tidak dipungut biaya; (untuk mengembalikan kepercayaan generasi muda bahwa untuk menjadi PNS berdasarkan kemampuan diri sendiri). Dalam hal ini BKN selaku ketua panitia seleksi nasional mempunyai tugas antara lain mengkoordinir pendaftaran untuk seleksi CPNS Nasional 2013 khususnya bagi instansi yang belum memiliki sistem registrasi online sendiri serta mengumpulkan, memverifikasi serta memvalidasi data pelamar umum seluruh instansi sebelum dilakukan proses pengolahan oleh panselnas. Sehingga BKN membuat Sistem Seleksi CPNS Nasional (SSCN) 2013 untuk memfasilitasi proses pendaftaran seleksi CPNS nasional bagi pelamar umum. Dari keseluruhan instansi pusat dan daerah yang mendapat formasi tahun 2013 sebanyak 248 instansi pusat dan daerah ada 58 instansi yang menggunakan pendaftaran online SSCN. Sistem pendaftaran online mencakup proses pendaftaran yang dapat diakses oleh masyarakat umum untuk melakukan pendaftaran dan panitia seleksi instansi setempat dalam memproses seleksi tahap awal yaitu kelengkapan dan kesesuaian dokumen lamaran. Gambar 3.3 Form Registrasi Pelamar Umum SSCN Aplikasi pendaftaran online ini sangat diperlukan, karena dengan pelamar yang berjumlah ribuan maka pengolahan data tidak mungkin dilakukan secara manual. Proses yang dapat digantikan dengan aplikasi ini yaitu proses entry data pelamar, administrasi data pelamar, proses entri formasi setiap instansi, pengaturan lokasi 76

83 formasi, pencetakan kartu registrasi dan upload pengumuman masing-masing instansi, dan hal lain yang dibutuhkan dalam proses seleksi administratif CPNS. Jurnal Civil Service BKN Jurnal Civil Service adalah jurnal Kebijakan dan Manajemen PNSyang dikelola oleh Pusat Pengkajian dan Penelitian BKN, yang telah terakreditasi nasional. Dalam perkembangannya, hingga kini JurnalCivil Service terus berupaya untuk selalu menyajikan berbagai pemikiran dan gagasan konseptual, baik dari hasil penelitian, kajian, aplikasi teori maupun tinjauan kepustakaan, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan dan manajemen PNS. Selain itu, Jurnal Civil Service merupakan wahana diseminasi dan sosialisasi berbagai pemikiran yang berkaitan dengan kebijakan dan manajemen PNS, dengan harapan dapat memberikan kontribusi konstruktif bagi perwujudan PNS yang profesional dan kompeten.selain itu, untuk melakukan reformasi birokrasi secara sistematis, komprehensif, dan berkesinambungan dalam bidang kepegawaian, jurnal sebagai wadah dari berbagai pemikiran dan sudut pandang dapat dijadikan sebagai referensi dan acuan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan serta perumusan kebijakan. Jurnal Civil Service secara periodik terbit dua kali dalam setahun, yaitu bulan Juni dan November. 3) Akuntabilitas Keuangan Gambar 3.4 Jurnal Civil Service BKN Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor: S-769/MK.02/2012 tanggal 23 Oktober 2012 tentang Penyampaian Kebijakan Belanja dan Alokasi Anggaran 77

84 Kementerian Negara/Lembaga TA.2013, Badan Kepegawaian Negara (BKN) memperoleh pagu anggaran sebesar Rp ,- (lima ratus tiga puluh lima milyar seratus empat puluh sembilan juta seratus sembilan puluh delapan ribu rupiah) dan tambahan untuk alokasi tunjangan kinerja sebesar Rp ,- (sembilan puluh milyar enam ratus dua puluh lima juta tujuh ratus enam puluh dua ribu rupiah), dan sesuai Surat Menteri Keuangan No: S-407/MK.02/2013 tanggal 18 Juni 2013 perihal Anggaran Belanja Kementerian Negara/Lembaga dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) TA.2013 BKN mendapat alokasi reward sebesar Rp ,- (tujuh ratus enam puluh sembilan juta empat ratus lima puluh satu ribu rupiah) sehingga pagu BKN tahun 2013 menjadi sebesar Rp ,- (enam ratus dua puluh enam milyar lima ratus empat puluh empat juta empat ratus sebelas ribu rupiah ) untuk membiayai 3 (tiga) Program dengan rincian : 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya (01) sebesar Rp ,- anggaran ini digunakan untuk membiayai kegiatan sebagai berikut: a) Belanja pegawai sebesar Rp ,- b) Tunjangan kinerja pegawai sebesar Rp ,- c) Belanja barang operasional kantor sebesar Rp ,- d) Belanja barang non operasional lainnya sebesar Rp ,- 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BKN (02) sebesar Rp ,- anggaran ini digunakan untuk membiayai kegiatan sebagai berikut : a) Pembangunan/pengadaan/peningkatan sarana dan prasarana BKN Pusat sebesar Rp ,- terdiri dari : 1) Pembangunan gedung Pusdiklat Kepegawaian BKN sebesar Rp ; 2) Pengadaan kendaraan operasional sebesar Rp ,- b) Pembangunan/pengadaan/peningkatan sarana dan prasarana Kantor Regional I s/d XII BKN sebesar Rp ,- 3. Program Penyelenggaraan Manajemen Kepegawaian Negara (06) sebesar Rp ,- anggaran ini digunakan untuk membiayai kegiatan terkait tugas pokok dan fungsi di bidang penyelenggaraan manajemen kepegawaian negara baik untuk Kantor Pusat maupun Kantor Regional sebagaimana berikut : 78

85 a) Perencanaan kepegawaian dan formasi (sub kegiatan penataan PNS) sebesar Rp ,- b) Penilaian kompetensi calon pejabat struktural instansi pemerintah, dan konseling kepegawaian sebesar Rp c) Pembangunan, pengembangan sistem informasi dan pengolahan data base kepegawaian sebesar Rp ,- d) Pengembangan operasional jaringan komunikasi dan informasi kepegawaian (Sub Kegiatan Pembangunan Sistem Biometrik PNS berbasis elektronik, penerbitan KPE) sebesar Rp ,- e) Perumusan kebijakan rekrutmen dan kinerja pegawai (Sub kegiatan pengembangan sistem rekrutmen dengan CAT System/pembangunan CAT station pada 4 kantor regional) sebesar Rp ,- f) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian bimbingan teknis bidang kepegawaian pada instansi Pusat dan Daerah sebesar Rp ,- g) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bidang kepegawaian (Sub kegiatan penyelenggaraan Diklat Analis Kepegawaian calon pejabatan fungsional analis kepegawaian sebanyak 2 angkatan tingkat terampil dan 13 angkatan tingkat keahlian) sebesar Rp ,- h) Kegiatan rutin penyelenggaran tugas pokok dan fungsi bidang manajemen kepegawaian Negara lainnya sebesar Rp ,- Tabel 3.19 Rincian Alokasi Anggaran Per Program dan Jenis Belanja (Dalam Ribuan Rupiah) No. Program Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Jumlah 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya. 2 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatu Aparatur BKN. 3 Penyelenggaraan Manajemen Kepegawaian Negara , , , , , , , ,6 79

86 No. Program Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Jumlah JUMLAH , , , ,4 Tabel 3.20 Rincian Alokasi Pagu Anggaran Per Satuan Kerja BKN Tahun 2013 (Dalam Ribuan Rupiah) No. Satuan Kerja Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Jumlah 1 BKN Kantor Pusat Jakarta Kantor Regional I BKN Yogyakarta 3 Kantor Regional II BKN Surabaya 4 Kantor Regional III BKN Bandung 5 Kantor Regional IV BKN Makasar 6 Kantor Regional V BKN Jakarta 7 Kantor Regional VI BKN Medan 8 Kantor Regional VII BKN Palembang 9 Kantor Regional VIII BKN Banjarmasin 10 Kantor Regional IX BKN Jayapura 11 Kantor Regional X BKN Denpasar 12 Kantor Regional XI BKN Manado 13 Kantor Regional XII BKN

87 No. Satuan Kerja Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Jumlah Pekanbaru JUMLAH Realisasi anggaran BKN tahun 2013 adalah sebesar Rp ,- atau sebesar 93,03% dengan rincian sebagaimana pada tabel Tabel 3.21 Realisasi Anggaran BKN Tahun 2013 Anggaran Kode dan Uraian Program Pagu Realisasi % Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya 02 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatu Aparatur BKN 06 Penyelenggaraan Manajemen Kepegawaian negara , ,- 92, , ,- 94, , ,- 91,87 Jumlah , ,- 93,03 81

88 BAB IV PENUTUP

89 Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Kepegawaian Negara (BKN) tahun 2013 merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja BKN selama tahun 2013 yang diawali dengan penjabaran visi dan misi BKN, sasaran strategis dengan indikator kinerja utamanya dan realisasi capaian terhadap sasaran strategis dimaksud. Berdasarkan penilaian terhadap keseluruhan sasaran kinerja BKN yang tertuang dalam indikator kinerja utamanya dapat disimpulkan bahwa BKN telah mencapai sasaran kinerja secara rata-rata sebesar 122,61%. Hasil pengukuran target kinerja BKN di tahun 2013 menunjukkan bahwa terdapat 14 indikator kinerja yang berhasil mencapai target dan diantaranya terdapat 9 indikator kinerja yang capaiannya berhasil melampaui target yang telah ditetapkan. Adapun beberapa indikator kinerja yang belum mencapai target di tahun 2013 dan kendala-kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut: a. Terkait dengan pencapaian sasaran strategis I, yaitu Meningkatkan Efektivitas Sistem Perencanaan dan Pengembangan Kepegawaian. Memperhatikan indikator kinerja utama ke- 2 dari sasaran dimaksud, yakni persentase instansi pemerintah yang menerapkan standar kompetensi jabatan, terlihat bahwa realisasi capaian sasaran kinerja peningkatan efektivitas Sistem Perencanaan dan Pengembangan Kepegawaian hanya sebesar 28% dari target semula sebesar 30%. Hal ini disebabkan oleh belum tersosialisasikannya standar kompetensi manajerial dan teknis dengan baik di lingkungan instansi pemerintah, terutama pada tataran pejabat pengambil kebijakan, belum teralokasikannya anggaran di lingkungan BKN yang secara khusus diperuntukkan kegiatan fasilitasi penyusunan/perumusan standar kompetensi, serta terbatasnya jumlah fasilitator. b. Terkait dengan pencapaian sasaran strategis VII, yaitu Meningkatkan Efektivitas Koordinasi Perencanaan Program, Sumberdaya dan Pengelolaan Administrasi. Memperhatikan indikator kinerja utama 3 yakni persentase penempatan pegawai yang sesuai dengan kompetensinya, terlihat bahwa realisasi capaian sasaran kinerjanya hanya sebesar 90% dari target semula sebesar 100%. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan anggaran dan pertimbangan keluarga dalam memindahkan pegawai. Untuk meningkatkan kinerja BKN tahun berikutnya diperlukan adanya perbaikan kualitas perencanaan dan pelaksanaan kinerja, terutama pada kedua sasaran kinerja yang capaiannya belum optimal, yaitu sasaran strategis I dan sasaran startegis VII. 83

90 Langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pencapaian kinerja pada sasaran I adalah dengan penyusunan modul kompetensi manajerial dan teknis, melaksanakan workshop dan piloting standar kompetensi manajerial dan teknis. Sedangkan langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan capaian kinerja sasaran VII adalah dengan memastikan biaya penempatan dan pemindahan pegawai mendapatkan dukungan anggaran yang memadai serta mempertimbangkan faktor keluarga dalam penempatan pegawai. Secara umum dapat disarankan bahwa peningkatan kinerja BKN dapat dilakukan dengan meningkatkan dukungan internal, komitmen pimpinan dan kompetensi serta profesionalisme seluruh pegawai BKN untuk merencanakan dan melaksanakan rencana kinerja tersebut. Selain itu mengingat pencapaian kinerja BKN memiliki keterkaitan dengan instansi terkait (stakeholder) maka kedepan perlu ditingkatkan koordinasi kerja sejalan dengan sasaran strategis yang akan dicapai. 84

91 LAMPIRAN

92 Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA 86

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Lebih terperinci

Jakarta, Maret 2013 Kepala Badan Kepegawaian Negara. Eko Sutrisno

Jakarta, Maret 2013 Kepala Badan Kepegawaian Negara. Eko Sutrisno Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Kepegawaian Negara Tahun 2012 dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Kepegawaian Negara (BKN) sebagai lembaga penyelenggara manajemen kepegawaian negara berkomitmen untuk memajukan dan mengembangkan sistem manajemen kepegawaian

Lebih terperinci

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA TARGET PEMBANGUNAN TAHUN 2013-2014 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Lampiran 2 Kode Program/ Kegiatan Outcome/ Output Indikator kinerja (IKU/ IKK) 06 Program Penyelenggaraan Manajemen Negara A Deputi Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1 Arah Strategi dan kebijakan Nasional Arah strategi dan kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembangunan mencapai

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan informasi atas pencapaian kinerja BKN.

Kata Pengantar. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan informasi atas pencapaian kinerja BKN. Kata Pengantar Dengan mengucap puji syukur kepada Allah Subhanallah Wata ala Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat dan nikmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kinerja (LK) Badan

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Keberadaan BKN secara yuridis formal termuat di dalam Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS - 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS A. KEMAJUAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai langkah strategis,

Lebih terperinci

ambutan internal maupun eksternal BKN tentang berbagai

ambutan internal maupun eksternal BKN tentang berbagai ambutan Kepala Badan Kepegawaian Negara P uji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-nya kepada kami sehingga Laporan Kinerja (LKj) Badan Kepegawaian Negra (BKN)

Lebih terperinci

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Disampaikan dalam Rapat Kerja/Sosialisasi Reformasi Birokrasi kepada Pemerintah Daerah Regional I (Provinsi/Kabupaten/Kota se-sumatera, DKI

Lebih terperinci

Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan

Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2012 A. Penguatan Implementasi SAKIP BKN Tahun 2012 Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii i Kata Pengantar Seraya memanjatkan puji dan syukur atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Kepegawaian Daerah telah dapat melalui tahapan lima tahun kedua pembangunan jangka menengah bidang kepegawaian

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN OKTOBER 2012 1. Krisis ekonomi Tahun 1997 berkembang menjadi krisis multidimensi.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA BKN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA BKN TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Kondisi Umum Aparatur Negara merupakan unsur penting dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aparatur Negara juga sebagai mesin birokrasi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERENCANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH

GAMBARAN UMUM PERENCANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH 1 GAMBARAN UMUM PERENCANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh Opong Sumiati Dasar Hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN :

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN : DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN : 1. Undang-Undang Nomor 5 Th 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 Tentang Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional;

Lebih terperinci

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional, yang pelaksanaannya tetap dan senantiasa memperhatikan kondisi, potensi dan sumber daya daerah

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \0 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PEGAWAI DAN FORMASI

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \0 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PEGAWAI DAN FORMASI GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \0 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PEGAWAI DAN FORMASI APARATUR SIPIL NEGARA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Lebih terperinci

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Bab II Gambaran Pelayanan SKPD 2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Pembentukan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12

Lebih terperinci

Program Strategis/Prioritas Badan Kepegawaian Negara

Program Strategis/Prioritas Badan Kepegawaian Negara Program Strategis/Prioritas Badan Kepegawaian Negara Tahun 2013 dan 2014 Jakarta, 04 April 2013 PAGU BKN TAHUN 2013 Pada Tahun 2013 BKN mendapat Pagu Anggaran sebesar Rp.535.149.198.000 198 untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara memuat berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penganggaran. Perubahan-perubahan ini didorong oleh beberapa

Lebih terperinci

RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR

RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR integeritas, profesional, akuntabel RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 2013 Created by aba subagja 1. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.

BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. No.998, 2014 BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis dan Target Tahun L K I P B K D K o t a B a n d u n g T a h u n

PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis dan Target Tahun L K I P B K D K o t a B a n d u n g T a h u n PERENCANAAN KINERJA Penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2015 ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Jakarta, Januari 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET 2010 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Good Governance pada hakekatnya merupakan kepemerintahan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa

Lebih terperinci

profesional, bersih dan berwibawa.

profesional, bersih dan berwibawa. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG 1. Visi Visi Badan Kepegawaian Daerah adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai BKD melalui penyelenggaraan tugas dan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD Identifikasi permasalahan dilakukan untuk melihat kompleksitas permasalahan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Yang menjadi dasar hukum dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi serta penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) B PMPT Provinsi Jawa Barat sebagai

Lebih terperinci

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI I. PENDAHULUAN 1. Langkah pertama kebijakan pemerintah untuk mempercepat pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur pendukung tugas Pemerintah

Lebih terperinci

Perubahan paradigma tata kelola pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (goodpublic governance) dalam berbagai aspek, salah satunya

Perubahan paradigma tata kelola pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (goodpublic governance) dalam berbagai aspek, salah satunya 0 I-1 Perubahan paradigma tata kelola pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (goodpublic governance) dalam berbagai aspek, salah satunya telah mendorong pelaksanaan penerapan sistem akuntabilitas

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER

Lebih terperinci

KEBIJAKANPELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

KEBIJAKANPELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKANPELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI AZWAR ABUBAKAR Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Disampaikan pada Acara Kunjungan Kerja Menpan-RB di Provinsi Banten 20 Januari 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BIRO ORGANISASI

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BIRO ORGANISASI BAB II GAMBARAN PELAYANAN BIRO ORGANISASI II.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Biro Organisasi Tugas dan Fungsi pada Biro Organisasi berdasarkan pada Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 58 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan Dasar hukum terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Latihan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011)

KEBIJAKAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011) KEBIJAKAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011) KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 2013 Created by aba subagja Penataan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN A. VISI DAN MISI 1. VISI Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI SAMBAS

PENGADILAN NEGERI SAMBAS PENGADILAN NEGERI SAMBAS RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2010-2014 KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirahim Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya,

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesuksesan sebuah penyelenggaraan tugas pemerintahan, terutama pada penyelenggaraan pelayanan public kepada masyarakat sangat tergantung pada kualitas SDM Aparatur.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Bab II Gambaran Pelayanan SKPD 2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Pembentukan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA - 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MANADO BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT Jalan Balai Kota Nomor 1 Manado Website :

PEMERINTAH KOTA MANADO BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT Jalan Balai Kota Nomor 1 Manado Website : PEMERINTAH KOTA MANADO BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT Jalan Balai Kota Nomor 1 Manado 95124 Website : email : bkdkotamanado@yahoo.com TELAAHAN STAF Kepada : Kepala Badan Kepegawaian Dan Diklat Kota Manado

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

2 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.753, 2015 KEMEN-ESDM. Reformasi Birokrasi. Unit Pengelola. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG UNIT PENGELOLA

Lebih terperinci

PROGRAM PENATAAN SDM APARATUR. Oleh : DEPUTI SDM APARATUR Dalam Sosialisasi Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah Tanggal, 24 April

PROGRAM PENATAAN SDM APARATUR. Oleh : DEPUTI SDM APARATUR Dalam Sosialisasi Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah Tanggal, 24 April PROGRAM PENATAAN SDM APARATUR Oleh : DEPUTI SDM APARATUR Dalam Sosialisasi Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah Tanggal, 24 April 2012 1 AGENDA 1.PROGRAM PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sulawesi Utara Dalam upaya mewujudkan rencana pembangunan jangka menengah daerah 2010-2015

Lebih terperinci

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 13 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Dokumen Renja BKD adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, dan bersumber dari dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Saat Ini telah melaksanakan program reformasi birokrasi pada periode 2005-2009. Sampai saat ini program reformasi birokrasi masih terus berlanjut, dan telah memberikan manfaat

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas managerial dalam lingkungan organisasi yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada tiap

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011 KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR 050.07/2033 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BLORA TAHUN 2010-2015 Bappeda

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR INSPEKTUR, Drs. Zat Zat Munazat, M.Si NIP Inspektorat Kabupaten Garut

KATA PENGANTAR INSPEKTUR, Drs. Zat Zat Munazat, M.Si NIP Inspektorat Kabupaten Garut Renstra Inspektorat Kabupaten Garut Tahun 2014-2019 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010 2014 BPS KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 2.1.

Lebih terperinci

Hal. Bab I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 3 C. Maksud dan Tujuan... 5

Hal. Bab I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 3 C. Maksud dan Tujuan... 5 Renja 2017 1 Renja 2017 2 Hal. Bab I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 3 C. Maksud dan Tujuan... 5 Bab II Evaluasi Pelaksanaan Rencana Kerja Tahun lalu..... 6 Bab III Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice.

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap pelaksanaan urusan kepemerintahan akan selalu dikaitkan dengan pengelolaan kepemrintahan yang baik (good governance) dengan tiga pilar utama yaitu, Partisipasi,

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama, kelembagaan yang efektif dan efisien dengan tata laksana yang jelas dan

Lebih terperinci

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 14 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Dokumen Renja BKD adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, dan bersumber dari dokumen

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

BAB II GAMBARAN PELAYANAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN BAB II GAMBARAN PELAYANAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN II.1. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP DASAR HUKUM PEMBENTUKAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP Kantor Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017

PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Tahun Anggaran 2017 Tahun Anggaran 2017 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017 I. PENDAHULUAN Sebagaimana diamanatkan di dalam

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. KONDISI UMUM SEKARANG DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Perubahan peraturan di bidang pemerintahan daerah yang berdampak pada bidang kepegawaian membutuhkan antisipasi

Lebih terperinci

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN)

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN) 5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK NILAI-NILAI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Pelayanan Memberikan layanan yang memenuhi

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci