BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peletakan barang pada gerai modern ternyata tidak semata-mata didasarkan pada aspek dekoratif saja. Dalam penataan juga harus memperhitungkan faktor sifat barang, tingkat kebutuhan dan kebiasaan berbelanja pengunjung. Ketika berjalan-jalan di department store atau supermarket, barangkali Anda tidak pernah hirau mengapa barang A diletakkan di sebelah kiri, mengapa B di sebelah kanan, mengapa daging dan sayuran segar ditaruh di belakang, mengapa consumer goods di depan. Penataan letak barang-barang itu tidak semata-mata didasarkan pada aspek dekoratif, melainkan juga memperhitungkan faktor sifat barang, tingkat kebutuhan dan kebiasaan berbelanja pengunjung. Salah satu fungsi dari pengaturan tata letak toko adalah memberikan ruang yang tepat untuk tampilan, pencobaan produk, dan pemeriksaan. Tata letak harus bisa menentukan ruang-ruang yang digunakan untuk menempatkan produk di masing-masing departemen di lokasi terbaik sesuai dengan kebutuhan penjualan departemen masing-masing[1]. Pengaturan yang efektif menempatkan barang dagangan di lokasi di mana ia menerima lebih atau kurang tampilan secara otomatis, memberikan ruang yang memadai untuk pemeriksaan, dan menempatkan peralatan layanan untuk membantu pengendalian arus lalu lintas yang melalui tempat penjualan. Seperti di kebanyakan supermarket, di hypermarket Carrefour, misalnya, kelompok makanan diletakkan di jalur keluar atau di bagian belakang toko. Penempatan itu dilakukan berdasarkan pertimbangan kebiasaan berbelanja pengunjung yang selalu menuju counter makanan terlebih dahulu sebelum berkeliling mencari kebutuhan lainnya. Padahal, makanan segar seperti daging akan lebih cepat rusak kalau diajak jalan-jalan dulu alias tidak segera dibawa pulang untuk disimpan di lemari es atau langsung dimasak. Maklum, kalau sudah keluar dari ruang penyimpanan, daging akan lebih cepat mengalami proses pembusukan. Lalu 1

2 mengapa pula daging selalu diletakkan berdampingan dengan ikan, ayam, atau telur? Dalam ilmu tata letak barang ada teori yang disebut unity of need, yaitu penempatan produk harus memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Lagi pula kurang pantas jika daging diletakkan dekat pampers atau perangkat kebutuhan bayi lainnya[1]. Penelitian yang dilakukan oleh Abbas dan kawan-kawan (2013) yang berkaitan dengan tata letak barang sebagai berikut, dalam Perusahaan Sport memiliki masalah pada pengaturan peralatan olahraga sesuai dengan pola pembelian pelanggan. Mereka melihat bahwa, penjualan produk tertentu menjadi menurun ketika mereka membuat beberapa pengaturan untuk rak yang tidak beraturan. Perusahaan Sport juga tidak memiliki mekanisme komputerisasi yang tersedia untuk memberikan pengaturan terbaik dari toko barang di toko ritel. Semuanya dilakukan secara manual oleh pemilik toko sesuai gaya mereka sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola pembelian peralatan olahraga dengan mengadopsi teknik data mining yaitu Market Basket Analysis dengan menerapkan Algoritma Apriori. Pola data mining dapat membantu pengecer untuk membuat pengaturan rak yang lebih baik dari produk di premis. data historis dianalisis untuk mengidentifikasi asosiasi barang dari pembelian data pelanggan yang melibatkan data penjualan, data barang dan data pesanan. Sebagai hasil dari penelitian ini, peralatan olahraga akan diatur sesuai aturan terbaik diidentifikasi dan mengusulkan pola baru dalam pengaturan tata letak barang dengan demikian hasil pendapatan Perusahaan Sport meningkat karena pembeli membeli barang dengan tata rak yang beraturan yang mempermudah pembeli mencari barang berkaitan tersebut[2]. Dalam Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Andira dan kawan-kawan (2015) yang berkaitan dengan tata letak barang sebagai berikut. Kemunculan swalayan yang begitu banyak membuat manajemen perusahaan swalayan harus berpikir kreatif agar dapat bersaing. Persaingan dengan usaha sejenis akan mendorong persaingan dalam merebut pangsa pasar. Merebut dan 2

3 mempertahankan konsumen berarti melakukan berbagai pendekatan kepada konsumen untuk mengenal dan memahami berbagai perilaku, kebutuhan, dan keinginan konsumen. Pengetahuan tentang pola perilaku belanja dapat dimanfaatkan untuk menyusun tata letak toko sehingga memberikan kemudahan bagi konsumen dalam melakukan pembelian dan dapat meningkatkan kemungkinan munculnya keinginan membeli atau impulse buying (Lestari, 2009). Pada penelitian ini digunakan analisa keranjang belanja atau Market Basket Analysis (MBA). MBA diterapkan untuk menentukan kedekatan kelompok barang berdasarkan seringnya barang-barang tersebut dibeli secara bersama. Pada dasarnya metode MBA merupakan suatu bentuk analisis cluster yang mengelompokkan data berdasarkan keterkaitannya. Disamping itu dapat ditentukan pula jenis produk yang memiliki tingkat penjualan tinggi. Dengan diterapkannya metode MBA dapat memberikan kemudahan bagi konsumen dalam berbelanja karena barang yang biasanya dibeli secara bersamaan berada di tempat yang berdekatan (Lestari, 2009:23). Pengaturan tata letak toko dengan MBA ini juga dapat memunculkan pembelian tanpa direncanakan sebelumnya (Farkhan, 2008:27). Barang yang telah biasa dibeli secara bersama dapat memberikan stimulus bagi konsumen untuk membeli barang yang telah biasa digandengkan tersebut meskipun sebelumnya tidak pernah direncanakan. Selain itu metode ini juga dapat digunakan untuk memperbaiki efisiensi dalam melakukan promosi. Produk yang biasa dibeli secara bersama seharusnya tidak dipromosikan dalam waktu yang sama. Dengan mempromosikan salah satu produk dapat meningkatkan penjualan produk lain yang biasa dibeli secara bersama (Giudici, 2003:209). Persada Swalayan adalah sebuah ritel yang menjual barang keperluan sehari-hari. Mini market ini memiliki letak yang strategis yaitu berdekatan dengan permukiman kos mahasiswa dan karyawan, berada di area pusat perbelanjaan Dinoyo. Strategisnya letak dan pemberian harga yang murah oleh Persada Swalayan membuat swalayan ini selalu ramai setiap harinya. Namun, dirasa perlu bagi Persada Swalayan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya mengingat sudah banyak bermunculan minimarket lain di wilayah Dinoyo yang cukup berkompeten dan memiliki penataan layout bagus seperti Giant, Indomart, 3

4 Alfamart, dan sebagainya. Dilihat dari tata letak toko, selama ini pengaturan letak barang pada Persada Swalayan menggunakan aturan penataan berdasarkan jenis produk, ukuran, dan ciri khas produk. Pengaturan posisi produk Persada Swalayan hanya menggunakan subyektifitas manajemen dalam menata barang di dalam toko dan belum melihat dari segi perilaku konsumen. Permasalahan lain yang terdapat pada current layout Persada Swalayan adalah terdapat dua jenis kelompok item yang berdasarkan sifat kimiawi tidak dapat didekatkan yaitu raw food dan obat serangga. Kemudian penataan barang masih belum rapi. Padahal tata letak toko yang terstruktur rapi dan berorientasi pada keinginan konsumen dapat menjadi nilai tambah bagi perusahaan untuk menarik minat belanja konsumen (Duncan, dkk, 1981:31). Oleh karena itu Persada Swalayan perlu untuk menganalisa tata letak tokonya. Persada Swalayan dapat menggunakan pendekatan Market Basket Analysis (MBA) dalam merancang tata letak tokonya. Hal ini dilakukan khususnya untuk mengupayakan perancangan tata letak yang sesuai dengan perilaku belanja konsumen agar dapat menimbulkan pembelian tanpa direncanakan. Dalam kasus ini MBA dibantu oleh tools ARC sehingga selain memperhatikan sifat kuantitatif dari data penjualan juga memperhatikan hal-hal yang bersifat kualitatif seperti kerapian, sifat kimiawi produk dan lain sebagainya. Hasil dari penelitian ini adalah perubahan penempatan barang pada rak belanja dengan demikian dapat meningkatkan penjualan produk[3]. Alasan menggunakan algoritma Apriori adalah karena keberhasilan implementasi Algoritma Apriori yang dilakukan oleh Abbas dan kawan-kawan (2013) yang kemudian meningkatkan pendapatan perusahaan Sport, ini membuat penulis tertarik untuk mengimplementasikan Algoritma Apriori pada penelitian yang dilakukan oleh penulis. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah yang sudah dikemukakan, maka rumusan masalah yang kemudian akan dibahas yaitu Bagaimana 4

5 mengimplementasikan algoritma Apriori dalam pengaturan tata letak barang pada Nogo Shop. 1.3 Batasan Masalah Untuk menyelesaikan permasalahan di atas, penulis memberikan batasan masalah seperti berikut ini: 1. Metode yang di gunakan adalah dengan menggunakan metode Asosiasi dengan algoritma Apriori 2. Sample data (dataset) yang diambil dan digunakan dalam pengaturan penempatan barang adalah dataset penjualan pada 2 minggu terakhir dari Nogo Shop Kota Semarang. 1.4 Tujuan Penelitian Berikut ini merupakan tujuan diadakannya penelitian: - Untuk menerapkan metode data Asosiasi menggunakan algoritma Apriori yang digunakan sebagai pengaturan penempatan barang pada Nogo Shop. 1.5 Manfaat Penelitian Berikut ini merupakan manfaat yang didapat saat melaksanakan penelitian ini ialah: Bagi Peneliti a. Melatih penulis supaya dapat menganalisa dan mencarikan solusi yang tepat dalam suatu permasalahan. b. Mengasah kreativitas dan keahlian bagi peneliti. c. Sebagai sarana dalam penerapan ilmu data mining yang telah di dapatkan selama masa perkuliahan yang kemudian dapat diaplikasikan ke dunia luar. Bagi Universitas Dian Nuswantoro a. Untuk bahan evaluasi akademik yang diharapkan dapat meningkatkan mutu dalam dunia pendidikan. 5

6 b. Agar dapat mengetahui sejauh mana ilmu selama perkuliahan telah di serap dan dipahami oleh mahasiswa selama masa perkuliahan. c. Dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam suatu penelitian, yang dapat dikembangkan lebih lanjut yang diaplikasikan dalam jenis permasalahan yang berbeda. Bagi Masyarakat a. Dapat memudahkan pemilik Nogo Shop dalam mencari barang yang berkaitan saat pembeli membeli barang di pertokoan. b. Membantu dalam peningkat jumlah penjualan barang pada pertokoan. 6