1. Judul I. HEAL T H PLANNING II. HEAL TH ORGANIZATION AND ADMINISTRATION Ill. HEAL TH POLICY IV. BUDGETS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. Judul I. HEAL T H PLANNING II. HEAL TH ORGANIZATION AND ADMINISTRATION Ill. HEAL TH POLICY IV. BUDGETS"

Transkripsi

1

2 Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI 614 Ind L Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat Jenderal Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun Jakarta : Kementerian Kesehatan RI ISBN Judul I. HEAL T H PLANNING II. HEAL TH ORGANIZATION AND ADMINISTRATION Ill. HEAL TH POLICY IV. BUDGETS J

3

4 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GRAFIK... vi DAFTAR GAMBAR... viii IKHTISAR EKSEKUTIF... xii PENGHARGAAN-PENGHARGAAN YANG DITERIMA KEMENTERIAN KESEHATAN... xx BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN... 4 C. STRUKTUR ORGANISASI... 8 D. SISTIMATIKA... 8 BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA DALAM KETERPADUAN SISTEM A. SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) B. RENCANA STRATEGIS C. PENETAPAN KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. KINERJA ORGANISASI PENGUKURAN KINERJA ANALISA AKUNTABILITAS KINERJA Sasaran Strategis Meningkatnya Status Kesehatan Dan Gizi Masyarakat a. Indikator Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih (PN) b. Indikator Persentase cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) c. Indikator Persentase balita ditimbang berat badannya (D/S) Sasaran Strategis Menurunnya Angka Kesakitan Akibat Penyakit Menular. 46 Indikator Persentase kasus baru TB (BTA) positif yang disembuhkan Apresiasi, Penghargaan Dan Best Practices Selama Kurun Waktu 5 Tahun Sasaran Strategis Menurunnya Disparitas Status Kesehatan dan Status Gizi Antar Wilayah dan Antar Tingkat Sosial Ekonomi Serta Gender ii

5 a. Indikator Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memenuhi standar sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan b. Indikator Jumlah kota yang memiliki RS memenuhi standar kelas dunia (world class) c. Indikator Persentase fasilitas kesehatan yang mempunyai SDM kesehatan sesuai standar d. Indikator Jumlah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) beroperasi Sasaran Strategis Meningkatnya Penyediaan Anggaran Publik untuk Kesehatan dalam Rangka Mengurangi Risiko Financial Akibat Gangguan Kesehatan Bagi Penduduk, Terutama Penduduk Miskin Indikator Persentase penduduk yang mempunyai jaminan kesehatan Sasaran Strategis Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tingkat Rumah Tangga Indikator Persentase Rumah Tangga yang melaksanakan PHBS Sasaran Strategis Terpenuhinya Kebutuhan Tenaga Kesehatan Strategis Di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan, Kepulauan (DTPK) Indikator Jumlah tenaga kesehatan yang didayagunakan dan diberi insentif di DTPK Sasaran Strategis Seluruh Provinsi Melaksanakan Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular Indikator Persentase Provinsi yang memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Sasaran Strategis Seluruh Kab/Kota Melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Indikator Presentase Kab/Kota yang telah menganggarkan APBD bidang kesehatan minimum 10 (sepuluh) % dari APBD dalam rangka pencapaian SPM Sasaran Program/Kegiatan Terpenuhinya Ketersediaan Obat Dan Vaksin Indikator Persentase ketersediaan obat dan vaksin iii

6 10. Sasaran Program/Kegiatan Meningkatnya Kualitas Penelitian, Pengembangan dan Pemanfaatan di Bidang Kesehatan Indikator Jumlah produk/model/intervensi/prototipe/formula hasil penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan Sasaran Program/Kegiatan Meningkatnya Koordinasi Pelaksanaan Tugas, Pembinaan Dan Pemberian Dukungan Manajemen Kementerian Kesehatan a. Indikator Persentase provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki bank data kesehatan b. Indikator Persentase produk administrasi kepegawaian yang dikelola melalui Sistem Layanan Kepegawaian (SILK) c. Indikator Persentase pengadaan menggunakan e procurement Sasaran Program/ Kegiatan Meningkatnya Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan Indikator Persentase unit kerja yang menerapkan administrasi yang akuntabel B. PROGRAM INOVATIF DAN PRESTASI KEMENTERIAN KESEHATAN C. KEUANGAN Sumber Daya Anggaran BAB IV PENUTUP iv

7 DAFTAR TABEL Tabel 1 : Target Perjanjian Kinerja Kementerian Kesehatan tahun 2014 Tabel 2 : Capaian Realisasi dan Kinerja Indikator Kinerja Utama Kementerian Kesehatan Tahun 2014 Tabel 3 Capaian Indikator Kinerja Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2014 Tabel 4 : Capaian Indikator Persentase Kasus Baru TB Paru (BTA positif) yang disembuhkan Tahun 2014 Tabel 5 : Capaian Indikator Kinerja Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memenuhi standar sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan Tahun 2014 Tabel 6 : Capaian Indikator Kinerja Jumlah Kota Yang Memiliki Rumah Sakit Standar Kelas Dunia (World Class) Tabel 7 : Target dan Capaian Realisasi Indikator Persentase Penduduk Yang Mempunyai Jaminan Kesehatan tahun 2014 Tabel 8 Perbandingan Target dan Realisasi capaian indikator Persentase kabupaten/kota yang telah menganggarkan APBD bidang kesehatan minimum 10 (sepuluh) persen dari APBD dalam rangka pencapaian SPM Tahun 2014 Tabel 9 : Capaian Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Tahun 2014 Tabel 10 : Target dan Realisasi Indikator Jumlah produk/ model/ prototipe/ standar/formula hasil penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan Tahun 2014 Tabel 11 : Rekapitulasi Rata-Rata Nilai Hasil Evaluasi AKIP Menurut Unit Eselon I Di Lingkungan Kementerian Kesehatan RI v

8 DAFTAR GRAFIK Grafik 1 : Capaian capaian indikator Pn tahun Grafik 2 : Trend Capaian Indikator Pn menurut Provinsi Tahun 2014 Grafik 3 : Capaian Indikator KN1 tahun Grafik 4 : Capaian KN1 Menurut Provinsi Tahun 2014 Grafik 5 : Tren Capaian D/S Tahun Grafik 6 : Capaian D/S menurut Provinsi Tahun 2014 Grafik 7 : Perbandingan Target dan Capaian Indikator Persentase Kasus Baru TB Paru (BTA positif) yang Disembuhkan Tahun Grafik 8 : Capaian indikator Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memenuhi standar sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan tahun Grafik 9 : Capaian Indikator Kinerja Jumlah Kota Yang Memiliki Rumah Sakit Standar Kelas Dunia (World Class) tahun Grafik 10 : Capaian Indikator Persentase fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai SDM kesehatan sesuai standar periode Grafik 11 : Target dan Capaian Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Beroperasi Tahun Grafik 12 : Capaian Kinerja Poskesdes Beroperasi per Provinsi Tahun 2014 Grafik 13 : Persentase penduduk (termasuk seluruh penduduk miskin) yang memiliki jaminan kesehatan untuk kurun waktu Grafik 14 : Target dan Capaian Rumah Tangga Ber-PHBS Tahun 2010 sampai Tahun 2014 Grafik 15 : Capaian Kinerja Rumah Tangga Ber-PHBS per Provinsi Tahun 2014 Grafik 16 : Realisasi Jumlah tenaga kesehatan yang didayagunakan dan vi

9 diberi insentif di DTPK Grafik 17 : Capaian Provinsi yang memiliki Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Tahun 2010 sd 2014 Grafik 18 : Perbandingan Target dan Realisasi Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Tahun dan Target Renstra Grafik 19 : Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Tahun 2014 Grafik 20 : Target dan Realisasi Indikator Jumlah produk / model / prototipe / standar / formula hasil penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan Tahun Grafik 21 : Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Provinsi dan Kab/Kota yang memiliki Bank Data Kesehatan tahun Grafik 22 : Capaian indikator Persentase pengadaan menggunakan e- procurement Tahun dan Tahun Akhir Renstra vii

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Pelayanan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Gambar 2 : Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu Gambar 3 : Pembangunan Poskesdes yang Menggunakan Dana DAK Tahun 2014 Gambar 4 : Beberapa Foto Kegiatan PHBS di berbagai daerah Gambar 5 : Rekor MURI Cap jari pada saat Hari Kesehatan Nasional Gambar 6 : Informasi Proses Kenaikan Pangkat Gambar 7 : Pengelolaan Administrasi Kepegawaian Pada Website Biro Kepegawaian Gambar 8 : Bagan Mekanisme Usul dan Pengelolaan Proses Administrasi Kepegawaian viii

11 IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Kesehatan Tahun 2014, merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja Menteri Kesehatan beserta jajarannya kepada Presiden RI, dan seluruh pemangku kepentingan baik yang terkait langsung maupun tidak langsung. Selain itu LAKIP Kementerian Kesehatan merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi yang dijabarkan dalam tujuan/sasaran strategis. Tujuan/sasaran strategis tersebut mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Visi Kementerian Kesehatan adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Dalam mencapai visi tersebut, Kementerian Kesehatan sebagai lembaga/institusi yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara mempunyai empat misi yaitu (1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; (2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; (3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan; (4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. Dalam mencapai visi dan misi, Kementerian Kesehatan menetapkan 8 (delapan) sasaran strategis yang akan dicapai dalam tahun , yaitu: 1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat. 2. Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular. ix

12 3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi serta gender. 4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk miskin. 5. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat rumah tangga. 6. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan Terluar (DTPK). 7. Seluruh Provinsi melaksanakan program pengendalian penyakit tidak menular. 8. Seluruh Kabupaten/Kota melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Guna mencapai sasaran strategis tersebut di atas, diperlukan dukungan sasaran program dan kegiatan sebagai berikut : 1. Terpenuhinya ketersediaan obat dan vaksin. 2. Meningkatnya kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan. 3. Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan. 4. Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan. Untuk menunjang pencapaian sasaran strategis tersebut disusunlah Peta Strategi Kementerian Kesehatan berdasarkan metodologi balanced scorecard yang terdiri dari empat perspektif yaitu financial perspective, learning and growth perspective, business process perspective, dan stakeholders perspective. x

13 Peta strategi tersebut terdiri dari 8 (delapan) sasaran strategis dan 4 (empat) sasaran program, lima sasaran strategis yakni sasaran strategis nomor 1, 2, 5, 7 dan 8 serta 1 sasaran program nomor 1 merupakan bagian dari stakeholders perspective, sasaran strategis nomor 3 dan sasaran program nomor 8 pada business process perspective, sasaran strategis nomor 6 dan sasaran program nomor 2 pada learning and growth perspective, dan sasaran strategis nomor 4 dan sasaran program nomor 3 pada financial perspective. Peta Strategis Kementerian Kesehatan STAKEHOLDERS PERSPECTIVE SS1. Meningkatn ya status kesehatan dan gizi SS2. Menurunn ya angka kesakitan akibat SS5. Meningkatn ya Perilaku Hidup SS7. Seluruh Provinsi melaksanaka n program pengendalian PTM SS8. Seluruh Kab/Kota melaksan akan SP1. Terpenuhinya ketersediaan obat dan vaksin BUSINESS PROCESS PERSPECTIVE SS3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi gender SP4. Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan LEARNING & GROWTH PERSPECTIVE SS6. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di DTPK SP2. Meningkatnya kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan FINANCIAL PERSPECTIVE SS4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk miskin SP3. Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Untuk menilai pencapaian sasaran strategis dan sasaran program tersebut, Menteri Kesehatan telah menetapkan IKU Kementerian Kesehatan tahun melalui Kepmenkes No.1099/Menkes/SK/VI/2011. Dengan keputusan tersebut, terdapat 19 (sembilan belas) indikator sebagai alat pengukuran kinerja, yaitu: 1. Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN). xi

14 2. Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1). 3. Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S). 4. Persentase kasus baru TB atau BTA positif yang disembuhkan. 5. Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memenuhi standar sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan. 6. Jumlah kota yang memiliki RS memenuhi standar kelas dunia (world class). 7. Persentase fasilitas kesehatan yang mempunyai SDM kesehatan sesuai standar. 8. Jumlah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) beroperasi. 9. Persentase penduduk yang mempunyai jaminan kesehatan. 10. Persentase Rumah Tangga yang melaksanakan PHBS. 11. Jumlah tenaga kesehatan yang didayagunakan dan diberi insentif di DTPK. 12. Persentase provinsi yang memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR). 13. Persentase kabupaten/kota yang telah menganggarkan APBD bidang kesehatan minimum 10 (sepuluh) persen dari APBD dalam rangka pencapaian SPM. 14. Persentase ketersediaan obat dan vaksin. 15. Jumlah produk/model/intervensi/prototipe/standar/formula hasil penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan. 16. Persentase provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki bank data kesehatan. xii

15 17. Persentase produk administrasi kepegawaian yang dikelola melalui sistem layanan kepegawaian. 18. Persentase pengadaan menggunakan e-procurement. 19. Persentase unit kerja yang menerapkan administrasi yang akuntabel. Hasil midterm review terhadap Rencana Strategis Kementerian Kesehatan untuk kurun waktu yang dilakukan pimpinan beserta seluruh jajaran di entitas unit organisasi dan entitas satuan kerja, menetapkan beberapa perbaikan atas target yang ditetapkan di awal tahun renstra. Sampai dengan akhir tahun Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dari 19 indikator yang ditetapan sebagai Indikator Kinerja Utama, 16 indikator diantaranya telah mencapai target bahkan berhasil melebihi target, 3 indikator yang belum mencapai target yang ditetapkan antara lain (1) Jumlah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) beroperasi terealisasi 94,90%; (2) Persentase Rumah Tangga yang melaksanakan PHBS terealisasi 84.71%; (3) Persentase kabupaten/kota yang telah menganggarkan APBD bidang kesehatan minimum 10 (sepuluh) persen dari APBD dalam rangka pencapaian SPM terealisasi 48.87%. Sasaran strategis pertama yakni Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat untuk kurun waktu 5 tahun telah dapat tercapai, melalui indikator sebagai berikut : 1. Persentase persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN). Pada tahun 2014, pencapaian indikator kinerja Persentase persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN) dapat terealisasi dengan baik yaitu mencapai 90,89% dari target yang ditetapkan sebesar 89%. Artinya bahwa upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu dari sisi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan rencana xiii

16 yang telah ditetapkan di tahun 2014 dan terjadi peningkatan sebesar 6.09% dari target awal tahun penetapan target pada tahun Persentase cakupan kunjungan neonatal pertama ( KN1). Realisasi kinerja indikator kunjungan neonatal pertama (KN1) tahun 2014 adalah sebesar 96,72% dari target yang ditetapkan sebesar 90% pencapaian KN 1 menunjukkan trend peningkatan yang cukup signifikan, sementara untuk kurun waktu 5 tahun kenaikan tersebut terlihat sebesar 12,71%. 3. Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S). Realisasi cakupan D/S, secara rata-rata nasional untuk tahun 2014, telah mencapai target yaitu mencapai 85% dari target 85%, sementara untuk kurun waktu 5 tahun kenaikan capaian kinerja indikator ini sebesar 17,1%. Sasaran strategis menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular untuk kurun waktu 5 tahun rencana strategis telah dapat tercapai, ukuran pencapaian sasaran strategis ini adalah : Persentase kasus baru TB (BTA Positif) yang disembuhkan di tahun 2014 terealisasi sebanyak 89.5% artinya telah melebihi target akhir tahun Renstra sebesar 88%, dan untuk kurun waktu 5 tahun rencana strategis indikator ini setiap tahunnya melebihi dari target yang ditetapkan. Sasaran strategis Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi serta gender pada kurun waktu 5 tahun 3 dari 4 ukuran indikatornya selalu dapat tercapai. Capaian kinerja setiap indikator tersebut sebagai berikut : 1. Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas) telah memenuhi standar sarana, prasarana dan peralatan kesehatan. Pada tahun 2014, sebanyak 1300 fasilitas pelayanan kesehatan telah memenuhi standar sarana, prasarana dan peralatan. Angka tersebut melampaui target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 594 fasyankes. xiv

17 Sementara untuk kurun waktu 5 tahun terdapat peningkatan sebanyak 1140 fasyankes dari target awal di tahun 2010 sebanyak 160 fasyankes. 2. Jumlah kota yang memiliki Rumah Sakit memenuhi standar kelas dunia (world class). Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 659/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia mengatur bahwa Rumah Sakit Kelas Dunia harus terakreditasi oleh Badan Akreditasi Internasional yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Pada tahun 2014 Rumah Sakit yang memiliki Standar Kelas Dunia sebanyak 18 Rumah Sakit di 11 kota dari target 5 kota sehingga terdapat capaian kinerja sebesar 220%. Pada kurun waktu 5 tahun terjadi peningkatan yang cukup signifikan yakni dari target awal 2010 sebanyak 1 kota menjadi 11 kota. 3. Persentase fasilitas kesehatan yang mempunyai SDM Kesehatan sesuai standar. Pada tahun 2014, pencapaian indikator persentase fasilitas kesehatan yang mempunyai SDM Kesehatan sesuai standar sebanyak dari fasilitas pelayanan kesehatan atau 85,5% dari target 80%, dengan demikian capaian kinerjanya sebesar 106,88%. Setiap tahun untuk kurun waktu 5 tahun indikator ini dapat mencapai target. 4. Jumlah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) beroperasi. Pada tahun 2014, capaian indikator ini sebanyak Poskesdes dari target total di akhir tahun Renstra sebanyak atau sebesar 94.90%. Untuk kurun waktu 5 tahun meski belum mencapai target namun dari tahun ke tahun terdapat peningkatan jumlah Poskesdes yang beroperasi. Sasaran strategis Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk miskin telah dapat di capai. Ukuran keberhasilan sasaran strategis ini adalah Persentase penduduk yang mempunyai jaminan kesehatan. xv

18 Pencapaian indikator persentase penduduk yang mempunyai jaminan kesehatan pada tahun 2014 adalah sebesar 81.28% dari target 80,1%. Berdasarkan Universal Coverage, maka perhitungan target kinerja indikator persentase penduduk (termasuk seluruh penduduk miskin) yang memiliki jaminan kesehatan dilakukan dengan menggunakan denominator total jumlah penduduk. Capaian kinerja indikator ini pada tahun 2014 telah melebihi target menjadi sebesar %. Dalam kurun waktu 5 tahun indikator ini setiap tahunnya dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Sasaran strategis Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat Rumah Tangga selama kurun waktu 5 tahun capaian kinerjanya sebesar 84.71%. Ukuran keberhasilan sasaran strategis ini adalah Persentase Rumah Tangga yang melaksanakan PHBS. Pada tahun 2014, dari target yang ditetapkan sebesar 70 % namun dapat dicapai 56.6% dengan demikian capaian kinerjanya baru 84.71%. Untuk kurun waktu 5 tahun terdapat kenaikan 12,97% dari target yang ditetapkan di awal tahun Renstra yakni tahun Sasaran strategis Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan Terluar (DTPK). Dalam kurun waktu 5 tahun sasaran strategis ini dapat tercapai. Ukuran keberhasilan ini melalui indikator Jumlah tenaga kesehatan yang didayagunakan dan diberi insentif di DTPK. Berdasarkan target kumulatif pada tahun 2014 sejumlah orang pada akhir tahun Renstra telah dapat dicapai sejumlah orang, dengan demikian capai kinerjanya sebesar 106%. Selama kurun waktu 5 tahun tersebut terjadi peningkatan terbesar di tahun 2012 dan 2013 dengan ratarata 500 orang. Sasaran strategis Seluruh provinsi melaksanakan program pengendalian penyakit tidak menular, untuk kurun waktu 5 tahun telah dapat mencapai target. Kenaikan sebesar 60 % dari target yang ditetapkan diawal tahun xvi

19 Renstra sebesar 40% saat ini telah dapat dapat mencapai 100%. Ukuran keberhasilan sasaran strategis ini melalui indikator Persentase provinsi yang memiliki Peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Pada tahun 2014 telah dapat mencapai target yang ditetapkan yakni 100%. Sasaran strategis Seluruh Kabupaten/Kota melaksanakan Standar Pelayanan Minimal, ukuran keberhasilan sasaran ini adalah melalui indikator Persentase kabupaten/kota yang telah menganggarkan APBD bidang kesehatan minimum 10 (sepuluh) persen dari APBD, sulit terlaksananya 100%. Untuk kurun waktu 5 tahun sampai akhir tahun Renstra baru 48,87% kabupaten/kota yang mengganggarkan minimum 10%. Penganggaran tertinggi adalah di kota Sukabumi sebesar 27.09%. Sementara 239 Kabupaten/Kota yang mengganggarkan di atas 10 %, 235 kabupaten/kota mengganggarkan 5-9,99% dan 15 kabupaten/kota antara 1,44-4,77%. Sasaran Program Terpenuhinya ketersediaan obat dan vaksin di ukur melalui indikator Persentase ketersediaan obat dan vaksin. Untuk kurun waktu 5 tahun sasaran program ini telah dapat dicapai. Rata-rata pencapaian kinerja indikator ini setiap tahunnya diatas 102 %. Data ketersediaan di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota diambil sebagai gambaran ketersediaan tingkat puskesmas. Realisasi ketersediaan obat pada tahun 2014 sebesar 100,51% dari target sebesar 100%. Sasaran Program Meningkatnya kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan, diukur melalui indikator Jumlah produk/model intervensi/prototipe/standar/formulahasil penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan. Dalam kurun waktu 5 tahun capaian kinerjanya selalu di atas 100%. Dari target selama 5 tahun sebanyak 250 dapat dicapai sebanyak 338 atau terdapat kenaikan 88 atau sekitar 135 %. xvii

20 Kementerian Kesehatan selalu berkomitmen dalam melaksanakan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan. Pada tahun 2014 penelitian-penelitian yang dilaksanakan telah menghasilkan 61 produk/model intervensi/prototipe/standar/formula hasil penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan dari 54 yang ditargetkan atau sebesar 113%. Sasaran Program Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan selama kurun waktu 5 tahun ini selalu dapat mencapai target yang ditetapkan. Ukuran keberhasilan sasaran program ini melalui indikator : 1. Persentase Provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki bank data kesehatan. Pada tahun 2014, persentase provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki bank data kesehatan terealisasi sebesar 79,79% dari target sebesar 76%, dengan demikian capaian kinerjanya sebesar 105%. Untuk kurun waktu 5 tahun indikator ini selalu meningkat dalam capaian kinerjanya. Selama waktu tersebut terjadi kenaikan sebesar 19,79% dari target awal tahun Renstra sebesar 60% menjadi 79.79% di akhir tahun Renstra dari target sebesar 76%. 2. Presentase produk administrasi kepegawaian yang dikelola melalui sistem layanan kepegawaian. Capaian kinerja presentase produk administrasi kepegawaian yang dikelola melalui sistem layanan kepegawaian pada tahun 2014 di hasilkan sebesar 115% yakni dari target 70% tercapai 80.45%. Untuk kurun waktu 5 tahun terdapat kenaikan sebesar 50.45% dari target awal di tahun 2010 sebesar 30% menjadi 80.45% di akhir tahun Renstra. 3. Persentase pengadaan menggunakan e_procurement. Pada tahun 2014, Satker Kantor Pusat dan Kantor Daerah di Jakarta, yang telah menggunakan LPSE adalah sebanyak 89% dari target 90%, meski tampak turun, namun hal ini dikarenakan terjadi perubahan kebijakan pimpinan entitas satuan kerja yang mengalokasikan besaran pengadaan dibawah 200 juta, dengan demikian dapat dilakukan xviii

21 pengadaan langsung. Kementerian Kesehatan mengantisipasi hal tersebut membuat aplikasi SIBAJA untuk memonitor pengadaan paket yang tidak terekam di e_monev LPSE dan SIRUP yang merupakan sistem informasi terkait rencana umum pengadaan. Sehingga akan tetap terpantau pengadaan langsung dan tidak langsung. Sasaran program Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan, selama kurun waktu 5 sasaran program ini telah dapat tercapai. Dari tahun 2012 Kementerian Kesehatan telah dapat mencapai 100% dan mendapatkan opini WTP untuk keuangan dan Nilai B pada Manajemen SAKIP. Kondisi tersebut mendukung pencapaian indikator persentase unit kerja yang menerapkan administrasi akuntabel. Pada tahun 2014 dari target sebesar 100% dapat terealisasi pula 100%. Untuk mendukung tujuan dan sasaran Kementerian Kesehatan maka dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, pada tahun 2014 jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang sudah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sebanyak orang, telah menerapkan pengisian Sasaran Kinerja Pegawai secara online sebagai bagian pencapaian Sasaran Kinerja Organisasi. Keberhasilan penghematan keuangan negara melalui kegiatan pengadaan menggunakan e-procurement, sebesar Rp ,11 atau sebesar 6,57% dari pagu Kementerian Kesehatan merupakan wujud kesungguhan Kementerian Kesehatan dalam upaya efisiensi dan efektifitas dukungan anggaran terhadap capaian kinerja. xix

22 PENGHARGAAN-PENGHARGAAN YANG DITERIMA KEMENTERIAN KESEHATAN xx

23 xxi

24 xxii

25 xxiii

26 xxiv

27 xxv

28 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rencana Strategis Kementerian Kesehatan periode merupakan dokumen acuan dalam pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Kementerian Kesehatan untuk kurun waktu lima tahun, yang berkaitan dengan amanah yang di emban oleh Presiden dalam Rencana Panjang Jangka Menengah Nasional (RPJMN) khususnya bidang kesehatan. Pada tahun 2014 ini, merupakan masa penilaian pencapaian Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan yang telah ditetapkan. Sasaran strategis yang ditetapkan terutama diarahkan dalam rangka pencapaian amanah sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yakni Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Untuk mencapai amanah dalam Undang Undang tersebut perlu suatu pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan melalui pengelolaan yang komprehensif yang didukung oleh semua lini serta koordinasi lintas sektor yang kuat dalam suatu pengelolaan administrasi kesehatan, dukungan informasi kesehatan, sumber daya kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta dan pemberdayaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta penataan regulasi kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. 1

29 Hal tersebut selaras dengan kriteria sistem kesehatan yang baik menurut WHO-SEARO yang berbunyi sebagai berikut: A good health system delivers QUALITY SERVICES to all people, when and where they need them. The exact configuration of services varies from country to country, but in all cases requires a robust financing mechanism; a well-trained and adequately paid workforce; reliable information on which to base decisions and policies; well maintained facilities and logistics to deliver quality medicines and technologies. Pada RPJMN Bidang Kesehatan periode , tema Prioritas Pembangunan Kesehatan adalah penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak hanya kuratif, melalui peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan diantaranya dengan perluasan penyediaan air bersih, pengurangan wilayah kumuh sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan angka harapan hidup dari 70,7 tahun pada tahun 2009 menjadi 72,0 tahun pada tahun 2014, dan pencapaian keseluruhan sasaran Millennium Development Goals (MDGs) tahun Dalam rangka tercapainya derajat kesehatan yang optimal, maka pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu memperhatikan dampak pada kesehatan. Pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis, berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sehingga tercipta Good Governance sesuai dengan Tap MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 1999 serta Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 2

30 Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2014 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Kementerian Kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsi atas penggunaan anggaran. Selain informasi capaian kinerja tahun berjalan juga memberi gambaran capaian sasaran Rencana Strategis pada kurun waktu 5 tahun. Di samping itu Laporan Akuntabilitas Kinerja juga disusun sebagai salah satu alat untuk mendapatkan penilaian dan masukan dari stakeholders demi perbaikan kinerja Kementerian Kesehatan. Gambaran Pemerintahan yang bersih dan berwibawa tercermin pada keberhasilan capaian kinerja dan pengelolaan keuangan yang akuntabel. Pasal 4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. Dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan, Presiden dibantu oleh Menteri-Menteri Negara yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Menteri-menteri negara tersebut membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan, salah satunya bidang kesehatan. Berikut di gambarkan pola keterkaitan amanah dan posisi tanggung jawab Presiden sebagai pemegang amanah rakyat yang dalam menyelenggarakan kehidupan bernegara khususnya di bidang kesehatan dibantu oleh Menteri Kesehatan. 3

31 AMANAH TANGGUNG JAWAB TUGAS BIDANG KESEHATAN TANGGUNG JAWAB Kementerian Kesehatan Republik Indonesia RAKYAT /Masyarakat PRESIDEN MENKES B. PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN Kedudukan Kementerian Kesehatan Kedudukan Kementerian Kesehatan selanjutnya dimuat dalam Undangundang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. Visi Kementerian Kesehatan Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan 4

32 Misi Kementerian Kesehatan 1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan 3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik Sesuai dengan Perpres Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, yang ditindaklanjuti dengan Permenkes Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 yang kemudian disempurnakan dengan Permenkes Nomor 35 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Kementerian Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. 5

33 TUGAS DAN FUNGSI Tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan diatur dalam Perpres No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara TUGAS A KEDUDUKAN Kementerian Kesehatan berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden Kementerian Kesehatan dipimpin oleh Menteri Kesehatan Menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara B C FUNGSI 1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan; 2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan; 3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan; 4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Kesehatan di daerah; dan 5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Tema prioritas pembangunan kesehatan tahun adalah peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, melalui: 1. Program Kesehatan Masyarakat Pelaksanaan program kesehatan promotif dan preventif secara terpadu dan berkesinambungan dalam rangka penurunan angka kematian ibu saat melahirkan dan angka kematian bayi yang diukur melalui pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn), 6

34 kunjungan neonatus lengkap (KN1), pemantauan pertumbuhan balita (D/S), dan penyediaan akses sumber air bersih, serta akses terhadap sanitasi dasar berkualitas. 2. Program Keluarga Berencana (KB) Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB melalui klinik pemerintah dan swasta selama Sarana Kesehatan Ketersediaan dan peningkatan kualitas layanan Rumah Sakit berakreditasi internasional yang tersebar minimal di 5 kota di Indonesia hingga tahun Obat Pemberlakuan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) sebagai dasar pengadaan obat di seluruh Indonesia dan pembatasan harga Obat Generik Berlogo (OGB). 5. Asuransi Kesehatan Nasional Penerapan asuransi kesehatan untuk seluruh keluarga miskin yang diperluas secara bertahap untuk keluarga Indonesia lainnya. Prioritas pembangunan kesehatan tahun difokuskan pada delapan prioritas, sebagai berikut: 1. Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita dan Keluarga Berencana (KB); 2. Perbaikan status gizi masyarakat; 3. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan; 4. Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan; 7

35 5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat dan makanan; 6. Pengembangan Sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas); 7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan; 8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier. C. STRUKTUR ORGANISASI 8

36 D. SISTEMATIKA Berlandaskan pada PermenPAN dan RB No 53 tahun 2014, maka sistimatika penyajian laporan akuntabilitas kinerja Kementerian Kesehatan disusun sebagai berikut: - Executive Summary (Ikhtisar Eksekutif). - Bab I (Pendahuluan), menjelaskan gambaran umum Kementerian Kesehatan dan isu strategi yang diemban. - Bab II (Perencanaan dan Perjanjian Kinerja), menjelaskan tentang ikhtisar beberapa hal penting dalam perencanaan dan perjanjian kinerja (dokumen penetapan kinerja). - Bab III (Akuntabilitas Kinerja), menjelaskan tentang pencapaian sasaransasaran Kementerian Kesehatan dengan pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran kinerja serta dukungan anggaran dalam pencapaian program/kegiatan. - Bab IV (Penutup), berisi kesimpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan 9

37 BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA DALAM KETERPADUAN SISTEM A. SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) dibangun dalam rangka upaya mewujudkan good governance dan sekaligus result oriented government. SAKIP merupakan sebuah sistem dengan pendekatan manajemen berbasis kinerja (Performance-base Management) untuk penyediaan informasi kinerja guna pengelolaan kinerja. Upaya penguatan sistem akuntabilitas kinerja di Kementerian Kesehatan dilakukan secara menyeluruh terutama dengan dibentuknya kelompok kerja kelompok kerja pada 8 (delapan) area perubahan Reformasi Birokrasi, salah satunya adalah kelompok kerja Penguatan Akuntabilitas Kinerja. Kelompok kerja Penguatan Akuntabilitas Kinerja di tingkat Kementerian ini berkoordinasi dengan tim-tim penguatan akuntabilitas kinerja yang berada di unit-unit Eselon I, sebagai upaya meningkatkan dan menguatkan pada beberapa komponen, antara lain Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Kinerja, dan Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi. Dengan kata lain, SAKIP merupakan integrasi sistem secara komprehensif yang dimulai dari sistem perencanaan, penganggaran, perbendaharaan, pelaksanaan dan evaluasi, dengan demikian tidak hanya meliputi satu komponen saja sehingga penguatannya memerlukan upaya menyeluruh dari seluruh komponen yang dihasilkan dari koordinasi semua unit organisasi yang berada di lingkungan Kementerian Kesehatan. 10

38 Keterkaitan komponen-komponen dalam SAKIP yang menjadi perhatian dalam memperlihatkan suatu proses yang terintegrasi satu sama lain dapat terlihat dari gambar berikut ini: RPJP RPJM/D Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional RKP/D KETERKAITAN 3 SISTEM Sistem Penganggaran RKA- KL/SKPD DIPA & POK RENSTRA KL/SKPD Sistem AKIP RKT Dan RENJA KL/SKPD Sasaran Kinerja Organisasi Sasaran Kinerja Pegawai PENETAPAN KINERJA (PK) EVALUASI LAKIP 11 PENGUKURAN & PENGUMPULAN DATA KINERJA PENILAIAN PRESTASI KERJA PNS/INDIVIDU 11

39 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dalam salah satu misinya berbunyi Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera dengan Sasaran Pembangunan Kesejahteraan Rakyat bidang Kesehatan sebagai berikut: a. Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) b. Menurunnya AKI per kelahiran hidup c. Menurunnya AKB per 1000 kelahiran hidup d. Menurunnya prevalensi kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) pada anak balita. Sasaran Pembangunan bidang Kesehatan ini merupakan sasaran yang akan dicapai dengan penguatan dan peningkatan koordinasi lintas sektor. Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan berorientasi hasil terhadap Sasaran Pembangunan Kesehatan tersebut. Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Bidang Kesehatan periode diarahkan pada tersedianya akses kesehatan dasar yang murah dan terjangkau terutama pada kelompok menengah ke bawah guna mendukung pencapaian MDGs pada tahun 2015 dengan sasaran pembangunan kesehatan yang ditekankan pada peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, antara lain ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi dan kematian ibu melahirkan. 12

40 Penetapan sasaran pembangunan kesehatan tersebut digambarkan dalam serangkaian skema berikut ini : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (PERPRES NO.5 TAHUN 2010) VISI INDONESIA 2014 TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS DAN BERKEADILAN MISI PEMBANGUNAN MELANJUTKAN PEMBANGUNAN MENUJU INDONESIA SEJAHTERA 2. MEMPERKUAT PILAR-PILAR DEMOKRASI 3. MEMPERKUAT DIMENSI KEADILAN DI SEMUA BIDANG AGENDA PEMBANGUNAN 1. PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT. 2. PERBAIKAN TATA KELOLA PEMERINTAH. 3. PENEGAKAN PILAR DEMOKRASI. 4. PENEGAKAN HUKUM DAN PEMBERANTASAN KORUPSI. 5. PEMBANGUNAN YANG INKLUSIF DAN BERKEADILAN. SASARAN UTAMA PEMBANGUNAN NASIONAL I. SASARAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 1. Ekonomi 2. Pendidikan 3. Kesehatan a. Meningkatnya UHH b. Menurunnya AKI per kelahiran hidup c. Menurunnya prevalensi kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) pada anak balita. 4. Pangan 5. Energi 6. Infrastruktur II. SASARAN PERKUATAN PEMBANGUNAN DEMOKRASI III. SASARAN PEMBANGUNAN PENEGAKAN HUKUM 13

41 FINANCIAL PERSPECTIVE LEARNING & GROWTH PERSPECTIVE BUSINESS PROCESS PERSPECTIVE STAKEHOLDERS PERSPECTIVE Kementerian Kesehatan Republik Indonesia B. RENCANA STRATEGIS Sesuai amanah dalam pembangunan kesehatan tersebut, Kementerian Kesehatan menyusun Rencana Strategis yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan. Dalam rencana strategis tersebut disebutkan bahwa tujuan Kementerian Kesehatan adalah Terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya Untuk menunjang pencapaian Rencana Strategis tersebut disusunlah Peta Strategi Kementerian Kesehatan berdasarkan metodologi balanced scorecard yang terdiri dari empat perspektif yaitu financial perspective, learning and growth perspective, business process perspective, dan stakeholders perspective. Peta strategi tersebut terdiri dari 8 (delapan) sasaran strategis, lima sasaran strategis diantaranya merupakan bagian dari stakeholders perspective, satu sasaran strategis pada business process perspective, satu sasaran strategis pada learning and growth perspective, dan satu sasaran strategis pada financial perspective. Peta Strategis Kementerian Kesehatan SS1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat SS2. Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit SS5. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat SS7. Seluruh Provinsi melaksanakan program pengendalian PTM SS8. Seluruh Kab/Kota melaksana kan SPM SP1. Terpenuhinya ketersediaan obat dan vaksin SS3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi gender SP4. Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan SS6. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di DTPK SP2. Meningkatnya kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan SS4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk miskin SP3. Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan 14

42 Penjabaran dari Sasaran Strategis dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan , guna mewujudkan tercapainya pembangunan kesehatan, meliputi : a. Sasaran Strategis Kesatu Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat dengan indikator: 1) Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN). 2) Persentase cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1). 3) Persentase balita ditimbang berat badannya (D/S). b. Sasaran Strategis Kedua Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular dengan indikator: Persentase kasus baru TB (BTA positif) yang disembuhkan. c. Sasaran Strategis Ketiga Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi serta gender dengan indikator: 1) Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memenuhi standar sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan. 2) Jumlah kota yang memiliki RS memenuhi standar kelas dunia (world class). 3) Persentase fasilitas kesehatan yang mempunyai SDM kesehatan sesuai standar. 4) Jumlah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) beroperasi. d. Sasaran Strategis Keempat Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi risiko financial 15

43 akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk miskin dengan indikator: Persentase penduduk yang mempunyai jaminan kesehatan. e. Sasaran Strategis Kelima Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat Rumah Tangga dengan indikator: Persentase Rumah Tangga yang melaksanakan PHBS. f. Sasaran Strategis Keenam Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dengan indikator : Jumlah tenaga kesehatan yang didayagunakan dan diberi insentif di DTPK. g. Sasaran Strategis Ketujuh Seluruh provinsi melaksanakan program pengendalian penyakit tidak menular dengan indikator: Persentase provinsi yang memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR). h. Sasaran Strategis Kedelapan Seluruh Kab/Kota melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dengan indikator: Persentase kabupaten/kota yang telah menganggarkan APBD bidang kesehatan minimum 10 (sepuluh) persen dari APBD dalam rangka pencapaian SPM. 16

44 Untuk mendukung sasaran strategis sebagaimana disebutkan di atas, Kementerian Kesehatan juga menetapkan sasaran program/kegiatan dengan indikatornya sebagai berikut: a. Sasaran Program/Kegiatan Kesatu Terpenuhinya ketersediaan obat dan vaksin dengan indikator: Persentase ketersediaan obat dan vaksin. b. Sasaran Program/Kegiatan Kedua Meningkatnya kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan dengan indikator: Jumlah produk/model/ intervensi/prototipe/standar/ formula hasil penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan. c. Sasaran Program/Kegiatan Ketiga Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan dengan indikator : 1) Persentase provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki bank data kesehatan. 2) Persentase produk administrasi kepegawaian yang dikelola melalui sistem layanan kepegawaian. 3) Persentase pengadaan menggunakan e-procurement. d. Sasaran Program/Kegiatan Keempat Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan dengan indikator: Persentase unit kerja yang menerapkan administrasi yang akuntabel. 17

45 Rencana Strategis yang berisikan Visi, tujuan, sasaran strategis serta indikator Kementerian Kesehatan ditetapkan dengan memperhatikan RPJMN dan MDGs. Dengan demikian, pencapaian kinerja indikator Kementerian Kesehatan diharapkan mendukung dan berorientasi hasil terhadap kinerja Pemerintah secara keseluruhan dengan tetap memperhatikan komitmen global. Dalam pergaulan internasional, pencapaian kinerja Kementerian Kesehatan akan memiliki dampak pada pencapaian MDGs. Hal tersebut sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini: Kinerja Kementerian Kesehatan tersebut dicapai melalui pelaksanaan beberapa program Kementerian Kesehatan. Dalam Renstra Kementerian Kesehatan program-program Kementerian Kesehatan dibagi kedalam dua jenis, yaitu Program Generik (Dasar) dan Program Teknis, sebagai berikut: 18

46 Program Generik: 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya; Kegiatan yang akan dilakukan dalam program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya meliputi: a. Pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan. b. Penanggulangan krisis kesehatan. c. Pembinaan, pengembangan, pembiayaan dan jaminan kesehatan. d. Perumusan peraturan perundang-undangan dan pembinaan organisasi tatalaksana. e. Pengelolaan data dan informasi kesehatan. f. Peningkatan kerjasama luar negeri. g. Pengelolaan komunikasi publik. h. Perencanaan dan penganggaran program pembangunan kesehatan. i. Pembinaan administrasi kepegawaian. j. Pembinaan pengelolaan administrasi keuangan dan barang milik negara. k. Pengelolaan urusan tata usaha, keprotokolan, rumah tangga, keuangan, dan gaji. l. Peningkatan kesehatan jemaah haji. m. Pengelolaan inteligensia kesehatan. n. Peningkatan manajemen Konsil Kedokteran Indonesia 2. Program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan; Kegiatan yang akan dilakukan dalam program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan, meliputi : 19

47 a. Pengawasan dan pembinaan pelaksanaan kebijakan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan dan Sekretariat Jenderal. b. Pengawasan dan pembinaan pelaksanaan kebijakan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, dan Inspektorat Jenderal. c. Pengawasan dan pembinaan pelaksanaan kebijakan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Badan Litbangkes. d. Pengawasan dan pembinaan pelaksanaan kebijakan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alkes dan Badan PPSDM Kesehatan. e. Pengusutan dan Investigasi kasus-kasus yang berindikasi merugikan negara dan menghambat kelancaran tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan. f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan. 3. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam program penelitian dan pengembangan kesehatan meliputi : a. Riset operasional kesehatan dan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran. b. Penelitian dan pengembangan biomedis dan teknologi dasar kesehatan. c. Penelitian dan pengembangan teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik. d. Penelitian dan pengembangan teknologi intervensi kesehatan masyarakat. 20

48 e. Penelitian dan pengembangan humaniora kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. f. Desentralisasi dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). g. Penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional. h. Penelitian dan pengembangan vektor dan reservoir penyakit. i. Dukungan manajemen dan dukungan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Program Teknis: 1. Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; Kegiatan yang akan dilakukan dalam program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak meliputi : a. Pembinaan gizi. b. Pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi. c. Pembinaan pelayanan kesehatan anak. d. Pembinaan, pengawasan, dan pengembangan program pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer. e. Pembinaan upaya kesehatan kerja dan olah raga. f. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). g. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2. Program Pembinaan Upaya Kesehatan; Kegiatan yang akan dilakukan dalam program pembinaan upaya kesehatan meliputi : a. Pembinaan upaya kesehatan dasar. 21

49 b. Pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat miskin (Jamkesmas). c. Pembinaan upaya kesehatan rujukan. d. Pelayanan kesehatan rujukan bagi masyarakat Miskin (Jamkesmas). e. Pelaksanaan pengelolaan pendidikan tinggi. f. Pembinaan upaya keperawatan dan keteknisian medik. g. Pembinaan upaya penunjang medik dan sarana kesehatan. h. Pembinaan upaya kesehatan jiwa. i. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Upaya Kesehatan. 3. Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; Kegiatan yang akan dilakukan dalam program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, meliputi : a. Pembinaan surveilans, imunisasi, karantina, dan kesehatan matra. b. Pengendalian penyakit menular langsung. c. Pengendalian penyakit bersumber binatang. d. Penyehatan lingkungan. e. Pengendalian penyakit tidak menular. f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 4. Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan; Kegiatan yang akan dilakukan dalam program kefarmasian dan alat kesehatan, meliputi : a. Peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan. b. Peningkatan produksi dan distribusi alat kesehatan. 22

50 c. Peningkatan pelayanan kefarmasian. d. Peningkatan produksi dan distribusi kefarmasian. e. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan 5. Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Kegiatan yang akan dilakukan dalam program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan, meliputi : a. Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan b. Pendidikan dan Pelatihan Aparatur c. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan d. Standarisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan e. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan C. Penetapan Kinerja Indikator Kinerja Utama Tingkat Kementerian Kesehatan Tahun telah ditetapkan dengan Kepmenkes No. 1099/ Menkes/SK/VI/2011. Sebagai penjabaran dari sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan kesehatan telah ditetapkan target-target sasaran IKU yang tertuang didalam Penetapan Kinerja (TAPJA) tahun 2014 yaitu: 23

51 Tabel 1 Target Perjanjian Kinerja Kementerian Kesehatan tahun 2014 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih (cakupan PN) Persentase cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) Target % 90 % 85 % 2. Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular 3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi serta gender 4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi risiko financial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk miskin 5. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat Rumah Tangga Persentase kasus baru TB (BTA positif) yang disembuhkan Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memenuhi standar sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan Jumlah kota yang memiliki RS memenuhi standar kelas dunia (world class) Persentase fasilitas kesehatan yang mempunyai SDM kesehatan sesuai standar Jumlah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) beroperasi Persentase penduduk yang mempunyai jaminan kesehatan Persentase Rumah Tangga yang melaksanakan PHBS 88 % 594 fasyankes 5 kota 80 % poskesdes 80,1 % 70 % 24

52 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 6. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) 7. Seluruh provinsi melaksanakan program pengendalian penyakit tidak menular 8. Seluruh Kab/Kota melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) 9. Terpenuhinya ketersediaan obat dan vaksin Jumlah tenaga strategis yang didayagunakan dan diberi insentif di DTPK Presentase provinsi yang memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok Persentase kabupaten/kota yang telah menganggarkan APBD bidang kesehatan minimum 10 (sepuluh) persen dari APBD dalam rangka pencapaian SPM Persentase ketersediaan obat dan vaksin Target % 100 % 100 % 10. Meningkatnya kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan 11. Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan 12. Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan Jumlah produk/model intervensi/prototipe/ standar/ formula hasil penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan Persentase provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki bank data kesehatan Persentase produk administrasi kepegawaian yang dikelola melalui sistem layanan kepegawaian Persentase pengadaan menggunakan e_procurement Persentase unit kerja yang menerapkan administrasi yang akuntabel % 70 % 90 % 100 % 25

53 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. KINERJA ORGANISASI 1. PENGUKURAN KINERJA Pengukuran kinerja merupakan bagian suatu proses dari sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai suatu tatanan, instrumen, dan metode pertanggungjawaban. Pengukuran kinerja secara khusus merupakan kegiatan memantau, menilai dan membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan tingkat kinerja standar, rencana, atau target kegiatan. Kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja utama yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1099/Menkes/SK/VI/2011. Pengukuran kinerja ini diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh Kementerian Kesehatan selama tahun 2014 dan kurun waktu 5 (lima) tahun Renstra. Kegiatan pemantauan di Kementerian Kesehatan dilakukan secara periodik melalui media yang dibangun oleh entitas unit organisasi masing-masing untuk kemudian diintegrasikan dalam aplikasi komunikasi data. Pada awal tahun 2014 sebagai akhir tahun Renstra, Menteri Kesehatan telah melakukan penetapan kinerja sebagai pakta integritas yang harus dipertanggungjawabkan dalam mengemban visi dan misi. Dokumen penetapan kinerja tersebut memuat 13 (tiga belas) Indikator Kinerja Utama untuk mencapai 8 (delapan) sasaran strategis dan 6 (enam) Indikator Kinerja Utama untuk mencapai 4 (empat) sasaran program/kegiatan. Sasaran program/kegiatan ini mendukung tercapaianya sasaran strategis Kementerian Kesehatan, beserta target yang akan dilaksanakan pada tahun

54 Berikut disampaikan rekap hasil capaian indikator kinerja tahun 2014, sebagai berikut : Tabel 2 Capaian Realisasi dan Kinerja Indikator Kinerja Utama Kementerian Kesehatan Tahun 2014 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % 1 Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat 2 Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular 3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi serta gender Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih (cakupan PN) Persentase cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) Persentase kasus baru TB (BTA positif) yang disembuhkan Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memenuhi standar sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan Jumlah kota yang memiliki RS memenuhi standar kelas dunia (world class) Persentase fasilitas kesehatan yang mempunyai SDM kesehatan sesuai standar 90 % % % 90 % 96.72% 107.5% 85 % 80,6% 94,8% 88 % 89.5% 101.7% % fasyankes fasyankes 5 kota 11 kota 220 % 80 % 85.5 % % 27

55 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) beroperasi poskesdes poskesdes 94.90% 4 Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi risiko financial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk miskin 5 Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat Rumah Tangga 6 Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) 7 Seluruh provinsi melaksanakan program pengendalian penyakit tidak menular Persentase penduduk yang mempunyai jaminan kesehatan Persentase Rumah Tangga yang melaksanakan PHBS Jumlah tenaga kesehatan yang didayagunakan dan diberi insentif di DTPK Presentase provinsi yang memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok 80,1 % % % 70 % 56.6% 84.71% % 100 % 100% 100% 28

56 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % 8 Seluruh Kab/Kota melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) 9 Terpenuhinya ketersediaan obat dan vaksin 10 Meningkatnya kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan 11 Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan 12 Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan Persentase kabupaten/kota yang telah menganggarkan APBD bidang kesehatan minimum 10 (sepuluh) persen dari APBD dalam rangka pencapaian SPM Persentase ketersediaan obat dan vaksin Jumlah produk/model intervensi/prototipe/ standar/ formula hasil penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan Persentase provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki bank data kesehatan Persentase produk administrasi kepegawaian yang dikelola melalui sistem layanan kepegawaian Persentase pengadaan menggunakan e-procurement Persentase unit kerja yang menerapkan administrasi yang akuntabel 100 % 48.87% 48.87% 100 % % % % 76 % 79.79% 105% 70 % 84.45% 115% 90 % 89% 98,9% 100 % 100% 100% 29

57 2. ANALISA AKUNTABILITAS KINERJA Secara umum Capaian Sasaran Strategis dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan melalui pencapaian periode dapat digambarkan sebagai berikut : SP 4 (100%) SP 3 ( 100%) SP 2 (100%) SP 1 (100%) SS 8 (48,87% SS 7 (100%) SS 6 (100%) SS 5 (84,71%) SS 4 (100%) SS 3 (100%) SS 2 (100%) SS 1 (100%) Start Finish (2010) (2014) Keterangan : SS = Sasaran Strategis SP = Sasaran Program Analisis capaian kinerja dari masing-masing sasaran strategis Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Sasaran Strategis Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat Untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis tersebut di atas ditetapkan tiga indikator sebagai berikut: Program Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, adalah salah satu program Kementerian Kesehatan dengan 30

58 upaya prioritas untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Prevalensi Kurang Gizi. Dengan indikator kinerja program terdiri dari; Indikator Kinerja Program Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak %Pn (Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan) %D/S (Penimbangan Balita) %KN1 (Kunjungan Neonatus) Cakupan Pn menggambarkan pelayanan kesehatan terhadap persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, cakupan KN1 menggambarkan pelayanan kesehatan pada neonatus (48 jam pertama), dan cakupan D/S gambaran motivasi/partisipasi masyarakat dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan serta kesehatan balita di Posyandu. Capaian Kinerja Program dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3 Capaian Indikator Kinerja Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2014 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET REALISASI PENCAPAIAN Meningkatkan Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat % Ibu bersalin ditolong oleh tenaga Kesehatan (Pn) % Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) 90% 90,89% 100,99 90% 96,72% 107,47 % Balita di mbang berat badannya (D/S 85% 80,8% 95,05 Sumber: laporan Akuntabilitas Direktorat Kes Ibu, Anak dan Gizi tahun

59 a. Persentase Ibu Bersalin Ditolong oleh Tenaga Kesehatan (Pn) Pertolongan persalinan merupakan proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Indikator Pn diukur dari jumlah persalinan yang ditolong tenaga kesehatan dibandingkan dengan jumlah sasaran ibu bersalin dalam setahun dikali 100%. Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan Pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Pada tahun 2014 capaian indikator Pn sebesar 90,89% lebih tinggi dari target 90% (capaian 100,99%), bila dibanding dengan tahun 2013 (90,99%) cakupan indikator ini meningkat namun tidak signifikan walaupun telah memenuhi target. Secara historis sejak tahun 2010 trend capaian indikator persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 sebesar 84.80%, tahun 2011 sebesar 86.38%, sampai tahun 2014 sebesar 90.89%. Dengan demikian bahwa target Pn sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun secara kumulatif telah tercapai. Secara kumulatif terdapat peningkatan kinerja indikator Pn dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sebesar 6,09% dari capaian awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang Kesehatan (2010), dengan rata-rata capaian peningkatan sebesar 1,2% per tahun. Berikut disajikan grafik trend capaian indikator persalinan oleh tenaga kesehatan sbb : 32

60 Grafik 1 Trend Capaian Indikator Pn Tahun Realisasi Target S Sumber :LAKIP Direktorat Kesehatan Ibu tahun 2014 Walaupun indikator Pn secara nasional telah tercapai, namun masih terdapat disparitas antara wilayah dan antar provinsi. Sebagaimana terlihat pada grafik dibawah, menunjukkan bahwa pada tahun 2014 terdapat kesenjangan cakupan yang cukup lebar, yaitu tertinggi di Provinsi DIY (99,9%) dan terendah di Provinsi Papua sebesar 24,02%, serta terdapat 18 provinsi (52,94%) dengan cakupan Pn dibawah ratarata nasional (90,89%). Artinya bahwa diperlukan upaya khusus untuk dapat meningkatkan capaian indikator Pn terutama pada wilayahwilayah Indonesia bagian timur seperti Provinsi Papua, Papua Barat, Gorontalo, Maluku, Sulawesi Tengah. Grafik 2 Capaian Indikator Pn Menurut Provinsi Tahun 2014 Sumber: LAKIP Direktorat Bina Kesehatan Ibu tahun

61 Keberhasilan capaian persalinan oleh tenaga kesehatan patut dibanggakan, namun tidak semua persalinan dilaksanakan di fasilitas kesehatan (36% di rumah dan lainnya). Faktor yang menpengaruhi capaian indikator Pn adalah jumlah, kualitas, dan distribusi tenaga bidan penolong persalinan yang tidak merata. Jumlah bidan desa di Indonesia sebanyak bidan dengan (55%) bidan tinggal di desa. Dengan demikian masih banyak bidan desa yang tidak tinggal di desa, yang berdampak pada pelayanan Pn. Gambar 1 Pelayanan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Pemeriksaan kehamilan Pendampingan proses persalinan Pertolongan persalinan Beberapa upaya prioritas yang telah dilakukan dalam meningkatkan capaian indikator Pn, sebagai berikut: 1) Menetapkan kebijakan tentang seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan diupayakan dilakukan di fasilitas kesehatan. 2) Memberi orientasi tenaga kesehatan sebanyak 176 orang dokter dan 176 orang bidan Puskesmas. 3) Menetapkan bidan desa harus tinggal di desa 34

62 4) Meluncurkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan pada fokus totalitas pemantauan yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil. 5) Menyediakan akses dan pelayanan kegawat daruratan kebidanan dan bayi baru lahir dasar di tingkat Puskesmas (PONED), serta pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK). 6) Pengembangan program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. 7) Penyediaan anggaran terkait dengan Jampersal dan Jamkesmas yang telah bertransformasi ke dalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pada akhirnya, bahwa keberhasilan pencapaian target indikator Pn merupakan hasil dari kerja keras dan dukungan pelaksanaan berbagai program yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta; 1) Faktor pendukung keberhasilan: a. Meningkatnya komitmen dan dukungan dari pemerintah daerah setempat dalam mendukung program peningkatan Pn dan Pn di fasilitas kesehatan. b. Adanya program Jamkesmas dan Jampersal, Kemitraan Bidan dan Dukun, serta Rumah Tunggu Kelahiran. c. Meningkatnya peran serta dan kesadaran masyarakat untuk melakukan persalinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. d. Menguatnya motivasi dan komitmen tenaga kesehatan setempat dalam menjalankan program. e. Meningkatnya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi kemasyarakatan lainnya. 35

63 2) Faktor penghambat keberhasilan: a. Belum semua bidan desa tinggal di desa; hingga saat ini hanya (55%) bidan yang tinggal di desa dari bidan desa. b. Belum semua dukun bermitra dengan bidan; sampai dengan Oktober 2014, dari dukun, dilaporkan sebanyak (76,38%) dukun telah bermitra dengan bidan. c. Walaupun persalinan ditolong tenaga kesehatan sudah tinggi, namun masih ada persalinan yang dilakukan di rumah dan lainnya (36%). d. Belum semua Puskesmas dan Poskesdes memiliki sarana, prasarana, dan peralatan yang memadai untuk menolong persalinan e. Masih ada kepercayaan sebagian masyarakat yang lebih memilih persalinan ditolong non tenaga kesehatan dan dilakukan di rumah f. Masih kurangnya pemahaman petugas kesehatan dalam menentukan sasaran ibu bersalin dan nifas g. Sistem pencatatan dan pelaporan belum sesuai yang diharapkan h. Puskesmas yang telah dilatih PONED belum sepenuhnya berfungsi secara optimal, disebabkan mobilitas SDM/provider tinggi, peralatan tidak memadai dan lokasi Puskesmas tidak strategis i. Belum semua kabupaten/kota mempunyai RS mampu PONEK j. RS mampu PONEK belum sepenuhnya berfungsi secara optimal disebabkan keterbatasan SDM dan sarana prasarana k. Belum optimalnya pencatatan dan pelaporan data KIA. 3) Alternatif pemecahan masalah: Untuk mengatasi hambatan di atas, telah disusun beberapa alternatif intervensi yang memiliki daya ungkit dalam 36

64 menyelesaikan hambatan, sebagai berikut; a. Advokasi ke pemerintah daerah terkait ketersediaan dan distribusi tenaga kesehatan (khususnya bidan) yang merata serta penyediaan alokasi APBD yang memadai untuk mendukung kegiatan kesehatan ibu. b. Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam program kesehatan ibu, baik di Puskesmas maupun di desa dan tetap menjalankan kemitraan bidan dan dukun. c. Memenuhi sarana dan prasarana fasyankes, untuk meningkatkan mutu pelayanan persalinan. d. Melaksanakan bimbingan teknis untuk: Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui P4K dalam Desa Siaga Memfokuskan pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan untuk kegiatan-kegiatan prioritas, termasuk kesehatan ibu Memperbaiki sistem pencatatan dan pelaporan Meningkatkan koordinasi dan integrasi LP/LS untuk mendukung kegiatan KIA Memperluas jejaring untuk mendukung pelaksanaan kegiatan KIA Memperkuat manajemen dan jejaring pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan b. Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau yang dikenal dengan sebutan dengan KN1, merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 48 jam setelah lahir. indikator ini diukur dengan jumlah kunjungan pelayanan kepada bayi baru lahir <48 jam dibagi seluruh jumlah kelahiran dikali 100%. 37

65 Pada tahun 2014, capaian indikator KN1 sebesar 96,72% lebih tinggi dari target sebesar 90%. Bila dibanding dengan capaian tahun 2013 (92,33%) menunjukkan adanya peningkatan sebesar 4,39%. Grafik 3 Capaian Indikator KN1 tahun Target Capaian Sumber: LAKIP Direktorat Kesehatan Anak tahun Berdasarkan data series dalam periode 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan antara tahun 2010 sampai tahun 2014 sebesar 12,71% dengan rata-rata peningkatan 2,54% per tahun. Trend capaian antar tahun terlihat adanya peningkatan pada tahun 2011, namun selanjutnya menunjukkan gambaran flattening sejak tahun 2012 sampai dengan 2013 dan meningkat kembali pada tahun

66 Grafik 4 Capaian KN1 Menurut Provinsi Tahun KN 1 Target Sumber: LAKIP Direkrorat Kesehatan Anak tahun 2014 Walaupun indikator KN1 secara nasional telah tercapai, namun masih adanya disparitas antar wilayah dan antar provinsi. Sebagaimana terlihat pada grafik diatas, terdapat kesenjangan yang cukup lebar dengan provinsi yang memiliki capaian tertinggi adalah Jawa Barat (diatas 100%) dan terendah Papua (38%). Sebanyak 15 (44,18%) provinsi dengan capaian dibawah rata-rata nasional. Artinya bahwa tingginya capaian indikator kurang menjamin kualitas dan pemerataan pelayanan yang optimal dalam kunjungan neonatal pertama. Beberapa upaya terkait dengan pencapaian indikator KN1 ini, diantaranya adalah : 1) Peningkatan Implementasi Pembelajaran Neonatal Esensial, Manajemen Asfiksia dan BBLR di Preservis 39

67 2) Pembinaan Teknis terkait Program Bayi Baru Lahir dan Bayi dalam rangka Akselerasi Penurunan Angka Kematian Bayi 3) Fasilitasi Peningkatan Kemampuan Tenaga Kesehatan dalam Pelayanan Neonatus di Provinsi 4) Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor melalui pertemuan Pokja MDG 40

68 Hal-hal yang menjadi faktor pendungkung dan penghambat dalam pencapaian indikator KN1, secara terperinci sebagai berikut: 1. Faktor pendukung: a. Alokasi anggaran yang sesuai dengan rencana pencapaian target. b. Dukungan dari organisasi profesi dan lintas program. c. Masuknya indikator KN1 dalam SPM Kab/Kota 2. Faktor Penghambat: a. Distribusi SDM mampu tatalaksana neonatal essensial yang masih jarang. b. Penggunaan pedoman dalam pelayanan masih kurang terutama bagi pelaksana program dilapangan. c. Mekanisme pelaporan pelayanan yang masih kurang optimal. d. Kurangnya kesadaran serta partisipasi masyarakat akan perlunya dalam memeriksakan bayi baru lahirnya ke tenaga kesehatan. 3. Upaya Tindak Lanjut: Penanganan hambatan dalam upaya peningkatan cakupan KN1, dilakukan beberapa tindak lanjut antara lain; a. Distribusi tenaga bidan yang berkompeten hingga ke tingkat desa. b. Pembinaan teknis tentang peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap standar/pedoman melalui pendampingan. c. Pemanfaatan Jaminan Kesehatan, d. Penguatan pemanfaatan register kohort bayi untuk pemantauan sasaran neonatus, e. Sosialisasi dan advokasi tentang pentingnya pemeriksaan bayi baru lahir ke nakes dan masyarakat. 41

69 c. Persentase Balita Ditimbang Berat Badannya (D/S) Penimbangan balita di posyandu (D/S) merupakan dasar strategi pemberdayaan masyarakat yang telah dikembangkan sejak awal 1980-an, dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan anak secara teratur setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) yang berfungsi sebagai instrumen penilaian pertumbuhan anak. Pada tahun 2014 rata-rata nasional cakupan D/S sebesar 80,8% lebih rendah dari target sebesar 85%. Bila dibanding dengan tahun 2013, capaian pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 0,3%. Berdasarkan data series selama 5 (lima) tahun terakhir, menggambarkan adanya peningkatan. Secara komulatif bila dibandingkan dengan awal tahun Pembangunan Jangka Menengah (2010), maka sampai tahun 2014 terdapat peningkatan cakupan sebesar 12,9% atau rata-rata meningkat sebesar 2,58% per tahun. Gambar 2 Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu Pemberian Kapsul Vit. A dan Penimbangan Berat Badan Balita Pada Kegiatan Penimbangan di Posyandu Desa Gedangan, Kab. Jepara dan Posyandu Kelurahan Ciwiru, Kabupaten Kuningan 42

70 Grafik 5 Trend Capaian D/S tahun Sumber: LAKIP Direktorat Bina Gizi Masyarakat 2014 Secara nasional, dalam sebaran cakupan D/S juga terdapat disparitas antar wilayah antar provinsi. Nilai rentang antar provinsi tertinggi sebesar 91,2% (Nusa Tenggara Barat) dan terendah 30,5% (Papua), serta tercatat 19 (55,9%) provinsi dengan capaian dibawah rata-rata nasional. Bila dibanding target (85%) maka terdapat 29 (85,3%) provinsi yang tidak dapat mencapai target. Berikut distribusi cakupan D/S menurut provinsi pada tahun Grafik 6 Cakupan D/S Menurut Provinsi Tahun 2014 Sumber: LAKIP Direktorat Bina Gizi Masyarakat

71 Faktor pendukung dan penghambat capaian indikator kinerja ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Faktor Pendukung : a. Adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah setempat. b. Kemauan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan balita di lingkungannya. c. Tingginya motivasi dari tenaga kesehatan setempat. d. Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu dengan dilandasi Permendagri nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu. e. Bulan penimbangan balita. Sesuai Surat Edaran Menteri Kesehatan nomor GK/Menkes/333/IX/2012 tanggal 21 September f. Tersedianya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi Puskesmas. g. Terbitnya Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. 2) Faktor Penghambat: a. Kurangnya dukungan dari para pemangku kepentingan, dimana posyandu hanya didukung oleh tenaga kesehatan dari puskesmas setempat. b. Kualitas dan kuantitas dari kader masih kurang, akibat tidak ada rekruitment kader baru dan refresing kader lama. c. Bergantinya pejabat desa atau RW mempengaruhi pergantian kader posyandu. d. Terbatasnya dana operasional, sarana dan prasarana di posyandu. e. Kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam pemantauan pertumbuhan, konseling dan pendampingan kader posyandu. f. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang fungsi dan pentingnya posyandu. 44

72 3) Upaya Tindak Lanjut: Untuk mengatasi hambatan diatas, berikut telah disusun beberapa alternatif penyelesaian masalah yang dapat mendorong terselesainya hambatan, sebagai berikut : a. Advokasi dan readvokasi kepada pemangku kepentingan terkait tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. b. Mengintegrasikan kegiatan posyandu dengan kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) c. Pelatihan fasilitator pemantauan pertumbuhan kepada seluruh tenaga kesehatan di Indonesia. d. Memanfaatkan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas. e. Melakukan bimbingan teknis kepada tenaga kesehatan baik di puskesmas maupun di posyandu. f. Pelatihan ulang kader posyandu (refreshing kader). g. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam pendampingan kader posyandu. h. Peningkatan kemitraan dengan pelaku usaha dan donator (CSR: Corporate Social Responsibility). i. Peningkatan komitmen dan peran aktif para pemangku kepentingan melalui pertemuan dan penyelenggaraan lokakarya baik lintas program maupun lintas sektor. j. Penyesuaian waktu kegiatan posyandu dengan waktu dan kesediaan masyarakat. k. Pemberian penghargaan kepada kader posyandu. l. Memberikan penghargaan atau hadiah sederhana kepada ibu/keluarga balita yang rutin menimbang balitanya yang dibuktikan dengan buku KIA atau KMS. 45

73 2. Sasaran Strategis Menurunnya Angka Kesakitan Akibat Penyakit Menular Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia terutama negara-negara yang sedang berkembang. Pada Tahun 2014, Realisasi presentase kasus baru TB (BTA positif) yang disembuhkan dan pengobatan lengkap sebesar 89.5% dari target 88%, dengan demikian pencapaian kinerja indikator ini sebesar 101.7%. Tabel 4 Capaian Indikator Persentase Kasus Baru TB Paru (BTA positif) yang disembuhkan Tahun 2014 Indikator Target Realisasi Capaian Persentase kasus baru TB (BTA positif) yang disembuhkan % Berikut adalah grafik capaian indikator Persentase kasus baru TB (BTA positif) yang disembuhkan dalam kurun waktu 5 tahun Grafik 7 Perbandingan Target dan Capaian Indikator Persentase Kasus Baru TB Paru (BTA positif) yang Disembuhkan Tahun Target Realisasi 46

74 Target kinerja indikator Persentase Kasus Baru TB Paru (BTA positif) yang disembuhkan selalu dapat tercapai selama kurun waktu 5 tahun ini (2010 s.d 2014), namun menunjukkan kecenderungan flattening capaian antar tahun. Bahkan pada tahun 2014 mengalami penurunan capaian hingga dibawah 90% walaupun target tetap dapat tercapai. Upaya yang telah dilakukan untuk mencapai target 1) Komitmen Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan OAT melalui dana APBN guna menjamin keberlanjutan pengobatan dari pasien TB. 2) Peran PMO TB dalam memantau keteraturan berobat pasien berjalan dengan baik. 3) Terbentuknya organisasi masyarakat (PETA = Pejuang Tangguh) yaitu mantan pasien dalam mendukung, memberikan motivasi kepada pasien TB-MDR untuk menyelesaikan pengobatan secara tuntas. Kader kesehatan di Kabupaten Maumere (Provinsi NTT) dan Kabupaten Sentani (Provinsi Papua) sedang berdiskusi dengan petugas kesehatan untuk kegiatan layanan TB Desa yang merupakan bagian kegiatan UKBM. 47

75 Pertemuan Insiasi Pembentukan JAPETI 4) Pelaksanaan Surveilans Sentinel Drug Resisten TB (SS DR-TB) di daerah yang bertujuan untuk melihat kecenderungan pola resistensi TB terhadap pasien baru dan pengobatan ulang. 5) Pelibatan rumah sakit dalam layanan TB berkualitas dengan memasukan komponen TB dalam akreditasi rumah sakit hampir seluruh provinsi di Indonesia, Public Private Mix (PPM) atau bauran layanan pemerintah swasta adalah hubungan kerja sama antara pemerintah dengan institusi/ sektor swasta atau antara institusi/ sektor pemerintah dengan institusi/ sektor pemerintah dalam upaya ekspansi dan kesinambungan program pengendalian TB. PPM meliputi semua bentuk kolaborasi pemerintah swasta, (seperti kerjasama dengan industri/ perusahaan/ tempat kerja, dengan RS swasta), kolaborasi pemerintah pemerintah (seperti program TB dengan RS Pemerintah/RS BUMN/RS TNI/RS POLRI dengan fasyankes lapas/rutan) dan kolaborasi swasta swasta (seperti organisasi profesi dengan LSM, RS swasta dengan DPS) dengan tujuan menjamin akses layanan TB yang bermutu dan berkesinambungan bagi masyarakat terdampak TB memperoleh serta dijamin kesembuhannya, kebijakan akreditasi nasional 48

76 rumah sakit baru (KARS) yang berlaku mulai tahun 2012 melalui pengembangan standar Internasional dengan mengadopsi 14 standar Joint Commission International (JCI). 6) Peningkatan upaya pemberdayaan kesehatan masyarakat dengan pemberdayaan kelompok masyarakat lokal dan orang terdampak TB melalui Inisiasi jaringan orang terdampak TB dengan melibatkan organisasi lokal, dengan terbentuknya JAPETI (Jaringan Peduli TB Indonesia). 7) Kerjasama antara Kemenkes dengan PT ASKES 8) Penerapan pembelajaran TB dalam kurikulum Pendidikan Dokter Berbasis Kompetensi. 9) Percepatan Perluasan MoU Kemenkes dengan PT ASKES Pelayanan TB Multi Drugs Resistance (MDR) secara bertahap. 10) Penerapan tes tuberkulin untuk mendukung diagnosis TB pada anak di 5 (lima) provinsi yaitu : Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Timur dan NTB. 11) Uji pendahuluan Pemberian IPT (Isoniazid Preventive Therapy) telah dilaksanakan di 4 (empat) Rumah Sakit yaitu : RSCM, RSUP Persahabatan Jakarta, RSU Hasan Sadikin Bandung dan RS Marzuki Mahdi Bogor. Mulai tahun 2014 uji pendahuluan 49

77 pemberian IPT ini akan diperluas secara bertahap ke seluruh provinsi 12) Penguatan jejaring jaminan mutu pemeriksaan laboratorium (EQAS/External Quality Assurances System). 13) Penggunaan GeneXpert sebagai salah satu Rapid Diagnostic TB untuk TB MDR dan TB HIV. 14) Penerapan Sistem Informasi Terpadu Tuberkulosis (SITT) sebagai langkah untuk monitoring program TB dengan kualitas data yang lebih baik. 15) Penyusunan exit strategy program pengendalian TB untuk mengurangi ketergantungan terhadap dana donor. APRESIASI, PENGHARGAAN DAN BEST PRACTICES SELAMA KURUN WAKTU 5 TAHUN. Sejak tahun 2010 (era reformasi), Indonesia mendapatkan banyak penghargaan dan diakui keberhasilannya dalam upaya pengendalian TB. Penghargaan tersebut di antaranya: 1. Apresiasi dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB), Ban Ki Moon kepada Pemerintah Indonesia melalui Surat kepada Presiden R.I. Apresiasi ini disampaikan melalui surat secara langsung kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tertanggal 7 Maret 2012, yang menyampaikan penghargaan atas upaya pengendalian TB di Indonesia, yang sudah menunjukkan hasil-hasil konsisten membaik dalam hal penemuan kasus, keberhasilan pengobatan dan pelaksanaan universal akses terhadap layanan TB yang berkualitas, yang mana hal tersebut sudah mengindikasikan arah yang benar untuk pencapaian Dunia Bebas TB. Dalam surat tersebut, secara khusus Sekjen PBB meminta komitmen pribadi kepada kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam memobilisasi dan mempertahankan sumber daya yang dibutuhkan serta memberikan dukungan dan perhatian terhadap upaya-upaya 50

78 pengendalian TB dalam menekan angka kematian akibat TB, serta memutus mata rantai penularan TB di masa mendatang dalam rangka percepatan upaya mewujudkan World TB Free. 2. Global USAID Achievement Award Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan mendapatkan penghargaan Champion Award for Exceptional Work in the Fight Againts TB atas keberhasilan program TB dalam pencapaian MDG s, kecepatan reaksi dalam penggunaan teknologi baru, kepemimpinan, peningkatan akses terhadap layanan TB berkualitas, percepatan pengembangan layanan TB MDR, serta keberhasilan membangun kemitraan yang kuat bersama berbagai mitra potensial 51

79 dalam pengendalian TB. Indonesia merupakan negara pertama yang memperoleh penghargaan dari USAID. 3. Apresiasi dari Direktur Koninklijke Nederlandse Centrale Vereniging (KNCV) Peter Gondrie Penghargaan ini disampaikan pada bulan Maret 2012 terkait dengan kemajuan pesat pengendalian TB di Indonesia sejak tahun 2010, dan kesiapan KNCV sebagai leading organization TBCARE 1 untuk memberikan dukungan yang optimal terhadap upaya-upaya pengendalian TB di Indonesia menuju Indonesia Bebas TB. Dalam suratnya tersebut, Peter Gondrie juga mengingatkan bahwa tantangan kedepan yang dihadapi oleh Indonesia cukup besar meningkat kompleksitas dari permasalahan TB yang dihadapi antara lain terkait dengan peningkatan kasus TB MDR, TB-HIV yang tentunya akan mempengaruhi pencapaian indikator-indikator global dimasa mendatang. 52

80 53

81 4. Union Pada tanggal 26 Maret 2013, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan menerima surat dari Presiden International Union Against Tuberculosis and Lung Diseases (IUATLD) yang menyampaikan penghargaan atas langkah-langkah positif yang sudah diambil Indonesia dalam pengendalian dampak rokok dan sekaligus ucapan selamat atas penghargaan yang diterima Indonesia dalam pengendalian TB dari Global USAID Achievement Award. 5. Apresiasi Presiden R.I terhadap upaya pengendalian TB di Indonesia Penghargaan ini disampaikan dalam Pidato Kenegaraan tanggal 16 Agustus 2013 sebagai apresiasi atas keberhasilan program TB dalam upaya pencapaian target MDGs serta terobosan-terobosan yang menjadi contoh bagi negara lain. 54

82 6. Direktur Global Fund Asia Pacifik, Urban Webber, dalam audiensinya dengan Wakil Menteri Kesehatan pada saat kunjungannya di bulan Mei 2012, menjelaskan tentang perlunya perhatian khusus Pemerintah Indonesia untuk dapat mendorong upaya pengendalian TB secara optimal, mengingat kontribusi Indonesia terhadap pengurangan beban permasalahan TB di tingkat global cukup signifikan dan mempunyai daya ungkit tinggi. Oleh karena itu dalam New Funding Mechanism Global Fund, Indonesia dimasukkan kedalam kategori High Impact Country, dan pemantauan terhadap pencapaian indikator-indikator dampaknya akan dipantau secara khusus oleh pihak Global Fund dan dunia. 7. WHO- SEARO Regional Director Pada tanggal 18 September 2013, surat apresiasi terhadap kemajuan pengendalian TB di Indonesia juga disampaikan kepada Menteri Kesehatan oleh Direktur Regional WHO-SEARO. 55

83 Permasalahan 1) Belum semua kasus TB di masyarakat ternotifikasi sehingga masih banyak pasien TB di masyarakat belum diobati, dan pastinya hal ini akan menjadi sumber penularan. 2) Adanya epidemi HIV akan meningkatkan kejadian koinfeksi TB HIV. 3) Kasus TB Multi Drug Resistance (MDR) mulai meningkat. 4) Belum optimalnya manajemen dan kesinambungan pembiayaan program pengendalian TB. 5) Keterbatasan sumber daya yang dimiliki sektor pemerintah dan besarnya tantangan yang ditimbulkan akibat penyakit TB, menjadikan pengendalian TB belum dapat berjalan optimal. Usul pemecahan masalah 1. Kebijakan Mandatory notification. Seluruh daerah akan menjalankan kebijakan mandatory notification. 2. Meningkatkan kerjasama dalam pelaksaan tes HIV dan konseling bagi pasien TB serta memastikan semua pasien TB-HIV menerima pengobatan dengan ARV dan pengobatan pencegahan dengan kotrimoksasol serta penyusunan perencanaan TB HIV di tingkat provinsi. 3. Meningkatkan jejaring dan kerjasama dengan sektor dan institusi terkait misalnya rutan/lapas, TNI, swasta dan masyarakat madani untuk mendukung perkembangan program. 4. Pelayanan dan pendanaan pasien TB MDR. Pelaksanaan pelayanan berdasarkan SK Menkes Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Manajemen Terpadu TB Resisten Obat. 5. Disusunnya Rencana Aksi Daerah untuk perencanaan kegiatan dan pendanaan dalam pelayanan pasien TB Resisten Obat di tingkat daerah. 6. Bekerjasama dengan Dinas sosial setempat untuk dukungan sosial ekonomi pada pasien TB Resisten Obat saat menjalani pengobatan 56

84 7. Penetapan Exit strategi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (ATM). Daerah dapat menerapkan exit strategi, sehingga bisa memaksimalkan pendanaan yang ada baik yang bersumber dari pusat maupun dari daerah untuk mendorong keberlanjutan program ATM 8. Pemenuhan kebutuhan tenaga pelaksana untuk menerapkan semua komponen Strategi Pengendalian TB Nasional dengan menyediakan tenaga terlatih untuk pelaksanaan program. 9. Memaksimalkan tenaga terlatih yang ada dan membuat kebijakan terkait penempatan/pemindahan tenaga untuk mengurangi turn over petugas. 10. Memperkuat tim pelatih TB di Provinsi (Provincial Training Team) untuk mengatasi kebutuhan tenaga terlatih di daerah. 11. Menyediakan pendanaan untuk pelatihan petugas. Kunci keberhasilan menuju Indonesia bebas TB adalah peran aktif dan semangat kemitraan dari semua pihak yang terkait melalui gerakan terpadu dan sinergis yang bersifat nasional. 3. Sasaran Strategis Menurunnya Disparitas Status Kesehatan dan Status Gizi antar wilayah dan Antar Tingkat Sosial Ekonomi serta Gender. Untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis tersebut di atas ditetapkan indikator-indikator sebagai berikut: a. Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memenuhi standar sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan Fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi standar sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memiliki bangunan/gedung, prasarana dan jenis peralatan kesehatan sesuai kelas fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas), persyaratan teknis dan 57

85 menyelenggarakan program pengelolaan bangunan/gedung, prasarana dan peralatan kesehatan serta memenuhi nilai potensi resiko nihil. Kondisi yang dicapai: Pada tahun 2014, indikator ini menargetkan sebesar 594 fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi standar sarana, prasarana dan peralatan kesehatan, sampai dengan akhir tahun 2014 di hasilkan sebanyak 1300 fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari 555 Rumah Sakit dan 745 Puskesmas yang telah melakukan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan. Hasil ini jauh melebihi target yang ditetapkan dalam Renstra. Tabel 5 Capaian Indikator Kinerja Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memenuhi standar sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan Tahun 2014 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memenuhi standar sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan % Sumber : hasil monitoring dan evaluasi di Rumah Sakit dan Puskesmas tahun Jika dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya di mulai dari tahun 2010 maka terlihat bahwa selalu terjadi peningkatan capaian dan yang lebih terlihat jauh di atas penetapan target awal adalah pada tahun Walaupun capaian telah melampaui target Renstra periode tetapi capaian tersebut masih jauh dari jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Diharapkan fasilitas pelayanan kesehatan yang diluar target periode tersebut diatas dapat segera distandarkan pada perencanaan strategis berikutnya. 58

86 Berikut digambarkan perbandingkan capaian dari tahun 2010 sampai dengan 2014 dalam grafik dibawah ini : Grafik 8 Capaian indikator Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memenuhi standar sarana, prasarana, dan peralatan yang sesuai aman, kesehatan untuk kurun waktu Target Realisasi Upaya-upaya yang dilakukan sebagai pengungkit capaian jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memiliki sarana, prasarana dan peralatan kesehatan sesuai standard dan aman antara lain a) Penyusunan pedoman teknis bangunan dan prasarana Rumah Sakit kelas A. b) Penyusunan pedoman teknis bangunan rumah sakit (ruang-ruang penunjang operasional). c) Penyusunan pedoman teknis prasarana Rumah Sakit (sistem instalasi pengolahan limbah), d) Penyusunan pedoman teknis bangunan dan prasarana fasilitas ruang infeksi TB, e) Penyusunan teknis bangunan dan prasarana Rumah Sakit Khusus, f) Peningkatan kapabilitas petugas pengelola pemeliharaan peralatan kesehatan, g) Bimtek implementasi NSPK bangunan dan prasarana kesehatan khusus proper lingkungan, h) Pertemuan koordinasi pengelolaan peralatan kesehatan di fasyankes, i) Workshop teknis pemeliharaan instalasi elektrikal rumah sakit, j) Koordinasi dalam rangka pencapaian data sarana dan prasarana fasyankes, k) Bimbingan teknis sarana prasarana 59

87 kesehatan, l) Pertemuan Koordinasi Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasyankes, m) Penyusunan Bahan Rumusan SNI Peralatan Kesehatan (5 RSNI), n) Penyusunan Metode Kerja Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan, o) Peningkatan Kapabilitas Petugas Pengelola Pemeliharaan Peralatan Kesehatan, p) Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan dan Pengujian Kalibrasi Peralatan Kesehatan, q) Jasa Sewa Online HPCS dan GMDN, r) Jasa Sewa Online AAMI (Assosiacion for the Advancement of Medikal Instrumentation), s) Pembinaan Teknis Pengelolaan Peralatan Kesehatan. Permasalahan : Meskipun capaian Indikator Kinerja Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memenuhi standar sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan telah melebihi target, namun masih ada beberapa hal yang harus di perhatikan antara lain : 1. Kalibrasi terhadap peralatan kesehatan belum dilakukan secara keseluruhan. 2. Belum optimalnya koordinasi antara Pemerintah Pusat dengan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota terkait pembinaan dan pengawasan sarana prasarana kesehatan di fasyankes. 3. Kurangnya peningkatan kapasitas dan kapabilitas tenaga teknis pengelola pemeliharaan sarana prasarana kesehatan oleh Pemerintah Pusat, Dinas Kesehatan Provinsi / Kabupaten / Kota dan fasilitas pelayanan kesehatan. Upaya pemecahan masalah : 1. Koordinasi pelaksanaan kalibrasi terhadap peralatan kesehatan dengan lintas sektor terkait. 60

88 2. Meningkatkan koordinasi antara Pemerintah Pusat dengan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota terkait pembinaan dan pengawasan sarana prasarana kesehatan di fasyankes. 3. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas, serta pengadaan tenaga teknis pengelola pemeliharaan sarana prasarana kesehatan oleh Pemerintah Pusat, Dinas Kesehatan Provinsi / Kabupaten / Kota dan fasilitas pelayanan kesehatan. b. Jumlah kota yang memiliki Rumah Sakit (RS) memenuhi standar kelas dunia (world class) Pengertian Rumah Sakit Kelas Dunia, sebagaimana Permenkes Nomor 659/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, adalah rumah sakit yang telah memenuhi persyaratan, standar dan kriteria rumah sakit kelas dunia serta telah disertifikasi oleh Badan Akreditasi Rumah Sakit bertaraf Internasional yang telah ditunjuk oleh Menteri Kesehatan RI. Dalam rangka penilaian kategori tersebut, Menteri Kesehatan menetapkan JCI (Joint Commission International) sebagai lembaga independen untuk akreditasi rumah sakit bertaraf internasional di Indonesia melalui Kepmenkes Nomor 428/MENKES/SK/XII/2012 tentang Penetapan Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi Rumah Sakit. Kondisi yang dicapai : Pada Tahun 2014, terdapat 11 (sebelas) kota yang memiliki rumah sakit terakreditasi internasional JCI dari target yang harus dicapai pada indikator kinerja ini adalah 5 (lima) kota. Dalam mencapai target indikator renstra tersebut, Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya pembinaan kepada rumah sakit berupa advokasi terhadap penyelenggaraan pelayanan rumah sakit untuk meningkatkan kualitas 61

89 layanan dengan ukuran akreditasi international, hal ini sejalan dengan era globalisasi. Tabel 6 Capaian Indikator Kinerja Jumlah Kota Yang Memiliki Rumah Sakit Standar Kelas Dunia (World Class) tahun 2014 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Jumlah kota yang memiliki rumah sakit standar kelas dunia (world class) % Ke 11 (sebelas) kota yang telah memiliki Rumah Sakit Standar Kelas Dunia (World Class), yaitu : 1. Jakarta a. RSUP Cipto Mangunkusomo Kota Madya Jakarta Pusat, b. RSUP Fatmawati - Kota Madya Jakarta Selatan c. RSPAD Gatot Soebroto Kota Madya Jakarta Pusat d. RS Premier Jatinegara Kota Madya Jakarta Timur e. RS Puri Indah Pondok Indah Kota Madya Jakarta Selatan 2. Tangerang a. RS Siloam Karawaci b. RS Eka Bumi Serpong Damai c. RS Awal Bross Tangerang 3. Tangerang Selatan RS Premier Bintaro 4. Bandung RS Santosa - Bandung 5. Denpasar RSUP Sanglah Denpasar 6. Makassar RSUP Wahidin Sudiro Husodo Makasar 7. DI Jogyakarta RSUP dr Sardjito DI Jogyakarta 62

90 8. Surabaya RS Premier Surabaya 9. Pekanbaru RS Eka Hospital Pekanbaru RS Awal Bross Pekanbaru 10. Bekasi RS Awal Bross Bekasi 11. Batam RS Awal Bross Batam Berdasarkan data diatas dari 11 kota yang memiliki RS internasional, Rumah Sakit milik pemerintah yang berstandar internasional hanya terdapat di 4 kota, yakni Jakarta 3 RS, Yogjakarta 1 RS, Denpasar 1 RS, Makasar 1 RS. Jika dibandingkan capaian dalam kurun waktu 5 (lima) tahun maka dapat digambarkan pada grafik berikut ini : Grafik 9 Capaian Indikator Kinerja Jumlah Kota Yang Memiliki Rumah Sakit Standar Kelas Dunia (World Class) tahun Target Capaian 63

91 Pada tahun ini juga sedang dipersiapkan beberapa Rumah Sakit untuk mendapatkan sertifikasi JCI selanjutnya yaitu : 1. RSUP H Adam Malik Medan 2. RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung 3. RSUP dr. Kariadi Semarang Ketiga rumah sakit tersebut telah dilakukan Mock Survey dan diharapkan tahun 2015 rumah sakit tersebut sudah terakreditasi JCI. Selain itu untuk kurun waktu tahun direncanakan 10 rumah sakit lainnya yang disiapkan sebagai rumah sakit berstandar internasional dan Rujukan Nasional. Adapun rumah sakit tersebut antara lain : RSUD dr Soetomo Surabaya, RSUP dr M Jamil Padang, RSUD AW. Syahranie Samarinda, RSUD dr Soedarso Pontianak, RSUP Prof Kandou Manado dan RSUD Dok II Jayapura. Permasalahan : Meskipun capaian target tahun 2014 telah tercapai 220%, namun masih ditemui beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Pemenuhan persyaratan untuk menjadi Rumah Sakit bertaraf internasional memerlukan sarana dan prasarana yang berstandar internasional, sementara dukungan anggaran pemerintah belum mencukupi. 2. Keberadaan RS bertaraf internasional belum diikuti oleh budaya kerja dan komitmen SDM Rumah Sakit. Upaya Pemecahan Masalah : 1. Menyusun rencana pembangunan RS berskala internasional yang bisa menjadi RS rujukan wilayah di sekitarnya, dan menggalang dukungan dari sumber dana lainnya, selain dana APBN/APBD. 2. Peningkatan budaya kerja dan komitmen SDM rumah sakit melalui peningkatan dan pengembangan kapasitas (capacity building, pendidikan, pelatihan, dll) 64

92 c. Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Mempunyai Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan Sesuai Standar. Sumber daya manusia kesehatan dalam aspek jumlah, kualitas dan penyebarannya terus membaik, namun masih belum mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah terutama pada daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan. Standar SDM kesehatan yang digunakan dalam mengukur indikator ini adalah sebagai berikut: Puskesmas memiliki Dokter, Perawat, Bidan RS kelas D : memiliki Dokter, Dokter Gigi, Perawat, Bidan, Dr Spesialis Anak, Dr Spesialis Obstetri dan Ginekologi RS kelas C : memiliki Dokter, Dokter Gigi, Perawat, Bidan, Dr Spesialis Anak, Dr Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Dr.Spesialis Bedah, Dr Spesialis Penyakit Dalam RS kelas B : memiliki Dokter, Dokter Gigi, Perawat, Bidan, Dr Spesialis Anak, Dr Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Dr Spesialis Bedah, Dr Spesialis Penyakit Dalam, Dr Spesialis Anestesi, Dr Spesialis Patologi Klinik, Dr Spesialis lainnya RS kelas A : memiliki Dokter, Dokter Gigi, Perawat, Bidan, Dr Spesialis Anak, Dr Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Dr.Spesialis Bedah, Dr Spesialis Penyakit Dalam, Dr Spesialis Anestesi, Dr Spesialis Patologi Klinik, Dr Spesialis lainnya, dan Dr Sub Spesialis lainnya Kondisi yang dicapai: Pada tahun 2014 capaian Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang mempunyai SDM Kesehatan sesuai standar sebesar 85,50% melampaui target yang ditetapkan 80%, dengan demikian capaian kinerjanya 106,88%. 65

93 Dari data pemetaan SDM kesehatan yang dilkumpulkan tidak termasuk rumah sakit swasta sehingga jumlah fasilitas pelayanan kesehatan adalah Jumlah Puskesmas yang diperhitungkan adalah sebanyak puskesmas sedangkan jumlah Jumlah RS Pemerintah (Pemprop, Pemkot, Pemkab, TNI/Polri, BUMN) yang diperhitungkan sebanyak 930 rumah sakit. Jumlah jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS Pemerintah, Pemprov, Pemkot, Pemkab, TNI/Polri, BUMN + Puskesmas) yang memiliki SDM sesuai standar adalah sebanyak Grafik berikut memperlihatkan pencapaian dan perbandingan dalam kurun waktu 5 tahun pelaksanaan rencana strategis. Grafik 10 Capaian Indikator Persentase fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai SDM kesehatan sesuai standar periode Target Capaian Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa selama kurun waktu 5 tahun cenderung terjadi flattening, hal ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan jumlah SDM yang dilakukan antar tahun belum memiliki daya ungkit yang maksimal terhadap pemenuhan tenaga di fasilitas pelayanan kesehatan guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 66

94 Selama kurun waktu 2 tahun terakhir, adanya upaya inovatif dalam rangka meningkatkan sistem pelaporan melalui Application Programming Interface (API) sangat membantu perolehan informasi. Permasalahan : Belum tersedianya regulasi yang lebih spesifik tentang kewajiban seluruh fasilitas kesehatan, baik milik pemerintah maupun swasta untuk melaporkan ketenagaan yang ada kepada Kemenkes. Usul Pemecahan Masalah: Penyusunan regulasi tentang kewajiban seluruh fasilitas kesehatan, baik milik pemerintah maupun swasta untuk melaporkan ketenagaan yang ada kepada Kemenkes secara periodik. d. Jumlah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) beroperasi Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang bidan) dengan dibantu sekurang-kurangnya 2 (dua) orang kader. Poskesdes yang beroperasi adalah jumlah Poskesdes (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan dasar) yang buka setiap hari dan dapat diakses dengan mudah oleh penduduk di wilayah tersebut. Poskesdes diharapkan dapat melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa sekurang-kurangnya : 1. Melaksanakan pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan kompetensinya, berupa : (a) Pelayanan kesehatan ibu hamil, (b) Pelayanan kesehatan ibu menyusui, (c) Pelayanan kesehatan anak, (d) Penemuan dan penanganan penderita penyakit. 67

95 2. Membina dan menumbuhkembangkan UKBM yang dibutuhkan oleh masyarakat. Revisi target indikator Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi perjalanan pelaksanaan indikator maka dalam Midterm Review Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2012 sebagai media evaluasi formal Renstra telah dilakukan revisi target indikator akhir Renstra tahun 2014 yang semula menjadi Poskesdes (sumber dokumen midterm review Renstra ). Kondisi yang dicapai : Jumlah Poskesdes yang beroperasi pada tahun 2014 mencapai Poskesdes atau sebesar 94.90% dari target bila dibandingkan dengan tahun 2013, terdapat peningkatan sebesar 786 unit Poskesdes. Selama 5 tahun periode Renstra secara kumulatif Poskesdes yang beroperasi bertambah unit dari capaian tahun Perbandingan target dan capaian Poskesdes beroperasi selama 5 tahun Renstra disajikan dalam grafik dibawah ini : Grafik 11 Target dan Capaian Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Beroperasi Tahun Target Capaian 68

96 Berikut digambarkan juga capaian kinerja indikator Poskesdes yang beroperasi per-provinsi pada tahun 2014 Grafik 12 Capaian Kinerja Poskesdes Beroperasi per Provinsi Tahun 2014 Tiga provinsi dengan jumlah Poskesdes yang beroperasi terbanyak adalah Jawa Timur (8.618 Poskesdes), Jawa Tengah (7.720 Poskesdes), Jawa Barat (5.529 Poskesdes). Sedangkan provinsi yang memiliki Poskesdes yang beroperasi paling sedikit adalah Papua Barat (90 Poskesdes), Sulawesi Barat (123 Poskesdes), dan Kepulauan Riau (202 Poskesdes). Hal-hal yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah Poskesdes yang beroperasi adalah: a) Melakukan advokasi ke pemerintah daerah untuk menyediakan tenaga bidan di Poskesdes. b) Memasukkan pembangunan Poskesdes beserta peralatan kesehatan dan alat promosi kesehatan sebagai salah satu menu DAK Kabupaten/Kota Bidang Kesehatan pada tahun 2012 s.d

97 c) Melakukan koordinasi dalam upaya meningkatkan keterpaduan dalam pembinaan Poskesdes dengan lintas program dan sektor melalui Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Bidang Pelayanan Kesehatan setiap 6 bulan sekali. Namun belum ada kegiatan evaluasi efektifitas pokjanal yang dilakukan. d) Membangun sistem Pencatatan dan Pelaporan Poskesdes dan UKBM terpadu dengan tujuan mengetahui pertumbuhan jumlah UKBM setiap tahun yang dimulai tahun e) Menyusun Pedoman Penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan bagi kepala Puskesmas. f) Menyusun Kurikulum/Modul Pelatihan Promosi Kesehatan bagi Petugas Puskesmas. g) Meningkatkan kapasitas 3077 bidan dan 3259 kader dalam rangka pencapaian target indikator PHBS. h) Meningkatkan kapasitas tenaga puskesmas dari 33 provinsi, dalam rangka peningkatan peran puskesmas dalam membina poskesdes yang berada di wilayah kerajanya. Permasalahan : a) Belum optimalnya advokasi Pemerintah Pusat terhadap Pemda terkait pelaksanaan program kesehatan (upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif). b) Kurangnya advokasi dan sosialisasi dari Pemerintah Pusat terhadap pemanfaatan dana DAK untuk pembangunan Poskesdes. Upaya pemecahan masalah: a) Advokasi yang intensif dari Pemerintah Pusat terhadap Pemerintah Daerah terkait pelaksanaan program kesehatan (upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif). b) Advokasi dan sosialisasi dari Pemerintah Pusat terhadap pemanfaatan dana DAK untuk pembangunan Poskesdes 70

98 c) Penggalangan mitra potensial dunia usaha, NGO, dan ormas untuk berperan aktif dalam meningkatkan jumlah poskesdes yang beroperasi. Gambar 3 : Pembangunan Poskesdes yang Menggunakan Dana DAK Tahun Sasaran Strategis Meningkatnya Penyediaan Anggaran Publik Untuk Kesehatan Dalam Rangka Mengurangi Risiko Finansial Akibat Gangguan Kesehatan Bagi Seluruh Penduduk, terutama Penduduk Miskin. Keberhasilan sasaran strategis tersebut diatas diukur dengan menggunakan indikator Persentase penduduk yang mempunyai jaminan kesehatan. Berbagai kebijakan pembiayaan dan jaminan kesehatan yang telah dirumuskan dalam rangka mencapai indikator 71

99 diatas meliputi : (a) menata dan mengembangkan jaminan kesehatan sektor formal; (b) memantapkan Jaminan Kesehatan masyarakat miskin; (c) mengembangkan jaminan kesehatan sektor informal; (d) mengembangkan dan memantapkan pencapaian kepesertaan semesta (Universal Coverage); (e) menata alokasi dan pemanfaatan pembiayaan kesehatan baik dari pemerintah maupun masyarakat; (f) menata Regulasi dan meningkatkan sosialisasi, advokasi dan monev. Tabel 7 Capaian Indikator Kinerja Persentase penduduk (termasuk seluruh penduduk miskin) yang memiliki jaminan kesehatan tahun 2014 No Indikator Target Realisasi Capaian 1. Persentase penduduk (termasuk seluruh penduduk miskin) yang memiliki jaminan kesehatan 80,1% 81,28% 101,47% Kondisi yang dicapai : Indikator Persentase penduduk (termasuk seluruh penduduk miskin) yang memiliki jaminan kesehatan tahun 2014 dapat terealisasi sebesar 81,28% lebih tinggi dari target 80,1% atau capaian kinerja indikator ini adalah sebesar 101,47%. Upaya peningkatan capaian kinerja indikator dimaksud antara lain sebagai berikut : 1. Integrasi berbagai bentuk skema jaminan kesehatan yang beragam ke dalam satu mekanisme melalui pelaksanaan program Jaminan Kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) per 1 Januari Telah terbit regulasi yang mendorong Program Jaminan Kesehatan Nasional, yakni : Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, 72

100 3. Terbitnya turunan regulasi terkait dengan pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, yaitu : a) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan Program Jaminan Kesehatan Nasional. b) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional. c) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan. d) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis INA CBG s. e) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. f) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Jaminan Kesehatan Nasional. 4. Sosialisasi dan advokasi kepada Pemerintah Daerah dengan melibatkan Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota. 5. Sosialisasi melalui Media cetak dan elektronik untuk peningkatan jumlah peserta program JKN bagi masyarakat yang mendaftar sebagai peserta mandiri. Berikut disajikan capaian target indikator Persentase penduduk (termasuk seluruh penduduk miskin) yang memiliki jaminan kesehatan untuk kurun waktu Grafik 13 Persentase penduduk (termasuk seluruh penduduk miskin) yang memiliki jaminan kesehatan untuk kurun waktu Target Realisasi

101 Memperhatikan grafik tersebut diatas, maka selama 5 tahun periode Renstra Persentase penduduk (termasuk seluruh penduduk miskin) yang memiliki jaminan kesehatan secara kumulatif bertambah 22,28% dari capaian tahun Pada tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah peserta PBI yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah daerah mencapai juta serta peserta bukan penerima upah berjumlah juta jiwa. 5. Sasaran Strategis Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat Rumah Tangga Untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis tersebut diatas, maka ditetapkan indikator Persentase Rumah Tangga yang melaksanakan PHBS. Rumah Tangga ber-perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan upaya untuk memberdayakan anggota keluarga agar tahu, mau, dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Rumah Tangga Ber-PHBS didapatkan dari rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat. Indikator ini merupakan indikator komposit dari 10 kriteria, yaitu 1) pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, 2) bayi diberi ASI eksklusif, 3) balita ditimbang setiap bulan, 4) menggunakan air bersih, 5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6) menggunakan jamban sehat, 7) memberantas jentik di rumah sekali seminggu, 8) makan sayur dan buah setiap hari, 9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan 10) tidak merokok di dalam rumah. Apabila dalam Rumah Tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian Rumah Tangga ber-phbs adalah jumlah rumah tangga yang memenuhi 7 kriteria. 74

102 Papua Barat Nusa Tenggara Barat Aceh Sulawesi Tengah Papua DI Yogyakarta Kepulauan Riau Maluku Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Sulawesi Tenggara Jawa Timur Nusa Tenggara Timur Kalimantan Selatan Jawa Barat Riau Sumatera Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Bengkulu Maluku Utara Indonesia Sumatera Utara Lampung Banten Sumatera Selatan Bangka Belitung DKI Jakarta Gorontalo Jawa Tengah Jambi Bali Kalimantan Timur Sulawesi Utara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Grafik 14 Target dan Capaian Rumah Tangga Ber-PHBS Tahun 2010 sampai Tahun TARGET REALISASI Kondisi yang dicapai : Realisasi indikator Rumah tangga Ber-PHBS tahun 2014 sebesar 56,6% atau capaian kinerjanya sebesar 84,71% lebih rendah dari target sebesar 70%. Jika dibandingkan dengan tahun 2013, realisasi capaian indikator Rumah Tangga Ber-PHBS mengalami kenaikan sebesar 2,8%, sementara dalam 5 tahun terdapat kenaikan 12,97% dengan rata-rata 2,59 % pertahun. Berikut disampaikan pula persentase Rumah Tangga Ber-PHBS tiap provinsi berdasarkan laporan capaian kinerja dari provinsi tahun 2014 : Grafik 15 Capaian Kinerja Rumah Tangga Ber-PHBS per Provinsi Tahun

103 Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa sebanyak 12 provinsi telah melebihi angka nasional. Presentase Rumah Tangga Ber-PHBS tertinggi adalah provinsi Jambi (72,4%), Jawa Tengah (71,1%), Bali (74,2), Kalimantan Timur (75,3) dan Sulawesi Utara (76,6%). Sedangkan presentase rumah tangga yang ber-phbs terendah adalah Papua Barat (25,5%), Nusa Tenggara Barat (29,5%), dan Aceh (30,3%). Upaya upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga Ber-PHBS adalah: a) Melakukan penggalangan komitmen dan dukungan stakeholder guna mendukung peningkatan Rumah Tangga Ber-PHBS. b) Melakukan koordinasi dengan lintas program dalam rangka sinkronisasi Rencana Kerja Tahunan. c) Melakukan penggalangan kemitraan dengan dunia usaha/swasta/ingo dalam pembangunan kesehatan. d) Meningkatkan peran serta organisasi kemasyarakatan dalam mendukung pembangunan kesehatan. e) Melakukan penguatan Gerakan Masyarakat dalam rangka Peningkatan Rumah Tangga ber-phbs melalui mobilisasi masyarakat dengan TP PKK dan pembinaan Saka Bakti Husada. f) Melakukan peningkatan Akses Informasi dan Edukasi kepada Masyarakat melalui penyebarluasan informasi melalui berbagai saluran. g) Melakukan penggerakan Masyarakat dakan peningkatan KIA melalui koordinasi secara intensif dengan TP-PKK/LS/LP. h) Melakukan penggerakan Masyarakat dalam pengendalian malaria dengan meningkatan koordinasi dengan LS/LP dalam rangka penguatan forum/jejaring pengendalian malaria. i) Meningkatkan pengetahuan yang komprehensif dan benar tentang HIV dan AIDS Penduduk Usia tahun dengan meningkatkan koordinasi dengan LS/LP dan melakukan orientasi bagi fasilitator Kampanye Aku Bangga Aku Tahu. 76

104 j) Meningkatkan pengetahuan kelompok kunci tentang HIV dan AIDS. k) Melakukan penguatan pemberdayaan masyarakat dalam PPIA melalui koordinasi dengan LS/LP/Kelompok Penjangkau dan pembinaan kelompok penjangkau dalam pembentukan kelompok dukung sebaya. l) Melakukan penguatan pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian PTM melalui penguatan jejaring pengendalian Penyakit Tidak Menular. m)melakukan Sosialisasi pengembangan Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan kepada LP/LS. n) Melakukan koordinasi LP/LS dalam rangka peningkatan promosi kesehatan di Institusi Kesehatan. o) Menyusun Rancangan Permenkes terkait upaya Promotif dan Preventif. p) Mengembangkan Model Pemberdayaan Masyarakat di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. q) Meningkatkan kapasitas 70 orang pelatih Pelatihan Pengembangan Pesan dan Media. r) Meningkatkan kapasitas 70 orang pelatih Pelatihan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit. Permasalahan : a) Pencapaian indikator Rumah Tangga ber-phbs dipengaruhi oleh beberapa determinan diluar sektor kesehatan b) Kurang optimalnya advokasi pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam upaya promosi PHBS c) Kurangnya tenaga promosi kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota serta Puskesmas. Upaya pemecahan masalah : a) Melakukan kajian terhadap indikator yang bersifat dampak b) Meningkatkan upaya advokasi dan kemitraan yang intensif kepada pemerintah daerah dan dunia usaha, NGO, serta ormas untuk berperan aktif dalam upaya promosi PHBS, 77

105 c) Memberikan advokasi untuk meningkatkan jumlah dan kualitas Tenaga Promosi Kesehatan. Gambar 4 Beberapa Foto Kegiatan PHBS di berbagai daerah Gambar 5 Rekor MURI Cap jari pada saat Hari Kesehatan Nasional 78

106 6. Sasaran Strategis Terpenuhinya Kebutuhan Tenaga Kesehatan Strategis di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) Untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis ini, ditetapkan indikator Jumlah tenaga kesehatan yang didayagunakan dan diberi insentif di DTPK Dalam rangka mewujudkan salah satu Misi Kementerian Kesehatan yaitu Menjamin ketersediaan dan pemerataan Sumber Daya Manusia Kesehatan, telah dilakukan pengangkatan dan penempatan serta pemenuhan tenaga kesehatan dengan penugasan khusus di Daerah Tertinggal, Perbatasan Dan Kepulauan (DTPK). Saat ini pemenuhan tenaga kesehatan melalui penugasan khusus baru pada jenis tenaga kesehatan seperti perawat, bidan, nutrisionis, sanitarian, analisis kesehatan, fisioterapis, kesehatan gigi, farmasi, radiographer dan tenaga kesehatan lainnya. Kementerian Kesehatan terus melakukan upaya penyempurnaan sistem dan meningkatkan koordinasi lintas program, sehingga untuk tahun 2014 pencapaian target pada indikator kinerja tenaga kesehatan yang didayagunakan di DTPK dan DBK dapat terpenuhi. Kondisi yang di capai : Pada tahun 2014, tenaga kesehatan yang telah didayagunakan di DTPK sejumlah orang. Jika dihitung secara kumulatif dari tenaga kesehatan yang telah didayagunakan di DTPK mencapai lebih tinggi dari target sebesar orang, atau capaian kinerjanya 106,71%, dengan capaian rata-rata pertahun sebesar orang yang telah didayagunakan di DTPK. 79

107 Grafik 16 Realisasi Jumlah tenaga kesehatan yang didayagunakan dan diberi insentif di DTPK Target Realiasi Permasalahan : a. Belum optimalnya koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam pendayagunaan tenaga kesehatan. b. Belum optimalnya koordinasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam penggunaan dan pengelolaan Sistim Informasi Layanan Pegawai (SIMPEG). Upaya-upaya dalam pemecahan masalah : a. Mengoptimalkan peran dan fungsi koordinasi dalam pelaksanaan program kegiatan lintas program maupun lintas sektor. b. Melakukan bimbingan teknis melalui rapat koordinasi peregional sekaligus latihan penerapan penggunaan Sistim Informasi Layanan Pegawai (SIMPEG). c. Melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan penempatan tenaga kesehatan. 80

108 7. Sasaran Strategis Seluruh Provinsi Melaksanakan Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular Untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis tersebut di atas ditetapkan indikator Persentase provinsi yang memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Kondisi yang dicapai Pada tahun 2014 indikator persentase provinsi yang memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dapat terealisasi 100 % sesuai dengan target yang di tetapkan, dengan demikian capaian kinerjanya adalah sebesar 100%. Provinsi yang mengeluarkan peraturan perundangan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada tahun terakhir renstra ini adalah Provinsi Papua, Provinsi Sulawesi Barat, dan Provinsi Maluku. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, maka realisasi indikator Persentase provinsi yang memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) selalu diatas target yang ditetapkan. Berikut disampaikan perbandingan pencapaian dari tahun 2010 sampai dengan tahun Grafik 17 Capaian Provinsi yang memiliki Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Tahun 2010 sd Target Realiasi 81

109 Faktor-faktor yang menjadi pengungkit dalam mendukung tercapainya indikator ini, antara lain sebagai berikut: 1. Peraturan Pemerintah RI Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan 2. Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 188/Menkes/PB/2011 dan Nomor 7 tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI no.073/menkes/sk/i/2007 tentang Kelompok Kerja Nasional Pengendalian Masalah Tembakau 4. Peraturan Menteri Kesehatan No 28 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan. 5. Peraturan Menteri Kesehatan No 40 Tahun 2013 Tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan. 6. Kerjasama dengan APEKSI dan AKABSI dengan pendirian Aliansi Bupati/Walikota dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Masalah Kesehatan Akibat tembakau. Aliansi bergerak dalam dukungan upaya-upaya kabupaten/kota dalam melakukan advokasi ke beberapa daerah dalam menyusun dan menetapkan peraturan perundang-undangan KTR. 7. Adanya jejaring lintas sektor dan lintas program peduli masalah kesehatan akibat konsumsi tembakau. 8. KTR sebagai indikator Kota Sehat, Sekolah Sehat, Kota Layak Anak. 9. Pedoman Pengembangan KTR dan Pedoman Nasional Pelaksanaan dan Penegakan Hukum Kebijakan KTR. 82

110 10. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) di daerah yang dapat dimanfaatkan dalam rangka penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan pengadaan tempat khusus untuk merokok di tempat umum, serta penyediaan fasilitas perawatan kesehatan bagi penderita akibat dampak asap rokok, berdasarkan UU Nomor 39 Tentang Cukai Tahun Membuat Buku Modul Upaya Berhenti Merokok Pada Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah sebagai panduan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas SDM di pelayanan kesehatan tingkat pertama. 12. Mengembangkan KIE melalui berbagai media, dengan mengembangkan dan mendistribusikan tanda-tanda dilarang merokok nasional sesuai dengan UU kesehatan. 13. Menyelenggarakan Pertemuan Penguatan Jejaring Internasional (AFPTC) yang ini dihadiri oleh negara - negara anggota ASEAN. 14. Melaksanakan Seminar Tentang Pengendalian Dampak Rokok Terhadap Kesehatan ICTOH dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2014 yang dihadiri pemerintah pusat dan daerah, civitas akademis, organisasi profesi, LSM, penggiat hak asasi manusia, pelajar dan media. 15. Menyusun Buku juknis Guru UKS dan Petugas PKM Konseling masalah rokok pada anak usia sekolah untuk melakukan konseling kepada siswa sekolah bagaimana cara menghindar untuk menjadi seorang perokok, dan bagi yang sudah terlanjur menjadi seorang perokok adalah bagaimana cara berhenti dari ketergantungan merokok. Diharapkan kegiatan ini akan menurunkan prevalensi perokok pada usia remaja. 16. Meningkatkan komitmen dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pengendalian tembakau, melalui Pertemuan dengan stakeholder membahas tentang kebijakan (FCTC, UU Kesehatan, dll), advokasi pengambilan kebijakan untuk 83

111 mendukung pengendalian tembakau dan pengendalian PTM, pertemuan dengan aliansi bupati dan walikota, pertemuan pengembangan kebijakan 100% KTR dengan gubernur, pemerintah daerah dan stakeholder di 3 propinsi, pertemuan tindak lanjut PP 109/ Peningkatan kapasitas sumber daya dan kelembagaan dalam pengendalian tembakau, melalui pelatihan penyusunan dan penegakan peraturan perundangan KTR, pelatihan manajemen dan kepemimpinan dalam pengendalian tembakau, mendukung kapasitas dibidang hukum dan teknis dalam pembuatan rancangan dan penerapan kebijakan 100% KTR. 18. Melatih SDM/tenaga kesehatan di Puskesmas dalam memberikan layanan berhenti merokok dalam rangka meningkatkan upaya berhenti merokok di pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit di 2 regional Barat dan Timur. Beberapa kegiatan rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat bersumber dari dana pajak rokok adalah sebagai berikut : a. Pelatihan petugas konseling berhenti merokok bagi petugas Puskesmas se-kota Palu tahun

112 b. Pelatihan bagi petugas Satuan tugas (SATGAS) Kawasan Tanpa Rokok se-kota Palu tahun 2014 c. Sosialisasi Penegakan hukum kawasan tanpa rokok melalui tindak pidana ringan (TIPIRING) se-kota Palu tahun

113 d. Peresmian Puskesmas dengan layanan Upaya Berhenti Merokok di Wilayah Kota Palu tahun 2014 e. Curah pikir penyusunan rancangan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok di Wilayah Kota Palu tahun 2014 Permasalahan: 1. Rendahnya implementasi terhadap peraturan di kawasan tanpa rokok pada tatanan proses belajar mengajar. 2. Metodelogi sosialisasi yang belum akurat terutama untuk menyampaikan kebijakan baru mengenai pengendalian tembakau, sehingga dapat dipahami oleh semua pihak. 86

114 3. Belum aksesinya Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) oleh pemerintah Indonesia sebagai bagian dunia dalam pengendalian tembakau. Upaya Pemecahan: 1. Memberikan advokasi dan sosialisasi tentang penegakan implementasi terhadap peraturan kawasan tanpa rokok pada tatanan proses belajar mengajar. 2. Peningkatan metodologi sosialisasi pemahaman tentang bahaya rokok kepada seluruh lapisan masyarakat dengan melibatkan stakeholder termasuk masyarakat, organisasi profesi, akademisi, lembaga sosial masyarakat (LSM). 3. Mendorong terbitnya persetujuan aksesi FCTC pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri. Untuk kurun waktu terdapat hasil-hasil yang bisa dijadikan pembelajaran positif dalam implementasi indikator ini, antara lain : 1. Terbentuknya Aliansi Bupati/Walikota dalam pengendalian masalah kesehatan akibat tembakau dan penyakit tidak menular, dimana Bupati Kulon Progo dr. Hasto Wardoyo, SpOG (K) selaku ketua Aliansi bersama seluruh anggota mendeklarasikan: a). untuk menerapkan kebijakan 100% Kawasan Tanpa Asap Rokok di seluruh Indonesia untuk melindungi masyarakat dari ancaman AROL (Asap Rokok Orang Lain); b). Untuk mendukung pemerintah dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 tentang Pengendalian Tembakau. 87

115 Pertemuan Aliansi Bupati dan Walikota dalam pengendalian masalah kesehatan akibat tembakau dan penyakit tidak menular 2. Implementasi peraturan perundangan KTR di daerah Terdapat 4 (empat) kabupaten/kota yang melakukan larangan total bagi iklan dan promosi rokok di tingkat lokal yaitu Kota Bogor, Payakumbuh, Padang Panjang, Bukit Tinggi dan Kulonprogo. 3. Kota Bogor melakukan beberapa kegiatan dalam rangka penguatan komitmen pemerintah kota dan organisasi peduli kesehatan dan berbagai lapisan masyarakat melalui berbagai kegiatan diantaranya: a. Komitmen Pimpinan SKPD Dengan Penandatanganan Pakta Integritas KTR 88

116 b. Penguatan PNS Kota Bogor dengan berbagai kegiatan sosialisasi c. Penguatan Kecamatan & Kelurahan d. Komitmen PD Pasar Pakuan Jaya 89

117 e. Penertiban Reklame Rokok Di Kota Bogor Sebagai Tim Yang terdiri dari Dispenda, Pol PP, Dinkes, LSM Peduli KTR f. Pemasangan penandaan Kawasan Tanpa Rokok 90

118 4. Pemanfaatan pajak rokok di daerah Pada tahun 2014, sejumlah Propinsi/Kabupaten/kota telah memanfaatkan pajak rokok sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Salah satu propinsi yang memanfaatkan pajak rokok contohnya adalah propinsi Sulawesi Tengah, dimana total penerimaan Pajak Rokok Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2014 adalah Rp Sebesar 30% (tiga puluh persen) dari hasil penerimaan pajak rokok diserahkan kepada Provinsi Rp ), yang 50 % (lima puluh persen) dialokasikan untuk bidang Kesehatan yaitu untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang (Rp ). 8. Sasaran Strategis Seluruh Kabupaten/Kota melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis tersebut ditetapkan indikator Persentase kabupaten/kota yang telah menganggarkan APBD bidang kesehatan minimum 10 (sepuluh) persen dari APBD dalam rangka pencapaian SPM. Kondisi yang dicapai : Pada tahun 2014, Jumlah Kabupaten/Kota yang mengalokasikan anggaran kesehatan dalam APBD minimal 10% sebanyak 239 (48,87%). Kabupaten /Kota yang mengalokasikan anggaran kesehatan % sebanyak 234 dan sebanyak 15 Kabupaten/Kota mengalokasikan % 91

119 Tabel 8 Perbandingan Target dan Realisasi capaian indikator Persentase kabupaten/kota yang telah menganggarkan APBD bidang kesehatan minimum 10 (sepuluh) persen dari APBD dalam rangka pencapaian SPM Tahun 2014 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Kinerja Persentase kabupaten/kota yang telah menganggarkan APBD bidang kesehatan minimum 10 (sepuluh) persen dari APBD dalam rangka pencapaian SPM 100% 48,87% 48,87 Jika dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya, maka persentase kabupaten/kota yang mengalokasikan anggaran bidang kesehatan minimal 10% dalam rangka pencapaian SPM pada tahun 2010 adalah sebesar 51,78%, tahun 2011 sebesar 39,50% dan pada tahun 2012 sebesar 43,27%. Pada tahun 2013, terjadi pemekaran wilayah menjadi 524 kabupaten/kota namun dalam pengalokasian anggaran kesehatan dalam APBD minimal 10% terdapat kenaikan capaian yakni sebesar 48,47%. Dari tahun 2011 sampai dengan 2014 terdapat peningkatan pengalokasian anggaran kesehatan. Upaya yang telah dilakukan dalam rangka pencapaian target indikator SPM adalah : a. Pertemuan koordinasi periodik tingkat pusat dan daerah, yang diawali dengan Rapat Kerja Nasional bidang Kesehatan secara Nasional. b. Peningkatan advokasi, sosialisasi dan diseminasi kepada Pemerintah Daerah dalam percepatan pencapaian SPM. c. Pembinaan wilayah ke daerah binaan perunit eseon I dan II. 92

120 d. Peningkatan pengawasan melalui program e_monev untuk melakukan monitoring dan evaluasi penerapan SPM di daerah. e. Koordinasi lintas sektor dan program, baik dengan Kementerian Dalam Negeri, ADINKES dan internal Kementerian Kesehatan. Permasalahan : Masih rendahnya pengalokasian pembiayaan untuk pelaksanaan SPM bidang kesehatan. Usul Pemecahan Masalah : 1. Melakukan advokasi kepada pemerintah Kabupaten/kota untuk mengalokasikan anggaran minimal 10 % dari APBD untuk pelaksanaan SPM. 2. Sosialisasi implementasi SPM bidang kesehatan di Kabupaten/Kota 3. Sosialisasi Undang undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah 4. Monitoring dan evaluasi implementasi SPM bidang kesehatan 9. Sasaran Program/Kegiatan Terpenuhinya Ketersediaan Obat dan Vaksin Untuk mengukur keberhasilan Sasaran Program/Kegiatan tersebut di atas ditetapkan indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin. Kondisi yang dicapai: Obat sebagai salah satu indikator yang dipantau ketersediaannya merupakan obat indikator untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat dan vaksin yang dipantau adalah 144 item yang terdiri dari 135 item obat dan 9 item vaksin untuk imunisasi dasar. Data ketersediaan obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota diambil sebagai gambaran ketersediaan obat di pelayanan kesehatan dasar. 93

121 Tabel 9 Capaian Indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Tahun 2014 INDIKATOR KINERJA Persentase ketersediaan obat dan vaksin TARGET (%) REALISASI (%) CAPAIAN (%) ,51% 100,51% Tahun 2014 capaian indikator kinerja persentase ketersediaan obat dan vaksin terealisasi sebesar 100,51% dari target yang ditetapkan sebesar 100%. Dengan demikian, capaian kinerja ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100,51%. Hasil ini dinilai sangat baik karena mampu mencapai target yang telah direncanakan. Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan e-logistik obat sehingga meningkatkan kepatuhan pelaporan ketersediaan obat. Jika dilihat capaian dan perbandingan dalam kurun waktu lima tahun, hasil capaian indikator Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Pada tabel diatas terlihat bahwa persentase ketersediaan obat dan vaksin menunjukkan adanya upaya kuat dalam pencapaian target yang telah ditetapkan selama kurun waktu Mengingat penetapan target ini bukan kumulatif namun merupakan target per tahun maka perbandingan capaian diarahkan pada target yang ditetapkan. Dan setiap tahunnya selalu melebihi target yang ditetapkan. Pencapaian target yang selalu diatas 100% tersebut dikarenakan upaya yang kuat dari pimpinan dan koordinasi yang baik dengan lintas sektor dan program. Kondisi capaian realisasi tahun 2010 sebesar 82% dari target 80% dengan demikian capaian kinerjanya sebesar 102,50%. Kondisi capaian realisasi tahun 2011 sebesar 87% dari target 85% dengan demikian capaian kinerjanya sebesar 102,35%. Kondisi capaian realisasi tahun 2012 sebesar 92,85% dari target 90% dengan demikian capaian 94

122 kinerjanya sebesar 103,17%. Kondisi capaian realisasi tahun 2013 sebesar 96,93% dari target 95% dengan demikian capaian kinerjanya sebesar 102,03%. Hal diatas memperlihatkan bahwa realisasi indikator kinerja ketersediaan obat dan vaksin memenuhi harapan target antar tahun sebagaimana target Renstra terlihat pada grafik dibawah ini: Grafik 18 Perbandingan Target dan Realisasi Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Tahun dan Target Renstra KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN Target Realisasi Pada tahun 2013 diberlakukan pengadaan obat secara elektronik sebagai amanat dari Peraturan Presiden RI Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sehingga terdapat perubahan pengaturan yang mengatur daftar harga obat sebagai acuan pengadaan obat dari Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 094/MENKES/SK/II/2012 tentang Harga obat untuk pengadaan pemerintah tahun 2012 diganti dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 247/MENKES/SK/VII/2013 tentang Pencabutan atas keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 094/MENKES/SK/II/2012 tentang Harga obat untuk pengadaan pemerintah tahun Semula harga obat diatur secara manual dan metode penetapan harga secara lumsum berubah menjadi harga secara elektronik dimana penetapan harga secara satuan ini berdampak kepada sistem pengadaan obat baik 95

123 NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jogjakarta Jawa Timur Kalbar Kalteng Kaltim Kalsel Bali NTB NTT Sulsel Sultra Sulteng Sulut Gorontalo Sulbar Maluku Malut Papua Papua Barat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di pusat (obat program kesehatan), Provinsi dan Kab/Kota. Perubahan kebijakan ini menyebabkan penyedia dan pengguna obat mengalami kesulitan dan keraguan sehingga ada beberapa item obat yang pengadaannya bermasalah yang berdampak kepada persentase ketersediaan. Upaya perbaikan untuk mengatasi kendala yang muncul tahun 2013 sebagai dampak dari perubahan kebijakan tersebut telah dilakukan pada tahun 2014 yaitu dengan terbitnya Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor KF/MENKES/167/III/2014 tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik (E-Catalogue), Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 tahun 2014 tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Kalaog Elektronik (E-Catalogue) yang berisi Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik (E-Catalogue), sosialisasi kepada industri farmasi dan Dinas Kesehatan. Dengan demikian, telah tersedia regulasi yang jelas dan tersosialisasi kepada industri dan Dinas Kesehatan. Gambaran rinci ketersediaan obat dan vaksin menurut masing-masing provinsi dapat dilihat pada grafik dibawah ini: Grafik 19 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Tahun % Ketersediaan Obat 96

124 Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa persentase ketersediaan obat di tiap provinsi bervariasi antara 79,44 % s.d. 213%. Dari 34 Provinsi ketersediaan obat dan vaksin paling rendah adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat 79,44% dan paling tinggi adalah Banten 213%. Dan rata - rata adalah 100,51% dengan persentase capaian sebesar 102,03%. Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan capaian tahun 2013, yaitu 96,93%. Untuk menjamin ketersediaan obat dan vaksin, telah disiapkan obat-obat program, buffer stock baik pusat maupun provinsi, dan obat untuk Bencana/Kejadian Luar Biasa(KLB)/Penanganan Darurat, antara lain : a) Vaksin Regular, Haji dan Umrah b) Obat Penyakit Menular, c) Obat Filariasis, d) Obat AIDS dan PMS, e) Obat Malaria, TB Paru, f) Reagen Campak, g) Anti Difteri Serum (ADS), h) Bahan Laboratorium Eliminasi Campak/Difteri, i) Obat yang berkaitan dengan Kesehatan Ibu, Anak,dan Gizi, j) Reagen Screening Darah, k) Obat Anti Psikosis/Kesehatan Jiwa, l) Obat dan Perbekalan Kesehatan Haji ditambah Obat dan Perbekalan Kesehatan Emergency Haji. Strategi yang dilakukan dalam mencapai indikator ketersediaan obat dan vaksin antara lain: a. Peningkatan anggaran penyediaan obat melalui APBN. b. Mengintensifkan advokasi kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam rangka peningkatan dana penyediaan obat dan vaksin melalui APBD I dan APBD II. c. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengelolaan, dan monitoring evaluasi obat. d. Membangun sistem pengelolaan obat secara khusus untuk menjamin ketersediaan obat dan vaksin di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. 97

125 Permasalahan: 1. Belum optimalnya Pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk penyediaan obat dari APBD sehingga anggaran DAK menjadi andalan walaupun pada setiap pertemuan selalu disampaikan bahwa angggaran DAK untuk obat hanya bersifat sementara. 2. Belum optimalnya sosialisasi dari pemerintah pusat tentang kebijakan harga obat elektronik. 3. Belum siapnya penyelenggara pelayanan dan penyedia (produsen dan distributor) dalam menghadapi perubahan kebijakan penetapan harga obat untuk pengadaan pemerintah dari SK Menkes secara manual ke harga obat secara elektronik (e-catalogue obat) sehingga mempengaruhi pengadaan obat di setiap jenjang dan berdampak pada ketersediaan obat. Usul Pemecahan Masalah: 1. Melakukan advokasi kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk meningkatkan alokasi anggaran obat dan vaksin. 2. Melakukan sosialisasi dan advokasi terhadap pemerintah daerah, penyelengara pelayanan dan penyedia (produsen dan distributor) dalam implementasi pelaksanaan kebijakan penetapan harga obat secara elektronik. 3. Menyusun petunjuk/pedoman terkait penyediaan obat dan implementasi pelaksanaan kebijakan penetapan harga obat secara elektronik. 4. Monitoring dan evaluasi tentang pelaksanaan kebijakan penyediaan obat dan e-catalogue. 98

126 10. Sasaran Program/Kegiatan Meningkatnya Kualitas Penelitian, Pengembangan dan Pemanfaatan di Bidang Kesehatan Untuk mengukur keberhasilan sasaran program/kegiatan tersebut di atas ditetapkan indikator Jumlah produk/model intervensi/prototipe/standar/ formula hasil penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan. Strategi yang dilakukan untuk mencapai sasaran program penelitian dan pengembangan kesehatan meliputi 4 aspek yaitu peningkatan mutu, pengembangan hasil riset, diseminasi hasil riset dan pemanfaatan hasil riset. Dalam menghasilkan produk/model intervensi/prototipe/standar/formula hasil penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan, Kementerian Kesehatan melaksanakan sembilan kegiatan untuk mencapai target kinerja indikator yaitu: 1. Riset Operasional dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran; 2. Penelitian dan Pengembangan Bidang Biomedis dan Teknologi Dasar kesehatan; 3. Penelitian dan Pengembangan Bidang Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik; 4. Penelitian dan Pengembangan Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat; 5. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Bidang Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; 6. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Bidang Tanaman Obat dan Obat Tradisional dan 7. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Bidang Vektor dan Reservoir Penyakit. 8. Kajian dan Desentralisasi Daerah Bermasalah Kesehatan; 9. Dukungan Manajemen dan Dukungan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 99

127 Kondisi yang dicapai: Kementerian Kesehatan terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan. Pada tahun 2014, telah dihasilkan 61 produk/model/prototipe/standar/formula lebih tinggi dari target yang ditetapkan yakni 54 produk/ model /prototipe/standar/formula atau dengan capaian sebesar 112,96%. Tabel 10 Target dan Realisasi Indikator Jumlah produk/model/prototipe/standar/formula hasil penelitian dan Pengembangan di bidang kesehatan Tahun 2013 Indikator Target 2014 Realisasi Capaian kinerja Jumlah produk/model/prototipe/standa r/formula hasil penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan ,96% Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013, terdapat peningkatan sebanyak 8 produk/model/prototipe/standar/formula. Berikut digambarkan pembandingan capaian untuk 5 tahun periode Renstra sbb : Grafik 20 Target dan Realisasi Indikator Jumlah produk/model/prototipe/standar/formula hasil penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan Tahun Target Capaian

128 Secara berkala, Kementerian Kesehatan melalui Badan Litbangkes melaksanakan riset skala nasional. Riset-riset ini bertujuan untuk menyediakan data yang dapat memberikan informasi kondisi kesehatan di lingkup nasional untuk mendukung pencapaian target para pemangu program maupun untuk dimanfaatkan sebagai bahan analisis lanjutan. Riset riset tersebut seperti misalnya Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) MDGs (2010), Riset Fasilitas Kesehatan (Risfaskes 2011), Riset Khusus (Riset Pencemaran Lingkungan, Riset Tanaman Obat dan Riset Khusus Budaya 2012),Riskesdas tahun 2013 dan Survey Diet Total tahun Selama kurun waktu , tahun 2011 merupakan tahun pencapaian Indikator terkait penelitian kesehatan yang paling tinggi yaitu sebanyak 79 produk/model/prototipe/standar/formula, hal ini dikarenakan meningkatnya kapasitas peneliti yang berdampak kepada meningkatnya animo untuk analisis terhadap hasil Riset Khusus (Riset Pencemaran Lingkungan, Riset Tanaman Obat dan Riset Khusus Budaya) yang menghasilkan berbagai policy paper. Sementara itu di tahun 2013 terjadi penurunan capaian, hal ini terjadi karena Kementerian Kesehatan memprioritaskan pada pelaksanaan Riskesdas sebagai salah satu luaran kebijakan program kesehatan. Meskipun demikian, di tahun 2013 capaian indicator tetap mampu memenuhi target bahkan melebihi target tersebut. Peningkatan, pengembangan terhadap sumber daya dan kemitraan dengan lembaga penelitian di daerah sekaligus pengembangan jejaring litbangkes serta pengembangan kapasitas peneliti melalui pembinaan ilmiah ke balai dan loka satker Badan Litbangkes tetap menjadi fokus perhatian. Beberapa Pusat dan Loka di bidang penelitian telah banyak mendapatkan sertifikasi dan pengakuan dari unit lintas sektor misalnya Laboratorium Terpadu Pusat TTKEK (Bogor) telah memdapat Akreditasi Nasional (KAN) dengan nomor SNI ISO/IEC 17025:2008, Jurnal Penelitian 101

129 Penyakit Tular Vektor Akreditasi LIPI Nomor: 582/Akred/P2MI- LIPI/09/2014, Laboratorium Farmasi Akreditasi Nasional (KAN) dengan nomor LP-868-IDN, Jurnal Kefarmasian Indonesia Akreditasi LIPI Nomor: 581/Akred/P2MI-LIPI/09/2014, Rumah Riset Jamu Hortus Medicus ISO 90001: 2008 certificate ID13/02501, Jurnal VEKTORA Akreditasi LIPI Nomor: 583/Akred/P2MI-LIPI/09/2014 Permasalahan Belum optimalnya pemanfaatan hasil Penelitian Kesehatan yang telah dihasilkan. Usul pemecahan masalah 1. Melakukan Parade Litbangkes dan Sarasehan sebagai upaya untuk memasarkan hasil Litbangkes kepada para pemangku program kesehatan untuk dapat dimanfaatkan. 2. Melakukan terobosan inovatif dalam penelitian yang dapat menghasilkan karya produk/model/prototype/standar/formula yang bermanfaat di bidang kesehatan.. Pengisian kuesioner dan kegiatan pengukuran dalam rangka penelitian 102

130 11. Sasaran Program/Kegiatan Meningkatnya Koordinasi Pelaksanaan Tugas, Pembinaan dan Pemberian Dukungan Manajemen Kementerian Kesehatan Untuk mengukur keberhasilan sasaran program/kegiatan tersebut di atas ditetapkan indikator : a. Persentase provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki bank data kesehatan Bank data kesehatan menampung berbagai database terkait indikatorindikator kesehatan yang dihasilkan dari sistem pencatatan dan pelaporan yang ada. Bentuk fisik bank data kesehatan adalah suatu aplikasi yang digunakan untuk menampung dan mengelola berbagai database kesehatan. Kondisi yang dicapai: Pada tahun 2014, realisasi kinerja indikator ini adalah 79,79 % dari target yang ditetapkan sebesar 76 %. Jika dibandingkan dengan tahun 2013 realisasi sebesar 76.1 %, tahun 2012 realisasi sebesar 70,10 % dan 2011 sebesar 65,05 % maka terdapat kenaikan realisasi secara terus menerus. Kondisi tersebut tergambar dalam grafik berikut. Grafik 21 Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Provinsi dan Kab/Kota yang Memiliki Bank Data Kesehatan Tahun Target Realisasi 103

131 Grafik di atas merupakan perbandingan target dan realisasi capaian indikator kinerja persentase provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki bank data kesehatan tahun 2013 dengan tahun 2010, 2011 dan Pada tahun 2010, capaian kinerja untuk indikator ini adalah 60% dari target 60%, tahun 2011 capaian kinerjanya mengalami kenaikan menjadi 65,05% dari target 65%, tahun 2012 naik menjadi 70,10% dari target 70% dan tahun 2013 naik menjadi 76,1% dari target 75% yang ditetapkan. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahunan tersebut Kementerian Kesehatan dalam pengelolaan bank data mendapatkan penghargaan antara lain sebagai berikut : 104

132 Kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian indikator tersebut antara lain: 1. Pengelolaan konten website secara intensif dengan kabupaten/kota. 2. Penyusunan format database, pengelolaan bank data, pengembangan bank data dan pengelolaan admin jaringan. Keberhasilan indikator ini dikarenakan telah tersambungnya 34 Provinsi dan 511 kabupaten/kota melalui jaringan Siknas Online, pemberian honor pengelola SIK di 34 provinsi dan 511 kabupaten/kota melalui dana dekonsentrasi, dan meningkatkan tersedianya data profil yang sudah dimasukkan ke dalam website masing-masing provinsi dan kabupaten/kota sehingga dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkannya. Disamping upaya pemecahan masalah yang telah dilakukan tahun 2014 yaitu: 1. Perbaikan dan penataan bank data 2. Pendampingan dalam implementasi bank data 3. Sosialisasi bank data 4. Peningkatan kapasitas tenaga pengelola bank data dengan pelatihan dan pendampingan 5. Advokasi kepada pejabat daerah terkait tenaga pengelola bank data. Permasalahan: 1) Masih terbatasnya kelengkapan dan kontinuitas data. 2) Dukungan sumber daya terutama sumber daya manusia masih terbatas Usul Pemecahan Masalah: 1) Pendampingan penyusunan dan implementasi penilaian kualitas data, dan penataan bank data serta sosialisasi bank data. 2) Peningkatan kapasitas tenaga pengelola bank data melalui kegiatan pelatihan. 105

133 3) Penguatan pentingnya tenaga pengelola bank data yang tetap kepada pejabat agar data berkesinambungan. b. Persentase produk administrasi kepegawaian yang dikelola melalui Sistem Layanan Kepegawaian (SILK) Pengelolaan administrasi kepegawaian melalui SILK berdampak pada penggunaan satu database pegawai yang terintegrasi secara penuh dengan database kepegawaian (SIMKA untuk pegawai PNS dan SIMPEG untuk PTT) sehingga meningkatkan kecepatan waktu dalam penyelesaian produk kepegawaian yang berdampak pada tertib administrasi, tepat jadwal dan aturan yang berlaku, menghindari hubungan langsung antara petugas dengan klien (menghindari KKN), menghindari kesalahan produk dan menjadikan proses penyelesaian produk kepegawaian menjadi lebih transparan dikarenakan terinformasinya seluruh tahapan proses dan permasalahan secara otomatis dapat dan mudah diakses melalui website Kementerian Kesehatan (Biro Kepegawaian). Dengan telah dikembangkan dan ditingkatkannya kualitas SILK saat ini dapat terintegrasi dengan SIMKA/SIMPEG dan dapat pula terintegrasi dengan sistem lainnya terkait pengelolaan database pegawai Kementerian Kesehatan untuk keperluan pengelolaan administrasi kepegawaian, Sistem Penilaian Kerja Pegawai, pengembangan pegawai, dan keperluan lainnya. Untuk menjaga konsistensi/kualitas mutu dan transparansi dalam proses administrasi kepegawaian serta memberikan layanan yang cepat, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan, maka perlu dilakukan sertifikasi oleh lembaga sertifikasi nasional melalui Sistem Manajemen Mutu (SMM) yaitu Sertifikasi ISO 9001:2008 pada produk administrasi kepegawaian yang telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008. Hal ini berdampak pada proses pengelolaan administrasi kepegawaian secara otomatis sudah dikerjakan oleh integrasi kedua sistem 106

134 tersebut yang dapat dilakukan secara online, prosesnya pun dapat dimonitor langsung oleh masyarakat melalui website Kementerian Kesehatan. Sebagai contoh proses administrasi kepegawaian yang dapat dilihat secara transparan di website Kementerian Kesehatan cq Biro Kepegawaian adalah proses kenaikan pangkat seperti terlihat pada gambar dibawah ini : Gambar 6 Informasi Proses Kenaikan Pangkat Gambar 7 Pengelolaan Administrasi Kepegawaian Pada Website Biro Kepegawaian 107

135 Dalam kurun waktu 2014, Kementerian Kesehatan terus melakukan upaya dalam meningkatkan transparansi pelayanan administrasi kepegawaian melalui penguatan kualitas dan pengembangan Sistem Informasi berbasis WEB secara On-line. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan adalah dengan penilaian sertifikasi kembali pada 14 (empat) belas produk pengelolaan administrasi kepegawaian yang dilakukan sertifikasi ISO 2008:9001 yaitu Penerbitan SK Peningkatan status CPNS menjadi PNS, Penerbitan Surat Keterangan Kenaikan Gaji Berkala di lingkungan Setjen, Pengelolaan penyimpanan arsip Ujian Dinas, Penyesuaian Ijazah, Penerbitan SK Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional, dan Pemberian Penghargaan KBH dan Satya Karya Lencana. Selain itu alur dan mekanisme penyelesaian administrasi kepegawaian terus disempurnakan sebagaimana gambar di bawah ini : Gambar 8 Bagan Mekanisme Usul dan Pengelolaan Proses Administrasi Kepegawaian 108

136 Keberhasilan sistem online dan penerapan sertifikasi ISO ini terlihat dengan semakin tertib administrasi dan tertib aturan dibidang kepegawaian, sehingga dapat diselesaikan dengan lebih cepat, lebih tepat, lebih transparan dan dapat dimonitor perkembangan proses kepegawaiannya. Demikian juga untuk produk administrasi kepegawaian yang lainnya terus dikembangkan seperti proses penyelesaian pensiun dan pemindahan dapat dimonitor dalam WEBSITE Kementerian Kesehatan. Demikian juga untuk penyelesaian SK Jabatan Fungsional setiap tahun mengalami peningkatan. Dalam kurun waktu tahun 2014 SK Jabatan Fungsional yang dapat diselesaikan sebanyak SK atau (123,14%) dari target yang ditetapkan sejumlah SK. Adapun pengukuran pada indikator kinerja presentase produk administrasi kepegawaian yang dikelola melalui Sistem Layanan Kepegawaian (SILK) adalah jumlah kumulatif dan jumlah pengembangan, penyempurnaan, dan penguatan kualitas fungsifungsi yang ada pada SILK terkait dengan pemanfaatan database pegawai SIMKA/SIMPEG pada tahun berkenaan terhadap jumlah produk administrasi kepegawaian. Kondisi yang dicapai : Pada tahun 2014, capaian kinerja Persentase produk administrasi kepegawaian yang dikelola melalui layanan kepegawaian (SILK) telah mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 70% dengan realisasi 80,45% atau kenaikan sebesar 1,45%, dibandingkan dengan tahun sebagaimana tercermin dari proses administrasi kepegawaian semula dikelola secara manual saat ini telah beralih terintegrasi melalui SILK yang secara penuh sudah menggunakan satu database pegawai dan terintegrasi dengan SIMKA dan SIMPEG 109

137 yang dilakukan satu pintu secara online. Namun demikian capaian kinerja ini dirasa masih belum optimal dan terus dikembangkan, disempurnakan dan ditingkatkan kualitasnya secara komprehensif. Permasalahan : 1) Belum optimalnya koordinasi penggunaan dan pengelolaan sistem informasi layanan kepegawaian secara terintegrasi dalam elektronik sistem di Unit Organisasi, Satker dan Unit Pelaksana Teknis (UPT). 2) Belum optimalnya peran dan fungsi tim pengelola kepegawaian di Unit Organisasi, Satker dan Unit Pelaksana Teknis (UPT). Upaya pemecahan masalah : 1) Melakukan advokasi, sosialisasi dan fasilitasi pengelolaan sistem informasi layanan kepegawaian secara terintegrasi dalam elektronik sistem di Unit Organisasi, Satker dan Unit Pelaksana Teknis (UPT). 2) Melakukan koordinasi dan pembinaan terpadu tim pengelola kepegawaian di Unit Organisasi, Satker dan Unit Pelaksana Teknis (UPT). c. Persentase pengadaan menggunakan e-procurement Penetapan indikator ini bertujuan untuk mewujudkan pelaksanaan APBN yang berkualitas, transparan dan akuntabel. Indikator ini merupakan komponen penting dalam rangka mewujudkan upaya meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Kondisi yang dicapai: Target pengadaan barang dan jasa Kementerian Kesehatan menggunakan e-procurement untuk tahun 2014 sebesar 90% dan terealisasi sebesar 89%. Dengan demikian, persentase pencapaian kinerja telah mencapai sebesar 98,9%. Jika dibandingkan dengan 110

138 tahun 2013 terjadi penurunan angka capaian, hal ini dikarenakan berkurangnya paket pengadaan yang dilakukan oleh unit/satker melalui LPSE menjadi pengadaan dengan penunjukan langsung. Keberhasilan penghematan keuangan negara melalui kegiatan pengadaan menggunakan e-procurement, sebesar Rp ,11 atau 6,57 % dari pagu Kementerian Kesehatan Kementerian Kesehatan RI meraih penghargaan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri Cinta Karya Bangsa Wakil Kemenkes menerima penghargaan Cinta Karya Bangsa dari Wakil Presiden RI Berikut disampaikan pula grafik perbandingan capaian dari tahun 2010 sampai dengan tahun Grafik 22 Capaian indikator Persentase pengadaan menggunakan e-procurement Tahun dan Tahun Akhir Renstra Target Realisasi

139 Permasalahan : 1) Belum dilaksanakannya proses pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Pengadaan Barang/Jasa melalui Mekanisme Penyesuaian/Inpassing. 2) Belum optimalnya pengisian Sistem Rencana Umum Pengadaan (SIRUP). Usul Pemecahan masalah : 1) Dalam rangka pengembangan karier dan peningkatan profesionalisme ULP perlu pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Pengadaan Barang/Jasa melalui Mekanisme Penyesuaian/Inpassing. 2) Membentuk ULP yang permanen. 3) Meningkatkan koordinasi dan konsultasi yang berkelanjutan dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). 12. Sasaran Program/Kegiatan Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan Untuk mengukur keberhasilan sasaran program/kegiatan tersebut di atas ditetapkan indikator Persentase unit kerja yang menerapkan administrasi yang akuntabel. Kondisi yang dicapai : Pada tahun 2014 target indikator presentase unit kerja yang menerapkan administrasi yang akuntabel sebesar 100% dan tercapai realisasi sebesar 100%, sehingga capaian kinerjanya sebesar 100%. Indikator ini telah dapat dicapai 100 % sejak tahun Kegiatan-kegiatan yang mendukung pencapaian indikator tersebut antara lain: A. Reviu Laporan Keuangan (LK) Reviu dilakukan untuk memberikan keyakinan akurasi, keandalan dan keabsahan informasi yang dilakukan atas laporan keuangan agar laporan tersebut sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pada tahun 112

140 2014, telah dilaksanakan reviu atas LK tahun 2013 semester II, dan LK tahun 2014 Semester I. B. Evaluasi SAKIP Evaluasi terhadap akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah sangat penting dan harus dilaksanakan evaluator secara professional dan penuh tanggung jawab. Evaluasi tersebut diharapkan dapat memberi stimulasi bagi para pejabat instansi pemerintah untuk terus berusaha menyempurnakan praktikpraktik penyelenggaraan pemerintah yang baik berdasarkan prinsip-prinsip good governance. Pada tahun 2014, Inspektorat Jenderal telah melaksanakan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja (AK) pada tanggal 5-9 Mei 2014 pada 8 (delapan) unit eselon I dan 221 satker di lingkungan Kementerian Kesehatan. Hasil evaluasi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini : No Tabel 11 REKAPITULASI RATA-RATA NILAI HASIL EVALUASI AKIP MENURUT UNIT ESELON I DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI Unit Eselon I Jumlah Entitas Pelapo ran Perenca naan Kinerja Rata-Rata Nilai Per Komponen Penguku ran Kinerja Pelapo ran Kinerja Evaluasi Kinerja Capaian Kinerja Rata- Rata Total Nilai Kategori 1. Sekretariat Jenderal AA 2. Inspektorat Jenderal AA 3. Ditjen Bina Gizi dan KIA AA 4. Ditjen Bina Upaya AA Kesehatan 5. Ditjen P2PL A 6. Ditjen Binfar dan Alkes AA 7. Badan Litbangkes AA 8. Badan PPSDM Kesehatan AA Nilai Rata-Rata AA 113

141 Permasalahan : Secara keseluruhan capaian indikator Persentase Unit Kerja Yang Menerapkan Administrasi yang Akuntabel adalah sebesar 100 %, namun demikian, besaran bobot penilaian belum menggambarkan kedalaman kualitas sistem manajemen kinerja secara komprehensif. Perubahan bobot penilaian akan berjenjang dari tahun ke tahun Usulan Pemecahan Masalah : 1. Melaksanakan evaluasi SAKIP dengan penajaman pada kualitas manajemen kinerja. 2. Peningkatan kapasitas evaluator penyelenggaraan SAKIP B. PROGRAM INOVATIF DAN PRESTASI KEMENTERIAN KESEHATAN Beberapa program/kegiatan inovatif Kementerian Kesehatan yang kemudian menjadi bagian pelayanan yang langsung memberi dampak kepada masyarakat telah dicanangkan, selain itu beberapa program/kegiatan juga berhasil menuai prestasi dan mendukung capaian kinerja indikator yang ditetapkan di Kementerian Kesehatan. Beberapa program/kegiatan inovatif dan prestasi dalam menunjang keberhasilan pencapaian indikator tersebut adalah sebagai berikut: 1. Jaminan Kesehatan Nasional Sebagai salah satu upaya dalam rangka melindungi hak atas kesehatan, Pemerintah melaksanakan jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan. Melalui program tersebut, diharapkan seluruh penduduk Indonesia terlindung dalam sistem asuransi, sehingga kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak dapat terpenuhi. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mempunyai multi manfaat, secara medis dan maupun non medis. Manfaat secara komprehensif; yakni pelayanan yang diberikan bersifat paripurna mulai dari pelayanan 114

142 preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Seluruh pelayanan tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya iuran bagi peserta. Pelayanan promotif dan preventif yang diberikan bagi upaya kesehatan perorangan (personal care). JKN menjangkau semua penduduk. Di dalam Undang-undang SJSN diamanatkan bahwa seluruh penduduk wajib penjadi peserta jaminan kesehatan nasional termasuk Warga Negara Asing (WNA) yang tinggal di Indonesia lebih dari enam bulan. Untuk menjadi peserta harus membayar iuran jaminan kesehatan dengan prosentase atau nominal tertentu. Bagi yang mempunyai upah/gaji, besaran iuran dihitung berdasarkan persentase upah/gaji dibayar oleh pekerja dan Pemberi Kerja. Bagi yang tidak mempunyai gaji/upah besaran iurannya ditentukan dengan nilai nominal tertentu, sedangkan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu maka iurannya dibayarkan pemerintah. Peserta yang terakhir ini disebut sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) Tahap pertama kepesertaan JKN dimulai pada tanggal 1 Januari 2014 meliputi : PBI Jaminan Kesehatan, Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya, Anggota Polri/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Polri dan anggota keluarganya, Peserta asuransi kesehatan yang diselenggarakan oleh PT. ASKES (Persero) dan anggota keluarganya, Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang diselenggarakan oleh PT. JAMSOSTEK (Persero) dan anggota keluarganya. Diharapkan pada tahun 2019, seluruh penduduk sudah masuk dalam Jaminan Kesehatan Nasional dan mendapatkan manfaat yang sama bagi seluruh penduduk dengan besaran iuran yang memadai. 2. Upaya Kementerian Kesehatan Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi Kemenkes senantiasa berupaya dalam mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi (WBK), melalui pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan korupsi yang diantaranya one stop service sistem keluhan masyarakat 115

143 (ULT, PTRC, dan Pojok Informasi), kesepakatan keterbukaan informasi publik PTRC, pembentukan unit pelayanan gratifikasi, serta review laporan keuangan. Berdasarkan Inpres 17 tahun 2011, tahapan pertama pembangunan ZI menuju wilayah WBK adalah penandatanganan dokumen Pakta Integritas, lalu pencanangan pembangunan ZI secara terbuka. Tahapan selanjutnya, dilakukan monitoring dan penilaian oleh tim independen yang berasal dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Ombdusman. Tahap akhir, penetapan unit kerja sebagai WBK/WBBM. Untuk mewujudkan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), salah satu upaya Kemenkes adalah melaksanakan Inpres 17 Tahun 2011, yaitu melalui: a. Penyaluran dan penggunaan dana BOK jamkesmas dan jampersal yang transparan dan akuntabel secara online. b. Sistem pengawasan atas pelaksanaan proses registrasi alkes yang transparan dan akuntabel secara online. Beberapa strategi yang sedang dilakukan Kemenkes saat ini dalam mewujudkan WBK, diantaranya : a) melakukan kerja sama dengan tim independen, b) pembentukan Satgas Penggerak Integritas dan Satgas Pembangun Integritas pada unit Eselon I atau satuan kerja, c) membentuk focus group discussion untuk prioritas pembangunan. Penghargaan satker WBK dan WBBM diberikan oleh Kemenpan dan RB pada UPT Kementerian Kesehatan yaitu RSUP Dr. Karyadi Semarang pada tanggal 9 Desember 2014 di Graha Sabdha Pramana Universitas Gajah Mada pada acara Festival Anti Korupsi. 116

144 3. Penghargaan terhadap Pelayanan Publik yang di laksanakan di Kementerian Kesehatan pada tahun 2014 : a. Rapor Hijau layanan publik dari Ombudsman, pada urutan nomor 3. b. Registrasi Alkes dan PKRT, STRA :Online. c. Indonesian WOW Brand Award (Mark plus) kategori pelayanan publik d. Survey kepuasan Masyarakat, pada layanan publik di Kementerian Kesehatan pada predikat B e. Training Service Excellent f. Audit Surveilance dari Lembaga Sertifikasi. 4. E-transparency award yang diberikan oleh Paramadina Public Policy Institute kepada Kementerian yang dinilai paling transparan merupakan salah satu hal yang menggambarkan penghargaan atas proses yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. Penghargaan ini merupakan bagian dari gerakan Open Goverment Indonesia. Penghargaan diberikan pada tanggal 20 November 2014 di Bali Room, Kempinski Hotel dimana Kementerian Kesehatan mendapat peringkat ketiga dari 47 kementerian/lembaga. 5. Peringkat 10 besar Survei Integritas Sektor Publik (SI) 2013 yang dilaksanakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kepada RSUP Fatmawati, RSUPN Cipto Mangunkusumo. 6. Ranking ke 2 (dua) dari 18 (delapan belas) Kementerian yang di survey dengan tingkat kepatuhan yang tinggi dalam pelaksanaan UU Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik oleh Ombudsman. 7. Penghargaan Pelayanan Publik Versi MarkPlus Insight. Penghargaan Indonesia WOW Brand 2014 kategori Public Services ini diberikan kepada instansi-instansi publik yang memiliki kredibilitas tinggi yang dinilai dari aspek-aspek seperti awareness yang baik di 117

145 masyarakat, kebijakan instansi yang paling disukai publik, dan tingkat kepercayaan dan rekomendasi publik terhadap instansi tersebut. Kementerian Kesehatan meraih penghargaan Gold Champion pada Indonesia WOW Brand 2014 untuk kategori Public Service dan subkategori Kementerian. Penyerahan penghargaan ini dilakukan dalam acara Indonesia WOW Brand 2014 Government & Public Services Industry yang diselenggarakan oleh MarkPlus Insight dan Majalah Marketeers, di Hotel Luwansa, Jakarta. Tahun 2013 pada Indonesia Brand Champion Award 2013 yang dilakukan Markplus, Kementerian Kesehatan juga mendapatkan 3 Gold Winner sebagai Most Prefered Policy of Public Institution, Most Valuable Policy of Public Institution, dan Most Trusted Public Instituion. 118

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2012 KATA PENGANTAR MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Puji syukur ke hadirat Allah yang Maha Kuasa karena atas

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9 Kuningan, Jakarta 12950

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9 Kuningan, Jakarta 12950 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9 Kuningan, Jakarta 12950 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/ LEMBAGA : KEMENTERIAN KESEHATAN 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan Meningkatnya koordinasi

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak

Lebih terperinci

B A B P E N D A H U L U A N

B A B P E N D A H U L U A N 1 B A B P E N D A H U L U A N I A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab telah diterbitkan Instruksi Presiden No.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGI 1. Visi Visi 2012-2017 adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Administrasi Kepegawaian. Meningkatnya Pelayanan Administrasi Kepegawaian di Lingkungan Kementerian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Administrasi Kepegawaian. Meningkatnya Pelayanan Administrasi Kepegawaian di Lingkungan Kementerian Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Kepmenkes Nomor 021/MENKES/SK/I/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra Kemenkes) Tahun 2010 2014 dalam melaksanakan tugas pokok dan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2014

DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2014 UNIT ORGANISASI : Sekretariat Jenderal DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 24 ( ) ( 2 ) 24 25 26 27 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian 233 Perumusan Peraturan Perundang-

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Outline Paparan 1. Kinerja Pelaksanaan Rencana Kerja Kemenkes 2014-2015 - Capaian Indikator

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat, bangsa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP DINAS KESEHATAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep Tahun 2014 PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP DINAS KESEHATAN JL. Dr. SOETOMO No. 04 TELPON (0328) 662122, Fax. 665373 Email

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012 1 LANDASAN HUKUM PPSDM-K UUD 1945 UU 29/2004 PRAK.DOK UU 322004 PEM.DA. UU 17/2007 RPJP-N UU 36/2009

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2014 Page 1

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2014 Page 1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2014 Page 1 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya manusia

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Daerah Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2016-2021 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Gubernur

Lebih terperinci

a. 10 (dua belas) indikator memperoleh capaian > 100 %, b. 4(empat) indikator capaiannya < 100 %, yaitu 1).Cakupan Imunisasi dasar

a. 10 (dua belas) indikator memperoleh capaian > 100 %, b. 4(empat) indikator capaiannya < 100 %, yaitu 1).Cakupan Imunisasi dasar IKHTISAR EKSEKUTIF Sebagai perwujudan dan pertanggungjawaban atas keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan visi, misi, tujuan dan sasaran SKPD yang telah ditetapkan di dalam Rencana Kinerja Tahun 2016 dan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target program kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program,

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA TAHUN 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA KL) TAHUN ANGGARAN 2014

FORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA KL) TAHUN ANGGARAN 2014 FORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA KL) TAHUN ANGGARAN 2014 I. UMUM 1. Nama Kementerian/Lembaga : KEMENTERIAN KESEHATAN 2. Nama Unit Organisasi : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya, sehingga Laporan Kinerja (LKj) Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2016 dapat disusun sebagai

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif sasaran strategis

Ringkasan eksekutif sasaran strategis Ringkasan eksekutif Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah bertanggung jawab untuk terus mengawal perjalanan Reformasi Birokrasi di Kementerian Kesehatan serta mendorong tercapainya

Lebih terperinci

REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017

REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017 REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017 Dalam APBN TA 2017, anggaran Kementerian Kesehatan sebesar Rp58,27 triliun atau menurun sebesar 8,07 persen dibandingkan dengan alokasi anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA--0/AG/2014 DS 7003-9134-1092-0094 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah,

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah, KATA PENGANTAR Alhamdulillaah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan petunjuk- Nya kami telah menyusun dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN KATA PENGANTAR Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. No.585, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1144/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Jakarta, Januari 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 31 Januari 2013 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan SEKRETARIS,

KATA PENGANTAR. Jakarta, 31 Januari 2013 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan SEKRETARIS, KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2012 disusun dalam rangka memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Lebih terperinci

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah Pengantar D alam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak merupakan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum BAB I PENDAHULUAN A. Pandangan Umum Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap tingkatan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental spritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI DINAS KESEHATAN JLN. JEND. AHMAD YANI NO. 2D TELP. (0461) 211906 LUWUK SULAWESI TENGAH KEPUTUSAN KEPALA DINAS

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 1.1. Latar Belakang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Instansi Pemerintah (LKJiP) Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Lebih terperinci

ŀlaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerinta IKHTISAR EKSEKUTIF

ŀlaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerinta IKHTISAR EKSEKUTIF i IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kota Kediri Tahun 2012 ini disusun dengan menyajikan hasil pengukuran kinerja pencapaian sasaran yang diarahkan

Lebih terperinci

SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNDANG-UNDANG KESEHATAN Pasal 106 NO. 36 TAHUN 2009 Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan sebagai pusat rujukan layanan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN

RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2011-2015 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas

Lebih terperinci

Rencana Aksi Kegiatan

Rencana Aksi Kegiatan Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 Pemerintah Kabupaten Pacitan DINAS KESEHATAN Jl. Letjend Soeprapto No. 42 Pacitan KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra Evaluasi pelaksanaan RENJA tahun lalu ditujukan untuk mengidentifikasi sejauh mana kemampuan

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA A. Kinerja Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang

Lebih terperinci

HASIL PENGUKURAN KINERJA

HASIL PENGUKURAN KINERJA IKHTISAR EKSEKUTIF Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 29 Tahun 2010 merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis BAB II PERENCANAAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2015 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS

LAPORAN AKUNTABILITAS Pusat Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan L LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Muaro Sijunjung, Februari 2014 INSPEKTUR KENFILKA, SH, MH PEMBINA UTAMA MUDA NIP

KATA PENGANTAR. Muaro Sijunjung, Februari 2014 INSPEKTUR KENFILKA, SH, MH PEMBINA UTAMA MUDA NIP KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita aturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penyusunan Rencana Kerja Inspektorat Daerah Tahun 2015 telah dapat diselesaikan. Rencana

Lebih terperinci

MATRIK TARGET KINERJA RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN

MATRIK TARGET KINERJA RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN SEKRETARIAT JENDERAL BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN BIRO KEUANGAN & BMN LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN MOR HK.01.07/MENKES/422/2017 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015-2019

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA 1 st INDONESIAN PUBLIC HEALTH STUDENT SUMMIT (IPHSS) FKM UI DEPOK 15 JULI 2011 1 UUD 1945 SETIAP ORANG BERHAK MEMPERTAHANKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN

CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH SIMPOSIUM NASIONAL JHCC, Jakarta, 20 Desember 2010 CAPAIAN MDGs BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN dr. Endang

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 25 Februari 2017 Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 25 Februari 2017 Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas izin dan perkenan-nya dapat menyelesaikan dan menyajikan Laporan Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun Anggaran

Lebih terperinci

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan awal dari implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Lebih terperinci

KONSEPTUAL RPJMN BIDANG KESEHATAN TAHUN 2015-2019. KEPALA BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN Drg. Tini Suryanti Suhandi, M.Kes

KONSEPTUAL RPJMN BIDANG KESEHATAN TAHUN 2015-2019. KEPALA BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN Drg. Tini Suryanti Suhandi, M.Kes KONSEPTUAL RPJMN BIDANG KESEHATAN TAHUN 2015-2019 KEPALA BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN Drg. Tini Suryanti Suhandi, M.Kes RAKERKESDA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang, 22 Januari 2014 UPAYA POKOK UU No. 17/2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice.

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap pelaksanaan urusan kepemerintahan akan selalu dikaitkan dengan pengelolaan kepemrintahan yang baik (good governance) dengan tiga pilar utama yaitu, Partisipasi,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN KEPALA DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

Rencana Aksi Kegiatan Tahun

Rencana Aksi Kegiatan Tahun Rencana Aksi Kegiatan Tahun 2015-2019 DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhaanahu Wa Ta ala, Tuhan Yang Maha Kuasa,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Persentase Satuan Kerja yang memiliki temuan kerugian Negara 1% sebesar 100%.

RINGKASAN EKSEKUTIF Persentase Satuan Kerja yang memiliki temuan kerugian Negara 1% sebesar 100%. RINGKASAN EKSEKUTIF Sebagai salah satu unsur penyelenggara negara, Inspektorat Jenderal mempunyai kewajiban untuk membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang mengacu pada Instruksi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci