EVALUASI KINERJA DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN TAHUN ANGGARAN 2006 DAN 2007
|
|
- Devi Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Industrialisasi Menuju Kehidupan yang Lebih baik EVALUASI KINERJA DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN TAHUN ANGGARAN 2006 DAN 2007 Oleh : INSPEKTUR JENDERAL Disampaikan pada : RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN TAHUN 2008 HOTEL BOROBUDUR, JAKARTA PEBRUARI 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN RI INSPEKTORAT JENDERAL 2008
2 DAFTAR ISI PRESENTASI A. DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN 1.DEKONSENTRASI 2.TUGAS PEMBANTUAN B. PELAKSANAAN TUGAS DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN PADA TAHUN 2006 & TUGAS DEKONSENTRASI DITJEN IKM 2.TUGAS PEMBANTUAN DITJEN IKM 3.TUGAS DEKONSENTRASI IAK C. KEBIJAKAN PENGAWASAN 1.PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL 2.SASARAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL 3.MEKANISME PELAKSANAAN PENGAWASAN 4.INDIKATOR KEBERHASILAN
3 DAFTAR ISI PRESENTASI (Lanjutan) D. EVALUASI KINERJA TUGAS DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2006 & CATATAN KEPADA PUSAT 2. CATATAN KEPADA PUSAT DAN DINAS 3. CATATAN KEPADA DINAS PERINDAG 4. TEMUAN ITJEN PADA PEMERIKSAAN TUGAS DEKONSENTRASI DAN PEMBANTUAN DITJEN IKM TAHUN ANGGARAN 2006 & TEMUAN ITJEN PADA PEMERIKSAAN TUGAS DEKONSENTRASI DITJEN IAK TAHUN ANGGARAN 2007 E. PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN TAHUN FOKUS INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN LANGKAH-LANGKAH INSPEKTORAT JENDERAL 3. WDP DEPPERIN 2007/2008 F. KESIMPULAN DAN SARAN
4 DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN
5 DEKONSENTRASI Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang Pemerintah pusat melalui Kementerian Negara/lembaga kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah pusat di daerah. Tugas Dekosentrasi merupakan Tugas dari APBN yang dialokasikan berdasarkan rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga untuk dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ditetapkan Gubernur. Gubernur memberitahukan kepada DPRD tentang kegiatan Dekonsentrasi.
6 TUGAS PEMBANTUAN Tugas Pembantuan adalah penugasan khusus Pemerintah pusat melalui Kementerian Negara/lembaga kepada Bupati/Walikota di daerah. Tugas Pembantuan merupakan Tugas dari APBN yang dialokasikan berdasarkan rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga untuk dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ditetapkan Bupati/Walikota Bupati/Walikota memberitahukan adanya Tugas Pembantuan kepada DPRD.
7 PELAKSANAAN TUGAS DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN PADA TAHUN 2006 & 2007
8 Tugas Dekonsentrasi Ditjen IKM Pada tahun 2006, Tugas Dekonsentrasi dari Ditjen IKM meliputi 33 Provinsi dengan dana Rp ,- untuk kegiatan antara lain sbb : Pendidikan Pelatihan Teknik dan Fungsional Pameran/ Visualisasi/ Publikasi/ dan Promosi Pengumpulan dan pengolahan data Bantuan Usaha Ekonomi Produktif Pemberian bantuan hak paten Pengembangan kelembagaan dan Kemitraan usaha Kekayaan Intelektual Tradisional Knowledge, Standarisasi Dsb Realisasi Program 98,20 %, realisasi Anggaran 96,23 %. Pada tahun 2006 belum dilaksanakan Tugas Pembantuan.
9 Tugas Dekonsentrasi Ditjen IKM (Lanjutan) Pada tahun 2007, Tugas Dekonsentrasi meliputi 33 Provinsi dengan dana Rp ,- atau naik 45,76%. untuk program sbb : Pendidikan dan pelatihan teknik dan fungsional Promosi investasi dan pameran Bantuan usaha ekonomi produktif Updating data Pengembangan kelembagaan Penyuluhan dan penyebaran informasi Pengelolaan SAP Penguatan & Pengembangan Klaster IKM Dsb Realisasi Program 81,10 % (menurun 17 %), realisasi anggaran 64,01 % (menurun 32,22 %).
10 Tugas Pembantuan Ditjen IKM (Lanjutan) Pada tahun 2007 Tugas Pembantuan kepada 18 Kabupaten/ Kota yaitu : Kab. Lampung Barat, Kab. OKU, Kab. Pakpak Bharat, Kab. Lebak, Kab. Sumedang, Kab. Purbalingga, Kab. Sidoarjo, Kab. Bojonegoro, Kab. Gianyar, Kab. Bima, Kab. Sumba Timur, Kab. Sanggau, Kab. Sintang, Kab. Katingan, Kota Palu, Kab. Konawe, Kab. Polewali Mandar, Kab. Sorong. Dana yang dialokasikan sebesar Rp ,- untuk program : a) Bantuan Usaha Ekonomi Produktif (Mesin/ Peralatan) b) Pendidikan & Pelatihan Teknis; c) Pameran/Visualisasi/Publikasi dan Promosi d) Penyuluhan & Penyebaran Informasi e) Penyelenggaraan Sosialisasi/Workshop/Diseminasi/Seminar/Publikasi f) KemitraandenganPelakuUsaha g) Pembinaan Pelaku Usaha dan konsumen h) Pembentukan dan Pembinaan Kelompok Pengamanan Swakarsa i) Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis/Program j) Dsb Realisasi Program 85,20 %, realisasi anggaran 79,27 %.
11 Tugas Dekonsentrasi Ditjen IAK Pada tahun 2007, Tugas Dekonsentrasi Ditjen IAK meliputi 13 Provinsi dengan Dana Rp ,- untuk Program sbb : Realisasi program 80,50 %, realisasi anggaran 76,65 %.
12 KEBIJAKAN PENGAWASAN
13 PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL Ditujukan kepada unit kerja : 1. Unit Pusat 2. Unit Pusat didaerah 3. Tugas Dekonsentrasi 4. Tugas Pembantuan
14 SASARAN PENGAWASAN ITJEN Untuk mendapatkan gambaran/ fakta apakah : a. Rencana, program, dan kegiatan dilaksanakan secara efektif dan efisien b. Laporan keuangan satuan kerja sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) c. Pelaksanaan rencana, program dan kegiatan sesuai kebijakan dan peraturan perundangundangan
15 MEKANISME PELAKSANAAN PENGAWASAN Pengawasan oleh tim Inspektorat Jenderal dilaksanakan dengan cara : a. Pemeriksaan komprehensif, pemeriksaaan khusus, pemeriksaan kinerja, pemeriksaan bukan riil (desk audit) b. Pengujian c. Pengusutan d. Pemantauan e. Penilaian
16 MEKANISME PELAKSANAAN PENGAWASAN (Lanjutan) Ruang lingkup pengawasan meliputi : a. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan program dan kegiatan APBN maupun sumber lainnya, baik di pusat maupun di daerah b. Pembinaan dan pengawasan penyusunan laporan keuangan departemen, termasuk reviu atas laporan keuangan c. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan sistem pengendalian intern
17 INDIKATOR KEBERHASILAN a. Meningkatnya disiplin, prestasi dan pencapaian sasaran pelaksanaan tugas yang ditunjukan : 1) Tertib pengelolaan keuangan; 2) Tertib pengelolaan perlengkapan; 3) Tertib pengelolaan kepegawaian; 4) Tercapainya realisasi program. b. Terciptanya keteraturan, keterbukaan dan pelaksanaan tugas yang dapat dipertanggung jawabkan c. Meningkatnya kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; d. Menurun dan hilangnya praktik KKN e. Berkurang dan hilangnya penyalahgunaan wewenang serta meningkatnya penyelesaian tindak lanjut.
18 INDIKATOR KEBERHASILAN (Lanjutan) f. Tertib administrasi dan jelasnya keberadaan barang milik Negara dan barang inventaris g. Cepatnya pengurusan dan pelayanan kepegawaian, 1) Penatausahaan 2) Ketepatan waktu 3) Ada tidaknya pengaduan dari pegawai
19 INDIKATOR KEBERHASILAN (Lanjutan) Indikator penilaian tertinggi adalah opini BPK atas laporan keuangan dengan status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Klasifikasi opini BPK sbb : - Disclaimer - Tidak wajar - Wajar Dengan Pengecualian (WDP) - Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
20 EVALUASI KINERJA DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2006 dan 2007
21 EVALUASI KINERJA DEKON & TP Hasil evaluasi dalam 2 (dua) tahun terakhir sebagai berikut : Catatan kepada Pusat 1. Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan belum sepenuhnya memenuhi persyaratan prosedural dan legal formal. 2. Terdapat kecenderungan program dan kegiatan yang sama dan alokasi anggaran yang besarnya relatif sama di setiap Provinsi/ Kabupaten/ Kota, yang sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan KompentensiIntiDaerahmasing-masing.
22 EVALUASI KINERJA DEKON & TP (Lanjutan) Catatan kepada Pusat dan Dinas 1. Hasil pemeriksaan BPK tahun 2006 terhadap 19 Satker dari 56 Satker Pusat dan Daerah terdapat 12 Satker belum memiliki pembukuan barang persediaan yang memadai. 2. Program dan kegiatan Dekonsentrasi belum sepenuhnya mengarah kepada kegiatan yang memprioritaskan kepada pengembangan Kompentensi Inti Industri Daerah dari daerah penerima. 3. Program dan kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan masih terdapat yang belum dikaitkan dengan pemanfaatan dan pengembangan UPT di daerah yang bersangkutan.
23 EVALUASI KINERJA DEKON & TP (Lanjutan) Catatan kepada Pusat dan Dinas (Lanjutan) 4. Belum terlihat sinergi antara Program dan kegiatan Dekonsentrasi dengan Program Pusat atau Balai Litbang untuk pengembangan suatu industri tertentu pada daerah yang bersangkutan. 5. Masih dijumpai adanya ketidaktertiban pengelolaan administrasi keuangan, pengelolaan persediaan, pengelolaan aset tetap dan kelemahan dalam Sistem Pengendalian Internal
24 EVALUASI KINERJA DEKON & TP (Lanjutan) Catatan kepada Dinas Perindag 1. Hasil pemeriksaan BPK tahun 2006 terhadap 33 Satker Dekonsentrasi hanya 3 Satker yang melaporkan persediaannya di neraca. 2. Masih terjadi Mesin dan Peralatan yang diterima oleh Dinas Perindag belum mendapat tempat/gedung dan fasilitas pendukung yang memadai untuk beroperasi pada waktunya. 3. Masih dijumpai kegiatan yang belum saling mengisi dan memperkuat dalam pengembangan industri di daerah yang dibiayai APBN dan APBD.
25 EVALUASI KINERJA DEKON & TP (Lanjutan) Catatan kepada Dinas Perindag 4. Masih dijumpai adanya ketidaktertiban pengelolaan administrasi keuangan, pengelolaan persediaan, pengelolaan aset tetap dan kelemahan dalam Sistem Pengendalian Internal. 5. Pengelolaan administrasi keuangan banyak yang belum memenuhi SAP
26 EVALUASI KINERJA DEKON & TP (Lanjutan) JENIS TEMUAN Kode jenis temuan menurut Kantor MENPAN adalah sbb : Kode Jenis Temuan 01 Kasus yang merugikan negara 02 Kewajiban Penyetoran kepada Negara 03 Pelanggaran terhadap peraturan perundangan-undangan yang berlaku 04 Pelanggaran terhadap prosedur dan tata kerja yang telah ditetapkan 05 Penyimpangan dari dari ketentuan pelaksanaan anggaran 06 Hambatan terhadap kelancaran proyek 07 Hambatan terhadap kelancaran tugas pokok 08 Kelemahan Administrasi (Kelemahan Tata Usaha dan Akuntansi) 09 Ketidaklancaran pelayanan kepada masyarakat 10 Temuan pemeriksaan di program lainnya
27 EVALUASI KINERJA DEKON & TP (Lanjutan) Temuan Itjen pada Pemeriksaan Dekon Ditjen IKM Tahun Anggaran 2006 & 2007 Jumlah Temuan Tahun 2006 Tahun 2007 Jenis Temuan
28 EVALUASI KINERJA DEKON & TP (Lanjutan) Temuan Itjen pada Pemeriksaan Dekon Ditjen IAK Tahun Anggaran Jumlah Temuan Jenis Temuan
29 EVALUASI KINERJA DEKON & TP (Lanjutan) Temuan pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan berdasarkan ranking terbanyak adalah : 1. Kelemahan Administrasi (kelemahan Tata Usaha dan Akuntansi) 2. Pelanggaran terhadap prosedur dan tata kerja yang telah ditetapkan 3. Penyimpangan dari ketentuan pelaksanaan anggaran
30 PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN TAHUN 2008
31 PENGAWASAN ITJEN TAHUN 2008 Opini BPK terhadap laporan keuangan Departemen Perindustrian tahun 2006 adalah Disclaimer. Tahun 2007 dan Tahun 2008 ditargetkan diperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Peranan Dinas Perindag Provinsi/Kabupaten/Kota dalam mengelola APBN dari dana Tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan sangat penting agar dicapai opini BPK dengan status WDP.
32 PENGAWASAN ITJEN TAHUN 2008 (Lanjutan) Fokus Inspektorat Jenderal pada tahun 2008 : a) Pengawasan dan pemeriksaan pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dari program PIKM dan IAK b) Monitoring dan evaluasi pemanfaatan bantuan peralatan mesin c) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan industri dengan pendekatan klaster d) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pengembangan industri di daerah pasca otonomi
33 PENGAWASAN ITJEN TAHUN 2008 (Lanjutan) Langkah-langkah yang dilakukan Inspektorat Jenderal meliputi : a) Melakukan pendampingan, pengawalan dan advokasi dari tahap perencanaan program dan pelaksanaannya. b) Pemeriksaan komprehensif, untuk evaluasi capaian target dan sasaran program yang ditetapkan. c) Bimbingan teknis penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan sebagainya. d) Peningkatan disiplin pada satker untuk percepatan pelaksanaan Tindak Lanjut temuan e) Pembentukan Satuan Pengendali Intern (SPI) di Satker Depertemen Perindustrian
34 PENGAWASAN ITJEN TAHUN 2008 (Lanjutan) f. Pembentukan dan operasionalisasi Klinik Itjen g. Penguatan Sumber Daya Aparat Pengawas dan Kode Etik Auditor h. Peningkatan kualitas audit. Dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) 2008 Departemen Perindustrian dan Departemen Dalam Negeri telah menyusun jadwal pengawasan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal dan Bawasda. BPK juga bermaksud melaksanakan pemeriksaan Dana Dekonsentrasi.
35 WDP DEPPERIN 2007/ SETJEN WDP SEKOLAH, BDI WDP WDP IAK WDP ILMTA WDP IATT WDP WDP WTP ITJEN WDP BPPI WDP WDP BALAI- BALAI WDP IKM WDP WDP DINAS PROV WDP DINAS KAB/KOTA WDP
36 SYARAT OPINI WAJAR DENGAN PENGECUALIAN Opini BPK berdasarkan kepatuhan terhadap perundang-undangan, efektifitas pengendalian, kecukupan pengungkapan dan kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah, meliputi aspek : 1. Sistem Pengendalian Intern dan operasionalnya 2. Catatan persediaan dalam neraca 3. Barang Milik Negara bermasalah 4. Administrasi barang inventaris 5. Pengelolaan dana bergulir
37 KESIMPULAN DAN SARAN
38 KESIMPULAN DAN SARAN a) Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan hakekatnya kegiatan Pusat yang diadakan didaerah; b) Program dan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan hendaknya memperkuat pengembangan Kompentensi Inti Industri Daerah; c) Pimpinan Satker dan perangkatnya pada Dinas Perindustrian Provinsi/ Kabupaten/ Kota agar bahu membahu dengan cemat dan tertib dalam pelaksanaan Program dan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan agar Departemen Perindustrian dapat memperoleh status WDP pada tahun 2007/ JAKARTA, PEBRUARI 2008 INSPEKTORAT JENDERAL
39 INDUSTRIALISASI MENUJU KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK TERIMA KASIH
EVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2007
Industrialisasi Menuju Kehidupan yang Lebih baik EVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2007 Oleh : INSPEKTUR JENDERAL Disampaikan pada : RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN TAHUN 2008 HOTEL JW MARRIOTT,
Lebih terperinciIndustrialisasi Menuju Kehidupan yang Lebih baik TAHUN Oleh : INSPEKTUR JENDERAL
Industrialisasi Menuju Kehidupan yang Lebih baik EVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2007 Oleh : INSPEKTUR JENDERAL Disampaikan pada : RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN TAHUN 2008 HOTEL CLARION,
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2007
EVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2007 Disampaikan pada : RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN TAHUN 2008 HOTEL JW MARRIOTT, SURABAYA 11-14 MARET 2008 I. PENDAHULUAN RPJMN 2004-2009 di sektor industri
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2007
EVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2007 Disampaikan pada : RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN TAHUN 2008 HOTEL CLARION, MAKASSAR 25-28 MARET 2008 I. PENDAHULUAN RPJMN 2004-2009 di sektor industri
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN
EVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2007-2009 OLEH : INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Yogyakarta, 23-26 Maret 2010 DAFTAR ISI PRESENTASI I. TUGAS PEMBANTUAN II. PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN
Lebih terperinciTAHUN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Balikpapan, p 2-5 Maret 2010
EVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2007 2009 OLEH : INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Balikpapan, p 2-5 Maret 2010 DAFTAR ISI PRESENTASI I. TUGAS PEMBANTUAN II. PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN
EVALUASI KINERJA TUGAS PEMBANTUAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN MANADO, 18 Maret 2009 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN INSPEKTORAT JENDERAL 2009 GAMBARAN UMUM TUGAS PEMBANTUAN A. Pengertian Tugas Pembantuan adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan menguraikan pengertian pengetahuan tentang proses audit internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan
Lebih terperinciAKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH
AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH Oleh: Syafri Adnan Baharuddin, S.E., Ak., M.B.A (Auditor Utama Keuangan Negara II BPK RI) Hotel Grand Sahid, Jakarta, 02 Februari 2012 1. PENGERTIAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto
KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, maka diperlukan suatu pedoman dan arahan yang jelas sebagai acuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Pedoman dan arahan dituangkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance and clean government), maka penyelenggara pemerintahan wajib melaksanakan tugas dan
Lebih terperinciDATA INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN
DATA INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. KEPEGAWAIAN Untuk melakukan tugas pengawasan terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di lingkungan Kementerian Kehutanan pusat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah yang ada, wajib bertanggung jawab untuk melaporkan segala kegiatan yang dilselenggarakan. Bentuk
Lebih terperinciDATA INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN
DATA INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. KEPEGAWAIAN Untuk melakukan tugas pengawasan terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di lingkungan Kementerian Kehutanan pusat dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data Pada bagian ini penulis akan menguraikan penyajian dan analisis data mengenai pelaksanaan Reviu Laporan Keuangan Kementerian Dalam Negeri
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi seluruh lapisan masyarakat, dan tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciKepala Auditorat V.A
Kepala Auditorat V.A 1 UUD 1945 UU No 17/2003 Keuangan Negara UU No 1/2004 Perbendaharan Negara UU No 15/2004 Pemerikasaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab KN UU No 15/2006 Badan Pemeriksa Keuangan UUD 1945
Lebih terperinciBAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Provinsi Kalimatan Tengah merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja selama tahun 2015 yang memuat realisasi kinerja dan capaian kinerja
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah dalam melaksanakan
Lebih terperinciLOGO. Musrenbang Provinsi DKI Jakarta,
LOGO Musrenbang Provinsi DKI Jakarta, 2010 www.djpk.depkeu.go.id 1 DEKONSENTRASI Sifat kegiatan non-fisik yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang tidak menambah aset tetap. Kegiatan non-fisik, antara
Lebih terperinciKATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT
KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan Pemerintah yang baik (good governance), telah mendorong pemerintah untuk menerapkan akuntabilitas publik.
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini
Lebih terperinciRENCANA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2009
DAFTAR ISI 1. RENCANA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2009. 2. PROGRAM KERJA TAHUN 2009. 3. JADWAL PENGAWASAN TAHUN 2009. 4. RENCANA KERJA TAHUN 2010. 2 RENCANA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2009 TUJUAN
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI INSPEKTORAT JENDERAL LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI INTEGRITAS, PROFESIONAL, SEJAHTERA
Lebih terperinciIKHTISAR EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY)
IKHTISAR EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY) Berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI
KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI Rapat Koordinasi Pengawasan Bersama Itjen Kemenristekdikti - BPKP 28 30 September 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Lebih terperinciPersentase SDM ITJEN berdasarkan jabatan
DATA INSPEKTORAT JENDERAL 1. KEPEGAWAIAN Untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dilingkungan Departemen Kehutanan baik di pusat maupun di daerah, Inspektorat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang
Lebih terperincikeluaran ( output), hasil ( outcome), dan dampak ( impact) dari pelaksanaan rencana pembangunan.
LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI TRIWULAN I TAHUN 2014 BERDASARKAN PP NOMOR 39 TAHUN 2006 A. PENDAHULUAN Kegiatan perencanaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri dari ribuan pulau dengan budaya, sosial dan kondisi perekonomian yang berbeda antar masing-masing daerah
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa: Pengelolaan Barang Milik Daerah
BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengelolaan Barang Milik Daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan keuangan daerah, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.322, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pengawasan. Pemeriksaaan. Pengendalian Intern. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN
Lebih terperinciAKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH
AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH Oleh: Eydu Oktain Panjaitan (Kepala Sub Auditorat II.C.3 BPK RI) Hotel Bidakara, Jakarta, 13 Februari 2012 Pengertian Akuntabilitas Keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring diberlakukannya otonomi daerah pada tanggal 1 Januari 2001 melalui UU No. 22 Tahun 1999 yang telah direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Lebih terperinci2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
No.1494, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pengawasan Internal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN INTERNAL PADA KEMENTERIAN AGAMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi, reformasi, dan tuntutan tranparansi yang semakin meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak manajemen suatu
Lebih terperinciA. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI
BAB I PENDAHULUAN A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 107/M-IND/PER/11/2015 Tanggal 30 November 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Sesuai dengan tugas Kementerian Kesehatan dalam pelaksanaan APBN,
BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Sesuai dengan tugas Kementerian Kesehatan dalam pelaksanaan APBN, laporan pertanggungjawabannya disampaikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari Neraca, Laporan
Lebih terperincib. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.
BAB XX DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 400 Susunan organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1.
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KOTA BANJAR TAHUN 2012
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KOTA BANJAR TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi Sumatera Barat ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat,
Lebih terperinciPemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Tahun Anggaran 2016 Inspektorat Kota Pagar Alam Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Lebih terperinci2016, No Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1849, 2016 KEMEN-DPDTT. Pelimpahan dan Penugasan. TA 2017. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,
Lebih terperinciLAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,
BAB I PENDAHULUAN Pemahaman kegiatan pengawasan harus berangkat dari suatu pemahaman manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing, actuating dan controlling. Controlling adalah salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah harus dilaksanakan untuk mewujudkan tata kelola keuangan pemerintahan yang baik. Sebagai wujud pertanggungjawaban
Lebih terperinciSATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM Muhadi Prabowo (muhadi.prabowo@gmail.com) Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Abstrak Dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 23
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2015
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemantauan terhadap kinerja unit organisasi yang ada dalam kendalinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fungsi pengawasan mempunyai peranan yang sangat penting terutama untuk melakukan pengawasan pada pengelolaan keuangan negara sehingga dapat terwujud pemerintahan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan
88 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1 Kesimpulan Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan Lampung dari laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan partisipan yang memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntansi sektor publik merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi digunakan dalam
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88. 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Pengawasan Intern. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK-SETJEN/2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun 2003 2004 pemerintah melakukan perombakan peraturan keuangan Negara, Pemerintah bersama dengan DPR mengeluarkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN
PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 30 Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 30 Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR : PER-21/PB/2005 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/
Lebih terperinciBMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015
BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62
Lebih terperinciPENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL
Lampiran II Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor Tentang Tahun Piagam Pengawasan Internal di Lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL 1. PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Instansi pemerintah secara umum berperan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing baik di tingkat pusat maupun daerah.
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciREVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA
REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017 KONSEPSI REVIU REVIU SPI REVIU SAP PENINGKATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik terutama di bidang keuangan, maka diperlukanlah suatu reformasi keuangan negara. Reformasi
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015 INSPEKTORAT KABUPATEN LABUHANBATU JL. SISINGAMANGARAJA No.062 RANTAUPRAPAT KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2015
LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2015 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, FEBRUARI 2016. KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan tata kelola kepemerintahan bidang industri
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT,
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK
SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-018.02-0/AG/2014 DS 9802-8163-0908-0385 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) No.60 tahun
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016
LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, FEBRUARI 2017 i KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan tata kelola kepemerintahan bidang industri
Lebih terperinci- 1 - WALIKOTA GORONTALO,
- 1 - PROVINSI GORONTALO KEPUTUSAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR : / / / 2015 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN (PKPT) INSPEKTORAT KOTA GORONTALO TAHUN 2016 WALIKOTA GORONTALO, Menimbang : a. bahwa Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemerintah daerah mempunyai kewajiban mempublikasikan informasi melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan
Lebih terperinciBUPATI MAROS PROVINSI SULAWASI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 08 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI MAROS PROVINSI SULAWASI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 08 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAH KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciNomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang : a.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1292, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Dekonsentrasi. Kegiatan. Anggaran. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN
Lebih terperinciURAIAN KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2012
LAMPIRAN: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 47 Tahun 2011 TANGGAL : 29 September 2011 I. Pendahuluan A. Umum URAIAN KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciURAIAN KEGIATAN DAN PELAPORAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2013
2012, No.1059 6 LAMPIRAN: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN
Lebih terperinci2017, No Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Dekonsentrasi Kementerian Ko
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.114, 2017 KEMEN-KUKM. Anggaran Dekonsentrasi. Pelaksanaan Kegiatan. Tahun PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PER/M.KUKM/I/2017
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). kewajaran dari laporan keuangan pemerintah yang telah diperiksa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bentuk nyata dari kinerja pemerintah daerah yaitu dengan adanya berbagai fasilitas yang telah dibangun hingga masyarakat merasa nyaman, aman dan sejahterah
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH TARGET INDIKATOR LKPD YANG OPINI WTP Dalam Perpres No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 telah ditetapkan prioritas nasional pencapaian
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SAMARINDA
INSPEKTUR Inspektur Daerah Kota Samarinda merupakan unsur pimpinan yang mempunyai tugas pokok memimpin, membina, dan mengkoordinasikan serta mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan penyusunan dan perumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat. Terselenggaranya tata kelola pemerintah
Lebih terperinciSISTEM PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN APBN (BANSOS BIDANG PENDIDIKAN)
SISTEM PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN APBN (BANSOS BIDANG PENDIDIKAN) Disajikan Oleh : SUHARYANTO Inspektur I Itjen Kemdikbud Disajikan dalam rangka : Rakor Penyelenggaraan Program Penmas Tahun 2013 Grand
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-018.02-0/2013 DS 2887-2051-5773-8818 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang mensyaratkan bentuk
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 32/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN, SISTEM DAN PROSEDUR PENGAWASAN DALAM PENERAPAN STANDAR AUDIT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Governance yang menjadi salah satu agenda reformasi sektor publik di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pengawasan adalah salah satu dari tiga aspek Good Corporate Governance yang menjadi salah satu agenda reformasi sektor publik di Indonesia. Setelah adanya
Lebih terperinciFuture Government Accounting for Strengthening Public Accountability
Future Government Accounting for Strengthening Public Accountability HUT Ikatan Akuntan Indonesia (Institute of Indonesia Chartered Accountants) Crowne Plaza Hotel Semarang Kamis, 14 Desember 2017 Hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diberlakukannya otonomi daerah pemerintah diberikan kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintah. Perubahan pada sistem pemerintahan
Lebih terperinciINSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM MONITORING DAN INFORMASI PENGAWASAN
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM MONITORING DAN INFORMASI PENGAWASAN Disampaikan pada SOSIALISASI SISTEM MONITORING DAN INFORMASI PENGAWASAN Batam, 22-24 Mei 2017 : TUGAS
Lebih terperinci