KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN
|
|
- Sonny Jayadi
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN 2014
2
3 SAMBUTAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Upaya kesehatan masyarakat masih diposisikan sebagai obyek dan belum sebagai subyek. Selain itu masih banyak upaya kesehatan yang belum menyentuh masyarakat khususnya di daerah bermasalah kesehatan. Permasalahan kesehatan saat ini memiliki beban ganda (double burden), yaitu penyakit menular dan penyakit degeneratif yang memerlukan penanganan secara khusus dan terpadu. Untuk itu perlu adanya upaya kesehatan yang berbasis masyarakat yang mudah diakses (accessible), terjangkau (affordable), serta berkualitas (quality). Dalam mewujudkan pelayanan kesehatan bermutu, tenaga kesehatan bekerjasama dengan masyarakat dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, untuk itu perlu disusun standar penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat. i
4 Saya menyambut baik terbitnya Standar penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan bagi Tenaga Kesehatan dan Masyarakat ini, karena standar ini menjadi acuan bagi institusi pendidikan dan pelatihan dalam mengelola penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Jakarta, Januari 2014 Kepala Badan PPSDM Kesehatan dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes NIP ii
5 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia Nya sehingga kegiatan Penyusunan Standar Penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini telah diterbitkan. Standar Penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini dimaksudkan untuk memberikan acuan penyelenggaraan pelatihan dalam mengendalikan dan meningkatkan mutu pelatihan di bidang kesehatan yang bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat. Keberhasilan penyelenggaraan kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Standar ini dan kami mengharapkan masukanmasukan dari semua pihak pengguna standar ini agar di masa depan kualitas pendidikan dan latihan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat dapat ditingkatkan sesuai dengan perkembangan ilmu iii
6 pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat baik pada tingkat Nasional maupun Internasional. Jakarta, Januari 2014 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan dr. Donald Pardede, MPPM NIP iv
7 v
8 vi
9 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.. SAMBUTAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR HK.03.05/IV.3/3007/2013 TANGGAL 31 DESEMBER 2013 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN DAN MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN DAFTAR ISI.. i iii v vii BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Dasar Hukum 4 C Tujuan. 6 D. Sasaran.. 6 E. Ruang Lingkup.. 6 F. Manfaat Standar 7 G. Definisi Operasional. 7 vii
10 BAB II JENIS DAN MODEL PENDEKATAN PELATIHAN 9 A. Jenis Pelatihan. 9 B. Model Pendekatan Pelatihan 12 BAB III STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN.. 14 A. Standar Kurikulum 15 B. Standar Proses Pelatihan 18 C Standar Lulusan 33 D Standar Pelatih.. 33 E. Standar Sarana dan Prasarana. 35 F. Standar Pengelolaan.. 37 G Standar Pembiayaan.. 38 H Standar Penilaian BAB IV PENUTUP. 40 DAFTAR ISTILAH 42 DAFTAR PUSTAKA 52 LAMPIRAN. 54 viii
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang sangat pesat, hal ini berdasarkan data statistik yang menunjukan peningkatan jumlah populasi penduduk dan aktifitas diberbagai sektor. Peningkatan tersebut berimbas pada status kesehatan dan pelayanan kesehatan dalam mencapai kesejahteraan di masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dan juga meningkatkan akses serta mutu pelayanan kesehatan. Pada saat ini, dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, masyarakat masih diposisikan sebagai obyek dan belum sebagai subyek. Selain itu masih banyak upaya kesehatan yang belum menyentuh masyarakat khususnya di daerah bermasalah kesehatan. Permasalahan kesehatan saat ini memiliki beban ganda (double burden), yaitu penyakit menular dan penyakit 1
12 degeneratif yang memerlukan penanganan secara khusus dan terpadu. Untuk itu perlu adanya upaya kesehatan yang berbasis masyarakat yang mudah diakses (accessible), terjangkau (affordable), serta berkualitas (quality). Dalam mewujudkan pelayanan kesehatan bermutu, tenaga kesehatan dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilannya sehingga diperlukan pelatihan tenaga kesehatan dalam rangka : 1. Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi profesi dan pengetahuan teknis keprofesian, 2. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini bidang kesehatan, 3. Memenuhi kebutuhan masyarakat dan globalisasi dalam bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan profesinya. 4. Menyebarkan informasi kesehatan yang up to date. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PERA/III/2010 tanggal 19 Agusus 2010 tentang Organisasi dan Tatakerja Kementerian Kesehatan, maka Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (Pusdiklat Nakes) 2
13 memiliki tugas pokok dan fungsi melaksanakan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan termasuk masyarakat. Adapun sasaran pendidikan dan pelatihan Pusdiklatnakes adalah tenaga pendidik/ kependidikan, tenaga kesehatan non aparatur dan masyarakat (TOMA, TOGA, OP, LSM, dll). Pelatihan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dan masyarakat yang meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku serta keterampilan tenaga kesehatan dan masyarakat kearah yang positif. Pelatihan dapat diselenggarakan oleh semua pihak yang berkepentingan. Untuk mengendalikan dan meningkatkan mutu pelatihan maka disusun Standar Penyelenggaraan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan, dengan harapan bisa dijadikan acuan oleh para penyelenggara pelatihan. 3
14 B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700). 2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063). 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637). 4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445). 4
15 5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Standar Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan. 6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.03.01/160/1/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PERA/III/2010 tanggal 19 Agusus 2010 tentang Organisasi dan Tatakerja Kementerian Kesehatan. 8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1796/ Menkes/SK/ VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. 9. Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Nomor HK tentang Rencana Aksi Program Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Tahun
16 C. Tujuan Standar ini disusun dengan tujuan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat di bidang kesehatan. D. Sasaran Sasaran standar ini meliputi : 1. Penyelenggara pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat di bidang kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat. 2. Tim akreditasi pelatihan di tingkat Pusat dan Provinsi. 3. Widyaiswara/Pelatih/Fasilitator. E. Ruang Lingkup Ruang lingkup Standar Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini membahas tentang : 1. Jenis dan model pendekatan pelatihan. 2. Standar penyelenggaraan pelatihan. 6
17 F. Manfaat Standar Manfaat standar yaitu : 1. Bagi penyelenggara pelatihan (pemerintah dan masyarakat) Sebagai acuan dalam menyelenggarakan pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat bidang kesehatan. 2. Bagi tim akreditasi pelatihan (Tingkat Pusat dan Provinsi) Sebagai acuan dalam mengendalikan dan meningkatkan mutu pelatihan di bidang kesehatan. 3. Bagi Widyaiswara/Pelatih/Fasilitator Sebagai acuan dalam memfasilitasi penyelenggaraan pelatihan. G. Definisi Operasional 1. Standar : Standar, adalah suatu pernyataan yang memuat ukuran atau performance tertentu yang telah diterima dan disepakati bersama yang merupakan suatu nilai ambang atau treshold dari sesuatu baik barang, jasa ataupun proses yang dapat diamati, dicapai, diukur dan diingini yang dipergunakan untuk mengukur dan menilai. 7
18 2. Pelatihan, adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja, profesionalisme dan/atau menunjang pengembangan karir bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang dilaksanakan minimal 30 (tiga puluh) jam pembelajaran. 3. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang memiliki pengetahuan, dan/atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan untuk jenis tertentu dan memerlukan kewenangan melakukan upaya kesehatan serta tidak berkedudukan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). 4. Masyarakat adalah sekelompok orang yang tinggal di wilayah tertentu yang terikat oleh hukum dan budaya yang sama. 5. Pelatihan tenaga kesehatan di bidang kesehatan adalah pelatihan teknis kesehatan dengan sasaran peserta tenaga kesehatan yang tidak berkedudukan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). 6. Pelatihan masyarakat di bidang kesehatan adalah pelatihan yang diberikan kepada masyarakat terkait keterampilan tertentu yang dapat dilakukan oleh masyarakat di bidang kesehatan. 8
19 BAB II JENIS DAN MODEL PENDEKATAN PELATIHAN A. Jenis Pelatihan Jenis pelatihan yang diatur dalam standar ini adalah pelatihan yang diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan kompetensi sesuai bidang tugas tenaga kesehatan dan kedudukan/minat masyarakat. Adapun jenis pelatihan teknis yaitu : 1. Pelatihan Pra-tugas Pelatihan Pra-tugas adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mempersiapkan tenaga kesehatan sebelum bekerja di bidang kesehatan. Sasaran : tenaga kesehatan. 2. Pelatihan Teknis a. Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi 9
20 teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas profesi kesehatan. Sasaran : tenaga kesehatan. b. Pelatihan Teknis Upaya Kesehatan Pelatihan Teknis Upaya Kesehatan adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas upaya kesehatan. Sasaran : tenaga kesehatan dan masyarakat. c. PelatihanTeknis Manajemen Kesehatan Pelatihan Teknis Manajemen Kesehatan adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas manajemen kesehatan. Sasaran : tenaga kesehatan dan masyarakat. d. Pelatihan Teknis Kependidikan Pelatihan Teknis Kependidikan adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk pelatihan mencapai pernyataan 10
21 kompetensi teknis kependidikan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas di bidang pendidikan kesehatan. Sasaran : tenaga pendidik dan kependidikan di Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan. 3. Pelatihan Kesehatan Haji Pelatihan Kesehatan Haji adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk memberikan pengalaman kepada masyarakat calon peserta haji mengenai rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kesehatan haji, pelayanan medis, imunisasi, surveilans, sistem kewaspadaan dini (SKD) dan respon kejadian luar biasa (KLB), penanggulangan KLB dan musibah massal, serta kesehatan lingkungan. Sasaran : masyarakat. 4. Pelatihan Penunjang Kesehatan Pelatihan Penunjang Kesehatan adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk menunjang program-program kesehatan. Sasaran : tenaga kesehatan dan masyarakat. 11
22 B. Model Pendekatan Pelatihan Pendekatan pelatihan terdiri dari 3 (tiga) model yaitu pelatihan dalam kelas (klasikal), pelatihan luar kelas (non klasikal), gabungan pelatihan dalam dan luar kelas (berlapis/sandwich). 1. Model Pelatihan Dalam Kelas (Klasikal) Pelatihan klasikal yaitu pelatihan yang dilaksanakan di dalam kelas dengan proses pembelajaran yang terstruktur. 2. Model Pelatihan Luar Kelas (Non Klasikal) Pelatihan non klasikal yaitu pelatihan yang dilaksanakan di luar kelas dengan proses pembelajaran yang terstruktur. Pendekatan pelatihan ini yaitu peserta diharapkan mampu memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan belajar mandiri dengan bimbingan pelatih sesuai kesempatan yang dimiliki dan kemampuan peserta. Jenis pelatihan non klasikal, diantaranya pelatihan jarak jauh dan kalakarya terstruktur. 3. Model Pelatihan Gabungan (sandwich) Pelatihan gabungan adalah model pelatihan klasikal dan pelatihan non klasikal yang dikenal dengan nama pelatihan berlapis (sandwich). Pelatihan ini diawali dengan proses 12
23 pembelajaran di dalam kelas dalam kurun waktu yang ditetapkan, selanjutnya peserta kembali ke tempat kerja/kedudukannya masing-masing untuk mengerjakan penugasan dan kemudian kembali lagi ke dalam kelas untuk menyampaikan hasil dari penugasan yang telah dikerjakan atau sebaliknya. Seluruh rangkaian proses pembelajaran tersebut disampaikan dengan terstruktur. 13
24
25 BAB III STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN Berdasarkan model standar peyelenggaraan pelatihan, terdapat 6 (enam) standar yang harus dibahas secara terpisah, yaitu standar kurikulum dan modul, standar pelatih, standar sarana dan prasarana, standar proses pelatihan, standar penilaian, standar lulusan. Sebagaimana pada bagan berikut ini. Bagan I Model Standar Penyelenggaraan Pelatihan STANDAR PENGELOLAAN STANDAR LULUSAN STANDAR PELATIH STANDAR KURIKULUM DAN MODUL STANDAR PROSES PELATIHAN STANDAR SARANA DAN PRASARANA STANDAR PENILAIAN STANDAR PEMBIAYAAN 14
26 Sasaran dalam standar penyelenggaraan pelatihan adalah : 1. Penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kesehatan 2. Penyelenggaraan pelatihan bagi masyarakat bidang kesehatan Standar penyelenggaraan pelatihan yang dibahas pada standar ini meliputi : standar kurikulum dan proses pelatihan. Untuk lebih rinci dijelaskan sebagai berikut : A. STANDAR KURIKULUM Didalam standar kurikulum, selain membahas kurikulum juga dibahas tentang peserta, standar pelatih, standar penilaian dan standar kelulusan. Untuk standar kelulusan, penulisannya diubah menjadi sertifikasi. Sehingga mekanisme penulisan kurikulum pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat menjadi sebagai berikut: JUDUL KURIKULUM PELATIHAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Filosofi Pelatihan 15
27 B. PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI 1. Peran 2. Fungsi 3. Kompetensi C. TUJUAN PELATIHAN 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus D. PESERTA, PELATIH, PENYELENGGARA E. STRUKTUR PROGRAM F. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN G. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) / RANCANG BANGUN PROGRAM PEMBELAJARAN (RBPP) H. EVALUASI I. SERTIFIKAT Penjelasan mekanisme penulisan dapat dilihat pada lampiran 3. Dalam setiap pelatihan kesehatan selain kurikulum yang menjadi acuan, perlu ada Master of Training (MOT) yang bertugas untuk merancang, mengendalikan, mengevaluasi dan mencatat proses 16
28 pebelajaran suatu pelatihan serta mengkondisikan proses pembelajaran agar dinamis melalui energizer. Mekanisme penulisan kurikulum sama pada setiap pelatihan di bidang kesehatan, namun untuk isi dari masing-masing item ada yang spesifik membedakan antara isi kurikulum pelatihan klasikal, non klasikal dengan pelatihan berlapis/sandwich (gabungan klasikal dan non klasikal). Dibawah ini dijelaskan perbedaan isi item pada masing-masing kurikulum: 1. Pelatihan Klasikal Jenis-jenis pelatihan klasikal yang telah dijelaskan pada Bab II adalah: a. Pelatihan bagi tenaga kesehatan 1) TOT Umum dan TOT Substansi 2) Pelatihan Teknis b. Pelatihan bagi masyarakat bidang kesehatan 1) TOT Substansi 2) Pelatihan Teknis Untuk lebih jelasnya perbedaan isi per item dalam kurikulum masing-masing jenis pelatihan klasikal dapat dilihat pada lampiran 4 dan lampiran 5. 17
29 2. Pelatihan Non Klasikal Pelatihan non klasikal bagi tenaga kesehatan terdapat 2 (dua) model yaitu Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) dan kalakarya terstruktur. Untuk masyarakat model pelatihannya adalah kalakarya tidak terstruktur. a. Pelatihan non klasikal bagi tenaga kesehatan (lampiran 6) b. Pelatihan non klasikal bagi masyarakat (lampiran 7) 3. Gabungan Pelatihan Klasikal dan Non Klasikal Pelatihan gabungan antara klasikal dan non klasikal disebut dengan pelatihan berlapis (sandwich) yang diperuntukkan bagi tenaga kesehatan (lampiran 8). B. STANDAR PROSES PELATIHAN Untuk mencapai tujuan pelatihan yang tercantum dalam kurikulum, peserta latih diberikan materi seperti yang tercantum dalam struktur program. Pelaksanaan pelatihan merupakan penerapan kurikulum, yang prosesnya sesuai dengan diagram alir proses pembelajaran yang tercantum dalam masing-masing kurikulum. 18
30 Secara umum diagram alir proses pembelajaran untuk semua model pendekatan pelatihan klasikal adalah sama, yaitu sebagai berikut: Bagan II Proses Pembelajaran Pre Test Pembukaan Building Learning Commitment (BLC) E V A L U A S I Wawasan Materi Dasar Motode: ceramah tanya jawab Materi Inti Pengetahuan dan Keterampilan Motode: ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, studi kasus, demonstrasi, bermain peran Praktik Lapangan / Orientasi R T L Penutupan Post Test & Evaluasi Penyelenggaraan 19
31 Penjelasan: Pre test Sebelum acara pembukaan dilakukan pre test terhadap peserta, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi awal tentang pengetahuan dan kemampuan peserta. Pembukaan Pembukaan dilakukan untuk mengawali kegiatan pelatihan secara resmi yang dibuka dengan penyematan tanda peserta oleh pejabat atau penanggung jawab program yang diberi kewenangan. Membangun Komitmen Belajar/Building Learning Commitment (BLC) Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses latihan. Faktor yang perlu dipertimbangkan dlamproses BLC adalah tujuan pelatihan, peserta (jumlah dan karakteristik), waktu yang tersedia, sarana dan prasarana yang tersedia. Proses pembelajaran dilakukan dengan berbagai bentuk permainan sesuai dengan tujuan pelatihan. Proses BLC dilaksanakan dengan alokasi waktu minimal 3 20
32 (tiga) jpl dan proses tidak terputus. Dalam prosesnya, 1 (satu) orang fasilitator memfasilitasi maksimal 30 (tiga puluh) orang peserta. Proses pembelajaran meliputi: 1. Forming. Pada tahap ini setiap peserta pelatihan masih berhubungan secara formal, masing-masing masih saling observasi dan memberikan ide ke dalam kelompok. Pelatih berperan rangsangan agar setiap peserta berperan serta dan memberikan ide yang bervariasi. 2. Storming. Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin lama suasananya makin memanas karena ide yang diberikan mendapatkan tanggapan yang saling mempertahankan idenya masing-masing. Pelatih berperan memberikan rangsangan pada peserta yang kurang terlibat agar ikut aktif menanggapi. 3. Norming. Pada tahap ini suasana yang memanas sudah mulai reda karena kelompok sudah setuju dengan klarifikasi yang 21
33 dibuat dan adanya kesamaan persepsi. Masing-masing peserta mulai menyadari dan muncul rasa mau menerima ide peserta lainnya. Dalam tahapan ini sudah terbentuk norma baru yang disepakati kelompok. Pelatih berperan membulatkan ide yang telah disepakati menjadi ide kelompok. 4. Performing. Pada tahap ini kelompok sudah kompak, diliputi suasana kerjasama yang harmonis sesuai dengan norma baru yang telah disepakati bersama. Pelatih berperan memacu kelompok agar masing-masing peserta ikut serta akif dalam setiap kegiatan kelompok dan tetap menjalankan norma yang telah disepakati. Hasil yang didapatkan pada proses pembelajaran: 1. Harapan yang ingin dicapai 2. Kekhawatiran 3. Norma kelas 4. Komitmen 5. Pembentukan tim (organisasi kelas) 22
34 Pemberian wawasan Setelah BLC, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai dasar pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui peserta dalam pelatihan ini. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan mengarah pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunaan berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu diskusi kelompok, studi kasus, simulasi, bermain peran dan praktik. Praktik Lapangan/Observasi Lapangan 1. Praktik lapangan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu Praktik Lapangan (PL) dan atau Observasi Lapangan (OL), penentuannya tergantung dari tujuan pelatihan. 2. Penulisan materi PL/OL dalam struktur program dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu: a. Dicantumkan disetiap materi inti PL/OL yang jpl-nya ditulis disetiap materi inti, maka 23
35 dalam penulisan GBPP harus dicantumkan tujuan pembelajaran khusus, pokok bahasan, metode dan alat bantu yang digunakan dalam proses PL/OL tersebut. b. Dicantumkan dalam kelompok materi inti (materi tersendiri dalam struktur program) PL/OL yang merupakan materi tersendiri dalam struktur program, maka harus dibuat GBPP-nya tersendiri dan menggambarkan materi inti yang akan dipraktikkan. 3. Untuk memperlancar proses PL/OL, perlu ada lembar pendukung berupa panduan dan instrumen/daftar tilik. Rencana Tindak Lanjut (RTL) RTL disampaikan dengan tujuan untuk mengaplikasikan materi yang diperoleh selama pelatihan di tempat kerja, dengan alokasi waktu minimal 3 (tiga) jpl. Proses pembelajaran meliputi: 1. Penyampaian teori tentang RTL. 2. Penyusunan rencara langkah-langkah implementasi dari salah satu materi yang dipilih untuk mencapai tujuan. Penyusunan dilakukan oleh masing-masing peserta. Apabila pesertanya adalah tim, maka RTL disusun oleh tim. 24
36 3. Isi RTL terdiri dari: nama kegiatan, tujuan kegiatan, sasaran, waktu pelaksanaan, tempat, biaya, dan pelaksana/penanggungjawab serta indikator pelatihan. 4. Presentasi hasil RTL. Peserta lain dan fasilitator memberikan masukan untuk penyempurnaan RTL. Evaluasi : 1. Evaluasi peserta (Post test/test komprehensi dll) Evaluasi peserta diberikan setelah semua materi disampaikan dan sebelum penutupan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan dan kemajuan peserta dalam proses pembelajaran. 2. Evaluasi penyelenggaraan Evaluasi penyelenggaraan untuk mendapatkan masukan dari peserta tentang penyelenggaraan pelatihan dari aspek administrasi dan teknis untuk digunakan dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraan berikutnya. 3. Evaluasi Fasilitator Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi terhadap proses pembelajaran setiap hari dan terhadap fasilitator. Evaluasi tiap hari dilakukan dengan cara merefleksi 25
37 kegiatan proses pembelajaran yang sudah berlangsung, sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya. Evaluasi terhadap fasilitator dilakukan oleh peserta pada saat fasilitator telah mengakhiri materi yang disampaikannya. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan form evaluasi terhadap fasilitator Penutupan Acara penutupan adalah sesi pengakhiran dari semua rangkaian kegiatan dengan penyerahan sertifikat pelatihan dan penanggalan tanda peserta. Walaupun secara umum diagram alir proses pembelajaran sama, tetapi ada hal-hal yang spesifik baik pada pelatihan klasikal, non klasikal maupun pada pelatihan berlapir/sandwich (gabungan klasikal dan non klasikal). Perbedaan yang spesifik tersebut adalah sebagai berikut: 26
38 1. Pelatihan Klasikal TOT TOT Umum Sebelum microteaching diawali dengan pembekalan yang berhubungan dengan teknik melatih Peserta yang memiliki kompetensi substansi yang berbeda Proses penyampaian materi inti diawali dengan pembekalan yang berhubungan dengan substansi teknis, yang diberikan dalam bentuk proses pembelajaran sesuai dengan pencapaian tujuan khusus materi substansi tersebut. Dilanjutkan dengan microteaching. TOT Substansi Peserta yang memiliki kompetensi substansi yang sama Proses penyampaian materi inti diawali dengan teori materi teknik melatih, kemudian penyampaian substansi teknis dalam bentuk review atau bedah buku, setelah itu microteaching terkait materi teknis yang tertulis dalam struktur program. Proses microteaching: Perbandingan pelatih : peserta = 1:10 Prosesnya pada tahap persiapan peserta membuat SAP 27
39 yang akan dijadikan acuan pada saat microteaching. Setiap peserta diberikan kesempatan untuk microteaching dengan waktu minimal 30 menit, dengan rincian: - Presentasi = 15 menit. - Feedback dari audience = 10 menit. - Feedback dari pelatih = 5 menit. 2. Pelatihan Non Klasikal a. Pelatihan Jarak Jauh Aktifitas dalam proses pembelajaran PJJ meliputi : 1) Registrasi dengan mengisi form pendaftaran secara online (web-based) 2) Mencetak form pendaftaran dan menyerahkan atau mengirimkan form yang telah ditandatangani dan disetujui oleh atasan langsung. 3) Mengikuti aktifitas pembelajaran mandiri secara online (unduh materi, mengerjakan tugas) 4) Melakukan aktifitas tutorial online (Chatting, Forum diskusi, Millist, Skype dll) 5) Melakukan Self -assesment online, ujian permateri di tempat yang telah ditentukan 6) Menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan 28
40 7) Melakukan ujian komperehensip Tutorial konvensional melalui tatap muka dilakukan secara reguler dan terbatas diwaktu-waktu tertentu. Fokus tutorialkonvensional ini sebaiknya untuk problem solving atau studi kasus untuk memperdalam penguasaan materi. Jika peserta telah mengikuti semua proses pembelajaran tersebut di atas, maka untuk menentukan kelulusan dilaksanakan ujian komperehensip yang dilakukan di tempat yang telah ditentukan. Setelah dinyatakan lulus dari pelatihan tahap I peserta PJJ berhak mendapatan sertifikat. b. Kalakarya Terstruktur Kalakarya dilaksanakan melalui pembimbingan di tempat kerja oleh atasan atau pimpinan atau pelatih atau rekan sekerja yang berpengalaman. Proses pembelajaran yaitu : 1) Pembekalan tentang proses pembelajaran 2) Penyampaian materi oleh fasilitator dengan metode membaca atau presentasi. 29
41 3) Proses pembelajaran mandiri dengan pendampingan fasilitator. Dalam pendampingan, fasilitator mengamati apa yang dikerjakan peserta dan kesulitan yang dihadapi. 4) Diakhiri dengan evaluasi berdasarkan pengamatan dengan menggunakan check list dan wawancara. 3. Pelatihan Gabungan (Sandwich) Beberapa model proses pembelajaran dalam pelatihan berlapis: Model 1: Kelas Tempat kerja masingmasing peserta Kelas Penjelasan: a. Kegiatan diawali dengan penyampaian materi dan penugasan-penugasan di kelas. b. Peserta kembali ke tempat kerjanya masing-masing untuk mengimplementasikan teori dan melaksanakan penugasan yang didapat pada saat proses pembelajaran di kelas. c. Peserta kembali ke kelas untuk menyajikan hasil penugasan yang telah dilaksanakan di tempat kerja 30
42 masing-masing dan menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil penugasan di tempat kerja masingmasing. Model 2: Kelas Magang/praktik lapangan di tempat kerja yang ditentukan Kelas Penjelasan: a. Kegiatan diawali dengan penyampaian materi dan penugasan-penugasan di kelas. b. Peserta mengimplementasikan teori dan melaksanakan penugasan yang didapat pada saat proses pembelajaran di kelas dan dilakukan di tempat kerja yang ditentukan. c. Peserta kembali ke kelas untuk menyajikan hasil penugasan yang telah dilaksanakan di tempat kerja masing-masing dan menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil penugasan di tempat kerja masingmasing. Model 3: Pembekalan Kelas Penugasan Kelas 31
43 Penjelasan: a. Kegiatan diawali dengan pembekalan proses pembelajaran yang akan diikuti selama pelatihan. Pembekalan diberikan dengan cara menggunakan media website atau dengan pengiriman panduan belajar dan modul. Masing-masing peserta mempelajari panduan belajar dan modul dengan waktu yang telah ditentukan. Dari hasil pembelajaran, peserta dapat menentukan masalah yang dihadapi di tempat kerjanya. b. Proses pembelajaran di kelas untuk membahas masalahmasalah yang dihadapi oleh masing-masing peserta dengan difasilitasi oleh tutor. Dari hasil pembelajaran akan didapatkan langkah-langkah (rencana implementasi) yang harus dilakukan sebagai upaya dalam pemecahan masalah yang dihadapi. c. Peserta kembali ke tempat kerjasnya masing-masing untuk mengimplementasikan langkah-langkah pemecahan masalah yang telah disepakati pada saat proses pembelajaran di kelas. 32
44 d. Peserta kembali ke kelas untuk seminar hasil pelaksanaan dari kegiatan yang dilakukan dalam pemecahan masalah. Evaluasi dilihat dari mengikuti keseluruhan proses dan dari hasil implementasi kegiatan pemecahan masalah melalui presentasi. C. STANDAR LULUSAN Standar lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta pelatihan. Standar Lulusan berisi kualifikasi kemampuan peserta pelatihan yang setidaknya mencakup kompetensi dasar, kompetensi utama, dan kemampuan tambahan. D. STANDAR PELATIH Setiap pelatih wajib memenuhi standar pelatih yang berlaku secara nasional. 1. Kualifikasi Pelatih Seorang pelatih harus memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana (S-1) atau Diploma Empat (D-IV) yang diperoleh dari perguruan tinggi terakreditasi, sertifikat kompetensi keahlian 33
45 dalam bidang yang relevan, dan sertifikat pelatih. Sertifikat kompetensi keahlian dikeluarkan atau diakui oleh perguruan tinggi penyelenggara program keahlian dan/atau lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah. Sertifikat pelatih diperoleh setelah calon pelatih mengikuti pelatihan untuk pelatih dan lulus ujian kompetensi pelatih yang diselenggarakan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah. Pelatih dapat juga pejabat atau seseorang yang berasal dari kalangan profesional dan/atau akademisi yang karena keahlian, kemampuan atau kedudukannya diikutsertakan dalam kegiatan pencapaian tujuan pelatihan. 2. Kompetensi Pelatih Kompetensi seorang pelatih terdiri atas 4 (empat) kompetensi berikut, yang akan dijelaskan lebih terperinci pada lampiran 9 : a. Kompetensi pedagogik b. Kompetensi kepribadian c. Kompetensi sosial d. Kompetensi profesional 3. Tugas dan Fungsi Pelatih : a. Melakukan konsolidasi, koordinasi, konfirmasi dengan penyelenggara pelatihan. 34
KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 2015
KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan tata pemerintahan
Lebih terperinciKURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING AKREDITASI PUSKESMAS DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
KURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING AKREDITASI PUSKESMAS DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan pelayanan sarana kesehatan dasar khususnya Puskesmas kepada
Lebih terperinciPANDUAN PELATIHAN AUDITOR MUTU INTERNAL
PANDUAN PELATIHAN AUDITOR MUTU INTERNAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sistem penjaminan mutu internal merupakan langkah strategis untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi. Dengan diundangkannya
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1 PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH TAHUN 2012 LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2011 i Pelaksanaan
Lebih terperinciPetunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012
i Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012 LPPKS INDONESIA 2013 ii Pelaksanaan In-Service Learning 1 Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah Tahun 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 09 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciLembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)
Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Kp. Dadapan RT.06/RW.07, Desa Jatikuwung, Kec. Gondangrejo Kab. Karanganyar, Prov. Jawa Tengah Indonesia Telp. +62 0271 8502888; +62 0271 8502999;
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2031,2015 KEMENKES. Diklat. Jabatan Fungsional. Kesehatan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN 2014 SAMBUTAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER
Lebih terperinciKURIKULUM PELATIHAN KOMUNIKASI MOTIVASI DALAM PROGRAM PENGENDALIAN TB BAGI PETUGAS KESEHATAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
KURIKULUM PELATIHAN KOMUNIKASI MOTIVASI DALAM PROGRAM PENGENDALIAN TB BAGI PETUGAS KESEHATAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN R.I DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1919, 2015 KEMENAG. Diklat. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ON THE JOB LEARNING
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ON THE JOB LEARNING PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH TAHUN 2012 LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2011 KATA PENGANTAR
Lebih terperinci2016, No menetapkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentang Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana; Mengingat
No.1836, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPP. Diklat PB. Pencabutan PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENANGGULANGAN BENCANA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.448, 2012 KEMENTERIAN AGAMA. Penyelenggaraan. Pendidikan. Pelatihan. Teknis. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciLembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)
Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Jl. Parangkusumo No. 51 Purwosari, Surakarta 57147 Jawa Tengah Telp./Fax: +62 271 716657 E-mail : lp2kssolo@gmail.com ii KATA PENGANTAR Peraturan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 2
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 2 PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH TAHUN 2012 LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN 2011
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENANGGULANGAN BENCANA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENANGGULANGAN BENCANA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA BNPB BHIN L IKA BADAN NASIONAL
Lebih terperinciPetunjuk Teknis Penyusunan Program Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga LPPKS Indonesia di Surakarta dapat menyelesaikan penyusunan Petunjuk Teknis Penyusunan Program Diklat
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298) I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciPEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR
2013, No.1242 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR PEDOMAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2017 Direktorat Karier dan Kompetensi SDM Kemenristekdikti. Bunyamin Maftuh NIP
KATA PENGANTAR Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dibentuk pada tahun 2014 berdasarkan Keppres No. 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan
Lebih terperinci2016, No Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2013 tentang Lembaga Administrasi Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12
No.2067, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. TRAINING OF FACILITATOR. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN PELATIHAN PENERAPAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
Lebih terperinci2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
No.1648, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOMINFO. Jabatan Fungsional. Pranata Hubungan Masyarakat. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciKURIKULUM PELATIHAN PENDEKATAN PRAKTIS KESEHATAN PARU (PRACTICAL APPROACH TO LUNG HEALTH / PAL) UNTUK TENAGA PUSKESMAS
KURIKULUM PELATIHAN PENDEKATAN PRAKTIS KESEHATAN PARU (PRACTICAL APPROACH TO LUNG HEALTH / PAL) UNTUK TENAGA PUSKESMAS I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pendekatan Praktis Kesehatan Paru (Practical Approach
Lebih terperinciPetunjuk Teknis Pelaksanaan OJL Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah Tahun 2013
Pelaksanaan OJL Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah Tahun 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga LPPKS Indonesia di Surakarta dapat menyelesaikan
Lebih terperinciKURIKULUM PELATIHAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PIMPINAN BBPK/BAPELKES/INSTITUSI DIKLAT KESEHATAN I. PENDAHULUAN. A. LatarBelakang
Kementerian Kesehatan KURIKULUM PELATIHAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PIMPINAN BBPK/BAPELKES/INSTITUSI DIKLAT KESEHATAN I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
Lebih terperinciKURIKULUM PELATIHAN TENAGA PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS
KURIKULUM PELATIHAN TENAGA PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS Departemen Kesehatan, 2008 Kurikulum Pelatihan Tenaga Promosi Kesehatan Bagi Puskesmas 0 Kata Pengantar Kurikulum Pelatihan Tenaga Promosi Kesehatan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah
KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah (1) Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: a. Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah adalah seperangkat aturan mengenai
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KERJASAMA DALAM NEGERI DI BIDANG PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN
Lebih terperinciK E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 40/Dik-2/2011. T e n t a n g
KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 40/Dik-2/2011
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara
No.107, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Guru. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6058) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN
Lebih terperinciKATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
i KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Uji Kompetensi merupakan suatu bentuk penilaian berbasis kompetensi telah dicanangkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA : 120/Permentan/OT.140/11/2013
5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 120/Permentan/OT.140/11/2013 PEDOMAN PENGELOLAAN KERJASAMA DALAM NEGERI DI BIDANG PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KEARSIPAN BAB I PENDAHULUAN
ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Lampiran Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor : 11 Tahun 2009 Tanggal : 12 Agustus 2009 PEDOMAN UMUM AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KEARSIPAN A. LATAR
Lebih terperinciKATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas
KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal PNFI Depdiknas i Pendidikan diselenggarakan secara berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional, maupun global sehingga mampu mewujudkan
Lebih terperincia. bahwa penyelenggaraan kearsipan nasional khususnya pembentukan Tim Penilai Arsiparis perlu di lakukan oleh tenagatenaga
PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 08.B TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TIM PENILAI ARSIPARIS KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, SERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, SERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS DAN IMS BAGI PERAWAT/BIDAN FASYANKES DI BBPK CILOTO, 27 JULI SD 03 AGUSTUS 2016
KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS DAN IMS BAGI PERAWAT/BIDAN FASYANKES DI BBPK CILOTO, 27 JULI SD 03 AGUSTUS 2016 I. PENDAHULUAN Perkembangan epidemi HIV AIDS di dunia telah menyebabkan
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
2013, No.416 4 PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAANPENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS PENGELOLA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Lebih terperinciHAK GURU. Uraian tentang hak-hak guru selanjutnya dituangkan dalam tabel di bawah ini.
HAK GURU Hak-hak guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan yang diamanatkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 40 Ayat (1) dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN SUBSTANSI DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
Lebih terperinci2013, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
2013, No.415 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS PENYELENGGARA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLATPIM DAN DIKLAT PRAJABATAN
PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLATPIM DAN DIKLAT PRAJABATAN A. Latar Belakang Reformasi Birokrasi selain menuntut adanya perubahan kelembagaan dan ketatalaksanaan, juga mengharuskan terwujudnya
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN CAL ON PEJABAT FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NOMOR: 38 TAHUN 2016
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1. Umum 2. Maksud dan Tujuan 3. Ruang Lingkup 4. Pengertian BAB II LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN CALON PEJABAT FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN BAB III
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA BERPRESTASI TAHUN Bidang INOVASI PEMBELAJARAN BERBASIS AKHLAK MULIA
PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA BERPRESTASI TAHUN 2012 Bidang INOVASI PEMBELAJARAN BERBASIS AKHLAK MULIA KEMENTERIAN AGAMA R.I DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DIREKTORAT
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah pesat mengingat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi dunia yang
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLAT TEKNIS DAN DIKLAT FUNGSIONAL
PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLAT TEKNIS DAN DIKLAT FUNGSIONAL A. Latar Belakang Reformasi Birokrasi selain menuntut adanya perubahan kelembagaan dan ketatalaksanaan, juga mengharuskan
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai
KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua negara
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA BIDANG PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 08 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 2 TAHUN 08 TENTANG PEDOMAN AKREDITASI
Lebih terperinci2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.215, 2012 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN
2013, No.1274 14 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PENYELENGGARAAN ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014-2018 Kata Pengantar RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciMODUL BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM)
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2017 MODUL PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) NAMA : NIM :
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan
Lebih terperinciLembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS)
Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS) Jl. Parangkusumo No. 51 Purwosari - Surakarta Jawa Tengah 57147 Telp./Fax: +62 271 716657 E-mail : lp2kssolo@gmail.com ii KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser dari sistem tradisional menjadi sistem yang berbasis kinerja yang dilakukan secara menyeluruh
Lebih terperinciPencegahan Akibat Kerja Pada Home Industri
Kurikulum Pelatihan Pencegahan Akibat Kerja Pada Home Industri I. Dasar Pemikiran Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelatihan dalam kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tuntutan pemenuhan kebutuhan dan perubahan
Lebih terperinciBADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN SERTIFIKASI AUDITOR APARAT PENGAWASAN INTERN
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan
Lebih terperinciPEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BUKU
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BUKU 3 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN CALON TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL GURU KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Pelatihan. Swasta. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan.
No.34, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Pelatihan. Swasta. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 3 TAHUN
Lebih terperinciKEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN
KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN 2007-2012 Jakarta 2007 DAFTAR ISI Hal Judul i Daftar Isi.. ii Kata Pengantar.. iii Keputusan Senat Unika Atma Jaya... iv A. Pendahuluan
Lebih terperinci2016, No Nomor 544); 4. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Pembinaan Penyelenggaraan Pendid
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1244, 2016 ANRI. Diklat Kearsipan. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BAGI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH
Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
5 2013, No.414 PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciDIKLAT CALON TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL GURU
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BUKU 3 PANDUAN PENYELENGGARAAN DIKLAT CALON TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL GURU KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN
Lebih terperinciPEDOMAN AKREDITASI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan. Nomor 4301); DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA Indonesia Nomor 3890);
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI
PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 KATA PENGANTAR Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2014 tentang Peran Guru Teknologi Informasi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan
Lebih terperinci