GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO"

Transkripsi

1 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 ABSTRACT JESA NUHGROHO. Description of Nutrition Knowledge, Model of Consumption, and Level of Energy Requirement in Gunung Gede Pangrango National Park. Under direction of HADI RIYADI and MIRA DEWI The objective of this research was to see Description of Nutrition Knowledge, Model of Consumption, and Level of Energy Requirement in Gunung Gede Pangrango National Park. The research was conducted by using cross sectional study design from April to Mei The number of 43% sample have food frequency 3 time a day during climbing the mountain. The number of 65% sample choose instant noodle as primary food during climbing the mountain. The number of 55% sample choose biscuit or crackers as snack during climbing the mountain. The number of 53% sample have lack nutrition knowledge. Level of Energy Requirement of first day, the number of 61% sample have deficit of energy in serious level. Level of energy requirement of second day, the number of 35% sample have deficit of energy in serious level. Level of protein Requirement of first day, the number of 60% sample have deficit of protein in serious level. Level of protein requirement of second day is better than the first day. Level of protein requirement of second day, just of 37% sample have deficit of protein in serious level. The average fat intake of the first day is 86,9 gram and The average fat intake of the second day is 85,1 gram. Keywords : mountaineering, nutrition knowledge, level of energy requirement

3 RINGKASAN JESA NUHGROHO. Gambaran Tingkat Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Gizi Pendaki Gunung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. (Dibimbing oleh Dr. Ir. Hadi Riyadi, M.S. dan dr. Mira Dewi, M.Si.) Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, serta keseimbangan asupan zat gizi serta elektrolit yang cukup. Energi untuk otot berkontraksi diperoleh dari pengubahan kimia menjadi tenaga mekanis. Energi untuk melakukan aktivitas olahraga ini berasal dari Adenosine triphosphate (ATP). Jumlah ATP yang dibutuhkan dalam proses tersebut berasal dari asupan makanan. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas makanan sangat mempengaruhi hal ini. Pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan para pendaki. Tujuan umum dari penelitan ini adalah untuk melihat gambaran umum pola konsumsi dan tingkat kecukupan gizi pendaki gunung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi karakteristik pendaki gunung dari segi umur, pekerjaan, pengalaman pendakian, dan tingkat pendidikan, (2) Mengetahui tingkat pengetahuan gizi para pendaki gunung tentang pola konsumsi, (3) Mengetahui pola konsumsi pangan seperti karbohidrat, protein, dan lemak, (4) Menilai konsumsi karbohidrat, protein, dan lemak sebagai sumber energi, (5) Mengetahui tingkat kecukupan energi, protein, dan lemak para pendaki gunung yang diteliti, dan (6) Mengetahui status gizi para pendaki Desain penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional study dengan metode wawancara terstruktur. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang terletak di wilayah Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai Mei Populasi pada penelitian ini adalah para pendaki gunung di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Sampel penelitian ini diambil secara purposive dengan persyaratan sebagai berikut: usia antara tahun, mendaki Gunung Gede, perjalanan pendakian melalui jalur Cibodas atau jalur Gunung Putri dan turun melalui jalur Cibodas, berjenis kelamin laki-laki, serta bersedia diwawancarai. Data primer meliputi karaterisik responden (tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, pengalaman mendaki), jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi selama pendakian, serta pengetahuan pendaki tentang zat gizi. Data sekunder berupa profil mengenai Taman Nasianal Gunung Gede Pangrango yang didapatkan dari kantor pusat Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cianjur, Jawa Barat. Data primer yang telah didapatkan kemudian di analisis secara statistik. Tahapan pengolahan data dimulai dari pengkodean, pemasukan data, pengecekan ulang dan selanjutnya dilakukan analisis. Tahapan analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi Usia sampel berkisar antara 16 sampai 33 tahun, dengan usia paling banyak berkisar antara 18 sampai 30 tahun sebanyak 86%. Sebanyak 59% sampel memiliki IMT normal atau memiliki status gizi baik. Namun, ada 8% sampel yang termasuk kategori obes I. Selain itu, ada 17% sampel yang termasuk kategori kurus. Terdapat pula sebanyak 16% sampel yang termasuk kategori At Risk. Sebanyak 62 % sampel makan 3 kali sehari. Selain itu, terdapat pula 4% sampel yang masing-masing memiliki frekuensi makan hanya 1 kali dan lebih dari 4 kali sehari. Terdapat pula 16% sampel yang memiliki frekuensi

4 makan sebanyak 2 kali sehari serta 14% sampel yang memiliki frekuensi makan sebanyak 4 kali sehari. Sebanyak 43% sampel memiliki frekuensi makan sebanyak 3 kali dalam sehari selama masa pendakian. Selain itu, terdapat pula 33% sampel yang memiliki frekuensi makan sebanyak 2 kali sehari. Namun, ada 4% sampel yang hanya makan 1 kali perharinya selama masa pendakian. Sebanyak 65 % sampel memilih mie instan sebagai makanan pokok mereka selama kegiatan pendakian gunung. Selain mie instan, terdapat pula sebanyak 27% sampel yang mengkonsumsi beras atau nasi sebagai makanan pokok. Namun ada pula 2% sampel yang hanya memakan lauk pauk saja, sama dengan kebiasaan sehariharinya. Sebanyak 55% sampel yang mengkonsumsi biskuit atau crackers sebagai makanan selingan selama masa pendakian. Selain itu terdapat 30% sampel yang mengkonsumsi coklat sebagai makanan selingan selama perjalanan pendakian. Sisanya, sebanyak 8% sampel lebih suka mengkonsumsi permen serta 8% sampel lainnya mengkonsumsi gula merah sebagai makanan selingan. Sebanyak 53% sampel memiliki pengetahuan gizi yang kurang serta 43% sampel memiliki pengetahuan gizi cukup. Hanya 4% sampel yang memiliki pengetahaun gizi yang baik. Tingkat kecukupan energi hari pertama, terdapat 61% sampel termasuk dalam kategori tingkat berat. Sedangkan sebanyak 21% sampel termasuk kategori defisit tingkat sedang dan 6% sampel termasuk dalam kategori defisit tingkat ringan. Terdapat sebanyak 10% sampel yang tingkat kecukupan energinya termasuk dalam kategori normal. Selain itu, terdapat pula sebanyak 2% sampel yang memiliki tingkat kecukupan energi lebih dari normal. Tingkat kecukupan energi hari kedua, terdapat 16% sampel termasuk dalam kategori defisit tingkat berat. Sedangkan sebanyak 31% sampel termasuk kategori defisit tingkat sedang dan 14% sampel termasuk dalam kategori defisit tingkat ringan. Sampel yang termasuk dalam tingkat kecukupan energi kategori normal ada 35%. Selain itu, terdapat pula sebanyak 4% sampel yang memiliki tingkat kecukupan energi lebih dari normal. Sebanyak 60% sampel memiliki tingkat kecukupan protein yang termasuk dalam kategori defisit tingkat berat dan 16% sampel termasuk dalam kategori defisit tingkat sedang. Sampel yang tingkat kebutuhan proteinnya termasuk dalam kategori normal hanya sebesar 14%, sedangkan sisanya sebanyak 10% sampel termasuk dalam kategori defisit tingkat ringan. Tingkat kecukupan protein hari kedua lebih baik dibandingkan tingkat kecukupan protein hari pertama. Sebanyak 37% sampel termasuk dalam kategori defisit tingkat ringan serta 30% sampel termasuk dalam kategori normal. Namun masih terdapat 20% sampel yang termasuk dalam kategori defisit tingkat berat dan 6% sampel yang termasuk dalam kategori defisit tingkat sedang. Terdapat pula sebanyak 8% sampel yang termasuk dalam tingkat kecukupan protein lebih. Rata-rata asupan lemak sampel pada hari pertama pendakian adalah sebesar 86,9 gram. Rata-rata asupan lemak sampel pada hari kedua pendakian sebesar 85,1 gram.

