WALIKOTA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 616/KEP/2007 TENTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "WALIKOTA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 616/KEP/2007 TENTANG"

Transkripsi

1 WALIKOTA YOGYAKARTA KEUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR /KE/7 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH ENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN ENGANGGURAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 7- i

2 WALIKOTA YOGYAKARTA KEUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR / KE / 7 T E N T A N G RENCANA AKSI DAERAH ENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN ENGANGGURAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 7 WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan program pembangunan enanggulangan Kemiskinan yang telah diatur dalam eraturan Walikota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 7 tentang Rencana embangunan Jangka Menengah Daerah Kota Yogyakarta Tahun 7 -, maka perlu disusun Rencana Aksi Daerah (RAD) Kota Yogyakarta Tahun 7 ; b. bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut diatas huruf a, perlu ditetapkan Keputusan Walikota Yogyakarta tentang Rencana Aksi Daerah (RAD) enanggulangan Kemiskinan dan engangguran Kota Yogyakarta Tahun 7. Mengingat :. Undang-undang Nomor Tahun 9 tentang embentukan Daerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan ropinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Yogyakarta;. Undang-undang Nomor Tahun tentang emerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun ;. Undang-undang Nomor 7 tentang Rencana embangunan Jangka anjang Nasional Tahun ;. eraturan residen Nomor 7 Tahun tentang Rencana embangunan Jangka Menengah Nasional 9;. Instruksi residen Nomor 9 Tahun tentang engarus Utamaan Gender;. eraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor Tahun 7 tentang Rencana embangunan Jangka anjang Daerah Kota Yogyakarta Tahun -; 7. eraturan Walikota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 7 tentang Rencana embangunan Jangka Menengah Daerah Kota Yogyakarta Tahun 7-. ii

3 M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA TENTANG RENCANA AKSI DAERAH ENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN ENGANGGURAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 7- ERTAMA : RAD enanggulangan Kemiskinan dan engangguran Kota Yogyakarta Tahun 7- adalah Dokumen erencanaan rogram Terpadu yang bersifat Lintas sektor dan lintas wilayah yang mencakup penciptaan kesempatan kerja, pemberdayaan, peningkatan kemampuan, dan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin untuk kurun waktu (lima) tahun, terhitung mulai tahun 7 sampai dengan tahun, sebagaimana tersebut dalam Keputusan ini. KEDUA : RAD enanggulangan Kemiskinan dan engangguran Kota Yogyakarta Tahun 7- sebagaimana dimaksud Diktum ERTAMA dimaksudkan dipergunakan sebagai pedoman dan informasi bagi para pemangku kepentingan dalam membuat komitmen pada program prioritas yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah. KETIGA : enjabaran RAD enanggulangan Kemiskinan dan engangguran Kota Yogyakarta Tahun 7- sebagaimana dimaksud Diktum ERTAMA akan ditindaklanjuti setiap tahunnya dalam Rencana Kerja emerintah Daerah (RKD) Kota Yogyakarta dan Rencana Kerja Satuan Kerja erangkat Daerah (Renja SKD). KEEMAT KELIMA : Menunjuk Wakil Walikota Yogyakarta sebagai Ketua Tim Koordinasi enanggulangan Kemiskinan Kota Yogyakarta dibantu Asisten embangunan dan Kepala Dinas Sosial Kota Yogyakarta untuk mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan program dan kegiatan pada Rencana Aksi Daerah ini. : Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Keputusan ini dibebankan pada Anggaran endapatan dan Belanja Daerah Kota Yogyakarta. KEENAM : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 8 Desember 7 WALIKOTA YOGYAKARTA H. HERRY ZUDIANTO Tembusan : Yth.. Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta.. Asisten Tata raja Setda Kota Yogyakarta.. Asisten embangunan Setda Kota Yogyakarta.. Asisten Administrasi Setda Kota Yogyakarta.. Kepala SKD se Kota Yogyakarta. ttd iii

4 LAMIRAN : KEUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : /KE/7 TANGGAL : 8 Desember 7 RENCANA AKSI DAERAH ENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN ENGANGGURAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 7 DAFTAR ISI BAB I ENDAHULUAN.. Latar Belakang.. Maksud dan Tujuan.. Lingkup RAD enanggulangan Kemiskinan BAB II KONDISI KEMISKINAN DAN ENGANGGURAN DI KOTA YOGYAKARTA.. Faktor enyebab Kemiskinan dan engangguran Secara Konseptual.. Faktor enyebab engangguran Secara Konseptual.. rofil Kemiskinan Kota Yogyakarta 8... Sebaran Keluarga dan enduduk Miskin Kota Yogyakarta.... Diskripsi Data Keluarga dan enduduk Miskin Beserta ermasalahanya Basis Wilayah Kecamatan.... Deskripsi Keluarga dan enduduk Miskin dan ermasalahanya Basis Kota Yogyakarta... ermasalahan Kemiskinan dan Kemampuan endapatan.... ermasalahan Kemiskinan dan Kesempatan Kerja.... Keluarga Miskin dan Kepemilikan Aset Ekonomi.... Keluarga Miskin dan status Kepemilikan Tempat Tinggal.... Keluarga Miskin dengan jenis bahan bakar untuk memasak yang digunakan sehari-hari iv

5 ... Keluarga Miskin dengan Jenis alat penerangan yang digunakan...7. ermasalahan Kemiskinan Berdasar angan...8. ermasalahan Kemiskinan Berdasar Sandang...9. ermasalahan Kemiskinan Berdasar apan... ermasalahan Kemiskinan Berdasar 7. Kesehatan... ermasalahan Kemiskinan Berdasar 8. endidikan... ermasalahan Kemiskinan Berdasar 9. Aktifitas Sosial.. rofil Data engangguran Kota Yogyakarta. 9 BAB III LANDASAN ELAKSANAAN.. Landasan Global... Landasan Nasional. Landasan Regional BAB IV RENCANA AKSI ENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN ENGANGGURAN KOTA YOGYAKARTA.. Rencana Aksi enanggulangan Kemiskinan dan engangguran berdasar Strategi enanggulangan Kemiskinan Kota Yogyakarta... Srtategi dan Kebijakan enanggulangan Kemiskinan... Strategi erlindungan Sosial... Strategi erluasan Kesempatan... Strategi eningkatan Kapasitas Sumber Daya... Strategi emberdayaan Masyarakat... Strategi Kemitraan.. Alur ola ikir enanggulangan Kemiskinan dan engangguran... Validasi dan pelembagaan updating data Keluarga Miskin... emenuhan Kebutuhan Dasar Keluarga Miskin. 7 v

6 ... engembangan SDM enduduk Miskin eningkatan Kualitas Hidup Keluarga Miskin elembagaan Stake Holder enanggulangan 9 Kemiskinan dan engangguran Ditingkat Basis ().. MATRIK ROGRAM KEGIATAN RENCANA AKSI DAERAH ENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN ENGANGGURAN 7 - BAB V ELAKSANAAN 7.. Optimalisasi Fungsi Koordinasi TKK Kota Yogyakarta. 7.. Membangun Mekanisme enanggulangan Kemiskinan dan engangguran. 7.. erluasan Kesempatan Kerja dan eningkatan 7 endapatan Keluarga.... enyediaan Layanan endidikan enyediaan Layanan Kesehatan enyediaan Layanan Jaminan Ketersediaan 7 angan.... enyediaan Keterpenuhan emukiman dan 7 erumahan Layak Huni.... enyediaan Keterpenuhan Kebutuhan Air Bersih 7 dan Sanitasi Yang Baik...7. enguatan Kualitas Hidup Keluarga Miskin Layanan emenuhan Kebutuhan Dasar Melalui anti Sosial. 7. elaksanaan 77.. Sinergi rogram Instansi dan Institusi Dalam 77 enanggulangan Kemiskinan... Kelembagaan 8... endanaan 8... Indikator 8 BAB VI ENUTU 8 vi

7 BAB I ENDAHULUAN.. Latar Belakang enyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) enanggulangan Kemiskinan dan engangguran Tahun 7- merupakan salah satu tahapan dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan Kota Yogyakarta yang saling terkait dan tak terpisahkan dalam rangka pelaksanaan eraturan Walikota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 7 tentang Rencana embangunan Jangka Menengah Daerah (RJMD) Kota Yogyakarta Tahun 7-. Lebih jauh Rencana Aksi Daerah enanggulangan Kemiskinan dan engangguran merupakan acuan bagi SKD untuk melaksanakan program dan kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial khususnya dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan penganguran yang telah ditetapkan dalam RJMD. emahaman terhadap fenomena permasalahan, pola dan profil kemiskinan dan pengangguran serta penyebab dan faktor-faktor lain yang berpengaruh sangat diperlukan dalam perumusan strategi intervensi prioritas program dan penetapan jenis kegiatan serta alokasi sumber yang diperlukan. Hal ini sangat penting karena bagi emerintah Kota Yogyakarta yang bersinggungan langsung dengan masyarakat memerlukan kebijakan-kebijakan yang bersifat intervensi untuk mengupayakan pengentasan kimiskinan. Upaya-upaya intervensi tersebut menuntut adanya ketersediaan referensi dan petunjuk detail tentang langkah-langkah dan kondisi serta potensi dari permasalahan kemiskinan dan juga pengangguran. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam penanggulangan kemiskinan dan pengangguran diperlukan kebersamaan dari para pemangku kepentingan sehingga kebijakan yang dijalankan bersifat terpadu dan terkoordinasi dalam bentuk usaha yang komprehensif dan saling bersinergi... Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan penyusunan Rencana Aksi Daerah enanggulangan Kemiskinan dan engangguran adalah : Maksud : Maksud penetapan RAD enanggulangan Kemiskinan dan engangguran Tahun 7- ditetapkan dengan maksud sebagai acuan atau pedoman dalam sinkronisasi pelaksanaan kegiatan, pencapaian sasaran dari hasil yang ditetapkan bersama seluruh pihak yang terkait dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan pengangguran.

8 Tujuan : Tujuan dari Rencana Aksi Daerah enanggulangan Kemiskinan dan engangguran adalah : a. Memperkuat basis data penduduk miskin dan pengangguran; b. Mengurangi jumlah penduduk miskin; c. Mengurangi tingkat pengangguran; d. Meningkatkan pelayanan penyandang masalah kesejahteraan sosial dan penduduk miskin serta difabel dengan merata; e. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan untuk masyarakat; f. Meningkatkan akses pendidikan dasar dan menengah tahun bagi penduduk miskin; g. Mengembangkan sektor riil khususnya ekonomi mikro di masyarakat dan sumber daya manusia yang kualitas; h. Menjadikan kampung sebagai basis pembangunan komunitas... Lingkup RAD enanggulangan Kemiskinan dan engangguran Lingkup RAD enanggulangan Kemiskinan dan engangguran mencakup (tiga) hal, yaitu: - Diagnosis kemiskinan dengan memperhatikan suara masyarakat miskin, - Strategi dan rencana aksi yang memuat strategi, prioritas kebijakan dan langkah kebijakan termasuk sasaran dan indikator kinerja, tatacara pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan strategi penanggulangan kemiskinan, dan pengangguran, - embagian peran yang jelas antar pelaku baik, pemerintah, pelaku usaha, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, perguruan tinggi, lembaga keuangan, organisasi profesi, dan lembaga internasional. Adapun sistematika RAD enanggulangan Kemiskinan dan engangguran Kota Yogyakarta Tahun 7- meliputi: Bab I endahuluan menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan, lingkup serta proses penyusunan dan sistematika. Bab II Kondisi Kemiskinan dan engangguran di Kota Yogyakarta menguraikan diagnosis kemiskinan dan pengangguran yang memuat gambaran umum dan permasalahan utama kemiskinan dan pengangguran di Kota Yogyakarta. Sumber data dan informasi yang digunakan meliputi hasil analisis kemiskinan partisipatif (A), hasil analisis statistik, dan hasil kajian/penelitian.

9 Bab III Landasan elaksanaan menegaskan landasan konstitusi penanggulangan Kemiskinan dan pengangguran. Bab IV Rencana Aksi enanggulangan Kemiskinan dan engangguran Membahas hasil kaji ulang berbagai kebijakan publik yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kebijakan publik yang secara tidak langsung berdampak terhadap masyarakat miskin. Dari hasil kaji ulang tersebut kemudian dirumuskan ke dalam rekomendasi kebijakan. Bab V elaksanaan menguraikan mekanisme pelaksanaan strategi dan kebijakan yang memuat prasyarat, kelembagaan, jaringan kerja pelaksana, penganggaran, pengendalian dan pengawasan (safeguarding), dan antisipasi terhadap hambatan pelaksanaan strategi dan kebijakan menjelaskan sistem pemantauan dan evaluasi yang mendukung pelaksanaan strategi dan kebijakan penanggulangan kemiskinan. Bab VI enutup.

10 BAB II KONDISI KEMISKINAN DAN ENGANGGURAN DI KOTA YOGYAKARTA.. Faktor enyebab Kemiskinan dan engangguran Secara Konseptual Kemiskinan dan pengangguran merupakan dua masalah yang saling terkait. engangguran merupakan salah satu pemicu dari terjadinya kemiskinan dilain kutub penangguran sangat mungkin disebabkan oleh kondisi miskin. enyebab kemiskinan sendiri sangat berfariasi dimana antara lain disebabkan oleh karena faktor lingkungan, sosiokultural, ekonomi, politik, kebijakan publik dan sebagainya. Secara kewilayahan, kondisi dan permasalahan kemiskinan tidak bisa digeneralisasikan untuk semua wilayah. endekatan obyektif yang sering dipakai untuk mendasari pengelompokan penduduk miskin dengan pendekatan garis kebutuhan minimum manusia memberikan kondisi kemiskinan yang benar-benar fakir. Tanpa bisa melihat adanya potensi-potensi internal yang bisa dioptimalkan dalam penanganan kemiskinan tersebut. Secara umum penyebab kemiskinan dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, antara lain: ). Kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan, peraturan maupun lembaga yang ada dimasyarakat sehingga dapat menghambat peningkatan produktivitas dan mobilitas masyarakat; ). Kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang berhubungan dengan adanya nilainilai yang tidak produktif dalam masyarakat, tingkat pendidikan yang rendah, kondisi kesehatan dan gizi yang buruk; dan ). Kemiskinan alamiah, yaitu kemiskinan yang ditunjukkan oleh kondisi alam maupun geografis yang tidak mendukung, misalnya daerah tandus, kering, maupun keterisolasian daerah. Namun demikian pendekatan yang dipakai dalam menelaah permasalahan kemiskinan sekarang ini lebih mendudukan posisi kelompok miskin itu sendiri sebagai center subject. Konsep-konsep untuk penanganan masalah kemiskinan mulai menggeser pola yang pada awalnya lebih pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia atau kebutuhan minimum menjadi pendekatan yang lebih memanusiakan. Secara umum kemiskinan sekarang dipandang sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang,lakilaki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Cara pandang kemiskinan ini beranjak dari pendekatan berbasis

11 hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Fenomena kemiskinan dan pengangguran di Indonesia termasuk Kota Yogyakarta merupakan fenomena yang kompleks dan tidak dapat secara mudah dilihat dari satu angka absolut. Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata seiring dengan perkembangan kota memiliki daya tarik yang kuat terhadap urbanisasi yang berpengaruh terhadap jumlah penduduk. Keberagaman budaya masyarakat yang menyebabkab kondisi dan permasalahan kemiskinan dan pengangguran di Kota Yogyakarta menjadi sangat beragam dengan sifat-sifat lokal yang kuat serta pengalaman kemiskinan yang berbeda secara sosial maupun antara laki-laki dan perempuan. Secara spesifik beberapa ahli mengemukakan pendapat bahwa kemiskinan disebabkan oleh faktor intern dan eksteren yaitu : Faktor Intern penyebab terjadinya kemiskinan antara lain; - Rendahnya kualitas mental atau budaya dimana memandang kemiskinan sebagai nasib yang harus diterima (sikap nrimo) dan sikap masa bodoh yaitu sikap pasrah, sehingga tidak mempunyai inisiatif, tidak mempunyai gairah, dan tidak dinamis untuk mengubah nasib mereka yang dianggap buruk. - Sumber daya manusia yang terbatas atau kurang memadainya pengetahuan, pendidikan dan ketrampilan baik dalam kualitas maupun jenis. - Kerentanan sehingga keluarga miskin terpaksa harus melepaskan aset-aset miliknya untuk memenuhi kebutuhan hidup. - Ketidak-berdayaan (powerless) masyarakat miskin dalam hal ketidakmampuan bersaing dengan masyarakat pada umumnya. Faktor Ekstern penyebab terjadinya kemiskinan antara lain; - Ketidak merataan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuatan sosial, yang tidak terbatas pada modal produktif atau aset (tanah,perumahan, kesehatan dan lain-lain), tetapi juga meliputi sumbersumber keuangan (penghasilan dan kredit). Jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang, pengetahuan dan ketrampilan yang

12 memadai, serta informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. - Keterbatasan informasi, ketidak terjangkauan komunikasi,menyebabkan tidak terjangkauanya pelayanan dan bantuan dari lembaga pemberi bantuan. - Lingkungan sosial budaya yang mengakibatkan kurang tingginya hasrat untuk lebih maju dalam kehidupan duniawi. - Adanya kebijakan publik yang bias pihak dan mengorbankan posisi rakyat sebagai implikasi pembangunan... Faktor enyebab engangguran Secara Konseptual Secara teoritis pengangguran adalah kondisi dimana seseorang yang ingin bekerja tidak dapat pekerjaan. Ketersediaan pekerjaan bagi masyarakat sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar kerja. asar kerja merupakan interaksi antara supply (penawaran) dan demand (permintaan) tenaga kerja. Tiga hal yang mempengaruhi pasar tenaga kerja adalah :. Belum optimalnya Informasi Tenaga Kerja (distorsi informasi). Ketersediaan informasi tenaga kerja akan cukup berpengaruh terhadap munculnya pengangguran. Jika informasi tenaga kerja tersedia dan akurat maka pencari tenaga bekerja maupun pencari kerja akan bertemu sehingga secara teori pasar dalam kondisi equilibrium atau tidak ada pengangguran.dalam kenyataannya informasi tenaga kerja dapat muncul secara alami ( dari mulut ke mulut) atau melalui media informasi. Kebijakan pemerintah dengan ikut campur tangan dalam penyediaan informasi tenaga kerja akan besar pengaruhnya dalam upaya mengurangi pengangguran.. Ketidak sesuaian ermintaan dan enawaran a. Ketidak sesuaian kuantitas terjadi apabila jumlah pencari kerja lebih besar dari kebutuhan tenaga kerja. Hal tersebut disebabkan karena oleh pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja yang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan usaha yang dipengaruhi oleh peluang usaha atau iklim usaha. b. Ketidak sesuaian kualitas terjadi apabila kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan pencari kerja tidak terpenuhi oleh pencari kerja. Dua hal yang mempengaruhi kualitas tenaga kerja adalah mutu pendidikan, kemampuan (skill) dan teknologi. Jenis dan tingkat teknologi yang dimiliki suatu usaha akan mempengaruhi kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan.

13 Ketika kedua hal tersebut tidak sesuai maka yang terjadi adalah munculnya pengangguran. Dua aspek lain yang mempengaruhi ketidak sesuaian kualitas adalah produktivitas dan upah.. Hubungan Industrial. Hubungan industrial tidak hanya menempatkan pengusaha atau perusahaan sebagai pihak yang selalu bersikap tidak fair tetapi juga bisa berangkat dari sikap pekerja atau serikat yang selalu menempatkan diri sebagai pihak yang berlawanan kepada perusahaan atau pengusaha. Baik tidaknya hubungan kerja akan berpengaruh terhadap penyelesaian masalah yang mungkin terjadi antara perusahaan dan karyawan yang akhirnya selalu bermuara pada HK dan tuntutan pekerja. Kondisi membawa implikasi usaha yang tidak sehat dan sulit berkembang sedangkan industri atau perusahaan merupakan lokomotif penyerap suplay tenaga kerja... rofil Kemiskinan Kota Yogyakarta Uraian tentang potret kemiskinan dan pengangguran dimaksudkan untuk memberikan gambaran kondisi kemiskinan dan pengangguran serta kemungkinan atau hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kemiskinan dan pengangguran yang nantinya diharapkan sebagai langkah awal untuk menentukan bentuk kebijakan/program yang tepat serta penyusunan rencana aksi (action plan) agar penanggulangan kemiskinan dan pengangguran dapat dilaksanakan dengan tepat di tingkat pelaskanaan kegiatanya. Untuk mengidentifikasi kemiskinan selama ini yang sering digunakan adalah garis kemiskinan (poverty line), yaitu suatu tolok ukur yang menunjukkan ketidakmampuan penduduk melampui ukuran garis kemiskinan atau suatu ukuran yang didasarkan pada kebutuhan atau pengeluaran konsumsi minimum, misalnya konsumsi pangan dan konsumsi non-pangan (misalnya kebutuhan perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, transportasi, barang-barang lain dan jasa). emerintah Kota Yogyakarta dalam melaksanakan kebijakan penanggulangan kemiskinan telah mengeluarkan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 7 yang kemudian diubah dengan Keputusan Walikota Yogyakarta nomor 7/KE/7 tentang perubahan Lampiran Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 7 menetapkan parameter keluarga miskin Kota Yogyakarta. arameter tersebut diharapkan sebagai pedoman penentuan sasaran program penanggulangan kemiskinan semua instansi di Kota Yogyakarta. Keseragaman dan kesepakatan indikator ini adalah salah satu aspek penting untuk 7

14 meminimalkan kesalahan atau bias sasaran. arameter tersebut merupakan indikator komposit yang tersusun dari sektor fisik, ekonomi, sosial dan lainnya. Masing-masing sektor dikembangkan dalam dimensi dan indikator sehingga mudah pengukurannya. Indikator tersebut merupakan kombinasi beberapa model penanggulangan kemiskinan yang sudah ada sebelumnya seperti indikator kebutuhan dasar yang dikembangkan BS, Indikator Keluarga Sejahtera yang dikembangkan oleh BKKBN, dan indikator model pembangunan manusia yang dikembangkan UND. Setelah melalui proses diskusi dalam forum koordinasi antar lembaga/instansi tingkat kota oleh Komite enanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Yogyakarta, langkah awal adalah mencari persamaan-persamaan konsep dari masing-masing indikator dasar yang dipakai oleh sektoral departemen. Dari rangkuman berbagai indikator diatas maka dikembangkan parameter kemiskinan yang disepakati secara bersama-sama oleh masing-masing instansi di Kota Yogyakarta untuk selanjutnya diusulkan untuk menjadi Keputusan Daerah yang secara formal menjadi acuan oleh semua pihak sebagai indikator kemiskinan. Adapun rumusan parameter kemiskinan terbut adalah sebagai berikut: Tabel. arameter Keluarga Miskin Kota Yogyakarta Aspek arameter Bobot. endapatan dan. endapatan rata-rata anggota keluarga 8 Asset setiap bulan kurang dari Rp..,-. Kepala Keluarga tidak bekerja.. Keluarga tidak memiliki barang selain tanah yang bernilai lebih dari Rp..,-. Status tempat tinggal bukan milik sendiri.. Jenis bahan bakar untuk memasak yang digunakan sehari-hari bukan gas.. Jenis alat penerangan yang digunakan bukan listrik atau listrik tetapi bukan milik sendiri.. angan. Keluarga tidak mampu memberi makan Anggota keluarga kali setiap hari.. Keluarga tidak mampu membeli dan menyediakan lauk daging/ayam atau susu kali dalam seminggu. 8 8

15 Aspek arameter Bobot. Sandang. Keluarga hanya bisa membeli pakaian baru bagi Anggota keluarga maksimal kali dalam satu tahun..apan. Luas tempat tinggal rata-rata tiap Anggota keluarga kurang dari 8 meter persegi.. Jenis bahan lantai bidang terluas dari tempat tinggal berupa tanah/bambu / kayu kualitas rendah.. Jenis bahan dinding bidang terluas dari tempat tinggal berupa bambu/kayu/bahan lain berkualitas rendah/tembok tanpa plester atau diplester kualitas rendah.. Kesehatan. Keluarga tidak mampu mengobatkan anggota keluarga yang sakit di uskesmas.. Sumber air minum yang digunakan berasal dari sumber air tidak terlindung.. Kebiasaan membuang air besar di sungai/mck umum/milik tetangga.. endidikan. endidikan Kepala Keluarga maksimal hanya lulus SD.. Terdapat anak usia sekolah yang DO. 7. Sosial. Keluarga tidak mengikuti aktifitas kegiatan lingkungan sama sekali. STRATIFIKASI MISKIN:. FakirMiskin / Miskin sekali.. Miskin.. Hampir Miskin. Tidak Miskin.. Jumlah Bobot antara 7 Jumlah Bobot antara 7 Jumlah Bobot antara Jumlah Bobot Kode: FM M HM TM Sebagaimana sistem pendatan keluarga dan penduduk miskin kota Yogyakarta yang bersifat dinamik dengan periodisasi updating data pada setiap tahunya, sehingga data temuan pada tahun 7 adalah data potret kondisi kemiskinan pada tahun yang bersangkutan yang akan dipakai sebagai dasar program tahun 8. Data tersebut akan dilaksanakan updating secara rutin sampai dengan tahun.... Sebaran Keluarga dan enduduk Miskin Kota Yogyakarta. Jumlah keluarga dan penduduk miskin di Kota Yogyakarta dilihat berdasarkan wilayah maka terdapat variasi sebaran kemiskinan dan prevalensinya sebagai berikut : 9

16 Tabel Sebaran Keluarga dan enduduk Miskin Serta Tingkat revalensinya NO KECAMATAN /KELURAHAN Jml KK Miskin Jml KK revalensi % Jml nduduk Miskin Jmlh nduduk revalensi % TEGAL REJO KRICAK KARANGWARU TEGALREJO BENER JUMLAH JETIS BUMIJO COKRODININGRATAN GOWONGAN JUMLAH GONDOKUSUMAN DEMANGAN KOTABARU KLITREN BACIRO TERBAN JUMLAH DANUREJAN SURYATMAJAN TEGAL ANGGUNG BAUSASRAN JUMLAH GEDONGTENGEN SOSROMENDURAN RINGGOKUSUMAN JUMLAH NGAMILAN NGAMILAN NOTORAJAN JUMLAH WIROBRAJAN AKUNCEN WIROBRAJAN ATANGULUHAN JUMLAH MANTRIJERON GEDONGKIWO SURYODININGRATAN MANTRIJERON JUMLAH KRATON ATEHAN ANEMBAHAN KADIATEN JUMLAH

17 NO KECAMATAN /KELURAHAN Jml KK Miskin Jml KK revalen si % Jml ndudu k Miskin Jmlh ndudu k revale nsi % GONDOMANAN NGUASAN AWIRODIRJAN JUMLAH AKUALAMAN URWOKINANTI GUNUNGKETUR JUMLAH MERGANGSAN KEARAKAN WIROGUNAN BRONTOKUSUMAN JUMLAH UMBULHARJO SEMAKI MUJA MUJU.7. TAHUNAN. 8. WARUNGBOTO ANDEAN SOROSUTAN GIWANGAN JUMLAH KOTAGEDE REJOWINANGUN RENGGAN 7.. URBAYAN JUMLAH TOTAL Diskripsi Data Keluarga dan enduduk Miskin Beserta ermasalahanya Basis Wilayah Kecamatan.. Kecamatan Tegalrejo a. Kemiskinan dan Demografi enduduk. Usia Usia Balita Usia Anak Usia roduktif Lansia ( sd =< Th ) ( > - =< Th ) (> =< Th) ( > Th ). Kricak. Karangwaru. Tegalrejo. Bener J U M L A H 88

18 b. Kemiskinan dan ermasalahan Aktifitas ekerjaan. ) Hampir Miskin ekerjaan Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa. Kricak Laki-laki. Karangwaru Laki-laki. Tegalrejo Laki-laki. Bener Laki-laki JUMLAH JUMLAH L ) Miskin ekerjaan. Kricak Laki-laki. Karangwaru Laki-laki. Tegalrejo Laki-laki. Bener Laki-laki J U M L A H L Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa ) Fakir Miskin ekerjaan. Kricak Laki-laki. Karangwaru Laki-laki. Tegalrejo Laki-laki. Bener Laki-laki J U M L A H L Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa 7 8

19 c. Kemiskinan dan Kependidikan Anak Usia Sekolah. ) Jumlah Anak Sekolah Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Kricak. Karangwaru. Tegalrejo. Bener J U M L A H ) Transisi Sekolah anak Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Kricak. Karangwaru. Tegalrejo. Bener J U M L A H d. Kemiskinan dan ermasalahan Kesehatan. Masalah Kesehatan Orang Sakit Ibu Hamil Balita Rawan Gizi Balita Gizi Buruk. Kricak. Karangwaru. Tegalrejo. Bener 7 9 J U M L A H 7 e. Kemiskinan dan ermasalahan erumahan. Masalah erumahan Lantai Tanah / Tidak ermanen Dinding Tidak ermanen Rasio Ruang Kurang Dari 8 m. Kricak. Karangwaru. Tegalrejo. Bener J U M L A H Kecamatan Jetis a. Kemiskinan dan Demografi enduduk. Usia Usia Balita Usia Anak Usia roduktif Lansia ( sd =< Th ) ( > - =< Th ) (> =< Th) ( > Th ). Bumijo. Cokrodiningratan. Gowongan J U M L A H

20 b. Kemiskinan dan ermasalahan Aktifitas ekerjaan. ) Hampir Miskin ekerjaan. Bumijo. Cokrodiningratan. Gowongan Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa J U M L A H L ) Miskin ekerjaan. Bumijo. Cokrodiningratan. Gowongan J U M L A H L ) Fakir Miskin ekerjaan. Bumijo. Cokrodiningratan. Gowongan Tidak Tidak 9 Industri erdagangan Angkutan Jasa Industri erdagangan Angkutan Jasa 8 J U M L A H L c. Kemiskinan dan Kependidikan Anak Usia Sekolah. ) Jumlah Anak Sekolah Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Bumijo. Cokrodiningratan. Gowongan J U M L A H 8 8

21 ) Transisi Sekolah anak Keluarga Miskin endidikan. Bumijo. Cokrodiningratan. Gowongan 7 TK SD SM SMA T 9 J U M L A H d. Kemiskinan dan ermasalahan Kesehatan. Masalah Kesehatan Balita Rawan Balita Gizi Orang Sakit Ibu Hamil Gizi Buruk. Bumijo. Cokrodiningratan. Gowongan J U M L A H 8 8 e. Kemiskinan dan ermasalahan erumahan. Masalah erumahan Lantai Tanah / Tidak ermanen Dinding Tidak ermanen Rasio Ruang Kurang Dari 8 m. Bumijo. Cokrodiningratan. Gowongan J U M L A H 7 7. Kecamatan Gondokusuman a. Kemiskinan dan Demografi enduduk. Usia Usia Balita Usia Anak Usia roduktif Lansia ( sd =< Th ) ( > - =< Th ) (> =< Th) ( > Th ). Demangan. Kotabaru. Klitren. Baciro. Terban J U M L A H 79 b. Kemiskinan dan ermasalahan Aktifitas ekerjaan. ) Hampir Miskin ekerjaan. Demangan. Kotabaru. Klitren. Baciro. Terban Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa

22 7 J U M L A H L ) Miskin ekerjaan. Demangan. Kotabaru. Klitren. Baciro. Terban Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa J U M L A H L ) Fakir Miskin ekerjaan. Demangan. Kotabaru. Klitren. Baciro. Terban Tidak 7 Industri erdagangan Angkutan Jasa J U M L A H L 7 8

23 c. Kemiskinan dan Kependidikan Anak Usia Sekolah. ) Jumlah Anak Sekolah Keluarga Miskin endidikan. Demangan. Kotabaru. Klitren. Baciro. Terban TK SD SM SMA T J U M L A H 87 ) Transisi Sekolah anak Keluarga Miskin endidikan. Demangan. Kotabaru. Klitren. Baciro. Terban TK SD SM SMA T J U M L A H d. Kemiskinan dan ermasalahan Kesehatan. Masalah Kesehatan Sakit ermanen Ibu Hamil. Demangan. Kotabaru. Klitren 7. Baciro. Terban Balita Rawan Gizi 8 Balita Gizi Buruk J U M L A H 9 8 e. Kemiskinan dan ermasalahan erumahan. Masalah erumahan Lantai Tanah / Tidak ermanen Dinding Tidak ermanen. Demangan. Kotabaru 9. Klitren 7. Baciro 8. Terban 9 Rasio Ruang Kurang Dari 8 m 7 J U M L A H Kecamatan Danurejan a. Kemiskinan dan Demografi enduduk. Usia Usia Balita Usia Anak Usia roduktif Lansia ( sd =< Th ) ( > - =< Th ) (> =< Th) ( > Th ). Suryatmajan. Tegalpanggung. Bausasran J U M L A H

24 b. Kemiskinan dan ermasalahan Aktifitas ekerjaan. ) Hampir Miskin ekerjaan. Suryatmajan Laki-laki. Tegalpanggung Laki-laki. Bausasran Laki-laki J U M L A H L ) Miskin ekerjaan. Suryatmajan Laki-laki. Tegalpanggung Laki-laki. Bausasran Laki-laki J U M L A H L Tidak Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa Industri erdagangan Angkutan Jasa ) Fakir Miskin ekerjaan. Suryatmajan Laki-laki. Tegalpanggung Laki-laki. Bausasran Laki-laki J U M L A H L Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa c. Kemiskinan dan Kependidikan Anak Usia Sekolah. ) Jumlah Anak Sekolah Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Suryatmajan. Tegalpanggung. Bausasran J U M L A H

25 ) Transisi Sekolah anak Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Suryatmajan. Tegalpanggung. Bausasran J U M L A H d. Kemiskinan dan ermasalahan Kesehatan. Masalah Kesehatan Balita Rawan Balita Gizi Sakit ermanen Ibu Hamil Gizi Buruk. Suryatmajan. Tegalpanggung. Bausasran J U M L A H 9 e. Kemiskinan dan ermasalahan erumahan. Masalah erumahan Lantai Tanah / Tidak ermanen Dinding Tidak ermanen Rasio Ruang Kurang Dari 8 m. Suryatmajan. Tegalpanggung. Bausasran J U M L A H Kecamatan Gedong Tengen a. Kemiskinan dan Demografi enduduk. Usia Usia Balita Usia Anak Usia roduktif Lansia ( sd =< Th ) ( > - =< Th ) (> =< Th) ( > Th ). Sosromenduran. ringgokusuman J U M L A H b. Kemiskinan dan ermasalahan Aktifitas ekerjaan. ) Hampir Miskin ekerjaan. Sosromenduran Laki-laki. ringgokusuman Laki-laki J U M L A H L ) Miskin ekerjaan. Sosromenduran Laki-laki. ringgokusuman Laki-laki J U M L A H L Tidak Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa Industri erdagangan Angkutan Jasa

26 ) Fakir Miskin ekerjaan. Sosromenduran Laki-laki. ringgokusuman Laki-laki J U M L A H L Tidak 9 Industri erdagangan Angkutan Jasa c. Kemiskinan dan Kependidikan Anak Usia Sekolah. ) Jumlah Anak Sekolah Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Sosromenduran. ringgokusuman J U M L A H ) Transisi Sekolah anak Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Sosromenduran. ringgokusuman J U M L A H d. Kemiskinan dan ermasalahan Kesehatan. Masalah Kesehatan Balita Rawan Balita Gizi Sakit ermanen Ibu Hamil Gizi Buruk. Sosromenduran. ringgokusuman J U M L A H 7 7 e. Kemiskinan dan ermasalahan erumahan. Masalah erumahan Lantai Tanah / Tidak ermanen Dinding Tidak ermanen Rasio Ruang Kurang Dari 8 m. Sosromenduran. ringgokusuman 9 8 J U M L A H Kecamatan Ngampilan a. Kemiskinan dan Demografi enduduk. Usia Usia Balita Usia Anak Usia roduktif Lansia ( sd =< Th ) ( > - =< Th ) (> =< Th) ( > Th ). Ngampilan. Notoprajan J U M L A H 7 7 7

27 b. Kemiskinan dan ermasalahan Aktifitas ekerjaan. ) Hampir Miskin ekerjaan. Ngampilan. Notoprajan J U M L A H L ) Miskin ekerjaan. Ngampilan. Notoprajan J U M L A H L Tidak Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa Industri erdagangan Angkutan Jasa ) Fakir Miskin ekerjaan. Ngampilan. Notoprajan J U M L A H L Tidak 9 Industri erdagangan Angkutan Jasa c. Kemiskinan dan Kependidikan Anak Usia Sekolah. ) Jumlah Anak Sekolah Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Ngampilan. Notoprajan J U M L A H ) Transisi Sekolah anak Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Ngampilan. Notoprajan J U M L A H

28 d. Kemiskinan dan ermasalahan Kesehatan. Masalah Kesehatan Sakit ermanen Ibu Hamil. Ngampilan. Notoprajan 7 7 Balita Rawan Gizi Balita Gizi Buruk J U M L A H 8 e. Kemiskinan dan ermasalahan erumahan. Masalah erumahan Lantai Tanah / Tidak ermanen. Ngampilan. Notoprajan 9 Dinding Tidak ermanen 9 9 Rasio Ruang Kurang Dari 8 m 7 J U M L A H Kecamatan Wirobrajan a. Kemiskinan dan Demografi enduduk. Usia Usia Balita Usia Anak ( sd =< Th ) ( > - =< Th ). akuncen 9 7. Wirobrajan 7. atangpuluhan 99 Usia roduktif ( > =< T ) 8 8 Lansia ( > Th ) J U M L A H b. Kemiskinan dan ermasalahan Aktifitas ekerjaan. ) Hampir Miskin ekerjaan Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa. akuncen. Wirobrajan. atangpuluhan J U M L A H L ) Miskin ekerjaan. akuncen. Wirobrajan. atangpuluhan J U M L A H L Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa

29 ) Fakir Miskin ekerjaan Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa. akuncen. Wirobrajan. atangpuluhan 8 J U M L A H L c. Kemiskinan dan Kependidikan Anak Usia Sekolah. ) Jumlah Anak Sekolah Keluarga Miskin endidikan. akuncen. Wirobrajan. atangpuluhan TK SD SM SMA T J U M L A H ) Transisi Sekolah anak Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. akuncen. Wirobrajan. atangpuluhan J U M L A H d. Kemiskinan dan ermasalahan Kesehatan. Masalah Kesehatan Balita Rawan Balita Gizi Sakit ermanen Ibu Hamil Gizi Buruk. akuncen. Wirobrajan. atangpuluhan J U M L A H 7 7 e. Kemiskinan dan ermasalahan erumahan. Masalah erumahan Lantai Tanah / Tidak ermanen Dinding Tidak ermanen Rasio Ruang Kurang Dari 8 m. akuncen. Wirobrajan. atangpuluhan J U M L A H 8 7 9

30 8. Kecamatan Mantrijeron a. Kemiskinan dan Demografi enduduk. Usia. Gredongkiwo. Suryodiningratan. Mantrijeron Usia Balita ( sd =< Th ) 7 8 Usia Anak ( > - =< Th ) 8 Usia roduktif (> =< Th) Lansia ( > Th ) J U M L A H 89 9 b. Kemiskinan dan ermasalahan Aktifitas ekerjaan. ) Hampir Miskin ekerjaan. Gredongkiwo. Suryodiningratan. Mantrijeron J U M L A H L Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa ) Miskin ekerjaan. Gredongkiwo. Suryodiningratan. Mantrijeron J U M L A H L Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa ) Fakir Miskin ekerjaan. Gredongkiwo. Suryodiningratan. Mantrijeron J U M L A H L Tidak 9 9 Industri erdagangan Angkutan Jasa

31 c. Kemiskinan dan Kependidikan Anak Usia Sekolah. ) Jumlah Anak Sekolah Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Gredongkiwo. Suryodiningratan. Mantrijeron J U M L A H ) Transisi Sekolah anak Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Gredongkiwo. Suryodiningratan. Mantrijeron J U M L A H 9 d. Kemiskinan dan ermasalahan Kesehatan. Masalah Kesehatan Balita Rawan Balita Gizi Sakit ermanen Ibu Hamil Gizi Buruk. Gredongkiwo. Suryodiningratan. Mantrijeron 7 J U M L A H 9 e. Kemiskinan dan ermasalahan erumahan. Masalah erumahan Lantai Tanah / Tidak ermanen Dinding Tidak ermanen Rasio Ruang Kurang Dari 8 m. Gredongkiwo. Suryodiningratan. Mantrijeron J U M L A H Kecamatan Kraton a. Kemiskinan dan Demografi enduduk. Usia. atehan. anembahan. Kadipaten Usia Balita ( sd =< Th ) 88 7 Usia Anak ( > - =< Th ) 8 Usia roduktif (> =< Th) 78 7 Lansia ( > Th ) 8 J U M L A H b. Kemiskinan dan ermasalahan Aktifitas ekerjaan ) Hampir Miskin ekerjaan. atehan. anembahan Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa

32 . Kadipaten J U M L A H L ) Miskin ekerjaan. atehan. anembahan. Kadipaten J U M L A H L Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa ) Fakir Miskin ekerjaan. atehan. anembahan. Kadipaten Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa J U M L A H L c. Kemiskinan dan Kependidikan Anak Usia Sekolah. ) Jumlah Anak Sekolah Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. atehan. anembahan. Kadipaten J U M L A H ) Transisi Sekolah anak Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. atehan. anembahan. Kadipaten 8 J U M L A H

33 d. Kemiskinan dan ermasalahan Kesehatan. Masalah Kesehatan Balita Rawan Balita Gizi Sakit ermanen Ibu Hamil Gizi Buruk. atehan. anembahan. Kadipaten J U M L A H e. Kemiskinan dan ermasalahan erumahan. Masalah erumahan Lantai Tanah / Tidak ermanen Dinding Tidak ermanen Rasio Ruang Kurang Dari 8 m. atehan. anembahan. Kadipaten J U M L A H 8. Kecamatan Gondomanan a. Kemiskinan dan Demografi enduduk. Usia Usia Balita Usia Anak Usia roduktif Lansia ( sd =< Th ) ( > - =< Th ) (> =< Th) ( > Th ). Ngupasan. rawirodirjan J U M L A H 7 b. Kemiskinan dan ermasalahan Aktifitas ekerjaan. ) Hampir Miskin ekerjaan Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa. Ngupasan. rawirodirjan J U M L A H L ) Miskin ekerjaan. Ngupasan. rawirodirjan J U M L A H L Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa

34 ) Fakir Miskin ekerjaan. Ngupasan. rawirodirjan J U M L A H L Tidak 7 Industri erdagangan Angkutan Jasa c. Kemiskinan dan Kependidikan Anak Usia Sekolah. ) Jumlah Anak Sekolah Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Ngupasan. rawirodirjan J U M L A H ) Transisi Sekolah anak Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Ngupasan. rawirodirjan J U M L A H 7 7 d. Kemiskinan dan ermasalahan Kesehatan. Masalah Kesehatan. Ngupasan. rawirodirjan Sakit ermanen Ibu Hamil Balita Rawan Gizi Balita Gizi Buruk J U M L A H 8 8 e. Kemiskinan dan ermasalahan erumahan. Masalah erumahan Lantai Tanah / Tidak ermanen. Ngupasan 8. rawirodirjan 9 Dinding Tidak ermanen 9 Rasio Ruang Kurang Dari 8 m 77 J U M L A H Kecamatan akualaman a. Kemiskinan dan Demografi enduduk. Usia. urwokinanti. Gunungketur Usia Balita ( sd =< Th ) 89 8 Usia Anak ( > - =< Th ) 9 Usia roduktif (> =< Th) 99 8 Lansia ( > Th ) J U M L A H 7 8

35 b. Kemiskinan dan ermasalahan Aktifitas ekerjaan. ) Hampir Miskin ekerjaan. urwokinanti. Gunungketur J U M L A H L ) Miskin ekerjaan. urwokinanti. Gunungketur J U M L A H L ) Fakir Miskin ekerjaan. urwokinanti. Gunungketur J U M L A H L Tidak 7 7 Tidak Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa Industri erdagangan Angkutan Jasa c. Kemiskinan dan Kependidikan Anak Usia Sekolah Industri erdagangan Angkutan Jasa 9 ) Jumlah Anak Sekolah Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. urwokinanti. Gunungketur J U M L A H 8 8 ) Transisi Sekolah anak Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. urwokinanti. Gunungketur 8 9 J U M L A H 8 8 9

36 d. Kemiskinan dan ermasalahan Kesehatan. Masalah Kesehatan Balita Rawan Balita Gizi Sakit ermanen Ibu Hamil Gizi Buruk. urwokinanti. Gunungketur 7 J U M L A H 9 e. Kemiskinan dan ermasalahan erumahan. Masalah erumahan Lantai Tanah / Tidak ermanen Dinding Tidak ermanen Rasio Ruang Kurang Dari 8 m. urwokinanti. Gunungketur J U M L A H 8. Kecamatan Mergangsan a. Kemiskinan dan Demografi enduduk. Usia Usia Balita Usia Anak Usia roduktif Lansia ( sd =< Th ) ( > - =< Th ) (> =< Th) ( > Th ). Keparakan. Wirogunan. Brontokusuman J U M L A H 7 b. Kemiskinan dan ermasalahan Aktifitas ekerjaan. ) Hampir Miskin ekerjaan. Keparakan. Wirogunan. Brontokusuman J U M L A H L ) Miskin ekerjaan. Keparakan. Wirogunan. Brontokusuman J U M L A H L Tidak Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa Industri erdagangan Angkutan Jasa

37 ) Fakir Miskin ekerjaan. Keparakan. Wirogunan. Brontokusuman J U M L A H L Tidak 7 Industri erdagangan Angkutan Jasa c. Kemiskinan dan Kependidikan Anak Usia Sekolah. ) Jumlah Anak Sekolah Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Keparakan. Wirogunan. Brontokusuman J U M L A H ) Transisi Sekolah anak Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Keparakan. Wirogunan. Brontokusuman J U M L A H 7 7 d. Kemiskinan dan ermasalahan Kesehatan. Masalah Kesehatan Balita Rawan Balita Gizi Sakit ermanen Ibu Hamil Gizi Buruk. Keparakan. Wirogunan. Brontokusuman J U M L A H 7 e. Kemiskinan dan ermasalahan erumahan. Masalah erumahan Lantai Tanah / Tidak ermanen Dinding Tidak ermanen Rasio Ruang Kurang Dari 8 m. Keparakan. Wirogunan. Brontokusuman J U M L A H 88. Kecamatan Umbulharjo a. Kemiskinan dan Demografi enduduk. Usia. Semaki. Muja-muju. Tahunan Usia Balita ( sd =< Th ) 9 9 Usia Anak ( > - =< Th ) 97 7 Usia roduktif (> =< Th) Lansia ( > Th ) 7 9 7

38 . Warungboto. andeyan. Sorosutan 7. Giwangan J U M L A H b. Kemiskinan dan ermasalahan Aktifitas ekerjaan. ) Hampir Miskin ekerjaan. Semaki. Muja-muju. Tahunan. Warungboto. andeyan. Sorosutan 7. Giwangan J U M L A H L ) Miskin ekerjaan. Semaki. Muja-muju. Tahunan. Warungboto. andeyan. Sorosutan 7. Giwangan J U M L A H L Tidak Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa Industri erdagangan Angkutan Jasa

39 ) Fakir Miskin ekerjaan. Semaki. Muja-muju. Tahunan. Warungboto. andeyan. Sorosutan 7. Giwangan J U M L A H L Tidak c. Kemiskinan dan Kependidikan Anak Usia Sekolah. ) Jumlah Anak Sekolah Keluarga Miskin Industri erdagangan Angkutan Jasa endidikan TK SD SM SMA T. Semaki. Muja-muju. Tahunan. Warungboto. andeyan. Sorosutan 7. Giwangan J U M L A H ) Transisi Sekolah anak Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Semaki. Muja-muju. Tahunan. Warungboto. andeyan. Sorosutan 7. Giwangan J U M L A H d. Kemiskinan dan ermasalahan Kesehatan. Masalah Kesehatan. Semaki. Muja-muju. Tahunan. Warungboto Sakit ermanen Ibu Hamil Balita Rawan Gizi Balita Gizi Buruk

40 . andeyan. Sorosutan 7. Giwangan 7 J U M L A H 78 e. Kemiskinan dan ermasalahan erumahan. Masalah erumahan Lantai Tanah / Tidak ermanen Dinding Tidak ermanen Rasio Ruang Kurang Dari 8 m. Semaki. Muja-muju. Tahunan. Warungboto. andeyan. Sorosutan 7. Giwangan J U M L A H Kecamatan Kotagede a. Kemiskinan dan Demografi enduduk. Usia Usia Balita Usia Anak Usia roduktif Lansia ( sd =< Th ) ( > - =< Th ) (> =< Th) ( > Th ). Rejowinangun. renggan. urbayan J U M L A H 7 9 b. Kemiskinan dan ermasalahan Aktifitas ekerjaan. ) Hampir Miskin ekerjaan. Rejowinangun. renggan. urbayan J U M L A H L ) Miskin ekerjaan. Rejowinangun. renggan. urbayan Tidak 7 7 Tidak Industri erdagangan Angkutan Jasa Industri erdagangan Angkutan Jasa J U M L A H L

41 ) Fakir Miskin ekerjaan. Rejowinangun. renggan. urbayan J U M L A H L Tidak 7 Industri erdagangan Angkutan Jasa c. Kemiskinan dan Kependidikan Anak Usia Sekolah. ) Jumlah Anak Sekolah Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Rejowinangun. renggan. urbayan J U M L A H 78 ) Transisi Sekolah anak Keluarga Miskin endidikan TK SD SM SMA T. Rejowinangun. renggan. urbayan J U M L A H 78 9 d. Kemiskinan dan ermasalahan Kesehatan Masalah Kesehatan Balita Rawan Balita Gizi Sakit ermanen Ibu Hamil Gizi Buruk. Rejowinangun. renggan. urbayan 7 J U M L A H 97 8 e. Kemiskinan dan ermasalahan erumahan Masalah erumahan Lantai Tanah / Tidak ermanen Dinding Tidak ermanen Rasio Ruang Kurang Dari 8 m. Rejowinangun. renggan. urbayan J U M L A H Deskripsi Keluarga dan enduduk Miskin dan ermasalahannya Basis Kota Yogyakarta.... ermasalahan Kemiskinan dan Kemampuan endapatan. endapatan merupakan alat-ukur yang diasumsikan memberikan kontribusi dominan dalam menentukan suatu keluarga dikategorikan miskin atau tidak. ada

42 parameter pendapatan ini dapat diturunkan pada asumsi-asumsi keterbatasan potensi ekonomi warga. Untuk mendetailkan data maka kelompok penduduk miskin dengan pendapatan dibawah Rp../bulan/kapita pada tabel berikut : Kondisi Tabel.. Kemiskinan dan Tingkat endapatan Keluarga Miskin Kota Yogyakarta Tahun 7 endapatan Kurang dari Rp../bln % Lebih dari Rp../bln Fakir miskin.8,7,88 Miskin.79,.7 8,7 Hampir Miskin 7. 7,.9 7,7 Jumlah Miskin.8. % Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dominan keluarga atau penduduk miskin yakni sebanyak.8 keluarga berpendapatan/kapita/bulan dibawah Rp... Kondisi ini dari aspek potensi ekonomi atau kemampuan rata-rata penduduk miskin untuk bisa memenuhi kebutuhan pokok non pangan menjadi sangat rentan.... ermasalahan Kemiskinan dan Kesempatan Kerja. Rendahnya tingkat pendapatan keluarga miskin dikota Yogyakarta tidak lepas dari aktifitas ekonomi yang dilakukan oleh Kepala keluarga atau anggota keluarga yang lain atau bahkan lebih parah adalah disebabkan oleh kondisi kepala keluarga atau anggota keluarga yang tidak bekerja. Gambaran pada indikator ini dapat dilihat pada tabel dan sebagai berikut : Kondisi Tabel.. Kemiskinan dan Kepala Keluarga Miskin dan Tidak Kota Yogyakarta Tahun 7 ekerjaan Tdk % % Fakir miskin 88, 98, Miskin.7 7,8 8.9,9 Hampir Miskin.7, 9. 9,9 Jumlah Miskin

43 Kelompok keluarga dengan kategori miskin adalah kelompok terbanyak dilihat dari status kepala keluarga yang tidak bekerja dengan jumlah.7 kepala keluarga. Apabila aktifitas pekerjaan bagi kepala keluarga tersebut dilihat pada tataran anggota keluarga yang sudah berusia produktif dan berstatus tidak sekolah diskripsi kuantitatif keluarga tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel.. Angkatan Kerja enduduk Miskin. Kemiskinan dan ekerjaan ekerjaan Kondisi Tdk Jasa Industri Dagang Angkutan Jumlah Miskin Tabel diatas memberikan gambaran kondisi angkatan kerja pada kelompok masyarakat miskin. Gambaran tersebut membenarkan asumsi tentang keterbatasan kemampuan ekonomi keluarga miskin untuk bisa memenuhi kebutuhan anggota keluarganya.... Keluarga Miskin dan Kepemilikan Aset Ekonomi. Kepemilikan aset ekonomi merupakan gambaran kemampuan saving masyarakat miskin. Kemampuan kepemilikan ini secara konseptual akan sangat tergantung pada aktifitas pekerjaan dan tingkat pendapatan. Dalam bentu hubungan sederhana antara rade keluarga miskin dengan kepemilikan aset dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel.. Kemiskinan dan Aset Ekonomi Aset Tidak Lebih Rp. Lebih % Kondisi. Rp.. % Fakir miskin 9,77, Miskin, 79 9, Hampir Miskin 7 7,9 9,89 Jumlah Miskin 99 8 Tabel diatas merupakan deskripsi dari keterbatasan kemampuan ekonomi masyarakat miskin. 7

44 ... Keluarga Miskin dan status Kepemilikan Tempat Tinggal. Aset Kondisi Tabel. 7. Kemiskinan dan Status Kepemilikan Tempat Tinggal Keluarga Miskin Kota Yogyakarta Tahun 7 Milik Sendiri % Bukan Milik Sendiri Fakir miskin 78,9 8, Miskin 77,7 97,9 Hampir Miskin 7, 77,8 Jumlah Miskin %... Keluarga Miskin dengan jenis bahan bakar untuk memasak yang digunakan sehari-hari Tabel. 8. Kemiskinan dengan jenis bahan bakar untuk memasak yang digunakan sehari-hari Aset Memakai Gas/Listrik % Tidak Memakai Gas (Kayu/Arang/Minyak Tanah) Kondisi Fakir miskin 7, 9, Miskin,7 7, Hampir Miskin 7,9,7 Jumlah Miskin %... Keluarga Miskin dengan Jenis alat penerangan yang digunakan Tabel. 9. Kemiskinan dengan Jenis alat penerangan yang digunakan Keluarga Miskin Kota Yogyakarta Tahun 7 Aset Kondisi Bukan Listrik/ Listrik Milik Orang Lain % Listrik Milik Sendiri Fakir miskin 7 9,8,88 Miskin 7 7, 98, Hampir Miskin, 7, Jumlah Miskin %...7. ermasalahan Kemiskinan Berdasar angan Tabel.. Kemiskinan dan Keluarga Miskin menurut kemampuan memberi makan Anggota keluarga kali setiap hari Kota Yogyakarta Tahun 7 Aset Kondisi Mampu memberi makan Dua Kali atau Kurang setiap hari % Mampu memberi makan Lebih dari Dua Kali setiap hari Fakir miskin 8,, Miskin 8,, Hampir Miskin, 7 78,8 Jumlah Miskin 7 9 % 8

45 Tabel.. Kemiskinan dan Keluarga Miskin menurut kemampuan membeli dan menyediakan lauk daging/ayam atau susu kali dalam seminggu di Kota Yogyakarta Tahun 7 Kondisi Aset Kali atau Tidak ernah Membeli lauk daging/ayam atau susu kali dalam seminggu. % Kali atau Lebih membeli lauk daging/ayam atau susu kali dalam seminggu. Fakir miskin,, Miskin 7,,9 Hampir Miskin 99, 78,9 Jumlah Miskin 7 9 %...8. ermasalahan Kemiskinan Berdasar Sandang Tabel.. Kemiskinan dan Keluarga Miskin menurut kemampuan membeli pakaian baru bagi Anggota keluarga maksimal kali dalam satu tahun di Kota Yogyakarta Tahun 7 Kondisi Aset Stel atau Tidak ernah Membeli pakaian baru bagi Anggota keluarga maksimal kali dalam satu tahun. % Stel atau Lebih membeli pakaian baru bagi Anggota keluarga maksimal kali dalam satu tahun Fakir miskin,7, Miskin 89,8 7 7, Hampir Miskin,7 7,7 Jumlah Miskin %...9. ermasalahan Kemiskinan Berdasar apan Tabel.. Kemiskinan dan Keluarga Miskin menurut Luas tempat tinggal rata-rata tiap Anggota keluarga di Kota Yogyakarta Tahun 7 Aset Kondisi Kurang 8 Meter ersegi % Lebih atau Sama Dengan 8 Meter ersegi Fakir miskin 9 7, 7, Miskin 799,87,9 Hampir Miskin 8 7,99,8 Jumlah Miskin % 9

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2008 T E N T A N G

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 128 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 T E N T A N G

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 T E N T A N G WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 T E N T A N G PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yogyakarta dikenal dengan julukan sebagai kota pelajar, kota budaya serta kota pariwisata. Julukan tersebut tersemat bukan tanpa alasan. Salah satunya tentu

Lebih terperinci

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta. Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta. Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan, serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Tak banyak orang yang menyadari

sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan, serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Tak banyak orang yang menyadari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjadi tua bukanlah pilihan, melainkan suatu kepastian yang akan dialami setiap orang yang memiliki kesempatan hidup lebih lama, hanya saja yang membedakan adalah

Lebih terperinci

DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAWASAN KUMUH DI PERKOTAAN YOGYAKARTA. Abstrak

DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAWASAN KUMUH DI PERKOTAAN YOGYAKARTA. Abstrak POLA DISTRIBUSI KERUANGAN MCK KOMUNAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN KAWASAN KUMUH DI PERKOTAAN YOGYAKARTA Ariyani Indrayati Dosen Jurusan Geografi FIS - Unnes Abstrak Kota Yogyakarta dilalui tiga sungai utama,

Lebih terperinci

Yogyakarta, 15 September 2012

Yogyakarta, 15 September 2012 Yogyakarta, 15 September 2012 Latar Belakang dan Permasalahan Sumbangan sektor Telematika terhadap struktur Perekonomian Nasional, naik dari 89 T (2006) menjadi 205 T (2010): sumber BPS Sumbangan Sektor

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian mengenai tingkat bahaya dan kerentanan banjir juga pernah dilaksanakan oleh Lusi Santry, mahasiswa jurusan teknik sipil Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Kondisi Pusat Olahraga Papan Luncur 3.1.1 Tinjauan Pusat Olahraga Papan Luncur di Yogyakarta Pusat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. membangun image Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya, Kota Perjuangan, Kota

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. membangun image Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya, Kota Perjuangan, Kota BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Profil Kota Yogyakarta 1. Gambaran Umum Kondisi Daerah Filosofi pembentukan Kota Yogyakarta bertumpu pada keberadaan kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang secara spesifik

Lebih terperinci

BAB II. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

BAB II. Gambaran Umum Wilayah Penelitian BAB II Gambaran Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta 1. Letak Wiayah Kota Yogyakarta terletak antara 110º24 19-110º28 53 Bujur Timur dan antara 07º49 26-07º15 24 Lintang Selatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas dari peran dan upaya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan itu sendiri. Menjaga

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Mengacu pada dokumen perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Yogyakarta tahun 2005-2025 maka Visi Pembangunan Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTALIKOTA NOMOR 332 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTALIKOTA NOMOR 332 TAHUN 2016 TENTANG YOGYAKARTA PROVINSI DAER O WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTALIKOTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 332 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN STEMPEL / CAP DAN KOP NASKAH DINAS PADA SATUAN KERJA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2007 2011 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012-2016 PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya manusia dan sumber daya alamnya. Namun sebagian wilayah yang ada di Indonesia rakyatnya tergolong miskin.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Luas wilayah Kota Yogyakarta adalah 3.25 Ha atau 32,50 km 2 (1,02%

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Luas wilayah Kota Yogyakarta adalah 3.25 Ha atau 32,50 km 2 (1,02% BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Luas wilayah Kota Yogyakarta adalah 3.25 Ha atau 32,50 km 2 (1,02% dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BAB II GAMBARAN UMUM KOTA 2.1. Geografis Kota Yogyakarta terletak di koordinat 110 24'19"-110 28'53" Bujur Timur dan 07 49'26" 07 15'24" Lintang Selatan. Luas Kota Yogyakarta adalah sekitar 32,5 Km2 atau

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN REGRESI LINEAR

PENGARUH JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN REGRESI LINEAR 7 PENGARUH JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN REGRESI LINEAR Ridayati 1,a Jurusan Teknik Sipil STTNAS Yogyakarta 1 Jalan Babarsari No.1 Depok,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENINGKATAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DI KOTA YOGYAKARTA

PERENCANAAN PENINGKATAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DI KOTA YOGYAKARTA Program Magister Bidang Keahlian Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS Surabaya, 2012 PERENCANAAN PENINGKATAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DI KOTA YOGYAKARTA Oleh: Meria

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arah pembangunan ditentukan oleh perencanaan pembangunan yang dilaksanakan baik dalam lingkup daerah (kabupaten/kota), provinsi maupun nasional. Seperti yang termaktub

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Kulon Progo.

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Kulon Progo. BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 1.1 Profil Kota Yogyakarta 1.1.1 Keadaan Geografis Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta disamping empat kabupaten lainnya yaitu

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi hak

Lebih terperinci

KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KOTA : YOGYAKARTA KODE WILAYAH : 34.71 ALAMAT : Jl. Kenari No. 56 Yogyakarta, Kode Pos 55165 NOMOR TELEPON : (0274) 514448,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN 2 010 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

(FOSS) UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI MP3EI DI KORIDOR EKONOMI YOGYAKARTA

(FOSS) UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI MP3EI DI KORIDOR EKONOMI YOGYAKARTA PEMETAAN DAN PENGINTEGRASIAN POTENSI TELEMATIKA BERBASIS PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT MENGGUNAKAN APLIKASI INTERNET DENGAN FREE OPEN SOURCE SOFTWARE (FOSS) UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI MP3EI DI KORIDOR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA YOGYAKARTA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Yogyakarta 1. Sejarah Singkat Kota Yogyakarta Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada Tanggal Februari 1755 yang ditandatangani

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMIRAN : ERATURAN WALIKOTA MADIUN - 1 - NOMOR : TAHUN 2014 TANGGAL : BAB I ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang enyusunan perencanaan pembangunan merupakan salah satu kewajiban daerah yang tercantum dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA W A L I K O Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA W A L I K O Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG DAERAH IMEWA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA W A L I K O Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 22 TAHUN 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015 LAMIRAN I ERATURAN BUATI ROBOLINGGO NOMOR TAHUN 2014 TANGGAL BAB I ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang erencanaan pembangunan daerah diartikan sebagai suatu proses penyusunan tahap-tahap kegiatan yang melibatkan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa kemiskinan merupakan masalah multidimensi

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012-2016

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012-2016 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012-2016 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2012

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Lokasi Dalam penelitian ini, pengumpulan data primer untuk lokasi penelitian di Kota Yogyakarta dengan melakukan pengambilan data secara acak sesuai dengan data yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BERITA DAERAH KOTA CIREBON BERITA DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 51 TAHUN 2009 PERATURAN WALIKOTA CIREBON NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA KELUARGA / RUMAH TANGGA MISKIN KOTA CIREBON Menimbang : WALIKOTA CIREBON, a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 363 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 363 TAHUN 2014 TENTANG KEPUTUSAN NOMOR 363 TAHUN 2014 TENTANG TAMBAHAN FORMASI PEGAWAI NEGERI SIPIL DARI PELAMAR UMUM Menimbang : a. bahwa agar setiap SKPD mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsi secara optimal untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Studi Banding TKPK Kota Yogyakarta ke TKPK Kota Depok dan TKPK Kota Bogor... 34

DAFTAR ISI Studi Banding TKPK Kota Yogyakarta ke TKPK Kota Depok dan TKPK Kota Bogor... 34 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 2 BAB I... 3 PENDAHULUAN... 3 1.1. Latar Belakang... 3 1.2. Maksud dan Tujuan... 4 BAB II... 6 GAMBARAN UMUM... 6 2.1. Keadaan Alam... 6 2.2. Data Jumlah Penduduk Miskin...

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) PROSIDING SEMINAR NASIONAL PEMANFAATAN INFORMASI GEOSPASIAL UNTUK PENINGKATAN SINERGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP EDITOR AHLI : Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si (UM) Prof.

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Program Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas 2015

BAB I PENDAHULUAN. Visi Program Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi Program Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas 2015 visi ini dimaksudkan untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta Studio foto sewa di Kota Yogyakarta merupakan wadah bagi fotograferfotografer baik hobi maupun freelance untuk berkarya dan bekerja dalam bentuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 7 Tahun 2012 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang :

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG GERAKAN KAMPUNG PANCA TERTIB KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 persen berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan Kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang : a. bahwa kemiskinan adalah masalah

Lebih terperinci

REKAPITULASI USULAN PROGRAM/KEGIATAN TAHUN Fungsi, Urusan, Program dan Kegiatan Indikatif. Pagu Indikatif (Rp) 01 FUNGSI : PELAYANAN UMUM

REKAPITULASI USULAN PROGRAM/KEGIATAN TAHUN Fungsi, Urusan, Program dan Kegiatan Indikatif. Pagu Indikatif (Rp) 01 FUNGSI : PELAYANAN UMUM REKAPITULASI USULAN PROGRAM/KEGIATAN TAHUN 2010 No 01 FUNGSI : PELAYANAN UMUM 63.811.994.753 01 1 06 URUSAN : PERENCANAAN PEMBANGUNAN 1.749.914.583 SKPD : BAPPEDA 1.749.914.583 408.323.750 57.865.500 3

Lebih terperinci

BAB VII ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH

BAB VII ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH BAB VII ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH 7.1. Isu Strategis Berbagai masalah yang dialami oleh miskin menggambarkan bahwa kemiskinan bersumber dari ketidakberdayaan dan ketidakmampuan dalam memenuhi

Lebih terperinci

RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI SKPD TAHUN ANGGARAN 2013

RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI SKPD TAHUN ANGGARAN 2013 LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

JASA URUSAN WAJIB 90,731,045, ,541,545,197 84,870,172, ,142,763,040

JASA URUSAN WAJIB 90,731,045, ,541,545,197 84,870,172, ,142,763,040 LAMPIRAN IV : PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR : 8 TAHUN 2011 TANGGAL : 29 DESEMBER 2011 REKAPITULASI BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN 4.1. Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higieni Program Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS) adalah tindakan yag dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia dapat

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 618 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 618 TAHUN 2007 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 618 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA BERKUALITAS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2007-2011 WALIKOTA YOGYAKARTA KEPUTUSAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 6 Tahun 2014 Seri E Nomor 3 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2015-2019 Diundangkan dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]

[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA] BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN 4.1. Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higieni Program Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS) adalah tindakan yag dilakukan oleh

Lebih terperinci

REKAPITULASI BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2011 BELANJA PEGAWAI

REKAPITULASI BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2011 BELANJA PEGAWAI LAMPIRAN IV : PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR : 9 TAHUN 2010 TANGGAL : 30 DESEMBER 2010 REKAPITULASI BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 601 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 601 TAHUN 2007 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 601 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENCEGAHAN KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME DALAM MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG BERSIH KOTA YOGYAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta? b. Bagaimana pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta tahun 2013?

LAMPIRAN. Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta? b. Bagaimana pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta tahun 2013? LAMPIRAN Pedoman Wawancara 1. Kepala UPT PJKD Kota Yogyakarta: a. Bagaimana persiapan UPT PJKD Kota Yogyakarta dalam implementasi Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta? b. Bagaimana pelaksanaan Jampersal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DAN DINAS PERIZINAN KOTA YOGYAKARTA A. GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DAN DINAS PERIZINAN KOTA YOGYAKARTA A. GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DAN DINAS PERIZINAN KOTA YOGYAKARTA A. GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA 1. Keadaan Geografis. Kota Yogyakarta terletak antara 110 24 19 Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit.

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit. BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN Deskripsi Kota Yogyakarta a. Geografi Luas wilayah Kota Yogyakarta kurang lebih hanya 1,02 % dari seluruh luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 32, km2. Terbagi

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINANDI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 No.53,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul. SOSIAL. KESEJAHTERAAN. Kriteria. Tata Cara. Pendataan. Warga Miskin. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA]

[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA] BAB II GAMBARAN UMUM KOTA YOGYAKARTA 2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1. Geografis dan Kondisi Fisik Kota Yogyakarta terletak di koordinat 110 24'19"-110 28'53" Bujur Timur dan 07 49'26"

Lebih terperinci

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat

Lebih terperinci

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Mengacu kepada arah pembangunan jangka panjang daerah, serta memerhatikan kondisi riil, permasalahan, dan isu-isu strategis, dirumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact Oleh : Arief Setyadi Persyaratan Gender dalam Program Compact Perempuan Bekerja Menyiangi Sawah (Foto: Aji) Program Compact memiliki 5 persyaratan pokok, yakni: 1. Analisis ERR di atas 10%, 2. Analisis

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa kemiskinan adalah masalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR : 21 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI MALUKU GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa percepatan penurunan angka

Lebih terperinci