MANFAAT KAJIAN FILASAFAT, NILAI ETIKA DAN PRAGMATIS ILMU PENGETAHUAN UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN ILMIAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANFAAT KAJIAN FILASAFAT, NILAI ETIKA DAN PRAGMATIS ILMU PENGETAHUAN UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN ILMIAH"

Transkripsi

1 ISSN ISSN-L MANFAAT KAJIAN FILASAFAT, NILAI ETIKA DAN PRAGMATIS ILMU PENGETAHUAN UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN ILMIAH Tjen Dravinne Winata Universitas M.H. Thamrin Jakarta Abstrak: Untuk melakukan penelitian ilmiah yang benar, peserta didik tingkat akademi/universitas di Indonesia perlu mengetahui metode ilmiah, nilai etika dan nilai pragmatis yang dikaji dari filsafat ilmu pengetahuan. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang peraturan-peraturan metode ilmiah dalam melakukan penelitian ilmiah, melalui kajian filsafat ilmu pengetahuan, nilai etika dan nilai pragmatis dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan. Jenis penelitian ini adalah kajian pustaka dengan pendekatan secara retrospektif kualitatif. Dapat disimpulkan bahwa: (1) Metode ilmiah yang dilaksanakan secara bertanggungjawab sesuai hukum dan peraturan-peraturan penelitian, akan menjamin kesahihan hasil penelitian. 2. Hal mendasar dalam melakukan penelitian ilmiah adalah sistematis, benar, jelas dan logis dengan metode ilmiah yang dapat dipertanggung-jawabkan serta sesuai hukum atau aturan penelitian. (3) Metode ilmiah sebagai langkahlangkah, hukum atau aturan dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan adalah: (a) Perumusan masalah, (b) Pengajuan hipotesis, (c) Proses deduksi hipotesis melalui kajian literatur, (d) Pembuktian hipotesis melalui proses induksi, (e) Penerimaan hasil penelitian menjadi ilmu atau teori ilmiah baru yang bersifat kontruktif. Kata kunci: metode ilmiah, ilmu, pengetahuan, penelitian. Abstract: To conduct a scientific research, the students of the Academy/University in Indonesia need to know the scientific method, ethical values and the value of the examined from pragmatic philosophy of science.the purpose of this paper is to obtain an overview of the rules of the scientific method in conducting a scientific research, through the study of philosophy of science, ethics, values and pragmatic value in searching for the truth of science. The method used literature review with a qualitative retrospective approach. It can be concluded that: (1) the scientific method that is implemented in a responsible and legal research, regulations would ensure the validity of research results, (2) The fundamental thing in conducting scientific research is a systematic, correct, clear and logical scientific methods as well as appropriate defensible laws or rules of the study, (3) The scientific method as measures, laws or rules in seeking the truth of science are: (a) formulation of the problem, (b) the filing of a hypothesis, (c) the process of deduction hypothesis through the study of literature, (d) Proving the hypothesis through the process of induction, (e) the acceptance of the results of the research become a new scientific theory or science that is constructive. Key words: scientific method, science, knowledge, research. PENDAHULUAN Latar belakang penulisan makalah ini adalah perlunya upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dimana salah satunya melalui penerapan metode ilmiah tanpa mengabaikan nilai etika dan nilai pragmatis dalam pelaksanaan penelitian ilmiah sebagai pemenuhan persyaratan kelulusan bagi peserta didik tingkat akademik/universitas di Indonesia. Hal ini mengingat masih terdapat peserta didik yang terpaksa drop out, karena sejak awal kurang memahami hukum atau peraturan-peraturan metode ilmiah dalam penelitiannya, sehingga tidak mampu menyelesaikan tugas akhir sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pengembangan intelektual dan profesionalisme masyarakat, serta perannya menjadi semakin penting saat Indonesia harus menjadi kuat dalam menghadapi persaingan global. Menurut USAID (2014), berdasarkan hasil monitoring UNESCO terhadap fasilitas, akses, dan pemerataan atas distribusi institusi pendidikan telah terjadi penurunan peringkat kualitas pendidikan di Indonesia sebesar ±0,1% pada tahun Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang peraturan-peraturan metode ilmiah dalam melakukan penelitian ilmiah, melalui kajian filsafat ilmu pengetahuan, nilai etika dan nilai pragmatis dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan yang sudah berkembang sejak pertengahan abad ke 2. Jenis penelitian ini adalah kajian pustaka dengan pendekatan secara retrospektif kualitatif. PEMBAHASAN Perbedaan Pengetahuan dan Pengalaman Menurut Soekidjo N.(2005), perbedaan pengetahuan (knowledge) dengan ilmu (science) adalah hanya pada keguna untuk eksistensi kehidupan sehari-hari atau hanya Jurnal Ilmiah WIDYA 32 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

2 bersifat sebagai existensial pragmatis, yang diperoleh manusia dari bakatnya. Hal ini untuk mengetahui segala sesuatu yang berasal dari pengalaman persentuhan inderanya (empirisme) dengan obyek pada alam sekitar yang nyata maupun tidak. Pengalaman ini akan menjadi pengetahuan jika manusia membuat keputusan untuk mengolah obyek pengalaman, menurut sudut pandangnya berdasarkan akal budinya (rasionalisme). Perbedaan sudut pandang manusia ini yang membedakan pengetahuan yang dihasilkan sedangkan upaya mencari kaitan dan hubungan antara pengetahuan yang satu dengan yang lain telah memicu manusia untuk selalu berpikir analitik. Pengetahuan ini baru dapat disebut ilmu (science) jika sudah dikaji secara ilmiah, dengan kriteria: (1) mengandung 2 tingkat kesadaran yaitu: (a) Kesadaran tingkat pertama; kesadaran adanya obyek (dalam keyakinan), (b) Kesadaran tingkat kedua; kesadaran bahwa ia sadar adanya obyek (fakta/empiris berdasarkan panca indera sebagai alat bantu). (2) Jenis pengetahuan yang terdiri: (a) Pengetahuan khusus; pengetahuan hanya mengenai satu saja, contohnya segitiga lancip, meja makan, rumah joglo, (b) Pengetahuan umum; pengetahuan yang berlaku bagi seluruh jenis dan masingmasing dalam macamnya sendiri, contohnya segitiga, meja, rumah. (c) Pengetahuan biasa; pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari tanpa mengetahui lebih lanjut atau seluk beluknya, contohnya tahu tentang air, binatang, laut, (d) Pengetahuan tidak biasa; pengetahuan yang tidak sekedar apanya sesuatu, tetapi sampai pada mengapa dan bagaimana sesuatu itu ada. Beberapa Dasar Ilmu Pengetahuan Menurut Soekidjo N. (2005): Ilmu pengetahuan harus didasarkan pembuktian pengetahuan yang berasal pengalaman empiris (fakta), dan dibatasi oleh sifat fenomena (gejala/kejadian/ keadaan pada suatu saat tertentu) terhadap suatu obyek yang menyentuh indera dan telah diolah dan diputuskan berdasarkan akal budi (rasio) subyek. Menurut Toeti N. (2005) dan Wikipedia (2014) bahwa terdapat 4 hal mendasar yang dipertanyakan tentang pengetahuan agar dapat dikategorikan menjadi ilmu pengetahuan ilmiah yaitu: 1. Sumber Pengetahuan; wilayah filsafat yang mempertanyakan tentang bagaimana cara pengetahuan diperoleh yakni (a) sumber rasio dan (b) religi yang dalam perkembangannya telah menyebabkan keberpihakan tentang sumber pengetahuan ini, dan membagi faham Filsafat menjadi 2, yaitu (1) Faham Rasionalisme, dipelopori oleh Rene Descartes sebagai Bapak Filsafat Rasionalisme/Bapak Filsafat Modern, diikuti oleh Spinoza dan Reibnis. Faham ini berkembang di Eropa dan dikenal sebagai Filsafat Anglosaxon, mengakui rasio/akal/pikiran sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan yang pasti benar, selanjutnya dikenal sebagai cara berpikir deduktif. Pengetahuan yang dihasilkan adalah pengetahuan apriori yang mengandalkan pengetahuan akal budi atau pengetahuan sebelum tahu atau mendahului pengalaman; (2) Faham Empirisme; dipelopori oleh David Hume diikuti oleh Berkeley dan John Lock, yang berkembang di Inggris dan dikenal sebagai Filsafat continental, faham ini mengakui indera dalam memperoleh pengetahuan berdasarkan fakta-fakta dari pengalaman empiris sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan yang pasti benar karena akal budi hanya dapat berfungsi kalau ada acuannya realitas atau pengalaman, selanjutnya dikenal sebagai cara berpikir induktif. Pengetahuan yang dihasilkan adalah pengetahuan aposteriori, yaitu pengetahuan berdasarkan pengalaman panca indera yang sudah dibuktikan kebenaran faktanya. Faham Sintesis; yang dipelopori oleh Immanuel Kant merupakan upaya sintesis atau penggabungan kedua faham Rasionalisme dan Empirisme, faham ini yang percaya bahwa pengetahuan harus didukung oleh kedua sumber yang ada, baik sumber pengetahuan berdasarkan pertimbangan rasio maupun pengetahuan empiris yang tertangkap dalam ruang dan waktu. Pengalaman (empirisme) yang diperoleh melalui indera penting sebagai dasar membentuk pengetahuan, akal budi (rasionalisme) juga penting untuk mengolah pengalaman tersebut. Jurnal Ilmiah WIDYA 33 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

3 Menurut Immanuel Kant: pengetahuan tanpa rasio adalah buta, pengetahuan tanpa empiri adalah kosong. Ilmu Pengetahuan harus merupakan hasil dari perpaduan kedua sumber pengetahuan rasio dan empiris atau cara berpikit deduktif (rasio) dan induktif (pengalaman empiris indera). Masalah lainnya adalah adanya perbedaan antara individu yang satu dengan individu yang lain, dimana apa yang sama-sama dialami secara fisik/indera manusia oleh masing-masing individu, akan memberikan kesan persepsi yang diterima/pengalaman berbeda-beda pada masingmasing individu. Dengan kata lain pengetahuan yang berawal dari pengalaman sehari-hari yang sama (misalnya bahasa dan pengalaman), dapat berkembang menjadi teori yang berbeda, sebagai akibat cara berpikir/akal sehat/penalaran akal budi/fokus pengamatan yang berbeda. sebagai contoh teori figure-ground phenomena atau Psikologi Gestalt, dimana manusia dapat dengan mudah menangkap bentuk/figure, karena ada kontur (garis bentuk) yang membatasi bentuk dari latar di belakangnya. Untuk dapat melihat gambar latar berupa 2 (dua) wajah saling berhadapan, menurut Psikologi Gestalt, manusia dituntut melakukan pengamatan lebih terhadap bagian-bagian dari bentuk yang harus tampak terorganisir. Gambar 1. Psikologi Gestalt, Figure- ground Phenomena. Bentuk/figure (Warna Hitam- Vas Bunga) dan Latar/ground (Warna Putih - Dua Wajah Saling Berhadapan). Sumber Multistability, Wikipedia, the Free Encyclopedia-en.wikipedia. org/ wiki/gestalt_psychology. 2. Batas-batas Pengetahuan; adalah pada apa yang kita ketahui dan apa yang tidak kita ketahui dan tercakup dalam ruang dan waktu. Hal ini dibedakan menjadi: (1) Fenomenon (gejala); batas pengetahuan yang dapat di ketahui, dan dapat ditangkap oleh panca indera serta prinsip bahwa semua yang di lihat ini adalah gejala; dan (2) Nomenon; sesuatu yang tidak diketahui dan berada di luar jangkauan indera kita, tetapi sangat nyata dan sangat mempengaruhi dan sangat berarti dalam menata hidup agar kita menjadi orang yang bermoral dan beragama, misalnya Tuhan, jagat raya, nasib manusia, jiwa, ide, dan lain lain. 3. Struktur Pengetahuan; dibedakan menjadi dua yaitu Subyek dan Obyek dengan batas-batas tertentu. Rene Descartes membedakan batas-batas subyek dan obyek menjadi 2 substansi kesadaran, yaitu (a) Res Cogitans; kesadaran subyek tentang kehadiran dan keberadaannya. Dengan moto: Saya berpikir maka saya ada (cogito ergo sum), Aku merupakan kesadaran, dan (b) Res extensa; keluasan obyek yang dihadapi kesadaran (substansi res extensa). 4. Keabsahan Pengetahuan; dibedakan berdasarkan 3 teori kebenaran pengetahuan, yaitu: (a) Kebenaran Koherensi; jika tidak ada kontradiksi antara gagasan yang satu dengan gagasan yang lain, maka kedua gagasan bersifat koheren atau konsisten karena kedua gagasan tersebut sama. Sebagai contoh, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu (misalnya pada proposisi tentatif/hipotesis) bersifat koheren atau konsisten dengan hasil penelitian/teori/ pernyataan sebelumnya (b) Kebenaran Korespondensi (veritas est adaequatio rei et intellectus); jika ada persesuaian atau hubungan antara ide (gagasan pada proposisi tentatif/hipotesis) dengan deskripsi realitas obyek dari ide atau fakta empiris hasil penelitian/ observasi/ eksperimen. Sebagai contoh, ide atau gagasan baru dianggap benar jika hasil survei memang benar, misalnya ide bahwa semua peserta didik S3 mempunyai mobil mewah. Untuk menyatakan bahwa ide ini benar maka harus dilakukan survei dahulu. Jadi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung dalam pernyataan tersebut, berkorespondensi (ada persesuaian/hubungan) dengan obyek (deskripsi realitas obyek/hasil penelitian) yang dituju oleh pernyataan tersebut; dan (c) Kebenaran Pragmatis; jika ada Jurnal Ilmiah WIDYA 34 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

4 kebenaran yang bersifat konstruktif dan asas manfaat bagi kesejahteraan masyarakat diukur dengan kriteria lain selain nilai benar. Sebagai contoh, kriteria fungsional dalam kehidupan praktis, nilai mantap, mahal, ekonomis untuk konstruksi jembatan, atau nilai aman dan etis untuk bedah jantung dan lain-lain. Contoh kebenaran pragmatis ilmu adalah jika ilmu itu bermanfaat, aman dan etis walau tidak koheren atau tidak korenpondensi, misalnya pada Ilmu Bedah Jantung. Menurut Toeti N. (2005): Hakikat kebenaran ilmu pengetahuan, harus dapat diverifikasi/dipertanggung-jawabkan lewat metodologi sebagai jalan yang harus dilalui/ditempuh untuk mengubah pengetahuan menjadi ilmu dan pelaksanaannya harus jelas dan logis. Perbedaaan Pengetahuan (Knowledge) dan Ilmu Pengetahuan (Science) Menurut Soekidjo N. (2005), seumum-umumnya ilmu pengetahuan masih harus didasarkan pada pembuktian ilmiah, baik berdasarkan pengalaman empiris maupun keputusan rasio yang mendalam. Jadi bukan sekedar mengetahui obyeknya saja tetapi penalarannya harus mencakup: (1) Penyelidikan/penelitian dengan cara/metode tertentu, dan (2) Dari hasil penyelidikan tersebut disusun teori yang sistematis, logis dan obyektif. Dengan kata lain ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri: 1. Ada Obyek; Obyek Ilmu Pengetahuan dibedakan menjadi obyek material sebagai obyek yang diselidiki, yang dapat sama atau juga umum serta obyek formal sebagai obyek khusus dari sudut mana ilmu itu dikaji dan yang mencirikan/membedakan ilmu satu dengan ilmu yang lain). Contohnya pada Sosiologi dan Psikologi, obyek materia manusia, akan tetapi untuk obyek formalnya berbeda. Obyek formal untuk Sosiologi adalah kebudayaan manusia, sementara obyek formal Psikologi pada keadaan psikologis manusia. 2. Ada Metode (Metodologi); yang menjamin untuk mencari kebenaran ilmu, berupa 3 sistem langkah atau peraturan yang menyangkut prosedur dalam rangka memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu, yaitu: (a) Proses Induksi; mengandalkan pengetahuan dari fakta-fakta pengalaman empiris yang dikumpulkan oleh masyarakat ilmiah sebagai hasil pengamatan indera dan dinilai paling penting oleh Thomas Kuhn. (b) Proses Deduksi; mengandalkan pengetahuan berdasarkan nalar/akal budi/rasio, yang dikenal sebagai dunia ide dan dinilai paling penting oleh Carl Popper. (c) Bahasa Ilmiah yang sangat erat hubungannya dengan logika dan statistika sebagai sarana berpikir ilmiah. 3. Disusun secara Sistematis mengikuti Logika Tertentu Ada 6 langkah dan 5 komponen informasi penting dalam pencarian kebenaran pengetahuan, yang harus dilaksanakan secara sistematis menurut urutan logika berpikir deduktif dan induktif, yaitu: a) Langkah 1: Penemuan atau Penentuan masalah (informasi pertama -masalah); Persepsi dan bahasa sebagai pengalaman sehari-hari masyarakat ilmiah. Persepsi adalah apa yang dilihat sehari-hari, variabel yang mempengaruhi persepsi: (1) atribut obyek persepsi, (2) situasi lingkungan sosial persepsi, dan (3) karakteristik subyek yang mempersepsi. Bahasa adalah bahasa yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat ilmiah, sedangkan pemurnian, adalah tuntutan agar persepsi dan bahasa (pengalaman sehari-hari) didefinisikan dengan akal sehat/rasio peneliti, terkendali/terarah sehingga menjadi istilah-istilah/konsep-konsep ilmiah yang dapat digunakan saat merumuskan masalah penelitian. b) Langkah 2: Perumusan Kerangka Masalah atau mendeskripsikan masalah dengan jelas; Masalah penelitian (problem) adalah masalah-masalah yang dijumpai oleh masyarakat ilmiah dalam kehidupan sehari-hari, yang harus dirumuskan secara ilmiah dalam konteks yaitu: (1) Latar Belakang Penelitian; Masalah dapat terjadi jika ada kesalahan/ kekeliruan atau perbedaan antara kenyataan yang dijumpai di lapangan dengan apa yang seharusnya (teori-teori ilmu pengetahuan dari hasil-hasil penelitian terdahulu/dari kepustakaan/internet). Masalahmasalah yang dijumpai ini disampaikan secara ringkas sebagai pernyataan dalam latar belakang tentang perlunya dilakukan penelitian. (2) Tujuan Penelitian disampaikan Jurnal Ilmiah WIDYA 35 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

5 dalam bentuk pernyataan ringkas tentang upaya untuk menjawab permasalahan. (3) Pertanyaan Penelitian. Perumusan masalah yang dijumpai sebagai pertanyaan yang harus dijawab melalui pelaksanaan penelitian berdasarkan hukum/kaidah-kaidah metode penelitian ilmiah. (4) Jawaban sementara atas masalah/pertanyaan penelitian disampaikan dalam bentuk hipotesa penelitian. (5) Jawaban akhir atas masalah, tujuan dan pertanyaan penelitian harus disampaikan dalam kesimpulan dan saran atas kesimpulan penelitian. c) Langkah 3: Pengajuan (perumusan) Hipotesis (informasi kedua-hipotesa). Hipotesis adalah proposisi tentatif sebagai hasil penggabungan konsep-konsep ilmiah dengan bahasa ilmiah, sehingga menjadi penyataan sementara peneliti yang dapat diverifikasi/dipertanggungjawabkan dan berisi gagasan/tebakan/jawaban sementara atas pertanyaan/masalah penelitian. Hipotesis dirumuskan berdasarkan adanya hubungan (sebab akibat/koherensi/ korespondensi dan konsisten) antara masalah penelitian dengan teori-teori dari hasil penelitian terdahulu (yang disampaikan sebagai tinjauan pustaka/kerangka teori penelitian). (informasi ketiga-teori). Perumusan hipotesa sangat dipengaruhi oleh kemampuan pengetahuan tertentu dari peneliti, karena mengandalkan rasio/cara berpikir/penalaran akal budi peneliti dan bertumpu pada fokus pengamatan peneliti yang dipengaruhi oleh keluasan pengalaman empiris peneliti (sesuai kenyataan obyektif). d) Langkah 4: Deduksi dari hipotesis; proses identifikasi fakta-fakta apa yang dapat dilihat di lapangan dengan memanfaatkan logika deduksi. Logika adalah upaya pengkajian dengan berpikir secara sahih. Logika digunakan selama proses penalaran dalam mencari pengetahuan, agar pengetahuan yang dihasilkan melalui proses berpikir mempunyai dasar kebenaran sehingga kesimpulan yang dihasilkan dapat dianggap sahih. Logika deduktif adalah upaya penarikan kesimpulan dari hal-hal yang umum menjadi hal-hal yang bersifat khusus (umum ke umum atau umum ke khusus) dalam rangka menghasilkan ilmuilmu deduktif. Dari berpikir secara logika deduktif akan dihasilkan ilmu pengetahuan yang bersifat rasional, koheren (tidak ada kontradiksi) dan konsisten dengan ilmu pengetahuan yang sebelumnya (hasilnya pengetahuan apriori= mengandalkan pengetahuan terdahulu sebelum proses tahu atau mendahului pengalaman). Pola berpikir yang digunakan adalah Silogismus, yaitu dari dua premis (pernyataan) ditarik satu kesimpulan, sebagai contoh: 1. Premis mayor: semua mahluk hidup mempunyai mata 2. Premis minor: ikan adalah mahluk hidup 3. Kesimpulan: ikan mempunyai mata e) Langkah 5: Pembuktian Hipotesis (Informasi keempat- Observasi/ eksperimen), melalui proses observasi/eksperimen/verifikasi/falsifikasi (error elimination); berdasarkan proses induksi yang dilakukan secara bersamaan dengan proses deduksi, untuk mengeliminasi kesalahan/kekeliruan agar tebakan/ pernyataan sementara peneliti (hipotesis) tidak salah/tidak keliru/tidak meleset dan kesimpulan dari fakta-fakta sesuai dengan hukum penelitian yang berlaku yaitu: (1) Hukum; yang dimaksud adalah dasar yang digunakan selama proses pembuktian kebenaran proposisi tentatif, kebenaran karena adanya hubungan sebab akibat/kesesuaian/tidak kontradiksi/konsistensi antara obyek penelitian dan perlakuan yang diberikan selama observasi/eksperimen. Hukum dapat berupa: (a) Teori paradigma, teori dominan hasil penelitian terdahulu, yang dimanfaatkan sebagai dasar untuk membuktikan proposisi tentative; (b) Langkah-langkah Metode ilmiah/ siklus empiris yang harus dilaksanakan.; dan (c) Hukum alamiah yang berlaku pada obyek penelitian, misalnya hukum berat jenis pada zat cair. (2) Falsifikasi; adalah upaya untuk mencoba menghilangkan kesalahan/ kekeliruan, agar hipotesa (penyataan yang masih harus dibuktikan melalui penelitian/eksperimen/obeservasi) tidak salah/keliru/meleset dan agar hasil penelitian tidak bertentangan/kontradiksi dengan teori-teori ilmu pengetahuan terdahulu, akan tetapi bukan berarti anomali (penyimpangan terhadap teori-teori) tidak dimungkinkan, karena anomali-anomali ini dapat menjadi pemicu Jurnal Ilmiah WIDYA 36 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

6 munculnya paradigma baru (teori-teori dominan baru) jika didukung konsensus antara para peneliti (intersubyektif). (3) Proses Deduksi; proses pembuktian memanfaatkan rasio/akal budi peneliti dan logika deduktif, memanfaatkan kepustakaan teori-teori ilmu pengetahuan hasil penelitian terdahulu sebagai titik tolak kerangka teori. (4) Proses induksi; proses pembuktian memanfaatkan indera dan pengalaman empiris peneliti dan logika induktif melalui penarikkan kesimpulan dari hal-hal yang khusus menjadi hal-hal yang bersifat umum untuk menghasilkan ilmu-ilmu induktif dengan kriteria, bahwa suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung oleh pernyataan tersebut. Sebagai contoh penyataan sementara/proposisi tentatif/ hipotesa harus berkorespondensi/berhubungan atau ada persesuaian/koheren/ tidak kontradiktif dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut dengan kata lain deskripsi realitas obyek hasil penelitian harus sesuai hipotesa penelitian. f) Langkah 6: Penerimaan Kesimpulan atau Hasil Pembuktian hipotesis menjadi teori ilmiah atau upaya generalisasi ilmu pengetahuan baru. (Informasi kelimakesimpulan); Kesimpulan harus berisi jawaban atas pertanyaan penelitian, dirumuskan sebagai hasil dari proses pembuktian hipotesis, melalui upaya observasi/eksperimen/klasifikasi yang didasarkan pada metode ilmiah/hukum/peraturan-peraturan yang menyangkut prosedur untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu dan menjadi dasar dalam merumuskan saran. 4. Menyangkut masyarakat profesional dan bersifat universal; Penelitian ilmiah dilakukan oleh ilmuwan dalam suatu masyarakat ilmiah tertentu secara profesional. Sifat universal ilmu pengetahuan didapat melalui upaya generalisasi teori hasil penelitian, dalam bentuk upaya yang bersifat kontruktif agar teori yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain demi kesejahteraan manusia. Nilai Etika dan Nilai Pragmatis Ilmu Pengetahuan Beberapa hal yang yang harus dipertimbangkan agar ilmu pengetahuan yang baru dihasilkan dari penelitian, dapat dikategorikan sahih dan bersifat universal, yaitu: 1. Teori hasil penelitian merupakan hasil pembuktian atas tebakan/hipotesa/proposisi tentatif yang teruji atau dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya, termasuk kebenaran pragmatis (nilai aman, manfaat, etis, dan nilai lainnya selain nilai benar) serta harus bersifat obyektif (tetap ada walau subyek sudah meninggal), sehingga ilmu/teori/ide-ide yang dihasilkan akan menjadi warisan bagi generasi manusia selanjutnya 2. Proses pelaksanaan penelitian selain harus didasarkan atas hukum penelitian, juga harus didasarkan pada:(a) Kekuatan argumentasi, (b) Mempercayai cara berpikir rasional, (c) Bersifat terbuka terhadap kritik dan kebenaran yang lain; (d) Bersifat pragmatis (konstruktif) dan harus didasari sifat-sifat: (1) Azas manfaat bagi orang banyak; (2) Tidak merubah kodrat manusia; (3) Tidak merendahkan martabat manusia,(4) Tidak mencampuri permasalahan tentang kehidupan (misalnya penggunaan alat kontrasepsi masih bertentangan dengan beberapa hukum agama), dan (5) Netral dari nilai yang bersifat dogmatis (misal Tuhan menciptakan sesuatu/cara tertentu) dalam menafsirkan hakekat realitas. Sesuai dengan norma etika penelitian yaitu nilai moral dalam pelaksanaan penelitian. Nilai etika mendorong orang-orang atas kesadaran, kemauan, dan keinginan bebasnya sendiri, untuk senantiasa menempatkan diri, bersikap, berperilaku, bertindak secara baik, benar, dan bertanggung jawab untuk menghindari hal-hal yang dinilai buruk dan salah oleh kaidah-kaidah moral, pandangan agama, dan pandangan hidup, serta oleh lingkungan sosial, budaya, dan kenyataan hidup di tengah masyarakat yang dipengaruhi dan terikat oleh perubahan-perubahan ruang dan waktu. Etika penelitian berperan sebagai ramburambu moral, untuk menjaga agar proses dan hasil penelitian maupun interaksi yang terjadi selama proses penelitian di antara peneliti dengan pemegang peran yang lain (promotor penelitian, dosen pembimbing, lembaga pendidikan, penyandang dana misalnya pabrik obat dan Jurnal Ilmiah WIDYA 37 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

7 obyek penelitian sebagai mahluk hidup, khususnya manusia), berlangsung sesuai dengan kaidah-kaidah moral. Nilai moral yang dikaji adalah terkait dengan nilai-nilai buruk (evil/bad/kejahatan) dan nilai-nilai kebaikan(good/keutamaan) tentang tingkah laku manusia maupun nilai etis dalam proses memperoleh maupun saat pemanfaatan ilmu serta pertanyaan-pertanyaan yang timbul karenanya. Contoh proses penelitian yang tidak sesuai etika adalah plagiatisme. Metode Penelitian Ilmiah dan Ilmu Pengetahuan Uraian tentang ciri-ciri, cara-cara, nilai etika dan nilai pragmatis dalam mengubah pengetahuan masyarakat ilmiah agar dapat dikategorikan menjadi ilmu pengetahuan ilmiah yang bermanfaat bagi kesejahteraan manusia, menjadi hal mendasar yang harus diperhatikan. Dalam melakukan penelitian ilmiah yang sistematis, benar, jelas dan logis dengan metode ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan serta sesuai hukum atau aturan penelitian seperti yang terlihat pada gambar 2 berikut: Gambar 2. Siklus Empiris sebagai Bagian dari Sistematika Penelitian Ilmiah Jurnal Ilmiah WIDYA 38 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

8 Gambar 3. Piramida Ilmu Pengetahuan sebagai Langkah-langkah Ilmiah dalam Memperoleh Kebenaran Ilmu Pengetahuan. Sumber: Hasil Modifikasi yang diadopsi dari Makalah Diskusi Soekidjo N dan Toeti N (2005). Metode ilmiah sebagai langkah-langkah, hukum atau aturan dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan adalah: (1) Perumusan masalah penelitian yang harus tergambar dalam latar belakang, tujuan dan pertanyaan penelitian; (2) Pengajuan hipotesis sebagai pernyataan atau jawaban sementara atas pertanyaan yang mewakili tujuan penelitian; (3) Proses deduksi hipotesis melalui kajian literatur agar hasil penelitian konsisten dan koheren dengan ilmu pengetahuan sebelumnya; (4) Pembuktian hipotesis melalui proses induksi (observasi/eksperimen/ verifikasi/falsifikasi atau error elimination agar tebakan keliru/tidak meleset) yang dilakukan secara bersamaan dengan proses deduksi tanpa mengabaikan nilai etika penelitian; sampai (5) Penerimaan hasil penelitian menjadi ilmu atau teori ilmiah baru yang bersifat kontruktif bagi kesejahteraan manusia karena bernilai pragmatis nilai manfaat, etis, aman, efisien, efektif, dan nilai lainnya. PENUTUP Kesimpulan 1. Metode ilmiah yang dilaksanakan secara bertanggungjawab sesuai hukum dan peraturan-peraturan penelitian, akan menjamin kesahihan hasil penelitian. 2. Hal mendasar dalam melakukan penelitian ilmiah adalah sistematis, benar, jelas dan logis dengan metode ilmiah yang dapat dipertanggung-jawabkan serta sesuai hukum atau aturan penelitian. 3. Metode ilmiah sebagai langkah-langkah, hukum atau aturan dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan adalah: (a) Perumusan masalah, (b) Pengajuan hipotesis, (c) Proses deduksi hipotesis melalui kajian literatur, (d) Pembuktian hipotesis melalui proses induksi, (e) Penerimaan hasil penelitian menjadi ilmu atau teori ilmiah baru yang bersifat kontruktif. Saran-saran 1. Perlu implementasi metode ilmiah yang benar dan bertanggung-jawab selama proses penelitian untuk Jurnal Ilmiah WIDYA 39 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

9 peningkatan kualitas pendidikan setingkat akademik /universitas di Indonesia. 2. Perlu sosialisasi metode ilmiah sebagai bagian sistematika penelitian ilmiah melalui proses pendidikan maupun media informasi lain untuk mendukung peserta didik dalam melakukan penelitian ilmiah sebagai pemenuhan persyaratan kelulusan setingkat akademik ke atas. DAFTAR PUSTAKA Budi Sampurna. Kebijakan, Etika dan Hukum Perumah-sakitan. Makalah Diskusi Jenjang Pendidikan S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakart Does Sampoerno. Penyelesaian Kasus Kelalaian Medis di RS. Makalah Diskusi Filsafat, Jenjang Pendidikan S3, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Jakarta Does Sampoerno. Visi Misi dan Pendekatan Kesehatan Masyarakat. Makalah Diskusi Filsafat, Jenjang Pendidikan S3, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta Does Sampoerno. Etika Kesehatan Masyarakat. Makalah Diskusi Filsafat, Jenjang Pendidikan S3, Fak. Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta Does Sampoerno. Etika Kedokteran. Makalah Diskusi Filsafat, Jenjang Pendidikan S3, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta Does Sampoerno. Etika Kedokteran Gigi. Makalah Diskusi Filsafat, Jenjang Pendidikan S3, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta html, Education System in Indonesia, diunduh tanggal 21Maret Samsi Jacobalis. Etika Rumah Sakit. Makalah Diskusi, Jenjang Pendidikan S2 Fak. Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta Samsi Jacobalis. Komite Medis Organisasi Manajemen RS. Science Buddies, Step of Science Methode, diunduh Reflection on Education in Indonesia, USAID diunduh dari (2014) Soekidjo Notoatmodjo. Etika dan Hati Nurani. Tanpa Penerbit. Tanpa Soekidjo Notoatmodjo. Etika sebagai Cabang Filsafat. Tanpa Penerbit. Tanpa Soekidjo Notoatmodjo. Etika: Kebebasan dan Tanggung Jawab, Hak dan Kewajiban. Tanpa Penerbit. Tanpa Soekidjo Notoatmodjo. Makalah Diskusi Filsafat, Jenjang Pendidikan S3, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta Soekidjo Notoatmodjo. Metode Ilmu Pengetahuan. Tanpa Penerbit. Tanpa Soekidjo Notoatmodjo. Pengantar Filsafat. Tanpa Penerbit. Tanpa Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-prinsip Logika sebagai Sarana Berpikir Ilmiah. Tanpa Penerbit. Tanpa Soekidjo Notoatmodjo. Proses Berpikir Ilmiah (Induksi-Deduksi). Tanpa Penerbit. Tanpa Tuti Nurhadi. Aksiologi Ilmu Pengetahuan. Tanpa Penerbit. Tanpa Tuti Nurhadi. Epistemiologi Ilmu Pengetahuan. Tanpa Penerbit. Tanpa Tuti Nurhadi. Hakekat Ilmu dan Kebenaran Ilmiah. Tanpa Penerbit. Tanpa Tuti Nurhadi. Ilmu Pengetahuan dan Etika. Tanpa Penerbit. Tanpa Tuti Nurhadi. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Tanpa Penerbit. Tanpa Tuti Nurhadi. Makalah Diskusi Filsafat Jenjang Pendidikan S3, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta Tuti Nurhadi. Ontologi Ilmu Pengetahuan. Tanpa Penerbit. Tanpa Wikipedia. Pendidikan di Indonesia, diunduh dari en.wikipedia.org/wiki/education_in_indonesia (2014). Wikipedia. Psikologi Gestalt dan Persepsi Sosial, diunduh dari Multistability, Wikipedia. the Free Encyclopedia - en.wikipedia.org/wiki/ gestalt_psychology dan perception, Wikipedia, the Free Encyclopedia - en.wikipedia.org/wiki/social_perception (2014). Jurnal Ilmiah WIDYA 40 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT Prof. Dr. Almasdi Syahza,, SE., MP Peneliti Senior Universitas Riau Email : asyahza@yahoo.co.id syahza.almasdi@gmail.com Website : http://almasdi.staff.unri.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Agus Hasbi Noor Ilmu dan Proses Berpikir Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natura atau sosial yang berlaku umum dan sistematik.

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. M.MA., MA. M.MA., MA. 09/01/2016 1 Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (common sense) dan dengan ilmu pengetahuan. Ada empat hal pokok yang membedakan antara ilmu dan akal sehat. 1)

Lebih terperinci

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI PERTEMUAN 1 DOSEN VED,SE.,MSI.,AK.,CA MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH 1.1 Pengertian dan Komponen Ilmu 1.2 Metode Ilmiah 1.3 Penelitian

Lebih terperinci

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090) Akal dan Pengalaman Filsafat Ilmu (EL7090) EROPA History TEOLOGI ±10 Abad COSMOS RENAISSANCE Renaissance Age ITALY Renaissance = Kelahiran Kembali - TEOLOGIS - Rasionalitas dan Kebebasan Berfikir Martabat

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd FILSAFAT ILMU Irnin Agustina D.A.,M.Pd am_nien@yahoo.co.id Definisi Filsafat Ilmu Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine

Lebih terperinci

Bab 2 Ilmu Pengetahuan. Agung Suharyanto,M.Si Psikologi UMA 2017

Bab 2 Ilmu Pengetahuan. Agung Suharyanto,M.Si Psikologi UMA 2017 Bab 2 Ilmu Pengetahuan Agung Suharyanto,M.Si Psikologi UMA 2017 Apakah Ilmu Itu? (1) Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu, yang membedakan ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO PENELITIAN DAN METODE ILMIAH BY: EKO BUDI SULISTIO Email: eko.budi@fisip.unila.ac.id PENELITIAN Bhs Inggris : Research re kembali ; search mencari. Secara bahasa berarti mencari kembali Penelitian dapat

Lebih terperinci

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati Bentuk Dasar Pengetahuan Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia 2. Bentuk pengetahuan untuk

Lebih terperinci

Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah

Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah Modul ke: Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah PENGERTIAN PENELITIAN ILMIAH, METODOLOGI PENELITIAN, DAN LOGIKA BERPIKIR ILMIAH Fakultas Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU. Drs. Dede Kosasih, M.Si.

FILSAFAT ILMU. Drs. Dede Kosasih, M.Si. FILSAFAT ILMU Drs. Dede Kosasih, M.Si. DEFINISI Pengetahuan : Persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ilmu Pengetahuan : Kumpulan pengetahuan yang benar disusun dengan sistem dan

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh:

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh: MAKALAH FILSAFAT ILMU Tema: Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif Disusun oleh: Patricia M D Mantiri 10 312 633 Pend. Teknik Informatika I. Latar Belakang Masalah Sebelum membahas tentang penalaran

Lebih terperinci

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU KELOMPOK 8 A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU Logika berasal dari kata yunani logos yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. Logika sebagai ilmu merupakan elemen dasar setiap ilmu pengetahuan. Logika

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: Filsafat Ilmu dan Logika Pokok Bahasan: Cabang-cabang Filsafat Fakultas Fakultas Masyhar zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Cabang-cabang Filsafat Pokok Permasalahan yang

Lebih terperinci

ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian

ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian tedi - last 08/16 Ilmu. Ilmu adalah pengetahuan tentang fakta,

Lebih terperinci

Etika dan Filsafat. Komunikasi

Etika dan Filsafat. Komunikasi Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Pengantar Kepada Bidang Filsafat Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Rasa

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 01 Fakultas Psikologi Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1 Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM FILSAFAT UMUM Judul Mata Kuliah : Filsafat Umum

Lebih terperinci

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN Konsep merupakan suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat

Lebih terperinci

MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI JUMLAH SKS : 3 SKS MATA KULIAH PRASARAT AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II

MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI JUMLAH SKS : 3 SKS MATA KULIAH PRASARAT AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI JUMLAH SKS : 3 SKS MATA KULIAH PRASARAT AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II PENGERTIAN TEORI DALAM AKUNTANSI AKUNTANSI SEBAGAI ILMU Apa maksudnya? Beberapa definisi tentang akuntansi:

Lebih terperinci

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu CATATAN: Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu Makalah ini saya peroleh dari http://bisikanpena.wordpress.com/2010/10/08/suatu-pengantar-untukmemahami-filsafat-ilmu/. Isinya cukup baik untuk memberikan

Lebih terperinci

ILMU ALAMIAH DASAR. Pendekatan Ilmiah Dini Rohmawati

ILMU ALAMIAH DASAR. Pendekatan Ilmiah Dini Rohmawati ILMU ALAMIAH DASAR Pendekatan Ilmiah Dini Rohmawati dini_rohmawati@uny.ac.id FLASH BACK Mitos, Penalaran dan Pendekatan Ilmiah sebagai pangkal kelahiran IPA Ilmiah Penalaran Mitos FLASH BACK Pernyataan

Lebih terperinci

Pengertian Metodologi Penelitian. Hubungan Ilmu dan Penelitian

Pengertian Metodologi Penelitian. Hubungan Ilmu dan Penelitian Pengertian Metodologi Penelitian Metodologi Metode + Logi (/ logy dari kata logos = ilmu ) Ilmu : Suatu pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi Penelitian : Suatu penyelidikan yang hati-hati serta

Lebih terperinci

janganlah kamu mengikuti sesuatu tanpa ilmu, sebab pendengaran, penglihatan dan hati /akal akan dimintai pertanggung jawabannya (Q.

janganlah kamu mengikuti sesuatu tanpa ilmu, sebab pendengaran, penglihatan dan hati /akal akan dimintai pertanggung jawabannya (Q. janganlah kamu mengikuti sesuatu tanpa ilmu, sebab pendengaran, penglihatan dan hati /akal akan dimintai pertanggung jawabannya (Q.S 17 : 36) Sains (ilmu) Science (L) = to know Dikembangkan berdasarkan

Lebih terperinci

ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH

ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH Ilmu adalah sebagai aktivitas penelitian. Sudah kita ketahui bersama bahwa ilmu mempunyai andil yang cukup besar dalam perkembangan kehidupan manusia

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU KARAKTERISTIK ILMU Ernest van den Haag JENIS JENIS ILMU

DASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU KARAKTERISTIK ILMU Ernest van den Haag JENIS JENIS ILMU DASAR-DASAR ILMU Ilmu adalah hal mendasar di dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu manusia akan mengetahui hakikat dirinya dan dunia sekitarnya. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU RESENSI BUKU Judul : Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan Penulis : Mohammad Muslih Penerbit : Belukar Yogyakarta Cetakan : I, 2005 Tebal : XI + 269 halaman

Lebih terperinci

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA Bab 3 Filsafat Ilmu Agung Suharyanto,M.Si Psikologi - UMA 2017 Definisi Filsafat Ilmu Robert Ackermann Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapatpendapat ilmiah dewasa

Lebih terperinci

Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr.

Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr. Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr. Seorang peneliti jauh lebih baik berbuat kesalahan, ketimbang berkata yang tidak benar. Ilmu Pengetahuan (Science) Awal

Lebih terperinci

KONSEPSI-KONSEPSI FILSAFAT KOMUNIKASI

KONSEPSI-KONSEPSI FILSAFAT KOMUNIKASI Modul : FILSAFAT KOMUNIKASI Drs. Hasyim Purnama, M.Si KONSEPSI-KONSEPSI FILSAFAT KOMUNIKASI 1. Konsepsi Richard Lanigan Karyanya yang berjudul Communication Models in Philosophy, Review and Commentary

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

Lebih terperinci

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI Modul ke: Pokok Bahasan : PENGANTAR BIDANG FILSAFAT Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi (Marcomm) www.mercubuana.ac.id MENGAPA HARUS

Lebih terperinci

Pengetahuan dan Kebenaran

Pengetahuan dan Kebenaran MODUL PERKULIAHAN Pengetahuan Kebenaran Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 08 M-603 Shely Cathrin, M.Phil Abstract Kompetensi Kebenaran pengetahuan Memahami pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Logos yaitu akal, jika didefinisikan Logika adalah sesuatu yang masuk akal dan fakta, atau Logika sebagai istilah berarti suatu metode atau

Lebih terperinci

METODE ILMIAH. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

METODE ILMIAH. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 METODE ILMIAH Isti Yunita, M. Sc Isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 DASAR-DASAR PENGETAHUAN Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR Slamet Heri Winarno JARUM SEJARAH PENGETAHUAN Kriteria kesamaan dan bukan perbedaan yang menjadi konsep dasar Berlaku metode ngelmu yang tidak membedakan

Lebih terperinci

Dr. Sri Anggraeni, MSi

Dr. Sri Anggraeni, MSi Dr. Sri Anggraeni, MSi Pengertianilmu Ilmu berasal dari bahasa Arab : alima, ya lamu, ilman yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Science (I) : ways to knows Scientia(L) : pengetahuan Episteme (Y)

Lebih terperinci

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA Isti Yunita, M. Sc isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 1 Ciri makhluk hidup (manusia) 2 Sifat keingintahuan Manusia

Lebih terperinci

METODE RISET (Research Method)

METODE RISET (Research Method) METODE RISET (Research Method) PENELITIAN Suatu penyelidikan yang sistematis dan terorganisir untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan tertentu dan masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Tujuan melakukan

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika. Matematika dan Statistika

Filsafat Ilmu dan Logika. Matematika dan Statistika Filsafat Ilmu dan Logika Matematika dan Statistika MATEMATIKA Matematika sebagai Bahasa Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambing-lambang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI)

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI) BAHAN AJAR METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI) Dosen Pengampu : TASRIF, MPD Disusun oleh SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) BIMA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU

PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 09Fakultas Dr. PSIKOLOGI PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id KONSEP PENGETAHUAN Dalam Encyclopedia of

Lebih terperinci

METODE RISET (TMK602)

METODE RISET (TMK602) METODE RISET (TMK602) MATERI MINGGU I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1 MANUSIA MENCARI KEBENARAN Aspek Statis Pertanyaan Gejala Alam Ingin Tahu Penelitian Kebenaran Ilmiah Aspek Dinamis Jawaban 2 DASAR-DASAR

Lebih terperinci

MAGISTER DEGREE IN BUSINESS MANAGEMENT PADJADJARAN UNIVERSITY Prof. Dr. Sucherly, SE., MS

MAGISTER DEGREE IN BUSINESS MANAGEMENT PADJADJARAN UNIVERSITY Prof. Dr. Sucherly, SE., MS PHILOSOPHY OF SCIENCE MAGISTER DEGREE IN BUSINESS MANAGEMENT PADJADJARAN UNIVERSITY 2011 Philosoply, Science and Philosophy of Science Filsafat Filosofia (Yunani)= Falsafi (Arab) : Filo (cinta) dan Sofia

Lebih terperinci

KRISIS ILMU BARAT SEKULER DAN ILMU TAUHIDILLAH

KRISIS ILMU BARAT SEKULER DAN ILMU TAUHIDILLAH 1 KRISIS ILMU BARAT SEKULER DAN ILMU TAUHIDILLAH Dr. Ir. Harry Hikmat, MSi Staf Ahli Bidang Dampak Sosial KRISIS ILMU BARAT SEKULER Konsep sentral Kuhn ialah paradigma. Menurutnya, Ilmu yang sudah matang

Lebih terperinci

SILABUS. : Metode Penelitian Sosial Kuantitatif

SILABUS. : Metode Penelitian Sosial Kuantitatif SILABUS Nama Mata Kuliah Bobot Jenjang Studi Program Studi Semester Dosen : Metode Penelitian Sosial Kuantitatif : 2 Sks : S1 : Ilmu Pemerintahan : V (Reguler & Non Reguler) : Andri Helmi Munawar, SE.,

Lebih terperinci

Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah. Sulistyani, M.Si.

Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah. Sulistyani, M.Si. Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Berlatar belakang Penalaran deduktif (rasionalisme) dan induktif (empirisme) memiliki kelemahan dalam mengungkap

Lebih terperinci

Hendri Koeswara. Pertemuan 5

Hendri Koeswara. Pertemuan 5 ONTOLOGI DALAM ADMINISTRASI Hendri Koeswara Pertemuan 5 KONSEP ONTOLOGI ADMINISTRASI Ontos=ada, Logos=ilmu, ilmu yang mempelajari tentang ada Ontologi membahas dengan menggunakan pemikiran secara mendalam

Lebih terperinci

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Oleh : Agustina Abdullah *) Arti dan Pentingnya Filsafat Ilmu Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah,

Lebih terperinci

Buka Untuk melihat materi yang menyangkut matematika dan fisika

Buka  Untuk melihat materi yang menyangkut matematika dan fisika Buka http:ofiiick.blogspot.com Untuk melihat materi yang menyangkut matematika dan fisika Pengertian Penalaran, Pengertian Logika, Perbedaan Antara Penalaran Dan Logika, Beberapa Contoh Penalaran Deduktif

Lebih terperinci

TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI : TINJAUAN UMUM. DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI : TINJAUAN UMUM. DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI : TINJAUAN UMUM DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Pengertian dan ManfaatTeori Struktur dan Logika Teori Teori dan Ilmu Pengetahuan Ilmu

Lebih terperinci

TKS Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

TKS Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TKS 4209 Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME PERBANDINGAN TIGA FILSAFAT

Lebih terperinci

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Dosen Pembimbing: Dr. Hasaruddin Hafid, M.Ed Oleh: A. Syarif Hidayatullah PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SENI RUPA

Lebih terperinci

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. ILMU DAN MATEMATIKA ILMU Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. John Warfield; Ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan

Lebih terperinci

Etika dan profesi humas

Etika dan profesi humas Etika dan profesi humas NURJANAH, M.SI Falsafah sbg landasan teoritis etika Kata Filsafat dari bhs Yunani Philosopia Philo atau philien artinya cinta Sophia artinya :kebenaran Scr istilah falisafat berarti:

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Metode Penelitian Sosial Ekonomi

BAHAN AJAR : Metode Penelitian Sosial Ekonomi Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Metode Penelitian Sosial Ekonomi : VI Pertemuan Ke : 1 Pokok Bahasan Dosen : Konsep-konsep Dasar Penelitian

Lebih terperinci

PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I

PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I http://herwanp.staff.fisip.uns.ac.id 1 Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme, yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat,

Lebih terperinci

Dosen: Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran

Dosen: Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran Agama, Filsafat, Ilmu, Teori, dan Penelitian Kuliah 2 Metodologi Ilmu Pemerintahan Dosen: Prof. Dr. H. Utang Suwaryo, Drs., M.A. Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu

METODE PENELITIAN. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu METODE PENELITIAN Wuryansari Muharini Kusumawinahyu Disarikan dari tulisan M. Laksono Tri Rochmawan, SE, MSi, Akt. Di http://www.sonilaksono.blogspot.com http://www.laksonotri.zoomshare.com Outline O Ilmu

Lebih terperinci

BAB 4 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

BAB 4 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN BAB 4 FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN Agung Suharyanto,M.Si PSIKOLOGI - UMA 2017 DEFINISI Pengetahuan : Persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ilmu Pengetahuan : Kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

KAJIAN ILMIAH TERHADAP PANCASILA

KAJIAN ILMIAH TERHADAP PANCASILA KAJIAN ILMIAH TERHADAP PANCASILA Pertemuan ke 4 suranto@uny.ac.id 1 Pengetahuan, Ilmu Empiris, dan Filsafat Manusia adalah makhluk berpikir (animal rationale). Dengan kemampuan pikirnya, manusia memiliki

Lebih terperinci

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT Pengetahuan adalah sesuatu yang sangat vital dan krusial dalam masa kehidupan manusia. Berbagai kajian telah dilakukan untuk kepentingan pengembangan

Lebih terperinci

FILSAFAT METODE PENELITIAN

FILSAFAT METODE PENELITIAN PAT S2 2017 Minat : Rekayasa Struktur Website: www.zacoeb.lecture.ub.ac.id e-mail : zacoebc93@gmail.com FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME

Lebih terperinci

Pertemuan ke-3-4 ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

Pertemuan ke-3-4 ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA Pertemuan ke-3-4 ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA A. Hakekat Manusia dan Sifat Keingintahuannya Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna Tetapi, apakah manusia adalah makhluk terkuat

Lebih terperinci

FILSAFAT DAN LOGIKA. Topik 13 SARANA BERPIKIR DEDUKSI DAN INDUSKI

FILSAFAT DAN LOGIKA. Topik 13 SARANA BERPIKIR DEDUKSI DAN INDUSKI FILSAFAT DAN LOGIKA Topik 13 SARANA BERPIKIR DEDUKSI DAN INDUSKI MATEMATIKA SEBAGAI BAHASA Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna. Lambang matematika bersifat artifisial yang baru

Lebih terperinci

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 11Fakultas PSIKOLOGI FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

Struktur Ilmu Pengetahuan Modern & Cara Memperoleh Pengetahuan Ilmiah: Penalaran (Scientific Reasoning) Kamis, 21 Mei 2015

Struktur Ilmu Pengetahuan Modern & Cara Memperoleh Pengetahuan Ilmiah: Penalaran (Scientific Reasoning) Kamis, 21 Mei 2015 Struktur Ilmu Pengetahuan Modern & Cara Memperoleh Pengetahuan Ilmiah: Penalaran (Scientific Reasoning) Kamis, 21 Mei 2015 Yang harus diingat... Apa itu ilmu pengetahuan? Sejarah Ilmu Pengetahuan Konstruksi

Lebih terperinci

TEORI TEORI AKUNTANSI AKUNTANSI

TEORI TEORI AKUNTANSI AKUNTANSI TINJAUAN MENYELURUH TEORI AKUNTANSI DIANA RAHMAWATI TEORI TEORI AKUNTANSI AKUNTANSI TEORI Istilah teori sering digunakan secara berbeda. Teori sering dinamakan dengan hipotesis atau proposisi. Proposisi

Lebih terperinci

Ilmu pengetahuan. himpunan pengetahuan yang diperoleh secara terorganisisr melalui prosedur dan metode tertentu yang kemudian disistema-tisasi

Ilmu pengetahuan. himpunan pengetahuan yang diperoleh secara terorganisisr melalui prosedur dan metode tertentu yang kemudian disistema-tisasi Ilmu pengetahuan himpunan pengetahuan yang diperoleh secara terorganisisr melalui prosedur dan metode tertentu yang kemudian disistema-tisasi Struktur Ilmu Pengetahuan dimulai dengan konsep awal berupa

Lebih terperinci

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA. Sulistyani, M.Si.

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA. Sulistyani, M.Si. ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Ciri-Ciri Manusia Organ tubuhnyakompleks dan sangat khusus terutama otaknya Mengadakan metabolisme Tanggap terhadap rangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika di mulai pada abad ke lima sebelum masehi. Berbagai mazhab di yunani yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa kebaikan itu adalah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009 BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta

Lebih terperinci

Bapak Dr. Rulam Ahmadi, M.Pd

Bapak Dr. Rulam Ahmadi, M.Pd DASAR-DASAR PENGETAHUAN MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Akhir Matakuliah Filsafat Ilmu Yang dibina oleh: Bapak Dr. Rulam Ahmadi, M.Pd Oleh: 1. SEPTIAN RAGIL A. NPM. 2131040055 2. NOVI NUR LAILISNA NPM. 2131040060

Lebih terperinci

Minggu ke. Media Tugas Referensi

Minggu ke. Media Tugas Referensi TIU : Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang prinsip ilmu dan logika, serta perbedaan antara ilmu,, benaran, definisi serta penalaran Minggu Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) ; Blog =nanikdn.staff.uns.ac.

ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) ; Blog =nanikdn.staff.uns.ac. ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) 821585 ; 081556431053 Email : nanikdn@uns.ac.id Blog =nanikdn.staff.uns.ac.id SISTEM PENILAIAN QUIS : 30% TUGAS : 20 % UJIAN (UAS):

Lebih terperinci

Pengantar Metodologi Penelitian. 1. Pengetahuan, Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pengantar Metodologi Penelitian. 1. Pengetahuan, Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pengantar Metodologi Penelitian 1. Pengetahuan, Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Akal budi dan sifat ingin tahu manusia, memampukan dan mendorongnya untuk melakukan penelitian: mengkaji fenomena

Lebih terperinci

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika A. MATEMATIKA Matematika Sebagai Bahasa Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka kita berpaling kepada

Lebih terperinci

SISTEMATIKA DAN INTI SKRIPSI

SISTEMATIKA DAN INTI SKRIPSI SISTEMATIKA DAN INTI SKRIPSI 4.1 Bagian Awal. Bagian awal dari skripsi terdiri atas : Halaman Judul. Halaman Persetujuan Pembimbing. Halaman Abstrak (dalam bahasa Indonesia) Halaman Abstract (dalambahasainggris)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME

METODE PENELITIAN FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME METODE PENELITIAN FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME 1 PERBANDINGAN TIGA FILSAFAT PRAPOSITIVISME REALITAS BERKEMBANG SECARA ALAMIAH METODE

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SCIENCE (I.P)

ILMU PENGETAHUAN SCIENCE (I.P) ILMU PENGETAHUAN SCIENCE (I.P) I. ASPEK ANTOLOGI ( BEING, WHAT, WHO) 1. DEFENISI I.P a. Sekumpulan proposisi sistematis yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang benar dengan ciri pokok yang bersifat

Lebih terperinci

ILMU ALAMIAH DASAR. Oleh. Albert Barus

ILMU ALAMIAH DASAR. Oleh. Albert Barus ILMU ALAMIAH DASAR Oleh Albert Barus ILMU ALAMIAH DASAR A. Manusia Selalu Ingin Tahu Issac Asimov (1920), mengatakan bahwa binatang sebagai Idle Curiosity (keingintahuan yang terbatas). Manusia justru

Lebih terperinci

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

PENGERTIAN FILSAFAT (1) PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI PENDAHULUAN Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Secara Etimologis : kata filsafat berasal

Lebih terperinci

Bab 6 Metodologi Ilmu

Bab 6 Metodologi Ilmu Arti Prinsip Prinsip Jenis jenis Langkah langkah Menu Utama Bab 6 Metodologi Ilmu ARTI ISTILAH Metode Cara yang ditempuh dlm ilmu untuk memperoleh kebenaran, sifatnya teknis Metode Ilmiah mencakup 4 aspek

Lebih terperinci

PreSeNtasi MakaLaH FiLsaFat Ilmu dengan TeMa

PreSeNtasi MakaLaH FiLsaFat Ilmu dengan TeMa PreSeNtasi MakaLaH FiLsaFat Ilmu dengan TeMa METODE ILMIAH (TUGAS MAKALAH FILSAFAT ILMU DEGAN DOSEN : TASRIF,M.PD.) A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari hari manusia sering menjumpai

Lebih terperinci

BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF

BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF UNIVERSITAS GUNADARMA NAMA : SRI SETIAWATY NPM : 18211261 KELAS : 3EA27 BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF A. DEFINISI BERPIKIR (PENALARAN) Berpikir (Penalaran) adalah sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1 Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1 Teori-teori kebenaran yang telah dikemukakan para filosuf: 1. Teori idealisme 2. Teori rasionalisme 3. Teori rasio murni (reinen

Lebih terperinci

KONSEP DASAR DAN HAKEKAT PENELITIAN

KONSEP DASAR DAN HAKEKAT PENELITIAN KONSEP DASAR DAN HAKEKAT PENELITIAN Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Oleh karena itu, sebelum

Lebih terperinci

Metode Ilmiah. Sudarko S.P.,M.Si. PS. Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember

Metode Ilmiah. Sudarko S.P.,M.Si. PS. Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember Metode Ilmiah Sudarko S.P.,M.Si. PS. Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember Kebenaran Ilmiah Ilmu pengetahuan itu secara teratur dan tersusun hingga memberikan pengertian tentang hakikat, kebenaran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN DALAM AKUNTANSI: PENGANTAR KULIAH

METODE PENELITIAN DALAM AKUNTANSI: PENGANTAR KULIAH METODE PENELITIAN DALAM AKUNTANSI: PENGANTAR KULIAH INFORMASI DOSEN Nama: Dr. Aji Dedi Mulawarman, MSA. Alamat rumah: Perum Persada Bhayangkara Singhasari Blok G-6, Pagentan, Singosari, Malang, 65153.

Lebih terperinci

SARANA BERPIKIR ILMIAH

SARANA BERPIKIR ILMIAH SARANA BERPIKIR ILMIAH PENDAHULUAN Ciri Utama Manusia BERPIKIR AKAL BERPIKIR ALAMIAH berdasarkan kebiasaan sehari-hari, dari pengaruh alam sekelilingnya ILMIAH berdasarkan sarana tertentu secara teratur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pengantar: Pengetahuan, Ilmu dan Kebenaran. Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc.

METODE PENELITIAN. Pengantar: Pengetahuan, Ilmu dan Kebenaran. Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. METODE PENELITIAN Pengantar: Pengetahuan, Ilmu dan Kebenaran Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini bertujuan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Oleh karena itu, sebelum

Lebih terperinci

MANUSIA, NILAI DAN MORAL

MANUSIA, NILAI DAN MORAL MANUSIA, NILAI DAN MORAL HAKIKAT NILAI-MORAL DALAM KEHIDUPAN MANUSIA Nilai dan Moral Sebagai Materi Pendidikan Ada beberapa bidang filsafat yang berhubungan dengan cara manusia mencari hakikat sesuatu,

Lebih terperinci

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

BAB V METODE-METODE KEILMUAN BAB V METODE-METODE KEILMUAN Untuk hidupnya, binatang hanya mempunyai satu tujuan yang terlintas dalam otaknya yaitu pemenuhan kebutuhan untuk makan. Manusia dalam sejarah perkembangannya yang paling primitifpun

Lebih terperinci

BAB IV Cabang Filsafat

BAB IV Cabang Filsafat BAB IV Cabang Filsafat A. Metafisika. Metafisika adalah pembahasan tentang keberadaan (Being) --> eksistensi manusia. Istilah lain metafisika: First philosophy., Knowledge of cause, the study of being

Lebih terperinci

KONSEP PENELITIAN ILMIAH. Imam Gunawan

KONSEP PENELITIAN ILMIAH. Imam Gunawan KONSEP PENELITIAN ILMIAH Imam Gunawan FOKUS KAJIAN 1. Makna kebenaran ilmiah. 2. Berbagai pendekatan untuk memperoleh kebenaran ilmiah. 3. Konsep dasar penelitian. 4. Kriteria penelitian yang baik 5. Fungsi

Lebih terperinci