BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada lahan di Fakultas Pertanian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada lahan di Fakultas Pertanian"

Transkripsi

1 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada lahan di Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut selama ± 4 bulan. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang merah varietas Bima Brebes, pupuk kalium, pupuk organik cair Santamicro, pupuk kandang, tanah, arang sekam, fungisida Dithane M-45, insektisida Decis 2,5 EC. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, tali plastik, polibag, meteran, timbangan, pacak sampel, plank nama, kalkulator, alat tulis dan yang lain dalam mendukung penelitian ini. Metode Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan yaitu : Faktor I : Pemberian pupuk KCl (K) dengan 4 taraf yaitu : K 0 = tanpa pemberian pupuk Kalium (kontrol) K 1 = 1 g/tanaman

2 16 K 2 = 2 g/tanaman K 3 = 3 g/tanaman Faktor II : Pemberian pupuk organik cair (C) dengan 4 taraf yaitu : C 0 = tanpa pemberian pupuk (kontrol) C 1 = 1 ml/l /air C 2 = 1,5 ml/l /air C 3 = 2 ml/l /air Dengan demikian, penelitian terdiri dari 16 kombinasi yaitu : K 0 C 0 K 1 C 0 K 2 C 0 K 3 C 0 K 0 C 1 K 1 C 1 K 2 C 1 K 3 C 1 K 0 C 2 K 1 C 2 K 2 C 2 K 3 C 2 K 0 C 3 K 1 C 3 K 2 C 3 K 3 C 3 Jumlah ulangan Jumlah plot Jumlah tanaman/plot Jumlah sampel/plot Jumlah sampel seluruhnya : 3 ulangan : 48 plot : 4 tanaman : 4 tanaman : 192 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 960 tanaman Jarak antar plot Jarak antar ulangan : 30 cm : 50 cm

3 17 Metode Analisa Data Model linier yang digunakan dengan sidik ragam linear Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial sebagai berikut : Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk dimana : Yijk = hasil pengamatan blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk kalium pada taraf ke-j dan pupuk cair organik pada taraf ke-k μ ρi αj βk = nilai tengah perlakuan = pengaruh blok ke-i = pengaruh pemberian pupuk kalium pada taraf ke-j = pengaruh pemberian pupuk cair organik pada taraf ke-k (αβ)jk = pengaruh interaksi antar pupuk kalium pada taraf ke-j dan pupuk cair organik pada taraf ke-k εijk = galat percobaan blok ke-i dengan perlakuan pupuk kalium pada taraf ke-j dan pupuk cair organik pada taraf ke-k. Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata atau perlakuan yang memiliki beda rataaan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1993).

4 18 Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan Areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma dan sampah-sampah yang ada pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot-plot percobaan dengan ukuran 100 cm x 100 cm, jarak antar blok adalah 50 cm dan jarak antar plot 30 cm. Setelah plot selesai dibuat, selanjutnya polibag yang telah diisi dengan tanah disusun diatasnya. Persiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan adalah tanah inseptisol. Ukuran polibag yang digunakan ukuran 5 kg. Sebelum media dimasukkan ke dalam polibag, terlebih dahulu dibersihkan dari sampah atau kotoran lain. Pengisian media tanam dilakukan sampai batas 5 cm dari mulut polibag bagian atas. Penanaman Sebelum bibit ditanam, lahan disiram terlebih dahulu agar tanah lembab. Selanjutnya umbi bibit dimasukkan 1 umbi kedalam lubang tanam dan dibenamkan sampai ujungnya merata dengan permukaan tanah kemudian ditutup dengan kompos tipis agar tidak mengganggu pertumbuhan tunas. Pada saat sehari sebelum umbi ditanam, telebih dahulu ujung umbi dipotong 1/3 bagian yang bertujuan agar umbi tumbuh merata. Aplikasi Pupuk Kalium Pemberian pupuk kalium dilakukan pada saat tanam sesuai dengan kombinasi perlakuan. Aplikasi pupuk kalium dilakukan dengan cara disebarkan ke lubang tugal yang telah ada dan disediakan disamping tanaman.

5 19 Aplikasi Pupuk Cair Santamicro Pupuk anorgnik cair Santamicro diaplikasikan melalui daun dengan cara menyemprotkannya ke daun. Aplikasi pupuk diberikan tiga kali, yaitu pada saat dua minggu setelah tanam, masa vegetatif, dan masa generatif sesuai dengan konsentrasi perlakuan masing-masing. Pemeliharaan Tanaman Penyiraman Penyiraman tidak setiap hari dilakukan karena pada saat penelitian berlangsung hampir setiap hari hujan turun. Penyisipan Penyisipan dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST) untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh. Penyiangan Penyiangan dilakukan 2 minggu setelah tanam untuk membersihkan gulma yang tumbuh dan untuk menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan patuk dan untuk menggemburkan tanahnya digunakan cangkul kecil. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan satu kali dalam seminggu. Pengendalian hama dilakukan penyemprotan dengan insektisida Decis 2,5 EC dengan konsentrasi 2 cc/liter air. Sedangkan untuk penyakit dapat digunakan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 g/liter air.

6 20 Panen Adapun kriteria panen umbi bawang merah dapat dipanen setelah lebih kurang 75% daun menguning, batang tampak lemah sehingga daun rebah, umbi telah memadat, berisi dan apabila keluar dari tanah warnanya tampak cerah. Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman secara hati-hati agar umbinya tidak rusak atau tertinggal. Umbi yang telah dipanen, dibersihkan dan diikat untuk dikeringkan. Pengeringan umbi dilakukan dengan cara dijemur selama kurang lebih 7 hari sampai benar-benar kering dan siap dijual atau disimpan. Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm) Pengukuran tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai daun terpanjang. Pengukuran dilakukan mulai dari 2 Minggu Setelah Tanam (MST) hingga memasuki fase generatif 7 MST, yang dilakukan dengan interval pengukuran 1 minggu sekali. Jumlah Daun (helai) Dihitung daun yang telah terbentuk sempurna. Pengukuran dilakukan saat tanaman berumur 2 MST hingga memasuki fase generatif 7 MST dengan interval 1 minggu sekali pada masing-masing sampel. Jumlah Umbi Per Rumpun (Siung) Jumlah umbi per rumpun diperoleh setelah panen dengan menghitung jumlah umbi pada setiap rumpun pada masing-masing sampel. Jumlah Anakan Jumlah anakan yang muncul dari umbi dihitung pada akhir pengamatan (saat panen) pada masing-masing sampel.

7 21 Bobot Basah Umbi Per Sampel (g) Bobot basah umbi ini dihitung pada saat panen setelah dibersihkan dari akar, daun, dan tanah yang melekat pada umbi. Selanjutnya ditimbang umbi basah setiap rumpun dari masing-masing sampel. Bobot Kering Umbi Per Sampel (g) Bobot umbi kering dihitung setelah tanaman dikeringkan. Lama pengeringan yaitu kurang lebih 4 minggu. 2 minggu pertama kering matahari. Selanjutnya 2 minggu kering ruangan.

8 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Tinggi Tanaman (cm) Data pengamatan tinggi tanaman pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada lampiran 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 sedangkan hasil analisis statistik dengan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 2, 4, 6, 8, 10, dan 12. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan Kalium (K) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada pengamatan 2,3,6 dan 7 MST dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4 dan 5 MST. Pada perlakuan pupuk organik cair (C) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 4 dan 6 MST. Sedang kombinasi perlakuan kalium dan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 MST, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 3,4,5,6 dan 7 MST. Tinggi tanaman pada perlakuan Kalium dan pupuk organik cair pada pengamatan 2, 3, 4, 5,6 dan 7 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

9 23 Tabel 1. Tinggi Tanaman bawang (cm) pada perlakuan kalium dan pupuk organik cair pada umur 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 MST Perlakuan Minggu Setelah Tanam (MST) Pupuk Organik Cair C d C b C c C a Kalium K c d 38.13d K a b 42.93b K a 21.10a a 45.10a K b c 41.60c Interaksi K0C bc K0C de K0C ef K0C3 9.63f K1C e K1C ab K1C bc K1C a K2C abc K2C abc K2C ab K2C ab K3C a K3C de K3C cd K3C de Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%. Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa pada pengamatan 7 MST, dosis kalium yang terbaik untuk parameter tinggi tanaman adalah perlakuan K2 dengan tinggi tanaman mencapai cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan K0 yaitu dengan tinggi tanaman cm. Pada perlakuan pupuk organik cair, konsentrasi yang terbaik untuk parameter tinggi tanaman 7 MST terdapat pada perlakuan C2 yaitu cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan C0 dengan tinggi tanaman cm. Perlakuan interaksi antara dosis pupuk kalium dengan konsentrasi pupuk organik cair, tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan K2C2 yaitu cm yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan yang

10 terendah terdapat pada perlakuan K0C2 yaitu sebesar cm. Hubungan antara dosis pemberian pupuk kalium dengan tinggi tanaman dapat dilihat pada gambar Tinggi Tanaman (cm) y = x x R 2 = Dosis Pupuk Kalium (g) Gambar 1. Hubungan antara tinggi tanaman 7 MST dengan dosis pupuk kalium. 2. Jumlah Daun (helai) Data pengamatan jumlah daun pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada lampiran 13, 15, 17, 19, 21, dan 23 sedangkan hasil analisis statistik dengan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 14, 16, 18, 20, dan 24. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan Kalium (K) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pada umur 2,3,4,5,6 dan 7MST. Pada perlakuan pupuk organik cair (C) berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 2, 6 dan 7 MST dan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pada pengamatan 3, 4 dan 5 MST. Sedang kombinasi perlakuan kalium dan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun pada umur 2,3, 4, 5, 6 dan 7 MST. Jumlah daun pada perlakuan Kalium dan pupuk organik cair pada pengamatan 2, 3, 4, 5,6 dan 7 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

11 25 Tabel 2. Jumlah daun pada perlakuan Kalium dan pupuk organik cair pada pengamatan 2, 3, 4, 5,6 dan 7 MST Perlakuan Minggu Setelah Tanam (MST) Pupuk Organik Cair C b b 21.25c C1 9.96d b 22.56bc C c b 23.63b C a a 31.29a Kalium K K K K Interaksi K0C K0C K0C K0C K1C K1C K1C K1C K2C K2C K2C K2C K3C K3C K3C K3C Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%. Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa pada pengamatan 7 MST, jumlah daun tertinggi pada perlakuan dosis pupuk kalium adalah perlakuan K2 dengan jumlah daun helai yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan yang terendah terdapat pada perlakuan K0 yaitu dengan jumlah daun helai. Pada perlakuan pupuk organik cair, konsentrasi yang terbaik untuk parameter jumlah daun 7 MST terdapat pada perlakuan C3 yaitu helai dan yang terendah terdapat pada perlakuan C0 dengan jumlah daun helai. Perlakuan interaksi antara dosis pupuk kalium dengan konsentrasi pupuk organik cair,

12 26 menunjukkan bahwa jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan K1C3 yaitu yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan yang terendah terdapat pada perlakuan K1C0 yaitu sebesar helai. Hubungan antara konsentrasi pupuk organik cair dengan parameter jumlah daun pada pengamatan 7 MST dapat dilihat pada gambar 2.. Jumlah Daun (helai) y = x r = Konsentrasi Pupuk Organik Cair (ml/l air) Gambar 2. Hubungan antara parameter jumlah daun pada pengamatan 7 MST dengan konsentrasi pupuk organik cair. 3. Jumlah Umbi per Rumpun (siung) Data pengamatan jumlah umbi per rumpun pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada lampiran 25 sedangkan hasil analisis statistik dengan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 26. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan Kalium (K) berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per rumpun. Pada perlakuan pupuk organik cair (C) dan interaksi antara dosis pupuk kalium dengan konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per rumpun. Jumlah umbi per rumpun pada perlakuan Kalium dan pupuk organik cair serta kombinasi antara Kalium dan konsentrasi pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 3.

13 27 Tabel 3. Jumlah umbi per rumpun pada masing-masing perlakuan dosis Kalium dan konsentrasi pupuk organik cair(siung). Konsentrasi Pupuk Dosis Kalium (g/tan) Organik Cair (ml/l) K0= 0 K1=1 K2=2 K3=3 Rataan C0 = C1 = C2 = 1, C3 = Rataan 9.125c b a 9.458c Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%. Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa pada pengamatan jumlah umbi per rumpun tertinggi pada perlakuan dosis pupuk kalium adalah perlakuan 2 g/tan dengan jumlah umbi per rumpun siung dan yang terendah terdapat pada pemberian pupuk kalium 0 g/tan yaitu dengan jumlah umbi per rumpun siung. Pada perlakuan pupuk organik cair, konsentrasi yang terbaik untuk parameter jumlah umbi per rumpun terdapat pada perlakuan 2 ml/l yaitu helai dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Dan jumlah umbi per rumpun yang terendah terdapat pada pemberian pupuk organik cair 0 ml/l dengan jumlah umbi per rumpun siung. Perlakuan interaksi antara dosis pupuk kalium dengan konsentrasi pupuk organik cair, menunjukkan bahwa jumlah umbi per rumpun tertinggi terdapat pada perlakuan K2C1 yaitu siung yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan yang terendah terdapat pada perlakuan K0C0 yaitu sebesar siung. Hubungan antara dosis pupuk kalium dengan parameter jumlah umbi per rumpun dapat dilihat pada gambar 3.

14 28 Jumlah Umbi per Rumpun (siung) y = x x R 2 = Dosis Pupuk Kalium (g) Gambar 3. Hubungan antara parameter jumlah umbi per rumpun (suing) dengan dosis pupuk kalium. 4. Jumlah Anakan (Anakan) Data pengamatan jumlah anakan pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada lampiran 27 sedangkan dan hasil analisis statistik dengan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 28. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan Kalium (K) berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan. Pada perlakuan pupuk organik cair (C) dan interaksi antara dosis pupuk kalium dengan konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan. Jumlah anakan pada perlakuan Kalium dan pupuk organik cair serta kombinasi antara Kalium dan konsentrasi pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 4.

15 29 Table 4. Jumlah anakan pada masing-masing perlakuan dosis Kalium dan konsentrasi pupuk organik cair (anakan). Konsentrasi Pupuk Dosis Kalium (g/tan) Organik Cair (ml/l) K0=0 K1=1 K2=2 K3=3 Rataan C0 = C1 = C2 = 1, C3 = Rataan c b a 8.435d Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%. Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa pada pengamatan jumlah anakan pada perlakuan dosis pupuk kalium adalah perlakuan 2 g/tan dengan jumlah anakan anakan dan yang terendah terdapat pada perlakuan pemberian pupuk kalium 3 g/tan yaitu dengan jumlah anakan Pada perlakuan pupuk organik cair, parameter jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan 3 ml/l yaitu anakan dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Dan jumlah anakan yang terendah terdapat pada pemberian pupuk organik cair 2 ml/l dengan jumlah anakan Perlakuan interaksi antara dosis pupuk kalium dengan konsentrasi pupuk organik cair, menunjukkan bahwa jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan K2C3 yaitu anakan yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan yang terendah terdapat pada perlakuan K3C1 yaitu sebesar siung. Hubungan antara dosis pupuk kalium dengan parameter jumlah anakan dapat dilihat pada gambar 4.

16 30 Jumlah Anakan (anakan) y = 0.269x x R 2 = Dosis Pupuk Kalium (g) Gambar 4. Hubungan antara parameter jumlah anakan dengan dosis pupuk kalium 5. Bobot Basah Umbi per Sampel (g) Data pengamatan bobot basah umbi per sampel pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada lampiran 29 sedangkan hasil analisis statistik dengan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 30. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan Kalium (K) berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per sampel. Pada perlakuan pupuk organik cair (C) dan interaksi antara dosis pupuk kalium dengan konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per sampel. Bobot basah umbi per sampel pada perlakuan Kalium dan pupuk organik cair serta kombinasi antara Kalium dan konsentrasi pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 5.

17 31 Tabel 5. Bobot basah umbi per sampel pada masing-masing perlakuan dosis Kalium dan konsentrasi pupuk organik cair (g). Dosis Kalium (g/tan) Konsentrasi Pupuk Organik Cair (ml/l) K0=0 K1=1 K2=2 K3=3 Rataan C0 = C1 = C2 = 1, C3 = Rataan c b a b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%. Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa pada pengamatan bobot basah umbi per sampel tertinggi pada perlakuan dosis pupuk kalium adalah perlakuan 2 g/tan dengan bobot basah umbi per sampel g dan yang terendah terdapat pada pemberian pupuk kalium 0 g/tan yaitu dengan bobot basah umbi per sampel g. Pada perlakuan pupuk organik cair, parameter bobot basah umbi per sampel tertinggi terdapat pada perlakuan 2 ml/l yaitu g dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Dan bobot basah umbi per sampel yang terendah terdapat pada pemberian pupuk organik cair 1 ml/l dengan bobot basah umbi per sample g. Perlakuan interaksi antara dosis pupuk kalium dengan konsentrasi pupuk organic cair, menunjukkan bahwa bobot basah umbi per sampel tertinggi terdapat pada perlakuan K2C2 yaitu g yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan yang terendah terdapat pada perlakuan K0C1 yaitu sebesar Hubungan antara dosis pupuk kalium dengan parameter bobot basah umbi per sampel dapat dilihat pada gambar 5.

18 32 Bobot basah Umbi per Sampel (g) y = x x R 2 = Dosis Pupuk kalium (g) Gambar 5. Hubungan antara parameter bobot basah umbi per sample dengan dosis pupuk kalium. 6. Bobot Kering Umbi per Sampel (g) Data pengamatan bobot kering umbi per sampel pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada lampiran 31 sedangkan hasil analisis statistik dengan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 32. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan Kalium (K) berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per sampel. Pada perlakuan pupuk organik cair (C) dan interaksi antara dosis pupuk kalium dengan konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering umbi per sampel. Bobot kering umbi per sampel pada perlakuan kalium dan pupuk organik cair serta kombinasi antara kalium dan konsentrasi pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 6.

19 33 Tabel 6. Bobot kering umbi per sampel pada masing-masing perlakuan dosis kalium dan konsentrasi pupuk organik cair (g). Konsentrasi Pupuk Dosis Kalium (g/tan) Organik Cair (ml/l) K0=0 K1=1 K2=2 K3=3 Rataan C0 = C1 = C2 = 1, C3 = Rataan c b a b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%. Dari Tabel 6. dapat dilihat bahwa pada pengamatan bobot kering umbi per sampel tertinggi pada perlakuan dosis pupuk kalium adalah perlakuan 2 g/tan dengan bobot kering umbi per sampel g dan yang terendah terdapat pada pemberian pupuk kalium 0 g/tan yaitu dengan bobot kering umbi per sampel g. Pada perlakuan pupuk organik cair, parameter bobot kering umbi per sampel tertinggi terdapat pada perlakuan 2 ml/l yaitu g dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Dan bobot kering umbi per sampel yang terendah terdapat pada pemberian pupuk organik cair 0 ml/l dengan bobot kering umbi per sample g. Perlakuan interaksi antara dosis pupuk kalium dengan konsentrasi pupuk organic cair, menunjukkan bahwa bobot kering umbi per sampel tertinggi terdapat pada perlakuan K2C2 yaitu g yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan yang terendah terdapat pada perlakuan K0C1 yaitu sebesar g. Hubungan antara dosis pupuk kalium dengan parameter bobot kering umbi per sampel dapat dilihat pada gambar 6.

20 34 Bobot Kering Umbi per Sampel (g) y = x x R 2 = Dosis Pupuk Kalium (g) Gambar 6. Hubungan antara parameter bobot kering umbi per sample dengan dosis pupuk kalium. Pembahasan Respon pertumbuhan dan produksi bawang merah terhadap pupuk kalium Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam secara statistik diperoleh bahwa perlakuan kalium berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumah umbi per rumpun, jumlah anakan, bobot basah per sampel dan bobot kering per sampel. Sedangkan pada perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun. Perlakuan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2,3,6 dan 7 MST, dimana tinggi tanaman tertinggi pada umur 7 MST terdapat pada perlakuan K 2 (45,10 cm) dan terendah pada perlakuan K 0 (38,13 cm). Hal ini karena pupuk kalium mengandung unsur hara yang lebih banyak sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman seperti pertambahan tinggi, sesuai dengan pernyataan Hasibuan (2006) yang menyatakan bahwa pupuk kalium dikenal juga dengan nama Muriate of Potash (MOP) berbentuk kristal yang berwarna merah dan adapula yang berwarna putih kotor. Perlakuan pupuk berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per rumpun, dimana jumlah umbi per rumpun tertinggi terdapat pada perlakuan K 2 yaitu (11,958 siung) dan

21 35 terendah pada pelakuan K 0 yaitu (9,125 siung). Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa sebelum umbi bibit bawang merah ditanam, sebaiknya dilakukan pemotongan ujung umbi satu-dua hari sepanjang 1/3-1/4 bagian dari panjang umbi keseluruhan, maka pertumbuhan bibit merata (seragam), umbi cepat tumbuh dan makin banyaknya anakan maupun jumlah daun, sehingga hasil umbinya meningkat. Akan tetapi hati-hati dalam memotongnya, jangan sampai tunas yang ada dalam umbi ikut terpotong. Perlakuan pupuk berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan, dimana jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan K 2 yaitu (15,904 anakan) dan terendah pada pelakuan K 3 yaitu (8,435 anakan). Perlakuan K 2 yang berbeda nyata dengan perlakuan K 0, K 2, K 3. Hal ini karena unsur hara K sangat berperan dalam pertumbuhan vegetatif, karena pertumbuhan tanaman didominasi pertumbuhan vegetatif sesuai dengan pernyataan Novizan (2005) yang menyatakan bahwa salah satu unsur hara yang dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman serta meningkatkan kualitas buah karena bentuk, kadar, dan warna yang lebih baik adalah kalium. Perlakuan pupuk berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan bobot kering, dimana bobot basah tertinggi terdapat pada perlakuan K 2 yaitu (46, 479 g) dan terendah pada pelakuan K 0 yaitu (25,325 g). Sedangkan pada bobot kering tertinggi terdapat pada perlakuan K 2 yaitu (42,500 g) dan terendah pada perlakuan K 0 (21,021 g). Ini disebabkan oleh fungsi kalium itu sendiri yang berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman serta ketahanannya terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rosmarkam dan Yuwono (2002) yang menyatakan bahwa kalium juga merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit. Perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 4 dan 5 MST. Hal ini kemungkinan terjadi karena disebabkan oleh akar tanaman yang belum banyak menyerap

22 36 unsur hara yang dikandung pupuk kalium tersebut secara maksimal. Diduga pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah ditunjang oleh cadangan makanan yang berasal dari umbi bibit dan ketersediaan unsur hara dari dalam tanah. Perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun. Ini terjadi karena jumlah daun ini ditentukan oleh faktor genetik dari tanaman yang sudah ada atau tidak dapat diubah dengan penambahan unsur N, P, dan K. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lakitan (1996) yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan daun relatif konstan jika tanaman ditumbuhkan pada intensitas cahaya yang konstan. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Lubis, dkk (1988); Rahayu dan Berlian (1999) yang menyatakan bahwa tanaman itu pada hakekatnya merupakan produk dari hasil genetik dan lingkungan, oleh sifat yang dibawa dalam genetis tanaman telah tertentu jumlahnya. Selain itu jumlah daun ditentukan oleh banyaknya umbi, dimana semakin besar ukuran umbinya yang berarti semakin banyak lapisan umbinya maka jumlah daunnya semakin banyak, karena setiap satu lapisan umbi menghasilkan sebuah daun. Respon pertumbuhan dan produksi bawang merah terhadap pupuk organik cair Santamicro Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam secara statistik diperoleh bahwa perlakuan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Sedangkan pada perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah umbi per rumpun, jumlah anakan, bobot basah umbi per sampel, dan bobot kering umbi per sampel. Perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 MST. Hal ini karena Santamicro yang telah diaplikasikan ke daun dapat diserap oleh tanaman dengan efektif dan langsung dimanfaatkan oleh tanamaan sehingga memberikan respons

23 37 terhadap peningkatan tinggi tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (1997) yang menyatakan bahwa salah satu keuntungan dari penggunaan pupuk daun adalah responnya terhadap tanaman. Sedangkan untuk aplikasi Santamicro yang kedua berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, kemungkinan karena pada saat itu tanaman telah memasuki fase pertumbuhan generatifnya sehingga unsur hara yang diserap oleh tanaman dimanfaatkan oleh tanaman untuk pembentukan umbi. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Hal ini terjadi karena pertumbuhan jumlah daun dipengaruhi oleh penambahan unsur hara N, P, dan K, jumlah daun pada tanaman ini sudah tertentu secara genetik, seperti yang tercantum pada Lampiran 34. Deskripsi Tanaman Bawang Merah, yakni jumlah daun berkisar helai. Dimana dari hasil penelitian yang diperoleh berada diantara kisaran tersebut. Pembentukan siung (tunas) pada tanaman ini berkisar antara 2-20 tunas yang akan menjadi tanaman baru, hal ini sesuai dengan pernyataan Rahayu dan Berlian (1999) yang menyatakan bahwa pada setiap umbi dijumpai tunas lateral sebanyak 2-20 tunas yang kemudian tumbuh membesar membentuk rumpun sehingga bila saat panen tiba dapat dihasilkan siung sejumlah tunas tersebut. Perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi per rumpun. Hal ini kemungkinan terjadi karena pertumbuhan jumlah umbi dipengaruhi oleh penambahan unsur hara N, P, dan K, jumlah umbi pada tanaman ini mungkin sudah tertentu secara genetik, seperti yang tercantum pada Lampiran 34. Deskripsi Tanaman Bawang Merah, yakni jumlah daun berkisar helai dan jumlah anakan 7-12 umbi per rumpun. Dimana dari hasil penelitian yang diperoleh berada diantara kisaran tersebut. Pembentukan siung (tunas) pada tanaman ini berkisar antara 2-20 tunas yang akan menjadi tanaman baru, hal ini sesuai dengan pernyataan Rahayu dan Berlian (1999) yang menyatakan bahwa pada setiap umbi

24 38 dijumpai tunas lateral sebanyak 2-20 tunas yang kemudian tumbuh membesar membentuk rumpun sehingga bila saat panen tiba dapat dihasilkan siung sejumlah tunas tersebut. Perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan. Ini dikarenakan perlakuan juga berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi dimana umbi merupakan tempat tumbuhnya tunas ankan baru pada tanaman bawang merah. Hal ini kemungkinan terjadi karena pertumbuhan jumlah anakan dipengaruhi oleh penambahan unsur hara N, P, dan K, jumlah anakan pada tanaman ini mungkin sudah tertentu secara genetik, seperti yang tercantum pada Lampiran 34. Deskripsi Tanaman Bawang Merah, yakni jumlah daun berkisar helai dan jumlah anakan 7-12 umbi per rumpun. Dimana dari hasil penelitian yang diperoleh berada diantara kisaran tersebut. Pembentukan siung (tunas) pada tanaman ini berkisar antara 2-20 tunas yang akan menjadi tanaman baru, hal ini sesuai dengan pernyataan Rahayu dan Berlian (1999) yang menyatakan bahwa pada setiap umbi dijumpai tunas lateral sebanyak 2-20 tunas yang kemudian tumbuh membesar membentuk rumpun sehingga bila saat panen tiba dapat dihasilkan siung sejumlah tunas tersebut. Perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per sampel dan bobot kering umbi per sampel. Hal ini diperoleh bahwa untuk dosis pupuk kalium sampai pada 2 g/tanaman terjadi kenaikan hasil pada dosis 3 g/tanaman mengalami penurunan hasil, semikian juga untuk konsentrasi pupuk organik cair Santamicro sampai 1,5 ml/l juga terjadi peningkatan hasil pada konsentrasi 2 ml/l terjadi penurunan hasil. Hal ini dapat terjadi karena pada dasarnya hubungan antara nutrisi tanaman dan hasil yang diperoleh mengikuti pola kuadratik dimana hasil maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya, karena semakin tinggi dosis yang diberikan maka hasil yang diperoleh semakin menurun.

25 39 Respon interaksi antara pemberian pupuk kalium dan pupuk organik cair Santamiro terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah Dari hasil pengamatan dan analisa sidik ragam statistik menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian pupuk kalium dan pupuk organik cair Santamicro berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Hal ini kemungkinan terjadi karena antara pupuk kalium dan pupuk organik cair Santamicro tidak saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Interaksi antara perlakuan pupuk kalium dan pupuk organik cair Santamicro berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati juga diduga terjadi karena adanya pengaruh lingkungan tempat tanam ataupun dosis pupuk yang diberikan.

26 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Respon tanaman bawang merah terbaik dalam penelitian ini terdapat pada perlakuan K 2 yaitu 2 g/tanaman dengan tinggi tanaman = 45,10 cm; jumlah umbi per rumpun = 11,98 siung; jumlah anakan = 15,904 anakan; bobot basah umbi per sampel = 46,479 g; bobot kering umbi per sampel = 42,500 g. 2. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan pupuk organik cair Santamicro menghasilkan jumlah daun terbanyak pada perlakuan C 3 yaitu 2 ml/l/air dengan jumlah daun sebanyak 31,29 helai. 3. Interkasi antara pupuk kalium dan pupuk organik cair Santamicro berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Saran - Sebaiknya digunakan pupuk kalium 2 g/tanaman dan 2 ml/l/air untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. - Perlu penelitian lanjutan untuk mendapatkan data yang akurat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di UPT Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang Medan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Green House (GH) dan Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 3.2 Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 8 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, jalan Binawidya km 12,5 Simpang Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kota

Lebih terperinci

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) Libria Widiastuti dan Muhammad Hanif Khairudin Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dilahan Pertanian, Fakultas Pertanian, Medan, dengan ketinggian tempat 25 meter di atas permukaan laut, yang di mulai

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Jalan Kolam No.1 Medan Estate kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK Growth and yield of shallot on Different Soil Tillage and Giving NPK fertilizer Romayarni Saragih 1*,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu Penelitian Penelitian dilakukan di areal kebun percobaan kampus STIPAP Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan Selama 6 bulan yaitu mulai dari bulan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Pelaksanaan penelitian lapang meliputi persiapan pupuk, penanaman sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan Laboratorium Ekologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Bunga Terompet Kelurahan Sempakata Padang Bulan, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di 14 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian,, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas III. TATA CARA PENELTIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian telah dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 November

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat LU

BAHAN DAN METODE. ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat LU 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawahkecamatan medan baru dengan ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat 3.331810 LU dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- 22 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- Tongkoh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan jenis tanah Andosol, ketinggian tempat

Lebih terperinci

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L,) VARIETAS KUNING TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS KASCING DAN PUPUK NPK

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L,) VARIETAS KUNING TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS KASCING DAN PUPUK NPK TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L,) VARIETAS KUNING TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS KASCING DAN PUPUK NPK Natasya Sembiring 1*, B, Sengli J, Damanik 2, Jonatan Ginting 2 1 Alumnus

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Greenhouse Jurusan Bioloi Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Greenhouse Jurusan Bioloi Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Greenhouse Jurusan Bioloi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, pada bulan Maret

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pergajahan Kahan, Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian Terpadu Universitas Muhammadiyah Malang yang terletak pada ketinggian 550

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut. 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Pelaksanaan percobaan berlangsung di Kebun Percobaan dan Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Fakultas Pertanian Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan (rumah kassa) Fakultas

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan (rumah kassa) Fakultas BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan (rumah kassa) Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan dimulai dari

III. MATERI DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan dimulai dari III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. PBSI Medan Estate Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

BAHAN DAN METODE. PBSI Medan Estate Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Universittas Medan Area Jl. PBSI Medan Estate Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Ketinggian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan kampus kampus 1 Universitas Medan Area, jalan kolam/pbsi no 1, Medan. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kab. Serdang Bedagai dan analisis tanah di Laboratorium analitik PT. Nusa

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kab. Serdang Bedagai dan analisis tanah di Laboratorium analitik PT. Nusa BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Celawan Kec. Pantai Cermin Kab. Serdang Bedagai dan analisis tanah di Laboratorium analitik PT. Nusa Pusaka Kencana

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Untuk menguji hipotesis, digunakan data percobaan yang dirancang dilakukan di dua tempat. Percobaan pertama, dilaksanakan di Pangalengan, Kabupaten Bandung,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV, 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV, Gedung Meneng Bandar Lampung dari bulan Desember 2011 sampai bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4, BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kompleks Citra Arkadia Jl. Bunga Wijaya Padang Bulan, Medan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Juli 2016. Tanah pada lahan penelitian tergolong jenis Grumusol (Vertisol), dan berada pada ketinggian kurang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

m. BAHAN DAN METODE KO = Tanpa pupuk kalium (control) Kl = 50 kg KCl/ha = 30 kg KjO/ha (30 g KCl/plot)

m. BAHAN DAN METODE KO = Tanpa pupuk kalium (control) Kl = 50 kg KCl/ha = 30 kg KjO/ha (30 g KCl/plot) m. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jl. Bina Widya kelurahan Simpang Baru kecamatan Tampan, Pekanbaru. Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir, BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di Desa Moutong Kecamatan Tilong Kabila Kab. Bone Bolango dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan laut. 3.2. Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis 26 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis dilakukan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan dilahan pertanian yang beralamat di Jl. Sukajadi, Desa Tarai Mangun, Kecamatan Tambang, Kampar. Penelitian ini dilakukan bulan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. spermatophyta, termasuk kedalam kelas dicotyledoneae, ordo rhoeadales familinya

TINJAUAN PUSTAKA. spermatophyta, termasuk kedalam kelas dicotyledoneae, ordo rhoeadales familinya TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman sawi adalah termasuk kedalam kingdom plantae, berdivisi spermatophyta, termasuk kedalam kelas dicotyledoneae, ordo rhoeadales familinya cruciferae, dikelompokan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PELAKSANAAN. Tlasih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dengan ketinggian 600

BAB III. METODE PELAKSANAAN. Tlasih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dengan ketinggian 600 BAB III. METODE PELAKSANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di area persawahan yang terletak di Desa Tlasih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dengan ketinggian 600 mdpl. Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. Var. TUKTUK) ASAL BIJI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KALIUM DAN JARAK TANAM

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. Var. TUKTUK) ASAL BIJI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KALIUM DAN JARAK TANAM 711. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. Var. TUKTUK) ASAL BIJI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KALIUM

Lebih terperinci