ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. Partai Demokrat didirikan pada 9 September 2001 dan disahkan pada 27

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. Partai Demokrat didirikan pada 9 September 2001 dan disahkan pada 27"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Partai Demokrat didirikan pada 9 September 2001 dan disahkan pada 27 Agustus Partai yang kurang lebih sepuluh tahun terakhir setelah kemunculannya menjadi partai pemenang pemilu dan partai yang berkuasa di Indonesia dalam satu dekade belakangan. Lima tahun pertama kemunculannya Demokrat sudah berhasil mengantarkan Susilo bambang Yudhoyono yang termasuk salah seorang penggagas berdirinya partai ini menjadi presiden RI yang ke 5 pada pemilu presiden tahun Di pemilu legislatif Partai ini meraih suara sebanyak 7,45% ( ) dari total suara dan mendapatkan kursi sebanyak 57 di DPR 1. Melihat perolehan tersebut, Partai Demokrat meraih peringkat ke 5 Pemilu Legislatif Kenyataan tersebut memasukkan nama partai demokrat sebagai salah satu partai besar dan diperhitungkan yang ada di Indonesia. Setelah itu pada pemilu tahun 2009 Partai Demokrat menjadi pemenang, baik pemilu legislatif maupun pemilu preseiden, dengan kembali menjadikan Susilo bambang yudhoyono menjadi presiden RI yang ke 5 untuk periode ke dua. Dari hasil Pemilu legislatif 2009, Partai Demokrat memperoleh 150 kursi (26,4%) di DPR RI, setelah mendapat total suara (20,4%) 2. Dari hasil tersebut Partai Demokrat meraih suara terbanyak di banyak provinsi, hal yang pada pemilu 1 KPU Kota Surabaya, Hasil rekapitulasi Suara pemilu Hasil Perhitungan Pemilu legislatif 2009, diakses dari Google.com. 1

2 sebelumnya tidak terjadi. boleh di bilang partai ini merupakan partai yang sakti. Ungkapan demikian agaknya pantas di berikan, jika mengingat partai ini dalam waktu singkat dapat menjadi pemenang pemilu presiden di lima tahun pertama kemunculannya dan berhasil mempertahankan salah satu pendirinya untuk di menjadi presiden selama dua periode berturut-turut. Prestasi partai demokrat ini bukan hanya di raih di tingkat Nasional tetapi prestasi tersebut di ikuti dengan kemenangan di berbagai daerah tingkat Provinsi dan Kota/Kabupaten. Baik itu pemilu kepala daerah maupun pemilu legislatif yang ada di tingkatan Provinsi dan Kota/Kabupaten. Di kota Surabaya sendiri partai Demokrat memperoleh hasil suara yang signifikan, Apabila pada Pemilu tahun 2004 hanya memperoleh 5 (lima) kursi di DPRD kota Surabaya, maka pada Pemilu 2009 berhasil memperoleh 16 (enam belas) kursi. Terbagi menjadi 5 (lima) daerah pemilihan (Dapil). Berdasar hasil final rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya, perolehan suara partai politik untuk DPRD kota Surabaya adalah sebagai berikut: Tabel I.I Lima partai peraih suara tertinggi pada Pemilu Legislatif 2009 kota Surabaya No. Partai Politik Perolehan Suara Prosentase 1. Partai Demokrat % 2. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan % 3. Partai Keadilan Sejahtera % 4. Partai Kebangkitan Bangsa % 5. Partai Damai Sejahtera % 2

3 Sumber: KPUD Kota Surabaya 2009 Partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi memiliki peran dan fungsi strategis. Secara ideal partai politik dapat menentukan serta menyeleksi kandidat pejabat publik. Tidak hanya itu, partai politik juga berperan dan bertanggung jawab besar dalam pendidikan politik warga negara supaya mereka bisa lebih mengerti secara politik, terutama kebijakan-kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah. Lebih lanjut, di sisi lain Berdasarkan fungsinya, partai politik memiliki beberapa fungsi. Pertama yakni, partai politik sebagai sarana komunikasi politik. Dalam artian partai politik sebagai penyambung lidah bagi masyarakat guna di aspirasikan yang nantinya akan di jadikan pertimbangan bagi pemerintah untuk di konversikan menjadi kebijakan-kebijakan publik yang diperuntuhkan bagi kemaslahatan bersama. Kedua, partai politik sebagai sarana sosialisasi politik. Hal ini bertujuan menjadikan masyarakat faham dan mengerti kebijakan-kebijakan yang sudah di buat oleh pemerintah dan yang Ketiga yakni sebagai sarana rekrutmen politik. Dalam hal ini fungsi partai politik di tuntut untuk menyiapkan kader-kadernya agar dapat mejadi pemimpin politik berikutnya. Setelah itu partai politik di wajibkan untuk memilih dan memperjuangkan kader-kadernya yang berkualitas agar mendapatkan jabatan yang dapat mempengaruhi arah kebijakan pemerintah. Belakangan Prestasi partai demokrat tidak di imbangi dengan kredibilitas Partai yang semakin menurun. kepercayaan rakyat indonesia kepada partai serta pemerintah yang di usung oleh partai Demokrat semakin menurun. Salah satu penyebab permasalahan ini dikarenakan tidak sedikit dari kader partai demokrat baik itu di tingkat nasional maupun di daerah yang akhir-akhir ini di beritakan ikut 3

4 terlibat dalam berbagai kasus hukum dan korupsi. Contohnya nyata kasus korupsi mantan bendahara umum partai Demokrat yang belakangan marak diberitakan dimedia. Hal ini merupakan salah satu permasalahan yang kongkrit dalam partai. Boleh dibilang kader partai sedikit banyak memberi pengaruh didalam tubuh partai. Ketika kader tersebut tersangkut kasus hukum atau kasus korupsi maka nama baik partailah yang menjadi taruhan disini. Karena di anggap partai gagal atau tidak mampu mencetak atau mengkader kader - kadernya dengan baik. Terlebih lagi partai demokrat mengangkat isu isu anti korupsi dalam bebagai kampanyenya. Permasalahan ini layaknya perlu dilihat dari sudut pandang yang berbeda, di samping kita melihat dari dalam sistem pengkaderan yang ada di dalam partai kita juga kembalikan lagi kepada kader-kader partai tersebut. Bisa jadi kader-kader tersebut memiliki cacatan atau jejak rekam yg hitam artinya kader tersebut sebelumnya pernah terlibat kasus korupsi dan memiliki kredibilitas buruk, kader kutu lompat dalam artian kader yang mencari kenyamanan dan keamanan politis dengan berpindah-pindah partai dan kader tersebut pindah ke partai Demokrat yang notabene saat ini partai tersebut menjadi partai yang berkuasa. Perlu kita cermati ada juga kader yang masuk ke dalam partai memang memiliki tujuan, kredibilitas dan kemampuan yang bagus, namun setelah dia masuk dalam partai, kader tersebut berubah dan menjadi kader yang hitam. dalam artian kader tersebut berubah menjadi kader yang buruk karena keadaan yang ada di dalam partai. Selama periode pertama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, Kader-kader yang ada di tubuh demokrat boleh dibilang murni kader partai Demokrat karena kebanyakan dari mereka yang ada di pengurus partai merupakan 4

5 orang-orang yang ikut secara langsung membangun dan membidani partai mulai dari awal berdiri atau mulai dari nol, bisa di simpulkan orang-orang ini memiliki tujuan dan ideologi yang jelas yakni membangun partai dari awal sarana 3. semakin besar organisasi, maka otomatis anggotanya juga semakin besar. Dan itu berimplikasi kepada kepentingan politik para anggotanya. Ketika memasuki periode kedua pemerintahan SBY, kader- kader yang telah bergabung boleh dibilang sudah memiliki kepentingan atau bisa di artikan sudah tidak murni lagi orientasinya ketika kader tersebut bergabung dengan Partai. ada yang orientasinya sekedar mencari keamanan secara politis. Dan ada juga kader yang ikut bergabung hanya sekedar ingin mencicipi kekuasaan. Bisa di bilang kader kader seperti inilah yang merupakan kader kutu loncat. Dengan kata lain Tidak sedikit kader yang bergabung dengan tujuan tujuan pragmatis dan politis semata. Namun ada juga kader yang bergabung dengan partai dengan tujuan yang mulia dengan kata lain kader-kader ini masih memiliki tujuan dan visi serta misi dan tujuan yang jelas saat bergabung. namun ketika kader tersebut bergabung dengan partai adalah orientasi pragmatis dan politis, maka dapat berakibat buruk bagi masa depan partai tersebut. Jika merujuk dari salah satu fungsi partai, yakni fungsi pengkaderan. Partai dalam hal ini bisa di bilang telah gagal karena para kader hanya berlandaskan kepentingan dan tidak memiliki ideologi yang sejalan dengan apa yang di harapkan dan di gariskan oleh partai dan hanya mementingkan dirinya semata. Namun jika partai dapat mempengaruhi atau merubah tujuan dari kader kader tersebut menjadi visi dan misi yang diperjuangkan Partai Demokrat dalam konteks membangun Indonesia. 3 Jawapos, Jakarta, Juli

6 Mengutip apa yang disampaikan oleh Ketua DPR RI, Marzuki Alie pada media Jawapos. Marzuki alie mengatakan bahwa Sistem dan pola karier kepartaian politik di Indonesia memang belum menjamin mampu menghasilkan kader-kader yang siap menjadi pemimpin bangsa dan calon-calon negarawan yang duduk di DPR. Tidak jelas dari mana dan lalu menjadi pengurus partai, setelah itu masuk di DPR. Beliau mengatakan Kader masuk ke dalam partai kebanyakan belum melalui proses rekrutmen politik yang terukur. dan dalam partai sendiri tidak jelas pola pendidikan yang dijalani kader tersebut sebelum menjadi anggota DPR. Beliau mengatakan sudah saatnya sistem pengaderan di partai dibenahi dan dinilai secara terukur sehingga jenjang karier di kepartaian berjalan secara jelas, sebab negara membutuhkan orang-orang yang siap di DPR dan di jabatan jabatan kenegaraan lainnya. Beliau menambahkan jika pola pengaderan di partai sudah berjalan baik, maka akan lahir kader-kader partai sebagai negarawan yang siap membela kepentingan rakyat, bukan lagi semata-mata kepentingan pribadi dan partai RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana sistem perekrutan calon legislatif partai Demokrat di Kota Surabaya? 2. Apakah Pola rekrutmen calon legislativ DPC partai demokrat kota Surabaya sudah menggambarkan pelembagaan partai yang baik? 3. Adakah kendala yang dihadapi oleh partai Demokrat dalam merekrut calon legislatif di Kota Surabaya? 6

7 1.3. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menjelaskan bagaimana Pola perekrutan calon legislatif Partai Demokrat yang ada di Kota Surabaya. 2. Dapat menjelaskan pola rekrutmen calon legislativ DPC partai demokrat kota Surabaya sudah menggambarkan pelembagaan partai yang baik ataukah tidak. 3. Menjelaskan pengaruh Pola perekrutan calon legislatif Partai Demokrat di Kota Surabaya dapat mempengaruhi perolehan suara Partai Demokrat yang meningkat pada pemilu legislatif 2009 Kota Surabaya MANFAAT PENELITIAN 1. Sebagai syarat formal untuk meraih gelar sarjana Ilmu Politik. 2. Secara pribadi, penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah pengalaman dalam penulisana karya ilmiah. 3. Secara umum, penulis mengharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran tentang topik yang penulis diteliti, terutama di dalam bidang Ilmu Politik. 7

8 1.5. KONSEPTUALISASI PARTAI POLITIK Partai politik merupakan salah satu acuan dalam satu masyarakat atau negara yang menganut paham demokratis. Seiringdengan berkembangnya sistem demokrasi sekarang ini sepertinya partai politik merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya untuk ikut terlibat dalam kegiatan politik. Partai politik merupakan salah satu manifestasi dari sebuah adanya kebebasan yang diberikan oleh Negara yaitu kebebasan untuk berserikat dan berkumpul. Dalam sistem politik demokrasi modern terdapat sistem demokrasi perwakilan yang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan partai politik. Di negara demokrasi, partai politik adalah suatu keniscayaan karena berkaitan erat dengan kemunculan lembaga-lembaga perwakilan sebagai sarana politik untuk mewujudkan aspirasi rakyat. Prinsip pemerintahan demokrasi, yakni "oleh rakyat" diwujudkan dengan adanya partai politik dan "dari rakyat" dapat diukur dari hasil pemilihan umum yang bersifat umum, langsung, bebas, rahasia, dan adil. Sedangkan menurut Masad Masrur sistem politik Indonesia telah menempatkan partai politik sebagai pilar utama penyangga demokrasi. Artinya, tak ada demokrasi tanpa partai politik. MenurutUU No 2 Tahun 2008 tentang partai politik pasal 1 ayat 1, bahwasanya partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan negara Republik Indonesia berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

9 Banyak para ahli yang mendefinisikan partai politik, diantaranya Roy C. Macridis dalam tulisannya menyatakan bahwa partai sebagai suatu asosiasi yang mengaktifkan, memobilisasi rakyat, dan mewakili kepentingan tertentu, memberikan jalan kompromi bagi pendapat - pendapat yang bersaing dan memunculkan kepemimpinan politik. Partai juga merupakan alat untuk memperoleh kekuasaan dan untuk memerintah. Menurut Sartori bahwasanya partai politik ialah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatan- jabatan publik. Dengan kata lain Partaipolitik artinya suatu organisasi yang berorientasi kepada pencapaian legitimasi kekuasaan atas pemerintah melalui proses pemilihan umum. Dengan demikian partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan dari kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik-biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijakan kebijakan mereka. Sebuah partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus. Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan citacita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik - (biasanya) dengan cara konstitusionil - untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Definisi partai politik menurut Ramlan Surbakti adalah suatu kelompok anggota yang terorganisir secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan idiologi tertentu dan yang berusaha mencari dan mempertahankan 9

10 kekuasaan melalui pemilihan umum guna melaksanakan alternatif kebijakan umum yang mereka susun. Setidaknya ada tiga teori yang menjelaskan tentang kemunculan partai politik menurut Joseph Lapalombara dan Myron Weiner. Pertama, teori kelembagaan. Teori itu menyatakan bahwa munculnya partai politik karena dibentuk oleh kalangan legislatif untuk mengadakan kontak dengan masyarakat. Kedua, teori situasi historis yang menyatakan bahwa adanya partai politik sebagai jawaban untuk mengatasi krisis yang ditimbulkan oleh perubahan masyarakat secara luas berupa krisis legitimasi, integrasi, dan partisipasi seiring dengan modernisasi di Eropa. Ketiga, teori pembangunan yang mengungkapkan bahwa kelahiran partai politik merupakan hasil produk modernisasi sosial ekonomi yang mana memunculkan kelompok-kelompok sosial baru dan membutuhkan tempat untuk menyalurkan kepentingan - kepentingannya. Menurut Samuel P. Huntington pertumbuhan dan perkembangan partai politik melalui 4 tahap 4. Pertama, tahap faksionalisasi.masyarakat kurang mengenal tuntutan organisasi politik modern yang melibatkan isu stabilitas dan penataan kehidupan politik. Pada tahap ini separuh dari kesadaran politik masyarakat sudah mulai meninggalkan bentuk-bentuk organisasi politik tradisional. Namun pada saat yang bersamaan belum menemukan penggantinya yang sesuai dengan tuntutaan keadaan. Kedua, tahap polarisasi. Kesadaran politik semakin meluas sehingga meningkatkan partisipasi politik, akibatnya tumbuh berbagai kelompok kelompok politik yang menghasilkan sebuah masyarakat 4 Hutington, Samuel, Tertib Politik, Rajawali Pers, Cetakan I Januari

11 majemuk dan kompleks dan secara perlahan lahan menumbuuhkan polarisasi kelompok yang disebabkan heterogenitas masyarakat modern di tengah-tengah perubahan sosial-ekonomi. Ketiga, tahap ekspansi. Partai berkembang menjadi organisasi politik yang semakin membutuhkan dukungan massa. Dalam tahap ini partisipasi politik masyarakat meluap dan memerlukan kontribusi partai sebagai agregator kepentingan umum. Keempat, tahap pelembagaan. Pada tahap ini sistem partai relatif telah mapan. Hal ini ditandai dengan terbnetuknya sistem dua partai, sistem multi partai, atau sistem partai tunggal dominan. Para pakar politik menyebutkan partai politik dengan beberapa definisi, berikut ini mewakili pakar klasik dan kentemporer, yakni : Carl J. Frederick menuliskan bahwa Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan untuk mempertahankan kekuasaan pemerintahan oleh pemimpin partainya dan berdasarkan pengusaan ini, dapat memberikan kemanfaatan kepada anggota partainya secara idiil dan materil (a politic, party is group of humanbeing, stabilly organized with the objective of securing or maintaining for leader the control of government, with the future of giving to members of the party, though such control ideal material benfit and advantages) 5. Sigmund Neumand dalam bukunya Modern Political Parties, mengemukaan definisi Partai politik adalah organisasi dari aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah seta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain yang mempunyai pandangan berbeda. (A political party is the articulate organization of society s active political agents; those who are concerned with the 5 Fredrich, Constitutional Govenrnment and democracy. Hal

12 control of gonvernmental polity power, and who compote for popular support with other group or groups holding divergent views) 6. Menurut Neumann, partai politik merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi. Demikian beberapa ahli menjelaskan bahwa partai politik adalah sebagai wadah resmi untuk mengakomodir artikulasi kepentingan masyarakat, dalam rangka pengelolaan kekuasaan pemerintah. Negara-negara dengan sistem pemerintahan otoriter maupun demokratis sama-sama membutuhkan partai politik. Berikut ini ada beberapa sistem partai, yaitu : a. Sistem Partai tunggal Beberapa pemikir berpendapat bahwa istilah partai tunggal merupakan istilah yang menyangkal dirinya, sebab suatu sistem selalu mengundang lebih dari satu bagian. Pada negara dengan sistem partai tunggal, partai memegang kendali dan mendominasi pemerintahan. Tidak terdapat kompetisi, meskipun ada partai lain namun keberadaannya tidak terlalu signifikan dalam pengelolaan pemerintahan. Otoritas pemegang kekuasaan dan partai cukup besar. Negara-negara yang memberlakukan sistem partai tunggal antara lain adalah : China, Afrika dan Kuba. b. Sistem Dwi-partai Sistem dwi-partai dapat diartikan sebagai dua partai yang memegang kekuasaan secara dominan diantara partai-partai lainnya. Partai tersebut memenangkan dua tempat teratas secara bergiliran di pemerintahan, dengan demikian memiliki kedudukan dominan. Belakangan ini hanya beberapa 6 Sigmund Neumand Modern Political Parties dalam comparative politic: a reader. Hal

13 negara yang memiliki ciri sistem dua partai, yaitu Inggris, Amerika Serikat, Filipina, Kanada dll. Dalam sistem ini, partai akan terbelah menjadi dua secara jelas, yaitu partai penguasa dan partai oposisi. c. Sistem Multipartai Perbedaan suku, ras, dan agama cenderung mendorong kelompok-kelompok dengan jalinan-jalinan demikian untuk berusaha menyalurkan artikulasi kepentingannya. Mereka melihat bahwa partai merupakan wadah yang sesuai untuk memperjuangkan kepentingan mereka. Dengan demikian, maka akan muncul banyak partai sebagai cerminan pluralitas dan keberagaman artikulasi kepentigan. Setidaknya multi partai mampu menjadi jembatan pluralitas tersebut. Negara-negara yang menggunakan sistem multipartai antara lain adalah : Indonesia, Malaysia, Prancis, Netherland dan sebagainya. Indonesia sendiri memang cukup sesuai apabila menggunakan sistem multipartai karena tingkat pluralitas berdasarkan suku, ras, agama dan satu lagi ditambah dengan kondisi geografis sebagai negara kepulauan sehingga dengan multi partai, akan memberikan ruang gerak dan kesempatan mewadahi aspirasi dan harapan masyarakatnya. Apalagi setelah orde baru, undang-undang No.3 tahun 1999 tentang partai politik telah memberikan ruang untuk mendirikan partai politik. Banyak diantara kekuatan-kekuatan politik yang selama ini tidak mendapat ruang, akhirnya memutuskan untuk mendirikan partai politik sebagai saluran artikulasi kepentingan politiknya. Tokoh Nahdalatul Ulama (Gus Dur) mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa. Tokoh Muhammadiyah (Amien Rais) mendirikan Partai Amanat Nasional. Tokoh Nasionalis/ marhaenis (Megawati) mendirikan Partai Demokrasi 13

14 Indonesia Perjuangan. Beberapa contoh partai-partai besar yang lahir pada masa setelah orde baru. Yang terakhir dari tokoh militer (Purnawirawan) yakni Susilo Bambang Yudhoyono yang berhasil mendirikan Partai Demokrat. Bisa dibilang termasuk partai yang sakti, demikian yang menarik dari partai ini yakni partai Demokrat bisa di bilang anak kemarin sore didirikan kurang lebih baru 10 tahun namun di tahun pertama partai tersebut mengikuti pemilu tepatnya tahun Partai ini telah berhasil mengusung pendirinya menjadi Presiden RI yang ke 5, dan pada pemilu pada tahun 2009 partai ini berhasil mempertahankan kesuksesannya dengan menjadikan Susilo Bambang Yudhoyono kembali menjadi presiden untuk periode ke dua PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK Pelembagaan adalah proses organisasi dan tata cara memperoleh nilai baku dan stabil. Tingkat pelembagaan sistem politik dapat ditentukan dari segi kemampuan untuk menyesuaikan diri, kompleksitas dan otonomi dan keterpaduannya. Apabila ciri-ciri tersebut dapat diidentifikasikan dan kemudian diukur, maka sistem politik dapat juga dibandingkan satu sama lain berdasarkan tingat kelembagaannya. Selain itu terbuka juga kemungkinan untuk mengukur peningkatan dan surutnya pelembagaan organisasi dan tatacara tertentu dalam sistem politik 7. Semakin mudah organisasi atau tatacara dalam menyesuaikan diri, semakin tinggi pula pelembagaannya; sebaliknya apabila kurang menyesuaikan 7.talcott parson, dengan judul Essay in Sociological Theory hal

15 diri dan lebih kaku, pelembagaannya akan semakin rendah pula. Kemampuan menyesuaikan diri merupakan ciri khas yang harus dicapai. Kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri pada dasarnya dapat di ukur dari segi umur organisasi 8. usia organisasi dapat di ukur menurut tiga cara. Salah satu perhitungan sederhananya adalah kronologis; semakin tua eksistensi suatu organisasi semakin tinggi pula tingkat kelembagaannya. Dengan demikian lembaga politik tidak dapat dibentuk sehari saja, kadang-kadang konflik yang tajam dan beberapa tantangan yang serius dapat mengubah suatu organisasi. Tolak ukur yang kedua ialah usia generasi. Selama suatu organisasi masih memiliki tokoh-tokoh angkatan pertama dan tatacara masih dilakukan oleh mereka, sampai sebegitu jauh kemampuan penyesuaian diri organisasi tersebut perlu diragukan. Semakin sering organisasi dapat mengatasi masalah suksesinya dengan cara-caranya yang luwes dan menggantikan tokoh-tokoh pimpinannya maka akan semakin tinggi pula tingkat pelembagaan organisasi tersebut, Tolak ukur yang ketiga yaitu dari segi fungsi. Sudah tentu fungsi organisasi dapat di definisikan melalui cara-cara yang hampir dikatakan tidak terbatas. Biasanya organisasi dibentuk untuk melaksanakan suatu fungsi tertentu. Apabila fungsi tersebut tidak diperlukan lagi maka organisasi tersebut akan menghadapi krisis. Organisasi harus mencari fungsi yang baru jika tidak organisasi tersebut akan menerima kenyataannya mati perlahan-lahan. Tolak ukur yang tepat dalam mengkaji tingginya tingkat pelembagaan organisasi bukanlah dari sudut sejauhmana organisasi tersebut dapat 8.Samuel Hutington, Tertib Politik hal. 17,

16 melaksanakan fungsi tertentu, melainkan justru sejauh mana ia dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan fungsi REKRUTMEN PARTAI POLITIK Anggota merupakan basis sebuah partai. Semakin banyak anggota semakin kuat partainya. Semakin banyak yang aktif anggota partai dan semakin banyak yang bersedia untuk bekerja secara sukarela untuk partai, maka semakin kuatlah partai tersebut. Melihat kenyataan diatas, maka partai harus berusaha untuk merekrut sebanyak mungkin anggota, selama mereka setuju dengan ideologi dan nilai-nilai dasarnya. Dan setelah itu, juga menjaga agar yang sudah menjadi anggota tetap puas sebagai anggota partai. Pada umumnya terdapat dua model partai yang berbeda: partai kader (atau partai pemilih) dan partai anggota (atau massa). Partai kader tidak memiliki terlalu banyak anggota. Biasanya hanya pengurus atau kandidat direkrut oleh partai, bukan anggota biasa. Tingkat organisasi partai kader kurang tinggi. Partai ini lebih mementingkan sukses di pemilu, maka disebut partai pemilih. Jumlah pemilih dibanding jumlah anggota sangat tinggi, akan tetapi pada umumnya keterikatan pemilih pada partai tidak terlalu kuat. Seleksi kandidat biasanya melalui primaries (pemilu pendahuluan) yang sering melibatkan publik. Karena jumlah anggota kecil partai kader membutuhkan penggunaan media (dengan biaya tinggi) untuk komunikasi dengan pemilih. Partai Republik dan Partai Demokrat di AS adalah contoh partai kader. 9.Philip selzmick, Leadership in administrasion (New York, Harper and Row, 1957) hal. 5 dan seterusnya. 16

17 Partai anggota membutuhkan struktur dan organisasi yang lebih lengkap (dari tingkat lokal sampai nasional) dan kuat dibanding partai kader. Jumlah anggota tinggi dan keterikatan pada partai lebih kuat dan mendalam. Keterlibatan anggota dalam partai (seleksi kandidat, formulasi kebijakan) lebih tinggi dibanding partai kader dan bersifat bottom-up. Tingginya jumlah anggota dan aktifis merupakan suatu kelebihan partai anggota. Anggota adalah suatu sumber daya yang penting. Mereka membayar iuran, dapat dimobilisir pada masa kampanye secara gratis dan sukarelawan dan selalu berinteraksi dengan masyarakat dan mempromosikan program partainya. Oleh karenanya, politisi berasal dari partai anggota lebih dekat dengan pemilihnya. Partai-partai besar di Eropa pada umumnya merupakan partai anggota. Adapun beberapa alasan mengapa perekrutan anggota baru dalam partai politik begitu penting yakni: 1. Keberagaman anggota yang tinggi berarti partai lebih representatif. Dukungan dari konstituen semakin besar. 2. Anggota mempunyai pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dapat digunakan oleh partai. 3. Semakin banyak anggota, semakin banyak ide, opini dan pendapat terdapat di dalam partai. Proses pengambilan keputusan yang mengintegrasikan sebanyak mungkin ide dan pendapat yang berbeda pada umumnya menghasilkan keputusan yang lebih bagus (kalau dilakukan secara demokratis). Partai tidak hanya harus merekrut anggota biasa, akan tetapi juga aktifis partai, pengurus partai, calon legislatif, dan staf profesional (misalnya untuk 17

18 Akuntansi, praktisi Hukum dan lain sebagainya). Sebagai salah satu instrumen pengkaderan, Pendidikan dan pelatihan anggota hari ini sangat penting untuk pengembangan partai, karena Anggota baru diberikan introduksi mengenai ideologi, visi dan misi, program dan gagasan partai. Anggota diberikan pengetahuan dan keterampilan tertentu agar dapat menjalankan fungsi dalam partai. Pendidikan dan pelatihan dapat membantu anggota memahami masalah yang dihadapi agar dapat melibatkan diri dalam proses debat dan pengambilan keputusan yang demokratis. Disamping itu partai juga menyiapkan dan mendidik pimpinan - pimpinan partai selajutnya agar dapat mengelola partai dengan baik. Dan yang terakhir adalah pendidikan dan pelatihan tersebut bertujuan untuk menyiapkan calon kepala daerah maupun legislatif agar dapat melakukan tugasnya dengan baik. Memang fenomena yang terjadi belakangan ini partai politik cenderung lebih merekrut orang orang diluar partai untuk di calonkan untuk menjadi kepala daerah maupun calon legislatif. Fenomena ini menjadi menarik dalam artian secara tidak langsung terdapat permasalahan yang sangat mendasar di dalam partai partai tersebut dalam hal pengkaderan. Jika partai partai tersebut mengkader, mendidik dan percaya kepada kadernya atas dasar apa partai masih mencalonkan orang orang di luar partai?, apakah dengan begitu partai baru bisa membuka diri untuk merekrut orang orang tersebut. Memang muncul anggapan bahwa partai mengambil kebijakan demikian dengan tujuan utama yakni mencari kemenangan dalam pemilu kepala daerah dan pemilu legislatif. Namun hal ini menjadi masalah ketika kader kader tersebut masuk dalam partai tanpa ideologi dan visi-misi yang sama dengan partai. Mereka bergabung dengan partai hanya di 18

19 dasari oleh kepentingan politis dan pragmatis semata bisa di simpulkan hal hal yang semacam inilah yang melahirkan kader kader kutu loncat dalam partai KADER Pengertian kader menurut kamus besar bahasa indonesia adalah 10 : orang yang di harapkan atau di persiapkan untuk memegang jabatan atau pekerjaan penting dalam pemerintahan, partai atau ssebagainya. Pengertian kader menurut kamus bahasa indonesia kontemporer adalah 11 : 1. Kader adalah orang yang dicalonkan untuk memegang pekerjaan penting dalam pemerintahan, partai, perusahaan dan sebagainya. 2. Kader adalah orang yang diharapkan memangku jabatan yang penting dikemudian hari. Pengertian kader menurut kamus umum disini maksudnya sama sengan pengkaderan yakni : proses, cara, mendidik atau membentuk seseorang kader. Pengertian kader menurut kamus umum, khususnya bidang hukum dan politik adalah binaan untuk dijadikan pimpinan suatu organisasi, partai dan sebagainya 12. Kaderisasi adalah suatu bagian dari rekrutmen politik dimana adanya proses penyiapan sumber daya manusia (SDM) agar kelak mereka menjadi para pemimpin yang mampu membangun peran dan fungsi organisasi secara lebih bagus dalam jabatan-jabatan administratif maupun politik Umichulsum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Kashiko Press, Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English, Zainul Bahri, Kamus Umum, Khususnya Bidang Hukum dan Politik, Bandung: Angkasa Bandung, Nova,Wahyuningtyas. Bab 1, Upaya partai Politik dalam menjaring dukungan massa (Studi kasus Strategi Politik Partai Demokrat dalam pemilu Legislatif 2009). 19

20 Kemapuan sebuah partai untuk melakukan pematangan terhadap SDM-nya sangatlah dipengaruhi oleh kemampuan para pengurusnya untuk memfasilitasi pengadaan pendidikan dan pelatihan secara lebih intensif di bidang-bidang tertentu terhadap kadernya. Hal ini dilakukan sejauh menyangkut peningkatan kemampuan simultan dan terencana pada semua tingkatan kepengurusan partai. Bagaimanapun partai membutuhkan kaum muda terdidik yang berkualitas untuk menjadi ssaran pengkaderan ini. Kaum muda sangat menentukan masa depan dan kualitas sebuah partai politik di masa mendatang FUNGSI PARTAI POLITIK Berdasarkan fungsinya, partai politik memiliki beberapa fungsi. Pertama, sebagai sarana komunikasi politik. Masyarakat memiliki bermacam-macam aspirasi, mereka membutuhkan medium untuk menyampaikan apa yang mereka inginkan, selain menyampaikan, mereka memiliki kepentingan agar apa yang mereka inginkan bisa terwujud. Dengan demikian, maka partai politik berperan untuk menyerap aspirasi tersebut, untuk selanjutnya dibuat sebuah rumusan kepentingan. Dengan demikian, sistem komunikasi politik dengan konstituen bisa mampu menyerap aspirasi dan memperjuangkannya dalam sebuah kebijakan. Dengan keberadaan organisasi masyarakat, maka komunikasi politik antara partai dan masyarakat bisa memperoleh media. Media komunikasi politik melalui ormas dinilai lebih mudah karena sistem dan struktur yang ada diormas akan mempermudah hal itu. Bahkan pengelolaan kepentingan ormas bisa terfasilitasi dengan lebih optimal. Denga demikian terjadi simbiosis mutualisme antara kedua organisasi tersebut. 20

21 Kedua, sebagai sarana sosialisasi politik. Budaya politik merupakan produk dari proses pendidikan atau sosialisasi politik dalam sebuah masyarakat. Dengan sosialisasi politik, individu dalam negara akan menerima norma, sistem keyakinan, dan nilai-nilai dari generasi sebelumnya, yang dilakukan melalui berbagai tahap, dan dilakukan oleh bermacam-macam agens, seperti keluarga, saudara, teman bermain, sekolah (mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi), lingkungan pekerjaan, dan tentu saja media massa, seperti radio, TV, surat kabar, majalah, dan juga internet. Proses sosialisasi atau pendidikan politik Indonesia tidak memberikan ruang yang cukup untuk memunculkan masyarakat madani (civil society). Yaitu suatu masyarakat yang mandiri, yang mampu mengisi ruang publik sehingga mampu membatasi kekuasaan negara yang berlebihan. Masyarakat madani merupakan gambaran tingkat partisipasi politik pada takaran yang maksimal. Dalam kaitan ini, sedikitnya ada tiga alasan utama mengapa pendidikan politik dan sosialisasi politik di Indonesia tidak memberi peluang yang cukup untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat. 14 Ketiga sebagai sarana rekrutmen politik. Peran partai politik sebagai sarana rekruitmen politik dalam rangka meningkatkan partisipasi politik masyarakat, adalah bagaimana partai politik memiliki andil yang cukup besar dalam hal: 1. Menyiapkan kader-kader pimpinan politik; 2. Selanjutnya melakukan seleksi terhadap kader-kader yang dipersiapkan; serta 14 Gaffar, Afan, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka Pelajar Indonesia, Cetakan I, Mei,

22 3. Perjuangan untuk penempatan kader yang berkualitas, berdedikasi, memiliki kredibilitas yang tinggi, serta mendapat dukungan dari masyarakat pada jabatan jabatan politik yangbersifat strategis. Makin besar andil partai politik dalam memperjuangkan dan berhasil memanfaatkan posisi tawarnya untuk memenangkan perjuangan dalam ketiga hal tersebut; merupakan indikasi bahwa peran partai politik sebagai sarana rekrutmen politik berjalan secara efektif. Ketiga hal tersebut akan semakin mudah terwujud apabila memiliki hubungan yang baik dengan organisasi masyarakat. Karena setiap anggota organisasi masyarakat yang aktif, lebih berpeluang besar untuk menjadi kader. Modal sosial seperti jaringan, intelektualitas, kemampuan mengelola organisasi dan pemahaman kaderisasi menjadi sebuah nilai jual tersendiri. Daripada merekrut kader baru yang masih belum memiliki latar belakang organisasi, maka kader yang berasal dari ormas akan menjadi nilai tambah tersendiri. Bahkan kader partai tersebut bisa membawa kepentingan ormasnya agar bisa mempermudah penyaluran kepada pemegang kekuasaan. Tidak jauh berbeda, Miriam Budiardjo mengutarakan terdapat empat fungsi partai politik, yakni meliputi sarana 15 : pertama sarana komunikasi politik, kedua sosialisasi politik (political socialization), ketiga sarana rekruitmen politik (political recruitment), dan keempat pengatur konflik (conflict management). Dalam istilah Yves Meny dan Andrew Knapp 16, fungsi partai politik itu mencakup fungsi pertama mobilisasi dan integrasi, kedua sarana pembentukan 15 Miriam Budiardjo, Pengantar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 2000, hal Yves Meny and Andrew Knapp, Government and Politics in Western Europe: Britain, France, Italy, Germany, third edition, Oxford University Press,

23 pengaruh terhadap perilaku memilih (voting patterns). ketiga sarana rekruitmen politik dan keempat sarana elaborasi pilihan-pilihan kebijakan. Keempat fungsi tersebut sama-sama terkait satu dengan yang lainnya. Sebagai sarana komunikasi politik, partai berperan sangat penting dalam upaya mengartikulasikan kepentingan (interests articulation) atau political interests yang terdapat atau kadang-kadang yang tersembunyi dalam masyarakat. Berbagai kepentingan itu diserap sebaik-baiknya oleh partai politik menjadi ide-ide, visi dan kebijakan-kebijakan partai politik yang bersangkutan. Setelah itu, ide-ide dan kebijakan atau aspirasi kebijakan itu diadvokasikan sehingga dapat diharapkan mempengaruhi atau bahkan menjadi materi kebijakan kenegaraan yang resmi. Terkait dengan komunikasi politik itu, partai politik juga berperan penting dalam melakukan sosialisasi politik (political socialization). Ide, visi dan kebijakan strategis yang menjadi pilihan partai politik dimasyarakatkan kepada konstituen untuk mendapatkan feedback berupa dukungan dari masyarakat luas. Terkait dengan sosialisasi politik ini, partai juga berperan sangat penting dalam rangka pendidikan politik. Partai lah yang menjadi struktur-antara atau intermediate structure yang harus memainkan peran dalam membumikan citacita kenegaraan dalam kesadaran kolektif masyarakat warga negara. Misalnya, dalam rangka keperluan memasyarakatkan kesadaran negara berkonstitusi, partai dapat memainkan peran yang penting. Tentu, pentingnya peran partai politik dalam hal ini, tidak boleh diartikan bahwa hanya partai politik saja yang mempunyai tanggungjawab eksklusif untuk memasyarakatkan UUD. Semua kalangan, dan bahkan para pemimpin politik yang duduk di dalam jabatan-jabatan publik, khususnya pimpinan pemerintahan eksekutif mempunyai tanggungjawab 23

24 yang sama untuk itu. Yang hendak ditekankan disini adalah bahwa peranan partai politik dalam rangka pendidikan politik dan sosialisasi politik itu sangat lah besar. Dari Fungsi ketiga partai politik dapat disimpulkan bahwa partai merupakan sarana rekruitmen politik (political recruitment). Partai dibentuk memang dimaksudkan untuk menjadi kendaraan yang sah untuk menyeleksi kader-kader pemimpin negara pada jenjang-jenjang dan posisi-posisi tertentu. Kader-kader itu ada yang dipilih secara langsung oleh rakyat, ada pula yang dipilih melalui cara yang tidak langsung, seperti oleh Dewan Perwakilan Rakyat, ataupun melalui cara-cara yang tidak langsung lainnya. Tentu tidak semua jabatan yang dapat diisi oleh peranan partai politik sebagai sarana rekruitmen politik. Jabatan-jabatan profesional di bidang-bidang kepegawai-negerian, dan lain-lain yang tidak bersifat politik (poticial appointment), tidak boleh melibatkan peran partai politik. Partai hanya boleh terlibat dalam pengisian jabatan-jabatan yang bersifat politik dan karena itu memerlukan pengangkatan pejabatnya melalui prosedur politik pula (political appointment). Untuk menghindarkan terjadinya percampuradukan, perlu dimengerti benar perbedaan antara jabatan-jabatan yang bersifat politik itu dengan jabatanjabatan yang bersifat teknis-administratif dan profesional. Di lingkungan kementerian, hanya ada 1 jabatan saja yang bersifat politik, yaitu Menteri. Sedangkan para pembantu Menteri di lingkungan instansi yang dipimpinnya adalah pegawai negeri sipil yang tunduk kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang kepegawaian. Jabatan dibedakan antara jabatan negara dan jabatan pegawai negeri. Yang menduduki jabatan negara disebut sebagai pejabat negara. Seharusnya, supaya sederhana, yang menduduki jabatan pegawai negeri 24

25 disebut pejabat negeri. Dalam jabatan negeri atau jabatan pegawai negeri, khususnya pegawai negeri sipil, dikenal adanya dua jenis jabatan, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Dari Fungsi keempat partai politik yakni pengatur dan pengelola konflik yang terjadi dalam masyarakat (conflict management). Seperti sudah disebut di atas, nilai-nilai (values) dan kepentingan-kepentingan (interests) yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat sangat beraneka ragam, rumit, dan cenderung saling bersaing dan bertabrakan satu sama lain. Jika partai politiknya banyak, berbagai kepentingan yang beraneka ragam itu dapat disalurkan melalui polarisasi partaipartai politik yang menawarkan ideologi, program, dan altrernatif kebijakan yang berbeda-beda satu sama lain. Dengan kata lain, sebagai pengatur atau pengelola konflik (conflict management) partai berperan sebagai sarana agregasi kepentingan (aggregation of interests) yang menyalurkan ragam kepentingan yang berbeda-beda itu melalui saluran kelembagaan politik partai. Karena itu, dalam kategori Yves Meny dan Andrew Knapp, fungsi pengeloa konflik dapat dikaitkan dengan fungsi integrasi partai politik. Partai mengagregasikan dan mengintegrasikan beragam kepentingan itu dengan cara menyalurkannya dengan sebaik-baiknya untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik kenegaraan METODE PENELITIAN PENDEKATAN DAN FOKUS PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan studi kasus. Studi kasus merupakan salah satu tipe dalam penelitian yang menelaah pada suatu kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam, 25

26 mendetail dan komprehensif37. Penelitian ini dilakukan untuk memahami lebih dalam tentang kasus yang akan diteliti. Dengan menggunakan pendekatan ini, peneliti berharap dapat mendeskripsikan fenomena, keteraturan dan kekhususan tentang kasus yang akan diteliti yaitu tentang rekrutmen calon anggota DPRD Partai demokrat dalam Pemilu Legislatif 2009 di kota Surabaya TIPE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif, dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan social dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Jenis penelitian ini tidak sampai meneliti tentang jalinan hubungan antar variabel yang ada, tidak pula dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabel variabel yang menjelaskan suatu gejala atau kenyataan social. Karenanya pada penelitian deskriptif, tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian hipotesis berarti tidak dimaksudkan untuk membagun dan mengembangkan perbendaharaan teori. Tipe penelitian deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan nyata sekarang (yang sementara berlangsung). Menurut Travers, metode penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab dari suatu gejala tersebut. Metode penelitian deskriptif juga dimaksudkan untuk mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. 26

27 Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya39. Pelaksanaan metode penelitian deskriptif tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang data tersebut, selain itu semua yang dikumpulkan memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif diharapkan dapat memperoleh data dan gambaran yang jelas dan lengkap dengan analisa analisa yang mendalam tentang cara rekrutmen yang dilakukan partai demokrat untuk memilih calon anggota DRPD Kota Surabaya pada pemilu legislative LOKASI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Kota Surabaya. Lokasi dipilih oleh peneliti atas pertimbangan Surabaya Merupakan Kota terbesar kedua setelah ibu kota Jakarta. Terlebih lagi Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawatimur, dimana Provinsi Jawatimur merupakan barometer politik Indonesia. Banyak pemimpin dan organisasi besar lahir serta besar dikota Surabaya dan Provinsi Jawatimur. maka dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut layaklah penulis memilih Kota Surabaya Sebagai Lokasi penelitian. 27

28 SUBJEK YANG DITELITI Informan dalam penelitian kualitatif dibedakan menjadi 2 jenis, yang pertama adalah irforman subjek yaitu orang orang yang terlibat secara langsung dengan objek penelitian ini, peneliti menjadikan para anggota legislatif dari Partai Demokrat yang telah terpilih pada pemilu legislatif tahun 2009 untuk menjadi subjek subjek, kesemuanya berjumlah 3 orang yakni terdiri dari salah seorang anggota tim panitia Seleksi Rekrutmen calon anggota Legislatif Demokrat Kota Surabaya yakni Dedy Prasetyo, SH adalah Sekertaris OKK DPC Demokrat Kota Surabaya, berikutnya adalah anggota DPRD yang terpilih dari Partai Demokrat yaitu Irwanto limantoro adalah ketua Fraksi partai Demokrat di DPRD kota Surabaya. Kedua adalah informan non subjek yaitu orang orang yang tidak terlibat secara langsung namun mengerti problem yang di hadapi oleh subjek subjek, dalam hal ini, peneliti akan menjadikan Salah Satu Kader Partai Demokrat Kota Surabaya yang terlibat langsung dalam seleksi rekrutmen calon anggota DPRD sebagai subjek non subjek. Informan tersebut DRA. Ratih retnowati, Msi adalah anggota Fraksi partai Demokrat di DPRD kota Surabaya beliau juga anggota komisi A DPRD kota Surabaya TEKNIK PENGUMPULAN DATA Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap subjek yang telah terpilih. Teknik wawancara mendalam adalah wawancara informal yang dilakukan pada saat konteks dianggap tepat, guna mendapatkan data yang mempunyai kedalam dan dapat dilakukan berkali-kali secara frekuentif sesuai 28

29 dengan kemampuan peneliti. Teknik ini bertujuan agar peneliti mampu mengeksplorasi data dari subjek 17. Teknik wawancara yang di lakukan oleh penulis dimulai dengan menguhubungi subjek yang akan di wawancarai dan mempersiapkan pedoman wawancara yang berisi tentang daftar pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan di ajukan kepada subjek. Dan pada saat melakukan wawncara mendalam, peneliti merekan semua pembicaraan yang dilakukan antara peneliti dengan subjek, nantinya hasil relaman wawancara tersebut di transkip sehingga nantinya dapat mempermudah peneliti dalam menganalisis data TEKNIK ANALISA DATA Analisis data menurut Patton (1980), adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata secara tertulis maupun lisan. Menurut Moleong 19, proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dan berbagai sumber yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen resmi, dan dokumen pribadi. Analisa data ini didasarkan pada suatu upaya dan pertimbangan bahwa setelah data dikumpulkan dari lokasi penelitian maka selanjutnya data akan dianalisis untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya sehingga diharapkan Milles and Huberman Analisis Data Kualitatif. UI-Press. Jakarta. Hal Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung. Hal Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.Hal

30 dapat berguna untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Analisa data terdiri dari tiga kegiatan yang bersifat interaktif, yaitu: 1. Reduksi data, yaitu kegiatan yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. 2. Pengkategorian, yaitu menyusun data dalam satu kesatuan. 3. Pemeriksaan keabsahan data, yaitu kegiatan menyimpulkan makna makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya. 30

REKRUTMEN PEREMPUAN DALAM CALON LEGISLATIF (Studi Tentang Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Bitung) Oleh : Kristin Langinusa

REKRUTMEN PEREMPUAN DALAM CALON LEGISLATIF (Studi Tentang Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Bitung) Oleh : Kristin Langinusa REKRUTMEN PEREMPUAN DALAM CALON LEGISLATIF (Studi Tentang Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Bitung) Oleh : Kristin Langinusa ABSTRAKSI Partai politik merupakan pilar dalam demokrasi, yang mempunyai

Lebih terperinci

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus: Proses Rekrutmen Calon Anggota DPRD Partai Demokrat Di Kota Surabaya Tahun 2009)

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus: Proses Rekrutmen Calon Anggota DPRD Partai Demokrat Di Kota Surabaya Tahun 2009) Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus: Proses Rekrutmen Calon Anggota DPRD Partai Demokrat Di Kota Surabaya Tahun 2009) Disusun Oleh Soebiantoro ABSTRAKSI Partai politik memainkan sejumlah peran dalam

Lebih terperinci

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus: Proses Rekrutmen Calon Anggota DPRD Partai Demokrat Di Kota Surabaya Tahun 2009)

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus: Proses Rekrutmen Calon Anggota DPRD Partai Demokrat Di Kota Surabaya Tahun 2009) Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus: Proses Rekrutmen Calon Anggota DPRD Partai Demokrat Di Kota Surabaya Tahun 2009) Arya Wiraraja M* ABSTRAKSI Partai politik memainkan sejumlah peran dalam demokrasi,

Lebih terperinci

MAKALAH PENGARUH PARTAI POLITIK TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT MENGIKUTI PEMILU

MAKALAH PENGARUH PARTAI POLITIK TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT MENGIKUTI PEMILU MAKALAH PENGARUH PARTAI POLITIK TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT MENGIKUTI PEMILU DISUSUN OLEH : NAMA : FAJAR GINANJAR NIM : 21060110083001 PSD III TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAN DIPONEGORO SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem demokrasi, yang artinya pemegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat namun tetap

Lebih terperinci

Materi Bahasan. n Definisi Partai Politik. n Fungsi Partai Politik. n Sistem Kepartaian. n Aspek Penting dalam Sistem Kepartaian.

Materi Bahasan. n Definisi Partai Politik. n Fungsi Partai Politik. n Sistem Kepartaian. n Aspek Penting dalam Sistem Kepartaian. Partai Politik Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Definisi Partai Politik. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. BAB I PENDAHULUAN I. 1.Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan tulang punggung dalam demokrasi karena hanya melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. Kenyataan ini

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera yang

Lebih terperinci

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada oleh AA Gde Putra, SH.MH Demokrasi (pengertian Umum) Bentuk sistem pemerintahan yang setiap warganya memiliki kesetaraan

Lebih terperinci

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 Silabus 1. Pengertian dan Konsep Partai Politik 2. Fungsi-fungsi partai politik 3. Tipologi partai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK Disampaikan oleh : Ir. Apri Hananto Sukandar, M.Div Nomor Anggota : A- 419 Yang terhormat Pimpinan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang BAB IV Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang Tahapan Pilkada menurut Peraturan KPU No.13 Th 2010 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan

Lebih terperinci

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan diikutsertakan dalam proses politik, maka lahirlah partai politik yang akan menghubungkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan diikutsertakan dalam proses politik, maka lahirlah partai politik yang akan menghubungkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Partai Politik Eksistensi partai politik sebagai suatu kekuatan politik telah lahir sejak awal abad ke 19 di Eropa Barat. Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga

Lebih terperinci

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. syarat partai politik calon peserta pemilu Sebelum memasuki verifikasi

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. syarat partai politik calon peserta pemilu Sebelum memasuki verifikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyederhanaan partai yang akhir akhir ini gencar menjadi pembicaraan bagi kalangan pengamat politik, aktifis politik, termasuk juga praktisi politik merupakan issue

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi adalah suatu cara atau taktik dalam meraih dan memperoleh sesuatu. Sehingga dalam wahana politik strategi merupakan sesuatu hal yang sangat urgen yang kianhari

Lebih terperinci

Partai Politik dan Kelompok Penekan

Partai Politik dan Kelompok Penekan Partai Politik dan Kelompok Penekan Makalah untuk memenuhi Tugas Ilmu kewarganegaraan Dosen pengampu Dikdik baehaqi Arif,Mpd Disusun oleh: Abdul Gofur 11009034 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi, masyarakat berubah menjadi relatif demokratis. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi, masyarakat berubah menjadi relatif demokratis. Mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak reformasi, masyarakat berubah menjadi relatif demokratis. Mereka tampak lebih independen, egaliter, terbuka, dan lebih cerdas dalam menanggapi berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH Heri Wahyudi UPBJJ-UT Denpasar heriw@ut.ac.id Abstrak Pasca Putusan Makamah Konstitusi (MK) tentang calon perseorangan, telah memberikan kesempatan kepada

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Strategi Strategi adalah suatu seni dalam merencanakan pemanfaatan segenap sumber daya nasional (sumber daya alam, manusia, dan dana) dalam suatu tata kerja yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Partai Politik 1. Definisi Partai Politik Kedudukan partai politik dalam negara yang memiliki tata kelola pemerintahan demokratis sangatlah penting. Partai politik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

PERANAN PARTAI POLITIK DALAM MEMOBILISASI PEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KOTA MANADO 1

PERANAN PARTAI POLITIK DALAM MEMOBILISASI PEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KOTA MANADO 1 PERANAN PARTAI POLITIK DALAM MEMOBILISASI PEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KOTA MANADO 1 (Suatu Studi Di Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) Oleh : Meilisa Mustaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mayoritas masyarakat memiliki keinginan untuk maju berkembang menjadi lebih baik. Keinginan tersebut diupayakan berbagai cara, salah satunya adalah melalui kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Peran Menurut Abdulsyani (1994) peran atau peranan adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN A. CALEG PEREMPUAN DI KELURAHAN TEWAH MENGALAMI REKRUTMEN POLITIK MENDADAK Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM

Lebih terperinci

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama. BAB VI. KESIMPULAN Perubahan-perubahan kebijakan sektor beras ditentukan oleh interaksi politik antara oligarki politik peninggalan rezim Orde Baru dengan oligarki politik reformis pendatang baru. Tarik

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik pasal 11 huruf a,b,c,d, dan e. Partai politik berfungsi sebagai, a) sarana

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Rudy (2007 : 87)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita

Lebih terperinci

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah 123 BAB VI Penutup Kesimpulan Dalam penelitian ini terungkap bahwa PDI Perjuangan telah melakukan rekrutmen sebagaimana didefinisikan oleh Ramlan Surbakti, yakni pemilihan atau pengangkatan seseorang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, telah teridentifikasi bahwa PDI Perjuangan di Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, hal tersebut sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah organisasi masyarakat yang memiliki tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap kedudukan di pemerintahan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat sebagai bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. 106 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan disebagianbesar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1 PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL Muryanto Amin 1 Pendahuluan Konstitusi Negara Republik Indonesia menuliskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan pilar demokrasi dalam suatu negara seperti di Indonesia. Kehadiran partai politik telah mengubah sirkulasi elit yang sebelumnya tertutup bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan aktor yang menarik dalam pemerintahan, menarik dalam hal status, fungsi, dan koordinasi partai terhadap aktor-aktor lainnya. Peran partai

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Oleh : Novy Purnama N*) Abstraksi Komunikasi politik merupakan proses penyampaian informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini yang fokus terhadap Partai Golkar sebagai objek penelitian, menunjukkan bahwa pola rekrutmen perempuan di internal partai Golkar tidak jauh berbeda dengan partai

Lebih terperinci

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK I. PENGANTAR Pemilihan Umum adalah mekanisme demokratis untuk memilih anggota legislatif (DPR, DPD, DPRD), dan Eksekutif (Presiden-Wakil Presiden, serta kepala daerah). Pemilu

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 5 TAHUN 2009 dan PERATURAN PEMERINTAH NO. 83 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat (anggota) yang menjadi cikal bakal dari partisipasi politik. Dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik sendiri hakikatnya adalah sebagai sarana bagi masyarakat atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang sama dengan mengusung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Peta

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI EKA MARTININGSIH SRI RAHAYU A PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NASKAH PUBLIKASI EKA MARTININGSIH SRI RAHAYU A PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERAN ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM PEMBERDAYAAN POLITIK PADA MASYARAKAT WONOGIRI (Studi Kasus Pada Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Wonogiri) NASKAH PUBLIKASI EKA MARTININGSIH SRI

Lebih terperinci

Pembaruan Parpol Lewat UU

Pembaruan Parpol Lewat UU Pembaruan Parpol Lewat UU Persepsi berbagai unsur masyarakat terhadap partai politik adalah lebih banyak tampil sebagai sumber masalah daripada solusi atas permasalahan bangsa. Salah satu permasalahan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK. Oleh : Nur Hidayah

PARTAI POLITIK. Oleh : Nur Hidayah PARTAI POLITIK Oleh : Nur Hidayah A. ASAL USUL PARTAI POLITIK 1. Teori Kelembagaan : partai politik dibentuk oleh kalangan legislative (dan eksekutif) karena ada kebutuhan para anggota parlemen untuk mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat, BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada

Lebih terperinci

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orde Baru telah mengalami keruntuhan seiring jatuhnya Soeharto sebagai presiden yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun, setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan partai politik di dalam suatu negara (sistem politik), memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan partai politik di dalam suatu negara (sistem politik), memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan partai politik di dalam suatu negara (sistem politik), memiliki peranan yang cukup penting. Baik di negara yang dikuasai rezim non-demokratis maupun demokratis,

Lebih terperinci

Peran Strategis Komisi Pemilihan Umum dalam Pelaksanaan Pemilu

Peran Strategis Komisi Pemilihan Umum dalam Pelaksanaan Pemilu Peran Strategis Komisi Pemilihan Umum dalam Pelaksanaan Pemilu Oleh: Hardinata Abstract In the culture of Elections in Indonesia, one of new challenge for Indonesia is the Regional Election directly initiated

Lebih terperinci

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS R. Siti Zuhro, PhD (Peneliti Utama LIPI) Materi ini disampaikan dalam acara diskusi Penguatan Organisasi Penyelenggara Pemilu, yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik. Pertemuan 11-12

Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik. Pertemuan 11-12 Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik Pertemuan 11-12 Apa yang dimaksud dengan komunikasi? Proses komunikasi, Timbul balik Apa kriteria komunikan? Bisa menyaring informasi Bisa memberi respon yang baik

Lebih terperinci

Jakarta, 12 Juli 2007

Jakarta, 12 Juli 2007 PENDAPAT FRAKSI PARTAI DEMOKRAT TERHADAP KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Juru Bicara : drh. Jhony

Lebih terperinci