5 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi Pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

6 Judul Skripsi : Gambaran Tingkat Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi Dan Tingkat Kecukupan Gizi Pendaki Gunung Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Nama : Jesa Nuhgroho Nrp : I Dosen Pembimbing I Disetujui Dosen Pembimbing II Dr. Ir. Hadi Riyadi, M.S. dr. Mira Dewi, M.Si. NIP NIP Diketahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat Fakultas EKologi Manusia Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Evy Damayanthi, M.S. NIP Tanggal Lulus :

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 21 Juli Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Samidin dan Ibu Sukaesih. Pada tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di M.I. Darunnajah Jakarta. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya ke SLTP Negeri 110 Jakarta dan lulus pada tahun Pendidikan SMA ditempuh di SMA Negeri 90 Jakarta dan lulus pada tahun Pada bulan Juli 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah melalui Tingkat Persiapan Bersama (TPB), akhirnya penulis masuk Mayor Ilmu Gizi dibawah Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi periode sebagai ketua serta ketua tim formatur pembentukan kelembagaan mahasiswa di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penulis juga tercantum sebagai koordinator wilayah regional IV Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan dan Gizi Indonesia (HMPPI). Mountaineering merupakan hobi yang ditekuni penulis sejak tahun 2004 sampai sekarang.

8 UCAPAN TERIMA KASIH Asalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Gambaran Tingkat Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Gizi Pendaki Gunung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Hadi Riyadi, M.S. dan dr. Mira Dewi, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan, dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Siti Madanijah, M.S. selaku dosen pemandu seminar 3. Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S. selaku dosen penguji 4. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen pembimbing akademik. 5. Pihak Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian serta seluruh rekan-rekan pendaki yang telah bersedia diwawancarai dan telah membantu kelancaran penelitian. 6. Keluargaku yang telah memberikan semangat 7. Kartika Annisa, Martha Abriansyah, Rizma Ariefiani selaku pembahas seminar. Paramita Rachma, Bakuh, dan Dina yang telah banyak membantu mulai dari pengambilan data hingga penyusunan skripsi ini. Rekan-rekan angkatan 42, 43, 44, semua asisten praktikum, Mas Rena serta Pak Ugan serta pihak yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua. Wasamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Bogor, Agustus 2009 Jesa Nuhgroho

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 2 Tujuan... 2 Kegunuaan Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA Mountaineering... 3 Fisiologi Tubuh di Daerah Pegunungan... 3 Klasifikasi Olahraga... 4 Kecukupan Zat Gizi Olahragawan... 5 Konsumsi Makanan Status Gizi Pengetahuan Gizi Recall Method Aktivitas Fisik KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Karakteristik Pendaki Gunung Pola Konsumsi Selama Pendakian Gunung Pengetahuan Gizi Asupan Zat Gizi... 35

10 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 51

11 DAFTAR TABEL 1 Pengelompokan Olahraga berdasarkan Intensitas Keperluan Energi yang diperlukan dalam Aktivitas Faktor Aktifitas untuk Setiap Kegiatan Cara Pengumpulan Data Cara Pengkategorian dan Analisis Variable Penelitian Pengelompokan Umur Sampel Klasifikasi IMT Sampel Tingkat Pendidikan Sampel Tempat Tinggal Sampel Pekerjaan Sampel Jumlah Pendakian Pelatihan mountaineering Frekuensi Makan Sehari-hari Frekuensi Makan Perhari Selama Masa Pendakian di TNGP Makanan Pokok Sampel Sehari-Hari Makanan Pokok Sampel Selama Masa Pendakian di TNGP Makanan Selingan Sampel Selama Masa Pendakian di TNGP Konsumsi Suplemen Sampel Selama Masa Pendakian di TNGP Alasan Konsumsi Suplemen Tingkat Pengetahuan Gizi Sampel Tingkat Kecukupan Energi Hari Tingkat Kecukupan Energi Hari Tingkat Kecukupan Protein Hari Tingkat Kecukupan Protein Hari Rata-rata Asupan Vitamin Rata-rata Asupan Mineral... 42

12 DAFTAR GAMBAR 1 Bagan kerangka pemikiran pola konsumsi dan tingkat kecukupan energi para pendaki gunung di Taman Nasional Gede-Pangrango Jumlah Jawaban Benar dari setiap Soal... 36

13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuisioner Karakteristik Sampel Konsumsi Energi Pendakian Hari Konsumsi Energi Pendakian Hari Hasil Analisis Uji Spearman Hasil Uji Wilcoxon... 64

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Mountaineering memiliki makna kegiatan alam bebas yang berlokasi di sekitar pegunungan. Mountaineering mencakup beberapa hal, yaitu mendaki gunung (mountain hiking), memanjat tebing (rock climbing), dan memanjat gunung es (ice climbing). Mendaki gunung merupakan salah satu jenis mountaineering yang banyak dilakukan di Indonesia. Hal ini dikarenakan gununggunung di Indonesia yang tersebar hampir di semua pulau-pulau besar yang memungkinkan berkembangnya kegiatan ini. Selain itu, daya tarik pemandangan yang disajikan juga lebih banyak sehingga mengundang minat para pendaki. Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini akan difokuskan pada kegiatan Pendakian Gunung (mountain hiking). Gunung Gede-Pangrango terletak di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, serta berada pada lintang ' ' BT dan 64 1' LS. Gunung ini merupakan salah satu gunung yang paling sering didaki di Indonesia. Hal ini dikarenakan lokasi Gunung Gede-Pangrango yang berdekatan dengan beberapa kota besar, seperti Jakarta dan Bandung. Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, serta keseimbangan asupan zat gizi serta elektrolit yang cukup. Energi untuk otot berkontraksi diperoleh dari pengubahan kimia menjadi tenaga mekanis. Energi untuk melakukan aktivitas olahraga ini berasal dari Adenosine triphosphate (ATP). ATP merupakan sumber energi yang terdapat di dalam sel-sel tubuh terutama sel otot yang siap digunakan untuk aktivitas otot. Mula-mula dalam bentuk ATP, yang kemudian disusul oleh hasil metabolisme karbohidrat dan lemak (Ranggasudira 1984). ATP yang dibutuhkan dalam proses tersebut berasal dari asupan makanan. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas makanan amat mempengaruhi hal ini. Pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan para pendaki. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran umum tingkat pengetahuan gizi, pola konsumsi dan tingkat kecukupan gizi pendaki gunung di taman nasional Gunung Gede Pangrango. Penelitian ini penting dilakukan karena olahraga mountaineering termasuk dalam olahraga berat, sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui gambaran jumlah energi

15 yang diperlukan dan pola konsumsi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan energinya. Perumusan Masalah Perumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Apakah tingkat pengetahuan gizi para pendaki gunung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sudah memadai? 2. Apakah pola konsumsi dan kecukupan energi para pendaki gunung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango telah dapat mencukupi kebutuhan? Tujuan Tujuan umum dari penelitan ini adalah untuk melihat gambaran umum pola konsumsi dan tingkat kecukupan gizi pendaki gunung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain : 1. Mengidentifikasi karateristik pendaki gunung dari segi umur, pekerjaan, pengalaman pendakian, dan tingkat pendidikan. 2. Mengetahui tingkat pengetahuan gizi para pendaki gunung tentang pola konsumsi. 3. Mengetahui pola konsumsi pangan seperti karbohidrat, protein, dan lemak. 4. Menilai konsumsi karbohidrat, protein, dan lemak sebagai sumber energi. 5. Mengetahui tingkat kecukupan energi, protein, dan lemak para pendaki gunung yang diteliti. 6. Mengetahui status gizi para pendaki. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk para pendaki, khususnya pendaki di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam mengatur pola konsumsi dan pemenuhan energi selama pendakian. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai gizi olahraga serta dalam mendesain makanan khusus bagi untuk olahraga mountaineering yang lebih memadai.

16 TINJAUAN PUSTAKA Mountaineering Mountaineering mengandung arti kegiatan alam bebas yang berlokasi di daerah pegunungan. Mountaineering dapat mencakup beberapa yang tidak hanya mendaki gunung, kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai mountaineering antara lain mendaki gunung (mountain hiking), memanjat tebing (rock climbing), mendaki gunung es (ice climbing dan snow climbing). Hill Walking adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan di Indonesia. Sebagian besar gunung di Indonesia memang hanya memungkinkan berkembangnya tahap ini. Aspek yang lebih menonjol dalam kegiatan ini adalah daya tarik dari alam yang dijelajahi (Rahman 2008). Fisiologi Tubuh di Daerah Pegunungan Mendaki gunung adalah perjuangan manusia melawan ketinggian dan segala konsekuensinya. Berubahnya ketinggian tempat, maka kondisi lingkungan akan berubah. Kondisi lingkungan yang perubahannya tampak jelas apabila dikaitkan dengan ketinggian adalah suhu dan kandungan oksigen udara. Semakin bertambah ketinggian maka suhu akan semakin turun dan kandungan oksigen udara juga semakin berkurang. Fenomena alam seperti ini beserta konsekuensinya terhadap keselamatan jiwa merupakan hal yang penting diketahui dalam mempelajari proses fisiologi tubuh di daerah ketinggian. Manusia termasuk organisme berdarah panas (poikiloterm), dengan demikian manusia memiliki suatu mekanisme thermoreguler untuk mempertahankan kondisi suhu tubuh terhadap perubahan suhu lingkungannya. Namun, suhu yang terlalu ekstrim dapat membahayakan. Jika tubuh berada dalam kondisi suhu yang rendah, maka tubuh akan terangsang untuk meningkatkan metabolisme untuk mempertahankan suhu tubuh internal (misalnya dengan menggigil). Oleh karena itu, untuk mengimbangi peningkatan metabolisme, kita perlu asupan makanan, karena makanan yang kita makan itulah yang menjadi sumber energi dan tenaga yang dihasilkan lewat oksidasi. Oksigen bagi tubuh organisme aerob adalah menjadi suatu konsumsi vital untuk menjamin kelangsungan proses-proses biokimia dalam tubuh. Konsumsi oksigen dalam tubuh biasanya sangat erat hubungannya dengan jumlah sel darah merah dari konsentrasi hemoglobin dalam darah. Semakin tinggi jumlah darah merah dan konsentrasi hemoglobin, maka kapasitas oksigen respirasi akan meningkat. Oleh karena itu untuk mengatasi kekurangan oksigen di

17 ketinggian, kita perlu mengadakan latihan aerobik, karena disamping memperlancar peredaran darah, latihan ini juga merangsang memacu sintesis sel-sel darah merah. Program atau latihan aerobik merupakan dasar yang perlu mendapatkan kapasitas fisik yang maksimum pada daerah ketinggian. Kebiasaan melakukan latihan aerobik secara teratur, dapat menambah kelancaran peredaran darah dalam tubuh, memperbanyak jumlah pembuluh darah yang memasuki jaringan, memperbanyak sintesis darah merah, menambah kandungan jumlah hemoglobin darah dan juga menjaga optimalisasi kerja jantung. Dengan terpenuhinya hal-hal tersebut di atas, maka mekanisme pengiriman oksigen melalui pembuluh darah ke sel-sel yang membutuhkan lebih terjamin. Kesegaran jasmani adalah syarat utama dalam pendakian. Komponen terpenting yang ditinjau dari sudut faal olahraga adalah system kardiovaskular dan neuromuskular (Rahman 2008). Klasifikasi Olahraga Setiap cabang olahraga mempunyai macam-macam aktivitas serta lama aktivitas yang berbeda-beda. Oleh sebab itu masing-masing cabang olahraga tersebut digolongkan menurut tingkat intensitasnya serta kebutuhan energi yang diperlukannya seperti yang tercantum di bawah ini. Tabel 1 Pengelompokan olahraga berdasarkan intensitas Klasifikasi Olahraga Olahraga ringan Olahraga sedang Olahraga berat Contoh Menembak Golf Bowling Panahan Bulutangkis Bola basket Hockey Soft ball Renang Tinju Gulat Kempo Judo Wall climbing Olahraga berat sekali Sumber : Soerdjodibroto 1984 Balap sepeda Angkat besi Marathon Rowling Hiking (Mountaineering)

18 Kecukupan Zat Gizi Olahragawan Pengetahuan tentang pemilihan makanan yang tepat dan adekuat sangat menunjang kenaikan prestasi olahraga. Zat-zat gizi di dalam makanan dapat dikelompokan menjadi zat gizi sumber energi (karbohidrat dan lemak), zat gizi pembangun tubuh (protein), dan zat gizi pengatur tubuh (vitamin dan mineral). Ketiga zat gizi tadi diutilisasi di dalam tubuh guna menghasilkan energi dalam proses-proses aerob dan anaerob. Apabila proporsi aerob lebih menonjol, maka olahraga tersebut digolongkan sebagai olahraga aerob, sedangkan apabila proporsi anaerob lebih menonjol, maka olahraga tersebut digolongkan sebagai olahraga anaerob. Olahraga dikelompokan menjadi empat, yaitu olahraga ringan, olahraga sedang, olahraga berat, dan olahraga berat sekali. Masing-masing kelompok mempunyai kebutuhan kalori yang berbeda (Soerjodibroto 1984). Kecukupan zat gizi (recomemded diatery allowance/rda) adalah jumlah masing-masing zat gizi yang dianjurkan dipenuhi oleh seseorang agar hampir semua orang (sekirat 97,5 % populasi) hidup sehat. Kebutuhan dan kecukupan zat gizi disusun untuk kelompok umur dan berat badan tertentu menurut jenis kelamin (Hardiansyah & Martianto 1992). Menurut Karyadi dan Muhillal (1990), kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup semua orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat dan tinggi badan, genetika serta keadaan hamil dan menyusui. Lie (1969) mengungkapkan pada dasarnya prinsip yang menentukan keperluan gizi para olahragawan dalam latihan sama dengan kebutuhan orang non-atlet. Kebutuhan gizi olahragawan harus sesuai dengan prinsip Gizi Seimbang yang mengandung cukup karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, air, dan serat. Namun, kebutuhan zat gizi untuk olahragawan berbeda dengan rata-rata kecukupan masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan aktivitas olahragawan tidak sama dengan aktivitas masyarakat pada umumnya serta kondisi-kondisi tertentu pada olahragawan harus ditunjang asupan gizi yang tepat. Miharjda (2000) mengatakan kebutuhan gizi harian olahragawan berubah-ubah, tergantung pada intensitas latihannya. Menu makanan harus mengandung karbohidrat sebanyak 60-70%, lemak sebanyak 20-25%, serta protein sebanyak 10-15% dari total kebutuhan energi seorang olahragawan (Antonio et al. 2008).

19 Tujuan pengaturan makanan bagi olahragawan adalah untuk mengisi cadangan glikogen otot dan hati serta menjaga karbohidrat maupun lemak agar tetap tersedia dalam darah untuk digunakan oleh otot. Penggunaan karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi selama olahraga tergantung pada intensitas dan lamanya aktivitas tersebut. Secara umum, penggunaan karbohidrat meningkat dengan meningkatnya intensitas fisik. Sebaliknya, penggunaan karbohidrat menurun dengan makin lamanya aktivitas fisik berlangsung. Namun, jumlah karbohidrat dan lemak yang digunakan oleh otot dapat dinaikkan, tergantung pada ketersediaannya. Meskipun tubuh dapat menggunakan lemak pada intensitas kegiatan yang lebih rendah, lemak tidak dapat menyediakan energi secepat kerbohidrat pada kegiatan fisik yang berat (Rimbawan 2004). Kebutuhan Energi Kebutuhan energi orang sehat dapat diartikan sebagai tingkat asupan energi yang dapat dimetabolisasi dari makanan yang akan menyeimbangkan keluaran energi, ditambah dengan kebutuhan energi tambahan untuk pertumbuhan, kehamilan, dan penyusuan (Arisman 2002). Terkait dengan kesehatan dan performa secara umum diketahui bahwa prioritas utama dalam pemantauan status gizi pada olahragawan adalah menjaga keseimbangan energi. Tabel di bawah ini memperlihatkan secara langsung kebutuhan gizi yang dibutuhkan dalam latihan seorang olahragawan (Moffat 2002) Tabel 2 Keperluan energi yang diperlukan dalam aktivitas Aktivitas METs Durasi (Jam) Energi Expenditure (Kal) Tidur Bekerja di kantor Berlari (7.5 mph) Berenang (2 mph) Bersepeda Aktivitas di rumah Aktivitas ringan Sumber : Moffatt dan Cheunront 2002 Energi untuk otot berkontraksi diperoleh dari pengubahan energi kimia menjadi tenaga mekanis. Mula-mula dari bentuk ATP, yang kemudian disusul oleh hasil metabolisme karbohidrat dan lemak. Bergantung pada jenis olahraga, kebutuhan energi dapat berkisar antara kkal dengan proporsi karbohidrat 55-67%, lemak 20-30%, dan protein 13-15%. Protein tidak dipakai sebagai sumber energi dalam kegiatan olahraga. Zat ini lebih berfungsi sebagai pengatur cairan tubuh dan untuk mempertahankan kondisi jaringan yang dipakai (Ranggasudira 1984).

20 Pada atlet, jika melihat dampak dari latihan yang dilakukannya berupa pengeluaran energi, maka terlihat jelas bahwa keadaan ini bervariasi tergantung tingkat kesulitannya. Tingkat kesulitan terhadap olahraga yang dimainkan ini secara teoritis juga mempengaruhi tingkat pengeluaran energi. Selain beberapa faktor latihan lain yang dapat mempengaruhi tingkat pengeluaran energi yaitu durasi, frekuensi, dan intensitas dari latihan yang dilakukan (Paish 1991 diacu dalam Helinda 2000). Kebutuhan Karbohidrat Karbohidrat memiliki manfaat luas, meliputi sumber energi utama pada kebanyakan mahluk hidup, cadangan energi tubuh, dan komponen membran sel yang berperan sebagai perantara berbagai komunikasi antar sel. Berdasarkan jumlah molekul gula sederhana pembentuknya, karbohidrat digolongkan menjadi monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Pati adalah contoh karbohidrat yang banyak terdapat pada umbi-umbian dan biji-bijian. Pati adalah polimer glukosa. Karbohidrat adalah zat gizi penting dalam kehidupan manusia. Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang memungkinkan manusia beraktivitas sehari-hari. Karbohidrat dikonsumsi dalam berbagai bentuk dan sumber. Sebanyak 60-70% kebutuhan energi tubuh manusia diperoleh dari karbohidrat (Rimbawan 2004). Sumber karbohidrat yang dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia antara lain beras, jagung, sagu, dan umbi-umbian. Karbohidrat merupakan sumber energi utama dan memegang peranan sangat penting untuk seorang olahragawan dalam melakukan olahraga. Ketika berolahraga, energi berupa ATP dapat diambil dari karbohidrat yang terdapat dalam tubuh berupa glukosa dan glikogen yang disimpan dalam otot dan hati. Selama beberapa menit permulaan kerja glukosa darah merupakan sumber energi utama, selanjutnya tubuh menggunakan glikogen otot dan hati. Glikogen otot dipergunakan langsung oleh otot untuk pembentukan energi, sedangkan glikogen hati mengalami perubahan untuk menjadi glukosa yang akan masuk ke peredaran darah untuk selanjutnya dipergunakan oleh otot (Direktorat Bina Gizi Masyarakat 1997). Menurut Damayanti (2000), masalah utama yang sering ditemui olahragawan yang sedang berlatih dengan keras adalah kelelahan atau ketidakmampuan untuk memulihkan rasa lelah, dari satu latihan ke latihan berikutnya. Oleh karena itu pemenuhan energi dan karbohidrat harus menjadi

21 prioritas bagi olahragawan yang menjalani latihan intensif. Pemberian karbohidrat bagi olahragawan bertujuan untuk membentuk glikogen otot dan hati. Kebutuhan Lemak Istilah lipida meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak yang umum dikenal di dalam makanan, fosfolipida, sterol, dan ikatan lain sejenis yang terdapat di dalam makanan dan tubuh manusia. Asam lemak yang diperlukan tubuh serta tubuh tidak dapat mensintesisnya disebut asam lemak esensial, yaitu asam linoleat dan asam linolenat. Kekurangan asam lemak tersebut dapat menyebabkan gangguan syaraf dan penglihatan. Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang menghasilkan energi paling besar, yaitu 9 kkal per gram. Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, memberikan rasa kenyang dan lezat, serta memelihara status tubuh. Lemak dalam tubuh berperan sebagai sumber energi terutama pada olahraga dengan intensitas sedang dalam waktu lama, misalnya olahraga yang bersifat endurance. Pada olahraga yang bersifat endurance, lemak dapat dipergunakan, tetapi pertama-tama harus dipecah dahulu menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak bebas diangkut ke jaringan lain khususnya ke otot dan dipergunakan sebagai sumber energi. Pembentukan energi dari asam lemak membutuhkan oksigen lebih banyak dibanding karbohidrat, oleh karena itu tidak dapat diharapkan pada olahraga berat dalam waktu singkat (Direktorat Bina Gizi Masyarakat 1997). Menurut Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (1993), konsumsi energi dari lemak dianjurkan tidak lebih dari 30% total energi per hari. Bagi mereka yang membutuhkan lebih banyak karbohidrat perlu menurunkan konsumsi lemak untuk mengimbanginya. Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan, mentega, mergarin, dan lemak hewan. Selain itu, lemak juga berasal dari kacang-kacangan, biji-bijian, daging, dan ayam, susu, keju, telur, serta makanan yang dimasak dengan lemak. Buah dan sayuran mengandung sedikit lemak, kecuali alpukat (Almatsier 2003) Kebutuhan protein Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh. Seperlima bagian tubuh adalah protein. Semua enzim, hormon, pengangkut zat gizi dan darah, serta matriks intraseluler adalah protein. Selain itu, asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekusor sebagian

22 besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul esensial untuk kehidupan. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier 2003). Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, pembentukan otot, pembentukan sel-sel darah merah, pertahanan tubuh terhadap penyakit, enzim dan hormon, dan sintesa jaringan-jaringan tubuh lainnya. Protein dicerna menjadi asam-asam amino, yang kemudian dibentuk protein tubuh di dalam otot dan jaringan lain. Protein dapat berfungsi sebagai sumber energi apabila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi seperti pada waktu berdiet ketat atau pada waktu latihan fisik intensif. Sebaiknya, kurang lebih 15% dari total kalori yang dikonsumsi berasal dari protein (Husaini 2000). Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat (1997), protein dalam makanan dibutuhkan sebanyak 10-15% dari total energi, dengan perbandingan protein hewani dan protein nabati 1:1. Campbell et al. (2007) menyatakan bahwa kebutuhan protein olahragawan lebih banyak diatas rata-rata orang pada umumnya. Asupan protein sebanyak 1,4-2 g/kg berat badan tidak hanya aman untuk menunjang aktivitas atlet, tetapi juga meningkatkan waktu adaptasi dalam latihan. Sumber protein berasal dari pangan hewani seperti susu, telur, daging, unggas, ikan, dan kerang, serta pangan nabati seperti kedelai dan produk olahannya seperti tempe, tahu dan kacang-kacangan lainnya (Almatsier 2003). Kebutuhan Vitamin dan Mineral Vitamin dan mineral di dalam tubuh tidak mengandung energi. Namun, vitamin sangat penting terutama untuk mengatur dan membantu reaksi kimia zat gizi penghasil energi dan sebagai koenzim. Mineral dibutuhkan terutama untuk mengatur dan membantu reaksi kimia zat gizi penghasil energi dan sebagai kofaktor (DBGM 1997). Vitamin dan mineral memainkan peranan penting dalam mengatur dan membantu reaksi kimia zat gizi penghasil energi, sebagai koenzim dan kofaktor. Moeloek (1995) menyatakan bahwa olahraga tidak meningkatkan kebutuhan vitamin karena olahraga tidak membakar vitamin. Apabila menu yang dikonsumsi seimbang, maka tidak diperlukan suplementasi. Diet yang sesuai akan didapatkan asupan vitamin yang memadai. Hasil penelitian Prof. Ludwig Prokop dari Austria yang melakukan penelitian mengenai manfaat pemberian vitamin bagi olahragawan, dosis saat latihan, serta dosis untuk suatu

23 pertandingan. Hasilnya adalah ada hal yang harus diperhatikan mengenai penggunaan vitamin yaitu hubungan antara jumlah vitamin dengan kapasitas penampilan fisik pemakainya. Jika seseorang mengalami kekurangan vitamin, maka kapasitas penampilan fisiknya akan terganggu. Maka itulah perlu ditambahkan asupan vitamin (Sumosardjono 1986). Konsumsi Makanan Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, kekurangan dan kelebihan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, berat badan, iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2003). Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Pengaturan makanan yang tepat bagi seorang olahragawan sesuai dengan cabang olahraganya akan dapat menunjang performa. Makanan yang baik harus seimbang dan sesuai, yaitu tidak hanya disesuaikan dengan kebutuhan energi dalam bentuk kalori saja, tetapi juga harus diperhatikan komposisi makanannya. Komposisi makanan yang baik bagi seorang olahragawan terdiri dari 50-55% karbohidrat, 10-20% protein, serta 30-35% lemak (Sumosardjuno 1990 diacu dalam Helinda 2000) Sanjur (1982) menyatakan jumlah pangan yang tersedia di suatu wilayah akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan. Ketersediaan pangan tidak selalu mencerminkan konsumsi makanan yang sebenarnya, karena konsumsi pangan yang sebenarnya tidak hanya dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, tetapi juga oleh harga makanan dan faktor sosial budaya. Secara umum ada dua kriteria untuk menentukan kecukupan konsumsi pangan, yaitu kalori dan konsumsi protein. Kebutuhan kalori biasanya dipenuhi dari konsumsi pangan pokok, sedangkan protein dipenuhi dari konsumsi sejumlah substansi hewan, seperti ikan, daging, telur, dan susu (Hardinsyah & Martianto 1988). Riyadi (1996) mengungkapkan bahwa pola konsumsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yang terpenting adalah ketersediaaan pangan dan pola sosial budaya.

24 Ketersediaan pangan tekait jenis dan jumlah pangan di dalam pola makanan di suatu daerah tertentu, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam di tempat tersebut selama jangka waktu lama. Bila pangan tersedia secara berkelanjutan, maka dapat membentuk kebiasaan makan. Pola kebudayaan juga mempengaruhi orang dalam memilih pangan. Hal ini juga mempengaruhi jenis pangan apa yang harus diproduksi, bagaimana cara pengolahannya, penyalurannya, penyiapannya dan penyajiannya. Pilihan pangan biasanya ditentukan oleh adanya faktor-faktor penerimaan atau penolakan terhadap pangan oleh seseorang atau sekelompok orang. Pangan dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang karena disukai, tersedia dan terjangkau, faktor sosial serta alasan kesehatan. Faktorfaktor dasar yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi adalah rasa lapar atau kenyang, selera atau reaksi cita rasa, motivasi, ketersediaan pangan, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi dan pendidikan (Riyadi 1996). Suharjo (1989) menyatakan bahwa kebiasaan makan adalah suatu gejala budaya dan sosial yang dapat memberikan gambaran perilaku dengan nilai-nilai yang dianut seseorang atau suatu kelompok dalam masyarakat. Frekuensi makan diukur dalam satuan kali per hari, kali per minggu maupun kali per bulan. Frekuensi makan pada orang dengan kondisi ekonomi mampu lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang kondisi ekonominya lemah. Hal ini disebabkan orang yang memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi memiliki daya beli yang tinggi sehingga dapat mengkonsumsi makanan dengan frekuensi yang lebih tinggi. Penggunaan metode frekuensi pangan bertujuan untuk memperoleh data pangan secara kualitatif dan informasi deskriptif tentang pola konsumsi. Metode ini umunya tidak digunakan untuk memperoleh data kuantitatif pangan ataupun intake konsumsi zat gizi (Gibson 1990). Namun, metode frekuensi pangan juga dapat digunakan untuk menilai konsumsi pangan secara kuantitatif. Hal ini tergantung dari tujuan penelitian, apakan hanya ingin menggali frekuensi penggunaan pangan saja atau juga dengan konsumsi zat gizinya. Dengan metode ini, kita dapat menilai frekuensi penggunaan pangan atau kelompok pangan tertentu selama kurun waktu spesifik dan sekaligus mengestimasi

25 konsumsi zat gizinya. Kuisioner yang digunakan mempunyai dua komponen utama, yaitu daftar pangan dan frekuensi penggunaan pangan. Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah- Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM). Terdapat empat metode dalam survei konsumsi pangan secara kuantitatif yaitu metode inventaris (inventory method), metode pendaftaran (food list method), metode mengingat kembali (recall 24 jam), metode penimbangan (weighing method), perkiraan makanan (estimated food records), metode food account dan pencatatan (household food records) (Supariasa et al. 2001). Untuk menghitung kecukupan gizi seseorang dapat mengacu pada Daftar Kecukupan Gizi (DKG), yaitu daftar yang memuat angka-angka kecukupan zat gizi rata-rata per orang perhari bagi orang sehat Indonesia. Angka Kecukupan Gizi (AKG) tersebut sudah memperhitungkan variasi kebutuhan individu, sehingga kecukupan ini setara dengan kebutuhan rata-rata ditambah jumlah tertentu untuk mencapai tingkat aman. AKG dapat digunakan untuk menilai tingkat kecukupan zat gizi seseorang (Hardinsyah & Briawan 1994). Tingkat konsumsi adalah perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut Departemen Kesehatan (1996) adalah: (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); dan (5) kelebihan (120% AKG). Klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan mineral menurut Gibson (2005) yaitu (1) kurang (<77% AKG) dan (2) cukup (77% AKG). Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier 2003). Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan makanan. Menurut Riyadi (1995), status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi. Selain itu, status gizi juga merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan

26 nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Metode yang digunakan untuk menilai status gizi antara lain konsumsi makanan, antropometri, biokimia, dan klinis. Ukuran fisik seseorang sangat berhubungan dengan status gizi. Oleh karena itu, antropometri digunakan sebagai indeks yang baik dan dapat digunakan sebagai penentuan status gizi untuk negara berkembang. Hal ini dikarenakan cara perhitungan secara antropometri lebih murah dibandingkan cara lain. Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Apabila ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Pada orang dewasa status gizi ditentukan dengan menggunakan indeks massa tubuh atau body mass index (Riyadi 1995). Namun, menurut Damayanti (2000), indeks massa tubuh (IMT) yang dibuat untuk populasi umum tidak cocok digunakan pada atlet. Olahragawan dengan lean body mass yang menigkat mungkin mempunyai kadar lemak yang rendah, namun IMTnya melebihi batas yang dianjurkan. Status gizi sangat mempengaruhi prestasi olahraga. Menurut Moeloek (1995) untuk mencapai prestasi olahraga yang baik, banyak faktor yang berperan, anrata lain ukuran dan tipe tubuh, kapasitas fungsional, status gizi, psikologi, latihan, taktik, serta strategi. Status gizi yang baik sangat diperlukan untuk memperoleh kondisi fisik yang prima. Pengetahuan Gizi Pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam ingatan yang menjadi penentu utama prilaku seseorang (Engel et al. 1994). Sedangkan menurut Notoadmodjo (1993), pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap sesuatu objek. Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang amat berpengaruh terhadap daya nalar yang dimiliki oleh orang tersebut. Pengetahuan ini didapatkan dari pendidikan formal, maupun informal. Riyadi (1996) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi adalah banyaknya informasi yang dimiliki oleh seseorang mengenai kebutuhan tubuh akan zat gizi, kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi ke dalam pemilihan bahan pangan, dan cara pemanfaatan pangan yang sesuai dengan keadaanya. Oleh karena itu, pengetahuan gizi sangat erat hubungannya dengan baik buruknya kualitas gizi dari makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi dapat diperoleh

27 dari pendidikan formal maupun non-formal. Pendidikan formal seperti pendidikan di sekolah serta pendidikan non-formal seperti membaca koran, mendengarkan radio, maupun menonton televisi yang menyajiakan liputan mengenai gizi. Karyadi (1990) mengatakan bahwa masalah gizi yang timbul sebenarnya disebabkan oleh prilaku yang salah, yakni adanya ketidakseimbangan antara konsumsi dan kecukupan gizinya. Pengetahuan gizi yang kurang akan menimbulkan anggapan bahwa makanan yang baik adalah makanan yang mahal. Sedangkan pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari paradigma yang salah. Metode Recall Mengingat kembali dan mencatat jumlah serta jenis pangan dan minuman yang telah dikonsumsi selama 24 jam merupakan metode pengumpulan data yang paling banyak dan paling mudah dilakukan. Pada metode ini dicatat mengenai jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi pada waktu yang lalu, biasanya 24 jam sebelumnya. Pengukuran konsumsi pangan diawali dengan menanyakan jumlah pangan dalam URT, setelah itu baru dikonversikan kedalam satuan berat. Proses mengingat ini dipandu oleh pewawancara terlatih yang idealnya adalah seorang ahli gizi atau orang lain yang mengerti pangan dan gizi, serta mampu menggunakan instrument baku disamping harus pula menguasai jenis pangan yang tersedia di pasaran, serta mengerti membuat santapan berbasis etnis tertentu. Wawancara biasanya bersifat terstruktur sembari memperagakan makanan contoh atau food model. Penyertaan food model sangat bermanfaat, terutama untuk menggali informasi tentang rincian penting, seperti ukuran makanan yang dimaksud. Seluruh makanan yang disantap dan minuman yang diminum harus dicatat serinci mungkin. Jika santapan berupa produk buatan pabrik, nama pabrik harus ditulis termasuk apabila responden mengonsumsi suplemen (Arisman 2002). Metode recall ini murah dan tidak memakan waktu banyak. Kekurangannya adalah data yang dihasilkan kurang akurat karena hanya mengandalkan keterbatasan daya ingat seseorang dan tergantung dari keahlian tenaga pencatat dalam mengonversikan URT kedalam satuan berat serta adanya variasi URT antar daerah serta variasi intrerpretasi besarnya ukuran antar responden.

28 Aktivitas Fisik Kegiatan fisik membutuhkan energi lebih banyak dari pada beristirahat. Oleh karena itu, penting sekali untuk memikirkan derajat kegiatan fisik pada saat penentuan akan besaran energi. Banyak penelitian mengenai nilai energi dari kegiatan fisik tengah dilakukan menggunakan kalorimeter tak langsung dan nilai rata-rata hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan. Metode penentuan derajat kegiatan fisik dihitung menggunakan metode faktorial. Dengan menggunakan cara ini, orang merinci jenis serta lamanya kegiatan yang telah dilakukan selama 24 jam untuk kemudian diisikan kedalam tabel, kemudian dikalikan dengan koefisien tiap jenis kegiatan. Metode yang lainnya adalah dengan menggunakan metode yang diajukan oleh WHO/FAO/UNU dan hasil penelitian kantor menteri KLH dan Puslitbang Gizi Bogor tahun Metode WHO/FAO/UNU membagi kegiatan menjadi 4 derajat, yaitu: kerja ringan (20% BMR), sedang (30% BMR), berat (40% BMR), dan sangat berat (50% BMR). Sementara hasil penelitian KLH dan Puslitbang Gizi, berdasarkan penelitian badan tersebut pada pekerja diberbagai perusahaan, juga membagi kegiatan fisik menjadi 4, yaitu kerja staf, kerja ringan, kerja sedang, dan kerja berat (Arisman 2002). Tabel 3 Faktor aktifitas untuk setiap kegiatan Kkal per menit Jenis Kegiatan Laki-laki Wanita Istirahat Tidur Duduk Berdiri Bekerja Pekerjaan Kantor Pekerjaan rumah ringan Pekerjaan rumah sedang Pekerjaan rumah berat Olahraga 1,1 1,4 1,7 1,8 2,6 4,3 5,0 0,9 1,1 1,4 1,6 2,0 3,4 4,0 Rekreasi sedentary 2,5 2,0

29 Jenis Kegiatan Kkal per menit Laki-laki Wanita Panahan Badminton Baseball Basket Bersepeda santai Billiard Tinju Golf Judo Mendaki Gunung Rugby Voli Sumber : Durnin, JVGA, dan Passmore, R ,6 6,5 4,6 14,3 5,9 2,6 15,0 5,2 22,8 9,8 13,7 8,5 3,9 5,5-12,1 5, ,4 24,8 8,3-7,2

30 KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan asupan zat gizi serta elektrolit yang cukup. Asupan zat gizi yang diterima oleh tubuh dipengaruhi oleh faktor pola konsumsi dan tingkat kecukupan zat gizi. Kedua hal tersebut amat berkaitan erat dengan keragaman jenis asupan pangan yang dikonsumsi serta tingkat pengetahuan gizi seseorang. Pola konsumsi seseorang tercermin dari komposisi makanan yang dikonsumsinya, seperti perbandingan asupan sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Pola konsumsi yang seimbang antar sumber zat gizi berpengaruh pada kompleksitas zat gizi yang diterima oleh tubuh. Tingkat kecukupan energi tercermin dari jumlah energi yang dikonsumsi oleh tubuh sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Hal ini tercermin dari total kalori yang berasal dari makanan, baik itu bersumber dari karbohidrat, protein, maupun lemak yang dipergunakan oleh tubuh sebagai sumber energi. Dengan pola konsumsi dan tingkat kecukupan zat gizi yang memadai, diharapkan dapat meningkatkan prestasi dalam olahraga ini serta memperkecil terjadinya cidera yang mungkin dialami selama berlangsungnya kegiatan olah raga ini. Menurut Antonio et al. (2008), pola konsumsi yang tepat berperan dalam meningkatkan kemampuan dan ketahanan otot serta meningkatkan resintesis glikogen selama masa olahraga.

31 Bagan Kerangka Pemikiran "# "##! "#! "## Keterangan : = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran pola konsumsi dan tingkat kecukupan energi para pendaki gunung di Taman Nasional Gede-Pangrango

32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional study dengan metode wawancara terstruktur yang mencoba untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat mengenai pola konsumsi dan tingkat kecukupan energi olahragawan dibidang mountaineeing. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang terletak di wilayah Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah para pendaki gunung di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Sampel penelitian ini diambil secara purposive dengan syarat sebagai berikut: usia antara tahun, mendaki Gunung Gede, perjalanan pendakian melalui jalur Cibodas atau jalur Gunung Putri dan turun melalui jalur Cibodas, berjenis kelamin laki-laki, serta bersedia diwawancarai. Jumlah sampel yang terpilih adalah semua pendaki gunung yang memenuhi kriteria yang ditentukan. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 51 orang. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data primer serta data sekunder. Data primer meliputi karakterisik responden (tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, frekuensi makan sehari-hari, makanan pokok sehari-hari, pengalaman mendaki dan pelatihan mountaineering yang pernah diikuti), jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi selama pendakian, serta pengetahuan gizi. Data karakteristik dan pengetahuan gizi didapatkan dengan cara wawancara, sedangkan jenis dan bahan makanan yang dikonsumsi selama pendakian didapatkan melalui metode recall. Wawancara dilakukan dengan bertanya langsung kepada responden, lalu informasi yang didapatkan diisikan ke dalam lembar kuisioner oleh enumerator. Kuisioner yang digunakan merupakan kuisioner tipe perorangan. Lembar pengetahuan gizi diisi sendiri oleh sampel. Data sekunder berupa profil mengenai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang didapatkan dari kantor pusat Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cianjur, Jawa Barat.

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

Tabel 1 Pengelompokan olahraga berdasarkan intensitas. Golf Bowling Panahan. Bola basket Hockey Soft ball. Olahraga berat sekali

Tabel 1 Pengelompokan olahraga berdasarkan intensitas. Golf Bowling Panahan. Bola basket Hockey Soft ball. Olahraga berat sekali TINJAUAN PUSTAKA Mountaineering Mountaineering mengandung arti kegiatan alam bebas yang berlokasi di daerah pegunungan. Mountaineering dapat mencakup beberapa yang tidak hanya mendaki gunung, kegiatan

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Mendaki gunung merupakan salah satu jenis mountaineering yang banyak dilakukan di Indonesia. Kegiatan ini berupa pendakian gunung dengan cara berjalan atau Hill Walking menuju puncak

Lebih terperinci

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri) Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga (Nurkadri) Abstrak Olahraga adalah aktiftas jasmani yang membutuhkan energy dalam melakukannya. Kadar energy yang dibutuhkan disesuaikan dengan berat atau ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak BAB V PEMBAHASAN A. Asupan Karbohidrat Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak latihan diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 LAMPIRAN 60 61 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode: KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TERHADAP KEBUGARAN ATLET BOLA BASKET DI SMP/SMA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH Berdasarkan Surat Ijin/Penugasan Dekan FIK UNY No 1737/H.34.16/KP/2009 FAKULTAS

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 16 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik yang menggambarkan sistem penyelenggaraan makan dan preferensi para atlet terhadap menu makanan yang disajikan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daya Tahan Tubuh (Endurance) 1. Pengertian Menurut Toho Cholik Mutohir dan Ali Maksum (2007) daya tahan umum adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas terus-menerus (lebih

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu keprihatinan tersendiri bagi kondisi olahragawan profesional di Indonesia. Untuk membina seorang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH Samsul Bahri, Tommy Apriantono, Joseph I. Sigit, Serlyana Herman Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa suplemen tradisional (alami)

Lebih terperinci

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Index Massa Tubuh Index Massa tubuh adalah salah satu pengukuran status gizi antopometri seseorang dengan menggunakan tinggi badan dan berat badan. Cara ini efektif digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik kompetitif yang biasanya dilakukan melalui partisipasi santai atau terorganisi, bertujuan untuk menggunakan, memelihara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002). 74 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan sepakbola membutuhkan daya tahan fisik yang tinggi untuk melakukan aktifitas secara terus menerus dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang ingin menjalani kehidupannya senantiasa dalam keadaan sehat. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, berbagai upaya telah dilakukan, salah satu

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa darah adalah salah satu gula monosakarida dan salah satu sumber karbon terpenting yang digunakan sebagai sumber energi yang adekuat bagi sel-sel, jaringan,

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang berhubungan dengan kemampuan atau kesanggupan tubuh yang berfungsi dalam menjalankan pekerjaan secara optimal dan efisien.

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Pra-Sekolah Anak pra-sekolah / anak TK adalah golongan umur yang mudah terpengaruh penyakit. Pertumbuhan dan perkembangan anak pra-sekolah dipengaruhi keturunan dan faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap harinya, tubuh kita melakukan aktivitas fisik yang beragam, baik itu ringan maupun berat. Untuk dapat melakukan aktivitas fisik dengan baik, diperlukan pula

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan KESEIMBANGAN ENERGI Jumlah energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 kg sebesar

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DAN PENGATURAN MAKAN SELAMA LATIHAN, PERTANDINGAN, DAN PEMULIHAN Dr.dr.BM.Wara Kushartanti, MS FIK-UNY

KEBUTUHAN DAN PENGATURAN MAKAN SELAMA LATIHAN, PERTANDINGAN, DAN PEMULIHAN Dr.dr.BM.Wara Kushartanti, MS FIK-UNY KEBUTUHAN DAN PENGATURAN MAKAN SELAMA LATIHAN, PERTANDINGAN, DAN PEMULIHAN Dr.dr.BM.Wara Kushartanti, MS FIK-UNY PENGANTAR Hari latihan, pertandingan, dan pemulihan merupakan hari-hari rutin seorang atlet,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Kerja

TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Kerja TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Kerja Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan antara output (hasil kerja) dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

4/11/2015. Nugroho Agung S.

4/11/2015. Nugroho Agung S. Protein Makronutrisi Karbohidrat Lemak Nugroho Agung S. Jenis Fungsi Karbohidrat (4 kcal/g) Sumber energi dan bahan energi untuk otot (dari gula dan glikogen) Pengontrol lemak dan kolesterol (dari serat)

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Usia Dini Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal dan masa akhir kanak-kanak. Periode awal berlangsung dari umur dua tahun sampai enam

Lebih terperinci

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu karakteristik sosial ekonomi yang meliputi jenis kelamin, umur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan hidupnya, manusia memerlukan makanan karena makanan merupakan sumber gizi dalam bentuk kalori,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study dengan metode observasional. Penelitian dilaksanakan di Polres Kota Cimahi. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, akan mengadakan penelitian

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 OLEH : KELOMPOK 15 D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU Pengertian Gizi ibu hamil Zat gizi adalah : Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Karakteristik Siswa Besar uang saku

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Karakteristik Siswa Besar uang saku TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Menurut Hurlock (1999), anak usia sekolah dasar termasuk ke dalam fase akhir masa kanak-kanak (late childhood). Fase ini berlangsung dari usia 6 tahun dan berakhir saat

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci