HUBUNGAN ANTARA KESESAKAN DAN COPING STRESS DENGAN PERILAKU AGRESI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B TENGGARONG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA KESESAKAN DAN COPING STRESS DENGAN PERILAKU AGRESI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B TENGGARONG"

Transkripsi

1 PSIKOBORNEO, 2020, 8 (2) : ISSN (online), ISSN (cetak), ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2020 HUBUNGAN ANTARA KESESAKAN DAN COPING STRESS DENGAN PERILAKU AGRESI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B TENGGARONG Muhamad Fadhol Tamimy 1 Abstract This research aims to know whether there is a relations between crowding and coping stress with the behavior of prisoner's aggression. The sample used in this research was 90 prisoners of correctional institution class II B Tenggarong. The data of this research were collected by crowding scale, coping stress scale and the scale of prisoner aggression behavior with a model of Likert scale and the data collected were analyzed by regression tests. The results of this research indicate that there is a relation between crowding and coping stress with the behavior of prisoner in correctional institutions with a calculated F value = (F arithmetic> F table = 3.10), R2 = 0.171, and p = (0.000> 0.05). In addition, the results of the stepwised regression analysis revealed that there was a significant and positive relations between crowding and aggression behavior with a beta value = 0.420, t = (t arithmetic> t table = 1.987), and p = (p <0.05). This indicates that the higher crowding in correctional institution the higher the prisoner's aggression level, conversely the lower the coping of prisoner's stress, the higher the prisoner's aggression behavior. Keywords: crowding, coping stres, prisoner s aggression behaviour Pendahuluan Lembaga pemasyarakatan merupakan tempat pembinaan bagi masyarakat yang sedang menjalani hukuman. Masyarakat yang sedang menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan disebut sebagai narapidana. Seorang narapidana yang ditampung di lembaga pemasyarakatan ditampung untuk dibina hingga kelak ia dapat menyelesaikan masa hukumannya dan kembali kepada masyarakat setelahnya. Dalam rangka pembinaan narapidana di lembaga pemasyarakatan, keamanan dan ketertiban adalah hal yang sangat penting guna tercapainya pembinaan yang baik dan maksimal. Menurut Ningrum (2014) urgensi pengaturan keamanan lembaga pemasyarakatan ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas lembaga pemasyarakatan agar bimbingan dan pembinaan 1 Mahasiswa Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. tamimyf@yahoo.com

2 PSIKOBORNEO, Volume 8, Nomor 2, 2020 : dapat berjalan dengan baik hingga narapidana dapat menyadari kesalahan yang telah diperbuat hingga dapat memperbaiki dan diterima kembali di masyarakat saat bebas nanti. Namun kondisi lembaga pemasyarkatan yang penuh sesak membuat pola pembinaan menjadi tidak maksimal. Penuh sesak di lembaga pemasyarakatan juga membuat gangguan keamanan dan ketertiban muncul. Kondisi penuh sesak dalam lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara memunculkan potensi kerusuhan di dalamnya. Pada tahun 2019 saja telah terjadi 3 kerusuhan diantaranya adalah Rumah tahanan (Rutan) kelas II b siak Sri Indrapura di kabupaten siak mengalami kerusuhan yang membuat terbakarnya sebagian bangunan Rutan tersebut pada sabtu 11 Mei Kerusuhan yang teradi tak hanya merugikan negara, namun juga membuat gangguan keamanan dan ketertiban di dalam maupun sekitar lembaga pemasyarakatan muncul. Kelebihan muatan membuat lembaga pemasyarakatan akhirnya menghadapi permasalahan keamanan dan ketertiban. Seperti yang dijelaskan oleh Sunarko dkk (2014) Kepadatan yang tinggi dapat menyebabkan emosi negatif seperti rasa sesak, sehingga strategi untuk menanggulangi masalah tersebut harus digunakan, salah satunya adalah dengan menyerang dan melumpuhkan seseorang agar ia dapat keluar atau terbebas dari kondisi padat yang ia rasakan. Hal ini menunjukan setiap orang yang berada dalam kondisi padat beresiko melakukan agresi, tidak terkecuali narapidana yang berada di lembaga pemasyarakatan. Pertengkaran adu fisik, saling mencemooh, mengancam untuk mendapatkan sumber daya seperti air, dan makanan adalah hal yang kerap terjadi di lembaga pemasyarakatan. Seperti pendapat yang di ungkapkan oleh Dunkin (1995) dalam prespektif agresi sosio-biologi dimana ia menganggap bahwa seseorang dapat bertindak agresif ketika dirinya merasa tidak nyaman dalam suatu kondisi, dan munculnya kompetisi terhadap sumber daya penting yang terbatas. Lebih lanjut dalam penelitian yang dilakukan oleh Franklin dkk (2006) dalam penelitian yang berjudul Examining The Empirical Relationship Between Prison Crowding and Inmate Misconduct: A Meta-Analysis of Conflicting Research Results dengan menggunakan sampel penelitian empiris yang berasal dari berbagai sumber literature elektronik secara mendalam dan menggunakan database seperti proquest direct, artikel utama, dan referensi dari NCJRS (Nastional Criminal Justice Reference Service) menemukan bahwa kerumunan manusia yang berada di dalam penjara mempengaruhi munculnya perilaku agresi antar narapidana. Menurut Gifford (dalam Sunarko, dkk. 2014) Keadaan lingkungan yang padat sesak pada akhirnya menimbulkan munculnya rasa frustasi dan kemarahan yang membentuk perilaku agresi pada diri seseorang. Kesesakan menurut Holahan (dalam Cholidah dkk, 1996) disebut dengan crowding (Kesesakan) yang muncul apabila individu berada dalam posisi terkungkung akibat persepsi subjektif keterbatasan ruang, karena dibatasi oleh sistem konstruksi bangunan dan atau terlalu banyaknya orang lain di sekelilingnya dan 366

