Peran Serta Masyarakat dalam Pengendalian Mutu Pendidikan (Studi di Lima Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Peran Serta Masyarakat dalam Pengendalian Mutu Pendidikan (Studi di Lima Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan)"

Transkripsi

1 Peran Serta Masyarakat dalam Pengendalian Mutu Pendidikan (Studi di Lima Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan) Oleh : Drs. Amir Daud Abstract: This research was aimed at knowing how the society role in quality control of education at school. It was descriptive research. The population of this research are the society in the school environmental from five districts/town Barru, Pare-pare, Soppeng, Takalar, and Bantaeng, which were the guiding districts of LPMP South Sulawesi. Sampling was chosen purposively from society in senior high school, yunior high school, and elementary school of every districts/town, based on location and the type of school. The data collection was done by using enquette, and it was analysed qualitatively and quantitatively. The results showed that (1) school committee not yet optimal in doing its role and function, even some of them which never involved in the school activity; (2) society s figures not yet a lot of which involved directly even never partisipated in helping the school program; (3) not yet a lot of student s parents which always involved directly even never partisipated in the school program, and ; (4) not yet a lot of school which always tried to involve the society role actively, even there were some school that never involve society. Kata kunci: Peran serta masyarakat, pengendalian mutu, komite sekolah, tokoh masyarakat, orang tua siswa. Drs. Amir Daud adalah Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan 1

2 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam pendidikan (Bab XV pasal 54 ayat 1, dan 2), serta pentingnya evaluasi dalam pengendalian mutu pendidikan secara nasional (Bab XVI, pasal 57, ayat 1). Pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan sekolah, tetapi pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Tanggung jawab masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan tidak boleh diabaikan. Tanpa dukungan masyarakat, pendidikan tidak akan berhasil secara maksimal. Hasil penelitian yang dilakukan PT INCO Sorowako melalui Community Development melakukan pemetaan pendidikan (mapping in education) di daerah yang tercakup dalam daerah pemberdayaannya yang meliputi Kecamatan Nuha, Towuti, dan Malili Kabupaten Luwu Timur di antaranya menunjukkan bahwa khusus untuk aspek peran serta masyarakat dalam penjaminan mutu pendidikan menunjukkan hasil: (1) pemahaman masyarakat tentang pendanaan pendidikan masih kurang; (2) kesadaran dan atau keterlibatan masyarakat/orang tua pada proses penyelenggaraan pendidikan masih rendah; dan (3) msyarakat belum terlibat dalam manajemen sekolah dan belum berperan baik dalam kegiatan belajar-mengajar. Pada saat ini, umumnya sekolah telah mempunyai komite sekolah yang merupakan wakil masyarakat dalam membantu sekolah, karena disadari betapa pentingnya dukungan mereka untuk keberhasilan pembelajaran di sekolah. Namun demikian, hingga saat ini kegiatan komite sekolah lebih banyak diarahkan pada pengumpulan dana dan bantuan fisik sekolah, belum tampak pada bantuan non-fisik sehingga tugas pokok dan fungsi komite sekolah belum berjalan optimal. Beberapa temuan tentang peran komite sekolah (Dikdasmen, 2005), berdasarkan hasil proyek program MBS adalah sebagai berikut: (1) pada sebagian daerah, sosialisasi tentang peran komite sekolah belum diefektifkan; (2) pada beberapa sekolah pelaksanaan pemilihan pengurus komite sekolah belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (3) peran komite sekolah mengutamakan pengumpulan dana dan fisik sekolah dan kurang menyentuh program non-fisik; (4) peran dan fungsi komite sekolah belum dilaksanakan secara optimal; dan (5) pada beberapa sekolah komposisi keanggotaan laki-laki dan perempuan dalam organisasi komite sekolah belum berimbang. 2

3 Dukungan dari masyarakat dapat berupa bantuan fisik dan materi, serta bantuan dalam bidang teknik edukatif. Dukungan dalam bidang fisik dan materi, seperti pembangunan gedung dan merehab sekolah. Bantuan dalam bidang teknik edukatif, seperti menjadi guru bantu, guru pengganti, mengajarkan olah raga dan kesenian, keterampilan atau agama. Hingga saat ini, dari sekian banyak jenis dukungan masyarakat kepada sekolah, baru tampak pada bidang fisik dan materi, sedangkan pada bidang teknik edukatif belum banyak dilakukan. Bila masyarakat terlibat dalam perencanaan dan kegiatan sekolah, maka mereka akan merasa memiliki dan siap untuk mendukung pendidikan anak. Di samping itu, pada umumnya sekolah kurang memanfaatkan orang tua siswa atau hanya dimanfaatkan sebagai sumber dana, padahal orang tua juga dapat membantu secara langsung pendidikan anaknya. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran serta masyarakat dalam pengendalian mutu pendidikan di sekolah?. Masalah ini dapat dinyatakan secara rinci sebagai berikut: (1) bagaimanakah peran serta komite sekolah sebagai lembaga organisasi yang mewakili masyarakat dalam pengendalian mutu pendidikan di sekolah?; (2) bagaimanakah peran serta tokoh masyarakat di lingkungan sekolah dalam pengendalian mutu pendidikan di sekolah?; (3) bagaimanakah peran serta orang tua siswa dalam pengendalian mutu pendidikan di sekolah?; dan (4) bagaimanakah peran sekolah dalam mengajak masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam pengendalian mutu pembelajaran di sekolah? Berdasarkan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran serta masyarakat dalam pengendalian mutu pendidikan di sekolah. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peran serta komite sekolah sebagai lembaga organisasi yang mewakili masyarakat dalam pengendalian pendidikan di sekolah; (2) peran serta tokoh masyarakat di lingkungan sekolah dalam pengendalian mutu pendidikan di sekolah; dan (3) peran serta orang tua siswa dalam pengendalian mutu pendidikan di sekolah; dan (4) peran sekolah dalam mengajak masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam pengendalian mutu pembelajaran di sekolah. Dengan mengetahui bagaimana peran serta masyarakat dalam pengendalian mutu pendidikan di sekolah yang telah dilakukan selama ini, maka dapat dijadikan sebagai dasar untuk membuat rekomendasi kebijakan dalam usaha meningkatkan aktivitas dan perhatian masyarakat terhadap peningkatan mutu sekolah. Di samping itu, dapat pula menjadi 3

4 dasar dalam mempertimbangkan suatu usaha untuk mengatasi hambatan yang dijumpai masyarakat dalam melaksanakan peran serta mereka dalam pengendalian mutu pendidikan di sekolah. Demikian pula untuk memberi masukan kepada pihak sekolah dalam usaha memaksimalkan peran serta masyarakat. Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Apabila kita melihat fenomena di masyarakat, seakan-akan ada jurang pemisah antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat. Ada pula anggapan bahwa sekolah hanya sekadar tempat penitipan anak karena orang tua tidak mempunyai waktu dan kemampuan untuk mendidik anaknya. Penghargaan orang tua dan masyarakat terhadap sekolah menjadi rendah, mungkin karena mereka merasa telah memberikan imbalan yang cukup kepada sekolah. Padahal jika dibandingkan dengan hasil yang dicapai anak berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa tidak seimbang dengan imbalan yang dibayarkan orang tua kepada sekolah. Komunikasi antara orang tua dan masyarakat dengan sekolah jarang terjadi. Hubungan antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat perlu dipererat sehingga tanggung jawab pendidikan bukan hanya dibebankan kepada sekolah. Dengan terbentuknya komite sekolah, diharapkan menjadi penghubung antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat, sehingga mereka dapat diberdayakan secara optimal dalam pendidikan. Orang tua dan masyarakat harus diajak aktif dalam penyelenggaraan pendidikan. Mereka harus ikut menentukan dan membuat program bersama sekolah dan pemerintah. Mereka harus ikut aktif dalam kegiatankegiatan pembelajaran maupun non instruksional. Orang tua harus menyediakan waktu untuk berkunjung ke sekolah dan kelas untuk mengontrol pendidikan anaknya, berdiskusi dengan guru untuk mengetahui hambatan dan kemajuan yang dihadapi anaknya. Clark (dalam Nurkolis. 2003) megemukakan bahwa terdapat dua jenis pendekatan untuk mengajak orang tua dan masyarakat berpartisipasi aktif dalam pendidikan, yaitu: (1) pendekatan school-based dengan cara mengajak orang tua siswa datang ke sekolah melalui pertemuanpertemuan, konferensi, diskusi guru-orang tua dan mengunjungi anaknya yang sedang belajar di sekolah; dan (2) pendekatan home-based, yaitu orang tua membantu anaknya belajar di rumah bersama-sama dengan guru yang berkunjung ke rumah. 4

5 Rhoda (dalam Nurkolis. 2003) mengemukakan bahwa keikutsertaan keluarga dan masyarakat memiliki banyak keuntungan, yaitu: (1) pencapaian akademik dan perkembangan kognitif siswa meningkat secara signifikan; (2) ornag tua dapat mengetahui perkembangan anaknya dalam proses pendidikan di sekolah; (3) orang tua akan menjadi guru yang baik di rumah; (4) orang tua memiliki sikap dan pandangan positif terhadap sekolah. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam pengendalian mutu pendidikan karena beberapa hal sebagai berikut: (1) Pendidikan adalah tanggung jawab bersama keluarga, masyarakat, Negara; (2) Keluarga bertanggung jawab untuk mendidik moralitas/agama, menyekolahkan anaknya serta membiayai keperluan pendidikan anaknya; (3) Anak berada di sekolah antara 6 9 jam sehari, selebihnya berada di luar sekolah (rumah dan lingkungannya). Dengan demikian tugas keluarga amat penting untuk menjaga dan mendidik anaknya; (4) Pendidikan adalah investasi masa depan anak; (5) Anak perempuan perlu mendapat pendidikan setinggi anak laki-laki mengingat mereka akan menjadi ibu dari anak-anaknya, serta sebagai pendidik/pengasuh anak di rumah; (6) Masyarakat berhak dan berkewajiban untuk mendapatkan dan mendukung pendidikan yang baik; (7) Pemerintah berkewajiban membuat gedung sekolah, menyediakan tenaga/guru, melakukan standarisasi kurikulum, menjamin kualitas buku paket, alat peraga, dan sebagainya. Karena kemampuan pemerintah terbatas, maka peran serta masyarakat sangat diperlukan; (8) Pemerintah mungkin tidak dapat mengetahui secara rinci perbedaan di masyarakat yang berpengaruh pada bidang pendidikan. Jadi masyarakat berkewajiban membantu penyelenggaraan pendidikan; (9) Masyarakat dapat terlibat dalam memberikan bantuan dana, pembuatan gedung, lahan, pagar, dan sebagainya. Masyarakat juga dapat terlibat dalam bidang teknik edukatif; (10) Sekolah bertanggung jawab kepada pemerintah dan juga kepada masyarakat sekitarnya; dan (11) Peran serta masyarakat masih terbatas pada hal-hal berikut: (a) Keterlibatan masyarakat hanya dalam bentuk dukungan dana atau sumbangan yang berupa fisik saja; (b) Saat ini, PSM sudah dapat dianggap baik jika orang tua ikut dalam pengelolaan sekolah; (c) Masyarakat juga dimungkinkan ikut memikirkan penambahan guru yang tidak ada atau kurang, dan bahkan menjadi guru pengganti (Depdiknas, 2005). 5

6 Peran serta masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi tujuh (7) tingkatan, dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi, sebagai berikut: (1) peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia; (2) peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga; (3) peran serta secara pasif. Masyarakat menyetujui dan menerima apa yang diputuskan oleh pihak sekolah (komite sekolah); (4) peran serta melalui adanya konsultasi di sekolah mengenai anaknya; (5) peran serta dalam pelayanan. Orang tua/masyarakat terlibat dalam kegiatan sekolah; (6) peran serta sebagai pelaksana kegiatan, seperti memberi penyuluhan; (7) peran serta dalam pengambilan keputusan, baik akademik maupun non akademik. Meningkatnya kepedulian dan partisipasi masyarakat terhadap pengembangan sekolah, akan semakin meningkatkan rasa memiliki. Selain itu, hubungan antara sekolah dan masyarakat semakin dekat dan sekolah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat. Pemberdayaan Komite Sekolah Desentralisasi pendidikan di tingkat sekolah merupakan satu bentuk desentraliasasi yang langsung sampai ke ujung tombak pendidikan di lapangan. Jika kantor cabang dinas pendidikan kecamatan, dan dinas pendidikan kabupaten/kota lebih memiliki peran sebagai fasilitator dalam proses pembinaan, pengarahan, pemantauan dan penilaian, maka sekolah seharusnya diberikan peran nyata dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Hal ini disebabkan karena proses interaksi edukatif di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan yang sebenarnya. Oleh karena itu, bentuk desentralisasi pendidikan yang paling mendasar adalah yang dilaksanakan oleh sekolah dengan menggunakan Komite Sekolah sebagai wadah pemberdayaan peran serta masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) , dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat perlu dibentuk Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota, dan Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan. Amanat rakyat dalam undang-undang tersebut telah ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Dalam Kepmendiknas tersebut disebutkan bahwa peran yang harus diemban Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah adalah: (1) sebagai advisory agency (pemberi pertimbangan); (2) supporting agency (pendukung kegiatan layanan pendidikan); (3) controlling agency 6

7 (pengontrol kegiatan layanan pendidikan); dan (4) mediator atau penghubung atau pengait tali komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah. Untuk dapat memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat, sekolah harus dapat membina kerja sama dengan orangtua dan masyarakat, menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik dan warga sekolah. Itulah sebabnya, sangat diperlukan manajemen partisipatif yang melibatkan peran serta masyarakat sehingga semua kebijakan dan keputusan yang diambil adalah kebijakan dan keputusan bersama, untuk mencapai keberhasilan bersama. Dengan demikian, prinsip kemandirian dalam otonomi sekolah adalah kemandirian dalam nuansa kebersamaan. Hal ini merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip yang disebut sebagai total quality management, melalui suatu mekanisme yang menekankan pada mobilisasi kekuatan secara sinergis yang mengarah pada satu tujuan, yaitu peningkatan dan pengendalian mutu, serta kesesuaian pendidikan dengan pengembangan masyarakat. METODE Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan bagaimana peran serta masyarakat dalam pengendalian mutu pendidikan di sekolah. Peran serta masyarakat dibagi dalam tiga bagian, yaitu: (1) komite sekolah; (2) tokoh masyarakat di lingkungan sekolah; dan (3) orang tua siswa. Di samping itu, digambarkan pula bagaimana peran sekolah dalam mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian mutu pembelajaran di sekolah. Penelitian ini hanya menyelidiki satu variabel, yaitu peran serta masyarakat dalam pengendalian mutu pendidikan di sekolah yang terdiri atas komponen komite sekolah, tokoh masyarkat, dan orang tua siswa. Komite sekolah yang dimaksudkan adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di sekolah. Tokoh masyarakat yang dimaksudkan adalah warga masyarakat sekitar/lingkungan sekolah yang dianggap mempunyai kekuatan dan kemampuan menggalang masyarakat setempat yang bukan anggota komite sekolah. Orang tua siswa yang dimaksudkan adalah anggota masyarakat yang anaknya sedang belajar (menjadi siswa) pada sekolah tempat penelitian. 7

8 Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat di lingkungan sekolah pada kabupaten/kota: (1) Barru; (2) Pare-pare; (3) Soppeng; (4) Takalar; dan (5) Bantaeng, yang merupakan kabupaten binaan LPMP Sulawesi Selatan. Sampel dipilih secara purposive sampling dari masyarakat jenjang SD, SMP, dan SMA pada setiap kabupaten/kota berdasarkan lokasi dan tipe sekolah. Data dari variabel penelitian dikumpulkan dengan menggunakan angket yang dikembangkan oleh tim peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan angket untuk diisi oleh responden penelitian. Data yang terkumpul dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. HASIL Hasil analisis dirangkum dalam tabel-tabel berikut: Tabel 1. Rangkuman Hasil Penelitian Menurut Sub-Variabel Frekuensi Sub Kadangkadang pernah Tidak n Selalu Jarang Variabel Ortu % (21) 32% (19) 15% (9) 18% (11) Kasek % (32) 31% (27) 13% (11) 18% (15) Komite % (37) 30% (24) 11% (9) 14% (11) Tomasy % (14) 38% (15) 15% (6) 11% (5) Pada Tabel 1 tampak bahwa dari 62 responden, hanya 35% atau sejumlah 21 orang yang menyatakan bahwa selalu terlibat secara langsung dalam perencanaan program sekolah, pelaksanaan program, penggalangan sumber dana, memberi bantuan baik berupa tenaga, dana maupun bahan, serta aktif dalam bentuk pemikiran. Namun demikian, masih terdapat 18% responden atau sejumlah 11 orang dari 62 orang tua siswa yang tidak pernah terlibat. Pada Tabel 1 tampak bahwa hanya 38% responden atau sejumlah 32 orang kepala sekolah dari total responden 85 kepala sekolah yang mengusahakan keterlibatan peran serta masyarakat secara aktif dalam 8

9 merencanakan, melaksanakan, dan bertanggung jawab pada programprogram di sekolah. Di samping itu, masih terdapat 18% responden atau sejumlah 15 orang dari 85 kepala sekolah yang tidak pernah melibatkan atau mengikutsertakan masyarakat maupun komite sekolah. Pada Tabel 1, tampak bahwa hanya sekitar 45% atau sejumlah 37 orang dari total responden 81 komite sekolah yang sudah berperan secara aktif dalam memberikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan dan pelaksanaan pendidikan, mendukung dalam wujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan, mengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan, serta sebagai mediator antara sekolah dan masyarakat. Demikian pula tampak bahwa masih 14% responden atau sejumlah 11 orang komite sekolah dari 81 responden komite yang tidak pernah terlibat dalam kegiatan di sekolah. Pada Tabel 1 tampak bahwa hanya 14 responden, atau hanya 36% dari sejumlah 40 orang tokoh masyarakat yang menyatakan bahwa sudah terlibat secara langsung dalam perencanaan program sekolah, pelaksanaan program, penggalangan sumber dana, memberi bantuan baik berupa tenaga, dana maupun bahan, serta terlibat aktif dalam bentuk pemikiran. Demikian pula, masih terdapat 11% responden atau sejumlah 5 orang dari 40 tokoh masyarakat yang tidak pernah terlibat atau diikut sertakan. Tabel 2. Keterlibatan Orang Tua Perkategori Keterlibatan dalam Selalu Kadangkadang Frekuensi Jarang Tidak Pernah A. Perencanaan % 33 % 16 % 23 % B. Pelaksanaan Program 40 % 34 % 19 % 7 % C. Penggalangan sumber dana 47 % 35 % 9 % 8 % D. Bantuan dana, bahan, tenaga 18 % 30 % 22 % 30 % E. Bentuk pemikiran 12 % 42 % 19 % 27 % F. Pertanggung jawaban 55 % 26 % 8 % 11 % 9

10 Berdasarkan Tabel 2, tampak bahwa keterlibatan orang tua pada umumnya dalam pelaksanaan program (40%); penggalangan sumber dana (47%); dan pertanggung jawaban (55%); sedangkan ketidakterlibatan orang tua pada umumnya dalam bantuan dana, bahan, dan tenaga (30%); pemikiran (27%); dan perencanaan (23%). Keterlibatan dalam Tabel 3. Keterlibatan Tokoh Masyarakat Perkategori Selalu Kadangkadang Frekuensi Jarang Tidak Pernah A. Perencanaan % 47 % 15 % 12 % B. Pelaksanaan Program 48 % 40 % 10 % 3 % C. Penggalangan sumber dana 48 % 39 % 8 % 6 % D. Bantuan dana, bahan, tenaga 16 % 39 % 27 % 19 % E. Bentuk pemikiran 12 % 45 % 26 % 17 % F.Pertanggung jawaban 60 % 27 % 5 % 8 % Berdasarkan Tabel 3, tampak bahwa keterlibatan tokoh masyarakat pada umumnya dalam pelaksanaan program (48%); penggalangan sumber dana (48%); dan pertanggung jawaban (60%); sedangkan ketidakterlibatan tokoh masyarakat pada umumnya dalam bantuan dana, bahan, dan tenaga (19%), serta pemikiran (17%). 10

11 Tabel 4. Peran Komite Sekolah Perkategori Frekuensi Peran sebagai Selalu Kadang- Kadang Jarang Tidak Pernah A. PEMBERI PERTIMBANGAN (ADVISORI AGENCY) B. PENDUKUNG (SUPPORTING AGENCY) C. PENGONTROL (CONTROLING AGENCY) D. MEDIATOR (MEDIATING AGENCY) % 29 % 12 % 18 % % 32 % 10 % 11 % % 28 % 10 % 11 % % 30 % 13 % 11 % Berdasarkan Tabel 4, tampak bahwa peran komite sekolah tersebar hampir merata pada setiap komponen, baik sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan kebijakan dan pelaksanaan pendidikan, pendukung dalam wujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan, pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan, serta sebagai mediator antara sekolah dan masyarakat. PEMBAHASAN Sebaran data yang terungkap dalam penelitian menunjukkan tampak bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam pengendalian mutu pendidikan masih kurang. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antarannya peran komite sekolah dan upaya kepala sekolah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada juga masih perlu ditingkatkan. Demikian pula dengan pemahaman masyarakat yang rendah terhadap perannya dalam pengendalian mutu pendidikan di sekolah. Pembahasan lebih rinci tentang masing-masing responden diberikan dalam pembahasan berikut ini. 11

12 Peran Orang Tua Siswa Hasil analisis data menunjukkan bahwa hanya 35% dari responden orang tua yang menyatakan bahwa selalu terlibat secara langsung dalam perencanaan program sekolah, pelaksanaan program, penggalangan sumber dana, memberi bantuan baik berupa tenaga, dana maupun bahan, serta aktif dalam bentuk pemikiran. Namun demikian, masih terdapat 18% orang tua siswa yang sama sekali tidak pernah terlibat langsung. Dari orang tua yang selalu terlibat langsung pada umumnya dalam pelaksanaan program, penggalangan sumber dana, dan pertanggung jawaban sekolah, sedangkan ketidakterlibatan orang tua pada umumnya dalam bentuk bantuan dana, bahan, tenaga dan pemikiran, serta perencanaan. Beberapa faktor yang menjadi penyebab orang tua siswa tidak optimal memberikan bantuan dalam program-program sekolah dengan adanya anggapan dari beberapa anggota masyarakat bahwa dengan adanya bantuan dari pemerintah, maka orang tua tidak perlu lagi memberi bantuan kepada sekolah. Hal ini sejalan dengan anggapan bahwa sekolah adalah tanggung jawab pemerintah. Dengan demikian, umumnya orang tua hanya ingin memberi bantuan lain, yang bukan berupa bantuan dana. Namun demikian, kenyataannya ada sebanyak 71,2% dari orang tua siswa menganggap bahwa biaya pendidikan dari dana bos dana bantuan lain dari pemerintah tidak cukup, dan hanya 28,8% dari orang tua siswa menganggap sudah cukup. Peran Sekolah Hasil analisis data menunjukkan bahwa pihak sekolah kurang memaksimalkan potensi yang ada baik orang tua, tokoh masyarakat, dan komite sekolah dalam mendukung pencapaian visi dan misi sekolah, serta pelaksanaan program. Hal ini ditunjukkan bahwa hanya 38% sekolah yang selalu mengusahakan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam merencanakan, melaksanakan, dan pertanggungjawaban programprogram di sekolah. Bahkan, masih terdapat 18% sekolah yang tidak pernah melibatkan atau mengikutsertakan masyarakat maupun komite sekolah. Beberapa hambatan yang dijumpai sekolah dalam mensosialisasikan program kepada masyarakat, terutama dalam mengajak dan memberi pemahaman tentang pentingnya peran serta masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain: (1) adanya pemikiran masyarakat bahwa sekolah merupakan urusan pemerintah saja; (2) dengan adanya dana bos dan bantuan lain dari pemerintah, masyarakat 12

13 menganggap sekolah sudah mampu, dan tidak perlu lagi diberi bantuan; (3) kepedulian masyarakat terhadap sekolah masih rendah; (4) adanya pemikiran sebagian masyarakat tentang adanya pendidikan gratis; (5) kemampuan ekonomi masyarakat rendah; (6) adanya beberapa pemerintah daerah yang menyampaikan kepada masyarakat, bahwa tidak ada pungutan biaya penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah; dan (7) komite sekolah belum berperan secara maksimal. Peran Komite Sekolah Hasil analisis menunjukkan bahwa meskipun masih kurang, yaitu hanya sekitar 45% komite sekolah yang sudah berperan secara aktif dalam memberikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan dan pelaksanaan pendidikan, mendukung dalam wujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan, mengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan, serta sebagai mediator antara sekolah dan masyarakat. Namun demikian, terungkap pula bahwa masih terdapat 14% komite sekolah yang sama sekali tidak pernah terlibat dalam kegiatan di sekolah. Hal ini tersebar hampir merata pada setiap komponen baik sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, maupun mediator. Beberapa faktor yang menjadi penyebab adalah sulitnya anggota komite sekolah mengajak dan memberi pemahaman kepada masyarakat umum tentang pentingnya peran serta masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Tidak banyak masyarakat yang mau diajak untuk ikut menjadi anggota komite sekolah. Komite sekolah menanggapi dengan baik tentang penerapan peran dan fungsi komite sekolah dalam menunjang pelaksanaan program sekolah. Namun demikian mereka belum dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan kerena adanya berbagai kendala. Karena itu, komite sekolah mengharapkan adanya kerja sama dengan kepala sekolah, dan masyarakat. Beberapa cara yang telah dilakukan untuk mengaktifkan masyarakat dalam membantu program sekolah, antara lain mensosialisasikan program sekolah kepada masyarakat secara terus menerus setiap ada kesempatan, dan mengadakan pertemuan antara komite sekolah, kepala sekolah, guru-guru, orang tua siswa, dan masyarakat secara berkala. Peran Tokoh Masyarakat Hasil analisis data menunjukkan sebanyak 36% tokoh masyarakat yang menyatakan bahwa sudah terlibat secara langsung dalam 13

14 perencanaan program sekolah, pelaksanaan program, penggalangan sumber dana, memberi bantuan baik berupa tenaga, dana maupun bahan, serta terlibat aktif dalam bentuk pemikiran. Namun demikian, masih terdapat 11% tokoh masyarakat yang tidak pernah terlibat atau diikut sertakan dalam program-program sekolah. Keterlibatan tokoh masyarakat pada umumnya dalam pelaksanaan program, penggalangan sumber dana, dan pertanggung jawaban sekolah, sedangkan ketidakterlibatan tokoh masyarakat pada umumnya dalam bantuan dana, bahan, dan tenaga, serta pemikiran. Beberapa faktor yang menjadi penyebab belum maksimalnya tokoh masyarakat memberi bantuan dalam program sekolah, mereka tidak merasa ikut memiliki sekolah yang dimaksud, sehingga kepedualian mereka terhadap sekolah masih rendah. Sebanyak 78,9% tokoh masyarakat yang menganggap bahwa dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan dana bantuan lain dari pemerintah tidak cukup, dan hanya 23,1% dari tokoh masyarakat yang menganggap cukup. Walaupun demikian, partisipasi mereka untuk memberikan bantuan dana kepada sekolah masih kurang. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Peran serta masyarakat dalam pengendalian mutu pendidikan masih kurang. Hal ini didukung oleh sejumlah data, yaitu: (1) hanya sekitar 45% komite sekolah yang selalu berperan secara aktif dalam; (a) memberikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan dan pelaksanaan pendidikan; (b) mendukung dalam wujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan; (c) mengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan; dan (d) sebagai mediator antara sekolah dan masyarakat. Namun demikian, masih terdapat 14% komite sekolah yang tidak pernah terlibat dalam kegiatan di sekolah; 2) hanya sekitar 36% tokoh masyarakat yang menyatakan bahwa selalu terlibat secara langsung dalam perencanaan program sekolah, pelaksanaan program, penggalangan sumber dana, memberi bantuan baik berupa tenaga, dana maupun bahan, serta terlibat aktif dalam bentuk pemikiran. Namun demikian, masih terdapat 11% tokoh masyarakat yang tidak pernah terlibat atau diikutsertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan, serta pertanggungjawaban program dan kualitas pendidikan di sekolah; (3) hanya sekitar 35% orang tua siswa yang selalu terlibat 14

15 secara langsung dalam perencanaan program sekolah, pelaksanaan program, penggalangan sumber dana, memberi bantuan baik berupa tenaga, dana maupun bahan, serta terlibat aktif dalam bentuk pemikiran. Namun demikian, masih terdapat 18% orang tua siswa yang tidak pernah terlibat atau diikut sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan, serta pertanggung jawaban program dan kualitas pendidikan di sekolah; (4) peran sekolah dalam usaha meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian mutu pendidikan juga harus ditingkatkan. Hal ini terungkap dari data yang menunjukkan bahwa hanya sekitar 38% sekolah yang selalu mengusahakan keterlibatan peran serta masyarakat secara aktif dalam merencanakan, melaksanakan, dan pertanggung jawaban program-program di sekolah. Namun demikian, masih terdapat 18% sekolah yang tidak pernah melibatkan atau mengikutsertakan masyarakat maupun komite sekolah dalam perencanaan dan pelaksanaan, serta pertanggungjawaban program dan kualitas pendidikan di sekolah. Saran Dari kesimpulan berdasarkan analisis data yang terungkap dalam penelitian ini, selanjutnya diharapkan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mencari sumber masalah yang menjadi penyebab rendahnya peran serta masyarakat dalam pengendalian mutu pendidikan bagi setiap daerah atau lingkungan sekolah, yang selanjutnya ditindak lanjuti dengan segera untuk mengatasi masalah tersebut bagi setiap sekolah atau daerah; (2) membuat mekanisme atau kegiatan sehingga keterlibatan masyarakat dalam pengendalian mutu pendidikan dapat ditingkatkan; (3) mekanisme kegiatan dapat dirumuskan melalui kegiatan workshop yang melibatkan seluruh komponen baik orang tua, tokoh masyarakat, komite sekolah, dan kepala sekolah; (4) hasil penelitian ini diharapkan dapat disosialisikan kepada pihak terkait guna mendapatkan respon tentang keadaan yang sebenarnya mengenai peran serta masyarakat khususnya pada lima kabupaten yang telah dijadikan sampel dalam penelitian ini. DAFTAR RUJUKAN Ace Suryadi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah: Mewujudkan Sekolah-Sekolah yang Mandiri dan Otonom. Jakarta: Bidang 15

16 Depdiknas Paket Pelatihan Awal untuk Sekolah dan Masyarakat. Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak Program Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Dikdasmen. Depdiknas Paket Pelatihan Lanjutan untuk Sekolah dan Masyarakat. Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak Program Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Dikdasmen. Desentralisasi Pendidikan: DEPDIKNAS Ardiani Mustikasari Pendidikan Berbasis Masyarakat. Nurkolis Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Grasindo. Laporan Maping Pendidikan PT. INCO. Sorowako. 16

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG Relationship Between Participation of School Committee with Fulfillment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pendidikan berkaitan erat dengan proses pendidikan. Tanpa proses pelayanan pendidikan yang bermutu tidak mungkin diperoleh produk layanan yang bermutu. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 berdampak ke hampir seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu dampak dari adanya reformasi adalah perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh pola. upaya peningkatan pola manajerial sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh pola. upaya peningkatan pola manajerial sekolah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia akan terwujud dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dampak diberlakukannya Undang Undang tentang otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dampak diberlakukannya Undang Undang tentang otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya kebijakan pemerintah dengan kehadiran UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah telah membawa dampak yang cukup besar dalam berbagai aspek pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses reformasi yang sedang bergulir, membawa perubahan yang sangat mendasar pada tatanan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dikeluarkannya UU No 22 tahun

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA Al Darmono Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi Abstrak Menurut perundang-undangan, pendidikan dasar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan

Lebih terperinci

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN THE PARTICIPATION OF SCHOOL BOARD IN CONDUCTING EXTRA CURRICULAR ACTIVITIES IN MOST OF STATE

Lebih terperinci

MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN

MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN Mengenal Komite Sekolah dan Peranannya dalam Pendidikan {133 MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN Rahmat Saputra Tenaga pengajar STAI Teungku Dirundeng Meulaboh Abstract The school committee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan peningkatan kualitas

Lebih terperinci

RINGKASAN PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN TATA KELOLA DAN AKUNTABILITAS PENDIDIKAN DASAR DI SULAWESI SELATAN

RINGKASAN PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN TATA KELOLA DAN AKUNTABILITAS PENDIDIKAN DASAR DI SULAWESI SELATAN RINGKASAN PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN TATA KELOLA DAN AKUNTABILITAS PENDIDIKAN DASAR DI SULAWESI SELATAN Oleh: Darwing Paduppai, Suradi, & Sabri I. PERMASALAHAN PENELITIAN Komite sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi kewenangan ke tingkat sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi kewenangan ke tingkat sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pendidikan dalam otonomi daerah mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini tercermin dalam pola pengelolaan sekolah yang dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional saat ini sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas SDM. Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM), pendidikan memiliki peranan yang cukup menonjol. Oleh karena itu sangat penting bagi pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara hakiki pambangunan pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan manusia. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Kepmendiknas tersebut telah. operasional Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah..

BAB I PENDAHULUAN. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Kepmendiknas tersebut telah. operasional Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah lahir sebagai amanat Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000 2004. Amanat rakyat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian terdiri dari 25 orang yang diambil dari pengurus komite sekolah dari 3 SMP Negeri yang ada di Kecamatan Musuk, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi membuka peluang masyarakat untuk dapat meningkatkan peran sertanya dalam pengelolaan pendidikan

Lebih terperinci

Manajemen Mutu Pendidikan

Manajemen Mutu Pendidikan Manajemen Mutu Pendidikan Pengertian Mutu Kata Mutu berasal dari bahasa inggris, Quality yang berarti kualitas. Dengan hal ini, mutu berarti merupakan sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : 1. bahwa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Bahan Diklat Teknis Manajemen Kepala Sekolah SMP di Lingkungan Provinsi Jawa Barat Oleh: Cicih Sutarsih, M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Desember 2006 KONSEP DASAR MANAJEMEN

Lebih terperinci

PERAN KELUARGA, PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN

PERAN KELUARGA, PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN PERAN KELUARGA, PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah hanyalah membantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga.

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN TAMBAKREJO KABUPATEN BOJONEGORO

ANALISIS PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN TAMBAKREJO KABUPATEN BOJONEGORO ANALISIS PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN TAMBAKREJO KABUPATEN BOJONEGORO Sri Murtiah Maisyaroh Desi Eri Kusumaningrum Email: srimurtiah798@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengutamakan perluasan pengetahuan. Diharapkan pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang mengutamakan perluasan pengetahuan. Diharapkan pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan penyempurnaan pendidikan di Indonesia terus diupayakan. Pendidikan pada umumnya merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pentingnya peningkatan kualitas pendidikan sebagai prasyarat mempercepat terwujudnya suatu masyarakat yang demokratis, pendidikan yang berkualitas tidak hanya

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizqi Syaroh Amaliyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizqi Syaroh Amaliyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebijakan desentralisasi pendidikan yang mengacu pada undang-undang No. 32 dan 33 tahun 2004 dimana terdapat prinsip-prinsip baru dalam pengelolaan pendidikan

Lebih terperinci

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS) DI SMA SE-KABUPATEN SLEMAN

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS) DI SMA SE-KABUPATEN SLEMAN PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS) DI SMA SE-KABUPATEN SLEMAN ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

SIGNIFIKANSI PERAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

SIGNIFIKANSI PERAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) SIGNIFIKANSI PERAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) Al Darmono Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi Abstrak Manajemen Berbasis Sekolah merupakan penyerasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbaikan kualitas pendidikan merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam penentuan human development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan telah diyakini sebagai salah satu aspek pembangunan bangsa yang sangat penting untuk mewujudkan warga Negara yang handal profesional dan berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG HUBUNGAN DAN MEKANISME KERJA DEWAN PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PADANG

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PADANG IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PADANG Dita Novelina Risno Jurusan Administrasi Ilmu Pendidikan FIP UNP Abstract This research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau

BAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komite sekolah adalah nama badan yang berkedudukan pada satu satuan pendidikan, baik jalur sekolah maupun di luar sekolah atau beberapa satuan pendididkan

Lebih terperinci

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ( Studi pada SD di Banjarsari dan Serengan Kota Surakarta) Oleh M A R I M I N N I M : Q 100030081 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya 1. Kesadaran tentang

dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya 1. Kesadaran tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu elemen penting bagi kehidupan manusia. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, terampil, terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan secara detail latar belakang dan alasan pemilihan judul tesis, rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara teoritik

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF Oleh: Ahmad Nawawi JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2010 Latar Belakang l Lahirnya pendidikan inklusif sejalan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan berhubungan dengan proses penyelenggaraan pendidikan, sumber daya manusia

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS ~ 1 ~ SALINAN Menimbang BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada umumnya dimulai dari tahapan perencanaan, proses pelaksanaan sampai dengan evaluasi pelaksanaan, partisipasi masyarakat

Lebih terperinci

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SD NEGERI 2 GEMEKSEKTI KEBUMEN

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SD NEGERI 2 GEMEKSEKTI KEBUMEN 2.036 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 21 Tahun ke-5 2016 PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SD NEGERI 2 GEMEKSEKTI KEBUMEN THE PARTICIPATION OF SCHOOL COMMITTE TO IMPROVE

Lebih terperinci

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR AL FALAAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR AL FALAAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR AL FALAAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 I T A S M U H A M M A D I V E R S U N I YA H S U R A K A R T A NASKAH

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Peran dan fungsi komite sekolah dalam peningkatan mutu sekolah merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Dengan demikian nilai modal ( human capital ) suatu bangsa tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Dengan demikian nilai modal ( human capital ) suatu bangsa tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu bentuk investasi sumber daya manusia ( SDM ) yang lebih penting dari investasi modal fisik. Pendidikan memberikan sumbangan yang amat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (PROPENAS) Tahun Dalam BAB VII PROPENAS. ini memuat tentang Pembangunan Pendidikan, dimana salah satu arah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (PROPENAS) Tahun Dalam BAB VII PROPENAS. ini memuat tentang Pembangunan Pendidikan, dimana salah satu arah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hubungan kemitraan antara pihak Sekolah dengan Orang Tua peserta didik, mula-mula tergabung dalam wadah yang diberi nama Persatuan Orang Tua Murid dan Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan peluang berpartisipasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan peluang berpartisipasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma pemerintah dari sentralisasi ke desentralisasi telah membuka peluang masyarakat untuk meningkatkan peran sertanya dalam mengelola pendidikan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekolah,ketua komite sekolah, orang tua siswa maupun guru-guru, diperoleh gambaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekolah,ketua komite sekolah, orang tua siswa maupun guru-guru, diperoleh gambaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik kepala sekolah,ketua komite sekolah, orang tua siswa

Lebih terperinci

MASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

MASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF PERAN SERTA Click to edit Master subtitle style MASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF Oleh: Ahmad Nawawi JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2010 Latar Belakang Lahirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan faktor yang secara signifikan mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu pembangunan pendidikan memerlukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan Program MBS di Jawa Barat Pendidikan merupakan hal penting bagi perkembangan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI SATUAN PENDIDIKAN (Darwis Sasmedi, Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan)

PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI SATUAN PENDIDIKAN (Darwis Sasmedi, Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan) PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI SATUAN PENDIDIKAN (Darwis Sasmedi, Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan) Pendahuluan Tantangan yang dihadapi oleh kepala sekolah semakin beragam dan cepat berubah.

Lebih terperinci

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd Pendahuluan Govinda (2000) dalam laporan penelitiannya School Autonomy and Efficiency Some Critical

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN: PERAN KOMITE SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN: PERAN KOMITE SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN: PERAN KOMITE SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Ivan Hanafi dan Mufti Ma sum Universitas Negeri Jakarta email: ivan.hanafi@gmail.com Abstrak: Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia mulai memberlakukan desentralisasi tata kelola sistem pendidikan dasar dan menengah sebagai bagian dari pengalihan tanggung

Lebih terperinci

UNIT 3: KUNJUNGAN SEKOLAH

UNIT 3: KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 3: KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 3: KUNJUNGAN SEKOLAH Waktu: 330 menit A. PENGANTAR Penerapan MBS (Unit 1-3) di sekolah tidak sulit. Pengertian MBS tidak hanya dimiliki secara teoretis tetapi juga diperoleh

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH NOMOR 044/U/2002 MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENDUKUNG KELANCARAN PEMBELAJARAN JURNAL. Oleh

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENDUKUNG KELANCARAN PEMBELAJARAN JURNAL. Oleh STUDI DESKRIPTIF TENTANG PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENDUKUNG KELANCARAN PEMBELAJARAN JURNAL Oleh ANELIA SENJA PRATIWI EEN YAYAH HAENILAH M. THOHA B.S. JAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Tinjauan Tentang Kualitas Pendidikan Setiap negara diseluruh dunia begitu menekankan pentingnya kualitas pendidikan. Salah satu langkah konkret untuk meningkatkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. OLEH: ASEP SURYANA,M.Pd.

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. OLEH: ASEP SURYANA,M.Pd. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH OLEH: ASEP SURYANA,M.Pd. Skema pendidikan Tumbuh dan berkembang Fisik Psikis Sosial Religi ESSQ Manusia Indonesia Seutuhnya Pendidikan Jalur, Jenis, Jenjang Orang Tua Pemerintah

Lebih terperinci

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH B2-2

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH B2-2 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH FA Book 2 2.indd 1 10/26/10 1:59:35 PM FA Book 2 2.indd 2 10/26/10 1:59:35 PM DAFTAR ISI A. Alasan Perlunya Manajemen 03 Berbasis Sekolah B. Pilar MBS 04 C. Landasan Hukum 06

Lebih terperinci

PERANAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 06 DEDAI

PERANAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 06 DEDAI PERANAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 06 DEDAI Lina Haryati, Mardawani, & Agusta Kurniati STKIP Persada Khatulistiwa, Jl.Pertamina, Sengkuang, Sintang.

Lebih terperinci

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PELAYANAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 TANETE RILAU KABUPATEN BARRU Zulfadilah Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa pengurus komite

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. internasional bukan lagi lokal atau nasional (Permadi, 2007). Untuk menjawab

BAB 1 PENDAHULUAN. internasional bukan lagi lokal atau nasional (Permadi, 2007). Untuk menjawab BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak globalisasi telah memasuki berbagai aspek kehidupan. Disadari atau tidak semua kalangan perlu menyiapkan diri dan menyikapinya dengan baik. Pada era ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG 54 BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG A. Analisis Pengelolaan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SD Islam Al

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

MATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd

MATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd MATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH By: Estuhono, S.Pd, M.Pd Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Estuhono, S.Pd, M.Pd Latar Belakang Muncul MBS 1. UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai fungsi dan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

KONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) KONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) (Pada SMK Negeri di Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Asep Mahmud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah adanya partisipasi masyarakat di dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pendidikan dasar

Lebih terperinci

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajeman Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian I. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Salah satu implikasi dari desentralisasi pendidikan di Indonesia yaitu berlakunya sebuah manajemen yang dinamakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Wohlstetter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 13 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 13 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 13 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. Bahwa dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 2.1.1. Pengertian MBS Dalam era otonomi daerah, persoalan pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan memerlukan adanya perbaikan dan reorientasi

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH Di SD Muhammadiyah Condong Catur Oleh: Dr. Qurratul Aini, M. Kes PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1. Manajemen Pendidikan Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini populer di berbagai bidang pekerjaan. Manajemen menjadi sebuah hal yang menarik

Lebih terperinci

BAB III RENCANA STRATEGIS PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

BAB III RENCANA STRATEGIS PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR BAB III RENCANA STRATEGIS PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR 2005-2009 BAB III RENCANA STRATEGIS PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR 2005-2009 27 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional kita telah beberapa kali mengalami pembaharuan kurikulum, mulai dari Kurikulum 1994 sampai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum

Lebih terperinci

1. Pendahuluan June, Volume 1 Number 1 Efektivitas Kinerja Komite Sekolah di SMP Negeri 1 Banjarsari. Sunardi

1. Pendahuluan June, Volume 1 Number 1 Efektivitas Kinerja Komite Sekolah di SMP Negeri 1 Banjarsari. Sunardi 2017 June, Volume 1 Number 1 Efektivitas Kinerja Komite Sekolah di SMP Negeri 1 Banjarsari Sunardi Program Studi Magister Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Galuh. Jl. R.E Martadinata

Lebih terperinci

1. Menjelaskan konsep interaksi dengan orangtua dalam Komite Sekolah berkaitan dengan Implementasi Kurikulum 2013.

1. Menjelaskan konsep interaksi dengan orangtua dalam Komite Sekolah berkaitan dengan Implementasi Kurikulum 2013. PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BIMTEK IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 1. Menjelaskan konsep interaksi dengan orangtua dalam Komite Sekolah berkaitan dengan Implementasi Kurikulum 2013. 2. Menyusun perencanaan

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Implementasi Manajemen Berbasis.. (Muhammad Sahnan) 1

Implementasi Manajemen Berbasis.. (Muhammad Sahnan) 1 Implementasi Manajemen Berbasis.. (Muhammad Sahnan) 1 IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH SUATU ALTERNATIF PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI INDONESIA Muhammad Sahnan Dosen Universitas Bung

Lebih terperinci

Disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok Oktober 2016

Disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok Oktober 2016 Disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok Oktober 2016 1. Kedudukan, Fungsi dan Tugas : Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan 2. Indkator Kerja Dewan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Manajemen Humas dan Partisipasi Masyarakat Sekitar Sekolah di Madrasah Aliayah Mu allimin Mu allimat Rembang 1. Pelaksanaan manajemen humas di Madrasah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar (SD) yang tergabung dalam Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Di Gugus Maju terdapat 7

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa sebagai amanat Undang-Undang

Lebih terperinci