CI percaya bahwa masyarakat madani yang sejahtera, yang mampu meningkatkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CI percaya bahwa masyarakat madani yang sejahtera, yang mampu meningkatkan"

Transkripsi

1 Pendahuluan CI percaya bahwa masyarakat madani yang sejahtera, yang mampu meningkatkan hubungan dan kesetaraan sosial dan memperbaiki kehidupan manusia, memerlukan integritas, fleksibilitas dan produktifitas ekosistem alam dan keanekaragaman hayatinya. Untuk mewujudkan masyarakat madani sejahtera ini, diperlukan penguatan dan peningkatan tiga dimensi berikut yang saling menyokong dan tergantung satu sama lain: sumber daya alam kritis, pemerintahan efektif dan proses produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan diperkenalkan di tingkat dunia oleh Komisi Brundtland dalam sebuah dokumen Our Common Future Report of the World Commision on Environment and Development (1987) atau Masa Depan Kita Laporan Komisi Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan. Dalam laporan tersebut ditegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengganggu kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kelompok Pemerhati Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011) berpendapat bahwa salah satu kendala dalam menjalankan pembangunan berkelanjutan selama dua dekade terakhir adalah kecenderungan pelaksanaan program berbasis lingkungan masyarakat, situasi ekonomi dan lingkungan yang saling terpisah satu sama lain. Pendekatan global dalam merespon ketiga pilar dari pembangunan berkelanjutan tersebut cenderung menjadikannya terpisah satu sama lain, bukan menjadikan ketiganya terintegrasi. Saat ini, pendekatan yang dilakukan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, yang menekankan bahwa yang penting adalah bukan hubungan aritmetika diantara ketiga pilar (ditambahkan atau dikurangi) namun hubungan aljabar (bagaimana variabel-variabel saling berhubungan dan memberikan pengaruh satu sama lain untuk bersinergi dalam membentuk sebuah persamaan pembangunan berkelanjutan).

2 Inti program dari CI mendukung terciptanya masyarakat sehat dan berkelanjutan berbeda dari program-program serupa lainnya yang bertujuan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, untuk mencapai sebuah masyarakat sehat dan berkelanjutan diperlukan penguatan dan peningkatan tiga dimensi berikut: perlindungan lingkungan, pembangunan sosial, dan pembangunan ekonomi. Namun demikian, dalam sebagian besar konsep pembangunan berkelanjutan, lingkungan dilihat sebagai penyokong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan manusia. Pondasi Lingkungan Masyarakat Sehat dan Berkelanjutan (HSS) yang dimiliki oleh CI tidak sejalan dengan konsep tersebut, dimana pondasi CI menempatkan sumber daya alam di titik pusat dari semua upaya pembangunan berkelanjutan. INOVASI Inovasi adalah aplikasi solusi yang lebih baik yang mampu memenuhi kebutuhan baru, kebutuhan yang tidak dapat diartikulasikan, atau kebutuhan pasar saat ini. Inovasi hanya akan tercapai melalui produk-produk, proses, pelayanan jasa, teknologi atau ide-ide yang siap bersaing dan digunakan untuk pasar, pemerintah dan lingkungan masyarakat. Istilah inovasi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang asli dan pada akhirnya memiliki nilai baru yang mampu menembus pasar dan lingkungan masyarakat. Beberapa orang mengasosiasikannya dengan fenomena baru yang dianggap sangat penting dalam beberapa konteks tertentu. Penggabungan dari kedua pandangan tersebut memunculkan definisi inovasi sebagai sesuatu yang asli, baru dan penting dalam bidang apapun yang mampu menembus (atau memperoleh nilai kepopulerannya dalam) sebuah pasar atau lingkungan masyarakat. [1] Meskipun sesuatu yang beda seringkali dianggap sebagai sebuah inovasi, namun dalam bidang ilmu ekonomi, ilmu pengetahuan manajemen dan bidang praktis dan analisis lainnya ini umumnya dianggap sebagai sebuah proses yang menggabungkan beragam ide yang beda yang mampu memberikan pengaruh pada lingkungan masyarakat.

3 Inovasi berbeda dengan invention (penemuan) yaitu inovasi mengacu pada penggunaan ide atau metode yang lebih baik yang pada akhirnya menjadikan metode atau ide tersebut bersifat beda, sementara penemuan lebih diarahkan pada pembentukan idea tau metode itu sendiri. Inovasi berbeda juga dengan improvement (perbaikan) yaitu inovasi bermakna konsep melakukan sesuatu yang beda bukan melakukan hal yang sama secara lebih baik. Innovation. Perubahan sosial transformatif diartikan sebagai proses strategis, praktis dan filosofis yang ditujukan untuk memberikan perubahan terhadap lingkungan masyarakat. Salah satu contoh dari perubahan sosial transformatif ini adalah transformasi sosial. Transformasi sosial diartikan sebagai sebuah pendekatan sistem yang diaplikasikan pada perubahan sosial skala luas dan upaya-upaya peradilan sosial untuk menganalisis perubahan revolusioner politis, budaya sosial dan ekonomi sosial. Dalam upaya mengintegrasikan dan mempolitisasi pembangunan individu dan pembangunan sosial sebagai pendekatan komprehensif menuju perubahan sosial dalam berbagai tingkatan, untuk mengatasi beragam isu dengan metode holistik dan tanpa kekerasan, maka transformasi sosial dapat diklasifikasikan sebagai pergerakan sosial baru. Transformasi sosial ini tidak difokuskan pada merespon beragam isu yang beredar di lingkungan masyarakat, namun pada upaya untuk memberikan pengaruh pada pergerakan sosial tersebut dan kegiatan yang ada didalamnya. Namun demikian, dengan memperhatikan pemisahan dan pembebasan dari sistem-sistem yang sifatnya menekan dan merugikan termasuk di dalamnya merugikan perekonomian, sebagai inti dari tujuan akhir transformasi sosial tersebut, maka transformasi sosial ini bertentangan dengan berbagai macam definisi yang meninggikan derajat pergerakan sosial baru. Sebagai pendekatan komprehensif terhadap perubahan sosial yang berkembang, transformasi sosial membedakan eksistensinya dari perubahan sosial konvensional biasa, keadilan sosial dan praktik-praktik keorganisasian lainnya melalui pemberian penekanan pada perubahan yang sifatnya

4 individual, kelembagaan, dan sistemik sosial yang tidak dapat dilakukan, atau lebih dikenal dengan istilah perubahan mendalam. Definisi dan Komponen Pondasi penting dalam mendefinisikan perubahan sosial transformatif adalah bahwa akhir dari sebuah keadilan tidak dapat pernah diartikan sebagai munculnya ketidakadilan, bahkan ketika ketidakadilan tersebut memiliki posisi dan pengertian yang sama dengan kerangka pergerakan untuk pencarian kebebasan ( Perubahan vs Transformasi oleh Angel Kyodo Williams). Dia lebih jauh menjelaskan karena penderitaan tidak dapat dihilangkan melalui proses mendukung penderitaan tersebut : ini merupakan kondisi yang mendasari bahwa para aktivis dan pencari keadilan sosial perlu menyederhanakan kondisi-kondisi yang dapat diubah dalam lingkungan masyarakat. Pandangan ini seiring dengan kata-kata bijak seringkali dijadikan acuan namun tidak dilontarkan oleh Gandhi, Anda harus menjadi sebuah perubahan yang ingin Anda lihat di dunia ini. [3][4] Dengan tujuan untuk mencari definisi proses lahirnya dan berkembangnya kegiatan perubahan transformasi sosial, sebuah proses yang diprakarsai oleh Dewan Pergerakan Rakyat (People s Movement Assembly) diselenggarakan di Forum Sosial Amerika Serikat Tahun 2010 (the 2010 US Social Forum) di Detroit, MI yang didalamnya disepakati kerangka mendasar untuk mendefinsikan transformasi melalui resolusi seperti yang tertuang di bawah ini: ~Transformasi, yang dapat diaplikasikan pada perubahan sosial, merupakan sebuah proses yang dengan proses tersebut jati diri manusia secara individu ataupun kolektif diubah secara mendasar sehingga membawa perubahan-perubahan berikut: Identitas (cara memahami/berpikir/melakukan refleksi terhadap dirinya sendiri dan lingkungan), Emosi (beragam perasaan dan reaksi),

5 Penjelmaan (hubungan dan keterhubungan dengan seluruh tubuh dan bagaimana kita berpenampilan) Aksi (sikap, respon terpola) Kreatifitas (kapasitas untuk merespon sesuatu dan kemampuan untuk mengakses sumber daya) dan Paradigma (perspektif holistik dan model operasional kegiatan) Kemudian, cara kerja transformasi memerlukan komponen-komponen berikut: Kesadaran akan pengondisian yang sudah ajeg, kebiasaan dan reaksi dalam pengalaman pergerakan organisasi dan individual. Penghargaan terhadap identitas-identitas lama dan kejadian-kejadian masa lalu ketika identitas dan kejadian tersebut hampir terlupakan termakan jaman dan pemahaman terhadap pengalaman krisis, kegagalan, hal yang tak terselesaikan, atau hal yang tak dipahami sebagai katalis penting yang mampu mengantarkan manusia kepada identitas dan kejadian yang baru. Orang-orang dan entitas-entitas dapat dan harus didukung sepenuhnya dalam periode ini. Sebuah wadah di tingkatan pergerakan perorangan dan organisasi; berbagai praktik atau kegiatan yang mendukung sebuah proses dan komitmen untuk melakukan mentoring terhadap orang-orang supaya mereka menguasai keterampilan-keterampilan dan prosesproses tertentu. Hubungan yang berkelanjutan dengan seluruh jaringan kehidupan. ~ Transformasi dapat dan terdiri dari praktik-praktik, modalitas dan jalur multidisipliner, namun secara keseluruhan transformasi ini bermuara pada satu titik pusat praktik yang konsisten dan tegas yang mampu membatalkan pengondisian. Praktik ini mampu memberikan pengaruh pada perubahan yang sifatnya sistemik, baik secara internal ataupun

6 eksternal. Kami mendefinisikan spectrum modalitas yang sangat beragam sebagai praktik transformative. ~ Transformasi terjadi pada waktu tertentu dan sifatnya tidak dapat dibatalkan. Kami melihat proses-proses transformasi, yang berbeda dari perubahan, cenderung mengarah pada sesuatu yang tidak dapat dibatalkan/dibalikan. ~ Dalam proses transformasi, satu identitas akan hilang dan memudar dan identitas lainnya yang terbarukan secara radikal akan muncul. Identitas baru ini sifatnya terintegrasi, dan lebih memiliki sumber daya dan nilai keterhubungan. Transformasi ini terlihat jelas dari kehadiran Anda, aksi Anda, dan kapasitas Anda yang meningkat dalam memberikan respon yang didasarkan pada visi bukan reaksi. Proses ini pada akhirnya akan berulang secara sendirinya dan akan terus berkembang melalui kemitraan yang berkelanjutan dalam proses-proses dan praktik-praktik transformatif. Bentuk lama meredup kembali dan pola baru muncul lagi. ~ Metode-metode serta filosofi transformasi harus dimasukan ke dalam analisis penindasan eksplisit. ~ Kami paham bahwa transformasi berdasar dari pelajaran dan sejarah masa lalu, dan transformasi ini akan memasuki fase keterhubungan baru yang memungkinkan kami untuk terus maju. Hasil yang dicari[edit] ~Transformasi yang teraplikasi akan menghasilkan hal-hal berikut: Kesadaran, kejelasan dan kenyamanan terhadap pengalaman transformasi itu sendiri; Peningkatan dalam cara memahami, berpikir dan mengakses kreatifitas; Perbaikan karakter yang sifatnya mudah untuk dipahami, dirasakan dan dialami oleh orang lain; Kemampuan yang meningkat dalam memberikan respon yang didasari oleh logika dan empati bukan oleh ego dan kepentingan sendiri;

7 Kapasitas yang meningkat (dengan diikuti praktik pelaksanaannya) dalam hal eksistensi diri, otentisitas, dan kemandirian satu sama lain. Apa yang dimaksud dengan Critical Natural Capital (CNC) atau Sumber Daya Alam Kritis? CI telah mengadopsi CNC sebagai salah satu dari tiga dimensi dari pembentukan Masyarakat Madani Sejahtera. Definisi CNC akan dijelaskan di bagian selanjutnya termasuk rujukan untuk CNC yang tertuang dalam dokumen strategi CI yang dalam paparan ini menggunakan istilah Tindakan CI. Definisi CNC terdiri dari keanekaragaman hayati dan ekosistem yang tanpanya kita tidak mungkin dapat mencapai masyarakat madani sejahtera. Konsep ini erat kaitannya dengan nilai-nilai ekosistem khusus yang keberadaannya tergantung pada konteks-konteks tertentu seperti contohnya ketergantungan mannusia dan kemampuan manusia untuk menggantikan kembali nilai ekosistem tersebut. *Definisi di atas diajukan oleh Moore Center for Science and Oceans di CI Tindakan CI Prioritas kami pertama adalah membantu masyarakat atas keberlangsungan sumber daya alam kritis ini melalui mekanisme-mekanisme formal dan informal seperti wilayah terlindungi, daerah konservasi masyarakat adat, konsesi konservasi dan strategi-strategi lainnya. Kami menggunakan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dalam menilai, menghitung, dan mengukur keberadaan sumber daya alami kritis ini. Kami membantu mendesain, mengimplementasikan, dan memperbaiki manajemen daerah yang dilindungi, keberagaman biota 10 koridor, penggambaran laut dan penggambaran samudera. Kami juga membantu merestorasi daerah-daerah yang rusak, meskipun pada kenyataannya restorasi ini lebih mahal dari menjaga daerah-daerah alami (diambil dari dokumen strategi CI).

8 Bagaimana Cara Mengukur Sumber Daya Alam Kritis (CNC)? Kerusakan sumber daya alam kritis di satu daerah tertentu secara keseluruhan dapat ditentukan dengan cara mengukur jumlah keanekaragaman hayati dan ekosistem (atau dikenal juga dengan istilah Fitur) yang mewakili aspek-aspek penting dari kerusakan tersebut. Fitur adalah unit yang memiliki karakteristik fisik alami yang khas seperti spesies endemik, stok karbon atau daerah aliran air. Proses identifikasi, pemetaan dan penghitungan (penjumlahan) semua fitur yang terdapat di satu area tertentu menjadi dasar pemikiran yang dapat dijadikan sebagai prioritas tindakan yang harus diambil dan mengawasi perubahanperubahan yang ada. Kontribusi CI dan mitra-mitranya dalam menjamin keberlangsungan CNC dilakukan dengan membandingkan jumlah seluruh CNC di tingkat nasional dan local (denominator) dengan aksi-aksi dan strategi-strategi yang dijalankan oleh CI yang ditujukan untuk menjamin keberlangsungan sumber daya alam yang ada (numerator) melalui proteksi, restorasi atau kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas daerah geografis tertentu. Apa yang Dimaksud dengan Tata Kelola yang Efektif? CI telah mengadopsi Tata Kelola Efektif sebagai dimensi kedua dari Strategi Masyarakat Madani Sejahtera. Tata Kelola yang efektif didefinisikan di bawah ini bersama dengan referensi-referensi Mendorong Pemerintahan yang Efektif di dokumen strategi (CI) kami di sini disebut sebagai Tindakan-tindakan CI. Definisi-definisi Tata Kelola adalah proses pengambilan keputusan dan proses di mana keputusan-keputusan dijalankan. Ini terdiri dari tradisi-tradisi dan lembaga-lembaga di mana kewenangan dilaksanakan. Pemerintahan dapat direpresentasikan dalam bentuk pengambilan keputusan di organisasi-organisasi berbeda, yaitu struktur-struktur di sektor publik, sektor swasta dan

9 masyarakat sipil. Ini termasuk proses di mana organisasi-organisasi dipilih, dipantau dan diganti; kapasitas pemerintah untuk secara efektif merumuskan dan melaksanakan kebijakankebijakan yang sehat; dan rasa hormat dari para warga negara dan pemerintah untuk lembaga-lembaga yang mengurus interaksi ekonomi dan sosial di antara mereka ( Lembaga-lembaga mewakili aturan-aturan formal maumpun informal atau kebijakankebijakan yang dibuat untuk mengurus atau mengatur perilaku atau praktek-praktek individu atau kelompok dalam suatu negara, daerah atau sektor. Kualitas kelembagaan, misalnya, mewakili satu aspek pemerintahan. Lembaga-lembaga formal adalah mereka yang didukung oleh hukum, menggambarkan penegakan aturan-aturan oleh negara atau badan pengawas. Contoh-contohnya termasuk perjanjian-perjanjian internasional yang mengikat dan kebijakan-kebijakan perusahaan. Lembaga-lembaga informal, di sisi lain, yang dijunjung tinggi oleh kesepakatan bersama, atau dengan hubungan kekuasaan atau otoritas, dan aturanaturan demikian ditegakan dalam suatu komunitas atau organisasi. Contoh-contohnya termasuk tradisi-tradisi, adat istiadat dan norma-norma sosial. Apa Definisi Tata Kelola yang Baik? Tata Kelola yang baik adalah antara lain bersifat partisipatif, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Termasuk juga efektif dan adil. Dan menegakkan aturan hukum. UNDP Pemerintahan yang baik meliputi peran otoritas-otoritas publik dalam membangun lingkungan dimana para penyelenggara ekonomi berfungsi dan dalam menentukan distribusi manfaat-manfaat serta hubungan antara pemerintah dan yang diperintah. OECD ( Pemerintahan yang baik dicontohkan dengan pembuatan kebijakan yang dapat diprediksi, terbuka dan tercerahkan; suatu birokrasi yang dijiwai dengan etos profesional;

10 sebuah badan pemerintah eksekutif yang bertanggungjawab atas tindakan-tindakannya; dan masyarakat sipil yang kuat yang berpartisipasi dalam urusan-urusan publik; dan semua bertindak menurut aturan hukum. World Bank 1994: Governance: The World Bank s Experience. Aksi CI Kami mendorong pemerintahan yang efektif dalam banyak hal. Kami membantu mengembangkan dan meningkatkan keselarasan antar kebijakan- lintas sektoral dan transnasional, berbagai investasi, peralatan dan lembaga yang membuat konservasi sumber daya alam kritis berpusat pada agenda pembangunan. Kami membangun kapasitas untuk pemerintahan yang efektif di semua tingkat dan memberdayakan masyarakat untuk memainkan sebuah peran integral dalam pengambilan keputusan. Kami mendukung sebuah pendekatan berbasis hak-hak untuk meningkatkan akses yang adil pada sumber-sumber daya alam dan pembagian manfaat-manfaat sumber-sumber daya alam tersebut, serta untuk mewujudkan praktek-praktek pemerintahan yang partisipatif, transparan dan akuntabel. Pendekatan berbasis hak-hak kami menuntun semua orang untuk menghormati dan menegakan seperangkat prinsip hak asasi manusia dalam kebijakan konservasi dan praktek. Dalam lingkup pekerjaan kami, kami menghormati hak-hak asasi manusia; mempromosikan hak-hak asasi manusia dan kesejahteraan dalam program-program konservasi; melindungi kaum yang rentan; mendorong pemerintahan yang efektif; dan bekerja dalam kemitraan. Kami juga memperkuat baik kapasitas kami sendiri maupun para mitra untuk melaksanakan pendekatan-pendekatan ini dan standar-standar akuntabilitas yang tepat. (dari dokumen Strategi CI) Bagaimana Mengukur Tata Kelola yang Efektif? Pemerintahan yang efektif diukur melalui sejauh mana kesehatan, implementasi, dan penegakan kebijakan nasional dan sub-nasional yang dibuat untuk menilai, melindungi,

11 mengatur, mengurus dan secara berkelanjutan mengelola sumber daya alam dan memastikan bahwa ada akses yang adil pada sumber-sumber daya alam dan pembagian manfaat-manfaat sumber daya alam tersebut. Pemantauan kebijakan nasional dan sub-nasional difokuskan pada pelacakan pemerintahan pada dua tingkatan: 1. Kondisi kebijakan-kebijakan yang ada memberikan sebuah penilaian kebijakankebijakan dan lembaga-lembaga yang cepat dan menyeluruh terhadap kelestarian lingkungan dan bergantung pada perangkat data yang ada yang disusun oleh sumber-sumber sekunder. 2. Kontribusi investasi CI dan para mitra dalam efektifitas kebijakan, mengukur kebijakan-kebijakan yang relevan dengan inti program CI oleh sebuah agen perubahan nasional (NAC) dan melibatkan sebuah pemeriksaan rinci dari ruang lingkup kebijakan. Efektifitas kebijakan ditentukan oleh dua kriteria utama: sejauh mana implementasi & penegakan dan kesehatan kebijakan. Kapasitas dan sumber daya-sumber daya yang tersedia dari sektor publik dan organisasi-organisasi masyarakat sipil juga dinilai. Kontribusi CI terhadap perubahan-perubahan dalam ruang lingkup kebijakan diukur melalui sebuah penilaian kualitatif dari keterlibatan CI dalam tema-tema kebijakan khusus. Tren-tren dalam efektifitas kebijakan dinilai menggunakan sebuah kartu skor kualitatif yang diselesaikan secara tahunan. Berbagai sumber informasi, misalnya, dokumen-dokumen kebijakan, pengetahuan ahli, dan statistik-statistik nasional yang tersedia, digunakan untuk pelacakan skor dan memvalidasi penilaian-penilaian. Apakah yang Dimaksud dengan Produksi & Konsumsi Berkelanjutan? CI telah mengadopsi Produksi & Konsumsi Berkelanjutan sebagai dimensi ketiga dari Strategi Masyarakat Madani Sejahtera. Berikut adalah beberapa definisi Produksi & Konsumsi Berkelanjutan (PCS) serta referensi-referensi yang dibuat untuk Produksi &

12 Konsumsi Berkelanjutan di dokumen strategi kami (CI) di sini disebut sebagai Tindakantindakan CI. Definisi-definisi Produksi & Konsumsi Berkelanjutan berhubungan dengan proses penyediaan barangbarang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia tanpa mengorbankan lingkungan yang sudah terbebani. Dunia membutuhkan sebuah perubahan dalam hal bagaimana barang-barang dan jasa diproduksi dan dikonsumsi untuk menghindari memburuknya pembangunan dan degradasi lingkungan. UNEP-RONA "[Produksi dan konsumsi berkelanjutan adalah] penggunaan barang-barang dan jasa yang merespon kebutuhan-kebutuhan dasar dan membawa sebuah kualitas hidup yang lebih baik, dan meminimalkan penggunaan sumber daya-sumber daya alam, bahan-bahan beracun dan emisi-emisi limbah dan polutan-polutan selama siklus hidup, sehingga tidak membahayakan kebutuhan-kebutuhan generasi mendatang." Simposium: Konsumsi Berkelanjutan. Oslo, Norwegia; Januari Produksi berkelanjutan sebagai volume dan kuantitas dari komoditi-komoditi yang dihasilkan yang dapat dipertahankan dari waktu ke waktu untuk beberapa saat tidak akan mengikis keberlangsungan sumber daya alam. Dasar konspetual dari definisi CI untuk produksi berkelanjutan adalah hubungan antara hasil-hasil, misalnya nilai, kualitas, atau volume dari komoditas-komoditas yang dihasilkan, dan dampak-dampak, volume, area atau nilai dari sumber daya alam yang dipengaruhi oleh praktek-praktek produksi. Dampak produksi terhadap sumber daya alam penting ditandai dengan tiga cara: 1) area tempat proses produksi; 2) hal-hal yang dikonsumsi untuk menghasilkan tingkatan-tingkatan produksi yang berbeda, misalnya jumlah air tawar yang dikonsumsi oleh sektor pertambangan; dan 3) polusi dari produksi, misalnya emisi-emisi GHG. Aksi CI

13 Kami selalu bekerjasama para mitra utama di seluruh sektor terutama di sektor pertanian, pertambangan dan energi dan jasa-jasa keuangan, yang sangat bergantung pada sumber daya alam dan/atau secara signifikan memberikan pengaruh terhadap sumber daya alam ini. Kami bekerja untuk mengubah sistem produksi dan konsumsi untuk lebih memenuhi kebutuhankebutuhan manusia tanpa mengikis sumber daya alam yang kritis. Kami mengidentifikasi intervensi-intervensi paling strategis untuk mencapai dampak terluas. Sebagai contoh, kami menganalisis keputusan-keputusan di seluruh sektor dan melibatkan perusahaan-perusahaan berpengaruh, konsorsium industri, dan lembaga-lembaga keuangan untuk mendorong mereka untuk mengadopsi praktek-praktek terbaik, insentif-insentif, perlindungan-perlindungan, dan strategi-strategi lainnya yang mengubah sistem-sistem produksi konvensional dan meningkatkan pola-pola konsumsi. Kami memprioritaskan cara-cara strategis untuk mengubah secara luas pola-pola konsumsi seperti mengadakan kemitraan dan menyediakan dasar ilmiah untuk program-program sertifikasi bagi produk-produk konsumen yang berkelanjutan. Kami juga membantu menciptakan, memperluas, dan meningkatkan pasar-pasar untuk jasa-jasa ekosistem, membantu membangun dan secara tepat menyampaikan manfaat moneter untuk konservasi ketika itu lebih menguntungkan bagi masyarakat daripada mengubah sumber daya alam kritis untuk sebuah ruang lingkup produksi. (dari dokumen Strategi CI) Bagaimana Cara Mengukur Produksi & Konsumsi Berkelanjutan? Metrik kelembagaan untuk sistem-sistem produksi berfokus pada tiga sektor (pertanian, ekstraktif, energi dan perikanan) dan sub-sektor yang relevan (misalnya, kopi, minyak kelapa sawit, dan hasil hutan). Sektor-sektor lainnya termasuk jasa ekowisata dan keuangan. Fokus sektoral ditentukan oleh strategi CI (Desember, 2012), prioritas-prioritas kelembagaan, dan konteks-konteks regional. Secara keseluruhan, dampak utama CI dalam produksi berkelanjutan adalah harus mampu menstabilkan sumber daya alam yang dipengaruhi oleh

14 produksi dan meningkatkan/mengoptimalkan produktivitas (intensifikasi berkelanjutan) di sektor-sektor ini. Untuk masing-masing sektor, dua jenis metrik didefinisikan dan diukur: indikator-indikator untuk mengukur 1) keadaan produksi berkelanjutan yang menyeluruh dan 2) kontribusi CI dalam mempengaruhi tren-tren dalam produksi berkelanjutan. Keduanya dibedakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, target subyek yang dimaksud, tingkat atribusi, dan bagaimana hasil-hasilnya dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan dan keterlibatan pemegang saham. Kondisi produksi berkelanjutan yang menyeluruh: Indikator ini berfungsi menjadi gambaran tingkat tinggi tentang tren-tren saat ini untuk membantu memandu prioritasprioritas, memahami konteks sosio-ekonomi, dan melibatkan pemerintah nasional dan organisasi-organisasi internasional. Data dikumpulkan terutama pada skala nasional. Trentren diukur dalam satuan-satuan sektor tertentu dari pengukuran, misalnya, ton hasil pertanian, jumlah pendaratan perahu dan lain-lain. Demikian pula, dampak yang diukur dalam unit-unit yang relevan, misalnya m3 air untuk keperluan-keperluan pertanian, ton emisi-emisi CO. Kontribusi CI dan para mitra: Indikator-indikator ini menggambarkan efek-efek yang timbul dari tindakan-tindakan dan upaya-upaya yang dilakukan oleh CI dan para mitra, yang berguna untuk melacak kemajuan, menunjukan dampak, dan secara adaptif mengelola program-program. Informasi ini berguna bagi para pengelola program, para pimpinan eksekutif senior, dan para anggota dewan CI dan para pemegang saham lainnya. Hubungi Madeleine Bottrill (Direktur, Pemantauan & Evaluasi-evaluasi - Moore Center) untuk informasi lebih lanjut tentang Metrik-metrik Kelembagaan CI.

15

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial 2 Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan

Lebih terperinci

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 Latar belakang dan konteks Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 AIPP bekerja untuk mempromosikan hak-hak masyarakat adat. Hak-hak masyarakat adat adalah bagian dari kerangka kerja hak-hak asasi

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Umum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan), yang dalam Pedoman ini disebut BADAN, adalah badan hukum publik yang dibentuk dengan

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1 STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1 Handoko Soetomo 2 Peran organisasi masyarakat sipil (OMS) di Indonesia tak dapat dilepaskan dari konteks dan tantangan

Lebih terperinci

Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli

Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli Identitas Grup Pirelli menurut sejarahnya telah terbentuk oleh seperangkat nilai-nilai yang selama bertahun-tahun telah kita upayakan dan lindungi. Selama bertahuntahun,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI

NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI MISI NILAI-NILAI GRUP PIRELLI PENDAHULUAN PRINSIP-PRINSIP PERILAKU KERJA - SISTEM KONTROL INTERNAL PIHAK-PIHAK YANG BERKEPENTINGAN Pemegang saham, investor, dan komunitas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH 5.1 VISI DAN MISI KOTA CIMAHI. Sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

Roadmap Keuangan Syariah Indonesia

Roadmap Keuangan Syariah Indonesia Roadmap Keuangan Syariah Indonesia 2015-2019 Keselarasan Nilai Ekonomi Syariah Nilai-nilai ekonomi syariah memiliki kesamaan dengan nilai-nilai luhur dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia 7 Keselarasan

Lebih terperinci

Roadmap Perbankan Syariah Indonesia

Roadmap Perbankan Syariah Indonesia Roadmap Perbankan Syariah Indonesia 2015-2019 UIKA Bogor, 15 Maret 2016 Departemen Perbankan Syariah AGENDA I. Pendahuluan II. Dasar Pemikiran Ekonomi dan Perbankan Syariah III. Kondisi dan Isu Strategis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

KOMENTAR UMUM NO. 2 TINDAKAN-TINDAKAN BANTUAN TEKNIS INTERNASIONAL Komite Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya PBB HRI/GEN/1/Rev.

KOMENTAR UMUM NO. 2 TINDAKAN-TINDAKAN BANTUAN TEKNIS INTERNASIONAL Komite Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya PBB HRI/GEN/1/Rev. 1 KOMENTAR UMUM NO. 2 TINDAKAN-TINDAKAN BANTUAN TEKNIS INTERNASIONAL Komite Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya PBB HRI/GEN/1/Rev. 1 at 45 (1994) KOMITE HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA, komentar umum no. 2.

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER Kami meyakini bahwa bisnis hanya dapat berkembang dalam masyarakat yang melindungi dan menghormati hak asasi manusia. Kami sadar bahwa bisnis memiliki tanggung

Lebih terperinci

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional. Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 2 Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development), seharusnya disesuaikan dengan persoalan yang terjadi secara spesifik pada suatu

Lebih terperinci

BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN

BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN A. Dasar Pemikiran Pilar utama Perkumpulan adalah kemitraan dengan multi pihak yang tidak bersinggungan dengan kasus hukum yang sedang berlangsung atau belum

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017 LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017 A. Dasar Pemikiran Tanggal 10 Juli 2017, Pemerintah Indonesia telah mengundangkan Peraturan Presiden

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 2 R-165 Rekomendasi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa keberadaan dunia usaha seyogyanya

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Untuk mewujudkan perekonomian

Lebih terperinci

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal Kemajuan Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal Ringkasan Eksekutif November 2015 www.forestdeclaration.org An electronic copy of the full report is available

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN - 107 - BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Merujuk pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM BAB IV VISI DAN MISI BAB IV VISI DAN MISI Untuk menyelenggarakan pembangunan jangka panjang Kabupaten Aceh Tamiang, perlu dikembangkan suatu kredo atau arahan bagi penyelenggaraan sistem pembangunan agar

Lebih terperinci

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA MUKADIMAH Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi masyarakat dalam segala proses perubahan membutuhkan pendekatan dan pentahapan yang

Lebih terperinci

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk: PERENCANAAN SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS YANG INDEPENDEN PADA SEKTOR RELAWAN Pada tahun 1992, Dewan Perencanaan Sosial Halton bekerjasama dengan organisasi perencanaan sosial yang lain menciptakan Jaringan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaiman pemerintah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan

Lebih terperinci

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia KOMISI B KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia Mukadimah Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

Engineering Sustainability (Rekayasa Berkelanjutan) Joko Sedyono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015

Engineering Sustainability (Rekayasa Berkelanjutan) Joko Sedyono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015 Engineering Sustainability (Rekayasa Berkelanjutan) Joko Sedyono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015 Topik Pengantar Masalah Solusi: Keberlanjutan Peran PT (Perguruan Tinggi) Cara membentuk

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA SOLUSI Masa depan perdagangan internasional Indonesia tidak harus bergantung pada deforestasi. Sinar Mas Group adalah pemain terbesar dalam sektor-sektor pulp dan kelapa sawit, dan dapat memotori pembangunan

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 27 TAHUN 2014

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 27 TAHUN 2014 SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional 1 2 5 6 Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional mengikuti peraturan pemerintah dan konvensi/persetujuan internasional yang diratifikasi secara nasional mengikuti, dan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DALAM PENYUSUNAN ATAU

Lebih terperinci

DANA INVESTASI IKLIM

DANA INVESTASI IKLIM DANA INVESTASI IKLIM 29 November 2011 USULAN RANCANG MEKANISME HIBAH TERDEDIKASI UNTUK WARGA PRIBUMI DAN MASYARAKAT LOKAL YANG AKAN DISUSUN BERDASARKAN PROGRAM INVESTASI HUTAN PENDAHULUAN 1. Dokumen Rancang

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS GIZI: Magnitude dalam Membanguan Manusia dan Masyarakat Permasalahan gizi merupakan permasalahan sangat mendasar bagi manusia Bagi Indonesia, permasalahan ini sangat

Lebih terperinci

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Barat adalah sebuah wadah yang menyatukan para pihak pemangku kepentingan (multi-stakeholders) di Jawa

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung

Lebih terperinci

3/1/2018. Millennium Development Goals and Sustainable Development Goals. Pembangunan harus BERKELANJUTAN

3/1/2018. Millennium Development Goals and Sustainable Development Goals. Pembangunan harus BERKELANJUTAN Millennium Development Goals and Sustainable Development Goals PEMBANGUNAN adalah usaha yang terus menerus dilakukan untuk menuju perubahan yang lebih baik menuju terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 1 Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) merupakan konsep yang berkembang sebagai tandingan (opponent) terhadap konsep negarakesejahteraan

Lebih terperinci

Perubahan ini telah memberikan alat kepada publik untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan ekonomi. Kemampuan untuk mengambil keuntungan dari

Perubahan ini telah memberikan alat kepada publik untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan ekonomi. Kemampuan untuk mengambil keuntungan dari PENGANTAR Sebagai salah satu institusi pembangunan publik yang terbesar di dunia, Kelompok (KBD/World Bank Group/WBG) memiliki dampak besar terhadap kehidupan dan penghidupan jutaan orang di negara-negara

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) A.1. Visi dan Misi Visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 2018 adalah Terwujudnya masyarakat Kalimantan

Lebih terperinci

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K187 Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 K187 - Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ISBN 978-92-2-xxxxxx-x Cetakan Pertama, 2010

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dalam industri yang berbasis teknologi, inovasi sangat diperlukan untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, pengelolaan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan telah menjadi komitmen masyarakat dunia. Pada saat ini, beberapa negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia, telah menerima konsep

Lebih terperinci

PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR

PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: FIERDA FINANCYANA L2D 001 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21, yang dideklarasikan pada Konferensi PBB tahun 1992 tentang Lingkungan dan Pembangunan, atau KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brasil; merupakan cetak biru

Lebih terperinci

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONGRES INTERNASIONAL KE-6 ISPAH (KONGRES KESEHATAN MASYARAKAT DAN AKTIVITAS FISIK Bangkok, Thailand 16-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini istilah Good Corporate Governance kian

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini istilah Good Corporate Governance kian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun belakangan ini istilah Good Corporate Governance kian populer. Good Corporate Governance merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh

Lebih terperinci

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Untuk diterbitkan segera Siaran Pers Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan Jakarta, Singapura, 9 Februari 2011 Golden Agri Resources Limited (GAR) dan anakanak

Lebih terperinci

Deklarasi Dhaka tentang

Deklarasi Dhaka tentang Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII.

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Materi ke 2

PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Materi ke 2 PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Materi ke 2 Program pascasarjana ITATS PRINSIP DASAR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pertama, pemerataan dan keadilan sosial. Harus menjamin adanya pemerataan untuk generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem informasi yang mengidentifikasi, merekam dan mengkomunikasikan kejadian ekonomik dari suatu entitas pada pengguna yang berkepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Kubu Raya merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas kinerja yang dilaksanakan serta sebagai alat kendali dan penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya mewujudkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Inisiatif Accountability Framework

Inisiatif Accountability Framework Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda

Lebih terperinci

KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA

KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA MUKADIMAH Profesional SDM Indonesia yang berada dibawah naungan Perhimpunan Manajemen Sumberdaya Manusia Indonesia (PMSM) menjunjung tinggi nilai-nilai yang diemban

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes 1 Kompetensi tenaga kesehatan yang belum sesuai dengan kebutuhan individual pasien maupun populasi; Kerja sama antar profesi yang masih rendah; Paradigma yang lebih berorientasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial pada dasarnya manusia memiliki sifat bersosialisasi, berkomunikasi, bekerja sama, dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya.

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa setiap Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyusun RPJPD

Lebih terperinci

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Hak asasi merupakan hak yang bersifat dasar dan pokok. Pemenuhan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan agar warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era globalisasi, dimana perbatasan antar negara tidak lagi menjadi hambatan dalam memperoleh apa yang

Lebih terperinci

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) LATAR BELAKANG KONDISI KABUPATEN MAROS PASCA MDGs (RPJMD PERIODE 2010 2015) DATA CAPAIAN INDIKATOR MDGs TAHUN 2010 2015 MENUNJUKAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.34/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2017 TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci