PENGARUH PH LARUTAN FLUORIDA SEBAGAI JJAHAN REMINERALISASI TERHADAP PERMEABILITAS PA DA PERMUKAAN ENAMEL. OLEH drg. RINALDI BUDI UTOMO, MS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PH LARUTAN FLUORIDA SEBAGAI JJAHAN REMINERALISASI TERHADAP PERMEABILITAS PA DA PERMUKAAN ENAMEL. OLEH drg. RINALDI BUDI UTOMO, MS"

Transkripsi

1 ~.. LAPORAN PBNELITIAN PENGARUH PH LARUTAN FLUORIDA SEBAGAI JJAHAN REMINERALISASI TERHADAP PERMEABILITAS PA DA PERMUKAAN ENAMEL ;;;_ :... ' l ":":;r '! < ',.. ~ , '.... ' ~ ' '. OLEH drg. RINALDI BUDI UTOMO, MS Dilaksanakan atas biaya 1 nnana Penunjang Pendidikan Universitas Gadjah Mada Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian No. UGM /815/ M I 09/01/ Tanggal, 2 Januari 1989 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA DBPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KBBUDAYAAN I 9 I 9

2 DAFTAR TAB.EL 'l!abe~ ~ : Obat-obat yang di.ambi.l.. dar.l halamaa Kotamadya yogyakarta 20 T'abe~ 2 :- Obat-obat yang d:l.aabil. darj. ~onprogo 23 t_rabe~ 3 :- Qbat-obat yang di.ambi.l.. dari. daerah s~elllall :- Obat-abat yang diaabll dar.i - daerah. Bantul :- Obat-abat yang diambll dar.i Tabe~ 4 Tabe~ daerah. QUnung ~dul 30 :i.v

3 I.NTI.SARI sepert:i. diketahui,; sekaran.g i.ji.1. pengeabangan. ternak. di. Dldanesi.a sedez:riki an. pesatnya.. un.tuk. dapat berk.embang bai.k., kesehatan. hewan. perl.u di.jami.n. untuk. men.jam.in k.esehatan. hewan. id1. di.perlnkan berbagai sarana d:i.an.taranya adal.ah. obatobatan.. sebagai. aki.batnya di.prodnkstiah berbagai obat o~eh berbagai. pabri.k. 0 bat dan. pabrik makanan ternak yang kiranya perl.u diawasi. un.tuk mencegah.- persai.n.gan. yang ti.dak. sehat d.i. an.tara mereka. untuk i..tu. d1.j.akukan. peaeriksa.an. baik kual:ita t:i:r maupun. kuan.ti.tat:lt terhadap obat-abat yang beredar: di Daerah rstimewa yogyakarta.. Dar.i data yang diperoleh pada peaeriksa.an. kualitatif satu dian.taranya tidak. m.en.caatumkan kadar maupun baban akti..tnya,. sedangkan 1 ainnya aengandung bahan akti:r sesua:l de ngan yang tercan.t'wil pada etj.k.et. un.tuk peaeriksaan. k.uan.ti.tati..:fnya, dari. 50 sampe~ obat di.ketahu:l ada 6 obat yang tj.dak memenuhi. persyaratan.,. ya.i.tu mengan.dung bahan. akti.t d:lbawah juml ah yang di.tentukan. oleh FariiiB.kope J:ndanesi.a. Dua sampel. obat: 1 ai rmya ti.dak. mencan.tnmkan kadar bahan akti.tnya, sehi. ngga ti.dak dapat di.pertanggung jawabkan hasilnya.. nengan. denrikian dapat di..ambu kesi.mpul.an bahwa di.an.ta ra obat-obat hewan.. yang beredar ca. naerah Istimewa Yogyakar ta terdapat obat-obat yang ti.dak. aeaenuhi syarat karena mengandun.g bahan. ak.ti.t di.bawah jumlab yang te:l..ah diten.tuk.an. v

4 PENSARUH ph L:ARUTAN FLUORIDA TERHADAP PERI'EABILITAS PERMUkAAN/ ' ( oleh Rinaldi Budi,Utomo Laboratorium Kesehatan Sigi Anak FKG-USM ' '._.. /.

5 PRAKATA Mak.sud penelit.ian ini adalah untuk menget.ahui pengaruh ph larutan fluorida dalam asam terhadap permeabilitas permu.kaan . Dengan. mengetahui permaebilitas permuk.aan Msil olesan masin;..:.masing ph larutan fludrida dalam asam dapat diketahui pada ph berapa c:jari larutan fluorida dalam asam d n;an ph 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 mempunyai efek permeabi 1 i tat5 pad a emai 1 yang permeabilitasnya mendekati. normal. Pada penelitian 1.n1. di.pakai 27. natriurr.t fluorida dalam 167. asam. fosfat yang diatur ph nya dari. ph 1,. 2, 3, 4, 5 dan 6 kemudian.sebagai kontrol adalah permukaan. normal tanpa pengolesan larutan fluc;»rida dalam asam. Atas terlak.sananya penelitian ini ucapan terima kasih perlu disampaikan kepada Oekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas GadJah Mada yang telah memb,ri bantuan dana penelitian. 2. Kepa'la L.abKimia Nuklir bagian elektrokimia BATAN PPNY Vogyak.arta yang telah mengijinkan dan memberi fasilitas laboratorium untuk penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi profesi dan pembaca lainnya yang berminat.

6 iii PRAKATA DAFTAf'<.ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR lsi, PENGANTAR 1 A. Pendahuluan 1 B. Tinjauan pustaka 2 c. Permasalahan, Hipotesis dan Tujuan Penelitian 9 BAHAN DAN CARA KERJ A Pembuatan window Pe;ntiuatan l rutan Tehnik pengulas n F)engukuran perineabi 1 i ttas Cara analisis data Rangkumari car a. penal 1 tian 16 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN l7 1. Hasil pane 1 i tian Pembahasan 20 KESIMPULAN' RINGKASAN' DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. \ ii... "' ;._, v ' J

7 ,, iv OAFTAR TASEL Tabel It Rata-rata permeabilitas permukaan entail dengan pemberian larutan fluorida dalam as m ph 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan normal da1am satuan ppm ' T abe 1 I I : Anilva pengukuriln~ permeabi 1 i tas permukaan '9 dlltngan masing masing ph l rutan dan normal Tabel III Selisih harga rata-rata permeab~litas \9 permukaan dengan masing-masing perlakuan dan normal, I t7

8 v OAFTAR GAMBAR Gam bar 11 Persia pan sampel denq&n Gam bar 2: ph meter Bec:km'liln untuk pad a berbagai pk pambuatan window p~mbuatan larutan 11 1\ Gambar 3: Car a pengolesan sampel Gam bar 4: Car a penc;uc:ian setelah Gam bar 5: Alat Uji Permeabilitas pengo~esan buatan Tac:c:usel 13 1.} 15

9 1 PENGANTAR A PENDAHULUAN. _ Proses karies mer-upaka!"' suatu keadaan yang tidak seimbang antara proses hilanc;nya mineral dan proses pengendapan.mineral., Kadua proses tersebut dapat berganti-ganti dengan /b'erbagai tingkat intensitas tergantung pada sifat sali.;.,a, ~eber ihan mulut dan kebiasaan maktm (Reintsema dan Arends, 1986). Sejumlah.mineral akan hilang pada ptirmukaan karies dini tetapi akn barlanjut bartambah. banyak sehingga gejala karies tampak dibawah permukaan . GeJala karies eperti ini tampa!'t'' sebagai suatu area kecil berwarna putih buram yang ditandai dengan bertambah j:lorusnya . Akibat hilangnya mineral terjadi pelebar"an ronwoa anttar kristal, berar;ti permeabilitas permukaan meriingkat (Konig dan Hoogendoorn, 19&2). Hilangnya mineral akibat karies dapat kembali ' menj.adi normal. o1eh kemampu&n proses raminer&litlasi. Fluorida sabagai bah.-n ramineralis.asi merupakan larutan yang sangat baik dan d'iperlukan gigi ( Koulouridas dkk, 1965; Zahradnik, 1990;.Lambrau dkk, 1981). Untuk 1 m&ningkatkan Jumlah kandunoan fluorida pada dan akan tinggal cukup lama berkontak dengan permukaan oioi dapat di lakukan beperapa tiridakan' sal an satut1ya adalah secara apl ikasi topikal, sedangkan larutan fluorida san~iri dalam suasana k asaman. Pada suasana asam tersebut lar-utan fluorid dapat lebih banye.k berikatan/ 'd ngan hl.droksiapa1:i t m'am.barituk. CaF2 atau fluorapatit (Feagin dkk ~. 1972: J Arends dan Schuthof, 1975; l.,ow dkk~ 1977J Retif dkk, 19~3J Ostrom dkk, 19S4). Pada umumnya fluori.da yang dipakai sebagai 'bahan pancegahan di dahului denoan pemberian am atau bahan de.mineralisasi, ternyata penggunaan metoda tersebut kurang praktis. Dengan Jalan JIUI!Incampurkan larutan fluorida ke dalam asam, efektifitas fluor4da tida~ akan terganggu, bahkan se'i»aliknya pengaruh asam menimbulkan rongga y~ng membuat fek fluorida pada bertamb~h (Beech, 1 7BJ Lahagu, i989). Dalam penelitian. ini dipaka,i, bahan. remineralisasi Natrium Fluorida 2'1. dalam asam fosfat 16'X. yan; dibuat keasamannya dari ph 1, ph 2, ph 3, ph 4 1 ph 5 dan ph b. Adapun tujuan dari penelitian.ini untuk mengatahul, pengaruh ~asing-masil"\g ph dari larutan fluorida yang ada di dalam asam terhadap permeabilitas permukaan .

10 2 B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Fluorida Fluorida merupakan unsur halo9.natau kelompok VII pembentuk garam dalam t.abal pario~ik y ncj merqpakan /&lemen 'pau,ng' aktip diantara elemen-el...,. halbgen lainnya. Berat atomnya 19 dan nomer atomnya 9 (Phillips, 1982). Fluor:ida sab gai bahan.pencegahan kariea. sudah dapat.dirasakan maanfatnya.aec:ara luail dan telah bertahun-:tahun diktlmbangkan dengan berbagai meto~e, tetapi penjelasan tltntang kerja fluorida masih terbatas dan belum. ada kesera;aman Hoogendoorn, 1982). pandapat (Konig dan Pada masa sekaran; fluorida difilunakan sacar meluas sebagai bahan pencegahan 'dan dikataht.li. mempunyai efek m ncijurangi karies,qigi altbaga~ usaha untuk mencegah demineralisaai (hilangnya mineral). (Finn,. 1'97:SJ HUges dkk, 1979)... Untuk m111nambah Jul}llah fluor"ida pada par"mukaan emai 1 dapat dipaktili bahan yang mampunyai efak tinggal cukup lama dan berk~tak dangan parmukaan.qigi, miaalnya dalam pasta gi;i, o~at kumur dan lar"u'tan untc;ak apl ikasi topikal (Phillips lc Swartz, 1937) Pembarian secara to'pikal adalah ' membubuhkan larut n fluorida yang pekat langsung pada dan mempunyai konsentrasi tinggi sarta'ph yang rendah untuk mempercepat pembentukan (Retief, 1983). tu~nyawa Caf2, Fluoapatit Funsl fluorida menurut laporan beberapa peneliti adalah: a.metnambah laju proses rem;narali i dan mampercepat pengendapan mineral pada parmuka n (Feagin, 1971 ten Cate & Arends, 1977a Silverstone, 1982a La Garos dkk' 1983).. I b.meningkatkan jumlah fluorida pad& parmukaan (Zahradnik, 1980, ten Cate & DuiJater, 1983) c:.fluorida berikatan dengan kr.~stal dengan mengur ngi kelarut.-n te;.-hadap asam (Feagin, 1971;' Hellberg, 1980a La Geros d~k, 1984) J Ostrom dkk, d.fluor ida mengurangi terjadinya karie secar remineralisasi.. Menurut Silvertltan (1985) remineralisalti tersebut menyangkut dua proses. Pert ma, berkuran;nya karies dal«m ukurannya, ke du, s~telah reminer~lisasi menjadi lebih tahan terhadap asam. e.fluarida pada kadar tertentu memperc:apat li\ju pertumbuhan kristal. dari kalsium apatit.(morena, 1979).

11 3 f.selain menambah la;.iu pen;endapan kalsiu.t fosf4lt, dapat Juga bersenyawa denqan minaral b 9 1 fluorapatit. atau fluorhidroksiapat.it (Feagin, 1971).. l. l.efek fluorida pada Fluci.rida y ng masuk.ke da.lam melalui 3 tahap_mekanisme, sehingga masuk ke dalam ~erarigka apatit yarn&j dikelilingi oleh Hydration. shell. Pertama, ion fluor-ida. bertukar. tempat dttn;an t.alah satu ion atau molekul yang terpolarisasi _,ada hydrati'on sh.ll. Kedua, pertukaran ion f l.uorida. dalam hydration 'shtill dengan grup. ion permukaan kristal apatit. Oapa.t.terJadi Juga pertukaran antara ion hidroksil dan grup b.ikarbonat dan Juga ion fluorida yan.g ada p_ada krist.al. Ketiga, ion pada. permu'kaan kristal berpindah ke telllpat kosong di bagian dalam kristal (Murray, 1976) Melal.ui sc:anrhng electron microscope permukaan yang telah dilakukan remineralisasi dengan fluorida ter,lihat sebagian atau seluruh ruang interprismatik. dan rongg~ lainnya tertut.up produk dari CaF2, Ca~ (P04)3F serta lainnya yang balum dapat diid&ht_ifikasi. (KoC:h~vi clkk, 1975), Padaproses remineralisasi sebagian dari. fluorida yang diberikan akan diserap oleh permuk.aan eltlail dan akan merangsang pembent.ukan. fluo,-'«patit.. atau fluorhidroksiapatit. Fluorida yan~ tetap~tinggal dalam ' bentuk CaF2 berf.ungsi menurunkan.jumlah.mineral y ng hilang selama pro demineralisa i dan pada saat. yang sama akan memperc: p t pengendapan~ kemudian berikafan dengan. kristal apatit. Perubahan 'tluorida yang diserap dalam bentuk CaF2 dapat RJenJadi fluorapatit atau fluorhidroksiapatit hanya terjadi,pada perubilhan dari proses demineralisasi dan re~ineralisasi, sehingga Jika fluor ida berikatan dengan apati t, kristal _emai 1 l'ebih tahan terhildap kelarut.an (Ogaard dkk, 1983) Efek fluorida pada emilil. dipanqaruhi oleh konsent rasi serta ph ch~ri. larutan yang di~le.kan. Pad~ konsentra.si t.inggi Jebih dari 100 pp~ hasil, reak i yang ter;.iadi adt\lah t.erbentuknya ndap n c-..::-2... Endapan tersttbut. dibentuk dari reaksi an tara NaF + Ca10 (P04 ).6, (0H)2. Bila kandungan fluorida cu,kup b sar (2000ppm) untuk membentuk ikatan CaF2 dip&rluk-.n ;.iumlat\. fluorid 1'Y. (Me: Cann & Bullock,.1955; Retief dkk, 1983). Q.engan fluorida berkdnsentrasi tinggi akan menambah. r&sistensi (Ostrom dkk, 1984) sehingga menghambat karies terutama dillam bentuk CaF2 dan fluorapat.it. (Reintaema dkk,. 1985). f=' da konsentra.si yang.renda~. (Jibawah 2 ppm reaksi yahg terbentuk adalah ;tlu.erapatit, dengan

12 4 kandungan fluorida 2ppm tidak c:ukup untuk membentuk CaF2 dan jumlahnya sekitar 0,4Y. fluorida (Me: Cann 1c 1955; Retief dkk, 1983).. Bullock, Hidroksiapati't menurut Laz,zari ( 1976) merupakan bahan anorganik terba$&r" d~terangkari d.-ngan'rumusa di dalam dan dapat 010-x Hx.(P04)6.(0H)2-K D Kation-kation bervalansi dua ata\,ldivalan ( Ca2+, Pb2+, Sr2+, Mg2+).. H Kation-kation berval~tnsi. satu atau monbvalan (Na+, H+) K =Jumlah kation divalen yang dapat hilang dari posisi struktural Nilai K berv riasi dari 0-2, bi1a K O, diparo1eh rumus apatit yang sempurna,. sahingga nidroka.\apatit murni ada1ah Ca10 (P04)6 (0H)2 dangan mambarikan 39,BX Ca 18,6X P. dan Efak f1uorida manambah stabiu.tas. mineral terhadap pa1arut.an oleh asam.; karena itu konsentrasi fluoride ' yang tinggi di daerah terluar Mail membarikan per1indungan.alamiah tarhadap rangan karies pad a emai 1 biuiijian luar ( brudevo1d dkk, 1956). Pember ian fluoride pada.parmukaan. luar gigi yang.sudah erupsi tetap dimungkinkan karena kaadaanny tetap porus danak.tn mengabsorbsi ion F (Weatherall, 1975). Interaksi an tara f1uorida denga.n hidroksiapati t dapat diterangkan berdasar beberapa teoria a.ri!aksi pertukaran antara fluorida dengan.gugus OH membentuk fluorapatit (Me Cann lc Bullock, 1955). Ca10 (P04)6 (0H)2 + 2NaF ~ Ca10 (P04)6 F2 + 2NaOH Hidroksiapati t. Fluorapat.it b.terjadi lap~san CaF2 diatas permukaan apat.it Ca10 (P04)6 (0H)2 + NaF ~ 10CaF2+ 6Na;wo4 + 2NaOH Dengan penuru nan. ph, CaF2 yang t.erbantuk menjadi " bertambah ban yak (Me C nn, 194S}. c:.terjadi presipita5i dan rekri.ta1isasi fluorap~tit (Kuyper & Kutner ian, 1962). d.terjadi presipitasi, rekristalisa~i dan adsorbsi (Laziari~ e. Tar j adi 1976). hidro1 isis oktakalsium. foafa.t menj adi hidroksiapatit. (Forrest, 19b3J Brown dkk, 1977). f.fluorida memperbesar ukuran. krista.l apatit dengan akibat permukaan berbanding mastll menjadi lebih kecil.<magri 11, 1975)..... g.f.luorida akan mempercepat pengerasan sebesar 4-8 kali dengan mekanism y~ng _t.idak diket.ahui (Lazzari, 1976). h.fluorida 'menambah kemampuan apa~it menjadi basah (Wettability) memperm~dit.h adhesi (Lazzari, 1976).. i.menghasilkan zat antara berupa brus,hit (Konio & Hoogend6orn, 1982).

13 1.2.Fluorid dalam a am Tujuan. pember.i.an fluorida secara _topikal damijan c:ara meng_oleskan adalah untuk membarikan perlindungan pada permukaan gigi serta mempertahankan p rmukaan gigi yang masih' utuh dari palarutan ~sam (Konig & Hoogendoorn, 1982). Fluorida yang diol'eskan pada permukaan gigi supaya berfungsi secara sempur.na tlarus mampunyai konsentrasi dan ph yang memadai. Keduanya akan mempengaruhi penyerapan f 1 uor" i,da pad a U1c: Cann & Bul'loc:k, 1955J Larsen._ Retief dkk, 1983) serta kelarutan dari (Feagin, ~971a Gr"on lc Caslavasc:a, 1981). Menurut Arends dan Schuthof (1975) penyerapan fluorida pada dipengaruhi oleh permeabilitas, kandungan mineral serta umur~ tetapi pengaruh umur tidak b~gitu panting. Pendapat ini did~kung oleh Lazzari c 1976) yang mengatakan bahwa gigi anak sama dengan gigi permanen, w&1aupun derajad kedalamannya rata-rata 30um lebih rendah d-'ri pada gigi permanen. Larutan fl~orida yang dioleskan pada permukaan tiering dibuat asam untuk mempermud h peny,rapan fluorida, seperti yang di~atakan Ar nds dan schuthof (1975) serta Retiaf dkk (1983), d ngan penambahan asam seperti. asam fosfat pada larutan fi.uor"ida akan diperoleh kandungan fluorida pada leqih banyak dari pada laruitan fluorida yang netral. Keadaan tersa~ut akan memperbesar perubahar(c. apatit menjadi CaF2 maupun fluorapatit sarta akan lliengetsa permukaan . Oistribusi species fluoride dar.i fungsi ph dapat diketahui dengan pkanya, pka f,luorida a~alah 3,1 sehingga reaksi terbentuk adalaha HF ) H+ + F- (H+) (F.,..) KA HF HF (H+) KA F- ',ph pka + log (HF)

14 Dalam reakei kompleksasi maka F beb.as atau lebih banyak- dengan c:ara pkanya atau ph lebih besar dari 3,1 HF ~ F~ 3,1\ dari larutan dapat ph lebih besar dari <Lahagu, 1988). / Menurut Hercules dan Craig.(1978) pengaruh ph sar;tgat panting.dalam perubahan reaksi antar NaF d.an hidroksi.apatit. Adapun formasi dari fluorapatit.yang terjadi pada larutan mengandung s.ctikit jumlah fluoridanya diperlihatkan :terjadi perpindahan reaksi, dan ini merupakan suatu proses dimana fluorida men;alami difusi ke dalam ' hidroks~apatit serta meng.gantikan hidroksil.tanpa menyebabkan kelarutan dalam str"uktur kristal. Adapun reaksinya~ Ca5 (P04)3 (0H)3 + F ~ Ca5 (P04)3 F3 + OH (Kuyper 8c Kutnerian.,,1960; Larsen, 1974). Oari reaksi tersebut jumlah fluorap.atit y ng terbentuk adalah tid k b.any k dan reaksi pertuk.aran ini tergantun; pada ph. Pacta ph rendah akan terbantuk uatu hasil an tara berupa ikatan kalsit:.ua fosfat yang di-but brushi t (CaHP04. 2H20). Brushit merupakan ikatan kalsium fosfat yang paling stabil dalam lingkung ar, ph yang lebih r.endah 4,3 selain itu brushit Ju;a bet"'eakji dengan fluoricta dan. membentuk sanyawa, flilbrapatit (kon ig lc Hoogendoorn, 1982). Kem~,.tdian Chow dan Brown (1975) mempertegas bahwa ph, rendah di bawah 4,3 reaksi yang berjalan terlebih dulu adalah terbentuknya garam kalsium fosfat yan; disebut sebagai dikalsium fosfat dihidrat. (DCPD) sewaktu ;igi atau hidroksiapatit diberi pengolesan\ larutan yan; sifatnya asam. Pada suasana ph di bawah /4,3 tersebut fluorida yang ada akan bereaksi den;an kalsium membentuk CaF2. Pada ph di a:tas 4,3 reaksi yang t rjaa~ adalah antara\ hidroks.iapatit dengan "fluor.l,da membentuk fluorapatit. Mel ihat beberapa penal i tian yan; telah di lakukan ternyata tidak ada keseragaman pendapat tetang ph dari larutan fluorida yang paling e~ektip untuk bekerjanya fluorida diantaranya 1 Mayhew dkk (1981) mengatakan pengaruh fluorida akan naik apal).ila ph disekitarnya turu~, Feagin (197t)J Shimura (197') m ngatak~n pada ph 5,5 justru fl~orida akan bekerja letiih efektip. Sedangkan menurut Larsen ( 1974). bertamb hnya. fluorida pada dimulai pada ph 6 kemud~-n semakin rendah ph penyerapannya aemakin meningkat, pada ph 4 reaksinya 100 kali l~bih c:epat. daripada. ph7.

15 7 1.3.Natrium fluorida Pencegahan karies dengan menambahkan larutan natrium fluorida (Na:F) 'pada permukaan gigi sudah dikenal sejak tahun Cara penggunaannya yang paling efektip adalah dengan jalan aplikasi topikal. Beberapa ahli telah mengadakan penelitian tentang NaF dar1 dikatakan dengan menggunakan NaF 2X setara topikal sudah dapat menurunkan angka kar ies seca.ra nyata (Finn, 1973 ;., Forrest, 1976). Denganpenambahan 2X NaF akan mengurangi kelar-utan dan menambah kandungan fluorida tanpa ~erusak sif~t-sifat fisiknya (Swartz dkk ). Berdasar beberapa peneli~ian t~rnyata NaF ada kekt.tr-.:mgannya, Ji ka bahan abras;i.fnya mengandung CaCo3 atau CaHP04 fluorida yang ada tidak dapat bereaksi dengan (Schmid dkk, 1984). Untuk mengatasi kekurangan NaF ini dicari bahan pengganti abrasif CaC03 dan CaHP04. Ternyata dengan ditemukan'nya bahan abrasif IMP (Insoluble Sodium Meta'pho!iphate) dan b1tberapa macam si 1 ika ( Si02) yang tidak.bereaksi dengan f luorida penggunaan NaF dapat lebih efektip, sedang u'ntuk saat ini dianjurkan penggunaannya di,~ambah asam fosfat, dengan maksud fluor~da dapat memasttki rong;a-rongga yang dibentuk dari larutnya sehingga dap t lebih masuk ke dalam yang menyebabkan dimding-dinding prisma ,lebih tahan terhadap asam (Konig X Hoogendoorn, 1982). 2. Permukaan Berdasar penelitian yang telah dilakukan, dapat bersifat sebagai membran yang permeabel atau semipermeabel tergantung dari ion-ion yang melewatinya. Untuk ion-ion kecil dapat bersifat ~ermeabel, sedang ion-ion besar bersi fat sem,i.permeabel ( A.tkinson, 1947). Bila gigi mengalami karies maka permeabilitas emai 1 terhadap ion-ion keci 1 sangat meningkat (HardwicV;. & Fremlin, 1959), disampirig itu terjadi pertukaran ion baik yang sama maupun yang tidak sama. Untuk ion-ion yang sama misalnya ion kalsium hilang. digantikan ion kalsium lain, kemudian ipn--ion yang tidak sama 1 mis~lnya f luorida masuk meng.gantikan ion OH yang t rlepas, maka terjadisedikit perubahan komposi$i pada apatit gigi. Perubahan terseb(lt memungkinkan t.,r j adinya perubahan sifat pada gigi misalnya.lebih tahan terhadap karies, (Joyston, 1971). ' Permeabi 1 i tas. emai: 1 menuru t beberapa_ pene.l i ti kemungkinan tergantung pada jumlah cairan yang.. ~da di dalam yang memungkinkan terjadinya pertukaran ion dcm molekul. Ikatan antar ca!.ran ini penting untuk bahan

16 organik dan inorganik gigi (Joyston, 1971; Waters, 1971; Moreno 81. Zahradnik, 1973)" Adapun c::airan tersebut mas\.11< ke dalam adalah secara difusi, terutama mel.lui substansi antar prisma (Jenk.i,n!ii, 1978). gigi terdiri dari 1,1 1,3 X bahan. or-ganik, cairari 4X dan mineral sekitar 96'1. yang terdiri dar i I.:. a 1 sium, fosfat, magnesium, Siodium, ' pota.sium, klorida, karbonat, stronsium,' fluorida, seleniu'm, b'esi, timah, tembaga, seng dan nikel membentuk kristal apatit dengan komposisi terbanyak kalsium fo!iifat (trikalsium fosfat, oktakalsium fosfat, dikalsium.fo!iifat) (Jenkins, 1978).. Gambaran kl"'istal epetit edalah berbentuk heksagonal, bagian permukaannya lebih mudah bersubstitusi dibanding permukaan dalam. Bent~knya bervariasi baik komposi!iii mineralnya atau ~kuran kristalnya, hal irii disebabkan oleh k~ren~ sifatnya yang dapat mengadsorbsi ion serta d~pat mengadakan p~rtukaran ion.

17 9 C. PERMASALAHAI'! HI F'OTES IS DAN TUJ UAN PENEL IT I AN F'er-masalahan L,:~; utan fluor-ida sebagai bahan remineral;i.sasi yang dipakai secara aplikasi topfkal harus mempunyai persyaratam ter-tentu agar berefek sempyrna pada per-mukaan gigi. Salah satunya adalah keasaman dari lar-utan fluorida yang dip.akai. Banyak peneliti. menganjurkan pemberian larutan flucrida secara aplikasi topikal harus pada suasan~ a~am. Pada suasana asam ter-sebut l~rutan flucrida dapat lebih banyik berikatan dengan hidroksiapatit me~bentuk CaF2 atau fluor-apatit (Feagin dkk, 1972; Arends & Schuthof, 1975; 1977; Retief dkk, 1983; Ostrom dkk, 1984). Low dkk, Keasaman dari ~uatu larutan yang diaplikasikan pada mempengaruhi kelarutan, dendan adanya asam pada larutan fluor-ida, lapisan gigi yang dilakukan aplikasi topikal akan mengalami kelarutan, se~ingga terbentuk endap~n mineral d ri gigi~ Keada~n tersebut dapat di hubung-kan dengan proses demineral isasi (hilangnya.mineral) yang ditandai dengan b~rtambah porusnya permukaan karena hilangnya mineral. Ter-jadi peletiaran antar kristal, berarti permeabilitas permukaan meningkat (Hardwick ~< Fremlin, 1959; Backer Dick, 1966). Per-masalah ne Apakah ph larutan fluorida berpengaruh terhadap permeabilitas permukaan ? Hipotesis Dari permasalahar yang timbul seperti diatas maka diajukan hip~tesis sebagai berikut: ph dari larutan fluorida yang diaplikasikan pada em~il berpeng~ruh terhadap permeabilitas permukaan e19ail. TuJuan peneiitian Ada pun tld uan mengetahui pengaruh ph diapl~kasikan pada permukaan . penelitian ini ad lah untuk larutan flugrida dalam asam yang terhadap permeabilitas

18 10 BAHAN DAN CARA KERJA 1. Pembuatan wind6w Untuk sampel penelitian Lni dipak&i gigi premol r satu ata.s beka.s cabut untuk p rawa;tan orthodonsi, dengan k.etentuan permukaan labial utuh tahpa kar.ies, cukup luas untuk. dibuat window diameter 3mm erta permuk~an tidak terlalucembung. Setelah gigi dicabut kemudian dengan diamond disc akar gigi dibuang dengan batas kira-kira lmm dibawah. servik.~l. Kemudiah jaringan ~unak yang tersisa dibersihkan dengan sikat dan Jaringan kerasnya dengah scalpel. Gigi direndam dalam alkohol 70% sampai saat penf~litian. Gigi dikumpulkan dari' praktlek swa ta para sejawat di Daerah Istimewa Yogyak~rta serta k.linik Fakultas Kedokteran Gigi Univ.rsita!. Gadjah Mada sebanyak bo gigi. Secara random sa.lj\pel diambi 1 sebanyak 42, kemudian dibagi 7 keiompo~~ yang masing-masing kelompok terd.:lri dari 6 sampel. Gigi dipersiapkan untuk pembuatan window pada permukaan sebelah bukal. Carany dengan menggunakan adhesive tape yang dibuat bulat dengan menggun~kan pelubang bergaris tengah. 3mm, tjitempatkan kira-kira 1,5mm dari tepi insisal (Brudeyol~ dkk, 1982) dan. di tekan supaya mendapatkan tepi-:-tepi permuka.an yang baikdengan . Kemudian disekitar bulatan tadi ditetesi dengan sticky wax sampai rrata. Setelah kering bulatan adhesive tape diambil c;:fengan pinset, untuk mendapatkan batas tepi window yang~~ata diguhakan pisau scalpel yang tajam. Setelah 42 sampel dibu t window dibagi menjadi 7 kelompok dan masing-masing k lompok diberi tanda. 2.P~mbuatan larutan Larutan pembersih Larutan ini dipakai untuk menghilangkan sisa-sisa bahan perekat d ri adhesive t~pe. Oibuat larutan pembersih yang mengandung (NaPQ~)6 0,025M di dalam larutan Na2HPQ4.12H20 O,lM sebanyak 50 ml. yang dimasukkan dalam labu ukur. Larutan perlakuan, Pembu.tan larutan 2%NaF dalam lo'y. asatn fosfat. dinyatakan dengan konsentrasi b/b~untuk ph 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Pertama dibuat larutan 14X ~sam fosfat dengan mengencerkan larutan asam ortofosf~t pekat 85%.. (Merck) dengan rapatan ~,71 kg/1; BM = 98.;.. Dengan persamaan V1N~1 =V2N2 untul-:. membuat larutan 16X asam fosfat. dalarn 100 ml diperlukan. 11,0099 'larut,an '85% asam ortofosfat. Pengenceran dilakukan dengan larutan bebas mineral pada labu takar 100 mi, tetapi pengenc rannya.tidal-:. sampai

19 l1 Gambar 1: Persiapan sampel dengan pembuatan window Gambar 2: Al at ph meter Beckman,?untuk menentukan ph larlttan

20 1' ~:.ar.ena disamping diatur phny)jl' juga masih -hccn.tii ditambahkan 2% NaF. ~ Untul<. pengaturan ph diperl\..lkan lar"utan NllOH 5M, dengan jalan menetet5kan sec:sikit de';ni sediki.t ke dalam larutan 16'X. asam fosfat, sehinooa.t c:sid patkan ph y ang diharapl<.an yaitu ph 1, 2, 3, _4,?sdan 6. Al,at yang dipa~~ai adalah ph meter bu&tafir' Beckman. Setelah didapatl<.an masing-masing ph d tf)i larutan l<.emudian dimasukkan dalam labu takar dari pc):~i tilen 100ml. Pembuatan larutan 2Y.NaF di~rlul<.im 2 gram NaF, untuk i tu diperlukan sebanyak 6 kal;i penimbangan' mt[ls.ingrnasing untuk ph 1, 2; 3, 4, 5 dan 6. Masing-masing di masukkan ke dalam ~elas teflon 56 ml dan dilarutkan dengan air bebas mineral. Larutan ini diperkirakan jangan melebihi larutari yang mengandung 16% a._.m fosfat yang su4dah diukur ph nya dal~m labu. ta ker dari polietilen 100 ml. Kemudian masukkan masinu-masing larutan fluorida ke dalam larutan yang mengandung asam - fosfat dengan ph yal?g teru~1.~r.. Jika volume. belum mencapai 100 ml masimg-masing ditam,bah air bebas miner,al sampai batas 100, kocok sampai rata;. Segera pindahkan ke dalam botol-botol polietilen yang d~sediakan dan masingmasing diberi tanda. 3.Tehnik pengulasan Pengulasan dilakukan pad daerah pe~lakuan (window) yang berdiameter 3 mm dincian menf~jgunaluan cotton pe 11 et. Lama pengu huaan 3 meni t ( a.;:ec h,. 1 ~7S). sete i ah. 3 meni t dibersihkan. dfimgafl air beb'-s minenal Selama '1 1 meni t dengan volume 2 ml ~ kemud;i,.ari dikeringkan dengan l.tdara. Pengulasan dengan mengguna~an larutan NaF. df!llam asam di lakukan untuk 6 kelompok ma. ing-"masing dencgan ph 1, ph. 2,. ph 3, ph 4, ph 5 dan ph 6~' Kelompok 7 (kontrol) diberi pengulasan air bebas minera~. 4.Pengukuran permeabilitas Dipakai tehnik difusi ba~ik darl.. Bakhos dl-:.k ( 1977) Larutan yang diperlukan: 1.KI 2M, untuk membu~t la~utan 2M di dalam 10ml larutan diperlukan.\, 6601 g KI. Kl dim,asukkan ke dalam beker gelas ditamb!i\h air bebas mineral sebanyak 7ml aduk hing,ga larut sempurna. Kemudian ma!lukkan dalam labu ul<.ur 10ml, tambah air bebas mineral tu\inpai_ bata angka 10 2.Larutan bufer amonium asetat O,SM pada ph 5,5. Untuk membuat larutan o,am di dalam 1000;ml larutan diperlukan CH3 COONH4 61,664 g. CH3 COONH4 yang telah dltimbang masukk~n dalam beker gelas 1000ml tan ditambah air-bebas

21 13 Gambar 3: Cara pengolesan sampel ( Gambar 4: Cara penc~cian sa~pel setelah pengolesan

22 mineral sebanyak 980ml aduk hingga sempurna. Kemudian larutan ditambah'asam asetik glasial untuk mancapai ph 5,5. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml ~ dan. ditambah air bebas mineral sampai bata, kocok ~ampai 3.Larutan standar KI dalam pelarut bufer amonium asetat kadar 10-3M, 10-4M, 10-5M, 10-6M dan 10-7M. Pertama dibuat larutan KI 10-1M dalam pelarut bufer amonium asetat O,SM dengan menimbang Kl seberat 1,660 g, dimasukkan dalam beker gelas ditambah larutan bufer amonium asetat aduk hingg.a rata kefuudian pindahkan dalam labu ukur looml, tambah larutan bufer amonium asetat hingga bat~as. Untuk larutan KI. 10-2M diambil dari larutan KI 10~1M sebanyak 10ml dari masukkan. labu ukur 100ml kemudian tambah larutan bufer amonium asetat sampai batas dan koc:ok hingga rata. Cara yang sama dilakukan untuk pembuatan larutan standar KI 10-3M, 10-4M, 10-5M, 10-6M dan 10-7M. Tehnik pengujian Setelah.sampel untuk di uji kering daerah window dipersiapkan ditetesi. 10ul larutao KI 2M dengan pipet eppendorf 10ul, dibiarkan 3 meniti kemudian diaspirasi kelebihan KI pada permukaan hingga kering. Kemudian dibasahi dengan larutan Na2HP04.12 H20 0,1M dan diserap lagi hingga kering~. Teteskan 10ul air qebas mineral dengan pipet eppendorf biarkan selama 40 detik sambil cf..iaduk. dengan LU ung pipet. Kemudian c:airan.diaspirasi masukkan dalam botol polietilen yang berisi 3 ml larut.an amonium asetat 0,8 M dan koc:ok hingga terc:ampur rata. Cuplikan dalam tablinq diuji per:-meabilitasnya di!j)gan alat poten~io meter,elektrode spesifik ion I deng n ~rangkat alat titraliser TAT 5 buatan Tac:us.el, yang d~hubungkan dengan spesifik Iodide elektrode. Dari pengujian angka yang terbac:a pa(:)a ionaliser menunjukkan besarnya mv. Dengan c:ara mengkonversikan hasil mv larutan standar yang dibuat sebelumnya dalam tabel kbnversi maka diperoleh hasil difusi balik dari ion Iodide dalam ppm. Pengujian tersebut diatas dilakukan baik untuk kelompok perlakuan maupun kontrol. 5. Cara analisis data Analisis data dilakukan dengan analisa varian ranc:angan rambang lugas satu ar~n pada p<0,01.. Untuk menentukan uji perbedaan kemaknaa~ dilakukan penguj1an uji HSD (Honestly S.ignific:ant Diff~renc:e)(l)aniel, 1978).

23 \5 Gambar 5: Alat Uji Permeabilita~ b~atan Taccusel -:~ I

24 _..., Rangkuman cara peneliti~n Gigi premolar sat'-' atas bekas c:abut Akar l dipotcnq L Alkohol 70%. ~ Pembuatan window sebelah bukal diameter 3mm s e 1 Llruh permukaan d 1. te t esl. t sticky wax kecual i window 1 Window dibersihkan dengan larutan pembersih. ~ KerJ.ngkan... ~ Window diol~si larutan fluorida dalam asam urituk 6 kelompok masing~masing ph 1, 2, 3, 4, 5 dan 6selama 3 menit 1 Kelompok perlakuan d;m Kontrol dicuci dengan larutan bebas mineral 2 ml selama 1 menit l Keringkan Uji PermJabilitas Analis!s Data

25 17 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil penelitian Tujuan pengolesan larutan natrium fluorida dalam asam pada ber~agai ph ~dalah untuk menambah jumlah kandungan fluo~ida yang berikatan dehgan kalsium membentuk ikatan kalsium fluorida yang tah~n terhadap asam dan mengendapkan kembali mineral-mineral gigi yang hilang pada permukaan . Untuk men9etahui seberapa besar pengaruh f.luorida pada proses _remineralisasi darl. larutan natrium fluorida dalam asam dengan ph masing-masing 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, dibandingkan terhadap permeabil~tas permukaan dengan tanpa pen~ulaaan (kontrol). Membandingkan pengaruh masing~masing ph 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 dari larutan 2X natrium fluorida dalam 16% asam fosfatyang dioleskan pada permukaan terhadap p~rmeabilitas dengan kontrol ( normal). Pengukuran permeabilitas pada permukaan dari hasil pengolesan pada ph yang berbeda-beda menunjukkan perbedaan hasil sang~t bermakna dengan nor~al. Nilai rata-rata permeabilitas adalah sebag~i berikut: Tabel I Ra'ta-rata permeabi,litas permuka.an em.ail den;an pemberian larutan fluorida _dalam ~sam ph 1, 2, 3, 4, 5,_ l::i dan normal dalam aatuan ppm ~ ~ La~utan fl~orida dilam asam ~ ph 1 ph 2 ph 3 ph 4 ph 5 ph 6 Normal ~ ~;-~n X 2,816 4,501 5,203 7,416 9,418 ~,398 1,65 so 0,43 1,10 1,19 1,49.., ,-_ Keterangan : u jumlah sampel ~ X Nilai rata-rat~ permeabilitas dalam ppm SO = Standar deviasi

26 19 Untuk. menentukan apakah ada perbedaan permeabilitas yang bermakna antara ke enam ph diiakukan perhitungan statistik dengan menggunakan uji Anava; hasilnya menunjukkan bahwa Fo 49,22 lebih besar dari F tabel = 3,38 (p<o,ol) berarti ada perbeda~n permeabilita~ yang bermakna antara masing-m~sing ph (perlakuan) dan normal (Tabel II). Tabel I I Anava pengukuran permeabilitas permukaan dengan masing-masing ph larutan dan ~mail normal ~ Sumber variasi db JK MK Fo ~ F'erlakuan (A) 6 340,78 56,796 49, , Dalam (d) 35 40,38 1, Total (T) , ~ Keterangan : db = derajat bebas JK Jumlah kwadrat MK mean kwadrat Fo = Fisher test Selanjutnya untuk menentukan pt. bedaan k,emaknaan antara masing-masing perlakuan diband1ng dengan normal eperti tampak pa~a tabel II dilakukan perhitungan uji HSD (Honestly sighificant difference). Dari hasil perhitungan diperol~h harga HSO = 2,337 (p<0,01)o. Dengan memperhatikil\n selisih harga rata-rata permeabilitas dibandingkan harga HSD, maka pada t;abel Ill selisih harga rata-rata yang lebih besar dari harg~ HSD = 2,337 mempunyai arti bermakna. \

27 T abe 1 I I I Selisih harga rata-rata permeabilitas permukaan dengah masing-masing perlakuan dan normal ~ ~ Kelompok Xl X2 X3 X5 X ~ ~-----~--~ X1 (ph1) 0 1,685 2,387* 4,6* 6.602* 6,582* 1,16 X2 (ph2) 0 0,702 2,915* 4 '917*4' 89'7* 3,341* X:3 (ph3) 0 2,213 4,215.4,195* 3,553* X4 (ph4) 0 2,002 1,982 5,766* X5 (ph5) 0 0,02 7,768* X6 (ph6) 0. 7' 748* X7 (EN) (I ~------~ Keter~ngan Xl = ph 1 = 2,816 x2 = ph 2 = 4,501 X3 = ph 3 = 5,203 X4 = ph 4 = 7,416 xs = ph 5 = 9,418 ~6 = ph 6 = 9,398 X7 = Normal = 1,.65 * = Berm,akna Berdasarkan llrutan harga perbedaan kemaknaan, maka perbedaan antara X1 dan X'7 yang terkec:il 1,16 berarti lebih kecil dari harga HSD. Dikatakan bahwa permeabilitas permuka~n setelah diolesi dengan larutan fluorida dalam asam ph 1 dikatakan sama permeabilitasnya dengan enamel normal ke~udian diikuti ph 2, 3, 4, 5 dan 6.

28 Pembahasan Bahan remineralisasi yang dapat berefek secart\ sempurna diperlltkan kadar bahan yang cukup memadai serta menghasilkan efek yang diharapkan. Untuk itu banyak peneliti menganjurkan dengan penambahan bahan as'am dalam larutan fluoridanya, sehingga dapat menghasilk:an efek n.?mineralisasi paling baik pada permukaan salah satunya adalah mempunyai permeabi l i tas. terendah a tall mendekati permeabi 1 i tas emai 1 normal. ~ Pada penelitian ini pengolesan sec:;ara in vitro, permeabilitasnya terendah pada larutan d,alam asam ph 1, bila dibandingkan dengan perlakuan yang lain, bahkan dengan uj i kema knaan tak bermakna berar:ti dikatakan sama permeabilitasnya dengan enamel normal~ Hal ini kemungkihan disebabkan setelah diolesi dengan larutan perlakuan ph 1 pengendapan CaF2 pada permukaan lebih ba.nyak. Endapan ini mempunyai kemampuan merangsang emai 1 menarik fluor ida lebih banyak (Schmid dkk,' 1984). Hasil penelitian ini ctidukung juga oleh' penelitian Rinaidi (1988) mengenai jumlah kand~ngan fluorida, ternyata pada ph rendah (.ph 0,9) jumlah kandungan fluoridanya paling besar, terbukti menarik fluorida lebih banyak. Hasil penelitian dengan peningkatan ph dari ph 1 ke ph 2 tll!rnyata menghasilkan permeabilitas sedikit lebih tinggi pada ph 2, walaupun ~erbedean ini secara statistik tidak bermakna. Keadaan seperti tersebut terjadi juga pada ph 2 dengan ph 3, ph 3 dengan ph 4, ph 4 dengan ph 5 dan ph 5 dengan ph 6. Hal ini kemungkinan jumlah kandungan fluorida pada masing-masing ph tidak berpengaruh, sehingga kelaruta~ mineral-mineral diantara ph tersebut dianggap sama. Kalsium yang larut di dala.m bufer asam sebanding den.gan jumlah karbonat dalam kristal apatit. Bertambah banyak karbonat dalam kristal apa.tit bertambah besar kelarutan ~alsium dalam larutan tersebut (Le Geros '&Tung, 1983).. Untuk penelitian ini perbandingan antara kelompok perlakuan dan kontrol te~dapat perbedaan yang san~~t bermakna. Terl ihat pada tabel. 1 ph 1 mempunyai permeabilitas terendah bahkan pada tabel III tak bermakna pada uji kemaknaan yang berarti dianggap s~ma dengan permeabilitas normal. Kemudian disusul ph 2. 3, 4, ph 5 dan 6. Pada ph 5 dan 6 tak; acfa perbedaan p~rmeabilitas hal ini disebabkan jumlah ikatan fluorida yang ada adalah sama serta pad,. ph 5,5 fluorida mulai bekerja demikian juga prose:: demineralisasi kalsium fosfat dimulai (F:'_eagin, 1971; N.1.o,.1972; Shimura, 1978) Sedangkan Larsen (1~74) mengatakan pada ph 6 flu~rid~ mul~i bertambah aktip ma$uk ke dalam . Kemudian

29 2J untuk un.1tan per-meabilitas pada m.tsing-masing ph 2, 3, 4, 5 dan 6 '(tabel Ill) terlihat ada perbedaan kemaknan bila dibanding dengan normal., Hal ini '~isebabkan jumlah ikatan fluor-ida yang mengikat kristal apatit ber-kur-ang sesuai dengan kel arutan a tau penurunan ph, (... sehingga tidal.:. lagi \ter-bentuk ikatan CaF2 te tapi dapat ber-ubah menj.di f\uor-apatit, adapun r-eaksinya: CalO (P04)6 F2 = Ca9 (P04)6 CaF2 3 Ca3 (P04)2 CaF2 = fluorapatit!';t; CaF2 + atau Ca++ + 2F- H2P04-l HP04--J\. 3 Ca3.(P04)2 CaF2 Y flu9rapatit + HP04-- H2P04- (Weatherall dkk, 1979)

30 22 KESIMPULAN,. Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan d~pat ditarik k~simpulan bahwat ph dari larutan luorida dalam asam yang dioleskan selam~ 3 menit berpenga~uh pada permeabilitas permuka an .larutan fluorida dalam asam dengan ph 1 mempunyi\i permeabilitaa sama dengan permeabilit~s e~ail normal tp<o,ol). li \

31 25 Joyston, B.S.(1971): Diffusion of radioactive ions into humin dental enamel,, Arch Or11 Bioi. 16t37"5-JSO. KOC:havi, D., Gedalia~ I.,~nd Anaitu!,.l.(1Q75)a E:~-fcu:::-1: o-f conditioning with f~uoride and phorphoric acid on enamel surfaces as evaluated by scanning electron microscopy and fluori'de'*incor.poration, J Dent Res. 54: Konig, K.~., 'and Hoogendorn, H. (1982): Prevensi dalam kedokteran gigi dan dasar ilmiahnya, Indonesian dental industries PT Denta. Koulourides, T., Feagin, F., and Pigman, W~(1965): Remineralization of den.tal enamel by saliva in vitro, Annals N.Y. Acad. Sci. 131:771..:.775. Kuyper, A.C.., and Kutner:ian, K. (1962): Mechanism of incorporation of fl~orid into bone salt, J Dent Res, 41: Lahagu;-F. ( 19:98): ~~omunikasi pribadi. Lambrau, D., Larsen, M~J., Fejerkov, Q and Taches, 8.(1981): The effect of fluoride in ~aliva on remineral ization ibf dental enamel in - ' humans' Car i es Re!s. 15: ~, 'Larsen, M.J. (1974): In studies of fluoride uptake in human enamel, C.ries Res, 6: Lazzari, E.P.(1976): Dental biochemistry.2nd.ed, _Lea!and Febiger. Philadelphia. Le Gerqs, R.Z.,Silverstone, L.M., DacUl~i, G. and Kerebel, L.M.(l983): In vitro cari~s like lesion formation in F- containing tooth enamel, J Dent Res.~2: Le Geros, R.Z. and Tungs, M.S. (1983):.Chemical stability of carbonate and fluoride c~ntaine ap~tites, Caries Res. 17: Low, T., Frannhofer, J.A.V., and. Winter; G.B.(1977): Influence of the topical apli cationof fluoride on the vitro adhesion of fissure sealants, J Dent R'es, 56(1): Mayhew;-R.R., and Brow'1, L.Rt. (1981): Comparative effect of SnF2, NaF and SnCl2 on the growth o:t streptoccocu-s mutans, J Dent Res, 60(10): Me Cann, H.G. (1968) a Determination of fluor-id"e in mineralized tissues using the fluorid~ electrode, Arch Oral Biol, 13: Me cann, H.G., and Bullock, F.A.(1955): Reactions of, fluoride,, ion with powdered ena'mel and dentin,.l Dent Res, 34~59 67., Mellberg, J.R.(l~~O):. Penetration of fluoride from sodium mon~fluorophosphate into artificially produced incipient enamel lesions, Caries Res, 14: 115.,-.120.

32 "'"1, 26 Moreno, E.C.and Zahradniki R.T.(1973): The pore structure of human ~.18: '. dental enamel, Arch Oral Moreno, E.C.(1979): Dalam diskusi dari Ena~el crystal chemistry, where do we go?, J Dent Res Murray, J.J.(1976): Ftuoride in caries prevention, Bristol, John wright & $ens ltd. Nio, B.K.j1972): Preventive dentistry II, Yayasan kesehat~n Indoriesia, Bandu~g. Ogaard, B., Rolla, 6., and Helgeland, ~~. (1983), Scand J Dent Res 91: , dikutip dari: ten Bate,.:LM., and Simons, Y. ( 1986): The ef,f icacy of toothpastes with different fluor.i,cde contents,. ph,cycling study in factors relatihg to deminera,!:ization and remineralization of the teeth, IRL press ltd (O>:ford).. Ostrom, C.A., ~~uolorides, T., Retief, D.H., and Bradly, E.L.(1984): Enamel fl~oride uptake and.acid resistence in subjects with high and,low e>:perimental cariogenicity, J Dept Res, 63(2): Phillips, R.W., and SWartzJ M.L.(1957): Efect of certain restorative materials on solubility of enamel, JADA,..._ 54: Phillips, R.M.(1982): Science of dental material. 8 ed. W.B Saunders co, P~iladelphia~. Reintsema, H.~ and Arends, J.(1986): ln vivo fluoride uptake from fluoridated toothpastes, in factors r&lati~g to demineralization and remineralization of ~he teeth, IRL press ltd (Oxford). Retief, D.H., Bradley, E.L., Switzer, P.(1983): Enamel fluoride uptake, distribution and retention from fopical fluoride agent, Caries R&s, 13: Rinaldi, B.U.(1988): Pengaruh perbedaan ph larutan campuran 21. natrium fluorida' dan 161. asam fosfat terhadap kekuatan tarik perlekatan bahan tumpatan sem~n glass ionomer, penyera~an fluorida dan~ kelarutan atau kedalaman lesi pada , Tesis, UNAIR, Surabaya. Schmid, R., BarbakoW, F., Muhlemann, H.R., and De Vecchi, P.(1984): Amine fluoride and monofluorophosphate: I Historical review of fluoride dent:i,frice, J Dent Child, 51&99..;.103. Shimura, N., and Onisi, M.(.1978): The effect of NaF on the bacterial production o.f polysacharide and subsequent adsorpsion on hydro~yapatite, J Dent Ram, 57 (9-10) : Silverstone, L.M. (1982): Effect of oral fluid synthetic calcifying fluids in vitro and on

33 ,, ~-,,,,-,~ -- -:;;" c-;-,---~ ----',~ , remineralization of enamel lesions, Cli'nical Preventiy Dentistry 4:13~22.. Silver&tone, L.M. (19B~J Fluor~de and remineralization, in clinical uses of fluorides, a state of the art conference on the uses.of fluoride in clinical dentistry, Philadelphia, Lea & Feb,.;inger.. Swart~, M.L., Phillips, R.M., Norman, R.D., Elliason,. s., Rhodes,, B.F., and Clark, H.E.(1976)1 Addition of fluoride to pit and fissure sealants-a feasibility study~ J Dent Res, 55(5): ' ten Cate, J.M., and Arends, J,,(1977): Remineralization of artificial enamel lesions in vitro.,lf.carj.es Res. 11: ' - - '<..., ten Cate, J.M., and. Duijster, P.P.E.(1983)a~Influenc:e of fluoride in solution CIJI' too~h demin4ifah:z.ti'on. Chemical data, Carift If< 17:193-19fl I Waters,'N.E.(1971): Evider;tce for regarding enaunel as an ion exchange membrane, in fearnheac,t, R.W._, ' W'lt:l Stack, M.W. B'ristol. Tooth en mel velum 11, John wrigt?t, ' l, Weatherell, J ~A. ( 1975): Coposi tion of dental ~name I, Iu:::. Med Bull, 31 : 115-:-119. ' Weatherall, J.A., Robinson, c., and Paterson, C,U-979):. The uptake and action of fluoride in. dental \ enamel, J Clin feriodjiidtgl, 6(7):56-60., ZahradAik~ R.T~(19BQY: Effect of fl~oride rinse~ upon in vitro remineralization, J Dent Res. 59:10o )

34 28 LAMPI RAN Data analisa varian satu arah efek larutan fluorida dalam asampada ph 1, 2, 3 1 4, 5 dan 6 permeabilitas dan normal~ ~ natrium terhactap ' ' ~ DATA ph 1 ph 2 ph 3 ph 4 ph 5 ph 6 E N ~ ,93 4,62 5,56 4,88. 1o;oo '. 9,57 j. ':' 't '76 2,50 3,26 5,93 8,02 9,68 8,20 1,90 3,10 3,08 5,28 6,98 7,99 7,88 0,99 3,43 5,28 6,81 7,12 9,40 10,12 1,98 2,96 4,97 3,96 8,21 11,21 11,14,1 '50 I 2,68 5,80 3,68 9',29 8,23 9,48 1, ' E N = Normal ' f1erhitungan uji HSD Untuk k = 7 N = 42 N-K = 42;...7 = 35 (p<0,01) Uj i HSD = 5, 33 J _;.:_.:=~-- = 6 2,337 l K tabel = 5,33

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan melarutnya bahan anorganik, dan diikuti kerusakan pada matriks organik pada gigi. Penyebab karies adalah

Lebih terperinci

Ind. J. Chem. Res, 2014, 1, Pengaruh Minuman Bersoda Terhadap Demineralisasi Gigi Dengan Penambahan Natrium Fluorida Ruslan*

Ind. J. Chem. Res, 2014, 1, Pengaruh Minuman Bersoda Terhadap Demineralisasi  Gigi Dengan Penambahan Natrium Fluorida Ruslan* Ind. J. Chem. Res, 2014, 1, 61-65 EFFECT OF SOFT DRINK TO DEMINERALIZATION ON THE TOOTH ENAMEL BY ADDITION OF SODIUM FLUORIDE Pengaruh Minuman Bersoda Terhadap Demineralisasi Email Gigi Dengan Penambahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengukuran Nilai Kekerasan Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui besar nilai kekerasan gigi desidui sebelum dan sesudah perendaman pada beberapa

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. KOMPOSISI KALSIUM Hasil rata rata pengukuran komposisi kalsium pada sampel adalah sebagai berikut: Tabel 5. 1. Rata rata komposisi kalsium email Kontrol Perlakuan p Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak produk-produk yang menawarkan makanan dan minuman secara instant. Promosi dari masing-masing produk tersebut telah menarik pembeli terutama

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L)

KARAKTERISTIK  GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) KARAKTERISTIK EMAIL GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) Latar Belakang Provinsi Aceh merupakan penghasil asam sunti yang merupakan bumbu masakan seperti kuah asam keueng, tumeh eungkot sure,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Kontrol. Perlakuan larutan remineralisasi + Xylitol 20%

BAB 4 METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Kontrol.  Perlakuan larutan remineralisasi + Xylitol 20% 19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK 4.2. SPESIMEN Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK 4.2. SPESIMEN DAN SAMPEL Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia. LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH Berikut diuraikan prosedur analisis contoh tanah menurut Institut Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia. Pengujian Kandungan

Lebih terperinci

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3 PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3 Triastuti Sulistyaningsih, Warlan Sugiyo, Sri Mantini Rahayu Sedyawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif dikarenakan latar belakangnya yang berdimensi

Lebih terperinci

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N. Lampiran 1 Prosedur uji asam basa dan Net Acid Generation (Badan Standardisasi Nasional, 2001) A. Prinsip kerja : Analisis perhitungan asam-basa meliputi penentuan potensi kemasaman maksimum (MPA) yakni

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan  pada spesimen adalah sebagai berikut: 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil rata rata pengukuran kekerasan email pada spesimen adalah sebagai berikut: Tabel 5.1. Kekerasan Email Rata-rata Microhardness Kontrol Perlakuan p Konsentrasi xylitol 20%

Lebih terperinci

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI PRINSIP : Analat direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang mengendap; endapan murni ditimbang dan dari berat endapan didapat

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia Stoikiometri Larutan - Soal Doc. Name: RK13AR11KIM0601 Doc. Version : 2016-12 01. Zat-zat berikut ini dapat bereaksi dengan larutan asam sulfat, kecuali... (A) kalsium

Lebih terperinci

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar Kimia XI SMA 179 BAB 6 Larutan Penyangga Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan pengertian larutan penyangga dan komponen penyusunnya. 2. Merumuskan persamaan

Lebih terperinci

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,

Lebih terperinci

Wardaya College IKATAN KIMIA STOIKIOMETRI TERMOKIMIA CHEMISTRY. Part III. Summer Olympiad Camp Kimia SMA

Wardaya College IKATAN KIMIA STOIKIOMETRI TERMOKIMIA CHEMISTRY. Part III. Summer Olympiad Camp Kimia SMA Part I IKATAN KIMIA CHEMISTRY Summer Olympiad Camp 2017 - Kimia SMA 1. Untuk menggambarkan ikatan yang terjadi dalam suatu molekul kita menggunakan struktur Lewis atau 'dot and cross' (a) Tuliskan formula

Lebih terperinci

Reaksi dan Stoikiometri Larutan

Reaksi dan Stoikiometri Larutan Reaksi dan Stoikiometri Larutan A. PERSAMAAN REAKSI ION Persamaan reaksi ion adalah persamaan reaksi yang menjelaskan bagaimana reaksi antar-ion terjadi pada larutan elektrolit. Persamaan reaksi ion terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. alat Micro Vickers Hardness Tester. Alat tersebut bekerja dengan cara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. alat Micro Vickers Hardness Tester. Alat tersebut bekerja dengan cara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kekerasan Email Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan email gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman

Lebih terperinci

diketahui beratnya. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100 C-105 C selama 3-5 jam. Setelah itu didinginkan

diketahui beratnya. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100 C-105 C selama 3-5 jam. Setelah itu didinginkan 49 Lampiran 1. Prosedur Pengujian 1. Kadar air (Sudarmadji, dkk., 1984) Cara kerja: menimbang sampel yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 gram dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya. Kemudian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penilitian Desain: Eksperimental Laboratorik 4.2. Spesimen Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri dari delapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia adalah cabang dari Ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia adalah cabang dari Ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ortodonsia adalah cabang dari Ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari tentang cara mencegah, melindungi, dan merawat maloklusi yang melibatkan gigi geligi, skeletal, dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si Oleh Kelompok V Indra Afiando NIM 111431014 Iryanti Triana NIM 111431015 Lita Ayu Listiani

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) SIKMR merupakan modifikasi dari semen ionomer kaca dan monomer resin sehingga bahan ini memiliki sifat fisis yang lebih baik dari

Lebih terperinci

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION 1. Latar Belakang Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkonsumsi sejumlah sabun secara berlebihan serta mengakibatkan pengerakan pada pemanas

Lebih terperinci

Reaksi Dan Stoikiometri Larutan

Reaksi Dan Stoikiometri Larutan A. PERSAMAAN REAKSI ION Reaksi Dan Stoikiometri Larutan Persamaan reaksi ion adalah persamaan reaksi yang menjelaskan bagaimana reaksi antar-ion terjadi pada elektrolit. Persamaan reaksi ion terdiri dari:

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution)

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution) Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi modif oleh Dr I Kartini Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution) Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi. PETA KONSEP Larutan Penyangga mempertahankan berupa ph Larutan Penyangga Asam mengandung Larutan Penyangga Basa mengandung Asam lemah Basa konjugasi Asam konjugasi Basa lemah contoh contoh contoh contoh

Lebih terperinci

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 Disusun oleh : AMELIA DESIRIA KELOMPOK: Ma wah shofwah, Rista Firdausa Handoyo, Rizky Dayu utami, Yasa Esa Yasinta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sumber: Dokumentasi Penerbit Air laut merupakan elektrolit karena di dalamnya terdapat ion-ion seperti Na, K, Ca 2, Cl, 2, dan CO 3 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau biofilm dan diet (terutama dari komponen karbohidrat) yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau biofilm dan diet (terutama dari komponen karbohidrat) yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies merupakan interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm dan diet (terutama dari komponen karbohidrat) yang dapat difermentasi oleh bakteri

Lebih terperinci

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

PEMBUATAN REAGEN KIMIA PEMBUATAN REAGEN KIMIA 1. Larutan indikator Phenol Pthalein (PP) 0,05 % 0,05 % = 0,100 gram Ditimbang phenol pthalein sebanyak 100 mg dengan neraca kasar, kemudian dilarutkan dengan etanol 96 % 100 ml,

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS 6 LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS A. LARUTAN PENYANGGA B. HIDROLISIS Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajari tentang reaksi asam-basa dan titrasi. Jika asam direaksikan dengan basa akan menghasilkan

Lebih terperinci

SMA NEGERI 6 SURABAYA LARUTAN ASAM & BASA. K a = 2.M a. 2. H 2 SO 4 (asam kuat) α = 1 H 2 SO 4 2H + 2

SMA NEGERI 6 SURABAYA LARUTAN ASAM & BASA. K a = 2.M a. 2. H 2 SO 4 (asam kuat) α = 1 H 2 SO 4 2H + 2 SMA NEGERI 6 SURABAYA LARUTAN ASAM & BASA K I M I A 1). TEORI ARCHENIUS Asam adalah zat yang jika di dalam air melepaskan ion H +, dengan kata lain pembawa sifat asam adalah ion H +. jumlah ion H+ yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi.

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi. A B PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi. Dasar Teori Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : - Spektrometer serapan atom ( Perkin-Elmer tipe Aanalyst 100 ) - Tungku karbon ( Perkin-Elmer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi karies di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi. Indeks DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang memiliki arti bahwa

Lebih terperinci

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 kontrol bahan lokal untuk mengganti kontrol dari luar negeri. Dalam percobaan ini, dipakai rumput gajah sebagai

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 kontrol bahan lokal untuk mengganti kontrol dari luar negeri. Dalam percobaan ini, dipakai rumput gajah sebagai Lokakarya Fungsional Non Pene/i6 1997 RUMPUT GAJAH SEBAGAI PENGGANTI KONTROL ANALISIS MAKRO MINERAL PADA HIJAUAN Yetty Sinaga Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Mineral

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Penentuan Kesadahan Dalam Air Penentuan Kesadahan Dalam Air I. Tujuan 1. Dapat menentukan secara kualitatif dan kuantitatif kation (Ca²+,Mg²+) 2. Dapat membuat larutan an melakukan pengenceran II. Latar Belakang Teori Semua makhluk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 s/d juni 2014. Lokasi penelitian dilaksanakan di perkebunan PT. Asam Jawa Kecamatan Torgamba, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 Kimia

Antiremed Kelas 11 Kimia Antiremed Kelas 11 Kimia Stoikiometri Larutan - Latihan Soal Doc. Name: AR11KIM0699 Doc. Version : 2012-07 01. Zat-zat berikut ini dapat bereaksi dengan larutan asam sulfat, kecuali... (A) kalsium oksida

Lebih terperinci

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air. III. REAKSI KIMIA Tujuan 1. Mengamati bukti terjadinya suatu reaksi kimia. 2. Menuliskan persamaan reaksi kimia. 3. Mempelajari secara sistematis lima jenis reaksi utama. 4. Membuat logam tembaga dari

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur email dan dentin pada gigi merupakan faktor penting terjadinya karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi (Samaranayake,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen 21 Bab III Metodologi Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan di Bab I. Dalam penelitian ini digunakan 2 pendekatan, yaitu eksperimen dan telaah pustaka.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung, yang terletak di Lantai 3 Gedung Kimia bagian Utara. 3.1 Peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi-reaksi kimia berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran ialah larutan. Larutan memainkan peran

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan orthodonti bertujuan untuk memperbaiki letak gigi yang tidak normal sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang proporsional

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT Tujuan Berdasarkan metode ph-metri akan ditunjukkan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada

Lebih terperinci

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 I. Waktu / Tempat Praktikum : Rabu,15 Februari 2012 / Lab Kimia Jur. Analis

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari percobaan. 2. Menentukan konsentrasi dari NaOH dan Na 2 CO 3. 3. Mengetahui kegunaan dari titrasi dengan indikator

Lebih terperinci

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2! BAB 7 STOKIOMETRI A. Massa Molekul Relatif Massa Molekul Relatif (Mr) biasanya dihitung menggunakan data Ar masing-masing atom yang ada dalam molekul tersebut. Mr senyawa = (indeks atom x Ar atom) Contoh:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)? OPTIMALISASI SUHU AKTIVASI DAN POLARITAS ZEOLIT ALAM UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR Drs. Noto Widodo, M.Pd. Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng Amir Fatah, MPd M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi terjadinya karies di Indonesia masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6, yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI A. STANDAR KOMPETENSI Mendiskripsikan hukumhukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. B. Kompetensi Dasar : Menuliskan nama senyawa anorganik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penilitian Penelitian mengenai perbedaan kekerasan email gigi desidui antara sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah dilaksanakan di

Lebih terperinci

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS Kelompok : Kelompok 1 Tanggal Persentasi : 14 November 2016 Tanggal Percobaan : 21 November 2016 Alfontius Linata

Lebih terperinci

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI) KIMIA DASAR TITRASI (VOLUMETRI) Drs. Saeful Amin, M.Si., Apt. PRINSIP TITRASI Titrasi (volumetri) merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr Asminar, Rahmiati, Siamet Pribadi ABSTRAK ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Gambar 5.1. Elektromikrograf Permukaan Email Gigi Kontrol Negatif dari Sampel Email Gigi Premolar (Spesimen yang sama digunakan pada Gambar 5.2.) dengan identifikasi SEM pada perbesaran

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Gigi Desidui Gigi desidui atau yang umumnya dikenal sebagai gigi susu akan erupsi secara lengkap saat anak berusia kurang lebih 2,5 tahun. Gigi desidui berkembang

Lebih terperinci

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. LARUTAN Larutan merupakan campuran yang homogen,yaitu campuran yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung dua komponen atau lebih yang disebut

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

Stoikiometri. OLEH Lie Miah

Stoikiometri. OLEH Lie Miah Stoikiometri OLEH Lie Miah 1 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KARAKTERISTIK MATERI KESULITAN BELAJAR SISWA STANDAR KOMPETENSI Memahami hukum-hukum dasar Kimia dan penerapannya dalam perhitungan

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Ke III. Olimpiade Kimia Indonesia. Kimia UJIAN PRAKTEK

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Ke III. Olimpiade Kimia Indonesia. Kimia UJIAN PRAKTEK OLIMPIADE SAINS NASIONAL Ke III Olimpiade Kimia Indonesia Kimia UJIAN PRAKTEK Petunjuk : 1. Isilah Lembar isian data pribadi anda dengan lengkap (jangan disingkat) 2. Soal Praktikum terdiri dari 2 Bagian:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

Perbedaan Tingkat Kekerasan antara Gigi Desidui Dengan TAF dan Tanpa TAF Sebelum dan Sesudah Perendaman pada Susu

Perbedaan Tingkat Kekerasan  antara Gigi Desidui Dengan TAF dan Tanpa TAF Sebelum dan Sesudah Perendaman pada Susu Perbedaan Tingkat Kekerasan Email antara Gigi Desidui Dengan TAF dan Tanpa TAF Sebelum dan Sesudah Perendaman pada Susu The Hardness Difference between Deciduous Tooth Enamel With and Without TAF Before

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Desikator Neraca analitik 4 desimal Lampiran 1. Prosedur Uji Kadar Air A. Prosedur Uji Kadar Air Bahan Anorganik (Horwitz, 2000) Haluskan sejumlah bahan sebanyak yang diperlukan agar cukup untuk analisis, atau giling sebanyak lebih dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya

Lebih terperinci

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA A. Pengertian Larutan Penyangga Larutan penyangga biasa disebut juga dengan larutan Buffer atau larutan Dapar. Dimana larutan penyangga merupakan larutan yang mampu

Lebih terperinci

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

Lebih terperinci

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN I. JUDUL PERCOBAAN : TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN II. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat dan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

VISIT MY WEBSITE : KLIK AJA LINKNYA SOB http://dionlegionis.blogspot.com/search/label/education%20mipa http://dionlegionis.blogspot.com/2015/03/klasifikasi-kodok-beranak-darisulawesi.html http://dionlegionis.blogspot.com/2015/03/download-pdf-statistika-datatunggal.html

Lebih terperinci

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Indikator Alami I. Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasikan perubahan warna yang ditunjukkan indikator alam. 2. Mengetahui bagian tumbuhan yang dapat dijadikan indikator alam.

Lebih terperinci