ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI. Oleh TRI LESTARI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI. Oleh TRI LESTARI H"

Transkripsi

1 ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI Oleh TRI LESTARI H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 ii ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh TRI LESTARI H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

3 ABSTRAK Tri Lestari H Analisis Keranjang Belanja Pada Data Transaksi Penjualan (Studi Kasus Toserba Yogya Banjar). Di bawah bimbingan Muhammad Syamsun. Dunia bisnis ritel mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah ritel. Umumnya setiap ritel menggunakan sistem komputerisasi dalam penyimpanan data penjualan dan pembelian yang menghasilkan data transaksi. Data transaksi tesebut dapat digunakan sebagai sumber informasi penting dalam mempertahankan keberadaan usaha tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan untuk dapat mempertahankan bisnis ritel ini adalah dengan meningkatkan dan mempertahankan tingkat pertumbuhan penjualannya. Penelitian ini bertujuan (1) mempelajari sebuah aplikasi analisis keranjang belanja (market basket analysis) yang berkaitan dengan data transaksi penjualan yang menggunakan teknik assosiatif, (2) mengidentifikasi beberapa tipe dari kaidah asosiasi (association rules) yang berkaitan dengan data transaksi penjualan yaitu nilai-nilai support dan confidence, (3) mengetahui implikasi manajerial dari analisis keranjang belanja (market basket analysis). Penelitian ini dilaksanakan di Toserba Yogya Banjar, data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari dokumen perusahaan berupa data transaksi. Penelitian diolah dengan menggunakan software Microsoft Office Excel 2007 dan software Minitab 14. Data dianalisis dengan menggunakan algoritma apriori yang menghasilkan aturan asosiasi, dengan pola if-then. Aplikasi Analisis Keranjang Belanja tidak hanya digunakan untuk menentukan kecenderungan pelanggan dalam membeli barang-barang secara bersamaan, dapat melihat kapan suatu barang dibeli pada jumlah yang paling besar. Tipe kaidah asosiasi yang dihasilkan adalah jeruk lebih banyak dibeli pada waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB, mie lebih banyak dibeli pada waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB, pembelian item apabila tidak promosi maka tidak diskon, dan apabila terjadi pembelian pada buah, mie maka akan di beli minyak goreng. Implikasi manajerial, Toserba YOGYA lebih memperhatikan persediaan untuk item yang dipengaruhi oleh waktu.

4 iv INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh TRI LESTARI H Menyetujui, Mei 2009 Dr. Ir. Muhammad Syamsun M.Sc Dosen Pembimbing Mengetahui, Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 16 Oktober 1986, penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Sugiono dan Tintin Rumtinah. Penulis menyelesaikan pendidikan TK YWKA Banjar pada tahun 1993, lalu melanjukan pendidikan Sekolah Dasar Banjar XIII. Pada Tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Pataruman dan Sekolah Menengah Umum Negeri I Banjar dengan program IPA pada Tahun Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun Selama menjalani perkuliahan, penulis berpartisipasi aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu himpunan profesi Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang bernama Center Of Management (COM@). Pada tahun periode dan penulis menjabat sebagai staff Produksi Operasi Bisnis. Penulis juga aktif pada kegiatan di lingkungan kampus seperti kepanitiaan, kegiatan olah raga seperti sportakuler dan OMI, seminar-seminar, pelatihan, panitia Masa Perkenalan Departemen.

6 iv KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kekhadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini mengambil judul Analisis Keranjang Belanja Pada Data Transaksi Penjualan (Studi Kasus Toserba YOGYA Banjar) Usulan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc. sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 2. Dra. Siti Rahmawati, M.Pd dan Deddy Cahyadi, S.TP, MM atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji. 3. Bapak Budi (store manager), Teh Linda, Pa Felix dan pihak Toserba YOGYA Banjar yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian serta memberikan masukan dan informasi demi terselesaikannya skripsi ini. 4. Seluruh Dosen Departemen Manajemen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang berguna bagi penulis, Kepala Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan staf atas bantuan selama penulis menyelesaikan perkuliahan. 5. Kedua orang tua, saudara (Teh Rani, Mas Eko, Teh Novi, A Andri dan Yayang), keponakanku (Agung dan Iki) dan seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan doa yang tulus, semangat dan kasih sayang kepada penulis.

7 v 6. Irsam Ardiantoro atas ketulusan, kesabaran, kasih sayang, semangat, dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Heni, Ica, Nain, Rini, Dila, Lina atas indahnya persahabatan dan semangat yang telah diberikan selama ini. 8. Rara, Pei, Dewi, Anggi, Levi, Faris, Riri, Ira, yang telah memberikan indahnya persahabatan, keceriaan, dan kebersamaan selama ini serta kasih sayang, motivasi dan masukan yang telah diberikan kepada penulis. 9. Sahabat-sahabat terbaik Manajemen Angkatan 42 yang selalu bersama-sama membuat kenangan dan persahabatan yang indah serta ilmu kehidupan yang diberikan. 10. Rekan-rekan satu bimbingan: Levi, Mita, Jidor, Nceq, Indri, Agung dan Riri, untuk kerjasama dan motivasi selama proses bimbingan dan penyusunan skripsi. 11. Lulud, Fitra, Bagus, Maya, dan Yeyen untuk motivasi dan masukan yang telah diberikan kepada penulis. 12. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala atas kebaikannya. Tidak ada kesempurnaan pada manusia. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif sangat diperlukan untuk kemajuan yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amin. Bogor, Mei 2009 Penulis

8 vi DAFTAR ISI ABSTRAK RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Pemasaran Bauran Pemasaran Pengertian Penjualan Struktur Dasar Bisnis Ritel Pengertian dan Jenis-jenis Pengecer Peritel yang Berhasil Perilaku Konsumen dalam Retailing Toserba Transaksi Penjualan Data Mining Proses Penggalian Data dan Penemuan Pengetahuan Teknik-teknik Penggalian Data Analisis Keranjang Belanja Penelitian Terdahulu III. METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Algoritma Apriori IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Toserba YOGYA iv v vii ix x xi

9 vii Sejarah Toserba YOGYA Cabang Banjar Visi dan Misi Perusahaan Kategori Produk Segmentation, Targeting, Positioning Toserba YOGYA Aplikasi Analisis Keranjang Belanja Kaidah Asosiasi antara Item-item Penjualan Implikasi Manajerial KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 53

10 viii No. DAFTAR TABEL Halaman 1. Jumlah Toko Ritel di Indonesia Bidang Aplikasi Penggalian Data Support count untuk kandidat 1 itemset Support count untuk kandidat 2 itemset produk (mie, jeruk), waktu pembelian Support count untuk kandidat 3 itemset T Support count untuk kandidat 3 itemset T Support count untuk kandidat 3 itemset T Nilai support dan confidence dari kaidah asosiasi Support count untuk kandidat 1 itemset Support count dan support untuk 2itemset yaitu promosi dan diskon Support count dan support untuk 2itemset yaitu diskon dan waktu pembelian Support count dan support untuk 2itemset yaitu promosi dan waktu pembelian Support count dan support untuk 3itemset promosi, waktu pembelian dan tidak diskon Support count dan support untuk 3itemset promosi, waktu pembelian dan diskon Nilai support dan confidence dari kaidah asosiasi Support count dan support untuk 1itemset yaitu waktu pembelian dan 5 produk Support count dan support untuk 2 itemset (A, B, C, D, E, F) Support count dan support untuk 3 itemset (A, B, C, D, E, F) Support count dan support untuk 4 itemset (A, B, C, D, E, F) Support count dan support untuk 5 itemset (A, B, C, D, E, F) Support count dan support untuk 6 itemset (A, B, C, D, E, F)... 48

11 ix No. DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Struktur Data dari Market Basket Data Kerangka Pemikiran... 27

12 x No. DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Struktur Organisasi Toserba YOGYA Banjar Contoh Data Transaksi Hasil Pengolahan Data... 56

13 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, semakin berkembang pula kemampuan kita dalam mengumpulkan dan mengolah data. Penggunaan Sistem komputerisasi dalam berbagai bidang baik itu dalam transaksitransaksi bisnis, maupun untuk kalangan pemerintah dan sosial, telah menghasilkan data yang berukuran sangat besar. Data-data yang terkumpul ini merupakan suatu tambang emas yang dapat digunakan sebagai informasi dalam dunia bisnis. Aplikasi basis data telah banyak diterapkan dalam berbagai bidang, antara lain bidang manajemen, manajemen data untuk industri, ilmu pengetahuan, administrasi pemerintah dan bidang-bidang lainnya. Akibatnya data yang dihasilkan oleh bidang-bidang tersebut sangatlah besar dan berkembang sangat cepat. Hal ini menyebabkan timbulnya kebutuhan terhadap teknik-teknik yang dapat melakukan pengolahan data sehingga dari data-data yang ada dapat diperoleh informasi penting yang dapat digunakan untuk perkembangan pada masing-masing bidang. Perkembangan dunia bisnis ritel kembali diserbu konsumen yang ditandai dengan semakin banyaknya supermarket yang didirikan. Hampir semua supermarket menggunakan sistem komputerisasi dalam penyimpanan data penjualan dan pembelian, sehingga akan dihasilkan banyak data transaksi. Data transaksi tersebut dapat digunakan sebagai sumber informasi penting dalam mempertahankan keberadaan usaha tersebut. Catatan statistik menunjukan sepanjang 1999 hanya sektor konsumsilah yang mencatat angka pertumbuhan positif jika mengacu pada PDB atau produk domestik bruto (menurut output) konsumsi rumah tangga mencatat pertumbuhan 3,68% sementara pemerintah mencatat pertumbuhan 0,69% hingga semester kedua tahun 2000 pertumbuhan konsumsi masih terus berlangsung mencapai 2,58% (Warta Ekonomi, 2000 : 12-13). Hal itu menunjukan bahwa keinginan membeli pada konsumen cukup besar, sehingga akan menguntungkan bagi pihak supermarket.

14 2 Total penjualan (hypermarket, supermarket, dan minimarket) selama tahun , rata-rata tumbuh 19,75% per tahun. Tahun 2007, geraigerai hypermarket dan minimarket diprediksi tumbuh 25%. Hypermarket dan Carrefour masing-masing bakal menambah 10 outlet, sedangkan Alfamart dan Indomart masing-masing 400 toko, sementara itu, supermarket juga masih bertumbuh, meskipun hanya single digit (Marketing 2007: 29-30). Perkembangan industri ritel di Indonesia dapat ditunjukkan dari jumlah toko ritel yang cenderung mengalami peningkatan dari setiap jenis ritel yang ada di Indonesia selama tahun Jumlah toko ritel di Indonesia selama tahun dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Toko Ritel di Indonesia Traditional Grocery Stores 1,846,752 1,787,897 1,745,589 Convenience Stores Total Hypermarkets Total Warehouse Clubs Total Minimarkets 7,356 6,465 5,604 Total Supermarkets 1,311 1, Total Universe 1,855,670 1,795,736 1,752,393 Sumber : AC Nielsen dalam Marketing, 2007 Salah satu upaya yang dilakukan untuk dapat mempertahankan bisnis ritel ini adalah dengan meningkatkan dan mempertahankan tingkat pertumbuhan penjualannya. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan volume penjualan tersebut adalah dengan memahami dan mengetahui pola perilaku belanja konsumen. Pengetahuan tentang pola perilaku belanja tersebut kemudian dapat dimanfaatkan untuk menyusun tata letak rak toko sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan bagi konsumen dalam melakukan pembelian, dan dapat meningkatkan kemungkinan munculnya keinginan membeli (impulse buying). Pada sebuah supermarket dapat digali berbagai macam informasi dari data transaksi pembelian produk-produk. Asosiasi antara jenis-jenis produk yang dibeli konsumen, kemasan (packing) produk yang disukai konsumen,

15 3 dan kapan produk tertentu banyak dibeli, merupakan informasi yang dapat digunakan pihak supermarket dalam mengatur peletakan produk di etalase dan rak barang, sehingga dapat membantu pelayan supermarket dan konsumen dalam mencari dan mengingat kembali bila lupa. Pihak supermarket dapat menentukan kapan perlu mendatangkan lebih banyak jenis produk tertentu pada waktu-waktu tertentu. Keputusan-keputusan ini pada akhirnya dapat membantu supermarket untuk lebih mengoptimalkan kinerja. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis pola perilaku belanja konsumen adalah analisis keranjang belanja (market basket analysis). Analisis ini merupakan salah satu metode dalam penambangan data (data mining) yang bertujuan untuk menemukan produk-produk yang sering dibeli bersamaan dari data transaksi. Tujuan analisis ini pada transaksi penjualan adalah untuk merancang strategi penjualan atau pemasaran yang efektif dengan memanfaatkan data transaksi penjualan yang telah tersedia di supermarket. Penggunaan teknik data mining, orang tidak perlu melakukan analisis secara manual, melainkan dapat menggunakan analisis keranjang belanja. Kota Banjar adalah salah satu kota yang ada di Provinsi Jawa Barat yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Cilacap dan menjadi pintu utama jalur lintas selatan Jawa Barat, untuk membedakan dengan Banjarnegara yang berada di Jawa Tengah, kota ini biasa disebut Banjar Patoman (dari nama asal Banjar Pataruman). Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 21 Februari 2002 dan memiliki luas wilayah ,23 Ha serta terbagi dalam 4 kecamatan. Toserba YOGYA Banjar merupakan cabang Yogya Departement Store yang ke 43. Terletak di Jalan Letnan Jendral Suwarto No. 36 di Kompleks Pertokoan di pusat kota Banjar. YOGYA Group ini merupakan perusahaan ritel dengan format supermarket dan department store. Perusahaan ini selalu berusaha mewujudkan kepuasan bagi konsumen dengan menyediakan produk yang berkualitas, layanan yang unggul, dan akrab bersahabat, serta dalam suasana belanja yang menyenangkan, namun karena terjadi persaingan dengan perusahaan lainnya maka diperlukan strategi-

16 4 strategi untuk mempertahankan perusahaanya. Sehubungan dengan itu perusahaan harus mengerti apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumennya untuk memberikan kenyamanan dalam berbelanja di supermarket, hal ini menjadi menarik untuk diteliti dengan melihat beberapa hubungan yang terjadi antara produk, waktu pembelian, diskon, dan promosi Perumusan Masalah Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana mengembangkan sebuah aplikasi analisis keranjang belanja (market basket analysis) yang berkaitan dengan data transaksi penjualan yang menggunakan teknik assosiatif? 2. Bagaimana output yang akan dihasilkan dari kaidah asosiasi (association rules) yang berkaitan dengan data data penjualan yaitu nilai-nilai support dan confidence? 3. Bagaimana implikasi manajerial dari analisis keranjang belanja (market basket analysis)? 1.3. Tujuan Berdasarkan perumusan masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mempelajari sebuah aplikasi analisis keranjang belanja (market basket analysis) yang berkaitan dengan data transaksi penjualan yang menggunakan teknik assosiatif di Toserba Yogya Banjar. 2. Mengidentifikasi beberapa tipe dari kaidah asosiasi (association rules) yang berkaitan dengan data transaksi penjualan yaitu nilai-nilai support dan confidence. 3. Memberikan implikasi manajerial dari analisis keranjang belanja (market basket analysis).

17 Manfaat Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi pemilik lembaga swalayan membantu dalam menganalisis kecenderungan atau pola konsumsi yang dimiliki oleh pelanggan masingmasing, menentukan kapan perlu mendatangkan lebih banyak jenis produk tertentu pada waktu-waktu tertentu, dan memberikan Informasi yang dapat digunakan dalam menentukan tata letak rak toko yang baru, menetapkan produk-produk mana yang akan diletakan dalam tempat yang khusus, serta dapat digunakan untuk mengidentifikasi ketika persoalannya berpasangan/kupon (issue coupons). 2. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan penulis dalam rangka menerapkan ilmu-ilmu manajemen khususnya mengenai Analisis Keranjang Belanja. 3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, ilmu dan bahan pembanding, untuk penelitian selanjutnya Ruang Lingkup Kegiatan penelitian ini dibatasi pada asosiasi antara jenis-jenis produk yang dibeli konsumen dengan menggunakan analisis keranjang belanja, sehingga dapat menentukan pola berupa produk-produk yang sering dibeli bersamaan atau cenderung muncul bersamaan dalam sebuah transaksi yang pada umumnya berukuran sangat besar, item dibatasi yaitu produk (mie, jeruk, telur, buah, susu, minyak goreng), waktu pembelian, diskon, dan promosi.

18 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pemasaran Menurut Kotler (2005), manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, mempertahankan, dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyampaian, dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul. Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Pemasar adalah seorang yang mencari tanggapan (perhatian, pembelian, pemberian suara, sumbangan) dari pihak lain yang disebut calon pelanggan. Tugas pemasar adalah menyusun program atau rencana pemasaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Strategi pemasaran adalah rencana yang menyeluruh, terpadu, dan menyatu di bidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan (Assauri, 2004). Strategi pemasaran yang paling utama adalah segmentation, targeting, dan positioning (Kotler, 2005). 1. Segmentasi Strategi segmentasi merupakan bagian yang paling penting dalam menentukan kesuksesan suatu perusahaan. Segmentasi adalah proses membagi pasar yang bersifat heterogen ke dalam beberapa segmen sehingga masing-masing segmen cenderung bersifat homogen dalam segala aspek. Variabel segmentasi utama yang digunakan untuk pasar konsumen adalah geografi, demografi, psikografi, perilaku dan individual. 2. Targeting Menurut Kotler (2005), penentuan pasar sasaran atau targeting penting untuk dilakukan setelah perusahaan menetapkan segmen pasar yang memiliki peluang paling besar. Perusahaan-perusahaan akan berhasil secara gemilang apabila mereka cermat dalam memilih pasar sasaran dan mempersiapkan program pemasaran yang dirancang khusus untuk masing-

19 7 masing pasar tersebut. Targeting merupakan pemilihan satu atau lebih segmen yang dianggap paling potensial dan menguntungkan, sekaligus mengembangkan produk dan program pemasaran untuk segmen-segmen yang dipilih. Perusahaan perlu mengevaluasi sebelum melakukan pemilihan segmen pasar yang berbeda, dengan memperhatikan daya tarik segmen secara keseluruhan serta tujuan dan sumberdaya perusahaan. Perusahaan dapat mempertimbangkan lima pola pemilihan pasar sasaran yaitu (1) konsentrasi segmen tunggal, (2) spesialisasi selektif, (3) spesialisasi produk, (4) spesialisasi pasar, dan (5) cakupan ke seluruh pasar. 3. Positioning Positioning adalah strategi yang berusaha menciptakan diferensiasi yang unik dalam benak pelanggan sasaran sehingga terbentuk citra merek atau produk yang lebih unggul dibandingkan merek produk pesaing. Hasil akhir penetapan posisi adalah keberhasilan penciptaan proporsi nilai yaitu alasan yang meyakinkan pelanggan untuk membeli produk perusahaan (Kotler, 2005) Bauran Pemasaran Kotler (2005), mengemukakan bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. Bauran ini terdiri dari empat unsur, yang biasa disebut empat P (4P), yaitu produk (product), harga (price), tempat/ distribusi (place), dan promosi (promotion). 1. Produk (product) Produk merupakan alat bauran pemasaran yang paling mendasar dan pokok. Produk menjadi penawaran berwujud produsen kepada pasar, yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk. Strategi produk dikonsentrasikan pada pengembangan produk yang tepat bagi pasar yang ingin dituju. 2. Harga (price) Strategi ini meliputi pemilihan metode penetapan harga produk, memodifikasi harga yang sudah ada serta menetapkan dan menanggapi

20 8 perubahan harga. Tujuan dari strategi ini adalah untuk mempertahankan pangsa pasar, mencapai keuntungan yang maksimum, memperoleh pendapatan maksimum, dan mencapai pertumbuhan penjualan yang tinggi. Produsen harus menentukan apa yang ingin dicapai dari produk yang dipasarkannya, sebelum penetapan harga tersebut dilakukan, dengan mempertimbangkan faktor pelanggan, pesaing, dan biaya produksi. 3. Tempat/ distribusi (place) Kegiatan ini bertujuan mengantarkan produk ke konsumen dan menyediakan bagi pelanggan sasaran. Produsen harus mengerti berbagai jenis pengecer, pedagang grosir, perusahaan distribusi fisik dan bagaimana mereka membuat suatu keputusan. 4. Promosi (promotion) Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar. Perusahaan harus membuat komunikasi dan promosi yang terdiri dari iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat serta pemasaran langsung maupun online. Promosi penting bagi produsen dalam meningkatkan nilai penjualan dan pertumbuhan produk Pengertian Penjualan Menurut Assauri (2004), kegiatan penjualan merupakan kegiatan pelengkap dari pembelian untuk memungkinkan terjadinya transaksi. Kegiatan pembelian dan penjualan merupakan satu kesatuan agar terlaksananya transfer hak atau transaksi. Oleh karena itu, kegiatan penjualan seperti halnya kegiatan pembelian, terdiri dari serangkaian kegiatan yang meliputi penciptaan permintaan, menemukan si pembeli, negosiasi harga, dan syarat-syarat pembayaran. Penjual harus menentukan kebijaksanaan dan prosedur yang akan diikuti untuk memungkinkan dilaksanakannya rencana penjualan yang telah ditetapkan Struktur Dasar Bisnis Ritel (Usaha Eceran) Menurut Sopiah dan Syihabudhin (2008), berlanjutnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya rata-rata pendapatan yang bisa dibelanjakan

21 9 memperbesar permintaan atau akan memperbanyak toko eceran yang lebih khusus dan spesifik. Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa secara umum kepada masyarakat dan secara khusus kepada pembeli potensial. Kegiatan perdagangan besar dan perdagangan eceran sangatlah penting dalam proses penyaluran barang dan jasa. Ada dua kepentingan mengapa produk perlu ditempatkan agar konsumen bisa dengan mudah memperolehnya. 1. Kepentingan pertama adalah kepentingan produsen, yakni kepentingan terhadap produknya agar ditempatkan di posisi yang layak dengan maksud agar konsumen terstimulasi untuk membelinya. 2. Kepentingan kedua adalah kepentingan pengecer yang berkeinginan agar konsumen terstimulasi untuk membeli produk yang ditawarkan oleh berbagai produsen Perdagangan eceran memegang peranan yang sangat penting, baik ditinjau dari sudut produsen, pedagang eceran dipandang sebagai pihak yang ahli dalam bidang penjualan produk perusahaannya. Pengecer ujung tombak perusahaan yang sangat menentukan laku atau tidaknya produk perusahaan. Sementara jika dipandang dari sudut konsumen, pedagang eceran juga memiliki peranan yang sangat penting. Pedagang eceran bertindak sebagai agen yang membeli, mengumpulkan, dan menyediakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau keperluan pihak konsumen Pengertian dan Jenis-jenis Pengecer Menurut Kotler (1997), usaha eceran (retailing) meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Menurut Meyer et al. (1988), Semua fungsi atau kegiatan yang melibatkan penjualan (atau sewa) barang dan jasa kepada pengguna akhir, yang termasuk rumah tangga, perorangan, dan lainnya yang membeli barang atau jasa untuk konsumsi akhir. Pengecer atau toko eceran adalah usaha bisnis yang volume penjualannya terutama berasal dari penjualan eceran. Menurut The American Marketing Association, pengecer didefinisikan sebagai seorang pedagang yang kegiatan

22 10 pokoknya melakukan penjualan secara langsung kepada konsumen akhir. Definisi ini didasarkan kepada siapa mereka menjual. Jadi, perdagangan eceran meliputi semua kegiatan pemasaran yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk menjual kepada konsumen akhir ( Swastha, 1979 ). Pengecer dapat digolongkan menurut luasnya lini produk (LP), bentuk pemilikan, penggunaan fasilitas, dan ukuran toko (Swastha, 1979). 1. Lini Produk Lini Produk adalah sekelompok barang yang memiliki tujuan penggunaan yang sama, misalnya alat-alat rumah tangga, alat-alat olah raga, makanan dan minuman, dll dari sebuah toko serba ada. Berdasarkan luasnya lini produk, pengecer dapat dibagi ke dalam beberapa kategori sebagai berikut (Kotler dan Susanto, 2001): a. Toko khusus, yaitu toko yang menjual satu macam barang atau LP yang lebih sempit dengan ragam yang lebih banyak dalam lini tersebut. Contoh pengecer khusus adalah toko alatalat olah raga, toko pakaian, toko meubel, toko bunga, dan toko buku. Biasanya volumenya tidak terlalu besar, milik pribadi, dan badan hukumnya berbentuk usaha perorangan, firma atau CV. Toko khusus dapat diklasifikasikan lagi menurut tingkat kekhususan LP nya. Toko pakaian merupakan toko lini tunggal, toko pakaian pria merupakan toko sangat khusus. b. Toko serba ada, yaitu toko yang menjual berbagai macam LP. Biasanya toko seperti ini mempunyai volume usaha yang besar, kondisi keuangannya lebih kuat, dan badan hukumnya berbentuk perseroan terbatas atau paling tidak berbentuk CV. c. Pasar Swalayan, yaitu toko yang merupakan operasi relatif besar, berbiaya rendah, margin rendah, volume tinggi, swalayan, yang dirancang untuk melayani semua kebutuhan

23 11 konsumen seperti makanan, cucian, dan produk-produk perawatan rumah tangga. d. Toko Convenience, yaitu toko yang relatif kecil dan terletak di daerah pemukiman atau di jalur high traffic, memiliki jam buka yang panjang (24 jam) selama tujuh hari dalam seminggu, dan menjual LP convenience yang terbatas seperti minuman, makanan ringan, permen, rokok, dll. Tingkat perputarannya yang tinggi, jam buka yang panjang dan karena konsumen hanya membeli di toko ini hanya sebagai pelengkap menyebabkan toko ini menjadi suatu operasi dengan harga tinggi. e. Supermarket, Toko Kombinasi dan Hypermarket Supermarket rata-rata memiliki ruang jual kaki persegi dan bertujuan memenuhi semua kebutuhan konsumen untuk pembelian makanan maupun bukan makanan secara rutin. Mereka biasanya menawarkan pelayanan seperti cucian, membersihkan, perbaikan sepatu, penguangan cek, dan pembayaran tagihan, serta makan siang murah. Toko kombinasi merupakan diversifikasi usaha pasar swalayan ke bidang obat-obatan, dengan luas ruang jual sekitar kaki persegi. Hypermarket lebih besar lagi, berkisar antara sampai kaki persegi. Pasar ini tidak hanya menjual barang-barang yang rutin dibeli tetapi juga meliputi meubel, perkakas besar dan kecil, pakaian, dan banyak jenis lainnya. f. Toko Diskon, yaitu toko yang menjual secara reguler barang-barang standar dengan harga lebih murah karena mengambil marjin yang lebih rendah dan menjual dengan volume yang lebih tinggi. Umumnya menjual merek nasional, bukan barang bermutu rendah. Pengeceran diskon telah bergerak dari barang dagangan umum ke khusus, seperti toko diskon alat-alat olah raga, toko elektronik,

24 12 dan toko buku (Kaikati, 1985). g. Pengecer Potongan Harga Pengecer potongan harga membeli pada harga yang lebih rendah daripada harga grosir dan menetapkan harga pada konsumen lebih rendah daripada harga eceran. Mereka cenderung menjual persediaan barang dagangan yang berubahrubah dan tidak stabil sering merupakan sisa, tidak laku, dan cacat yang diperoleh dengan harga lebih rendah dari produsen atau pengecer lainnya. Pengecer potongan harga telah berkembang pesat dalam bidang pakaian, aksesoris, dan perlengkapan kaki. h. Ruang Jual Katalog, yaitu toko yang menjual cukup banyak pilihan produk-produk dengan marjin tinggi, perputarannya cepat, bermerek, dengan harga diskon. Produk-produk yang dijual meliputi perhiasan, alat-alat pertukangan, kamera, koper, perkakas kecil, mainan, dan alat-alat olah raga. i. MOM & POP Store, yaitu toko berukuran relatif kecil yang dikelola secara tradisional, umumnya hanya menjual bahan pokok atau kebutuhan sehari-hari yang terletak di daerah perumahan atau pemukiman. Jenis toko ini dikenal sebagai toko kelontong. j. Mini Market yaitu toko berukuran relatif kecil yang merupakan pengembangan dari Mom & Pop Store, dimana pengelolaannya lebih modern, dengan jenis barang dagangan lebih banyak. 2. Bentuk Pemilikan Menurut bentuk pemilikannya, pengecer dapat digolongkan ke dalam dua kategori sebagai berikut: a. Independent store, yaitu toko yang tidak dimiliki oleh sekelompok orang, melainkan milik pribadi seseorang yang juga merupakan pimpinan dari toko tersebut. Dalam kategori ini, pengusaha lebih bebas dalam menentukan

25 13 kebijaksanaan dan strategi pemasarannya. b. Corporate chain store yaitu beberapa toko yang berada di bawah satu organisasi, dan dimiliki oleh sekelompok orang. Masing-masing toko menjual LP yang sama dan struktur distribusinya juga sama. 3. Penggunaan Fasilitas Pengecer dapat digolongkan menurut penggunaan fasilitas d alam memasarkan produk mereka ke konsumen, yakni toko pengecer dan pengecer tanpa toko. Toko pengecer dapat dijumpai di mana-mana, seperti yang telah disebut di atas. Sedangkan pengecer tanpa toko terdiri dari tiga jenis yaitu penjualan dari rumah ke rumah (door to door saleman), penjualan melalui pos (mail order selling) atau elektronik, dan penjualan dengan mesin otomatis (automatic vending machine). 4. Ukuran Toko Menurut ukuran toko, pengecer dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yakni pengecer kecil dan pengecer besar. Pembedaan ini dapat didasarkan pada banyak faktor, diantaranya volume penjualan, manajemen, kegiatan promosi, kondisi keuangan, pembagian tenaga kerja, fleksibilitas dalam operasi, integrasi horisontal dan vertikal, dan merek pengecer Peritel yang Berhasil Menurut Sopiah dan Syihabudin (2008), peritel yang berhasil adalah yang paling bisa menyesuaikan barang dan jasanya dengan permintaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perdagangan eceran adalah 7T (Tepat) yaitu : 1. Tersedianya barang yang tepat 2. Pada saat yang tepat 3. Di tempat yang tepat 4. Dalam kuantitas yang tepat 5. Dengan harga yang tepat

26 14 6. Penjualan dengan cara yang tepat 7. Dalam kualitas yang tepat Perilaku Konsumen dalam Retailing Menurut Sopiah dan Syihabudhin (2008), khusus dalam pembelian ritel terdapat pola perilaku tertentu pada konsumen, pola perilaku tersebut terbagi kedalam tujuh kategori, dimana masingmasing kategori bisa berubah urutannya. Pada dasarnya setiap manusia berbeda, perilakunya pun berbeda walaupun perilaku tersebut relatif sama. Pola perilaku tersebut sebagai berikut : 1. Perilaku sebelum pembelian (Pre-purchase) Pada tahap sebelum pembelian, ada dua tahapan perilaku konsumen, yaitu: a. Konsumen mencari informasi sebanyak-banyaknya dengan membaca koran, majalah, buletin, mendengarkan siaran radio, melihat TV, mencari informasi dari teman,orang tua, pramuniaga, dan lain-lain. b. Perilaku pada tahap kedua, konsumen berusaha mendapatkan uang, mengambil uang tunai di bank, mengambil uang di ATM, meminjam teman, menggunakan kartu kredit, atau menggunakan kartu debet bank tertentu. 2. Perilaku pembelian (Purchase) Ada lima tahap perilaku konsumen yaitu : a. Store contact Pada tahap ini, konsumen memilih lokasi belanja yang dirasa cocok, memasuki toko, dan memilih produk yang dicari. b. Product contact Pada tahap ini, konsumen memilih dan menemukan produk yang dicari, lalu membawanya ke kasir untuk melakukan pembayaran. c. Transaction Pada tahap ini, konsumen membayar barang yang telah di pilih di kasir dan membawa produk untuk dikonsumsi.

27 15 d. Consumption Pada tahap ini, konsumen menggunakan produk, membuang sisanya jika ada, dan melakukan pembelian ulang jika konsumen merasa puas. e. Communication Di tahap terakhir ini, konsumen memberikan informasi tentang produk yang baru dikonsumsi tersebut kepada orang lain, mengisi kartu garansi (jika ada) dan memberikan informasi tentang produk, harga, pelayanan, dan lain-lain kepada peritel Toko Serba Ada (Toserba) Toserba atau bisa juga disebut department stores adalah toko ritel yang memilki ragam lini produk yang banyak serta dikelompokkan sesuai kategori lini produknya, seperti pakaian, furniture, mainan, book, peralatan olah raga, dan perabot rumah tangga (Sopiah dan Syihabudin, 2008). Setiap lini beroperasi sebagai suatu departemen tersendiri yang dikelola oleh pembeli atau pedagang khusus. Beberapa department store yang masuk dalam industri ini kebanyakan memiliki tipe relatif sama dengan retailer lainnya, dengan lebih menekankan pada harga rendah serta sedikit layanan (low-price few-services). Department store telah mengubah keberadaan model layanan toko dan menambah beberapa layanan (counter). Kebanyakan dari toko tersebut membuka usaha dengan sistem sewa. Pemilik department store menyewakan outlet kepada pengusaha mandiri, yang akan membayar kepada pihak departemen berdasarkan persentase pendapatannya Transaksi Penjualan Setiap aktivitasnya toserba melakukan transaksi penjualan dan transaksi pembelian yang datanya ditampung dalam komputer. Transaksi penjualan merupakan aktivitas perusahaan yang menimbulkan perubahan terhadap posisi harta keuangan perusahaan

28 16 melalui kegiatan penjualan, begitu juga dengan transaksi pembelian yang dapat merubah harta perusahaan melalui pembelian kepada pemasok Data Mining Data mining merupakan suatu proses ekstraksi infomasi berguna dan potensial dari sekumpulan data yang terdapat secara implisit dalam suatu basis data. Menurut David Olson dan Yong Shi (2008), penggalian data sering disebut juga analisis data eksploratif. Data dalam jumlah besar yang diperoleh dari mesin kasir, pemindahan bar code dan dari berbagai data dalam perusahaan kemudian ditelaah, dianalisis, dihapus, dan dipakai ulang. Pencarian-pencarian dilakukan pada model-model yang berbeda untuk memprediksi penjualan, respon pasar, dan keuntungan. Perangkat penggalian data harus lincah, dapat diskalakan, dan dapat secara akurat memprediksi respon antara tindakan dan hasil, serta dapat secara otomatis diimplementasikan. Lincah (versatile) mengacu pada kemampuan perangkat untuk menerapkan banyak variasi model. Perangkat yang dapat diskalakan (scalable) secara tidak langsung berarti bahwa jika perangkat dapat berfungsi dengan kelompok data yang kecil, perangkat itu akan berfungsi untuk kelompok data yang besar. Penggalian data berkembang dengan cepat, mendatangkan banyak manfaat bagi bisnis, dua bidang aplikasi yang sangat menguntungkan adalah penggunaan segmentasi pelanggan oleh perusahaan-perusahaan pemasaran untuk mengidentifikasi mereka yang berpeluang lebih besar merespon bentuk-bentuk media pemasaran yang berbeda. Menurut IBM model data mining dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Verification Model Model ini menggunakan perkiraan (hypothesis) dari pengguna, dan melakukan tes terhadap perkiraan yang diambil sebelumnya dengan menggunakan data-data yang ada. Penekanan terhadap model ini adalah terletak pada user yang bertanggung jawab terhadap penyusunan perkiraan

29 17 (hypothesis) dan permasalahan pada data untuk meniadikan atau menegaskan hasil perkiraan (hypothesis) yang diambil. Sebagai contoh dalam bidang pemasaran, sebelum sebuah perusahaan mengeluarkan suatu produk baru ke pasaran, perusahaan tersebut harus memiliki informasi tentang kecenderungan pelanggan untuk membeli produk yang akan dikeluarkan. Perkiraan (hypothesis) dapat disusun untuk mengidentifikasi pelanggan yang potensial dan karakteristik dari pelanggan yang ada. 2. Discovery Model Model ini berbeda dengan verification model, dimana pada model ini sistem secara langsung menemukan informasi-informasi penting yang tersembunyi dalam suatu data yang besar. Data-data yang ada kemudian dipilih untuk menemukan suatu pola, trend yang ada, dan keadaan umum pada saat itu tanpa adanya campur tangan dan tuntutan dari pengguna. Pada data-data yang ada selanjutnya diadakan proses pencarian tanpa adanya proses perkiraan (hypothesis) sebelumnya. Sampai akhirnya semua pelanggan dikelompokan berdasarkan karakteristik yang sama. Efektivitas diperoleh dalam data mining, seseorang harus melakukan evaluasi kebutuhan dan memperhitungkan tantangan-tantangan apa saja yang mungkin dihadapinya dalam mengembangkan suatu teknik data mining. Halhal yang harus diperhatikan untuk memperoleh efektifitas tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Penanganan berbagai tipe data 2. Efisiensi dari algoritma data mining 3. Kegunaan, kepastian dan keakuratan hasil 4. Ekspresi terhadap berbagai jenis hasil 5. Memperoleh informasi dari sumber-sumber data yang berbeda 6. Proteksi dan keamanan data Kebutuhan akan data mining semakin dirasakan dalam berbagai bidang. Data mining bersifat dependen terhadap aplikasi terkait, ini berarti untuk aplikasi basis data yang berbeda, teknik data mining yang digunakannya mungkin juga akan berbeda. Hal ini dikarenakan terdapat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode pencarian informasi,

30 18 sehingga kita harus menyesuaikan antara keperluan dan kebutuhan akan informasi dengan penerapan teknik pencarian yang akan digunakan. Penggalian data sangat efektif dalam banyak bidang bisnis. Kuncinya adalah menemukan informasi yang dapat ditindaklanjuti (actionable), atau informasi yang dapat dimanfaatkan dalam cara yang kongkrit untuk meningkatkan keuntungan. Beberapa pengaplikasian yang paling awal adalah dalam bisnis ritel, terutama dalam bentuk analisis keranjang belanja dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Bidang Aplikasi Penggalian Data Bidang Aplikasi Aplikasi Spesifik Bisnis ritel Penempatan berdasarkan Posisi produk secara efektif afinitas Penjualan silang (crossselling) Mencari lebih banyak produk untuk pelanggan Perbankan Manajemen pelanggan (CRM) hubungan Identifikasi nilai pelanggan, mengembangkan program untuk memaksimalkan pendapatan Manajemen Kartu Kredit Lift Churn Mengidentifikasi segmen pasar yang efektif Mengidentifikasi perpindahan pelanggan ke pesaing Asuransi Deteksi penipuan Mengidentifikasi klaim mencurigakan yang perlu diselidiki Telekomunikasi Telemarketing Churn Informasi Online Membantu telemarketer dengan akses data yang lebih mudah Manajemen Sumber Daya Manusia Churn Mengidentifikasi potensi perpindahan karyawan Penggalian data menawarkan informasi prediktif yang sangat berharga kepada bisnis ritel (secara umum) dan toko barang kebutuhan sehari-hari (secara spesifik) dari sejumlah besar data. Penempatan berdasarkan afinitas (affinity positioning) berdasarkan pada identifikasi produk yang mungkin ingin dibeli oleh pelanggan yang sama, oleh karena itu secara pemasaran masuk akal jika menempatkan kedua barang tersebut secara berdekatan. Penjualan silang (cross-selling) merupakan konsep yang terkait, pengetahuan

31 19 tentang produk mana yang sering terjual bersamaan dapat digunakan dengan cara memasarkan produk komplementernya. Toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari melakukannya dengan menentukan posisi lokasi rak produk tersebut. Toko ritel yang mengandalkan iklan dapat mengirim iklan untuk menjual kemeja dan dasi kepada mereka yang baru saja membeli jas. Strategi-strategi ini telah lama digunakan oleh toko-toko ritel yang cerdik, namun penggalian data menyediakan kemampuan untuk mengidentifikasi afinitas produk yang tidak terduga dan kesempatan untuk penjualan silang Proses Penggalian Data dan Penemuan Pengetahuan Proses standar industri yang sering digunakan berisi rangkaian langkah yang biasanya dilakukan dalam penggalian data (Cross Industry Standard Process for Data Mining CRISP-DM) yang digunakan secara luas di kalangan industri. Model ini terdiri atas enam tahap yang merupakan sebuah proses siklus sebagai berikut : 1. Pemahaman bisnis (business understanding). Pemahaman bisnis meliputi penetapan tujuan bisnis, penilaian situasi terkini, penetapan tujuan penggalian, dan pengembangan rencana proyek. 2. Pemahaman data (data understanding). Tujuan bisnis dan rencana proyek ditetapkan, kemudian pemahaman data, mempertimbangkan data yang dibutuhkan. Langkah ini bisa meliputi pengumpulan data awal, deskripsi data, eksplorasi data, dan verifikasi kualitas data. Eksplorasi data seperti peninjauan statistik rangkuman (yang meliputi tampilan visual variabeivariabel kategorik) bisa terjadi pada akhir tahap ini. Model-model seperti analisis pengelompokan (cluster analysis) dapat pula diterapkan dalam tahap ini, dengan tujuan mengidentifikasi pola dalam data tersebut. 3. Persiapan data (data preparation). Sumber data yang tersedia telah diidentifikasi, kemudian sumber data tesebut perlu diseleksi, dibersihkan, dibangun kedalam wujud yang dikehendaki, dan di bentuk. Pembersihan dan transformasi data dalam persiapan pembuatan model data perlu dilakukan pada tahap ini. Eksplorasi data secara lebih mendalam juga dapat diterapkan dalam tahap ini, dan penggunaan model-model tambahan

32 20 sekali lagi memberikan peluang untuk melihat berbagai pola berdasarkan pemahaman bisnis. 4. Pembuatan model (modeling). Metode penggalian data, seperti visualisasi (penggambaran data dan penetapan hubungan) serta analisis pengelompokan (untuk mengidentifikasi variabel mana yang berhubungan satu sama lain) bermanfaat bagi analisis awal. Begitu pemahaman data yang lebih luas diperoleh (sering kali melalui pengenalan pola yang dipicu dengan melihat output model), model-model lebih terinci yang sesuai dengan jenis data tersebut dapat diterapkan. Penggalian data ke dalam data latihan dan data uji juga diperlukan untuk pembuatan model. 5. Evaluasi (evaluation). Hasil model sebaiknya dievaluasi dalam konteks tujuan bisnis yang ditetapkan pada tahap awal (pemahaman bisnis). Hal ini akan mengarahkan pada identifikasi CRISP-DM sebelumnya. Perolehan pemahaman bisnis merupakan prosedur berulang dalam penggalian data, dimana hasil dari beragam visualisasi, fakta statistik, dan metode kecerdasan buatan menunjukan hubungan-hubungan baru kepada pengguna yang memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai operasi perusahaan. 6. Pelaksanaan (deployment). Penggalian data dapat digunakan baik untuk membuktikan hipotesis sebelumnya, ataupun untuk penemuan pengetahuan (pengidentifikasian hubungan yang tidak terduga dan bermanfaat). Melalui pengetahuan yang ditemukan dalam tahap awal CRISP-DM, model yang kuat dapat diperoleh yang mungkin kemudian dapat diterapkan pada kegiatan bisnis untuk berbagai keperluan, termasuk memprediksi atau mengidentifikasi situasi-situasi penting Teknik-teknik Penggalian Data Menurut David Olson dan Yong Shi (2008), penggalian data dapat dilakukan menggunakan Asosiasi, Klasifikasi, Pengelompokan, Prediksi, Pola-pola sekuensial, dan Urutan Waktu Serupa (Similar Time Sequences). Jenis penggalian data tersebut adalah : 1. Asosiasi (Association), hubungan hal tertentu dalam suatu transaksi data dengan hal lain dalam transaksi yang sama digunakan untuk memprediksi

33 21 pola. Sebagai contoh, jika seorang pelanggan membeli sebuah PC laptop (X), maka ia juga membeli sebuah mouse (Y) dalam 60 persen kejadian. Pola ini terjadi dalam 5,6 persen pembelian PC laptop. Aturan asosiasi dalam situasi ini bisa berupa X secara tidak langsung menyatakan Y, yang 60 persennya adalah faktor konfidensi dan 5,6 persennya adalah faktor dukungan. Jika faktor konfidensi (confidence factor) dan faktor dukungan (support factor) dilambangkan dengan masing-masing variabel linguistik tinggi dan rendah aturan asosiasi tersebut dapat ditulis secara berurutan dalam bentuk logika samar (fuzzy logic), seperti : jika fakor dukungan rendah, X secara tidak langsung menyatakan bahwa Y tinggi. Kasus dengan banyak variabel kualitatif, asosiasi fuzzy merupakan teknik yang dibutuhkan dan menjanjikan keberhasilan dalam penggalian data. 2. Klasifikasi (Classification), metode-metodenya ditunjukan untuk pembelajaran fungsi-fungsi berbeda yang memetakan masing-masing data terpilih ke dalam salah satu dari kelompok kelas yang telah ditetapkan sebelumya. Dua masalah penelitian utama yang berkaitan dengan hasil klasifikasi adalah evaluasi kesalahan klasifikasi dan kekuatan prediksi. Teknik-teknik matematika yang sering kali digunakan untuk membangun metode-metode klasifikasi adalah pohon keputusan biner, jaringan saraf tiruan, pemograman linier, dan statistik. 3. Analisis pengelompokan (Cluster Analysis), pengambilan data yang belum dikelompokan dengan menggunakan teknik-teknik otomatis untuk menempatkan data-data ke dalam berbagai kelompok. Pengelompokan ini tidak membutuhkan kelompok pembelajaran (unsupervised). 4. Analisis prediksi (Prediction Analysis) berhubungan dengan teknik-teknik regresi. Ide utama dari analisis prediksi adalah untuk menemukan hubungan antara variabel bebas dan terkait, hubungan antara variabelvariabel bebas (satu terhadap yang lainnya, satu terhadap sisanya, dan seterusnya). 5. Analisis pola sekuensial (sequential pattern analysis) mencoba untuk menemukan pola-pola serupa dalam transaksi data selama suatu periode

34 22 bisnis. Pola-pola ini dapat digunakan oleh analis bisnis untuk mengidentifikasi hubungan antar data Analisis Keranjang Belanja (Market Basket Analysis) Fungsi association rules seringkali disebut dengan analisis keranjang belanja (Market Basket Analysis) yang digunakan untuk menemukan relasi atau korelasi diantara himpunan item-item. Analisis keranjang belanja adalah analisis dari kebiasaan membeli customer dengan mencari asosiasi dan korelasi antara item-item berbeda yang diletakan customer dalam keranjang belanjanya. Megaputer (2007), mengemukakan Analisis Keranjang Belanja (Market Basket Analysis), atau MBA merupakan salah satu tipe analisis data yang paling sering digunakan dalam dunia pemasaran. Tujuan dari MBA adalah untuk menentukan produk-produk (jasa) apa saja yang paling sering dibeli atau digunakan sekaligus oleh para pelanggan. Istilah analisis ini sendiri datang dari kejadian yang sudah sangat umum terjadi di dalam supermarket, yaitu ketika para pelanggan memasukan semua barang yang mereka beli ke dalam keranjang (market basket) yang umumnya telah disediakan oleh pihak supermarket itu sendiri. Menurut David Olson dan Yong Shi (2008), Analisis Keranjang Belanja mengacu pada berbagai metodologi yang mempelajari komposisi keranjang belanja yang terdiri atas produk-produk yang dibeli pada satu kejadian belanja. Teknik ini telah dikembangkan dalam berbagai operasi pasar swalayan. Data keranjang belanja dalam bentuknya yang paling mentah adalah daftar transaksi pembelian oleh pelanggan, yang mengindikasikan hanya barang-barang yang di beli bersamaan. Data ini menantang karena beberapa hal : 1. Jumlah datanya besar (biasanya jutaan transaksi pertahun) 2. Pembagiaannya luas (setiap keranjang belanja hanya mengandung sebagian kecil dari benda-benda yang dijual) 3. Heterogenitas (orang-orang dengan selera yang berbeda cenderung sekelompok barang yang spesifik)

35 23 Albion Research (2007), mengemukakan Informasi mengenai produkproduk yang biasanya dibeli secara bersama-sama oleh para pelanggan dapat memberikan wawasan tersendiri bagi para pengelola toko atau swalayan untuk menaikkan laba bisnisnya. Misalnya, seorang manajer toko bisa saja memanfaatkan informasi seperti ini untuk menempatkan produk-produk yang umumnya dibeli bersama-sama ke dalam sebuah area yang berdekatan jaraknya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan mayoritas pembeli agar semakin senang membeli beberapa produk berlainan sekaligus. Informasi ini juga dapat digunakan untuk menyampaikan ide mendasar dari market basket analysis, dimulai dengan melihat gambar keranjang belanja yang berisi bermacam-macam barang-barang yang dibeli oleh seseorang di sebuah supermarket. Keranjang ini berisi bermacam-macam barang-barang seperti orange juice, pisang, soft drink, pembersih jendela, dan detergent. Sebuah keranjang memberitahukan kepada kita tentang apa saja yang dibeli oleh seorang konsumen dalam satu waktu. Sebuah daftar belanjaan yang lengkap yang diperoleh dari semua konsumen memberikan kita informasi yang sangat banyak, dan ini dapat menjelaskan barang-barang apa saja yang paling penting dari bisnis penjualan yaitu jenis barang dan kapan konsumen membeli. Setiap konsumen membeli seperangkat barang-barang yang berbeda, dalam jumlah yang berbeda, dan dalam waktu yang berbeda. Market Basket Analysis menggunakan informasi apa yang dibeli oleh konsumenkonsumen untuk menyediakan tanda atau informasi yaitu siapa mereka dan mengapa mereka melakukan pembelian tersebut. Market Basket Analysis juga menyediakan pengertian tentang barang dagangan dengan memberitahukan kepada kita produk-produk mana yang memungkinkan untuk dibeli secara bersamaan dan produk mana yang lebih disetujui untuk di promosikan. Informasi ini dapat digunakan dalam menentukan tata letak rak toko, menetapkan produk-produk mana yang akan diletakan dalam tempat yang khusus, untuk mengidentifikasi ketika persoalannya berpasangan atau kupon (issue coupons), dan lain sebagainya. Market Basket Analysis menawarkan sekumpulan permasalahan bisnis yang

36 24 berkaitan untuk mengetahui point of sale dari data transaksi. Teknik yang umum digunakan adalah assosiation rules. Fungsi ini paling banyak digunakan untuk menganalisa data dalam rangka keperluan strategi pemasaran, desain catalog, dan proses pembuatan keputusan bisnis. Tipe association rules dapat dinyatakan dengan contoh : 70 persen dari orang-orang yang membeli mie, juice, dan saus akan membeli juga roti tawar. Aturan asosiasi mengcapture item atau kejadian dalam data berukuran besar yang berisi data transaksi. Tiga level dari Market Basket Data, Market Basket Data adalah data transaksi yang menjelaskan tiga perbedaan entitas yang mendasar yaitu : 1. Customers. 2. Orders atau pembelian (bisa juga pembelian, atau keranjangan, atau dalam akademik kertas). 3. Items (barang-barang). Struktur data dari market basket data dalam sebuah relational database, sering terlihat sama. Data struktur ini didalamnya terdapat empat entitas yang penting sebagai informasi bagi pihak supermarket (Gambar 1). COSTUMER Costumer ID Nama Alamat dll ORDER Order ID Costumer ID Tanggal pesan Jenis pembayaran Jumlah nilai Tanggal pengiriman Biaya pengiriman dll LINE TIME Line time ID Order ID Produk ID Jumlah Harga per unit Biaya per unit Gif t warp flag Taxable flag dll PRODUK Produk ID Kategori Subkategori Penjelasan dll Gambar 1. Struktur Data dari Market Basket Data

37 25 Permintaan adalah struktur paling fundamental untuk market basket data. Permintaan dapat berupa kejadian suatu pembelian oleh costumer. Pembelian juga dapat dilakukan melalui web site, grosir, ataupun dari catalog. Semua termasuk dalam pembelian, pembelian tambahan, tipe dari pembayaran, dan data lain yang termasuk dalam transaksi. Beberapa transaksi diberikan identitas khusus, namun ada beberapa identitas khusus tersebut harus digabungkan dengan data yang lainnya. Kita perlu mengkombinasikan empat lahan untuk mendapatkan empat identitas khusus untuk penjualan di toko. Waktu dinilai ketika customer membayar, chain ID, store ID dan line ID. Barang dalam suatu pembelian digambarkan dalam line items. Data ini termasuk harga pembayaran barang, jumlah barang, pajak yang harus dibayar, mungkin juga harga (yang digunakan untuk penghitungan margin) Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah Handojo Andreas (2007), dengan judul aplikasi data mining untuk meneliti asosiasi pembelian item barang di supermarket dengan metode Market Basket Analysis. Penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa aplikasi data mining mampu mengolah data transaksi yang disediakan oleh user untuk menemukan frequent itemset dan association rule yang memenuhi syarat minimum support berdasarkan item yang ada dalam bentuk grafik dan teks. Aplikasi ini memberitahukan asosiasi barang apa saja yang sering dibeli bersamaan oleh konsumen di supermarket yang nantinya informasi ini dapat memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan guna pembelian barang dan pengaturan pada rak supermarket. Penelitian yang dilakukan oleh Gregorius Satia Budhi (2007), Peneliti berkeinginan untuk mengatasi permasalahan absensi tersebut dengan memanfaatkan metode Data Mining, khususnya metode Market Basket Analysis, untuk menganalisa database absensi elektronik secara otomatis, guna mendeteksi dan menemukan informasi tentang pegawai-pegawai yang seringkali melaukan absensi dalam waktu yang sangat berdekatan. Asumsi dari pemikiran ini adalah bila pada data absensi ditemukan pola atau pattern dengan frekuensi cukup tinggi tentang dua atau lebih pegawai yang absen

38 26 dalam waktu yang hampir bersamaan dalam kurun waktu tertentu, besar kemungkinan dalam realitasnya, pegawai yang melakukan absen hanya satu orang sedangkan lainnya titip absen kepada pegawai tersebut.

39 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Sejak berkembangnya pasar retail modern di Indonesia, semakin banyak ritel yang melakukan berbagai usaha demi mempertahankan usahanya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk dapat mempertahankan bisnis ritel ini adalah dengan meningkatkan dan mempertahankan tingkat pertumbuhan penjualannya. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan volume penjualan tersebut adalah dengan memahami dan mengetahui pola perilaku belanja konsumen. Hampir semua supermarket menggunakan komputerisasi dalam penyimpanan data penjualan dan pembelian, sehingga akan dihasilkan banyak data transaksi. Data transaksi tesebut dapat digunakan sebagai sumber informasi penting dalam mempertahankan keberadaan usaha tersebut. Pengetahuan tentang pola perilaku belanja tersebut dapat diketahui dengan menngunakan analisis keranjang belanja (Market Basket Analysis). Analisis ini merupakan salah satu metode dalam penambangan data (data mining) yang bertujuan untuk menemukan produk-produk yang sering dibeli bersamaan dari data transaksi, yang dapat dimanfaatkan untuk menyusun tata letak sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan bagi konsumen dalam melakukan pembelian, dan dapat meningkatkan kemungkinan munculnya keinginan membeli (impulse buying). Alat analisis yang digunakan adalah algoritma apriori. Algoritma ini merupakan algoritma analisis keranjang pasar yang digunakan untuk menghasilkan aturan asosiasi, dengan pola if-then. Algoritma apriori menggunakan pendekatan terative yang dikenal dengan level-wise search, dimana k-kelompok produk digunakan untuk mengeksplorasi (k+1)- kelompok produk atau (k+1)-itemset [2]. Kerangka pemikiran penelitian terjabar pada gambar 2. Alat analisis yang digunakan adalah algoritma apriori yang sebelumnya di bantu oleh Microsoft office excel 2007 dan minitab 14. Algoritma ini merupakan algoritma analisis keranjang pasar yang digunakan untuk menghasilkan aturan asosiasi, dengan pola if-then

40 28 Persaingan Usaha Ritel Toserba Yogya Banjar Data Transaksi Market Basket Analysis Pola berupa produk-produk yang sering dibeli bersamaan (asosiasi produk) Implikasi Manajerial Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian 3.2. Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Toserba Yogya Banjar yang berlokasi di Jl. Letnan Jendral Suharto No. 38 Banjar Adapun penelitian dilakukan pada bulan Januari-April Jenis dan Sumber data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan sumbernya adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data pelengkap data yang diperoleh dari pustaka dan literatur yang relevan

41 29 dengan penelitian baik dari internet, buku-buku, majalah dan bahan penunjang lainnya Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data penelitian yang telah dikumpulkan merupakan suatu cara untuk mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca dan ditafsirkan. Pengolahan data atau disebut juga proses pra-analisa mempunyai tahap-tahap sebagai berikut: 1. Selection merupakan proses memilih dan memisahkan data berdasarkan beberapa kriteria. 2. Preprocessing mempersiapkan data dengan cara membersihkan data, informasi atau field yang tidak dibutuhkan yang jika dibiarkan hanya akan memperlambat proses query. Biasanya memisahkan variabel yang diperlukan oleh peneliti yang tercakup dalam data yang sudah terkumpul atau dengan kata lain apakah semua variabel yang diperlukan sudah termasuk dalam data. Jika belum melalui tahap ini, berarti data yang terkumpul belum lengkap atau belum mencakup semua variabel yang sedang diteliti. 3. Transformation, data yang telah melalui proses select dan preprocessing tidak begitu saja langsung digunakan, tetapi ditransformasikan terlebih dahulu ke bentuk yang lebih navigable dan useable. 4. Data mining, tahap ini dipusatkan untuk mendapatkan pola dari data (extraction of data). 5. Interpretation and evaluation, proses pattern atau pola-pola yang telah diidentifikasi oleh system kemudian diterjemahkan atau di interprestasikan ke dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti untuk membentu pengambilan keputusan, misalnya menunjukan item yang saling berasosiasi melalui grafik atau bentuk lain yang lebih mudah dimengerti. Analisis data dilakukan dengan menggunakan algoritma apriori, algoritma ini merupakan algoritma analisis keranjang pasar yang digunakan untuk menghasilkan aturan asosiasi, dengan pola if-then.

42 30 Implementasi dilakukan dengan menggunakan basis data sebagai penyimpan data hasil kombinasi sementara. Algoritma Apriori yang bertujuan untuk menemukan frequent itemset dijalankan pada sekumpulan data. Pada iterasi ke -k, akan ditemukan semua itemsets yang memiliki k items, disebut dengan k -itemsets. Selain itu fasilitas query dalam basis data juga dipakai sebagai alat untuk mengkombinasikan antar item dalam itemset Algoritma Apriori Algoritma apriori adalah algoritma analisis keranjang pasar yang digunakan untuk menghasilkan aturan asosiasi, dengan pola if-then. Persoalan association rule mining terdiri dari dua sub persoalan: 1. Menemukan semua kombinasi dari item, disebut dengan frequent itemsets, yang memiliki support yang lebih besar daripada minimum support. 2. Gunakan frequent itemsets untuk men-generate aturan yang dikehendaki. Misal, ABCD dan AB adalah frequent, maka didapatkan aturan AB CD jika rasio dari support (ABCD) terhadap support (AB) sedikitnya sama dengan minimum confidence. Aturan ini memiliki minimum support karena ABCD adalah frequent. Algoritma Apriori yang bertujuan untuk menemukan frequent itemsets dijalankan pada sekumpulan data. Pada iterasi ke -k, akan ditemukan semua itemsets yang memiliki k items, disebut dengan k - itemsets. Support dan confidence adalah dua ukuran kepercayaan yang menunjukan kepastian dan tingkat kegunaan suatu rule yang ditemukan. Pada umumnya association rule yang ditemukan dikatakan menarik apabila rule tersebut memenuhi baik minimum support maupun minimum confidence yang telah ditentukan. Support (A B) = P (A B) (1) Confidence (A B) = P(B A) Confidence (A B) =....(2)...(3)

43 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Toserba YOGYA Era generasi pertama ( ), cikal bakal YOGYA diawali dari sebuah toko batik yang bernama DJOGJA yang bertempat di jalan A. Yani Kosambi Bandung, dengan luas sekitar 100 m 2 dan karyawan berjumlah 8 orang, toko ini didirikan dan dikelola secara sederhana oleh Bapak Gondosasmito dan keluarga. Barang yang dijual sebatas batik dan perlengkapan Hari Raya, sehingga menyebabkan toko hanya ramai pada saat-saat tertentu (biasanya menjelang Hari Raya). Tahun , pengelolaan toko diserahkan kepada Bapak Boedi Siswanto Basuki yang menikah dengan Ibu Tina Handayani, Putri dari Bapak Gondosasmito. Perubahan strategi dilakukan oleh Bapak Boedi dengan menambah variant barang penjualan, bukan hanya batik tetapi dilengkapi dengan keperluan masyarakat sehari-hari. Seiring dengan itu, toko semakin berkembang dan penulisan namanya menjadi YOGYA. Era generasi kedua Tahun 1978, rencana pembangunan dan pengembangan toko dimulai dengan diketemukannya lokasi di Jalan Sunda No. 60 dengan luas sekitar 1000 m 2. Pada tanggal 28 Oktober 1982, sebuah Toserba YOGYA yang baru dengan luas toko sekitar 200 m 2 di bangun dan dibuka di Jalan Sunda No. 60 dengan store Manager Bapak Boedi Siswanto Basuki yang membawahi 40 orang karyawan. Selanjutkan tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai hari lahir Toserba YOGYA yang diperingati setiap tahunnya. Era generasi ketiga dimulai pada bulan Juni 1998, Bapak Boedi Siswanto Basuki menyerahkan pengelolaan kepada para professional yang telah dibina beliau, dimana Bapak Susanto Wibowo ditunjuk sebagai Presiden Direktur dan Bapak Boedi lebih berperan sebagai penasehat serta pemberi motivasi bagi manajemen YOGYA. Pada Mei 1998, mendung menyelimuti keluarga besar YOGYA saat dua cabang

44 32 yang telah didirikan di Jakarta (Central Klender Plaza dan Daan Mogot Mall) terbakar dalam kerusuhan. Pada tanggal 16 Februari 2000 APRINDO melalui Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI menganugerahkan APRINDO Award kepada Bapak Boedi Siswanto Basuki sebagai salah satu perintis ritel di Indonesia. Selama tahun , dengan kondisi persaingan ritel yang semakin dinamis, Toserba YOGYA terus tumbuh sebagai salah satu perusahaan ritel yang cukup ternama. Setiap tahunnya, Toserba YOGYA merencanakan pembukaan toko baru di berbagai daerah, terutama wilayah Jawa Barat. Toserba YOGYA melakukan ekspansi usaha dan hadir di Cirebon, Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, Sumedang, Kuningan, Jakarta, Indramayu, Majalaya, Garut, Subang, Majalengka, Purwakarta, Ciamis, Pamanukan, Banjar, Jamblang, Jatibarang, dan Banjaran. YOGYA group dengan nama PT Akur Pratama memiliki luas area toko yang bervariasi sehingga menyebabkan adanya pembagian kategori toko yaitu: Toserba YOGYA, Toserba GRIYA dan Pasaraya YOGYA. Sampai saat ini sudah berdiri 54 cabang yang dibagi ke dalam 9 wilaya Regional yairu: 1. Regional 1 (GRIYA Buah Batu,YOGYA Sunda 60, GRIYA Hemat Sukarno Hatta, YOGYA Kopo Permai, GRIYA Sumber Sari, GRIYA Lembang, GRIYA Margahayu, GRIYA Banjaran. Regional Manager : Eddie Budianto 2. Regional 2 (Bandung Indah Plaza, GRIYA Jatinangor, YOGYA Kosambi, GRIYA Pahlawan, GRIYA Dinasti, GRIYA Antapani, GRIYA Ujung Berung, GRIYA Cicalengka, GRIYA Sumedang) Regioal Manager : Hendra Gunawan 3. Regional 3 (YOGYA Kepatihan, YOGYA Sentra Sari, YOGYA Caihampelas, GRIYA Setiabudi) Regional Manager : Tunggul Waskito Aji 4. Regional 4 (GRIYA Cimanuk, GRIYA Arcamanik, GRIYA Ranca Bolang, GRIYA Tanjung Sari, GRIYA Kopo Mas) Regional Manager : Ruddy Atmaja

45 33 5. Regional 5 (YOGYA Tasikmalaya, YOGYA Mitra Batik, YOGYA Garut, YOGYA Ciamis, YOGYA Banjar, YOGYA Majenang) Regional Manager : H. Uus Kusnadi 6. Regional 6 (YOGYA Grand Cirebon, YOGYA Siliwangi, YOGYA Rajawali, GRIYA Kuningan, GRIYA Jamblang, GRIYA Majalengka) Reginoal Manager : Heri Mandala 7. Regional 7 (YOGYA Indramayu, GRIYA Jatibarang, YOGYA Subang, YOGYA Pamanukan, YOGYA Purwakarta. Regional Manager : Lizandre Thomas Noya 8. Regional 8 (YOGYA Mangga Dua, YOGYA Bogor, YOGYA Bogor Indah Plaza, YOGYA Sukabumi, YOGYA Pondok Bambu) Regional Manager : Charlie Rusli 9. Regional 9 (YOGYA Riau, YOGYA Cihampelas) Regional Manager : Lilik Mawarwati Sejarah Toserba YOGYA Cabang Banjar Toserba YOGYA Banjar merupakan cabang YOGYA Departement Store yang ke 43. Terletak di Jalan Letnan Jenderal Suwarto No. 36 di Kompleks Pertokoan di pusat kota Banjar. Toserba YOGYA Banjar menempati areal seluas 800 m 2 bertingkat dua, lantai bawah diperuntukkan untuk supermarket sedangkan lantai atas diperuntukkan untuk fashion atau pakaian. Kondisi fisik bangunan pada saat buka tanggal 12 Oktober 2004, baru selesai 75% dari peruntukkan. Lantai atas 25% ruangan digunakan untuk ruang administrasi dan gudang departemen Fashion, Food dan General Marchandising (GMS). Pada tahun 2007 pembangunan sudah selesai dengan pembagian lantai 1 digunakan untuk Supermarket, Gudang Food, Ruang Personalia, dan Ruang Buyer, sedangkan untuk lantai 2 digunakan untuk Fashion, Cafetaria, Game Master, Gudang Non Food dan General Marchandising (GMS,) Ruang Keuangan, Electronic Data Processing (EDP) dan Ruang Store Manager.

46 34 Personil (staff) Toserba YOGYA Banjar. Stuktur Organisasi dapat dilihat pada Lampiran Bp. Budi Santosa. (Store Manager) 2. Ignatius Riagung Tri. (General Marchandising) 3. Esih D. (Staff Finance) 4. Felix Radhitya. (Supervisor Non Food) 5. Erni L. S. (Buyer) 6. Aan E. (Supervisor Fresh Food) 7. Rinto S. (Supervisor Fashion) 8. Aceng J. (Supervisor Food) 9. Rina W. (Supervisor Fashion) 10. Yoga (Staff Receiving Goods) Total karyawan yang ada di Toserba YOGYA Banjar sebanyak 87 orang. Toserba YOGYA Banjar dipimpin oleh seorang Store Manager. Store Manager ini membawahi enam orang supervisor divisi, yaitu Supervisor Finance, Supervisor Food, Supervisor Non food, Supervisor Fresh, Supervisor General Merchandising (GMS), dan Supervisor Receiving. Untuk divisi Food, Non Food, Fresh, dan General Merchandising (GMS) membawahi service crew (pramuniaga), sedangkan divisi keuangan membawahi administrasi keuangan dan kasir, divisi receiving membawahi administrasi receiving dan service crew (pelaksana gudang) Visi dan Misi Perusahaan Toserba YOGYA juga memiliki visi dan misi agar tujuan perusahaan mereka dapat tercapai dengan baik dan terarah. Visi Tetap Menjadi Pilihan Utama (pilihan utama bagi konsumen, mitra usaha, pasar tenaga kerja, shareholder, maupun masyarakat dan pemerintah di tengah berbagai alternatif pilihan dan persaingan usaha). Misi Setia Memenuhi Kebutuhan Masyarakat dengan corporate culture : Maju dengan Karya Bersama serta moral filosofi : Jujur, Setia, dan Rendah Hati. YOGYA group selalu berusaha mewujudkan kepuasan bagi konsumen dengan menyediakan produk berkualitas, layanan yang

47 35 unggul, dan akrab bersahabat serta dalam suasana belanja yang menyenangkan Kategori Produk Toserba YOGYA Banjar merupakan usaha ritel yang menyediakan berbagai jenis barang seperti peralatan rumah tangga, makanan dan minuman, serta pakaian. Secara umum, produk yang terdapat di Toserba YOGYA Banjar dikategorikan dalam lima kelompok, yaitu Fresh, Food, Non food, General Merchandising (GMS), dan Fashion. Pengelompokkan ini dilakukan untuk memudahkan dalam mengelola produk dan juga untuk memudahkan konsumen dalam mencari dan memilih produk yang akan dibeli. Produk yang termasuk ke dalam kategori Fresh adalah produk-produk yang memiliki masa kesegaran cukup singkat, adalah sayur-sayuran, buah-buahan, ikan, daging, daily and dairy. Produk yang termasuk dalam kategori Food merupakan produkproduk kebutuhan sehari- hari yang dapat dimakan, makanan dan minuman ringan, sembako, susu bubuk, bumbu masak. Produk Nonfood yang merupakan produk kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat dimakan, deterjen, peralatan mandi, kosmetik atau alat kecantikan. Produk General Merchandising (GMS) merupakan produk-produk tahan lama dan tidak memiliki masa kadaluarsa. Produk GMS diantaranya, mainan, alat tulis / stationery, perlengkapan rumah tangga, produk fashion Segmentation, Targeting, Positioning Toserba YOGYA Segmen pasar konsumen Toserba YOGYA Banjar merupakan seluruh masyarakat kota Banjar, segmentasi ini menguntungkan bagi pihak toserba yang merupakan satu-satunya Toserba karena menciptakan potensi pasar yang besar, akan menghasilkan biaya yang lebih rendah atau marjin yang lebih tinggi. Toserba menentukan pasar sasaran atau targetting dengan memutuskan beberapa segmen pasar yang akan dicakup, lalu memilih segmen mana yang akan dilayani. Targeting yang dilakukan oleh Toserba YOGYA

48 36 seluruh pasar atau semua orang dengan membidik konsumen semua kalangan, karena YOGYA menyediakan kebutuhan sehari-hari dengan harga terjangkau. Toserba YOGYA memposisikan tokonya sebagai toko yang menjadi pilihan utama untuk para konsumennya, karena Toserba memberikan kepuasan kepada konsumen, dengan menyediakan produk-produk berkualitas, memberikan layanan unggul, akrab, bersahabat dengan suasana pelayanan yang menyenangkan Aplikasi Analisis Keranjang Belanja (Market Basket Analysis) Analisis keranjang belanja (Market basket analysis), atau MBA merupakan salah satu tipe analisis data yang paling sering digunakan dalam dunia pemasaran. Tujuan dari MBA adalah untuk menentukan produk-produk (jasa) apa saja yang paling sering dibeli atau digunakan sekaligus oleh para pelanggan. Istilah analisis ini sendiri datang dari kejadian yang sudah sangat umum terjadi di dalam supermarket, yaitu ketika para pelanggan memasukan semua barang yang mereka beli ke dalam keranjang (market basket) yang umumnya telah disediakan oleh pihak supermarket itu sendiri (Megaputer, 2007). Informasi mengenai produk-produk yang biasanya dibeli secara bersama-sama oleh para pelanggan dapat memberikan wawasan tersendiri bagi para pengelola toko atau swalayan untuk menaikkan laba bisnisnya. Misalnya, seorang manajer toko bisa saja memanfaatkan informasi seperti ini untuk menempatkan produk-produk yang umumnya dibeli bersama-sama ke dalam sebuah area yang berdekatan jaraknya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan mayoritas pembeli agar semakin senang membeli beberapa produk berlainan sekaligus. Informasi ini juga dapat digunakan untuk menyampaikan ide mendasar dari Market Basket Analysis, dimulai dengan melihat gambar keranjang belanjaan yang berisi bermacam-macam barangbarang yang dibeli oleh seseorang disebuah supermarket Market Basket Analysis juga menyediakan pengertian tentang barang dagangan dengan memberitahukan kepada kita produk-produk mana yang memungkinkan untuk dibeli secara bersamaan dan produk mana yang lebih disetujui untuk di promosikan. Informasi ini dapat digunakan dalam

49 37 menentukan tata letak rak toko yang baru, menetapkan produk-produk mana yang akan diletakan dalam tempat yang khusus, mengidentifikasi ketika persoalannya berpasangan/kupon (issue coupons), dan lain sebagainya. Market Basket Analysis menawarkan sekumpulan permasalahan bisnis yang berkaitan untuk mengetahui point of sale dari data transaksi Toserba YOGYA (Lampiran 2). Fungsi ini paling banyak digunakan untuk menganalisa data dalam rangka keperluan strategi pemasaran, desain catalog, dan proses pembuatan keputusan bisnis. Aturan asosiasi mengcapture item atau kejadian dalam data berukuran besar yang berisi data transaksi. Kemajuan teknologi yang semakin canggih membuat data penjualan dapat disimpan dalam jumlah besar yang disebut dengan basket data. Hasil pengolahan data transaksi penjualan (Lampiran 3) selama satu bulan (28 hari) berupa informasi produk, promosi, diskon dan waktu pembelian di Toserba YOGYA Banjar dengan menggunakan algoritma apriori untuk masalah penggalian kaidah asosiasi kuantitatif akan menghasilkan kaidah asosiasi yang bisa menjadi informasi penting bagi Toserba YOGYA Kaidah Asosiasi pada Item-item Penjualan Analisis pertama yang dilakukan menggali pengaruh waktu terhadap penjualan suatu produk. Hasil analisis pengaruh waktu terhadap jumlah penjualan jeruk dan mie dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Support_count untuk kandidat 1 itemset 1 itemset Support Support (%) Count Jeruk ,63 Mie ,37 T ,19 T ,20 T ,61 Ketarangan : T1 : Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB T2 : Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB T3 : Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB

50 38 Berdasarkan Tabel 3 terdapat nilai support yang menunjukkan persentasi item jeruk, mie, dan waktu pembelian yang muncul dari semua transaksi yang mengandung jeruk, mie, jeruk dan mie. Jumlah transaksi penjualannya sebanyak 4209 transaksi. Nilai support untuk jeruk adalah 49,63% yang berarti bahwa 49,63% dari seluruh transaksi yang terjadi mengandung item jeruk, sedangkan nilai support untuk mie adalah 50,37% yang berarti bahwa 50,37% dari seluruh transaksi yang terjadi mengandung item mie. Perbandingan nilai kedua item tersebut menunjukkan bahwa pembelian untuk item mie lebih banyak dari pada pembelian item jeruk. Konsumen berbelanja pada waktu yang berbeda-beda, dari tabel dapat terlihat Toserba YOGYA banyak didatangi konsumen untuk berbelanja pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB), karena nilai support yang dihasilkan sebesar 37,61%. Jika dibandingkan dengan T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB) 27,20%, dan T1 (Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB) 35,19% karena nilai support keduanya lebih rendah. Tabel dibawah, menunjukkan kandidat untuk 2itemset dengan menentukan support_count, untuk kandidat frequent 2 itemset (Tabel 4). Tabel 4. Support count untuk kandidat 2 itemset produk dan waktu pembelian T1 T2 T3 2itemset Support Support Support Support Support Support Count (%) Count (%) Count (%) Jeruk , , ,68 Mie , , ,93 Berdasarkan Tabel 4 terdapat nilai support waktu pembelian dengan jeruk dan nilai support waktu pembelian dengan mie. Nilai support yang dihasilkan antara waktu pembelian dengan jeruk yang paling tinggi adalah jeruk banyak dibeli pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) dengan nilai support 17,68% yang berarti bahwa 17,68% dari seluruh transaksi yang terjadi mengandung pembelian jeruk yang dilakukan pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB). Pembelian untuk mie banyak juga dilakukan pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) dengan nilai support 19,93%, yang berarti bahwa 19,93% dari seluruh

51 39 transaksi yang terjadi mengandung pembelian mie pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB). Menentukan kandidat untuk 3 itemset dengan menentukan support_count, yang akan memperlihatkan ketiga item yang saling berasosiasi (Tabel 5). Tabel 5. Support count untuk kandidat 3 itemset T1 Jeruk Mie 3itemset (T1) Support Count Support (%) Support Count Support (%) Jeruk , ,25 Mie 137 9, ,46 Berdasarkan Tabel 5 terdapat nilai support untuk waktu pembelian antara jeruk dan mie dibeli bersamaan (tidak memperhatikan urutan pembelian item) memiliki nilai support terkecil yaitu 18,50% (nilai support 9,25% dan nilai support 9,25%) yang berarti 18,50% dari semua transaksi yang terjadi mengandung jeruk dan mie yang dilakukan pada T1 (Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB), sedangkan untuk nilai support yang paling tinggi adalah pada pembelian mie pada T1 (Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB), sebesar 41,46% dibandingkan dengan pembelian jeruk pada T1 (Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB), sebesar 40,04%. Tabel 6. Support count untuk kandidat 3 itemset T2 Jeruk Mie 3itemset (T2) Support Count Support (%) Support Count Support (%) Jeruk , ,26 Mie 106 9, ,03 Berdasarkan Tabel 6 terdapat nilai support terkecil untuk waktu pembelian antara jeruk dan mie dibeli bersamaan (tidak memperhatikan urutan pembelian item) yaitu 18,52% (nilai support 9,26% dan nilai support 9,26%) yang berarti 18,52% dari semua transaksi yang terjadi mengandung jeruk dan mie yang dilakukan pada T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB). Sedangkan untuk nilai support yang paling tinggi adalah pada pembelian jeruk pada T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB),

52 40 sebesar 44,45% dibandingkan dengan pembelian mie pada T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB), sebesar 37,03%. Tabel 7. Support count untuk kandidat 3 itemset T3 Jeruk Mie 3-itemset Support Support Support Support (T3) Count (%) Count (%) Jeruk , ,855 Mie 156 9, ,150 Berdasarkan Tabel 7 terdapat nilai support terkecil untuk waktu pembelian antara jeruk dan mie dibeli bersamaan (tidak memperhatikan urutan pembelian item) yaitu 19,71% ( nilai support 9,855% dan nilai support 9,855%) yang berarti 19,71% dari semua transaksi yang terjadi mengandung jeruk dan mie yang dilakukan pada T3 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB). Sedangkan untuk nilai support yang paling tinggi adalah pada pembelian mie pada T3 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB), sebesar 43,150% dibandingkan dengan pembelian jeruk pada T3 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB), sebesar 37,140%. Tabel 8. Nilai support dan confidence dari kaidah asosiasi Frequent k- Kaidah Asosiasi Support (%) Confidence (%) itemset T1_Mie T1 Mie 17,84 50,71 T2_Mie T2 Mie 12,60 46,29 T3_Mie T3 Mie 19,93 53,00 T1_Jeruk T1 Jeruk 17,34 49,29 T2_Jeruk T2 Jeruk 14,61 53,71 T3_Jeruk T3 Jeruk 17,68 47,00 Mie_jeruk_T1 Mie dan jeruk 9,250 34,335 pagi Mie_jeruk_T2 Mie dan jeruk 9,260 26,565 siang Mie_jeruk_T3 Mie dan jeruk malam 9,855 39,100 Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan jeruk lebih banyak dibeli pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) 17,68% dibandingkan dengan T1 (Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB) 14,61% dan T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB) 17,34% dengan tingkat kepercayaan terbesar 49,29%. Kaidah tersebut dapat diterjemahkan bahwa, sebanyak 17,68% dari seluruh data, jika pada T3 (Waktu pembelian antara

53 41 jam 17:14-21:20 WIB) maka jeruk dibeli, dengan derajat kepercayaan sebesar 49,29%. Mie lebih banyak dibeli pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) 19,93% dibandingkan dengan T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB) 12,60% dan T1 (Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB) 17,84% dengan tingkat kepercayaan terbesar 53,00%. Kaidah tersebut dapat diterjemahkan, bahwa sebanyak 19,93% dari seluruh data, jika pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) maka jeruk dibeli, dengan derajat kepercayaan sebesar 53,00%. Penelitian ini memberikan informasi bahwa pembelian jeruk dan mie lebih banyak dilakukan pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) sehingga pihak Toserba lebih memperhatikan untuk persediaan produk yang dipengaruhi oleh waktu. Analisis kedua untuk mengetahui asosiasi antara promosi, diskon dan waktu pembelian. Menentukan kandidat untuk 1itemset dengan menentukan support_count atau support, dapat dilihat pada dalam Tabel 9. Menentukan gugus item yang sering muncul (frequent 1 itemset), Frequent 1 itemset yang didapat adalah P1, P2, D1, D2, T1, T2, T3. Tabel 9. Support count untuk kandidat 1 itemset 1itemset Support Count Support (%) P ,30 P ,70 D ,52 D ,48 T ,55 T ,22 T ,23 Keterangan: P1 : Tidak Promosi P2 : Promosi D1 : Tidak Diskon D2 : Diskon T1 : Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB T2 : Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB T3 : Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB Berdasarkan Tabel 9 terdapat nilai support yang menunjukkan persentasi nilai support pada setiap item. Jumlah seluruh item adalah item. Nilai support untuk P1 (tidak diskon) mencapai 93,30% lebih besar dibandingkan P2 (diskon) 6,70%, untuk D1 (tidak diskon) 61,52% lebih besar

54 42 dibandingkan D2 (diskon) 38,48%, sedangkan untuk nilai support waktu yang lebih banyak digunakan konsumen untuk berbelanja adalah pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) 39,23% dibandingkan T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB) 26,22%, dan T1 (Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB) 34,55%. Menentukan kandidat untuk 2 itemset dengan data support_count nya untuk kandidat frequent 2 itemset dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Support count dan support untuk 2 itemset yaitu promosi dan diskon D1 D2 2 itemset Support Count Support (%) Support Count Support (%) P , ,84 P2 26 0, ,64 Berdasarkan Tabel 10 terdapat nilai support yang paling besar adalah pada P1 (tidak diskon) dan D1 (tidak diskon) sebesar 61,46% menunjukkan bahwa 61,46% dari seluruh item yang dibeli merupakan item yang tidak promosi dan tidak diskon. Nilai support terkecil adalah pada P2 (promosi) dan D2 (diskon) sebesar 0,06%, menunjukan bahwa 0,06% dari seluruh item yang dibeli merupakan item yang promosi dan diskon. Hal ini menunjukkan bahwa produk yang dipromosikan dan didiskon tidak banyak dibeli oleh konsumen Toserba YOGYA Banjar. Tabel 11. Support count dan support untuk 2itemset yaitu diskon dan waktu pembelian T1 T2 T3 2itemset Support Support Support Support Support Support Count (%) Count (%) Count (%) D , , ,84 D , , ,39 Berdasarkan Tabel 11 terdapat nilai support yang paling besar adalah pada D1 (tidak diskon) dan T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) sebesar 23,84% menunjukkan bahwa 23,84 % dari seluruh item yang dibeli pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) mengandung item yang tidak diskon. Nilai support terkecil pada D2 (diskon) dan T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB) sebesar 10,51%,

55 43 menunjukkan bahwa 10,51% dari seluruh item yang dibeli pada T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB) mengandung item yang diskon. Tabel 12. Support count dan support untuk 2 itemset yaitu promosi dan waktu pembelian T1 T2 T3 2 itemset Support Support Support Support Support Support Count (%) Count (%) Count (%) P , , ,50 P , , ,74 Berdasarkan Tabel 12 terdapat nilai support yang paling besar adalah pada P1 (tidak promosi) dan T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) sebesar 36,50% menunjukkan bahwa 36,50% dari seluruh item yang dibeli dilakukan pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) dengan item tidak promosi. Nilai support terkecil pada P2 (promosi) dan T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB) sebesar 1,71%, menunjukkan bahwa 1,71% dari seluruh item yang dibeli pada T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB) mengandung item yang promosi. Menentukan kandidat untuk 3itemset dengan menentukan support count, dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Support count dan support untuk 3 itemset promosi, waktu pembelian dan tidak diskon 3 itemset T1 T2 T3 Untuk Support Support Support Support Support Support D1 Count (%) Count (%) Count (%) P , , ,97 P , , ,03 Berdasarkan Tabel 13 terdapat nilai support yang paling besar adalah pada D1 (tidak diskon), P1 (tidak promosi) dan T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) sebesar 32,97% menunjukkan bahwa 32,97% dari seluruh item yang dibeli dilakukan pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) dengan item (P1) tidak promosi dan (D1) tidak diskon. Nilai support terkecil adalah pada D1 (tidak diskon), P2 (promosi) dan T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB) sebesar 4,44%, menunjukkan bahwa 4,44% dari seluruh item yang dibeli dilakukan pada T2

56 44 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB) dengan item D1 (tidak promosi) dan P2 (promosi). Tabel 14. Support count dan support untuk 3 itemset promosi, waktu pembelian dan diskon T1 T2 T3 3 itemset Support Support Support Support Support Support Untuk D2 Count (%) Count (%) Count (%) P , , ,700 P2 9 0, , ,058 Berdasarkan Tabel 14 terdapat nilai support yang paling besar adalah pada D2 (diskon), P1 (tidak promosi) dan T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) sebesar 38,700% menunjukkan bahwa 38,700% dari seluruh item yang dibeli dilakukan pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) dengan item (P1) tidak promosi dan (D2) diskon. Nilai support terkecil adalah pada D2 (tidak diskon), P2 (promosi) dan T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB) sebesar 0,004%, menunjukkan bahwa 0,004% dari seluruh item yang dibeli dilakukan pada T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB) dengan item D2 (tidak diskon) dan P2 (promosi). Tabel 15. Nilai support dan confidence dari kaidah asosiasi Frequent k- Kaidah Asosiasi Support (%) Confidence (%) itemset P1_D1 P1 D1 61,46 65,87 P1_D2 P1 D2 31,84 34,13 D1_T1 D1 T1 21,96 35,70 D1_T2 D1 T2 15,72 25,52 D1_T3 D1 T3 23,84 38,88 D2_T1 D2 T1 12,58 32,70 D2_T2 D2 T2 10,51 27,29 D2_T3 D2 T3 15,39 40,00 P1_T1 P1 T1 32,29 34,61 P1_T3 P1 T3 36,50 39,11 D1_P1_T1 D1 dan P1 T1 35,67 43,56 D1_P1_T2 D1 dan P1 T2 24,54 26,56 D1_P1_T3 D1 dan P1 T3 38,70 47,36 D2_P1_T1 D2 dan P2 T1 26,90 32,51 D2_P1_T2 D2 dan PI T2 22,87 27,64 D2_P1_T3 D2 dan P2 T3 32,97 39,85 Berdasarkan Tabel 15 kaidah asosiasi yang dihasilkan dengan nilai support dan confidence tertinggi seperti tampak pada bagian tabel ke 7 baris ke 2. Kaidah tersebut dapat diterjemahkan bahwa Sebanyak 61,46% dari

57 45 seluruh item yang dibeli, jika tidak dilakukan promosi maka tidak ada diskon, dengan derajat kepercayaan sebesar 65,87%. Hasil analisis menunjukkan bahwa item yang sering dibeli oleh sebagian besar masyarakat Banjar di Toserba YOGYA adalah item yang tidak promosi dan tidak diskon. Analisis ketiga untuk mengetahui nilai support pada waktu pembelian dan lima produk berbeda dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Support count dan support untuk 1 itemset yaitu waktu pembelian dan lima produk. 1 itemset Support Count Support(%) A ,4 A ,3 A ,4 B ,5 C ,6 D ,5 E ,9 F 373 6,3 Keterangan : A1 : Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB A2 : Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB A3: Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB B : Item susu C : Item buah D : Item mie E : Item telur F : Item minyak goreng Berdasarkan Tabel 16 terdapat nilai support yang menunjukkan persentasi nilai support pada setiap item. Jumlah seluruh transaksi adalah 5935 transaksi. Setiap item memiliki nilai support yang berbeda-beda, untuk item produk yang paling tinggi adalah untuk item B (susu) dengan nilai support 20,6% menunjukkan bahwa dari semua transaksi yang terjadi 20,6% mengandung item susu, sedangkan untuk waktu pembelian konsumen Toserba yang paling banyak konsumennya adalah pada A1 (Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB) dengan nilai support 34,4%. Hasil dari analisis keranjang belanja adalah daftar produk-produk dan aturan-aturan asosiasi yang terkait yaitu antara waktu pembelian, produk (susu, buah, mie, telur, minyak goreng). Dari tabel diatas memperlihatkan nilai support dan confidence dari setiap itemset yang menunjukkan bahwa

58 46 item dengan nilai support tinggi berarti dari semua transaksi yang terjadi kemungkinan dibeli item tersebut sangat tinggi, jika nilai confedence juga tinggi berarti menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi. Nilai support untuk 1 itemset pada item waktu dengan nilai support paling tinggi adalah pada A1 (Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB) dan untuk produk adalah B (susu). A1 (Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB) memiliki nilai support 34,4 % yang menunjukkan 34,4 % dari semua transaksi dilakukan pada A1 (Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB). B (susu) memiliki nilai support 29,5 %, yang menunjukkan 29,5 % dari semua transaksi yang terjadi mengandung item B (susu). Pada asosiasi 2 itemset, 3 itemset, 4 itemset, 5 itemset, dan 6 itemset akan menghasilkan suatu kaidah asosiasi antara beberapa produk atau waktu sehingga menghasilkan aturan disertai dengan nilai support dan nilai confidence, kaidah asosiasi tertinggi yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Support count dan support untuk 2 itemset (A, B. C. D, E, F) 2 itemset Kaidah Support Count Support(%) Confidence (%) asosiasi A3,B A3 B ,1 29,8 A3,C A3 C 466 7,9 21,6 A3,D A3 D 409 6,9 19,0 A3,E A3 E 274 4,6 12,7 A3,F A3 F 159 2,7 7,3 B,C B C 441 7,4 25,2 B,D B D 647 8,7 36,9 B,E B E 315 5,3 18,0 B,F B F 191 3,2 10,9 C,D C D 283 4,8 23,1 C,E C E 180 3,0 14,7 C,F C F 111 1,9 9,1 D,E D E 347 5,8 33,4 D,F D F 181 3,1 17,4 E,F E F 140 2,4 21,6 Berdasarkan Tabel 17 nilai support dan nilai confidence untuk 2 itemset (nilai support paling tinggi) A3, B : A3 B, nilai support 11,1% dan nilai confidence 29,8%. Artinya jika pada A3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) maka dibeli B (susu) dengan tingkat kepercayaan 29,8% yang menunjukkan 11,1% dari semua transaksi yang terjadi mengandung B

59 47 (susu) yang dilakukan pada A3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB). Tabel 18. Support count dan support untuk 3itemset (A, B, C, D, E, F) 3 itemset Kaidah asosiasi Support Count Support (%) Confidence (%) A3,B,C A1,B,D A3,B,E A3,B,F A3,C,D A3,C,E A3,C,F A3,D,E A3,D,F A3,E,F B,C,D B,C,E B,C,F B,D,E B,D,F B,E,F C,D,E C,D,F C,E,F D,E,F A3,B C A3 B,C A1,B D A1 B,D A3,B E A3 B,E A3,B F A3, B,F A3,C D A3 C,D A3,C E A3 C,E A3,C F A3 C,F A3,D E A3 D,E A3,D F A3 D,F A3,E F A3 E,F B,C D B C,D B,C E B C,E B,C F B C,F B,D E B D,E B,D F B D,F B,E F B EF C,D E C D,E C,D F C D,F C,E F C E,F D,E F D E,F 176 3,0 26,5 8, ,5 14,7 10, ,1 19,6 5,9 83 1,4 12,9 3, ,9 24,7 5,3 78 1,3 16,7 3,6 40 0,7 8,6 1, ,7 39,1 7,4 78 1,3 19,0 3,6 67 1,1 24,5 3, ,5 33,8 8,5 99 1,7 22,4 5,6 57 1,0 12,9 3, ,2 29,1 10, ,8 16,8 6,2 82 1,4 42,9 4, ,8 37,5 8, ,9 20,5 4,7 45 0,8 25,0 3,7 95 1,6 27,4 9,1 Berdasarkan Tabel 18 nilai support dan nilai confidence untuk 3 itemset (nilai support paling tinggi) C, D, F : C, D F, nilai support 14,9% dan nilai confidence 20,5% yang artinya jika C (buah) dan D (mie) di beli maka F (minyak goreng) dibeli, dengan tingkat kepercayaan 20,5% yang

60 48 menunjukkan 14,9% dari semua transaksi yang terjadi mengandung C (buah), D (mie) dan F (minyak goreng). Tabel 19. Support count dan support untuk 4 itemset (A, B, C, D, E, F) 4 itemset Kaidah asosiasi Support Count Support (%) Confidence (%) A3,B,C,D A1,B,C,E A3,B,C,F A3,B,D,E A3,B,D,F A3,B,E,F A3,C,D,E A2,C,D,F A1,C,E,F A2,D,E,F B,C,D,E B,C,D,F A3,B,C D A3,B C,D A3 B,C,D A1,B,C E A1,B C,E A1 B,C,E A3,B,C F A3,B C,F A3 B,C.F A3,B,D E A3,B D,E A3 B,D,E A3,B,D F A3,B D,F A3 B,D,F A3,B,E F A3,B E,F A3 B,E,F A3,C,D E A3,C D,E A3 C,D,E A2,C,D F A2,C D,F A2 C,D,F A1,C,E F A1,C E,F A1 C,E,F A2,D,E F A2,D E,F A2 D,E,F B,C,D E B,C D,E B C,D,E B,C,D F B,C D,F B C,D,F Berdasarkan Tabel 19 nilai support dan nilai confidence untuk 4 itemset (nilai support paling tinggi) B, C, D, E : B, C, D E, nilai support 2,5% dan nilai confidence 43,6% yang artinya jika B (susu), C (buah), D (mie) dibeli maka E (telur) di beli dengan tingkat kepercayaan 43,6% yang menunjukkan 2,5% dari semua transaksi yang terjadi mengandung B (susu), C (buah), D (mie) dan E (telur). 58 1,0 33,0 9,0 2,7 40 0,7 25,3 6,2 2,0 21 0,4 11,9 3,3 1,0 82 1,4 42,3 12,7 3,8 52 0,9 26,8 8,1 2,5 36 0,6 28,6 5,6 1,7 44 0,7 38,3 9,4 2,0 22 0,4 27,2 16,3 1,3 15 0,3 24,2 3,5 0,7 23 1,1 29,9 8,8 1,3 65 2,5 43,6 14,7 3,7 31 0,5 20,8 7,0 1,8

61 49 Tabel 20. Support count dan support untuk 5 itemset (A, B, C, D, E, F) 5 itemset Kaidah asosiasi Support Count Support(%) Confidence (%) A3,B,C,D,E A3,B,C,D,F A1,B,C,E,F A3,B,D,E,F A1,C,D,E,F B,C,D,E,F A3,B,C,D- E A3,B,C D,E A3,B C,D,E A3 B,C,D,E A3,B,C,D F A3,B,C D,F A3,B C,D,F A3 B,C,D,F A1,B,C,E F A1,B,C E,F A1,B C,E,F A1 B,C,E,F A3,B,D,E F A3,B,D E,F A3,B D,E,F A3 B,D,E,F A1,C,D,E F A1,C,D E,F A1,C D,E,F A1 C,D,E,F B,C,D,E F B,C,D E,F B,C D,E,F B C,D,E,F 23 0,4 39,6 13,0 3,6 1,1 11 0,2 19,0 6,25 1,7 0,5 12 0,2 30,0 7,6 1,9 0,6 30 0,5 36,6 15,5 4,7 1,4 14 0, ,1 3,3 0,7 14 0,2 21,5 9,4 3,2 0,8 Berdasarkan Tabel 20 nilai support dan nilai confidence untuk 5 itemset (nilai support paling tinggi) A3, B, D, E, F : A3, B, D, E F, nilai support 0,5% dan nilai confidence 36,6%, yang artinya jika pada A3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) dibeli B (susu), D (mie), E (telur) maka F (miyak goreng) dibeli, dengan tingkat kepercayaan 36,6% yang menunjukkan 0,5% dari semua transaksi yang terjadi pada A3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) mengandung B (susu), D (mie), E (telur), F (minyak goreng). Tabel 21. Support count dan support untuk 6-itemset (A, B, C, D, E, F) 6 itemset Kaidah asosiasi Support Count Support(%) Confidence (%) A1,B,C,D,E,F A1,B,C,D,E F A1,B,C,D E,F A1,B,C D,E,F A1,B C,D,E,F A1 B,C,D,E,F 7 0,1 26,9 13,5 4,4 0,1 0,3 Berdasarkan Tabel 21 nilai support dan nilai confidence untuk 6 itemset (nilai confidence paling tinggi) A1, B, C, D, E, F : A1, B, C, D, E F, nilai support 0,1% dan nilai confidence 26,9%, yang artinya jika pada A1 (Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB) dibeli B (susu), C (buah), D

62 50 (mie), E (telur) maka F (miyak goreng) dibeli, dengan tingkat kepercayaan 26,9% yang menunjukkan 0,1% dari semua transaksi yang terjadi pada malam hari mengandung B (susu), C (buah), D (mie), E (telur), F (minyak goreng). Berdasarkan semua hasil kaidah asosiasi dapat terlihat adanya beberapa item produk yang dibeli pada saat bersamaan dengan nilai support cukup besar, sehingga bisa dijadikan informasi, jika perusahaan akan melakukan diskon dengan konsep berpasangan dan mengetahui waktu berbelanja yang banyak dikunjungi Implikasi Manajerial Berdasarkan pembahasan di atas memberikan informasi yang berguna bagi pihak Toserba YOGYA dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis. Analisis data transaksi dihasilkan informasi bahwa pembelian untuk item jeruk sering dilakukan pada malam hari, ini berarti pihak Toserba sebaiknya untuk lebih memperhatikan persediaan jeruk pada malam hari, agar produk selalu ada ketika konsumen membutuhkan, sehingga konsumen merasakan kepuasan dan kenyamanan berbelanja. Hal ini akan mempengaruhi konsumen untuk kembali lagi berbelanja. Hasil asosiasi promosi dan diskon diketahui tingkat pembelian pada setiap item yang tidak promosi dan tidak diskon berjumlah lebih banyak, menunjukan konsumen loyal terhadap produknya dan Toserba sebagai satusatunya Toserba di kota Banjar, namun untuk pihak Toserba disarankan tetap melakukan promosi penjualan untuk menimbulkan keinginan membeli pada setiap konsumen yang pada awalnya tidak ingin membeli suatu produk tertentu menjadi tertarik untuk membelinya. Hal ini akan memberikan keuntungan bagi pihak Toserba dengan peningkatan penjualan. Hasil analisis ini memiliki informasi penting yang dapat meningkatkan kualitas kerja karyawan karena karyawan mengetahui kapan saja persediaan harus diperbanyak sehingga karyawan mempunyai perkiraan yang tepat dalam mempersiapkan produk-produk tersebut. Memberikan ide-ide bagi

63 51 karyawan bagian promosi dengan melihat produk yang sering dibeli bersamaan dengan menggunakan teknik diskon berpasangan.

64 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Penelitian ini memperlihatkan bahwa Analisis Keranjang Belanja tidak hanya digunakan untuk menentukan kecenderungan pelanggan dalam membeli barang-barang secara bersamaan, tetapi dapat digunakan untuk melihat kapan suatu barang dibeli pada jumlah yang paling besar, mencari hubungan diantara himpunan barang-barang yang berbeda, dan memberikan informasi lain yang dihasilkan dalam transaksi penjualan berupa hubungan promosi, diskon dan waktu pembelian. b. Analisis pertama menghasilkan kaidah asosiasi berupa jeruk lebih banyak dibeli pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) 17,68% di bandingkan dengan T1 (Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB) 14,61% dan T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB) 17,34% dengan tingkat kepercayaan terbesar 49,29%. Mie lebih banyak dibeli pada T3 (Waktu pembelian antara jam 17:14-21:20 WIB) 19,93% dibandingkan dengan T2 (Waktu pembelian antara jam 13:07-17:13 WIB) 12,60% dan T1 (Waktu pembelian antara jam 09:00-13:06 WIB) 17,84% dengan tingkat kepercayaan terbesar 53,00%. c. Analisis kedua menghasilakan kaidah asosiasi berupa apabila tidak promosi maka tidak diskon dengan nilai support 61,46% dan nilai confidence 65,87%, hal tersebut dapat diterjemahkan bahwa Sebanyak 61,46% dari seluruh item yang dibeli, jika tidak dilakukan promosi maka tidak ada diskon, dengan derajat kepercayaan sebesar 65,87%. d. Analisis ketiga antara enam item, menghasilkan banyak kaidah asosiasi salah satu kaidah yang memiliki nilai support dan nilai confidence tinggi (kedua nilainya relatif tinggi dengan tingkat perbedaan nilai keduanya tidak signifkan) daripada yang lainnya adalah C, D, F : C, D F, nilai support 14,9% dan nilai confidence 20,5% yang artinya apabila C (buah) dan D (mie) di beli maka F (minyak goreng) dibeli, dengan tingkat

65 53 kepercayaan 20,5% yang menunjukan 14,9% dari semua transaksi yang terjadi mengandung C (buah), D (mie) dan F (minyak goreng). e. Kaidah asosiasi yang didapat dari tiga analisis yang dilakukan belum dapat ditarik pengetahuaan yang cukup signifikan, karena dari tingkat kepercayaan yang didapat masih relatif rendah. f. Implikasi manajerial bagi perusahaan adalah perusahaan dapat mengetahui produk apa saja yang sering dibeli bersamaan sehingga bisa dijadikan dasar dalam perumusan strategi pemasaran yaitu melakukan promosi atau diskon berpasangan, menyiapkan persediaan yang lebih banyak pada waktu dimana suatu barang banyak dibeli. 2. Saran a. Toserba YOGYA Banjar disarankan memberikan perhatian yang lebih pada sistem pengendalian persediaan, terutama pada produk-produk yang tingkat penjualannya sangat dipengaruhi oleh waktu. Perusahaan juga disarankan untuk meningkatkan promosi untuk menambah volume penjualan. b. Penelitian selanjutnya disarankan dalam pengolahan data transaksi menggunakan software yang bisa menampung banyak data sehingga informasi yang dihasilkan lebih akurat dan lengkap. Analisis Keranjang Belanja selanjutkan diharapkan lebih spesifik yaitu dengan mengetahui karakteristik konsumen, merek produk, waktu pembelian yang diteliti hari libur atau hari biasa, agar informasi yang dihasilkan bisa memberikan banyak pengetahuan.

66 54 DAFTAR PUSTAKA Albion, Research Ltd Market Basket Analysis. Com. [23 Maret 2009] Andreas. (2007). Aplikasi Data Mining untuk Meneliti Asosiasi Pembelian Item Barang di Supermarket dengan Metode Market Basket Analiysi. Jurnal Informatika. Vol 8 No 6: pp Anonim Company Profil. profil. [19 April 2009] Assauri, Sofjan Manajemen Pemasaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Ernawati Penggalian Kaidah Asosiasi Kuntitatif Prestasi Akademik Mahasiswa dengan Jenis Kelamin dan Nilai Test Masuk Mahasiswa, Jurnal Teknologi Industri Vol. XI No. 1 : pp Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia. Market Basket Analysis. s&btng.[23 Maret 2009] Kotler, P Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Jilid 2. PT Prenhallindo, Jakarta , Manajemen Pemasaran (Terjemahan). PT. INDEKS Kelompok Media, Jakarta. Kotler, P dan G. Armstrong Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1. Edisi 8. Erlangga, Jakarta. Megaputer Market Basket Analysis. [23 Maret 2009] Meyer, et. al Pemasaran Eceran (Terjemahan). PT Alex Media Komputindo. Jakarta. Olson, David and Y. Shi Pengantar Ilmu Penggalian Data Bisnis. Salemba Empat, Jakarta. Satia.(2007). Aplikasi Data Mining MBA pada Tabel Data Absensi Elektronik untuk Mendeteksi Kecurangan Absensi (Check-Lock) Karyawan di Perusahaan, Jurnal Informatika, Vol 8 No. 2: pp Simatupang, D.S. No.08/II/Agustus Hiruk Pikuk di Outlet Modern. Majalah Marketing : hlm Sopiah dan Syihabudin Manajemen Bisnis Ritel. Penerbit Andi. Yogyakarta. Swastha B, D.H Azas-Azas Marketing. Penerbit Liberty. Yogyakarta. www. Banjar-jabar.go.id. Situs Resmi Pemerintahan kota Banjar : Kondisi Umum Kota Banjar.[27 April 2009] [23 Maret 2009] Yusrianti, A Pengaruh in Store Promotion Terhadap Keputusan Impulse Buying Pada Konsumen Giant Hypermarket (Studi Kasus Giant Bogor). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

67 LAMPIRAN

68 Lampiran 1. Struktur Organisasi Toserba YOGYA Banjar 56

ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI. Oleh TRI LESTARI H

ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI. Oleh TRI LESTARI H ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI Oleh TRI LESTARI H24052006 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan dagang yang bergerak pada bidang perdagangan barang

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan dagang yang bergerak pada bidang perdagangan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak membawa akibat perkembangan yang pesat dalam dunia bisnis. Sejalan dengan hal tersebut banyak bermunculan

Lebih terperinci

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H 1 ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H24051975 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H24053163 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Struktur Dasar Bisnis Ritel

Struktur Dasar Bisnis Ritel Struktur Dasar Bisnis Ritel Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa secara umum kepada masyarakat dan secara khusus kepada pembeli potensial. Pedagang Besar dan Pedagang Eceran dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan dengan cepat memperluas wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Bagi sebagian konsumen pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis ritel dewasa ini semakin meningkat. Peningkatan persaingan bisnis ritel dipicu oleh semakin menjamurnya bisnis ritel modern yang sekarang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota yang berada di Indonesia, menjamurnya bisnis jasa mulai dari yang berskala kecil yaitu

Lebih terperinci

PENGARUH IN-STORE PROMOTION TERHADAP KEPUTUSAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN GIANT HYPERMARKET. Oleh ADE YUSRIYANTI H

PENGARUH IN-STORE PROMOTION TERHADAP KEPUTUSAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN GIANT HYPERMARKET. Oleh ADE YUSRIYANTI H PENGARUH IN-STORE PROMOTION TERHADAP KEPUTUSAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN GIANT HYPERMARKET Oleh ADE YUSRIYANTI H24104041 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU PEMBELIAN DENGAN MENGGUNAKAN MARKET BASKET ANALYSIS PADA USAHA RITEL (Studi Kasus Karima Swalayan, Bogor)

ANALISIS PERILAKU PEMBELIAN DENGAN MENGGUNAKAN MARKET BASKET ANALYSIS PADA USAHA RITEL (Studi Kasus Karima Swalayan, Bogor) ANALISIS PERILAKU PEMBELIAN DENGAN MENGGUNAKAN MARKET BASKET ANALYSIS PADA USAHA RITEL (Studi Kasus Karima Swalayan, Bogor) Oleh WINDA MIRANTI H 24076133 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang akan diteliti. Pemanfaatan algoritma apriori sudah cukup banyak digunakan, antara lain

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang akan diteliti. Pemanfaatan algoritma apriori sudah cukup banyak digunakan, antara lain BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian ini menggunakan beberapa sumber pustaka yang berhubungan dengan kasus yang akan diteliti. Pemanfaatan algoritma apriori sudah cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014, Indonesia menjadi daya tarik yang luar biasa bagi pebisnis ritel, baik lokal maupun asing.

Lebih terperinci

Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN

Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya dunia bisnis dan perdagangan di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan pada periode pasca krisis moneter yang diawali sekitar pertengahan tahun 1997. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel atau eceran di Indonesia telah memperlihatkan bahwa industri pada sektor ini memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia makin hari dirasakan semakin berkembang dan persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi merupakan suatu era keterkaitan dan ketergantungan antara satu manusia dengan manusia lainnya, baik dalam hal perdagangan, investasi, perjalanan, budaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASARAN Fakultas TEKNIK

PERENCANAAN PEMASARAN Fakultas TEKNIK Modul ke: PERENCANAAN PEMASARAN Fakultas TEKNIK Nanang Ruhyat Program Studi Teknik Mesin www.mercubuana.ac.id PERENCANAAN PEMASARAN Oleh: Dr. Asikum Wirataatmadja, SE, MM,. Ak Konsep Pemasaran Pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian Kecenderungan impulse buying merupakan fenomena yang sering terjadi di masyarakat. Menurut Ma ruf dalam penelitian Divianto (2013 : 4) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan yang memproduksi produk-produk yang saat ini beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba menciptakan komunikasi yang unik agar

Lebih terperinci

DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN

DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN Modul ke: DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN MANAJEMEN SALURAN DAN RANTAI SUPLAI Fakultas FIKOM Dra. Tri Diah Cahyowati, Msi. Program Studi Marcomm & Advertising http://www.mercubuana.ac.id Definisi Dari

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN BUNGA ADENIUM PT GODONGIJO ASRI DALAM RANGKA PERENCANAAN STRATEGI PEMASARAN. Oleh INDRI DWI SEPTIANY H

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN BUNGA ADENIUM PT GODONGIJO ASRI DALAM RANGKA PERENCANAAN STRATEGI PEMASARAN. Oleh INDRI DWI SEPTIANY H ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN BUNGA ADENIUM PT GODONGIJO ASRI DALAM RANGKA PERENCANAAN STRATEGI PEMASARAN Oleh INDRI DWI SEPTIANY H24052344 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 (www.about;retail 8/10/2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30  (www.about;retail 8/10/2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa dampak positif dalam bidang usaha dimana perusahaan-perusahaan mengalami perkembangan pesat

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DEBITUR KREDIT WIRAUSAHA DI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR. Oleh ROSI ANRAYANI H

ANALISIS KEPUASAN DEBITUR KREDIT WIRAUSAHA DI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR. Oleh ROSI ANRAYANI H ANALISIS KEPUASAN DEBITUR KREDIT WIRAUSAHA DI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR Oleh ROSI ANRAYANI H24050175 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia. Industri ini merupakan sektor kedua terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT LOYALITAS PELANGGAN HYPERMARKET GIANT TAMAN YASMIN BOGOR. Oleh RAHMAT DARMAWAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT LOYALITAS PELANGGAN HYPERMARKET GIANT TAMAN YASMIN BOGOR. Oleh RAHMAT DARMAWAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT LOYALITAS PELANGGAN HYPERMARKET GIANT TAMAN YASMIN BOGOR Oleh RAHMAT DARMAWAN H24052110 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lain (Kotler dan Amstrong, 2008:5). Dalam definisi manajerial, banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang lain (Kotler dan Amstrong, 2008:5). Dalam definisi manajerial, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang dibutuhkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia makin hari dirasakan semakin ramai dan persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak menjadi halangan

Lebih terperinci

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6 Pemasaran Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si Definisi Pemasaran Kotler dan Lane (2007): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai penemuan terbaru di dalam pengumpulan dan penyimpanan data telah memungkinkan berbagai organisasi untuk mengumpulkan berbagai data (data pembelian, data nasabah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri modern ritel dewasa ini semakin pesat, baik pemain lokal maupun asing semakin agresif bermain dalam pasar yang empuk tersebut. Prospek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki perdagangan bebas lebih awal dibandingkan negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah menandatangani Letter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan persaingan dalam dunia bisnis perdagangan serta kemajuan teknologi informasi merupakan suatu hal yang saling terkait, dalam ketatnya persaingan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya orang suka berbelanja, dan orang-orang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan atau hanya ingin membeli sesuatu barang yang diinginkan. Dalam sebuah

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN PRODUK BUSANA MUSLIM MEREK AZKA PADA CV AZKA SYAHRANI. Oleh PUJI NURYADIN H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN PRODUK BUSANA MUSLIM MEREK AZKA PADA CV AZKA SYAHRANI. Oleh PUJI NURYADIN H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN PRODUK BUSANA MUSLIM MEREK AZKA PADA CV AZKA SYAHRANI Oleh PUJI NURYADIN H24076096 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS SALURAN DISTRIBUSI FRUIT TEA DI WILAYAH BOGOR (STUDI KASUS PADA KANTOR PENJUALAN (KP) BOGOR PT. SINAR SOSRO)

ANALISIS EFEKTIVITAS SALURAN DISTRIBUSI FRUIT TEA DI WILAYAH BOGOR (STUDI KASUS PADA KANTOR PENJUALAN (KP) BOGOR PT. SINAR SOSRO) ANALISIS EFEKTIVITAS SALURAN DISTRIBUSI FRUIT TEA DI WILAYAH BOGOR (STUDI KASUS PADA KANTOR PENJUALAN (KP) BOGOR PT. SINAR SOSRO) Oleh ETTY NUR BAETI H24103062 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

Pemasaran Pada Perusahaan Kecil. Oleh Sukanti, M.Pd

Pemasaran Pada Perusahaan Kecil. Oleh Sukanti, M.Pd Pemasaran Pada Perusahaan Kecil Oleh Sukanti, M.Pd A. Pendahuluan Pengusaha kecil pada umumnya menghadapi masalah kurangnya keahlian dalam bidang pemasaran dan kelemahan dalam bidang organisasi dan manajemen,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah TINJAUAN PUSTAKA Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir, toko berkonsep swalayan banyak bermunculan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang berperan penting sebagai penggerak dalam pembangunan ekonomi nasional (Hartati, 2006). Tabel 1 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Industri ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tidak ada satupun perusahaan yang akan mampu bertahan lama bila

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tidak ada satupun perusahaan yang akan mampu bertahan lama bila BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Tidak ada satupun perusahaan yang akan mampu bertahan lama bila perusahaan tersebut tidak melakukan kegiatan memasarkan atau menjual

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI 9 BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2011) pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan semakin majunya teknologi dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan semakin majunya teknologi dan perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. latar Belakang Penelitian Bersamaan dengan semakin majunya teknologi dan perkembangan yang meningkat di segala bidang, kecenderungan masyarakat akan kebutuhan juga meningkat. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri ritel berkembang sangat pesat di Indonesia terlebih sejak dibukanya peraturan yang memperbolehkan ritel asing memasuki pasar di Indonesia. Menurut hasil survey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis saat ini disebabkan oleh perubahaan pola pikir konsumen yang dinamis. Dengan dasar inilah maka dapat dikatakan bahwa kegiatan pemasaran sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penjualan Penjualan menurut Mulyadi (2008), adalah suatu kegiatan yang terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa, secara kredit maupun tunai. Penjualan jika diidentifikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sektor industri manufaktur maupun jasa. Perusahaan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sektor industri manufaktur maupun jasa. Perusahaan harus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman globalisasi seperti saat ini, akan terjadi kompetisi atau persaingan yang tajam di semua sektor bisnis tidak dapat dihindari, baik dalam sektor industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan di dalam database. Data mining adalah proses yang menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan di dalam database. Data mining adalah proses yang menggunakan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Data Mining Data mining adalah suatu istilah yang digunakan untuk menguraikan penemuan pengetahuan di dalam database. Data mining adalah proses yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran menurut American Marketing Association (AMA) merupakan. mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran menurut American Marketing Association (AMA) merupakan. mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pemasaran Pemasaran menurut American Marketing Association (AMA) merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan distribusi sejumlah ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari jumlah dan variasi ritel modern yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran jangka panjang yang tepat. Pesaing perusahaan dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran jangka panjang yang tepat. Pesaing perusahaan dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin tinggi menuntut adanya keunggulan bersaing yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan dan membutuhkan strategi pemasaran jangka panjang

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DISTRIBUSI BUKU BERTEMAKAN ISLAM DAN PENGARUH BIAYA DISTRIBUSI OPTIMAL TERHADAP MARJIN PEMASARAN (STUDI KASUS : CV PUSTAKA ULIL ALBAB)

OPTIMALISASI DISTRIBUSI BUKU BERTEMAKAN ISLAM DAN PENGARUH BIAYA DISTRIBUSI OPTIMAL TERHADAP MARJIN PEMASARAN (STUDI KASUS : CV PUSTAKA ULIL ALBAB) OPTIMALISASI DISTRIBUSI BUKU BERTEMAKAN ISLAM DAN PENGARUH BIAYA DISTRIBUSI OPTIMAL TERHADAP MARJIN PEMASARAN (STUDI KASUS : CV PUSTAKA ULIL ALBAB) Oleh BAYU WIDHA PRANATA H24103068 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perdagangan pada pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan dan persaingan yang sangat ketat. Pada saat ini perkembangannya diperkirakan tiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan bebas, merupakan perekonomian yang menuju kepada persaingan ketat. Kemajuan itu perlu

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Pemasaran 2.1.1 Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan Pembahasan konsep pemasaran dimulai dari adanya kebutuhan manusia. Kebutuhan dasar manusia bisa dibedakan berupa fisik seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peletakan barang pada gerai modern ternyata tidak semata-mata didasarkan pada aspek dekoratif saja. Dalam penataan juga harus memperhitungkan faktor sifat barang, tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan hal yang sangat penting seiring dengan semakin tinggi dan meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Jika perusahaan tidak peka terhadap apa yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia bisnis yang terjadi seperti saat ini, para pelaku bisnis dituntut untuk memiliki strategi agar tetap dapat bertahan dalam menghadapi

Lebih terperinci

MANAJEMEN SUKU BUNGA PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BOGOR. Oleh : ADINDA AYU LESTARI H

MANAJEMEN SUKU BUNGA PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BOGOR. Oleh : ADINDA AYU LESTARI H MANAJEMEN SUKU BUNGA PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BOGOR Oleh : ADINDA AYU LESTARI H24051606 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK Adinda

Lebih terperinci

kategori Department store, Service Quality Award Excellence 2009 dan Indonesia's Most Admired Companies 2009, semakin memperkokoh PT. X Dept.

kategori Department store, Service Quality Award Excellence 2009 dan Indonesia's Most Admired Companies 2009, semakin memperkokoh PT. X Dept. I. PENDAHULUAN Saat ini banyak strategi yang digunakan oleh perusahaan di tengah-tengah persaingan yang begitu ketat, salah satunya adalah promosi. Strategi promosi sangat dibutuhkan karena konsumen sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Buchari Alma, 2005:130

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Buchari Alma, 2005:130 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peningkatan taraf hidup masyarakat dan perkembangan zaman telah mempengaruhi banyak hal, salah satunya gaya hidup dan kebutuhan yang semakin meningkat dan

Lebih terperinci

Merancang dan Mengelola Jaringan Nilai dan Saluran Pemasaran

Merancang dan Mengelola Jaringan Nilai dan Saluran Pemasaran STMIK - AMIK RAHARJA INFORMATIKA Merancang dan Mengelola Jaringan Nilai dan Saluran Pemasaran Definisi jaringan nilai adalah sistem kemitraan dan aliansi yang diciptakan suatu perusahaan untuk memperoleh,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada kajian literatur ini berisi studi pustaka terhadap buku, jurnal ilmiah, penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian. Uraian tinjauan pustaka diarahkan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial budaya, dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumen. Pengaruh tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN PERTEMUAN PERTAMA. 6/11/2013

ANALISIS PEMASARAN PERTEMUAN PERTAMA. 6/11/2013 ANALISIS PEMASARAN PERTEMUAN PERTAMA 1 Definisi Pemasaran A. Pengertian Pemasaran Menurut WY. Stanton Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat dewasa ini menjadikan konsumen semakin

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat dewasa ini menjadikan konsumen semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Persaingan yang semakin ketat dewasa ini menjadikan konsumen semakin penting bagi kehidupan sebagian organisasi perusahaan. Lain daripada sebelumnya, sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, maka Indonesia dapat menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produk-produk

Lebih terperinci

ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR. Oleh ELIS SUSANTI H

ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR. Oleh ELIS SUSANTI H ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR Oleh ELIS SUSANTI H24104069 s DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel adalah penjualan barang secara langsung dalam berbagai macam jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam periode enam tahun terakhir (tahun 2007 2012), jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17,57% per tahun. Pada tahun 2007, jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan modernisasi peralatan elektronik telah menyebabkan perubahan yang sangat mendasar didalam aktivitas manusia sehari-hari, dimana manusia

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh SITI CHOERIAH H

PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh SITI CHOERIAH H PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Oleh SITI CHOERIAH H24104026 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, kepuasan konsumen, dan persaingan yang terjadi antar perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, kepuasan konsumen, dan persaingan yang terjadi antar perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang dialami perusahaan untuk mencapai tujuannya semakin lama dirasa semakin kompleks. Permasalahan tersebut disebabkan oleh adanya bermacam-macam faktor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang semakin berkembang dan pertumbuhan ekonomi serta industri telah banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya. Cara dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN DAIHATSU PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk DAIHATSU CABANG BOGOR DALAM RANGKA PERENCANAAN KEUANGAN

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN DAIHATSU PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk DAIHATSU CABANG BOGOR DALAM RANGKA PERENCANAAN KEUANGAN ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN DAIHATSU PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk DAIHATSU CABANG BOGOR DALAM RANGKA PERENCANAAN KEUANGAN Oleh IRNA DEWI YANI H24051957 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok sehari hari kepada para konsumen. Retail adalah salah satu cara pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. pokok sehari hari kepada para konsumen. Retail adalah salah satu cara pemasaran produk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retail atau biasa disebut pengecer merupakan pelaku usaha yang menjual kebutuhan pokok sehari hari kepada para konsumen. Retail adalah salah satu cara pemasaran produk

Lebih terperinci

MAKALAH STRATEGI PEMASARAN BISNIS RITEL

MAKALAH STRATEGI PEMASARAN BISNIS RITEL MAKALAH STRATEGI PEMASARAN BISNIS RITEL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Bisnis Ritel Disusun oleh: Afdal Zikry 170610110014 Cecep Gerie Rustandy 170610110018 Teguh Iman Santoso

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Seorang melakukan kegiatan pemasaran pada saat seseorang ingin memuaskan kebutuhannya. Pemasaran juga merupakan kegiatan yang pasti dilakukan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan, dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mencapai

Lebih terperinci

STRATEGI HARGA PADA UKM KERAJINAN KERAMIK Studi Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor. Oleh RISKA PRATIWI H

STRATEGI HARGA PADA UKM KERAJINAN KERAMIK Studi Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor. Oleh RISKA PRATIWI H STRATEGI HARGA PADA UKM KERAJINAN KERAMIK Studi Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor Oleh RISKA PRATIWI H24104131 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK Riska

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Masalah Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Masalah Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Identifikasi Masalah 1.1.1.1. Masalah Umum Situasi kondisi perekonomian yang ada pada saat ini menunjukkan adanya perkembangan dunia usaha semakin pesat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran sering diartikan oleh banyak orang sebagai kegiatan atau aktivitas dalam menjual beli barang di pasaran. Sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan pesat, dilihat dari indikasi pertumbuhan ritel modern yang keberadaannya semakin populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat saat ini, dapat dilihat bahwa sektor dunia usaha saat ini telah menjadi suatu arena persaingan yang sengit dan tidak

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ASOSIASI DATA MINING MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI UNTUK MENGETAHUI KOMBINASI ANTAR ITEMSET PADA PONDOK KOPI

PENERAPAN METODE ASOSIASI DATA MINING MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI UNTUK MENGETAHUI KOMBINASI ANTAR ITEMSET PADA PONDOK KOPI PENERAPAN METODE ASOSIASI DATA MINING MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI UNTUK MENGETAHUI KOMBINASI ANTAR ITEMSET PADA PONDOK KOPI Fitri Nurchalifatun Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro, Jl.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan)

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan) PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan) Nama Kelompok : Fadhyl Muhammad 115030407111072 Ardhya Harta S 115030407111075 Ardiansyah Permana 115030407111077 UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Produk tekstil pada umumnya ditujukan untuk mendukung industri mode. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Produk tekstil pada umumnya ditujukan untuk mendukung industri mode. Artinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pasar bebas tekstil dan produk tekstil (TPT) telah dimulai seiring dihapuskannya aturan kuota tekstil. Hal ini menuntut industri TPT untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis BAB 7 Manajemen Pemasaran 7.1. Konsep-Konsep Inti Pemasaran Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

Lebih terperinci

PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO)

PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO) PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO) Oleh: Agus Prio Budiman Manajemen satriobungsu@rocketmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikannya sebagai tujuan berbelanja, serta produk ditempat belanja

BAB I PENDAHULUAN. dijadikannya sebagai tujuan berbelanja, serta produk ditempat belanja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya pasar modern (retail) pada saat ini memberikan banyaknya pilihan bagi konsumen untuk menentukan produk mana yang akan dibelinya, tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah kegiatan menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri,

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah kegiatan menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel atau bisnis ritel adalah kegiatan menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo)

Lebih terperinci

PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP PENDAPATAN BUNGA KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH (STUDI KASUS PT BANK X) Oleh AHMAD ROYANI H

PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP PENDAPATAN BUNGA KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH (STUDI KASUS PT BANK X) Oleh AHMAD ROYANI H PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP PENDAPATAN BUNGA KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH (STUDI KASUS PT BANK X) Oleh AHMAD ROYANI H24104025 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci