Undang-undang anti suap dan. Buku catatan. Ketentuan pelaksanaan tindakan korupsi di luar negri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Undang-undang anti suap dan. Buku catatan. Ketentuan pelaksanaan tindakan korupsi di luar negri"

Transkripsi

1 [Tertanggal 22 Juli 2004] Undang-undang anti suap dan Buku catatan Ketentuan pelaksanaan tindakan korupsi di luar negri Peredaran melalui Pub. L (tanggal 10 November 1998) KODE ETIS AMERIKASERIKAT JUDUL 15. PERDAGANGAN DAN PERNIAGAAN BAB 2B BURSA EFEK Bahasa Indonesia (Indonesian) 78m. Berkala dan laporan lainnya (a) Laporan emiten; daftar isi Setiap emiten yang terdaftar sesuai dengan bagian 78l dari judul ini, sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang dibuat oleh Komisi harus mendaftar kepada Komisi agar Komisi bisa melindungi investor dan menjaga keadilan didalam perdagangan sekuritas-- (1) Komisi mengharuskan semua informasi dan dokumen-dokumen (serta salinan-salinannya) yang mutakhir dilampirkan sewaktu melamar atau mendaftar sesuai dengan judul 78l, kecuali jika keseluruhan kontrak secara materi sudah selesai sebelum tanggal 1 Juli (2) Komisi dapat menetapkan agar laporan tahunan ataupun triwulan tersebut (beserta salinansalinannya) agar disertifikasi oleh akuntan publik yang independen. Setiap emiten yang terdaftar pada bursa efek nasional juga akan mendaftar duplikat informasi yang asli, termasuk dokumen, dan laporan dengan bursa. (b) Bentuk Laporan; buku, catatan, dan akuntasi internal; arahan * * * (2) Setiap emiten pemilik kelas sekuritas terdaftar sesuai dengan bagian 78l dari judul ini dan setiap emiten yang diwajibkan untuk mendaftar berdasarkan bagian 78o(d) dari judul ini harus Page 1 of 20

2 (A) membuat dan menyimpan buku, catatan, dan rekening, dengan rincian yang wajar, sehingga mencerminkan transaksi dan disposisi dari aset emiten secara akurat dan setimbang; dan (B) menyusun dan memelihara sistim akuntasi internal kontrol yang secara kewajaran menjamin (i) transaksi dilakukan dengan otoritas manajemen baik yang umum ataupun yang khusus; (ii) transaksi dicatat seperlunya (I) untuk memungkinan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntasi umum atau berdasarkan kriteria lainnya sesuai dengan pernyataan, dan (II) untuk menjaga akuntabilitas aset; (iii) akses ke aset hanya diperbolehkan dengan izin manajemen baik yang umum maupun yang khusus; dan (iv) Pada interval tertentu yang sewajarnya membandingkan antara aktiva yang tercatat dibandingkan dengan aset yang sebenarnya dan mengambil tindakan jika ada perbedaan. (3) (A) Sehubungan dengan keamanan nasional Amerika Serikat, berdasarkan alinea (2) subbagian ini tidaklah wajib bagi orang yang bekerja sama dengan kepala departemen atau badan pemerintah yang memang bertanggung jawab untuk hal itu jika perbuatan itu dilakukan dalam rangka kerjasama dengan kepala departemen atau badan pemerintah untuk hal yang spesifik dan tertulis yang berdasarkan atas otoritas Presiden. Fakta dan keadaan yang memberlakukan direktif dialinea ini harus menunjukkan secara spesifik bagian yang akan diberlakukan. Setiap direktif akan berakhir satu tahun terhitung dari tanggal penerbitan kecuali jika diperbarui secara tertulis. (B) Setiap kepala departemen atau badan pemerintah yang mengeluarkan direktif berdasarkan alinea ini wajib menjaga dokumen lengkap direktif itu dan pada setiap tanggal 1 Oktober menyerahkan ringkasannya kepada Komite Intelijen DPR dan Komite Intelijen Senat. (4) Bagi siapa yang tidak memenuhi persyaratan dialinea (2) ini tidak akan dikenakan sanksi pidana kecuali sebagaimana yang disebut di alinea (5) dibawah ini. (5) Tidak diperbolehkan seseorang dengan sengaja menghindari atau gagal menerapkan sistem pengendalian akuntasi internal ataupun memalsukan buku, catatan, atau rekening yang termaksud dalam alinea (2). (6) Emiten pemilik sekuritas terdaftar sesuai dengan bagian 78l atau emiten pemilik sekuritas yang dikenakan wajib lapor sesuai dengan bagian 78o (d), dari juduk ini dengan hak suara 50 persen atau kurang apakah perusahan domestik maupun asing; alinea (2) ini hanya mensyaratkan sipemilik Page 2 of 20

3 menggunakan pengaruhnya dengan itikad yang baik secara wajar agar perusahan domestik atau asing itu merancang dan memelihara sistem akuntansi internal sesuai dengan alinea (2). Dengan menilai hukum dan praktek bisnis dari negeri tempat bisnis beroperasi dan jumlah hak suara, emiten yang menunjukkan upaya iktikad baik sudah dianggap memenuhi persyaratan alinea (2). (7) Dalam aliena (2) ini, istilah jaminan yang masuk diakal dan rincian yang wajar diartikan setingkat dengan pejabat yang hati-hati didalam mengerjakan urusan mereka sendiri. **** 78dd-1 (Bagian 30A Dari Peraturan Sekuritas dan Bursa tahun 1934). Larangan praktek perdagangan luar negeri oleh emiten. (a) Larangan Emiten pemilik sekuritas terdaftar sesuai dengan bagian 78l atau emiten pemilik sekuritas yang dikenakan wajib lapor sesuai dengan bagian 78o (d) dari judul ini termasuk para pejabat, direktur, karyawan, agen, pemegang saham yang bisa bertindak atas nama emiten, dilarang melakukan korupsi dengan menggunakan surat pos ataupun mekanisme lainnya dengan menawarkan hadiah, uang, ataupun menjanjikan akan memberi atau menguasakan untuk memberikan sesuatu yang berharga kepada (1) pejabat asing dengan tujuan (A) (i) mempengaruhi tindakan atau keputusan pejabat asing tersebut dalam kapasitas resminya, (ii) membujuk pejabat asing untuk berbuat atau untuk tidak bertindak yang mengakibatkannya melanggar peraturan hukum, atau (iii) mendapatkan keuntungan yang tidak layak; atau (B) mempengaruhi pejabat pemerintah agar menggunakan pengaruhnya dipemerintah maupun perangkatnya baik langsung maupun tidak agar mempengaruhi tindakan keputusan pemerintah dalam memperoleh, mempertahankan, atau mengarahkan bisnis kepada seseorang; (2) pejabat partai politik asing atau kandidat pejabat politik asing dengan tujuan (A) (i) mempengaruhi tindakan atau keputusan yang diambil oleh partai atau pejabat atau calon pejabat didalam kapasitas resminya, (ii) membujuk mereka untuk berbuat atau untuk tidak bertindak yang mengakibatkannya melanggar peraturan hukum, atau (iii) mendapatkan keuntungan yang tidak layak; atau Page 3 of 20

4 (B) mempengaruhi mereka agar menggunakan pengaruhnya dipemerintah ataupun perangkatnya baik langsung maupun tidak untuk mempengaruhi tindakan keputusan pemerintah dalam memperoleh, mempertahankan, atau mengarahkan bisnis kepada seseorang; atau (3) Seseorang yang mengetahui bahwa seluruh atau sebagian hadiah akan ditawarkan, diberikan, atau dijanjikan apakah langsung ataupun tidak kepada pejabat asing, partai politik asing ataupun pejabatnya, ataupun kandidat pejabat asing dengan tujuan (A) (i) mempengaruhi tindakan atau keputusan yang diambil oleh pejabat pemerintah asing, pejabat partai politik asing atau calon pejabat didalam kapasitas resminya, (ii) membujuk pejabat pemerintah asing, partai politik, pejabat partai politik asing, atau calon pejabat didalam kapasitas resminya untuk berbuat atau untuk tidak bertindak yang mengakibatkannya melanggar peraturan hukum, atau (iii) mendapatkan keuntungan yang tidak layak; atau (B) membujuk pejabat pemerintah asing, partai politik asing, pejabat partai politik asing atau calon pejabat didalam kapasitas resminya agar menggunakan pengaruhnya dipemerintah baik langsung maupun tidak agar mempengaruhi tindakan keputusan pemerintah dalam memperoleh, mempertahankan, atau mengarahkan bisnis kepada seseorang. (b) Pengecualian Tindakan Rutin Pemerintah Subbagian (a) dan (g) dari bagian ini membolehkan jika hal itu dilakukan untuk tindakan rutin pemerintah didalam mempercepat pembayaran atau meningkatkan kecepatan kinerja pemerintah baik oleh pejabat, partai politik, ataupun pejabat resmi lainnya. (c) Pembelaan yang afirmatif Merupakan pembelaan yang afirmatif jika subbagian (a) dan (g) dari bagian ini (1) pembayaran, pemberian hadiah, penawaran atau menjanjikan barang berharga kepada pejabat, partai politik atau kandidat dibuat secara sah, berdasarkan hukum dan peraturan tertulis dari negara bersangkutan; atau (2) pembayaran, pemberian hadiah, penawaran atau menjanjikan barang berharga adalah pengeluaran yang wajar dan bonafid seperti biaya perjalanan dan penginapan yang dikeluarkan oleh pejabat, partai politik atau kandidat yang berhubungan langsung dengan Page 4 of 20

5 (A) Promosi, demonstrasi, atau untuk menjelaskan produk atau jasa, atau (B) Pelaksanaan atau kinerja kontrak dengan pemerintah asing atau perangkatnya. (d) Pedoman dari Jaksa Agung Sebelum satu tahun terhitung sejak tanggal 23 Agustus 1988, Jaksa Agung, setelah berkonsultasi dengan Komisi, Menteri Perdagangan, Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Keuangan juga setelah menerima pandagangan dari seluruh masyarakat melalui pemberitahuan publik dan prosedur komentar, akan menilai sejauh mana kepatuhan bagian dari pasal ini dapat ditingkatkan dan memberikan klarifikasi lebih lanjut kepada komunitas bisnis dan berdasarkan hal itu akan mengeluarkan -- (1) Pedoman menjelaskan kelakuan yang spesifik dalam kaitannya dengan pengaturan penjualan ekspor atau kontrak bisnis, untuk digunakan sebagai penegakan kebijakan oleh Departemen Kehakiman, penentuan Jaksa Agung akan sesuai dengan bagian ini dari pasal sebelumnya; dan (2) Prosedur pencegahan umum yang boleh digunakan oleh emiten untuk menyesuaikan perilakunya dengan kebijakan Departemen Kehakiman sesuai dengan ketentuan bagian pasal yang lalu. Jaksa Agung akan menerbitkan pedoman dan prosedur seperti yang disebut dalam kalimat sebelum ini berdasarkan subpasal II pasal 5 judul 5 dan pedoman dan prosedur termaksud sesuai dengan ketentuan pasal 7 dari judul itu. (e) Pendapat Jaksa Agung (1) Jaksa Agung, setelah berkonsultasi dengan departemen-departemen serta lembaga-lembaga di Amerika Serikat dan setelah mendapatkan pandangan umum dari masyarakat melalui pemberitahuan publik dan prosedur komentar, akan menetapkan prosedur untuk menanggapi pertanyaan emiten yang spesifik tentang kelakuan mereka mematuhi kebijaksanaan Departemen Kehakiman seperti yang telah ditetapkan dalam bagian pasal sebelumnya. Dalam waktu 30 hari setelah Jaksa Agung menerima pertanyaan akan memberikan tanggapannya. Tanggapan tersebut akan menyatakan apakah kelakuan yang ditanyakan telah melanggar kebijaksanaan Departemen Kehakiman seperti yang sudah diterangkan sebelumnya. Emiten bisa mempertanyakan Jaksa Agung tentang kelakuan lainnya diluar dari yang sudah ditanyakan. Tindakan yang dilakukan dalam menegakkan ketentuan disebutkan dibagian ini akan ada bantahan bahwa perbuatan itu sesuai dengan tanggapan Jaksa Agung yang sudah dipertanyakan sebelumnya. Bantahan itu bisa dibantah dengan bukti yang lebih meyakinkan. Pertimbangan praduga di alinea ini, pengadilan akan mempertimbangkan semua factor yang relevan, termasuk apakah pertanyaan yang disampaikan kepada Jaksa Agung akurat dan lengkap dan apakah Page 5 of 20

6 dalam lingkup perilaku yang sudah ditentukan. Jaksa Agung akan menetapkan prosedur yang diperlukan di alinea ini sesuai dengan ketentuan subbagian II pasal 5 judul 5 dan prosedur termaksud sesuai dengan ketentuan pasal 7 dari judul itu. (2) Setiap dokumen atau materi lain yang tersedia, diterima oleh atau disiapkan oleh Departemen Kehakiman, departemen ataupun lembaga pemerintah Amerika Serikat lainnya, yang berhubungan dengan permohonan emiten berdasarkan alinea (1), kecuali dengan persetujuan emiten tidak akan diungkapkan untuk umum walaupun berdasarkan bagian 552 judul 5 terlepas apakah Jaksa Agung menanggapi pertanyaan emiten ataukah emiten menarik kembali pertanyaannya. (3) Setiap pertanyaan emiten ke Jaksa Agung yang berdasarkan alinea (1) dapat menarik kembali pertanyaan tersebut sebelum Jaksa Agung menanggapi pertanyaannya. Pertanyaan yang ditarik kembali tidak mempunyai kekuatan hukum atau dampak lainnya. (4) Jaksa Agung akan, sedapat mungkin, dalam rangka menegakkan pelaksanaan peraturan Departemen Kehakiman ini pada waktu yang tepat membimbing potensial exportir dan pengusaha kecil yang tidak mampu mendapatkan ahli hukum yang khusus dibidang ini. Bimbingan ini terbatas hanya pada pertanyaan di alinea (1) dalam rangka kelakuan emiten sehubungan dengan penegakan hukum Departemen Kehakiman dan penjelasan umum tentang pertanggungan jawab dan kewajiban emiten dibawah peraturan tersebut. (f) Definisi Dibagian ini: (1) (A) Istilah pejabat asing berarti pejabat atau karyawan pemerintah asing dibawah departemen, lembaga atau perangkatnya, atau organisasi publik internasional, atau seseorang yang dengan resmi bisa bertindak atas nama pemerintah asing dibawah departemen, lembaga atau perangkatnya, atau organisasi publik internasional. (B) organisasi publik internasional di alinea (A) diatas adalah-- (i) organisasi yang ditunjuk oleh Eksekutif Order bagian 1, Undang-Undang Organisari Kekebalan Internasional (22 U.S.C. 288); atau (ii) organisasi internasional lainnya yang ditunjuk oleh Presiden berdasarkan Eksekutif Order dan dimaksudkan untuk bagian ini terhitung dari sejak perintah diterbitkan dalam Daftar Federal. Page 6 of 20

7 (2) (A) Keadaan pikiran seseorang dianggap tahu dalam hubungannya dengan kelakuan, keadaan, atau buah hasil jika (i) orang itu menyadari keterlibatannya dalam kelakuan itu, keadaan yang ada, atau buah hasil yang akan terjadi, atau (ii) orang itu yakin akan keadaan yang ada atau buah hasil yang akan terjadi. (B) Pengetahuan tentang adanya suatu keadaan tertentu untuk melakukan pelanggaran, pengetahuan tersebut ada jika orang itu menyadari keadaan yang tertentu itu ada, kecuali jika orang tersebut tidak percaya keadaan tertentu itu ada. (3) (A) istilah tindakan rutin pemerintah berarti tindakan yang biasanya dan pada umumnya dilakukan oleh pejabat pemerintah asing didalam-- (i) memperoleh izin, lisensi, atau dokumen resmi lainnya guna memenuhi syarat bagi seseorang untuk melakukan usaha di negara asing; (ii) memproses makalah pemerintah, seperti visa dan perintah kerja; (iii) memberikan perlindungan polisi, mengirim dan menerima surat, menjadwalkan inspeksi yang ada hubungannya dengan kinerja kontrak atau inspeksi yang berkaitan dengan transit barang di seluruh negeri; (iv) menyediakan layanan telepon, listrik, air ledeng, bongkar muat kargo, atau mencegah kerusakan produk atau komoditas yang mudah rusak; atau (v) tindakan-tindakan yang bersifat serupa. (B) Tidak termasuk dalam istilah tindakan rutin pemerintah adalah keputusan pejabat pemerintah asing didalam kriteria pemberian busines baru atau meneruskan busines dengan pihak tertentu atau mempengaruhi pejabat pemerintah asing didalam mengambil keputusan agar memberikan busines baru atau meneruskan busines dengan pihak tertentu. (g) Alternatif Yurisdiksi (1) Setiap organisasi yang didirikan di wilayah Amerika Serikat, dinegara bagiannya, ataupun diwilayah yang secara politis dibawah Amerika Serikat yang mempunyai kelas sekuritas terdaftar sesuai dengan bagian 12 dari judul ini yang diwajibkan melapor berdasarkan bagian 15 (d) dari judul ini, atau orang Amerika yang menjadi pejabat, direktur, karyawan, agen, pemegang saham yang bertindak atas nama Page 7 of 20

8 organisasi itu dilarang berbuat korupsi di luar Amerika Serikat dengan mengajukan tawaran, pembayaran uang, janji untuk membayar, menguasakan untuk memberi kepada seseorang ataupun badan yang ditetapkan dalam alinea (1), (2), dan (3) dari subbagian (a) dari bagian ini dengan tujuan yang tercanctum disini, terlepas apakah organisasi, atau pejabat, direktur, karyawan, agen atau pemegang saham itu menggunakan surat atau perangkat perdagangan lainnya didalam mengajukan tawaran, pemberian hadiah, membayar, menjanjikan atau menguasakan untuk memberi. (2) Pengertian istilah orang Amerika dibagian ini adalah orang nasional Amerika Serikat (sebagaimana didefinisikan pada bagian 101 undang-undang Keimigrasian dan Kewarganegaraan (8 U.S.C. 1101)) atau korporasi, kemitraan, asosiasi, perusahaan saham gabungan, perusahaan pribadi, atau organisasi yang bukan korporasi, atau perusahaan dengan pemilik tunggal yang didirikan di wilayah Amerika Serikat, dinegara bagiannya, ataupun diwilayah yang secara politis dibawah Amerika Serikat. 78dd-2. Larangan Praktek perdagangan asing dengan keprihatinan domestik (a) Larangan Setiap keprihatinan domestik kecuali emiten yang dimaksud dengan bagian 78dd-1 dari judul ini, atau pejabat, direktur, karyawan, agen keprihatinan domestik, atau pemegang sahamnya bisa bertindak atas nama keprihatinan domestik dilarang menggunakan surat atau perangkat perdagangan lainnya didalam mengajukan secara korup tawaran, pembayaran, menjanjikan untuk membayar, atau menguasakan untuk membayar uang, atau tawaran, hadiah, menjanjikan akan memberi atau menguasakan untuk memberi barang berharga kepada (1) pejabat asing dengan tujuan (A) (i) mempengaruhi tindakan atau keputusan pejabat asing atau kandidat dalam kapasitas resminya, (ii) membujuk mereka untuk berbuat atau untuk tidak bertindak yang mengakibatkannya melanggar peraturan hukum, atau (iii) mendapatkan keuntungan yang tidak layak; atau (B) membujuk pejabat asing tersebut agar menggunakan pengaruhnya dipemerintah atau perangkatnya baik langsung maupun tidak agar mempengaruhi tindakan keputusan pemerintah dalam memperoleh, mempertahankan, atau mengarahkan bisnis kepada seseorang. (2) Partai politik asing atau pejabatnya, kandidat pejabat politik asing dengan tujuan Page 8 of 20

9 (A) (i) mempengaruhi tindakan atau keputusan yang diambil oleh pejabat pemerintah asing, pejabat partai politik asing atau calon pejabat didalam kapasitas resminya, (ii) membujuk partai, pejabat pemerintah asing, atau calon pejabat untuk berbuat atau untuk tidak bertindak yang mengakibatkannya melanggar peraturan hukum, atau (iii) mendapatkan keuntungan yang tidak layak; atau (B) membujuk partai politik, pejabat pemerintah asing ataupun kandidat untuk menggunakan pengaruhnya dipemerintah asing ataupun diperangkatnya untuk mempengaruhi tindakan ataupun keputusan pemerintah ataupun perangkatnya, untuk membantu keprihatinan domestik dalam memperoleh atau mempertahankan bisnis dengan mengarahkannya kepada seseorang. (3) Seseorang yang mengetahui bahwa seluruh atau sebagian hadiah akan ditawarkan, diberikan, atau dijanjikan apakah langsung ataupun tidak kepada pejabat asing, partai politik asing ataupun pejabatnya, ataupun kandidat pejabat asing dengan tujuan (A) (i) mempengaruhi tindakan atau keputusan yang diambil oleh pejabat pemerintah asing, pejabat partai politik asing atau calon pejabat didalam kapasitas resminya, (ii) membujuk pejabat pemerintah asing, partai politik, pejabat partai politik asing, atau calon pejabat didalam kapasitas resminya untuk berbuat atau untuk tidak bertindak yang mengakibatkannya melanggar peraturan hukum, atau (iii) mendapatkan keuntungan yang tidak layak; atau (B) membujuk pejabat pemerintah asing, partai politik asing, pejabat partai politik asing atau calon pejabat didalam kapasitas resminya agar menggunakan pengaruhnya dipemerintah baik langsung maupun tidak agar mempengaruhi tindakan keputusan pemerintah dalam memperoleh, mempertahankan, atau mengarahkan bisnis kepada seseorang. (b) Pengecualian tindakan rutin pemerintah Subbagian (a) dan (i) dari bagian ini membolehkan jika hal itu dilakukan untuk tindakan rutin pemerintah didalam mempercepat pembayaran atau meningkatkan kecepatan kinerja pemerintah baik oleh pejabat, partai politik, ataupun pejabat resmi lainnya. (c) Pembelaan yang afirmatif Merupakan pembelaan yang afirmatif jika subbagian (a) dan (i) dari bagian ini Page 9 of 20

10 (1) pembayaran, pemberian, tawaran atau janji atas barang berharga berdasarkan hukum tertulis dan peraturan resmi dari negara pejabat, partai politik, pejabat partai atau kandidat negara itu atau (2) pembayaran, pemberian hadiah, penawaran atau janji untuk memberikan barang berharga merupakan pengeluaran yang wajar seperti biaya perjalanan dan penginapan yang dikeluarkan oleh dan atas nama pejabat asing, partai, pejabat partai, atau kandidat pejabat dan secara langsung berhubungan-- (A) promosi, demonstrasi cara kerja atau untuk menjelaskan tentang produk atau jasa, dan (B) pelaksanaan atau kinerja kontrak dengan pemerintah asing maupun lembaga-lembaga lainnya. (d) Proses pengadilan 1) Jika kedapatan oleh Jaksa Agung, ada keprihatinan domestik yang terkait dengan bagian ini apakah pejabat, direktur, karyawan, agen atau pemegang saham terlibat atau hampir terlibat dalam pelanggaran hukum yang tercantum dalam subbagian (a) atau (i) dari bagian ini, Jaksa Agung berkuasa untuk menggugat secara sipil di pengadilan distrik di Amerika Serikat untuk melarang perbuatan termaksud, dan dengan dasar yang kuat pengadilan akan mengeluarkan surat perintah permanen ataupun surat pengekangan sementara yang tanpa jaminan. (2) Untuk penyidikan perdata ini jika oleh Jaksa Agung atau oleh pihak yang ditunjuknya dianggap perlu maka Jaksa Agung atau pihak yang ditunjuknya mempunyai kekuasaan untuk mengambil sumpah, menegaskan, dan memanggil saksi, mengumpulkan bukti, menyita buku atau kertas dokumen lainnya yang menurut Jaksa agung berhubungan dan bisa dipakai sebagai bahan bukti dalam investigasi. Dalam hal ini pemanggilan saksi ataupun penyitaan dokumen boleh dilakukan dimana saja diwilayah Amerika Serikat, dinegara bagiannya, ataupun diwilayah yang secara politis dibawah Amerika Serikat ditempat mana saja peradilan berlangsung. (3) Didalam memanggil saksi, penyitaan buku dan kertas dokumen jika seseorang menolak atau bersikap degil maka Jaksa Agung bisa meminta bantuan pengadilan dimana saja di Amerika Serikat di daerah yurisdiksi pengadilan dilaksanakan atau ditempat orang tersebut berada atau tempat dia mejalankan usahanya. Pengadilan yang diminta bantuannya ini dapat memerintahkan agar orang tersebut tampil dimuka Jaksa Agung atau pihak yang ditunjuk oleh Jaksa Agung dengan membawa dokumen yang diwajibkan atau memberi kesaksian. Gagalnya memenuhi panggilan pengadilan bisa dihukum oleh pangadilan sebagai penghinaan. Kasus diatas bisa diproses ditempat orang itu menetap atau ditemukan. Jaksa Agung boleh membuat peraturan yang menyangkut penyidikan sipil yang diperlukan untuk mengimplementasikan bagian ini. Page 10 of 20

11 (e) Pedoman Jaksa Agung. Didalam kurun waktu 6 bulan terhitung dari tanggal 23 Agustus 1988, Jaksa Agung, setelah berkonsultasi dengan Komisi Sekuritas dan Bursa, Menteri Perdagangan, Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Keuangan juga menerima pandagangan dari seluruh masyarakat melalui pemberitahuan publik dan prosedur komentar, akan menilai sejauh mana kepatuhan bagian dari pasal ini sehingga dapat ditingkatkan dan bisa membantu komunitas bisnis dengan klarifikasi lebih lanjut dan berdasarkan hal itu akan mengeluarkan -- (1) Pedoman penggambaran jenis perilaku tertentu, kaitannya dengan jenis pengaturan penjualan ekspor umum serta kontrak bisnis, dan digunakan sebagai penegakan kebijakan oleh Departemen Kehakiman, penentuan Jaksa Agung akan sesuai dengan bagian pasal sebelumnya; dan (2) Prosedur pencegahan umum yang boleh digunakan oleh prihatin domestik untuk menyesuaikan perilakunya dengan kebijakan Departemen Kehakiman sesuai dengan ketentuan bagian pasal yang lalu. Jaksa Agung akan menerbitkan pedoman dan prosedur seperti yang disebut dalam kalimat sebelum ini berdasarkan sub pasal II pasal 5 judul 5 dan pedoman dan prosedur termaksud sesuai dengan ketentuan pasal 7 dari judul itu. (f) Pendapat Jaksa Agung (1) Jaksa Agung, setelah berkonsultasi dengan departemen-departemen serta lembaga-lembaga di Amerika Serikat dan setelah mendapatkan pandangan umum dari masyarakat melalui pemberitahuan publik dan prosedur komentar, akan menetapkan prosedur untuk menanggapi pertanyaan prihatin domestik yang spesifik tentang kelakuan mereka mematuhi kebijaksanaan Departemen Kehakiman seperti yang telah ditetapkan dalam bagian pasal sebelumnya. Dalam waktu 30 hari setelah Jaksa Agung menerima pertanyaan akan memberikan tanggapannya. Tanggapan tersebut akan menyatakan apakah kelakuan yang ditanyakan telah melanggar kebijaksanaan Departemen Kehakiman seperti yang sudah diterangkan sebelumnya. Prihatin domestik bisa mempertanyakan Jaksa Agung tentang kelakuan lainnya diluar dari yang sudah ditanyakan. Tindakan yang dilakukan dalam menegakkan ketentuan disebutkan dibagian ini akan ada bantahan bahwa perbuatan itu sesuai dengan tanggapan Jaksa Agung yang sudah dipertanyakan sebelumnya. Bantahan itu bisa dibantah dengan bukti yang lebih meyakinkan. Pertimbangan praduga di alinea ini, pengadilan akan mempertimbangkan semua factor yang relevan, termasuk apakah pertanyaan yang disampaikan kepada Jaksa Agung akurat dan lengkap dan apakah dalam lingkup perilaku yang sudah ditentukan. Jaksa Agung akan menetapkan Page 11 of 20

12 prosedur yang diperlukan di alinea ini sesuai dengan ketentuan subbagian II pasal 5 judul 5 dan prosedur termaksud harus menurut dengan ketentuan pasal 7 dari judul itu. (2) Setiap dokumen atau materi lain yang tersedia, diterima oleh atau disiapkan oleh Departemen Kehakiman, departemen ataupun lembaga pemerintah Amerika Serikat lainnya, yang berhubungan dengan permohonan prihatin domestik berdasarkan alinea (1), kecuali dengan persetujuan prihatin domestik tidak akan diungkapkan untuk umum walaupun berdasarkan bagian 552 judul 5 terlepas apakah Jaksa Agung menanggapi pertanyaan emiten ataukah emiten menarik kembali pertanyaannya. (3) Setiap pertanyaan prihatin domestik ke Jaksa Agung yang berdasarkan alinea (1) dapat menarik kembali pertanyaan tersebut sebelum Jaksa Agung menanggapi pertanyaannya. Pertanyaan yang ditarik kembali tidak mempunyai kekuatan hukum dan tidak mempunyai dampak lainnya. (4) Jaksa Agung akan, sedapat mungkin, dalam rangka menegakkan pelaksanaan peraturan Depatemen Kehakiman ini pada waktu yang tepat membimbing potensial exportir dan pengusaha kecil yang tidak mampu mendapatkan ahli hukum yang khusus dibidang ini. Bimbingan ini terbatas hanya pada pertanyaan di alinea (1) dalam rangka kelakuan yang berhubungan dengan penegakan hukum Departemen Kehakiman dan penjelasan umum tentang pertanggungan jawab dan kewajiban dibawah peraturan tersebut. (g) Penalti (1) (A) Setiap keprihatinan domestik yang bukan manusia dan melanggar hukum subbagian (a) atau (i) dari bagian ini akan dikenakan denda tidak lebih dari $ (B) Setiap keprihatinan domestik yang bukan manusia dan melanggar subbagian (a) atau (i) dari bagian ini akan didenda oleh Jaksa Agung tidak lebih dari $ (2) (A) Setiap orang yang menjadi pejabat, direktur, karyawan, agen keprihatinan domestik, atau pemegang saham yang bisa bertindak atas nama keprihatinan domestik yang dengan sengaja melanggar subbagian (a) atau (i) dari bagian ini akan didenda tidak lebih dari $ , atau dipenjara tidak lebih dari 5 tahun, atau kombinasi dari keduanya. (B) Setiap orang yang menjadi pejabat, direktur, karyawan, atau agen dari keprihatinan domestik, atau pemegang sahamnya yang bisa bertindak atas nama keprihatinan domestik, yang melanggar subbagian (a) atau (i) dari bagian ini akan dikenakan denda tidak lebih dari $ berdasarkan keputusan Jaksa Agung. (3) Setiap pejabat, direktur, karyawan, agen, atau pemegang saham prihatin domestik yang didenda berdasarkan alinea (2) denda tersebut secara langsung maupun tidak langsung tidak boleh dibayari oleh prihatin domestik. Page 12 of 20

13 (h) Definisi Dibagian ini: (1) Arti istilah keprihatinan domestik adalah (A) Seseorang yang menjadi warga negara, kebangsaan, atau penduduk Amerika Serikat juga (B) Setiap korporasi, kemitraan, asosiasi, perusahaan saham gabungan, perusahaan pribadi, atau organisasi yang bukan korporasi, atau perusahaan dengan pemilik tunggal yang didirikan di wilayah Amerika Serikat, dinegara bagiannya, ataupun diwilayah yang secara politis dibawah Amerika Serikat. (2) (A) Istilah pejabat asing berarti pejabat atau karyawan pemerintah asing dibawah departemen, lembaga atau perangkatnya, atau organisasi publik internasional, atau seseorang yang dengan resmi bisa bertindak atas nama pemerintah asing dibawah departemen, lembaga atau perangkatnya, atau organisasi publik internasional. (B) Guna tujuan sub ayat (A), organisasi masyarakat internasional berarti (i) organisasi yang ditunjuk oleh Eksekutif Order sesuai dengan bagian 1, Undang-Undang Organisari Kekebalan Internasional (22 U.S.C. 288); atau (ii) Organisasi internasional yang dimaksud dibagian ini adalah Eksekutif Order yang ditunjuk oleh Presiden terhitung dari sejak perintah diterbitkan dalam Daftar Federal. (3) (A) Keadaan pikiran seseorang dianggap tahu dalam hubungannya dengan kelakuan, keadaan, atau buah hasil jika (i) orang itu menyadari keterlibatannya dalam kelakuan itu, lingkungan yang ada, atau buah hasil yang akan terjadi, atau (ii) orang itu yakin akan lingkungan yang ada atau buah hasil yang akan terjadi. (B) Pengetahuan tentang adanya suatu lingkungan tertentu untuk melakukan pelanggaran, pengetahuan tersebut ada jika orang itu menyadari lingkungan yang tertentu itu ada, kecuali jika orang tersebut tidak percaya lingkungan tertentu itu ada. (4) (A) istilah tindakan rutin pemerintah berarti tindakan yang biasanya dan pada umumnya dilakukan oleh pejabat pemerintah asing didalam-- Page 13 of 20

14 (i) memperoleh izin, lisensi, atau dokumen resmi lainnya guna memenuhi syarat bagi seseorang untuk melakukan usaha di negara asing; (ii) memproses makalah pemerintah, seperti visa dan perintah kerja; (iii) memberikan perlindungan polisi, mengirim dan menerima surat, menjadwalkan inspeksi yang ada hubungannya dengan kinerja kontrak atau inspeksi yang berkaitan dengan transit barang di seluruh negeri; (iv) menyediakan layanan telepon, listrik, air ledeng, bongkar muat kargo, atau mencegah kerusakan produk atau komoditas yang mudah rusak; atau (v) tindakan-tindakan yang bersifat serupa. (B) Tidak termasuk dalam istilah tindakan rutin pemerintah adalah keputusan pejabat pemerintah asing didalam kriteria pemberian busines baru atau meneruskan busines dengan pihak tertentu atau mempengaruhi pejabat pemerintah asing didalam mengambil keputusan agar memberikan busines baru atau meneruskan busines dengan pihak tertentu. (5) istilah perdagangan antar negara bagian berarti perdagangan, perniagaan, transportasi, komunikasi antar negara bagian, atau antar negara asing, ataupun didalam negara bagian, dan antara dua tempat ataupun letak kapal yang berada diluarnya dengan menggunakan-- (A) telepon atau berkomunikasi antar negara bagian (B) perangkat lainnya yang digunakan antar negara bagian (i) Alternatif Yurisdiksi (1) Setiap orang Amerika Serikat dilarang berbuat korupsi di luar Amerika Serikat dengan mengajukan tawaran, pembayaran uang, janji untuk membayar, menguasakan untuk memberi kepada seseorang atau suatu badan yang ditetapkan dalam alinea (1), (2), dan (3) dari subbagian (a) dari bagian ini dengan tujuan yang tercantum disini, terlepas apakah orang Amerika itu menggunakan surat atau perangkat perdagangan lainnya didalam mengajukan tawaran, pemberian hadiah, membayar, menjanjikan atau menguasakan untuk memberi. (2) Pengertian istilah orang Amerika dibagian ini adalah orang nasional Amerika Serikat (sebagaimana didefinisikan pada bagian 101 undang-undang Imigrasi dan Kewarganegaraan (8 U.S.C. 1101)) atau korporasi, kemitraan, asosiasi, perusahaan saham gabungan, perusahaan pribadi, atau organisasi yang Page 14 of 20

15 bukan korporasi, atau perusahaan dengan pemilik tunggal yang didirikan di wilayah Amerika Serikat, dinegara bagiannya, ataupun diwilayah yang secara politis dibawah Amerika Serikat. 78dd-3. Larangan Praktek perdagangan asing selain emiten atau keprihatinan domestik (a) Larangan Setiap orang kecuali emiten yang dimaksud dengan bagian 30A dari peraturan Sekuritas dan Bursa tahun 1934 atau keprihatinan domestik yang dimaksud dengan bagian 104 dari perundangan ini) atau pejabat, direktur, karyawan, agen, atau pemegang sahamnya yang bisa bertindak atas nama orang tersebut di Amerika Serikat untuk tujuan korupsi dilarang menggunakan surat atau perangkat perdagangan lainnya didalam mengajukan tawaran, pembayaran, menjanjikan untuk membayar, atau menguasakan untuk memberi barang berharga kepada (1) pejabat asing dengan tujuan (A) (i) mempengaruhi tindakan atau keputusan pejabat asing atau kandidat dalam kapasitas resminya, (ii) membujuk mereka untuk berbuat atau untuk tidak bertindak yang mengakibatkannya melanggar peraturan hukum, atau (iii) mendapatkan keuntungan yang tidak layak; atau (B) membujuk pejabat asing tersebut agar menggunakan pengaruhnya dipemerintah baik langsung maupun tidak agar mempengaruhi tindakan keputusan pemerintah dalam memperoleh, mempertahankan, atau mengarahkan bisnis kepada seseorang. (2) Partai politik asing atau pejabatnya, kandidat pejabat politik asing dengan tujuan (A) (i) mempengaruhi tindakan atau keputusan yang diambil oleh pejabat pemerintah asing, pejabat partai politik asing atau calon pejabat didalam kapasitas resminya, (ii) membujuk pejabat pemerintah asing, pejabat partai politik asing atau calon pejabat untuk berbuat atau untuk tidak bertindak yang mengakibatkannya melanggar peraturan hukum, atau (iii) mendapatkan keuntungan yang tidak layak; atau (B) membujuk pejabat pemerintah asing, partai politik, anggota partai ataupun kandidat untuk menggunakan pengaruhnya dipemerintah ataupun diperangkatnya untuk mempengaruhi tindakan ataupun keputusan pemerintah ataupun perangkatnya, untuk membantu dalam memperoleh atau mempertahankan bisnis dengan mengarahkannya kepada seseorang; atau Page 15 of 20

16 (3) Seseorang yang mengetahui bahwa seluruh atau sebagian hadiah akan ditawarkan, diberikan, atau dijanjikan apakah langsung ataupun tidak kepada pejabat asing, partai politik asing ataupun anggota resmi stafnya, ataupun kandidat pejabat asing dengan tujuan (A) (i) mempengaruhi tindakan atau keputusan yang diambil oleh pejabat pemerintah asing, pejabat partai politik asing atau calon pejabat didalam kapasitas resminya, (ii) membujuk pejabat pemerintah asing, pejabat partai politik asing atau calon pejabat didalam kapasitas resminya untuk berbuat atau untuk tidak bertindak yang mengakibatkannya melanggar peraturan hukum, atau (iii) mendapatkan keuntungan yang tidak layak; atau (B) membujuk pejabat pemerintah asing, partai politik, anggota partai ataupun kandidat untuk menggunakan pengaruhnya dipemerintah ataupun diperangkatnya untuk mempengaruhi tindakan ataupun keputusan pemerintah ataupun perangkatnya, untuk membantu dalam memperoleh atau mempertahankan bisnis dengan mengarahkannya kepada seseorang. (b) Pengecualian tindakan rutin pemerintah Subbagian (a) tidak berlaku dalam memfasilitasi atau mempercepat pembayaran kepada pejabat asing, partai politik, atau pejabat partai guna mengamankan kinerja tindakan rutin pemerintah yang dilakukan oleh pejabat asing, partai politik atau pejabat partai. (c) Pembelaan yang afirmatif Merupakan pembelaan yang afirmatif jika subbagian (a) dari bagian ini (1) pembayaran, pemberian hadiah, penawaran atau menjanjikan barang berharga kepada pejabat, partai politik atau kandidat dibuat secara sah, berdasarkan hukum dan peraturan tertulis dari negara bersangkutan; atau (2) pembayaran, pemberian hadiah, penawaran atau menjanjikan barang berharga adalah pengeluaran yang wajar dan bonafid seperti biaya perjalanan dan penginapan yang dikeluarkan oleh pejabat, partai politik atau kandidat yang berhubungan langsung dengan (A) Promosi, demonstrasi, atau untuk menjelaskan produk atau jasa, atau (B) Pelaksanaan atau kinerja kontrak dengan pemerintah atau lembaga asing. (d) Proses pengadilan Page 16 of 20

17 1) Jika kedapatan oleh Jaksa Agung, ada keprihatinan domestik yang terkait dengan bagian ini apakah pejabat, direktur, karyawan, agen atau pemegang saham terlibat atau hampir terlibat dalam pelanggaran hukum yang tercantum dalam subbagian (a) dari judul ini, Jaksa Agung berkuasa untuk menggugat secara sipil di pengadilan distrik di Amerika Serikat untuk melarang perbuatan termaksud, dan dengan dasar yang kuat pengadilan akan mengeluarkan surat perintah permanen ataupun surat pengekangan sementara yang tanpa jaminan. (2) Untuk penyidikan perdata ini jika oleh Jaksa Agung atau oleh pihak yang ditunjuknya dianggap perlu maka Jaksa Agung atau pihak yang ditunjuknya mempunyai kekuasaan untuk mengambil sumpah, menegaskan, dan memanggil saksi, mengumpulkan bukti-bukti dan menyita buku, kertas dokumen lainnya yang menurut Jaksa agung berhubungan dan bisa dipakai sebagai bahan bukti dalam investigasi. Dalam hal ini pemanggilan saksi ataupun penyitaan dokumen boleh dilakukan dimana saja diwilayah Amerika Serikat, dinegara bagiannya, ataupun diwilayah yang secara politis dibawah Amerika Serikat ditempat mana saja peradilan berlangsung. (3) Didalam memanggil saksi, penyitaan buku dan kertas dokumen jika seseorang menolak atau bersikap degil maka Jaksa Agung bisa meminta bantuan pengadilan dimana saja di Amerika Serikat di daerah yurisdiksi pengadilan dilaksanakan atau ditempat orang tersebut berada atau tempat dia mejalankan usahanya. Pengadilan yang diminta bantuannya ini dapat memerintahkan agar orang tersebut tampil dimuka Jaksa Agung atau pihak yang ditunjuk oleh Jaksa Agung dengan membawa dokumen yang diwajibkan atau memberi kesaksian. Tidak mematuhi perintah pengadilan bisa dihukum sebagai penghinaan. (4) Kasus diatas bisa diproses ditempat orang itu menetap atau ditemukan. Jaksa Agung boleh membuat peraturan yang menyangkut penyidikan sipil yang diperlukan untuk mengimplementasikan bagian ini. (e) Penalti (1) (A) Setiap badan hukum yang melanggar subbagian (a) dalam bagian ini akan dikenakan denda tidak lebih dari $ (B) Dibawah tuntutan Jaksa Agung setiap badan hukum yang melanggar subbagian (a) dalam bagian ini akan didenda sampai $ (2) (A) Seseorang yang dengan sengaja melanggar subbagian (a) bagian ini akan didenda tidak lebih dari $ atau penjara tidak lebih dari 5 tahun atau kombinasi dari keduanya. (B) Dibawah tuntutan Jaksa Agung seseorang yang melanggar subbagian (a) dalam bagian ini akan didenda sampai $ (3) Denda yang dikenakan terhadap pejabat, direktur, karyawan, agen, atau pemegang saham dari perorangan tidak boleh dibayari baik langsung maupun tidak langsung oleh perorangan tersebut. Page 17 of 20

18 (f) Definisi Dibagian ini: (1) Ketika mengacu kepada pelanggar pengertian istilah seseorang dibagian ini adalah orang alami yang bukan orang Amerika (sebagaimana didefinisikan dalam 8 U.S.C. 1101) atau korporasi, kemitraan, asosiasi, perusahaan saham gabungan, perusahaan pribadi, atau organisasi yang bukan korporasi, atau perusahaan dengan pemilik tunggal yang didirikan di negara ataupun wilayah yang secara politis asing. (2) (A) Istilah pejabat asing berarti pejabat atau karyawan pemerintah asing dibawah departemen, lembaga atau perangkatnya, atau organisasi publik internasional, atau seseorang yang dengan resmi bisa bertindak atas nama pemerintah asing dibawah departemen, lembaga atau perangkatnya, atau organisasi publik internasional. organisasi publik internasional di alinea (A) diatas adalah-- (i) organisasi yang ditunjuk oleh Eksekutif Order sesuai dengan bagian 1, Undang-Undang Organisari Kekebalan Internasional (22 U.S.C. 288); atau (ii) Organisasi internasional lainnya yang ditunjuk oleh Presiden dengan Eksekutif Order sebagai yang dimaksud dibagian ini terhitung dari sejak perintah diterbitkan dalam Daftar Federal. (3) (A) Keadaan pikiran seseorang dianggap tahu dalam hubungannya dengan kelakuan, keadaan, atau buah hasil jika (i) orang itu menyadari keterlibatannya dalam kelakuan itu, lingkungan yang ada, atau buah hasil yang akan terjadi, atau (ii)orang itu yakin akan lingkungan yang ada atau buah hasil yang akan terjadi. (B) Pengetahuan tentang adanya suatu lingkungan tertentu untuk melakukan pelanggaran, pengetahuan tersebut ada jika orang itu menyadari lingkungan yang tertentu itu ada, kecuali jika orang tersebut tidak percaya lingkungan tertentu itu ada. (4) (A) istilah tindakan rutin pemerintah berarti tindakan yang biasanya dan pada umumnya dilakukan oleh pejabat pemerintah asing didalam-- (i) memperoleh izin, lisensi, atau dokumen resmi lainnya guna memenuhi syarat bagi seseorang untuk melakukan usaha di negara asing; Page 18 of 20

19 (ii) memproses makalah pemerintah, seperti visa dan perintah kerja; (iii) memberikan perlindungan polisi, mengirim dan menerima surat, menjadwalkan inspeksi yang ada hubungannya dengan kinerja kontrak atau inspeksi yang berkaitan dengan transit barang di seluruh negeri; (iv) menyediakan layanan telepon, listrik, air ledeng, bongkar muat kargo, atau mencegah kerusakan produk atau komoditas yang mudah rusak; atau (v) tindakan-tindakan yang bersifat serupa. (B) Tidak termasuk dalam istilah tindakan rutin pemerintah adalah keputusan pejabat pemerintah asing didalam kriteria pemberian busines baru atau meneruskan busines dengan pihak tertentu atau mempengaruhi pejabat pemerintah asing didalam mengambil keputusan agar memberikan busines baru atau meneruskan busines dengan pihak tertentu. (5) istilah perdagangan antar negara bagian berarti perdagangan, perniagaan, transportasi, komunikasi antar negara bagian, atau antar negara asing, ataupun didalam negara bagian, dan antara dua tempat ataupun letak kapal yang berada diluarnya dengan menggunakan-- (A) telepon atau berkomunikasi antar negara bagian (B) perangkat lainnya yang digunakan antar negara bagian. 78ff. Penalti (a) Pelanggaran yang disengaja; Pernyataan palsu dan yang tidak benar Seseorang yang dengan sengaja melanggar ketentuan bab ini (selain dari bagian 78dd-1 dari judul ini), termasuk peraturan yang tidak boleh dilanggar ataupun peraturan bab ini yang harus ditaati, ataupun seseorang yang dengan sengaja dan sadar berbuat ataupun menyebabkan berbuat pernyataan dalam bentuk aplikasi, laporan, atau dokumen yang diperlukan untuk diajukan berdasarkan bab ini atau aturan dan peraturan di bawahnya atau yang terkandung didalam pendaftaran sebagaimana yang tercantum dalam subbagian (d) dari bagian 78o dari judul ini, atau oleh organisasi mandiri yang dengan permohonannya untuk menjadi anggota atau berpartisipasi atau menjadi anggota, sedangkan pernyataannya palsu, menyesatkan ataupun tidak berdasarkan fakta yang benar, dan kesalahannya tak pelak lagi akan didenda tidak lebih dari $ , atau dipenjara tidak lebih dari 20 tahun, atau kombinasi dari keduanya, kecuali jika badan tersebut bukan manusia alami maka akan didenda tidak lebih dari $ ; tetapi seseorang tidak akan dipenjara jika terbukti bahwa dia tidak tahu tentang aturan ini. Page 19 of 20

20 (b) Kegagalan dalam pengajuan informasi, dokumen, atau laporan Setiap emiten yang gagal dalam melaporkan informasi, dokumen, atau laporan yang diperlukan untuk diajukan dalam subbagian (d) dari bagian 78o judul ini atau aturan/peraturan yang ada didalamnya, akan didenda oleh Amerika Serikat sejumlah $ 100 per hari per kegagalan. Denda ini, sebagai pengganti hukuman pidana dicantumkan di subbagian (a) dari bagian ini, harus dibayarkan ke Kas Negara Amerika Serikat yang dapat diminta kembali dengan melakukan gugatan perdata ke Pemerintah Amerika Serikat. (c) Pelanggaran yang dilakukan oleh emiten, pejabat, direktur, pemegang saham, karyawan, atau agen dari emiten (1) (A) Setiap emiten yang melanggar subbagian (a) atau (g) bagian 30A dari judul ini [15 U.S.C. 78dd-1] akan dikenakan denda tidak lebih dari $ (B) Setiap emiten yang melanggar subbagian (a) atau (g) bagian 30A dari judul ini [15 U.S.C. 78dd- 1] dan dituntut secara sipil oleh Komisi akan dikenakan denda tidak lebih dari $ (2) (A) Setiap pejabat, direktur, karyawan, atau agen emiten, atau pemegang saham yang bertindak atas nama emiten, yang dengan sengaja melanggar subbagian (a) atau (g) bagian 30A dari judul ini [15 U.S.C. 78dd-1] akan didenda tidak lebih dari $ atau dipenjara tidak lebih dari 5 tahun, atau kombinasi dari keduanya. (B) Setiap pejabat, direktur, karyawan, atau agen emiten, atau pemegang saham yang bertindak atas nama emiten, yang melanggar subbagian (a) atau (g) bagian 30A dari judul [15 U.S.C. 78dd-1] dan dituntut secara sipil oleh Komisi akan dikenakan denda tidak lebih dari $ (3) Emiten tidak boleh membayari baik secara langsung maupun tidak langsung pejabat, direktur, karyawan, agen, atau pemegang saham emiten yang didenda berdasarkan subbagian (2) diatas. Page 20 of 20

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI Kebijakan Kepatuhan Global Maret 2017 Freeport-McMoRan Inc. PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Antikorupsi ini ("Kebijakan") adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan Inc ("FCX")

Lebih terperinci

Kebijakan Antisuap Goodyear 8 Mei 2017

Kebijakan Antisuap Goodyear 8 Mei 2017 Kebijakan Antisuap Goodyear 8 Mei 2017 1 Kebijakan Antisuap Pendahuluan Sebagai bagian dari komitmen kami di seluruh dunia terhadap kejujuran, integritas, dan rasa hormat, Goodyear tidak akan mendapatkan

Lebih terperinci

Indorama Ventures Public Company Limited

Indorama Ventures Public Company Limited Indorama Ventures Public Company Limited Kebijakan Anti Korupsi (Sebagaimana yang telah disetujui oleh pertemuan anggota Direksi No.1/2014 tertanggal 12 January 2014) Revisi 1 (Sebagaimana yang telah disetujui

Lebih terperinci

PROSEDUR STANDAR NO. PROSEDUR: REVISI: 02 HALAMAN: 1 dari 10 PROSEDUR ANTI-KORUPSI DAN ANTI-SUAP GLOBAL KENNAMETAL INC.

PROSEDUR STANDAR NO. PROSEDUR: REVISI: 02 HALAMAN: 1 dari 10 PROSEDUR ANTI-KORUPSI DAN ANTI-SUAP GLOBAL KENNAMETAL INC. REVISI: 02 HALAMAN: 1 dari 10 Pemberitahuan: Informasi yang tertera dalam prosedur ini merupakan properti Kennametal Inc. dan/atau anak perusahaan Kennametal Inc. dan dapat memuat informasi kepemilikan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS PEDOMAN KETAATAN HUKUM ANTI-KORUPSI

GARIS-GARIS PEDOMAN KETAATAN HUKUM ANTI-KORUPSI GARIS-GARIS PEDOMAN KETAATAN HUKUM ANTI-KORUPSI KATA PENGANTAR Garis-garis pedoman ini disusun untuk menangani prosedur-prosedur, dan akan membantu anda dalam mengindentifikasi, hal-hal yang mencakup anti-korupsi.

Lebih terperinci

Memastikan Kepatuhan yang Teliti dengan Peraturan-peraturan Anti-Gratifikasi

Memastikan Kepatuhan yang Teliti dengan Peraturan-peraturan Anti-Gratifikasi Yang terhormat Mitra Usaha, Memastikan Kepatuhan yang Teliti dengan Peraturan-peraturan Anti-Gratifikasi Dengan perluasan bisnis lintas batas di dunia, peraturan-peraturan terkait gratifikasi diperkuat

Lebih terperinci

KEBIJAAKAN ANTI-KORUPSI

KEBIJAAKAN ANTI-KORUPSI Kebijakan Kepatuhan Global Desember 2012 Freeport-McMoRan Copper & Gold PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Anti-Korupsi ( Kebijakan ) ini adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan

Lebih terperinci

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc. VESUVIUS plc Kebijakan Anti-Suap dan Korupsi PERILAKU BISNIS UNTUK MENCEGAH SUAP DAN KORUPSI Kebijakan: Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Tanggung Jawab Perusahaan Penasihat Umum Versi: 2.1 Terakhir diperbarui:

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN. 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal.

KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN. 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal. KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN Pemberian Hadiah/Penyediaan Hiburan 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal. 1. Semua pemberian hadiah harus sesuai dengan kebijakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Undang-undang Praktik Korupsi Asing/Kebijakan Anti-Korupsi

Undang-undang Praktik Korupsi Asing/Kebijakan Anti-Korupsi Undang-undang Praktik Korupsi Asing/Kebijakan Anti-Korupsi Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk memastikan bahwa Nature Sunshine Products, Inc. ( NSP ) mematuhi Undang-undang Praktik Korupsi Asing (

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN ATAS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

Kebijakan Antisuap & Antikorupsi Global, Berlaku Sejak: 1 Juli 2017

Kebijakan Antisuap & Antikorupsi Global, Berlaku Sejak: 1 Juli 2017 Pendahuluan Kebijakan Antisuap & Antikorupsi Global, Berlaku Sejak: 1 Juli 2017 21st Century Fox ( Perusahaan ) berkomitmen untuk menjalankan bisnis di seluruh dunia dengan integritas dan transparansi,

Lebih terperinci

Kode Etik Mitra. I. Pendahuluan

Kode Etik Mitra. I. Pendahuluan Kode Etik Mitra I. Pendahuluan Di Hewlett Packard Enterprise (HPE), kami bekerja secara kolaboratif dengan Mitra kami untuk berbisnis dengan penuh semangat untuk pelanggan dan produk kami, menghormati

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan No.61, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Real Estat. Bank Kustodian. Manajer Investasi. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 5867) PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI, DAN INFORMATIKA KOTA TANJUNGPINANG DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I KETENTUAN UMUM...

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PELAKSANAAN

PERATURAN PELAKSANAAN T E RJEMAH A N R ES MI AKASTOR PERATURAN PELAKSANAAN - Halaman 1 - Kepada Rekan-Rekan Sejawat Kita semua harus merasa bangga karena kita bekerja untuk sebuah perusahaan dengan standar etika yang tinggi.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19 /POJK.04/2016 TENTANG PEDOMAN BAGI MANAJER INVESTASI DAN BANK KUSTODIAN YANG MELAKUKAN PENGELOLAAN DANA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis

Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis Tanggal Mulai Berlaku: 2/28/08 Menggantikan: 10/26/04 Disetujui Oleh: Dewan Direksi TUJUAN PEDOMAN Memastikan bahwa praktik bisnis Perusahaan Mine Safety Appliances ("MSA")

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS PERNYATAAN DAN PRINSIP KEBIJAKAN Sesuai dengan Undang-undang Intelijen Keuangan dan Anti Pencucian Uang 2002 (FIAMLA 2002), Undang-undang Pencegahan Korupsi 2002

Lebih terperinci

Piagam dan Kebijakan. Kode Perilaku dan Etika Bisnis

Piagam dan Kebijakan. Kode Perilaku dan Etika Bisnis Piagam dan Kebijakan Kode Perilaku dan Etika Bisnis TMS International Corporation dan anak perusahaan langsung dan tidak langsungnya (secara bersama-sama disebut "Perusahaan") berusaha menjalankan bisnis

Lebih terperinci

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat Kode Etik Pemasok Kode Etik Pemasok 1. KEBEBASAN MEMILIH PEKERJAAN 1.1 Tidak ada tenaga kerja paksa atau wajib dalam bentuk apa pun, termasuk pekerjaan terikat, perdagangan manusia, atau tahanan dari penjara.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608]

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608] UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608] BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 103 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaran

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

http://www.warungbaca.com/2016/12/download-undang-undang-nomor-19-tahun.html UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERILAKU MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2016 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5952) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20.. TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20.. TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK Yth. Direksi Emiten atau Perusahaan Publik di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20.. TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN Undang-undang Arbitrase Tahun (Direvisi tahun 2011)

DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN Undang-undang Arbitrase Tahun (Direvisi tahun 2011) DAFTAR ISI Undang-undang Arbitrase Tahun 2005 UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN 2005 (Direvisi tahun 2011) 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur SUSUNAN BAGIAN Bagian I Pendahuluan 1. Judul singkat

Lebih terperinci

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Yth. Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Terbuka di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

Tentang Pendirian Kantor Catatan Sipil demi Timor Lorosae

Tentang Pendirian Kantor Catatan Sipil demi Timor Lorosae PERSERIKATAN BANGSA-BANGS Administrasi Transisi Perserikatan Bang bangsa di Timor Lorosae UNTAET NATIONS UNIES Administration Transitoire des Natio Unies in au Timor Oriental UNTAET/REG/2001/3 16 March

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20% Kode Perilaku 2 Vesuvius / Kode Perilaku 3 Pesan dari Direktur Utama Kode Perilaku ini menegaskan komitmen kita terhadap etika dan kepatuhan Rekan-rekan yang Terhormat Kode Perilaku Vesuvius menguraikan

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /SEOJK.04/2016 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /SEOJK.04/2016 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK Yth. Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik di tempat SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /SEOJK.04/2016 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

Kode Etik. .1 "Yang Harus Dilakukan"

Kode Etik. .1 Yang Harus Dilakukan Kode Etik Kode Etik Dokumen ini berisi "Kode Etik" yang harus dipatuhi oleh para Direktur, Auditor, Manajer, karyawan Pirelli Group, serta secara umum siapa saja yang bekerja di Italia dan di luar negeri

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.04/2016 TENTANG PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN

Lebih terperinci

Kode Etik. .1 "Yang Harus Dilakukan"

Kode Etik. .1 Yang Harus Dilakukan Kode Etik Kode Etik Dokumen ini berisi "Kode Etik" yang harus dipatuhi oleh para Direktur, Auditor, Manajer, karyawan Pirelli Group, serta secara umum siapa saja yang bekerja di Italia dan di luar negeri

Lebih terperinci

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.50, 2013 HUKUM. Pidana. Pendanaan. Terorisme. Pencegahan. Pemberantasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5406) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Pedoman Kerja Komite Audit

Pedoman Kerja Komite Audit Pedoman Kerja Komite Audit PT Erajaya Swasembada Tbk & Entitas Anak Berlaku Sejak Tahun 2015 Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk

Lebih terperinci

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths Kode Smiths Pengantar dari Philip Bowman, Kepala Eksekutif Sebagai sebuah perusahaan global, Smiths Group berinteraksi dengan pelanggan, pemegang saham, dan pemasok di seluruh dunia. Para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE KLRCA (Direvisi pada tahun 2013) Bagian II PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada tahun 2010) Bagian III SKEMA Bagian IV PEDOMAN UNTUK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 http://kesbangpol.kemendagri.go.id I. PENDAHULUAN Dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan jasa yang digunakan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa informasi merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720] Bagian Kedua Ketentuan Pidana Pasal 71 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan Perdagangan

Lebih terperinci

Bab 3. Undang - Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Dewan Pers

Bab 3. Undang - Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Dewan Pers e Bab 3 Undang - Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik e 1 2 UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Menimbang : DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA 2 PRINSIP DAN REKOMENDASI TATA KELOLA A. Hubungan Perusahaan Terbuka Dengan Pemegang

Lebih terperinci

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA MENGENAI BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA MENGENAI BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA MENGENAI BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA (TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON MUTUAL ASSISTANCE IN CRIMINAL MATTERS) PERJANJIAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PT INDOFARMA (Persero) Tbk KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PT INDOFARMA (Persero) Tbk I. LANDASAN HUKUM 1. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik 2. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

Naskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention)

Naskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention) Naskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention) BAB 1 PRINSIP UMUM 1.1. Standar Definisi, Standar, dan Standar

Lebih terperinci

MEMBINA HUBUNGAN BISNIS YANG SUKSES Harapan Cisco terhadap Mitra Bisnisnya

MEMBINA HUBUNGAN BISNIS YANG SUKSES Harapan Cisco terhadap Mitra Bisnisnya MEMBINA HUBUNGAN BISNIS YANG SUKSES Harapan Cisco terhadap Mitra Bisnisnya Cisco Systems, Inc. dan semua entitas afiliasinya di seluruh dunia (Cisco) berkomitmen menjunjung standar integritas bisnis tertinggi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924]

UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924] UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924] BAB XIX KETENTUAN PIDANA Pasal 202 Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan

Lebih terperinci

Laporan borang; buku-buku; rekod-rekod dan perakaunan dalaman; arahan

Laporan borang; buku-buku; rekod-rekod dan perakaunan dalaman; arahan [Pada Julai 22, 2004] Peruntukan Rekod & Buku-Buku dan Antirasuah dari Akta Amalan Rasuah Asing Terbitan L. 105-366 hingga Kini (November 10, 1998) KOD AMERIKA SYARIKAT JUDUL 15. PERDAGANGAN DAN KEWANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/11.2009 TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 47/Kpts/KPU-Kab-011.329047/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DANA KAMPANYE DALAM PEMILIHAN BUPATI DAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa asurans dan hasil pekerjaannya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan telah diratifikasi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK UMUM Pelaksanaan pemungutan Pajak yang tidak sesuai dengan Undang-undang perpajakan akan menimbulkan ketidakadilan

Lebih terperinci

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No. SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH Sumber: PSA No. 62 PENDAHULUAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini berisi standar untuk pengujian

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Etika dan integritas. Kepatuhan: Pedoman bagi pihak ketiga

Etika dan integritas. Kepatuhan: Pedoman bagi pihak ketiga Etika dan integritas Kepatuhan: Pedoman bagi pihak ketiga i Pihak ketiga berarti orang atau perusahaan yang memasok barang atau jasa kepada Syngenta atau atas nama kami. ii pejabat publik dapat mencakup,

Lebih terperinci