Tabel 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tabel 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan"

Transkripsi

1 Keterkaitan Pertumbuhan Ekonomi, Ketenagakerjaan dan Investasi di Indonesia Tahun (Lapangan Usaha Pertanian, Pertambangan dan Penggalian serta Industri Pengolahan) Pardomuan Robinson Sihombing, SST Statistisi Pertama Badan Pusat Statistik Latar Belakang Proses pembangunan ekonomi suatu negara merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan amanat UUD 1945 di Indonesia dimana bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai salah satu indikator makro ekonomi dalam hal melihat output dan nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu negara. Selama lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menurun dari tahun 2011 sebesar 6,17 persen dan tahun 2015 sebesar 4,79 persen. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pemerintah berupaya meningkatkan output produksi dalam negeri. Menurut teori ekonomi untuk menghasilkan output produksi dibutuhkan input. Input dalam faktor produksi dapat dibagi atas input alam (seperti tanah dan sumber daya alam), input sumber daya manusia (labor), input modal (capital) dan input kemampuan/manajeman dalam mengelola baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia (skill dan goodwill). Sumber daya manusia dalam hal ini tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi memegang peranan penting dalam peningkatan produksi karena tenaga kerja adalah subjek dari pada pembangunan. Oleh karena itu dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas sehingga menghasilkan output yang lebih baik. Di Indonesia pada bulan Agustus tahun 2015 jika dilihat berdasarkan pendidikannya sekitar 11 persen penduduk yang bekerja sudah menamatkan pendidikan minimal akademi/ diploma dan masih ada 16,84 persen penduduk yang bekerja belum menamatkan pendidikan sekolah dasar. Sedangkan persentasi jumlah yang bekerja dengan angkatan kerja sudah mencapai 93,82 persen.

2 Tabel 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu Tahun Agustus Angkatan Kerja (AK) Bekerja Pengangguran Jumlah AK % Bekerja / AK Tidak/belum pernah sekolah ,75 Tidak/belum tamat SD ,58 SD ,91 SLTP ,78 SLTA Umum/SMU ,68 SLTA Kejuruan/SMK ,35 Akademi/Diploma ,46 Universitas ,60 Tak Terjawab Total ,82 Selain tenaga kerja faktor modal (investasi) juga dibutuhkan dalam peningkatan produksi. Dengan adanya investasi dapat dijadikan modal bagi suatu negara untuk meningkatkan pembangunan infrasuktur dalam hal sarana dan prasarana. Indonesia adalah salah satu tujuan investasi yang menjanjikan. Potensi-potensi yang menjadi kekuatan daya saing dengan negara lain yaitu sumber daya alam yang melimpah, tenaga kerja muda dan terampil, pasar domestik yang besar dan terus tumbuh, serta dukungan pemerintah meningkatkan iklim investasi dan peran Indonesia di tingkat internasional. Dengan stabilitas politik yang terjaga selama 17 tahun pemerintahan demokrasi, perekonomian Indonesia telah siap untuk lepas landas. Indonesia sebagai negara agraria dengan sumber daya alam yang melimpah baik yang biotik (sumberdaya alam pertanian, peternakan, perikanan) maupun yang abiotik (sumber daya mineral pertambangan dan penggalian) diharapkan mampu dikelolah dengan baik. Selain dibutuhkan sumber daya manusia yang terampil dibutuhkan juga investasi terutama pada bidang pertambangan dan penggalian yang membutuhkan modal yang cukup besar untuk menyangkut sumber daya mineral tersebut. Hasil-hasil sumber daya alam yang telah diambil dari alam perlu dikelolah lebih lanjut agar mendapat nilai tambah yang lebih tinggi maka diperlukannya Lapangan Usaha Industri Pengolahan yang memanfaatkan input alam menjadi bernilai yang lebih tinggi. Indonesia dalam tahap menuju negara berkembang di bidang industri. Hal ini terlihat dari share Lapangan Usaha Industri Pengolahan merupakan lapangan usaha yang kontribusinya terbesar dalam PDB yaitu rata-rata di atas 20 persen per tahun. Lapangan Usaha Industri pengolahan juga membutuhkan investasi karena membutuhkan modal

3 dalam penggunaan bahan baku dan pembelian barang modal terutma pembelian teknologi dalam hal efisiensi. Berdasarkan permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa faktot tenaga kerja dan investasi(modal) memegang peranan penting dalam penciptaan output ekonomi suatu negara. Bertitik tolak dari gambaran tersebut maka pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian yang diajukan adalah: (1) Bagaimana perkembangan pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja dan Investasi Indonesia menurut Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun (2) Seberapa besar elastistas tenaga kerja dan Investasi Indonesia menurut Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun (3) Seberapa besar kontribusi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan terhadap perekonomian nasional tahun Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, dengan menggunakan data sekunder jumlah tenaga kerja, PDB, PMA, PMDN di Indonesia secara time series dari tahun yang diperoleh dari instansi atau pihak yang mempunyai kaitan dan wewenang secara langsung. Antara lain data didapatkan dari website Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia. Kajian Teori 1. Produk Domestrik Bruto Untuk menghitung angka-angka PDB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu : a. Menurut Pendekatan Produksi PDB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu triwulan atau satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 17 lapangan usaha (industri) dari Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air dan Pengolahan Limbah, Kontruksi, Perdagangan hingga jasa-jasa.

4 b. Menurut Pendekatan Pendapatan PDB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. c. Menurut Pendekatan Pengeluaran PDB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori,dan ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor). 2. Investasi/ penanaman modal Niilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (atau pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran/perbelanjaan yang berikut: a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. b. Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya. c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional. 3. Tenaga Kerja Penduduk suatu negara dibagi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagai tenaga kerja ialah penduduk yang berada pada batas usia kerja. Tenaga kerja dibagi kedalam dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan umum, untuk sementara sedang tak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiun, penderita cacat). Angkatan kerja dapat dibagi lagi kedalam dua sub kelompok yaitu pekerja dan penganggur. Pekerja ialah orang-orang yang mempunyai pekerjaan

5 mencakup orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan pada saat disensus atau disurvei memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan tidak sedang bekerja. Metode Analisis Data 1. Untuk menganalisis jumlah tenaga kerja baik secara total Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun digunakan model rata-rata ukur sebagai pengukur pertumbuhan dengan rumus (Dajan, 1995:252): Keterangan: L 0 = besar laju pertumbuhan jumlah tenaga kerja L t = jumlah tenaga kerja pada tahun t L t-1 = jumlah tenaga kerja pada tahun t-1 2. Untuk menganalisis jumlah investasi/penanaman modal baik asing (PMA) maupun domestik (PMDN) baik secara total Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun digunakan model rata-rata ukur sebagai pengukur pertumbuhan dengan rumus (Dajan, 1995:252): Keterangan: C 0 = besar laju pertumbuhan investasi C t = jumlah investasi PMA/PMDN pada tahun t C t-1 = jumlah investasi PMA/PMDN pada tahun t-1 3. Untuk menghitung laju pertumbuhan nilai produksi baik secara total Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun digunakan model rata-rata ukur dengan rumus (Dajan, 1995:252)

6 Keterangan: Q 0 = besar laju pertumbuhan ekonomi/produksi Q t = jumlah NTB ADHK pada tahun t Q t-1 = jumlah NTB ADHK pada tahun t-1 4. Untuk mengetahui besarnya penyerapan tenaga kerja baik secara total Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun , menggunakan elastisitas kesempatan kerja. Dengan menggunakan rumus : 5. Untuk mengetahui besarnya penyerapan investasi (penanaman modal) baik secara total Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun , menggunakan elastisitas investasi. Dengan menggunakan rumus : Keterangan: η L = Elastisitas Kesempatan kerja η c = Elastisitas Investasi L 0 = laju pertumbuhan tenaga kerja (%) C 0 = laju pertumbuhan investasi (%) Q 0 = laju pertumbuhan NTB ADHK (%) Kriteria : E = 1 Unitary Elasticity, artinya apabila nilai output naik 1% maka tenaga kerja/investasi yang terserap naik 1%, sebaliknya apabila nilai output turun 1% maka tenaga kerja/investasi yang terserap akan turun 1% E > 1 Elasticity, artinya apabila nilai output naik 1% maka jumlah tenaga kerja/investasi yang terserap akan naik lebih dari 1%, sebaliknya apabila nilai output turun 1% maka tenaga kerja/investasi yang terserap akan naik 1% E < 1 Inelasticity, artinya apabila nilai output naik 1% maka jumlah tenaga kerja/investasi yang terserap akan naik kurang dari 1%, sebaliknya apabila output turun sebesar 1% maka jumlah tenaga kerja/investasi yang terserap akan turun kurang dari 1%

7 6. Untuk mengukur besarnya kontribusi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan terhadap PDB digunakan metode analisis proporsi (Djarwanto, 2001:155) dengan rumus: Keterangan: S = Nilai proporsi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan terhadap PDB X = Nilai produksi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Y = PDB Indonesia Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap variabel-variabel, maka perlu diberikan batasan definisi operasional sebagai berikut : Berikut ini adalah definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang rendah nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. 2. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja usia 15 tahun ke atas yang terserap selama periode yang dinyatakan dalam orang atau jiwa per tahun; 3. PDB adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu lapangan usaha yang ditetapkan berdasarkan harga konstan tahun 2010 yang dinyatakan dalam satuan Rupiah pada tahun 2011 sampai dengan tahun Investasi adalah penempatan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut. a. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri (Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal) b. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan

8 menggunakan modal dalam negeri (Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal) Hasil dan Pembahasan 1.Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun ,00 6,50 6,00 5,50 5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 (0,50) - (1,00) (1,50) (2,00) (2,50) (3,00) (3,50) (4,00) (4,50) (5,00) (5,50) (6,00) 6,17 6,03 5,56 5,02 6,26 5,62 4,79 3,95 4,59 4,37 4,61 4,25 4,20 4,29 4,24 4,02 3,02 2,53 Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun , Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan (5,08) Dari grafik di atas terlihat perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun cenderung menurun. Terlihat pada tahuh 2011 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,17 persen dan menurun tahun 2015 sebesar 4,79 persen. Hal ini sejalan dengan perkembnagan perkembangan kondisi global yang lesu. Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian dan Industri Pengolahan cenderung berfluktuatif. Sedangkan Lapangan Usaha Pertambangn dan Penggalian mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2015 hingga terkontraksi sebesar 5,08 persen. Hal ini disebabkan penurunan harga komoditas seperti minyak bumi dan batubara, selain itu adanya kebijakan pengetatan ekspor hasil tambang turut andil dalam penurunan pertumbuhan lapangan usaha ini.

9 2.Perkembangan Pertumbuhan Tenaga Kerja Grafik 2. Pertumbuhan Tenaga Kerja Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun ,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 - (2,00) (4,00) (6,00) (8,00) (10,00) (12,00) (14,00) 14,39 11,69 7,38 5,19 1,97 1,28 0,70 0, (0,93) 2014(0,63) 2015 (4,20) (3,14) (5,80) (8,07) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (11,00) Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Grafik 2. Pertumbuhan Tenaga Kerja Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun Dari grafik di atas terlihat perkembangan pertumbuhan tenaga kerja Indonesia dari tahun cenderung berfluktuatif. Terlihat pada tahun 2011 pertumbuhan tenaga kerja Indonesia mencapai 6,19 persen dan menurun tahun 2015 sebesar 0,002 persen. Hal ini sejalan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian dan Industri Pengolahan cenderung berfluktuatif. Sedangkan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2013 terkontraksi hingga 11,00 persen dan tahun 2015 terkontraksi hingga 8,07 persen. Hal ini disebabkan penurunan harga komoditas seperti minyak bumi dan batubara selain itu adanya kebijakan pengetatan ekspor hasil tambang.

10 3.Perkembangan Pertumbuhan PMA Grafik 3. Pertumbuhan PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun ,00 95,00 103,45 85,00 75,00 73,35 65,00 64,47 55,00 45,00 51,67 35,00 34,74 26,14 20,10 32,73 40,51 25,00 16,50 15,00 17,58 (0,31) 2,62 5,00 13,18 (5,00) (1,32) (4,60) (9,65) (15,00) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian (17,90) (25,00) (13,89) Industri Pengolahan Total (3,14) Grafik 3. Pertumbuhan PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun Dari grafik di atas terlihat perkembangan pertumbuhan PMA Indonesia dari tahun cenderung berfluktuatif menurun. Terlihat pada tahun 2011 pertumbuhan PMA Indonesia mencapai 20,10 persen dan menurun tahun 2015 hanya sebesar 2,62 persen. Hal ini menunjukkan belum banyaknya investasi yang masuk ke Indonesia, hal ini mengindikasikan masih kurangnya kepercayaan investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Hal senada juga dialami oleh Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan yang mengalami penurunan pertumbuhan investasi. Terutama Lapangan Usaha Industri Pengolahan yang pada tahun 2014 dan 2015 mengalami kontraksi pertumbuhan. Hal ini mengindikasikan kurang tertariknya investor asing untuk menanamkan modalnya pada Lapangan Usaha Industri Pengolahan di Indonesia.

11 4.Perkembangan Pertumbuhan PMDN Grafik 4. Pertumbuhan PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun ,36 79,01 51,91 92,42 50,84 50,45 39,02 25,67 25,36 29,47 21,29 21,83 15,37 2,57 14,95-2, , ,71-29,68 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian -83,26 Industri Pengolahan Total Grafik 4. Pertumbuhan PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun Dari grafik di atas terlihat perkembangan pertumbuhan PMDN Indonesia dari tahun cenderung berfluktuatif menurun. Terlihat pada tahun 2011 pertumbuhan PMDN Indonesia mencapai 25,36 persen dan menurun tahun 2015 hanya sebesar 14,95 persen. Hal ini menunjukkan belum banyaknya warga negara Indonesia yang mau menginvestasikan dananya untuk pembangunan. Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian dan Industri Pengolahan cenderung berfluktuatif. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian tahun 2014 dan 2015 mengalami kontraksi pertumbuhan. Hal ini mengindikasikan kurang tertariknya investor domestik untuk menanamkan modalnya pada Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian di Indonesia.

12 5. Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Tabel 1. Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Total PDB Tahun Growth PDB TK_Aug Elastisitas ,95 (5,80) (1,47) ,59 1,28 0, ,20 (0,93) (0,22) ,24 (0,63) (0,15) ,02 (3,14) (0,78) ,29 14,39 3, ,02 11,69 3, ,53 (11,00) (4,35) ,72 0,70 0, (5,08) (8,07) 1, ,26 5,19 0, ,62 7,38 1, ,37 (4,20) (0,96) ,61 1,97 0, ,25 0,00 0, ,17 1,35 0, ,03 2,58 0, ,56 0,23 0, ,02 1,66 0, ,79 0,17 0,03 Ratarata -0,47 1,09 0,32 0,21 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan elastisitas penyerapan tenaga kerja Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun mengalami pertumbuhan elastisitas kesempatan kerja yang variatif dimana kenaikkan tertinggi terjadi pada tahun 2012 untuk Lapangan Usaha Pertanian sebesar 0,28 persen artinya setiap nilai pendapatan PDB 1 % akan diikuti dengan pertumbuhan jumlah tenaga kerja pertanian sebesar 0,28 %. Hal ini diakibatkan karena pada tahun tersebut hasil pendapatan mengalami perkembangan yang cukup baik dengan permintaan yang meningkat yang juga diikuti oleh perkembangan jumlah tenaga kerja yang terserap. Hal senada juga terjadi pada Lapangan Usaha Industri Pengolahan dan secara nasional elastisitas tertinggi terjadi pada tahun Sedangkan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami elastisitas tertinggi pada tahun 2011 sebesar 14,39 persen dimana pada saat itu harga komoditas pertambangan masih tinggi dan belum ketatnya pelarangan ekspor.

13 Secara rata-rata elastisitas penyerapan tenaga kerja Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun mengalami pertumbuhan elastisitas kesempatan kerja yang variatif. Lapangan Usaha Pertanian mengalami in elastis tenaga kerja sebesar -0,47 persen artinya nilai output naik 1% maka jumlah tenaga kerja yang terserap akan turun dari 0,47%. Hal berarti Lapangan Usaha Pertanian kurang elastis terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja. Hal ini senada dengan hukum pertambahan hasil yang semakin menurun (The Law of Diminishing Returns) yang dikemukakan oleh David Ricardo. dimana perluasan produksi yang dilakukan dalam suatu bidang produksi dibatasi input tenaga kerja. Pada dasarnya hukum ini menjelaskan bahwa di bidang pertanian, penambahan tenaga kerja pada sebidang tanah mula-mula akan memberikan tambahan hasil yang semakin meningkat, tetapi setelah mencapai titik tertentu pertambahan tenaga kerja lagi memberikan tambahan semakin berkurang. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami elastisitas sebesar 1,09 persen artinya nilai output naik 1% maka jumlah tenaga kerja yang terserap akan naik dari 1,09%. Hal ini mengindikasikan bahwa Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian masih menggunakan faktor produksi tenaga kerja yang banyak karena perannya cukup besar dilihat dari elastisitasnya. Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami in elastisitas sebesar 0,32 persen artinya nilai output naik 1% maka jumlah tenaga kerja yang terserap akan naik dari 0,32%. Hal ini mengindikasikan bahwa Lapangan Usaha Industri Pengolahan belum maksimal menggunakan faktor produksi tenaga kerja yang banyak karena perannya cukup besar dilihat dari elastisitasnya. Hal senada jga terlihat dari elastisitas nasional yang hanya sebesar 0.21 persen

14 5. Elastisitas Penyerapan Investasi PMA Tabel 2. Elastisitas Penyerapan Invetasi PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun Lapangan Usaha Tahun Growth PDB PMA Elastisitas Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Total ,95 51,67 13, ,59 32,73 7, ,20 (1,32) -0, ,24 40,51 9, ,02 (4,60) -1, ,29 64,47 15, ,02 17,58 5, ,53 13,18 5, ,72 (3,14) -4, (5,08) (13,89) 2, ,26 103,45 16, ,62 73,35 13, ,37 34,74 7, ,61 (17,90) -3, ,25 (9,65) -2, ,17 20,10 3, ,03 26,14 4, ,56 16,50 2, ,02 (0,31) -0, ,79 2,62 0,55 Ratarata 5,66 4,89 6,27 2,21 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan elastisitas penyerapan investasi PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMA yang variatif dimana kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2011 untuk Lapangan Usaha Pertanian sebesar 13,08 persen artinya setiap nilai pendapatan PDB 1 % akan diikuti dengan pertumbuhan investasi PMA pertanian sebesar 13,08 %. Hal senada juga terjadi pada Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan dan secara nasional elastisitas tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu masing masing sebesar 15,03 persen; 16,25 persen dan 16,53 persen.

15 Secara rata-rata elastisitas penyerapan investasi PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMA yang elastis (>1). Secara nasional elastisitas investasi PMA sebesar 2,21 persen. Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan elastisitas terbesar sebesar 6,27 persen artinya nilai output naik 1% maka jumlah penyerapan investasi PMA yang terserap akan naik dari 6,27%. Hal ini mengindikasikan bahwa Lapangan Usaha Industri Pengolahan memiliki daya tarik tersendiri untuk investor menanamkan modalnya. 6. Elastisitas Penyerapan Investasi PMDN Tabel 3. Elastisitas Penyerapan Invetasi PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun Lapangan Usaha Tahun Growth PMDN Elastisitas Rata-rata PDB ,95 6,30 1, ,59 2,71 0,59 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ,20-29,68-7,07 3, ,24 92,42 21, ,02-2,00-0, ,29 124,36 28, ,02 51,91 17,19 Pertambangan dan Penggalian ,53 79,01 31,23-8, ,72-83,26-115, (5,08) 25,67-5, ,26 50,45 8, ,62 29,47 5,24 Industri Pengolahan ,37 2,57 0,59 5, ,61 15,37 3, ,25 50,84 11, ,17 25,36 4, ,03 21,29 3,53 Total ,56 39,02 7,02 4, ,02 21,83 4, ,79 14,95 3,12

16 Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan elastisitas penyerapan investasi PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMDN yang variatif. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2014 untuk Lapangan Usaha Pertanian sebesar 21,80 persen artinya setiap nilai pendapatan PDB 1 % akan diikuti dengan pertumbuhan investasi PMDN pertanian sebesar 21,80%. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak investor yang meninvestasikan dananya ke Lapangan Usaha Pertanian. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami pertumbuhan elastisitas tertinggi pada tahun 2011 dimana tingkat produksi masih tinngi dan belum ketatnya pelarangan ekspor hasil pertambangan dan penggalian. Lapangan Usaha Industri Pengolahan tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 50,84 persen hal ini mengindikasikan bahwa sektor sekunder semakin diminati oleh para investor. Secara rata-rata elastisitas penyerapan investasi PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, dan Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMDN yang elastis (>1). Secara Nasional elastisitas investasi PMA sebesar 4,43 persen. Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan elastisitas terbesar sebesar 4,43 persen artinya nilai output naik 1% maka jumlah penyerapan investasi PMDN yang terserap akan naik dari 4,43%. Sedankan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami in elastis sebesar -8,66 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian belum menjadi daya tarik bagi investor domestik yang dikarenakan membutuhkan biaya investasi yang besar dan harga komoditas yang tidak stabil. 7. Kontribusi Lapangaan Usaha Tabel 4. Kontribusi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun LAPANGAN USAHA Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan , Pertambangan dan Penggalian , , , , , ,2 Industri Pengolahan PRODUK DOMESTIK BRUTO Kontribusi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13,93 13,64 13,45 13,28 13,18 13,08 Kontribusi Pertambangan dan Penggalian 10,46 10,28 9,99 9,70 9,30 8,42 Kontribusi Industri 22,04 22,06 21,97 21,72 21,64 21,53

17 Pengolahan Pada tabel 4. Menunjukkan perkembangan kontribusi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun dimana terlihat perkembangan kontribusi Lapangan Usaha Industri Pengolahan dan Lapangan Usaha Pertanian cenderung stabil/flat. Kontribusi tertinggi adalah Lapangan Usaha Industri Pengolahan secara rata-rata di atas 20 persen diikuti Lapangan Usaha Pertanian di atas 13 persen. Sementara Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami penurunan dari tahun 2011 sebesar 10,46 dan tahun 2015 sebesar 8,42 persen.

18 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun cenderung menurun, tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,17 persen dan menurun tahun 2015 sebesar 4,79 persen. 2. Pertumbuhan tenaga kerja Indonesia dari tahun cenderung berfluktuatif. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2013 terkontraksi hingga 11,00 persen dan tahun 2015 terkontraksi hingga 8,07 persen. 3. Pertumbuhan PMA Indonesia dari tahun cenderung berfluktuatif menurun. Terlihat pada tahun 2011 pertumbuhan PMA Indonesia mencapai 20,10 persen dan menurun tahun 2015 hanya sebesar 2,62 persen. 4. Pertumbuhan PMDN Indonesia dari tahun cenderung berfluktuatif menurun. Terlihat pada tahun 2011 pertumbuhan PMDN Indonesia mencapai 25,36 persen dan menurun tahun 2015 hanya sebesar 14,95 persen. 5. Lapangan Usaha Pertanian mengalami in elastis tenaga kerja sebesar -0,47 persen. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami elastisitas sebesar 1,09 persen dan Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami in elastisitas sebesar 0,32 persen. 6. Elastisitas penyerapan investasi PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMA yang elastis (>1). Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan elastisitas terbesar sebesar 6,27 persen. 7. Elastisitas penyerapan investasi PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, dan Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMDN yang elastis (>1). Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan elastisitas terbesar sebesar 4,43 persen. Sedangkan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami in elastis sebesar -8,66 persen.

19 Saran 1. Peningkatan kualitas SDM sehingga mampu bersaing terutama dalam masa perdagangan bebas (MEA) dan pembukaan lapangan usaha yang padat karya sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. 2. Peningkatan investasi PMA dengan mempermudah birokrasi dan penciptaan kondisi politik-hukum yang stabil serta kondusif sehingga para investor asing tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia pembangunan infrastruktur. 3. Sosialisasi terkait PMDN terhadap masyarakat Indonesia sehingga pembangunan tidak hanya dibiayai oleh kekuatan asing tetapi juga kekuatan domestik. 4. Pemerintah serta dunia usaha bekerja secara sinergis dalam menciptakan harga komoditas yang baik sehingga terjadi keseimbangan pasar yang menguntungkan semua pihak.

20 Daftar Pustaka Dajan, A Pengantar Statistik Jilid 1. Jakarta : LP3ES Djojohadikusumo, S Dasar Teori Pertumbuhan Ekonomi dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta : LP3ES. Sukirno Sadono Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP Universitas Indonesia. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal accordion-daftar-subjek2

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Belajar dari pembangunan negara maju, muncul keyakinan banyaknegara berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 38/08/14/Th.XIV, 2 Agustus 2013 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan II Tahun 2013 mencapai 2,68 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan II tahun 2013, yang diukur dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/08/31/Th.IX, 15 AGUSTUS 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 27 / VIII / 16 Mei 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PDB INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2005 TUMBUH 2,84 PERSEN PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2005 meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/08/33/Th.III, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN II TH 2009 TUMBUH 1,8 PERSEN Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 20/05/Th.XVII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I TAHUN 2014 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I-2014 secara triwulanan (q-to-q) terjadi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 48/08/34/Th.XVI, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi seyogyanya dapat memperlihatkan perkembangan yang meningkat dari tahun ke tahun karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.51/11/Th.XVI, 6 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III- secara triwulanan (q-to-q) mencapai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: Tenaga kerja, sektor Industri Pengolahan, PDRB Propinsi Jawa Timur. Abstract. Pendahuluan

Abstrak. Kata kunci: Tenaga kerja, sektor Industri Pengolahan, PDRB Propinsi Jawa Timur. Abstract. Pendahuluan Yuniarto Fajar Nugroho et al.,analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Pengolahan... 1 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Pengolahan Serta Kontribusinya Terhadap Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/08/34/Th. X, 14 Agustus 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang dialami dunia hanya semenjak dua abad

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No. 47/08/72/Thn XVII, 05 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. PENDAPATAN NASIONAL Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. Pokok-pokok Materi: 1. Konsep Pendapatan Nasional 2. Komponen Pendapatan Nasional 3.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN JASMAN SARIPUDDIN HASIBUAN Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : jasmansyaripuddin@yahoo.co.id ABSTRAK Sektor

Lebih terperinci

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 46/08/73/Th. VIII, 5 Agustus 2014 KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan II tahun 2014 yang dihitung berdasarkan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 34/08/34/Th. XIII, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011 SEBESAR -3,89 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008 No. 11/02/34/Th.XVII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN EKONOMI DAERAH

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.145/11/21/Th.IV, 10 November 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2009 TUMBUH 1,90 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT 10/02/32/Th. XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat tahun yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8

Lebih terperinci

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN KONTRIBUSI INVESTASI SWASTA TERHADAP PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN 2010 2014 Pendahuluan Dalam perhitungan PDRB terdapat 3 pendekatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari suatu perwujudan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan menciptakan kemandirian suatu daerah dalam mengurus rumah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir (2005-2009), ekonomi Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen. Namun kinerja itu masih jauh jika dibanding

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013 No. 37/08/91/Th. VII, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013 Besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2013 mencapai Rp 11.972,60 miliar, sedangkan menurut harga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

Lebih terperinci

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun B A B PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH 6.1 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Beberapa penjelasan mengenai pengertian PDRB yaitu PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB atas dasar harga konstan, pendapatan

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA YOGYAKARTA No. 32/08/34/Th. XI, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2009 SEBESAR -4,91 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Pendapatan Pendapatan merupakan jumlah dari seluruh uang yang diterima seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 33/05/21/Th. VII, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2012 TUMBUH 7,63 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.38/08/12/Th.VII, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN II-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II-2012 secara triwulanan (q-to-q) mencapai

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di suatu negara bisa dijadikan alat ukur untuk menganalisa tingkat perkembangan perekonomian di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi disuatu negara

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 27/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 34/05/21/Th. IX, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014 A. PDRB PROVINSI KEPULAUAN RIAU MENURUT SEKTOR EKONOMI PDRB KEPRI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/11/34/Th. XIII, 7 November 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003 No. 12/VII/16 Februari 2004 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003 PDB INDONESIA TAHUN 2003 TUMBUH 4,10 PERSEN! PDB Indonesia selama tahun 2003 meningkat sebesar 4,10 persen dibandingkan tahun 2002.

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014 No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014 Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 16/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.II, 17 Nopember 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2008 TUMBUH 1,1 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010 No. 01/02/53/Th. XIV, 07 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 78//35/Th. XIII, 5 November 05 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 05 AGUSTUS 05: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014 No. 63/11/72/Th. XVII, 05 November PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/ Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013 A. PDRB PROVINSI KEPULAUAN RIAU MENURUT LAPANGAN USAHA I. PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN III TAHUN 2013 No. 75/11/21/Th.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2009

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2009 No. 20/05/51/Th. III, 15 Mei PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I Pertumbuhan ekonomi Bali yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan I dibanding triwulan

Lebih terperinci