3 Hubungan Antara Kesesakan dan Coping Stress Dengan Perilaku Agresi... (Fadhol) menyebabkan munculnya stimulus yang tidak diinginkan sehingga dapat mengurangi kebebasan masing-masing individu dan memunculkan stresor. Respon stres individu terhadap stres lingkungan dapat ditunjukan dari kondisi kognitif, fisiologisnya, afektif serta perilakunya dan secara fisiologis respon stres dapat ditunjukkan oleh individu misalnya ketegangan otot yang dirasa, kondisi imunitas yang rendah. Sedangkan respon stres secara perilaku akan tampak dalam kecendrungannya berperilaku agresi, mudah tersinggung menarik diri dari lingkungan dan jika di lihat secara afektif ditampakkan dalam bentuk kemarahan, rasa bersalah dan rasa takut (Sholichatun, 2011) Menurut Doelhadi (dalam Agnesia dkk, 2014) selama berada di lapas, ruang gerak narapidana dibatasi dan mereka terisolasi dari masyarakat. Keadaan ini dapat menjadi stresor yang menyebabkan munculnya stres pada narapidana. Stres yang muncul pada akhirnya membuat munculnya upaya untuk melakukan reaksi terhadap stres yang di alaminya. Menurut lazarus dan folkman (dalam Sarafino, 2008) proses seorang individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut disebut dengan coping stres. Menurut penelitian yang telah di lakukan oleh Aday (1994) dalam penelitian berjudul Aging in Prison: A Case Study of New Elderly Offenders pada sejumlah narapidana menemukan bahwa sebagian narapidana menggunakan emotional focus coping untuk menghindarkan diri dari kondisi yang menekan di dalam penjara. Dan hal-hal yang di lakukan oleh sebagian besar naraidana pria untuk keluar dari sumber stres tersebut adalah dengan melibatkan diri dari aktivitas keagamaan, penyangkalan problem, serta mencari bantuan pada narapidana lain. Penelitian di atas memperlihatkan bahwa coping stres digunakan oleh narapidana dalam penjara untuk menghindrakan diri dari sumber stres yang menekan di dalam penjara. Tinjauan Pustaka Perilaku Agresi Berkowitz (dalam Feldman, 2008) mendifinisikan perilaku agresi sebagai sebuah tindakan untuk melukai yang dilakukan dengan sengaja oleh seseorang kepada orang lain yang sejatinya disengaja. Rahman (2013) agresi sering diartikan sebagai sebuah perilaku yang di maksudkan untuk menyakiti dan melukai orang lain baik itu secara fisik maupun psikis. Lebih lanjut menurut Sarwono (2010) menjelaskan bahwa agresi identik dengan kegiatan yang dilakukan dalam bentuk tindakan menyerang dengan sengaja untuk melumpuhkan dan menyakiti orang lain. Perilaku agresi juga didefinisikan sebagai suatu luapan emosi yang disebabkan oleh kegagalan yang dialami dengan cara mengekspresikannya lewat kata kata maupun perilaku. Perilaku tersebut berbentuk seperti melawan lewat cara berkelahi, menyerang, melukai, membunuh, ataupun menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi merupakan sebuah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain (Susantyo, 2011). 367

4 PSIKOBORNEO, Volume 8, Nomor 2, 2020 : Perilaku agresi dilakukan berdasarkan pengalaman dan juga adanya suatu rangsangan situasi tertentu yang menyebabkan seseorang dapat melakukan tindakan agresif (Hall dan Lindzey, 1993). Pengertian agresi juga dihubungkan dengan tingkah laku secara fisik maupun verbal yang dilakukan untuk melukai orang lain (Myers, 2012). Sedangkan menurut Buss dan Perry (1992) perilaku agresi dilakukan dengan niat untuk menyakiti orang lain untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapai. Definisi dari perilaku agresi disajikan menurut fokusnya ke dalam 3 aspek yaitu akibat yang merugikan atau menyakitkan, niat, dan juga harapan bahwa tindakan tersebut akan dapat menghasilakan sesuatu (Krahe, 2005). Adapun aspek-aspek perilaku agresi menurut Buss dan Perry (1992) diantaranya yaitu agresi fisik, verbal, amarah (anger), dan rasa permusuhan. Kesesakan Kesesakan (crowding) menurut Kaya dan Weber (2003) adalah sebuah subjektivitas seorang individu tentang pengalaman psikologis yang memiliki hubungan dengan perasaan kurangnya control atas lingkungan fisiknya. Kesesakan dikatakan muncul saat lingkungan sosial dan juga fisik memiliki batasan dimana kondisi tersebut tak mendukung adanya intimacy dalam melaksanakan aktifitas yang penting pada tingkatan personal. Gifford (1987) mendefinisikan crowding sebagai sebuah perasaan subjektif akan terlalu banyaknya seseorang di sekitar individu. Arza (2002) menyatakan bahwa crowding atau kesesakan adalah kondisi dari stres psikologis yang disertai dengan perasaan kepadatan ruangan tinggi. Kesesakan menurut Sarwono (2010) kesesakan (crowding) adalah persepsi terhadap kepadatan dalam artian jumlah manusia, dank arena kesesakan adalah persepsi maka sifatnya subjektif dan salah satu penyebab dari munculnya kesesakan adalah kepadatan. Menurut Ahmet (dalam Maimunah dan Hariyadi, 2016) crowding adalah keadaan berdasarkan pengalaman negative yang terkait dengan aspek spasial lingkungan. Menurut Sunarko dkk (2014) kesesakan adalah keadaan psikologis yang bersifat subjektif yang dialami oleh individu yang didasari oleh perasaan terlalu sedikitnya ruangan yang tersedia dan adanya gangguan maupun hambatan tertentu di dalam interaksi sosial atau dalam usahanya mencapai sebuah tujuan. Sears dan Peplau (2004) mengungkapkan bahwa kesesakan adalah sebuah perasaan sempit dan tak memiliki cukup ruang yang sifatnya subjektif atau perasaan sesak yang dalam keadaan psikologis menekan dan tidak menyenangkan, yang dikaitkan dengan keinginan untuk mendapatkan ruang daripada yang telah di peroleh. Menurut Loo (1975) keadaan harmoni antara kebutuhan seseorang dan lingkungannya akan menghasilkan uncrowdedness. Sebaliknya, kurangnya keharmonisan antara kebutuhan individu dan lingkungannya akan mengakibatkan efek negatif yang terbentuk dalam bentuk undercrowding atau crowding, dan juga mengarah pada respon manusia dalam bentuk crowding stres. Dua jenis crowding 368

5 Hubungan Antara Kesesakan dan Coping Stress Dengan Perilaku Agresi... (Fadhol) (kesesakan) tersebut dapat dibedakan menjadi social crowding stres dan spatial crowding stres. Sejalan dengan hal tersebut Eroglu dkk (dalam Yildrim dan Alkalin, 2007) mendefinisikan bahwa kesesakan adalah kondisi yang dirasakan oleh seseorang yang diakibatkan oleh jumlah manusia dan spasial ruangan atau lingkungan yang menyertainya. Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kesesakan (crowding) adalah perasaan sesak ruangan yang dirasakan oleh individu yang membuat munculnya hambatan dalam berinteraksi hingga akhirnya menyebabkan terjadinya stres. Lebih lanjut Eroglu dkk (dalam Yildrim dan Alkalin, 2007) menjelaskan bahwa terdapat dua aspek dari kesesakan. Kedua aspek tersebut diantaranya yaitu spasial dan manusia. Coping Stres Menurut Wade dan Tavris coping stres adalah usaha aktif yang dilakukan untuk mengatasi tuntutan ataupun hambatan yang membuat diri stres. Lebih lanjut menurut Lazarus dan Folkman mengatakan bahwa keadaan stres yang dialami seseorang akan menimbulkan efek yang kurang menguntungkan baik secara fisiologis ataupun psikologis. Individu tidak akan membiarkan efek negatif tersebut terus terjadi, ia akan melakukan sesuatu untuk mengatasinya. Tindakan yang diambil tersebut dinamakan dengan coping stres (Wade dan Tavris, 2009). Menurut Lazarus (dalam Taylor, 2006) mendefinisikan coping stres sebagai suatu proses dimana individu akan berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat masalah yang sedang dihadapi dengan cara melakukan perubahan kognitif ataupun perilaku untuk memperoleh rasa aman di dalam dirinya. Menurut Nevid dkk (2005) mendefinisikan coping stres sebagai sebuah cara menghadapi masalah dan suatu kemampuan dalam mengatasi stres. Kemampuan untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara untuk menangani situasi yang mengandung tekanan tersebut sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Mu tadin (dalam Zahra dan Kawuryan, 2015) dimana coping stres adalah cara individu untuk menangani situasi yang mengandung tekanan dan ditentukan oleh sumber daya individu dengan meliputi kesehatan fisik atau energy, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dan juga dukungan sosial dan materi. Berdasarkan definisi menurut ahli di atas, maka coping stres dapat di definisikan sebagai sebuah cara atau mekanisme diri yang digunakan oleh individu untuk menangani dan menanggulangi situasi hambatan dalam diri yang menyebabkan terjadinya kondisi stres. Adapun aspek-aspek coping stres menurut Lazarus dan Folkman (dalam Wade dan Tavris, 2009) dibagi menjadi dua yaitu problem focus coping dan emotional focus coping. 369

6 PSIKOBORNEO, Volume 8, Nomor 2, 2020 : Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II b Tenggarong. Sedangkan pengambilan sampel menggunakan total sampling. Menurut Sugiyono (2015), total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Adapun kriteria sampel dalam penelitian adalah blok lelaki, blok c, kamar 8 dan 9. Sehingga didapatkan total sampel dalam penelitian ini sebesar 90 narapidana. Adapun pengujian dilakukan dengan menggunakan uji try out. Sehingga total sampling dan pengujian skala try out maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 narapidana untuk uji try out dan 90 narapidana untuk penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat pengukuran atau instrumen. Instrumen penelitian yang digunakan ada tiga yaitu skala agresi, kesesakan dan coping stres dengan menggunakan skala likert. Teknik analisis data yang dilakukan untuk pengolahan data penelitian adalah menggunakan uji analisi korelasi product moment. Hasil Penelitian Individu yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah narapidana lembaga pemasyarakatan kelas IIB Tenggarong. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 90 narapidana. Adapun distribusi sampel penelitian sebagai berikut: 370 Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia No. Usia Jumlah Persentase tahun tahun tahun tahun Jumlah Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa usia subjek penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II b Tenggarong yang menjadi sampel penelitian ini adalah rentang usia tahun dengan sampel sebanyak 35 orang dengan presentase sebesar 38.9 persen, rentang usia tahun dengan sampel sebanyak 34 orang dan memiliki presentase sebesar 37.8 persen, rentang usia tahun dengan sampel sebanyak 18 orang dengan presentase sebesar 20 persen, dan rentang usia tahun dengan sampel sebanyak 3 orang atau dengan presentase sebesar 3.3 persen. Berdasarkan hasil uji asumsi normalitas sebaran terhadap variabel agresi menghasilkan nilai Z = dan p = (p < 0.05). Hasil uji berdasarkan

7 Hubungan Antara Kesesakan dan Coping Stress Dengan Perilaku Agresi... (Fadhol) kaidah menunjukkan sebaran butir-butir Perilaku keselamatan adalah normal. Hasil uji asumsi normalitas sebaran terhadap variabel kesesakan menghasilkan nilai Z = dan p = (p < 0.05). Hasil uji berdasarkan kaidah menunjukkan sebaran butir-butir kompensasi adalah normal. Hasil uji asumsi normalitas sebaran terhadap variabel coping stres menghasilkan nilai Z = dan p = (p > 0.05). Hasil uji berdasarkan kaidah menunjukkan sebaran butir-butir beban kerja adalah normal. Pada hasil uji asumsi linearitas antara variabel kesesakan dengan agresi menunjukkan nilai F hitung < F tabel yang artinya hubungan antara kesesakan dengan agresi yang mempunyai nilai deviant from linearity F = dan P = > yang berarti hubungannya dinyatakan linear. Hasil uji asumsi linearitas antara variabel coping stres dengan agresi menunjukkan nilai F hitung < F tabel yang artinya hubungan antara perilaku keselamatan dengan beban kerja yang mempunyai nilai deviant from linearity F = dan p > yang berarti hubungannya dinyatakan linear. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas, diketahui bahwa hasil uji multikolinearitas antar variabel bebas (kesesakan dan coping stres) terhadap variabel terikat (Agresi) menghasilkan nilai yang sama yaitu VIF sebesar masih di sekitar angka 1 dan memiliki tolerance sebesar mendekati angka 1. Hal ini menunjukkan bahwa dalam regresi antara kesesakan dan coping stres terhadap Agresi tidak terjadi multikolinearitas antara variabel bebas. Hasil uji homoskedastisitas didapatkan hasil bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas model regresi dalam penelitian ini, karena seluruh nilai signifikansi yang diperoleh dari pengujian dengan metode Glejser diperoleh nilai lebih dari 0.05 terhadap absolute residual (Abs_Res) secara parsial dan nilai T hitung < T tabel, sehingga variabel independen layak digunakan untuk memprediksi variabel dependen yang ada. Hipotesis dalam penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh antara kesesakan dan copig stres dengan perilaku agresi narapidana di lembaga pemasyarakatan kelas II B Tenggarong. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis korelasi product moment. Berdasarkan hasil uji regresi model penuh, didabatkan hasil F hitung > F tabel yang artinya bahwa kesesakan dan coping stress terhadap perilaku agresi memiliki hubungan signifikan dengan nilai F = 8.967, R 2 = 0.171, dan P = (0.000 > 0.05). Berdasarkan data tersebut artinya hipotesis mayor dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil analisis model bertahap, dapat diketahui bahwa T hitung > T tabel yang artinya terdapat hubungan antara kesesakan dengan perilaku agresi nilai beta = 0.420, T = (T hitung > T tabel = 1.987), dan P = (P < 0.05). Kemudian pada coping stress dengan perilaku agresi menunjukkan T hitung > T tabel yang artinya terdapat hubungan negatif dimana nilai beta = , T = (T hitung > T tabel = 1.987), dan P = (P < 0.05). 371

8 PSIKOBORNEO, Volume 8, Nomor 2, 2020 : Pada hasil uji analisis parsial terhadap agresi fisik (Y 1 ) didapatkan hasil bahwa seluruh aspek variabel yang terdiri dari aspek manusia (X 1 ) spasial (X 2 ) problem focus coping (X 3 ) emotional focus coping (X 4 ) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan aspek fisik (Y 1 ). Hasil analisis parsial terhadap agresi verbal (Y 2 ) menghasilkan nilai koefisien beta (β) = 0.301, T hitung > T tabel dan nilai P = (P<0.05) hal ini menunjukan aspek manusia (X 1 ) memiliki hubungan dan signifikan dengan verbal (Y 2 ). Sementara itu spasial (X 2 ) problem focus coping (X 3 ) emotional focus coping (X 4 ) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan verbal (Y 2 ). Pada hasil analisis parsial terhadap Agresi Anger (Y 3 ) didapatkan hasil aspek manusia (X 1 ) dengan aspek angger (Y 3 ) menghasilkan nilai koefisien beta (β) = 0.344, T hitung > T tabel dan nilai P = (P <0.05) hal ini menunjukan aspek manusia (X 1 ) memiliki hubungan dan signifikan dengan aspek angger (Y 3 ). Sementara itu spasial (X 2 ) problem focus coping (X 3 ) emotional focus coping (X 4 ) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan angger (Y 3 ). Dan pada hasil analisis parsial agresi rasa permusuhan (Y 4 ) didapatkan hasil koefisien beta (β) = 0.652, T hitung > T tabel dan nilai P = (P<0.05) hal ini menunjukan aspek problem focused coping (X 3 ) memiliki hubungan dan signifikan dengan aspek rasa permusuhan (Y 4 ). Sedangkan emotional focus coping (X 4 ) dengan aspek rasa permusuhan (Y 4 ) menghasilkan nilai koefisien beta (β) = , T hitung > T tabel dan nilai P = (P<0.05) hal ini menunjukan emotional focus coping (X 4 ) memiliki hubungan dan signifikan dengan aspek rasa permusuhan (Y 4 ). Sementara itu manusia (X 1 ) dan aspek spasial (X 2 ) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan rasa permusuhan (Y 4 ). Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hubungan antara kesesakan (X 1 ) dan coping stres(x 2 ) terhadap agresi (Y) narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II b Tenggarong menunjukan adanya hubungan yang signifikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai F hitung = 8.967, dimana F hitung nilainya lebih besar daripada nilai F tabel = 3.10, dan R 2 = 0.171, dengan nilai Sig (P) = (P < 0.05). Artinya dalam penelitian ini hipotesis H 1 diterima dan H 0 ditolak. Adapun nilai kontribusi (R 2 ) kesesakan dan coping stres adalah 0.174, hal ini diartikan bahwa kesesakan dan coping stres sama-sama memberikan kontribusi hubungan terhadap agresi yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II b Tenggarong sebesar 17,1 persen, sedangkan sisanya 82,9 persen kontribusi hubungan ada pada variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini berarti juga dapat diartikan bahwasanya setiap perilaku agresi yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II b Tenggarong memiliki hubungan dengan kesesakan yang terjadi dan juga berpengaruh dengan coping stres yang dimiliki oleh narapidana didalamnya. 372

9 Hubungan Antara Kesesakan dan Coping Stress Dengan Perilaku Agresi... (Fadhol) Adapun hasil penelitian di atas dimana kontribusi hubungan antara kesesakan, coping stres dengan agresi hanya berkontribusi sebesar 17,1%, sedangkan sisanya 82,9% adalah kontribusi dari variabel lainnya memperlihatkan bahwa hubungan kesesakan dan coping stres hanya berpengaruh kecil terhadap perilaku agresi narapidana di lembaga pemasyarakatan. Artinya munculnya perilaku agresi pada narapidana masih tidak mutlak disebabkan karena kondisi ruangan yang sesak, atau rendahnya coping stres. Bahkan di beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kesesakan di dalam penjara tidak memiliki kontribusi terhadap perilaku agresi narapidana. Penelitian yang dilakukan oleh McGuire (2018) yang berjudul understanding prison violence: a rapid evidence assessment membuktikannya. Penelitian yang berfokus pada transfer karakteristik pribadi pria yang berpotensi melakukan kekerasan di dalam penjara, secara mengejutkan menghasilkan bahwa kesesakan bukan faktor utama munculnya perilaku agresi narapidana pria. Akan tetapi perilaku agresi yang berujung kekerasan muncul disebabkan akibat dari dinamika lingkungan penjara yang buruk seperti aturan yang terlalu mengontrol, tidak adilnya penegakan aturan antar narapidana satu dengan yang lainnya, dan perilaku buruk staf penjara. Penelitian tersebut pada akhirnya juga dapat menjelaskan beberapa uji parsial per aspek kesesakan dengan aspek-aspek agresi itu sendiri. Walaupun begitu peneliti tidak bisa mengatakan bahwa tidak ada hubungan sama sekali antara kesesakan yang terjadi di penjara dengan perilaku agresi yang muncul pada narapidana karena masih terdapat kontribusi hubungan didalamnya. Begitu juga dengan coping stres yang juga memiliki hubungan dengan perilaku agresi walaupun kecil. Adanya hubungan ini dapat di jelaskan pada penelitian sebelumnya yang telah di lakukan oleh Aday (1994) dalam penelitian berjudul Aging in Prison: A Case Study of New Elderly Offenders pada sejumlah narapidana menemukan bahwa sebagian narapidana menggunakan emotional focus coping untuk menghindarkan diri dari kondisi yang menekan di dalam penjara. Hal-hal yang di lakukan oleh sebagian besar naraidana pria untuk keluar dari sumber stres tersebut adalah dengan melibatkan diri dari aktivitas keagamaan, penyangkalan problem, serta mencari bantuan pada narapidana lain. Penelitian di atas memperlihatkan bahwa coping stres digunakan oleh narapidana dalam penjara untuk menghindrakan diri dari sumber stres yang menekan di dalam penjara. Pada hasil analisis regresi sederhana didapatkan hasil antar variabel X (Kesesakan dan coping stres) berhubungan dengan variabel Y (Agresi). Hasil tersebut memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara variabel kesesakan dengan perilaku agresi dimana T hitung (4.117) lebih besar dari T tabel (1.987) dan P (0,000) lebih kecil daripada koefisien 0,05. Hasil ini memperkuat penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kesesakan di dalam penjara dengan perilaku agresi yang muncul pada narapidana. Dalam penelitian Franklin dkk (2006) dengan judul Examining The Empirical Relationship Between Prison Crowding and Inmate Misconduct: A Meta-Analysis 373

10 PSIKOBORNEO, Volume 8, Nomor 2, 2020 : of Conflicting Research Results menemukan bahwa masalah kesesakan di dalam penjara juga menjadi penyebab terjadinya agresi antar narapidana. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sampel penelitian empiris yang berasal dari berbagai sumber literature elektronik secara mendalam dan menggunakan database seperti proquest direct, artikel utama, dan referensi dari NCJRS (Nastional Criminal Justice Reference Service) menemukan bahwa kerumunan manusia yang berada di dalam penjara mempengaruhi munculnya perilaku agresi antar narapidana. Kesesakan yang terjadi di lembaga pemasyarakatan atau penjara dibagi menjadi dua yaitu kesesakan yang disebabkan karena banyaknya manusia di dalamnya dengan bentuk bangunan atau ruangan yang tidak memadai. Banyaknya manusia menjadi penyebab terbatasnya sumber daya, baik sumber daya udara, air, dan makanan. Dalam perspektif agresi sosio-biologi yang diungkapkan oleh Dunkin (1995) menganggap bahwa seseorang dapat bertindak agresif ketika dirinya merasa tidak nyaman dalam suatu kondisi yang memunculkan kompetisi terhadap sumber daya penting yang terbatas. Kesesakan bentuk spasial ruang penjara yang dijadikan kamar hunian juga memiliki peran penting dalam memicu perilaku agresif narapidana, dimana kondisi ruangan yang sesak membuat ruang gerak mereka menjadi terbatas. Terbatasnya ruang gerak di dalam ruang penjara lembaga pemasyarakatan membuat segala aktifitas termasuk istirahat menjadi terganggu sehingga berpotensi menimbulkan perkelahian antar narapidana. Kondisi ini seperti yang terjadi saat peneliti melakukan wawancara salah satu narapidana U yang sedang menjalani hukuman keamanan dan tata tertib karena berkelahi dengan narapidana lainnya disebabkan karena ia terpancing emosi pada saat sedang tidur, kakinya disenggol oleh temannya. Kamar hunian penjara di lembaga pemasyarakatan yang sempit membuat ruang gerak menjadi terbatas sehingga segala aktivitas yang dilakukan oleh penghuninya rentan untuk terjadi senggolan dengan penghuni lainnya. Dan itulah yang pada akhirnya membuat narapidana satu dengan yang lainnya bertengkar baik secara verbal maupun adu fisik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Holahan (dalam Sarwono, 1992) yang menyatakan bahwa munculnya kesesakan memiliki dampak pengaruh pada tingkah laku sosial diantaranya adalah agresi, menarik diri dari lingkungan sosial, berkurangnya tingkah laku menolong, kecendrungan untuk lebih banyak melihat sisi jelek dari orang lain jika terlalu lama tinggal bersama orang lain itu di tempat yang padat atau sesak. Kesesakan yang dialami warga binaan memicu agresi yang disebabkan oleh kurangnya ruang gerak, sehingga membuat antar narapidana berebut tempat tidur. Perebutan tersebut membuat adanya gesekan antar narapidana sehingga kejadian adu mulut, perkelahian terjadi. Selain perkelahian, kesesakan yang terjadi juga membuat emosi negatif muncul, dan imbas dari emosi negatif yang dirasakan oleh seseorang akan berdampak pada penyaluran yang tidak tepat misalnya saja memaki, mencaci, berteriak, hingga menyerang orang lain. 374

11 Hubungan Antara Kesesakan dan Coping Stress Dengan Perilaku Agresi... (Fadhol) Pada hasil analisis regresi sederhana juga dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara coping stres dengan perilaku agresi narapidana dimana nilai T hitung (-2.145) lebih besar dibandingkan dengan T tabel (1.987). Pada nilai beta menunjukan angka negatif (-0.219) yang dapat kita artikan bahwa semakin rendah coping stres yang dimiliki, maka akan semakin tinggi perilaku agresi narapidana. Hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Rocheleau (2014) dengan penelitian berjudul Prisoners s coping skills and involvement in serious prison misconduct and violence. Penelitian yang di lakukan dengan menggunakan sampel acak dari 312 narapidana yang dikelompokkan berdasarkan keterlibatannya pada kesalahan serius di penjara dengan tingkat keamanan menengah dan maksimum. Penelitian dengan menggunakan desain metode penelitian campuran dan penguulan data secara kuantitatif dan kualitatif menemukan bahwa narapidana yang belajar mengelola stres lewat melakukan kegiatan pro sosial dengan sesama narapidana, dan staf lebih kecil kemungkinannya melakukan tindakan yang mengganggu. Sedangkan narapidana yang berekasi terhadap stres dengan cara melampiaskan emosi, cendrung berkelakuan buruk. Studi ini juga menemukan bahwa kebijakan, praktik, dan tingkat keterampilan dari para staf penjara mempengaruhi pelanggaran yang terjadi di dalam penjara. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberap kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut; 1. Terdapat hubungan yang antara kesesakan (crowding) dan coping stres dengan perilaku agresif narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIb Tenggarong, dengan penjelasan bahwa jika kesesakan dan coping stres meningkat maka perilaku agresif narapidana juga meningkat. 2. Terdapat hubungan positif kesesakan (crowding) dengan perilaku agresif narapidana, artinya semakin tinggi kesesakan maka semakin tinggi pula perilaku agresi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Tenggarong. 3. Terdapat hubungan yang negatif antara coping stres dengan perilaku agresif narapidana, artinya semakin rendah coping stres maka semakin tinggi perilaku agresi narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Tenggarong. Saran Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan ada beberapa saran yang dapat peneliti berikan dengan proses dan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagi pihak lembaga pemasyarakatan, agar dapat meminimalisir kesesakan yang terjadi di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas II b Tenggarong dengan mempermudah pengurusan kebebasan narapidana atau memaksimalkan ruangan yang tidak difungsikan untuk dijadikan kamar hunian. 375

12 PSIKOBORNEO, Volume 8, Nomor 2, 2020 : Kepada staf pembinaan kepribadian agar dapat memberikan pelatihan management stres pada narapidana yang memiliki tingkat agresi tinggi, agar memiliki coping stres yang baik. 3. Pada narapidana yang berada di lembaga pemasyarakatan kelas IIb Tenggarong, agar bisa saling menghargai antar narapidana lainnya. Jika memiliki masalah, agar dapat segera berkonsultasi dengan para wali kamar atau konsultasi dengan konselor pembinaan kepribadian. 4. Kepada keluarga tahanan dan narapidana untuk bisa terus memberikan dukungan dan support agar mereka dapat menjalani hukuman dengan baik. 5. Kepada peneliti selanjutnya bagi yang ingin membahas tema yang sama, maka diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dari segi penguatan fenomena dengan mengumpulkan data secara faktual. Disarankan pula untuk peneliti selanjutnya meyakinkan para narapidana saat mengisi questioner bahwasanya apa yang mereka isi tidak akan berpengaruh dengan proses pengurusan bebas, ataupun remisi yang akan mereka dapatkan. Kerahasiaan pun sangat penting mengingat kondisi narapidana yang beranggapan bahwa apa yang mereka ucapkan pada peneliti dapat mempengaruhi nasib mereka kedepannya Daftar Pustaka Aday, H.A Aging In Prison: A Case Study onf New Elderly Offenders. International Journal of Offenders Therapy. 38 (1): Agnesia, A., Halim, A., dan Manurung, I Mekanisme Koping Narapidana Kasus Narkoba Yang Menjalani Vonis Masa Hukuman Di Lembaga Pemasyarakatan. Jurnal Keperawatan. 10(1): Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arza, C Environmental Psychology and Urban Planning: Where Can the Twain Meet?. Dalam Robert B. Bechtel & Arza hurchman (eds.). Handbook of Enviromental Psychology. h: New York: Wiley & Sons. Buss, A. H., dan Perry, M The Aggression Questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology, 63(3), Cholidah, L., Ancok, D., dan Haryanto, H Hubungan Kepadatan Dan Kesesakan Dengan Stres Dan Intensi Prososial Pada Remaja Di Pemukiman Padat. Psikologika. 1, Dunkin, K Developmental Social Psychology From Infancy an Old Age. Oxford: Blackwell Publisher Ltd. Feldman, R Understanding Psychology. Edisi 8. Boston: MacGrow Hill. Franklin, T.W., Franklin, C.A., dan Pratt, T. C Examining the Empirical Relationship Between Prison Crowding and Inmate Misconduct: A Meta- 376

13 Hubungan Antara Kesesakan dan Coping Stress Dengan Perilaku Agresi... (Fadhol) analysis of Conflicting Research Results. Journal of Criminal Justice. 34 (2006), Gifford, R Environmental Psychology Principles and Practice. London: Allyn & Bacon, Inc. Hall., dan Lindzey Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pres. Kaya, N., dan Weber, W. J Cross-Cultural Differences in The Perception of Crowding and Privacy Regulation. American and Turkish Student. Journal of Environmental Psychology, (23), Krahe, B Perilaku agresi. Terjemahan oleh Helly Prajitno & Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Loo, C.M The Psychological Study Of Crowding: Some Historical Roots and Conceptual Developments. The American Behavioral Scientist, 18 (6), Maimunah. W., dan Hariyadi. S Hubungan Antara Kesesakan Dengan Privasi Pada Mahasiswa Yang Tinggal Di Pondok Pesantren. McGuire, J Understanding Prison Violence: a Rapid Evidence Assessment. Analytical Summary 2018 HM Prison & Probation Service. m/uploads/attachment_data/file/737956/understanding-prisonviolence.pdf. Diakses pada tanggal 18 September Myers, D. G Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Nevid J,S., Rathus A. S., dan Greene, B Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga. Ningrum, R. A Urgensi Pengaturan Keamanan Dan Ketertiban Dalam Lembaga Pemasyarakatan Di Indonesia. Jurnal Hukum: Diakses pada tanggal 21 Januari Rahman, A. A Psikologi Sosial Integrasi Pengetahuan Wahyu Dan Pengetahuan Empirik. Jakarta: Rajawali Pers. Rocheleau, A. M. K Prisoners s Coping Skills and Involvement In Serious Prison Misconduct and Violence. Victims & Ofenders: An International Journal of Evidence-based Research, Policy,and Practice. 9 (2): Sarwono, S. W Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Press. Sears, D.O., Freedman, J. L., dan Peplau, L.A Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Sholichatun, Y Stres dan Strategi Coping Pada Anak Didik di Lembaga Pemasyarakatan Anak. Jurnal Psikologi Islam. 8 (1), Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunarko, G., Anward, H.H., dan Erlyani, N Peranan Kesesakan Terhadap Perilaku Agresi Pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIA Martapura. Jurnal Ecopsy, 1(3),

14 PSIKOBORNEO, Volume 8, Nomor 2, 2020 : Susantyo, B Memahami Perilaku agresi: Sebuah Tinjauan Konseptual. Informasi, informasi, 16(03), Taylor, S. E Health Psychology. Sixth Edition. New York: McGraw-Hill. Wade, C., dan Tavris. C Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Yildrim, K., dan Alkalin. B. A Perceived Crowding in a café/ Restaurant With Different Seating Densities. Journal of Building and Environment (42) Zahra, C. F., dan Kawuryan, F Coping Stres Pada Remaja Broken Home. Proceeding Seminar Nasional Selamatkan Generasi Bangsa Dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal, Surakarta: 13 Juni Hal

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Abstract This study aims to determine whether there is a relationship between the density (density) in a boarding house with student learning

Lebih terperinci

IJIP 8 (1) (2016) INTUISI JURNAL PSIKOLOGI ILMIAH.

IJIP 8 (1) (2016) INTUISI JURNAL PSIKOLOGI ILMIAH. IJIP 8 (1) (2016) INTUISI JURNAL PSIKOLOGI ILMIAH http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijip HUBUNGAN ANTARA KESESAKAN DENGAN PRIVASI PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN Wakhidati Maimunah

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Crowding Stress dan Coping Strategy Pada Remaja di Kelurahan Tamansari Bandung Descriptive Study of Crowding Stress and Coping Strategy 1 Wulan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, Oktober 2014 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, Oktober 2014 ISSN PENELITIAN MEKANISMEN KOPING NARAPIDANA KASUS NARKOBA YANG MENJALANI VONIS MASA HUKUMAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN Ade Agnesia*, Abdul Halim**, Idawati Manurung** Koping merupakan strategi untuk memanajemen

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Perbedaan Tingkat Crowding (Kesesakan) pada Anak Panti Asuhan Usia 10 dan 12 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Cabang Sumur Bandung 1 Andhini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Efi Oktawidiyanti Santosa, Imam Setyawan*

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PERILAKU SEKSUAL PADA SMP NEGERI X

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PERILAKU SEKSUAL PADA SMP NEGERI X HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PERILAKU SEKSUAL PADA SMP NEGERI X Dinda Puspa Handika, Imam Setyawan* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro E-mail: dinda.handika@gmail.com, imamsetyawan.psiundip@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 Roy Silitonga, Sri Hartati *) Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY HARMONY WITH THE AGGRESSIVE

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA REMAJA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LAPAS ANAK KELAS II A KUTOARJO

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA REMAJA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LAPAS ANAK KELAS II A KUTOARJO HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA REMAJA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LAPAS ANAK KELAS II A KUTOARJO Fonda Desiana Pertiwi, Achmad Mujab Masykur* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, yang diistilahkan dengan adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

Rizki Ramadhani. Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Intisari

Rizki Ramadhani. Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Intisari HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DI STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA Rizki Ramadhani Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasioanal berganda ( Multiple Corelation) yang menunjukkan arah dan

BAB III METODE PENELITIAN. korelasioanal berganda ( Multiple Corelation) yang menunjukkan arah dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian yang menggunakan teknik korelasioanal berganda ( Multiple Corelation) yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan

Lebih terperinci

FOCUSED. Memperoleh SKRIPSI. Disusun oleh: Mutiara Nandini M2A SEMARANG

FOCUSED. Memperoleh SKRIPSI. Disusun oleh: Mutiara Nandini M2A SEMARANG HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA TARUNA TINGKAT III AKADEMI KEPOLISIAN SEMARANG Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi MODUL PERKULIAHAN AGRESI Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 61119

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 13 GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA Anies Andriyati Devi 1 Dra.Retty Filiani 2 Dra.Wirda Hanim, M.Psi 3 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan saudara kandung

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA Terendienta Pinem 1, Siswati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan uraian-uraian hasil penelitian dari bab sebelumnya hasil yang dapat disimpulkam sebagai berikut: 1. Tingkat agresivitas andikpas di Lembaga Pemasyarakatan

Lebih terperinci

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I AGRESI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 13 61016 Abstract Materi tentang pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini sebesar 122 subyek yang diperoleh 10% dari total penduduk 1 rukun warga (RW) yang berjumlah

Lebih terperinci

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL (Studi pada Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren dan yang Tinggal bersama Orang Tua)

PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL (Studi pada Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren dan yang Tinggal bersama Orang Tua) PERBEDAAN PERILAKU PROSOSIAL DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL (Studi pada Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren dan yang Tinggal bersama Orang Tua) SKRIPSI Oleh: Delvi Irma Listya Perdani 08810139 FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di

Bab I Pendahuluan. Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di Indonesia pada tahun 2013 adalah 342.084 kasus sehingga dapat ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap fase kehidupan manusia pasti mengalami stres pada tiap fase menurut perkembangannya. Stres yang terjadi pada mahasiswa/i masuk dalam kategori stres

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESI REMAJA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESI REMAJA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESI REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan oleh : RINA SETIAWATI

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU 1 Siti Nazhifah 1, Jimmi Copriady, Herdini fhazhivnue@gmail.com 081372751632 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Perfeksionisme dan Strategi Coping: Studi pada Mahasiswa Tingkat Akhir

Perfeksionisme dan Strategi Coping: Studi pada Mahasiswa Tingkat Akhir MEDIAPSI 2017, Vol. 3, No. 1, 9-16 Perfeksionisme dan Strategi Coping: Studi pada Mahasiswa Tingkat Akhir Syakrina Alfirani Abdullah, Thoyyibatus Sarirah, Sumi Lestari syakrina93@gmail.com Jurusan Psikologi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY. Oleh: SUPARJO ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY. Oleh: SUPARJO ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY Oleh: SUPARJO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan perilaku prososial pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan di jabarkan mengenai variabel penelitian, definisi operasional, hipotesis, subjek penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, prosedur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian dengan judul Pengaruh lingkungan keluarga dan motivasi belajar intrinsik terhadap prestasi belajar siswa Mata Pelajaran Korespondensi kelas X Administrasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA COPING STRESS DENGAN BULLYING PADA SISWA SMK MUHAMMADIYAH KUDUS. Herlin Eviani, Jati Ariati *

HUBUNGAN ANTARA COPING STRESS DENGAN BULLYING PADA SISWA SMK MUHAMMADIYAH KUDUS. Herlin Eviani, Jati Ariati * HUBUNGAN ANTARA COPING STRESS DENGAN BULLYING PADA SISWA SMK MUHAMMADIYAH KUDUS Herlin Eviani, Jati Ariati * Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro herlineviani@gmail.com, ariati_jati@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Rudi Prasetyo 04320307

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL 1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL DyahNurul Adzania, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro dyadzania@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya mereka dapat menggantikan generasi terdahulu dengan sumber daya manusia, kinerja dan moral

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Dian Setyorini ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Tempat Penelitian Pondok Pesantren Sunan Pandanaran beralamat di jalan Demuk Gg. Roda Ngunut. Pondok ini dikhususkan bagi para siswi

Lebih terperinci

Bab 5. Simpulan, Diskusi dan Saran

Bab 5. Simpulan, Diskusi dan Saran Bab 5 Simpulan, Diskusi dan Saran 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa data serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari hasil

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Catharina Galuh Suryondari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes, Jalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

PERILAKU AGRESI REMAJA LAKI-LAKI TAHUN YANG MENGALAMI ADIKSI DAN TIDAK MENGALAMI ADIKSI ONLINE GAME VIOLENCE MUHAMMAD IRHAM RAMADHAN ABSTRAK

PERILAKU AGRESI REMAJA LAKI-LAKI TAHUN YANG MENGALAMI ADIKSI DAN TIDAK MENGALAMI ADIKSI ONLINE GAME VIOLENCE MUHAMMAD IRHAM RAMADHAN ABSTRAK PERILAKU AGRESI REMAJA LAKI-LAKI 12-20 TAHUN YANG MENGALAMI ADIKSI DAN TIDAK MENGALAMI ADIKSI ONLINE GAME VIOLENCE MUHAMMAD IRHAM RAMADHAN ABSTRAK Online game yang mengandung unsur kekerasan merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data yang sudah valid dan reliabel menjadi data hasil penelitian. Selanjutnya dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Konsep Lansia Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan stress lingkungan.

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Penelitian

Bab 3. Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian 3. 1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3. 1. 1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel 1 : Persepsi Stres Definisi Operasional : Tinggi rendahnya persepsi terhadap stres

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak 1. Pengertian Coping Stress Coping adalah usaha dari individu untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dari lingkungannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas segala kebutuhan yang diperlukan dalam kehidupannya. Seringkali hal ini yang mendasari berbagai macam

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA, LINGKUNGAN KERJA, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA SPBU

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA, LINGKUNGAN KERJA, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA SPBU ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA, LINGKUNGAN KERJA, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA SPBU 44.594.02 JEPARA) PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresivitas 2.1.1 Definisi Agresivitas Agresi adalah pengiriman stimulus tidak menyenangkan dari satu orang ke orang lain, dengan maksud untuk menyakiti dan dengan harapan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Erikson (dalam Lahey, 2009), mengungkapkan individu pada masa remaja akan mengalami konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir diseluruh dunia. Krisis moral ini dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A 1 HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A Rohmatul Ummah, Anita Listiara* Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III (RUANG CEMPAKA DAN KELIMUTU) RSUD PROF. Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG Yolanda B. Pamaa,c*, Elisabeth Herwantib, Maria

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Psikologi Sosial II

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Psikologi Sosial II GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Psikologi Sosial II 1 Judul Mata Kuliah : Psikologi Sosial II Nomor Kode/SKS : / 3 SKS Deskripsi Singkat Tujuan Instruksional : Mata kuliah ini

Lebih terperinci

HIDUP DI KOTA SEMAKIN SULIT:

HIDUP DI KOTA SEMAKIN SULIT: StraJegi adaptasi dalam situasi kep.jaum sosial 1 HIDUP DI KOTA SEMAKIN SULIT: Bagaimana strategi adaptasi dalam situasi kepadatan sosial? Avin Fadilla Helmi Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers Ragnarok Online. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun. Pada usia ini anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, dan mengabungkan diri

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI AGRESI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YAYASAN KEJURUAN TEKNOLOGI BARU (SMK YKTB) 2 KOTA BOGOR Oleh: Amalina Ghasani 15010113130113 FAKULTAS

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak

RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak RINGKASAN SKRIPSI A. PENDAHULUAN Sudah menjadi rahasia umum bahwa dunia persilatan memang sangat identik dengan perilaku kekerasan atau agresi. Mulai dari latihan pencak silat yang tampak terlihat memberikan

Lebih terperinci

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA Dwini Aisha Royyana, Nailul Fauziah Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip

Lebih terperinci

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA MADYA DI SMA X BOGOR LATAR BELAKANG MASALAH Agresivitas Persahabatan Kesepian Penolakan AGRESIVITAS Perilaku merugikan atau menimbulkan korban pihak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA WANITA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA WANITA SEMARANG HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA WANITA SEMARANG Raisa, Annastasia Ediati Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini berlokasi di SMPN 1 Kauman dengan populasinya semua kelas VIII yaitu kelas VIII A, B, C, D, E, F, G, H, I dan J tahun pelajaran 2016/2017. Teknik

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN Sri Ratna Ningsih & Hikmah Sobri STIKES Aisyiyah Yogyakarta E-mail: myratna_cute@yahoo.co.id Abstract: The

Lebih terperinci

IJEEM: Indonesian Journal of Environmental Education and Management, Volume 2 Nomor 1 Januari 2017

IJEEM: Indonesian Journal of Environmental Education and Management, Volume 2 Nomor 1 Januari 2017 Corelational Personality: Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, Neuroticism) and Intention to Act With Responsibility Environmental Behaviour ZAIRIN zairin.pamuncak@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : EVITA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2010), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

oleh: niken kusdayanti fakultas ekonomi, universitas negeri yogyakarta Pembimbing: Tejo Nurseto, M.Pd.

oleh: niken kusdayanti fakultas ekonomi, universitas negeri yogyakarta Pembimbing: Tejo Nurseto, M.Pd. Pengaruh Citra Koperasi (Niken Kusdayanti) 124 PENGARUH CITRA KOPERASI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA SETIA KECAMATAN MOJOTENGAH KABUPATEN WONOSOBO

Lebih terperinci

Dian Ayu Kusumawardani, Tri Puji Astuti* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Dian Ayu Kusumawardani, Tri Puji Astuti* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro 1 PERBEDAAN KECEMASAN MENJELANG BEBAS PADA NARAPIDANA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, TINDAK PIDANA, LAMA PIDANA, DAN SISA MASA PIDANA ( Studi Komparasi pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan A dan Lembaga

Lebih terperinci

RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS

RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS Ilham Prayogo, Hastaning Sakti* iprayogo@rocketmail.com, sakti.hasta@gmail.com Ilham Prayogo M2A607052

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara motor berusia tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara motor berusia tahun A. Deskripsi Subjek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara motor berusia 17-23 tahun yang berjumlah 80 orang. Dalam 80 orang subjek penelitian dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Pudyastuti Widhasari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Dian Lati Utami, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek Penelitian ini adalah sense of humor dan penyesuaian diri pada remaja

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek Penelitian ini adalah sense of humor dan penyesuaian diri pada remaja BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pertanyaan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN GADGET

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN GADGET HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN GADGET DENGAN POLA KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM KELUARGA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : MASYITHOH PUTRI PERTIWI 12500041 ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres dan ketidakpuasan merupakan aspek yang tidak dapat dihindari oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Mahasiswa merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Vania Dwi Tristiana (14541084) Prodi : PGSD FKIP UNISRI ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya penyakit Lupus. Penyakit ini merupakan sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai

Lebih terperinci

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya PERANAN INTENSITAS MENULIS DI BUKU HARIAN TERHADAP KONSEP DIRI POSITIF PADA REMAJA Erny Novitasari ABSTRAKSI Universitas Gunadarma Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri, dimana remaja berusaha

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stres merupakan fenomena umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa tuntutan dan tekanan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, dengan responden 100 mahasiswa program

Lebih terperinci

PENGARUH LINKUNGAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA GURU DI KECAMATAN PURWOREJO

PENGARUH LINKUNGAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA GURU DI KECAMATAN PURWOREJO PENGARUH LINKUNGAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA GURU DI KECAMATAN PURWOREJO Oleh Tiwi Ambarsari Ridwan Baraba, S.E. M. M iwanba2003@yahoo.com Esti Margiyanti Utami, S. E. M.Si em.utami@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini kota besar masih memiliki daya tarik bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah kegiatan perekonomian dan pendidikan yang menyebabkan banyak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Raya Kembangan No.2 Jakarta Barat Blok B Lt.13.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Raya Kembangan No.2 Jakarta Barat Blok B Lt.13. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian bulan Maret - Juli 2015, Tempat yang diteliti adalah Kantor Kepegawaian Kota Administrasi Jakarta Barat, yang beralamat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja identik dengan masa pubertas, di masa ini terjadi perubahan fisik di semua bagian tubuh baik ekternal maupun internal yang juga mempengaruhi psikologis remaja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Remaja (adolescense) adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS X UPTD SMAN 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS X UPTD SMAN 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS X UPTD SMAN 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

Witan Faestri, Agustina Sri Purnami Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. *Korespondensi:

Witan Faestri, Agustina Sri Purnami Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. *Korespondensi: HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI SE-KECAMATAN SEDAYU TAHUN AJARAN 2016/2017 Witan Faestri, Agustina Sri

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG Soraya Prabanjana Damayanti, Dinie Ratri Desiningrum* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Sorayadamayanti88@gmail.com

Lebih terperinci

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015 UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015 HUBUNGAN KEMAMPUAN NUMERIK DAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 JOGONALAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PASIEN PENYAKIT JIWA DENGAN PERILAKU AGRESIF PERAWAT PASIEN PENYAKIT JIWA

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PASIEN PENYAKIT JIWA DENGAN PERILAKU AGRESIF PERAWAT PASIEN PENYAKIT JIWA HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PASIEN PENYAKIT JIWA DENGAN PERILAKU AGRESIF PERAWAT PASIEN PENYAKIT JIWA Elok Faiqoh 1*) dan Falasifatul Falah **) 1) Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung *)

Lebih terperinci